bbb

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Hadirnya gelombang globalisasi di tengah-tengah kehidupan manusia, telah memporakporandakan tatanan kehidupan yang sesungguhnya tumbuh secara natural, mulai dari krisis sosok pemimpin yang adil, generasi ideal menurut pandangan Islam, kemuliaan budi pekerti (akhlaq, moral) bangsa nyaris hilang dari realita kehidupan. Justru yang nampak saat ini sebaliknya, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, generasi pembebek tanpa prinsip, harta, kehormatan, kemaksiatan telah menjadi sebuah permainan, tanpa merasa bersalh dan berdosa, tanpa malu, dan terharu, itulah potret kehidupan bangsa ini. Islam dating menetralisir permasalahan di atas, dengan kesempurnaan ‘Aqidah Islam dan Akhlaq Rasulullah SAW yang akan memberikan solusi dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As- Sunnah yang memposisikan ‘Aqidah dan Akhlaq sebagai “Maqaaman Mahmudaa” I.1 Tujuan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diberikan tujuan sebagai berikut: I.1.1 Untuk dapat membangun generasi unggul IMTAQ dan IPTEK. I.1.2 Untuk menjadi insan Ahli Fikir, Dzikir, dan Ahli Karir I.2 Manfaat Berdasarkan tujuan di atas, maka dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.3.1 Memberikan manfaat positif bagi penulis dan pembaca. 1

description

makalah

Transcript of bbb

BAB IPENDAHULUAN

0. Latar Belakang MasalahHadirnya gelombang globalisasi di tengah-tengah kehidupan manusia, telah memporakporandakan tatanan kehidupan yang sesungguhnya tumbuh secara natural, mulai dari krisis sosok pemimpin yang adil, generasi ideal menurut pandangan Islam, kemuliaan budi pekerti (akhlaq, moral) bangsa nyaris hilang dari realita kehidupan. Justru yang nampak saat ini sebaliknya, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, generasi pembebek tanpa prinsip, harta, kehormatan, kemaksiatan telah menjadi sebuah permainan, tanpa merasa bersalh dan berdosa, tanpa malu, dan terharu, itulah potret kehidupan bangsa ini. Islam dating menetralisir permasalahan di atas, dengan kesempurnaan Aqidah Islam dan Akhlaq Rasulullah SAW yang akan memberikan solusi dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah yang memposisikan Aqidah dan Akhlaq sebagai Maqaaman Mahmudaa

0. TujuanBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diberikan tujuan sebagai berikut:0. Untuk dapat membangun generasi unggul IMTAQ dan IPTEK.0. Untuk menjadi insan Ahli Fikir, Dzikir, dan Ahli Karir

0. ManfaatBerdasarkan tujuan di atas, maka dapat memberikan manfaat sebagai berikut:0. Memberikan manfaat positif bagi penulis dan pembaca.0. Memberikan pengetahuan akan pentingnya Akhlaq, Moral, dan Etika.

0. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:2. Apa konsep dari Muqaddimah ?2. Apa prinsip-prinsip dalam Aqidah ?2. Bagaimana pembagian Tauhid ?2. Bagaimana Keimanan dan Aqidah dalam Islam ?2. Bagaimana Islam dan Konsep Ideologi ?2. Apa definisi daro Taqdim ?2. Apa definisi Akhlaq, Moral, dan Etika ?2. Bagaimana Akhlaq Kepada Allah SWT2. Bagaimana Akhlaq Kepada Rasulullah SAW ?2. Bagaimana Keseimbangan Hubungan Sesama ?2. Apa definisi Pergaulan dan Egoisme ?2. Apa definisi Komunikasi, dan Musyawarah ?2. Bagaimana Korelasi Kepribadian dan Prestasi ?2. Apa saja Hadits-hadits yang terdapat di dalamnya ?

BAB IIIsi/Pembahasan

A. AQIDATUT TAUHID2.1 Muqaddimah1 2 2.1 2.1.1 Pengertian Aqidah artinya mengikat, kokoh, menyimpulkan atau yang sudah dikenal adalah keyaqinan. Sedangkan pengertian Aqidah dalam istilah ulama yaitu sebuah ikatan yang kuat dari ilmu dan niat yang ada dalam hati, atau kyaqinan yang tersimpul dalam hati dengan kokoh, dan berfungsi sebagai dasar dalam melakukan amal ibadah dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Maka dari itu sebagai penggerak dan pendorong atas amalan seseorang adalah mengikuti kata hati, karena kata hati cenderung pada kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:Ketahuilah! Bahwa di dalam hati ada segumpal daging, jika gumpalan hati itu baik, maka akan baik pula seluruh tubuhnya, jika gumpalan hati itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. (HR. Bukhari). Hadits di atas memberikan pengertian bahwa apabila keyaqinan hati seseorang benar, maka amalannya akan emnjadi benar, dan jika keyaqinan hati salah, maka akan membawa pemiliknya untuk melakukan sesuatu yang salah. Keyaqinan yang baik dan salah sandarannya adalah syariat.2.1.2 Dasar dan Makna TauhidUntuk mengetahui dasar akan pentingnya bertauhid kepada Allah SWT, mengacu pada sebuah hadits Rasulullah SAW: Dari Ibnu Umar ra dari Rasulullah SAW beliau bersabda:Islam dibangun atas 5 rukun: Allah SWT ditauhidkan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji. (HR. Bukhari:8). Hadits ini sebagai dasar bagi orang yang bertauhid. Kata Tauhid diambil dari kata wah-hada artinya mentauhidkan (mengEsakan), sedangkan secara istilah mengEsakan Allah SWT dari segala sesuatu yang menandinginnya. 2.1.3 Tauhid Dasar Pembentukan Karakter Makna Lafadz Laa Ilaaha IllallahDari makna Laa Illaaha Illallah manusia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu:a. Sikap orang-orang yang melampau batas (ifrath), yaitu dengan memasukkan sesuatu yang bukan kandungan dari kalimat tersebut sehingga mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan kehiduppannya.b. Orang-orang yang bersikap meremehkan (tafrith), yaitu keyaqinan yang dilakukan oleh kaum musyirikin dan keyaqinan jenis ini tidak membuat seseorang dikatakan berislam.c. Pemahaman orang-orang dari kalangan ahlus Sunnah wal jamaah atau golongan pertengahan (wasath), yaitu Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah SWT. Kedudukan Kalimat TauhidKalimat Laa Ilaaha Illallah, memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam hati manusia, karena dengan kalimat itulah maka manusia dapat dikatakan mumin dan kafir. Keutamaan Kalimat TauhidKalimat ini merupakan kalimat yang utama dan menempati kedudukan yang tinggi dalam urusan agama, dan barangsiapa yang mengucapkan dengan penuh kejujuran, maka Allah SWT akan memasukkan ke dalam syurgaNya dan sebaliknya siapa yang mengucapakan dengan penuh kedustaan dalam hatinya, maka Allah SWT akan memberikan ancaman, disebabkan oleh perilaku dan ucapan seorang hamba. Konsenkuensi Kalimat Laa Ilaaha Illallah Sebagai konsenkuensi dari pengucapan kaliamt Laa Ilaaha Illallah, yang pokok adalah bagaimana mengimplementasikan segala peribadatan baik dalam bentuk lahiriyah maupun batiniyah untuk Allah SWT.2.1.4 Tauhid sebagai Misi KerasulanSalah satu fungsi diutusnya seorang Nabi dan Rasul adalah untuk menyampaikan risalah kerasulannya yang telah diamanahkan oleh Allah SWT. Risalah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul adalah sama, yaitu mentauhdikan Allah SWT atau memurnikan ibadah hanya kepada Allah SWT.

2.2 Prinsip-prinsip AqidahMasalah Aqidah adalah sesuatu yang asasi dalam Islam, sekaligus merupakan sesuatu yang menentukan baik atau tidaknya kualitas hidup seseorang baik di dunia maupun di akhirat kelak.2.2.1 Merealisasikan TauhidBagi seorang muslim yang beriman berkewajiban untuk merealisasikan keyaqinan dalam kehidupan nyata. Demikian juga halnya dengan prinsip keTauhid-an yaitu menyatukan antara dunia dan akhirat, antara jiwa dan raga, antara pengalaman dan yang dialaminya, dan itu semua dapat diperkokoh. Selain itu yang penting adalah dapat membebaskan diri dari jenis syirik besar maupun kecil, yang Nampak maupun tersembunyi. 2.2.2 Menggapai Tauhid yang SempurnaSetiap mumin yang berpegang teguh dengan tauhid akan mendapatkan kompensasi dari Allah SWT dalam kehidupannya baik berupa kebahagiaan di dunia dan keselamnatan di akhirat, dan juga Allah SWT menjamin mereka untuk tetap hidup bahagia, tenang, aman, dan selalu mendapat petunjuk, karena kehidupannya akan mendapat penjagaan dan dalam pemeliharaan Allah SWT, dan jaminan lain yang akan diberikan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. 2.2.3 Kriteria Orang Bertauhid Meyakini akan ayat-ayat Allah SWT yang bersifat Kauniyah, yaitu meyakini setiap sesuatu yang terjadi pada alam ini atas kehendak dan kekuassan Allah SWT, yang kemudian disebut dengan taqdir. Meyakini akan ayat-ayat Allah SWT yang bersifat syariah, yaitu ayat yang diturunkan kepada RasulNya. 2.2.4 Tingkatan Hukum Bertauhid Bersifat Wajib Seseorang yang sudah bertauhid, kemudian diikuti dengan upaya membersihkan dan memurnikan diri dari berbagai jenis kegiatan yang berbau syirik dan bidah, khusunya dalam hal ibadah, dan bukan bersifat keduniaan. Berstatus Mustahab (sunnah)Peribadahan yang dilakukan meliputi yang wajib, juga tidak mengabaikan yang mustahab.

2.3 Pembagian Tauhid2.3.1 Tauhid ar-Rububiyah Secara etimologis adalah Rabb memiliki arti antara lain: menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, memiliki, dan menyelesaikan segala urusan. 2.3.2 Tauhid al-UluhiyahKata Uluhiyah diambil dari kata IIah yang berakar dari a-la-ha dengan beberapa arti tenteram, tenang, lindungan, kasih, dan sembah (abada).2.3.3 Tauhid al-Asmawas ShifatArti al-Asma adalah nama-nama dan Shifat adalah shifat-shifat Allah SWT. 2.3.4 Tauhid at-Mutabaah Menjadikan Rasulullah SAW satu-satunya panutan.

2.4 Keimanan dan Aqidah dalam Islam2.4.1 Eksistensi KeimananBahwa seseorang yang diciptakan oleh Allah SWT dalam kondisi lemah (Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. QS. 4:28) namun hal ini jangan dijadikan argument untuk tidak menjaga keimanannya, karena iman merupakan anugerah Allah SWT yang harus disyukuri, dipelihara, dan ditingkatkan setiap saat dan waktu.

2.4.2 Esensi Iman Iman dalam perspektif Islam disebut juga Taqwa, (taat, patuh, tunduk, dan mengimplementasikan) dalam kehidupan sehari-hari. Beriman kepada Allah SWT Beriman kepada Malaikat Beriman kepada Kitab-Kitab Allah SWT Beriman kepada Rasul-Rasul Allah SWT Beriman kepada Hari Akhir Beriman kepada Taqdir2.4.3 Penyebab Benar dan Rusaknya AqidahAqidah merupakan suatu perkara yang sangat pentting dalam Islam, karena di dalamnya akan dibangun amalan-amalan orang Islam, artinya jika Aqidahnya baik dan benar, maka akan perilaku dan amalannya baik, bahkan yang terjadi sebaliknya, maka akan berpengaruh jelek terhadap amalannya. Berikut contoh-contoh penyebab rusaknya aqidah: Ketidaktahuan seseorang tentang aqidah yang benar, dikarenakan lalai dan suka berpaling dari belajar dan mempelajarinya. Mudah terpengaruh dengan media dan informasi yang kebanyakan isinya dapat merusak dan mengkikis aqidah. Kurangnya bimbingan dalam keluarga muslim terkait penanaman aqidah yang benar. Lupa diri.2.4.4 Islam Agama ParipurnaNama Islam bukan nama yang lahir berdasarkan nama pendirinya seperti agama Budha dinamai Budha karena yang mendirikan adalah Budha Gautama, agama Masehi atau Kristen yang diambil dari nama pendirinya yaitu Kristus/Yesus yang bergelar al-Maaih, kong hucu oleh Comfusianisme (comfucius/kong hucu), dan Agama Islam bukan saja berdasarkan pada nama tempat kelahiran tokoh misalnya, Hindu yang lahir/muncul di India, Hindia atau Hindustan yaitu sebuah lemabh seberang agama Yahudi, karena agama tumbuh di kalangan bangsa, suku atau dinasti Yahuda atau Yuda, dan juga tidak dibuat berdasarkan nama tempat kelahiran tokoh yang mendirikan misalnya agama Nasrani yang didasarkan kepada tempat yaitu kelahiran Isa Nazareth di Palestina.

2.5 Islam dan Konsep IdeologiKonsep dalam Islam adalah konsepsi yang terencana, yang berisikan ilmu, untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat tanpa merugikan orang lain dan bahkan saling membantu.2.5.1 Konsep Ke-Tuhan-an Merealisasikan sistem kemanfaatan, tanpa mengurangi atau menghilangkan sisi-sisi meteriil. melakukan sesuatu yang sama dengan tujuan materiil, dan mencapai tujuan yang dimaksud tetapi sisi kemanfaatan diabaikan.a. Percaya kepada al-Khaliq Yang Maha Mengatur, Kuasa, Bijaksana, dan kepada Al-Asma-ul Husnab. Mengimani para Malaikatnya, Mengimani Kitab-Kitabnyac. Mengimani ketetapan hari Qiyamatd. Mengimani bahwa setiap manusia yang dilahirkan dalam kondisi fithrah (beragama Islam)2.5.2 Ideologi IslamMenurut M. Hamidullah Abdallati, Ideologi Islam terkenal dengan motto Islam yang tercakup dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang mencari kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat maka dari itu Islam memegang teguh akan pentingnya ideologi yang telah mengatur manusia dan tidak terpisahkan dengan Al-Quran dengan asas yang satu tidak dikorbankan untuk kepentingan yang lain, artinya jika Islam menentukan atau menetapkan suatu kewajiban dan pengamalan spiritual, maka harus mengandung kemanfaatan materiil.

B. REFLEKSI AKHLAQ RASULULLAH SAW2.6 TaqdimPerilaku seseorang merupakan barometer akal dan merupakan kunci untuk mengenal hati nuraninya. Hati nurani selalu cenderung mengikuti fithrah (kelurusan perilaku dan sikap) yang kemudian dalam kehidupan bermasyarakat dikenal istilah Akhlaq. Akhlaq dapat diklasifikasikan pada dua jenis yaitu akhlaq Mahmudah dan akhlaq Madhmumah. Dua sifat ini selalu melekat pada diri manusia.

2.7 Definisi Akhlaq, Moral, dan Etika2.7.1 AkhlaqKata Akhlaq berasal dari huruf yang sama dengan akar kata Khuluqu dan menjadi dasar pula pada kata Khalaqa yang bermakna menciptakan. Kata Khalaqa yang berarti perbuatan menciptakan, maka makna kata Khuluq/Akhlaq. Jadi, kata Akhlaq berarti perbuatan yang sesuai dengan tujuan dari penciptaan sesuatu, atau bahwa manusia menciptakan perilaku berdasarkan pada tujuan penciptaannya. Oleh karena itu Akhlaq kepada manusia adalah perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan tujuan penciptaan manusia tersebut seperti penghargaan dan penghormatan kepada sesama manusia.2.7.2 MoralMoral secara etimologi berasal dari bahasa latin Mores, bentuk plural dari Mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Secara terminology adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, parangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar-salah, atau baik-buruk. Secara sosio kultural moral adalah suatu perilaku yang wajar dan kondisional dalam kehidupan masyarakat.2.7.3 Etika (Adib)Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos yang bermakna watak adat, karakter, kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlaq, kebiasaan serta kepercayaan yang bersifat khusus tentang diri seseorang sebagai individu atau sebagai kelompok manusia. Akhlaq itu sendiri ada sejak manusia menginjakkan kaki di bumi ini yang termaktub dalam ajaran agama (Al-Quran dan As-Sunnah) keduanya adalah sumber dari Akhlaqul Karimah (akhlaq mulia) menggabungkan antara etika, moral, dan akhlaq merupakan kesempurnaan iman seseorang2.7.4 Spesifikasi Akhlaq KarimahAkhlaq Karimah dapat diartikan sebagai Akhlaq yang berdasarkan pada ajaran Islam, yang dimana penentuan baik-buruk menggunakan tolok ukur ketentuan Allah SWT, yang bersumber pada wahyuNya. Al-Quran dalam implementasinya di Tafshil oleh hadits Rasulullah SAW. Penentuan baik dan buruk dalam Islam tidak semata-mata ditentukan berdasarkan amal perbuatan yang nyata saja, tetapi lebih dari itu juga tergantung pada niatnya. Dalam hal ini Umar bin Khattab r.a. meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: Hanya saja amal-amal itu tergantung pada niat. Dan, seseorang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barang siapa niat hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya pun kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa niat hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya atau wanita yang akan dinikahinya, hijrahnya pun untuk apa yang ia niatkan. (HR Bukhari-Muslim)Dengan rusaknya fithrah baik dan lurus itulah, maka manusia akan kehilangan cahaya kebenaran dan fithrah tidak lagi berfungsi di ruang lingkup akhlaq karena dikalahkan oleh akal pikiran yang mendatangkan kegelapan pada dirinya. Kegelapan itulah merupakan ciri akhlaq tercela yang harus kita jauhi, karena sekecil apapun sifat tercela yang melekat pada diri seseorang maka akan menjadi besar pada pandangan orang lain.2.7.5 Esensi TashawwufTashawwuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan dengan cara menyucikan hati sesuci-sucinya. Adapun sistem pembinaan akhlaq dalam keyakinan shufi (Tashawwuf) ini terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu: Takhalliy Mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan dunia. Tahalliy Menghiasi dan membiasakan diri bersifat dan bersikap serta perilaku yang baik. TajalliyApabila jiwa telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlaq (lu lu-ul khuluq) dan organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang mulia, kemudian diperlukan penghayatan dengan cara menanamkan kesadaran yang optimal dan rasa kecintaan yang mendalam terhadap Allah SWT. Orang yang bening hatinya akan tercermin dalam perilakunya yang baik (akhlaq mahmudah), akhlaq yang baik merupakan gambaran dari hati yang bersih. Sebaliknya akhlaq yang buruk merupakan gambaran dari hati yang kotor atau buruk dan hati yang mati (qaswatul qalb).

2.8 Akhlaq Kepada Allah SWT2.8.1 Marifatullah Sebagai Al-KhaaliqPemahaman Marifatullah (mengenal Allah SWT) baik sebagai Rububiyyah (Allah rabbul alamin), al-asma-i was-sifat dan sebagai Uluhiyah (Allah yang berhak disembah) dengan demikian maka kita sebagai umat Islam memiliki kewajiban dasar untuk mengenal lebih jauh lagi tentang Tuhan Pencipta ala mini, salah satu dasar atau jalan mengenal Allah SWT adalah dengan ilmu pengetahuan, akal pikiran sebagaimana firman Allah SWT; Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad;47:19). Orang yang paling tinggi derajatnya yaitu orang yang berilmu dan beriman, maksudnya bahwa seseorang dapat beriman dengan benar, jika ia berilmu dandikatakan berilmu jika ia telah mengenal Allah SWT (Marifatullah) mengenal Rasulullah SAW (Marifatur Rasul) dan mengenal agama (Marifatul din).2.8.2 Menyekutukan Allah (asy-Syirku billah)Syirik adalah perbuatan menyamakan Allah SWT dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini, artinya memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah SWT, apapun bentuk, jenisnya, dan pelakunya disebut Musyrik karena Allah SWT al-Qudduus yaitu Maha Suci dari segala hal-hal yang berbau syirik, sebagai akibatnya dalam hadits shahih dijelaskan, dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda; Allah Tabaraka wataala berfirman; Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan amalan, lalu ia menyekutukanKu pada amalan tersebut dengan selain Aku, maka Aku tinggalkan amalannya dan sekutunya. (HR. Muslim) 2.8.3 Husnud-DzanKata Husnun artinya kebaikan, dan kata Dzan artinya sangkaan atau dugaan, jadi Hunsudz Dzan berarti sangkaan baik, Husnud Dzan Ilallah adalah seseorang memiliki sangkaan baik terhadap apa-apa yang telah menjadi ketentuan Allah SWT dalam agama ini. Dan lawan kata dari Husnud Dzan yaitu Suudz Dzan berprasangka jelek kepada Allah SWT. 2.9 Akhlaq Kepada Rasulullah SAW2.9.1 Mencintai Rasulullah SAWKita sebagai orang beriman sudah selayaknya memiliki rasa cinta/senang kepada orang yang menjadi sebab kita beriman dan salah satu pokok akhlaq karimah kepada sesama manusia yang harus kita tegakkan dalam rangka penghambaan diri secara total kepada Allah SWT adalah mencintai Rasulullah SAW (Mahabbah Lir Rasul) Allah SWT menyatakan: Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosaMu! Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran;3:31). Adapun ciri seseorang yang mencintai Rasulullah SAW adalah:a. Berani berkorbanb. Menjalankan perintah dan menjauhi laranganNyac. Menjunjung tinggi ajaran agama Allah SWT atau Syariat2.9.2 MutabaahKata Mutabaah berarti menjadikan Rasulullah SAW sebagai salah satu panutan dan teladan dalam kehidupan manusia. Mengikuti jejak Rasulullah SAW berarti menempatkan beliau sebagai manusia pilihan Allah SWT, membenarkan kerasulannya, membenarkan risalah yang harus dibawanya dengan penuh keyakinan kalau sudah meyakini berarti harus mematuhi dan memenuhi serta menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan RasulNya, sebagaimana firman Allah SWT Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An-Nisa;4:80). Rasulullah SAW memberikan contoh, seperti:a. Menghormati para Sahabat Rasulullah SAWb. Menghormati para Ulama2.9.3 Loyalitas (Wala) Kepada Rasulullah SAWWala dalam bahasa berasal dari kata kerja waalaa-yuwaalii-muwalatan wa walaa-an, artinya mencintai, mengurus, melindungi. Firman Allah SWT, Allah Pelindung orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah;2:257). Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlaq ditegaskan dalam Al-Quran bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki akhlaq yang sangat agung, yang terlihat dari ucapan dan tindakannya. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seorang yang Syiddiq (jujur), Amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan) dan Fathanah (cerdas)

2.10 Keseimbangan Hubungan Sesama2.10.1 Stratifikasi SosialDalam Al-Quran banyak isyarat yang menunjukkan stratifikasi social sekalipun tidak secara langsung, menggunakan bentuk stratifikasi social tersebut, isyarat-isyarat tersebut ada yang stratanya dari sisi ekonomi, jenis kelamin, status sosial, hubungan kekerabatan etnis, ras, suku, keagamaan, pengetahuan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini Al-Quran mengungkap dalam ayat berikut dari sisi ekonomi Dan Allah SWT melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizqi, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rizqinya itu) tidak mau memberikan rizqi mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rizqi itu. Maka mengapa mereka mengingkari nimat Allah SWT (Ayat ini salah satu dasar Ukhuwah dan Persamaan dalam Islam)? (QS. An-Nahl;16:71)2.10.2 Insan IdealInsan Ideal adalah insane yang memiliki kepribadian mulia, sebagaimana dikemukakan (Halim,2000) ialah insan yang memiliki berbagai sifat mulia yang melekat pada dirinya , beberapa sifat yang melekat dan menjadi kepribadian insane kamil, antara lain:a. Rajin mempelajari agamab. Giat bekerja c. Giat beribadahd. Giat beramal shalihe. Sabar f. Berjiwa besar g. Memliki rasa maluh. Pribadi yang damaii. Damai dalam hubungan sosial

2.11 Pergaulan dan Egoisme2.11.1 Pergaulan (Mukhalatu fil maaisyah)Tak kenal maka tak saying. Itulah sebuah ugkapan yang telah popular di kehidupan kita. Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak seseorang mulai mengenal lingkungan hidupnya. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, istilah tak kenal maka tak sayang adalah awal dari terjalinnya hubungan saling mencintai. Apa yang terjadi dari sebuah hubungan antara seseorang dengan orang lain secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:a. Perkenalan (taaruf)b. Hubungan shahabat (silatush shahbah)c. Jatuh cinta (haama/asyiqa)d. Hubungan intim2.11.2 Egoisme (anaaniyah)Dalam bahasa agama, ego atau egoisme itu dinamai hawa nafsu. Hawa nafsu berasal dari kata Arab. Hawa berarti keinginan dan al-nafs berarti diri manusia atau kecenderungan dalam diri manusia. Jadi, hawa nafsu berarti kecenderungan dalam diri manusia untuk selalu mengikuti hal-hal yang buruk. 2.12 Komunikasi dan Musyawarah2.12.1 Komunikasi (aqwaal)Membangun sebuah komunikasi dalam pandangan Islam tidak lepas dari eksistensi Al-Quran dan As-Sunnah, maka dari itu komunikasi ini terdiri dari komunikasi dengan Allah Yang Pencipta, komunikasi dengan sesama (muamalah) dan komunikasi dengan alam (khalifatun fil ardhi). Komunikasi dengan Allah SWT dapat dilakukan dengan cara memperbanyak dzikir (mengingat Allah SWT) dan shalat (QS. Al-Baqarah;2:152) dan dzikir semacam ini dapat berpengaruh pada ketenangan bathin (hati) (QS. Ar-Radu;13:28) komunikasi dengan Allah SWT merupakan momen dalam penyegaran iman dan memotivasi hidup agar lebih baik. (QS. Al-Ahzab;33:41-42 dan QS. Al-Jumuah;62:10)2.12.2 Musyawarah (syuraa)Musyawarah berbeda sekali dengan debat. Dalam debat yang dicari adalah kemenangan, terutama bagi yang memiliki keahlian bersifat lidah, sedangkan musyawarah bersifat mencari kebenaran. Suatu kebenaran diterima didasarkan kepada kebenaran argumentasi (hujjah) yang dikemukakan, bukan atas dasar sentiment atau sakit hati. Biasanya, jika musyawarah ditinggalkan dan egoism yang ditonjolkan, apabila ditambah penyusupan (infiltrasi) dari luar, maka perpecahan (tafarruq) tidak dapat dihindarkan.2.12.3 Mujadalah Secara etimologi, mujadalah berarti berdebat, berdiskusi, atau berbantah-bantahan. Di dalam Al-Quran kurang lebih terdapat 30 ayat yang menerangkan masalah mujadalah ini. Kadangkala debat dikaitkan pula dengan watak dan karakter manusia yang selalu ingin berdebat dan mendebat sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-Kahfi;18:54, Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl;16:125, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Baik, ketika berdebat dengan orang atau kelompok orang yang berbeda akidah dan keyakinan pun, kaum Muslimin diperintahkan berdebat dengan cara yang lebih baik.2.12.4 Ukhuwah Insaniyah dan IslamiyahAgama Islam merupakan agama yang universal (Syumuliyah) yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dsb. Mengatur manusia dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali ke perut bumi, dan demikian seterusnya. Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah;2:208) Sebagai agama yang universal, wajar kalau agama Islam tidak hanya memberikan tuntutan dalam ber-ukhuwah islamiyah, tetapi sekaligus tuntutan untuk ber-ukhuwah insaniyah, artinya persaudaraan Islam, yaitu sikap persaudaraan sesama umat Islam dalam menghadapi segala permasalahan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh Islam. Prinsip-prinsip ukhuwah dalam Islam adalah: Kemerdekaan (hurriyah) Musawah dan Tawaazun (egalite/seimbang) Keadilan (al-Adalah) Taaawun (tolong-menolong) Tasamuh dan Toleransi (Qasamuh) Al-Afaa (saling memaafkann)2.12.5 Akhlaq Terhadap AlamAllah SWT telah menyerahkan alam semesta (dengan segala isinya) kepada kita (manusia) sebagai (Khalifatun Fil Ardhi) artinya manusia diberi amanah dan kepercayaan untuk mengelola dan mengambil manfaatnya, seperti Firman Allah SWT dalam Al-Quran, Dialah Allah yang menjadikan apa yang ada di bumi seluruhnya untukmu (manusia). Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah;2:29-30) Akhlaq terhadap lingkungan hidup, terutama terhadap binatang dan tumbuh-tumbuhan terdiri dari dua bagian: Syafaqah, artinya berperasaan halus dan belas kasihan untuk berbuat baik kepada sesama makhluk. Himayah, artinya memelihara lingkungan untuk memperoleh manfaatnya.a. Terhadap binatang ternakb. Terhadap tumbuh-tumbuhan

2.13 Korelasi Kepribadian dan Prestasi2.13.1 Definisi Kepribadian Dalam Agama (asy-syahshiyahu fialdin)Kepribadian dapat diartikan sebagai keshalehan, shaleh dalam agama adalah bahwa agama ditegakkan atas dasar perintah beribadah kepada Allah SWT, yang menciptakan alam semesta ini, dan menciptakan kehidupan dengan kekuasaanNya. Dalam banyak ayat Allah SWT mengabarkan kepada kita tentang iman dan amal shaleh melalui firmanNya diantaranya; Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al-Ashr;102:1-3)2.13.2 Keperibadian yang Fondamen dan EfektifFenomena keshalehan bagi seorang pelajar atau seseorang yang menuntut ilmu perlu disadari bahwa terdapat tips-tips untuk memiliki keshalehan yang efektif, yaitu:a. Memperbaharui niat dalam menuntut ilmu (thalabul ilmi)b. Mengatur waktu sebaik-baiknyac. Mengatur strategi dalam berusaha dan ikhtiard. Rajin dan komitmen dalam mengikuti pelajarane. Mampu melakukan sesuatu tepat dan sesuai waktu (efektif dan efisien) yang telah ditetapkan 2.13.3 Keperibadian dan Prestasi (asy-syahshiyatu, an-najah) Keperibadian (keshalehan) yang baik pada diri seseorang akan mendatangkan keberhasilan (prestasi/sukses) pada dirinya. Berpegang teguh dengan nilai-nilai iman dan akhlaq yang mulia serta diaplikasikan dalam bentuk sikap dan perilaku yang baik merupakan dasar belajar yang efektif untuk menuju prestasi yang didambakan.2.13.4 Prestasi Tanpa KepribadianDalam dunia nyata ada sebagian orang yang berprestasi tanpa keshalehan, bahkan prestasi mereka melebihi prestasi orang yang shaleh. Tetapi balasan Allah SWT bagi pera hambaNya yang shaleh sangatlah mulia dan berderajat tinggi, karena tujuan kita hanya Allah SWT. Sekalipun hasil (prestasi) yang dicapai di dunia sama nilainya dimata manusia, namun tetap berbeda bagi Allah SWT antara yang shaleh dengan yang tidak shaleh. Sebagaimana difirmankan Allah SWT; Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa;4:104)

2.14 Penutup 2.14.1 Membumikan AkhlaqPredeksi Rasulullah SAW dalam hal ini, sudah menjadi kenyataan sebagimana sabdanya; Dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata, bahwa jika suatu bangsa melakukan 5 jenis dosa, maka akan dating 5 adzab. yaitu:a. Jika sering mengingkari janji, maka akan dikuasai oleh musuhb. Jika berhukum dengan selain hokum Allah, maka akan banyak orang fakir miskinc. Jika banyak perzinaan, maka akan muncul penyakit mematikand. Jika suka mengurangi timbangan (menipu), maka tanaman tidak akan tumbuh subure. Jika menolak untuk membayar zakat, maka hujan tidak akan turunSedangkan yang menjadi perusak akhlaq atau moral adalah:a. Pragmatis materialistis, artinyaa seseorang ingin cepat berhasil/sukses secara spontan dan instant dalam waktu yang singkat.b. Sekularisme, artinya ada issu bahwa antara agama dan kehidupan dunia harus dipisahkan.2.14.2 Hadits-hadits Shahih Tentang Keimanan dan Akhlaqa. Berbudi pekertilah kepada orang lain dengan budi pekerti yang baik. (HR. Thabrani)b. Orang mumin yang paling sempurna imannya, yaitu yang paling baik budi pekertinya. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)c. Sesungguhnya Allah SWT menyayangi hambanya yang penyayang. (HR. Bukhari)d. Jadilah orang yang terbaik dari kalian yaitu yang terbaik budi pekertinya. (HR. Bukhari-Muslim)

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPredeksi Rasulullah SAW dalam hal ini, sudah menjadi kenyataan sebagimana sabdanya; Dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata, bahwa jika suatu bangsa melakukan 5 jenis dosa, maka akan dating 5 adzab. yaitu:a. Jika sering mengingkari janji, maka akan dikuasai oleh musuhb. Jika berhukum dengan selain hokum Allah, maka akan banyak orang fakir miskinc. Jika banyak perzinaan, maka akan muncul penyakit mematikand. Jika suka mengurangi timbangan (menipu), maka tanaman tidak akan tumbuh subure. Jika menolak untuk membayar zakat, maka hujan tidak akan turunSedangkan yang menjadi perusak akhlaq atau moral adalah:a. Pragmatis materialistis, artinyaa seseorang ingin cepat berhasil/sukses secara spontan dan instant dalam waktu yang singkat.b. Sekularisme, artinya ada issu bahwa antara agama dan kehidupan dunia harus dipisahkan.Hadits-hadits Shahih Tentang Keimanan dan Akhlaq:a. Berbudi pekertilah kepada orang lain dengan budi pekerti yang baik. (HR. Thabrani)b. Orang mumin yang paling sempurna imannya, yaitu yang paling baik budi pekertinya. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)c. Sesungguhnya Allah SWT menyayangi hambanya yang penyayang. (HR. Bukhari)d. Jadilah orang yang terbaik dari kalian yaitu yang terbaik budi pekertinya. (HR. Bukhari-Muslim)

3.2 Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu di sini penulis meminta kritik atau saran agar bisa membangun sebuah makalah yang lebih baik dari sebelumnya.

1