Batu Ginjal
-
Upload
una-aprilia-faziera -
Category
Documents
-
view
91 -
download
2
description
Transcript of Batu Ginjal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia
maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7%
pada perempuan dewasa, dengan puncak usia 30 tahun dan 40 tahunan. Angka kejadian
batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia
tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959
orang. Selain itu jumlah pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas
378 orang. (Rully, M. Azharry.S. 2010. 52)
Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis,
lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi,
diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis, avaskuler ischemia yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan mengakibatkan ancaman kematian bagi
penderita.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penyakit Batu Ginjal?
2. Bagaimana etiologi Batu Ginjal?
3. Bagaimana patofisiologi Batu Ginjal?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Batu Ginjal?
5. Apa saja komplikasi dari Batu Ginjal?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada Batu Ginjal?
7. Bagaimana penatalaksanaan Batu Ginjal?
8. Bagaimana pathway dari Batu Ginjal?
9. Bagaimana askep dari Batu Ginjal?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Sistem Perkemihan, juga agar pembaca dan penyusun dapat lebih luas
memahami tentang Batu Ginjal , serta mendapatkan informasi atau wawasaan mengenai
“Askep Teori dengan Batu Ginjal ”.
Sistem Perkemihan | 1
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang penyakit Batu Ginjal
2. Mengetahui etiologi Batu Ginjal
3. Mengetahui patofisiologi Batu Ginjal
4. Mengetahui Tanda dan Gejal Batu Ginjal
5. Mengetahui Komplikasi Batu Ginjal
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Batu Ginjal
7. Mengetahui Penatalaksanaan Medis Batu Ginjal
8. Mengetahui pencegahan Batu Ginjal
9. Mengetahui Pathway Batu Ginjal
10. Mengetahui Asuhan Keperawatan Batu Ginjal
Sistem Perkemihan | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau
calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007).
Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu
yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri
atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit(Patofisiologi
keperawatan, 2000 ).
Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya
dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.
(Nugroho, Ditto. 2009)
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan
kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh
sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and suddatrh,
2002: 1460).
Sistem Perkemihan | 3
2.2. Etiologi
1. Faktor intrinsik, meliputi:
a. Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin : Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
2. Faktor ekstrinsik, meliputi:
a. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
e. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
2.3. Patofisiologi
Adapun pathofisiologis menurut Suddarth (2002; 1460) adalah :
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih. Obstruksi mungkin
hanya persial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang
disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Proses pathofisiologis dari batu perkemihan
sifatnya mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar,
Sistem Perkemihan | 4
seperti, pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Komposisi mineral dari
batu ginjal bervariasi kira-kira tiga perempat bagian dari batu adalah kalsium, fosfat,
sama urin dan custin. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan
rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin
statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Ditambah adanya infeksi
meningkatkan kebiasaan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat presipitasi
kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
berbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsiumoksalat,
kalsium fosfat dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu seperti sifat secara normal mencegah kristalisasi dalam urin.
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urin dan status
cairan pasien (batu cenderung jadi pada pasien yang dehidrasi).
Batu dapa ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dan deposit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau krikil,
sampai batu membesar kandung kemih berwarna orange.
Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, status
urin, periode immobilisasi (drainase renal yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium).
Fakto-faktor ini mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium didalam darah dan
urin, menyebabkan pembentukan batu kalsium. Pembentukan batu urinarius juga dapat
terjadi pada penyakit inflamasi usus pada individu dengan ileustomi atau reseksi usus,
karena individu ini mengabsorbsi oksalat secara berlebihan.
2.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketiak batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Iritasi batu yang secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi
yang sering disertai dengan keadaan demam, menggigil dan disuia. Beberapa batu
menyebabkan ketidak nyamanan dan nyeri yang luar biasa (Brunner &Suddarth, 2001
hal 1461)
1. Batu di piala ginjal
a. Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.
Sistem Perkemihan | 5
b. Nyeri yang berasal dari daerah renal menyebar secara anterior dan pada wanita
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
c. Dapat dijumpai hematuria dan piuria.
d. Kolik renal : bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area
kostovertebral, dan muncul mual muntah.
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan dan kolik yang menyebar
ke pahan dan genetalia.
b. Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
3. Batu yang terjebak di kandung kemih
a. Menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b. Batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih sehingga akan terjadi
retensi urin.
c. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi akan lebih serius
disertai sepsis.
2.5. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan akan menyebabkan gagal ginjal.
Sistem Perkemihan | 6
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan temapat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk di
ginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler Iskemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemriksaan Laboratorum
a. Urin lengkap
b. BUN SC
c. Urine Cultur
d. URIC Acid
Diagnosis BATU GINJAL dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
1. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat
menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu
dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan
campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun
batu diluar ginjal.
2. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
3. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
Sistem Perkemihan | 7
4. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
2.7. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu ginjal adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa,
pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan
pembedahan terbuka.
1. Pengurangan Nyeri
Morfin untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa, mandi air
panas atay hangat di area panggul, pemberian cairan kecuali untuk pasien mentah
menderita gagal jantung kongestif. Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi
konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin serta meningkatkan tekanan hidrostatik
pada ruang dibelakang sehingga mendorong masase batu ke bawah.
2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis.
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang
dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah
ada. Setiap pasien batu ginjal harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
3. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu
dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin
hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat
diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih
atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu
dikeluarkan, batu ginjal dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat
Sistem Perkemihan | 8
tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.
4. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy).
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah
batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat
menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
5. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi
per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui
alat keranjang Dormia.
6. Tindakan Operasi
Penanganan batu ginjal, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan
batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu
tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan
pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana
batu berada, yaitu :
Sistem Perkemihan | 9
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra
2.8. Pencegahan Batu Ginjal
Pencegahan batu ginjal terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat
pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier
atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
1. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit batu ginjal dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit batu
ginjal. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit batu ginjal. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit batu ginjal, dianjurkan untuk minum air putih
minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup
terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan
penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya
ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit batu ginjal. Kegiatan yang
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Ginjal dapat
dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ
yang bersangkutan :
Sistem Perkemihan | 10
a) Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam
(tidak selalu).
b) Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui
apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria
dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH
urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH
kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH
urine lebih dari 7,2.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan
intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit batu
ginjal agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami
tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat
dari batu ginjal sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak
terjadi kekambuhan penyakit batu ginjal, dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Sistem Perkemihan | 11
2.9. Pathway
↓
Kerusakan pada nefron ginjal
↓
Gg. Reabsorbsi dan kebocoran ginjal
↓
Peningkatan mineral di ginjal
↓
Pengendapan mineral menjadi Kristal
↓
Endapan Kristal membentuk nucleus
menjadi batu
↓
Urolithiasis (Batu Ginjal)
Ureter Bladder Pelvic Renal
↓
Iritasi lumen obstruksi hambatan iritasi diskontinuitas Meningkatkan
Uretra ↓ saluran mukosa jaringan local TD hidrostatik
Sistem Perkemihan | 12
Faktor internal : Herediter, Umur , Jenis kelamin
Faktor eksternal : Geografi, Iklim dan temperatur, Asupan air, Diet, Pekerjaan
↓ oliguria/ urine blader local
Hematuria anuria ↓ ↓
↓ kerusakan infeksi meningkatkan iskemia
Pembuluh Akumulasi ↓
darah uncompen compensated cairan fungsi
Regurgitasi ↓ -sated ↓ interstisial ginjal ↓
Urine ke pelvic renal hematuria ↓ meningkatnya ↓ ↓
↓ ↓ aktivitas distensi Gagal
Hidronefrosis pertahanan ↓ Ginjal
↓ ↓ reflex renointestinal +
Peningkatan permeabilitas Pyrogen proximili anatomic
Kapiler renal ↓ ↓
↓ Hiperpireksia mual, muntah
GFR menurun ↓ ↓
↓ Diare
Sistem Perkemihan | 13
Nyeri Akut
Gangguan Eliminasi Urine
Potensial Komplikasi Sepsis
Potensial Komplikasi Anemia
Resiko kekurangan volume cairan
Retensi Urine
Resiko Infeksi
Nyeri Akut
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2.1. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang
memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien
A. Identitas Pasien yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. RM, identitas keluarga, dll.
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari
pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri
tidak di ketahui.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien
suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam
makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang ditemukan pada klien ini adalah sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidak
2. Keadaan klien biasanya Composmentis
3. Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia
4. Kulit kepala : kotor/tidak kotor
5. Mata :
Kesimetrisan : simetris ki dan ka
Konjungtiva : anemis/tidak anemis
Sclera : ikterik/ tdk ikterik
6. Mulut dan gigi
Rongga mulut : kotor/tdk
Sistem Perkemihan | 14
Lidah : kotor/tdk
7. Dada dan thorak
I : simetris kiri dan kanan
P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan
P: normal/tdk
A: normal/tdk
8. Abdomen
I : adanya pembesaran pada abdomen bawah bagian belakang
P : akan teraba massa bila keadaan sudah lanjut
P : n: tympani
A: bising usus (+) n: 5-35x/i
9. Genetalia
Observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi skrotum untuk
mengetahui ukuran, warna dan bentuk kesimetrisan
10. Rectum dan anus
I: adanya hemoroid, lesi, kemerahan
P: merasakan adanya massa
11. Kulit/ intagumen
I: amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan,
sianosis, lesi kulit, ikterik.
D. Kebutuhan sehari-hari
1. Makan dan minum
Makan : Sehat : 3x/hr, komposisi nasi + lauk, sayur
Sakit : 3x/hr, hanya menghabiskan setengah porsi
Minum: sehat : 6-8 gelas sehari, air putih
Sakit : 10-12 gelas sehari, air putih
2. Eliminasi:
BAK: sehat : 5-7x sehari
Sakit : BAK melalui kateter
BAB: Sehat : 1x sehari,konsistensi lembek
Sakit : 4x sehari konsistensi encer
3. Personal hygiene:
Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun
Sistem Perkemihan | 15
Sakit : 1x sehari dibantu di ats tempat tidur
4. Istirahat & Tidur
Tidur siang: sehat : 2-3 jam sehari, tidak ada gangguan
Sakit : 6-7 jam, gelisah
Tidur malam: sehat : 6-8 jam, tidak ada gangguan
Sakit : 7-8 jam, gelisah
E. Data Psikologis
Pada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi
eliminasi urine tidak teratur dan nyeri, akan menimbulkan kecemasan yang
meningkat.
F. Data Social Ekonomi
Meliputi hubungan sosial klien dengan orang lain dan status ekonominya,
urolitiasis dapat menyerang siapa saja baik dari golongan ekonomi rendah maupun
tinggi
G. Data Spiritual
Menyangkut kemampuan klien untuk dapat melakukan ibadah dengan baik
untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan meliputi adanya keyakinan spiritual yang
berhubungan dengan penyakitnya.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa
Warna: normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat),
Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kemih,
BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar
perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi
protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70
sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
Sistem Perkemihan | 16
urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi
ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
Analisa Data
DS :
- Pekerjaan yang monoton dengan lingkungan bersuhu tinggi
- Nyeri
- Riwayat ISK
- Kencing berdarah
- Perubahan pola berkemih
- Mual, muntah
- Demam
- Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout
- Riwayat penyakit sebelumnya : gangguan mebatolisme kalsium, bedah abdomen
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, alupurinolol, natrium bicarbonate, fisfat,
tiazid, vitamin, kalsium, dan atau fosfat
- Diare
- Tidak minum air dengan cukup
- Pola makan tinggi purin, kalsium, atau fosfat
- Riwayat minum alcohol
Sistem Perkemihan | 17
DO:
- TD meningkat > 120/80, nadi meningkat > 90x/mnt
- Kulit pucat
- Hematuria
- Retensi urin
- Muntah
- Nyeri tekan abdomen
- Distensi abdomen, bising usus < 12x
- Menggigil
- Diare
2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan frekuensi atau dorongan uretral
2. Perubahan pola eliminasi b.d obstruksi mekanik inflamasi stimulasi kandung kemih
oleh batu, tritasi ginjal atau ureter
3. Defisisensi pengetahuan b.d salah intrepetasi informasi, kurang pajanan, kurang
dapat mengingat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d factor resiko : kehilangan volume cairan aktif,
kehilangan berlebihan melalui rute normal, factor yang mempengaruhi kebutuhan
cairan
5. Resiko infeksi b.d factor resiko : pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
2.3. Intervensi
1. Nyeri b.d peningkatan frekuensi atau dorongan uretral
NOC : pain level
Pain control
Comvort level
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
- Nyeri berkurang
- Menyatakan perasaan nyaman
NIC :
Sistem Perkemihan | 18
1) Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
2) Ajarkan tehnik distraksi relaksasi
3) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
4) Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
2. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi mekanik, inflamasi stimulasi kandung kemih
oleh batu, tritasi ginjal atau ureter
NOC : urinary elimination
Urinary continuence
Kriteria hasil:
- Kandung kemih kosong secara penuh
- Tidak ada urine residu > 100-200
- Intake cairan dalam rentang normal 0,5-1 cc/kg BB/hari
NIC :
1) Kaji kemih pasien dengan komprehensif
2) Monitor efek obat-obatan yang diresepkan
3) Pasang kateter
4) Anjurkan pasien dan keluarga untuk merekam output urin
5) Pantau asupan dan keluaran
3. Defisisensi pengetahuan b.d salah intrepetasi informasi, kurang pajanan, kurang
dapat mengingat
NOC : knowlwdge : disease process
Knowledge : health behavior
Kriteria Hasil
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan pengobatan.
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
NIC :
1) Kaji pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Sistem Perkemihan | 19
3) Gambarkan tanda gejala, proses penyakit, dengan cara yang tepat.
4) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
5) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
6) Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi
Sistem Perkemihan | 20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya
dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi. Batu
ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit . penyebab
Batu ginjal ini di pengaruhi oleh Faktor intrinsik (herediter, umur, jenis kelamin) dan
faktor ekstrinsik (geografi, iklim, asupan air, diet, pekerjaan). Untuk mencegah
terjadinya batu ginjal dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari, Serta
olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau
statis.
4.2. Saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurang
updatenya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.
Sistem Perkemihan | 21
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Sudart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. EGC: Jakarta
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. EGC: Jakarta
Nurarif,Amin H.dkk.2013. Panduan Penyusunan Askep Profesional : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:
Mediaction
Price, Sylvia A, dkk.( 2005). Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit”, Edisi 6
Vol I. EGC: Jakarta
Purnomo, Basuki 2010. Dasar-dasar Urologi. edisi ketiga. Sagung seto: Jakarta
Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/4/Chapter%20II.pdf
http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html. (diakses tanggal 22 Oktober
2015.
http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis. akses tanggal 22 Oktober 2015.
http://www.aku.edu/akuh/health_awarness/pdf/Stones-in-the-Urinary-Tract.pdf. akses tanggal
22 Oktober 2015.
Sistem Perkemihan | 22