Batu Ginjal

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia 30 tahun dan 40 tahunan. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang. (Rully, M. Azharry.S. 2010. 52) Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis, avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana definisi penyakit Batu Ginjal? 2. Bagaimana etiologi Batu Ginjal? 3. Bagaimana patofisiologi Batu Ginjal? 4. Apa saja manifestasi klinis dari Batu Ginjal? 5. Apa saja komplikasi dari Batu Ginjal? 6. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada Batu Ginjal? Sistem Perkemihan | 1

description

Batu Ginjal 2

Transcript of Batu Ginjal

Page 1: Batu Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia

maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7%

pada perempuan dewasa, dengan puncak usia 30 tahun dan 40 tahunan. Angka kejadian

batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia

tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959

orang. Selain itu jumlah pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas

378 orang. (Rully, M. Azharry.S. 2010. 52)

Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis,

lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi,

diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis, avaskuler ischemia yang akhirnya

dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan mengakibatkan ancaman kematian bagi

penderita.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi penyakit Batu Ginjal?

2. Bagaimana etiologi Batu Ginjal?

3. Bagaimana patofisiologi Batu Ginjal?

4. Apa saja manifestasi klinis dari Batu Ginjal?

5. Apa saja komplikasi dari Batu Ginjal?

6. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada Batu Ginjal?

7. Bagaimana penatalaksanaan Batu Ginjal?

8. Bagaimana pathway dari Batu Ginjal?

9. Bagaimana askep dari Batu Ginjal?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam

mata kuliah Sistem Perkemihan, juga agar pembaca dan penyusun dapat lebih luas

memahami tentang Batu Ginjal , serta mendapatkan informasi atau wawasaan mengenai

“Askep Teori dengan Batu Ginjal ”.

Sistem Perkemihan | 1

Page 2: Batu Ginjal

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tentang penyakit Batu Ginjal

2. Mengetahui etiologi Batu Ginjal

3. Mengetahui patofisiologi Batu Ginjal

4. Mengetahui Tanda dan Gejal Batu Ginjal

5. Mengetahui Komplikasi Batu Ginjal

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Batu Ginjal

7. Mengetahui Penatalaksanaan Medis Batu Ginjal

8. Mengetahui pencegahan Batu Ginjal

9. Mengetahui Pathway Batu Ginjal

10. Mengetahui Asuhan Keperawatan Batu Ginjal

Sistem Perkemihan | 2

Page 3: Batu Ginjal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau

calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007).

Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu

yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,

penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri

atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit(Patofisiologi

keperawatan, 2000 ).

Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya

dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.

(Nugroho, Ditto. 2009)

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu

ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam

saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan

kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh

sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus

mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk

dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,

demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and suddatrh,

2002: 1460). 

Sistem Perkemihan | 3

Page 4: Batu Ginjal

2.2. Etiologi

1. Faktor intrinsik, meliputi:

a. Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

b. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

c. Jenis kelamin : Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien

wanita.

2. Faktor ekstrinsik, meliputi:

a. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi

dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

b. Iklim dan temperatur

c. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

d. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran

kemih.

e. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak

duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

2.3. Patofisiologi

Adapun pathofisiologis menurut Suddarth (2002; 1460) adalah :

Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih. Obstruksi mungkin

hanya persial atau lengkap. Obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis yang

disertai tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Proses pathofisiologis dari batu perkemihan

sifatnya mekanis. Urolithiasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar,

Sistem Perkemihan | 4

Page 5: Batu Ginjal

seperti, pus, darah, jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Komposisi mineral dari

batu ginjal bervariasi kira-kira tiga perempat bagian dari batu adalah kalsium, fosfat,

sama urin dan custin. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan

rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin

statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu. Ditambah adanya infeksi

meningkatkan kebiasaan urin (oleh produksi amonium), yang berakibat presipitasi

kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.

Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu

berbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsiumoksalat,

kalsium fosfat dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat

defisiensi substansi tertentu seperti sifat secara normal mencegah kristalisasi dalam urin.

Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urin dan status

cairan pasien (batu cenderung jadi pada pasien yang dehidrasi).

Batu dapa ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan

ukurannya bervariasi dan deposit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau krikil,

sampai batu membesar kandung kemih berwarna orange.

Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, status

urin, periode immobilisasi (drainase renal yang lambat dan perubahan metabolisme

kalsium).

Fakto-faktor ini mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium didalam darah dan

urin, menyebabkan pembentukan batu kalsium. Pembentukan batu urinarius juga dapat

terjadi pada penyakit inflamasi usus pada individu dengan ileustomi atau reseksi usus,

karena individu ini mengabsorbsi oksalat secara berlebihan.

2.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi, dan edema. Ketiak batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,

menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter

proksimal. Iritasi batu yang secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi

yang sering disertai dengan keadaan demam, menggigil dan disuia. Beberapa batu

menyebabkan ketidak nyamanan dan nyeri yang luar biasa (Brunner &Suddarth, 2001

hal 1461)

1. Batu di piala ginjal

a. Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.

Sistem Perkemihan | 5

Page 6: Batu Ginjal

b. Nyeri yang berasal dari daerah renal menyebar secara anterior dan pada wanita

mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

c. Dapat dijumpai hematuria dan piuria.

d. Kolik renal : bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area

kostovertebral, dan muncul mual muntah.

2. Batu yang terjebak pada ureter

a. Menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan dan kolik yang menyebar

ke pahan dan genetalia.

b. Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya

mengandung darah akibat aksi abrasi batu.

3. Batu yang terjebak di kandung kemih

a. Menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan

hematuri.

b. Batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih sehingga akan terjadi

retensi urin.

c. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi akan lebih serius

disertai sepsis.

2.5. Komplikasi

1. Gagal ginjal

Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut

kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini

menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan akan menyebabkan gagal ginjal.

Sistem Perkemihan | 6

Page 7: Batu Ginjal

2. Infeksi

Dalam aliran urin yang statis merupakan temapat yang baik untuk

perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada

peritoneal.

3. Hidronefrosis

Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk di

ginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.

4. Avaskuler Iskemia

Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian

jaringan.

2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemriksaan Laboratorum

a. Urin lengkap

b. BUN SC

c. Urine Cultur

d. URIC Acid

Diagnosis BATU GINJAL dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:

1. Sinar X abdomen

Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat

menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu

dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium

fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan

campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun

batu diluar ginjal.

2. Intravenous Pyelogram (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum

dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi

ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

3. Ultrasonografi (USG)

USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi.

Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang

alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk

menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.

Sistem Perkemihan | 7

Page 8: Batu Ginjal

4. Computed Tomographic (CT) scan

Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan

lokasi batu.

2.7. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu ginjal adalah untuk menghilangkan batu,

menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan

mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa,

pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan

pembedahan terbuka.

1. Pengurangan Nyeri

Morfin untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa, mandi air

panas atay hangat di area panggul, pemberian cairan kecuali untuk pasien mentah

menderita gagal jantung kongestif. Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi

konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin serta meningkatkan tekanan hidrostatik

pada ruang dibelakang sehingga mendorong masase batu ke bawah.

2. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu

dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa

intervensi medis.

Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang

dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif

mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah

ada. Setiap pasien batu ginjal harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

3. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu

dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin

hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat

diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk

mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih

atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu

dikeluarkan, batu ginjal dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat

Sistem Perkemihan | 8

Page 9: Batu Ginjal

tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu

berikutnya.

4. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy).

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini

digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah

batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat

menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

5. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu

saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari

saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat

tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).

Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang

berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem

kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih

dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat

pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi

per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter

maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan

ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui

alat keranjang Dormia.

6. Tindakan Operasi

Penanganan batu ginjal, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan

batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu

tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan

pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana

batu berada, yaitu :

Sistem Perkemihan | 9

Page 10: Batu Ginjal

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di

dalam ginjal

b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di

ureter

c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di

vesica urinearia

d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di

uretra

2.8. Pencegahan Batu Ginjal

Pencegahan batu ginjal terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat

pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier

atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

1. Pencegahan Primer

Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya

penyakit batu ginjal dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit batu

ginjal. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah

menderita penyakit batu ginjal. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,

pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk

menghindari terjadinya penyakit batu ginjal, dianjurkan untuk minum air putih

minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan

menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup

terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

2. Pencegahan Sekunder

Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan

penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya

ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit batu ginjal. Kegiatan yang

dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Ginjal dapat

dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.

Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ

yang bersangkutan :

Sistem Perkemihan | 10

Page 11: Batu Ginjal

a) Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam

(tidak selalu).

b) Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul

(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu

melewati ureter menuju kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui

apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria

dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH

urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH

kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH

urine lebih dari 7,2.

3. Pencegahan Tersier

Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi

komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan

intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit batu

ginjal agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi

kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami

tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat

dari batu ginjal sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak

terjadi kekambuhan penyakit batu ginjal, dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik

mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Sistem Perkemihan | 11

Page 12: Batu Ginjal

2.9. Pathway

Kerusakan pada nefron ginjal

Gg. Reabsorbsi dan kebocoran ginjal

Peningkatan mineral di ginjal

Pengendapan mineral menjadi Kristal

Endapan Kristal membentuk nucleus

menjadi batu

Urolithiasis (Batu Ginjal)

Ureter Bladder Pelvic Renal

Iritasi lumen obstruksi hambatan iritasi diskontinuitas Meningkatkan

Uretra ↓ saluran mukosa jaringan local TD hidrostatik

Sistem Perkemihan | 12

Faktor internal : Herediter, Umur , Jenis kelamin

Faktor eksternal : Geografi, Iklim dan temperatur, Asupan air, Diet, Pekerjaan

Page 13: Batu Ginjal

↓ oliguria/ urine blader local

Hematuria anuria ↓ ↓

↓ kerusakan infeksi meningkatkan iskemia

Pembuluh Akumulasi ↓

darah uncompen compensated cairan fungsi

Regurgitasi ↓ -sated ↓ interstisial ginjal ↓

Urine ke pelvic renal hematuria ↓ meningkatnya ↓ ↓

↓ ↓ aktivitas distensi Gagal

Hidronefrosis pertahanan ↓ Ginjal

↓ ↓ reflex renointestinal +

Peningkatan permeabilitas Pyrogen proximili anatomic

Kapiler renal ↓ ↓

↓ Hiperpireksia mual, muntah

GFR menurun ↓ ↓

↓ Diare

Sistem Perkemihan | 13

Nyeri Akut

Gangguan Eliminasi Urine

Potensial Komplikasi Sepsis

Potensial Komplikasi Anemia

Resiko kekurangan volume cairan

Retensi Urine

Resiko Infeksi

Nyeri Akut

Page 14: Batu Ginjal

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2.1. Pengkajian 

Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk

memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang

memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien

A. Identitas Pasien yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin,

pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. RM, identitas keluarga, dll.

B. Riwayat Kesehatan 

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul, nyeri muncul dari

pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke penis. Penyebab nyeri

tidak di ketahui.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yang kaya vit D, klien

suka mengkonsumsi garam meja berlebihan, dan mengkonsumsi berbagai macam

makanan atau minuman dibuat dari susu/ produk susu. 

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Dikaji apakah keluarga klien mengalami batu ginjal atau penyakit lainnya. 

C. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang ditemukan pada klien ini adalah sebagai berikut : 

1. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidak

2. Keadaan klien biasanya Composmentis

3. Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia

4. Kulit kepala : kotor/tidak kotor

5. Mata :

Kesimetrisan : simetris ki dan ka

Konjungtiva : anemis/tidak anemis

Sclera : ikterik/ tdk ikterik 

6. Mulut dan gigi

Rongga mulut : kotor/tdk

Sistem Perkemihan | 14

Page 15: Batu Ginjal

Lidah : kotor/tdk

7. Dada dan thorak

I : simetris kiri dan kanan 

P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan

P: normal/tdk

A: normal/tdk

8. Abdomen 

I : adanya pembesaran pada abdomen bawah bagian belakang

P : akan teraba massa bila keadaan sudah lanjut

P : n: tympani

A: bising usus (+) n: 5-35x/i

9. Genetalia

Observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi skrotum untuk

mengetahui ukuran, warna dan bentuk kesimetrisan

10. Rectum dan anus

I: adanya hemoroid, lesi, kemerahan

P: merasakan adanya massa

11. Kulit/ intagumen

I: amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan,

sianosis, lesi kulit, ikterik. 

D. Kebutuhan sehari-hari

1. Makan dan minum

Makan : Sehat : 3x/hr, komposisi nasi + lauk, sayur

Sakit : 3x/hr, hanya menghabiskan setengah porsi

Minum: sehat : 6-8 gelas sehari, air putih

Sakit : 10-12 gelas sehari, air putih

2. Eliminasi:

BAK: sehat : 5-7x sehari

Sakit : BAK melalui kateter

BAB: Sehat : 1x sehari,konsistensi lembek

Sakit : 4x sehari konsistensi encer

3. Personal hygiene:

Mandi: sehat : 2x sehari pake sabun

Sistem Perkemihan | 15

Page 16: Batu Ginjal

Sakit : 1x sehari dibantu di ats tempat tidur

4. Istirahat & Tidur

Tidur siang: sehat : 2-3 jam sehari, tidak ada gangguan

Sakit : 6-7 jam, gelisah

Tidur malam: sehat : 6-8 jam, tidak ada gangguan

Sakit : 7-8 jam, gelisah

E. Data Psikologis

Pada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi

eliminasi urine tidak teratur dan nyeri, akan menimbulkan kecemasan yang

meningkat. 

F. Data Social Ekonomi

Meliputi hubungan sosial klien dengan orang lain dan status ekonominya,

urolitiasis dapat menyerang siapa saja baik dari golongan ekonomi rendah maupun

tinggi 

G. Data Spiritual

Menyangkut kemampuan klien untuk dapat melakukan ibadah dengan baik

untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan meliputi adanya keyakinan spiritual yang

berhubungan dengan penyakitnya.

H. Pemeriksaan Diagnostik

a. Urinalisa

Warna: normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri

(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).

pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam

urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium

fosfat),

Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin

meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kemih,

BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal

untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar

perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi

protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).

Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70

sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk

mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada

Sistem Perkemihan | 16

Page 17: Batu Ginjal

urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan

iskemia/nekrosis. 

b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau 

polisitemia. 

c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. 

d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada 

area ginjal dan sepanjang uriter. 

e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal

atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi

ureter). 

f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan 

batu atau efek ebstruksi.

g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu. 

Analisa Data

DS :

- Pekerjaan yang monoton dengan lingkungan bersuhu tinggi

- Nyeri

- Riwayat ISK

- Kencing berdarah

- Perubahan pola berkemih

- Mual, muntah

- Demam

- Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout

- Riwayat penyakit sebelumnya : gangguan mebatolisme kalsium, bedah abdomen

- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, alupurinolol, natrium bicarbonate, fisfat,

tiazid, vitamin, kalsium, dan atau fosfat

- Diare

- Tidak minum air dengan cukup

- Pola makan tinggi purin, kalsium, atau fosfat

- Riwayat minum alcohol

Sistem Perkemihan | 17

Page 18: Batu Ginjal

DO:

- TD meningkat > 120/80, nadi meningkat > 90x/mnt

- Kulit pucat

- Hematuria

- Retensi urin

- Muntah

- Nyeri tekan abdomen

- Distensi abdomen, bising usus < 12x

- Menggigil

- Diare

2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan frekuensi atau dorongan uretral

2. Perubahan pola eliminasi b.d obstruksi mekanik inflamasi stimulasi kandung kemih

oleh batu, tritasi ginjal atau ureter

3. Defisisensi pengetahuan b.d salah intrepetasi informasi, kurang pajanan, kurang

dapat mengingat

4. Resiko kekurangan volume cairan b.d factor resiko : kehilangan volume cairan aktif,

kehilangan berlebihan melalui rute normal, factor yang mempengaruhi kebutuhan

cairan

5. Resiko infeksi b.d factor resiko : pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

2.3. Intervensi

1. Nyeri b.d peningkatan frekuensi atau dorongan uretral

NOC : pain level

Pain control

Comvort level

Kriteria Hasil :

- Mampu mengontrol nyeri

- Nyeri berkurang

- Menyatakan perasaan nyaman

NIC :

Sistem Perkemihan | 18

Page 19: Batu Ginjal

1) Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)

2) Ajarkan tehnik distraksi relaksasi

3) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

4) Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan

2. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi mekanik, inflamasi stimulasi kandung kemih

oleh batu, tritasi ginjal atau ureter

NOC : urinary elimination

Urinary continuence

Kriteria hasil:

- Kandung kemih kosong secara penuh

- Tidak ada urine residu > 100-200

- Intake cairan dalam rentang normal 0,5-1 cc/kg BB/hari

NIC :

1) Kaji kemih pasien dengan komprehensif

2) Monitor efek obat-obatan yang diresepkan

3) Pasang kateter

4) Anjurkan pasien dan keluarga untuk merekam output urin

5) Pantau asupan dan keluaran

3. Defisisensi pengetahuan b.d salah intrepetasi informasi, kurang pajanan, kurang

dapat mengingat

NOC : knowlwdge : disease process

Knowledge : health behavior

Kriteria Hasil

- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis, dan pengobatan.

- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat

NIC :

1) Kaji pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit

Sistem Perkemihan | 19

Page 20: Batu Ginjal

3) Gambarkan tanda gejala, proses penyakit, dengan cara yang tepat.

4) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat

5) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

6) Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi

Sistem Perkemihan | 20

Page 21: Batu Ginjal

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya

dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi. Batu

ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit . penyebab

Batu ginjal ini di pengaruhi oleh Faktor intrinsik (herediter, umur, jenis kelamin) dan

faktor ekstrinsik (geografi, iklim, asupan air, diet, pekerjaan). Untuk mencegah

terjadinya batu ginjal dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari, Serta

olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau

statis.

4.2. Saran

Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurang

updatenya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun

khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami

harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.

Sistem Perkemihan | 21

Page 22: Batu Ginjal

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Sudart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. EGC: Jakarta

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. EGC: Jakarta

Nurarif,Amin H.dkk.2013. Panduan Penyusunan Askep Profesional : Aplikasi Asuhan

Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:

Mediaction

Price, Sylvia A, dkk.( 2005). Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit”, Edisi 6

Vol I. EGC: Jakarta

Purnomo, Basuki 2010. Dasar-dasar Urologi. edisi ketiga. Sagung seto: Jakarta

Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034. EGC : Jakarta.

Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai Penerbit FKUI :

Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/4/Chapter%20II.pdf

http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html. (diakses tanggal 22 Oktober

2015.

http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis. akses tanggal 22 Oktober 2015.

http://www.aku.edu/akuh/health_awarness/pdf/Stones-in-the-Urinary-Tract.pdf. akses tanggal

22 Oktober 2015.

Sistem Perkemihan | 22