Basic sciene bedah
-
Upload
debbie-takaliuang -
Category
Documents
-
view
32 -
download
10
description
Transcript of Basic sciene bedah
Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran UKRIDA
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Periode 17 Agustus 2015 – 24 Oktober 2015
Bio Swadi Ghutama
11.2014.335
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit pada dewasa maupun anak
2. Jelaskan mengenai keseimbangan asam dan basa
3. Jelaskan tindakan asepsis dan antisepsis serta perlakuan mensterilkan alat
4. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka dan tahap penyembuhannya
5. Jelaskan berbagai macam jenis jahitan dan macam-macam benang
6. Jelaskan mengenai perdarahan (menurut ATLS dan tatalaksana)
7. Jelaskan definisi syok dan macam-macam syok
8. Jelaskan mengenai minor set
9. Jelaskan mengenai macam-macam tehnik anestesi
10. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya
11. Jelaskan berbagai macam jenis transfusi dan cara memberikannya
Jawaban :
1. JELASKAN MENGEAI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT UNTUK ANAK
DAN DEWASA
Pemahaman tentang keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam menangani
penderita yang akan, sedang, atau selesai menjalani pembedahan. Dalam keadaan normal,
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan menjaga keseimbangan antara jumlah
asupan cairan dan jumlah cairan yang hilang melaui ginjal, saluran pencernaan, maupun cara lain
(insensible loss).
Komposisi air dalam tubuh berbeda-beda sesuai dengan rentang usia :
Bayi prematur, 80% dari berat badan
Bayi normal 70-75% dari berat badan
Sebelum pubertas, 65-70%
Orang dewasa 50-60%
Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, ⅔ nya
merupakan cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan ¼ nya tardapat pada intravaskuler dan ¾
sisanya merupakan intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air
lebih banyak dibanding yang gemuk.
Distribusi cairan dalam tubuh Kation utama Anion utama
Cairan intrasel (40%) K+ PO43-
Cairan ekstrasel (20%), terdiri dari: cairan
interstisial (15%) dan cairan intravascular
(5%)
Na+, disertai K+, Ca2+,
dan Mg2+
Cl-, HCO3-, dan
albumin
Regulasi cairan tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar
dalam kondisi yang seimbang. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini. Normal
kebutuhan cairan adalah 35cc/kgBB/hari. Namun bila rata-rata, kebutuhab intake air orang
dewasa adalah ingesti liquid 1500ccm dari makanan 700ccm air dari oksidasi 200cc sehingga
totalnya 2400cc/hari. Sedangkan utuk pengaturan keseimbangan cairan tubuh terdapat
mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatka berbagai organ.
Jurnlah air yang dianjurkan untuk diberikan pada bayi penting, terutama pada bayi muda
dibandingkan dengan golongan umur selanjutnya, karena air merupakan nutrien yang medium
untuk nutrien yang lain. Oleh karena itu, intake nutrien ditentukan oleh kadarnya dalam cairan
dan jumlah cairan (termasuk air) yang diberikan. Sebaliknya, air dapat diberikan tanpa bersama-
sama dengan nutrien yang lain. Menurut umur, dalam keadaan biasa, kebutuhan air rata-rata bayi
sebagai berikut.
Tabel Kebutuhan air pada bayi per kg berat badan
Umur Rata-rata kebutuhan air/kgBB/24 jam
6 bulan 130-140 ml
9 bulan 125-145 ml
1 tahun 120-135 ml
Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan luasnya
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan.
Tabel. Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No Umur BB (Kg) Kebutuhan Cairan
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
Pada praktik klinis jenis cairan diklasifikasikan menjadi kristaloid, koloid, dan produk darah.
Cairan kristaloid
Cairan kristaloid dapat pindah menembus membrane semipermeable secara bebas.
Kandungannya adalah air dan elektrolit yang sifatnya isotonis dengan cairan ekstrasel. Jenis
cairan kristaolid yang tersedia :
NaCl : tersedia dalam 0,9 %, 0,45 %, serta 0,18%. Penggunaan cairan ini jangan
berlebihan karena dapat menyebabkan asidosis metabolic akibat kandungan klornya.
Ringer. Secara umum memiliki efikasi yang sama dengan larutan salin, tetapi larutan ini
memiliki keuntungan berupa kandungan yang rendah natrium dan klornya serta
mengandung kalium, magnesium, kalsium. Dan dilengkapi dengan buffer.
Glukosa 5%.
Cairan koloid
Cairan koloid tidak bercampur menjadi larutan sejati dan tidak dapat menembus
membrane semipermeble. Koloid cenderung menetap di pembuluh darah karena tidak dapat
disaring oleh ginjal. Koloid dapat meningkatkan tekanan osmotic dan menarik cairan keluar dari
interstial ke dalam pembuluh darah. Jenis cairan koloid yang tersedia antara lain :
Gelofusine
Haemaccel
Dextran
Starch
Albumin
Dalam praktik klinis, penggunaan cairan intravena dapat bertujuan untuk : resusitasi, rumatan,
maupun penggantian dan redistribusi cairan.
Resusitasi. Diperlukan apabila pasien kehilangan cairan yang cukup untuk memicu
mekanisme dekompensasi tubuh. Bertujuan untuk mengembalikan volume intravascular.
Cairan yang dipilih adalah cairan kristaloid
Rumatan. Diberikan untuk menyediakan kebutuhan cairan dan elektrolit yang tidak dapat
dipenuhi melalui rute oral maupun enteral
Penggantian dan redistribusi. Diperlukan apabila ada deficit air dan atau elektrolit atau
kehilangan cairan ke luar tubuh yang sedang berlangsung.
Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasi
Pada dehidrasi sedang sampai dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang
hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan
rumus Cairan Badan Total [CBT] (liter):
CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140
CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg)
CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis rehidrasinya.
Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan
25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%.
Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan
diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.
2. JELASKAN MENGENAI KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Agar sel tubuh berfungsi optimal, keseimbangan asam basa perlu dipertahankan. Makin tinggi
konsentrasi ion hydrogen makin asam larutan tersebut dan pH makin rendah. Begitu juga
sebaliknya. Keasaman juga dapat menggambarkan perbandingan antara CO2 dan HCO3.
Terdapat beberapa mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yaitu system
buffer (biknat, fosfat, ammonium, dan protein yang penting termasuk Hb), system pernapasan
(melalui pengaturan CO2), dan system ginjal (melalui pengaturan H+, Na+, dan HCO3).
Pemeriksaan yang paling tepat untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam dan basa
melalui analisa gas darah yang akan mendapatkan kadar pH, pCO2, pO2, HCO3, dan kelebihan
basa (base excess). Tahapan interpretasi hasil analisis gas darah yaitu :
Tentukan apakah nilai pH normal
Perhatikan nilai pCO2, normalnya 40mmHg
Perhatikan nilai HCO3, asidosis bila <25 dan alkalosis bila >25
Tentukan manakah komponen (pCO2 dan HCO3) yang sesuai dengan perubahan pH.
Hal ini dikonfirmasi dengan hasil BE.
Bila kedua komponen abnormal mana yang lebih mendekati kea rah perubahan pH
Lalu perhatikan nilai saturasi oksigen
Asidosis metabolic
Bila pH<7,35 dan HCO3 <21. Bisa terjadi dengan atau tanpa anion gap (AG). Penyebabnya
dengan AG normal diare, hipovolemia, penurunan curah jantung, CKD, gagal hati, sepsis, dan
hipotermia. Penyebab dengan peningkatan AG peningkatan kadar laktat, ketoasidosis, keracunan
aspirin, keracunan alcohol. Prinsip terapinya yaitu dengan menangani penyebabnya dan
mempertahankan kompensasi hiperventilasi. Berikan biknat 8,4% bila pH <7,20. Koreksinya
tidak perlu drastic hanya sampai 7,25.
Asidosis repiratotik
Bila pH <7,35 dan pCO2 >45. Terjadi karena produksi CO2 yang berlebihan atau
ketidakseimbanag paru-paru untuk mengeluarkannya. Penyebabnya yaitu gangguan ventilasi
alveolar. Terapinya yaitu pemberian antidote opioid tau antidote pelumpuh otot, bantuan napas,
dan terapi suportif lainnya.
Alkalosis metabolic
Bila pH >7,35 dan HCO>27. Penyebabnya antara lain kehilangan hydrogen dan Cl melalui
muntah atau drainase lambung, pemberian diuretic jangka panjang, hipokalemia, dan gangguan
sirkulasi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal. Terapi alkalosis metabolic
meliputi koreksi hipokalemia, terapi muntah yang berlebihan , hindari hiperventilasi, berikan
terapi cairan dengan 0,9% NaCl, dan jika pH >7,5 dan BE >+5 dapat dipertimbangkan
pemberian asetazolamid.
Alkalosis respiratorik
Bila pH>7,45 dan pCO2<35. Penyebabnya adalah nyeri, ansietas, sepsis (fase awal), pemberian
napas bantuan yang berlebihan, hipoksia, dan sindrom hiperventilasi.
3. JELASKAN MENGENAI TINDAKAN ASEPSIS DAN ANTISEPSIS
Tindakan asepsis merupakan sikap dan perilaku dalam melakukan tindakan secara bebas
kuman/bakteri (steril). Hal tersebut meliputi aspek operator (penggunaan baju operasi, topi,
masker, google, alat/bahan steril, serta metode mencuci tangan) dan aspek pasien (penggunaan
baju operasi, lapangan operasi dalam keadaan steril). Antisepsis merupakan suatu prosedur atau
tindakan untuk membuat kondisi bebas patogen pada jaringan hidup (kulit dan mukosa) untuk
mencegah terjadinya sepsis. Antisepsis dilakukan dengan menggunakan zat yang memiliki
khasiat antimikroba (antisptikum)
Cara sterilisasi :
a. Cara basah.
Merebus dalam air mendidih (suhu >100) selama 30-60 menit. Alat yang direbus
harus dalam keadaan bersih dan seluruh bagiannya terendam
Menggunakan uap panas dengan tekanan (autoklaf) atau tanpa tekanan. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi 20 menit pada suhu 1210C dan 10 menit pada suhu 1340C.
Menggunakan antiseptikum,, seperti alcohol 70% atau campuran klorheksidin
glukonat 1,5% dan alcohol 70% dengan perbandingan 1:100.
b. Cara kering
Uap tablet formalin. Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukan
ke dalam tempat tertutup rapat minimum selama 24 jam.
Gas etilenoksida. Bersifat sangat penetrative dan aktif membunuh bakteri, virus,
maupun spora. Akan tetapi, zat ini meninggalkan residu toksik pada alat yang
disterilisasi sehingga alat perlu untuk dianginkan terlebih dahulu.
Radiasi, missal dengan sinar gamma atau UV
4. JELASKAN BERBAGAI MACAM JENIS LUKA DAN PENYEMBUHANNYA
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau
gigitan binatang atau hewan. Bentuk luka bermacam-macam bergantung penyebabnya. Misalnya
luka sayat atau vulnus scissum disebabkan oleh benda tajam, sedangkan luka tusuk yang disebut
vulnus punctum akibat benda runcing. Luka robek, laserasi atau vulnus laceratum merupakan
luka yang tepinya tidak rata disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata. Luka lecet
pada permukaan kulit akibat gesekan disebut ekskoriasi. Panas dan zat kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar.
Jenis-jenis luka :
Luka bakar. Dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi
disbanding cedera oleh sebab lain dan dapat menyebabkan efek sistemik yang sangat
kompleks. Biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Beratnya teragntung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain itu umur dan
keadaan kesehatan juga mempengaruhi prognosis.
Luka sengatan listrik. Terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh, karena adanya loncatan
arus, atau karena ledakan tegangan tinggi, antara lain petir. Arus listrik menimbulkan
kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Kejang tetanik yang kuat pada otot
skelet dapat menimbulkan fraktur kompresi vertebra. Pada otot dada keadaan ini
meyebabkan penderita henti napas dan menimbulkan asfiksia. Pada tegangan rendah arus
searah tidak berbahaya dibanding dengan arus bolak-balik dengan ampere yang sama.
Sebelum ditangani penderita harus diputus terlebih dahulu karena penderita mengandung
arus listrik. Kemudian dilakukan RJP bila perlu. Cairan parenteral diberikan, manitol
dengan dosis awal 25gr, disusul dosis rumat 12,5mg. selain itu dapat diberikan diuretic
dan steroid.
Luka akibat zat kimia. Biasanya merupakan luka bakar, kerusakan yang terjadi
sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan lamanya
kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia tersebut. Zat kimia akan tetap merusak
jaringan sampai bahan tersebut habis bereaksi dengan jaringan tubuh. Baju yang terkena
zat kimia harus segera dilepas. Pada umumnya penanganan dilakukan dengan
mengencerkan zat kimia tersebut massif, yaitu dengan mengguyur penderita dengan air
mengalir sambil, kalau perlu, diusahakan membersihkan secara mekanik. Sebagai tindak
lanjut dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum, serta pemberian cairan serta
elektrolit. Pada keadaan akibat asam fluoride diberikan kalsium glukonas 10% dibawah
jaringan yang terkena untuk mencegah ion fluor menembus jaringan dan menyebabkan
dekalsifikasi tulang.
Cedera suhu dingin. Pada waktu suhu jaringan turun, akan terjadi vasokonstriksi arteriol
sehingga sel mengalami hipoksia. Pada waktu jaringan dihangatkan kembali terjadi
vasodilatasi. Penanganan semua pakaian dan baju yang ketat dilonggarkan. Bagian yang
sakit secara perlahan-lahan dihangatkan kembal dengan merendamnya dalam air suam-
suam kuku. Selanjutnya diberikan perawatan pada luka bakar biasa.
Luka radiasi dan ionisasi. Pancaran dan pemindahan energy melalui ruang dari suatu
sumber ke tempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik. Dapat berupa
radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, rontgen, sinar gamma, alfa, beta dsb. Prinsip
menolong penderita adalah memakai sarung tangan, masker, baju pelindung, dan
detector sinar ionisasi. Sumber kontaminasi harus dicari dan dihentikan.
Luka tembak. Memiliki ciri yang khas. Beratnya cedera akibat luka tembak tidak hanya
tergantung pada jaringan yang terkena, tetapi juga dari jenis senjata atau peluru yang
dipakai. Beratnya cedera akibat luka tembak tergantung dari energy kinetic yang
membentur jaringan. Besarnya energy dipengaruhi oleh massa, kecepatan, dan gaya
berat peluru.
Luka gigit dan sengatan serangga
Menurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :
- Clean wound/luka bersih
Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi
dengan tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue
( tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak, tulang)
- Clean contaminated wound
Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak
steril atau operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.
- Contaminated wound
Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran
terinfeksi (large bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)
- Infected wound
Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya
vaskularisasi pada jaringan luka.
Menurut penyebabnya, tipe luka (vulnus) di bagi menjadi :
- Vulnus laceratum (Laserasi)
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka
tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
- Vulnus excoriasi (Luka lecet)
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan
kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.
- Vulnus punctum (Luka tusuk)
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,
merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika
yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
- Vulnus contussum (luka kontusio)
Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari
kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan
berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ
dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius
- Vulnus insivum (Luka sayat)
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka
terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
- Vulnus schlopetorum
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman,
bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.
- Vulnus morsum (luka gigitan)
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.
- Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka
tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang
meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
- Vulnus amputatum
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko
infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.
- Vulnus combustion (luka bakar)
Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan
atau anesthesia.
Proses penyembuhan luka
Dapat dibagi ke dalam 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling yang merupakan
perupaan-ulang jaringan.
Fase inflamasi. Terjadi sejak terjadinya luka hingga kira-kira hari kelima. Proses yang
terjadi adalah reaksi radang berupa kalor, dolor, tumor, rubor. Pembuluh darah yang
terputus akan vasokonstriksi dan pengerutan ujung pembuluh yang putus, dan reaksi
hemostasis. Hemostasis terjadi karena agregasi trombosit terbentuk fibrin dan darah
membeku. Setelah hemostasis proses koagulasi mengaktifkan komplemen. Aktivitas
seluler yang terjadi yaitu pergerakan leukosit menuju luka karena daya kemotaksis
mencerna bakteri dan kotoran luka. Monosit dan limfosit kemudian muncul. Monosit
berubah menjadi makrofag menyekresi bermacam-macam sitokin dan growth faktor yang
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka.
Fase proliferasi. Disebut juga fibroplasias karena yang menonjol adalah proses proliferasi
fibroblast. Berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga.
Pada fase ini, serat kolagen dibentuk dan dihancurkan kembalu untuk menyesuaikan
dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Pada fase ini luka dipenuhi oleh
sel radang, fibroblast dan kolagen. Proses ini beru berhenti setelah epitel saling
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.
Fase remodeling. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih, pengerutan yang sesua dengan gaya gravitasi, dan
akhirnya perupaan ulang jaringan yang baru. Fase ini dapat terjadi berbulan-bulan dan
dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap.
5. JELASKAN MACAM JENIS JAHITAN
a. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik :
- Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara
tegak lurus pada atau searah garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
b. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
c. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit
tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-
tepi luka oleh jahitan ini.
d. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
e. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
f. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada
jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
g. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
h. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
i. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular Jahitan jelujur yang
dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik.
Jahitan Luka
Keterangan gambar. A. Jahitan simpul tunggal, B, Matras vertikal, C. Matras horizontal,
D. Subkutikuler kontinyu, E. Matras horizontal half burried, F. Continous over and over
Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
- Muka atau leher hari ke 5
- Pereut hari ke7-10
- Telapak tangan 10
- Jari tangan hari ke 10
- Tungkai atas hari ke 10
- Tungkai bawah 10-14
- Dada hari ke 7
- Punggung hari ke 10-14
6. JELASKAN MENGENAI PERDARAHAN DAN PENANGANANNYA MENURUT ATLS
Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh
tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau
pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan luar (terbuka)
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari
tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga
bagian:
Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai dengan
denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit
untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan
hingga diperoleh bantuan medis.
Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat
luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan
vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara
yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat
perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain:
Tekanan Langsung pada Cedera.
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem
peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak
terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam). Cara yang terbaik pada umumnya yaitu
dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat
perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh
darah dan perlu diganti dengan yang baru.
Elevasi.
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih
tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa diberi
balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan
pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak
dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.
Tekanan pada titik nadi.
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang
luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di
belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial
artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha),
popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis
artery (di punggung kaki).
Immobilisasi.
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya
gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
Perdarahan dalam (tertutup)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda
tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka
tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat
sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat
melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar.
Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan
kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:
Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya banyak
darah dalam waktu singkat.
Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan pembuluh darah
sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
Memar disertai nyeri tubuh
Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian dalam yang
mengalami cedera
Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
Muntah darah
Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi
Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
Batuk darah
Buang air kecil bercampur darah
Cara – cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
Baringkan korban
Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
Berikan oksigen bila ada
Periksa pernafasan dan nadi secara berkala
Rawat sebagai syok
Jangan memberikan makan atau minum
Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya
Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang
mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
Rest. Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin
Ice. Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang membeku
ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.
Commpression. Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat
proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah
Elevation. Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
Primery Survey
a. Airway: Look (tanda hipoksia, sianosis, retraksi), Listen (snoring, crowing,
stridor, gurgling), Feel (bernafas/tidak, letak trakea)
b. Breathing: Inspeksi (deviasi trakea, RR), palpasi (deviasi trakea), perkusi,
auskultasi
c. Circulation: Sumber perdarahan, Tekanan darah, nadi, warna kulit
d. Disability: GCS (Glasgow Coma Skale), pupil
e. Exposure: membuka pakaian
Secondary Survey
f. AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, Environment)
g. Kepala
h. Vertebracervikalis dan leher
i. Thorax (cor, pulmo)
j. Abdomen
k. Muskuloskeletal (Look, Feel, Move)
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah,
sebagai berikut:
Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
Primery Survey
Airway: Look (tanda hipoksia, sianosis, retraksi), Listen (snoring, crowing, stridor,
gurgling), Feel (bernafas/tidak, letak trakea)
Breathing: Inspeksi (deviasi trakea, RR), palpasi (deviasi trakea), perkusi, auskultasi
Circulation: Sumber perdarahan, Tekanan darah, nadi, warna kulit
Disability: GCS (Glasgow Coma Skale), pupil
Exposure: membuka pakaian
Secondary Survey
i. AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, Environment)
ii. Kepala
iii. Vertebracervikalis dan leher
iv. Thorax (cor, pulmo)
v. Abdomen
vi. Muskuloskeletal (Look, Feel, Move)
Primary Survey (ABCDE)
A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)
Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi benda asing,fraktur
tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.
GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).
B. Breathing dan Ventilasi
Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik meliputi fungsi yg baik
dari paru,dinding dada dan diafragma.
Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension pneumo-thorax,flail
chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
Volume darah dan Cardiac Output
Ada 3 penemuan klinis yg dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik, yaitu : tingkat kesadaran, warna kulit, nadi
Perdarahan
Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey
D. Disability (Neurologic Evalution)
Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda lateralisasi dan tingkat
level cedera spinal.
Penilaian GCS.
E. Exposure / Kontrol Lingkungan (Environment control)
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi pasien.
Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia.
Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan.
Resusitasi
A. Airway
Airway harus dijaga dengan baik, jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.
Bila perlu airway definitive.
B. Breathing / Ventilasi / Oksigenasi
Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan face-
mask.
C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)
Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravascular.
2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar.
Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia
7. JELASKAN MENGENAI SYOK DAN MACAMNYA
Syok adalah sindrom gangguan perfusi dan oksigenasi sel secara menyeluruh sehingga
kebutuhan metabolism jaringan tidak terpenuhi. Akibatnya terjadi gangguan fungsi sel atau
jaringan atau organ, berupa gangguan kesadaran, fungsi penafasan, system pencernaan,
perkemihan, serta system sirkulasi itu sendiri.
Klasifikasi
Syok dapat diglongkan menjadi 5 klasifikasi, meliputi :
1. Syok hipovolemik (disebabkan oleh kehilagan cairan / darah)
2. Syok kardiogenik (disebabkan oleh masalah pada jantung)
3. Syok anafilaktik (disebabkan oleh reaksi alergi)
4. Syok Septik (disebabkan oleh infeksi)
5. Syok Neurogenik (disebabkan oleh kerusakan sistem saraf)
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik disebabkan oleh menurunnya volume darah di sirkulasi diikuti dengan
menurunnya Cardiac Output (Curah Jantung). Beberapa contoh penyebab dari syok
hopovolemik, seperti pendarahan baik eksternal maupun internal, luka bakar, diare, muntah,
peritonitis, dll
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik digolongkan menjadi intrakardia atau ekstrakardia berdasarkan penyeba/kausa
berasal, apakahdari dalam jantung atau luar jantung. Syok kardiogenik intrakardiak disebabkan
karena kematian otot jantung (myocardiac infarct) atau pun terdapat sumbatan didalam jantung
yang membuat curah jantung menjadi menurun. Beberapa contoh penyebab syok kardiogenik
diantaranya, aritmia, AMI (Acute Myocard Infarct), VSD (Ventricular Septal Defect), Valvular
lesion, CHF(Chronic Heart Disease) yang berat, Hypertrophic Cardiomyopathy. Syok
kardiogenik ini terjadi ketika ventrikel gagal manejadi pompa disertai dengan menurunnya
tekanan darah sistolik < 90mmHg minimal dalam waktu 30 menit, dan terjadi peningkatan
tekanan kapiler pulmo yang disebabkan oleh kongesti pary, atau edema pulmo.
Syok kardiogenik ekstrakardiak disebabkan oleh adanya obstruksi pada aliran sirkuit
kardiovaskular dengan karakteristik terdapat gangguan pada pengisisan diastolik ataupun adanya
afterload yang berlebihan. Penyebab dari syok kardiogenik ini diantaranya, Pulmonary
embolism, Cardiac temponade, Tension Penumothorax, dll
Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik ini terjadi akibat reaksi alergi yang dimediasi oleh IgE pada sel mast dan basofil
yang diakibatkan oleh antigen tertentu yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator -
mediator sepagai respon imun. Hal ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer, konstriksi
bronkhus, ataupun dilatasi pembuluh darah lokal. Mediator yang terlepas terdiri dari primer dan
sekunder. mediator primer meliputi histamin, serotonin, Eosinofil chemotactic factor dan enzim
proteoitik. Sedangkan mediator sekunder meliputi PAD, bradikinin, prostagandin, dan
leukotriene.
Beberapa penyebab syok anafilaktik diantaranya, insect venom, antibiotik (beta lactams,
vancomycin, sulfonamide), heterologues serum (anti toxin, anti sera), latex, vaksin yang berbasis
telur, tranfusi darah, immunogobulin.
Syok Septik
Terjadinya syok septik diawali dengan adanya infeksi pada darah yang menyebar ke seluruh
tubuh. Penyebab yang sering meliputi peritonitis, pyelonefritis. Dengan adanya infeksi tersebut
tubuh melakukan respon dengan terlepasnya mediator inflamasi seperti il-1, TNF, PGE2, NO,
dan leukotriene yang menyebabkan berbagai kejadian berikut :
1. relaksasi vaskular
2. meningkatnya permeabilitas endotel (sehingga menyebabkan defisit volume intravaskular)
3. Menurunya kontraktilitas jantung
Karakteristik tanda dan gejala dari syok septik adalah demam tinggi, vasodilatasi,
meningkatanya / Cardiac Output tetap normal akibat vasodilatasi dan laju metabolime yang
meningkat, serta adanya DIC yang menyebabkan pendarahan terutama di saluran cerna.
Syok Neurogenik
Syok neuro genik disebabkan oleh cideranya medula spinalis terutama pada segment
thoracolumbal, sehingga menebabkan hilangnya tonus simpatis. Hal ini menyebabkan hilangnya
tonus vasomotor, bradikardi, hipotensi. Biasanya pasien tampak sadar namun hangat dan kering
akibat hipotensi.
8. JELASKAN MENGENAI MINOR SET
Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen dengan
fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen dengan
fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen dengan
fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta instrumen dengan
fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle).
Gambar 1: Instrumen Dasar Bedah Minor
Kesemua intrumen tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:
A. Instrumen Dengan Fungsi Memotong
1. Pisau Scalpel + Pegangan
Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat ini
bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu, alat
ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit. Setiap
pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai bagian
pemotong dan yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya
pegangan scalpel. Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan needle-holder
dan hubungkan lubang pada area tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci
(terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang ujung pisau dengan needle-holder dan
lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat sampah. Pegangan scalpel yang
sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan bersama pisau scalpel
dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang sering digunakan adalah yang
berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal.
Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu
pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan
sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan
pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan
pengontrolan yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.
2. Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur. Mencukur
membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari
lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat
tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada
kedua lubang gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen
pada waktu memotong sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu,
penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya
berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan
(bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.
a. Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan
berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk
bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam.
Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat.
Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya
dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau
pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.
b. Gunting Benang (dressing scissors)
Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan
berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan.
Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan
tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting.
Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat
resiko memotong struktur lainnya.
c. Gunting Perban
Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting
ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam
memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting
ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung
tumpulnya didesain untuk mencegah kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain
untuk membentuk dan memotong perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga
aman digunakan untuk memotong perban saat perban telah ditempatkan di atas luka.
(wikipedia)
d. Gunting Iris
Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah
minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup
kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online)
B. Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam
3. Pinset Anatomi
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu
jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat
jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan kemampuan
menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat dan
mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam.
Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan
membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
4. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset
bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena dapat
merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan dengan
genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni
untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
5. Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan
pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang dan adapula
yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini bermanfaat untuk
memegang jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan dominan, sedangkan
tangan yang lain melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem
dipegang dalam keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan.
Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang memaksa lengan dalam
posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi tegang. Dalam penggunaannya,
hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut mungkin, usahakan genggam jaringan
sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya
yang digunakan untuk memegang jaringan dengan kuat dan dengan pengontrolan yang
akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat menggunakan alat ini dapat merusak jaringan.
Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki resiko merusak jaringan jika jepitan
dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan yang kuat dalam menggenggam
jaringan.
C. Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan
6. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan pembuluh darah
kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa menimbulkan kerusakan
yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-holder memiliki bentuk
yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2), dimana klem arteri, struktur
jepitannya berupa galur paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya
sampai handle agak lebih panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam
dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok
(mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah minor.
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang
menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya
memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat
akhir karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem
dilakukan dengan cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan
handlenya sambil membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena
hal ini akan menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat
memposisikan jepitan dengan tepat.
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel
lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled
yang memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan
ujung bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah.
Jangan menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak
mendukung dalam memegang needle.
D. Instrumen Dengan Fungsi Menjahit
7. Needle Holder
Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan. Secara
keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan ujung
jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting adalah
perbedaan pada struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan needle holder berbentuk
criss-cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari
jepitannya, untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan
menggenggam jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan
jaringan secara serius.
Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet yang telah
dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam pada jarak 2/3 dari
ujung berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan
memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain itu, pemegangan
needle pada area dekat dengan engsel needle holder akan menyebabkan needle menekuk.
Kemudian, belokkan needle sedikit ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan
disesuaikan dengan arah alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa
lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga akan menyebabkan needle
menekuk.
Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat menjahit
dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle holder dengan
telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara konstan, jangan
mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat merusak ritme menjahit.
Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada lubang handled yang menetap, namun
manipulasi lubang lainnya dengan jari manis dan kelingking.
Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle
Holder
8. Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan
tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan
sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan
(black silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-
absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang
absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan
luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak
benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala
yang berbatas merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih
memuaskan.
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang
ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus
dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit
diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan
dilakukan atau mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen
polypropylene) dapat meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove
dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis
benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi.
Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki
kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari.
Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)
yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut
dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan
subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan
dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan
sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam per-
sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm.
Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan
benang disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling
besar nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter
paling halus yang tebalnya seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0
adalah ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan pada sebagian besar bedah minor.
Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang
juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya
secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama
yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini
dijamin dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka
paket, simpan ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas
perak yang dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan
dari kertas tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat needle
tersebut dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan
penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau
Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen
prolene atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga
dapat digunakan untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada
bahu. Vicryl 2 metrik (3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan
jahitan dalam hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler
jaringan halus atau jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus
pada muka dan pada anak-anak.
9. Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi
benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan
(trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga
dapat menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun
bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang
tempat insersi benang. Sebagian besar needle berbentuk kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½
dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan
jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang
digunakan pada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan
untuk memudahkan penggunaannya dengan needle holder
9. JELASKAN MENGENAI MACAM-MACAM JENIS ANESTESI
Fungsi utama dari anestesi adalah menghilangkan nyeri pada saat pembedahan dan memfasilitasi
operator untuk menjalankan operasi. berbagai macam pembedahan dapat dilakukan dengan
teknik anestesi yang berbeda pula. Pada dasarnya anestesi dapat dibagi menjadi 3 macam
teknik, yaitu :
1. Anestesi Lokal.
Anestesi lokal diberikan dengan menyuntikan obat anestesi lokal disekitar area operasi.
Biasanya anestesi ini digunakan untuk operasi-operasi kecil
2. Anestesi Regional
anestesi regional ini dikerjakan dengan memberikan obat anestesi pada bagian tertentu
dari tubuh sehingga regio dari tubuh tersebut tidak merasa sakit. anestesi regional ini
dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik. Teknik anestesi regional sendiri terdiri
dari :
a. Anestesi spinal
Anestesi spinal ini dilakukan dengan memasukan obat anestesi kedalam rongga spinal
untuk memblokade saraf nyeri. Anestesi spinal ini dapat dilakukan pada pasien-pasien
yang akan menjalani operasi pada perut bagian bawah atau pada tungkai bawah.
keuntungan dari anestesi ini obat dan alat yang digunakan lebih sedikit dan lebih murah.
b. Anestesi Epidural
Seperti anestesi spinal anestesi epidural dilakukan dengan memasukan obat kedalam
rongga epidural. kelebihan dari anestesi epidural ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri pasca operasi. tetapi anestesi ini memiliki proses pemasangan yang lebih
sulit dari anestesi spinal.
c. Blok Saraf perifer
Anestesi ini digunakan dengan menyuntikan obat anestesi di sekitar serabut saraf daerah
yang akan dioperasi keuntungan teknik ini adalah dapat menghilangkan sensasi nyeri
pada satu daerah saja misalnya hanya pada tangan kiri atau kanan saja pada kaki kiri atau
kaki kanan saja. Teknik pembiusan ini lebih sulit dan memerlukan keahlian dan
peralatan yang lebih lengkap yang tidak tersedia disemua tempat.
3. Anestesi Umum
Anestesi Umum atau Bius total. ini merupakan teknik pembiusan dengan memasukan
obat-obatan yang membuat pasien tidur dan tidak merasa nyeri. Anestesi umum ini dapat
dilakukan pada semua jenis operasi baik operasi kecil maupun operasi besar. Selain itu
pasien juga tidak sadar sehingga tidak merasa cemas dan takut pada saat menjalani
operasi
10. JELASKAN MENGENAI BERBAGAI MACAM TUMOR KULIT DAN JARINGAN
DIBAWAHNYA DISERTAI GAMBAR!
Tumor Kulit dan Jaringan di Bawahnya:
Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor
kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik adalah
tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan
biasanya asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil
senilis, veruka seboroik senilis, papiloma sel basal.
Veruka Vulgaris
Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga pada orang dewasa dan
orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian ekstensor.
Acrochordon (skin tag)
Acrochordon memiliki sinonim skin tag, fibroepitelial polips, fibroma pendularis,
fibroepitelial papilloma. Merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada
permukaan kulit yang bersifat lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi,
melekat pada permukaan kulit dengan sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai.
Dermatofibroma
Dermatofibroma merupakan suatu nodul yang berasal dari mesodermal dan dermal.
Keloid
Pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai dengan beratnya trauma.
Kecenderungan timbul keloid lebih besar pada kulit berwarna gelap.
Kista Ateroma
Benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari
kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar
tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal. Sumbatan pada muara kelenjar
sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat.
Kista Dermoid
Sinonim dari penyakit ini kista dermoid brankhiogenik. Kista dermoid merupakan kista
yang berasal dari ektodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan
berisi apendiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.
Kista Epidermoid
Berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat trauma tajam. Sel-sel
tersebut berkembang kista dengan dinding putih tebal, bebas dari dasar berisi massa
seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi, sebagian mengandung elemen rambut (pilar atau
trichilemmal cyst).
Keratoakantoma
Tumor kulit jinak yang berupa benjolan bulat dan keras, biasanya berwarna seperti
daging dengan bagian tengah seperti kawah yang mengandung bahan lengket. Diduga
sinar matahari memegang peran yang penting dalam terjadinya keratoakantoma.
Nevus Pigmentosus
Tumor yang berwarna hitam atau hitam kecokelatan, karena sel melanosit mengandung
pigmen melanin.
Xanthelasma
Bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma, terdapat pada kelopak mata, khas
dengan papula/plak yang lunak memanjang berwarna kuning-oranye, biasanya pada
kantus bagian dalam.
Lipoma
Tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh lambat, berbentuk
lobul masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa jaringan fibrosa.
11. JELASKAN MENGENAI TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah adalah transfer darah atau komponen darah dari donor ke resipien. Berbagai jenis
produk darah untuk transfuse adalah :
Whole blood (WB) mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma.
Satu kantong WB terdiri dari 250ml darah dan 37 ml antikoagulan. Whole blood dipakai
pada kasus yang membutuhkan transfusi sel darah merah dan plasma secara bersamaan.
Kontraindikasi WB adalah pasien anemia kronis normovolemik atau pada pasien yang
hanya membutuhkan SDM saja. Satu unit meningkatkan Hb sebanyak 1g/dl atau Ht
sebanyak 3-4%
Packed red cell (PRC) mengandung eritrosit, trombosit, leukosit, dan sedikit plasma.
Nilai hematokritnya 60-70%. Satu kantong (150-300ml) terdiri dari eritrosit sebanyak
100-200ml. Washed PRC adalah PRC khusus yang sudah dicuci dengan nilai Ht lebih
tinggi 70-80% dengan volume 180ml.
Thrombocit concentrate (TC) mengandung trombosit, dengan sedikit leukosit, ertirosit,
dan plasma. Satu kantong berisi 50ml. Dibutuhkan pada kasus perdarahan akibat
trombositopenia atau pasien dengan penyakit trombositopenia congenital.
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma dan faktor pembekuan.
Transfuse FFP diindikasikan pada pasien dengan defisiensi faktro pembekuan, koreksi
koagulopati, dan pengobatan terapi warfarin. Setiap unit FFP menaikkan setiap faktor
pembekuan sebanyak 2-3% pada pasien dewasa. Dosis FFP biasanya 10-15ml/kg.
Disarankan pengujian kompatibilitas ABO sebelum diberi FFP walaupun tidak
diwajibkan.
Granulosit, diperoleh melalui leukoforesis, diindikasikan pada pasien neutropenia dengan
infeksi bakteri yang tidak responsive terhadap antibiotic.
Setaiap setelah pemberian transfuse darah terutama PRC atau whole blood harus selalu diberikan
kalsium glukonas 1 ampul untuk mencegah hipokalemia. Karena dalam kantong darah itu
terdapat citrate yang dapat mengikat kalium sehingga menyebabkan hipokalemia. Maka dari itu
diberikan kalsium glukonas sebanyak 10 cc. Diberikan pelan-pelan dengan cara membagi dua
menjadi 5cc.
Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara darah
donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar #16-
18. Jarum yang terlalu kecil (# 23-25) dapat menyebabkan hemolisis
Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan
fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170
mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.
Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas.
Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan
transfusi.
Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis
(warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap
di dalam lemari es.
Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Jangan menggunakan
larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat
menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium akan
menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan.
Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila
terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat
darah yang ditransfusikan.
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka dibutuhkan darah
hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian.
Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39oC. Karena bila lebih 40oC,
eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan
hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.
Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60
ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika status
kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak
ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam)
atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak
boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur yang ideal
untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena
meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang cepat
sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag
tiap 15 menit.
Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin , antipiretika, atau diuretika secara rutin sebelum
transfusi untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya bahwa sedang
terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan pada pasien anemia kronis yang perlu
transfusi sampai 20 ml/kgBB dalam 24 jam.