Basic sciene bedah

64
Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran UKRIDA Rumah Sakit Umum Daerah Koja Periode 17 Agustus 2015 – 24 Oktober 2015 Bio Swadi Ghutama 11.2014.335 Pertanyaan : 1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit pada dewasa maupun anak 2. Jelaskan mengenai keseimbangan asam dan basa 3. Jelaskan tindakan asepsis dan antisepsis serta perlakuan mensterilkan alat 4. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka dan tahap penyembuhannya 5. Jelaskan berbagai macam jenis jahitan dan macam-macam benang 6. Jelaskan mengenai perdarahan (menurut ATLS dan tatalaksana) 7. Jelaskan definisi syok dan macam-macam syok 8. Jelaskan mengenai minor set 9. Jelaskan mengenai macam-macam tehnik anestesi 10. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya 11. Jelaskan berbagai macam jenis transfusi dan cara memberikannya Jawaban :

description

Basic sciene bedahBedah RSUD KojaBio Swadi G

Transcript of Basic sciene bedah

Page 1: Basic sciene bedah

Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran UKRIDA

Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Periode 17 Agustus 2015 – 24 Oktober 2015

Bio Swadi Ghutama

11.2014.335

Pertanyaan :

1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit pada dewasa maupun anak

2. Jelaskan mengenai keseimbangan asam dan basa

3. Jelaskan tindakan asepsis dan antisepsis serta perlakuan mensterilkan alat

4. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka dan tahap penyembuhannya

5. Jelaskan berbagai macam jenis jahitan dan macam-macam benang

6. Jelaskan mengenai perdarahan (menurut ATLS dan tatalaksana)

7. Jelaskan definisi syok dan macam-macam syok

8. Jelaskan mengenai minor set

9. Jelaskan mengenai macam-macam tehnik anestesi

10. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya

11. Jelaskan berbagai macam jenis transfusi dan cara memberikannya

Jawaban :

1. JELASKAN MENGEAI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT UNTUK ANAK

DAN DEWASA

Pemahaman tentang keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam menangani

penderita yang akan, sedang, atau selesai menjalani pembedahan. Dalam keadaan normal,

keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan menjaga keseimbangan antara jumlah

asupan cairan dan jumlah cairan yang hilang melaui ginjal, saluran pencernaan, maupun cara lain

(insensible loss).

Page 2: Basic sciene bedah

Komposisi air dalam tubuh berbeda-beda sesuai dengan rentang usia :

Bayi prematur, 80% dari berat badan

Bayi normal 70-75% dari berat badan

Sebelum pubertas, 65-70%

Orang dewasa 50-60%

Distribusi Cairan Tubuh

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, ⅔ nya

merupakan cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan ¼ nya tardapat pada intravaskuler dan ¾

sisanya merupakan intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air

lebih banyak dibanding yang gemuk.

Distribusi cairan dalam tubuh Kation utama Anion utama

Cairan intrasel (40%) K+ PO43-

Cairan ekstrasel (20%), terdiri dari: cairan

interstisial (15%) dan cairan intravascular

(5%)

Na+, disertai K+, Ca2+,

dan Mg2+

Cl-, HCO3-, dan

albumin

Regulasi cairan tubuh

Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar

dalam kondisi yang seimbang. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini. Normal

kebutuhan cairan adalah 35cc/kgBB/hari. Namun bila rata-rata, kebutuhab intake air orang

dewasa adalah ingesti liquid 1500ccm dari makanan 700ccm air dari oksidasi 200cc sehingga

totalnya 2400cc/hari. Sedangkan utuk pengaturan keseimbangan cairan tubuh terdapat

mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatka berbagai organ.

Jurnlah air yang dianjurkan untuk diberikan pada bayi penting, terutama pada bayi muda

dibandingkan dengan golongan umur selanjutnya, karena air merupakan nutrien yang medium

untuk nutrien yang lain. Oleh karena itu, intake nutrien ditentukan oleh kadarnya dalam cairan

dan jumlah cairan (termasuk air) yang diberikan. Sebaliknya, air dapat diberikan tanpa bersama-

sama dengan nutrien yang lain. Menurut umur, dalam keadaan biasa, kebutuhan air rata-rata bayi

sebagai berikut.

Page 3: Basic sciene bedah

Tabel Kebutuhan air pada bayi per kg berat badan

Umur Rata-rata kebutuhan air/kgBB/24 jam

6 bulan 130-140 ml

9 bulan 125-145 ml

1 tahun 120-135 ml

Kebutuhan intake cairan berbeda-beda pada berbagai usia, berhubungan dengan luasnya

permukaan tubuh, kebutuhan metabolik dan berat badan.

Tabel. Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan

No Umur BB (Kg) Kebutuhan Cairan

1 3 hari   3 250-300

2 1 tahun            9,5 1150-1300

3 2 tahun            11,8 1350-1500

4 6 tahun            20 1800-2000

5 10 tahun          28,7 2000-2500

6 14 tahun          45 2200-2700

Page 4: Basic sciene bedah

7 18 tahun          54 2200-2700

Pada praktik klinis jenis cairan diklasifikasikan menjadi kristaloid, koloid, dan produk darah.

Cairan kristaloid

Cairan kristaloid dapat pindah menembus membrane semipermeable secara bebas.

Kandungannya adalah air dan elektrolit yang sifatnya isotonis dengan cairan ekstrasel. Jenis

cairan kristaolid yang tersedia :

NaCl : tersedia dalam 0,9 %, 0,45 %, serta 0,18%. Penggunaan cairan ini jangan

berlebihan karena dapat menyebabkan asidosis metabolic akibat kandungan klornya.

Ringer. Secara umum memiliki efikasi yang sama dengan larutan salin, tetapi larutan ini

memiliki keuntungan berupa kandungan yang rendah natrium dan klornya serta

mengandung kalium, magnesium, kalsium. Dan dilengkapi dengan buffer.

Glukosa 5%.

Cairan koloid

Cairan koloid tidak bercampur menjadi larutan sejati dan tidak dapat menembus

membrane semipermeble. Koloid cenderung menetap di pembuluh darah karena tidak dapat

disaring oleh ginjal. Koloid dapat meningkatkan tekanan osmotic dan menarik cairan keluar dari

interstial ke dalam pembuluh darah. Jenis cairan koloid yang tersedia antara lain :

Gelofusine

Haemaccel

Dextran

Starch

Albumin

Dalam praktik klinis, penggunaan cairan intravena dapat bertujuan untuk : resusitasi, rumatan,

maupun penggantian dan redistribusi cairan.

Page 5: Basic sciene bedah

Resusitasi. Diperlukan apabila pasien kehilangan cairan yang cukup untuk memicu

mekanisme dekompensasi tubuh. Bertujuan untuk mengembalikan volume intravascular.

Cairan yang dipilih adalah cairan kristaloid

Rumatan. Diberikan untuk menyediakan kebutuhan cairan dan elektrolit yang tidak dapat

dipenuhi melalui rute oral maupun enteral

Penggantian dan redistribusi. Diperlukan apabila ada deficit air dan atau elektrolit atau

kehilangan cairan ke luar tubuh yang sedang berlangsung.

Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasi

Pada dehidrasi sedang sampai dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang

hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan

rumus Cairan Badan Total [CBT] (liter):

CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140

CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg)

CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)

Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis rehidrasinya.

Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan

25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%.

Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan

diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

2. JELASKAN MENGENAI KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

Agar sel tubuh berfungsi optimal, keseimbangan asam basa perlu dipertahankan. Makin tinggi

konsentrasi ion hydrogen makin asam larutan tersebut dan pH makin rendah. Begitu juga

sebaliknya. Keasaman juga dapat menggambarkan perbandingan antara CO2 dan HCO3.

Terdapat beberapa mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yaitu system

buffer (biknat, fosfat, ammonium, dan protein yang penting termasuk Hb), system pernapasan

(melalui pengaturan CO2), dan system ginjal (melalui pengaturan H+, Na+, dan HCO3).

Pemeriksaan yang paling tepat untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam dan basa

Page 6: Basic sciene bedah

melalui analisa gas darah yang akan mendapatkan kadar pH, pCO2, pO2, HCO3, dan kelebihan

basa (base excess). Tahapan interpretasi hasil analisis gas darah yaitu :

Tentukan apakah nilai pH normal

Perhatikan nilai pCO2, normalnya 40mmHg

Perhatikan nilai HCO3, asidosis bila <25 dan alkalosis bila >25

Tentukan manakah komponen (pCO2 dan HCO3) yang sesuai dengan perubahan pH.

Hal ini dikonfirmasi dengan hasil BE.

Bila kedua komponen abnormal mana yang lebih mendekati kea rah perubahan pH

Lalu perhatikan nilai saturasi oksigen

Asidosis metabolic

Bila pH<7,35 dan HCO3 <21. Bisa terjadi dengan atau tanpa anion gap (AG). Penyebabnya

dengan AG normal diare, hipovolemia, penurunan curah jantung, CKD, gagal hati, sepsis, dan

hipotermia. Penyebab dengan peningkatan AG peningkatan kadar laktat, ketoasidosis, keracunan

aspirin, keracunan alcohol. Prinsip terapinya yaitu dengan menangani penyebabnya dan

mempertahankan kompensasi hiperventilasi. Berikan biknat 8,4% bila pH <7,20. Koreksinya

tidak perlu drastic hanya sampai 7,25.

Asidosis repiratotik

Bila pH <7,35 dan pCO2 >45. Terjadi karena produksi CO2 yang berlebihan atau

ketidakseimbanag paru-paru untuk mengeluarkannya. Penyebabnya yaitu gangguan ventilasi

alveolar. Terapinya yaitu pemberian antidote opioid tau antidote pelumpuh otot, bantuan napas,

dan terapi suportif lainnya.

Alkalosis metabolic

Bila pH >7,35 dan HCO>27. Penyebabnya antara lain kehilangan hydrogen dan Cl melalui

muntah atau drainase lambung, pemberian diuretic jangka panjang, hipokalemia, dan gangguan

sirkulasi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal. Terapi alkalosis metabolic

meliputi koreksi hipokalemia, terapi muntah yang berlebihan , hindari hiperventilasi, berikan

terapi cairan dengan 0,9% NaCl, dan jika pH >7,5 dan BE >+5 dapat dipertimbangkan

pemberian asetazolamid.

Page 7: Basic sciene bedah

Alkalosis respiratorik

Bila pH>7,45 dan pCO2<35. Penyebabnya adalah nyeri, ansietas, sepsis (fase awal), pemberian

napas bantuan yang berlebihan, hipoksia, dan sindrom hiperventilasi.

3. JELASKAN MENGENAI TINDAKAN ASEPSIS DAN ANTISEPSIS

Tindakan asepsis merupakan sikap dan perilaku dalam melakukan tindakan secara bebas

kuman/bakteri (steril). Hal tersebut meliputi aspek operator (penggunaan baju operasi, topi,

masker, google, alat/bahan steril, serta metode mencuci tangan) dan aspek pasien (penggunaan

baju operasi, lapangan operasi dalam keadaan steril). Antisepsis merupakan suatu prosedur atau

tindakan untuk membuat kondisi bebas patogen pada jaringan hidup (kulit dan mukosa) untuk

mencegah terjadinya sepsis. Antisepsis dilakukan dengan menggunakan zat yang memiliki

khasiat antimikroba (antisptikum)

Cara sterilisasi :

a. Cara basah.

Merebus dalam air mendidih (suhu >100) selama 30-60 menit. Alat yang direbus

harus dalam keadaan bersih dan seluruh bagiannya terendam

Menggunakan uap panas dengan tekanan (autoklaf) atau tanpa tekanan. Waktu yang

diperlukan untuk sterilisasi 20 menit pada suhu 1210C dan 10 menit pada suhu 1340C.

Menggunakan antiseptikum,, seperti alcohol 70% atau campuran klorheksidin

glukonat 1,5% dan alcohol 70% dengan perbandingan 1:100.

b. Cara kering

Uap tablet formalin. Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukan

ke dalam tempat tertutup rapat minimum selama 24 jam.

Gas etilenoksida. Bersifat sangat penetrative dan aktif membunuh bakteri, virus,

maupun spora. Akan tetapi, zat ini meninggalkan residu toksik pada alat yang

disterilisasi sehingga alat perlu untuk dianginkan terlebih dahulu.

Radiasi, missal dengan sinar gamma atau UV

4. JELASKAN BERBAGAI MACAM JENIS LUKA DAN PENYEMBUHANNYA

Page 8: Basic sciene bedah

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau

gigitan binatang atau hewan. Bentuk luka bermacam-macam bergantung penyebabnya. Misalnya

luka sayat atau vulnus scissum disebabkan oleh benda tajam, sedangkan luka tusuk yang disebut

vulnus punctum akibat benda runcing. Luka robek, laserasi atau vulnus laceratum merupakan

luka yang tepinya tidak rata disebabkan oleh benda yang permukaannya tidak rata. Luka lecet

pada permukaan kulit akibat gesekan disebut ekskoriasi. Panas dan zat kimia juga dapat

menyebabkan luka bakar.

Jenis-jenis luka :

Luka bakar. Dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi

disbanding cedera oleh sebab lain dan dapat menyebabkan efek sistemik yang sangat

kompleks. Biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka

bakar. Beratnya teragntung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain itu umur dan

keadaan kesehatan juga mempengaruhi prognosis.

Luka sengatan listrik. Terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh, karena adanya loncatan

arus, atau karena ledakan tegangan tinggi, antara lain petir. Arus listrik menimbulkan

kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Kejang tetanik yang kuat pada otot

skelet dapat menimbulkan fraktur kompresi vertebra. Pada otot dada keadaan ini

meyebabkan penderita henti napas dan menimbulkan asfiksia. Pada tegangan rendah arus

searah tidak berbahaya dibanding dengan arus bolak-balik dengan ampere yang sama.

Sebelum ditangani penderita harus diputus terlebih dahulu karena penderita mengandung

arus listrik. Kemudian dilakukan RJP bila perlu. Cairan parenteral diberikan, manitol

dengan dosis awal 25gr, disusul dosis rumat 12,5mg. selain itu dapat diberikan diuretic

dan steroid.

Luka akibat zat kimia. Biasanya merupakan luka bakar, kerusakan yang terjadi

sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan lamanya

kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia tersebut. Zat kimia akan tetap merusak

jaringan sampai bahan tersebut habis bereaksi dengan jaringan tubuh. Baju yang terkena

zat kimia harus segera dilepas. Pada umumnya penanganan dilakukan dengan

mengencerkan zat kimia tersebut massif, yaitu dengan mengguyur penderita dengan air

mengalir sambil, kalau perlu, diusahakan membersihkan secara mekanik. Sebagai tindak

Page 9: Basic sciene bedah

lanjut dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum, serta pemberian cairan serta

elektrolit. Pada keadaan akibat asam fluoride diberikan kalsium glukonas 10% dibawah

jaringan yang terkena untuk mencegah ion fluor menembus jaringan dan menyebabkan

dekalsifikasi tulang.

Cedera suhu dingin. Pada waktu suhu jaringan turun, akan terjadi vasokonstriksi arteriol

sehingga sel mengalami hipoksia. Pada waktu jaringan dihangatkan kembali terjadi

vasodilatasi. Penanganan semua pakaian dan baju yang ketat dilonggarkan. Bagian yang

sakit secara perlahan-lahan dihangatkan kembal dengan merendamnya dalam air suam-

suam kuku. Selanjutnya diberikan perawatan pada luka bakar biasa.

Luka radiasi dan ionisasi. Pancaran dan pemindahan energy melalui ruang dari suatu

sumber ke tempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik. Dapat berupa

radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, rontgen, sinar gamma, alfa, beta dsb. Prinsip

menolong penderita adalah memakai sarung tangan, masker, baju pelindung, dan

detector sinar ionisasi. Sumber kontaminasi harus dicari dan dihentikan.

Luka tembak. Memiliki ciri yang khas. Beratnya cedera akibat luka tembak tidak hanya

tergantung pada jaringan yang terkena, tetapi juga dari jenis senjata atau peluru yang

dipakai. Beratnya cedera akibat luka tembak tergantung dari energy kinetic yang

membentur jaringan. Besarnya energy dipengaruhi oleh massa, kecepatan, dan gaya

berat peluru.

Luka gigit dan sengatan serangga

Menurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :

- Clean wound/luka bersih

Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi

dengan tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue

( tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak, tulang)

- Clean contaminated wound

Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak

steril atau operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.

- Contaminated wound

Page 10: Basic sciene bedah

Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran

terinfeksi (large bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)

- Infected wound

Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya

vaskularisasi pada jaringan luka.

Menurut penyebabnya, tipe luka (vulnus) di bagi menjadi :

- Vulnus laceratum (Laserasi)

Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka

tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.

- Vulnus excoriasi (Luka lecet)

Page 11: Basic sciene bedah

Penyebab  luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan

kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

- Vulnus punctum (Luka tusuk)

Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,

merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika

yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

- Vulnus contussum (luka kontusio)

Page 12: Basic sciene bedah

Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari

kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan

berdarah  (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ

dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius

- Vulnus insivum (Luka sayat)

Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka

terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

- Vulnus  schlopetorum

Page 13: Basic sciene bedah

Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka  tampak kehitam-hitaman,

bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.

- Vulnus morsum (luka gigitan)

Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka

tergantung dari bentuk gigi.

- Vulnus perforatum

Page 14: Basic sciene bedah

Luka jenis ini merupakan luka

tembus atau luka  jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang

meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

- Vulnus amputatum

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka

membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko

infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.

- Vulnus combustion (luka bakar)

Page 15: Basic sciene bedah

Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun  kimia  Jaringan kulit rusak

dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan

atau anesthesia.

Proses penyembuhan luka

Dapat dibagi ke dalam 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling yang merupakan

perupaan-ulang jaringan.

Fase inflamasi. Terjadi sejak terjadinya luka hingga kira-kira hari kelima. Proses yang

terjadi adalah reaksi radang berupa kalor, dolor, tumor, rubor. Pembuluh darah yang

terputus akan vasokonstriksi dan pengerutan ujung pembuluh yang putus, dan reaksi

hemostasis. Hemostasis terjadi karena agregasi trombosit terbentuk fibrin dan darah

membeku. Setelah hemostasis proses koagulasi mengaktifkan komplemen. Aktivitas

seluler yang terjadi yaitu pergerakan leukosit menuju luka karena daya kemotaksis

mencerna bakteri dan kotoran luka. Monosit dan limfosit kemudian muncul. Monosit

berubah menjadi makrofag menyekresi bermacam-macam sitokin dan growth faktor yang

dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka.

Fase proliferasi. Disebut juga fibroplasias karena yang menonjol adalah proses proliferasi

fibroblast. Berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga.

Pada fase ini, serat kolagen dibentuk dan dihancurkan kembalu untuk menyesuaikan

dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Pada fase ini luka dipenuhi oleh

Page 16: Basic sciene bedah

sel radang, fibroblast dan kolagen. Proses ini beru berhenti setelah epitel saling

menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.

Fase remodeling. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan

kembali jaringan yang berlebih, pengerutan yang sesua dengan gaya gravitasi, dan

akhirnya perupaan ulang jaringan yang baru. Fase ini dapat terjadi berbulan-bulan dan

dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap.

5. JELASKAN MACAM JENIS JAHITAN

a. Jahitan Simpul Tunggal

Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture

Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.

Teknik :

- Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan

sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara

tegak lurus pada atau searah garis luka.

- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.

- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan

- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

b. Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress

Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan

penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.

Memberikan hasil jahitan yang kuat.

c. Jahitan Matras Vertikal

Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far

Page 17: Basic sciene bedah

Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit

tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-

tepi luka oleh jahitan ini.

d. Jahitan Matras Modifikasi

Sinonim : Half Burried Mattress Suture

Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah

subkutannya.

e. Jahitan Jelujur sederhana

Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over

Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel

kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

f. Jahitan Jelujur Feston

Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture

Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada

jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

g. Jahitan Jelujur horizontal

Sinonim : Running Horizontal suture

Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

h. Jahitan Simpul Intrakutan

Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.

Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam

kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.

Page 18: Basic sciene bedah

i. Jahitan Jelujur Intrakutan

Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular Jahitan jelujur yang

dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik.

Jahitan Luka

Keterangan gambar. A. Jahitan simpul tunggal, B, Matras vertikal, C. Matras horizontal,

D. Subkutikuler kontinyu, E. Matras horizontal half burried, F. Continous over and over

 

Angkat Jahitan

Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:

- Muka atau leher hari ke 5

- Pereut hari ke7-10

- Telapak tangan 10

- Jari tangan hari ke 10

- Tungkai atas hari ke 10

Page 19: Basic sciene bedah

- Tungkai bawah 10-14

- Dada hari ke 7

- Punggung hari ke 10-14

6. JELASKAN MENGENAI PERDARAHAN DAN PENANGANANNYA MENURUT ATLS

Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh

tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau

pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu:

Perdarahan luar (terbuka)

Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari

tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).

Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga

bagian:

Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai dengan

denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit

untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan

hingga diperoleh bantuan medis.

Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat

luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan

vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara

yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.

Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat

perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain:

Tekanan Langsung pada Cedera.

Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem

peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak

terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam). Cara yang terbaik pada umumnya yaitu

dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat

perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai

Page 20: Basic sciene bedah

pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh

darah dan perlu diganti dengan yang baru.

Elevasi.

Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih

tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa diberi

balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan

pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak

dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.

Tekanan pada titik nadi.

Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang

luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di

belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial

artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha),

popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis

artery (di punggung kaki).

Immobilisasi.

Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya

gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.

Perdarahan dalam (tertutup)

Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda

tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka

tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat

sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.

Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat

melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar.

Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan

kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:

Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya banyak

darah dalam waktu singkat.

Page 21: Basic sciene bedah

Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan pembuluh darah

sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.

Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:

Memar disertai nyeri tubuh

Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting

Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian dalam yang

mengalami cedera

Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak

Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar

Muntah darah

Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi

Luka tusuk khususnya pada batang tubuh

Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga

Batuk darah

Buang air kecil bercampur darah

Cara – cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut:

Baringkan korban

Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi

Berikan oksigen bila ada

Periksa pernafasan dan nadi secara berkala

Rawat sebagai syok

Jangan memberikan makan atau minum

Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya

Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat

Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang

mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:

Rest. Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin

Page 22: Basic sciene bedah

Ice. Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang membeku

ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh.

Commpression. Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat

proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah

Elevation. Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.

Primery Survey

a. Airway: Look (tanda hipoksia, sianosis, retraksi), Listen (snoring, crowing,

stridor, gurgling), Feel (bernafas/tidak, letak trakea)

b. Breathing: Inspeksi (deviasi trakea, RR), palpasi (deviasi trakea), perkusi,

auskultasi

c. Circulation: Sumber perdarahan, Tekanan darah, nadi, warna kulit

d. Disability: GCS (Glasgow Coma Skale), pupil

e. Exposure: membuka pakaian

Secondary Survey

f. AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, Environment)

g. Kepala

h. Vertebracervikalis dan leher

i. Thorax (cor, pulmo)

j. Abdomen

k. Muskuloskeletal (Look, Feel, Move)

ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah,

sebagai berikut:

Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.

Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.

Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.

Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.

Page 23: Basic sciene bedah

Primery Survey

Airway: Look (tanda hipoksia, sianosis, retraksi), Listen (snoring, crowing, stridor,

gurgling), Feel (bernafas/tidak, letak trakea)

Breathing: Inspeksi (deviasi trakea, RR), palpasi (deviasi trakea), perkusi, auskultasi

Circulation: Sumber perdarahan, Tekanan darah, nadi, warna kulit

Disability: GCS (Glasgow Coma Skale), pupil

Exposure: membuka pakaian

Secondary Survey

i. AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, Environment)

ii. Kepala

iii. Vertebracervikalis dan leher

iv. Thorax (cor, pulmo)

v. Abdomen

vi. Muskuloskeletal (Look, Feel, Move)

Primary Survey (ABCDE)

A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)

Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi benda asing,fraktur

tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.

 GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.

Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).

B. Breathing dan Ventilasi

Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik meliputi fungsi yg baik

dari paru,dinding dada dan diafragma.

Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension pneumo-thorax,flail

chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.

C. Circulation dengan kontrol perdarahan

Page 24: Basic sciene bedah

Volume darah dan Cardiac Output

Ada 3 penemuan klinis yg dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai

keadaan hemodinamik, yaitu : tingkat kesadaran, warna kulit, nadi

Perdarahan

Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey

D. Disability (Neurologic Evalution)

Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda lateralisasi dan tingkat

level cedera spinal.

Penilaian GCS.

E. Exposure / Kontrol Lingkungan (Environment control)

Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi pasien.

Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia.

Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan.

Resusitasi

A. Airway

Airway harus dijaga dengan baik, jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.

Bila perlu airway definitive.

B. Breathing / Ventilasi / Oksigenasi

Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan face-

mask.

C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)

Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravascular.

2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar.

Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia

7. JELASKAN MENGENAI SYOK DAN MACAMNYA

Page 25: Basic sciene bedah

Syok adalah sindrom gangguan perfusi dan oksigenasi sel secara menyeluruh sehingga

kebutuhan metabolism jaringan tidak terpenuhi. Akibatnya terjadi gangguan fungsi sel atau

jaringan atau organ, berupa gangguan kesadaran, fungsi penafasan, system pencernaan,

perkemihan, serta system sirkulasi itu sendiri.

Klasifikasi

Syok dapat diglongkan menjadi 5 klasifikasi, meliputi :

1. Syok hipovolemik  (disebabkan oleh kehilagan cairan / darah)

2. Syok kardiogenik (disebabkan oleh masalah pada jantung)

3. Syok anafilaktik (disebabkan oleh reaksi alergi)

4. Syok Septik (disebabkan oleh infeksi)

5. Syok Neurogenik (disebabkan oleh kerusakan sistem saraf)

Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik disebabkan oleh menurunnya volume darah di sirkulasi diikuti dengan

menurunnya Cardiac Output (Curah Jantung). Beberapa contoh penyebab dari syok

hopovolemik, seperti pendarahan baik eksternal maupun internal, luka bakar, diare, muntah,

peritonitis, dll

Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik digolongkan menjadi intrakardia atau ekstrakardia berdasarkan penyeba/kausa

berasal, apakahdari dalam jantung atau luar jantung. Syok kardiogenik intrakardiak disebabkan

karena kematian otot jantung (myocardiac infarct) atau pun terdapat sumbatan didalam jantung

yang membuat curah jantung menjadi menurun. Beberapa contoh penyebab syok kardiogenik

diantaranya, aritmia, AMI (Acute Myocard Infarct), VSD (Ventricular Septal Defect), Valvular

lesion, CHF(Chronic Heart Disease) yang berat, Hypertrophic Cardiomyopathy. Syok

kardiogenik ini terjadi ketika ventrikel gagal manejadi pompa disertai dengan menurunnya

tekanan darah sistolik < 90mmHg minimal dalam waktu 30 menit, dan terjadi peningkatan

tekanan kapiler pulmo yang disebabkan oleh kongesti pary, atau edema pulmo.

Page 26: Basic sciene bedah

Syok kardiogenik ekstrakardiak disebabkan oleh adanya obstruksi pada aliran sirkuit

kardiovaskular dengan karakteristik terdapat gangguan pada pengisisan diastolik ataupun adanya

afterload yang berlebihan. Penyebab dari syok kardiogenik ini diantaranya, Pulmonary

embolism, Cardiac temponade, Tension Penumothorax, dll

Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik ini terjadi akibat reaksi alergi yang dimediasi oleh IgE pada sel mast dan basofil

yang diakibatkan oleh antigen tertentu yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator -

mediator sepagai respon imun. Hal ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer, konstriksi

bronkhus, ataupun dilatasi pembuluh darah lokal. Mediator yang terlepas terdiri dari primer dan

sekunder. mediator primer meliputi histamin, serotonin, Eosinofil chemotactic factor dan enzim

proteoitik. Sedangkan mediator sekunder meliputi PAD, bradikinin, prostagandin, dan

leukotriene.

Beberapa penyebab syok anafilaktik diantaranya, insect venom, antibiotik (beta lactams,

vancomycin, sulfonamide), heterologues serum (anti toxin, anti sera), latex, vaksin yang berbasis

telur, tranfusi darah, immunogobulin.

Syok Septik

Terjadinya syok septik diawali dengan adanya infeksi pada darah yang menyebar ke seluruh

tubuh. Penyebab yang sering meliputi peritonitis, pyelonefritis. Dengan adanya infeksi tersebut

tubuh melakukan respon dengan terlepasnya mediator inflamasi seperti il-1, TNF, PGE2, NO,

dan leukotriene yang menyebabkan berbagai kejadian berikut :

1. relaksasi vaskular

2. meningkatnya permeabilitas endotel (sehingga menyebabkan defisit volume intravaskular)

3. Menurunya kontraktilitas jantung

Karakteristik tanda dan gejala dari syok septik adalah demam tinggi, vasodilatasi,

meningkatanya / Cardiac Output tetap normal akibat vasodilatasi dan laju metabolime yang

meningkat, serta adanya DIC yang menyebabkan pendarahan terutama di saluran cerna.

Page 27: Basic sciene bedah

Syok Neurogenik

Syok neuro genik disebabkan oleh cideranya medula spinalis terutama pada segment

thoracolumbal, sehingga menebabkan hilangnya tonus simpatis. Hal ini menyebabkan hilangnya

tonus vasomotor, bradikardi, hipotensi. Biasanya pasien tampak sadar namun hangat dan kering

akibat hipotensi.

8. JELASKAN MENGENAI MINOR SET

Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen dengan

fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen dengan

fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen dengan

fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta instrumen dengan

fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle). 

Gambar 1: Instrumen Dasar Bedah Minor

Kesemua intrumen tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:

A.  Instrumen Dengan Fungsi Memotong

Page 28: Basic sciene bedah

1.    Pisau Scalpel + Pegangan

Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat ini

bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu, alat

ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit. Setiap

pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai bagian

pemotong dan yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya

pegangan scalpel. Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan needle-holder

dan hubungkan lubang pada area tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci

(terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang ujung pisau dengan needle-holder dan

lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat sampah. Pegangan scalpel yang

sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan bersama pisau scalpel

dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang sering digunakan adalah yang

berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal.

Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu

pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan

sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan

pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan

pengontrolan yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.

 

2.    Gunting

Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur. Mencukur

membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari

lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat

tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada

kedua lubang gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen

pada waktu memotong sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu,

penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya

berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan

(bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.

a.       Gunting Jaringan (bedah)

Page 29: Basic sciene bedah

Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan

berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk

bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam.

Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat.

Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya

dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau

pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.

b.      Gunting Benang (dressing scissors)

Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan

berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan.

Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan

tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting.

Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat

resiko memotong struktur lainnya.

c.       Gunting Perban

Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting

ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam

memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting

ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung

tumpulnya didesain untuk mencegah kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain

untuk membentuk dan memotong perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga

aman digunakan untuk memotong perban saat perban telah ditempatkan di atas luka.

(wikipedia)

d.      Gunting Iris

Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4

inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah

minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup

kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online) 

 

B.  Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam

3.    Pinset Anatomi

Page 30: Basic sciene bedah

Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu

jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat

jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan kemampuan

menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat dan

mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam.

Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan

membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)

 

4.    Pinset Chirurgis

Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset

bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena dapat

merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan dengan

genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni

untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)

 

5.    Klem Jaringan

Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan

pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang dan adapula

yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini bermanfaat untuk

memegang jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan dominan, sedangkan

tangan yang lain melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem

dipegang dalam keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan.

Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang memaksa lengan dalam

posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi tegang. Dalam penggunaannya,

hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut mungkin, usahakan genggam jaringan

sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya

yang digunakan untuk memegang jaringan dengan kuat dan dengan pengontrolan yang

akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat menggunakan alat ini dapat merusak jaringan.

Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki resiko merusak jaringan jika jepitan

dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan yang kuat dalam menggenggam

jaringan. 

Page 31: Basic sciene bedah

 

C.  Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan

6.    Klem Arteri

Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan pembuluh darah

kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa menimbulkan kerusakan

yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-holder memiliki bentuk

yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2), dimana klem arteri, struktur

jepitannya berupa galur paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya

sampai handle agak lebih panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam

dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok

(mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah minor.

Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang

menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya

memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat

akhir karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem

dilakukan dengan cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan

handlenya sambil membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena

hal ini akan menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat

memposisikan jepitan dengan tepat.

Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel

lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled

yang memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan

ujung bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah.

Jangan menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak

mendukung dalam memegang needle.

 

D.  Instrumen Dengan Fungsi Menjahit

7.    Needle Holder

Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan. Secara

keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan ujung

jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting adalah

Page 32: Basic sciene bedah

perbedaan pada struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan needle holder berbentuk

criss-cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari

jepitannya, untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan

menggenggam jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan

jaringan secara serius.

Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet yang telah

dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam pada jarak 2/3 dari

ujung berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan

memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain itu, pemegangan

needle pada area dekat dengan engsel needle holder akan menyebabkan needle menekuk.

Kemudian, belokkan needle sedikit ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan

disesuaikan dengan arah alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa

lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga akan menyebabkan needle

menekuk.

Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat menjahit

dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle holder dengan

telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara konstan, jangan

mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat merusak ritme menjahit.

Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada lubang handled yang menetap, namun

manipulasi lubang lainnya dengan jari manis dan kelingking.

 

Page 33: Basic sciene bedah

Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle

Holder

8. Benang Bedah

Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable

biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang

digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan

tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan

sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan

(black silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-

absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang

absorbable.

Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.

Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan

luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak

benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala

Page 34: Basic sciene bedah

yang berbatas merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih

memuaskan.

Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang

ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus

dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit

diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat

diselesaikan dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan

dilakukan atau mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen

polypropylene) dapat meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove

dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen polyamide).

Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis

benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi.

Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki

kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari.

Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.

Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)

yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut

dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan

subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan

dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).

Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan

sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam per-

sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm.

Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan

benang disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling

besar nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter

paling halus yang tebalnya seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0

adalah ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan pada sebagian besar bedah minor.

Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang

juga sering digunakan.

Page 35: Basic sciene bedah

Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya

secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama

yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini

dijamin dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka

paket, simpan ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas

perak yang dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan

dari kertas tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat needle

tersebut dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan

penjahitan.

Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau

Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen

prolene atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga

dapat digunakan untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada

bahu. Vicryl 2 metrik (3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan

jahitan dalam hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler

jaringan halus atau jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus

pada muka dan pada anak-anak.

 

9.    Needle bedah

Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis

atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi

benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan

(trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga

dapat menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun

bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang

tempat insersi benang. Sebagian besar needle berbentuk kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½

dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan

jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang

digunakan pada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan

untuk memudahkan penggunaannya dengan needle holder

9. JELASKAN MENGENAI MACAM-MACAM JENIS ANESTESI

Page 36: Basic sciene bedah

Fungsi utama dari anestesi adalah menghilangkan nyeri pada saat pembedahan dan memfasilitasi

operator untuk menjalankan operasi. berbagai macam pembedahan dapat dilakukan dengan

teknik anestesi yang berbeda pula.  Pada dasarnya  anestesi dapat dibagi  menjadi 3 macam

teknik, yaitu :

1. Anestesi Lokal.

Anestesi lokal diberikan dengan menyuntikan obat anestesi lokal disekitar area operasi.

Biasanya anestesi ini digunakan untuk operasi-operasi kecil

2. Anestesi Regional

anestesi regional ini dikerjakan dengan memberikan obat anestesi pada bagian tertentu

dari tubuh sehingga regio dari tubuh tersebut tidak  merasa sakit. anestesi regional ini

dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik. Teknik anestesi regional sendiri terdiri

dari :

a. Anestesi spinal

Anestesi spinal ini dilakukan dengan memasukan obat anestesi kedalam rongga spinal

untuk  memblokade saraf nyeri. Anestesi spinal ini dapat dilakukan pada pasien-pasien

yang akan menjalani operasi pada perut bagian bawah atau pada tungkai bawah. 

keuntungan dari anestesi ini  obat dan alat yang digunakan lebih sedikit dan lebih murah.

b. Anestesi Epidural

Seperti anestesi spinal anestesi epidural dilakukan dengan memasukan obat kedalam

rongga epidural. kelebihan dari anestesi epidural ini juga dapat  digunakan untuk 

mengatasi nyeri pasca operasi. tetapi anestesi ini memiliki proses pemasangan yang lebih

sulit dari anestesi spinal.

c. Blok Saraf perifer

Page 37: Basic sciene bedah

Anestesi  ini digunakan dengan menyuntikan obat anestesi di sekitar serabut saraf daerah

yang akan dioperasi keuntungan teknik ini adalah dapat menghilangkan sensasi nyeri

pada satu daerah saja misalnya hanya pada tangan kiri atau kanan saja pada kaki kiri atau

kaki kanan saja.  Teknik pembiusan ini lebih sulit dan memerlukan keahlian dan

peralatan yang lebih lengkap yang tidak tersedia disemua tempat.

3. Anestesi Umum

Anestesi Umum atau Bius total. ini merupakan teknik pembiusan dengan memasukan

obat-obatan yang membuat pasien tidur dan tidak merasa nyeri.  Anestesi umum ini dapat

dilakukan pada semua jenis operasi  baik operasi kecil maupun operasi besar. Selain itu

pasien juga tidak sadar sehingga tidak merasa cemas dan takut pada saat menjalani

operasi

10. JELASKAN MENGENAI BERBAGAI MACAM TUMOR KULIT DAN JARINGAN

DIBAWAHNYA DISERTAI GAMBAR!

Tumor Kulit dan Jaringan di Bawahnya:

Keratosis Seboroik

Page 38: Basic sciene bedah

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor

kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik adalah

tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan

biasanya asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil

senilis, veruka seboroik senilis, papiloma sel basal.

Veruka Vulgaris

Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga pada orang dewasa dan

orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian ekstensor.

Acrochordon (skin tag)

Page 39: Basic sciene bedah

Acrochordon memiliki sinonim skin tag, fibroepitelial polips, fibroma pendularis,

fibroepitelial papilloma. Merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada

permukaan kulit yang bersifat lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi,

melekat pada permukaan kulit dengan sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai.

Dermatofibroma

Dermatofibroma merupakan suatu nodul yang berasal dari mesodermal dan dermal.

Keloid

Page 40: Basic sciene bedah

Pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai dengan beratnya trauma.

Kecenderungan timbul keloid  lebih besar pada kulit berwarna gelap.

Kista Ateroma

Benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari

kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar

tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal. Sumbatan pada muara kelenjar

sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat.

Kista Dermoid

Page 41: Basic sciene bedah

Sinonim dari penyakit ini kista dermoid brankhiogenik. Kista dermoid merupakan kista

yang berasal dari ektodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan

berisi apendiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.

Kista Epidermoid

Berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat trauma tajam. Sel-sel

tersebut berkembang kista dengan dinding putih tebal, bebas dari dasar berisi massa

seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi, sebagian mengandung elemen rambut (pilar atau

trichilemmal cyst).

Keratoakantoma

Tumor kulit jinak yang berupa benjolan bulat dan keras, biasanya berwarna seperti

daging dengan bagian tengah seperti kawah yang mengandung bahan lengket. Diduga

sinar matahari memegang peran yang penting dalam  terjadinya keratoakantoma.

Nevus Pigmentosus

Page 42: Basic sciene bedah

Tumor yang berwarna hitam atau hitam kecokelatan, karena sel melanosit mengandung

pigmen melanin.

Xanthelasma

Bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma, terdapat pada kelopak mata, khas

dengan papula/plak yang lunak memanjang berwarna kuning-oranye, biasanya pada

kantus bagian dalam.

Lipoma

Page 43: Basic sciene bedah

Tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh lambat, berbentuk

lobul masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa jaringan fibrosa.

11. JELASKAN MENGENAI TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah transfer darah atau komponen darah dari donor ke resipien. Berbagai jenis

produk darah untuk transfuse adalah :

Whole blood (WB) mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma.

Satu kantong WB terdiri dari 250ml darah dan 37 ml antikoagulan. Whole blood dipakai

pada kasus yang membutuhkan transfusi sel darah merah dan plasma secara bersamaan.

Kontraindikasi WB adalah pasien anemia kronis normovolemik atau pada pasien yang

hanya membutuhkan SDM saja. Satu unit meningkatkan Hb sebanyak 1g/dl atau Ht

sebanyak 3-4%

Packed red cell (PRC) mengandung eritrosit, trombosit, leukosit, dan sedikit plasma.

Nilai hematokritnya 60-70%. Satu kantong (150-300ml) terdiri dari eritrosit sebanyak

100-200ml. Washed PRC adalah PRC khusus yang sudah dicuci dengan nilai Ht lebih

tinggi 70-80% dengan volume 180ml.

Page 44: Basic sciene bedah

Thrombocit concentrate (TC) mengandung trombosit, dengan sedikit leukosit, ertirosit,

dan plasma. Satu kantong berisi 50ml. Dibutuhkan pada kasus perdarahan akibat

trombositopenia atau pasien dengan penyakit trombositopenia congenital.

Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma dan faktor pembekuan.

Transfuse FFP diindikasikan pada pasien dengan defisiensi faktro pembekuan, koreksi

koagulopati, dan pengobatan terapi warfarin. Setiap unit FFP menaikkan setiap faktor

pembekuan sebanyak 2-3% pada pasien dewasa. Dosis FFP biasanya 10-15ml/kg.

Disarankan pengujian kompatibilitas ABO sebelum diberi FFP walaupun tidak

diwajibkan.

Granulosit, diperoleh melalui leukoforesis, diindikasikan pada pasien neutropenia dengan

infeksi bakteri yang tidak responsive terhadap antibiotic.

Setaiap setelah pemberian transfuse darah terutama PRC atau whole blood harus selalu diberikan

kalsium glukonas 1 ampul untuk mencegah hipokalemia. Karena dalam kantong darah itu

terdapat citrate yang dapat mengikat kalium sehingga menyebabkan hipokalemia. Maka dari itu

diberikan kalsium glukonas sebanyak 10 cc. Diberikan pelan-pelan dengan cara membagi dua

menjadi 5cc.

Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara darah

donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar #16-

18. Jarum yang terlalu kecil (# 23-25) dapat menyebabkan hemolisis

Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan

fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170

mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.

Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas.

Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan

transfusi.

Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis

(warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap

di dalam lemari es.

Page 45: Basic sciene bedah

Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Jangan menggunakan

larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat

menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium akan

menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan.

Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila

terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat

darah yang ditransfusikan.

Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka dibutuhkan darah

hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian.

Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39oC. Karena bila lebih 40oC,

eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan

hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.

Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60

ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika status

kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak

ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam)

atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak

boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur yang ideal

untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena

meningkatnya resiko proliferasi bakteri.

Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang cepat

sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag

tiap 15 menit.

Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin , antipiretika, atau diuretika secara rutin sebelum

transfusi untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya bahwa sedang

terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan pada pasien anemia kronis yang perlu

transfusi sampai 20 ml/kgBB dalam 24 jam.