baru
-
Upload
hida-cahyani -
Category
Documents
-
view
51 -
download
8
Transcript of baru
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul Konverter DC-AC(Inverter) dan Konverter DC-DC (Chopper) ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Daya.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk lebih
memahami rangkaian maupun aplikasi konverter.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya kami dapat
menjadi lebih baik.
Penyusun
I. Konverter DC=DC (DC CHOPPERS)
A. Pendahuluan
DC Choppers umumnya banyak digunakan pada aplikasi – aplikasi
industri, ini dikarenakan DC Choppers dapat mengubah sumber tegangan
DC yang tetap menjadi tegangan DC yang variabel. Karena DC
Choppers mengubah secara langsung dari tegangan DC ke DC dan biasa
disebut DC – DC Converter.
Penggunaan chopper sangat luas mulai dari pengontrolan putaran
motor, kereta troli, pengangkat sauh kapal, truk pengangkat barang, dll.
Alat – alat yang digunakan ini umumnya harus memiliki pengontolan
akselarasi yang bagus, efisiensi yang tinggi dan respon yang cepat.
B. Jenis Konverter DC - DC
B.1. Direct converters :
• Step-down (Buck)
• Step-up (Boost)
• Up-Down (Buck-Boost)
• Cuk
B.2. Indirect converters:
• Flyback
• Forward
• Center-tap
• Half-bridge
• Full bridge
C. Klasifikasi Konverter DC-DC
C.1. Berdasarkan jumlah fasa
• Satu-fasa
• Multifasa
C.2. Jumlah kuadran
• Satu kuadran
• Dua kuadran
• Empat kuadran
D. Prinsip Kerja DC Chopper
D.1. Prinsip Kerja Step down chopper
Prinsip kerja step – down choppers dapat dijelaskan dengan gambar 1.
Jika saklar SW ditutup pada saat t1, maka tegangan Vs akan melalui beban.
Jika sakalar kemudian dimatikan pada saat t2, tegangan yang melewati
beban adalah nol. Betuk gelombang output dan arus beban ditunjukan pada
gambar 1b. penggunaan saklar pada chopper dapat implementasikan
dengan menggunakan, Power BJT, Power MOSFET, GTO atau SCR.
Gambar 1. Step – Down Copper degan beban resistif
Tegangan output rata – rata dapat dihitung dengan:
Dan arus beban rata – rata, Ia = Va/R = k Vs/R, dimana T adalah perioda,
k = t1/T,
dan f adalah frekuensi. Nilai RMS pada tegangan output adalah :
=
Daya pada input sama dengan daya output :
Pi =
Tahanan input efektif dapat
diasumsikan dengan,
R
i
=
Tipe Chopper
Step – down chopper hanya diperbolehkan mengalirkan arus dari sumber ke
beban, hal ini disebut chopper tipe A.berdasarkan arah arus dan tegangan, chopper
dapat diklasifikasikan atas 5 jenis yaitu:
a. Chopper Tipe A
b. Chopper Tipe B
c. Chopper Tipe C
d. Chopper Tipe D
e. Chopper Tipe E
a. Chopper Tipe A
Arus beban akan mengalir masuk menuju beban.
Kedua tegangan beban dan arus beban adalah
positif, ditunjukan dengan ganbar 2. Ini adalah
kuadran pertama dari chopper dan biasa
disebut juga sebagaioperasi penyearah.
Gambar 2. Tipe Chopper
b. Chopper Tipe B
Arus beban mengalir keluar dari beban. Tegangan beban positif,
tetapi arus beban negative, gambar 2b. Tipe B juga disebut chopper
kuadran pertama, namun pada kuadran kedua dan dikatakan seperti
operasi pada inverter.
Gambar 3. Chopper Tipe B
Gambar diatas menunjukan chopper tipe B dimana baterai (E)
adalah bagian dari beban dan akan memungkinakan mengirim
kembali emf dari motor DC. Jika saklar S1 di On kan, tegangan E
akan mengatur inductor (L) dan tegangan beban VL akan menjadi nol.
c. Chopper Tipe C
Arus beban pada tipe ini salah satunya positif atau negatif,
hal ini ditunjukan oleh gambar 2c. Tegangan beban selalu positif.
Hal Ini disebut juga chopper kuadran keduar. Chopper jenis ini adalah
gabungan dari chopper tipe A dan chopper tipe B seperti yang terlihat
pada gambar 6. S1 dan D2 dioperasikan seperti chopper tipe A, S2
dan D1 dioperasikan seperti chopper tipe B
Gambar 4. Chopper Tipe C
d. Chopper Tipe D
Arus beban selau positif. Tegangan pada beban dapat berupa
t egangan positif maupun negatif, seperti yang ditunjukan oleh gambar
2d. chopper tipe D ini dapat bekerja sebai penyearah (rectifier) atau
sebagai inverter,ditunjukan pada gambar 7. Jika saklar S1 dan S4 di
On kan, VLdan iL akan megalir tegangan positif. Jika S1 dan S4 di
Off kan, arus pada beban iL akan positif dan arus tersebut kan mengalir
ke beban induktif.
Gambar 5. Copper Tipe D
e. Chopper Tipe E
Arus pada beban salah satunya positif atau negatif, ini dapat dilihat
pada gambar 2e. Tegangan pada bebab salah satunya berupa positf
atau negative. Hal ini disebut juga dengan chopper kuadran keempat.
Dua buah chopper tipe C digabungkan sehingga membentuk copper
tipe E seperti pada gambar 6a. Polaritas pada tegangan beban dan
arus beban ditunjukan oleh gambar 6b.untuk operasi empat kuadran,
posisi dari baterai harus terbalik.
Gambar6. Chopper Tipe E
D.2. Prinsip Kerja Step – Up Choppers
Chopper ini biasa digunakan untuk menaikan tegangan DC rangkaian
step – up chopper dapat dilihat pada gambar 2. Jika saklar SW ditutup pada
saat t1,arus kan mengalir pada inductor dan akan menyimpan energy pada
inductor tersebut. Jika saklar terbuka pada saat t2, energy yang
tersimpan pada pada inductor dialirkan kebeban, betuk gelombang yang
dihasilkan arus inductor dapat dilihat pada gambar 2b.
Jika chopper di On kan, tegangan akan mengalir melalui inductor
V
L
=
L
dan akan member arus puncak ke puncak pada inductor tersebut
Gambar 2. Susunan Ster – Up Chopper
Jika kapasitor CL dihubungkan parallel melalui beban seperti gambar
2a, tegangan output akan mengalir melalui CL, dan tegangan V0 tidak akan
sama dengan Vs.
Prinsip ini dapat diterpakan untuk mentransfer energy dari satu tegangan
sumber ke tegangan sumber yang lain seperti diperlihatkan pada gambar 3.
Rangkaian ekivalen untuk berbagai macam jenis operasinya ditunjukan oleh
gambar 3b, dan bentuk gelomabang ditunjukan pada gambar 3c. Untuk arus
inductor pada operasi 1didapatkan dengan rumus:
Jika I1 adalah aus awal pada mode 1. Selama mode 1, arus harus
dinaikan dan kondisi seperlunya.
Gambar 3. Susunan untuk pentransferan energi
Arus pada mode 2 dapat dijelaskan dengan ;
Vs = L
I2(t)=
Jika I2 adalah aus awal pada mode 2. Untuk menstabilkan system, arus
harus dikurangi pada kondisi seperti ini.
atau Vs < E
Gambar 3. Susunan untuk pentransferan energi
Arus pada mode 2 dapat dijelaskan dengan ;
Vs = L
I2(t)=
Jika I2 adalah aus awal pada mode 2. Untuk menstabilkan system, arus
harus dikurangi pada kondisi seperti ini.
atau Vs < E
E. Saklar Pengatur (Switching – Mode Regulator)
DC chopper dapat digunakan sebagai saklar pengatur untuk
mengubah tegangan DC, unregulated normal, digunakan untuk mengatur
tegangan output.
Pegaturan normal ini dilakukan dengan mengatur lebar pulsa pada
fekuensi yang tetap dan biasanya digunakan komponen – komponen
switching seperti, BJT, MOSFET, atau 2GBT. Bagian – bagian dari
switching regulator dapat dilihat pada gambar 9a. Ada empat dasar
switching regulator;
a
.
B
u
c
k
R
e
g
u
l
a
t
o
r
b
.
B
o
o
s
t
R
e
g
u
l
a
t
o
r
c. Buck - Boost Regulator
d. Cúk Regulator
Gambar 9. Bagian – bagian swiching mode regulator
a. Buck Regulator
Pada buck regulator tegangan, tegangan output rata
– rata Va, lebih kecil dari tegangan input Vs. Pada
buck regulator digunakan BJT sebagai
komponen switchingnya dapat dilihat pada gambar
10a, regulator ini bekerja pada 2 mode. Mode 1
dimulai pada saat Q1 switching On saat t = 0, arus
input akan mengalir ke filter inductor L, filter
kapasitor C, dan beban resistor R. Mode 2 dimulai
pada saat Q1 switching Off saat t = t1.
Arus yang melalui inductor L dirumuskan
dengan, , dapat diasumsikan bahwa arus
induktor akan naik dari I1 ke I 2 pada saat waktu t1,
Vs – Va = L atau
dan jika arus induktor berkurang
dari I2 ke I1 pada saat t2,
a
t
a
u
b. Boost Regulator
Boost regulator memiliki tegangan output
yang lebih tinggi dari tegangan output. Rangkaian
ini menggunakan power MOSFET sebagai
komponen switchinya seperti yang ditunjukan
gambar11a. Rangkaian ini bekerja pada 2 mode.
Mode 1 dimulai jika transistor M1 di On kan pada t =
0. Arus input akan naik ketika melewati inductor L
dan transistor. Mode 2 dimulai pada saat transistor
M1 Off pada saat t = t1, arus akan tetap melewati
transistor dan juga akan melewati L, C, beban, dan
diode Dm.
Arus yang melewati induktor dapat diasumsikan naik dari I1 ke I2
pada
waktu t1,
Vs = L atau
dan arus yang melewati induktor dapat diasumsikan
turun dari I2 ke I1 pada waktu t2
a
t
a
u
© 2
Gambar 11. Boost Regulator
c. Buck – Boost Regulator
Buck – boost regulator menghasilkan tegangan output yang lebih tinggi
atau lebih rendah dari tegangan output. Pada tegangan output polaritasnya
berbeda dengan polaritas tegangan input. Regulator seperti ini biasanya
© 2
disebut regulator inverting. Skema rangkaian buck –
boost regulator dapat dilihat pada gambar 12a.
Rangkaian ini juga dapat bekerja dalam 2
mode. Selama mode 1 transistor Q1 akan On dan
diode Dm akan mendapakan bias mundur (reverse
biases). Arus input akan naik, arus kan mengalir ke
induktor L dan transistor Q1 Pada waktu mode 2,
transistor Q1 akan Off begitu pula denga inductor L
arus tidak akan mengalir
Arus yang melewati induktor dapat
diasumsikan naik dari I1 ke I2 pada waktu t1,
Vs = L atau
dan arus yang melewati induktor dapat diasumsikan
turun dari I2 ke I1 pada waktu t2
Gambar 12. Buck - Boost Regulator
d. Cúk Regulator
Umumnya rangkaian cúk regulator mengunakan power BJT sebagai
komponen switching seperti terlihat pada gambar 13a. Seperti halnya buck –
boost regulator, cúk regulator juga menghasilkan tegang output yang tinggi dan
juga rendah dari pada input, tapi polaritas tegangan output sama dengan
polaritas tegangan input.
Rangkaian ini juga dapat bekerja dengan 2 mode. Mode 1 dimulai ketika
transistor Q1 di On kan pada saat t = 0. Arus pada induktor L1 akan naik, pada
saat yang bersamaan tegangan pada kapasitor C1
akan memberikan bias mundur pada diode Dm. Kapasitor
C1 akan mengisi kembali energi ysng telah
melewati C1, C2, beban, dan L2.
Mode 2 dimulai ketika transistor Q1 di Off kan pada saat t = t1. Kapasitor
C1 akan terisi langsung dari suplai input, dan energi akan disimpan pada
induktor L2 yang kemudian dialirkan kebeban
Arus yang melewati inductor L1 dapat diasumsikan naik dari IL11 ke IL12
pada waktu t1,
Vs = L1 atau
dan selama kapasitor C1 melakukan pengisian, arus pada inductor turun dari
IL12 ke IL11 pada waktu t2
Vs – Vc1 =
Gambar 13. Cúk Regulator
1. Pendahuluan
Sistem catu-daya yang bekerja dalam mode pensaklaran (switching) mempunyai efisiensi yang
jauh lebih tinggi dibanding sistem catu-daya linier. Oleh karenanya, hampir semua catu-daya
modern bekerja dalam mode switching atau dikenal sebagai SMPS (Switched Mode Power
Supply). Komponen utama dari sistem catu-daya adalah konverter dc-dc yang berfungsi untuk
mengkonversikan daya elektrik bentuk dc (searah) ke bentuk dc lainnya.
Secara umum, ada tiga rangkaian (topologi) dasar konverter dc-dc, yaitu buck, boost, dan buck-
boost. Rangkaian lain biasanya mempunyai kinerja mirip dengan topologi dasar ini sehingga
sering disebut sebagai turunannya. Contoh dari konverter dc-dc yang dianggap sebagai turunan
rangkaian buck adalah forward, push-pull, half-bridge, dan full-bridge. Contoh dari turunan
rangakain boost adalah konverter yang bekerja sebagai sumber arus. Contoh dari turunan
rangkaian buck-boost adalah konverter flyback.
Pada tahun 1980-an, ditemukan dan dipatenkan ratusan rangkaian baru konverter dc-dc.
Rangkaian baru ini ditawarkan dengan bermacam kelebihan yang diklaim bisa menggantikan
peran rangkaian konvensional.
2. Step-Down (Buck) Converter.
Konverter jenis buck merupakan jenis konverter yang banyak digunakan dalam industri catu-
daya. Konverter ini akan mengkonversikan tegangan dc masukan menjadi tegangan dc lain yang
lebih rendah (konverter penurun tegangan).
Rangkaian ini terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET) dan satu saklar pasif (diode). Untuk
tegangan kerja yang rendah, saklar pasif sering diganti dengan saklar aktif sehingga susut daya
yang terjadi bisa dikurangi. Kedua saklar ini bekerja bergantian. Setiap saat hanya ada satu saklar
yang menutup. Nilai rata-rata tegangan keluaran konverter sebanding dengan rasio antara waktu
penutupan saklar aktif terhadap periode penyaklarannya (faktor kerja). Nilai faktor kerja bisa
diubah dari nol sampai satu. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan keluaran selalu lebih rendah
dibanding tegangan masukannya.
Beberapa konverter buck bisa disusun paralel untuk menghasilkan arus keluaran yang lebih
besar. Jika sinyal ON-OFF masing-masing konverter berbeda sudut satu sama lainnya sebesar
360o/N, yang mana N menyatakan jumlah konverter, maka didapat konverter dc-dc N-fasa.
Konverter buck N-fasa inilah yang sekarang banyak digunakan sebagai regulator tegangan
mikroprosesor generasi baru. Dengan memperbanyak jumlah fasa, ukuran tapis yang diperlukan
bisa menjadi jauh lebih kecil dibanding konverter dc-dc satu-fasa. Selain digunakan sebagai
regulator tegangan mikroprosesor, konverter buck multifasa juga banyak dipakai dalam indusri
logam yang memerlukan arus dc sangat besar pada tegangan yang rendah.
Perlu dicatat bahwa arus masukan konverter buckc selalu bersifat tak kontinyu dan mengandung
riak yang sangat besar. Akibatnya pada sisi masukan, konverter buck memerlukan tapis kapasitor
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gangguan interferensi pada rangkaian di sekitarnya.
Konverter dc-dc jenis buck biasanya dioperasikan dengan rasio antara teganan masukan terhadap
keluarannya tidak lebih dari 10. Jika dioperasikan pada rasio tegangan yang lebih tinggi, saklar
akan bekerja terlalu keras sehingga keandalan dan efisiensinya turun. Untuk rasio yang sangat
tinggi, lebih baik kalau kita memilih versi yang dilengkapi trafo.
3. Step-Up (Boost) Converter
Topologi boost bisa menghasilkan tegangan keluaran yang lebih tinggi dibanding tegangan
masukannya (penaik tegangan). Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 6. Jika saklar
MOSFET ditutup maka arus di induktor akan naik (energi tersimpan di induktor naik). Saat
saklar dibuka maka arus induktor akan mengalir menuju beban melewati dioda (energi tersimpan
di induktor turun). Rasio antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan konverter
sebanding dengan rasio antara periode penyaklaran dan waktu pembukaan saklar. Ciri khas
utama konverter ini adalah bisa menghasilkan arus masukan yang kontinyu.
Pada saat ini, topologi boost banyak dipakai dalam penyearah yang mempunyai faktor-daya satu
seperti terlihat di Gb. 7. Pada rangkaian ini, saklar dikendalikan sedemikian rupa sehingga
gelombang arus induktor mempunyai bentuk seperti bentuk gelombang sinusoidal yang
disearahkan. Dengan cara ini, arus masukan penyearah akan mempunyai bentuk mendekati
sinusoidal dengan faktor-daya sama dengan satu. Pengendali konverter semacam ini sekarang
tersedia banyak di pasaran dalam bentuk chip.
3. Buck-Boost Converter
Skema konverter buck-boost diperlihatkan di Gb. 8. Jika saklar MOSFET ditutup maka arus di
induktor akan naik, Saat saklar dibuka maka arus di induktor turun dan mengalir menuju beban.
Dengan cara ini, nilai rata-rata tegangan beban sebanding dengan rasio antara waktu pembukaan
dan waktu penutupan saklar. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan beban bisa lebih tinggi maupun
lebih rendah dari tegangan sumbernya.
Masalah utama dari konverter buck-boost adalah menghasilkan riak arus yang tinggi baik di sisi
masukan maupun sisi keluarannya. Akibatnya, diperlukan tapis kapasitor yang besar di kedua
sisinya. Inilah salah satu alasan mengapa konverter buck-boost jarang dipakai di industri.
Dalam industri, topologi yang sering dipakai adalah turunan buck-boost yang lebih popular
disebut konverter flyback. Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 9. Pada konverter ini, energi
tersimpan di trafo akan naik saat saklar MOSFET ditutup. Saat saklar dibuka, energi tersimpan di
trafo akan dikirim ke beban melalui dioda. Konverter ini sering dipakai untuk menghasilkan
banyak level tegangan keluaran dengan menggunakan beberapa belitan sekunder trafo.
Konverter flyback biasa dipakai untuk daya sampai 100 Watt. Keuntungan utama dari konverter
flyback adalah menggunakan komponen yang paling sedikit dibanding konverter jenis lainnya.
Kelemahan utama dari topologi ini adalah tingginya tegangan yang dirasakan oleh saklar.
4. Cuk Converter
Seperti halnya tipe buck-boost, konverter DC-DC topologi ini juga dapat menghasilkan tegangan
keluaran yang lebih kecil ataupun lebih besar daripada sumber tegangan. Dengan tambahan
induktor dan kapasitor pada sisi masukan, membuat topologi ini menghasilkan riak arus yang
lebih kecil daripada topologi buck-boost.
Topologi Konverter DC-DC
Posted on January 7, 2009 by angin165
Topologi Konverter DC-DC
Pekik Argo Dahono
1. Pendahuluan
Sistem catu-daya yang bekerja dalam mode pensaklaran (switching) mempunyai efisiensi yang
jauh lebih tinggi dibanding sistem catu-daya linier. Oleh karenanya, hampir semua catu-daya
modern bekerja dalam mode switching atau dikenal sebagai SMPS (Switched Mode Power
Supply). Komponen utama dari sistem catu-daya adalah konverter dc-dc yang berfungsi untuk
mengkonversikan daya elektrik bentuk dc (searah) ke bentuk dc lainnya.
Secara umum, ada tiga rangkaian (topologi) dasar konverter dc-dc, yaitu buck, boost, dan buck-
boost. Rangkaian lain biasanya mempunyai kinerja mirip dengan topologi dasar ini sehingga
sering disebut sebagai turunannya. Contoh dari konverter dc-dc yang dianggap sebagai turunan
rangkaian buck adalah forward, push-pull, half-bridge, dan full-bridge. Contoh dari turunan
rangakain boost adalah konverter yang bekerja sebagai sumber arus. Contoh dari turunan
rangkaian buck-boost adalah konverter flyback.
Pada tahun 1980-an, ditemukan dan dipatenkan ratusan rangkaian baru konverter dc-dc.
Rangkaian baru ini ditawarkan dengan bermacam kelebihan yang diklaim bisa menggantikan
peran rangkaian konvensional. Para insinyur baru sering sekali pusing dan menghabiskan banyak
waktu untuk memilih dan mencoba rangkaian baru ini. Akan tetapi setelah banyak menghabiskan
waktu dan biaya, sering sekali terbukti bahwa rangkaian baru tersebut sangat susah untuk
diproduksi. Sebagai akibatnya, sampai saat ini, hampir semua industri masih menawarkan
topologi dasar dalam jajaran produknya. Pengecualian mungkin ditemui pada penerapan yang
sangat khusus. Akan tetapi, hampir semua insinyur biasanya mencoba lebih dulu menggunakan
rangkaian dasar untuk bermacam keperluan. Kalau diperlukan, kinerja yang khusus dicoba
dipenuhi dengan menggunakan beberapa rangkaian dasar yang dihubungkan seri, paralel, atau
kaskade.
Kondisi ini tidak berarti bahwa konverter dc-dc tidak mengalami perkembangan selama tiga-
puluh tahun terakhir ini. Perkembangan pesat terjadi di bidang integrasi, produksi, saklar
semikonduktor, dan teknik untuk mengurangi rugi-rugi penyaklaran. Tulisan ini akan mencoba
mengkaji beberapa topologi dasar konverter daya yang banyak dipakai di industri. Dengan
memahami kinerja konverter dasar ini, para insinyur yang bekerja di industry konverter daya bisa
dengan baik memilih topologi yang sesuai untuk hampir semua keperluan. Pekerjaan selanjutnya
tinggal menentukan ukuran tapis dan rangkaian kendalinya.
2. Konverter Buck
Konverter jenis buck merupakan jenis konverter yang banyak digunakan dalam industri catu-
daya. Konverter ini akan mengkonversikan tegangan dc masukan menjadi tegangan dc lain yang
lebih rendah (konverter penurun tegangan).
Rangkaian ini terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET) dan satu saklar pasif (diode). Untuk
tegangan kerja yang rendah, saklar pasif sering diganti dengan saklar aktif sehingga susut daya
yang terjadi bisa dikurangi. Kedua saklar ini bekerja bergantian. Setiap saat hanya ada satu saklar
yang menutup. Nilai rata-rata tegangan keluaran konverter sebanding dengan rasio antara waktu
penutupan saklar aktif terhadap periode penyaklarannya (faktor kerja). Nilai faktor kerja bisa
diubah dari nol sampai satu. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan keluaran selalu lebih rendah
dibanding tegangan masukannya.
Beberapa konverter buck bisa disusun paralel untuk menghasilkan arus keluaran yang lebih
besar. Jika sinyal ON-OFF masing-masing konverter berbeda sudut satu sama lainnya sebesar
360o/N, yang mana N menyatakan jumlah konverter, maka didapat konverter dc-dc N-fasa.
Konverter buck N-fasa inilah yang sekarang banyak digunakan sebagai regulator tegangan
mikroprosesor generasi baru. Dengan memperbanyak jumlah fasa, ukuran tapis yang diperlukan
bisa menjadi jauh lebih kecil dibanding konverter dc-dc satu-fasa. Selain digunakan sebagai
regulator tegangan mikroprosesor, konverter buck multifasa juga banyak dipakai dalam indusri
logam yang memerlukan arus dc sangat besar pada tegangan yang rendah.
Perlu dicatat bahwa arus masukan konverter buckc selalu bersifat tak kontinyu dan mengandung
riak yang sangat besar. Akibatnya pada sisi masukan, konverter buck memerlukan tapis kapasitor
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gangguan interferensi pada rangkaian di sekitarnya.
Konverter dc-dc jenis buck biasanya dioperasikan dengan rasio antara teganan masukan terhadap
keluarannya tidak lebih dari 10. Jika dioperasikan pada rasio tegangan yang lebih tinggi, saklar
akan bekerja terlalu keras sehingga keandalan dan efisiensinya turun. Untuk rasio yang sangat
tinggi, lebih baik kalau kita memilih versi yang dilengkapi trafo.
3. Konverter Forward
Jika penerapan mensyaratkan adanya isolasi galvanis antara sisi masukan dan keluaran atau
bekerja dengan rasio tegangan yang sangat tinggi maka konverter jenis forward bisa menjadi
pilihan. Skema dari konverter dc-dc jenis forward diperlihatkan di Gb. 2(a). Jika saklar MOSFET
menutup maka beban akan merasakan tegangan yang besarnya sebanding dengan tegangan
masukan dikalikan rasio jumlah lilitan trafonya. Jika saklar MOSFET menutup maka tegangan
bebannya sama dengan nol. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan beban bisa diatur dengan
mengatur faktor-kerja saklar. Rasio tegangan yang tinggi didapat dengan memilih rasio jumlah
lilitan trafo yang seusai.
Pada Gb. 2(a), trafo dilengkapi dengan belitan tersier dan dioda. Rangkaian ini berperan saat
saklar MOSFET terbuka. Belitan bantu dan dioda ini berfungsi untuk menjamin bahwa fluksi
magnetik di inti trafo telah turun kembali menjadi nol sebelum saklar MOSFET kembali ditutup.
Tegangan maksimum yang dirasakan saklar aktif adalah tegangan sumber ditambah tegangan
primer trafo (tegangan beban dikalikan rasio jumlah lilitan primer terhadap sekunder). Selain itu
untuk menjamin bahwa fluksi magnetik selalu kembali menjadi nol selama saklar aktif terbuka,
saklar aktif tidak boleh dioperasikan dengan faktor-kerja lebih dari 50%. Pada saat ini, konverter
forward seperti di Gb. 2(a) banyak dipakai untuk daya sampai 100 Watt.
Untuk daya yang lebih besar, rangkaian konverter forward dimodifikasi menjadi seperti terlihat
di Gb. 2(b). Dengan topologi ini, tegangan maksimum yang dirasakan saklar menjadi berkurang.
Topologi ini cocok untuk daya sampai 1000 Watt. Untuk daya kecil, topologi ini tidak cocok
karena susut daya di empat saklar yang digunakan menjadi sangat membebani sistem.
4. Konverter Jenis Jembatan
Masalah utama yang dihadapi konverter forward adalah penggunaan trafo yang kurang efisien.
Penggunaan trafo kurang efisien karena trafo dimagnetisasi secara tak simetris (gelombang
tegangan trafo bukan gelombang bolak-balik). Untuk mengatasi masalah ini, kita bisa
menggunakan topologi setengah-jembatan (half-bridge) seperti terlihat di Gb. 3(a). Jika saklar S1
ditutup maka trafo merasakan tegangan positif sedangkan jika saklar S2 ditutup maka trafo
merasakan tegangan negatif. Kelemahan utama dari topologi ini adalah tidak cocok untuk
dioperasikan dalam mode arus terkendali. Inilah alasan utama mengapa topologi ini tidak banyak
digunakan.
Untuk mengatasi masalah pada konverter setengah-jembatan, kita bisa menggunakan topologi
jembatan-penuh (full-bridge). Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 3(b). Untuk memahami
kinerja konverter jembatan-penuh, kita bisa menganggap sebagai dua konverter setengah-
jembatan seperti terlihat di Gb. 4. Masing-masing konverter setengah-jembatan menghasilkan
gelombang persegi yang berbeda fasa. Belitan primer trafo akan merasakan selisih tegangan
yang dihasilkan oleh dua konverter setengah-jembatan tersebut. Selisih tegangan ini tergantung
pada besarnya beda fasa antara dua gelombang tegangan yang dihasilkan.
Dengan mode kerja seperti di Gb. 4, konverter jembatan-penuh bisa dirancang agar bekerja
dalam mode pensaklaran lunak (soft switching). Pada mode kerja ini, pembukaan dan penutupan
saklar selalu terjadi saat tegangan pada saklar sama dengan nol. Akibatnya, rugi-rugi daya
pensaklaran (rugi-rugi daya yang terjadi selama proses penutupan dan pembukaan saklar) bisa
ditekan menjadi sangat rendah.
Konverter daya jenis jembatan penuh ini cocok untuk penerapan daya besar sampai 5000 Watt.
Walaupun komponen yang digunakannya banyak, manfaat yang didapat bisa mengalahkan
kerugiannya.
5. Konverter Push-Pull
Topologi turunan buck lain yang cukup popular adalah push-pull seperti terlihat di Gb. 5.
Keuntungan utama dari topologi ini adalah dua saklar yang digunakan bisa dikendalikan dengan
dua rangkaian gate yang referensinya sama. Ini akan sangat menyederhanakn rangkaian kendali
yang diperlukan sehingga bisa dibuat dalam satu chip.
Topologi push-pull cocok untuk penerapan dengan tegangan masukan yang rendah karena saklar
akan merasakan tegangan sebesar dua kali tegangan masukannya. Akibatnya, rangkaian ini
cocok untuk konverter daya yang dipasok dengan battery. Topologi ini banyak dipakai untuk
daya sampai 500 Watt.
6. Topologi Boost
Topologi boost bisa menghasilkan tegangan keluaran yang lebih tinggi dibanding tegangan
masukannya (penaik tegangan). Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 6. Jika saklar
MOSFET ditutup maka arus di induktor akan naik (energi tersimpan di induktor naik). Saat
saklar dibuka maka arus induktor akan mengalir menuju beban melewati dioda (energi tersimpan
di induktor turun). Rasio antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan konverter
sebanding dengan rasio antara periode penyaklaran dan waktu pembukaan saklar. Ciri khas
utama konverter ini adalah bisa menghasilkan arus masukan yang kontinyu.
Pada saat ini, topologi boost banyak dipakai dalam penyearah yang mempunyai faktor-daya satu
seperti terlihat di Gb. 7. Pada rangkaian ini, saklar dikendalikan sedemikian rupa sehingga
gelombang arus induktor mempunyai bentuk seperti bentuk gelombang sinusoidal yang
disearahkan. Dengan cara ini, arus masukan penyearah akan mempunyai bentuk mendekati
sinusoidal dengan faktor-daya sama dengan satu. Pengendali konverter semacam ini sekarang
tersedia banyak di pasaran dalam bentuk chip.
7. Topologi Buck-Boost
Skema konverter buck-boost diperlihatkan di Gb. 8. Jika saklar MOSFET ditutup maka arus di
induktor akan naik, Saat saklar dibuka maka arus di induktor turun dan mengalir menuju beban.
Dengan cara ini, nilai rata-rata tegangan beban sebanding dengan rasio antara waktu pembukaan
dan waktu penutupan saklar. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan beban bisa lebih tinggi maupun
lebih rendah dari tegangan sumbernya.
Masalah utama dari konverter buck-boost adalah menghasilkan riak arus yang tinggi baik di sisi
masukan maupun sisi keluarannya. Akibatnya, diperlukan tapis kapasitor yang besar di kedua
sisinya. Inilah salah satu alasan mengapa konverter buck-boost jarang dipakai di industri.
Dalam industri, topologi yang sering dipakai adalah turunan buck-boost yang lebih popular
disebut konverter flyback. Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 9. Pada konverter ini, energi
tersimpan di trafo akan naik saat saklar MOSFET ditutup. Saat saklar dibuka, energi tersimpan di
trafo akan dikirim ke beban melalui dioda. Konverter ini sering dipakai untuk menghasilkan
banyak level tegangan keluaran dengan menggunakan beberapa belitan sekunder trafo.
Konverter flyback biasa dipakai untuk daya sampai 100 Watt. Keuntungan utama dari konverter
flyback adalah menggunakan komponen yang paling sedikit dibanding konverter jenis lainnya.
Kelemahan utama dari topologi ini adalah tingginya tegangan yang dirasakan oleh saklar.
8. Kombinasi Konverter
Untuk penerapan yang sangat khusus, kita bisa mengkombinasikan beberapa konverter dasar
sehingga didapat kinerja yang diinginkan. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, kita bisa
menganggap konverter sebagai two-port network yang direpresentasikan seperti terlihat di Gb.
10. Jika konverter bisa dianggap sebagai two-port network seperti di Gb. 10 maka empat macam
kombinasi seperti terlihat di Gb. 11 bisa didapat. Konverter yang dikombinasikan bisa lebih dari
dua. Konverter yang dikombinasikan tidak harus mempunyai topologi yang sama. Dengan
kombinasi semacam ini, keuntungan dari beberapa jenis konverter bisa digabung dan membuang
kelemahannya.
Tergantung pada topologi dasar yang dipakai untuk membentuk two-port network tidak semua
empat macam kombinasi seperti di Gb. 11 bisa didapat. Tidak adanya isolasi galvanis antara sisi
masukan dan keluaran pada beberapa topologi menyebabkan tidak semua kombinasi di Gb. 11
bisa diimplementasikan. Kombinasi semacam ini juga berlaku untuk konverter dc-ac, ac-dc, dan
ac-ac.
9. Penutup
Secara umum, kebutuhan akan sistem catu daya selalu bisa dipenuhi dengan menggunakan
topologi dasar konverter daya, yaitu buck, boost, dan buck-boost serta turunannya. Untuk
keperluan khusus, kita bisa mengkombinasikan beberapa konverter daya dalam konfigurasi seri-
paralel. Topologi khusus sebaiknya dihindari untuk mempermudah proses fabrikasi.
Aplikasi chpper
Penerapan
• Catu daya switching
• Pengendalian motor dc
• Regulator tegangan dc
KONVERTER DC – AC ( INVERTER )
INVERTER DC-AC
Inverter merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengubah tegangan searah
menjadi tegangan bolak-balik dan frekuensinya dapat diatur. Inverter ini sendiri terdiri dari
beberapa sirkuit penting yaitu sirkuit converter (yang berfungsi untuk mengubah daya komersial
menjadi dc serta menghilangkan ripple atau kerut yang terjadi pada arus ini) serta sirkuit inverter
(yang berfungsi untuk mengubah arus searah menjadi bolak-balik dengan frekuensi yang dapat
diatur-atur). Inverter juga memiliki sebuah sirkuit pengontrol.
Inverter dc-ac biasanya digunakan untuk penggerak motor ac dan UPS (Uninterruptible
ac Power Supply) AC, variable-frequency drives, pemanas induksi/microvawe, Static VAR
Generator, FACTS (Flexible AC Transmission System), transmisi daya HVDC, ataupun
digunakan sebagai rangkaian rectifier-inverter., dimana inverter tersebut berfungsi untuk
menghasilkan sebuah output ac sinusoidal, yang besar dan frekuensinya dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, sebuah penggerak motor ac yang diperlihatkan pada gambar 1 dalam sebuah
blok diagram. Tegangan dc dihasilkan dengan menyearahkan dan memfilter jaringan tegangan.
Jadi inverter ini, seperti yang terlihat pada gambar 1 digunakan untuk merubah tegangan dc
menjadi tegangan ac yang diinginkan
Gambar.1 Inverter mode saklar dalam penggerak motor ac
Untuk membuat inverter ini presisi, jadi inverter tersebut adalah sebuah konverter yang
aliran dayanya dapat dibalik. Oleh karena itu konverter saklar-mode ini sering direfer sebagai
inverter saklar-mode.
Inverter ini sering direfer sebagai Voltage Source Inverter (VSIs). VSIs ini dapat dibagai menjadi
tiga katagori umum:
1. Pulse-Width-Modulated Inverter. Pada inverter ini, tegangan input dc merupakan tegangan yang
mempunyai besar yang konstan, dimana sebuah dioda penyearah digunakan untuk menyearahkan
tegangan jala-jala. Oleh karena itu inverter harus mengendalikan besar dan frekuensi tegangan
output ac. Ini merupakan keuntungan inverter saklar menggunakan PWM dan oleh karena itu
inverter biasanya disebut dengan inverter PWM.
2. Square-Wave-Inverter. Pada inverter ini, tegangan input dc dikendalikan agar bisa mengendalikan
besar tegangan output ac, dan oleh karena itu inverter harus mengendalikan hanya frekuensi dari
tegangan output. Tegangan output ac mempunyai bentuk gelombang yang sama dengan
gelombang kotak, dan karena itu inverter ini sering disebut dengan inverter gelombang kotak
(Square Wave Inverter).
3. Single-Phase Inverters With Voltage Cancellation. Inverter dengan output singel fasa
memungkinkan mengendalikan besar dan frekuensi tegangan output inverter, walaupun input
inverter merupakan sebuah tegangan dc konstan dan saklar inverter ini bukan merupakan inverter
PWM. Oleh karena itu inverter ini menggabungngkan karakteristik dari kedua inverter
sebelumnya.
INVERTER FASA TUNGGAL
INVERTER HALF-BRIDGE (FASA TUNGGAL)
Gambar 3.5 memperlihatkan inverter half-bridge. Dua kapasitor yang sama dihubungkan seri
melewati input dc dan hubungannya berada pada potensial sedang, dengan tegangan ½ Vd yang
melewati tiap kapasitor. Kapasitor yang cukup besar harus digunakan untuk mengasumsikan
bahwa potensial pada poin o konstan terhadap tegangan dc negatif pada jalur N. oleh karena itu,
konfigurasi rangkaian ini identik dengan inverter dasar satu kaki (one-leg) yang telah dijelaskan
sebelumnya, dan vo = vAo.
Mengsumsikan saklar PWM, kita memperoleh bahwa bentuk gelombang tegangan output akan
seperti yang terlihat dalam gambar 3.4b. Tanpa memperhatikan kondisi saklar, arus antara dua
kapasitor C+ dan C- (yang mempunyai kapasitasitansi yang sama dan sangat besar) terbagi sama
besar. Ketika T+ on, salah satu T+ dan D+ berkelakuan tergantung dari arah dari arus keluaran,
dan io terbagi sama antara dua kapasitor. Hal sama jika T- on.
Pada saat Io mengalir ke kombinasi paralel dari C+ dan C- , Io pada keadaan steady state tidak
bisa mempunyai sebuah komponen dc. Oleh karena itu, kapasitor-kapasitor ini betindak sebagai
kapasitor blocking dc, dan mengurangi permasalahan saturasi transformer dari lilitan primer, jika
transformer digunakan pada output untuk memberikan isolasi listrik. Pada waktu arus di lilitan
primer sebuah transformer tidak nol pada tiap pensaklaran, kebocoran energi induktansi
transformer tidak masalah pada saklar-saklar tersebut.
Gambar 3.5 Inverter Half-Bridge
INVERTER FULL-BRIDGE (FASA TUNGGAL)
Inverter full-bridge dapat dilihat pada gambar 3.6. Inverter ini terdiri dari dua inverter satu kaki
yang telah dijelaskan pada sesi terdahulu. Dengan tegangan input dc yang sama, maksimum
tegangan output dari inverter full-bridge adalah dua kali dari inverter hal-bridge. Secara tidak
langsung bahwa untuk daya yang sama, arus keluaran dan arus saklar adalah one-half dari
sebuah inverter half-bridge. Pada level daya yang tinggi, mempunyai keuntungan yang berbeda,
sejak inverter tersebut membutuhkan komponen paralel yang sedikit.
Gambar 3.6 Inverter Full-Bridge
INVERTER PUSH-PULL
Gambar 3.7 memperlihatkan sebuah rangkaian inverter push-pull. Rangkaian ini membutuhkan
sebuah transformator dengan sebuah center tap pada bagian primernya. Kita mengasumsikan
bahwa arus keluaran Io mengalir secara kontinu. Dengan asumsi ini, ketika saklar T1 dalam
keadaan on (dan T2 off), T1 mengarahkan/menjalankan nilai posiitif dari arus Io, dan D1 akan
megarahkan sebuah nilai negatif dari arus Io. Oleh karena itu, tanpa memperhatikan arah dari
arus io, vo = Vd/n, dimana n adalah rasio antara lilitan setengah primer dan sekunder, seperti
yang terlihat pada gambar 3.7. Hal yang sama, ketika T2 on (dan T1 off), vo = -Vd/n. Sebuah
inverter push-pull dapat dioperasikan pada sebuah mode PWM atau sebuah gelombang square
dan bentuk gelombangnya identik (sama) seperti yang terlihat pada gambar 3.4 untuk inverter
half-bridge dan full-bridge.
Kelebihan utama dari rangkaian push-pull adalah tidak lebih dari satu saklar dalam satu seri
pengarahan pada tiap saat. Hal ini bisa menjadi penting jika masukan dc ke konverter berasal
dari sebuah sumber tegangan rendah, seperti sebagai sebuah batere, dimana tegangan turun lebih
dari satu saklar dalam satu seri akan menghasilkan sebuah pengurangan yang signifikan dalam
efisiensi energi. Juga devais-devais pengendali (pengontrol) untuk dua saklar mempunyai sebuah
common ground. Hal ini bagaimanapun sulit untuk menghindari saturasi dc dari transformator
dalam sebuah inverter push-pull.
Gambar 3.7 Inverter Push-pull (fasa tunggal)
Arus keluaran, yang merupakan arus sekunder dari transformator, adalah sebuah arus yang
lambat pada frekuensi keluaran dasar. Hal ini dapat diasumsikan dapat menjadi konstan selama
interfal pensaklaran. Ketika pensaklaran terjadi, pergeseran arus dari setengah ke setengah yang
lain dari lilitan primer. Hal ini memerlukan coupling magnetik yang sangat bagus antara dua
lilitan setengah ini agar mengurangi energi yang berhubungan dengan kekurangan induktansi
dari dua lilitan primer. Energi ini akan mengalami disipasi pada saklar-saklar atau dalam
rangkaian snubber yang digunakan untuk memproteksi saklar-saklar. Ini merupakan fenomena
umum yang berhubungan dengan semua konverter (atau inverter) dengan isolasi dimana arus
dalam satu lilitan dipaksa untuk menjadi nol pada tiap pensaklaran. Penomena ini sangat penting
dalam mendesign konverter/inverter.
Dalam sebuah inverter push-pull PWM untuk menghasilkan keluaran sinusoidal, transformator
harus desain untuk frekuensi keluaran dasar. Hasilnya dalam sebuah transformator yang
kekurangan induktansi tinggi, yang proprorsinya ke bilangan kotak, menyediakan semua dimensi
lain yang membuat tetap konstan. Hal ini membuat sulit untuk mengoperasikan sebuah modulasi
gelombang sinus inverter push-pull PWM pada pensaklaran frekuensi lebih tinggi dari kira-kira 1
KHz.
INVERTER TIGA FASA
Dalam aplikasi seperti pada UPS ac dan penggerak motor ac, inverter tiga fasa sering digunakan
untuk mensuplai beban tiga fasa. Hal ini memungkinkan untuk mensuplai beban tiga fasa.
Inverter tiga fasa yang sering digunakan terdiri dari tiga kaki, satu kaki untuk tiap fasa, seperti
yang terlihat pada gambar 3.8. Tiap kaki inverter sama, penggunaannya telah dijelaskan pada
dasar inverter satu kaki. Oleh karena itu keluaran tiap kaki, seperti vAN hanya tergantung pada
Vd dan status saklar; tegangan keluaran adalah independen dari arus beban keluaran sejak satu
dari dua saklar pada satu kaki selalu on pada tiap saat.
Gambar 3.8 Inverter tiga fasa
INVERTER PWM PADA SUMBER TEGANGAN TIGA FASA
Sama halnya pada inverter satu fasa, objektif pada inverter tiga fasa adalah untuk mempertajam
dan mengendalikan besar dan frekuensi tegangan keluaran tiga fasa, dengan sebuah esensi
tegangan masukan Vd yang konstan. Untuk penyeimbang tegangan keluaran tiga fasa pada
inverter PWM tiga fasa, bentuk gelombang tegangan triangular yang sama dibandingkan dengan
tiga tegangan kontrol sinusoidal, seperti yang terlihat pada gambar 3.9a.
Gambar 3.9 Bentuk gelombang
PWM tiga fasa dan spectrum
harmonic
Rangkaian Elektronika Daya Inverter (Mengubah Tegangan DC – AC)
Inverter adalah salah satu komponen penting catu daya yang berfungsi mengubah sumber
tegangan masukan DC ke bentuk sumber tegangan keluaran AC. Secara definisi, rangkaian
inverter ideal adalah inverter yang tidak menghasilkan riak di sisi masukannya dan menghasilkan
sinyal sinusoidal murni di sisi keluarannya, baik yang terkontrol arus/tegangan, terkontrol
frekuensi, ataupun terkontrol kedua-duanya. Secara umum rangkaian inverter biasanya
digunakan dalam aplikasi pengendali kecepatan motor AC, variable-frequency drives, UPS/catu-
daya AC, pemanas induksi/microvawe, Static VAR Generator, FACTS (Flexible AC
Transmission System), trasnmisi daya HVDC, ataupun digunakan sebagai rangkaian rectifier-
inverter.
Gambar 1 Aplikasi Inverter : Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor AC
Gambar 2 Aplikasi Inverter : Pembangkit Hibrida PV – GD
Ada banyak topologi inverter saat ini bergantung pada jumlah fasa tegangan keluarannya (1-fasa,
3-fasa, dll), metoda pengaturan sinyal kontrol tegangan keluaran (pulse width modulation
(PWM), pulse amplitude modulation (PAM), gelombang persegi), menurut level tegangan
keluaran, dll. Untuk memudahkan proses penulisan, pada artikel kali dikhususkan untuk
membahas topologi rangkaian inverter 1 fasa. Sedangkan topologi 3 fasa akan dibahas pada
pembahasan selanjutnya.
DASAR TEORI
Cara paling sederhana untuk menghasilkan tegangan AC adalah dengan cara mengatur
keterlambatan sudut penyalaan saklar pada tiap lengan inverter sehingga mampu menghasilkan
level tegangan keluaran positip dan negatif yang berulang dengan frekuensi tertentu, seperti yang
ditunjukan oleh gambar 3, 4, dan 5 secara berurutan. Dari gambar terlihat bahwa dengan
menambah jumlah level tegangan keluaran, bentuk gelombang kotak dapat diubah mendekati
tegangan sinusoidal. Jumlah level tegangan keluaran ini dapat diperoleh dengan teknik
penyaklaran dan topologi inverter capasitor-split, diode-clamped ataupun inverter yang disusun
secara kaskade. Pembahasan tentang ini akan dibahas pada artikel selanjutnya. Sedangkan
gambar 6 menunjukan inverter setengah jembatan (half-bridge) yang dikontrol dengan teknik
penyaklaran PWM. Pembahasan tentang teknik penyaklaran PWM akan dibahas lebih detail juga
pada artikel terpisah.
Gambar 3 Tegangan AC Kotak 2-level
(tegangan keluaran inverter center tap dan setengah jembatan)
Gambar 4 Tegangan AC Kotak 3-level
Gambar 5 Tegangan AC Kotak 6-level
Gambar 6 Tegangan Sinusoidal AC Hasil Teknik Penyaklaran PWM
Variable Speed Drive (VSD) aka. INVERTER
Aplikasi variable speed banyak diperlukan dalam industri. Jika sebelumnya banyak
dipergunakan system mekanik, kemudian beralih ke motor slip/ pengereman maka saat ini
banyak menggunakan semikonduktor. Tidak seperti softstarter yang mengolah level tegangan,
inverter menggunakan frekuensi tegangan masuk untuk mengatur speed motor. Seperti diketahui,
pada kondisi ideal (tanpa slip)
RPM = 120 . f
P
Dimana:
RPM : Speed Motor (RPM)
F : Frekuensi (Hz)
P : Kutup motor (pole)
Jadi dengan memainkan perubahan frekuensi tegangan yang masuk pada motor, speed akan
berubah. Karena itu inverter disebut juga Variable Frequency Drive.
Prinsip kerja inverter yang sedehana adalah :
Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/ penyearah DC,
dan ditampung ke bank capacitor. Jadi dari AC di jadikan DC.
Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali
dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya
adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT. Dengan menggunakan frekuensi carrier (bisa
sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan
frekuensi yang diinginkan.
Untuk pemasangan inverter sebaiknya juga dipasang unit pengaman hubung singkat seperti
Seconductor Fuse atau bisa juga Breaker. Ini seperti pada pemasangan softstarter hanya saja
tanpa contactor bypass. Pengontrolan start, stop, jogging dll bisa dilakukan dengan dua cara yaitu
via local dan remote. Local maksudnya adalah dengan menekan tombol pada keypad di
inverternya. Sedangkan remote dengan menghubungkan terminal di board control dengan tombol
external seperti push button atau switch. Masing masing option tersebut mempunyai kelemahan
dan keunggulan sendiri sendiri. Frekuensi dikontrol dengan berbagai macam cara yaitu : melalui
keypad (local), dengan external potensiometer, Input 0 ~ 10 VDC , 4 ~ 20 mA atau dengan
preset memori. Semua itu bisa dilakukan dengan mengisi parameter program yang sesuai.
Beberapa parameter yang umum dipergunakan/ minimal adalah sebagai berikut (istilah/nama
parameter bisa berbeda untuk tiap merk) :
Display : Untuk mengatur parameter yang ditampilkan pada keypad display.
Control : Untuk menentukan jenis control local/ remote.
Speed Control : Untuk menentukan jenis control frekuensi reference
Voltage : Tegangan Suply Inverter.
Base Freq. : Frekuensi tegangan supply.
Lower Freq. : Frekuensi operasi terendah.
Upper Freq. : Frekuensi operasi tertinggi.
Stop mode : Stop bisa dengan braking, penurunan frekuensi dan di lepas seperti starter
DOL/ Y-D.
Acceleration : Setting waktu Percepatan.
Deceleration : Setting waktu Perlambatan.
Overload : Setting pembatasan arus.
Lock : Penguncian setting program.
Jika beban motor memiliki inertia yang tinggi maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam
acceleration dan deceleration. Untuk acceleration/ percepatan akan memerlukan torsi yang lebih,
terutama pada saat start dari kondisi diam. Pada saat deceleration/ perlambatan, energi inertia
beban harus didisipasi/ dibuang. Untuk perlambatan dalam waktu singkat atau pengereman,
maka energi akan dikembalikan ke sumbernya. Motor dengan beban yang berat pada saat
dilakukan pengereman akan berubah sifat menjadi “generator”. Jadi energi yang kembali ini
akan masuk ke dalam DC Bus Inverter dan terakumulasi di sana karena terhalang oleh rectifier.
Sebagai pengamanan, inverter akan trip jika level tegangan DC Bus melebihi batas yang
ditoleransi. Untuk mengatasi tripnya inverter dalam kondisi ini diperlukan resistor brake.
Resistor brake akan membuang tegangan yang lebih dalam bentuk panas. Besar kecilnya resistor
brake ini sangat tergantung dengan beban dan siklus kerja inverter.
Cara kerja inverter DC ke AC
Seperti namanya yaitu dc ke ac maka inverter dc ke ac adalah sebuah alat yang bekerja untuk
merubah tegangan dc menjadi arus ac. Anda membutuhkan aki mobil/DC Direct Current agar
bisa dirubah menjadi arus listrik PLN/AC/Alternating Current.
Lama ketahanan inverter dc ke ac ini ditentukan bukan dari watt inverter tetapi dari aki/battery
yang anda gunakan dan beban
Rumus hitung lama back up cara hitungnya sebenarnya gampang. Volt x ah = watt/jam
kemudian dibagi beban watt
Saya ambil contoh
12V X 100Ah = 1200 watt/jam dibagi beban 200 watt= 12 jam
Atau bisa juga 12V X 100Ah =1200 watt/jam dibagi beban 600 watt = 2 jam
Jika ingin lebih lama maka anda hanya butuh aki yang lebih besar
Apa sudah sedikit lebih jelas?Semoga bermanfaat
Cara kerja inverter 3 phase/ fase/ fasa
Cara kerja inverter 3 phase/ fase/ fasa. Inverter 1 phase biasanya hanya untuk peralatan listrik
rumah sedangkan inverter tiga phase biasa digunakan untuk industri, mari kita bahas sedikit cara
kerja inverter 3 phase. Berikut artikelnya
Cara kerja inverter 3 phase pada dasarnya sama seperti cara kerja inverter 1 phasa, namun pada
inverter 3phasa terdapat sebuah alat pensinkron phasa, sehingga setiap inverter, hasilnya
bergeser dengan selisih 60'.
Pergeseran ini bisa dilakukan oleh kapasitor yang dikontrol oleh microcontroller,ataupun OP-
Amp untuk rangkaian yang lebih sederhana dan tidak membutuhkan ketelitian tinggi.
5. Inverter