[BARU] 11.42 PM 912

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dampak negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi (pencemaran). Polusi air sendiri adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya kedalam air sehingga kualitas air terganggu. Kualitas air terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna. Sedangkan segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut Polutan. Sesuatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal dan berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Air merupakan tempat hidup hewan akuatik seperti ikan serta tumbuhan. Apabila sumber air tempat kehidupan hewan akuatik tersebut tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan ekosistem air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Misal organisme yang kecil/lemah seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih besar pemakan ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan mati.

description

safasgase gaegeasvsdasgfq

Transcript of [BARU] 11.42 PM 912

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu dampak negatif kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi (pencemaran). Polusi air sendiri adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya kedalam air sehingga kualitas air terganggu. Kualitas air terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna. Sedangkan segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut Polutan. Sesuatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal dan berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat.

Air merupakan tempat hidup hewan akuatik seperti ikan serta tumbuhan. Apabila sumber air tempat kehidupan hewan akuatik tersebut tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan ekosistem air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Misal organisme yang kecil/lemah seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton banyak yang mati karena kekurangan makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih besar pemakan ikan-ikan kecil bila kekurangan makanan akan mati.

Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50). Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi; memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan ikan yang hidup diperairan yang tercemar. Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang memenuhi persyaratan tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara, penyebarannya merata, mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas. Selain ikan mas, tanaman kangkung juga merupakan tanaman yang juga dapat digunakan untuk uji toksisitas. Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan untuk menentukan efek toksik limbah cair laundry terhadap bioindikator (Cyprinuscarpio L) serta menentukan efek toksik leachate terhadap tanaman kangkung yang masing-masing diberi perlakuan selama beberapa hari dengan dosis limbah yang berbeda.

1.2 Tujuan Praktikum1. Untuk mengetahui pengaruh limbah laundry terhadap kehidupan ikan mas (Cyprinuscarpio L).2. Untuk mengetahui mengetahui dampak leachate terhadap pertumbuhan kangkung air.3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas air.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Pencemaran AirSumber pencemaran air yang paling umum adalah : a. Limbah PemukimanLimbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun- daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrabel). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air karena bahan dasar dari deterjen adalah unsur logam alkali. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri. Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan terhambatnya proses fotosintesis. b. Limbah Pertanian Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat dalam lemak dan sel-sel tubuh mahluk hidup.c. Limbah Industri Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP. 18 tahun 99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya. Karakteristik limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Limbah ini bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker. Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang dikenal juga sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Di Jepang antara tahun 1953- 1960, lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Senyawa merkuri yang terlarut dalam air masuk melalui rantai makanan, yaitu mula-mula masuk ke dalam tubuh mikroorganisme yang kemudian dimakan yang dikonsumsi manusia. (Sastrawijaya, 1991)

Secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelas yaitu limbah, industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban storm water), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian dan budidaya perikanan. Sedangkan bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa sedimen, unsur hara (nutrient), logam beracun (toxic metal), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substance (bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang) (Dahuri,1998).

Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu dipantau sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran air digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan (Sastrawijaya, 1991).

Setelah memasuki perairan pesisir dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor atau beberapa jalur dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai berikut :1. Terencerkan dan tersebar oleh adukan turbulensi dan arus laut a. Proses biologis dengan cara diserap ikan, plankton nabati atau oleh ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya dimakan oleh mangsanya.b. Proses fisik dan kimiawi dengan cara absorpsi, pengendapan, pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan mengendap di dasar perairan.2. Terbawa langsung oleh arus dan biota (ikan).(Romimohtarto, 1991)

2.2Biota Air sebagai Indikator PencemaranPada dasarnya yang dimaksud dengan biota akuatik adalah kelompok organisme, baik hewan atau tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada pada perairan. Kelompok organisma tersebut dapat bersifat bentik, perifitik, atau berenang bebas. Biota bentik umumnya hidup pada dasar perairan; perifitik hidup pada permukaan tumbuhan, tongkat, batu, atau substrat lain yang berada di dalam air (Suin, 1994).

Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran, yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Pemakaian organisme laut sebagai indikator pencemaran didasarkan pada kenyataan bahwa alam atau lingkungan yang tidak tercemar akan ditandai oleh kondisi biologi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beranekaragam. Terdapat beberapa pengaruh toksisitas pada ikan, pertama pengaruh toksisitas pada insang. Insang selain sebagai alat pernafasan juga digunakan sebagai alat pengaturan tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting pada ikan dan sangat peka terhadap pengaruh toksisitas (Suin, 1994).

Biota bentik maupun perifitik umumnya mempunyai ukuran yang beragam, dari beberapa mikron sampai beberapa sentimeter. Yang dimaksud dengan biota bentik maupun perifitik dalam kegunaannya sebagai bioindikator adalah kelompok hewan. Kelompok tersebut sebagian besar tergolong avertebrata (hewan tidak bertulang belakang) yang umumnya terdiri atas (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998): larva Plecoptera (lalat batu), larva Trichoptera (pita-pita), larva Ephemeroptera (lalat sehari), Platyhelminthes (cacing pipih), larva Odonata (kini-kini), Crustacea (udang), Gastropoda (siput), Bivalvia (kerang), larva Hemiptera (kepik), Coleoptera (kumbang), Hirudinea (lintah), Oligochaeta (cacing), dan larva Diptera (nyamuk,lalat). (Anderson dan Apolonia, 1978) (Suin, 1994).

Sebagai bioindikator cemaran organik kelompok hewan avertebrata, terutama yang berukuran makroskopis memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan organisma lainnya. Kelompok ini relatif hidup menetap dalam waktu yang cukup lama pada berbagai kondisi air. Beberapa jenis diantaranya dapat memberikan tanggapan terhadap perubahan kualitas air sehingga dapat memberikan petunjuk terjadinya pencemaran. Selain itu hewan bentik relatif mudah dikoleksi dan diidentifikasi. Keberadaan hewan avertebrata bentik tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor perairan, terutama fisika, kimia, dan biologis. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi sebaran dan jumlah hewan per satuan luas tertentu. Waktu yang berkaitan dengan musim juga turut berpengaruh terhadap keberadaan hewan tersebut, hal ini terutama jika dikaitkan dengan siklus hidupnya. Seluruh faktor-faktor tersebut diatas dapat menjadi faktor pembatas dalam penggunaan hewan avertebrata bentik sebagai bioindikator (Soemarwoto, 1984).

Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Proses pengolahan air limbah industri adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan (Suin, 1994).

Kualitas air yang baik sangat mendukung kehidupan organisme air. Mikroorganisme air seperti plankton selain sebagai indikator pencemaran suatu perairan juga mempunyai peranan penting dalam lingkungan aquatik yaitu sebagai dasar piramida makanan bagi organisme lain yang hidup di perairan. Plankton merupakan makanan alami bagi organisme perairan seperti bentik dan ikan (Sachlan, 1982). Plankton dan ikan membentuk rantai penghubung yang penting antara produsen dan konsumen. Ikan dan organisme air lainnya akan hidup dengan baik bila kondisi perairan mendukung. Sebagai bioindikator dari limbah ini adalah adanya organisme biologi yaitu ikan lele, bawal, braskap, tanaman air, cacing, algae, dan bakteri.

2.3 KangkungKangkung (Ipomoea aquatica) merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Terna semusim dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman bernama Latin Ipomoea reptans ini terdiri dan dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Menurut Dr. Setiawan, kangkung mempunyai rasa manis, tawar, sejuk. Sifat tanaman ini masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik),menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Selain vitamin A, B1, dan C, kangkung juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol.

Secara anatomi tanaman kangkung memiliki akar serabut yang tumbuh disetiap ruas batang, sehingga memiliki daya hisap yang tinggi terhadap logam-logam yang ada di sungai. Stuktur batang yang berongga berguna untuk mempercepat proses kapilaritas dari batang. Akibatnya kemampuan untuk mengangkut air limbah bisa terjadi dengan cepat. Struktur daun yang terdiri dari 3-5 lima helai dengan struktur daun yang tipis menyebabkan tumbuhan mudah kehilangan air karena air yang ada di dalam menguap. Hilangnya air yang menguap akan menyebabkan tekanan pada daun menjadi rendah sehingga menarik air yang ada di pembuluh. Isapan daun ini akan membuat air yang terdapat di akar naik ke atas. Dengan stuktur anatomi, morfologi dan fisiologi kangkung yang seperti ini sehingga tanaman ini dapat menyerap berbagai jenis polutan yang ada di sungai.

2.4Limbah LaundryLaundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Kehadira njasa laundry ini dapat membawa manfaat yang cukup besar bagi perekonomian dengan megurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan taraf hidup manusia. Namun limbah laundry juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik. Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan sulfonat.Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999).

2.5LeachateLeachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Kuantitas dan kualitas leachate sangat bervariasi dan berfluktuasi. Sebagai gambaran dapat dilihat data komposisi leachate dari proses pembusukan sampah yang terjadi di landfill (Tchobanoglous, et al, 1993).

Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan3.1.1Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Tanaman)Praktium Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Tanaman) dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 21 November 2013 pada pukul 15.00 WITA bertempat di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.1.2Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Limbah Pada Biota Air (Ikan)Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin Kamis pada tanggal 2 sampai 5 Desember 2013 pada pukul 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat3.2.1.1 Alat Untuk Praktikum Pengaruh Toksistas Pada Tanaman1. Toples plastik dengan volume 2000 mL2. Gelas ukur 1000 mL3. pH meter4. Timbangan digital5. Jerigen plastik volume 10 liter6. Plastik gula7. Saringan8. Penggaris9. Pipet ukur 25 mL10. Plastik bening 1 m11. Alat tulis3.2.1.2 Alat untuk Praktium Pengaruh Toksisitas Pada Ikan1. Aerator2. Selang aerator 3. Akuarium 4. Timbangan digital5. Gelas ukur 1000 mL6. Penggaris7. Stopwatch 8. Plastik gula9. Kamera 10. Alat tulis11. Jerigen

3.2.2 Bahan3.2.2.1 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman1. Limbah Cair (Leachate)2. Akuades3. Tanaman Kangkung Air

3.2.2.2 Bahan untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan1. Air permukaan (air kolam Teknik) 9000 ml2. Air limbah laundry 1000 ml3. Ikan Mas sebanyak 3 ekor dengan ukuran 4 - 5 cm4. Pakan ikan5. Tissue

3.3 Cara Kerja3.3.1 Cara Kerja untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Tanaman3.3.1.1 Cara Kerja Aklimatisasi Tanaman1. Diambil tanaman kemudian dimasukkan kedalam satu wadah.2. Dibersihkan akarnya dari sisa tanah yang menempel.3. Dimasukkan tanaman yang telah dibersihkan bagian akarnya ke dalam ember yang telah berisi air bersih atau akuades.4. Didiamkan selama tujuh hari.

3.3.1.2 Cara Kerja Untuk Pengukuran Tanaman1. Disiapkan tanaman kemudian diukur berat dan panjangnya.2. Dimasukkan air lindi yang telah dienccerkan dengan akuades dengan konsentrasi 3, 6,9,12, dan 15 % dari volume 1000 mL untuk tanaman yang sudah terlebih dahulu dijenuhkan pada air bersih.3. Dimasukkan tanaman ke dalam toples yang telah berisi lindi.4. Ditandai batas awal air dengan menggunakan spidol.5. Didiamkan selama 1 hari pada tempat yang terkena sinar matahari dan terhindar dari hujan.6. Diamati berat dan panjang tanaman.7. Bila terjadi pengurangan volume air dilakukan penambahan akuades sebagai kontrol volume air dengan menggunakan pipet ukur 25 mL.8. Diulangi langkah dari langkah ke 5 sampai 10 hari.

3.3.2 Cara Kerja untuk Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Ikan1. Dipersiapkan akuarium untuk dipakai. 2. Diisi akuarium dengan air kolam Teknik sebanyak 9000 ml dengan menggunakan gelas ukur 1000 ml.3. Diberi keterangan, ditimbang berat, diukur panjang, diamati ciri-ciri, dihitung dan dicatat respirasi dengan menggunakan stopwatch pada masing-masing ikan nila (ikan 1, ikan 2 dan ikan 3).4. Dimasukkan ikan mas ke dalam akuarium dan dipasang aerator.5. Dibiarkan ikan mas beradaptasi selama satu hari.6. Setelah satu hari, diidentifikasi, dihitung dan dicatat kembali berat, ukuran, ciri-ciri serta respirasi masing-masing ikan mas.7. Dimasukkan air limbah laundry sebanyak 1000 ml ke dalam akuarium melalui dinding atau sudut akuarium.8. Dinyalakan aerator selama 2 jam.9. Diamati dan diidentifikasi masing-masing ikan setiap hari selama 3 hari.10. Diidentifikasi kembali jika ada ikan yang mati.11. Dilakukan identifikasi setiap harinya selama 3 hari terhadap ikan yang masih hidup.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengamatan4.1.1 Pengamatan Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Tanaman Kangkung Air)Tabel 4.1.1.1 Berat TanamanHari ke -Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)(gr)2 (6%)(gr)3 (9%) (gr)4 (12%) (gr)5 (15%) (gr)

024,41710,615,510,5

112,513,28,414,49,8

213,6157,811,79,8

314,113,75,911,79,5

414,914,16,213,27,9

515,415,36,814,18,3

615,615,46,715,37,3

717,416,56,412,26,3

816,517,85,113,36,5

917,419,74,714,27,2

1015,614,5512,54,6

Tabel 4.1.1.2 Kemampuan Tanaman dalam AbsorbsiHari ke -Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)(cm)2 (6%) (cm)3 (9%) (cm)4 (12%) (cm)5 (15%) (cm)

0

10,40,20,4-0,3

20,50,30,50,50,3

3-----

40,70,30,30,70,5

50,80,50,40,60,7

60,20,30,10,40,1

70,60,40,10,50,3

80,80,70,20,70,2

90,60,650,40,60,4

100,40,8mati0,5mati

Tabel 4.1.1.3 pHHari ke -Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)2 (6%)3 (9%)4 (12%)5 (15%)

06,496,596,566,606,67

16,266,306,366,436,52

26,426,386,556,556,63

36,06,296,496,536,56

46,296,356,86,566,49

56,196,266,456,426,51

65,755,846,136,396,58

76,315,586,526,346,48

86,906,596,436,776,35

97,578,217,566,646,61

107,848,398,096,876,78

Tabel 4.1.1.4 PengenceranHari ke -Pengamatan Tanaman ke -Ket

1 (3%)(ml)2 (6%) (ml)3 (9%) (ml)4 (12%) (ml)5 (15%) (ml)

0-----

1-----

2-----

3-----

493203010080

5104,533,85089111

613322521,17

77539,1155025

8123115158735

985,57845,56273

1050100mati88mati

4.1.2Pengamatan Pengaruh Toksisitas pada Biota Air (Ikan Mas)Tabel 4.1.2.1 Pengukuran Respirasi, Panjang, Berat, dan Ciri-Ciri IkanJenis IkanPanjang Ikan(cm)Berat Ikan(gr)Jumlah RespirasiKeterangan

Hari ke 0

Hari 1 ; jam 15.00 WITA tanggal 2 Desember 2013

Ikan 14,5 cm0,8 gr160 Ikan berwarna agak kehitaman Agak transparan Insangnya terlihat berwarna merah Aktif

Ikan 25 cm1,1 gr106 Warna tubuh ikan agak kehitaman Memiliki ukuran paling besar diantara ikan yang lain Aktif

Ikan 34,5 cm1,1 gr150 Warna tubuh agak kehitaman Memiliki ukuran yang paling kecil diantara ikan yang lain Aktif

Masa Adaptasi Hari Pertama

Hari 2 ; jam 15.00 WITA tanggal 3 Desember 2013

Ikan 14,5 cm0,5 gr162 Ikan berwarna agak kehitaman Agak transparan Insangnya terlihat berwarna merah Aktif

Ikan 2---Mati

Ikan 34,5 cm0,9 gr155 Warna tubuh agak kehitaman Memiliki ukuran yang paling kecil diantara ikan yang lain Aktif

Dimasukkan Air Limbah Laundry Sebanyak 1000 ml

Hari 3 ; jam 15.00 WITA tanggal 4 Desember 2013

Ikan 14,5 cm0,5 gr165 Warna tubuh ikan mulai memudar.

Ikan 2---Mati

Ikan 34,5 cm0,8 gr166 Warna tubuh ikan mulai memudar Berat badan berkurang

Masa adaptasi kedua

Hari 4 ; jam 15.00 WITA tanggal 5 Desember 2013

Ikan 14,5 cm1,5 gr180 Warnanya semakin pudar menjadi kuning keemasan Berat badan meningkat Lebih aktif dari sebelumnya

Ikan 2---Mati

Ikan 35 cm1,6 gr150 Warnanya semakin pudar menjadi kuning keemasan Berat badan meningkat Tidak aktif

4.2Grafik4.2.1 Grafik Pertumbuhan KangkungGrafik 4.2.1.1 Berat Tanaman

Grafik 4.2.1.2 pH tanaman

Grafik 4.2.1.3 Kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi air limbah

Grafik 4.2.1.4 pengenceran

4.2.2 Grafik Pertumbuhan Ikan MasGrafik 4.2.2.1 Berat Badan Ikan

Grafik 4.2.2.2 Panjang Ikan

Grafik 4.2.2.3 Respirasi Ikan

4.3 Pembahasan4.3.1Kegiatan Pengamatan4.3.1.1 Kegiatan Pengamatan KangkungPengamatan pada kangkung dilakukan selama 10 hari untuk melihat perkembangan kangkuung tersebut terhadap toksisitas air lindi yang berasal dari TPA yang tidak menutup kemungkinan bahwa air leachatenya mengandung bahan berbahaya dan beracun. Pada hari pertama pengamatan setelah masing-masing diberi limbah leacahte dengan konsentrasi zat pencemar yang berbeda , kondisi kangkung kecuali kangkung dengan persentase limbah 3% dari total volume 1000 mL terlihat daun-daunya mulai rontok terutama pada air yang konsentrasi limbahnya 15 %. Hal ini disebabkan belum beradaptasinya kangkung dengan leachate.Berdasarkan dari data, berat kangkung 1, 2, 3, 4, 5, setelah dihitung rata-ratanya maka diperoleh berat kangkung 1 sebesar 16.13, kangkung 2 sebesar 15.65, kangkung 3 sebesar 6.96, kangkung 4 sebesar 13.36, dan kaangkung ke 5 sebesar 7.97. Hal ini sangat mempengaruhi karena seperti pada kangkung ke 3 dengan konsentrasi limbah 9% lebih dahulu mati dan kangkung dengan konsentrasi yang lebih tinggi dapat hidup dan berkembang biak dengan baik hal tersebut dikarenakan ukuran kangkung ke 3 memiliki berat yang jauh lebih besar daripada kangkung ke 4.

Untuk nilai pH keseluruhan relatif sama serta mendekati netral sehingga hewan, tumbuhan serta mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada suatu perairan namun pada saat dan kondisi tertentu. Sedangkan untuk penyerapan air sendiri berdasarkan grafik yang terlihat maka berbanding lurus dengan tingkat pengenceran jadi, otomatis banyaknya pengenceran menggunakan akuades sangatlah dipengaruhi oleh seberapa banyak kangkung tersebut menyerap air.

Pertumbuhan kangkung yang terlihat sangat cepat terdapat pada kangkung pertama dengan konsentrasi limbah 3%, pada kangkung ke dua dengan konsentrasi limbah 6% dan pada kangkung ke empat dengan konsentrasi limbah 12%. Terlihat dari ketiga kangkung tersebut yang mengalami peningkatan berat secara terus meneeus dan peningkatan jumlah daun serta cabang-cabang. Hal ini menunjukan bahwa kangkung masih dapat hidup dengan baik pada limbah dengan konsentrasi tertentu.

4.3.1.2Kegiatan Pengamatan IkanPraktikum kali ini menggunakan biota air yaitu berupa ikan mas (Cyprinus caprio L). Pada hari pertama, ikan mas (Cyprinus caprio L) beradaptasi dengan air kolam teknik. Yang dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi ciri awal dari masing-masing ikan. Diidentifikasi dari respirasinya, berat badan, panjang, serta ciri fisik dari tiap ikan mas. Setelah diidentifikasi ikan, dimasukkan ikan mas ke dalam aquarium yang telah diisi air kolam teknik sebanyak 9 liter dan dipasang aerator lalu ikan tersebut diberi makan.

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan praktikum pengaruh toksisitas terhadap ikan diperoleh respirasi ikan 1, 2 dan 3 mengalami fluktuasi selama masa adaptasi dan uji toksisitas terhadap limbah laundry. Pada hari pertama sebelum masa adaptasi diperoleh respirasi ikan 1, 2 dan 3, yaitu sebanyak 160, 106, dan 150 permenitnya. Setelah masa adaptasi pertama, respirasi ikan 1 dan ikan 3 meningkat, sedangkan ikan 2 telah mati diduga karena ikan tersebut melompat dari luar akuarium. Pada hari pertama setelah masuknya air limbah laundry, respirasi ikan 1 dan 3 mengalami peningkatan.

Pada masa adaptasi yang pertama, berat ikan 1 dan 3 mengalami penurunan begitu pula pada pengamatan ketiga setelah ditambahkan limbah laundry sebanyak 1 liter. Namun pada masa adaptasi pada hari ke 4 terjadi peningkatan berat badan ikan yang cukup signifikansampai akhir masa praktikum kedua ikan ini masih hidup. Sedangkan untuk panjangnya, ikan 1 tidak ada peningkatan sama sekali tetap 4,5 cm namun ikan 2 mengalami peningkatan panjang pada hari ke 4 dari 4,5 cm menjadi 5 cm

4.3.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas AirToksisitas yaitu kemampuan suatu bahan yang dapat menyebabkan kerusakan organ organ tertentu pada tubuh, baik bagian dalam maupun permukaan tubuh hewan Penentuan toksisitas dapat ditentukan dengan melakukan bio assay (uji hayati). Toksisitas terhadap organisme akuatik umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi letal (Lethal Consentration), yang menunjukan prosentase mortalitas hewan uji pada konsentrasi yang diberikan.

Toksisitas suatu bahan kimia terhadap ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur dan derajat aklimatisasi ikan serta efek-efek langsung bahan pencemar terhadap sifat air. Sedangkan toksisitas akut yaitu daya racun suatu senyawa yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat.

Pada lingkungan perairan, uji toksisitas akut dilaksanakan untuk mengestimasi konsentrasi medium letal (LC50) suatu bahan kimia dalam air, yaitu perkiraan konsentrasi bahan kimia yang menghasilkan efek mortalitas 50 % populasi jumlah hewan uji yang diuji pada kondisis tetap.Dengan penetapan nilai LC akut dan LC50untuk parameter-parameter dalam air, maka ikan Mas dapat digunakan sebagaiEarly Warning Systemdalam pemantauan kulaitas air baku. Early Warning Systemini salah satunya secara biologis dengan menggunakan ikan Mas (Cyprinus caprio L.). Hal hal yang dapat mempengaruhi ikan mas (Cyprinus carpio L.) dalam fungsinya sebagai Early Warning Systemadalah sebagai berikut :1. SuhuSuhu mempengaruhi aktifitas ikan, seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan air. Pada perairan umum semakin bertambah kedalaman air maka suhu semakin semakin menurun.2. pHToksisitas suatu senyawa kimia dipengaruhi oleh derajat keasaman suatu media. Nilai pH penting untuk menentukan nilai guna suatu perairan. Batas toleransi organisme air terhadap pH adalah bervariasi tergantung suhu, kadar oksigen terlarut, adanya ion dan kation, serta siklus hidup organisme tersebut. Sedang titik batsas kematian organisme air tehadap pH adalah pH 4 dan pH 11.Tabel Pengaruh kisaran pH terhadap ikanKisaran pHPengaruh Terhadap Ikan

< 4Titik kematian pada kondisi asam

4 5Tidak bereproduksi

5 6.5Pertumbuhan lambat

6.5 9Sesuai untuk reproduksi

> 11Titik kematian pada kondisi basa

Sumber : Boyd (1990)3. DO (Dissolved Oxigen)DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas. Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik.4. Amoniak (NH3-N)Sumber utama amoniak adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan, maupun dalam bentuk plankton dan bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik terutama yang banyak mengandung protein menghasilkan amonium (NH4+) dan amoniak.

Bila proses dilanjutkan dari proses pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka terjadi penumpukan amoniak sampai pada konentrasi yang membahayakan bagi ikan. Didalam perairan NH3terdapat dalam bentuk terionisasi dan tidak terionisasi. Amoniak tidak terionisasi toksik terhadap ikan dan ketoksikannya meningkat ketika kandungan DO rendah.5. Karbondioksida (CO2)Karbondioksida bersumber dari hasil proses fotosintesis atau difusi dari udara dan hasil dari proses respirasi organisme akuatik. Di dasar perairan karbondioksida juga dihasilkan oleh proses dekomposisi. Karbondioksida sebesar 10 mg/L atau lebih masih dapat ditolerir oleh ikan bila kandungan oksigen di perairan cukup tinggi. Kebanyakan spesies biota akuatik masih dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan karbondioksida bebas lebih dari 60 mg/L).Ketika kandungan oksigen perairan rendah, proses fotosintesis berjalan lambat, sehingga karbondioksida banyak dilepaskan oleh proses respirasi biota akuatik dan yang tidak terserap olehphytoplankton.

4.3.3Limbah LaundryLaundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Kehadira njasa laundry ini dapat membawa manfaat yang cukup besar bagi perekonomian dengan megurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan taraf hidup manusia. Namun limbah laundry juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik. Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan sulfonat.Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999).

4.3.4LeachateLeachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Kuantitas dan kualitas leachate sangat bervariasi dan berfluktuasi. Sebagai gambaran dapat dilihat data komposisi leachate dari proses pembusukan sampah yang terjadi di landfill (Tchobanoglous, et al, 1993).

Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

4.3.5Faktor KesalahanTerdapat beberapa faktor kesalahan yang ditimbulkan praktikan pada praktikum kali ini. Pada pengaruh toksisitas air lindi terhadap biota air (tanaman) kangkung, faktor kesalahan yang pertama yaitu terlalu tingginya konsentrasi air limbah yang ditentukan sehingga pada hari pertama pengamatan kangkung sudah layu bahkan mati. Hal ini mengakibatkan adanya proses pengulangan perlakuan untuk tanaman dengan memperkecil konsentrasi air lindi dari konsentrasi yang sebelumnya.

Faktor kesalahan yang kedua yaitu tidak meratanya ukuran tanaman air yang digunakan sehingga ketika tanaman dengan konsentrasi air limbah sebesar 12% dapat tumbuh dengan baik namun tanaman yang tumbuh pada konsentrasi air limbah 9% justru semakin hari semakin layu.Selain itu faktor kesalahan yang lain adalah pada hari-hari awal saat pengenceran, praktikan tidak menggunakan pipet ukur 25 ml untuk mengukur volume penambahan air pada tanaman akibat proses absorbsi namun hanya menambahkan sampai garis tanda batas air awal sehingga tidak diketahui secara pasti jumlah volume penambahan airnya.

Faktor kesalahan yang ke empat yaitu pada saat penimbangan berat tanaman, praktikan tidak benar-benar mengeringkan kangkung beserta akarnya sehingga air yang masih ada pada kangkung ikut tertimbang dan mempengaruhi berat tanaman, akibatnya berat tanaman selalu mengalami fluktuasi.

Faktor kesalahan yang terakhir yaitu kurang telitinya praktikan dalam mengukur penyerapan kangkung air sehingga perbandingan penyerapan air dan pengencerannya tidak sesuai.

Sedangkan pada praktikum pengaruh toksisitas limbah laundry pada ikan mas faktor kesalahan yang pertama yaitu kesalahan dalam memilih ikan yang tidak memiliki ciri-ciri khusus sehingga ikan sulit dibedakan.

Faktor kesalahan yang kedua yaitu ikan yang digunakan terlalu kecil sehingga dalam 4 hari pengamatan selain dari berat badannya ciri-ciri yang lain tidak terlihat perbedaannya terutama pada pertambahan panjang ikan.

Faktor kesalahan yang ketiga yaitu ikan terlalu lincah ketika ditimbang maupun diukur respiraasinya sehingga nilai yang dihasilkan pada saat pengukuran belum tentu merupakan hasil yang sebenarnya.

Faktor kesalahan yang ke empat yaitu loncatnya ikan yang terlalu aktif hingga keluar dari akuarium yang kurang tinggi sehingga ikan tersebut mati.

Dan faktor kesalahan yang lain yaitu tidak sesuainya waktu pengamatan akibat lupa menyalakan aerator dua jam sebelumnya akibatnya pengamatan ikan memakan waktu sedikit lebih lama.

BAB VPENUTUP

5.1Kesimpulan1. Kandungan limbah laundry yang berpotensi mengganggu kehidupan biota air termasuk ikan mas adalah detergen, surface active agent, pospat, dan penyusun utama senyawa-senyawanya seperti Dodecyl Benzena Sulfonat (DBS), hal inilah yang membuat ikan tidak dapat bertahan lama dalam air yang terkena limbah laundry.2. Pada konsentrasi yang sewajarnya, kangkung dapat tumbuh di perairan yang kandungan logamnya atau kandungan air limbahnya sangat tinggi karena Secara anatomi tanaman kangkung memiliki akar serabut yang tumbuh disetiap ruas batang, sehingga memiliki daya hisap yang tinggi terhadap logam-logam yang ada di sungai. Akibatnya kemampuan untuk mengangkut air limbah seperti leachate bisa terjadi dengan cepat. Oleh karena itu dari beberapa tanaman yang diuji seperti genjer dan melati air hanya kangkung yang dapat tumbuh berkembang secara baik.3. Toksisitas suatu bahan kimia terhadap ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur dan derajat aklimatisasi ikan serta efek-efek langsung bahan pencemar terhadap sifat air.

5.2 Saran1. Sebaiknya pada praktikum pengaruh toksisitas terhadap biota air ikan dan tumbuhan selanjutnya, praktikum dapat dipisahkan menjadi dua mata acara yang berbeda agar lebih dapat dipahami.2. Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan hewan uji lain selain ikan seperti menggunakan mencit atau hewan lain yang biasanya digunakan untuk uji toksikologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahuri, R. 1998. Pengeruh Pencemaran Limbah Industri Terhadap Potensi Sumberdaya Laut. Makalah Pada Seminar Teknologi Pengolahan Limbah Industri dan Pencemaran Laut. Jakarta: SPPT.2. Romimohtarto, K. 1991. Pengantar Pencemaran Laut. LON LIPI.3. Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.4. Suin, M. Nurdin. 1994. Dampak pencemaran pada Ekosistim Pengairan. Prosedur penataran pencemaran Lingkungan Dampak dan Penanggulanganya. Pemda Kodya TK. II, Padang.5. Sumarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV. Rajawali.