Barker Theorem RoDaroHW
-
Upload
robin-h-wibowo -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
description
Transcript of Barker Theorem RoDaroHW
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RSHS BANDUNGOleh : R.D. Robin Hendra WibowoSub Bagian : Tumbuh Kembang / Pediatri SosialPembimbing : Dr. H. Kusnandi Rusmil,dr.,SpA(K),MM
dr. H. Eddy Fadlyana, SpA(K),M.Kes dr. Meita Dhamayanti SpA(K),M.Kes
dr. Rodman Tarigan, SpAHari/tanggal : Selasa, 9 Oktober 2012
Hipotesa Barker – Fetal Developmental Origin of Heart Disease
PendahuluanPenyakit jantung adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas global dan tidak lagi terbatas pada ekonomi negara-negara maju1. Faktor-faktor risiko penyakit jantung yang diketahui seperti usia, jenis kelamin, disposisi genetik, merokok, hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia dan obesitas(2) memiliki kemampuan terbatas untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung dan hanya memberikan sedikit wawasan mengapa ada orang yang mengidap penyakit ini sedangkan lainnya tidak.(3) Distribusi sosial dan geografis yang berlawanan dari penyakit jantung iskemik, mengapa penyakit "yang berhubungan secara global dengan kemakmuran sekarang merupakan penyakit yang paling umum pada masyarakat miskin di Inggris dan di antara orang dengan pendapatan terendah" mendorong Barker dan rekannya untuk mengusulkan hipotesis bahwa hambatan pertumbuhan janin dan berat badan rendah pada bayi berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung 1
Perkembangan Asal-Usul Penyakit DewasaHipotesis perkembangan asal-usul penyakit dewasa sering disebut 'hipotesis Barker” menyatakan bahwa pengaruh buruk pada awal pengembangan dan terutama selama kehidupan intrauterin, dapat mengakibatkan perubahan permanen pada fisiologi dan metabolisme, yang mengakibatkan peningkatan risiko penyakit di masa dewasa.
Berat Badan Lahir Rendah dan Penyakit Kardiovaskular Saat DewasaKonsep bahwa peristiwa kehidupan awal memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan saat dewasa telah lama diketahui. Kermack et al (1934)19 melaporkan bahwa angka kematian dari semua penyebab kematian di Inggris dan Swedia menurun pada setiap tahunnya pada kelompok kelahiran antara tahun 1751 dan 1931. Mereka menyimpulkan bahwa itu merupakan hasil dari perbaikan kondisi hidup anak dan menunjukkan pentingnya kondisi lingkungan yang baik selama masa kanak-kanak dalam memprediksi kesehatan masa depan individu.19
Mekanisme Yang MemungkinkanFenomena yang paling diterima sebagai yang mendasari hipotesa asal usul perkembangan ini adalah programming. Ini adalah proses dimana stimulus atau gangguan selama periode sensitif atau kritis memiliki efek jangka panjang yang ireversibel terhadap pertumbuhan. Mekanisme lain yang juga diterima antara lain gangguan gizi janin dan paparan glukokortikoid yang meningkat.3
KesimpulanPenyakit jantung adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia . Faktor-faktor risiko yang telah diketahui tidak dapat menjelaskan perbedaan kerentanan terhadap penyakit kardiovaskuler di antara individu. Saat ini sudah ada banyak bukti di populasi yang berbeda yang secara global menghubungkan kondisi kehidupan awal dengan risiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Tantangan bagi penelitian masa depan adalah untuk mengungkap mekanisme yang mendasari dan cara yang akan mengarah ke intervensi yang tepat dan waktunya pada awal kehidupan dan dengan demikian mengurangi insiden dan keparahan penyakit kardiovaskular.
1
Hipotesa Barker – Fetal Developmental Origin of Heart Disease
PENDAHULUAN
Penyakit jantung adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas secara global dan tidak
lagi terbatas pada ekonomi negara-negara maju1. Hal ini menyumbang hampir 30% dari seluruh
kematian di dunia.(1) Faktor-faktor risiko penyakit jantung yang diketahui seperti usia, jenis
kelamin, disposisi genetik, merokok, hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia dan obesitas(2)
memiliki kemampuan yang terbatas untuk memprediksi terjadinya penyakit jantung dan hanya
memberikan sedikit wawasan mengapa ada orang yang mengidap penyakit ini sedangkan lainnya
tidak.(3) Distribusi sosial dan geografis yang berlawanan dari penyakit jantung iskemik, mengapa
penyakit "yang berhubungan secara global dengan kemakmuran sekarang merupakan penyakit yang
paling umum pada masyarakat miskin di Inggris dan di antara orang dengan pendapatan terendah"
mendorong Barker dan rekannya untuk mengusulkan hipotesis bahwa hambatan pertumbuhan
janin dan berat badan rendah pada masa bayi berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit
jantung dewasa. 1
PERKEMBANGAN ASAL-USUL PENYAKIT DEWASA
Hipotesis perkembangan asal-usul penyakit dewasa sering disebut 'hipotesis Barker”
menyatakan bahwa pengaruh buruk pada awal pengembangan dan terutama selama kehidupan
intrauterin, dapat mengakibatkan perubahan permanen pada fisiologi dan metabolisme, yang
mengakibatkan peningkatan risiko penyakit di masa dewasa. Hipotesis ini
awalnya berkembang dari pengamatan oleh Barker dan rekannya bahwa daerah di Inggris yang
memiliki tingkat tertinggi dari kematian bayi di awal abad kedua puluh juga memiliki tertinggi tingkat
kematian penyakit jantung koroner pada dekade berukutnya.2 Dimana penyebab paling umum yang
terdaftar sebagai penyebab kematian bayi pada awal abad kedua puluh adalah berat lahir rendah,
dari pengamatan ini timbul hipotesis bahwa bayi dengan berat lahir rendah yang bertahan hidup
pada masa bayi dan kanak-kanak mungkin berada pada peningkatan risiko penyakit jantung koroner
di kemudian hari.3
Dua penelitian besar terhadap bayi laki-laki yang lahir di Sheffield dan Hertfordshire pada
kuartal pertama abad ke-20 menunjukkan hubungan yang kuat antara kematian akibat penyakit
jantung koroner dan berat lahir yang rendah, lingkar kepala atau Ponderal
index.4,5 Hal ini terutama terjadi pada bayi yang lahir dengan hambatan pertumbuhan
daripada bayi yang lahir prematur. Hasil telah sejak direplikasi dalam penelitian lain dari banyak
negara yang berbeda, serta pada wanita
2
Saat ini telah dijelaskan mengenai hubungan antara kecilnya ukuran tubuh saat lahir dan
penyakit lain yang diketahui merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner, termasuk
hipertensi, diabetes melitus tipe 2 dan hiperlipidemia. Sebuah tinjauan sistematis terakhir
melaporkan bahwa sebagian besar dari 80 studi tentang orang dewasa dan anak-anak menunjukkan
terjadi penurunan 2-mmHg pada sistolik peningkatan tekanan darah per kilogram dari berat badan
lahir.6 Selain itu saat ini banyak laporan mengenai hubungan antara ukuran tubuh saat lahir dengan
gangguan metabolisme glukosa dan insulin. Secara khusus, berat badan lahir rendah telah dikaitkan
dengan peningkatan resistensi insulin, glukosa puasa yang lebih tinggi dan peningkatan kejadian
diabetes melitus tipe 2. Ada juga beberapa bukti
hubungan antara berat lahir rendah dengan gangguan sekresi insulin, namun hal ini masih kurang
consistent.3
Lingkar perut Neonatal telah terbukti dapat memprediksi kolesterol plasma dan kadar
fibrinogen pada pria di kemudian harinya. Keduanya merupakan faktor risiko untuk terjadinya
penyakit jantung koroner.7,8 Ia mengemukakan bahwa lingkar perut saat lahir dapat mencerminkan
ukuran hati, dimana pertumbuhannya mungkin terganggu pada bayi yang dilahirkan kecil, mungkin
sebagai akibat redistribusi aliran darah ke organ penting seperti jantung dan otak dengan
mengorbankan organ abdominal seperti hati. Namun, ada belum adabukti langsung seperti
hubungan sebab akibat.
Hasil lain menunjukkan adanya kaitan berat badan saat lahir dengan
peningkatan insiden penyakit paru-paru kronis, psikologis9 dan dengan perubahan karakteristik pola
sidik jari, 10,11 Dibawah ini di ditampilkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan berat badan
lahir rendah yang diterima secara luas dan melalui studi terhadap banyak populasi yang berbeda
(Tabel 1). 3
Tabel 1. Penyakit yang berhubungan dengan berat badan lahir rendah
Penyakit yang diterima secara luas berhubungan dengan ukuran kecil saat lahir
Hipertensi
Penyakit jantung koroner
Diabetes yang tidak tergantung insulin
Stroke
Dislipidemia
Peningkatan faktor pembekuan
Gangguan perkembangan sistem saraf
Penyakit yang belum diterima secara luas berhubungan dengan ukuran kecil saat lahir
3
Penyakit kronik paru
Depresi
Schizophrenia
Problem perilaku
Perkawinan
Pola sidik jari
Kidal
Penurunan ukuran uterus dan ovarium
Kanker payudara
Kanker testis
Pertumbuhan Anak usia dini dan penyakit di kemudian hari
Pengaruh ukuran kecil saat lahir dapat dipengaruhi oleh pola pertumbuhan anak. Anak yang
lahir di Helsinki antara 1934 dan 1944 yang kemudian berkembang menjadi penyakit jantung
koroner, hipertensi dan diabetes pada saat dewasa pada umumnya pendek dan kurus saat lahir,
memiliki pertumbuhan yang buruk pada tahun pertama kehidupan, tetapi kemudian mengalami
peningkatan penambahan berat badan dikemudian hari.12-15 Dengan demikian, tampak bahwa ada
peningkatan risiko penyakit ini di masa dewasa pada individu dengan pertumbuhan terhambat
sebelum lahir dapat diperburuk oleh kegagalan pertumbuhan pada tahun pertama setelah lahir, dan
dengan peningkatan berat badan yang cepat di masa kecil. Namun, belum jelas apakah intervensi
pada salah satu tahap ini kali akan dapat mengubah hasil tersebut.3
Hubungan dengan berat plasenta
Peningkatan risiko berbagai penyakit dewasa digambarkan tidak hanya terkait pada bayi lahir kecil,
tetapi juga pada hubungan yang tidak normal antara berat berat lahir dan plasenta. Bayi yang
lahir kecil dibanding ukuran plasenta memiliki peningkatan risiko berkembang hipertension.14,16 Hal
menarik yang perlu dicatat bahwa berat lahir rendah dalam kaitannya dengan berat plasenta juga
telah dikaitkan dengan kegagalan pertumbuhan dalam 18 bulan pertama pada bayi yang
dilahirkan dengan hambatan pertumbuhan.15 Di sisi lain, bayi yang kemudian berkembang menjadi
diabetes tipe 2, kadang-kadang disertai dengan hipertensi, dilaporkan memiliki plasenta yang kecil
dibanding berta badan lahirnya.15,18 Ini mungkin menunjukkan bahwa ada mekanisme berbeda yang
mendasarinya.
Berat Badan Lahir Rendah dan Penyakit Kardiovaskular Saat Dewasa
4
Konsep bahwa peristiwa kehidupan awal memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan saat
dewasa telah lama diketahui. Kermack et al (1934)19 melaporkan bahwa angka kematian dari semua
penyebab kematian di Inggris dan Swedia menurun pada setiap tahunnya pada kelompok kelahiran
antara tahun 1751 dan 1931. Mereka menyimpulkan bahwa itu merupakan hasil dari perbaikan
kondisi hidup anak dan menunjukkan pentingnya kondisi lingkungan yang baik selama masa kanak-
kanak dalam memprediksi kesehatan masa depan individu.19
Forsdahl (1977) 20 menemukan hubungan geografis di Norwegia antara mortalitas akibat penyakit
jantung arteriosclerotik pada pria dan wanita berusia antara 40 dan 69 tahun pada tahun 1964
sampai 1967 dan tingkat kematian bayi pada tahun 1896 sampai 1925. Dia menyatakan bahwa
"kemiskinan yang besar di masa kecil dan masa remaja diikuti oleh kesejahteraan merupakan faktor
risiko untuk penyakit jantung arteriosclerotic." 20
Barker dan rekannya mempelajari catatan berat badan lahir dan berat badan pada usia 1
tahun dari semua bayi yang lahir di hertfordshire antara tahun 1911 sampai 1930 dan mendapatkan
bukti pertama bahwa penyakit jantung koroner mungkin berasal dalam rahim atau selama masa
bayi.21,22 Mereka menunjukkan bahwa makin rendah berat lahir dan berat badan pada usia 1 tahun
masing-masing terkait dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler
berikutnya dimasa dewasa. Kecenderungan Untuk kematian prematur akibat penyakit
kardiovaskuler adalah sama pada pria dan wanitta dan menurun dengan meningkatnya berat
lahir hingga 9,5 lb (43 kg).22 Diperkirakan ada peningkatan dua kali lipat dari mortalitas pada berat
badan lahir yang tertinggi hingga terendah yang sama pada pria dan wanita. Namun, ada perbedaan
pada peningkatan angka kematian pada kelompok yang berat lahirnya lebih tinggi dari 9,5 lb (43 kg),
yang menunjukkan hubungan berbentuk "U".
Penelitian selanjutnya di Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat telah mengkonfirmasi temuan
ini dan menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan janin membawa risiko penyakit jantung
dewasa. Walaupun sebagian besar penelitian ini terbatas pada berat lahir sebagai ukuran
pertumbuhan janin, ada bukti menunjukkan bahwa proporsi tubuh saat lahir seperti indeks Ponderal
(weight/length3) lebih baik dalam memperkirakan penyakit jantung koroner dari pada berat badan
lahir di Finlandia23 dan rasio berat badan lahir rendah-lingkar kepala memperkirakan angka kematian
karena stroke di Inggris. 24 Ini juga telah dinyatakan bahwa ketidak sesuaian antara ukuran
plasenta dan janin dapat menyebabkan terjadinya adaptasi sirkulasi pada
janin, mengubah struktur arteri pada anak, dan hipertensi pada orang dewasa.16
Berat Badan Lahir dan Faktor Risiko
5
Penelitian berikutnya telah menunjukkan bahwa selain berat badan lahir yang rendah dan
parameter lain untuk ukuran yang kecil saat lahir dikaitkan dengan perkembangan penyakit
kardiovaskular di kemudian hari, mereka juga berkaitan dengan peningkatan faktor risiko penyakit
kardiovaskuler.1
Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah yang meningkat adalah faktor risiko yang sudah jelas untuk penyakit jantung. Bukti
untuk hubungan ini didapat dari studi observasional skala besar antara lain adalah
Framingham Study dan The Seven Countries Study. Berat badan lahir telah menjadi indikator yang
paling banyak dipelajari dalam studi retrospektif, terutama karena ketersediaannya catatan yang
ada atau ingatan pribadi pasien. Tekanan darah adalah indikator yang paling sering
dilaporkan karena pengukurannya tidak invasif, cepat dan mudah. 1
Banyak studi yang mendapatkan adanya hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler saat dewasa. Adanya peningkatan insiden penyakit darah
tinggi pada anak-anak dan dewasa didapatkan pada individu dengan berat badan lahir rendah.1
Penyebab terjadinya darah tinggi pada individu dengan berat badan lahir rendah masih
diperdebatkan. Kemungkinannya antara lain diakibatkan adanya redistribusi darah dari hepar,
organ-organ dan ginjal ke otak yang menyebabkan terjadinya perkembangan yang ditidak sempurna
dari organ-organ tersebut. Didapatkan bahwa anak-anak yang pertumbuhannya terhambat memiliki
ginjal yang ukurannya lebih kecil dan nefron yang jumlahnya lebih sedikit.1
Sindroma metabolik
Sindrom metabolik, sindrom resistensi insulin atau sindrom X, yang mencakup kombinasi hipertensi,
diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang secara konsisten berhubungan dengan berat lahir
rendah yang tampak pada sejumlah besar studi di populasi yang berbeda.1
Serum Lipid dan Faktor Pembekuan
Peningkatan konsentrasi plasma fibrinogen, indicator koagulabilitas darah, serta low-density-
lipoprotein kolesterol yang merupakan faktor risiko peyakit kardiovascular, telah
terbukti berhubungan dengan pertumbuhan janin yang terhambat. Studi di Sheffield, Inggris,
menunjukkan bahwa neonatus dengan tubuh pendek dan berat lahir rendah dalam kaitannya
dengan ukuran kepalanya mengalami gangguan metabolisme kolesterol
dan koagulasi darah. Secara khusus penurunan lingkar perut saat lahir yang dapat memprediksi
peningkatan konsentrasi serum total dan LDL cholesterol dan apolipoprotein B baik pada pria
maupun wanita. 25
6
Pada akhir kehamilan, janin menanggapi gizi kurang dengan mempertahankan pertumbuhan otak
dengan mengorbankan tubuh. Adaptasi ini mempengaruhi liver dan secara permanen
mengubah fungsi metabolismenya. 26 Karena metabolisme kolesterol dan fibrinogen diatur oleh
liver, salah satu interpretasi dari temuan ini adalah bahwa lingkar perut yang lebih kecil saat lahir
mencerminkan pertumbuhan liver dan fungi metabolismenya.26 Sedangkan profil
lipid aterogenik mungkin terkait dengan transisi dari gizi ibu yang kurang pada kehamilan dini
menjadi gizi yang cukup di kemudian hari.
Pria yang memiliki lingkar perut kecil saat lahir tamapk memiliki konsentrasi serum total dan LDL
kolesterol saat dewasa. 25 selain itu tampak juga peningkatkan konsentrasi plasma fibrinogen, faktor
risiko utama untuk kematian akibat penyakit jantung koroner yang metabolismenya diatur oleh
hati.26 Secara keseluruhan, hubungan antara konsentrasi lipid serum dengan ukuran saat lahir
kurang konsisten dibandingkan hubungannya dengan hipertensi atau diabetes.
MEKANISME YANG MEMUNGKINKAN
Fenomena yang paling diterima sebagai yang mendasari hipotesa asal usul perkembangan ini adalah
pemrograman (programming). Ini adalah proses dimana stimulus atau gangguan selama periode
sensitif atau kritis memiliki efek jangka panjang yang ireversibel terhadap
pertumbuhan. Mekanisme lain yang juga diterima antara lain gangguan gizi janin
dan paparan glukokortikoid yang meningkat.3 McCance dan Widdowson merupakan yang
pertama untuk menunjukkan bahwa periode singkat kekurangan gizi secara permanen dapat
mengurangi jumlah sel-sel di organ tertentu.27 Ini adalah mekanisme yang kuat dimana kekurangan
gizi secara permanen dapat mengubah atau memprogram tubuh.28 Kurang gizi juga dapat
mempengaruhi distribusi jenis sel, pola sekresi hormon, aktivitas metabolisme, dan struktur organ. 28
Selain itu genetik dan epigenetik mungkin terkait. 3
KONSEP PEMOGRAMAN (“ PROGRAMMING CONCEPT”)
Kejadian di awal kehidupan dapat mempengaruhi hasil jangka panjang dalam tiga cara, seperti yang
ditunjukkan oleh Lucas 29
1) Kerusakan langsung
2) Induksi, penghapusan, atau gangguan perkembangan struktur somatik yang dihasilkan
dari stimulus atau gangguan selama periode kritis
3) Pengaturan fisiologi oleh stimulus awal atau gangguan pada periode kritis, dengan
konsekuensi fungasi jangka panjang.
7
Istilah "pemrograman" istilah telah diterapkan pada dua proses yang terakhir di mana stimulus
pemrograman akan menghasil efek jangka panjang bila terjadi pada masa "kritis" atau sensitif".29
Pemrograman dalam hidup janin atau setelah melahirkan dapat menyebabkan
inisiasi dari :1) perkembangan proses normal (hasil dari signal endogen) 2) adaptasi abadi
untuk stimulus lingkungan awal, atau 3) respon negatif terhadap gangguan
pada masa sensitif. Secara teoritis, pemrograman nutrisi dapat bekerja dalam salah satu cara
diatas. 29
Pemograman nutrisi secara meyakin tampak pada studi dengan hewan. Ekperimen dengan
hewan menunjukkan bahwa fetus adalah “plastik” yang selama perkembangannya, manipulasi
terhadap nutrisi pada fetus dan neonatus dapat secara permanen mrubah struktur dan fungsi dari
banyak system antara lain tekanan darah, metabolisme kolesterol, resistensi insulin terhadap
glukosa, dan perubahan sistem metabolik, endokrin serta imunologi.
Pemograman nutrisi pada manusia masih sulit dibuktikan karena tidak adanya studi ekperimental. 1
Hubungan antara kurangnya gizi fetus pada periode-periode yang berbeda dalam masa kehamila
terhadap penyakit kardiovaskuler diringkas pada gambar 1
8
Ada banyak kemungkinan mekanisme dimana dengan mengubah nutrisi janin dapat
mengakibatkanpeningkatan risiko penyakit pada keturunannya. Namun, sebagai skema umum, hal
ini berguna untuk memikirkan bahwa perubahan nutrisi pada janin, langsung atau tidak langsung,
mempengaruhi pertumbuhan dan pematangan organ - organ janin (Gambar 2).3 Perubahan
permanen dalam regulasi homeostatis dari sistem ini kemudian dapat menyebabkan peningkatan
risiko penyakit berikutnya, terutama jika ditempatkan di bawah stres yang meningkat setelah
lahir dengan faktor risiko tambahan seperti penuaan dan obesitas.
9
Mekanisme lain pemrograman terhadap penyakit kardiovakular dan metabolik antara lain
melalui pajanan terhadap hormon glukokortikoids yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi intrauterine
jika kadar glukokortikoids ibu meningkat, pemberian sintetik glukokortikoid exogen, atau bila ada
gangguan pada barier plasenta yang memproteksi fetus dari tingginya kadar glukokortikoids ibu. Hal
ini berhungan dengan penigkatan tekanan darah pada bayi hewan percobaan. Selain itu, pada
penelitian dengan tikus, dimana selama kehamilan diberikan dexamethasone didapatkan adanya
berat badan lahir yang rendah dan peningkatan tekanan darah serta intoleransi glukosa. 3
Pada akhir masa kehamilan, tingkat pembelahan sel pada janin menruun dan
melambat. Setelah lahir, pertumbuhan terutama tergantung pada perkembangan dan
pembesaran sel yang ada bukan penambahanyang baru. 27 Rendahnya tingkat pertumbuhan saat
bayi sangat prediktif terhadap penyakit jantung koroner pada bayi pria. 22 Di Hertfordshire, laki-laki
yangkecil di usia 1 tahun tiga kali lebih mungkin berkembang menjadi atau meninggal karena
penyakit jantung koroner dibanding mereka yang besar, hal ini tidak tergantung
pada cara bayi diberi makan. Berat badan rendah pada masa bayi juga diikuti terjadinya hipertrofi
ventrikel kiri di masa kecil dan dewasa yang memprediksi kejadian penyakit jantung koronor tanpa
ada kaitannya dengan tekanan darah.
10
Penelitian lebih baru menunjukkan bahwa semakin besar kenaikan berat badan postnatal secara
independen terkait dengan risiko penyakit. 30 Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan
bahwa baik rendahnya berat badan saat lahir, kenaikan berat badan yang cepat pasca
melahirkan, atau kombinasi keduanya, dapat menyebabkan kerentanan terhadap risiko hipertensi,
penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2 pada dewasa. Saat ini,pola pertumbuhan yang
paling tidak baik menguntungkan adalah berat badan lahir rendah, pertumbuhan lambat dalam
masa pertumbuhan diikuti dengan kenaikan berat badan berlebih selama masa kanak-kanak dan
remaja, pola ini menandakan prognosis yang sangat buruk untuk penyakit jantung koroner di masa
dewasa.
HIPOTESIS “THE THRIFTY PHENOTIPE”
Hales dan Barker (1992) 31 mengusulkan Hipotesis “the thrifty Phenotipe”
,yang berasal dari Hipotesis “the thrifty Genotipe”.32 Neel32mengusulkan bahwa gen "thrifty”
dipilih pada saat kelangkaan makanan, yang mengakibatkan "pemicu insulin cepat" dan
peningkatkan kapasitas untuk menyimpan lemak, sehingga menempatkan individu pada
risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2.32 Hipotesis “the thrifty Phenotipe” menyatakan bahwa
ketika janin berada pada keadaan yang kurang nutrisi, ada respon adaptif yang mengoptimalkan
pertumbuhan organ vital sehingga mengorbankan organ lainnya, yang menyebabkan perubahan
metabolisme pasca kelahiran, yang dirancang untuk meningkatkan kelangsungan hidup setelah lahir
di bawah kurang nutris yang interniten ataupun berkelanjutan.31 Diusulkan bahwa adaptasi ini hanya
menjadi merugikan ketika nutrisi lebih melimpah di lingkungan setelah lahir dibandingkan
dengan sebelum lahir.31 Konsep ini konsisten dengan definisi "pemrograman" oleh Lucas30 baik
sebagai induksi, penghapusan, atau gangguan perkembangan struktur somatik permanen
atau "pengaturan" dari sistem fisiologi oleh stimulus awal atau gangguan pada periode "sensitif"
yang menimbulkan konsekuensi jangka panjang.
DEVELOPMENTAL PLASTICITY
Ketika kita berbicara soal pemrograman, maka sesungguhnya kita sedang membahas
bagaimana respon tubuh dalam menyesuaikan sel sel dan metabolisme agar sesuai dengan
lingkungan di sekitarnya. Hal ini menyangkut perkembangan sel yang banyak dipengaruhi tentunya
oleh genetika. Para ahli berpendapat bahwa gen sesungguhnya mempunyai beberapa alternatif
program untuk menyusun dan mnyesuaikan karakteristik sel yang akan dibentuk sebagai respon
akan lingkungan disekitar sel tersebut. Hal ini kemudian disebut sebagai “developmental plasticity”
yang lalu oleh para ahli dianggap lebih sesuai dibandingkan dengan ‘pemrograman”.1
11
GENETIK DAN EPIGENETIK
Hubungan antara pertumbuhan janin dan onset penyakit dewasa akhirnya harus melibatkan
perubahan dalam ekspresi gen, yang sangat mungkin melibatkan fenomena
epigenetik. Selama awal Embriogenesis, DNA mengalami demethylation dan remethylation,
sebuah proses yang melibatkan 'pelabelan' dari beberapa gen sebagai asal ibu atau ayah, dan
menandai gen ini inaktivasi berikutnya. Proses epigenetik dari pencetakan dianggap
mempengaruhi banyak gen yang mengatur pertumbuhan janin dan plasenta.
Pada tikus, metilasi DNA pada keturunannya telah terbukti diubah oleh . tingkat donor metil pada
diit ibu. Metilasi DNA dalam hati juga diubah oleh diit rendah protein selama kehamilan pada tikus.
Dengan demikian, perubahan lingkungan intrauterin dapat menyebabkan perubahan
ekspresi gen melalui perubahan dalam metilasi DNA dan mekanisme epigenetik lain, yang
mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit kronis di masa dewasa.3
12
KONTROVERSI TERKINI
Walaupun banyak studi yang sependapat dengan Barker mengenai hubungan antara ukuran bayi
saat lahir dan risiko penyakit kardiovaskular saat bayi tersebut tumbuh dewasa, namun pendapat ini
tidak sepenuhnya diterima begitu saja oleh bebrapa ahli sehingga terdapat pula beberapa
argumentasi mengenai hal ini. Beberapa ahli berpendapat bahwa besar atau kecilnya sampel
penelitian, dapat menyebabkan bias yang dapat membuat penelitian tersebut tidak valid. Namun,
secara umum hampir semua penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingginya
tekanan darah dengan berat badan seseorang saat bayi.
KEMBAR
Bayi yang kembar umumnya memiliki berat badan yang lebih kecil dibandung yang tidak
kembar. Sehingga, jika mengacu pada berat lahir yang kecil pada populasi bayi kembar, seharusnya
populasi ini memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak
kembar. Namun, pada kenyataannya laju mortalitas akibat penyakit jantung koroner pada populasi
kembar tidak lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang tidak kembar.
Hal lain yang menjadi perdebatan adalah; apakah semua anak kembar lantas sama sama
akan mengalami penyakit yang sama saat dewasa atau tidak. Hal ini di perdebatkan karena
walaupun bersama-sama berada dalam lingkungan uterus yang sama, namun pada kembar dua
telur, mereka tidak berbagi gen yang sama. Pada kenyataannya studi-studi mengenai hubungan
berat badan saat lahir pada bayi kembar, dengan tekanan darah saat dewasa tidak dapat
menyimpulkan apa-apa. Berkebalikan dengan hubungan antara tekanan darah dan berat badan bayi
kembar, studi studi menunjukkanbahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir yang rendah
pada bayi yang kembar dengan risiko intoleransi glukosa. Walaupun, tidak semua studi dapat
menyimpulkan asosiasi ini, namun kebanyakan studi melaporkan bahwa terdapat hubungan antara
kejadian diabetes mellitus tipe 2 dan intoleransi glukosa atau resistensi insulin. Pada bayi kembar,
bayi yang memiliki berat badan lahir lebih rendah cenderung menderita diabetes mellitus tipe 2 atau
intoleransi glukosa.
Pada akhirnya, para ahli berpendapat bahwa hubungan berat badan lahir dengan risiko
penyakit kardiovaskular pada bayi – bayi kembar tidak boleh disamaratakan dengan populasi bayi
yang tidak kembar. Hal ini dikarenakan patofisiologi yang tidak sederhana dan faktor-faktor
kompleks yang mempengaruhinya. Faktor genetika bukan merupakan faktor yang berdiri sendiri,
namun ada pula faktor lain seperti misalnya lingkungan dan masa pertumbuhan atau perkembangan
bayi tersebut. Selain itu bayi bayi kembar pada umumnya memiliki berat badan lebih rendah
daripada yang tidak kembar, namun bukan berarti mengalami hambatan pertumbuhan. Pemikiran
13
tersebut membuat para ahli lebih berhati-hati dalam menerapkan hipotesis hunungan antara berat
badan lahir dengan risiko penyakit kardiovaskuler pada populasi kembar.
PREMATURITAS
Salah satu hal yang penting antara berat badan lahir dengan krisiko penyakit kardiovaskuler
adalah faktor masa gestasi. Seperti yang telah diketahui, berat badan lahir rendah dapat pula
disebabkan oleh prematuritas. Beberapa studi menunjukkan bahwa bayi bayi prematur
menunjukkan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, tingginya kadar kortisol dan juga intoleransi
glukosa atau resitensi insulin. Hal ini menunjukkan bahwa masa gestasi ternyata mempengaruhi
kehidupan bayi saat dewasa nanti. Jika studi studi ini nanti dapat dibuktikan lebih lanjut lagi, maka
hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi dunia kebidanan yang tentunya akan
mempertimbangkan secara lebih seksama lagi mengenai keputusan untuk persalinan elektif di masa
preterm (walaupun mendekati masa aterm) karena nantinya akan mempunyai implikasi pada
kesehatan bayi tersebut dimasa datang dalam hidupnya.
REVERSBILITAS
Jika ternyata banyak penyakit pada masa dewasa yang ditentukan terutama sejak masa
pertumbuhan dalam kandungan, maka pertanyaan yang kritis harus ditanyakan mengenai
kemungkinan reversibilitas keadaan tersebut. Hal tersebut menyangkut kemungkinan kita
melakukan terapi atau tatalaksana tertentu semasa bayi masih dalam kandungan. Hal ini penting
menjadi pertanyaan karena pada umumnya keadaan perkembangan bayi yang buruk diketahui sejak
bayi tersebut pada masa akhir dalam kandungan atau bahkan setelah lahir. Pertanyaan selanjutnya
adalah, jika kita dapat melakukan sesuat u terhadap bayi yang mengalami pertumbuhan atau
perkembangan yang buruk dalam janin, mampukah kita membalikkan gangguan proses fisiologis
yang mungkin telah terjadi karena defisit pertumbuhan intrauterin tersebut. Terdapat penelitian
pada binatang mengenai keadaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pada penelitian ini
populasi tikus yang mengalami malnutrisi dalam janin, sehingga menderita obesitas. Hal ini dapat
terjadi karena populasi tersebut mengalami defisit leptin yang berperan dalam pelepasan adiposit
yang berperan dalam regulasi intake makanan. Ketika pada awal masa post natal populasi tersebut
diberikan asupan leptin, ternyata perubahan fisiologi akibat dari nutrisi yang rendah selama
kehamilan dapat sepenuhnya dibalikkan. Walaupun hal ini membutuhkan banyak studi lebih lanjut
namun setidaknya menimbulkan harapan akan adanya potensi tatalaksana dan pendekatan dalam
permasalahan yang timbul akibat gangguan dalam masa kandungan.
14
KESIMPULAN
Penyakit jantung adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia . Faktor-
faktor risiko yang telah diketahui tidak dapat menjelaskan perbedaan kerentanan terhadap penyakit
kardiovaskuler di antara individu. Saat ini sudah ada banyak bukti di populasi yang berbeda yang
secara global menghubungkan kondisi kehidupan awal dengan risiko penyakit kardiovaskular di
kemudian hari. Tantangan bagi penelitian masa depan adalah untuk mengungkap mekanisme yang
mendasari dan cara yang akan mengarah ke intervensi yang tepat dan waktunya pada awal
kehidupan dan dengan demikian mengurangi insiden dan keparahan penyakit kardiovaskular.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Chan PYL, Morris JM, Gallery EDM. Developmental Origins of Adult Disease:
Part 1: Cardiovascular Disease. NeoReviews;12:e698-e705.
2. Barker DJ, Osmond C. Infant mortality, childhood nutrition, and ischaemic
heart disease in England and Wales. Lancet 1986; 1: 1077 –
1081.
3. De Boo HA, Harding JE. The developmental origins of adult disease (Barker)
hypothesis. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and
Gynaecology 2006;46:4-14.
4. Barker DJ, Osmond C, Simmonds SJ, Wield GA. The relation of small head
circumference and thinness at birth to death from cardiovascular disease in
adult life. Br Med J. 1993; 306: 422– 426.
5. Barker DJ, Winter PD, Osmond C, Margetts B, Simmonds SJ. Weight in
infancy and death from ischaemic heart disease. Lancet 1989; 2: 577
–580.
6. Huxley RR, Shiell AW, Law CM. The role of size at birth and postnatal catch-
up growth in determining systolic blood pressure: a systematic review of the
literature. J Hypertens. 2000; 18: 815 – 831.
7. Barker DJ, Meade TW, Fall CH et al. Relation of foetal and infant growth to
plasma fibrinogen and factor VII concentra- tions in adult life. Br Med J.
1992; 304: 148–152.
8. Barker DJ, Martyn CN, Osmond C, Wield GA. Abnormal liver growth in utero
and death from coronary heart disease. Br Med J. 1995;
310: 703 –704.
9. Hack M, Youngstrom EA, Cartar L et al. Behavioral out- comes and evidence
of psychopathology among very low birth weight infants at age 20 years.
Pediatrics. 2004; 114: 932 – 940.
10. Wheeler T, Godfrey K, Atkinson C et al. Disproportionate fetal growth and
fingerprint patterns. Br J Obstet Gynaecol. 1998; 105: 562–564.
11. Godfrey KM, Barker DJ, Peace J, Cloke J, Osmond C. Relation of fingerprints
and shape of the palm to foetal growth and adult blood pressure.
Br Med J. 1993; 307: 405 – 409.
16
12. Eriksson JG, Forsen T, Tuomilehto J, Osmond C, Barker DJ. Early growth and
coronary heart disease in later life: longi- tudinal study. Br
Med J. 2001; 322: 949 – 953.
13. Forsen T, Osmond C, Eriksson JG, Barker DJ. Growth of girls who later
develop coronary heart disease. Heart 2004; 90:20 –24.
14. Eriksson J, Forsen T, Tuomilehto J, Osmond C, Barker D. Foetal and
childhood growth and hypertension in adult life. Hypertension 2000; 36:
790 –794.
15. Eriksson JG, Forsen T, Tuomilehto J, Osmond C, Barker DJ. Early adiposity
rebound in childhood and risk of Type 2 diabetes in adult life. Diabetologia
2003; 46: 190–194.
16. Barker DJ, Bull AR, Osmond C, Simmonds SJ. Foetal and placental size and
risk of hypertension in adult life. Br Med J. 1990; 301: 259 –262.
17. Harding JE, McCowan LM. Perinatal predictors of growth patterns to 18
months in children born small for gestational age. Early Hum Dev. 2003; 74:
13–26.
18. Phipps K, Barker DJ, Hales CN, Fall CH, Osmond C, Clark PM. Foetal growth
and impaired glucose tolerance in men and women. Diabetologia 1993; 36:
225–228.
19. Kermack WO, McKendrick AG, McKinlay PL. Death-rates in Great Britain and
Sweden: some general regularities and their significance. Lancet.
1934;223(5770):698–703
20. Forsdahl A. Are poor living conditions in childhood and adoles- cence an
important risk factor for arteriosclerotic heart disease? Br J Prev Soc Med.
1977;31:91–95
21. Barker DJ, Winter PD, Osmond C, et al. Weight in infancy and death from
ischaemic heart disease. Lancet. 1989;2(8663): 577–580
22. Osmond C, Barker DJ, Winter PD, et al. Early growth and death from
cardiovascular disease in women. BMJ. 1993;307(6918): 1519 –1524
23. Forsen T, Eriksson JG, Tuomilehto J, et al. Mother’s weight in pregnancy and
coronary heart disease in a cohort of Finnish men: follow up study. BMJ.
1997;315(7112):837–840
17
24. Martyn CN, Barker DJ, Osmond C. Mother’s pelvic size, fetal growth, and
death from stroke and coronary heart disease in men in the UK. Lancet.
1996;348(9037):1264–1268
25. Barker DJ, Martyn CN, Osmond C, et al. Growth in utero and serum
cholesterol concentrations in adult life. BMJ. 1993; 307(6918):1524 –1527
26. Barker DJP, Martyn CN, Osmond C, Wield GA. Abnormal liver growth in
utero and death from coronary heart disease. BMJ. 1995;310(6981):703–
704
27. McCance RA, Widdowson EM. Review lecture: the determi- nants of growth
and form. Proc R Soc Lond B Biol Sci. 1974; 185(1078):1–17
28. Barker DJ. Fetal origins of coronary heart disease. BMJ. 1995;
311(6998):171–174
29. Lucas A. Role of nutritional programming in determining adult morbidity.
Arch Disease Child. 1994;71:288–290
30. Lucas A, Fewtrell MS, Cole TJ. Fetal origins of adult disease- the hypothesis
revisited. BMJ. 1999;319(7204):245–249
31. Hales CN, Barker DJ. Type 2 (non-insulin-dependent) diabe- tes mellitus: the
thrifty phenotype hypothesis. Diabetologia. 1992; 35:595– 601
32. Neel JV. Diabetes mellitus: a “thrifty” genotype rendered detrimental by
“progress”? Am J Hum Genet. 1962;14:353–362
33. Matharu K, Ozanne SE. The Fetal Origins of Disease and Associations With
Low Birthweight. NeoReviews 2004;5:e522-e6.
34. Simmons R. Fetal Origins of Adult Disease. NeoReviews 2004;5:e511-e5.
18