BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING...

89
BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSET PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: YULI NOVIYARNI NIM: 11140480000103 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Transcript of BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING...

Page 1: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSET

PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

YULI NOVIYARNI

NIM: 11140480000103

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSET

PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

YULI NOVIYARNI

NIM: 11140480000103

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 3: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial
Page 4: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial
Page 5: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial
Page 6: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

iii

ABSTRAK

Yuli Noviyarni. NIM 11140480000103. “BARANG MILIK NEGARA

SEBAGAI UNDERLYING ASSET PENERBITAN SURAT BERHARGA

SYARIAH NEGARA”. Program studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019M. Ix

+66 Halaman +4 daftar pustaka +20 halaman lampian.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai penggunaan barang milik

negara yang dijadikan sebagai underlying asset dalam penerbitan surat berharga

syariah negara/sukuk. Optimalisasi barang milik negara yang di underlyingkan

sesuai dengan dasar hukum penerbitan surat berharga syariah negara yang terdiri

dari: 1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah

Negara; 2) Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan

Negara; dan 3) Fatwa DSN-MUI mengenai penerbitan SBSN.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan penelitian yuridis-normatif dan yuridis-empiris. Penelitian yang

dilakukan selain melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan,

buku-buku, dan jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini,

peneliti juga melakukan penelitian langsung kelapangan dengan cara observasi

dan wawancara kepada pihak yang berhubungan, yaitu M. Syihabudin S.E.,

Selaku eselon III Direktorat Barang Milik Negara pada Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara ditegaskan bahwa penjualan

aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial title) tanpa

disertai dengan penyerahan fisik serta pemindahan hak kepemilikan (legal title).

Barang Milik Negara bukan dijadikan sebagai objek perdagangan ataupun

jaminan (collateral), melainkan hanya dijadikan objek tanggungan yang berupa

hak mendapatkan manfaat. Setelah SBSN dijual maka pemerintah wajib membeli

kembali SBSN tersebut, agar meminimalisir terjadinya wanprestasi ataupun gagal

bayar (default) maka pemerintah harus lebih memberikan kepastian hukum baik

terhadap investor maupun barang milik negara.

Kata Kunci: Barang Milik Negara, Underlying Asset, SBSN, Utang Luar Negeri.

Pembimbing Skripsi: Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

Daftar Pustaka: 1993-2018

Page 7: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan berkah dan nikmat

kesehatan sehingga skripsi yang berjudul: “BARANG MILIK NEGARA

SEBAGAI UNDERLYING ASSET PENERBITAN SURAT BERHARGA

SYARIAH NEGARA” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam

senantiasa dipanjatkan pada Rasulullah Muhammad Saw. beserta keluarga dan

sahabat-sahabatnya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada para pihak

yang telah membantu dan mendukung proses penulisan skripsi ini, kepada yang

terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi

Ilmu Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program

Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H, dosen pembimbing

skripsi yang telah menyediakan waktu serta memberikan bimbingan dan

dukungan dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi.

4. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia

yang telah mengadakan bahan-bahan pustaka untuk kelancaran penulisan

skripsi.

5. Direktorat Jendral kekayaan Negara khususnya Eselon III Direktorat

Barang Milik Negara Bapak Muhammad Syihabudin, S.E. telah

Page 8: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

v

membantu dalam mengumpulkan data peneliti sehingga dapat

diselesaikannya skripsi.

6. Kepada pihak yang terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-

persatu. Tidak ada yang dapat peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa

kalian kecuali dengan ucapan terimakasih dan doa.

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan

dan perbaikan. Namun, peneliti tetap berharap agar karya ilmiah ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk

perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini di masa mendatang. Akhir kata,

peneliti mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 06 Juni 2019

Yuli Noviyarni

Page 9: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

E. Metode Penelitian................................................................. 9

F. Sistematika Penelitian .......................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG UNDERLYING ASSET,

SBSN DAN BARANG MILIK NEGARA .............................. 15

A. Kerangka Konseptual ........................................................... 15

B. Kerangka Teori..................................................................... 29

C. Tinjauan Kajian (Review) Terdahulu .................................. 32

BAB III PENILAIAN KEMBALI ASET MILIK NEGARA

SEBAGAI UNDERLYING ASSET ......................................... 34

A. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara ................................. 34

1. Visi dan Misi dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara 35

2. Tujuan dan Fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara 35

B. Kebijakan Penilaian Kembali Barang Milik Negara ............ 36

C. Potensi Barang Milik Negara Sebagai Dasar Penerbitan

Sukuk ................................................................................... 43

D. Klasifikasi Utang Pemerintah .............................................. 45

Page 10: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

vii

BAB IV BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI TRANSAKSI

DASAR PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH

NEGARA ..................................................................................... 48

A. Analisis yuridis barang milik Negara sebagai underlying

asset penerbitan sukuk berdasarkan peraturan di

Indonesia............................................................................... 48

B. Ketentuan barang milik negara untuk dijadikan sebagai

underlying asset...................................................................... 54

C. Penggunaan barang milik Negara sebagai underlying

asset........................................................................................ 56

D. Permasalahan sukuk default pada BMN................................ 63

E. Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagai Underlying

Asset SBSN berdasarkan Keputusan Mahkamah

Konstitusi............................................................................... 65

BAB V PENUTUP.. ................................................................................ 73

A. Kesimpulan .......................................................................... 73

B. Rekomendasi ........................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76

LAMPIRAN

Page 11: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2017 ................................... 41

Tabel 3.2 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2017 ................................... 47

Tabel 3.3 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2017 ................................... 49

Tabel 3.4 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2018 ................................... 50

Tabel 3.5 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2018 ................................... 51

Tabel 3.6 Materi Marketing Sukuk SR-011 Kemenkeu................................. 67

Page 12: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 Tentang Pembendaharaan Negara, utang (utang negara) adalah

“sejumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat dan atau kewajiban

pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, perjanjian atau berdasarkan sebab

lain yang sah”. Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah

sebagian atau total utang suatu negara yang diperoleh dari kreditur di luar

negara tersebut.

Utang luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan

pembangunan yang sangat signifikan bagi negara berkembang. Namun

demikian, hasil studi tentang dampak utang terhadap pembangunan

ekonomi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa ilmuwan

memperoleh kesimpulan bahwa utang luar negeri justru telah

menimbulkan perlambatan pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara

pengutang besar, sementara studi lain menyimpulkan sebaliknya, yaitu

utang luar negeri menjadi salah satu faktor yang secara signifikan

mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara pengutang.1

Masalah utang luar negeri (ULN) sebagai sumber pembiayaan

pembangunan (deficit budged) telah menjadi perdebatan klasik, baik

dalam tataran teoritis maupun praktis. Dalam pemikiran Rostow, posisi

utang luar negeri dianggap sebagai the missing link dalam mata rantai

pembangunan ekonomi. Dalam dunia praktis, hutang luar negeri

merupakan vicious cyrcle dalam pembangunan, khususnya negara-negara

berkembang. Tercatat beberapa kali dunia mengalami debt crisis yang

1 Chowdurry, Khorshed dan Amnon L. Utang Eksternal dan Implikasinya Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.2 Nomor 2 (Yogyakarta: FE UII,

1997), h. 337.

Page 13: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

2

hebat, misalnya tahun 1930-an, 1980-an, dan 1990-an hingga saat ini.

Penyelesaian utang luar negeri masih merupakan problematika yang

kompleks dan rumit untuk dipecahkan.2

Dari data yang ada, utang pemerintahan presiden Jokowi jauh

melampaui pemerintahan sebelumnya. Posisi utang pemerintah saat ini

yakni sebesar Rp. 3.800 Triliun. Dikabarkan ada surat utang terbaru yang

dibeli senilai Rp. 199 Triliun jadi hampir Rp. 4.000 Triliun yang berarti

dua kali lipat pembiayaan APBN. Sebagai perbandingan, di era

pemerintahan presiden Soeharto mewarisi utang Rp. 551,4 Triliun. Dimasa

Bj. Habibie, saat ekonomi Indonesia tertekan berat, menambah utang

sekitar Rp. 380 Triliun. Di era Gus Dur meninggalkan utang Rp. 200

Triliun, Megawati Rp. 27 Triliun dan SBY yang memerintah selama 10

tahun Rp. 1.400 Triliun.3 Itu berarti dalam kurun waktu 2,5 tahun era

kepemimpinan Jokowi sudah mewarisi utang ½ dari selama 47 tahun

utang kepemerintahan Soeharto s/d SBY (1967-2014) yakni sebesar Rp.

2.800 Triliun.

Berdasarkan laporan data dari Bank Indonesia posisi utang luar

negeri menurut posisi peminjam terbagi menjadi 2 yakni pertama,

pemerintah dan bank sentral, kedua yaitu swasta yang meliputi bank dan

non bank (LKBB/non bank financial corporations dan perusahaan bukan

lembaga keuangan/non financial corporations). Tercatat dalam laporan

statistik utang luar negeri Indonesia per Desember 2017 mencapai

$352.247 M terbagi atas $180.622 M utang pada pemerintah dan bank

sentral dan $171.625 M pada sektor swasta. Bank Indonesia memandang

perkembangan ULN pada triwulan IV 2017 masih terkendali. Rasio ULN

Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV

2017 tercatat stabil di kisaran 34%. Selain itu, rasio utang jangka pendek

2 MB Hendrie Anto, “Perspektif Islam Tentang Hutang Luar Negeri dan Hutang Luar

Negeri Negara-negara Islam.” UNISIA No. 43/XXIV/2001, h. 479

3 Parlementaria, Melepas Ketergantungan Hutang, Mimpikah? edisi 153 th.XLVII 2017,

DPR-RI press, Jakarta, h. 6.

Page 14: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

3

terhadap total ULN juga relatif stabil di kisaran 13%.4

Dalam Pasal 12 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

Tentang Keuangan Negara mengatur mengenai batas utang negara

sebagaimana tertulis: “Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan

sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-

undang tentang APBN”. Dengan penjelasan bahwa defisit anggaran

dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari produk domestik bruto.

Maka jika dihitung dalam jumlah tersebut utang Indonesia berada pada

kisaran 27,9% dari batas maksimal.

Dalam menyelesaikan utang Negara, salah satu jalan yang

ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini kementerian keuangan khususnya,

menjadikan aset negara sebagai objek underlying asset penerbitan surat

utang syariah yaitu berupa sukuk. Barang Milik Negara (selanjutnya

disingkat BMN) digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN). Didalamnya memberikan pengertian sukuk

sebagai surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah

sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset surat berharga syariah negara

baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Dalam kasus utang Negara ada sejumlah masalah hukum yang

belum selesai bahkan cenderung berada dalam situasi ketidakpastian

hukum salah satunya adalah uji Materiil yang diajukan terkait dengan

kesalahpahaman atas penggunaan BMN sebagai underlying Aset atas

penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Mahkamah Konstitusi, berdasarkan putusan Nomor 143/PUU-

VI1I2009 tanggal 7 Mei 2010 tentang Uji Materiil atas penggunaan BMN

sebagai underlying asset SBSN sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat

(1) dan ayat (2) huruf a dan huruf b serta Pasal 11 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2008, telah memutuskan antara lain bahwa

4 http://www.bi.go.id/en/iru/economic-data/external-debt/Documents/SULNI-Feb-2018.pdf,

diakses pada 23 februari 2018.

Page 15: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

4

terhadap dalil pemohon yang menyatakan BMN sebagai dasar penerbitan

SBSN termasuk publik domain yang diperuntukkan bagi kepentingan

umum sehingga tidak dapat dijadikan objek perdagangan.

Aset sukuk merupakan barang milik negara yang memiliki nilai

ekonomis seperti tanah/bangunan/projek, dan jelas dari segi fisik dan

nilainya. Penggunaan aset ini dapat dilakukan dengan cara dijual,

disewakan, atau cara lain yang mengacu kepada prinsip syariah.

Penggunaan aset negara sebagai underlying asset hanya dalam bentuk hak

manfaat (beneficial title) dan tidak ada kewajiban untuk penyerahan fisik

serta pengalihan/pemindahan hak kepemilikan (legal title). Jadi tidak

memengaruhi posisi fisik aset yang menjadi underlying (hanya sebagai

assesoir dan instrumen yang menjadi dasar kontrak). Imbal hasil sukuk

juga telah ditetapkan dalam APBN. Apabila terjadi default/gagal bayar,

pemerintah wajib membeli kembali aset tersebut.

Untuk optimalisasi aset negara, pengelola aset mempunyai peran

strategis sebagai pembuat kebijakan. Pengelola aset dalam memanfaatkan

barang milik negara dapat melakukan sewa, pinjam pakai, kerja sama

pemanfaatan, dan bangun guna serah/bangun serah guna tanpa mengubah

status kepemilikan. Dalam hal aset negara yang dijadikan underlying,

basis data harus baik, tertata, dan memiliki kekuatan legal sehingga

pengelola mengetahui aset apa saja yang dapat dioptimalkan. Hal ini

diperkuat oleh presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2017

Tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah.

Hingga tahun 2018 jumlah Surat Berharga Negara (SBN) yang

sudah diterbitkan yakni sebesar Rp.251,336 Triliun. Sebesar 38% SBSN

diantaranya didominasi oleh investor asing. Khusus untuk tahun 2016,

terdapat SBN jatuh tempo senilai Rp.228,5 triliun, lalu SBN netto senilai

Rp.327,224 triliun sehingga dibutuhkan Rp.555,72 triliun.5

5 http://wikidpr.org/rangkuman/bmn-sebagai-underlying-asset-penerbitan-sbsn-rapat-

kerja-komisi-11-dengan-menteri-keuangan-dan-dirjen-pengelolaan-pembiayaan-dan-risiko,

diakses pada 26 Februari 2018.

Page 16: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

5

Pasal 49 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang

Pembendaharaan Negara menyatakan:

1) Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai

Pemerintah Pusat/Daerah harus disertifikatkan atas nama

pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang

bersangkutan.

2) Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti

status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.

3) Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak

dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok

dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan

pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/ Gubernur/Bupati/

Walikota untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

pemerintahan negara/daerah.

4) Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada

pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah

Pusat/Daerah.

5) Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikan

jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

6) Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi

pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dengan

peraturan pemerintah.

Diktum Pasal 49 Ayat (4) telah jelas menyatakan bahwa barang

milik Negara/daerah dilarang diserahkan kepada pihak lain sebagai

pembayaran atas tagihan pemerintah pusat/daerah. Dan dalam Pasal 5

menyatakan bahwa barang milik Negara/daerah dilarang digadaikan atau

dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

Kebijakan BMN sebagai jaminan telah menuai pro dan kontra di

kalangan masyarakat karena dianggap sebagai privatisasi BMN. Sebagian

masyarakat berpendapat bahwa BMN adalah aset negara yang harus tetap

dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak

Page 17: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

6

mendatangkan manfaat karena terus merugi. Namun ada pula kalangan

masyarakat yang berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu sepenuhnya

memiliki BMN, yang penting BMN tersebut dapat mendatangkan manfaat

yang lebih baik bagi negara dan masyarakat Indonesia.

Langkah privatisasi merupakan pilihan terakhir jika pemerintah

dalam kondisi yang sangat memerlukan dana. Program privatisasi juga

harus mempertimbangkan social benefit, kepentingan negara dan rasa

keadilan sosial. Jika dalam privatisasi suatu BUMN tidak

memperhitungkan social benefit, kepentingan negara dan rasa keadilan

sosial maka secara politis dan ekonomis berarti negara dan masyarakat

dirugikan, akibatnya sering terjadi reaksi atau gejolak masyarakat terhadap

privatisasi tersebut.6

Polemik tentang meringankan utang luar negeri atau moratorium

semakin merebak seiring bertumbuhnya angka utang. Indonesia sebagai

negara yang juga masih tergantung dalam kemelut utang luar negeri harus

bangkit dan setidaknya meminimalisir utang dan mengoptimalkan potensi

pendapatan negara dari pajak, keuntungan BMN, serta potensi di masing-

masing yang ada di daerah guna untuk mensejahterakan masyarakat

banyak. Menarik untuk dikaji adalah bagaimana status aset negara yang

telah diterbitkan SBSNnya bila pemerintah selaku penerbit sukuk

melakukan wanprestasi atau gagal bayar atas objek BMN yang dijadikan

underlying asset jika diambil hak manfaatnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

lebih dalam melalui prespektif hukum mengenai mekanisme peraturan

perundang-undangan yang mengatur penyelesaian utang luar negeri

Indonesia serta status BMN yang dijadikan underlying asset dalam bentuk

skripsi dengan judul: “BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI

UNDERLYING ASSET PENERBITAN SURAT BERHARGA

SYARIAH NEGARA ”.

6 Marwah M. Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia, (Jakarta: Literata Lintas Media,

2003) h. 144.

Page 18: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

7

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Utang luar negeri merupakan salah satu cara/kebijakan yang

cukup penting untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat

khususnya masyarakat Indonesia. Bahkan negara adikuasa seperti

Amerika juga tetap melakukan utang dengan negara lainnya. Utang

luar negeri sangat bermanfaat untuk beberapa hal seperti:

pembangunan infrastruktur nasional, menutupi anggaran, modal

pembangunan dan juga dapat membangun hubungan bilateral antar

negara.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat beberapa persoalan berkaitan dengan utang

Indonesia luar negeri sampai saat ini. selanjutnya dalam upaya

memperjelas tahapan serta fokus pembahasan dalam penelitian ini

dilakukan pengidentifikasian masalah. Identifikasi masalah merupakan

kegiatan menemukan sebanyak-banyaknya masalah yang sekiranya

dapat ditemukan jawabannya.7

Terdapat beberapa unsur masalah yang dapat diidentifikasikan

dari pemaparan latar belakang masalah sebelumnya:

a. Dalam segi hukum, perlu diketahui ketentuan yang berlaku dalam

menjadikan BMN sebagai objek underlying asset berdasarkan

Undang-undang Surat Berharga Syariah Negara dan Undang-

undang Pembendaharaan Negara.

b. Mekanisme peraturan perundang-undangan yang mengatur cara

penyelesaian utang negara luar negeri merupakan pembahasan

yang harus diketahui solusinya.

c. Penghitungan kembali aset kekayaan milik Negara merupakan

kebijakan presiden dalam membantu mengurangi utang Indonesia,

maka perlu dibuat aturan-aturan untuk BMN yang diunderlyingkan

7 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, cet. XV, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2015) h. 104

Page 19: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

8

agar tidak berpindah tangan.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan

yang dimaksud, penulis hanya mengkaji dan membatasinya pada

ruang lingkup penelitian yaitu mengenai mekanisme peraturan

perundang-undangan/kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengatur

mengenai barang milik negara yang merupakan kekayaan Negara

yang dijadikan sebagai underlying asset penerbitan sukuk serta

kebijakan pemerintah jika terjadi default.

3. Perumusan Masalah

Utang Indonesia luar negeri terus meningkat setiap tahunnya.

Berbagai kebijakan pemerintah dikeluarkan untuk mengurangi angka

utang tersebut. Salah satunya dengan menerbitkan sukuk atau surat

berharga syariah Negara yang menjadikan BMN sebagai objek

underlying asset. Selanjutnya dapat dijabarkan lagi beberapa

pertanyaan penelitian yang ingin dikaji secara lebih lanjut dan

mendalam, yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan barang milik negara yang dijadikan sebagai

underlying asset ?

2. Bagaimana mekanisme peraturan perundang-undangan serta

kebijakan-kebijakan pemerinah dalam menjadikan Barang Milik

Negara sebagai Underlying asset?

3. Apa langkah yang dilakukan pemerintah pada Barang Milik

Negara yang diunderlyingkan jika utang tidak dapat terlunasi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memliki tujuan untuk memberikan tambahan literatur

bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi hukum keuangan negara dalam

penanganan masalah penyelesaian utang negara serta kekayaan negara

yang dijadikan jaminan dalam utang luar negeri yang harus sesuai dengan

Page 20: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

9

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan khusus penulisan

antara lain:

a. Untuk mengetahui kedudukan barang milik negara yang dijadikan

sebagai Underlying asset untuk utang luar negeri.

b. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

berdasarkan peraturan perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan

dalam menjadikan Barang Milik Negara sebagai Underlying asset.

c. Untuk mengetahui langkah yang dilakukan pemerintah pada BMN

yang telah memiliki sukuk jika tidak dapat terlunasi hutangnya.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

hukum, khususnya hukum keuangan negara, lebih khusus lagi terkait

dengan penerapan teori-teori hukum terkait pelaksanaan peraturan

keuangan di Indonesia dengan dikeluarkannya aturan-aturan maupun

kebijakan-kebijakan baru tentang barang milik Negara yang dijadikan

sebagai underlying asset penerbitan surat berharga syariah negara di

Indonesia.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat agar

dapat memberikan suatu masukan bagi kementrian keuangan Indonesia

khususnya didalam menjalankan kegiatannya agar selalu patuh dan tunduk

pada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan pendapat hukum mengenai kekayaan

negara/ barang milik negara yang dijadikan sebagai objek underlying asset

untuk utang.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan Undang-undang (statute approach). Pendekatan undang-

undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan

Page 21: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

10

regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani.8 Pendekatan perundang-undangan dalam penelitian hukum

normatif memiliki kegunaan baik secara praktis maupun akademis.

Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-

undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari

adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan

undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan Undang-

Undang Dasar atau regulasi dan Undang-Undang. Hasil dari telaah

tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang

dihadapi.9

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian

yuridis-normatif, dan yuridis-empiris. Yuridis normatif yaitu penelitian

yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-

norma dalam hukum positif.10

Pendekatan ini menggunakan konsepsi

legis positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-

norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat

yang berwenang terkait dengan Barang milik Negara yang di

underlyingkan.11

Sedangkan penelitian yuridis empiris dilakukan dengan cara

mengkaji dan memperjelas kajian hukum penelitian tersebut guna

mendapat hasil penelitian yang objektif dan terperinci dengan cara

melalukan wawancara dengan narasumber dilokasi tempat penelitian.

3. Sumber Data

Dalam upaya meneliti sesuatu diperlukan adanya bahan atau data

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) h.93

9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum ….. h.93-94

10 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2006) h. 295

11 Ronny Hanitijo Soemito, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1988) h.13-14.

Page 22: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

11

yang menjadi dasar pertimbangan serta proposisi yang berguna untuk

menguji serta memverifikasi hipotesa yang ada. Adapun dalam

penulisan skripsi ini diklasifikasikan beberapa data sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang

bersifat autoritatif atau memiliki otoritas.12

Bahan hukum

primer terdiri dari:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Pembendaharaan Negara.

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara

4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat

Berharga Syariah Nasional.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang tidak

memiliki otoritas tetapi berkisar atau menjelaskan tentang tema

penelitian. Dalam penulisan skripsi ini bahan hukum sekunder

antara lain: buku hukum, dokumen publikasi hukum dan

ekonomi dalam jurnal ilmiah, skripsi, serta dokumen lain yang

berkaitan dengan tema penelitian seperti wawancara pada

lembaga terkait yakni Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

pada Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

4. Sumber Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan dengan pertimbangan

masalah yang hendak diteliti.13

Teknis pengumpulan data serta metode

12

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenada Media Group, 2005) h.

180.

13 Moh Nazir, Metode Penelitian cet. III (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) h. 211.

Page 23: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

12

penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti sehingga

memiliki persinggungan yang logis antara permasalahan dan upaya

pengejaran terhadap kebenarannya.14

Berdasarkan jenis penelitian sekunder dan metode penelitian

normatif, peneliti melakukan pengumpulan data secara langsung

untuk mendapatkan bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder

sebagaimana dijelaskan diatas. Selain itu, dalam upaya pengumpulan

data digunakan pendekatan peraturan perundang-undangan (statue

approach), pendekatan sejarah (historical approach) dan pendekatan

teoritis (conceptual approach). Pendekatan peraturan perundang-

undangan merupakan pendekatan dalam level dogmatif dan sadar

hukum terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

memahami hierarki dan asas-asas yang terkandung didalamnya.

Selanjutnya, pendekatan konseptual adalah pendekatan yang

didasarkan pada teori, asas dan prinsip yang terkandung didalam

hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.15

Ketiga pendekatan tersebut digunakan dengan tujuan untuk

mengkaji secara tuntas tentang Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

Tentang Pembendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2008 Tentang Surat Berharga Syariah Nasional serta kebijakan-

kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan masalah piutang

negara.

5. Subjek penelitian

Dengan dirumuskannya judul penelitian secara implisit maupun

eksplisit pihak yang menjadi subjek penelitian ini antara lain: Negara

Indonesia cq Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

6. Teknik Pengelolaan Data dan Analisa Data

14

Restu Kartika Widi, asas-asas metode penelitian (Yoyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 237

15 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenada Media Group, 2005)

hal.135-177

Page 24: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

13

Penafsiran data merupakan pencarian pengertian yang lebih luas

dari penemuan-penemuan yang ada.16

Artinya, satuan dari data yang

berhasil diperoleh diberikan pengertian yang lebih luas dengan

membagi variable data serta komponen yang terkandung didalamnya.

Dengan demikian data yang ada dipergunakan untuk mendapatkan

hasil penelitian yang valid.

Adapun analisis data yang menggunakan metode analisis

komparatif deskriptif yaitu dengan upaya membandingkan antara

muatan data satu dengan data yang lainnya setelah semua data

dideskripsikan secara rigid dan terperinci.

7. Teknik Penelitian

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2017.

F. Sistematika Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini peneliti membuat sistematika penulisan

sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang mencakup

latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review

studi terdahulu, kerangka teoritis dan kerangka konseptual,

metode penelitian dan sitematika penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab ini mencakup pengertian surat berharga syariah negara,

underlying asset, konsep pengelolaan barang milik negara,

tinjauan (review) kajian terdahulu, serta teori-teori hukum

yang berkaitan mengenai penelitian ini.

16

Moh Nazir, Metode Penelitian cet. III (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) hal 437.

Page 25: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

14

BAB III DATA PENELITIAN

Bab ini membahas tentang profil direktorat jendral

kekayaan Negara, kebijakan penilaian kembali dan besaran

nilai revaluasi barang milik negara pada 78

kementerian/lembaga Negara. Besaran utang dalam dan

luar negeri pemerintah, serta potensi barang milik Negara

sebagai dasar penerbitan sukuk.

BAB IV BARANG MILIK NEGARA YANG DIJADIKAN

SEBAGAI UNDERLYING ASSET PENERBITAN

SBSN

Bab ini menganalisa mengenai peraturan-peraturan serta

kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap barang milik

Negara yang dijadikan dasar transaksi untuk penerbitan

sukuk berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Pembendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara,

ketentuan/persyaratan dari BMN, serta mekanisme default

di Indonesia.

BAB V PENUTUP

Bab ini mencakup kesimpulan dan rekomendasi atas

penelitian berikut

Page 26: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG UNDERLYING ASSET, SBSN DAN

BARANG MILIK NEGARA

A. Kerangka Konseptual

1. Surat Berharga Syariah Negara

Surat berharga syariah negara yang biasanya disingkat

menjadi SBSN sudah menjadi salah satu investasi yang telah dikenal

oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 2002, dan instrumen investasi

syariah ini dulunya disebut dengan Obligasi Syariah. SBSN atau

sukuk negara ini adalah suatu instrumen utang piutang tanpa riba

sebagaimana dalam obligasi, di mana sukuk ini diterbitkan

berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Sukuk sebenarnya merupakan surat berharga yang diterbitkan dan

merepresentasikan kepemilikan investor atas aset yang menjadi

dasar penerbitan sukuk (underlying asset) tanpa melupakan

penerapan prinsip-prinsip syariah.

Pengembalian atau pembagian terkait dengan aset, akad dan

tujuan pendanaan umumnya berupa imbalan yang berasal dari uang

sewa (ujrah), fee margin, bagi hasil atau sumber lainnya sesuai

dengan akad yang telah disepakati. Maka tidak dikenal istilah bunga

dalam sukuk. Dalam konsep sukuk, perdagangan obligasi bukan

dinilai sebagai surat utang, namun sebagai penjualan atas

kepemilikan aset yang menjadi dasar penerbitan.

Ditinjau dari segi jenis akadnya, berdasarkan Standar Syariah

The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutons

(AAOIFI), sukuk dibagi menjadi sembilan jenis, yaitu:1

1 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah. (Yogyakarta: Ekonisia. 2008)

h.301

Page 27: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

16

a. Sukuk Ijarah: adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau

jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau

jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan

berdasarkan akad ijarah. Sukuk Ijarah terdiri dari; sukuk

kepemilikan aset berwujud yang disewakan, sukuk kepemilikan

manfaat dan sukuk kepemilikan jasa.

b. Sukuk Mudharabah: adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan

perjanjian atau akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan

modal (rab al-maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan

keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut akan

dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui

sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya

oleh pihak yang menjadi penyedia modal.

c. Sukuk Salam: sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk

mendapatkan dana untuk modal dalam akad salam, sehingga

barang yang akan disediakan melalui akad salam menjadi milik

pemegang sukuk.

d. Sukuk Musyarakah: adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan

perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih

bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek

baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai

kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul

ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal

masing-masing pihak.

e. Sukuk Istishna: adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan

perjanjian atau akad istishna’ dimana para pihak menyepakati

jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun

harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi proyek/barang

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

f. Sukuk Murabahah: adalah sukuk yg diterbitkan berdasarkan

prinsip jual-beli, penerbit sertifikat sukuk adalah penjual

Page 28: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

17

komoditi, sedangkan investornya adalah pembeli komoditi

tersebut.

g. Sukuk Wakalah: adalah sukuk yang merepresentasikan suatu

proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad

wakalah, dengan menunjuk agen (wakil) tertentu untuk

mengelola usaha atas nama pemegang sukuk.

h. Sukuk Muzaraah: sukuk yang diterbitkan dengan tujuan

mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan pertanian

berdasarkan akad muzaraah, sehingga pemegang sukuk berhak

atas bagian dari hasil panen sesuai dengan ketentuan-ketentuan

dalam perjanjian.

i. Sukuk Musaqah: adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan

menggunakan dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan

kegiatan irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya

operasional dan perawatan tanaman tersebut berdasarkan akad

musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas bagian

dari hasil panen sesuai kesepakatan.

2. Underlying Asset

Underlying berasal dari bahasa Inggris yakni underlie, yang berarti

mendasari. Asset yang juga disebut aset dalam bahasa Indonesia secara

etimologi berarti modal, milik atau sifat yang bernilai.2

Secara

terminology Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai objek

atau dasar transaksi dalam kaitannya dengan penerbitan sukuk.3 Sukuk

adalah Efek berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah, yang bernilai sama dan mewakili bagian

yang tidak terpisahkan atas aset yang mendasarinya. Prinsip keuangan

syariah mengharuskan adanya underlying asset untuk menghindari

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (online) http://kbbi.web.id/pusat diakses pada

5 Desember 2018.

3 https://www.winmahdi.com/2017/11/Underlying-Asset.html diakses pada 6 Desember

2018.

Page 29: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

18

terjadinya transaksi „money for money‟ yang dapat dikategorikan sebagai

riba.

Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN

atau dapat disebut sukuk Negara adalah surat berharga Negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian

penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun

valuta asing. Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau

barang milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa bangunan,

yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan

SBSN.

Sukuk atau obligasi syariah pada dasarnya hampir sama dengan

obligasi konvensional, perbedaannya terletak pada penggunaan konsep

imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi

pendukung (underlaying transaction) berupa sejumlah aset tertentu yang

menjadi dasar penerbitan obligasi syariah, juga karena adanya perjanjian

antara para pihak yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Underlying asset yang menjadi dasar dalam penerbitan Sukuk

dapat terdiri atas:

a. Aset berwujud tertentu (a‟yan maujudat).

b. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul a‟yan) tertentu

baik

yang sudah ada maupun yang akan ada;

c. Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada;

d. Aset proyek tertentu (maujudat masyru‟ mu‟ayyan);

dan/atau

e. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin

khashah).

Underlying asset merupakan salah satu aspek utama yang menjadi

pembeda antara penerbitan surat utang dengan sukuk. Tanpa adanya

underlying asset surat berharga yang diterbitkan akan memiliki sifat

Page 30: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

19

sebagai instrumen utang, karena tidak terdapat transaksi yang mendasari

penerbitan sukuk tersebut.

Aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk wajib memenuhi

Prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Tujuan penerbitan SBSN yakni:

a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran Negara.

b. Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah.

c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah

d. Di versifikasi basis investor

e. Mengembangkan alternatif instrumen investasi

f. Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik Negara

g. Membiayai pembangunan proyek infrastruktur

h. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring

oleh sistem keuangan konvensional.

3. Barang Milik Negara

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27

Tahun 2014, Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang

dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Sedangkan Barang

Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

BMN tersebut tidak terbatas hanya yang berada dan penguasaan

kementerian/lembaga/Pemerintah Daerah, namun juga yang berada pada

perusahaan negara dan badan hukum milik negara (BHMN) atau bentuk-

bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya. Khusus

BMN yang berada dalam penguasaan Perusahaan Negara, BHMN dan

Lembaga lainnya yang belum ditetapkan statusnya menjadi kekayaan

negara yang dipisahkan.4

4 Cahyo, J. N. Pengelolaan Barang Milik Negara. Diakses dari

https://jokonurcahyo.wordpress.com /category/pengelolaan-barang-milik-negara-bmn/ pada 5

Oktober 2018.

Page 31: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

20

Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara, BMN/D

meliputi:

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD

dan;

b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah

Batasan pengertian barang-barang yang berasal dari perolehan

lainnya yang sah adalah sebagai berikut:

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang

sejenis;

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak;

c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-

undangan;

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah, meliputi:

1) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

Perencanaan kebutuhan adalah suatu kegiatan merumuskan

rincian kebutuhan barang milik negara untuk menghubungkan

pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang

berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan

datang. Sedangkan penganggaran merupakan suatu rencana kerja

yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan

moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup

jangka waktu satu tahun.5

5

Cahyo, J. N. Pengelolaan Barang Milik Negara. Diakses dari

https://jokonurcahyo.wordpress.com/category/pengelolaan-barang-milik-negara-bmn/ pada 5

Oktober 2018.

Page 32: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

21

2) Pengadaan;

Pengadaan barang/jasa menurut Peraturan Presiden Nomor

16 Tahun 2018 adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh

Kementerian/ Lembaga/ Perangkat daerah yang dibiayai oleh

APBN/ APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai

dengan serah terima hasil pekerjaan. Menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Barang Milik

Negara/Daerah, Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan

dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali

ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini.

3) Penggunaan;

Barang Milik Negara/Daerah pada dasarnya digunakan

untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian

negara/lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam rangka

menjamin tertib dalam penggunaan, pengguna barang harus

melaporkan kepada pengelola barang atas semua BMN/D yang

diperoleh untuk ditetapkan status penggunaannya. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 Tentang Barang

Milik Negara/Daerah, penetapan status penggunaan BMN

dilakukan oleh Pengelola Barang dan BMD oleh

Gubernur/Walikota/Bupati.

4) Pemanfaatan;

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

Tentang Barang Milik Negara/Daerah, Pemanfaatan adalah

pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerahyang tidak

digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau

optimalisasi Barang Milik Negara/daerah dengan tidak mengubah

Page 33: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

22

status kepemilikan.

Pemanfataan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh:

a) Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada

dalam penguasaannya;

b) Pengelola Barang dengan persetujuan

Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang

berada dalam penguasaan Pengelola Barang;

c) Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,

untuk Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaan

Pengguna Barang; atau

d) Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,

untuk Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau

bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan

selain tanah dan/atau bangunan.

Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:6

(1) Sewa;

Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh

Pengelola Barang. Sewa Barang Milik Negara/Daerah

dilaksanakan terhadap:

(a) Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola

Barang;

(b) Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau

bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna

Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota, dan

dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah

mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota.

(c) Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna

Barang;

(d) Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan /

6 Cahyo, J. N. Pengelolaan Barang Milik Negara. ... diakses pada 5 Oktober 2018.

Page 34: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

23

atau bangunan yang masih digunakan oleh

Pengguna Barang; atau;

(e) Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau

bangunan.

Barang Milik Negara/Daerah dapat disewakan

kepada Pihak Lain. Jangka waktu Sewa Barang Milik

Negara/ Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang. Jangka waktu Sewa Barang Milik

Negara/Daerah dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang untuk:

(a) kerja sama infrastruktur, Besaran Sewa atas Barang

Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur

dapat mempertimbangkan nilai keekonomian dari

masing-masing jenis infrastruktur.

(b) kegiatan dengan karakteristik usaha yang

memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun;

atau

(c) ditentukan lain dalam Undang-Undang.

Formula tarif/ besaran Sewa Barang Milik Negara/

Daerah berupa tanah dan/ atau bangunan ditetapkan oleh

Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara atau

Gubernur/ Bupati/ Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Sewa Barang Milik Negara/ Daerah dilaksanakan

berdasarkan perjanjian, yang sekurang-kurangnya memuat:

(a) para pihak yang terikat dalam perjanjian;

(b) jenis, luas atau jumlah barang, besaran Sewa, dan

jangka waktu;

(c) tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan

pemeliharaan selama jangka waktu Sewa; dan

(d) hak dan kewajiban para pihak.

Page 35: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

24

Hasil Sewa Barang Milik Negara/Daerah

merupakan penerimaan negara dan seluruhnya wajib

disetorkan ke rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Penyetoran uang Sewa harus dilakukan sekaligus secara

tunai paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum

ditandatanganinya perjanjian Sewa Barang Milik

Negara/Daerah. Kecuali, penyetoran uang Sewa Barang

Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat

dilakukan secara bertahap dengan persetujuan Pengelola

Barang.

(2) Pinjam Pakai

Pinjam Pakai Barang Milik Negara/Daerah

dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan. Jangka waktu Pinjam Pakai

Barang Milik Negara/Daerah paling lama 5 (lima) tahun

dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

(3) Kerja Sama Pemanfaatan

Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik

Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:

(a) Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola

Barang;

(b) Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada

Gubernur/Bupati/Walikota;

(c) Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna

Barang;

(d) Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau

bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna

Barang; atau

(e) Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

Page 36: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

25

Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik

Negara/Daerah dilaksanakan dengan ketentuan:

(a) Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah

untuk memenuhi biaya operasional, pemeliharaan,

dan/atau perbaikan yang diperlukan terhadap Barang

Milik Negara/Daerah tersebut;

(b) Mitra Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan melalui

tender, kecuali untuk Barang Milik Negara/Daerah

yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan

langsung;

(c) Penunjukan langsung mitra Kerja Sama

Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah yang

bersifat khusus dilakukan oleh Pengguna Barang

terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang

memiliki bidang dan/atau wilayah kerja tertentu

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

(d) Mitra kerja sama pemanfaatan harus membayar

kontribusi tetap setiap tahun selama jangka waktu

pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian

keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ke

rekening Kas Umum Negara/Daerah;

(e) Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian

keuntungan hasil kerja sama pemanfaatan ditetapkan

dari hasil perhitungan tim yang dibentuk.

(4) Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna

Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna

Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan

pertimbangan:

(a) Pengguna Barang memerlukan bangunan dan

fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan

Page 37: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

26

negara/daerah untuk kepentingan pelayanan umum

dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan

(b) tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah

untuk penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut.

(5) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Kerja Sama Penyediaan lnfrastruktur atas Barang

Milik Negara/Daerah dilakukan antara Pemerintah dan

Badan Usaha. Badan Usahanya berbentuk:

(a) perseroan terbatas;

(b) Badan Usaha Milik Negara;

(c) Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

(d) koperasi.

5) Pengamanan dan pemeliharaan;

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2014 Tentang Barang Milik Negara/Daerah Pengelola Barang,

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib

melakukan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang

berada dalam penguasaannya. Pengamanan meliputi pengamanan

administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum. Barang

Milik Negara/Daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas

nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang

bersangkutan dan dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama

Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah dan pengguna

barang.

6) Penilaian;

Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam

rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah,

Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk:

a. Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai; atau

b. Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.

Page 38: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

27

Penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah dalam rangka

penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan

berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dalam

kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan Penilaian

kembali atas nilai Barang Milik Negara/Daerah yang telah

ditetapkan dalam neraca Pemerintah Pusat/Daerah.

7) Penghapusan;

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

Tentang Barang Milik Negara/Daerah, Penghapusan adalah

tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar

barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang

berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna

Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab

administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam

penguasaannya.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia

Nomor 50/PMK.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penghapusan Barang Milik Negara tertulis bahwasanya ruang

lingkup pelaksanaan penghapusan BMN adalah pengelola barang

dan pengguna barang/kuasa pengguna barang. Pelaksana

penghapusan BMN terdiri atas Pengelola Barang, untuk BMN

berupa: tanah dan/atau bangunan yang diserahkan oleh Pengguna

Barang kepada Pengelola Barang; tanah dan/atau bangunan dan

selain tanah dan/atau bangunan yang berasal dari perolehan lain

yang sah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang.

Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN dengan

cara menghapus BMN dari Daftar Barang Pengelola (DBPL).

Penghapusan BMN dari DBPL dilakukan dalam hal BMN sudah

tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang karena:

beralihnya kepemilikan, sebagai akibat dari:

Page 39: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

28

a. Pemindahtanganan; adanya putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada

upaya hukum lainnya.

b. Pemusnahan; sebab-sebab lain.

Selain alasan Penghapusan BMN dari DBPL dapat pula

dilakukan karena penyerahan kepada Pengguna Barang atau

ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebab-sebab lain

merupakan sebab-sebab yang secara normal dapat diperkirakan

wajar menjadi penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang,

susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati/cacat berat/tidak

produktif untuk tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari keadaan

kahar (force majeure).

8) Pemindahtanganan;

Pemindahtanganan BMN adalah pengalihan kepemilikan

BMN dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau

disertakan sebagai modal pemerintah. Pemindahtangan BMN

bukan tanah/bangunan bernilai wajar diatas Rp. 100 Miliar oleh

Pemerintah Pusat dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR

sesuai Pasal 55 (1) huruf a, kecuali memang sudah tak sesuai

tataruang & penataan kota, bangunan lama diruntuhkan untuk

diganti bangunan baru, berdasarkan Pasal 55 (3).

Pemindahtanganan BMN bukan tanah/bangunan bernilai

wajar tepat Rp.100 Miliar kebawah dilakukan oleh Pemerintah

Pusat tanpa perlu persetujuan DPR. Dengan demikian, nilai buku

aset tercantum dineraca dan pada subledger (pembukuan) tak

dapat digunakan, karena tak selalu merepresentasikan nilai wajar.

Pada pemerintah pusat, penilaian BMN selain

tanah/bangunan untuk pemanfaatan dan pemindahtanganan

berdasarkan nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan sesuai Ayat (3) Pasal 51 dilakukan Penilaian yang

ditetapkan Pengguna Barang sesuai Ayat (1) Pasal 51, selanjutnya

Page 40: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

29

digunakan Pengguna Barang untuk BMN tersebut sesuai Ayat (5)

Pasal 51 dan PMK tentang Penilaian BMN.

9) Penatausahaan;

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi

pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai ketentuan

yang berlaku. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

120/Pmk.06/2007 Tentang Penatausahaan Barang Milik Negara

Daftar Barang Milik Negara menyatakan bahwa:

a. Pelaksana Penatausahaan BMN melaksanakan proses

pembukuan.

b. Pelaksana Penatausahaan BMN harus menyimpan dokumen

kepemilikan, dokumen penatausahaan dan/atau dokumen

pengelolaan.

Setiap adanya perubahan data terkait dengan pengelolaan

BMN, dilaporkan kepada Pelaksana Penatausahaan. Pelaporan

adanya perubahan data dilakukan setelah adanya perubahan,

kecuali inventarisasi BMN. Pengelola Barang dapat menolak

usulan pemanfaatan, penghapusan atau pemindahtanganan dari

Kuasa Pengguna Barang/ Pengguna Barang terhadap BMN yang

tidak tercantum dalam daftar barang pada Pengelola Barang.

B. KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan sebuah gambaran keadaan yang

seharusnya terjadi, oleh karena itu peneliti akan memaparkan teori-teori

yang digunakan dalam penelitian guna menjadi tolak ukur dalam

melakukan analisis suatu permasalahan. Dalam penelitian ini landasan

teori yang penulis gunakan adalah :

1. Teori Kemanfaatan Hukum (Utilitarian Theory)

Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremi

Bentham (1748-1831). Persoalan yang di hadapi oleh Bentham

pada zaman itu adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu

Page 41: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

30

kebijakan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral. Dengan

kata lain bagimana menilai suatu kebijakan publik yang

mempunyai dampak kepada banyak orang secara moral. Berpijak

dari tesis tersebut, Bentham menemukan bahwa dasar yang paling

objektif adalah dengan melihat apakah suatu kebijakan atau

tindakan tertentu membawa manfaat atau hasil yang berguna atau,

sebaliknya kerugian bagi orang-orang yang terkait.7

Bila dikaitkan apa yang dinyatakan Bentham pada hukum

(baca Kebijakan), maka baik buruknya hukum harus diukur dari

baik buruknya akibat yang dihasilkan oleh penerapan hukum itu.

Suatu ketentuan hukum baru bisa di nilai baik, jika akibat-akibat

yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan

sebesar-besarnya, dan berkurangnya penderitaan. Dan sebaliknya

dinilai buruk jika penerapannya menghasilkan akibat-akibat yang

tidak adil, kerugian, dan hanya memperbesar penderitaan. Sehingga

tidak salah tidak ada para ahli menyatakan bahwa teori

kemanfaatan ini sebagai dasar-dasar ekonomi bagi pemikiran

hukum. Prinsip utama dari teori ini adalah mengenai tujuan dan

evaluasi hukum. Tujuan hukum adalah kesejahteraan yang sebesar-

besarnya bagi sebagian terbesar rakyat atau bagi seluruh rakyat,

dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang

dihasilkan dari proses penerapan hukum. Berdasarkan orientasi itu,

maka isi hukum adalah ketentuan tentang pengaturan penciptaan

kesejahteraan Negara.8

2. Teori Efektifitas Hukum

Pengertian Teori efektifitas hukum yang dikemukakan oleh

7 Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kansius, 1998) h.

93-95.

8 Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1993) h. 89-90.

Page 42: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

31

Soerjono Soekanto adalah inti dari penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar di dalam

kaidah-kaidah yang mantap dan mengejewantahkan dan sikap

tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk

menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian

pergaulan hidup. Penegakan hukum sebagai suatu proses pada

hakekatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut

pengambilan keputusan yang secara ketat tidak diatur oleh kaedah

hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada

hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral (etika dalam

arti sempit).

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penegakan hukum

bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan peraturan perundang-

undangan walaupun kenyataan di Indonesia kecenderungannya

adalah demikian sehingga pengertian Law Enforcement begitu

popular. Berdasarkan hal tersebut, bahwa masalah pokok

penegakan hukum sebenarnya terletak faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhinya.

3. Teori Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.

Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya”

atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang

apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi

manusia yang deliberatif. Undang-undang yang berisi aturan-aturan

yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah

laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama

individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-

aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau

melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan

pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.

Page 43: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

32

Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3

(tiga) nilai identitas, yaitu sebagai berikut :

1. Asas kepastian hukum (rechtmatigheid). Asas ini meninjau

dari sudut yuridis.

2. Asas keadilan hukum (gerectigheit). Asas ini meninjau dari

sudut filosofis, dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk

semua orang di depan pengadilan.

3. Asas kemanfaatan hukum (zwechmatigheid atau doelmatigheid

atau utility

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua

pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum

membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau

tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum

bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan

adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan

oleh Negara terhadap individu. Ajaran kepastian hukum ini

berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada

aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung

melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri,

karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya

kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak

lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.

Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya

yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum.

Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa

hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau

kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Tinjauan terdahulu ini akan memaparkan beberapa penelitian

Page 44: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

33

pustaka yang sudah dilakukan baik berupa skripsi, tesis, jurnal ataupun

buku pedoman dan penelitian-penelitian lainnya. Yakni sebagai berikut:

1. Judul: “Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN) Sebagai Instrumen Pembiayaan Defisit APBN”. Skripsi ini

ditulis oleh Fadlyka Himmah Syahputera Harahap, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009. Membahas tentang analisis kebijakan fiskal islam

yang dilakukan pemerintah untuk mendapatkan dana dari investor

luar dan dalam negeri melalui penerbitan SBSN sebagai salah satu

instrumen pembiayaan defisit APBN. Perbedaanya terdapat pada

objek kajian yakni pada penulisan skripsi ini yang disoroti adalah

barang milik negara sebagai objek dasar transaksi dalam penerbitan

surat berharga syariah negara.

2. Judul: “Manajemen Pinjaman Luar Negeri Swasta Indonesia”.

Buku ini ditulis oleh Tim Biro Hub. & Studi Inter-Bank Ind,

diterbitkan tahun 2008. Buku ini berisikan perkembangan

kebijakan dalam pinjaman utang luar negeri serta data rill dalam

praktek penerimaan pinjaman luar negeri di Indonesia. Buku ini

juga menganalisa pengaruh positif dan negative dari pinjaman

utang luar negeri terhadap aspek monoter nasional. Didalamnya

juga bertuliskan regulasi tertentu Bank Indonesia dalam mengatur

pinjaman utang luar negeri yang sedikit masyarakat ketahui.

Page 45: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

34

BAB III

PENILAIAN KEMBALI ASET MILIK NEGARA

SEBAGAI UNDERLYING ASSET

A. Direktorat Jendral Kekayaan Negara

Reformasi Birokrasi di lingkungan Departemen Keuangan pada

tahun 2006 menjadikan fungsi pengurusan piutang negara dan pelayanan

lelang digabungkan dengan fungsi pengelolaan kekayaan negara pada

Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara (PBM/KN)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), sehingga berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006 Tentang Perubahan Keempat

atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia, DJPLN berubah

menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), dan KP2LN

berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) dengan tambahan fungsi pelayanan di bidang kekayaan negara

dan penilaian.1

Direktorat Jendral Kekayaan Negara yang menjadi salah satu

subjek penelitian dalam skripsi ini yang beralamat di Jalan Lapangan

Banteng Timur No. 2 - 4, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, DKI

Jakarta yang dikepalai oleh Bapak Isa Rachmatarwata sebagai Direktur

Jendral Kekayaan Negara. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data

yang berasal dari Direktorat Jendral Kekayaan Negara yang hasil analisis

data tersebut akan dibahas dalam bab selanjutnya.

1. Visi dan Misi dari Direktorat Jendral Kekayaan Negara:

a. Visi

Menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan

akuntabel untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

1 https://www.kemenkeu.go.id/profil/profil-pejabat/ diakses pada 15 Desember 2018

Page 46: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

35

b. Misi

1) Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi

pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan kekayaan

negara.

2) Mengamankan kekayaan negara secara fisik,

administrasi, dan hukum.

3) Meningkatkan tata kelola dan nilai tambah pengelolaan

investasi pemerintah

4) Mewujudkan nilai kekayaan negara yang wajar dan

dapat dijadikan acuan dalam berbagai keperluan.

5) Melaksanakan pengurusan piutang negara yang efektif,

efisien, transparan, dan akuntabel.

6) Mewujudkan lelang yang efisien, transparan, akuntabel,

adil, dan kompetitif sebagai instrumen jual beli yang

mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat.

2. Tugas dan fungsi Direktorat Jendral Kekayaan Negara

a. Tugas

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai

tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang

negara, dan lelang.

b. Fungsi

1) Perumusan kebijakan di bidang kekayaan negara,

piutang negara,dan lelang;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara,

piutang negara, dan lelang;

3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang;

4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

kekayaan negara, piutang negara, dan lelang; dan

5) Pelaksanaan administrasi Dirjen Kekayaan Negara.

Page 47: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

36

B. Kebijakan Penilaian Kembali Barang Milik Negara

Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menyatakan bahwa:

1. “Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan

Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Negara/Daerah yang telah

ditetapkan dalam neraca Pemerintah Pusat/Daerah”.

2. “Keputusan mengenai Penilaian kembali atas nilai Barang Milik

Negara dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pemerintah yang

berlaku secara nasional”.

Dalam rangka memperoleh nilai aset tetap yang terkini dalam

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Kementeian Keuangan,

sesuai nilai wajarnya dan untuk membangun database aset yang lebih

baik untuk kepentingan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) di

kemudian hari, pemerintah memandang perlu untuk melakukan penilaian

kembali (revaluasi) atas BMN dengan tujuan antara lain untuk:2

1. Memperoleh nilai aset tetap yang update dalam laporan keuangan;

2. Membangun database BMN yang lebih baik untuk kepentingan

pengelolaan BMN di kemudian hari;

3. Mengidentifikasi BMN idle; dan

4. Meningkatkan leverage BMN sebagai underlying asset untuk

penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Terkait dengan pelaksanaan revaluasi BMN tersebut, Pemerintah

telah menetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2017 Tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah

dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali Barang Milik Negara.

Pelaksanaan revaluasi BMN dilakukan atas BMN berupa Aset tetap

yakni:

1. Tanah,

2 Kementerian keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ( LKPP) 2018 (Jakarta:

Kemenkeu press, 2018) h. 210

Page 48: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

37

2. Gedung dan bangunan, dan

3. Jalan, irigasi, dan jaringan yang meliputi:

a) Jalan dan jembatan,dan

b) Bangunan air

Pelaksanaan penilaian dalam rangka revaluasi dilakukan dengan

pendekatan data pasar, pendekatan biaya, dan/atau pendekatan

pendapatan oleh penilai pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan. Berdasarkan pertimbangan

efisiensi anggaran dan waktu penyelesaian, pelaksanaan penilaian

dilakukan dengan survei lapangan untuk objek penilaian berupa tanah

dan tanpa survei lapangan untuk objek penilaian selain tanah. Atas hasil

pelaksanaan penilaian kembali BMN yang telah dilakukan, selanjutnya

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan koreksi data dan

nilai BMN melalui sistem aplikasi penatausahaan BMN berdasarkan

Laporan Hasil Inventarisasi dan Penilaian BMN (LHIP).

Berdasarkan database BMN Kementerian/Lembaga tahun 2017

(audited) diketahui terdapat 83 Kementerian/Lembaga yang memiliki

objek revaluasi dengan jumlah keseluruhan sebanyak 939.803 Nomor

Urut Pendaftaran (NUP), terdiri dari 124.471 NUP tanah, 435.049 NUP

gedung dan bangunan, 83.598 NUP Jalan dan Jembatan, 295.591 NUP

bangunan air, serta 1.094 NUP BMN pada aset kemitraan pihak ketiga.

Atas pelaksanaan revaluasi yang selesai di tahun 2017, berdasarkan

Laporan Barang Milik Negara (LBMN) tahun 2017 (audited) yang

disampaikan oleh Kementerian/Lembaga diketahui bahwa jumlah BMN

yang telah disajikan dengan nilai wajar adalah sebanyak 300.980 NUP.

BMN tersebut tersebar pada 7.865 Satuan Kerja pada 79

Kementerian/Lembaga dengan total koreksi nilai revaluasi BMN sebesar

Rp1.874.275.414.154.960 (satu kuadran tiliun delapan ratus tujuh puluh

empat triliun dua ratus tujuh puluh lima milyar empat ratus empat belas

juta seratus lima puluh empat ribu Sembilan ratus enam puluh rupiah).

Selain itu, dalam proses pelaksanaan Penilaian Kembali terdapat BMN

Page 49: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

38

yang baru ditemukan dan belum dilakukan pencatatan sebanyak 13.574

NUP. Terhadap BMN yang baru ditemukan ini, dilakukan pencatatan dan

disajikan sebagai BMN berlebih dengan nilai wajar keseluruhan sebesar

Rp 45.930.225.133.461.3

Namun demikian, dalam rangka pemenuhan prinsip konsistensi

dalam penyajian Laporan Keuangan Tahun 2017 (audited), nilai BMN

hasil penilaian kembali tahun 2017 pada Laporan Keuangan Kementerian

Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

2017 audited disajikan dengan menggunakan nilai historical cost. Hasil

Inventarisasi dan Penilaian BMN akibat pelaksanaan revaluasi BMN

Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Table 3.1

Nilai BMN dari revaluasi aset tetap (kurs rupiah)

No KEMENTERIAN

NEGARA/LEMBAGA NILAI

1 Majelis Permusyawaratan Rakyat Rp. 624.977.904.902

2 Dewan Perwakilan Rakyat Rp. 988.884.712.188

3 Badan Pemeriksa Keuangan RI Rp. 3.974.748.052.924

0

4 Mahkamah Agung Rp. 10.369.939.318.758

5 Kejaksaan Rp. 10.386.118.627.454

6 Sekretariat Negara Rp. 284.017.301.933.079

7 Kementerian Dalam Negeri Rp. 3.261.384.990.754

8 Kementerian Luar Negeri Rp. 4.069.727.618.263

3 https://www.kemenkeu.go.id/media/10117/lkpp-2017.pdf diakses pada 20 April 2018 h.202

Page 50: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

39

9 Kementerian Pertahanan Rp. 316.558.034.198.414

10 Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Rp. 26.151.326.661.179

11 Kementerian Keuangan RI Rp. 75.975.423.031.858

12 Kementerian Pertanian Rp. 35.692.171.191.744

13 Kementerian Perindustrian Rp. 6.348.830.247.561

14 Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral Rp. 5.960.707.092.313

15 Kementerian Perhubungan Rp. 95.294.552.201.124

16 Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Rp. 14.158.674.169.988

17 Kementerian Kesehatan Rp. 47.525.260.398.944

18 Kementerian Agama Rp. 34.496.611.656.259

19 Kementerian Ketenagakerjaan Rp. 4.036.541.977.297

20 Kementerian Sosial RI Rp. 15.250.735.202.085

21 Kementerian Kehutanan Rp. 6.797.425.734.801

22 Kementerian Kelautan dan Perikanan Rp. 5.900.206.737.097

23 Kementerian Pekerjaan Umum Rp. 419.589.654.846.767

24 Kementerian Koordinator Bidang

Politik Hukum dan Keamanan Rp. 3.925.194.930

25 Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Rp. 10.113.676.635

Page 51: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

40

26

Kementerian Koordinator Bidang

pembangunan Manusia dan

Kebudayaan

Rp. 4.028.510.497

27 Kementerian Pariwisata Rp. 4.961.824.030.567

28 Kementerian Negara Badan Usaha

Milik Negara Rp.1.160.300.520.883

29 Kementerian Negara Riset Teknologi

dan Pendidikan Tinggi Rp. 190.728.671.140.640

30 Kementerian Negara Koperasi dan

UKM Rp. 2.148.147.757.953

31 Kementerian Negara Pemberdayaan

perempuan Rp. 17.768.486.506

32 Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara Rp. 29.163.448.394

33 Badan Intelijen Negara Rp. 3.118.141.847.029

34 Lembaga Sandi Negara Rp. 427.967.461.006

35 Badan Pusat Statistik Rp. 2.258.094.135.860

36 Kementerian Negara PPN/BAPPENAS Rp. 1.219.620.544.166

37 Badan Pertanahan Nasional Rp. 6.697.468.852.367

38 Perpustakaan Nasional RI Rp. 1.616.817.495.228

39 Kementerian Komunikasi dan

Informatika Rp. 3.941.492.416.853

40 Kepolisian Negara Republik Indonesia Rp. 117.491.450.450.151

Page 52: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

41

41 Badan Pengawas Obat dan Makanan Rp. 940.693.740.673

42 Lembaga Ketahanan Nasional Rp. 1.413.481.362.919

43 Badan Koordinasi Penanaman Modal Rp. 1.740.850.077.799

44 Badan Narkotika Nasional Rp. 15.270.378.803

45 Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Rp. 418.648.914.318

46 Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional Rp. 1.930.796.673.380

47 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Rp. 3.372.746.739

48 Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika Rp. 2.314.761.788.826

49 Komisi Pemiihan Umum Rp. 514.988.567.601

50 Mahkamah Konstitusi RI Rp. 330.026.072.893

51 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan Rp. 324.844497.524

52 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Rp. 22.022.229.167.995

53 Badan Tenaga Nuklir Indonesia Rp. 12.269.929.359.482

54 Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi Rp. 3.921.737.536.398

55 Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional Rp. 1.633.493.345.522

56 Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan

Nasional Rp. 164.334.306.637

Page 53: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

42

57 Badan Pengawas Tenaga Nuklir Rp. 68.178.945.244

58 Lembaga Administrasi Negara Rp. 3.601.088.568.028

59 Arsip Nasional RI Rp. 716.819.995.387

60 Badan Kepegawaian Negara Rp. 2.260.525.926.684

61 Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan Rp. 3.316.076.286.725

62 Kementerian Perdagangan Rp. 1.710.226.791.125

63 Kementerian Negara Pemuda dan

Olahraga Rp. 556.968.958.083

64 Komisi Pemberantas Korupsi Rp. 1.271.590.097.291

65 Dewan Perwakilan Daerah Rp. 79.483.912.660

66 Komisi Yudisial Rp. 211.749.326.321

67 Badan Nas Penanggulangan Bencana Rp. 56.400.219.741

68 BNP2TKI Rp. 200.851.012.057

69 Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Rp. 225.955.997.823

70 Badan SAR Rp. 682.485.406.377

71 Badan Pengembangan Wilayah Surabaya

Madura Rp. 146.848.939.999

72 Badan Nasional Pengelola Perbatasan Rp. 386.558.841

73

Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas & Pelabuhan Bebas

Batam

Rp. 27.053.532.234.208

Page 54: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

43

74 Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme Rp. 47.599.972.648

75 Badan Pengawas Pemilu RI Rp. 2.346.592.238

76 Lembaga Penyiaran Publik RRI Rp. 10.009.779.614.754

77 Lembaga Penyiaran Publik TVRI Rp. 8.994.177.335.929

78

Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Sabang

Rp. 65.402.686.170

Sumber: LKPP Kemenkeu 2017

C. Potensi Barang Milik Negara Sebagai Dasar Penerbitan Sukuk

SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) atau sukuk negara

merupakan salah satu instrumen pembiayaan pembangunan nasional

yang mensyaratkan adanya underlying asset (BMN yang dijadikan dasar

untuk penerbitan SBSN). BMN harus memiliki nilai ekonomis, berupa

tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang

dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan

SBSN. Dalam menentukan BMN yang layak untuk dijadikan aset SBSN.

Ada dua pihak yang harus saling berkoordinasi, yaitu DJKN dan DJPU.4

Table 3.2

Jumlah peningkatan aset Negara pertahun berdasarkan

laporan Kemenkeu (kurs rupiah)

Jenis Aset 2009 2010 2011 2012 2013

4https://www.kemenkeu.go.id/media/10117/lkpp-2017.pdf diakses pada 20 April

2018

Page 55: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

44

Tanah 468,627,411.9 565,920,546.5 806,436,356.6 996,878,472.3 1,041,082,888.4

Peralatan

dan Mesin 145,766,663.5 150,868,673.2 183,852,199.6 238,129,446.8 282,940,410.6

Gedung dan

Bangunan 123,197,516.5 137,042,921.1 152,223,087.0 170,243,267.0 191,283,482.8

Jalan Irigasi

& Jaringan 186,921,467 276,682,171.7 347,164,628.2 379,236,268.0 423,232,566.2

Aset tetap

lainnya 5,885,891.4 7,748,128.2 11,517,129.9 14,566,662.6 38,607,829.9

Total 930,398,951.1

1,138,262,440

1,501,193,401.3

1,799,054,116

1,977,147,177

Sumber: LKPP 2017

Pada table diatas terlihat besarnya aset BMN yang terus meningkat

setiap tahunnya menjadi peluang untuk memanfaatkan aset-aset tersebut

dengan menjadikannya dasar penerbitan sukuk. Ada beberapa persyaratan

aset BMN agar bisa dijadikan underlying, yaitu bernilai ekonomis, layak,

tercatat, dan tidak dalam sengketa. Cara pengoptimalan aset BMN oleh

pemerintah adalah dengan menerbitkan sertifikat kepemilikan negara

sehingga bisa menjadi dasar yang telah dijamin oleh hukum.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Page 56: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

45

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pasal 3 menyebutkan (1)

pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas

fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,

akuntabilitas, dan kepastian nilai (2) pengelolaan barang milik

negara/daerah meliputi: perencanaan kebutuhan, penganggaran dan

pengadaan.

D. Klasifikasi Utang Pemerintah

Utang pemerintah Indonesia dapat diklasifikasi berdasarkan utang

luar negeri dan utang dalam negeri. Utang luar negeri pemerintah adalah

termasuk nilai Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan di luar

negeri dan dalam negeri yang dimiliki oleh bukan penduduk, sedangkan

Utang Dalam Negeri adalah utang pemerintah yang dimiliki oleh

penduduk. Rincian dengan klasifikasi tersebut sebagai berikut (dalam

miliar rupiah):

Table 3.3

Jumlah Utang Luar Negeri dan Utang Dalam Negeri per Desember

2017

Data tabel di atas adalah nilai pokok atas utang (tidak

memperhitungkan unamortized discount dan unamortized premium).

Yang dimaksud klasifikasi utang dalam modul Sistem Akuntansi

Page 57: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

46

Pemerintah (SAUP) adalah klasifikasi sebagaimana yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akutansi

Pemerintah yang menyatakan bahwa utang diklasifikasikan dalam utang

jangka pendek dan utang jangka panjang.5

1. Utang jangka pendek

Merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh

tempo dalam satu periode akutansi. Utang jangka pendek terdiri dari:

a. Utang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah

tanggal pelaporan.

b. Utang biaya kewajiban, adalah bunga utang dan biaya utang

lainnya yang telah terjadi dan telah dibayar setelah tanggal

pelaporan yang terdiri dari: utang bunga berjalan dan utang

biaya lainnya.

Table 3.4

Utang jangka pendek per De sember 2018 (kurs rupiah)6

5 kementerian keuangan, Modul sistem akuntansi pemerintah (Jakarta: kemenkeu press.

2008) h. 7 6 Kementerian keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ( LKPP) 2018 (Jakarta:

Kemenkeu press, 2018) h.6

Page 58: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

47

2. Utang Jangka panjang

Merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo

lebih dari periode akutansi dengan kata lain yakni utang yang jatuh

tempo dalam waktu 12 bulan. Utang jangka panjang berasal dari

Pinjaman Luar Negeri dan Surat Berharga Nasional . Utang jangka

panjang terdiri dari:

a. Jangka waktu lebih dari 12 bulan.

b. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali kewajiban

tersebut atas dasar jangka panjang.

c. Maksud tersebut didukung dengan suatu perjanjian

pendanaan kembali/adanya penjadwalan kembali terhadap

pembayaran yang diselesaikan sebelum laporan keuangan

disetujui.

Table 3.5

Utang Jangka Panjang per Desember 2018 (kurs rupiah) 7

7 Kementerian keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ( LKPP) 2018 (Jakarta:

Kemenkeu press, 2018) h.7

Page 59: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

48

BAB IV

BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI TRANSAKSI DASAR

PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

A. Analisis yuridis barang milik Negara sebagai underlying asset

penerbitan sukuk berdasarkan peraturan di Indonesia.

Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah,

sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

Tentang Pembendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 menyebutkan

bahwa barang milik Negara yang berasal dari perolehan yang sah

mencakup:

1. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak;

3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

4. Barang yang diperoleh berdasakan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

BMN tersebut dapat berada disemua tempat, tidak terbatas hanya

yang ada pada kementerian atau lembaga, namun juga yang berada pada

perusahaan Negara dan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) atau

bentuk-bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya

menjadi kekayaan Negara yang dipisahkan. Tidak termasuk dalam

pengertian BMN adalah barang-barang yang dikuasai dan atau dimiliki

oleh:1

1. Pemerintah Daerah;

2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik

1 Faniyah iyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di

Indonesia (Yogyakarta: deepublish, 2018) h.191

Page 60: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

49

Daerah (BUMD) yang terdiri dari: perusahaan perseroan dan

perusahaan umum;

3. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah

Peraturan tentang pengelolaan BMN diatur secara umum dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/ Barang Milik Daerah, selanjutnya tata cara pelaksanaan

diatur secara khusus dalam peraturan menteri keuangan. Pemegang

kekuasaan tertinggi dalam pengelolaan BMN adalah Presiden selaku

kepala pemerintahan, sesuai dengan Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Selanjutnya

kewenangan Presiden dikuasakan kepada menteri keuangan selaku

pengelola BMN.

Terdapat macam-macam jenis BMN, baik dalam hal bentuk, tujuan

perolehannya, maupun manfaat yang diharapkan. Undang-Undang SBSN

dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan BMN/BMD terbagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok

tanah/bangunan, serta kelompok selain tanah/bangunan. Sedangkan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi,

Pemerintah membagi BMN menjadi aset lancar, aset tak berwujud, aset

bersejarah dan aset lainnya.

1. Dikategorikan sebagai aset lancar apabila BMN tersebut diadakan

dengan tujuan segera dipakai atau dimiliki untuk dijual dalam waktu

12 bulan sejak tanggal perolehan. BMN yang memenuhi kriteria ini

diperlakukan sebagai persediaan.

2. Dikategorikan sebagai aset tetap apabila BMN mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam

operasi normal kuasa pengguna barang, dan diperoleh atau dibangun

dengan maksud untuk digunakan. Termasuk dalam kategori aset

tetap adalah:

a. Tanah

Page 61: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

50

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah

yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operational pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Tanah

yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah diluar

negeri, misalnya tanah yang dipakai perwakilan Republik

Indonesia diluar negeri, hanya diakui bila kepemilikan tersebut

berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta

perundang-undangan yang berlaku dinegara tempat perwakilan

Republik Indonesia berada bersifat permanen.

b. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencangkup mesin-mesin dan

kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris

kantor yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari

12 bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud fisik peralatan

dan mesin bisa meliputi: alat besar, alat angkutan, alat bengkel

dan alat ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat

studio dan sebagainya.

c. Gedung dan bangunannya

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan

bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk

dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam

kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori gedung dan

bangunan adalah BMN yang berupa bangunan gedung,

monument, bangunan menara, rambu-rambu, serta tugu titik

control.

d. Jalan, iriagsi dan jaringan jalan

Mencangkup jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun oleh

pemerintah seta dikuasai oleh pemerintahan dalam kondisi siap

pakai.

e. Aset tetap lainnya

Page 62: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

51

Mencakup asset tetap yang tidak dapat gedung dan

bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, yang diperoleh dan

dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam

kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini

adalah koleksi perpustakaan/buku, barang bercorak kesenian/

kebudayaan/ olahraga, hewan, ikan dan tanaman.

f. Konstruksi dalam pengerjaan

Adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan

pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi dalam pengerjaan

mencangkup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,

jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses

peolehannya dan/ atau pembangunannya membutuhkan suatu

periode waktu tertentu dan belum selesai.

3. Dikategorikan sebagai aset tak berwujud adalah aset non keuangan

yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik

serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau

jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas

kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi software

komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten, dan

hak lainnya, dan hasil kajian/ penelitian yang memberikan manfaat

jangka panjang.

4. Dikategorikan sebagai aset lainnya adalah aset yang tidak dapat

dikelompokan kedalam aset tak berwujud, berupa tagihan

penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi,

dan kemitraan dengan pihak ketiga.

5. Dikategorikan aset bersejarah adalah bangunan bersejarah,

monumen, tempat bersejarah purbakala seperti candi, dan karya

seni. Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah

dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan dan sejarah.2

2 Faniyah iyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di

Indonesia, (Yogyakarta: deepublish, 2018) h.193

Page 63: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

52

Menurut peneliti, yang dimaksud dalam Undang-undang SBSN,

BMN yang dijadikan underlying asset dalam penerbitan SBSN adalah

BMN yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah, dan/ atau bangunan

maupun selain tanah dan/ atau bangunan. Adapun yang dimaksud dengan

pengertian tanah dan/ atau bangunan disini adalah termasuk proyek yang

akan atau sedang dibangun. Sedangkan yang dimaksud dengan selain

tanah dan/ atau bangunan adalah berupa barang berwujud yang memiliki

nilai ekonomis dan/ atau memiliki aliran penerimaan kas, termasuk

didalamnya yakni jasa.

Secara filosofis pengembangan instrumen yang berbasis syariah

perlu segera dilaksanakan selain untuk mendukung pemanfaatan aset

negara secara efisien dan untuk mendorong terciptanya sistem keuangan

yang berbasis di dalam negeri, juga untuk memperkuat basis sumber

pembiayaan anggaran negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak

diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara adalah surat berharga

berdasarkan prinsip syariah. Instrumen keuangan ini pada prinsipnya sama

seperti surat berharga konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain

berupa penggunaan konsep imbalan sebagai pengganti bunga, adanya

suatu transaksi pendukung (underlying transaction) atas sejumlah tertentu

aset sebesar nilai nominal Sukuk yang diterbitkan dan adanya akad atau

perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-pinsip

syariah. Aset yang dapat digunakan di dalam transaksi tersebut

merupakan barang milik Negara.

Secara sosiologis pembiayaan keuangan negara melalui penerbitan

surat berharga oleh pemerintah berupa sukuk negara mempunyai implikasi

yang luas terhadap pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan

ekonomi, antara lain melalui penciptaan good governance di sektor publik.

Dalam hal ini perdagangan Sukuk di pasar keuangan syariah akan

memfasilitasi terselenggaranya pengawasan secara langsung oleh publik

atas kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi dan keuangan.

Page 64: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

53

Secara yuridis, instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan instrumen keuangan

konvensional, sehingga perlu pengelolaan dan pengaturan secara khusus,

baik yang menyangkut instrumen maupun perangkat hukum yang

diperlukan untuk mengatur Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Dari penelitian yang didapat, praktek penerbitan awal mulai tahun

2008 hingga sekarang, BMN yang dijadikan underlying asset dalam

penerbitan SBSN adalah tanah dan bangunan dalam bentuk gedung-

gedung kantor kementerian Negara. Hal ini sudah terlihat sejak awal

mencanangkan penerbitan SBSN/sukuk Negara tahun 2008, pemerintah

telah menyediakan underlying asset dari BMN senilai Rp. 18,84 triliun

yang dijadikan sebagai aset SBSN. BMN tersebut dalam bentuk tanah dan

bangunan kantor-kantor pemerintah yang merupakan aset kementerian

keuangan. Aset tanah senilai Rp. 12,23 triliun dan asset bangunan senilai

Rp. 6,62 triliun. Penetapan BMN sebagai aset SBSN senilai Rp.18,84

triliun ini telah mendapatkan persetujuan dari DPR dalam rapat kerja

dengan Menteri Keuangan pada tanggal 10 Juli 2008.

Setahun kemudian pemerintah kembali mengajukan BMN dan

disetujui oleh DPR dalam rapat kerja dengan menteri keuangan pada

tanggal 31 Agustus 2009 untuk dijadikan sebagai aset SBSN senilai Rp.

25,94 triliun yang berasal dari 35 kementerian/lembaga dalam bentuk

tanah dan bangunan. Aset bangunan sejumlah 1%, dan tanah sejumlah

22% serta tanah dan bangunan berjumlah 22%. Aset-aset tersebut 90%

berlokasi di Jakarta, dan 10% diluar Jakarta meliputi Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Sulawesi Utara.

Dari senilai Rp. 25,94 triliun. Terhitung hingga tahun 2010 telah

digunakan pemerintah untuk menerbitkan sukuk senilai Rp. 15,9 triliun,

sehingga masih sisa Rp. 10 triliun. Untuk penerbitan SBSN tahun 2011

pemerintah berencana mengajukan lagi underlying asset kepada DPR

senilai Rp. 39 triliun.

Page 65: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

54

B. Ketentuan barang milik negara untuk dijadikan sebagai underlying

asset

Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang

SBSN menyebutkan bahwa barang milik negara dapat digunakan sebagai

dasar penerbitan surat berharga syariah negara, BMN yang dimaksud

sebagai aset SBSN yakni dapat berupa tanah dan/atau bangunan

termasuk juga proyek yang akan atau sedang dibangun, selain tanah

dan/atau bangunan dapat berupa barang berwujud dan barang yang tidak

berwujud yang memiliki nilai ekonomis dan/atau memiliki aliran

penerimaan kas, termasuk didalamya adalah jasa. Namun tidak semua

BMN dapat dijadikan sebagai aset SBSN. Ada beberapa syarat ketentuan

untuk menjadikan BMN sebagai aset SBSN, antara lain;

1. Memiliki nilai ekonomis;

2. Dalam kondisi baik/layak;

3. Telah tercatat dalam dokumen penatausahaan BMN;

4. Bukan merupakan alat utama sistem persenjataan;

5. Tidak sedang dalam sengketa; dan

6. Tidak sedang digunakan sebagai aset SBSN.

Persiapan BMN sebagai aset SBSN dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) berkordinasi dengan Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Direktorat Jenderal Pengelolaan

Utang (DJPU) menyusun target indikatif penerbitan SBSN termasuk

jumlah nilai BMN yang dibutuhkan sebagai aset SBSN. Berkaitan dengan

hal ini, DJPU meminta daftar nominasi aset SBSN kepada DJKN paling

lambat awal triwulan ketiga. Daftar nominasi aset SBSN meliputi:

1. Alamat/lokasi BMN;

2. Jenis BMN;

3. Satuan/luas/volume BMN;

4. Nilai BMN;

5. Kondisi BMN;

6. Jenis dan nomor dokumen kepemilikan BMN; dan

Page 66: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

55

7. Status penggunaan oleh kementerian/lembaga dan/atau

pemanfaatan BMN oleh pihak ketiga.

Selanjutnya Direktur Jenderal Pengelolaan Utang menyampaikan

daftar nominasi asset SBSN kepada menteri keuangan, dan oleh menteri

keuangan kepada DPR RI untuk memperoleh pesetujuan atas BMN

tersebut. Setelah DPR RI menyetujui BMN yang akan dijadikan sebagai

aset SBSN, maka menteri keuangan menetapkan BMN tersebut sebagai

aset SBSN dengan menerbitkan keputusan menteri (Keputusan Menteri

Keuangan yang telah diterbitkan dalam kaitannya dengan penetapan

BMN sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN terlampir).

Pentapan BMN sebagai underlying asset dilakukan setiap kali pada

saat penerbitan SBSN. Penetapan menteri keuangan mengenai BMN yang

digunakan sebagai aset SBSN meliputi: jenis, spesifikasi, dan nilai dari

BMN. Jenis barang mencangkup barang berwujud tanah dan/ atau

bangunan dan barang tidak berwujud tanah dan/atau bangunan. Sedangkan

spesifikasi barang yakni: satuan/ luas/ volume BMN, kondisi BMN,

kepemilikan BMN, status penggunaan oleh kementerian/ lembaga dan/

atau pemanfaatan oleh pihak ketiga.

BMN harus memiliki bukti kepemilikan (sertifikat), jika BMN

yang akan digunakan sebagai aset SBSN belum memiliki bukti

kepemilikan, menteri keuangan dapat menerbitkan pernyataan mengenai

status kepemilikan, penggunaan dan penguasaan BMN. BMN yang sedang

digunakan sebagai asset SBSN dapat dimanfaatkan untuk

menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi.

Dalam Pasal 11 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008

Tentang SBSN menyatakan bahwa menteri keuangan selaku pengelola

BMN akan menyampaikan pemberitahuan mengenai penetapan BMN

sebagai aset SBSN kepada pengguna BMN yang bersangkutan. Apabila

terjadi perubahan penggunaan BMN yang sedang digunakan sebagai aset

SBSN, harus terlebih dahulu diberitahukan oleh pengelola barang kepada

DJPU.

Page 67: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

56

BMN yang sedang digunakan sebagai aset SBSN tidak dapat

dihapus dan/ atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Jika dilakukan

penghapusan dan/ atau pemindah tanganan atas BMN yang sedang

digunakan sebagai aset SBSN harus dilakukan penggantian terhadap aset

SBSN yang bersangkutan dengan BMN lainnya yang memenuhi

persyaratan sebagai aset SBSN yang memiliki nilai sekurang-kurangnya

sama dengan BMN tersebut. Hal tersebut dilakukan oleh pengelola barang

berkoordinasi dengan pengguna barang dan harus terlebih dahulu

diberitahukan ke DJPU.

Dalam siklus pengelolaan BMN yang dimulai dari tahap

perencanaan sampai dengan tahap penatausahaan, dapat ditemukan

beberapa permasalah terutama dalam penggunaan BMN, yakni:

1. Terdapat BMN yang belum ditentukan statusnya. Berdasarkan hasil

audit Badan Pemeiksa Keuangan (BPK) tahun 2006 terdapat lebih dari

Rp. 35 Triliun yang terdapat pada 6 BUMN (bangunan pemerintah

yang belum ditetapkan statusnya);

2. Terdapat penggunaan BMN bukan untuk penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi;

3. Penggunaan yang tidak sesuai prosedur, sehingga BMN rusak atau

hilang.

Jika aset Negara yang mendasarinya masih undervalue (dibawah

nilai) atau penataan dan pengelolaannya masih buruk, maka nilai surat

berharga yang diterbitkan akan menjadi sangat buruk.

C. Penggunaan barang milik Negara sebagai underlying asset

Sebagai surat berharga yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah,

penerbitan SBSN harus berdasarkan pada akad atau perjanjian antara

pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Berdasarkan

Undang-undang SBSN akad yang digunakan adalah akad ijarah, akad

mudharabah, akad musyarakah, akad istisna, akad-akad lain dan

kombinasi dua atau lebih akad. Sukuk Negara di Indonesia menggunakan

Page 68: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

57

akad ijarah dengan stuktur ijarah sale and lease back. Underlying asset

untuk Akad Ijarah Sale and Lease Back adalah Barang Milik Negara

(BMN) saja sementara itu Akad Ijarah Asset to be Leased adalah BMN

dan Proyek yang direncanakan Pemerintah.

Penerbitan sukuk di setiap negara berbeda-beda, seperti Malaysia,

penerbitan sukuknya menggunakan akad yang lebih inoviatif dan

kompetetif, yaitu sukuk ijarah (11%), sukuk musyarakah (58%), sukuk

mudharabah (15%), murabahah (19%), sukuk istisna (9%).3 Sebagai

contoh di Bahrain sukuk Negara diterbitkan menggunakan akad:

1. Ijarah, diterbitkan oleh Bahrain Monotary Agency (BMA) atas nama

pemerintah kerajaan Bahrain senilai USD 50 juta pada tahun 2002.

2. Mudharabah, diterbitkan bank Shamil Bahrain sebesar USD 360 juta.

3. Murabahah, penerbitan sukuk ini didukung bayerische hypo-und

vereinsbank AG, standard bank pic dan west LB AG cabang London,

diamanatkan oleh arcapita bank.

4. Salam, diterbitkan dibawah kontrak pemerintah Bahrain Alsalam.

5. Istisna, diterbitkan atas nama perusahaan pendingin nasional pusat

UEA.4

Sukuk dengan akad ijarah sale and lease back diterbitkan atas

dasar kesepakatan antara pemerintah dan perusahaan penerbit SBSN yakni

Special Purpose Vehicle (SPV). Pemerintah sebagai pemilik dan/atau

pihak yang menguasai secara sah BMN sesuai dengan kewenangannya

berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Pembendaharaan Negara Junto Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2006 Pengelolaan BMN/BMD melakukan jual beli BMN yang akan

dijadikan aset SBSN, yang jenis, nilai spesifikasinya sebagaimana

dimaksud dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan

perusahaan SPV.

3 buletin suku tahunan „Malaysia ICM‟ (Januari 2008), suruhan Jaya sekuriti Malaysia.

4 Mohamed Riza Abdullah, Regulatory Issues: Innovations and application in Sukuk,

Sukuk Islamic Capital Market Series (Malaysia,2009) h.79

Page 69: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

58

Direktorat Jendral Kekayaan Negara menyiapkan barang milik

Negara yang free dan clear yang sesuai dengan prinsip syariah yang syarat

dan ketentuan BMN tersebut sesuai dengan Undang-undang SBSN, lalu

BMN dilakukan do diligent dan di audit oleh Dewan Syariah Nasional.

Penilaian dilakukan oleh Direktorat Penilaian untuk memastikan harga

objek tidak over atau undervalue.

Harga objek jual beli adalah sebesar nilai nominal SBSN yang

akan diterbitkan oleh perusahaan SPV yang akan dibayarkan pada tanggal

dilakukannya pembayaran dana pembelian SBSN oleh pemegang SBSN

kedalam rekening kas umum Negara di bank Indonesia. Setelah menguasai

BMN yang akan dijadikan sebagai aset SBSN, perusahaan SPV

menerbitkan SBSN sebagai bukti atas kepemilikan investor terhadap aset

SBSN. Hasil pembayaran selanjutnya digunakan sebagai pembayaran

harga jual beli oleh perusahaan SPV ke pemerintah.

Perusahaan SPV sebagai wali amanat dari pemegang SBSN

membuat dan menandatangani akad ijarah dengan pemerintah dalam

rangka mengalihkan manfaat atas aset SBSN dengan cara menyewakan

aset SBSN kepada pemerintah untuk digunakan dalam menjalankan

kegiatan umum pemerintah dan memastikan terpenuhinya hak-hak

pemegang SBSN, termasuk hak untuk mendapatkan pembayaran imbalan

SBSN secara tepat waktu dari pemerintah melalui agen pembayaran.

Penggunaan BMN sebagai aset SBSN tidak akan mengurangi

kewenangan instansi pengguna BMN untuk tidak memanfaatkan BMN

yang dimaksud sesuai dengan penggunaan sebelumnya, sehingga

tanggung jawab untuk mengelola BMN yang bersangkutan tetap melekat

pada instansi pengguna BMN sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan sampai dengan SBSN jatuh tempo.

Perusahaan SPV menyatakan secara sepihak untuk menjual aset

SBSN hanya kepada pemerintah apabila periode ijarah berakhir/ apabila

terjadi pembelian kembali atas SBSN yang diterbitkan. Penjualan aset

SBSN oleh perusahaan SPV dilakukan dengan nilai sebesar nilai nomilal

Page 70: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

59

SBSN yang diterbitkan atau sebesar jumlah pembelian kembali oleh

perusahaan SPV.

Menurut ketentuan Pasal 11 Ayat (1) undang-undang Surat

Berharga Syariah Nasional menyatakan “penggunaan BMN sebagai aset

SBSN dilakukan menteri dengan cara menjual atau menyewakan hak

manfaat atas BMN atau cara lain yang sesuai dengan akad yang digunakan

dalam rangka penerbitan SBSN”. Dengan demikian penjualan maupun

penyewaan BMN yang dijadikan sebagai underlying asset berdasarkan

Undang-Undang SBSN hanyalah dalam bentuk hak manfaat (beneficial

title) dan tidak diikuti adanya kewajiban penyerahan fisik serta pengalihan

kepemilikan BMN dari pemerintah kepada SPV, hal ini bukanlah sebagai

jaminan (collateral), dan pada saat jatuh tempo SBSN atau default, BMN

tetap dikuasai pemerintah tidak akan berpindah tangan kepada pihak lain

berdasarkan perjanjian yang dilakukan.

Mekanisme pemindahtanganan BMN sebagai underlying asset

SBSN dengan struktur ijarah sale and lease back menurut Undang-undang

SBSN adalah:

1. Penjualan/penyewaan BMN hanya atas hak manfaat (beneficial title)

BMN, tidak disertai dengan pemindahan hak kepemilikan (legal title);

2. Pemerintah akan menyewa kembali BMN tersebut, tidak terjadi

pengalihan fisik BMN, sehingga tidak mengurangi kewenangan

pemerintah dalam menggunakan BMN tersebut;

3. Tidak terdapat permasalahan dari sisi akutansi mengingat kepemilikan

BMN tidak berpindah tangan tetap tercantum dalam neraca atau on

balance sheet.

4. Pada saat BMN jatuh tempo, pemerintah wajib membeli kembali/

membatalkan sewa atas aset SBSN dan SPV wajib mejual aset SBSN

kepada pemerintah sebesar nilai nominal SBSN.

Menurut Undang-Undang SBSN definisi dari hak manfaat adalah

untuk memiliki dan mendapatkan hak penuh atas pemanfaatan suatu aset

tanpa perlu dilakukan pendaftaran atas kepemilikan hak tersebut.

Page 71: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

60

Penjelasan ini menarik bagi penulis, karena didalam hukum Indonesia,

konsep ini merupakan sesuatu yang baru, khususnya apabila diterapkan

dalam aset SBSN yang berupa tanah dan/ atau bangunan. Selain itu

dengan konstruksi seperti ini, maka pemilik/ pemegang sukuk adalah

pemilik/ pemegang bagian yang tidak terbagi atas hak manfaat atas BMN.

Dengan dilakukanya jual beli atas hak manfaat atas BMN, maka setelah

peristiwa jual beli dimaksud akan muncul suatu keadaan dimana BMN

(misalnya dalam bentuk tanah dan/ atau bangunan) secara yuridis tetap

dimiliki oleh Negara/ pemerintah, tetapi hak manfaat atas BMN dimiliki

perusahaan penerbit cq pemegang sukuk.

Transaksi yang digunakan dalam dalam penerbitan SBSN/ sukuk

Negara di Indonesia adalah ijarah sale and lease back dengan BMN

sebagai underlying assetnya. Dalam fatwa DSN-MUI No.71/DSN-

MUI/VI/2008 tanggal 26 Juni 2008 Tentang SBSN ijarah sale and lease

back tidak dibahas secara khusus mengenai kepemilikan hak manfaat

secara syariah. Dalam fatwa tersebut memutuskan bahwa:

1. Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian

pembeli menyewakan aset tersebut kepada penjual.

2. Sale and Lease Back hukumnya boleh.

3. Akad yang digunakan adalah Bai' dan Ijarah yang dilaksanakan

secara terpisah.

4. Dalam akad Bai', pembeli boleh berjanji kepada penjual untuk

menjual kembali kepadanya aset yang dibelinya sesuai dengan

kesepakatan.

5. Akad Ijarah baru dapat dilakukan setelah terjadi jual beli atas aset

yang akan dijadikan sebagai obyek Ijarah.

6. Obyek Ijarah adalah barang yang memiliki manfaat dan nilai

ekonomis.

7. Rukun dan syarat Ijarah dalam fatwa Sale and Lease Back ini harus

memperhatikan substansi ketentuan terkait dalam fatwa DSN-MUI

Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah.

Page 72: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

61

8. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.

9. Biaya-biaya yang timbul dalam pemeliharaan Obyek Sale and Lease

Back diatur dalam akad.

10. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan sesuai prinsip syariah.

11. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di

kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan

disempurnakan sebagaimana mestinya.

Dari hasil penelitian maupun wawancara, peneliti belum

mendapatkan bentuk tepat dari BMN yang dijadikan underlying asset pada

sukuk yang telah di pasarkan. Yang didapat hanyalah term and condition

sukuk ritel dengan underlying asset proyek kegiatan APBN dan BMN

tanpa dijelaskan lebih spesifik dari proyek APBN dan BMN itu sendiri.

Table 3.6

Contoh Sukuk Ritel Seri SR-011

Page 73: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

62

Menurut pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah bahwa Pengelolaan

barang milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional,

kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas,

dan kepastian nilai. Namun sepertinya asas-asas tersebut belum seluruhnya

terpenuhi, salah satunya asas transparansi dan keterbukaan.

Berkaitan dengan penggunaan BMN sebagai underlying asset

dalam penerbitan SBSN, terdapat suatu permohonan uji materil atas

Undang-undang SBSN yang diajukan oleh Bastian Lubis kepada

Mahkamah konstitusi yang merasa hak konstitusionalnya dirugikan terkait

penggunaan BMN sebagai dasar penerbitan SBSN. Uji materil yang

diajukan Bastian Lubis (pemohon) tersebut terkait dengan penggunaan

BMN sebagai asset SBSN, pemerintah telah melakukan perbuatan yang

melanggar UUD 1945. Dalam Pasal 28H Ayat (2) Undang-Undang Dasar

Tahun1945 menyatakan:

“setiap warganegara berhak mendapat kemudahan dan perlakuan

khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan”.

Menurut pemohon, bahwa dengan menggunankan BMN sebagai

underlying asset untuk penerbitan SBSN, berarti pemerintah telah

menyalahgunakan BMN dan menjadikan BMN sebagai jaminan sehingga

dapat berpindah tangan kepada pihak lain apabila pemerintah wanprestasi

atau default.

Di negara-negara lain seperti Malaysia, Pakistan, dan Qatar dalam

penerbitan sukuk Negara juga menggunakan aset-aset Negara sebagai

underlying asset. Pemerintah Malaysia menggunakan tanah dan bangunan

milik Negara di Kuala Lumpur sebagai underlying asset dalam penerbitan

sukuk globalnya tahun 2002. Pemerintah Qatar menggunakan tanah milik

Negara yang berlokasi di Doha sebagai underlying asset dalam penerbitan

sukuk globalnya pada tahunn 2003. Demikian juga pemerintah Pakistan

Page 74: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

63

menggunakan jalan raya Lahore-Islamabad Motorway sebagai underlying

asset dalam penerbitan sukuk globalnya pada tahun 2005. 5

D. Permasalahan sukuk default pada BMN

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa SBSN adalah surat berharga

yang diterbitkan oleh Negara berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pasal 1

ayat (1) Undang-undang SBSN menyebutkan bahwa surat berharga

syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN atau dapat disebut sukuk

Negara adalah surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip

syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik

dalam mata uang rupiah ataupun valuta asing.

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) undang-undang SBSN

mengamanatkan bahwa SBSN/ sukuk Negara bukan merupakan utang

berbunga tetap, tetapi merupakan penyertaan dana (investasi) yang

didasarkan pada prinsip imbalan, margin, bagi hasil, sesuai dengan jenis

akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk tersebut dan adanya

transaksi pendukung (underlying transaction) yakni berupa sejumlah aset

tertentu yang menjadi dasar penerbitannya.

Bentuk transaksi yang digunakan dalam dalam penerbitan SBSN/

sukuk Negara di Indonesia adalah ijarah sale and lease back dengan BMN

sebagai underlying assetnya. Transaksi ijarah sale and lease back diawali

dengan penjualan (sale) BMN kepada investor yang melalui perusahaan

penerbit SBSN (SPV), kemudian investor melalui SPV (special purpose

vehicle) menyewakan kembali (lease back) kepada pemerintah. Sewa yang

dibayar oleh pemerintah merupakan imbal hasil yang diterima investor.

Kewajiban pemerintah untuk membayar sewa dan nilai nominal SBSN ini

dianggarkan oleh pemerintah setiap tahunnya didalam APBN sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang

SBSN.

5 Faniyah iyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di

Indonesia, (Yogyakarta: deepublish, 2018) h.204

Page 75: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

64

Berdasarkan undang-undang SBSN dalam transaksi sale and lease

back, BMN dijual dan dialihkan kepada perusahaan penerbit SBSN

hanyalah “hak manfaatnya”. Dengan demikian tidak ada perpindahan aset

yang riil dari penerbit SBSN kepada pemegang SBSN. Perpindahan hanya

hak manfaat dari aset dalam kontrak SBSN. Hak manfaat adalah hak untuk

memiliki dan mendapat hak penuh atas pemanfaatan suatu aset tanpa perlu

dilakukan pendaftaran atas kepemilikan dan hak tersebut. (Pasal 1 Ayat

(16) Undang-Undang SBSN). Dalam konstruksi seperti ini, maka pemilik/

pemegang SBSN adalah pemilik/ pemegang bagian yang tidak terbagi atas

hak manfaat atas BMN. Dengan dilakukannya jual beli “hak manfaat” atas

SBSN, maka setelah peristiwa jual beli dimaksud akan muncul suatu

keadaan dimana BMN yang berupa tanah dan/ atau bangunan secara

yuridis tetap dimiliki oleh negara/ pemerintah, tetapi hak manfaat atas

BMN dimiliki oleh perusahaan penerbit SBSN cq pemegang SBSN.

terkait dengan hal tersebut, maka menimbulkan beberapa permasalahan.

Salah satu permasalahan yang akan terjadi dalam penerbitan SBSN

dengan struktur sale and lease back adalah terkait dengan gagal bayar

(default) pada saat jatuh tempo. Insturmen investasi SBSN merupakan

jangka panjang yang diterbitkan untuk jangka waktu tertentu (5, 10, 15

atau 20 tahun).

Sekecil apapun resikonya, SBSN tetap memiliki kemungkinan

resiko untuk gagal bayar. Apabila suatu hari pemerintah mengalami defisit

anggaran dan tidak memiliki dana untuk membeli kembali BMN yang

dijadikan sebagai aset SBSN, dan karenanya gagal membayar nominal

SBSN kepada pemegang SBSN. Walaupun sulit dibayangkan, pemerintah

akan menolak membayar kembali kepada para pemegang SBSN,

mengingat perbuatan ini pasti akan menurunkan kepercayaan publik pada

SBSN. Investor tidak dapat menyita BMN, karena sesuai ketentuan Pasal

11 dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang SBSN

yang dialihkan hanya hak manfaat dari BMN saja dan investor tidak dapat

mengalihkan/menjual BMN kepada pihak lain, karena investor hanya

Page 76: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

65

boleh menjual kembali BMN pada saat jatuh tempo hanya kepada

pemerintah. Dalam hal ini investor hanya bisa menunggu itikad baik

pemerintah untuk membayar imbalan dan nominal SBSN tersebut.

Kasus gagal bayar (sukuk default) pernah terjadi untuk pertama

kalinya oleh investment dar, perusahaan investasi yang berbasis di Kuwait,

adalah perusahaan yang pertama kali gagal memenuhi kewajibannya atas

sukuk yang diterbitkannya sebesar 100 juta Dollar AS. Kasus gagal bayar

(sukuk default) juga pernah dialami oleh ECP (East Cameron Partner),

perusahaan eksplorasi minyak dan gas yang terletak di texas dengan

jumlah sukuk sekitar 170 juta Dollar AS kemudian yang baru terjadi

adalah kasus gagal bayar Dubai World yang dilakukan perusahaan milik

pemerintah Dubai sebesar USD 80 Miliyar.6

E. Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagai Underlying Asset SBSN

berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi

Pengaturan mengenai pemanfaatan Barang Milik Negara

sebagai underlying asset yang berupa Surat Berharga Syariah Negara/

Sukuk Negara telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008

Tentang Surat Berharga Syariah Negara, khususnya Pasal 10, Pasal 11 dan

Pasal 12. Meski demikian, mekanisme penggunaan BMN

sebagai underlying asset penerbitan SBSN sampai saat ini masih belum

dipahami secara utuh dan komprehensif oleh masyarakat luas sehingga

menimbulkan kesalahpahaman atas penggunaan BMN yang dianggap

sebagai jaminan bahkan suatu yang yang digadaikan.

Menurut ketentuan Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2008 Tentang SBSN, telah diatur dengan jelas bahwa

penggunaan BMN sebagai Aset SBSN dilakukan dengan cara menjual

atau menyewakan Hak Manfaat atas BMN tersebut, dimana Pemerintah

wajib membeli kembali Aset SBSN yang dijadikan

6 Ali Rama, Krisis Dubai dan sukuk default, http://ekisopini.blogspot.com/2009/12/krisis-

dubai-dan-sukuk-defaul.html diakses pada 10 Desember 2018

Page 77: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

66

sebagai underlying pada saat jatuh tempo, sehingga tidak ada lagi celah

hukum yang memungkinkan beralihnya BMN kepada investor SBSN

ataupun pihak lain.

Namun beberapa pihak masih mempertanyakan proses dan

konsekuensi penggunaan BMN sebagai aset SBSN. Salah satu contoh

kasus aktual terkait kesalahpahaman atas penggunaan BMN sebagai Aset

SBSN, adalah permohonan Uji Materiil atas Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2008 tentang SBSN yang diajukan Saudara Bastian Lubis kepada

Mahkamah Konstitusi yang merasa hak konstitusionalnya dirugikan terkait

penggunaan BMN sebagai dasar penerbitan SBSN.

Uji Materiil yang diajukan tersebut terkait dengan kesalahpahaman

atas penggunaan BMN sebagai Aset SBSN, dimana pemohon menganggap

dengan penggunaan BMN sebagai underlying asset SBSN, Pemerintah

telah melakukan perbuatan yang melanggar Undang-Undang Dasar Tahun

1945. Menurut pemohon, bahwa dengan menggunakan BMN

sebagai underlying asset SBSN, Pemerintah telah menyalahgunakan BMN

dan menjadikan BMN sebagai jaminan sehingga dapat berpindahtangan

kepada pihak lain apabila Pemerintah wanprestasi atau default.

Mahkamah Konstitusi, berdasarkan Putusan Nomor 143/PUU-

VI1I2009 tanggal 7 Mei 2010 Tentang Uji Materiil atas penggunaan BMN

sebagai underlying asset SBSN sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Ayat

(1) dan Ayat (2) huruf a dan huruf b serta Pasal 11 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2008, telah memutuskan antara lain bahwa

terhadap dalil pemohon yang menyatakan BMN sebagai dasar penerbitan

SBSN termasuk publik domain yang diperuntukkan bagi kepentingan

umum sehingga tidak dapat dijadikan objek perdagangan, adalah tidak

benar karena BMN bukan dijadikan objek perdagangan melainkan hanya

dijadikan objek tanggungan yang berupa hak mendapatkan manfaat. BMN

sebagai dasar penerbitan SBSN underlying asset bukan merupakan

jaminan collateral yang dapat dipindah-tangankan, sedangkan yang dapat

dipindahtangankan hanya SBSN-nya saja.

Page 78: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

67

Detil kasusnya, Pemohon dalam Permohonan a quo mengajukan

permohonan pengujian atas Pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2) huruf a dan

huruf b, serta Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang SBSN, yang menyatakan:

Pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2) huruf a dan huruf b:

1. Barang Milik Negara dapat digunakan sebagai dasar penerbitan

SBSN yang untuk selanjutnya Barang Milik Negara dimaksud

sebagai aset SBSN.

2. Aset SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a) tanah dan/atau bangunan;

b) selain tanah dan/atau bangunan;

Pasal 11 ayat (1):

1. Penggunaan Barang Milik Negara sebagai aset SBSN

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Ayat (2) dilakukan Menteri

dengan cara menjual atau menyewakan hak manfaat atas barang

milik negara atau cara lain yang sesuai dengan akad yang

digunakan dalam rangka penerbitan SBSN.

Pemohon beranggapan ketentuan pasal-pasal a quo bertentangan

dengan Pasal 28H ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang

menyatakan: “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan

khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan”.7 kesimpulan tertulis dari pemohon,

Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

1. Bahwa terhadap dalil pemohon yang menyatakan pasal yang

dimohonkan pengujian in casu Pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2)

huruf a dan huruf b serta Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2008 menghilangkan hak konstitusional pemohon yang

ditentukan dalam Pasal 28H Ayat (2) Undang-Undang Dasar

Tahun 1945, karena dengan berlakunya kedua pasal Undang-

7https://mkri.id/public/content/persidangan/putusan/putusan_sidang_Putusan%20143-

puu-vii-2009.pdf diakses pada 30 Mei 2018

Page 79: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

68

Undang a quo, nyata terlihat bahwa kerugian yang dialami oleh

Pemohon secara konstitusional merujuk pada potensi kerugian,

yaitu apabila dalam jangka waktu dijaminkannya aset SBSN

berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau

bangunan oleh Pemerintah kepada pihak tertentu gagal bayar

(default), berarti objek tersebut akan dikuasai oleh pihak ketiga

(pemegang gadai) objek jaminan Pemerintah. Dengan beralihnya

objek jaminan tersebut, pada saat itulah timbul kerugian yang nyata

bagi pemohon karena tidak dapat lagi memanfaatkan fasilitas

umum berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau

bangunan tersebut. Alasan bahwa kerugian yaitu tidak dapat lagi

memanfaatkan fasilitas umum berupa tanah, dan lain-lain, tidak

tepat menurut hukum karena tidak terjadi peralihan hak atas aset

yang dijaminkan. Eksistensi dan penerapan Undang-Undang a quo

justru memberi manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan

termasuk Pemohon, terutama karena menjadi salah satu sumber

anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

2. Bahwa oleh karena pengaturan penggunaan barang milik negara

dalam rangka penerbitan surat berharga syariah negara dipandang

sebagai pilihan kebijakan yang bersifat terbuka (opened legal

policy) dari pembentuk Undang-undang maka mutatis mutandis

pertimbangan Mahkamah juga berlaku terhadap dalil Pemohon

yang menyatakan pasal yang dimohonkan pengujian justru

memberikan kewenangan kepada Menteri untuk menjual atau

menyewakan hak manfaatnya atau cara lain yang sesuai dengan

akad yang digunakan dalam rangka penerbitan SBSN;

3. Bahwa terhadap dalil pemohon yang menyatakan barang milik

negara sebagai dasar penerbitan SBSN termasuk publik domain

yang diperuntukkan bagi kepentingan umum sehingga tidak dapat

dijadikan objek perdagangan, menurut Mahkamah, dalil tersebut

tidak benar karena BMN bukan dijadikan objek perdagangan

Page 80: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

69

melainkan hanya dijadikan objek tanggungan yang berupa hak

mendapatkan manfaat. BMN sebagai dasar penerbitan SBSN

(underlying asset) bukan merupakan jaminan (collateral) yang

dapat dipindahtangankan, sedangkan yang dapat

dipindahtangankan hanya SBSN-nya saja. Undang-Undang a quo

memiliki kekhususan antara lain dalam hal sifat

pemindahtanganannya berbeda dengan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sebagaimana termuat

dalam Penjelasan Pasal 11 Ayat (1) Undang-undang Nomor 19

Tahun 2008.

4. Pasal 49 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara menyatakan, “Barang Milik

Negara/Daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain

sebagai pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah

Pusat/Daerah,” dan Ayat (5) menyatakan, “Barang Milik

Negara/Daerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk

mendapatkan pinjaman”. Kedua ayat tersebut berbeda objeknya

dengan BMN sebagai dasar penerbitan SBSN (underlying asset)

sebab menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor19 Tahun 2008

apabila sudah jatuh tempo Pemerintah wajib membeli kembali

bahkan dapat membatalkan akad sewa secara sepihak dengan

membayar nilai nominal SBSN kepada pemegang SBSN, sehingga

tidak akan terjadi pemindahan atau penyerahan BMN. Adapun

Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tersebut

menyatakan, “Menteri wajib membeli kembali aset SBSN,

membatalkan akad sewa, dan mengakhiri akad penerbitan SBSN

lainnya pada saat SBSN jatuh tempo”, sedangkan Pasal 12 Ayat (2)

menyatakan, “Dalam rangka pembelian kembali aset SBSN,

pembatalan Akad sewa dan pengakhiran akad penerbitan SBSN

lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri membayar

Page 81: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

70

nilai nominal SBSN atau kewajiban pembayaran lain sesuai akad

penerbitan SBSN kepada pemegang SBSN”;

5. Bahwa sehubungan dengan dalil Pemohon yang menyatakan tidak

dapat memanfaatkan barang milik negara berupa tanah dan/atau

bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan karena dijadikan aset

SBSN, menurut Mahkamah dalil tersebut adalah tidak tepat, karena

pemohon bukan selaku instansi pengguna barang milik negara,

melainkan sebagai penyewa dari barang milik negara yang

digunakan oleh instansi pengguna. Apabila pemohon sebagai

instansi Pemerintah selaku pengguna barang milik negara maka

pemohon tetap dapat menggunakan barang milik negara tersebut,

sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 11 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 yang menyatakan,

“Penggunaan barang milik negara sebagai aset SBSN tidak

mengurangi kewenangan instansi pengguna Barang Milik Negara

untuk tetap menggunakan Barang Milik Negara dimaksud sesuai

dengan penggunaan awalnya”. Jika yang dimaksud pemanfaatan

barang tersebut adalah sebagai penyewa, maka penyewa tidak

kehilangan haknya apabila BMN tersebut dijadikan underlying

asset atas penerbitan SBSN;

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang SBSN memiliki

kekhususan (Lex specialist) terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang juga mengatur mengenai

pemindahtanganan BMN. Dalam Penjelasan Pasal 11 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2008 dinyatakan bahwa "Pemindahtanganan

Barang Milik Negara bersifat khusus dan berbeda dengan

pemindahtanganan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

Sifat pemindahtanganan dimaksud, antara lain: (i) penjualan dan/atau

penyewaan dilakukan hanya atas Hak Manfaat Barang Milik Negara; (ii)

tidak terjadi pemindahan hak kepemilikan (legal title) Barang Milik

Page 82: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

71

Negara; dan (iii) tidak dilakukan pengalihan fisik Barang Milik Negara

sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan tugas pemerintahan".

Berdasarkan pertimbangan atas fakta dan hukum sebagaimana

diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan:

1. Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan

memutus permohonan a quo;

2. Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk

mengajukan permohonan a quo;

3. Pokok permohonan tidak beralasan hukum;

Menimbang bahwa pada pokoknya SBSN tidak merugikan negara

tetapi justru menguntungkan negara khususnya dalam membiayai APBN,

dan barang milik negara yang dijadikan underlying asset tetap dapat

digunakan oleh instansi yang bersangkutan karena hanya hak atas manfaat

yang dijadikan underlying asset, tidak ada pemindahan hak milik (legal

title) dan tidak dilakukan pengalihan fisik barang, sehingga tidak

mengganggu fungsi penyelenggaraan tugas Pemerintah

Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan mengingat Pasal 56 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi; Amar Putusan, Mengadili:

Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.8

Lebih lanjut dalam amar putusan Mahkamah Konstitusi terungkap

bahwa eksistensi dan penerapan Undang-Undang nomor 19 Tahun 2008

Tentang SBSN justru memberi manfaat bagi masyarakat secara

keseluruhan termasuk pemohon, terutama karena menjadi salah satu

sumber anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Mahkamah Konstitusi juga berpendapat bahwa pada pokoknya

penggunaan BMN sebagai underlying asset SBSN, tidak merugikan

negara tetapi justru menguntungkan negara khususnya dalam membiayai

APBN, dan BMN yang dijadikan underlying asset tetap dapat digunakan

8https://mkri.id/public/content/persidangan/putusan/putusan_sidang_Putusan%2

0143-puu-vii-2009.pdf diakses pada 30 Mei 2018

Page 83: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

72

oleh instansi yang bersangkutan karena hanya hak atas manfaat yang

dijadikan underlying asset, tidak ada pemindahan hak milik (legal title)

dan tidak dilakukan pengalihan fisik barang, sehingga tidak mengganggu

fungsi penyelenggaraan tugas Pemerintah. Berdasarkan definisi tersebut

dapat dikatakan hak manfaat ekuivalen dengan hak menikmati (genot

recht) bukan hak milik (eigendom/ownership) atas barang milik Negara. 9

Dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 143/PUU-

VII/2009 tersebut, secara hukum penggunaan BMN sebagai Aset SBSN

tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sehingga

diharapkan kedepannya kesalah-pahaman tersebut dapat semakin

diminimalkan oleh masyarakat.

9 A. setiadi & setyowati, Aspek Hukum Penerbitan Surat Berharga Negara Ritel Ijarah,

Newsleter No. 72/Maret/2009.

Page 84: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan pada bab-bab

sebelumnya, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan dan

sekaligus sebagai jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian yakni

sebagai berikut:

1. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat

Berharga Syariah Negara ditegaskan bahwa penjualan aset Negara

pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial title) tanpa

disertai dengan penyerahan fisik ataupun pemindahan hak

kepemilikan (legal title) BMN dari Pemerintah kepada SPV atau

investor. Selain itu, dengan adanya ketentuan sebagaimana diatur

dalam purchase & sale undertaking agreement maka terdapat jaminan

bahwa aset tidak akan berpindah tangan kepada pihak lain dan akan

tetap menjadi milik negara. hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal

1 Ayat (16) Undang-Undang SBSN menyebutkan bahwa hak manfaat

merupakan hak untuk memiliki dan mendapatkan hak penuh atas

pemanfaatan suatu aset, tanpa perlu dilakukan pendaftaran atas

kepemilikan dan/atau bangunan. Berdasarkan definisi tersebut dapat

dikatakan hak manfaat ekuivalen dengan hak menikmati (genot recht)

bukan hak milik (eigendom/ownership) atas barang milik Negara.

2. Direktorat Jendral Kekayaan Negara menyiapkan barang milik Negara

yang free dan clear yang sesuai dengan prinsip syariah yang syarat

dan ketentuan BMN tersebut sesuai dengan Undang-undang SBSN,

lalu BMN dilakukan do diligent dan dilakukan syariah complient oleh

Dewan Syariah Nasional. Penilaian dilakukan oleh Direktorat Penilaian

untuk memastikan harga objek tidak over atau undervalue. Sukuk

akan diterbitkan oleh perusahaan SPV yang pembeliannya masuk ke

dalam rekening kas umum Negara di bank Indonesia. Setelah

Page 85: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

74

menguasai BMN yang akan dijadikan sebagai aset SBSN, perusahaan

SPV menerbitkan SBSN sebagai bukti atas kepemilikan investor

terhadap aset SBSN. Hasil pembayaran selanjutnya digunakan sebagai

pembayaran harga jual beli oleh perusahaan SPV ke pemerintah.

3. Sekecil apapun resikonya, SBSN tetap memiliki kemungkinan resiko

untuk default/ gagal bayar. Apabila suatu hari pemerintah mengalami

defisit anggaran dan tidak memiliki dana untuk membeli kembali

BMN yang dijadikan sebagai aset SBSN, dan karenanya gagal

membayar nominal SBSN kepada pemegang SBSN. Walaupun sulit

dibayangkan, pemerintah akan menolak membayar kembali kepada

para pemegang SBSN, mengingat perbuatan ini pasti akan

menurunkan kepercayaan publik pada SBSN.

B. Rekomendasi

Sebagai penutup dari kesimpulan diatas, peneliti memberikan

beberapa saran terkait dengan optimalisasi penggunaan barang milik

Negara sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN, yakni sebagai

berikut:

1. Karena penerbitan sukuk digunakan untuk jenis utang jangka

panjang pada umumnya, dan pemanfaatan sukuk oleh pemerintah

Indonesia sebagai sumber dana pembangunan masih relatif baru,

oleh karena itu seiring berjalannya waktu diharapkan ada mekanisme

peraturan yang lebih detil untuk menangani resiko default dimasa

mendatang agar tercapainya kepastian hukum. Sebab bukan hal yang

tidak mungkin Negara dapat melakukan default atau gagal

membayar kembali SBSN yang telah dijual.

2. Pemahaman mengenai BMN sebagai underlying asset serta

transparansi BMN yang diunderlyingkan harus disosialisasikan

dengan baik agar masyarakat dapat mengetahui dan memantau

dengan mudah. Sebab jika hal ini sulit diakses oleh khalayak

mengenai perkembangan BMN yang dijadikan underlying asset,

Page 86: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

75

dikhawatikan nantinya akan terjadi kesalahpahaman seperti praduga

privatisasi BMN oleh pemerintah.

Page 87: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

76

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT.

Bumi Intitama Sejahtera, 2009.

Iyah Faniyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di

Indonesia,Yogyakarta: deepublish, 2018.

Restu Kartika Widi, Asas-asas metode penelitian. Yoyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Kementerian keuangan, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat ( LKPP), Jakarta:

Kemenkeu press, 2018.

kementerian keuangan, Modul sistem akuntansi pemerintah, Jakarta: kemenkeu

press. 2008.

Sonny Keraf,. Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kansius.

1998.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media Group, 2005.

Marwah M. Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia. 2003. Jakarta: Literata

Lintas Media.

Mohamed Riza Abdullah, Regulatory Issues: Innovations and application in

Sukuk, Sukuk Islamic Capital Market Series, Malaysia, 2009.

Mohammad Nazir, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Parlementaria. Melepas Ketergantungan Hutang, Mimpikah? edisi 153 th.XLVII,

Jakarta: DPR-RI pres. 2017.

Lili Rasjidi, dan I.B Wyasa Putra. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung:

Remaja Rosda Karya. 1993.

Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu. 2006.

Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia..

2008.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 2015.

Page 88: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

77

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang

Penatausahaan Barang Milik Negara Daftar Barang Milik Negara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik

Negara/Daerah.

C. JURNAL

Khorshed Chowdurry, dan Amnon Levy, Utang Eksternal dan Implikasinya

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Vol. 2 Nomor 2, Yogyakarta: Jurnal

Ekonomi Pembangunan.,1997.

MB Hendrie Anto, Perspektif Islam Tentang Hutang Luar Negeri dan Hutang

Luar Negeri Negara-negara Islam.” Jurnal UNISIA No. 43/XXIV,

2001.

buletin suku tahunan „Malaysia ICM‟ (Januari 2008), suruhan Jaya sekuriti

Malaysia

A. setiadi & setyowati, Aspek Hukum Penerbitan Surat Berharga Negara Ritel

Ijarah, Newsleter No. 72/Maret/2009, 2009.

D. INTERNET

Joko Nur Cahyo, 2011. Pengelolaan Barang Milik Negara. (Online), (https://

jokonurcahyo.wordpress.com/category/pengelolaan-barang-milik-negara-

bmn/). Diakses pada 5 Oktober 2018.

Page 89: BARANG MILIK NEGARA SEBAGAI UNDERLYING ASSETrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47200/1/YUli NOVI... · aset Negara pada dasarnya hanya penjualan hak manfaat (beneficial

78

“Jumlah Besaran Penerbitan Surat Berharga Negara” http://wikidpr.org

/rangkuman /bmn-sebagai-underlying-asset-penerbitan-sbsn-rapat-kerja-

komisi-11-dengan-menteri-keuangan-dan-dirjen-pengelolaan-

pembiayaan-dan-risiko Diakes pada 26 Februari 2018.

“Data Utang Luar Negeri Indonesia” http://www.bi.go.id/en/iru/economic-data

/external-debt/Documents/SULNI-Feb-2018.pdf. Diakses Pada 23

Februari 2018

“Pengertian Underlying Asset Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”.

(online) http://kbbi.web.id/pusat. Diakses pada 5 Desember 2018

““Pengertian Underlying Asset”

https://www.winmahdi.com/2017/11/Underlying-Asset.html. Diakses

pada 6 Desember 2018

“Profil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara” https://www.kemenkeu.go.id

/profil /profil-pejabat/. Diakses pada 15 Desember 2018

Ali Rama, Krisis Dubai dan sukuk default, http://ekisopini.

blogspot.com/2009/12/ krisis-dubai-dan-sukuk-defaul.html. Diakses pada

10 Desember 2018