BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA...

13
KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-1 II. PENDEKATAN STUDI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Pendekatan Studi 2.1.1. Konsep Pariwisata Pariwisata secara sederhananya, didefinisikan sebagai suatu perjalanan untuk bersenang- senang (Yoeti, 2001). Sementara itu, merujuk Undang- Undang RI No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Selanjutnya, masih berhubungan dengan aktivitas kepariwisataan, ada beberapa istilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain : a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang tersebut. b. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. c. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. d. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Dalam aktivitas pariwisata sendiri, ada tiga kriteria yang harus terpenuhi untuk membedakan perjalanan tersebut merupakan aktivitas wisata atau bukan, yaitu: 1. Perjalanan tersebut dilakukan dari tempat dimana ia tinggal ke tempat lain yang tidak biasanya ia tinggal ( movement between two or more places or origin and destination) 2. Perjalanan tersebut semata-mata untuk bersenang-senang, bukan untuk bekerja atau mencari nafkah ( purposes of travel for pleasure) 3. Perjalanan dilakukan dalam kurun waktu minimal 24 jam (temporary). Selanjutnya dijelaskan oleh Matheison & Wall yang dikutip dalam Cooper, mengenai pariwisata adalah sebagai berikut: “tourism is temporary movement to destination outside the normal home and workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created to cater for the needs of tourist” (Cooper, et al, 1993). Disiplin ilmu pariwisata yang lintas sektoral ini memiliki dua macam pembagian batasan, sebagai sebuah cara pandang atau garis pemisah berdasarkan pada jenis kepentingannya. Adapun batasan mengenai pariwisata itu sendiri yang begitu luas, Richardson dan Fluker dalam Pitana (2005:45) membedakan batasan pariwisata atas dua batasan, yaitu batasan konseptual dan batasan teknis. Pertama, batasan konseptual digunakan untuk memahami pariwisata secara konseptual dan pemahaman akademis. Kedua, batasan teknis digunakan untuk kepentingan pengumpulan statistik. United Nation World Tourism Organisation memberikan gambaran secara teknis pariwisata sebagai berikut:

Transcript of BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA...

Page 1: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-1

II. PENDEKATAN STUDI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Pendekatan Studi

2.1.1. Konsep Pariwisata

Pariwisata secara sederhananya, didefinisikan sebagai suatu

perjalanan untuk bersenang- senang (Yoeti, 2001). Sementara itu,

merujuk Undang- Undang RI No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,

disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Selanjutnya, masih

berhubungan dengan aktivitas kepariwisataan, ada beberapa istilah yang

berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.Wisatawan adalah

orang yang melakukan kegiatan wisata.Pariwisata adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang

terkait di bidang tersebut.

b. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan penyelenggaraan pariwisata.

c. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan

menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau

mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana

pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

d. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

menjadi sasaran wisata.

Dalam aktivitas pariwisata sendiri, ada tiga kriteria yang harus terpenuhi

untuk membedakan perjalanan tersebut merupakan aktivitas wisata atau bukan,

yaitu:

1. Perjalanan tersebut dilakukan dari tempat dimana ia tinggal ke tempat lain

yang tidak biasanya ia tinggal ( movement between two or more places or

origin and destination)

2. Perjalanan tersebut semata-mata untuk bersenang-senang, bukan untuk

bekerja atau mencari nafkah ( purposes of travel for pleasure)

3. Perjalanan dilakukan dalam kurun waktu minimal 24 jam (temporary).

Selanjutnya dijelaskan oleh Matheison & Wall yang dikutip dalam Cooper,

mengenai pariwisata adalah sebagai berikut:

“tourism is temporary movement to destination outside the normal home and workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created to cater for the needs of tourist” (Cooper, et al, 1993).

Disiplin ilmu pariwisata yang lintas sektoral ini memiliki dua macam

pembagian batasan, sebagai sebuah cara pandang atau garis pemisah

berdasarkan pada jenis kepentingannya. Adapun batasan mengenai pariwisata

itu sendiri yang begitu luas, Richardson dan Fluker dalam Pitana (2005:45)

membedakan batasan pariwisata atas dua batasan, yaitu batasan konseptual dan

batasan teknis. Pertama, batasan konseptual digunakan untuk memahami

pariwisata secara konseptual dan pemahaman akademis. Kedua, batasan teknis

digunakan untuk kepentingan pengumpulan statistik. United Nation World

Tourism Organisation memberikan gambaran secara teknis pariwisata sebagai

berikut:

Page 2: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-2

“Tourism comprises the activities of persons, travelling to and staying in place outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business dan other purposes” (Richardson dan Fluker dalam Pitana, 2005: 45).

Selain menyoal pada batasan mengenai pariwisata tersebut, ada beberapa

komponen istilah dalam pariwisata yang pada dunia pariwisata khususnya

pariwisata internasional. Adapun komponen pokok yang secara umum

digunakan dalam dunia pariwisata sebagai batasan mengenai aktivitas

pariwisata itu sendiri, antara lain:

1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua tempat atau

lebih

2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan

merupakan tempat tinggalnya selama kurang dari 12 bulan, dan tujuan

perjalanannya bukanlah untuk bekerja di tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling

tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjunginya (WTO

dalam Pitana, 2005).

2.1.2. Jenis Wisata

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut undang-undang No.9 tahun

1990 tentang kepariwisataan yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata

yang meliputi:

1) Ciptaan tuhan yang maha esa, yang berwujud keadaan alam beserta

flora dan fauna, seperti: pemandangan alam, panorama indah, hutan

rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2) Karya manusia yang berwujud museum, peningglan purbakala,

peninggalan sejarah, perninggalanm seni budaya, wisata agro

(pertanian) wisata air wisata petualangan, taman rekreasi serta tempat

hiburan dan sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki

gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, tempat

ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

Wisata terbagi ke dalam beberapa jenis pengklasifikasian, merujuk pada Pendit

(1999:42) mengenai jenis-jenis wisata ini terbagi ke dalam 2 kategori, yaitu:

A. Wisata Alam

Jenis wisata pertama adalah wisata alam, yang merupakan suatu aktivitas wisata

yang menitikberatkan pada potensi sumber daya alam.Wisata alam merupakan

bentuk aktivitas wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik

dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga

memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah,

men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan

cinta terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam Saragih, 1993). Wisata alam ini

terdiri atas beberapa bagian, yakni:

a) Wisata Pantai (Coastal tourism), merupakan kegiatan wisata yang berbasis

pada aktivitas perairan/ kelautan seperti berenang, memancing,

menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana

akomodasi, makan dan minum.

b) Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan aktivitas wisata perjalanan untuk

mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang

menarik. Seperti misalnya: berjalan-jalan ke suku-suku pedalaman.

c) Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan

dengan kegemaran akan keindahan alam, seperti pegunungan, hutan,

keindahan dan flora dan fauna endemik.

d) Wisata Buru, merupakan aktivitas wisata yang mengandalkan perburuan

legal di tempat-tempat yang sudah ditentukan dan satwa yang diburu

adalah satwa yang tidak dilindungi.

e) Wisata Agro, merupakan aktivitas wisata yang berbasis pada bidang

pertanian, perkebunan pertamanan atau sejenisnya.

B. Wisata Buatan (Sosial-Budaya)

Jenis wisata kedua adalah wisata sosial-budaya. Jenis wisata ini mengandalkan

pada bentuk karya, hasta dan hasil dari akal budi manusia.

Adapun yang termasuk pada jenis wisata ini antara lain:

1) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk

golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa,

Page 3: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-3

bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya

seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya

tarik wisata utama di banyak negara.

2) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang

berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau

daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada

temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam,

seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun

dengan tema khusus lainnya, termasuk juga pada kategori ini wisata minat

khusus. Salah satu bentuk wisata minat khusus yang ada di kawasan wisata

alam Gunung Parang adalah wisata ziarah (Pilgrimage). Nyoman S. Pendit

(2002: 42), wisata ziarah adalah jenis wisata yang sedikit banyak dikaitkan

dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan kepercayaan umat atau

kelompok dalam masyarakat.

Selain daripada definisi jenis wisata yang telah dikemukakan di atas,

Sujali (1989) membedakan pariwisata berdasarkan jenis dan fungsinya

menjadi enam jenis daya tarik wisata, yang terdiri dari:

1) Wisata pendidikan, yang dimaksud dengan wisata pendidikan disini adalah

segala sesuatu hal yang memiliki nilai edukasi atau nilai lebih dalam

menambah pengetahuan dan terarah dengan baik.

2) Wisata olahraga, yang dimaksud dengan wisata oleharaga adalah segala

aktivitas wisata yang melibatkan optimalisasi tubuh untuk berelaksasi atau

untuk kesenangan dan menimbulkan efek kebugaran

3) Wisata kebudayaan, wisata kebudayaan sendiri didefinisikan sebagai

aktivitas wisata yang bertujuan untuk menikmati hasil akal budi manusia,

buah karya dan cipta manusia.

4) Wisata kesehatan, yang dimaksud dengan wisata kesehatan adalah aktivitas

wisata yang bertujuan untuk menyegarkan kembali/ penyembuhan jasmani

maupun rohani yang dialami wisatawan agar kembali seperti semula.

5) Wisata ekonomi, yang dimaksud dengan wisata ekonomi disini merupakan

aktivitas wisata untuk melihat atau mengamati suatu bentuk pola

penghidupan manusia dalam memenuhi kebutuhannya, seperti misalnya

wisata belanja atau wisata kuliner.

6) Wisata sosial, yang dimaksud dengan wisata sosial adalah aktivitas wisata

yang melibatkan rasa empati atau tenggang rasa kepada sesama manusia.

Hal ini ditengarai oleh beberapa kegiatan berikut, seperti :

a) Berkaitan dengan moral

b) Berkaitan dengan pembentukan watak

c) Berkaitan dengan pencegahan kriminalitas

Berdasarkan pada pengklasifikasian jenis wisata di atas, kawasan Gunung

Parang termasuk pada jenis kawasan wisata alam, yang secara spesifik

terkategori ekowisata.Selain itu, dari segi fungsi dan kegunaan wisatanya,

aktivitas wisata yang umumnya dilakuakn oleh wisatawan yang berkunjung ke

wisatawan adalah jenis wisata olahraga. Selanjutnya pembahasan mengenai

pariwisata olahraga, juga dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyebutkan

bahwa olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat

dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai

dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,

kebugaran dan kesenangan (pasal 1 ayat 12). Merujuk pada kedua definisi

tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini antara olahraga dan pariwisata

mempunyai tujuan yang sama. Baik pariwisata maupun olahraga yang dimaksud

dalam pengertian tersebut, dilakukan untuk mendapatkan kesenangan diri bagi

pelakunya.Sementara itu, pariwisata olahraga menurut Spillane (1987: 30)

terbagi ke dalam dua pengelompokkan, yaitu:

1) Pertama Big sport events, padakelompok ini termasuk pada peristiwa-

peristiwa olahraga besar seperti Olympic games, Asean games,

sepakbola dunia, kejuaran tinju dunia dan olahraga lainnya. Pada

kelompok ini, perhatian ditujukan tidak hanya pada olahraganya

melainkan juga penonton dan penggemar dari olahraga ini.

Page 4: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-4

2) Kedua Sporting tourism of the practicioners, yaitu suatu bentuk pariwisata

olahraga yang bertujuan untuk berlatih dan mempraktekan hobi

pelakunya seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu dan

lainnya.

Selain melihat pada jenis wisatanya, pengklasifikasian kawasan juga melihat

pada aktivitas wisata yang ditawarkan oleh pengelola atau penyedia jasa wisata

kepada wisatawan. Konsep pariwisata alternatif secara luas dimaknai sebagai

bentuk dari kepariwisataan yang konsisten dengan alam, sosial, dan masyarakat

serta yang mengijinkan interaksi dan berbagai pengalaman antara wisatawan

dengan masyarakat serta yang mengijinkan interaksi dan berbagi pengalaman

antara wisatawan dengan masyarakat lokal (Valene (1992: 36). Pariwisata

alternatif terbentuk pada suatu lingkup yang kecil dengan melihat pada aspek

biotik-abiotik sebagai penyusun dari komponen lingkungan yang utuh dan

selaras. Pariwisata alternatif disini muncul akibat kejenuhan terhadap pariwisata

massal yang menimbulkan banyak kerusakan lingkungan sosial, serta tidak

memperhatikan keberlanjutan dari objek wisata itu sendiri.

Definisi lainnya terkait pariwisata alternatif ini, seperti yang dijelaskan oleh

Koslowski dan Travis (1985) dalam Smith (2001) bahwa pariwisata alternatif

merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan,

berpihak pada ekologi dan menghindari dampak negatif dari pembangunan

pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu

cepat pembangunannya. Selanjutnya, merujuk pada penjelasan Holden (1984:45

dalam Valene 2001), bahwa pariwisata alternatif dapat dibagi menjadi tiga

bagian yaitu :

1. Pariwisata Adventure

Pariwisata adventure merupakan suatu kegiatan pariwisata alternatif yang

bernuansa petualangan (adventure).Pariwisata adventure ini terbagi ke

dalam tiga ruang lingkup yang berbeda, menurut pada range areanya.

Pertama petualangan dalam skala kecil, yaitu petualangan yang tidak

memakan banyak ruang dan dapat terkontrol dalam suatu daerah/ wadah

yang terbatas. Contohnya: scuba diving. Kedua petualangan dalam skala

menengah, yaitu petualangan yang memakan ruang yang agak lebih,

contohnya: olahraga rafting. Ketiga petualangan dalam skala yang besar

dan memakan ruang yang luas, seperti misalnya taman safari.

2. Pariwisata Alam

Merupakan kegiatan pariwisata alternatif yang menfokuskan diri pada

Penelitian dan observasi yang berkaitan dengan flora (tumbuhan) dan

fauna (binatang) serta kegiatan landscape.

3. Community Tourism

Community tourism atau pariwisata kerakyatan merupakan suatu kegiatan

pariwisata yang dijalankan oleh rakyat, baik dari segi perencanaan sampai

evaluasi dan segala manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut

sepenuhnya untuk rakyat yang bersangkutan.

2.1.3 Konsep Destinasi Wwisata

Destinasi Pariwisata atau daerah tujuan wisata dalam Undang-undang RI

nomor 10 tahun 2009 Pasal 1, adalah kawasan geografis yang berada

dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya

tarik wisata , fasilitas umum , fasilitas pariwisata , aksesibiliti, serta masyarakat

yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dalam suatu

destinasi pariwisata, terdapat beberapa komponen penyusun dan

pendukung aktivitas kepariwisataan, yang dalam hal initermasuk pada

komponen supply pariwisata. Supply pariwisata dapat didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan, baik wisatawan yang

aktual maupun wisatawan yang potensial. Wahab (1975) membahas

bahwa komponen sediaan dalam pariwisata menunjukkan atraksi wisata

alamiah dan buatan, jasa-jasa maupun barang-barang yang diperkirakan

akan menarik perhatian orang-orang untuk mengunjungi suatu objek wisata

tertentu dalam suatu negara . Selain itu, merujuk komponen supply

sebagaimana yang diungkapkan dalam Gunn (1994), terdiri atas:

Page 5: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-5

1) Atraksi wisata

Hal ini merupakan komponen utama dalam menarik wisatawan

untuk datang ke suatu destinasi.Komponen atraksi wisata ini terbagi

atas dua jenis yaitu atraksi wisata alam (seperti bentang alam,

danau, pantai, tebing, pegunungan dan lainnya) dan atraksi wisata

buatan (seperti candi, bangunan bersejarah, adat- istiadat dan

lainnya).

2) Jasa Pelayanan/ Fasilitas Pariwisata

Jasa pelayanan atau fasilitas pariwisata merupakan komponen

pendukung dalam aktivitas wisata, yang hadir sebagai pemenuhan

kebutuhan para wisatawan.Hal yng termasuk pada jasa pelayanan

seperti misalnya akomodasi (penginanpan, hotel, wisma) dan

komponen amenitas (restoran, pemandu wisata, toko souvenir).

3) Aksesibilitas

Aksesibilitas berkaitan dengan perpindahan wisatawan dari tempat asalnya ke

lokasi tujuan.Dalam kajian ini, aksesibilitas mencakup jalur menuju ke

kawasan wisata alam Gunung Parang dan Moda trasnportasi yang dapat

digunakan menuju ke lokasi.Adapun pentingnya transportasi sendiri adalah

sebagai akses perpindahan wisatawan dari satu tempat ke tempat lain, dari

daerah asal ke destinasi wisata dan menunjang dalam mobilitas aktivitas

wisata tersebut.

4) Informasi

Informasi berkaitan dengan perpindahan pengetahuan dari penyedia jasa

wisata kepada wisatawan yang mencari tempat atau kebutuhan untuk aktivitas

wisata. Informasi menjadi penting karena hal ini berkaitan dengan cara

pengenalan suatu daya tarik atau atraksi wisata kepada publik yang belum

mengenalnya. Adapun ragam informasi dapat berupa brosur, leaflet, internet,

peta wisata, buku petunjuk atau aplikasi wisata yang tengah booming saat ini.

5) Promosi

Promosi berkaitan dengan suatu aktivitas yang dilakukan untuk

mempertemukan demand dan supply. Dalam promosi inilah dilakukan

berbagai cara menarik bagi penyedia jasa wisata untuk menarik minat

wisatawan yang datang untuk mau berkunjung.

6) Kelembagaan

Selain beberapa poin dalam komponen supply di atas, elemen tambahan yang

dapat dimasukkan ke dalam komponen supplyadalah kelembagaan/ ancillary.

Kelembagaan merupakan sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang

melibatkan rang-orang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki atauran dan

norma,serta memiliki struktur (Syahyuti dalam Wahyudi, 2010).

Gambar 2.1. Ilustrasi Destinasi Pariwisata

Sumber : Gunn, 1994 2.1.4. Konsep Zonasi kawasan

Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik

lingkungan yang spesifik (Zulkaidi, 2008). Sementara itu, zoning adalah

pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan

karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.

Dalam pariwisata, zonasi kawasan berkaitan dengan penataan ruang dan

pembagian peranan tata ruang kawasan, yang mana pada penerapannya

membagi ruang dalam satuan-satuan tertentu dengan fungsi dan peruntukan

Page 6: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-6

tertentu.

Dalam kondisi ini, peraturan zonasi sebagai salah satu instrument dalam

pengendalian pemanfaatan ruang menjadi penting, artinya karena peraturan

zonasi ini dapat menjadi rujukan dalam perizinan, penerapan insentif/

disinsentif, penertiban ruang, menjadi jembatan dalam penyusunan

rencana tata ruangyang bersifat operasional, serta dapat menjadi panduang

teknis dalam pengembangan/ pemanfaatan lana (Zulkaidi, 2008) Peraturan

zonasi ini pada dasarnya mengatur tentang klasifikasi zona, pemanfaatan

lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Merujuk pada Undang-

undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, secara rinci disebutkan

bahwa peraturan zonasi berisi:

1. Ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh

dilaksanankan pada zona pemanfaatan ruang.

2. Amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar banguann, koefisien

3. lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan). 4. Penyediaan sarana dan prasarana

4. Ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,

nyaman, produktif dan berkelanjutan, antara lain:

1. Keselamatan penerbangan 2. Pembangunan Pemancar alat komunikasi

3. Pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi.

Peraturan Zonasi pada dasarnya adalah suatu alat untuk pengendalian yang

mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan

pengendaliannya yang disusun untuk setiap blok/ zona peruntukan (UU No.

26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang), yang mana blok atau zona untuk

peruntukan menjadi acuan ditetapkan melalui rencan arinci tata ruang.

Peraturan zonasi ini lebih dikenal dengan istilah zoning regulation, yang

mana kata zoning yang dimaksud merujuk pada pembagian lingkungan kota

ke dalam zona-zona pemanfaatan ruang dimana di dalam setiap zona

tersebut ditetapkan pengendalian pemanfaatan ruang atau diberlakukan

ketentuan hokum yang berbeda- beda (Barnet, 1982). Adapun peraturan

zonasi atau zoning regulation ini di beberapa negara lain diberlakukan

dengan istilah yang berbeda-beda, anatra lain zoning code, land

development code, zoning ordinance, zoning resolution, zoning by law, dan

sebagainya (Zulkaidi, 2008).

Berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan

ruang, bentuk pengendalian enyelenggaraan penataan ruang pada

dasarnya meliputi empat jenis, yaitu peraturan zonasi, perizinan, pemberian

insentif da disinsentif, serta pengenaan sanksi.

a. Peraturan zonasi, merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyararatan

b. pemanfaatan ruang dan ketentuang pengendaliannya dan disusun untuk

setiap blok/

c. zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

d. Perizinan, merupakan upaya untuk memperbolehkan atau tidak

memperbolehkan suatu kegiatan berlangsung pada suatu wilayah sesuai

dengan peraturan tata ruang dengan mengeluarkan penerbitan surat izin.

e. Pemberian Insentif dan Disinsentif, merupakan upaya untuk mengarahkan

pembangunan dengan memberikan dorongan terhadap kegiatan yang

sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan upaya menghambat

terhadap kegiatan yang bertentangan dengan rencana tata ruang.

f. Pengenaan Sanksi, merupakan upaya untuk memberikan tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak seusia dengan peraturang tata ruang yang sudah ada.

Zonasi pada dalam tata ruang, memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi untuk memperbaiki suatu kegiatan yang telah berlangsung lama

namun keberadaannya tidak sesuai dengan rencana tata ruag yang telah

ada.

2. Fungsi untuk mencegah terjadinya pembangunan yang tidak sesuai

dengan acuan yang telah disusun.

Page 7: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-7

Kedua fungsi pengendalian tersebut pada dasarnya diarahkan untuk dua tujua,

yaitu untuk:

1. Mengarahkan dan mendorong pembangunan sesuai dengan peraturan

perundangan yang ada dan visi misi daripada pembangunan itu sendiri

1. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penataan ruang,

fungsi dan pengendalian ini dilakaukan dengan didasarkan pada

rencana tata ruang yang telah disusun, dimana rencana tata ruang

tersebut mencerminkan visi-misi pembangunan yanga kan dicapai.

Langkah yang dilakukan sebagai bentuk pelestarian kawasan pariwisata yang di

dalamnya memuat wisata alam, budaya, buatan dan lainnya, adalah dengan

memberikan arahan pengembangan yang sesuai dengan fungsinya. Selaras

dengan hal tersebut, diperlukan juga pentingnya arahan pengembangan pada

kawasan pariwisata yang terkait dengan pengembangan dan pelestarian,

dengan tujuan untuk mempertahankan, melindungi, memelihara, serta

memanfaatkan kawasan demi tercapainya pembangunan yang selaras dengan

lingkungan dan sosial-budaya masyarakat.

Berdasarkan pembagian zonasi, merujuk pada Undang-undang No. 11 tahun 2010,

pada dasarnya pembagian sonasi kawasan pariwisata dibagi menjadi

peruntukkan 4 zona yaitu zona inti, zona penyangga, zona pengembangan, dan

zona penunjang. Adanya zonasi ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi dan

menetapkan prioritas bagi pengembangan pada tiap kawasan, misalnya untuk

pengembangan kajian maupun pengembangan pariwisata.

Gambar 2.2. Ilustrasi Zona Pengembangan Pariwisata

Zona penunjang

Zona pengembangan Zona penyangga

Zona inti Area pendukung/ pelindung zona inti Daya tarik wisata (objek tunggal/ kawasan

Sumber : UU No.11 tahun 2010

Berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Kawasan, terkait dengan pembagian zona

kawasan wisata di Kabupaten Bandung Barat, menurut Dinas Pariwisata Bandung

Barat kawasan wisata KBB dibagi dalam 3 zona wisata utama, yaitu Zona

Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Bandung Barat. Kecamatan Lembang

merupakan kecamatan yang mempunyai obyek wisata alam terbanyak

dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Ada beberapa obyek wisata yang

sudah terkelola oleh pemerintah; beberapa dikelola oleh pihak lainnya. Wisata

merupakan salah satu kunci pengembangan Kabupaten Bandung Barat jika

merujuk pada Visi yang ada. Oleh karena itu, pengembangannya menjadi hal

yang sangat penting. Tabel di bawah ini, merupakan data mengenai zona

pariwisat di Kabupaten Bandung Barat tahun 2008, khususnya di Kecamatan

Padalarang, Cipatat dan Saguling.

Area yang diperuntukkan bagi sarana dan prasarana penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum.

Area yang diperuntukkan

bagi pengembangan potensi

ODTW baik itu kepentingan

rekreasi, daerah konservasi

lingkungan alam, lansekap

budaya, kehidupan budaya

tradisional, keagamaan dan

kepariwisataan

Page 8: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-8

Tabel 2.1. Tabel Zona Pariwisata Kecamatan Padalarang, Cipatat dan

Saguling, Kabupaten Bandung Barat

ZONA BANDUNG BARAT

NAMA ODTW

DESA

KECAMATAN

PENGELOLA

JENIS

LUAS

(HA)

Situ Ciburuy Padalarang Pemda Alam 32

Goa Pawon Cipatat PO.Pikidro Alam

Air Panas Cisameng Cipatat Alam

Goa Terusan Air

Sanghyang Tikoro

Cipatat

Alam

Waduk Saguling

Saguling

Perum Tirta

Pikidro

Alam

Curug Jawa Cipatat Alam

Goa Walet

Kampung

Cipanas,

Desa

Rajamand

ala Kulon

Cipatat

BKPH

Rajamandala

Alam

Sumber : Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi, dan Informasi Kabupaten Bandung Barat, 2008

Pengaturan zonasi kawasan parwisata, juga diarahkan untuk tujuan

pengembangan pariwisata, dengan model sebagai berikut:

a. Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu (Integrated Development)

1. Secara fisik pengembangan kawasan dengan pola keruangan yang

tertata dan berdampingan dengan komunitas lokal

2. Pengebangan yang terintegrasi memberikan peluang keterlibatan

masyarakat lokal dalam pengembangan usaha dan jasa

kepariwisataan baik secara langsung maupun tidak langsung

3. Memungkinkan interaksi lebih terbuka dan intens antara wisatawan

dengan masyarakat

4. Pengembangan infrastrukturdapat memanfaatkan langsung

infrastruktur yang sudah ada

5. Karena dimungkinkan kemitraan antar kemitraan usaha skala besar

dan skala kecil maka penerimaan masyarakat terhadap wisatawan

relative baik dan terbuka

Page 9: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-9

b. Pengembangan Kawasan Skala Tertutup (Enclave-Scale Development)

a. Lokasi pengembangan yang dibentuk sebagai kaasan pariwisata secara

fisik terpisah dari komunitas local.

b. Kawasan dikembangkan melalui perencanaan yang cermat dan

professional dan diproyeksikan untuk investor dengan jaringan

internasional sebagai pelaku utama usaha jasa kepariwisataan.

c. Interaksi ekonomi dan sosial antar masyarakat sangat terbatas

d. Infrastruktur dan fasilitas di dalam kawasan dikembangkan dan

diprioritaskan untuk wisatawan

e. Pengembangan enclave bertujuan untuk menarik investor dan

membangun image kuat untuk membantu mempromosikan suatu

kawasan

c. Pengembangan Kawasan Terbuka Open Development)

1. Skala pengembangan kawasan tumbuh menyatu dengan struktur

kehdupan baik ruang maupun pola masyarakat

2. Perkembangan kaasan bersifat spontan/ tumbuh atas inisiatif masyarakat lokal

3. Pengembangan yang berskala lebih kecil memberi peluang bagi

keterlibatan masyarakat dalam usaha jasa kepariwisataan sehingga

dampak ekonomi pariwisata dapat diterima secara langsung dan besar oleh

masyarakat lokal

4. Memungkinkan interaksi lebih terbuka dan intens antara wisatawan dengan masyarakat

5. Pengembangan infrastruktur dapat memanfaatkan langsung infrstruktur ang

sudah ada

2.1.5. Konsep Community Based Tourism

Community based tourism atau pariwisata yang melibatkan peran aktif

masyarakat merupakan suatu kegiatan pariwisata yang dijalankan oleh

rakyat, baik dari segi perencanaan sampai evaluasi dan segala manfaat yang

diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk rakyat yang

bersangkutan. Perencanaan pariwisata dengan melibatkan dan

mengedepankan kepentingan rakyat disini, memiliki tujuan sinergis

dengan pariwisata berkelanjutan. Pada pemeranan pariwisata

berkelanjutan, diharapkan dapat menunjang aktivitas wisata longterm

dengan tetap menjaga kearifan lokal dan kelestarian lingkungan. Selanjutnya

berkaitan dengan definisi pariwisata berkelanjutan, kajian ini merujuk pada

definisi yang dikemukakan United Nation World Tourism Organization

(UNWTO), yaitu suatu bentuk aktivitas pariwisata yang dapat memenuhi

kebutuhan wisatawan saat ini dan seimbang dengan kebutuhan masyarakat

lokal sekaligus melindungi peluang di masa yang akan datang. Pendefinisian

mengenai pariwisata berkelanjutan ini kemudian meluas pada suatu bentuk

aktivitas pariwisata yang selaras antara lingkungan, sosial masyarakat dan

aktivitas ekonomi sehingga adanya suatu aktivitas jangka panjang dan

tersistematis. Menurut Hall and Ricards dalam Jumail (2011), menyebutkan

bahwa ada empat kemungkinan pendekatan perencanaan dalam pariwisata

berkelanjutan, yaitu:

1) Pembangunan yang berkelanjutan melalui suatu aturan kebijakan yang

sudah disepakati dan dipatuhi bersama.

2) Pembangunan berkelanjutan melalui suatu kontrol produk pariwisata.

3) Pembangunan berkelanjutan melalui aktivitas pariwisata yang

berwawasan lingkungan, dan.

4) Pembangunan berkelanjutan melalui konsep-konsep pariwisata yang

baru.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan mengadopsi beberapa prinsip yang

sebaiknya dilakukan agar dapat terciptanya suatu aktivitas dalam jangka

panjang.Oleh karenanya, diperlukan suatu bentuk usaha yang mampu

menyeimbangkan antara kepentingan industri wisata dengan keselarasan di

sekitarnya. Sunaryo (2013) menjelaskan beberapa prinsip dasar yang harus

Page 10: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-10

dimiliki dalam pariwisata berkelanjutan, yaitu:

1) Memiliki sisi keberlanjutan dalam aspek lingkungan. Hal ini berarti

pariwisata berkelanjutan mampu menjaga kelestarian lingkungan

(enviromentally sustainable).

2) Memiliki sisi keberlanjutan dalam sosial budaya masyarakat. Hal

ini berarti pariwisata harus mampu mengakomodir dan merangkul

masyarakat lokal dan dapat menjaga budaya setempat (socially and

culturally acceptabel).

3) Bermanfaat secara ekonomi yakni bagi pelaku usaha wisata dan

masyarakat sekitar yang terkena dampak dari aktivitas wisata tersebut

(economically viable).

4) Memanfaatkan teknologi yang layak dan pantas untuk diterapkan di

wilayah lingkungan tersebut (technologically appropriate).

Dalam pariwisata berkelanjutan sendiri, ada beberapa indikator yang harus

terpenuhi, hal tersebut dapat terealisasikan.Seperti telah dijelaskan sebelumnya

bahwa aktivitas pariwisata berkelanjutan sendiri terbagi dalam tiga aspek

besar, yakni keselarasan antara aspek sosial, lingkungan dan ekonomi.

Adapun ketiga aspek tadi, terbagi atas tiga sub-aspek yang penulis kutip dari

peratutan UNWTO dalam kajian Blancas (2011), sebagai berikut ini:

a. Indikator pariwisata berkelanjutan dari aspek sosial, meliputi: dampak

sosial budaya pada masyarakat lokal, keselamatan masyarakat lokal,

konservasi heritage, struktur efek pada penduduk setempat, kapasitas

daya dukung destinasi wisata, dan dampak pada kesejahteraan

penduduk lokal.

b. Indikator pariwisata berkelanjutan dari aspek ekonomi, meliputi: manfaat.

c. ekonomi untuk masyarakat lokal dan destinasi wisata, mempertahankan

kepuasan wisata, pengendalian pembangunan, penawaran kepada

wisatawan untuk menyediakan berbagai macam kebutuhan, aktivitas

wisata musiman, pekerja di bidang pariwisata, transportasi yang terkait

dengan pariwisata, persaingan antar destinasi wisata, penciptaan

jadwal wisata dan rute wisata, dan infrastruktur.

d. Indikator pariwisata berkelanjutan dari aspek lingkungan, meliputi:

perlindungan ekosistem alam, manajemen energi, ketersediaan air

dan konservasi, pengolahan air limbah, pengolahan limbah padat,

polusi udara, manajemen visual dalam fasilitas dan infrastruktur,

intensitas kegunaan dan pengelolaan lingkungan.

5. Konsep Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan dalam industri pariwisata, terdiri dari komponen

strategi secara harfiah, konsep pengembangan dan pariwisata itu sendiri.

Pertama, strategi merujuk pada pendapatan Stanton (dalam Amirullah,

2004: 4) yang mengemukakan bahwa strategi merupakan suatu rencana

dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan.

Hal serupa dikemukan oleh Christensen dalam Rangkuti (2005:nyang

mengungkapkan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai suatu

keunggulan bersaing. Selanjutnya menurut Chandler dalam Rangkuti (2005:

3), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam

kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta

prioritas alokasi sumber daya.

Konsep strategi sangat erat kaitannya dengan konsep rencana, yang menjadi

pola dasar dari suatu aktivitas yang berjalan untuk mencapai suatu tujuan.

Rencana disini terkait dengan kebutuhan internal dan eksternal suatu

lembaga atau instansi atau juga komunitas. Menurut kamus besar Bahasa

Indonesia (2007 : 538) pengembangan adalah proses, cara, perbuatan

mengembangkan.

Selain itu, definisi lain terkait pengembangan pariwisata menurut Muasanef

Page 11: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-11

(2005: 13) adalah segala kegiatan atau usaha yang terkoordinasi untuk menarik

wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana, barang dan jas serta

fasilitas yang diperlukan guna melayani wisatawan. Kegiatan dan

pengembangan pariwisata mencakup segi-segi kehidupan masyarakat, mulai

dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata, makanan dan minuman,

cinderamata, pelayanan dan lain-lain. Menurut Oka A. Yoeti (2008: 286) dalam

pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan

keberhasilan pengembangan pariwisata yaitu :

1) Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

2) Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga

memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan

wisata.

3) Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang

dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan definisi konsep strategi dan konsep pengembangan di atas, maka

dapat disimpulkan, bahwa strategi pengembangan pariwisata merupakan

kesatuan rencana yang terstruktur dalam bentuk program-program yang

terpadu dan menyeluruh dalam rangka untuk mencapai sebuah keunggulan

persaingan, kemajuan, optimalisasi sisi positif dalam bidang pariwisata.

Adapun berkaitan dengan keunggulan persaingan dalam hal ini terkait pada

peningkatan kualitas, kemajuan dan mengoptimalkan sisi positif dan

meminimalisir sisi negatif dalam hal kepariwisataan.

2.2 Metode Penelitian

2.2.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pedekatan kualitatif yang

bersifat eksporatif dan partisipatif, dengan studi fenomenologis. Metode ini

diambil dengan acuan bahwa permasalahan di kawasan kajian belum

seutuhnya diketahui, data yang digali berasal dari berbagai sumber (multi

unit analisis) dan bentuk unit analisisnya adalah bersifat infinite sehingga

tidak membutuhkan kuantitas unit analisis.

2.2.2 Metoda Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

a. Survey

Survei dalam penelitian ini merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan untuk mengumpulkan data yang berasal dari narasumber /

komunitas untuk memperoleh data-data yang tidak dapat diperoleh

melalui metode pengumpulan data sekunder.Adapun teknik yang

digunakan dalam metode ini adalah wawancara (interview). Jenis

wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur, dimana

pewawancara sebelumnya telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pedoman wawancara. Wawancara dilakukan secara purposif

kepada pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap penyelenggaraan kepariwisataan di Kecamatan

Padalarang, Cipatat dan Saguling.

b. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai suatu bentuk peninjauan yang

dilakukan dengan mengamati daerah objek studi langsung secara

cermat. Metode ini dapat meningkatkan pemahaman yang lebih

mendalam mengenai wilayah studi serta memperoleh data dan subjek

secara langsung, baik dengan komunikasi verbal ataupun tidak, yang

berguna sebagai masukan/ data tambahan untuk pertimbangan

pertimbangan dalam penyusunan rencana.

Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi berstruktur, dimana

peneliti dalam melaksanakan observasinya menggunakan daftar

periksa dan observasi dilakukan secara purposif dari hasil pengumpulan

data sekunder.

Page 12: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-12

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini tidak langsung ditujukan kepada subyek

penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang dibutuhkan berupa

informasi dari Bappeda Bandung Barat, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Bandung Barat, Kecamatan Padalarang, Cipatat dan

Saguling, serta tulisan-tulisan ilmiah dari berbagai sumber.

2.2.3 Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan pendekatan dari Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2012,431) yang mengemukakan model analisis data secara

holistik dengan langkah-langkah seperti: (data collection), reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi (conclution). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam

gambar berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Analisis Data

Sumber: Miles & Huberman dalam Sugiono (2012:431)

2.2.3.1 Partisipan

Partisipan dalam studi ini adalah pihak-pihak yang dijadikan informan kunci

yang ditetapkan secara purposif sampling. Pengambilan informan dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling,

dimaknai dengan teknik pengambilan informan kunci yang dianggap

mengetahui informasi yang berkaitan dengan penelitian dan dapat

merepresentasikan pihak yang dianggap mengetahui informasi mengenai

penelitian. Adapun informan kunci tersebut adalah Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bandung Barat, Pokdarwis se-Kabupaten

Bandung Barat, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Padalarang, Cipatat

dan Saguling.

2.2.3.2 Validitas dan Kredibilitas

Untuk memvalidasi data digunakan teknik triangulasi yang merupakan teknik

pengumpulan data yang bersifat mengkonfirmasi data dari berbagai pihak

dan sumber. Selain itu teknik ini dapat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan menggunakan

teknik triangulasi maka data yang dikumpulkan sekaligus diuji kredibilitasnya

dengan meninjau berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

tersebut.

2.2.4 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalam studi ini dapat diuraikan dalam alur bagan sebagai

berikut:

Page 13: BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat II. PENDEKATAN … · 2018. 11. 12. · BAPPELITBANGDA Kabupaten Bandung Barat KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG,

BAPPELITBANGDA

Kabupaten Bandung Barat

KAJIAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KECAMATAN PADALARANG, CIPATAT DAN SAGULING II-13

Gambar 2.4 Kerangka Penelitian

Sumber : Hasil Modifikasi Konsep 2017

Masukan Proses Keluaran

Produk Fisik

Kondisi Eksisting

Program

Kondisi Spasial

Keunikan

Kelemahan

Zonasi

Perencanaan dan

Pengembangan

Kawasan Wisata

Pola

Pengembangan

Pemberdayaan

Masyarakat

dalam Pariwisata

Rencana Tindak