Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

10
TUGAS MATA KULIAH EKONOMI SYARI’AH JAWABAN MENGENAI WHAT, WHY, DAN HOW DARI MASING-MASING TOPIK YANG TELAH DIPRESENTASIKAN OLEH KELOMPOK LAIN Tugas dikerjakan oleh: Abida Muttaqiena (7450406003) Topik yang telah dipresentasikan: Mikroekonomi Syari’ah Topik yang akan dibahas: Asuransi Syari’ah Pegadaian Syari’ah BMT Leasing Syari’ah Bank Syariah dan Perbedaannya dengan Bank Konvensional Pasar Uang Syari’ah

Transcript of Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

Page 1: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI SYARI’AH

JAWABAN MENGENAI WHAT, WHY, DAN HOW DARI MASING-MASING

TOPIK YANG TELAH DIPRESENTASIKAN OLEH KELOMPOK LAIN

Tugas dikerjakan oleh:

Abida Muttaqiena (7450406003)

Topik yang telah dipresentasikan:

Mikroekonomi Syari’ah

Topik yang akan dibahas:

Asuransi Syari’ah

Pegadaian Syari’ah

BMT

Leasing Syari’ah

Bank Syariah dan Perbedaannya dengan Bank Konvensional

Pasar Uang Syari’ah

Page 2: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

2

1. Asuransi Syariah

WHY

Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan Qadha dan

Qadhar Allah SWT, namun manusia atau perusahaan wajib berikhtiar memperkecil

resiko finansial yang timbul, salah satunya dengan cara menabung atau menyisihkan

dana. Akan tetapi upaya tersebut sering kali tidak memadai, mengingat jumlah

resiko yang ditanggung lebih besar dari yang diperkirakan. Oleh karena itu,

dibutuhkan adanya Asuransi Syariah.

WHAT

Asuransi Syari’ah (Takaful) adalah asuransi yang bertumpukan pada konsep

tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (Wa ta’awanu alal birri wat

taqwa) dan memberikan perlindungan (at-ta’min), menjadikan semua peserta

Takaful (pemegang polis asuransi) sebagai keluarga besar (pooling) yang saling

menanggung satu sama lain terhadap musibah yang dialami peserta lain. Sistem

ini diatur dengan meniadakan unsur ketidakpastian (gharar), untung-untungan

(maisir) dan bunga (riba).

Dalam sistem operasional yang berdasarkan syariah, asuransi syari’ah melakukan

kerjasama dengan para peserta berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Al -Mudharabah)

yaitu membagi hasil keuntungan operasional kepada seluruh peserta yang tidak

pernah mengajukan klaim atau pembatalan polis. Mekanismenya tidak mengenal

dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun, jika ingin mengundurkan diri,

maka dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil kembali

kecuali sebagian kecil saja yg sudah diniatkan untuk dana tabarru’ yang tidak dapat

diambil.

HOW

Hubungan Perusahaan Asuransi dengan peserta dalam Takaful terdapat dua jenis,

yaitu Sistem Bagi Hasil Premi dengan unsur Tabungan dan Sistem Bagi Hasil Premi

tanpa unsur Tabungan; yang masing-masing adalah sebagai berikut:

Page 3: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

3

2. Pegadaian Syariah

WHY

Dalam dinamika kehidupan sehari-hari, masyarakat seringkali membutuhkan dana

segar yang dapat diperoleh secara cepat dan mudah, baik untuk memenuhi

kebutuhan darurat jangka pendek maupun menggadaikan barang dengan nilai

finansial rendah. Untuk mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan ini, tidak jarang

masyarakat bersandar pada rentenir, praktek ijon, dan praktek pinjaman tidak wajar

PremiTakaful

TotalDana

RekeningTabarru

RekeningTabungan

RekeningTabarru

RekeningTabungan

ManfaatTakaful

RekeningTabungan

Investasi HasilInvestasi

BiayaOperasionalPERUSAHAAN

PESERTA

Hubungan MUDHARABAHantara PERUSAHAAN dengan PESERTA

Premi Dengan Unsur Tabungan

PremiTakaful

TotalDana

BebanAsuransi

BagianPeserta

BagianPerusahaan

Inve stasi HasilInve stasi

BiayaOperasionalPERUSAHAAN

PESERTA

Premi Tanpa Unsur Tabungan

KUMPULANDana

PESERTASurplus

Operasional

Hubungan MUDHARABAHantara PERUSAHAAN dengan PESERTA

40 %

60 %

( CONTOH )

Page 4: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

4

lainnya. Untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan tersebut secara halal

dan baik, dibutuhkan adanya Pegadaian Syariah.

WHAT

Gadai syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

barang berharga dari nasabah (al-Raahin) kepada lembaga pegadaian (al-Murtahin)

untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahn, sebagai jaminan (al-Marhun) atas pinjaman

(al-Marhunbih) yang diberikan kepada nasabah tersebut. Ar-Rahn merupakan akad

penyerahan barang dari nasabah kepada lembaga sebagai jaminan atas sebagian atau

seluruh hutang yang dimiliki nasabah.

HOW

Hubungan Pegadaian Syariah dengan nasabah dapat digambarkan sebagai berikut:

Akad perjanjian transaksi gadai ada empat:

a. Qard al-Hasan

Digunakan untuk nasabah tujuan konsumtif, nasabah dikenakan biaya perawatan

dna penjagaan barang gadai.

b. Mudharabah

Bagi pembiayaan bersifat produktif, keuntungan dibagi setelah dikurangi biaya

perawatan barang gadai.

PEGADAIAN NASABAH 2. Akad

1. Nasabah menyerahkan jaminan

3. Pegadaian memberikan pembiayaan (marhun bih)

4. Menebus Jaminan

Page 5: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

5

c. Bai’ Al Muqayyadah

Untuk keperluan yang bersifat produktif.

d. Ijarah

Objek dari akad ini adalah pertukaran manfaat tertentu, bentuknya adalah

pegadaian menyewakan tempat penyimpanan barang.

3. BMT

WHY

BMT (Baitul Maal wa Tamwil/ Balai Usaha Mandiri Terpadu) merupakan koperasi

berbasis Syariah yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan cara mengorganisir dan memobilisasi dana yang dimiliki

masyarakat, mengembangkan kesempatan kerja, mengukuhkan dan meningkatkan

kualitas usaha anggota, serta meningkatkan kerjasama sosial ekonomi masyarakat.

WHAT

BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul Maal lebih

mengarah pada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit,

seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha

pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

HOW

Syarat-syarat pendirian BMT menyerupai syarat pendirian koperasi. Hanya saja,

dalam praktek usahanya menghindari hal-hal yang dilarang dalam Islam, seperti

Riba, Haram, Maysir, dan Gharar; serta didasarkan pada tiga prinsip, yaitu prinsip

bagi hasil (mudharabah, musyarakah), prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna,

dll), dan prinsip sosial (qardh).

4. Leasing

WHY

Leasing Syari’ah atau sewa beli berbasis syari’ah memberikan opsi pembiayaan

berbasis syari’ah bagi umat Islam untuk sewa guna usaha yang biasanya

memanfaatkan bantuan jasa Leasing konvensional.

Page 6: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

6

WHAT

Sewa guna usaha syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan

barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi

yang akan digunakan oleh penyewa selama jangka waktu tertentu berdasarkan

pembayaran secara angsuran dimana menggunakan prinsip ijarah (tanpa hak opsi)

dan ijarah muntahiyah bittamlik (dengan hak opsi).

HOW

Cara pembagian keuntungan dalam Sewa Guna Usaha Syari’ah ditentukan saat

pembuatan perjanjian oleh kedua belah pihak, menggunakan prinsip jual beli

(murabahah) atau bagi hasil (mudharabah). Dalam Ijarah, hak Perusahaan Leasing

sebagai pemberi sewa adalah memperoleh pembayaran sewa dan atau biaya lainnya

dari penyewa, serta mengakhiri akad Ijarah dan menarik obyek Ijarah apabila

penyewa tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan. Sedangkan

kewajiban Perusahaan Leasing adalah :

a. Menyediakan obyek Ijarah yang disewakan.

b. Menanggung biaya pemeliharaan obyek Ijarah.

c. Menjamin obyek Ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi

dengan baik.

Di sisi lain, hak penyewa di dalam Ijarah adalah menerima obyek Ijarah dalam

keadaan baik dan siap dioperasikan serta menggunakan obyek Ijarah yang

disewakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan. Penyewa juga

memiliki kewajiban antara lain:

a. Membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan.

b. Mengembalikan obyek Ijarah apabila tidak mampu membayar sewa.

c. Menjaga dan menggunakan obyek Ijarah sesuai yang diperjanjikan.

d. Tidak menyewakan kembali dan atau memindahtangankan obyek Ijarah kepada

pihak lain.

Page 7: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

7

Sedangkan dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik, Perusahaan Leasing

diwajibkan untuk membuat Wa’ad (janji pemindahan kepemilikan obyek Ijarah

Muntahiah Bit Tamlik pada akhir masa sewa). Wa’ad bersifat tidak mengikat bagi

penyewa dan apabila wa’ad dilaksanakan, maka pada akhir masa sewa wajib dibuat

akad pemindahan kepemilikan. Berikut skema sewa guna usaha Syari’ah

menggunakan prinsip ijarah muntahiyyah bittamlik.

5. Bank Syariah dan Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

WHY

Terdapat beberapa alasan mengapa eksistensi Bank Syariah dibutuhkan, antara lain:

a. Mengakomodasi kebutuhan umat Islam akan bank yang terhindar dari hal-hal

yang dilarang Islam seperti Haram, Maysir, Gharar, dna Riba.

b. Perkembangan pesat keuangan Syari’ah di dunia mengharuskan kita untuk ikut

menyediakan tempat pengelolaan dana-dana sesuai syari’ah.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menghindarkan masyarakat dari

praktek-praktek peminjaman uang yang merusak.

WHAT

Di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, Perbankan Syariah adalah segala

sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank

Nasabah

Perusahaan Leasing

Obyek Sewa

2. Beli Obyek Sewa

1. Butuh Obyek Sewa 3. Sewa Beli

Milik Perusahaan Leasing

selama masa sewa

Milik Nasabah Setelah Pelepasan

Penjual/ Supplier

Page 8: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

8

merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah

dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor

pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor

atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit

kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.

HOW

Perbedaan antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional adalah sebagai berikut:

No Hal Bank Syari’ah Bank Konvensional 1 Tujuan Operasional Profit oriented Falah 2 Fungsi dan kegiatan

bank Manajer investasi, investor, penyedia jasa keuangan, dan sosial

Intermediary unit, jasa keuangan

3 Mekanisme dan obyek usaha

Operasionalnya menghindari haram, maysir, gharar, dan riba

Berbasis bunga (riba) dan bebas nilai

4 Hubungan dengan nasabah

Kemitraan Pinjam meminjam

5 Struktur organisasi Terdapat DPS (Dewan Pengawas Syariah)

Tidak ada DPS

Bank Syari’ah memiliki empat fungsi, yaitu:

a. Manajer Investasi

Sebagai manajer investasi, Bank Syariah menghimpun dana dari masyarakat

melalui produk-produk simpanan dan deposito berbasis Wadi’ah dan

Mudharabah.

b. Investor

Sebagai Investor, Bank Syari’ah menyalurkan dana kepada masyarakat melalui

produk-produk pembiayaan berbasis prinsip jual beli (murabahah, salam,

Page 9: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

9

istishna, dan lain-lain), sewa (ijarah muntahiyyah bittamlik), dan bagi hasil

(mudharabah dan musyarakah).

c. Jasa Layanan

Bank Syariah juga menyediakan jasa-jasa perbankan seperti Wakalah (L/C,

transfer, inkaso, dan kliring), Kafalah (bank guarantee), Rahn (gadai), Sharf

(jual beli valas), dan Hiwalah (anjak piutang)

d. Sosial

Fungsi Sosial Bank Syari’ah nampak dalam penghimpunan dan penyaluran

Qardhul Hasan serta Zakat, Infak, dan Shodaqoh.

6. Pasar Uang Syariah

WHY

Pasar uang syari’ah dibutuhkan untuk mengakomodasi kebutuhan likuiditas dan

dana jangka pendek berbasis syari’ah, khususnya bagi perbankan syari’ah. Jika bank

syari’ah memiliki kelebihan likuiditas, ia dapat menggunakan instrumen pasar uang

untuk menginvestasikan dananya. Jika mengalami kekurangan likuiditas, ia dapat

menerbitkan instrumen yang dapat dijual untuk mendapatkan dana tunai.

Selain itu, pasar uang juga merupakan sarana pengendali moneter dalam

melaksanakan operasi pasar terbuka. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan

lembaga keuangan syari’ah di Indonesia, maka keberadaan pasar uang syari’ah

mutlak dibutuhkan.

WHAT

Pasar uang adalah bagian dari pasar finansial yang mempertemukan permintaan dan

penawaran dana-dana jangka pendek. Fungsi pasar uang syari’ah tidak jauh berbeda

dengan pasar uang konvensional, namun apabila instrumen yang diterbitkan dalam

pasar uang konvensional adalah instrumen utang yang dijual dengan diskon dan

didasarkan pada perhitungan bunga, maka pasar uang syari’ah lebih kompleks dan

mendekati mekanisme pasar modal. Wujud pasar uang syari’ah di Indonesia adalah

Pasar Uang Antarbank Syari’ah (PUAS).

Page 10: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah

10

HOW

Produk yang diperdagangkan di PUAS antara lain:

1. SWBI (Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia)

SWBI merupakan mekanisme penitipan dana ke Bank Indonesia saat bank

syari’ah mengalami kelebihan dana dengan skema Wadi’ah Yad-Dhamanah.

Mulai pertengahan tahun 2008, fungsi SWBI digantikan oleh SBI Syari’ah.

2. SBI Syari’ah (Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah).

Pada 31 Maret 2008, BI mengeluarkan PBI No.10/11/PBI tentang Sertifikat

Bank Indonesia Syari’ah (SBIS). SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip

syari’ah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan BI.

SBIS menggunakan akad ju’alah. SBIS dapat direpokan kepada BI dengan

berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn.

3. Sertifikat IMA (Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank)

Sertifikat IMA adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Syari’ah atau UUS

yang digunakan sebagai transaksi di PUAS. Sertifikat IMA didasarkan pada

prinsip mudharabah.

4. Sukuk

Sukuk (obligasi syari’ah) adalah surat berharga yang sesuai dengan aturan Islam

dan prinsip-prinsip investasi yang melarang membebankan atau membayarkan

bunga. Akad (kontrak) yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah

antara lain Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah.

Jenis usaha yang dilakukan Emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah.

Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten kepada pemegang sukuk

sesuai dengan akad yang digunakan, serta harus bersih dari unsur non halal.