Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
-
Upload
abida-muttaqiena -
Category
Education
-
view
7.594 -
download
13
Transcript of Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
TUGAS MATA KULIAH EKONOMI SYARI’AH
JAWABAN MENGENAI WHAT, WHY, DAN HOW DARI MASING-MASING
TOPIK YANG TELAH DIPRESENTASIKAN OLEH KELOMPOK LAIN
Tugas dikerjakan oleh:
Abida Muttaqiena (7450406003)
Topik yang telah dipresentasikan:
Mikroekonomi Syari’ah
Topik yang akan dibahas:
Asuransi Syari’ah
Pegadaian Syari’ah
BMT
Leasing Syari’ah
Bank Syariah dan Perbedaannya dengan Bank Konvensional
Pasar Uang Syari’ah
2
1. Asuransi Syariah
WHY
Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan Qadha dan
Qadhar Allah SWT, namun manusia atau perusahaan wajib berikhtiar memperkecil
resiko finansial yang timbul, salah satunya dengan cara menabung atau menyisihkan
dana. Akan tetapi upaya tersebut sering kali tidak memadai, mengingat jumlah
resiko yang ditanggung lebih besar dari yang diperkirakan. Oleh karena itu,
dibutuhkan adanya Asuransi Syariah.
WHAT
Asuransi Syari’ah (Takaful) adalah asuransi yang bertumpukan pada konsep
tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (Wa ta’awanu alal birri wat
taqwa) dan memberikan perlindungan (at-ta’min), menjadikan semua peserta
Takaful (pemegang polis asuransi) sebagai keluarga besar (pooling) yang saling
menanggung satu sama lain terhadap musibah yang dialami peserta lain. Sistem
ini diatur dengan meniadakan unsur ketidakpastian (gharar), untung-untungan
(maisir) dan bunga (riba).
Dalam sistem operasional yang berdasarkan syariah, asuransi syari’ah melakukan
kerjasama dengan para peserta berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Al -Mudharabah)
yaitu membagi hasil keuntungan operasional kepada seluruh peserta yang tidak
pernah mengajukan klaim atau pembatalan polis. Mekanismenya tidak mengenal
dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun, jika ingin mengundurkan diri,
maka dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil kembali
kecuali sebagian kecil saja yg sudah diniatkan untuk dana tabarru’ yang tidak dapat
diambil.
HOW
Hubungan Perusahaan Asuransi dengan peserta dalam Takaful terdapat dua jenis,
yaitu Sistem Bagi Hasil Premi dengan unsur Tabungan dan Sistem Bagi Hasil Premi
tanpa unsur Tabungan; yang masing-masing adalah sebagai berikut:
3
2. Pegadaian Syariah
WHY
Dalam dinamika kehidupan sehari-hari, masyarakat seringkali membutuhkan dana
segar yang dapat diperoleh secara cepat dan mudah, baik untuk memenuhi
kebutuhan darurat jangka pendek maupun menggadaikan barang dengan nilai
finansial rendah. Untuk mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan ini, tidak jarang
masyarakat bersandar pada rentenir, praktek ijon, dan praktek pinjaman tidak wajar
PremiTakaful
TotalDana
RekeningTabarru
RekeningTabungan
RekeningTabarru
RekeningTabungan
ManfaatTakaful
RekeningTabungan
Investasi HasilInvestasi
BiayaOperasionalPERUSAHAAN
PESERTA
Hubungan MUDHARABAHantara PERUSAHAAN dengan PESERTA
Premi Dengan Unsur Tabungan
PremiTakaful
TotalDana
BebanAsuransi
BagianPeserta
BagianPerusahaan
Inve stasi HasilInve stasi
BiayaOperasionalPERUSAHAAN
PESERTA
Premi Tanpa Unsur Tabungan
KUMPULANDana
PESERTASurplus
Operasional
Hubungan MUDHARABAHantara PERUSAHAAN dengan PESERTA
40 %
60 %
( CONTOH )
4
lainnya. Untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan tersebut secara halal
dan baik, dibutuhkan adanya Pegadaian Syariah.
WHAT
Gadai syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasaan secara fisik atas
barang berharga dari nasabah (al-Raahin) kepada lembaga pegadaian (al-Murtahin)
untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahn, sebagai jaminan (al-Marhun) atas pinjaman
(al-Marhunbih) yang diberikan kepada nasabah tersebut. Ar-Rahn merupakan akad
penyerahan barang dari nasabah kepada lembaga sebagai jaminan atas sebagian atau
seluruh hutang yang dimiliki nasabah.
HOW
Hubungan Pegadaian Syariah dengan nasabah dapat digambarkan sebagai berikut:
Akad perjanjian transaksi gadai ada empat:
a. Qard al-Hasan
Digunakan untuk nasabah tujuan konsumtif, nasabah dikenakan biaya perawatan
dna penjagaan barang gadai.
b. Mudharabah
Bagi pembiayaan bersifat produktif, keuntungan dibagi setelah dikurangi biaya
perawatan barang gadai.
PEGADAIAN NASABAH 2. Akad
1. Nasabah menyerahkan jaminan
3. Pegadaian memberikan pembiayaan (marhun bih)
4. Menebus Jaminan
5
c. Bai’ Al Muqayyadah
Untuk keperluan yang bersifat produktif.
d. Ijarah
Objek dari akad ini adalah pertukaran manfaat tertentu, bentuknya adalah
pegadaian menyewakan tempat penyimpanan barang.
3. BMT
WHY
BMT (Baitul Maal wa Tamwil/ Balai Usaha Mandiri Terpadu) merupakan koperasi
berbasis Syariah yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan cara mengorganisir dan memobilisasi dana yang dimiliki
masyarakat, mengembangkan kesempatan kerja, mengukuhkan dan meningkatkan
kualitas usaha anggota, serta meningkatkan kerjasama sosial ekonomi masyarakat.
WHAT
BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul Maal lebih
mengarah pada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit,
seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha
pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
HOW
Syarat-syarat pendirian BMT menyerupai syarat pendirian koperasi. Hanya saja,
dalam praktek usahanya menghindari hal-hal yang dilarang dalam Islam, seperti
Riba, Haram, Maysir, dan Gharar; serta didasarkan pada tiga prinsip, yaitu prinsip
bagi hasil (mudharabah, musyarakah), prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna,
dll), dan prinsip sosial (qardh).
4. Leasing
WHY
Leasing Syari’ah atau sewa beli berbasis syari’ah memberikan opsi pembiayaan
berbasis syari’ah bagi umat Islam untuk sewa guna usaha yang biasanya
memanfaatkan bantuan jasa Leasing konvensional.
6
WHAT
Sewa guna usaha syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi
yang akan digunakan oleh penyewa selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran dimana menggunakan prinsip ijarah (tanpa hak opsi)
dan ijarah muntahiyah bittamlik (dengan hak opsi).
HOW
Cara pembagian keuntungan dalam Sewa Guna Usaha Syari’ah ditentukan saat
pembuatan perjanjian oleh kedua belah pihak, menggunakan prinsip jual beli
(murabahah) atau bagi hasil (mudharabah). Dalam Ijarah, hak Perusahaan Leasing
sebagai pemberi sewa adalah memperoleh pembayaran sewa dan atau biaya lainnya
dari penyewa, serta mengakhiri akad Ijarah dan menarik obyek Ijarah apabila
penyewa tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan. Sedangkan
kewajiban Perusahaan Leasing adalah :
a. Menyediakan obyek Ijarah yang disewakan.
b. Menanggung biaya pemeliharaan obyek Ijarah.
c. Menjamin obyek Ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi
dengan baik.
Di sisi lain, hak penyewa di dalam Ijarah adalah menerima obyek Ijarah dalam
keadaan baik dan siap dioperasikan serta menggunakan obyek Ijarah yang
disewakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperjanjikan. Penyewa juga
memiliki kewajiban antara lain:
a. Membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan.
b. Mengembalikan obyek Ijarah apabila tidak mampu membayar sewa.
c. Menjaga dan menggunakan obyek Ijarah sesuai yang diperjanjikan.
d. Tidak menyewakan kembali dan atau memindahtangankan obyek Ijarah kepada
pihak lain.
7
Sedangkan dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik, Perusahaan Leasing
diwajibkan untuk membuat Wa’ad (janji pemindahan kepemilikan obyek Ijarah
Muntahiah Bit Tamlik pada akhir masa sewa). Wa’ad bersifat tidak mengikat bagi
penyewa dan apabila wa’ad dilaksanakan, maka pada akhir masa sewa wajib dibuat
akad pemindahan kepemilikan. Berikut skema sewa guna usaha Syari’ah
menggunakan prinsip ijarah muntahiyyah bittamlik.
5. Bank Syariah dan Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
WHY
Terdapat beberapa alasan mengapa eksistensi Bank Syariah dibutuhkan, antara lain:
a. Mengakomodasi kebutuhan umat Islam akan bank yang terhindar dari hal-hal
yang dilarang Islam seperti Haram, Maysir, Gharar, dna Riba.
b. Perkembangan pesat keuangan Syari’ah di dunia mengharuskan kita untuk ikut
menyediakan tempat pengelolaan dana-dana sesuai syari’ah.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menghindarkan masyarakat dari
praktek-praktek peminjaman uang yang merusak.
WHAT
Di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, Perbankan Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank
Nasabah
Perusahaan Leasing
Obyek Sewa
2. Beli Obyek Sewa
1. Butuh Obyek Sewa 3. Sewa Beli
Milik Perusahaan Leasing
selama masa sewa
Milik Nasabah Setelah Pelepasan
Penjual/ Supplier
8
merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor
pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.
HOW
Perbedaan antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional adalah sebagai berikut:
No Hal Bank Syari’ah Bank Konvensional 1 Tujuan Operasional Profit oriented Falah 2 Fungsi dan kegiatan
bank Manajer investasi, investor, penyedia jasa keuangan, dan sosial
Intermediary unit, jasa keuangan
3 Mekanisme dan obyek usaha
Operasionalnya menghindari haram, maysir, gharar, dan riba
Berbasis bunga (riba) dan bebas nilai
4 Hubungan dengan nasabah
Kemitraan Pinjam meminjam
5 Struktur organisasi Terdapat DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Tidak ada DPS
Bank Syari’ah memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Manajer Investasi
Sebagai manajer investasi, Bank Syariah menghimpun dana dari masyarakat
melalui produk-produk simpanan dan deposito berbasis Wadi’ah dan
Mudharabah.
b. Investor
Sebagai Investor, Bank Syari’ah menyalurkan dana kepada masyarakat melalui
produk-produk pembiayaan berbasis prinsip jual beli (murabahah, salam,
9
istishna, dan lain-lain), sewa (ijarah muntahiyyah bittamlik), dan bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah).
c. Jasa Layanan
Bank Syariah juga menyediakan jasa-jasa perbankan seperti Wakalah (L/C,
transfer, inkaso, dan kliring), Kafalah (bank guarantee), Rahn (gadai), Sharf
(jual beli valas), dan Hiwalah (anjak piutang)
d. Sosial
Fungsi Sosial Bank Syari’ah nampak dalam penghimpunan dan penyaluran
Qardhul Hasan serta Zakat, Infak, dan Shodaqoh.
6. Pasar Uang Syariah
WHY
Pasar uang syari’ah dibutuhkan untuk mengakomodasi kebutuhan likuiditas dan
dana jangka pendek berbasis syari’ah, khususnya bagi perbankan syari’ah. Jika bank
syari’ah memiliki kelebihan likuiditas, ia dapat menggunakan instrumen pasar uang
untuk menginvestasikan dananya. Jika mengalami kekurangan likuiditas, ia dapat
menerbitkan instrumen yang dapat dijual untuk mendapatkan dana tunai.
Selain itu, pasar uang juga merupakan sarana pengendali moneter dalam
melaksanakan operasi pasar terbuka. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan
lembaga keuangan syari’ah di Indonesia, maka keberadaan pasar uang syari’ah
mutlak dibutuhkan.
WHAT
Pasar uang adalah bagian dari pasar finansial yang mempertemukan permintaan dan
penawaran dana-dana jangka pendek. Fungsi pasar uang syari’ah tidak jauh berbeda
dengan pasar uang konvensional, namun apabila instrumen yang diterbitkan dalam
pasar uang konvensional adalah instrumen utang yang dijual dengan diskon dan
didasarkan pada perhitungan bunga, maka pasar uang syari’ah lebih kompleks dan
mendekati mekanisme pasar modal. Wujud pasar uang syari’ah di Indonesia adalah
Pasar Uang Antarbank Syari’ah (PUAS).
10
HOW
Produk yang diperdagangkan di PUAS antara lain:
1. SWBI (Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia)
SWBI merupakan mekanisme penitipan dana ke Bank Indonesia saat bank
syari’ah mengalami kelebihan dana dengan skema Wadi’ah Yad-Dhamanah.
Mulai pertengahan tahun 2008, fungsi SWBI digantikan oleh SBI Syari’ah.
2. SBI Syari’ah (Sertifikat Bank Indonesia Syari’ah).
Pada 31 Maret 2008, BI mengeluarkan PBI No.10/11/PBI tentang Sertifikat
Bank Indonesia Syari’ah (SBIS). SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip
syari’ah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan BI.
SBIS menggunakan akad ju’alah. SBIS dapat direpokan kepada BI dengan
berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn.
3. Sertifikat IMA (Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank)
Sertifikat IMA adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Syari’ah atau UUS
yang digunakan sebagai transaksi di PUAS. Sertifikat IMA didasarkan pada
prinsip mudharabah.
4. Sukuk
Sukuk (obligasi syari’ah) adalah surat berharga yang sesuai dengan aturan Islam
dan prinsip-prinsip investasi yang melarang membebankan atau membayarkan
bunga. Akad (kontrak) yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah
antara lain Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah.
Jenis usaha yang dilakukan Emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah.
Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten kepada pemegang sukuk
sesuai dengan akad yang digunakan, serta harus bersih dari unsur non halal.