BAJA UPDATE.docx
-
Upload
wan-fikri-darmawan -
Category
Documents
-
view
258 -
download
25
Transcript of BAJA UPDATE.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemakaian material baja dalam infrastruktur di indonesia telah ada sejak waktu yang
lama, umumnya material baja ini di gunakan pada jembatan, namun pada masa sekarang
telah banyak yang menggunakan struktur baja pada pembangunan bangunan lainnya.
Struktur baja adalah suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangan kekuatan dan
sifatnya, cocok sebagai pemikul beban. Struktur baja banyak digunakan sebagai kolom dan
balok pada bangunan bertingkat, sistem penyangga atap, hanggar, jembatan, menara,
penahan tanah, pondasi tiang pancang dan berbagai jenis lainnya.
Pengguna baja di bidang konstruksi di bidang sangat diminati karena baja memiliki
sifat menguntungkan, seperti;
1. Mempunyai kekutan yang cukup tinggi
2. Ukuran batang yang cukup kecil bila dibandingkan dengan konstruksi lainnya
3. Sangat baik digunakan untuk bentang yang panjang
4. pengangkutan elemen struktur mudah dikerjakan
Selain mempunyai beberapa kelebihan, baja juga mempunyai beberapa kekurangan,
yaitu :
1. Ukuan tampang yang kecil, sehingga angka kelangsingan kecil mengakibatkan
bahaya tekuk
2. Kurang tahan terhadap suhu tinggi
3. Memerlukan pemeliharaan yang tepat dan membutuhkan biaya yang besar
Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, struktur baja sangat cocok digunakan pada
elemen truss, seperti kuda-kuda atap, menara antena, maupun struktur jembatan truss.
Adapun metode yang digunakan dalam struktur baja sebelumnya adalah metode ASD
(Alowable Stress Design ).
Namun dalam beberapa tahun terakhir, metode design baja mulai beralih kemetode
yang lebih rasional, yaitu metode LRFD ( Load Resistance and Factor Design ). Metode ini
didasarkan pada ilmu probabilitas sehingga dapat mengantisipasi ketidakpastian dari
materila beban.
Di indonesia, pemakaian metode ini telah diatur dalam SNI 03-1729-2002, untuk lebih
memahami metode ini telah diatur dalam SNI, maka dicoba mendesain suatu bangunan
pabrik dengan material baja berbasis metode LRFD.
Adapun bangunan baja yang didesain adalah bangunan industri dengan 2 lantai.
Bangunan industri merupakan salah satu bangunan untuk kegiatan usaha khususnya
industri. Perusahaan yang bergerak dalam bidang perindustrian biasanya berprinsip
ekonomi dalam setiap hal yang berhubungan dalam kegiatan industrinya.
Efisiensi dalam segala hal perlu dilakukan agar tercapai keuntungan yang sebesar-
besarnya dengan usaha atau biaya yang sekecil-kecilnya. Langkah awal dalam penerapan
efisiensi yaitu pada perencanaan bangunan industri itu sendiri karena merupakan basis
utama penerapan efisiensi dalam kegiatan perindustrian.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulis menyusun desain ini adalah :
1. Untuk menyelesaikan tugas desain sebagai syarat kelulusan untuk mata kuliah
struktur baja II
2. Untuk lebih memahami pemakaian struktur baja dalam bangunan pabrik
3. Untuk lebih memahami pemakaian metode LRFD dalam mendesain struktur yang
menggunakan material baja.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Prinsip Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian yang optimum.
Dalam suatu perencanaan harus diterapkan kriteria untuk menentukan tercapai atau
tidakanya penyelesaian yang optimum. Kriteria umum untuk struktur dapat berupa :
a. Harga yang minimum bagi pemilik
b. Berat yang minimum
c. Waktu konstruksi yang minimum
d. Tenaga kerja yang minimum
e. Biaya produksi minimum bagi pemilik
2.2 Material
Sifat material baja struktur yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi
persyaratan minimum berikut :
Tabel 2.1 Sifat mekanis baja struktural
Jenis Baja Fu (MPa) Fy (MPa) Perenggangan minimum
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 51 550 410 13
Sumber : SNI 03-1729-2002
Adapun beberapa sifat mekanik lainnya dari baja yaitu seperti yang tercantum dalam
SNI 03-1729-2002.
Modulus Elasitisitas (E) = 200.000 Mpa
Modulus Geser (CT) = 80.000 Mpa
Angka Poison = 0,3
Koefisien muai panjang (α) = 12 x 10-6 / 0C
Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasi menjadi baja karbon, baja
mutu tinggi, dan baja.
2.3 Kombinasi Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang berkerja pada struktur. Beban – beban yang dipakai
dalam perencanaan harus sesuai dengan yang ditentukan dalam peraturan baja Indonesia.
Penjumlahan beban-beban kerja dinamakan sebagai kombinasi pembebanan.Penjumlahan
beban-beban kerja dinamakan sebagai kombinasi pembebanan. Menurut SNI 03-1729-
2002 pasal 62.2 mengenai kombinasi pembebanan, dinyatakan bahwa dalam perencanaan
suatu struktur baja haruslah diperhatikan jenis-jenis kombinasi pembebanan berikut ini :
a. 1,4 D
b. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( La atau H )
c. 1,2 D + 1,6 ( La atau H ) + ( ɣL atau 0,8 w )
d. 1,2 D + 1,3 w + ɣL . L
e. 1,2 D ± 1,0 E + ɣL . L
f. 0,9 D ± ( 1,3 w atau 1,0 E )
dengan :
D : Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, tangga dan peralatan layan atap.
L : Beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk beban kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan dan lain-lain.
La : Beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,
dan material atau selama penggunaan yang biasa dilakukan oleh orang dan benda
bergerak.
H : Beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
w : Beban angin
E : Beban gempa yang ditimbulkan atau ditentukan dari peraturan gempa. ɣL = 0,5
bila L < 5 kPa dan ɣL = 1 bila L ≥ 5 kPa. Faktor beban untuk L harus sama dengan
1 untuk pertemuan umum dan semua daerah yang memikul beban hidup lebih besar
dari 5kPa.
2.4 Batang Tarik
Batang tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-struktur
jembatan, rangka atap, menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik
sangat efektif untuk memikul beban. Contoh-contoh batang tarik adalah :
Dalam menentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa tiga macam
kondisi kebutuhan yang menentukan :
a. Leleh dari luas penampang kotor, didaerah yang jauh dari sambungan
b.Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
c. Geser blok pada sambungan
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1 dinyatakan bahwa semua komponen
struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar Tu, maka harus memenuhi :
Kondisi leleh dan luas penampang kotor
(a) Pelat (b) Bulat Pejal
(c) Profil Kanal (d) Profil Siku
(g) Profil Siku Ganda (f) Profil Siku Bintang (h) Profil WF
(e) Profil S
Tu ≤φTn
(i) Profil Kanal Ganda(j) Profil I
Bila kondisi leleh yang menentukan, maka tahanan nominal Tn, dari batang tarik
memenuhi persamaan :
dengan: Ag = Luas penampang kotor (mm2)
Fy = Kuat leleh material (MPa)
Kondisi Fraktur luas penampang efektif pada sambungan
Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka tahanan nominal
Tn, dari batang tersebut memenuhi persamaan :
dengan: Ae= Luas penampang efektif = U · An
An = Luas netto penampang (mm2)
u = Koefisien reduksi
fu = Tegangan tarik putus (MPa)
dengan: φ adalah faktor tahanan, yang besarnya :
φ = 0,90 untuk kondisi leleh
φ = 0,75 untuk kondisi fraktur
Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil dari pada untuk
kondisi leleh, sebab kondisi fraktur lebih getas atau berbahaya dan sebaliknya, tipe
keruntuhan jenis ini sebaiknya dihindari.
Luas netto efektif
Masalah perhitungan luas netto efektif diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal
10.2. Dinyatakan dalam SNI bahwa luas penampang efektif komponen struktur
yang mengalami gaya tarik harus ditentukan :
dengan: u = koefisien reduksi = 1−ẋL
≤ 0,9
Tn = Ag · Fy
Tn = Ae · fu
Ae = U · An
ẋ = Eksentris Sambungan
L = Panjang Sambungan
Apabila gaya tarik disalurkan dengan las, maka :
1) Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang, maka Ae=Ag
2) Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang.
Ac = luas penampang yang disambung las (u=1)
3) Bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang
kedua bagian ujung elemen maka, Ae = u · Ag
dengan :
u = 1,00 untuk L ≥ 2w
u = 0,87 untuk 2w > L ≥ 1,5w
u = 0,75 untuk 1,5w > L ≥ w
L = Panjang las
w = Jarak antara las memanjang (lebar pelat)
Geser Blok
Geser blok merupakan sebuah elemen plat tipis menerima bahan raeik dan
sambungan dengan alat pengencang.Tahanan nominal tarik dalam keruntuhan geser
blok :
1) Geser leleh - tarik fraktur (fu · Ant ≥ 0,6 · fu · Anv)
Tn = 0,6 · Fy · Agv + fu · Ant
2) Geser fraktur - tarik leleh (fu · Ant < 0,6 · fu · Anv)
tn = 0,6 · fu · Anv + Fy · Agt
2.5 Batang Tekan
Batang tekan merupakan elemen struktur yang dikenai harga gaya tekan aksial, beban
aksial bekerja sepanjang sumbu longitudinal melalui centroid penampang melintangnya.
Aplikasi batang tekan :
- Rangka batang (truss) atap, jembatan dan jenisnya
- Strut ( pengaku diagonal)
- Bracing (CBF)
Jika sebuah batang tekan dibebani secara bertahap dari kecil sampai besar perlahan –
lahan, lambat laun batang tersebut akan tidak stabil dan menekuk, beban yang ada pada
kondisi tersebut disebut beban tekuk kritis.
a. Batang-batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
stabilitasnya (tidak ada bahaya tekuk)
λc=λπ √ Fy
E
Daya dukung nominal Nn struktur tekan :
Nn=Ag∙ f cr=A g ∙ Fyw
Daya dukung nominal Nn struktur tekan dipengaruhi oleh besarnya w yang
ditentukan oleh λc , yaitu :
Untuk λc < 0,25 maka, w = 1
untuk 0,25 < λc < 1,2 maka, w = 1,43
1,6−0,67 λ c
Untuk λc > 1,2 maka, w = 1,25 λc2
b. Panjang tekuk dapat digunakan menggunakan tabel
c. Angka kelangsingan
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x)
λ x=k ∙ Lx
r x
Pada arah sumbu bebas bahan harus dihitung kelangsingan ideal :
λ iy=√λ y2+ m
2λ
1
2
dan,
λ y=k ∙ Ly
r y dan λ1=
L1
r min
dengan :
Ly = Panjang komponen struktur tekan arah x dan y
k = Faktor panjang tekuk
rx , ry , rmin = Jari- jari girasi komponen struktur
m = Konstanta
L1 = Jarak antara pelat kopel pada arah komponen struktur beton
Adapun untuk kuat tekan rencana akibat tekuk lentur torsi ∅ n. Nnit dari komponen
struktur tekan yang terdiri dari suku ganda atau berbentuk T, dengan elemen – elemen
penampangnya mempunyai rasio lebar tebal ( Λ s) lebih kecil daripada yang disyaratkan.
Nnlt = Ag . f clt
f clt = ( fcry+ fcrz2 H ) [1−√1−4 fcry × fcrz × H
(fcry+fcrz )2 ]fcrx= GJ
A r o2
r o2= Ix+ Iy∆
+xo2+ yo
2
H=1−( xo2+ yo
2
r o2 )Dengan : ro = Jari – jari girasi polar terhadap pusat geser
Xo, Yo = Koordinat pusat geser terhadap titik berat
2.6 Rangka Kuda-kuda dan Gording
Gording membagi bentang atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi
horizontal. Gording meneruskan beban dari bagian atasnya pada titik buhul kuda-kuda.
Pada desain ini bahan gording yang digunakan adalah baja berbentuk WF.
Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan
bentuk pada atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur
kuda-kuda merupakan struktur yang termasuk klasifikasi struktur frame work.
2.7 Penutup Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada dibawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu, atau keperluan
perlindungan. syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Konstruksi atap harus kuat
2. Pemilihan atap harus sesuai
3. Lapisan atap dilapisi lapisan pengawet
4. Bahan penutup atap harus tahan terhadap cuaca
5. Kemiringan atap harus dibuat landa
2.8 Sambungan Kuda-kuda
Pada konstruksi baja dipakai beberapa alat sambungan yaitu : paku keling, baut, high
strenght bolt, dan las. Pada perencanaan desain struktur baja ini digunakan alat sambungan
las dan high strenght bolt.
Pengelasan merupakan salah satu cara menyambung bahan logam yang menghasilkan
peleburan bahan dengan memanaskannya hingga suhu yang tepat. Pemakaian las pada
bidang konstruksi dapat terbilang masih baru, hal ini karena ada pendapat bahwa las dapat
mengurangi tekanan tahanan leleh bahan. Adapaun keuntungan menggunakan las, yaitu :
Harga las lebih murah dibanding menggunakan baut atau paku keling
Struktur yang disambung dengan las akan lebih kaku
Komponen struktur dapat tersambung secara continue
Mudah untuk membuat perubahan desain dalam struktur
Tingkat kebisingan dalam pekerjaan las lebih kecil
Beberapa jenis sambungan yang sering dijumpai dalam sambungan las, adalah :
a. Sambungan sebidang (butt joint)
Dipakai untuk pelat datar dengan ketebalan sama atau hampir sama, keuntungan
sambungan ini adalah tak adanya eksentrisitas.
b. Sambungan lewatan (lap joint)
Sambungan ini mudah disesuaikan dan penyambungan relatif mudah, cocok juga
untuk tebal pelat yang berlainan.
Gambar 2.1 Butt Joint
c. Sambungan tegak (tee joint)
Sambungan ini banyak digunakan terutama untuk membuat penampang tersusun
seperti bentuk I, pelat girder, stiffener.
d. Sambungan sudut (corner joint)
Sambungan ini dipakai untuk penampang tersusun berbentuk kotak yang digunakan
untuk kolom atau balok yang menerima gaya torsi yang besar.
e. Sambungan sisi (Edge joint)
Sambungan ini bukan jenis struktural dan digunakan untuk menjaga agar dua atau
lebih pelat tidak bergeser satu sama lain.
Gambar 2.2 Lap Joint
Gambar 2.3 Tee Joint
Gambar 2.4 Corner Joint
2.9 Pelat Lantai
Untuk perulangan pelat beton yang digunakan difungsikan sebagai lantai, tebal
minimum adalah 12 cm, dengan tulang berisi beton 2 lapis, yaitu menggunakan beton
berdiameter 10 mm berjarak 10 cm pada lokasi momen max, dan diameter 10 mm berjarak
20 cm pada lokasi momen minimum.
2.10 Balok baja
Struktur balok baja biasanya akan digabung dengan bahan lantai yang lain, biasanya
lantai terbuat dari bahan beton bertulang dan juga disebut dengan balok komposit atau
penggabungan dari bahan bangunan yang berbeda sifat dan karakter.
Sebatang profil baja dikatakan berupa balok karena memikul momen saja. Balok baja
menopang papan beton pracetak. Balok induk, balok, kolom baja struktural diganakan
dalam membangun rangka bermacam-macam struktru mencakup bangunan satu lantai
sampai gedung pencakar langit. Karena baja struktural sulit unutuk dikerjakan, maka
biasanya dipotong, dibentuk dan dilubangi dalam pabrik ssesuai spesifikasi desain.
2.11 Kolom baja
Kolom merupakan elemen atau batang tekan yang berfungsi sebagai batang utama
pada struktur bangunan baja. Kekuatan kolom baja harus dirancang sekuat mungkin,
karena kolom ialah elemen terakhir dari struktur atas gedung yang akan memikul beban.
Oleh karena itu kolom harus dirancang lebih kuat dari pada balok.
Dalam perencanaan pendahuluan desain kolom, gaya-gaya dalam yang bekerja adalah
gaya aksial serta momen. Kelangsingan kolom tergantung pada jari-jari inersia dan panjang
tekuk. Suatu batang yang memikul gaya tekan aksial dan momen lentur secara bersama-
sama disebut beam-column.
2.12 Sambungan balok kolom
Pada perencanaan konstruksi baja biasanya sambungan las ada tiga macam, yaitu las
tumpu, las sudut, dan las baji.
1. Las tumpu (groove welds)
Untuk menyambung dua batang atau pelat dimana setelah selesai pengelasan
tidak ada lagi celah diatara kedua lubang. Las tumpu harus menyalurkan secara
Gambar 2.5 Edge Joint
penuh beban yang bekerja, maka las ini harus memiliki kekuatan sama dengan
batang. Untuk menyambung pelat atau profil baja dengan las tumpu ada 4
(empat) jenis, yaitu :
a. Las tumpu persegi panjang
Sambungan ini hanya dipakai bila tebal logam tidak lebih dari 5 mm
b. Sambungan tumpu V tunggal
Sambungan jenis ini tidak ekonomis bila logam dasar > 15 mm
c. Sambungan tumpu V ganda
Sambungan ini cocok untuk semua kondisi
Gambar
Gambar 2.6 Las tumpu persegi panjang
Gambar 2.7 Sambungan tumpu V tunggal
d. Sambungan tumpu U tunggal
Sambungan ini cocok untuk logam dasar yang tebalnya tidak lebih dari 30
mm
2. Las sudut (Fillet welds)
Tipe las ini paling banyak dijumpai dibanding tipe las lainnya. 80%
sambungan las menggunakan las sudut, karena tidak memerlukan presisi tinggi
dalam pengerjaannya. Ada tiga jenis las sudut, yaitu :
a. Las sudut datar
Sambungan jenis ini adala sambungan las paling umum digunakan karena
memberikan kekuatan yang sama dengan pemakaian elektroda yang lebih
sedikit.
b. Las sudut cekung
Pemakaian elektroda lebih banyak dari las sudut datar
Gambar
Gambar
Gambar
c. Las sudut cembung
Pemakaian elektroda lebih banyak dari pada sudut datar dan sama dengan
sudut cekung
3. Las baji atau pasak (slot and plug welds)
Jenis ini biasanya digunakan bersama-sama dengan las sudut. Manfaat
utamanya adalah menyalurkan gaya geser pada sambungan lewatan bila ukuran
panjang las terbatas oleh panjang yang tersedia untuk las sudut.
Filosofi umum dari LRFD terhadap persyaratan keamanan suatu struktur dalam hal ini
terutama untuk las adalah :
ø Rnw ≥ Ru
dimana :
ø = Faktor tahanan
Rnw = Tahanan nominal persatuan panjang las
Gambar 2.13 Slot Welds
Gambar 2.12 Las sudut cembung
Ru = Beban terfaktor persatuan panjang las
2.13 Pelat Kaki
Sebelum beban kolom diteruskan ke pondasi, kolom diterima terlebih dahulu oleh
pelat kaki untuk meratakan tekanan kolom pada pondasi. Luas dari pelat dapat
dicari dengan persamaan :
F = L · B · Jd
Dimana :
F = Beban kolom sentris
L = Panjang pelat kaki
B = Lebar pelat kaki
Jd = Tegangan izin dari pondasi
BAB III
DESAIN PENDAHULUAN
3.1 Bentuk Struktur Bangunan
Gambar 3.1 Tampak Depan
Gambar 3.2 Tampak Samping
Gambar 3.3 Tampak Belakang
Gambar 3.4 Rangka atap
3.2 Dimensi Stuktur Bangunan
Panjang bangunan : 45 m
Lebar bangunan : 20 m
Tinggi bangunan : 10 m
Untuk kantor tinggi satu lantai : 5 m
Untuk tinggi rangka atap : 6,77 m
Pada desain bangunan industri ini akan didesain 10 rangka atap kuda – kuda. Pada
satu rangka atap terdapat 22 titik buhul.
Panjang batang : 20 m
Kemiringan atap : 30 0
Rincian panjang batang rangka atap:
1. Batang bawah
b5=L
10=20
10=2 m
z1=b5× tan 30=1,155m
b1=sin 90 × b5
sin 60=2,309 m
b1=b2=b3=b4=b7=b8=b9=b10=2,309 m
b5=b6=2m
2. Batang atas
Karena batang atas sejajar dengan batang bawah, maka semua nilainya sama,
yaitu = 2,309 m.
C1=C2=C3=C4=C5=C6=C7=C8=C9=C10=2,309m
3. Batang vertikal
Panjang batang vertikal semua nilainya sama yaitu 1,0 m kecuali a6=2,155
4. Batang diagonal
d1=√( z−a1 )2+¿¿¿
d1=√(1,155−1 )2+¿¿
d5=√(b3)2+(a1)
2
d5=√¿¿
3.3 Bentuk Material
Dalam perencanaan bangunan industri ini, digunakan beberapa macam profil baja
dengan ukuran yang bervariasi pula, yaitu:
1. Batang Atas
Batang atas menggunakan :
profil Canal
2. Batang Bawah
Batang bawah menggunakan :
Profil Canal
3. Batang Vertikal
Batang vertikal menggunakan :
Profil Canal
4. Batang Diagonal
Batang diagonal menggunakan :
Profil Canal
5. Gording
Gording menggunakan :
Profil Canal
6. Kolom
Kolom menggunakan :
Profil WF
7. Balok
Balok menggunakan :
Profil WF
BAB IV
PEMBEBANAN
4.1 Beban Pada Bangunan Pabrik
Beban yang terjadi dan atau yang direncanakan terjadi, yang harus dipikul/ditahan
oleh suatu bangunan melalui system strukturnya. Struktur (dalam suatu bangunan )adalah
susunan elemen-elemen pokok yang membentuk pola ruangan tertentu dan berfungsi
sebagai alat untuk menyalurkan beban-beban berguna/berat sendiri bangunan ke tanah.
Pembebanan pada bangunan pabrik biasanya terdiri dari :
Beban Mati
Beban Mati : Beban yang tetap berada di gedung dan tidak berubah ubah
Beban Kuda – Kuda
Pada batang kuda – kuda diasumsikan menggunakan profil Channel 200.90.8.13,5
dengan berat batang 30,3 kg/m.
1. Berat kuda – kuda batang atas (c)
Berat batang = berat profil baja x panjang batang
c1=30,3 kgm
× 2,309 m
¿69,675 kg
Maka, berat batangc1=c2=c3=c4=c5=c6=c7=c8=c9=c10=69,675 kg
2. Berat kuda – kuda batang bawah (b)
Berat batang = berat profil baja x panjang batang
b1=30,3× 2,309
¿69,675 kg
maka ,berat batang b1=b2=b3=b4=b7=b8=b9=b10=69,675 k g
b5=30,3 kgm
×2m
¿60,6 kg
ma ka ,b5=b6=60,6 kg
3. Berat kuda – kuda batang vertikal (a)
Berat batang = berat profil baja x panjang batang
a1=30,3 kgm
×1m
¿30,3 kg
maka ,a1=a2=a3=a4=a5=a7=a8=a9=a10=a11=30,3 kg
a6=30,3 kgm×
2,155 m
¿65,287 kg
4. Berat kuda – kuda batang diagonal
Berat batang = berat profil baja x panjang batang
d1=30,3 kgm
×2,006 m
¿60,781 kg
maka ,d1=d2=d3=d4=d7=d8=d9=d10=60,781 kg
d5=30,3 kgm
×2,236 m
¿67,753 kg
maka ,d5=d6=67,753 kg
Berat Gording
Untuk desain gording diasumsikan profil baja Channel 200.80.7,5.11
Beratnya = 24,6 Kg/m
B(jarak antar kuda – kuda) = 5 m
Berat gording = berat persatuan panjang x panjang yang terbebani
Berat gording pada rangka atap ke – 1 dan ke – 10
P12=24,6 kgm
× 5m
¿123 kg
Maka, titik buhul P12=P13=P14=P15=P16=P17=P18=P19=P20=P21=P22=123 kg
Berat gording pada rangka atap ke – 2 sampai ke – 9
P12=24,6 kgm
× ( (0,5 ×5 )+0,5 ) m
¿73,8 kg
Maka, titik buhul P12=P13=P14=P15=P16=P17=P18=P19=P20=P21=P22=73,8 kg
Berat Penutup atap
Atap yang direncanakan adalah menggunakan seng gelombang
Berat atap = 10 kg/m2
Berat penutup atap = Berat penutup atap x Luas batang
Untuk berat atap pada rangka atap ke – 1 dan ke – 10
P12=10 kgm2 × (1,655× 3,077 ) m2
¿10 kgm2 × 5,092m2
¿50,921 kg
P13=10 kgm2 × (2,309× 3,077 ) m2
¿10 kgm2 × 7,107 m2
¿71,068 kg
maka , P13=P14=P15=P16=71,068 kg
P12=10 kgm2 × (1,155× 3,077 ) m2
¿10 kgm2 × 5,092m2
¿35,534 kg
Untuk berat atap pada rangka atap ke – 2 sampai ke – 9
P12=10 kgm2 × (1,655× 5 ) m2
¿10 kgm2 × 8,274 m2
¿82,735 kg
P13=10 kgm2 × (2,309× 5 ) m2
¿10 kgm2 × 11,547m2
¿115,470kg
maka , P13=P14=P15=P16=115,470 kg
P12=10 kgm2 × (1,155× 5 ) m2
¿10 kgm2 × 5,774 m2
¿57,735 kg
Berat Langit – Langit dan Penggantung
Berat langit – langit = 18 kg/m2
Beban langit – langit dan penggantung = luas batang x berat langit – langit
P1=18 kgm2 × (1,155 ×2,5 ) m2
¿18 kgm2 × 2,887 m2
¿51,962 kg
maka , P1=P11=51,962 kg
P2=18 kgm2 × (2,309 ×2,5 ) m2
¿18 kgm2 × 5,774 m2
¿103,923 kg
maka , P2=P3=P4=P8=P9=P10=103,923 kg
P5=18 kgm2 × (1,866 ×2,5 )m2
¿18 kgm2 × 4,665 m2
¿167,942 kg
maka , P5=P7=167,942 kg
P6=18 kgm2 × (2 ×2,5 ) m2
¿18 kgm2 × 5 m2
¿90 kg
Untuk berat atap pada rangka atap ke – 2 sampai ke – 9
P1=18 kgm2 × (1,155 ×5 ) m2
¿18 kgm2 × 5,774 m2
¿103,923 kg
P2=18 kgm2 × (2,309 ×5 ) m2
¿18 kgm2 × 11,547m2
¿207,846 kg
maka , P2=P3=P4=P8=P9=P10=207,846 kg
P5=18 kgm2 × (1,866 ×5 ) m2
¿18 kgm2 × 9,33 m2
¿167,942 kg
maka , P5=P7=167,942 kg
P6=18 kgm2 × (2 ×5 ) m2
¿18 kgm2 × 10 m2
¿180 kg
Beban Hidup
Beban Hidup : adalah beban yang berubah ubah pada struktur dan tidak tetap.
Termasuk beban berat manusia dan perabotnya atau beban menurut fungsinya
1. Beban Air Hujan
Dimana : α=30 °
B=5 m
Beban air hujan = 16 kg/m2
Beban air hujan = Beban Hujan Persatuan Luas x Luas Bagian Beban
Untuk rangka atap ke – 1 dan ke – 10
P12=16 kgm2 × 5,092m2
¿81,473 kg
P13=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P14=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P15=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P16=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P17=16 kgm2 ×3,553 m2
¿56,855 kg
P18=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P19=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P20=16 kgm2 ×7,107 m2
¿113,709kg
P21=16 kgm2 × 7,107 m2
¿113,709kg
P22=16 kgm2 × 5,092 m2
¿81,473 kg
Untuk rangka atap ke – 2 sampai ke – 9
P12=16 kgm2 × 8,274 m2
¿132,376 kg
P13=16 kgm2 ×11,547m2
¿184,752 kg
P14=16 kgm2 ×11,547 m2
¿184,752 kg
P15=16 kgm2 ×11,547m2
¿184,752 kg
P16=16 kgm2 ×11,547m2
¿184,752 kg
P17=16 kgm2 ×5,774 m2
¿92,376 kg
P18=16 kgm2 ×11,547m2
¿184,752 kg
P19=16 kgm2 ×11,547m2
¿184,752 kg
P20=16 kgm2 ×11,547m2
¿184,752 kg
P21=16 kgm2 × 11,547m2
¿132,376 kg
2. Beban Pekerja dan Peralatan
Beban pekerjaan pada tiap – tiap buhul menurut peraturan pembebanan
Indonesia untuk gedung (PPIUG) tahun 1983 ialah 100 kg. Dalam desain ini
untuk semua rangka kuda – kuda diberi beban pada buhul yang sama.
BAB V
ANALISIS STRUKTUR
5.1 Data Umum Struktur Rangka Baja
Analisa struktur untuk perencanaan desain menara air ini dilakukan dengan
bantuan software SAP 2000 v.14.
Rangka batang yang digunakan adalah menggunakan profil :
Titik buhul Beban (kg)P13 100P14 100P15 100P16 100P18 100P19 100P20 100P21 100
Profil Canel 200.90.8.15 (Kuda-Kuda)
Gambar 5.1 Profil Canel
Profil Canel 150.75.6,5.10 (Kuda-Kuda)
Gambar 5.2 Profil Canel
Profil Canel 200.80.7,5.11 (Gording)
Gambar 5.3 Profil Canal
Profil WF 400.400.13.21 (Balok)
Gambar 5.4 Profil WF
Profil WF 400.400.13.21 (Kolom)
Gambar 5.5 Profil WF
5.2 Data pembebanan
Beban-beban yang dimasukkan dalam perhitungan analisa struktur ini yaitu :
1. Beban Mati
a) Beban kuda-kuda 160,997 Kg.
b) Beban penutup atap 115,47 Kg.
c) Beban gording 123 Kg.
d) Beban langit-langit 207,846 Kg.
e) Berat sendiri rangka (dihitung secara otomatis dengan SAP).
2. Beban Hidup
a) Beban air hujan 184,752 Kg.
5.3 Hasil Analisa Struktur
Gaya-gaya batang yang terjadi akibat beban yang yang bekerja ditunjukkan dalam
Lampiran.
BAB VI
PERENCANAAN DIMENSI
6.1 Perencanaan Dimensi
Gambar 6.1 Perencanaan bangunan
Pada perencanaan dimensi batang profil baja digunakan nilai-nilai gaya batang dan momen yang membebani struktur. Dalam perencanaan dimensi ini digunakan mutu baja BJ 37 dengan data baja sebagai berikut :
Fu : 370 MPa
Fy : 240 MPa
E : 200000 MPa
6.2 Perencanaan Dimensi Struktur
1. Batang Atas Struktur Kuda-Kuda
Digunakan baja C 200.90.8.15
Detail profil :
tw = 8,000 mmtf = 13,500 mmB = 90,000 mmH = 200,000 mmAg = 3863,000 mm2
rx = 80,300 mmry = 27,200 mm
Ix =24900000,00
0 mm4
Iy = 2860000,000 mm4
Mutu baja :
Fy = 240,000 MpaFu = 370,000 MPa
E =200000,00
0 MPa
G = 76923,077 MPaK = 1,000v = 0,300
j =168633,83
3
Cek kelangsingan :
Cek kelangsingan flens :
btf
≤ 250√ fy
9013,5
≤ 250√240
6,667 ≤ 16,137
Cek kelangsingan web :
htw
≤ 665√ fy
2008
≤ 665√240
25≤ 42,926
Data batang tekan :
ex = 100,000 mmey = 27,700 mmro2 = 9114,710x0 = 43,916 mmy0 = 0,000 mmH = 0,788fcrz = 368,412
2. batang bawah struktur kuda-kuda
... Oke !
... Oke !
Digunakan baja C 150.75.6,5.10
Detail profil :
Mutu baja :
Fy = 240,000 MPaFu = 370,000 MPaE = 200000,000 MPaG = 76923,077 MPaK = 1,000V = 0,300J = 59397,917
Cek kelangsingan :
Cek kelangsingan flens :
btf
≤ 250√ fy
7510
≤ 250√240
7,5 ≤16,137
Cek kelangsingan web :
... Oke !
tw = 6,500 mmtf = 10,000 mmB = 75,000 mmH = 150,000 mmAg = 2371,000 mm2
rx = 60,400 mmry = 22,700 mm
Ix =8640000,00
0 mm4
Iy =1220000,00
0 mm4
htw
≤ 665√ fy
1506,5
≤ 665√240
23,077 ≤ 42,926
Data batang tekan :
3. gording
Digunakan profil C 200.80.7,5.11
Mutu baja :
Cek kelangsingan :
ex = 75,000 mmey = 23,100 mmro2 = 5499,687x0 = 36,621 mmy0 = 0,000 mmH = 0,756fcrz = 350,395
Detail profil :tw = 7,5 Mmtf = 11 MmB = 80 MmH = 200 MmAg = 3133 mm2
rx = 78,9 Mmry = 23,8 Mm
Ix =1950000
0 mm4
Iy = 1770000 mm4
Fy = 240 MPaFu = 370 MPaE = 200000 MPa
G =76923,0
8 MPaK = 1v = 0,3
J =168633,
8
Cek kelangsingan flens :
btf
≤ 250√ fy
8011
≤ 250√240
7,272 ≤16,137
Cek kelangsingan web :
htw
≤ 665√ fy
2007,5
≤ 665√240
26,667 ≤ 42,926
Data batang tekan :
4. Balok
Digunakan WF 400.400.13.21
Detail profil dan perencanaan :
... Oke !
... Oke !
Ex = 100 MmEy = 22,4 Mm
ro2 =8092,41
5
x0 =36,1025
6 Mmy0 = 0 Mm
H =0,83893
6
Fcrz =280,515
2
H = 400 mm h = 314 mm
B = 400 mm
rx = 175 mm
tw = 13 m
mry = 101 mm
tf = 21 mm A = 2187
0 mm2
r = 22 mm L = 1000
0 mm
k = 1
fu = 370 MP
afy = 240 MP
a
E = 200000
MPa
G = 76923 MPa
m = 0,3
Data dari SAP :
Nu yang terjadi pada rangka = 14,569 kN.m
Mu yang terjadi pada rangka = 178,30 kN.m
Cek tahanan tekan nominal terhadap sumbu lemah, kelangsingan terhadap sumbu Y
λy= k Lry
λy=1 ×10000101
=99,01
λcy= λyπ
×√ fyE
λcy=99,013,14
×√ 240200000
=1,092
Syarat : 0,25 < 𝞴cy < 1,2 »» oke!
w= 1,431,6−(0,67 × λcy)
w= 1,431,6−(0,67×1,092)
=1,647
Nn=Ag fyw
Nn=21870 × 2401,647
Nn=3186582,93 N=3186,583 kN
∅ Nn=0,85Nn
∅ Nn=0,85× 3186,583 kN=2708,595 kN
Nu yang terjadi pada batang<∅ Nn
14,569 kN<2708,595 kN
Nu∅ Nn
<0,2
14,5692708,595
<0,2
0,0054<0,2
Maka, harus memenuhi syarat
Cek kelangsingan :
Cek kelangsingan flens :
b2tf
≤ 250√ fy
4002× 21
≤ 250√240
9,52 ≤16,137
Cek kelangsingan web :
htw
≤ 665√ fy
40013
≤ 665√240
30,769 ≤ 42,926
Cek penampang kompak atau tidak kompak :
λ= htw
=H−2( tf +r )
tw
... oke!
... Oke !
... Oke !
= Nu+
Mu< 12 . Ø . Nn Øb . Mn
λ=400−2(21+22)13
=24,154
λp=500√ fy (2,33− Nu
∅ b Nn )λp= 500
√240 (2,33− 14,5690,9× 318658,29 )
λp=75,199
λ< λp
24,154<75,199
Perbesaran momen :
k Lrx
=1 ×10000175
=57,143
N el=π2 E Ag
¿¿
N el=3,142× 200000× 21870
¿¿
N el=13207303,9 N=13207,304 kN
Nilai Cm = 1,0 untuk komponen struktur dengan ujung sederhana.
δ b=Cm
1− NuNel
δ b=1
1− 14,56913207,304
δ b=1,00
zx=b tf (d−tf )+ 14
tw¿
Penampang kompak!
zx=400 ×21 (400−21 )+ 14
13¿
zx=3650433,25 mm
Mn=zx fy
Mn=3650433,25× 240
Mn=876103980 N . mm=876,104 kN . m
M u '=δ b Mu
M u '=1× 178,30
M u '=178,30 kN . m
Maka :
Nuzx∅ Nn
+ Mu'∅ b Mn
<1,0
14,5693650433,25× 0,8 ×3186,58
+ 178,300,9 × 876,104
<1
0,226<1
5. Kolom
Digunakan WF 400.400.13.21
Detail profil dan perencanaan :
... Oke !
H = 400 Mm h = 314 mm
B = 400 Mm
rx = 175 mm
tw = 13 M
mry = 101 mm
tf = 21 Mm A = 2187
0mm2
r = 22 mm L = 10000 mm
k = 0,8
fu = 370 MP
afy = 240 MP
a
E = 200000
MPa
G = 76923 MPa
m = 0,3
Data dari SAP :
Nu yang terjadi pada rangka = 263,498 kN.m
Mu yang terjadi pada rangka = 87,107 kN.m
Cek tahanan tekan nominal terhadap sumbu lemah, kelangsingan terhadap sumbu Y
λy= k Lry
λy=0,8 ×10000101
=39,60
λcy= λyπ
×√ fyE
λcy=39,603,14
×√ 240200000
=0,437
Syarat : 0,25 < 𝞴cy < 1,2 »» oke!
w= 1,431,6−(0,67 × λcy)
w= 1,431,6−(0,67 × 0,437)
=1,094
Nn=Ag fyw
Nn=21870 × 2401,094
Nn=4798303,10 N=4798,303 kN
... oke!
∅ Nn=0,85Nn
∅ Nn=0,85× 4798,303 kN=4078,557 kN
Nu yang terjadi pada batang<∅ Nn
263,498 kN<4078,557 kN
Nu∅ Nn
<0,2
263,4984078,557
<0,2
0,064<0,2
Maka, harus memenuhi syarat
Cek kelangsingan :
Cek kelangsingan flens :
b2tf
≤ 250√ fy
4002× 21
≤ 250√240
9,52 ≤16,137
Cek kelangsingan web :
htw
≤ 665√ fy
... Oke !
... Oke !
= Nu+
Mu< 12 . Ø . Nn Øb . Mn
40013
≤ 665√240
30,769 ≤ 42,926
Cek penampang kompak atau tidak kompak :
λ= htw
=H−2( tf +r )
tw
λ=400−2(21+22)13
=24,154
λp=500√ fy (2,33− Nu
∅ b Nn )λp= 500
√240 (2,33− 263,4980,9× 4798,303 )
λp=73,321
λ< λp
24,154<73,321
Perbesaran momen :
k Lrx
=0,8 ×10000175
=22,857
N el=π2 E Ag
¿¿
N el=3,142× 200000× 21870
¿¿
N el=26288423,4 N=26288,423 kN
Nilai Cm = 1,0 untuk komponen struktur dengan ujung sederhana.
Penampang kompak!
δ b=Cm
1− NuNel
δ b=1
1− 263,49826288,423
δ b=1,00
zx=b tf (d−tf )+ 14
tw¿
zx=400 ×21 (400−21 )+ 14
13¿
zx=3650433,25 mm
Mn=zx fy
Mn=3650433,25× 240
Mn=876103980 N . mm=876,104 kN . m
M u '=δ b Mu
M u '=1× 87,107
M u '=87,107 kN . m
Maka :
Nuzx∅ Nn
+ Mu'∅ b Mn
<1,0
263,4983650433,25× 0,8 ×4798,303
+ 87,1070,9× 876,104
<1
0,112<1... Oke !