BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu...

78
1 LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA DESTINASI WISATA INTERNASIONAL TIM PENELITI NIDN Ketua : Dr. Ni Luh Nyoman Seri Malini, M.Hum 0029056907 Anggota : 1 Dra. Luh Putu Laksminy, M.Hum 0006026104 2 Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum 0031126517 Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 17/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015 UNIVERSITAS UDAYANA NOVEMBER 2015 Kode/Nama Rumpun Ilmu: 521 /Ilmu Linguistik

Transcript of BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu...

Page 1: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

1

LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING

BAHASA IBU

DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL

PADA DESTINASI WISATA

INTERNASIONAL

TIM PENELITI

NIDN

Ketua : Dr. Ni Luh Nyoman Seri Malini, M.Hum 0029056907

Anggota :

1 Dra. Luh Putu Laksminy, M.Hum 0006026104

2 Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum 0031126517

Dibiayai oleh

Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian

Nomor : 17/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015

UNIVERSITAS UDAYANA

NOVEMBER 2015

Kode/Nama Rumpun Ilmu: 521 /Ilmu Linguistik

Page 2: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

2

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ 1

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

RINGKASAN ...................................................................................................... 4

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 5

1.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 5

1.3 Urgensi Penelitian ................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 7

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 7

2.2 Peta Jalan Penelitian ............................................................................... 10

BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................... 12

3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 12

3.2 Jenis dan sumber Data Penelitian ............................................................ 12

3.3 Instrumen Penelitian ................................................................................ 12

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 17

Page 3: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

3

RINGKASAN

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menemukan model

pemertahanan bahasa ibu di daerah tujuan wisata internasional di Bali . Tujuan

khususnya adalah untuk mengetahui dan menganalisis model pemertahanan bahasa

Bali oleh masyarakat Bali khususnya generasi muda di Provinsi Bali yang meliputi

1) pola-pola pemakaian bahasa Bali oleh generasi muda di Bali dan 2) sikap bahasa

generasi muda terhadap bahasa Bali. Lokasi penelitian ini di daerah Bali bagian

Selatan dan Timur seperti Sanur (kota Denpasar), Kuta (kabupaten Badung),dan

Ubud (kabupaten Gianyar) dan pada Bali bagian barat (Tanah Lot) dan bagian

Utara (Lovina). Data dijaring menggunakan metode observasi dan menyebarkan

kuesioner, dibantu dengan teknik wawancara, dan teknik catat. Sample penelitian

ini adalah anak-anak dan remaja yang dilahirkan di Bali dan menggunakan bahasa

Bali sebagai bahasa ibu. Teknik quota diterapkan untuk menetapkan jumlah anggota

sampel tiap golongan yaitu masing-masing sebanyak 25 orang. Data dianalisis

menggunakan metode kualitatif dan kuantatif, kemudian disajikan dengan metode

formal dan informal. Dengan menggunakan teori pilihan bahasa dan teori

perubahan bahasa diharapkan dapat ditarik generalisasi model pemertahanan bahasa

ibu di daerah multilingual. Model pemertahanan ini sangat signifikan untuk

diketahui agar sistem dan mekanisme pewarisan bahasa baik yang dilakukan pada

ranah formal maupun informal dapat dilakukan dengan tepat dan terarah yaitu agar

mampu mewujudkan diversitas kultural, memelihara identitas etnis,

memungkinkan adaptabilitas sosial, secara psikologis menambah rasa aman bagi

anak, dan meningkatkan kepekaan linguistis.

.

Page 4: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

4

. BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Bali adalah salah satu bahasa yang digunakan sebagai bahasa ibu oleh

masyarakat Bali dan juga merupakan salah satu elemen budaya Bali. Bahasa Bali

terkategori sebagai bahasa yang aman karena memiliki penutur di atas dua juta,

memiliki tradisi tulis yang kuat dan memiliki peranan sebagai pendukung

kebudayaan daerah (Alwi, 2001). Seiring dengan perkembangan jaman dan

munculnya berbagai destinasi wisata nternasional di Bali, menuntut masyarakat

sekitar destinasi wisata mampu berbahasa asing utamanya bahasa Inggris dengan

baik. Masyarakat sekitar destinasi wisata pada akhirnya cenderung menjadi

bilingual bahkan multilingual khususnya kalangan generasi muda. Mengingat

kondisi tersebut, timbul pertanyaan sejauh manakah kebertahanan generasi muda

terhadap bahasa ibunya. Untuk itu, penelitian mengenai tingkat kebertahanan

bahasa Bali sebagai bahasa ibu penting dilakukan sehingga ditemukan model

kebertahanan agar pembinaan dan pengembangan bahasa Bali berjalan sesuai

dengan kebijakan kebahasaan yang ada. Agar dapat dilaksanakan pembinaan dan

pengembangan yang tepat maka harus dilakukan terlebih dahulu harus dipahami

kondisi riil bahasa Bali di Bali termasuk perubahan-perubahan yang dialaminya

khususnya di daerah destinasi wisata internasional.

1.2 Tujuan Khusus

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menemukan model

pemertahanan bahasa ibu di daerah tujuan wisata internasional. Tujuan khususnya

adalah untuk mengetahui dan menganalisis model pemertahanan bahasa Bali oleh

masyarakat Bali khususnya generasi muda di Provinsi Bali yang meliputi 1) pola-

pola pemakaian bahasa Bali oleh generasi muda di Bali dan 2) sikap bahasa

Page 5: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

53

generasi muda terhadap bahasa Bali.

1.3 Urgensi Penelitian

Secara teoretis penelitian ini bermanfaat agar dapat menerapkan, menguji, dan

atau mengembangkan pendekatan sosiolinguistik pada penggunaan bahasa di daerah

heterogen dan memiliki intensitas kontak yang tinggi. Hasil temuan diharapkan

memberikan kontribusi positif bagi perkembangan teori linguistik di Indonesia,

khususnya di bidang linguistik makro

Secara praktis hasil penelitian ini bermanfat bagi pihak-pihak yaitu :1). Pusat

Bahasa dalam merancang pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra daerah

khususnya di daerah-daerah yang memiliki intensitas pertemuan berbagai bahasa

sangat tinggi seperti di daerah wisata, daerah perkotaan pemukiman transmigran dan

atau daerah perbatasan,2) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bali menentukan

kebijakan pendidikan khususnya dalam pendidikan bahasa daerah dan bahasa ibu 3). Para peneliti

dan penyelenggara pendidikan sosial, budaya, bahasa dan kesenian agar memahami, membina, dan

mengembangkan sistem pendidikan dan kebudayaan terutama bagi masyarakat Bali yang berada di

daerah destinasi wisata internasional.dan 3). Masyarakat Bali umumnya dan generasi muda

khususnya agar memahami pentingnya pelestarian Bahasa Bali dalam upaya pelestarian

budaya Bali.

Secara prospektif hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi masyarakat akademis

atau para peneliti di bidang sosial – selain di bidang bahasa- seperti sosiologi, antropologi, dan

psikologi mengingat penelitian kebahasaan di daerah heterogenitas yang tinggi belum banyak

dilakukan. Adanya kecenderungan generasi muda untuk berakomodasi dan berasimilasi dengan

penutur bahasa lain menunjukkan adanya hubungan sosial yang bersifat asosiatif. Kajian

mengenai hubungan ini bermanfaat bagi sosiologi untuk melihat hubungan sosial antara

masyarakat lokal dan tamu asing yang berkunjung ke Bali. Bagi linguistik antropologi

penelitian ini bermanfaat untuk mempelajari hubungan antara bahasa dan prilaku sosial.

Page 6: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian mengenai pemertahanan bahasa yang meliputi pola pemakaian

bahasa,sikap bahasa, sistem pewarisan bahasa telah banyak dilakukan oleh para peneliti

terdahulu. Beberapa di antaranya dijelaskan di bawah ini.

Berkaitan dengan pemertahanan bahasa Bali terlihat tanda-tanda menggembirakan ke

arah pelestarian dan pemeliharaan bahasa Bali di antara penutur bahasa Bali di daerah-daerah

pemukiman baru yang meliputi daerah Lampung, Sulawesi, Timor, dan Sumbawa ditemukan

Sutjaja (1991). Dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik yang dikaitkan dengan

identitas etnik faktor-faktor seperti umur, jangka waktu tinggal, kelas sosial, jenis pekerjaan, dan

topik pembicaraan juga menentukan pilihan variasi bahasa yang digunakan, baik tertulis maupun

lisan. Bahasa telah menjadi bagian dari jati diri mereka, di samping bahasa merupakan aspek

budaya. Pemeliharaan bahasa telah berjalan bersamaan dengan kenyataan adanya pemisahan

sosial dalam masyarakat. Pemisahan ini didasarkan pada sistem kasta dan anggota masyarakat

menerimanya sebagai warisan tradisi. Kontak antarkelompok masyarakat ini mengharuskan

pemakaian bentuk bahasa yang tepat agar tidak menimbulkan salah paham, terutama yang

menyangkut penghinaan. Peran upacara keagamaan dan tradisi tidak pula dapat diabaikan dalam

hubungannya dengan bahasa daerah. Perilaku dan tatakrama pergaulan yang ditunjukkan oleh

kaum tua telah menjadi contoh bagi para pemuda dan ini diakui manfaatnya oleh mereka

(Sutjaja :1991). Ditinjau dari segi kebahasaan, Sutjaja (1996:220) menyampaikan bahwa

komunitas Bali di Lampung menghadapi dua permasalahan pada saat bersamaan, yakni

(a) memudarnya penggunaan sor singgih (speech level) dan tergantikan oleh

penggunaan bentuk lumrah secara lebih dominan dan (b) bahasa Bali semakin jarang

dipergunakan dan tergantikan oleh bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal itu dapat

dikatakan bahwa bahasa Bali yang dipergunakan di Lampung merupakan bentuk yang

paling sederhana yang penggunaannya dipertahankan di sepanjang pura-pura dan kuil

Bali sebagai penanda utama identitas ke-Bali-an mereka. Dalam situasi menurunnya

penggunaan bahasa Bali, dikatakan Sutjaja (1996:220) bahwa kesenian memegang

peranan vital dalam upaya pemertahanan bahasa Bali di Lampung seperti yang terjadi

di Bali. Kebertahanan bahasa Bali di Lampung terlihat juga dari penggunaan istilah

kekerabatan dan variasi tutur sapa bahasa daerah Bali yang digunakan oleh keluarga dosen di

Page 7: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

55

Lampung. Pola tutur sapa bahasa Bali yang digunakan dalam berkomunikasi di Lampung

ditemukan masih cukup bertahan (Wetty :1996).

Hasil berbeda ditemukan oleh Kismosuwartono (1991:107) yang mengkaji pola

pengasuhan anak keluarga petani transmigran Jawa dan Bali di Lampung Tengah. Salah satu

aspek pembahasan yang dikemukakan yaitu penggunaan bahasa Jawa oleh anak-anak

transmigran Bali dalam kehidupan sehari-hari. Kendati pihak orang tua berbicara bahasa Bali,

anak-anak muda menjawabnya dengan bahasa Jawa. Hasil penelitian tersebut jelas

menggambarkan gejala keterdesakan bahasa Bali khususnya di kalangan anak- anak. Meskipun

penelitian ini bersifat antropologis, penelitian ini juga menyentuh masalah kebahasaan. Hasil

penelitian yang menggambarkan adanya gejala memprihatinkan terhadap bahasa Bali itu

mengisyaratkan bahwa pentingnya langkah-langkah mempertahankan bahasa Bali.

Mandala (2000) mengadakan penelitian tentang penggunaan bahasa Bali orang-

orang Bali yang menetap di Lombok. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

penutur bahasa Bali di Lombok adalah dwibahasawan dan sebagian lagi

multibahasawan. Mereka fasih berbahasa Sasak. Jika berbicara dengan orang yang

belum dikenal, mereka pertama-tama menggunakan bahasa Indonesia, dan setelah jati

diri lawan bicaranya diketahui dengan jelas barulah mereka mengambil strategi yang

lebih tepat dalam berkomunikasi, terutama menyangkut pemilihan kode yang sesuai.

Mereka tergolong cukup fundamentalis dalam hal penggunaan bahasa, sehingga orang

awam mengatakan bahwa bahasa Bali di Lombok lebih Bali dibandingkan dengan

bahasa Bali di Bali.

Laksminy (2001) mengungkapkan adanya kebertahanan Bahasa Indonesia dalam

keluarga campuran etnik Bali dengan orang asing, karena keluarga KCBT dan KCBB

cenderung memilih BI untuk berkomunikasi pada setiap ranah. Walaupun demikian,

dalam keluarga campuran etnik Bali dengan orang asing, tingkat kebertahanan BB - B1

penutur BB, cukup tinggi. Hal ini tercermin dari pilihan dan pemakaian BB lebih

tinggi dari BJp dan BAs1, karena semakin tinggi frekuensi pilihan B1 semakin

bertahan B1 tersebut. Keterkaitan aspek sosiologis, seperti faktor ranah yang

menentukan pilihan dan pemakaian bahasa yang didasarkan atas ranah konstalasi

seperti pelibat, latar, topik, dan situasi, serta aspek non-sosiologis, seperti strategi

orang tua mentransfer bahasa kepada anak dan faktor-faktor yang mendukung

pemilihan strategi tersebut, faktor latar belakang sosial budaya, demografi dan bahasa

Page 8: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

56

lingkungan, etnisitas pelibat, gender, dan faktor kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa

yang terlibat dalam komunikasi tersebut, memberikan dorongan yang cukup besar

terhadap kebertahanan BI umumnya, dan kebertahanan BB khususnya.

Penelitian khusus pada kebertahanan bahasa penutur generasi remaja dilakukan

oleh Adisaputera (2010). Adisaputera (2010) melakukan penelitian mengenai

kebertahanan bahasa Melayu Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat. Menurutnya,

kebertahanan bahasa Melayu Langkat dapat dilihat dari proses regenerasi penuturnya.

Dalam proses regenerasi penutur bahasa Melayu Langkat, ada indikasi tidak

dikuasainya lagi sejumlah kosakata oleh penutur remaja karena hilangnya sebagian

unsur sosial-budaya dan sosial-ekologi dalam komunitas Melayu di Stabat. Dalam

penelitian ini Adisaputera membuktikan adanya pergeseran BML ke BI di setiap ranah

penggunaan dan dalam berbagai situasi komunikasi. Dalam BML ditemukan juga

indikasi pergeseran bahasa secara internal. Pergeseran ini dipicu oleh keinginan

penutur untuk menyesuaikan bentuk-bentuk BML dengan bentuk-bentuk dan makna

lingual dalam BI, baik pada tataran bunyi, leksikal, maupun gramatikal.

Suteja (2007) mengungkap sikap (konatif, afektif, dan kognitif) kelompok

mahasiswa etnis Bali di Denpasar terhadap pemakaian ragam BB lisan dalam

komunitas pergaulan sehari-hari dalam konteks pilihan antarragam BB. Disimpulkan

bahwa rata-rata mereka bersikap negatif, baik kelompok yang tinggal di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Namun, sikap mereka terhadap pemakaian BB secara

umum dalam konteks pilihan bahasa antara BI dan BB untuk alat komunikasi informal

untuk kelompok yang tinggal di daerah perkotaan adalah negatif, sedangkan untuk

kelompok pedesaan bersikap netral. Sikap negatif tersebut terungkap karena ragam BB

pada umumnya dianggap tidak mencerminkan kesetaraan sosial dan kurang praktis

karena pemakaian kosakotanya yang dianggap sangat rumit.

Parwati ( 2011) melaksanakan penelitian terhadap remaja Kuta. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan secara rinci (1) pilihan BI dan BB, (2) pilihan ragam

BB alus dan lumrah (BBA dan BBL),dan (3) menguraikan bentuk-bentuk lingual

dalam peristiwa alih kode dan campur kode yang muncul dalam tuturan komunitas

remaja di wilayah Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Desa Sanur, Kecamatan

Denpasar Timur, dan Kecamatan Ubud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Page 9: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

57

pilihan bahasa komunitas remaja di Kecamatan Kuta, Sanur dan Ubud dalam

berinteraksi adalah BB dan BI.

Malini, dkk (2012) dalam penelitiannya terhadap pemertahanan Bahasa bali

generasi muda di daerah destinasi wisata di Bali menemukan bahwa pilihan bahasa

generasi muda di Bali yaitu bahasa Bali, Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa- bahasa

tersebut digunakan pada berbagai ranah, utamanya ranah rumahtangga, ketetanggaan dan ranah

agama. Terkait dengan kemampuan berbahasa secara umum dapat dikatakan bahwa

pemahaman dan pengetahuan kata berimplikasi langsung terhadap pemakaian kosakata

itu sendiri. Semakin tinggi pemahaman kosakatanya makin semakin tinggi pula tingkat

pemakaiannya demikian sebaliknya. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

pemahaman dan pengetahuan kosakata dasar baik itu kosakata dasar Swadesh,

kosakata berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial masyarakat, kosakata berkaitan

dengan kehidupan religi, kosakata berkaitan dengan kesenian, kosakata berkaitan

dengan matapencaharian secara umum di Ubud lebih tinggi tingkat pemahamannya

dan pemakaiannya lalu Sanur dan terrendah Kuta. Secara geografis Ubud merupakan

daerah wisata pedesaan, Ubud masih dikelilingi oleh desa-desa kental dengan

tradisional Bali dengan ciri masyarakat lebih komunal dan lebih homogen lebih-lebih

keberadaan Puri Ubud sampai saat ini masih kuat dengan ciri feodalismenya, Ubud

jauh dari perkotaan. Pariwisata Ubud lebih mengandalkan budaya dan di sekeliling

Ubud masih terbentang persawahan. Berbeda halnya dengan Sanur dan Kuta. Kedua

wilayah ini berada di pesisir pantai, sangat dekat dengan perkotaan dan penduduknya

pun lebih heterogen baik dari segi agama, ras, suku bangsa, matapencaharian dan

sebagainya. Terkait dengan sikap bahasa dari aspek kognitif, afektif dan konatif

generasi muda memiliki kecenderungan bersikap positif. Sikap positif ini merupakan

modal dasar yang harus dimiliki dalam upaya pemertahanan bahasa.

2.2 Peta Jalan Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan terdahulu berkaitan dengan

fenomena kontak bahasa dan perkembangan bahasa pada daerah daerah yang

heterogen. Peta jalan penelitian (roadmap penelitian) adalah sebagaimana bagan

berikut.

Page 10: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

58

LUARAN 1.Model Pemertahanan Bahasa Ibu d i Destinasi Wisata Internasional di Bali

2. Dihasilkannya publikasi dalam bentuk buku

PE

NE

LIT

IAN

SA

AT

INI

Penelitian terbatas pada generasi muda Bali di pedesaan dan di luar wilayah pakai

bahasa Bali antara lain oleh :

Malini (2012) –penggunaan bahasa Bali di daerah destinasi wisata

Malini (2011)- degradasi penguasaan BB generasi muda di Lampung

Adisaputera (2010)-kebertahanan bahasa Melayu Langkat pada generasi muda

Parwati (2011) pemertahanan bahasa generasi muda di Kuta

Suteja (2007)- sikap bahasa etnis remaja denpasar

Laksminy (2004) –kebertahanan bahasa keluarga campuran etnis Bali dan etnis

asing

PE

NE

LIT

IAN

SE

BE

LU

MN

YA

Untuk mengetahui dan menganalisis kebertahanan

bahasa Bali oleh masyarakat Bali khususnya generasi

muda di Provinsi Bali yang meliputi 1) pola-pola

pemakaian bahasa Bali oleh generasi muda di Bali dan

2) sikap bahasa generasi muda terhadap bahasa Bali.

1.

T

U

J

U

A

N

M

E

T

O

D

E

Subyek : generasi muda Bali di daerah destinasi wisata

Metode :observasi partisipasi, kuesioner

Analisis data : Teori pilihan dan perubahan bahasa

Page 11: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

59

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berdasarkan filosofi fenomenologis. Paradigma tersebut

membawa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif . Berkaitan dengan

metode penelitian dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di daerah-daerah destinasi wisata internasional di

Bali yaitu di Bali bagian Selatan dan Timur seperti Sanur (kota Denpasar), Kuta

(kabupaten Badung), Ubud (kabupaten Gianyar), di Bali barat dan utara yaitu di

Tanah Lot (kabupaten Tabanan) dan Lovina (kabupaten Buleleng). Pemilihan lokasi

tersebut karena daerah tersebut adalah destinasi wisata internasional yang mana terjadi

kontak bahasa yang tinggi antara wisatawan dan masyarakat lokal sebagai pengguna

bahasa ibu.

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data lisan. Data primer penelitian ini

yaitu kata-kata, kalimat-kalimat, atau wacana yang dituturkan antar generasi muda

Bali dalam ranah keluarga, kekariban, pendidikan dan religi. Generasi muda Bali juga

menjadi responden penelitian ini. Generasi muda dimaksud adalah anak-anak usia

sekolah. Jumlah responden pada tahun pertama sejumlah 75 orang yang berasal dari

ketiga lokasi masing-masing 25 orang. Data yang diambil dari responden berupa data

lisan berupa teks pada kehidupan sosial generasi muda Bali. Data sekunder penelitian

ini adalah a) hasil survei sosiolinguistik dan b) informasi mengenai situasi kebahasaan,

kebudayaan dan tradisi masyarakat Bali.

3.3 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian diperlukan beberapa

instrumen, yang terdiri dari instrumen utama dan instrumen tambahan. Uraian masing-

masing instrument itu sebagai berikut.

Page 12: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

60

1) Instrumen utama

Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument).

Moleong (1998:19) menyatakan bahwa pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data

lebih banyak tergantung pada diri sendirinya sebagai alat pengumpul data. Hal tersebut

juga disebabkan penelitian ini bersifat etnografis yang bercirikan observation

participation.

2) Instrumen tambahan

Untuk menjaga validitas dan relibilitas data dan supaya penelitian berjalan

pada jalur yang sesuai dengan tujuan, sebagai bahan triangulasi digunakan beberapa

alat pengumpul data dan sebagai instrumen tambahan digunakan kuesioner survei

linguistik. Daftar pertanyaan disusun dengan membuat pertanyaan yang khusus, kongkret,

dan sesuai dengan konteks. Pertanyaan juga diupayakan dapat mengungkapkan bukti,

bukan simpulan (Showalter,1991:26). Daftar pertanyaan diadopsi dari berbagai sumber

seperti Mahsun (2005: 296-321), Dhanawaty (2002: 476-486), Showalter (1991:13-26),

dan Nursaid dkk (2000). Sumber-sumber pertanyaan tersebut dimodifikasi dan

disesuaikan dengan kepentingan penelitian ini.

Secara umum rancangan metode penelitian adalah sebagaimana bagan berikut.

Page 13: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

61

PENELITIAN

SEBELUMNYA

PENELITIAN SAAT INI

LUARAN :

-Model Pemertahanan

bahasa Ibu

-Publikasi berupa buku Data : tulis dan lisan

Lokasi : Kuta, Ubud, Sanur,

Tanah Lot, Lovina

Pengumpulan data :

observasi lapangan

Analisis Data

pola pemakaian bahasa

generasi muda di Bali (20%)

sikap bahasa generasi muda Bali(60%).

Model Pemertahan Bahasa Bali (100%)

Kajian terbatas pada

pilihan bahasa .

Kajian generasi

muda di luar Bali

dan pedesaan .

Kajian generasi muda

Bali di daerah Wisata

Kajian pada pilihan, sikap bahasa

dan faktor sosiolinguistik

METODE INDIKATOR

Luaran :

Model

Pemertahan

Publikasi

(Buku)

BAGAN ALIR PENELITIAN

Page 14: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

62

BAB IV .

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berlokasi di bagian barat

Kepulauan Indonesia dan diapit oleh Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Dengan luas

wilayah 5,633 km2, Bali memiliki 3.891.428 jiwa penduduk pada tahun 2010. Bali kini

lebih dikenal dengan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di Indonesia dan

juga dimata dunia, sehingga tidak heran jika setiap tahunnya Bali selalu mendapat

kunjungan wisatawan dari berbagai negara di dunia. Penelitian ini berlokasi di Bali,

mengingat tingginya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Terdapat 3 lokasi

yang menjadi wilayah penelitian di Bali yang tersebar di Ubud, Sanur, dan Kuta.

1. Ubud

Sebagai pusat pariwisata di Kabupaten Gianyar, Ubud menawarkan panorama

persawahan yang sangat mengagumkan dan menyegarkan mata. Ubud dengan luas

wilayah 7,8 Km2 ini juga kaya akan kesenian dan budayanya. Terbukti dengan

beberapa nama besar pelukis, penari, dan budayawan yang lahir dan besar di Bali.

Ubud berada diantara desa Peliatan (sebelah timur) dan Desa Sayan (sebelah

Barat). Di bagian Selatan, Ubud berbatasan dengan Desa Mas, dan Kecamatan

Tegalalang di bagian utara. Sampai tahun 2008, tercatat sebanyak 11.180 penduduk

tinggal di Ubud yang didominasi oleh etnik Bali beragama Hindu. Dari segi

kebahasaanpun, daerah Ubud masih didominasi oleh Bahasa Bali, meski masih

terdapat minoritas warga yang berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Mata pencaharian penduduk Ubud bervariasi mulai dari sektor pertanian,

perkebunan, perdagangan, pariwisata, hingga karyawan swasta dan pegawai negeri.

Dari segi pendidikan, Ubud cukup terdepan dalam pendidikan. Terbukti dengan

Page 15: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

63

lulusan dari sekolah menengah atas dan perguruan tinggi yang cukup banyak setiap

tahunnya. Ubud saat ini memiliki 2 buah SLTA, 2 buah SLTP, 5 buah SD, 1 buah

lembaga kursus, dan 1 buah lembaga pendidikan anak usia dini.

Ubud yang kini berusia 31 tahun telah menjadi daerah kunjungan wisata yang

modern dengan akomodasi yang sangat lengkap, mulai dari hotel, villa, restoran, kafe,

galeri, museum, pasar seni, dan banyak tempat hiburan lainnya.

Sejarah singkat Desa Ubud sendiri dimulai dari perjalanan sejarah Guru suci

Mpu Markandya dari Gunung Raung Jawa ke Bali, dalam proses penyebaran Agama

Hindu beliau tiba disebuah lereng atau bukit kecil yang memanjang ke arah utara dan

selatan. Bukit ini diapit oleh dua buah sungai yang berliku yang mirip seperti dua ekor

naga. Sungai yang berada disebelah barat bernama Sungai Wos Barat, sedangkan yang

berada disebelah timur bernama Sungai Wos Timur. Mpu Markendya mendirikan

sebuah pemukiman disebut ―Sarwa Ada‖ yang terletak disekitar desa Taro.

Kedua Sungai Wos Barat dan Wos Timur bertemu menjadi satu di sebuah

lokasi yang disebut dengan Campuhan. Di Campuhan inilah Mpu Markendya

mengadakan tempat pertapaan dan beliau mulai merambas hutan untuk membuat

pemukiman dan membagikan tanah pertanian bagi pengikutnya. Dengan demikian

sempurnalah Yoga Sang Resi, yang ditandai dengan dimulainya kehidupan masyarakat

di Desa ini dengan dianugrahinya tanah untuk pertanian sebagai sumber kehidupan.

Sebutan Wos untuk kedua sungai yang telah bercampur ini melekat menjadi

nama desa/pemukiman pada jaman itu. Sedangkan nama sungai ini sesuai dengan

maknanya. Sesuai dengan isi lontar Markandya Purana, Wos ngaran ―Usadi‖, Usadi

ngaran ―Usada‖, dan Usada ngaran ―Ubad‖. Dari kata ubad ini ditranskripsikan

menjadi UBUD

Objek penelitian ini adalah anggota Sekehe Teruna di Kelurahan Ubud.

Terdapat dua kelompok Sekehe Teruna yang menjadi sample untuk penelitian ini; STT

Swadharma Sambahan Ubud, dan STT Putra Maha Dipta Padang Tegal Ubud. Kedua

STT ini aktif dalam berbagai kegiatan yang tidak hanya bernuansa adat dan budaya,

tetapi juga di bidang pengembangan wawasan, kreatifitas, dan kebersamaan.

Page 16: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

64

Ubud yang kini sarat dengan sentuhan-sentuhan dari dunia luar terutama yang

berasal dari sektor pariwisata membuat kontak bahasa antara bahasa asing yang masuk

ke Bali dan Bahasa Bali sendiri semakin tinggi. Hal ini sungguh sangat

mengkhawatirkan mengingat generasi muda saat ini sangat rentan akan pengaruh-

pengaruh dari luar sehingga ditakutkan akan membuat generasi muda terpengaruh oleh

bahasa asing yang masuk ke Ubud dan melupakan bahasa ibu mereka, Bahasa Bali.

2. Sanur

Desa Sanur Kauh dengan asset pariwisata pantai, setiap harinya sangat ramai

dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Desa dengan

luas 386,0 ha/m2 ini terdiri dari 12.055 jiwa penduduk. Sanur Kauh yang dulu bagian

dari Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar ini kemudian

mengalami pemekaran menjadi Desa Sanur Kauh pada tahun 1982. Desa yang

berbatasan dengan Desa Sanur Kaja di sebelah utara, Kelurahan Sanur di sebelah

Timur, Samudra Indonesia di sebelah selatan, dan Desa Sidakarya di sebelah Barat ini

masih didominasi oleh etnik Bali beragama Hindu (85,76%) yang berbahasa Bali

disusul beberapa suku minoritas seperti Suku Jawa (12,30%), Cina (0,45%), Asia

(0,26%), Afrika (0.03%), Australia (0,42%), dan Eropa (0,67%). Sebanyak 85,81 %

penduduk di Sanur Kauh beragama Hindu, disusul oleh agama Islam sebanyak 11,28

%, dan agama Protestan, Katolik, dan Budha masing 1,84%, 0,84% dan 0,20%.

Sanur yang kini telah berkembang menjadi objek wisata modern dengan

banyak hotel, villa, restoran, kafe, galeri, dan tempat-tempat hiburan menyuguhkan

suasana liburan yang sangat diidamkan wisatawan. Maka dari itu, mata pencaharian

penduduk di Desa Sanur tidak terlepas dari industry pariwisata. Sebanyak 50,43%

warga bekerja sebagai karyawan pengusaha swasta yang bergerak di bidang pariwisata.

Sedangkan sisanya bervariasi mulai dari nelayan, petani, pengusaha kecil dan

menengah, PNS, Pedagang, Arsitek, dll.

Page 17: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

65

Generasi muda yang menjadi objek penelitian di desa Sanur Kauh ini berada di

bawah naungan Sekehe Teruna Banjar Dangin Peken. Pemuda-pemuda ini aktif dalam

menjalankan berbagai program dibidang seni budaya dan kreatifitas. Sehingga aksi-

aksi pelestarian budaya Bali masih sangat kental terasa di Desa Sanur Kauh.

Menjamurnya akomodasi-akomodasi dan juga bisnis-bisnis dalam sektor

pariwisata di Sanur membuat Sanur menjadi sentra wisatawan asing di daerah

Denpasar. Dengan demikian kontak bahasa antara wisatawan-wisatawan tersebut

dengan masyarakat lokal cenderung tinggi. Hal ini dikhawatirkan akan mengakibatkan

terjadinya pergesekan antara bahasa ibu; Bahasa Bali, dan Bahasa asing yang masuk ke

Sanur; Bahasa Inggris.

3. Kuta

Kelurahan Kuta yang terletak di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung ini

memiliki Pantai yang berpasir putih halus, tanpa karang, menjadikan lokasi ini sangat

ideal didatangi turis. Daerah wisata seluas 17.52 Km2

ini selalu didatangi banyak turis

terutama turis Manca Negara yang mencari sinar matahari, berjemur sambil berenang

dan berselancar. Desa yang berbatasan dengan Kecamatan Kuta Utara di sebelah Utara, Kota

Denpasar di sebelah Timur, Kecamatan Kuta Selatan di sebelah Selatan, dan Samudra

Indonesia di sebelah Barat ini memiliki 12.055 jiwa penduduk hingga akhir 2010 lalu,

yang terdiri atas 51,07 % laki-laki dan 48,84% perempuan. Mayoritas penduduk di

Kuta masih didominasi oleh etnik Bali beragama Hindu (63,35%) yang berbahasa Bali,

disusul oleh etnik Jawa beragama Islam (14,59%), Budha (7,6&), Protestan (7,5%),

dan Katolik (7%).

Di Kelurahan Kuta sendiri terdapat 14 Sekehe Teruna yang tersebar di 12

lingkungan atau 13 banjar suka duka. Adapun organisasi ST di Kelurahan Kuta yakni:

ST Surya Kencana,ST Kerthyadnya,ST Yuwana Giri, ST Sanggraha Yasa,ST Teruna

Wana Daya Parwatha, ST Eka Putra, ST Sadharna Dharma, ST Eka Karma, ST

Mandala Kerti, ST Surya Dharma, ST Jeladi Putra, ST Yuwana Sari, ST Wira Aditya,

ST Andika Jagaditha.

Kegiatan yang paling menonjol dibidang pengembangan budaya dan

kreatifitas adalah lomba ogoh-ogoh antar desa yang dilaksanakan setiap hari raya

Page 18: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

66

Nyepi. Semua komponen ST terlibat di dalamnya untuk berpartisipasi memeriahkan

hari raya nyepi. Selain itu, semua ST di Kuta secara aktif dan

mandiri mengembangkan kreatifitasnya dalam menggelar aneka kegiatan guna

memperingati momen-momen tertentu.

Kini, Kuta pun semakin berkembang menjadi sentra pariwisata di Kabupaten

Badung. Sehingga mata pencaharian penduduk Kuta yang sebelumnya sebagian besar

menjadi nelayan, kini beralih ke sektor pariwisata karena kunjungan wisawatan baik

domestic maupun international tiap tahunnya semakin bertambah. Dengan tingkat

kunjungan wisatawan yang tinggi memaksa penduduk Kuta untuk menguasai banyak

bahasa asing guna menjual produk yang mereka tawarkan.

4. LOVINA

5. TANAH LOT

5.2 Pilihan bahasa

Dalam masyarakat multibahasa tersedia berbagai kode, baik berupa bahasa,

dialek, variasi, dan gaya untuk digunakan dalam interaksi sosial. Dengan tersedianya

kode-kode itu, anggota masyarakat akan memilih kode yang tersedia sesuai dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam interaksi sehari-hari, anggota masyarakat

secara konstan mengubah variasi penggunaan bahasanya.

Konsep dan Kategori Pilihan Bahasa

Pemilihan bahasa menurut Fasold (1984: 180) tidak sesederhana yang kita

bayangkan, yakni memilih sebuah bahasa secara keseluruhan (whole language) dalam

suatu peristiwa komunikasi. Kita membayangkan seseorang yang menguasai dua

bahasa atau lebih harus memilih bahasa mana yang akan ia gunakan. Misalnya,

seseorang yang menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia harus memilih salah satu

Page 19: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

67

di antara kedua bahasa itu ketika berbicara kepada orang lain dalam peristiwa

komunikasi.

Dalam pemilihan bahasa terdapat tiga kategori pilihan. Pertama, dengan

memilih satu variasi dari bahasa yang sama (intra language variation). Apabila

seorang penutur bahasa Jawa berbicara kepada orang lain dengan menggunakan bahasa

Jawa kromo, misalnya, maka ia telah melakukan pilihan bahasa kategori pertama ini.

Kedua, dengan melakukan alih kode (code switching), artinya menggunakan satu

bahasa pada satu keperluan dan menggunakan bahasa yang

lain pada keperluan lain dalam satu peristiwa komunikasi. Ketiga, dengan melakukan

campur kode (code mixing) artinya menggunakan satu bahasa tertentu dengan

bercampur serpihan-serpihan dari bahasa lain.

Faktor Penanda Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa/multibahasa

disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan budaya. Evin-Tripp mengidentifikaskan

empat faktor utama sebagai penda pilihan bahasa penutur dalam interkasi sosial, yaitu

(1) latar (waktu dan tempat) dan situasi; (2) partisipan dalam interkasi, (3) topik

percakapan, dan (4) fungsi interaksi. Faktor pertama dapat berupa hal-hal seperti

makan pagi di lingkungan keluarga, rapat di keluarahan, selamat kelahiran di sebuah

keluarga, kuliah, dan tawar menawar barang di pasar.

Faktor kedua mencakup hal-hal seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status

sosial ekonomi, dan perannnya dalam hubungan dengan mitra tutur. Hubungan dengan

mitra tutur dapat berupa hubungan akrab dan berjarak. Faktor ketiga dapat berupa

topik tentang pekerjaan, keberhasilan anak, peristiwa-peristiwa aktual, dan topik harga

barang di pasar. Faktor keempat berupa hal-hal seperti penawaran informasi,

permohonan, kebiasaan rutin (salam, meminta maaf, atau mengucapkan terima kasih).

Senada dengan Evin-Tripp, Grosjean (1982: 136) berpendapat tentang faktor-

faktor yang berpengaruh dalam pilihan bahasa. Menurut Grosjean terdapat empat

faktor yang mempengaruhi pilihan bahasa dalam interaksi sosial, yaitu (1) partisipan,

(2) situasi, (3) isi wacana, dan (4) fungsi interaksi.

Faktor situasi mengacu pada (1) lokasi atau latar, (2) kehadiran pembicara

monolingual, (3) tingkat formalitas, dan (4) tingkat keakraban. Faktor isi mengisi

Page 20: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

68

wacana mengacu pada (1) topik pembicaraan, dan (2) tipe kosakata. Fatkor fungsi

iteraksi mencakupi aspek (1) menaikan status, (2) penciptaan jarak sosial, (3) melarang

masuk / mengeluarkan sesorang dari pembicaraan, dan (4) memerintah atau meminta.

Dari paparan berbagai faktor di atas, yang perlu diperhatikan adalah bahwa

tidak terdapat faktor tunggal yang dapat mempengaruhi pilihan bahasa sesorang. Yang

menjadi pertanyaan adalah apakah faktor-faktor itu memiliki kedudukan yang sama

pentingnya. Kajian penelitian pemilihan bahasa yang pernah dilakukan terdahulu

diketahui bahwa umunya beberapa faktor menduduki kedudukan yang lebih penting

daripada faktor lain. Di Obserwart, Gal (1982) menemukan bukti bahwa karakteristik

penutur dan mitra tutur menduduki faktor yang penentu pilihan bahasa dalam

masyarakat tersebut. Sedangkan faktor topik dan latar merupakan faktor yang kurang

penting daripada faktor partisipan.

Berbeda dengan Gal, Rubin (1982) menemukan faktor penentu yang

terpenting adalah lokasi tempat berlangsungya peristiwa tutur. Dalam penelitiannya

tentang pilihan bahasa Guarani dan Spanyol di Paraguay Rubin menyimpulkan bahwa

lokasi interaksi yaitu (1) desa, (2) sekolah, dan (3) tempat umum sangat menentukan

pilihan bahasa masyarakat. Di desa pembicara akan memilih bahaa Guarani, di sekolah

akan memilih bahasa Spanyol, dan di tempat umum memilih bahasa Spanyol.

5.2.1 Bahasa dan pemakaiannya

(1). Pilihan bahasa dan pemakaiannya di ranah keluarga.

a) Kuta

Generasi muda di wilayah Kuta, sebagai salah satu daerah wisata yang paling

banyak dikunjungi wisatawan dari manca negara, yang menggunakan B1-BB sebanyak

16 responden (64%) dan menggunakan BI sebanyak 9 responden (36%). Dapat dilihat

pada diagram 1.1. Dari sekian bahasa yang digunakan, 22 responden (88%) masih

menguasai B1 dan 3 responden (12%) sedikit menguasai B1 mereka (diagram 1.2).

Semua responden, 25 responden (100%), masih menggunakan B1 mereka untuk

berkomunikasi (diagram 1.3). Dari 25 responden, 22 responden (88%) memperoleh B1

Page 21: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

69

dari lingkungan sekitar rumah, dan 3 responden (12%) melalui lingkungan masyarakat

yang lebih luas (diagram 1.4).

Diagram 1.1 Bahasa ibu responden

Diagram 1.2 Penguasaan terhadap bahasa ibu

Diagram 1.3 Frekuensi pemakaian bahasa ibu sehari-hari

Diagram 1.4 . Tempat memperoleh bahasa ibu

Page 22: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

70

Melihat penggunaan BB sebagai B1 oleh generasi muda di wilayah Kuta dan

pernyataan masih menguasai serta masih menggunakan BB dalam komunikasi

dapat dikorelasikan dengan hasil bahwa 15 responden (60%) mampu menggunakan

BB dalam bercakap-cakap, 3 responden (12%) sangat mampu menggunakan BB, dan

hanya 7 responden (28%) memahami ujaran BB, dalam arti bahwa mereka memahami

BB secara pasif (diagram 2.1.1). Walaupun mereka memiliki kemampuan dan

pemahaman yang berbeda terhadap BB tetapi semua responden, 25 responden (100%),

mengatakan bahwa mampu berbahasa Bali sangat perlu (diagram 2.3.1)

Kemampuan generasi muda menggunakan B. Ing direalisasikan dalam diagram

2.1.2 Sebanyak 15 responden (60%) mampu bicara sedikit dan mampu memahami

ujaran Bahasa Inggris (B. Ing), 9 responden (36%) mampu bercakap-cakap

menggunakan B. Ing dan 1 responden (4%) sangat mampu berbicara B. Ing. Mereka

mampu menggunakan karena 20 responden (80%) memperoleh bahasa tersebut di

sekolah/di tempat kursus, 1 responden (4%) memperoleh di masyarakat, 1 responden

(4%) memperoleh di lingkungan rumah dan 3 responden (12%) memperoleh dari

ketiga tempat tersebut (diagram 2.2), dan mereka mengatakan bahwa memahami BIng

tersebut sangat perlu mengingat mereka tinggal di daerah pariwisata (diagram 2.3.2)

Diagram 2.1.1 Kemampuan Berbahasa Bali

Keterangan:

1 = sama sekali tidak mampu

2 = hanya mampu memahami ujaran, tapi tidak mampu berbicara

3 = mampu berbicara sedikit dan mampu memahami ujaran

4 = mampu bercakap-cakap

5.= sangat mampu

Page 23: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

71

Diagram 2.1.2 kemampuan berbahasa Inggris

Keterangan:

1 = sama sekali tidak mampu

2 = hanya mampu memahami ujaran, tapi tidak mampu berbicara

3 = mampu berbicara sedikit dan mampu memahami ujaran

4 = mampu bercakap-cakap

5 = sangat mampu

Diagram 2.2 tempat memperoleh bahasa Inggris

Diagram 2.3.1 perlu tidaknya bahasa Bali

Page 24: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

72

Diagram 2.3.2 perlu tidaknya bahasa Inggris

Seperti yang disebutkan pada pembicaraan sebelumnya bahwa sebagian besar

generasi muda di kuta masih menggunakan BB sebagai alat komunikasi. Pernyataan

tersebut tampak pada pilihan bahasa yang digunakan dalam setiap ranah. Ranah-ranah

yang dikaji adalah ranah keluarga, ketetanggaan, pendidikan, dan ranah agama. Ranah

keluarga dibagi lagi berdasarkan topik yaitu topik berkisar pada pembicaraan rumah

tangga dan topik kedinasan, serta situasi santai, serius dan situasi emosional.

Komunikasi yang dilakukan oleh generasi muda di kuta pada ranah keluarga

berlangsung dengan ayah, dengan ibu, saudara, keluarga lain, dan pembantu.

Dari hasil tabulasi diperoleh hasil bahwa komunikasi dengan semua pelibat

kecuali dengan pembantu pada semua ranah, generasi muda di Kuta menggunakan BB

dengan prosentase tertinggi, kemudian menggunakan BI dan pemakaian BB dan BI

menduduki prosentase terendah.

Pada ranah keluarga dengan topik rumah tangga pilihan jatuh pada BB ketika

berkomunikasi dengan ayah, 18 responden (72%), dengan ibu 16 responden (64%),

dengan saudara kandung 13 responden (52%), dan keluarga lain 15 responden (60%).

Ketika berkomunikasi dengan pembantu, mereka memilih BI 7 responden (28%),

kemudian menggunakan BB 4 responden (16%) dan BB & BI 1 responden (4%).

Pada topik kedinasan pilihan bahasa dengan menggunakan BB 15 responden

(60%) ketika berkomunikasi dengan ayah, dengan ibu 15 responden (60%), dengan

saudara 12 responden (48%), dan dengan keluarga lain 12 responden (48%).

Sementara pilihan bahasa kedua setelah BB adalah BI kemudian prosentase terkecil

jatuh pada pilihan bahasa BB&BI ketika berkomunikasi dengan semua pelibat, namun

ketika dengan pembantu BI memiliki prosentase tertinggi yaitu 7 responden (28%)

kemudian disusul dengan BB 4 responden (16%) dan BB & BI 1 responden (4%).

Page 25: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

73

Ketika bersantai di rumah komunikasi menggunakan BB menduduki prosentase

tertinggi yaitu 18 responden (72%) jika berkomunikasi dengan ayah, 16 responden

(64%) dengan ibu, 14 responden (56%) dengan saudara, dan 14 responden (56%)

dengan keluarga lain. Pilihan bahasa berikutannya adalah pada BI, kemudian disusul

dengan BB&BI dengan prosentase terkecil, kecuali ketika berkomunikasi dengan

pembantu mereka cenderung menggunakan BI 7 responden (28%), BB 4 responden

(16%) dan BI 1 responden (4%).

Generasi muda di Kuta ketika membicarakan hal-hal yang sifatnya serius lebih

sering menggunakan BB. 18 responden (72%) dengan ayah, 15 responden (60%)

dengan ibu, 14 responden (56%) dengan saudara, 13 responden (52%) dengan keluarga

lain, namun cenderung memilih BI (28%) dengan pembantu. Ketika situasi bicara

berlangsung emosional mereka memilih BB 18 responden (72%) dengan ayah dan 17

responden (68%) dengan ibu, kemudian dengan saudara 15 responden (60%) dan

keluarga lain 14 responden (56%). Selanjutnya mereka menggunakan BI dan pilihan

bahasa campuran BI&BI memiliki prosentase terkecil.

Secara keseluruhan, dalam ranah keluarga untuk daerah Kuta, responden

menggunakan BB untuk berbicara dengan ayah (71%), dengan ibu (66%), dengan

saudara (55%), dengan keluarga lain (55%), dan dengan pembantu (35%). Dapat

dilihat pada diagram 3.1.1.

Diagram 3.1.1. Penggunaan bahasa di ranah keluarga Kuta

b) Sanur

Di wilayah Sanur, generasi muda yang menggunakan B1-BB sebanyak 24

responden (86%), dan menggunakan BI sebanyak 3 responden (11%) (diagram

1.1), dan 24 responden (86%) mengatakan masih menguasai B1 mereka (86%), dan

hanya 4 responden (14%) mengatakan masih menguasai sedikit B1 tersebut

Page 26: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

74

(diagram 1.2). Dari sekian bahasa yang digunakan 24 responden (86%) masih

menggunakan B1 tersebut, dan 4 responden (14%) jarang menggunakannya dalam

komunikasi (diagram 1.3). Dalam hal kemampuan berkomunikasi menggunakan

BB, 14 responden (50%) mampu bercakap-cakap menggunakan BB, 9 responden

(32%) sangat mampu, 3 responden (11%) mampu memahami ujaran BB, dalam arti

bahwa mereka memahami BB secara

pasif, dan 2 responden (7%) yang hanya mampu memahami ujaran tetapi tidak

mampu berbicara (diagram 2.1.1). 11 responden (39%) memperoleh B1 mereka

melalui komunikasi dengan masyarakat luas, 16 responden (57%) melalui lingkungan

rumah, dan melalui kedua tempat tersebut sebanyak 1 responden (4%) (diagram 1.4).

Generasi muda yang tinggal di wilayah Sanur-sebagai salah satu tujuan wisata,

yang hanya mampu berkomunikasi sedikit menggunakan B. Ing sebanyak 13

responden (46%), sama sekali tidak mampu menggunakan B. Ing 1 responden (4%),

yang mampu memahami ujaran B. Ing 10 responden (36%), dan yang mampu

bercakap-cakap hanya 4 responden (14%) (diagram 2.1.2). Sebanyak 21 responden

(75%) mampu menggunakan B. Ing karena mereka mengikuti kursus atau

memperolehya di sekolah, 2 responden (7%) memperoleh dari masyarakat, 3

responden (11%) memperoleh B. Ing di lingkungan rumah mereka (diagram 2.2).

Sama halnya dengan generasi muda di wilayah Kuta, generasi muda di Sanur

masih menggunakan BB sebagai alat komunikasi. Pernyataan tersebut tampak pada

pilihan bahasa yang digunakan dalam setiap ranah. Ranah-ranah yang dikaji adalah

ranah keluarga, ketetanggaan, pendidikan, dan ranah agama. Ranah keluarga dibagi

lagi berdasarkan topik yaitu topik berkisar pada pembicaraan rumah tangga dan topik

kedinasan, serta situasi santai, serius dan situasi emosional. Komunikasi yang

dilakukan oleh generasi muda di Sanur pada ranah keluarga berlangsung dengan ayah,

dengan ibu, saudara, keluarga lain, dan pembantu. Komunikasi pada ranah agama

difokuskan pada kegiatan yang berlangsung di rumah dan di pura.

Dari hasil tabulasi sementara diperoleh hasil bahwa komunikasi dengan semua

pelibat generasi muda di Sanur menggunakan BB dengan prosentase tertinggi,

Page 27: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

75

kemudian menggunakan BI dan pemakaian BB dan BI menduduki prosentase

terendah.

Pada ranah keluarga dengan topik rumah tangga pilihan jatuh pada BB ketika

berkomunikasi dengan ayah, ibu dan saudara sebanyak 23 responden (82%), dan

keluarga lain 14 responden (50%). Ketika berkomunikasi dengan pembantu, sebanyak

11 responden (39%) memilih BB.

Pada topik kedinasan pilihan bahasa dengan menggunakan BB 13 responden

(46%) ketika berkomunikasi dengan ayah, dengan ibu 14 responden (50%), dengan

saudara 13 responden (46%), dan dengan keluarga lain 9 responden (32%). Ketika

dengan pembantu 8 responden (29%) menggunakan BI dan kemudian dengan BB 9

responden (32%).

Ketika bersantai di rumah komunikasi menggunakan BB menduduki prosentase

tertinggi yaitu 24 responden (86%) jika berkomunikasi dengan ayah, 25 responden

(89%) dengan ibu, 21 responden (75%) dengan saudara, dan 15 responden (54%)

dengan keluarga lain. Pilihan bahasa berikutnya adalah pada BI, kemudian disusul

dengan BB&BI dengan prosentase terkecil, termasuk ketika berkomunikasi dengan

pembantu, sebanyak 14 responden (50%), cenderung menggunakan BB.

Generasi muda di Sanur ketika membicarakan hal-hal yang sifatnya serius lebih

sering menggunakan BB. 19 responden (68%) dengan ayah, 20 responden (71%)

dengan ibu, 19 responden (68%) dengan saudara, 14 responden (50%) dengan keluarga

lain, 14 responden (50%) dengan pembantu. Ketika situasi bicara berlangsung

emosional, 24 responden (86%) memilih menggunakan BB dengan ayah, ibu dan

saudara, dan keluarga lain 18 responden (64%). Selanjutnya mereka menggunakan BI

dan pilihan bahasa campuran BI&BI memiliki prosentase terkecil.

Secara keseluruhan, dalam ranah keluarga untuk daerah Sanur, responden

menggunakan BB untuk berbicara dengan ayah (78%), dengan ibu (80%), dengan

saudara (76%), dengan keluarga lain (55%), dan dengan pembantu (75%). Dapat

dilihat pada diagram 3.1.2.

Page 28: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

76

Diagram 3.1.2 penggunaan bahasa di ranah keluarga Sanur

c) Ubud

Di Ubud, generasi muda yang menggunakan B1-BB sebanyak 26 responden

(93%), menggunakan BI sebanyak 2 responden (7%) (diagram 1.1), dan semua, 28

responden (100%), mengatakan masih menguasai B1 mereka (diagram 1.2) dan masih

menggunakan BB tersebut untuk berkomunikasi (diagram 1.3). Dalam hal kemampuan

berkomunikasi menggunakan BB, 8 responden (29%) mampu bercakap-cakap

menggunakan BB, dan 20 responden (71%) lainnya sangat mampu menggunakan BB

(diagram 2.1.1). 3 responden (11%) memperoleh B1 mereka melalui komunikasi

dengan masyarakat luas, 21 responden (75%) melalui lingkungan rumah, dan melalui

kedua tempat tersebut sebanyak 4 responden (14%) (diagram 1.4).

Generasi muda yang tinggal di wilayah Ubud sebagai salah satu tujuan wisata,

yang hanya mampu berkomunikasi sedikit menggunakan B. Ing sebanyak 10

responden (36%), yang hanya mampu memahami ujaran B. Ing 3 responden (11%),

yang mampu bercakap-cakap 11 responden (39%), dan hanya 4 responden (14%)

sangat mampu menggunakan B. Ing (diagram 2.1.2). Sebanyak 23 responden (82%)

mampu menggunakan B. Ing karena mereka mengikuti kursus atau memperolehya di

sekolah, dan 5 responden (18%) memperoleh B. Ing di lingkungan rumah mereka

(diagram 2.2).

Page 29: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

77

Seperti yang disebutkan pada pembicaraan sebelumnya bahwa sebagian besar

generasi muda di Ubud masih menggunakan BB sebagai alat komunikasi. Pernyataan

tersebut tampak pada pilihan bahasa yang digunakan dalam setiap ranah. Ranah-ranah

yang dikaji adalah ranah keluarga, ketetanggaan dan ranah Agama. Ranah keluarga

dibagi lagi berdasarkan topik yaitu topik berkisar pada pembicaraan rumah tangga dan

topik kedinasan, serta situasi santai, serius dan situasi emosional. Komunikasi yang

dilakukan oleh generasi muda di Ubud pada ranah keluarga berlangsung dengan ayah,

dengan ibu, saudara, keluarga lain, dan pembantu.

Dari hasil tabulasi sementara diperoleh hasil bahwa komunikasi dengan semua

pelibat kecuali dengan pembantu pada semua ranah, generasi muda di Ubud

menggunakan BB dengan prosentase tertinggi, kemudian menggunakan BI dan

pemakaian BB dan BI menduduki prosentase terendah.

Pada ranah keluarga dengan topik rumah tangga pilihan jatuh pada BB ketika

berkomunikasi dengan ayah, ibu dan saudara sebanyak 26 responden (93%), dan

keluarga lain 25 responden (89%). Ketika berkomunikasi dengan pembantu, sebanyak

2 responden (7%) memilih BB.

Pada topik kedinasan pilihan bahasa dengan menggunakan BB 22 responden

(79%) ketika berkomunikasi dengan ayah dan ibu, dengan saudara 20 responden

(71%), dan dengan keluarga lain 18 responden (64%). Ketika dengan pembantu 1

responden (4%) menggunakan BI dan kemudian dengan BB 2 responden (7%).

Ketika bersantai di rumah komunikasi menggunakan BB menduduki prosentase

tertinggi yaitu 26 responden (93%) jika berkomunikasi dengan ayah, ibu dan saudara,

dan 25 responden (89%) dengan keluarga lain. Pilihan bahasa berikutnya adalah pada

BI, kemudian disusul dengan BB&BI dengan prosentase terkecil, termasuk ketika

berkomunikasi dengan pembantu, sebanyak 2 responden (7%), cenderung

menggunakan BB.

Generasi muda di Ubud ketika membicarakan hal-hal yang sifatnya serius lebih

sering menggunakan BB. 25 responden (89%) dengan ayah, ibu dan saudara, 22

Page 30: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

78

responden (79%) dengan keluarga lain, 2 responden (7%) dengan pembantu. Ketika

situasi bicara berlangsung emosional, 24 responden (86%) memilih menggunakan BB

dengan ayah, 25 responden (89) dengan ibu dan 26 responden (93%) saudara, dan

keluarga lain 25 responden (89%). Selanjutnya mereka menggunakan BI dan pilihan

bahasa campuran BI&BI memiliki prosentase terkecil.

Secara keseluruhan, dalam ranah keluarga untuk daerah Sanur, responden

menggunakan BB untuk berbicara dengan ayah (89%), dengan ibu (89%), dengan

saudara (89%), dengan keluarga lain (83%), dan dengan pembantu (67%). Dapat

dilihat pada diagram 3.1.3.

Diagram 3.1.2. Penggunaan bahasa pada ranah keluarga di Ubud

(2) Pilihan bahasa dan pemakaiannya di ranah ketetanggaan.

a) Kuta

Mengingat Kuta adalah daerah yang sangat heterogen, banyak warga yang

berasal dari kelompok etnik dan berbagai negara berdomisili di sana sehingga banyak

bahsa yng terlibat dalam berkomunikasi. Oleh karena itu generasi muda Kuta dalam

ranah ketetanggaan menggunakan BI dengan prosentase tertinggi, 14 responden (56%),

kemudian BB 4 responden (24%), dan BB&BI 5 responden (20%) (lihat diagram 3.2).

b) Sanur

Mengingat Sanur adalah daerah yang sangat heterogen, banyak warga yang

berasal dari kelompok etnik dan berbagai negara berdomisili di sana sehingga banyak

bahsa yng terlibat dalam berkomunikasi. Namun demikian generasi muda Sanur dalam

ranah ketetanggaan menggunakan BB dengan prosentase tertinggi, 16 responden

Page 31: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

79

(57%), kemudian BI 8 responden (29%) dan BB&BI 4 responden (14%) (lihat diagram

3.2).

c) Ubud

Mengingat Ubud adalah daerah yang sangat heterogen, banyak warga yang

berasal dari kelompok etnik dan berbagai negara berdomisili di sana sehingga banyak

bahsa yng terlibat dalam berkomunikasi. Namun demikian generasi muda Ubud dalam

ranah ketetanggaan menggunakan BB dengan prosentase 27 responden (96%) dan

BB&BI 1 responden (4%) (lihat diagram 3.2).

Diagram 3.2. Bahasa saat berbincang-bincang di sekitar lingkungan rumah.

(3) Pilihan bahasa dan pemakaiannya di ranah keagamaan

a) Kuta

Komunikasi yang berkenaan dengan ranah agama baik yang berlangsung di

rumah maupun di pura, pilihan terhadap BB menduduki frekuensi tertinggi. Pilihan

terhadap BB ini dilkukan jika berkomikasi dengan ayah, yaitu (76%) ketika di rumah

dan (80%) ketika di pura. Prosentase berikutnya ketika berkomunikasi berturut-turut

dengan ibu, saudara, dan keluarga masing-masing untuk di rumah dan di pura. Pilihan

terhadap BI tetap menduduki pilihan tertinggi jika berkomunikasi dengan pembantu

baik untuk di rumah dan di pura (lihat diagram 3.3).

b) Sanur

Komunikasi yang berkenaan dengan ranah agama baik yang berlangsung di

rumah maupun di pura, pilihan terhadap BB menduduki fungsi tertinggi. Pilihan

tertinggi ini dilkukan jika berkomikasi di rumah dengan ayah, ibu, dan saudara

Page 32: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

80

(100%), dengan keluarga lain (82%) dan pembantu (50%). Ketika di pura prosentase

tertinggi ketika berkomunikasi dengan ayah dan ibu masing-masing (96%) dengan

saudara (89%) menggunakan BB. Mereka menggunakan BB (75%) ketika

berkomunikasi dengan keluarga dan (50%) dengan pembantu (lihat diagram 3.3).

c) Ubud

Komunikasi yang berkenaan dengan ranah agama baik yang berlangsung di

rumah maupun di pura, pilihan terhadap BB menduduki fungsi tertinggi. Pilihan

tertinggi ini dilkukan jika berkomikasi di rumah dengan ayah, ibu, dan saudara (93%).

Ketika di pura prosentase ketika berkomunikasi dengan ayah dan ibu pada pilihan BB

(89%), dengan saudara (93%) menggunakan BB, dan menggunakan BB (89%) ketika

berkomunikasi dengan keluarga (lihat diagram 3.3).

Diagram 3.3.1. Bahasa saat upacara keagamaan di Pura

Diagram 3.3.2. Bahasa saat upacara keagamaan di rumah

5.3 Kemampuan Bahasa Bali di Kalangan Generasi Muda

Page 33: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

81

Bahasa tidak akan digunakan dalam berinteraksi apabila penuturnya tidak

memiliki kemampuan untuk menggunakannya. Fenomena tingkat kemampuan

generasi muda dalam menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa ibu dapat dilihat dari

indikator pemahaman dan pemakaian terhadap BB. Pada indikator pemahaman di

pakai dua parameter, yaitu (a) tahu dan (b) tidak tahu. Sedangkan pada indikator

pemakaian digunakan parameter (a) pernah memakai dan (b) tidak pernah memakai.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan ditemukan bahwa kemampuan generasi muda

dalam pemakaian BB di tiga wilayah destinasi wisata internasional adalah sebagai

berikut.

(1) Ubud

Kemampuan berbahasa Bali di kalangan generasi muda di Ubud dengan 28

responden dari 25 orang yang direncanakan cukup menggembirakan. Berdasarkan

daftar kata Swadesh yang diajukan sebanyak 25 buah kata ternyata persentasenya

cukup tinggi, yakni dalam rentangan 71% -- 100% mereka tahu dengan tujuh

kelompok persentase. Dalam bahasa Bali yang mengenenal sistem sor – singgih

(anggah-ungguhing basa) keduapuluh lima buah kata tersebut masing-masing memilki

bentuk alus atau padanan kata yang memiliki nilai rasa hormat. Berdasarkan ukuran

terhadap pemahaman kata-kata sesuai daftar kata Swadesh dengan parameter tahu dan

tidak tahu, maka dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat tabel 4.1.1)

Persentase yang terendah, yakni yang 71 % (duapuluh orang) itu ditemukan

hanya pada satu kata, yakni kata wilis/gadang 'hijau'. Atau dapat dikatakan ada 8 orang

dari 28 responden tidak mengetahui kata wilis/gadang ‗hijau tersebut. Satu kata pula

(22 orang) atau 79% mengetahui kata uyah/tasik ‗garam‘. Sebanyak 24 orang atau

86% mengetahui kata-kata bilangan selae ‗duapuluh lima‘, sasur ‗tiga puluh lima‘,

dan telung benang ‗tujuh puluh lima‘. Selanjutnya, 25 orang atau 89% mengetahu kata

basang/weteng ‗perut‘. Tiga kata, yakni api/geni ‗api, ipun/ida ‗ia‘, dan satak ‗dua

ratus‘ mencapai 93% atau 26 orang. Selanjutnya, lima buah kata, yakni pianak/oka

‗anak, kenken/sapunapi ‗bagaimana, labuh/ulung/runtuh ‗jatuh‘, ubad/tamba ‗obat,

dan luung/becik ‗baik mencapai 96% atau 27 orang. Yang paling menggembirakan

dengan tingkat capaian 100% atau 28 orang sebanyak 11 kata yakni, kata-kata siu

'seribu", meme 'ibu', negak 'duduk, yeh/toya 'air‘, cicing ''anjing‘, be ‘ikan/daging‘,

jukut ‗sayur‘, teka ‗datang‘, selem ‗hitam‘, bek/liu/akeh ‗banyak‘, bongol ‗tuli‘. Ini

Page 34: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

82

berarti bahwa hampir sebagian (44%) dari daftar kata yang ditanyakan diketahui

dengan baik oleh generasi mudanya.

Jika dihitung perbandingan antara jumlah persentase yang diperoleh dengan

jumlah kata yang ditanyakan kata sebanyak 25 buah kata, maka didapati rerata

persentasenya sebesar 88,32%, maka dikatakan bahwa 88,32%% generasi mudanya

mengetahui dan paham dengan kata-kata tersebut atau sebanyak 17,68% mereka sudah

tidak mengetahui atau memahami kata-kata yang ditanyakan.

Dilihat dari segi pemakaiannya, ternyata rentangan pemakaiannya 71% --

100% mereka pernah memakainya. Rentangan ini menunjukkan korelasi yang sama

dengan tingat pemahaman kata yang ditanyakan juga 71%--100%. Namun, yang

membedakannya adalah dalam kelompok strata persentasenya. Kalau dalam ukuran

aspek pemahaman kata dengan tingkat pengetahuan kata terbagi atas tujuh kelompok

persentase, maka dalam aspek pemakaian kata terdapat delapan kelompok strata

persentase, atau satu strata lebih banyak atau lebih variatif. Kedelapan strata persentase

tersebut dapat diuraikan berikut ini (lihat tabel 4.1.2).

Ada satu kata masing-masing yang mencapai pemakaian 71% (kata wilis), 82%

(kata satak) , 86% (kata bilangan selai), dan 89% (kata basang/weteng). Ada tiga buah

kata mencapai tingkat pemakaian 75%, yakni kata uyah/tasik ‗garam, sasur ‗tiga

puluh lima‘ telung benang ‘tujuh puluh lima‘. Sebanyak lima kata mencapai tingkat

pemakaian 93%, yakni api/geni ‗api, pianak/oka ‗anak‘, luung/becik ‗baik‘, ipun/ida

‗ia‘, dan ubad/tamba ‗obat. Yang menarik dari daftar kata Swadesh yang diajukan

adalah kata wilis/gadang ‗hijau‘, yakni sama-sama mencapai 71% baik dari segi

pemahaman maupun dari segi pemakaian.

Bila dihitung perbandingan jumlah persentase pemakaian kata dengan jumlah

kata yang ditanyakan sebanyak 25 buah kata, maka akan didapai pemakaian kata

mencapai 92,08%. Persentase ini menunjukkan angka lebih tinggi jika dibandingkan

dengan persentase aspek pemahaman yang hanya mencapai 88,32%. Hal ini sudah

tentu sangat baik dan menggembirakan karena menunjukkan adanya dinamika

penggunaan kata yang lebih baik walaupun sesungguhnya masih ada sekitar 3,76%

kata-kata tersebut sudah tidak pernah dipakai lagi dalam pergaulan dan percakapan

sehari-hari.

Page 35: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

83

Tabulasi kosa kata budaya berdasarkan medan makna khususnya kata yang

berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial dapat dijelaskan seperti berikut ini (lihat

tabel 4.1.2)

Ada sepuluh kata yang ditanyakan berkaitan dengan organisasi sosial.

Berdasarkan persentasenya, ternyata tingkat pemahaman kata menunjukkan rentangan

57% -- 100% mereka tahu yang terdiri atas tujuh kelompok. Ketujuh strata tersebut

adalah: ada dua kata menunjukkan angka 57% (nyambangin ‗ronda malam‘ dan

cingkrem ‗iuran‘), satu kata masing-masing 75% (panyarikan ‗juru tulis‘), 79%

(manggala karya ‗ketua panitia), 82% (perbekel ‗kepala desa), 86% (arah-arah

‗pemberitahuan), 93% (nguopin ‗membantu‘), dan 96% (kelihan adat ‗kepala adat‘).

Strata tertinggi yang merupakan strata ketujuh menunjukkan ada dua buah kata

mencapai angka 100%, yakni kata sangkep/paun ‗rapat‘ dan bale banjar ‗balai desa‘.

Bila dihitung rerata perbandingan antara jumlah persentase dengan jumlah kosa

kata yang ditanyakan maka hasilnya menunjukkan 82,5% mereka tahu atau 17,5% ada

kata-kata bahasa Bali yang tidak mereka ketahui dan tidak mereka pahami. Khusus

mengenai kata nyambangin ‗ronda malam‘ dan cingkrem ‗iuran‘ yang menunjukkan

angka 57% merupakan kata yang paling rendah persentasenya atau hampir sebagian

(43%) mereka sudah tidak mengetahui dan tidak memahimnya lagi. Mereka lebih

mengenal kata ronda malam untuk kata nyambangin dan lebih mengenal kata iuran

untuk kata cingkrem.

Dilihat dari tingkat pemakaiannya, hasil tabulasi menunjukkan terdiri atas

tujuh strata dengan rentangan 46% -- 100% mereka memakainya (lihat tabel 4.2.2).

Satu kata masing-masing menunjukkan angka 46% (arah-arah ‗pemberitahuan‘), 61%

(nyambangin ‗ronda malam‘), 71% (panyarikan ‗juru tulis‘), 86% (cingkrem ‗iuran‘).

Ada dua buah kata menunjukkan 79% (perbekel ‗kepala desa‘ dan manggala karya

‗ketua panitia‘) dan 93% (nguopin ‗bantu‘ dan kelihan adat ‗kepala adat‘). Capaian

100% juga ditunjukkan oleh dua buah kata (sangkep/paum ‗rapat‘ dan bale banjar

‗balai desa‘).

Bila dihitung rerata perbandingan jumlah persentase pemakaian kata dengan

jumlah kata yang ditanyakan, maka hasilnya menunjukkan angka 80,8% mereka

memakainya atau 19,2% mereka tidak pernah menggunakan kata-kata yang

ditanyakan. Jika dibandingkan dengan rerata tingkat pengetahuan dan pemahaman kata

Page 36: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

84

yang ditanyakan yang mencapai angka 82,5%, maka ini berarti masih ada selisih atau

lebih rendah pemakaiannya lagi 1,7%. Keadaan yang lebih mencolok mengenai kata

arah-arah ‗pemberitahuan‘ menunjukkan yang menunjukkan angka 46%

mengindikasikan bahwa sudah sebagian lebih (54%) mereka sudah tidak pernah

memakainya lagi. Hal ini berbanding terbalik dengan persentase tingkat pengetahuan

dan pemahaman mereka yang menunjukkan angka 86%. Artinya, walaupun mereka

tahu tetapi mereka jarang menggunakannya.

Khusus kata sangkep ‗rapat‘ dan bale banjar ‗balai desa‘ adalah dua buah kata

yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan intensitas penggunaan yang paling

tinggi mencapai 100% baik dari segi pemahaman kata maupun dari segi pemakaian

kata. Pengetahuan dan pemahaman kata berbanding lurus dengan pemakaian kata. Ini

mengindikasikan bahwa keberadaan bale banjar sebagai institusi organisasi tradisional

masih kuat. Bale banjar adalah sebuah wadah/organisasi yang sudah ada sejak dahulu

dan masih diwarisi sampai sekarang. Bale banjar merupakan tempat untuk

melaksanakan rapat-rapat anggota banjar. Data juga menujukkan bahwa masyarakat

Ubud masih terikat dalam organisasi sosial banjar sebagai ciri khas masyarakat Bali

yang komunal. Kata yang menunjukkan intensitas penggunaan yang tinggi juga

ditunjukkan oleh kata kelihan adat ‗kepala adat‘ (93%). Kelihan adat dalam

masyarakat Bali merupakan jabatan kehormatan sekaligus dituakan yang dipilih secara

demokratis karena kemampuan, pengaruh, maupun pengetahuannya.

Mayarakat Ubud rupanya juga masih melestarikan tradisi ngoopin

‗bantu,tolong‘ dengan capaian pemakaian 93%. Ngoopin merupakan aktivitas

masyarakat yang membantu keluarganya, tetangganya, masyarakatnya secara sukarela

tanpa imbalan materi maupun uang. Yang paling rendah capaiannya adalah kata arah-

arah ditunjukkan dengan angka 46%, dapat dikatakan bahwa generasi mudanya sudah

tidak pernah menggunakan ‗pemberitahuan‘ untuk menyampaikan pemberitahuan

dalam suatu organisasi.

Ada 36 kata yang ditanyakan berkaitan dengan kehidupan religi .Tingkat

pengetahuan kata yang berkaitan dengan religi dapat dipaparkan sebagai berikut ini.

Hasil tabulasi menunjukkan rentangan cukup tinggi, yakni 71% – 100% mereka tahu

dan memahami dengan tujuh strata pengelompokan (lihat tabel 4.3.1)

Page 37: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

85

Yang paling banyak diketahui dengan capaian 100% dengan tigabelas buah

kata, yaitu roban/nyama ‗keluarga batih‘, pedanda/jero mangku ‗pendeta/pemimpin

upacara, matatah/mapandes ‗upacara potong gigi‘, pawiwahan ‗menikah‘, mati/seda

‗meninggal‘ ngaben ‗kremasi‘, nanem ‗mengubur‘, ngayah ‗kerja adat‘, makemit ‗jaga

malam‘, dan magibung ‗makan bersama‘, kulkul ‗kentongan‘, piodalana/patoyan ‗hari

suci‘, nganten ‗kawin‘. Kata berikutnya yang persentasenya sangat tinggi (96%)

sebanyak 6 buah kata, yaitu kata saiban ‗sejenis upacara setelah selasai masak‘,

matungan ‗berpacaran‘, nglekadang ‗melahirkan‘, pradana ‗bertindak sebagai wanita

dalam kedudukan adat‘, nguopin ‗partisipasi dalama kerja adat‘. Selain itu, ada empat

kata yang menunjukkan psersentase cukup tinggi (93%), yaitu: beling/mobot ‗hamil‘,

nelubulanin ‗upacara tiga bulan bayi‘, otonan ‗upacara kelahiran‘, rahinan ‗hari suci‘.

Hanya ada dua kata yang mencapai 89%, yaitu kata ngidih/ngluku ‗upacara meminang‘

dan magebagan ‗begadang di rumah orang mati‘. Selanjutnya ada empat kata yang

mencapai 86%, yaitu: majenukan ‗melayat‘, bulan pitung dina/akambuhan ‗upacara 42

hari‘, rajasewala/rajasinga ‗upacara akil balik untuk laki-laki/perempuan‘, dan

malukat ‗upacara pembersihan diri‘. Ada empat buah kata yang mecapai angka 82%,

yaitu: kepus pungsed ‗upacara putus tali pusar‘, nyeeb/ngatelunin ‗upacara tiga hari

setelah penguburan mayat‘, dosa ‗denda‘, dan ngulapin ‗upacara setelah mengalami

kecelakaan‘. Yang terendah 71% sebanyak tiga buah kata, yaitu kundangan ‗datang ke

acara manusa yadnya‘, prayascita ‗upacara pembersihan lingkungan rumah‘, meras

‗upacara mengadopsi anak‘.

Bila dihitung rerata perbandingan jumlah persentase dengan jumlah kata yang

ditanyakan sebanyak 36 buah kata, maka hasil yang diperoleh adalah 91, 97% mereka

tahu. Angka ini mengindikasikan bahwa mereka para generasi muda di Ubud tahu dan

memahami dengan baik tentang kehidupan religi.

Hal sebaliknya justru terjadi dari aspek pemakaian kata (lihat tabel 4.3.2).

Berdasarkan hasil tabulasi, maka rentangannya menunjukkan kisaran 54% -- 100%

mereka memakai dengan sepuluh strata pengelompokan. Satu kata masing- masing

menunjukkan 54% 75% dan 79%. Dua kata menunjukkan 64%, tiga kata menunjukkan

82%, empat kata masing-masing menunjukkan 89%, 96%. Yang tertinggi 100%

ditunjukkan oleh enam buah kata. Pengetahuan dan pemahaman kata hasil tabulasi

71% ternyata dari segi pemakaiannya hanya menunjukkan angka 54%. Masih ada

Page 38: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

86

kesenjangan pemakaian kata sebesar 17%. Ada sejumlah kata yang menunjukkan

korelasi tinggi berbanding lurus antara pengetahuan dan pemahaman kata dengan

pemakaian kata (100%). Adapun kat-kata tersebut adalah: pandita/jero mangku

‗pendeta/kepala upacara‘, nyama/roban ‗keluarga batih‘, ngaben ‗upacara pembakaran

mayat‘, ngayah ‗bekerja secara tulus ikhlas dalam adat dan di pura‘, kulkul

‗kentongan‘, dan magibung ‗makan bersama secara adat‘.

Dilihat dari segi pemakaiannya, ada enam kata yang pernah mereka

pakai/gunakan yang persentase paling tinggi (100%), yakni: kata pedanda/jero mangku

‗pendeta/pemuka/pemimpin upacara‘, nyama/roban ‗keluarga batih‘, ngayah ‗kerja

adat‘, magibung ‗makan bersama‘, ngaben ‗upacara pembakaran mayat‘, kuklkul

‗kentongan‘. Penggunaan kata pedanda/jero mangku menunjukkan bahwa aktivitas

kehidupan religinya sangat baik. Demikian juga untuk kata roban/nyama menunjukkan

bahwa intensitas interaksi dalam keluarga sangat baik. Aktivitas magibung dan ngayah

juga ditunjukkan oleh generasi muda Ubud terbukti mereka pernah menggunakan kata-

kata tersebut.

Frekuensi pemakaian yang tinggi (96%) yang pernah dipakai oleh generasi

muda di Ubud ditunjukkan oleh kata-kata nganten ‗kawin/menikah‘, nelubulanin

‗upacara tiga bulanan bayi‘, makemit ‗jaga malam di pura‘, dan nguopin ‗partisipasi

dalam kerja adat‘. Hanya 4% sisanya mereka tidak memakainya.

Bila dihitung rerata perbandingan jumlah persentase aspek pemakaian kata

dengan jumlah kata yang ditanyakan, maka hasil yang diperoleh adalah 87,78%. Ini

berarti bahwa tingkat pemakaian kata lebih rendah 4,19% dari tingkat pengetahuan dan

pemahaman kata sebesar 91,97%.

Pengetahuan kosa kata yang berkaitan dengan bidang kesenian dapat

dijabarkan sebagai berikut ini (lihat tabel 4.4.1).

Ada delapan belas buah kata yang ditanyakan kepada responden dalam aspek

pemahaman dan pengetahuan kata dalam rentangan 79% -- 100% mereka tahu dengan

enam strata. Urutan persentase tiga teratas yang menduduki rentangan paling tinggi

adalah sebagai berikut. Ada lima buah kata yang menunjukkan tingkat 100%, yaitu:

mabalih ‗nonton‘, senteng ‘selempang‘ mapayas ‗ berhias‘, bungkung ‗cincin‘, ngigel

‗menari‘. Ada enam buah kata dengan tingkat persentase mencapai 96%, yaitu: saput

‗kain penutup‘, kamen ‗kain, gong ‗gong, magending ‗bernyanyi‘, sekaa gong

Page 39: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

87

‗kelompok penabuh‘, dalang ‗dalang‘. Urutan ketiga dengan persentase tertinggi

(93%) adalah kata isandal ‘alas kaki’.

Kedelapan belas buah kata tersebut ternyata kata-kata yang pernah dipakai

memiliki rentangan antara 75%% -- 100% mereka memakainya dengan strata 8

kelompok (lihat tabel 4.4.2). Rentangan ini cukup korelatif dengan aspek pengetahuan

dan pemahaman kata dengan rentangan 79% -- 100%. Dapat dikatakan bahwa ada

degradasi pemakaian kata sebesar 4%. Tiga urutan pemakaian kata teratas adalah

sebagai berikut ini. Lima buah kata mencapai 100%, yaitu: pasantian ‗semacam

kelompok penyanyi‘, senteng ‗selempang‘, mabalih ‗menonton‘, ngigel ‗menari‘,

mabalih menonton‘. Lima buah kata mencapai 96%, yaitu: sekaa gong ‗sekelompok

penabuh‘, magending ‗bernyanyi‘, dalang ‘dalang’, gong ‗gong‘, kamen ‗kain‘,

mapayas ‗berhias‘. Dua buah kata mencapai angka pemakaian 93%, yakni kata saput

‗kain penutup‘ dan sandal ‗sandal‘.

Ada 12 kata berbanding lurus antara aspek pengetahuan dan pemahaman kata

dengan aspek pemakaian kata. Adapun kata-kata yang dimaksud adalah: sekaa gong,

pragina, ngigel, magending, dalang, gong, bungkung, sandal, kamen, sabuk, senteng,

lelancingan, dan mabalih. Jika dihitung rerata perbandingan persentase aspek

pengetahuan dan pemahaman kata dengan jumlah kata sebanyak 18 buah kata hasilnya

adalah 97,17% sedangkan rerata perbandingan aspek pemakaian dengan jumlah kata

maka hasilnya adalah 92,39%. Masih ada kesenjangan pemakaian kata sebesar 4,78%

Ada 14 kata yang ditanyakan berkaitan dengan mata pencaharian. Hasilnya

dapat dijabarkan sebagai berikut.

Aspek pengetahuan dan pemahaman kata memiliki rentangan antara 61% --

100% mereka tahu dengan delapan strata pengelompokan (lihat tabel 4.5.1). Ada tiga

kata menunjukkan angka 61% (derep, tulup, tapini), dua kata mencapai angka 64%

(panyakap, juru boros), ada satu kata menunjukkan angka 75% (undagi), dua kata

masing-masing 79% (bendega dan balian manak) dan 82% (pangango dan bondres),

satu kata menunjukkan angka 86% (tukang terang), dua kata menunjukkan angka 93%

(pande dan buruh), satu kata menunjukkan angka 100% (balian). Derep ‗buruh penuai

padi‘, tulup ‗penyumpit‘, merupakan dua buah kata berkaitan dengan kehidupan

pertanian dan perburuan. Seiring perkembangan zaman serta perubahan lingkungan

dari agraris menuju industri pariwisata kedua kata ini mengalami degradasi yang cukup

Page 40: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

88

tajam. Sebesar 39% mereka sudah tidak mengetahui dan memahami kata tersebut.

Berbeda dengan kata tapini ‗juru banten‘, walaupun hanya menunjukkan angka 61%

tetapi kata tapini ini adalah kata khusus, kata yang berkaitan dengan keahlian

seseorang dalam hal membuat segala macam bentuk alat-alat upacara banten. Tapini

adalah kata spesifik untuk keahlian dan kemampuan seseorang dalam hal

menyelenggarakan upacara.

Ke-14 buah kata tersebut ternyata rentang pemakaiannya hanya menunjukkan

43% -- 86% mereka memakainya dengan sepuluh strata pengelompokan (lihat tabel

4.5.2). Tidak ada sebuah kata pun yang menunjukkan angka pemakaian 100%. Boleh

jadi keadaan ini mengindikasikan bahwa di Ubud telah terjadi perubahan pola

ekonomi untuk mencari nafkah dari agraris menuju industri pariwisata bila dilihat dari

aspek penggunaan bahasa. Data berikut menguatkan indikasi adanya degradasi dari

aspek pemakaian bahasa. Hampir semua kata yang ditanyakan frekuensi

kemunculannya hanya sekali. Angka 43% (derep), 46% (tulup), 50% (tapini), 54%

(juru boros), 57% (panyakap), 61% (balian manak, bendega, undagi), 71%

(pangangon), 75% (bondres), 82% (pande), 86% (balian). Sebagai daerah tujuan

wisata, profesi sebagai pande (tukang emas, perak, dll) dengan angka 82% memang

cukup korelatif sebagai pendukung tujuan wisata. Demikian juga dengan angka 75%

(bondres) Ubud terkenal dengan seni budayanya, sedangkan untuk kata balian dengan

capaian 86% rupanya masih terkait dengan pola kehidupan masyarakat pedesaan.

Bila dihitung rerata jumlah persentase dengan jumlah kosa kata maka dapat

dikatakan sebagai berikut. Aspek pengetahuan dan pemahaman kata hasil

perbandingannya 77,14 mereka mengetahui (masih ada 22,86% tidak mengetahui dan

memahami kata yang ditanyakan) dan rerata jumlah persentase aspek pemakaian kata

sebesar 63,5%. Ini berarti masih ada sekitar 36,50% mereka tidak pernah memakai

kata-kata yang ditanyakan dan merupakan angka yang cukup signifikan. Bila dikaitkan

antara aspek pemahaman sebesar 77,14 % dengan aspek pemakaian sebesar 63,50%

maka akan ada degradasi pemakaian sebesar 13,64% suatu angka yang cukup

signifikan dalam rangka pemertahanan bahasa Bali sebagai bahasa ibu.

Slogan/ungkapan dalam bahasa Bali merupakan salah satu cara dalam budaya

berbahasa bahasa Bali. Dalam hal memahami dan memakai slogan/ungkapan dalam

Page 41: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

89

bahasa Bali ada 10 slogan/ungkapan yang ditanyakan. Hasilnya dapat dilihat dalam

tabel 4.6. Berikut deskripsi masing-masing wilayahan penelitian.

Untuk wilayah Ubud dari 10 buah ungkapan yang ditanyakan ternyata

memiliki rentangan antara 54% -- 86%. Untuk hal ini generasi muda yang dijadikan

responden ternyata tidak ada yang 100% memakai ungkapan dalam bahasa Bali. Yang

paling sulit dan paling rendah pemakaiannya adalah ungkapan ngejuk balang ngaba

alutan ‗bagaikan menangkap belalang sambil membawa api, dapat satu dimakan satu‘.

Secara filosofis, ungkapan ini mengandung makna yang sangat dalam ditujukan

kepada orang yang tidak bisa menabung, tidak bisa menyisihkan pendapatannya untuk

hari esok. Dahulu tradisi menangkap belalang merupakan salah satu kegiatan petani

untuk mencari lauk dan belalang merupakan salah satu pilihan favorit masa itu.

Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi itu barangkali sudah dilupakan dan tidak

pernah dilakukan lagi. Hal ini barangkali seiring dengan semakin sempitnya ladang

dan persawahan serta perubahan pola kehidupan perekonomian. Ungkapan kedua yang

jarang dipakai (61%) adalah cen kayune sing tempuh angin ‗semakin tinggi ikhtiar kita

semakin tinggi pula cobaan menghadang‘. Banyak yang tidak memahami bahwa

godaan itu selalu ada dan hal itu adalah alamiah, semuanya tergantung pada kita.

Ungkapan yang paling populer dengan angka 75% adalah gede kenehne/gede

tendasne, ngaduk sera aji keteng, gede ombak gede angin. Ketiga ungkapan tersebut

adalah ungkapan yang populer di masyarakat, gede kenehne/gede tendasne ‗besar

kemauannya/ besar kepalanya‘ ditujukan untuk orang yang sombong, ngaduk sera aji

keteng ‗nila setitik rusak susu sebelanga‘ merupakan ungkapan salah satu ciri

masyarakat komunal yang ditujukan kepada perbuatan segelintir orang berakibat pada

nama baik keseluruhan. Ungkapan gede ombak gede angin ‗besar pendapatan besar

pula pengeluarannya‘ sebenarnya kosakata masyarakat pesisir pantai, namun ungkapan

ini begitu memasyarakat di Bali (khususnya di Ubud). Ungkapan ini biasanya

ditujukan pada orang yang berperilaku konsumtif.

(2) Sanur

Untuk wilayah Sanur berhasil dikumpulkan 28 orang responden dari 25 orang

yang direncanakan. Dari 25 buah kata daftar kata Swadesh menunjukkan mereka tahu.

Hasil tabulasi menunjukkan untuk aspek pemahaman mereka tahu kata-kata yang

Page 42: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

90

ditanyakan dengan rentangan 89% -- 100% dengan empak pengelompokan (lihat tabel

4.1.1). Ada lima buah kata menunjukkan angka 89% (kenken, selae, sasur, telung

benang, ubad). Ada enam kata dengan capaian 93% (jukut, teka/rauh, uyah/tasik,

gadang/wilis, ulung/labuh/runtuh, satak). Ada tujuh kata dengan angka 96% (yeh/toya,

cicing/asu, api/geni, bek/liu/akeh, negak/malinggih, ia/ipun/ida, basang/weteng). Ada

tujuh kata yang mencapai angka 100% (pianak/oka, luung/beci, be/ulam, selem,

meme/biang, siu,bongol).

Rentangan persentase di atas ternyata tidak diimbangi dari aspek pemakaian

kata. Hasil tabulasi menunjukkan bahwa tingkat pemahaman yang tinggi itu tidak

serta-merta kata itu digunakan. Rentangannya cukup variatif dengan tujuh strata

pengelompokan berkisar 75% -- 100% (lihat tabel 4.2.1). Satu kata menunjukkan

angka 75% (gadang/wilis) merupakan angka terrendah. Ada lima kata menunjukkan

angka 82% (cicing/asu, kenke/sapunapi, uyah/tasik, sasur, dan telung benang). Ada

empat kata menunjukkan angka 86% (api/geni, ulung/labuh/runtuh, selae, satak). Ada

empat kata menunjukkan angka 89% (pianak/oka, jukut/jangan, basang/weteng,

ubad/tamba). Ada empat kata menunjukkan angka 93% (teka/ rauh, ipun/ida/ia, siu,

bongol). Ada enam kata yang menunjukkan angka 96% dan merupakan frekuensi

tertinggi, yakni yeh/toya, luung/becik, bek/liu, negak/malinggih, selem, meme/biang).

Ada satu kata yang menunjukkan angka 100%, yakni ulam/be. Kata ulam/be

berbanding lurus antara pemahaman dan pemakaian sama-sama mencapai 100%. Hal

ini sangat rasional mengingat Sanur adalah wilayah pantai.

Jika dihitung rerata jumlah persentase dengan jumlah kata yang ditanyakan

sebanyak 25 buah, maka hasilnya adalah 95% mereka tahu kata-kata yang ditanyakan

tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan rerata persentase pemakaiannya dibagi

dengan jumlah kata yang ditanyakan maka hasilnya 89,32%. Artinya masih ada

kesenjangan pemakaian kata sebesar 5,68% dari kata yang mereka tahu dan mereka

pahami.

Untuk kosakata budaya berdasarkan medan makna khususnya kata-kata yang

berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial ada 10 buah kata yang ditanyakan

kepada responden dan menunjukkan rentang pengetahuan dan pemahaman kata

Page 43: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

91

antara 50 %-100% mereka mengetahu kata tersebut (lihat tabel 4.2.1). Masing-masing

satu kata menunjukkan angka 50%, 54%, 71%, 79%, 82%. Ada tiga kata menunjukkan

96% (kelihan adat, nguopin, arah-arah). Ada dua kata yangmenunjukkan 100%

(sangkep/paum dan bale banjar).

Dalam aspek pemakaian kata ternyata rentangannya ada di kisaran 39% -- 93%

(lihat tabel 4.2.2). Kata yang terrendah pemakaiannya adalah kata cingkrem ‗iuran‘

39% atau 61% kata tersebut sudah tidak pernah dipakai lagi. Kata yang rendah

pemakaiannya adalah kata nyambangin ‗ronda malam‘ hanya mencapai 43%. Yang

paling tinggi pemakaiannya adalah kata kelihan adat ‗kepala adat‘ menunjukkan angka

93%. Tidak ada sebuah kata pun mampu menunjukkan angka 100%. Tertinggi kedua

(89%) dengan dua buah kata, yaitu kata sangkep/paum dan bale banjar. Namun

demikian, bila dirata-ratakan antara jumlah persentase dengan jumlah kata yang

ditanyakan maka aspek pemahaman kata hasilnya 82,40% dan aspek pemakaiannya di

kisaran 70,60%. Dengan kata lain bahwa ada selisih sebesar 11,80% kata-kata yang

diketahui dan dipahami dengan aspek pemakaiannya.

Pengetahuan mengenai kosa kata yang berkaitan dengan kehidupan religi, dari

36 buah kata yang ditanyakan kisarannya antara 50%-100% (lihat tabel 4.3.1).

Angka 50% ini ditunjukkan oleh kata ngidih/ngluku ‗meminang‘ sisanya lagi 50%

generasi muda di Sanur sudah tidak paham dan tidak tahu. Pemahaman terrendah

kedua (68%) ditunjukkan oleh kata-kata nyama/roban, pradana, dan meras. Namun

demikian, secara keseluruhan hasil jumlah psersentase dengan jumlah kaa yang

ditanyakan sebanyak 36 buah maka hasilnya 92, 38%, yakni dapat sesuatu pemahaman

yang baik.

Dilihat dari aspek pemakaian kata, hasil tabulasi menunjukkan angka 39% --

100% (lihat tabel 4.3.2). Tiga terrendah pemakaian kata-kata tersebut adalah kata

meras ‗mengadopsi anak‘ (39%), satu kata (43%) adalah kata pradana ‗bertindak

sebagai wanita dalam perkawinan‘, satu kata (61%) adalah kata seda/mati. Hanya ada

satu kata yang mencapai angka 100%, yakni kata saiban ‗upacara setelah selesai

masak‘. Pemakaian tertinggi kedua (96%) ditunjukkan dengan tiga kata (ngulapin,

malukat, nguopin). Ada lima kata yang menunjukkan pemakaian tertinggi ketiga

(93%), yaitu kata makemit, ngayah, patoyan,matunangan, dan pandita/jero mangku.

Page 44: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

92

Bila jumlah persentase pemakaian dibandingkan dengan jumlah kata yang

ditanyakan maka hasilnya adalah 82,70%. Kisaran ini masih cukup bagus walaupun

masih ada degradasi pemakaian kata sebesar 9,68% dari 92,38 aspek pemahaman kata.

Untuk kata-kata yang berkaitan dengan kesenian ada 18 buah kata yang

ditanyakan. Hasil tabulasi menunjukkan aspek pemahaman kata dengan parameter

tahu dan tidak tahu mencapai rentangan cukup tinggi 71% -- 100% (lihat tabel 4.4.1).

Yang terrendah (71%) hanya terdapat satu kata, yakni kata suweng/subeng/gliur

―giwang‘. Ada satu kata mencapai 82%, yakni kata lelancingan/kancut ‗ujung kain

laki-laki‘. Ada tiga kata mencapai 96%, yakni kata sekaa gong, pragina, dan

pasantian. Yang menggembirakan dengan angka 100% adalah kata ngigel, magending,

masolah, dalang, gong, bungkung, sandal, kamen,saput,mapayas, mabalih, semuanya

berjumlah sebelas buah kata atau 61,11% tahu kata-kata yang ditanyakan sebanyak 18

buah. Dengan rentangan seperti itu, maka bila dihitung jumlah persentase dengan

jumlah kata

Untuk aspek pemakaian kata hasil tabulasi menunjukkan angka lebih rendah

berada dalam rentangan 61% -- 100% (lihat tabel 4.4.2). Angka 61% ditunjukkan oleh

kata suweng/subeng/gliur. Angka 75% ditunjukkan oleh kata pasantian dan

lelancingan. Angka 86% ditunjukkan oleh tiga kata, yaitu sekaa gong, pragina, dan

dalang. Selanjutnya, angka 89% hanya satu kata, yakni senteng. Angka 93% juga

hanya satu kata, yakni kata saput. Angka 96% cukup paling banyak dengan enam buah

kata, yaitu: ngigel, masolah,gong, bungkung, sabuk dan mapayas. Angka 100% juga

cukup banyak dengan empat buah kata, yaitu kata magending, sandal, kamen, mabalih.

Bila dihitung rerata jumlah persentase pemakaian yang diperoleh dengan jumlah kata

yang ditanyakan sebanyak 18 buah, maka hasilnya adalah 90,39%. Ini berarti bahwa

aspek pemakaian kata-kata yang ditanyakan itu cukup tinggi walaupun masih ada

kesenjangan 5,11% dari aspek pemahaman kata.

Untuk kata-kata yang berhubungan dengan mata pencaharian, ada 14 buah kata

bahasa Bali yang ditanyakan. Hasil tabulasi menunjukkan 46%—100% mereka tahu

kata-kata yang ditanyakan (lihat tabel 4.5.1). Tiga persentase terrendah terjadi pada

satu kata, yakni 46% (derep), 57% (panyakap), 64% (tulup). Ada lima kata dengan

perolehan persentase tinggi, yaitu 93% (satu kata bendega), 96% (satu kata pande),

100% (ada tiga buah kata, yakni kata balian, buruh, bondres). Adapun rerata jumlah

Page 45: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

93

persentase yang diperoleh dengan jumlah kata sebanyak 14 buah maka hasilnya 81,

36%.

Dilihat dari aspek pemakaian kata ternyata menunjukkan hasil rentangan 18% -

- 79%. Tidak ada sebuah kata pun menunjukkan angka 100% (lihat tabel 4.5.2). Ada

enam buah kata menunjukkan dibawah 50%. Adapun kata-kata yang dimaksud adalah

derep (18%), panyakap (25%), tulup (32%), dua kata balian manak dan tapini (43%),

dan kata juru boros (46%). Selebihnya 57% satu kata (undagi), 61% satu kata

(balian), 64% dua kata (pangangon dan tukang terangi), 68% satu kata (bendega),

75% dua kata (buruh dan pande), dan yang tertinggi 79% satu kata (bondres). Dengan

demikian, bila dihitung rerata jumlah persentase dengan jumlah kata sebanyak 14 buah

maka hasilnya 53,57% atau hampir setengah (46,43%) mereka sudah tidak memakai

kata itu. Kalau dibandingkan dengan rerata aspek pemahaman kata dengan parameter

tahu yang menunjukkan angka 81,36% maka kesenjangan pemakaiannya mencapai

27,79% suatu kesenjangan yang cukup tinggi.

Pengetahuan dan pemakaian slogan berbahasa Bali di wilayah Sanur

menunjukkan kisaran 39 % -- 89% (lihat tabel 4.6). Yang terendah (39%) ditunjukkan

oleh slogan cen kayune sing tempuh angin ‗semakin besar sadhana kita, makin besar

cobaan yang datang. Secara filosofis ungkapan ini mengandung makna yang cukup

dalam bahwasanya setiap orang dalam usahanya pasti mengalami suatu cobaan,

mengalami pasang surut, makin besar ikhtiar kita semakin besar juga godaannya.

Barangkali untuk generasi muda filosofis ini belum mengakar dan belum dipahami.

Hal ini dapat dimaklumi karena para remaja umumnya belum mengenal akan pahit

getirnya kehidupan, bagi mereka masa remaja adalah masa bersenang-senang.

Pemakaian ungkapan terrendah kedua adalah aduk sera aji keteng ‗nila setitik rusak

susu sebelanga‘. Ungkapan ini berlaku untuk masyarakat yang komunal, namun

rupanya di wilayah Sanur ungkapan ini kurang populer, hasil tabulasi menunjukkan

angkga 54%. Ada tiga ungkapan yang menunjukkan perolehan 89%. Ketiga ungkapan

itu adalah (i) gede kenehne/gede tendasne ‗orang yang semakin besar saja

kemauannya‘. Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang tidak pernah puas akan

kemauannya tanpa mempertimbangkan kemampuannya. (ii) liep-liep lipi gadang

‗bagai api dalam sekam‘ ditujukan bagi orang yang diam-diam menghanyutkan, jangan

Page 46: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

94

sekali-kali memandang remeh orang lain. (iii) buka siap sambehin injin ‗bagai ayam

diberi ketan hitam‘ ditujukan kepada orang yang linglung tidak melihat ada makanan

di sampingnya akhirnya kelaparan sendiri.

Berdasarkan rerata jumlah persentase tahu dan pernah memakainya maka

hasilnya adalah 68,10% atau masih ada sebagian sebanyak 31,90% mereka tidak tahu

dan tidak pernah memakainya.

(3) Kuta

Sesuai dengan rencana jumlah responden di Kuta mencapai 25 orang. Dari 25

buah kata daftar kata Swadesh yang ditanyakan untuk aspek pemahaman kata dengan

parameter tahu dan tidak tahu serta aspek pemakaian dengan parameter pernah pakai

dan tidak pernah pakai dapat diketahui berdasarkan hasil tabulasi sebagi berikut ini.

Aspek pemahaman kata dari tabulasi kata menunjukkan rentangan 52% --100%

mereka tahudengan sembilan tingkat pengelompokan (lihat tabel 4.1.1). Kelompok

terrendah dengan angka 52% hanya pada satu kata bilangan sasur ‗tiga puluh lima‘,

72% ditunjukkan oleh satu kata telung benang ‗tujuh puluh lima‘, angka 76%

ditunjukkan satu kata satak ‗dua ratus‘, angka 80% ditunjukkan oleh empat kata

sekaligus sebagai kata dengan frekuensi paling banyak kedua, yaitu kata gadang/wilis,

siu, basang/weteng, dan ubad/tamba. Selanjutnya, angka 84% ditunjukkan dengan dua

kata ulung/labuh/runtuh dan selae, angka 88% ditunjukkan dengan dua kata uyah/tasik

dan ida/ipun, angka 92% ditunjukkan dengan tiga kata negak/malinggih, meme/biang

dan bongol. Angka 96% ditunjukkan dengan satu kata selem, dan angka 100%

ditunjukkan dengan 10 buah kata sekaligus frekuensi tertinggi. Dengan rentangan

seperti itu, maka jumlah persentase dibandingkan dengan jumlah kata sebanyak 25

buah akan hasilnya adalah 89,44%. Dari segi aspek pemahaman kata angka 89,44%

sudah cukup baik.

Dilihat dari aspek pemakaiannya hasil tabulasi menunjukkan rentangan 56% --

96% mereka memakainya tidak ada yang mencapai 100% sehingga rentangan ini lebih

rendah dari aspek pemahaman (lihat tabel 4.1.2). Frekuensi satu kata terlihat dalam

56% (sasur), 60% (telung benang), dan 84% (cicing/asu). Frekuensi dua kata terlihat

dalam 76% (satak, ubad/tamba) dan 88% (pianak/oka dan uyah/tasik). Frekuensi

empat kata terlihat dalam 92% (meme/biang, ipun/ida, negak/malinggih, dan

Page 47: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

95

ubad/tamba). Angka 80% muncul dalam lima kata, yaitu gadang/wilis,

ulung/labuh/runtuh, selae, siu, dan basang/weteng). Bila dirata-ratakan jumlah

persentase dengan jumlah kata yang ditanyakan sebanyak 25 buah kata, maka hasilnya

86,40%. Dengan demikian, selisihnya tidak terlalu jauh sebesar 3,04% dengan aspek

pemahaman kata sebesar 89,44%.

Kosa kata yang berkaitan dengan budaya berdasarkan medan makna

khususnya kosa kata yang berkaitan dengan organisasi sosial sebanyak 10 buah kata

yang ditanyakan. Adapun hasil tabulasi menunjukkan sebagai berikut.

Aspek pemahaman dengan parameter tahu dan tidak tahu menunjukkan

rentangan 36% -- 96% mereka tahu dengan delapan kelompok (lihat tabel 4.2.1).

Kelompok 1 – 7 ditunjukkan oleh satu kata, yaitu: 36% (nyambangin), 44% (manggala

karya), 52% (cingkrem), 56% (panyarikan), 64% (nguopin), 72% (perbekel), 84%

(arah-arah), dan kelompok delapan yang tertinggi 96% dalam tiga kata (frekuensi

tertinggi), yaitu kelihan adat, sangkep/paum, dan bale banjar. Dengan rentangan

seperti itu, maka hasil rerata jumlah persentase dibandingkan dengan jumlah kata yang

ditanyakan adalah 69,60%.

Dilihat dari aspek pemakaian kata ternyata hasil tabulasi juga menunjukkan

rentangan yang tidak jauh berbeda, yakni berada dalam rentangan 28% -- 92% mereka

memakainya, lebih rendah dari rentangan aspek pemahaman kata (lihat tabel 4.2.2).

Rentangan ini juga terdiri atas delapan kelompok dengan sebaran frekuensi yang

hampir merata. Adapun kedelapan kelompok tersebut adalah: 28% dalam dua kata

(nyambangin dan manggala karya), 40% dalam satu kata (panyarikan), 48% dalam

satu kata (cingkrem), 52% dalam satu kata (perbekel), 64% dalam kata (nguopin), 76%

dalam satu kata (arah-arah), 88% dalam satu kata (kelihan adat), dan 92% dalam dua

kata (sangkep/paum dan bale banjar). Dengan demikian, berdasarkan penjumlahan

seluruh persentase dibandingkan dengan jumlah kata yang ditanyakan sebanyak 10

buah maka hasilnya adalah 60,80% suatu perolehan angka yang memerlukan perhatian

khusus dari sudut pemertahanan bahasa. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan aspek

pemahaman kata sebesar 69,60% maka akan terjadi selisih pemakaian kata sebesar

8,80%.

Ada 36 buah kosakata yang ditanyakan berkaitan dengan kehidupan religi.

Aspek pemahaman kata dengan parameter tahu dan tidak tahu hasil tabulasi dapat

Page 48: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

96

dijelaskan sebagai berikut ini. Berdasarkan persentasenya, ke- 36 kata tersebut dibagi

dalam 12 kelompok dengan rentangan antara 24% -- 96% mereka paham dan tahu

(lihat tabel 4.3.1). Angka 24% ditunjukkan dengan satu kata (meras), 40% dengan satu

kata (pradana), 48% dengan dua kata (rajasewala/rajasinga dan dosa), 52% dengan

satu kata (magebagan), 68% dengan dua kata (nyeeb/ngatelunin dan patoyan), 72%

dengan dua kata (pandita/jero mangku dan nyama/roban), 76% dengan satu kata

(prayascita), 80% dengan tiga kata (kundangan, kepus pungsed, bulan pitung dina),

84% dengan tiga kata (nelubulanin, ngidih/ngluku, dan saiban), 88% dengan empat

kata (nguopin, makemit, ngulapin, dan magibung), 92% dengan empat kata

(otonan/paweton dan kulkul, nglekadang, dan rahinan), 96% dengan sebelas kata

(majenukan, matunangan, nganten, beling/mobot, matatah/mapandes, pawiwahan,

mati/seda, nanem,ngaben,malukat, dan ngayah,). Dengan sebaran persentase seperti

itu, maka jika dihitung jumlah persentase seluruhnya dibandingkan dengan jumlah kata

yang ditanyakan adalah 81,33%.

Dilihat dari aspek pemakaian kata dengan parameter pernah memakai dan tidak

pernah, maka berdasarkan hasil tabulasi menunjukkan rentangan antara 24% -- 100%

mereka memakainya dengan sebelas kelompok (lihat tabel 4.3.2). Tiga kelompok

terrendah dengan angka di bawah 50% sebanyak lima kata, yakni 24% dengan satu

kata (meras), 40% dengan satu kata (pradana), 48% dengan tiga kata

(rajasewala/rajasinga, saiban, dan ngulapin). Tiga kelompok tertinggi dengan capaian

di atas 90% dengan 18 buah kata, yaitu 92% dengan lima kata (nglekadang,

otonan/paweton, nguopin, makemit, dan pandita/jero mangku), 96% dengan lima kata

(nguopin, malukat, ngayah, kulkul,dan rahinan), 100% dengan delapan kata

(matunangan, beling/mobot, nganten, matatah/mapandes, pawiwahan, mati/seda,

nanem,dan ngaben). Bila dihitung secara keseluruhan hasil tabulasi persentase

pemakaiannya dibandingkan dengan jumlah kata yang ditanyakan sebanyak 18 buah

kata maka hasilnya adalah 80,11%.

Hasil tabulasi seperti tersebut di atas juga menunjukkan adanya perbedaan

antara tingkat pemahaman kata dengan tingkat pemakaian kata. Dari aspek

pemahaman kata khususnya pengetahuan kata menunjukkan tidak ada sebuah kata pun

yang mencapai angka 100% tertinggi hanya 96% dengan 11 kata, sebaliknya dalam

aspek pemakaian kata capaiannya sampai 100%. Namun, hasil tabulasi secara umum

Page 49: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

97

dapat dikatakan bahwa ada korelasi antara aspek pemahaman kata berbanding lurus

dengan aspek pemakaian kata. Pemahaman kata yang rendah akan diikuti pula dengan

pemakaian kata yang rendah pula, demikian sebaliknya pemahaman yang tinggi akan

diikuti dengan pemakaian yang tinggi pula. Kata meras dalam aspek pemahaman yang

capaiannya hanya 24% ternyata dalam aspek pemakaian juga sama 24%, kata parada

dalam aspek pemahaman 40% ternyata dalam aspek pemakaian juga menunjukkan

angka 40%. Demikian pula dalam aspek pemahaman capaian tertinggi 96% diikuti

dengan capaian 100% dalam aspek pemakaian (matunangan, nangten, beling/mobot,

matatah/mapandes, pawiwahan, mati/seda, nanem, ngaben). Secara umum selisih

angka persentase antara aspek pemahaman dengan aspek pemakaian tidak terlalu jauh.

Dalam aspek pemahaman jumlah rerata persentasenya sebesar 81,33% dan dalam

aspek pemakaian rerata persentasenya sebesar 80,11%. Jadi, selisihnya hanya 1,22%.

Ada 18 buah kosakata yang ditanyakan berkaitan dengan kesenian. Hasil

tabulasi dari aspek pemahaman dengan parameter tahu dan tidak tahu menunjukkan

rentangan antara 44% -- 100% mereka paham dan tahu (lihat tabel 4.4.1). Angka 44%

ditunjukkan dengan satu kata (suweng/subeng/gliur), 52% ditunjukkan dengan satu

kata (lelancingan), 60% dengan satu kata (pasantian), 72% dengan satu kata

(masolah), 84% dengan satu kata (dalang), 88% dengan satu kata (gong), 92% dengan

lima kata (pragina, ngigel, sabuk, senteng, dan mapayas), 96% dengan empat kata

(magending, bungkung, mabalih, dan saput), 100% dengan tiga kata (sekaa gong,

sandal, dan kamen). Dengan deskripsi seperti ini maka rerata jumlah seluruh

persentase aspek pemahaman kata dibandingkan dengan jumlah kata yang ditanyakan

maka hasilnya adalah 85,78%.

Hasil tabulasi dari aspek pemakaian kata tidak jauh berbeda dari aspek

pemahaman kata rentangannya berada dalam kisaran 40% -- 100% mereka

memakainya (lihat tabel 4.4.2). Angka 40% dengan dua kata (suweng/subeng/gliur,

52% dengan satu kata (pasantian), 72% dengan satu kata (masolah), 80% dengan satu

kata (dalang), 84% dengan dua kata (gong senteng), 88% dengan dua kata (pragina,

saput), 92% dengan tiga kata (ngigel, sabuk, mapayas), 96% dengan empat kata (sekaa

gong, magending, bungkung, dan mabalih), 100% dengan dua kata (sandal, kamen).

Page 50: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

98

Jika dijumlahkan seluruh angka persentase aspek pemakaiannya dibandingkan dengan

jumlah kata yang ditanyakan maka hasilnya adalah 82, 67%.

Dari dua deskripsi kata yang berkaitan dengan kesenian seperti di atas, maka

terjadi perbedaan persebaran antara aspek pemahaman dengan aspek pemakaian.

Dalam aspek pemahaman persentase tinggi ditunjukkan dengan frekuensi kata yang

tinggi pula sedangkan alam aspek pemakaian persebaran frekuensi pemakaian masing-

masing kata cukup merata baik dalam persentase rendah maupun tinggi. Demikian

juga halnya dengan hasil rerata persentase aspek pemahaman sebesar 85,78% dengan

hasil rerata aspek pemakaian sebesar 82,67% selisih hanya 3,11%.

Kosa kata yang berkaitan dengan matapencaharian sebanyak 14 buah kata

untuk aspek pemahaman dengan parameter tahu dan tidak tahu menunjukkan angka

4% –88% mereka tahu dan paham dengan persentase sebelas kelompok (lihat tabel

4.5.1). Ada sepuluh kata dengan frekuensi kemunculan kata cuma sekali sedangan

yang paling banyak empat kali. Berikut dideskripsi kata tersebut. Angka 4% satu kata

(derep), 8% satu kata (tulup), 12%satu kata (panyakap), 16% satu kata (tapini), 36%

satu kata (juru boros), 40% satu kata (balian manak), 48% satu kata (pangangon),

56% satu kata (tukang terang), 60% satu kata (undagi), 88% satu kata (buruh), dan

80% dengan 4 kata (balian, bendega, pande, dan bondres) merupakan frekuensi

terbanyak. Ada tujuh kata yang menunjukkan pemahaman kata di bawah 50%.

Hasil tabulasi kata berkaitan dengan matapencaharian dengan parameter pernah

memakai dan tidak pernah memakai menunjukkan rentangan 4% -- 88% pernah

memakai dengan sepuluh kelompok persentase (lihat tabel 4.5.2). Hasil ini tidak jauh

berbeda dengan aspek pemahaman kata. Adapun kelompok persentase itu adalah: 4%

satu kata (derep), 12% dua kata (panyakap, tulup), 16% satu kata (tapini), 20% satu

kata (balian manak), 28% satu kata (juru boros), 44% dengan satu (pangangon), 52%

dua kata (tukang terang, undagi), 76% dua kata (bendega, pande), 80% dua kata

(balian, bondres), 88% satu kata (buruh). Dengan hasil ini menunjukkan bahwa ada

tujuh kata (50%) dari 14 kata yang ditanyakan mereka pernah memakainya dan sisanya

tujuh kata lagi (50%) tidak memakainya.

Jika dihitung rerata jumlah persentase kata yang diketahui dibandingkan

dengan jumlah kata yang ditanyakan sebanyak 14 buah maka hasilnya adalah 49,14%.

Hasil ini tentu sangat rendah karena berada di bawah 50%. Tidak jauh berbeda dengan

Page 51: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

99

aspek pemakaian kata yang pernah mereka gunakan maka hasil rerata jumlah

persentasenya sebesar 45, 71% juga suatu capain yang sangat rendah. Adapun selisih

rerata aspek pemahaman kata dengan rerata aspek pemakaian kata sebesar 3,43%.

Kata derep, panyakap, tulup, juru boros, pangangon dengan angka di bawah

50% merupakan kosakata masyarakat agraris. Khusus kata derep ‗jurupanen padi‘

merupakan sebuah tradisi dalam sistem bagi hasil antara pemilik sawah dengan buruh

panennya dengan perbandingan/persentase menurut perjanjian. Barangkali seiring

pesatnya perkembangan Kuta sebagai destinasi wisata internasional berbanding lurus

dengan keberadaan sawah di sekitarnya yang sudah semakin sedikit bahkan habis

digantikan dengan bangunan hotel dan restoran. Hilangnya persawahan menyebabkan

kata-kata seperti panyakap ‗petani gurem mengerjakan sawah orang lain‘, pangangon

‗gembala‘, juru boros ‗pemburu‘ mulai ditinggalkan pemakaiannya dan lama-

kelamaan boleh jadi kata-kata itu hilang.

Pengetahuan dan pemakaian slogan berbahasa Bali menunjukkan kisaran 28—

84% (lihat tabel 4.6). Untuk angka 28% ini ada pada slogan ngejuk balang ngaba

alutan ‗bagaikan menangkap belalang membawa api, dapat satu dimakan satu‘.

Sebagaimana halnya dengan wilayah Sanur, di Kuta juga kurang memahami slogan ini.

Memang secara filosofis maknanya cukup dalam bahwasanya hasil usaha semuanya

habis untuk dimakan, tidak tersisa sedikitpun apalagi untuk ditabung. Hilangnya

persawahan juga menyebabkan hilangnya komunitas belalang sehingga lama-kelamaan

ungkapan ini juga semakin hilang. Ungkapan yang rendah juga ditunjukkan oleh

ungkapan cen kayune sing tempuh angin ‗semakin tinggi sadhana kita, semakin tinggi

ikhtiar kita semakin tinggi pula cobaan dan godaan yang dihadapi‘. Sebagai anak muda

rupanya mereka belum memahami secara baik ungkapan ini yang memang secara

filosofis maknanya sangat dalam. Ungkapan yang menunjukkan persentase tertinggi

adalah buka siap sambehin injin ‗seperti ayam diberi beras hitam, ada makanan di

hadapannya namun tidak dilihat akhirnya lapar sendiri‘. Ungkapan ini rupanya cukup

baik dipahami oleh generasi muda Kuta mengingat persaingan untuk mencari nafkah

dalam mempertahankan hidup sangat kompetitif. Peluang sekecil apa pun harus

diambil dan direbut lebih-lebih berada di pelupuk mata.

Selain hasil di atas ditemukan juga mengenai kemampuan generasi muda Bali

terhadap penggunaan aras tutur BB. Untuk sementara ini berdasarkan hasil klasifikasi

Page 52: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

100

yang dilakukan khususnya untuk daerah Ubud menunjukkan adanya tingkat

pengetahuan dan pemakaian sor singgih basa yang cukup rumit menunjukkan hal

positif masih berkisar di rentangan 68 – 100%. Yang 68% ini pun hanya pada satu

kata, yakni kata wilis ‗hijau‘ lebih banyak di kisaran 80% ke atas. Kondisi ini tentu

tidak dapat dilepaskan dari keadaan wilayah Ubud masih seperti keadaan desa-desa di

Bali pada umumnya tidak seperti di dua wilayah lainnya (Sanur dan Kuta). Selain

secara topografis berada jauh ke pedalaman, wilayah Ubud juga dikelilingi oleh desa-

desa tradisional Bali dengan berbagai ragam kebudayaannya. Terlebih lagi para tetua

Puri Ubud dengan corak feodalnya masih sangat kental dan sering kali salah satu dari

para tetuanya itu menjadi bupati di Gianyar. Oleh karena itu, kondisi ini berpengaruh

pada aras tutur dalam bahasa Balinya.

Kalau dibandingkan tingkat pemahaman kosa kata dasar Swadesh ketiga

wilayah penelitian tersebut (Kuta, Sanur, dan Ubud) dengan parameter tahu dan tidak

tahu, berdasarkan hasil tabulasi menunjukkan wilayah Sanur menduduki tingkat paling

tinggi, yakni 95% disusul Kuta dengan 89,44% terakhir Ubud dengan 88,32% (lihat

tabel 4.1.1). Namun demikian, jika dilihat dari parameter pemakaiannya ternya tidak

menunjukkan koreralasi yang tepat. Pemahaman dan pengetahuan kata yang tinggi

tidak disertai dengan pemakaian yang tinggi (lihat tabel 4.1.2). Adapun persentase

tertinggi dai aspek pemakaian kata berdasarkan tabulasi adalah Ubud dengan 92,08%,

lalu Sanur dengan 89,32% dan terrendah Kuta dengan 86,4%.

Untuk wilayah Sanur dan Kuta ternyata kosakata bilangan (selae, sasur, telung

benang) menunjukkan angka terrendah dengan parameter mereka tahu sedangkan

untuk wilayah Ubud kosakata warna gadang/wilis. Dari aspek pemakaian kata dengan

parameter pernah dipakai mencapai 100% ternyata dari 25 kosakata dasar Swadesh

ternyata Ubud mencapai 11 kosakata, Kuta 10 kosakata, dan Sanur 7 kosakata.

Perbandingan kosakata budaya dasar berdasarkan medan makna yang berkaitan

dengan kehidupan organisasi sosial di ketiga wilayah tersebut dapat dikatakan sebagai

berikut.

Berdasarkan pemahaman kata dengan parameter tahu dan tidak tahu maka

berdasarkan hasil tabulasi menunjukkan kosakata yang paling diketahui dengan

persentase tertinggi adalah Ubud (82,5%, Sanur (82,4%), dan Kuta (69,6%) (lihat tabel

4.2.1). Untuk ketiga wilayah ini ternyata kosakata yang paling tidak dipahami dan

Page 53: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

101

diketahui di Ubud adalah kata cingkrem dan nyambangin (43%), di Sanur kata

nyambangin (50%), dan di Kuta kata nyambangin (36%). Berdasarkan aspek

pemakaiannya secara umum hasil tabulasinya adalah yang tertinggi pemakaiannya

adalah Ubud (80,8%), Sanur (70,6%), Kuta (60,8%). Diantara ketiga wilayah ini

ternyata menunjukkan selisih yang cukup tinggi. Kata sangkep/paum ‗rapat‘ dan bale

banjar ‗balai desa‘ adalah dua kata dengan frekuensi pemakaian paling tinggi (tabel

4.2.2). Kedua kata ini secara fungsional sangat berkaitan. Bale banjar merupakan

tempat untuk melakukan rapat anggota banjar. Ini mencerminkan bahwa untuk ketiga

wilayah penelitian sistem organisasi banjar masih sangat kuat.

Untuk kosakata yang berkaitan dengan religi tingkat pemahaman dan

pengetahuan kata dengan parameter mereka tahu (tabel 4.3.1) maka Sanur mencapai

persentase tertinggi dengan 92,38% , Ubud dengan 91,97%, dan Kuta dengan 81,33%.

Tidak banyak selisih antara Ubud dengan Sanur, namun dengan Kuta cukup tinggi.

Namun demikian, dari aspek pemakaian kata ternyata Ubud sedikit lebih tinggi dari

Sanur (tabel 4.3.2), yakni Ubud dengan 87,78%, Sanur 82,70%, dan Kuta 80,11%. Di

ketiga wilayah itu ada ternyata satu kata yang paling jarang dipakai, yakni meras

‗adopsi anak‘ bahwa di Kuta pemakaiannya hanya 24% atau sudah 76% kata itu sudah

tidak pernah dipakai lagi karena mereka sudah tahu dan tidak memahami kata itu lagi.

Perbandingan ketiga wilayah untuk aspek pemahaman dengan parameter tahu

terhadap kosakata dasar bidang kesenian berdasarkan deskripsi tabel 4.4.1 ternyata

persentase tertinggi adalah Sanur dengan 95,5%, Ubud 93,17%, dan Kuta 85,78%.

Hanya di Kuta saja ditemukan satu kata suweng/subeng/gliur ‗giwang‘ yang persentase

sangat rendah (44%) sedangkan di Ubud dan Sanur masih cukup tinggi (lihat tabel

4.4). Untuk aspek pemakaian kata dengan parameter pernah dipakai (tabel 4.4.2) Ubud

menduduki tempat teratas dengan 92,39%, Sanur 90,39%, dan Kuta 82,67%. Hanya di

Kuta juga persentase pemakaian kata terrendah mencapai 40%, yakni

suweng/subeng/gliur sedangkan di Ubud dan Sanur capaiannya lebih dari 60%.

Kosakata dasar yang berkaitan dengan matapencaharian di ketiga wilayah

penelitian (tabel 4.6) menunjukkan bahwa untuk aspek pemahaman dengan parameter

tahu persentase yang tertinggi adalah Sanur dengan 81, 36%, Ubud 77,14%, dan Kuta

49,14%. Khusus untuk kata derep ‗pembagian hasil dari sistem panen padi‘ untuk

ketiga wilayah penelitian ternyata menunjukkan yang paling rendah, banyak generasi

Page 54: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

102

muda sudah tidak tahu dan tidak paham kata itu lagi. Lebih-lebih di Kuta hanya

mencapai 4%, Sanur lebih baik dengan 46%, hanya di Ubud mencapai 61%. Bahkan di

Kuta, 50% kata yang ditanyakan (7 dari 14 kata) kisarannya di bawah 50%. Untuk

aspek pemakaian kata dengan parameter pernah dipakai Ubud dengan persentase

tertinggi dengan 63,5%, Sanur 53,57%, dan Kuta 45,71%. Seiring dengaan perubahan

pola kehidupan perekonomian dari agraris ke industri pariwisata hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi terhadap pemahaman dan pengetahuan

kosa kata bahasa Bali sehingga pemakaiannya pun mengalami degradasi juga.

Demikian juga halnya dengan pemahaman dan pemakaian slogan/ungkapan dalam

bahasa Bali. Sesuai tabel 4.6 secara akumulatif Ubud menduduki persentase tertinggi

(71,6%) lalu Sanur (68,1%) dan terakhir Kuta (63,2%)

Dari seluruh deskripsi tabel di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa

pemahaman dan pengetahuan kata berimplikasi langsung terhadap pemakaian kosakata

itu sendiri. Semakin tinggi pemahaman kosakatanya makin semakin tinggi pula tingkat

pemakaiannya demikian sebaliknya. Dilihat secara geografis, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan pengetahuan kosakata dasar baik itu

kosakata dasar Swadesh, kosakata berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial

masyarakat, kosakata berkaitan dengan kehidupan religi, kosakata berkaitan dengan

kesenian, kosakata berkaitan dengan matapencaharian secara umum di Ubud lebih

tinggi tingkat pemahamannya dan pemakaiannya lalu Sanur dan terrendah Kuta.

Secara geografis Ubud merupakan daerah wisata pedesaan, Ubud masih dikelilingi

oleh desa-desa kental dengan tradisional Bali dengan ciri masyarakat lebih komunal

dan lebih homogen lebih-lebih keberadaan Puri Ubud sampai saat ini masih kuat

dengan ciri feodalismenya, Ubud jauh dari perkotaan. Pariwisata Ubud lebih

mengandalkan budaya dan di sekeliling Ubud masih terbentang persawahan. Berbeda

halnya dengan Sanur dan Kuta. Kedua wilayah ini berada di pesisir pantai, sangat

dekat dengan perkotaan dan penduduknya pun lebih heterogen baik dari segi agama,

ras, suku bangsa, matapencaharian dan sebagainya.

Aras tutur dalam Bahasa Bali (Sor Singgih) telah banyak mendapat

perhatian dari para ahli baik secara lokal (Bali), nasional, maupun internasional.

Dikatakan oleh Suastra (2002:131) bahwa istilah aras tutur pertama kali digunakan

oleh Geertz (1960) untuk mengkategorikan etika bertutur bahasa Jawa. Berkaitan

Page 55: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

103

dengan Sor Singgih bahasa Bali di wilayah pakainya (Provinsi Bali), Suastra (2002)

menyampaikan bahwa pada dasarnya Sor Singgih bahasa Bali terdiri atas dua kategori,

yakni bentuk Alus dan Andap. Bentuk Alus kemudian dapat disubklasifikasikan atas

Alus Singgih, Alus Sor, dan Alus Madia, sedangkan bentuk Andap terdiri dari

subkategori Biasa dan Kasar. Kelima jenis aras tutur tersebut diasosiasikan dengan

nilai sosial tertentu. Kaitan antara nilai-nilai tersebut utamanya ditentukan oleh sistem

kasta atau wangsa, pekerjaan, dan derajat formalitas. Berkaitan dengan aras tutur ini

dalam penelitian ini ada kecenderungan bentuk alus seperti kata wilis ‘hijau‘ lebih

sedikit diketahui. Umumnya dalam proses komunikasi berbahasa Bali, penggunaan

bentuk-bentuk alus memang lebih rumit dibandingkan dengan bentuk-bentuk

biasa/andap. Penggunaan bentuk-bentuk alus sangat dipengaruhi oleh dimensi waktu,

tempat, dan siapa lawan bicara, serta hal apa yang dibicarakan. Penggunaan ragam

alus juga memperhitungkan faktor intimitas, yakni semakin dikenal dan akrab lawan

bicara maka bahasanya pun semakin biasa/andap dan sebaliknya, orang harus

menggunakan bentuk alus bila lawan bicara belum dikenal/belum akrab. Secara

filosofis, penggunaan bentuk alus didasari oleh penghormatan kepada lawan bicara,

lebih-lebih lawan bicara belum diketahui/belum dikenal, intinya bahwa dalam

berbicara menggunakan bahasa Bali maka pembicara tidak boleh meninggikan dirinya

sendiri, lawan bicara adalah orang yang harus dihormati.

5.4 Sikap Bahasa

Menurut Suhardi (1996:14), pada awalnya istilah sikap merupakan pokok

utama bahasan bidang psikologi sosial. Mengikuti alur pemikiran Allport (1954),

Suhardi menjelaskan bahwa sikap sebagai kesiagaan saraf dan mental, yang tersusun

melalui pengalaman, yang memberikan arah atau pengaruh dinamis kepada tanggapan

seseorang terhadap semua benda dan situasi yang berhubungan dengan kesiagaan itu.

Dari pengertian itu tersirat bahwa sikap tidak dapat diamati secara langsung, tetapi

harus disimpulkan melalui introspeksi diri seorang subjek. Sementara itu, Rokeach

(dalam Suhardi 1996) menjelaskan sikap sebagai tata kepercayaan (organization of

beliefs) yang secara relatif berlangsung lama terkait suatu objek atau situasi yang

mendorong seseorang untuk menanggapinya dengan cara tertentu yang disukainya.

Rokeach beranggapan bahwa setiap kepercayaan terdiri atas tiga bagian atau

Page 56: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

104

komponen, yakni komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku.

Komponen kognitif merujuk kepada pengetahuan seseorang pada apa yang benar atau

salah, baik atau buruk, diinginkan atau tidak diinginkan. Komponen afektif

berhubungan dengan penilaian seseorang mengenai suatu objek, apakah ia suka atau

tidak suka akan objek itu. Komponen perilaku berhubungan dengan kecenderungan

seseorang untuk bertindak.

Menurut Anderson (1974), sikap bahasa adalah tata kepercayaan yang

berhubungan dengan bahasa yang secara relatif berlangsung lama, mengenai suatu

objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang (yang memiliki sikap

bahasa itu) untuk bertindak dengan cara tertentu yang disukainya. Sikap bisa positif

dan bisa juga negatif.

Berkaitan dengan sikap bahasa ini, responden diberi 10 butir pertanyaan.

Butir-butir pertanyaan tersebut dikaitkan dengan aspek kognitif, afektif, dan perilaku

(konatif) mereka terhadap bahasa Bali

5.4.1 Aspek Kognitif Sikap Bahasa

Triandis (dalam Suhardi, 1996:23) menyatakan komponen kognitif sebagai gagasan

pada umumnya berupa kategori tertentu yang dipakai oleh manusia untuk berpikir.

Kategori itu diperoleh sebagai hasil kesimpulan dari ketaatasasan di dalam

menanggapi berbagai rangsangan yang berbeda. Mann (dalam Azwar, 2008: 24)

menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

Berkenaan dengan aspek kognitif, generasi muda Bali diberikan pertanyaan

berkenaan dengan persepsi mereka terhadap bahasa Bali. Pertanyaan tersebut adalah

sebagai berikut.

Aspek Kognitif 1. Bahasa Bali adalah bahasa yang indah dan merdu

2. Bahasa Bali adalah pengemban budaya yang tinggi

Dari jawaban yang diberikan oleh responden terlihat bahwa adanya kecenderungan

sikap positif terhadap bahasa Bali seperti terlihat pada grafik berikut.

Page 57: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

105

Grafik tiap-tiap komponen sikap bahasa di atas menunjukkan bahwa

persentase pilihan sangat setuju dan setuju sangat dominan untuk pernyataaan bahwa

BB merupakan bahasa yang indah dan merdu. Begitu pula bila dikaitkan dengan

pernyataan nomor (2), hampir 95% responden menyatakan sangat setuju dengan

bahasa Bali secara simbolis merupakan pengemban kebudayaan yang tinggi dan

merupakan bahasa yang indah dan merdu. Kecenderungan persentase yang tinggi ini

dapat ditafsirkan sebagai pengakuan mereka terhadap bahasa Bali, dalam hal ini

berkaitan dengan keberadaan bahasa sebagai alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus

kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Oleh karena itu, bahasa juga merupakan

faktor penting dalam membentuk identitas kultural dan identitas sosial, termasuk di dalamnya

identitas etnis anggota masyarakat.

Dalam hal ini, komponen kognitif sikap pemuda Bali terhadap bahasa Bali

adalah menyangkut apa saja yang mereka percayai terhadap bahasa Bali itu sendiri.

Seperti pernyataan di atas, mengukur kepercayaan mereka atas keindahan dan

kemerduan bahasa Bali serta fungsi bahasa Bali sebagai pengemban budaya yang

tinggi. Menurut Azwar (2008:24–25), sering apa yang dipercayai seseorang itu

merupakan stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam pikirannya. Jadi,

apabila telah terpolakan dalam pikiran para transmigran bahwa bahasa Bali merupakan

sesuatu yang negatif atau tidak baik, maka segala yang dilakukan terkait usaha

pelestarian bahasa Bali akan membawa asosiasi pola pikiran itu, terlepas daripada

maksud dan tujuan dilakukannya pelestarian terhadap bahasa Bali itu sendiri. Apabila

demikian kenyataannya, apa pun juga yang menyangkut bahasa Bali akan membawa

Page 58: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

106

makna negatif dan mereka menjadi percaya bahwa usaha pelestarian pun membawa

arti yang kurang baik itu.

Namun tidaklah demikian faktanya terhadap persepsi penutur Bali terhadap

bahasa Bali. Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of language norms), yang

mendorong orang untuk menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun;

merupakan faktor yang sangat besar berpengaruh terhadap perbuatan yaitu kegiatan

menggunakan bahasa (language use) ( Garvin dan Mathiot (1968)). Demikian juga

halnya dengan generasi muda Bali. Kesadaran yang telah dimilikinya merupakan sikap

positif yang dimiliki generasi muda Bali untuk mempertahankan bahasa Bali.

5.4.2 Aspek Afektif Sikap Bahasa

Komponen afektif merupakan emosi yang mengisi gagasan. Apabila

seseorang ‗merasa senang‘ atau ‗merasa tidak senang‘ kepada seseorang, sekelompok

orang, sesuatu, atau suatu keadaan, dia memiliki sikap positif atau negatif kepada

seseorang atau kepada hal yang lain. Sikap positif atau negatif ini biasanya ditentukan

oleh hubungan objek sikap dengan keadaan yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komponen afektif

merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi

(Suhardi, 1996:23). Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

Untuk mengetahui sikap afektif generasi muda Bali, mereka diberikan tiga

pernyataan (nomor 3—5) sebagaimana berikut.

Aspek Afektif 3. Sebagai orang Bali, saya bangga dapat berbahasa Bali

4. Saya senang bila orang berbahasa Bali dengan saya

5. Saya senang berbahasa Bali dengan orang Bali lainnya

Hasil jawaban responden terlihat sebagaimana grafik berikut.

Page 59: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

107

Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase untuk pernyataan yang berkaitan dengan

komponen afektif (nomor (3), (4), (5)), rata-rata 90 % responden menyatakan setuju terhadap

pertanyaan mengenai rasa bangga bisa berbahasa Bali dan senang bila ada orang berbahasa Bali

dengan responden. Hal tersebut mengindikasikan sikap positif para generasi muda.

Menurut Azwar (2008:26), secara umum komponen afektif dapat disamakan

dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu yang sering bersifat subyektif.

Kebanggaan bahasa (language pride), yang mendorong orang mengembangkan

bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.

Bahasa Bali merupakan penanda identitas etnik dan pengemban kebudayaan Bali yang

adiluhung maka sangatlah mungkin terbentuk sikap afektif yang positif.

Hasil pengukuran terhadap sikap responden menunjukan kecenderungan

sikap positif, haruslah selaras dengan pemakaian dan penguasaan generasi muda Bali

atas bahasa Bali. Namun, hal ini perlu ditanggapi sebagai sesuatu yang prospektif bagi

pelestrian bahasa Bali di daerah destinasi wisata.

5.4.3 Aspek Konatif Sikap Bahasa

Komponen ini, menurut Triandis (dalam Suhardi, 1996:24), menunjukkan

adanya kecenderungan untuk bertindak. Seseorang menanggapi rangsangan-

Page 60: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

108

rangsangan di sekitarnya pertama-tama dengan membuat kategori dan kemudian

menghubungkan kategori yang satu dengan yang lainnya. Komponen perilaku dalam

struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini

didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Azwar (2008:27) menyampaikan bahwa kecenderungan berperilaku secara konsisten,

selaras dengan kepercayaan dan perasaan membentuk sikap individual. Oleh karena

itu, adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya

dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek. Sebagai contoh, apabila generasi muda

tidak percaya bahasa Bali mampu mengakomodasi kehidupan pergaulan modern dan

mereka merasa tidak suka pada bahasa Bali, maka wajarlah apabila mereka tidak mau

berbahasa Bali.

. Berkaitan dengan aspek perilaku generasi muda Bali terhadap Bahasa Bali,

terdapat lima butir pernyataan (nomor 6—10) yang diajukan kepada responden

sebagaimana berikut.

Aspek Konatif 6. Segala upaya perlu dilakukan untuk melestarikan bahasa Bali

7. Bahasa Bali perlu terus dikembangkan (misalnya, kosakatanya ditambah)

8. Bahasa Bali harus diajarkan di sekolah meskipun di daerah yang minoritas

berbahasa Bali

9. Pemerintah harus lebih aktif membina dan mengembangkan bahasa Bali

10. Perlu ada kampanye untuk menggunakan bahasa Bali di antara anggota

keluarga Bali

Page 61: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

109

Dari hasil analisis di atas terlihat kecendrungan bahwa jawaban responden antara

setuju dan sangat setuju terhadap upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Bali. Hanya

terdapat kurang lebih 1.2 % responden tidak setuju akan pernyataan no 8 Bahasa Bali perlu

terus dikembangkan (misalnya, kosakatanya ditambah). Menurut responden tidak

perlu ada upaya khusus untuk itu tetapi biarkan bahasa Bali yang saat ini mereka

pergunakan seperti apa adanya. Demikian juga dengan pernyataan no 8 mengenai

pentingnya BB diajarkan di sekolah. 3.7 % generasi muda menyatakan agar BB tidak

diajarkan di sekolah. Hal ini dapat dimaklumi karena materi pelajaran BB di sekolah

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Namun demikian secara umum dari data di atas tergambar bahwa pemuda

Bali memiliki sikap positif terhadap upaya pembinaan dan pengembangan terhadap

Bahasa Bali.

Berkenaan dengan pernyataan tentang komponen perilaku (konatif) kebahasaan

untuk pernyataan nomor (6)—(10), dapat digambarkan bahwa sikap responden cenderung

positif, meskipun bila dikaitkan secara berurutan antara masing-masing pertanyaan

menunjukkan penurunan secara kontinum tingkat kesetujuan antara pernyataan nomor (7), (8),

Page 62: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

110

ke nomor (9). Namun, hal ini tidak serta merta bisa dikaitkan dengan penurunan sikap positif

responden pada tataran perilaku mengingat persentase jawaban mereka masih cenderung bernilai

positif. Jadi, bila dilihat dari tataran komponen perilaku, para generasi muda pada dasarnya

merespon positif terhadap upaya-upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Bali di daerah

destinasi wisata.

VI. SIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagaimana berikut.

Pilihan bahasa generasi muda di Bali yaitu bahasa Bali, Bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris. Bahasa- bahasa tersebut digunakan pada berbagai ranah, utamanya ranah rumahtangga,

ketetanggaan dan ranah agama. Terkait dengan kemampuan berbahasa secara umum dapat

dikatakan bahwa pemahaman dan pengetahuan kata berimplikasi langsung terhadap

pemakaian kosakata itu sendiri. Semakin tinggi pemahaman kosakatanya makin

semakin tinggi pula tingkat pemakaiannya demikian sebaliknya. Penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan pengetahuan kosakata dasar baik itu

kosakata dasar Swadesh, kosakata berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial

masyarakat, kosakata berkaitan dengan kehidupan religi, kosakata berkaitan dengan

kesenian, kosakata berkaitan dengan matapencaharian secara umum di Ubud lebih

tinggi tingkat pemahamannya dan pemakaiannya lalu Sanur dan terrendah Kuta.

Secara geografis Ubud merupakan daerah wisata pedesaan, Ubud masih dikelilingi

oleh desa-desa kental dengan tradisional Bali dengan ciri masyarakat lebih komunal

dan lebih homogen lebih-lebih keberadaan Puri Ubud sampai saat ini masih kuat

dengan ciri feodalismenya, Ubud jauh dari perkotaan. Pariwisata Ubud lebih

mengandalkan budaya dan di sekeliling Ubud masih terbentang persawahan. Berbeda

halnya dengan Sanur dan Kuta. Kedua wilayah ini berada di pesisir pantai, sangat

dekat dengan perkotaan dan penduduknya pun lebih heterogen baik dari segi agama,

ras, suku bangsa, matapencaharian dan sebagainya. Terkait dengan sikap bahasa dari

aspek kognitif, afektif dan konatif generasi muda memiliki kecenderungan bersikap

positif. Sikap positif ini merupakan modal dasar yang harus dimiliki dalam upaya

pemertahanan bahasa.

Page 63: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

111

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputera, Abdurrahman. 2010. ―Kebertahanan Bahasa Melayu Langkat: Studi

terhadap Komunitas Remaja di Stabat Kabupaten Langkat‖ (Disertasi). Denpasar:

Universitas Udayana

Alwi, Hasan dan Sugono, Dendy (ed). 2003. Politik Bahasa: Rumusan Seminar Politik

Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa

Bawa, I.W. 1983. ―Bahasa Bali di Daerah Propinsi Bali: Sebuah Analisis Geografi

Dialek‖ (Disertasi Doktor). Jakarta: Universitas Indonesia

Bell, R. T. 1976. Sociolinguistics: Goals, Approaches, and Problems. London:

Batsford

Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.

Diterjemahkan oleh H. Nuktah Arfawie dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dhanawaty, Ni Made. 2002. ―Variasi Dialektal Bahasa Bali di Daerah Transmigrasi di

Lampung Tengah‖ (Disertasi). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Downes, W. 1984. Language and Society. London: Fontana Paperbacks

Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell

Fishman, J. A. (ed). 1968. Readings in the Sociology of Language. The Hague; Mouton

Grosjean, F. 1982. Life with Two Languages: An Introduction to Bilingualism. England:

Harvard University Press.

Kismosuwartono, I. 1991. ―Pola Pengasuhan Anak Keluarga Petanai Transmigran

Jawa dan Bali di Daerah Transmigrasi Desa Ruktiharjo Kecamatan Seputih

Raman Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. (Studi Perbandingan

Keluarga Petani Jawa dan Bali)‖. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas

Udayana

Lukman. 2002. ―Pemertahanan Bahasa Warga Transmigran Jawa di Wonomulyo-

Polmas‖ dalam Buku Panduan Kongres Linguistik Nasional X. Denpasar:

Masyarakat Linguistik Indonesia, Pusat Bahasa, dan Fakultas Sastra

Universitas Udayana

Mandala, H. 2000. ―Pemakaian Bahasa Bali di Lombok‖ dalam Kumpulan Makalah

Kongres Bahasa Bali V di Denpasar, 13-16 November 2001

Malini, Ni Luh Nyoman Seri. 2011. ‖ Dinamika Bahasa Bali di Daerah Transmigran di

Provinsi Lampung‘‘. Disertasi. Denpasar .Universitas Udayana.

Page 64: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

112

Nursaid, dkk. 2000. Karakteristik Kebahasaan Warga Transmigrasi di Sitiung

Provinsi Sumatera Barat: Suatu Kajian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas.

Parwati, Sang Ayu Putu Eny. 2011.‖Kebertahanan Bahasa Bali Komunitas Remaja

Kuta, Badung‖. Thesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Putra Yadnya, I.B, dkk. 2010. ―Akomodasi Linguistik dan Sosial Antaretnis Daerah

Transmigrasi di Provinsi Lampung: Menuju Pola Penanggulangan

Disharmonisasi Sosial‖. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Strategis

Nasional DIKTI

Showalter, C.J. 1991. ‖Getting what you asked for : A study of sociolinguistics survey

questionnaires‖. Dalam Kindel, Gloria E (ed).1991. Proceedings of the Summer

Institute of Linguistics International Language Assesment Conference,Horsleys

Green, 23-31 May 1989. Dallas;SIL,Paper 20.

Suhardi, Basuki. 1996. Sikap Bahasa: Suatu Telaah Eksploratif atas Sekelompok

Sarjana dan Mahasiswa di Jakarta. Depok : Fakultas Sastra UI

Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Sutama, P. 2007. ―Profil Sosiolinguistik Bahasa Bali‖ dalam Prosiding Seminar

Perdana Bahasa Ibu Program Studi Magister dan Doktor Linguistik

Universitas Udayana. Hal 374-385

Suteja, I Nyoman.2007. ― Sikap Bahasa Kalangan Mahasiswa Etnis Bali Terhadap

Pemakaian Bahasa Bali‖. (Disertasi).Denpasar: Universitas Udayana.

Sutjaja, I. G. M. 1990-1992. ―Language Change: The Case of Balinese in the

Transmigration Areas of Lampung, Sulawesi, Sumbawa, and Timor‖. Laporan

Penelitian dengan Dukungan Dana Toyota Foundation, Tokyo

Wijaya, P. 1999. ―Bali‖ dalam Supartha, I.W. (ed). Bali dan masa Depannya. Hal 183-

198. Denpasar: PT Bali Post.

Page 65: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

113

LAMPIRAN

CONTOH INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN :

A. IDENTITAS RESPONDEN

KODE :

1. Nama : ________

2. Alamat : ________

3. Tempat/tanggal lahir : ________

4. Kebangsaan : ________

5. Umur : ________

6. Bahasa Ibu :______________________________________________________

7. Pendidikan Terakhir : ________

8. Pekerjaan : _______

A. BAHASA DAN PEMAKAIANNYA

Kode :

1. a. Bahasa Ibu (BI) saudara (bahasa waktu kecil) :

a. BB; b. BI; c. B Ing d.Bhs.....….

b. Apakah masih menguasai bahasa ibu (BI) tersebut ?

a. Masih b. sedikit c. Tidak

c. Apakah masih dipakai sehari-hari ?

a. Masih b. Jarang c. Tidak pernah

2. Dimana anda memperoleh bahasa tersebut?

a. Di sekolah/ di tempat kursus

b. Di Masyarakat

c. Di lingkungan rumah

d. ……………..

3. Kemampuan berbahasa Bali

a. Sama sekali tidak mampu

b. Hanya mampu memahami ujaran, tapi tidak mampu berbicara

c. Mampu bicara sedikit dan mampu memahami ujaran

d. Mampu bercakap-cakap

Page 66: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

114

e. Sangat mampu.

4. Dimana anda memperoleh bahasa Bali (BB) tersebut ?

a. Di sekolah / di tempat kursus

b. Di Masyarakat

c. Di lingkungan rumah

d. ……………..

5. Kemampuan berbahasa Inggris

a. Sama sekali tidak mampu

b. Hanya mampu memahami ujaran, tapi tidak mampu berbicara

c. Mampu bicara sedikit dan mampu memahami ujaran

d. Mampu bercakap-cakap

e. Sangat mampu.

6. Dimana anda memperoleh bahasa tersebut?

a. Di sekolah/ di tempat kursus

b. Di Masyarakat

c. Di lingkungan rumah

d. ……………..

7. Apakah mampu berbahasa Bali perlu bagi anda?

a. ‗ya‘ b. ‗tidak‘

Jika ‗ya‘ beri alasan !

8. Apakah mampu berbahasa Inggris perlu bagi anda?

a. ‗ya‘ b. ‗tidak‘

Jika ‗ya‘ beri alasan !

9. Bahasa apakah yang bisa anda pakai sehari-hari di rumah, jika anda berbicara

masalah kehidupan keluarga sehari-hari, tentang barang-barang di rumah, dan

lain-lain? Jika berbicara dengan :

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

Page 67: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

115

10. Bahasa apakah yang bisa anda pakai sehari-hari di rumah, jika anda berbicara

hal-hal yang bersifat kedinasan? Jika berbicara dengan :

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

11. Bahasa apakah yang bisa anda pakai sehari-hari di rumah ketika sedang

bersantai? Jika berbicara dengan :

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

12. Bahasa apakah yang bisa anda pakai sehari-hari di rumah ketika situasi bicara

berlangsung serius? Jika berbicara dengan :

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

13. Bahasa apakah yang bisa anda pakai sehari-hari di rumah ketika situasi bicara

berlangsung secara emosional? Jika berbicara dengan :

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

14. Di sekitar rumah, bahasa apakah yang biasa saudara pakai jika anda

berbincang- bincang tentang kehidupan/kejadian sehari-hari di sekitar anda dan

masalah berita- berita di koran dan di televisi, dan sebagainya, dengan teman?

…………………………………………………………….

15. Bahasa apakah yang bisa anda pakai sehari-hari di rumah ketika berbicara

tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama, seperti persembahyangan,

pembuatan sajen dan upacara-upacara keagamaan lainnya yang berlangsung di

rumah anda? Jika berbicara dengan :

Page 68: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

116

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

16. Jika upacara keagamaan berlangsung di pura, bahasa apakah yang biasa anda

pakai? Jika berbicara dengan :

a. dengan ayah : BB; BI; ;……………

b. dengan ibu : BB; BI; ;……………

c. dengan saudara : BB; BI; ;…………

d. dengan keluarga lain : BB; BI; ;…………

e. dengan pembantu : BB; BI; ;…………

17. Bahasa apakah yang biasa di pakai di rumah jika berbicara dengan ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, keluarga lain, dan pembantu, ketika berbicara tentang :

a. kehidupan sehari-hari

b. hal-hal yang bersifat kedinasan (tentang sekolah)

c. jika situasi sedang santai

d. jika situasi sedang serius

e. jika dalam keadaan emosi

Anak berbicara

dengan : (a) (b) © (d) (e)

Ayah

Ibu

Kakak

Adik

Nenek

Kakek

Keluarga lain

Pembantu

Isi dengan

BB = Bahasa Bali

BI = Bahasa Indonesia

BIng = Bahasa Inggris

BA lain = Bahasa Asing lain (sebutkan…._

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah kaum muda sedang meninggalkan adat-adat nenek moyang Anda/ budaya

Bali?

Page 69: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

117

..................................

2. Apakah anda pernah mengirim sms dengan B. Bali?

..................................

3. Apakah Anda pernah melihat bahan-bahan apa saja yang ditulis dalam bahasa Bali?

..................................

4. Apakah Anda ingin agar anak-anak Anda nantinya belajar membaca dan menulis dalam

bahasa Bali?

..................................

5. Bagaimana seandainya bahasa Bali dituliskan dan orang mulai membuat surat

kabar dan buku dalam bahasa itu? Apakah Anda akan tertarik untuk belajar

membaca dan menulis dalam bahasa Bali?

……………………

6. Apa keuntungan yang dapat Anda lihat jika bisa membaca dan menulis dalam

bahasa Bali?

…………………....

Page 70: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

118

KEMAMPUAN BERBAHASA BALI. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbahasa Bali saudara.

A.Kosa Kata Dasar Swadesh

No Istilah dalam

B. Indonesia

Istilah dalam Bahasa Bali Pemahaman Pemakaian

Biasa Alus Tahu Tidak Tahu Pernah

pakai

Tidak

pernah pakai

1 Air Yeh Toya

2 Anak Pianak Oka

3 Anjing Cicing Asu

4 Api Api Geni

5 Bagaimana Kenken Sapunapi

6 Baik Luung Becik

7 Banyak Bek / liu Akeh

8 Daging / ikan Be Ulam

9 Sayur Jukut Jangan

10 Datang Teke Rauh

11 Duduk Negak Melinggih

12 Garam Uyah Tasik

13 Hijau Gadang Wilis

14 Hitam Selem Selem

15 Ibu Meme Biang

16 Ia Ia Ipun / ida

17 Jatuh Ulung Labuh / runtuh

18 25 Selae -

19 35 Sasur -

20 200 Satak -

21 1000 Siu -

22 75 Telung benang -

23 Perut Basang Wateng

24 Obat Ubad Tamba

25 Tuli Bongol -

B.Kosa Kata Budaya Dasar Berdasarkan Medan Makna

B1 Kata yang berkaitan dengan kehidupan organisasi sosial

No Istilah dalam

Bahasa Indonesia

Istilah dalam Bahasa

Bali

Pemahaman Pemakaian

Tahu Tidak tahu Pernah pakai Tidak pernah

pakai

1 Kepala desa Perbekel 2 Juru tulis Penyarikan 3 Kepala adat Kelian Adat 4 Ronda malam Nyambangin 5 Iuran Cingkrem 6 Denda Ngoopin 7 Rapat Sangkep / paum 8 Balai desa Bale banjar 9 Ketua panitia Manggala karya 10 Pemberitahuan Ngarahin/mearah-

arah

B2. Kata yang berkaitan dengan kehidupan religi

Page 71: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

119

No Istilah dalam

Bahasa Indonesia

Istilah dalam Bahasa

Bali

Pemahaman Pemakaian

Tahu Tidak tahu Pernah pakai Tidak pernah

pakai

1 Pendeta Pandita/jero mangku 2 Keluarga batih Nyama/rooban 3 Datang ke acara

Manusa Yadnya

4 Melayat Majenukan 5 Berpacaran Matunangan 6 Kawin Nganten 7 Mengandung Beling/mobot 8 Melahirkan Nglekadang 9 Upacara puput

puser Kepus pungsed

10 Upacara bayi usia

42 hari Bulan pitung dina

11 Upacara tiga

bulanan Nelu bulanin

12 Upacara enam

bulanan(weton) Otonan / paweton

13 Upacara akil balig Raja sewala (laki) Raja singa (perem.)

14 Upacara potong

gigi Metatah / mepandes

15 Upacara

perkawinan Pawiwahan

16 Bertindak

sbg.wanita.dlm.

perkawinan

Pradana

17 Meninggal Mati/seda 18 Mengubur Nanem 19 Upacara tiga hari

setelah penguburan Nyeeb/ngetelunin

20 Upacara

pembakaran mayat Ngaben

21 Berpatisipasi dlm.

Kerja adat Ngoopin

22 Denda Dosan 23 Membantu orang

punya gawe Ngoopin

24 Hari suci Rahinan 25 Piodalan Petoyan 26 Upacara

pembersihan diri Melukat

27 Upacara

pembersihan

lingkungan rumah

Prayascita

28 Upacara meminang

dalam perkawinan Ngidih / meluku

29 Membantu

menyelesaikan

Ngayah

Page 72: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

120

pekerjaan adat di

pura 30 Kentongan Kulkul 31 Bergadang di pura Makemit 32 Bergadang di

rumah orang mati

Magebagan

33 Upacara

mengadopsi anak Meras panak

34 Upacara setelah

masak Saiban

35 Upacara setelah

mendapat

kecelakaan

Ngulapin

36 Makan bersama

dalam upacara adat Megibung

B3. Kata yang berkaitan dengan kesenian

No Istilah dalam

Bahasa Indonesia

Istilah dalam Bahasa

Bali

Pemahaman Pemakaian

Tahu Tidak tahu Pernah pakai Tidak pernah

pakai

1 Kelompok

penabuh Sekehe gong

2 Penari Pragina 3 Penyanyi Pesantia 4 Menari Ngigel 5 Menyanyi Megending 6 Pentas Mesolah 7 Pengisi suara Dalang 8 Tabuh Gong 9 Giwang Suweng/subeng/gliur 10 Cincin Bungkung 11 Alas kaki Sandal 12 Kain ( jarik ) Kamen 13 Stagen Sabuk 14 Selendang Senteng 15 Sesaputan Saput 16 Kancut Lelancingan 17 Berhias sebelum

menari Mepayas

18 Menonton Mebalih

B4. Kata yang berkaitan dengan mata pencaharian

No Istilah dalam

Bahasa Indonesia

Istilah dalam Bahasa

Bali

Pemahaman Pemakaian

Tahu Tidak tahu Pernah pakai Tidak pernah

pakai

1 Buruh tani Penyakap

Page 73: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

121

2 Buruh penuai padi Derep 3 Dukun Balian 4 Dukun bayi Balian manak 5 Gembala Pengangon 6 Kuli Buruh 7 Nelayan Bendega 8 Pandai besi Pande 9 Pawang hujan Tukang terang 10 Pelawak Bondres 11 Pemburu Juru boros 12 penyumpit Tulup 13 Tukang umah Undagi 14 Tukang banten Tapini

C. FRASA

1. Pohon rambutan ______________________________________________________

2. Lima hari __________________________________________________________

3. Adik ayah saya ______________________________________________

4. Sedang Mandi ________________________________________________

D KALIMAT

1. saya membelikan adik baju

……………………………………………………………………………………….

2. ayah sedang mencangkul di sawah

……………………………………………………………………………………….

3. dia menanam ubi kayu di ladang

……………………………………………………………………………………….

4. ibu berbelanja ke pasar

……………………………………………………………………………………….

Page 74: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

122

E. SELOGAN, UNGKAPAN

No Ungkapan dalam Bahasa

Indonesia Ungakapan dalam Bahasa Bali

Pemakaian

Tahu Tidak tahu

1 Orang yang semakin besar saja

kemauannya Gede kenehne / Gede tendasne

2 Karena nila setitik rusak susu

sebelanga Aduk sere aji keteng

3 Air cucuran atap jatuhnya ke

pelimbahan juga Ia enceh bapane

4 Makin besar pemasukan makin

besar pula pengeluaran Gede ombak gede angin

5 Maunya cari untung, tpi modalnya

ikut hilang Takut ngetel payu makebyos

6 Makin tinggi sdhana kita, makin

besar cobaan yang datang Cen kayu ane sing tempuh angin

7 Bagaikan menangkap belalang

dapat satu dimakan satu Ngejuk balang ngabe alutan

8 Semiskin-miskinnya orang kaya

masih ada juga kekayaannya Berag-beragan gajah nu masih

misi muluk

9 Bagai bara sabut kelapa, kalau

ditiup suaranya keras Liep-liep lipi gadang

10 Bagai ayam ditaburi ketan Buka siap sambuin injin

SIKAP TERHADAP BAHASA BALI

Pertanyaan-pertanyaan berikut bertujuan untuk mendapatkan data tentang persepsi

dan sikap adik-adik terhadap bahasa Bali

A. Persepsi terhadap bahasa Bali

Beri tanda rumput (√) pada kolom yang tersedia

NO

Sangat

Setuju Setuju

Ragu-Ragu/

Tidak Tahu Tidak

Setuju

Sangat Tidak

Setuju

1 Bahasa Bali adalah adalah bahasa

yang indah dan merdu

2. Bahasa Bali adalah pengemban

budaya yang tinggi

3 Sebagai orang Bali, saya bangga dapat

berbahasa Bali

4. Saya senang bila orang berbahasa Bali

dengan saya

5 Saya senang berbahasa Bali dengan

orang Bali lainnya

6 Segala upaya perlu dilakukan untuk

melestarikan bahasa Bali

7 Bahasa Bali perlu terus dikembangkan

Page 75: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

123

(misalnya, kosakatanya ditambah)

8 Bahasa Bali harus diajarkan di sekolah

meskipun di daerah yang minoritas

berbahasa Bali

9 Pemerintah harus lebih aktif membina

dan mengembangkan bahasa Bali

10 Perlu ada kampanye untuk

menggunakan bahasa Bali diantara

anggota keluarga Bali

11. Bahasa-bahasa apa yang paling sering Anda gunakan:

a. bermimpi _______________________________

b. berdoa di rumah __________________________

c. bertengkar ______________________________

d. bertengkar (sewaktu ada orang lain diluar pasangan tengkar) _________

e. menghitung uang ______________________________

f. menghitung barang ____________________________

g. menceritakan kisah-kisah tradisional __________________________

h. bernyanyi ___________________________________

i. berbicara mengenai politik ________________________

j. menyelesaikan pertengkaran _______________________

k. meminta tolong (pelayanan). ________________________

LEMBAR PENGAMATAN/

PEDOMAN WAWANCARA

B. Sikap terhadap Penggantian Bahasa

1. Jika seorang pemuda Bali menuturkan bahasa lain / bahasa perdagangan di rumah,

apakah seseorang yang sudah tua tidak akan senang dengan hal itu?

____________________

2. Apakah kaum muda sedang meninggalkan adat-adat nenek moyang Anda/ budaya Bali?

________

Apakah menurut Anda ini sesuatu yang baik atau buruk? ________________________

3. Apakah kaum muda bangga dengan bahasa Bali ?

4. Ketika anak-anak dari desa ini bertumbuh dewasa dan sudah mempunyai anak sendiri,

apakah menurut Anda anak-anak itu akan menuturkan bahasa Bali ? _______________

Apakah itu sesuatu yang baik atau buruk? _______________________________

5. Pada masa-masa mendatang yang jauh dari sekarang, apakah menurut Anda orang akan

berhenti menuturkan bahasa Bali dan hanya menuturkan bahasa Asing atau bahasa

Indonesia? ______________________________________

Page 76: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

124

6. Apakah menuturkan bahasa Bali merupakan hal yang baik? _______________

Mengapa? _______________________________________________________

8. Bahasa apa yang sebaiknya harus dikuasai jika Anda ingin mendapat pekerjaan?

____________

Apakah orang yang hanya mampu menuturkan bahasa tersebut dapat memperoleh

pekerjaan yang baik? __________________

9. Bahasa apa yang sebaiknya digunakan untuk berbicara mengenai pemakaman?

(Kepercayaan-kepercayaan religius tradisional, dunia roh, dsb.) ______________

Apakah Anda pernah menggunakan bahasa lain dan bahasa nasional pada acara

pemakaman?

10. Bahasa apa yang paling baik digunakan untuk menyanyikan lagu-lagu tradisional?

______________

Apakah Anda pernah bernyanyi dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah

_____________________?

11. Bahasa apa yang sebaiknya digunakan oleh seorang guru di sekolah dasar /menengah?

___________________ Mengapa?

___________________________________________________________________

11. Bahasa-bahasa apa yang harus diajarkan di sekolah? ______________________

12. Bahasa apa yang paling baik digunakan untuk berbicara mengenai politik?

_________________ Mengapa? ________________________________________

13. Apakah menurut Anda bahasa Bali sama baiknya dengan bahasa Indonesia sebagai

bahasa perdagangan,atau menggunakan bahasa kedua lain?

14. Apakah Anda dapat menyebutkan suatu situasi yang di dalamnya bahasa Bali tidak

baik untuk digunakan? __________________

15. Apakah Anda pernah malu karena seseorang mendengar Anda berbicara bahasa Bali?

16. Bahasa apa yang paling bermanfaat untuk dikuasai di sekitar sini? _______________

17. Bahasa apa yang paling baik untuk menghina? _________________

Untuk menceritakan lelucon? _____________________________

18. Apakah lebih penting bagi anak laki-laki daripada anak perempuan untuk mempelajari

bahasa perdagangan atau bahasa kedua? ____________________

Apa keuntungannya bagi anak laki-laki? ___________________________________

Apa keuntungannya bagi anak perempuan? _________________________________

19. Bahasa apa yang ada disekitar tempat tinggal anda?

20. bahasa apa digunakan dengan penghuni disekitar tempat ini untuk masalah :

a. resmi............

b. santai

c. keagamaan

d. masalah keluarga

C. Sikap terhadap Penutur Bahasa Lain

Page 77: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

125

1. Apakah orang menghormati seseorang yang menuturkan bahasa Indonesia atau bahasa

daerah lain lebih daripada seseorang yang tidak menuturkannya?

____________________________________________________

2. Jika Anda kehilangan kartu identitas dan uang di pasar desa dan seorang penutur bahasa

Bali menemukannya, apakah dia akan mengembalikannya? _____________Dan jika

orang itu adalah penutur bahasa Jawa , apakah dia akan mengembalikannya?

___________________

3. Apakah Anda ingin agar anak laki-laki atau perempuan Anda menikah dengan orang

yang hanya menuturkan bahasa Indonesia, bahasa asing, atau bahasa daerah lainnya ?

___________________

Mengapa (ya) atau mengapa( tidak)?

__________________________________________

4. Apakah baik atau buruk untuk tinggal bersebelahan dengan penutur bahasa daerah

lainnya atau bahasa asing? _________________________________________

Mengapa? _____________________________________________________

D. Aspirasi Bahasa

1. Apakah Anda pernah melihat bahan-bahan apa saja yang ditulis dalam bahasa Bali ?

_____________________________________________________

2. Apakah menurut Anda dapat membaca dan menulis dalam bahasa Bali itu merupakan

suatu hal yang baik?

______________________________________________________

3. Apakah Anda ingin agar anak-anak Anda belajar membaca dan menulis dalam bahasa

Bali ? ____________________________________________

Hal-hal apa saja yang Anda inginkan untuk ditulis dalam bahasa Bali ? (Pepatah, cerita

rakyat, cerita-cerita tradisional?)

__________________________________________________________________

4. Apakah Anda ingin dapat menuturkan bahasa Indonesia, bahasa daerah lainnya dan

atau bahasa asing dengan lebih baik?

_________________________________________

Mengapa? _________________________________________________________

5. Bagaimana seandainya bahasa Bali dituliskan dan orang mulai membuat surat kabar dan

buku dalam bahasa itu. Apakah Anda akan tertarik untuk belajar membaca dan menulis

dalam bahasa Bali ? _____________________________________________

6. Bagaimana seandainya orang mulai membuat surat kabar dan buku dalam daerah

lainnya. Menurut Anda apakah Anda ingin belajar membaca dan menulis dalam bahasa

itu? _________________________________________

7. Bahasa mana menurut Anda yang sebaiknya dipilih untuk membuat surat kabar dan

buku? ________________________________________

Page 78: BAHASA IBU DIANTARA DIVERSITAS KULTURAL PADA … · 1 laporan akhir hibah bersaing bahasa ibu diantara diversitas kultural pada destinasi wisata internasional tim peneliti nidn ketua

126

8.Apa keuntungan yang dapat Anda lihat jika bisa membaca dan menulis dalam bahasa

Bali, bahasa Indonesia, bahasa asing?

_____________________________________________________________________