bahan tolikara

14
Ini Hasil Temuan Tim Pencari Fakta Insiden Tolikara Jumat, 31 Juli 2015, 17:54 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Pencari Fakta Komite Umat untuk Insiden Tolikara, Ustaz Fadlan Garamatan mengatakan pihaknya sudah menemukan berbagai fakta mengenai insiden di Tolikara yang harus ditanggapi dengan serius. Fadlan menjelaskan, pada Senin 13 Juli ditemukan selembar surat oleh anggota intel Polres, Bripka Kasrim yang tengah berada di Pos Maleo. Surat tersebut berasal dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli dengan nomor surat 90/SP/GIDI-WT/VII/2015 yang ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt Nayus Wenda, S.Th dan Sekretaris, Pdt Marthen Jingga S.Th, MA dengan tembusan Polres Tolikara. "Surat yang ditujukan kepada umat Islam sekabupaten Tolikara ini memberitahukan adanya kegiatan seminar dan kebaktian Kebangkitan Ruhani (KKR) Pemuda Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) tingkat Internasional pada tanggal 13-19 Juli 2015," katanya di Jakarta, Jumat, (31/7). Dalam surat itu berisi poin-poin larangan sebagaimana aslinya, sebagai berikut: a. Acara membuka lebaran tanggal 17 Juli 2015, kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah Kabupaten Tolikara, b. Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten Tolikara (Wamena) atau Jayapura c. Dilarang kaum Muslimat memakai Jilbab. Anggota intel, Bripka Kasrim memfoto surat, kemudian melaporkan melalui alat telekomunikasi handy talky kepada Kapolres Tolikara saat itu, AKBP Soeroso tentang adanya surat tersebut. Foto surat itu pun dikirimkan kepada Kapolres, dan Kapolres langsung mencetak foto tersebut. Selanjutnya, terang Fadlan, Kapolres melalui telepon menghubungi Bupati Tolikara, Usman Wanimbo. Saat komunikasi itu, diketahui Bupati sedang berada di Jakarta, dan baru akan kembali ke Tolikara pada keesokan harinya (14/7). Namun, Kapolres tetap menyampaikan perihal isi surat tersebut dengan membacakannya. Menanggapi informasi itu, menurut Kapolres, Bupati menyampaikan, hal itu tidak betul. Ia juga berjanji menelepon ketua GIDI wilayah Tolikara dan minta surat larangan tersebut dicabut atau diralat. Kapolres setuju hal itu karena surat itu menimbulkan keresahan umat Islam.

description

peristiwa tolikara

Transcript of bahan tolikara

Page 1: bahan tolikara

Ini Hasil Temuan Tim Pencari Fakta Insiden TolikaraJumat, 31 Juli 2015, 17:54 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Pencari Fakta Komite Umat untuk Insiden Tolikara,

Ustaz Fadlan Garamatan mengatakan pihaknya sudah menemukan berbagai fakta mengenai

insiden di Tolikara yang harus ditanggapi dengan serius.

Fadlan menjelaskan, pada Senin 13 Juli ditemukan selembar surat oleh anggota intel Polres, Bripka

Kasrim yang tengah berada di Pos Maleo. Surat tersebut berasal dari Gereja Injili Di Indonesia

(GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli dengan nomor surat 90/SP/GIDI-WT/VII/2015 yang

ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt Nayus Wenda, S.Th dan Sekretaris, Pdt Marthen

Jingga S.Th, MA dengan tembusan Polres Tolikara.

"Surat yang ditujukan kepada umat Islam sekabupaten Tolikara ini memberitahukan adanya

kegiatan seminar dan kebaktian Kebangkitan Ruhani (KKR)  Pemuda Gereja Injili Di Indonesia

(GIDI) tingkat Internasional pada tanggal 13-19 Juli 2015," katanya di Jakarta, Jumat, (31/7).

Dalam surat itu berisi poin-poin larangan sebagaimana aslinya, sebagai berikut:

a. Acara membuka lebaran tanggal 17 Juli 2015, kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah

Kabupaten Tolikara,

b. Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten Tolikara (Wamena) atau Jayapura

c. Dilarang kaum Muslimat memakai Jilbab.

Anggota intel, Bripka Kasrim memfoto surat, kemudian melaporkan melalui alat

telekomunikasi handy talky kepada Kapolres Tolikara saat itu, AKBP Soeroso tentang adanya surat

tersebut. Foto surat itu pun dikirimkan kepada Kapolres, dan Kapolres langsung mencetak foto

tersebut.

Selanjutnya, terang Fadlan, Kapolres melalui telepon menghubungi Bupati Tolikara, Usman

Wanimbo. Saat komunikasi itu, diketahui Bupati sedang berada di Jakarta, dan baru akan kembali

ke Tolikara pada keesokan harinya (14/7).

Namun, Kapolres tetap menyampaikan perihal isi surat tersebut dengan membacakannya.

Menanggapi informasi itu, menurut Kapolres, Bupati menyampaikan, hal itu tidak betul.

Ia juga berjanji menelepon ketua GIDI wilayah Tolikara dan minta surat larangan tersebut dicabut

atau diralat. Kapolres setuju hal itu karena surat itu menimbulkan keresahan umat Islam.

Kapolres, kata dia, juga menghubungi Presiden GIDI, Pdt.Dorman Wandikbo, S.Th di Jayapura

melalui telepon. Komunikasi melalui telepon itu direkam oleh Kapolres. Presiden GIDI dalam

rekaman menyatakan akan berkordinasi dengan anggotanya.

Presiden GIDI juga menyebutkan akan mengamankan seluruh kegiatan GIDI maupun kegiatan

lebaran. TNI dan Polri akan bersama-sama mengamankan agar kegiatan ini aman kondusif dan

lancar tanpa hambatan.

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/31/nscma5354-ini-hasil-temuan-tim-pencari-fakta-insiden-tolikara

Page 2: bahan tolikara

JK: Kerusuhan Antaragama di Tolikara Disebabkan SpeakerResty Armenia, CNN IndonesiaJumat, 17/07/2015 15:14 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai penyebab kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua pada Jumat (17/7) pagi tadi disebabkan oleh pengeras suara (speaker).

JK menjelaskan, di daerah tersebut ada dua acara yang letaknya berdekatan yang digelar dari dua umat agama berbeda, Islam dan Kristen Protestan.

"Ada acara Idul Fitri, ada pertemuan pemuka masyarakat gereja. Memang asal-muasal soal speaker itu," ujar JK dalam konferensi pers di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat.

Ia menuturkan, masyarakat seharusnya dapat mengetahui bahwa ada dua kepentingan yang terjadi bersamaan. "Satu Idul Fitri, satu karena speaker, saling bertabrakan. Mestinya kedua-duanya menahan diri. Masyarakat yang punya acara keagamaan lain harus memahami," kata JK.

Menurut dia, kedua belah pihak membutuhkan komunikasi yang lebih baik jika mau menggelar acara-acara serupa. Ia pun berharap kepolisian dan kepala daerah setempat bisa menyelesaikan masalah tersebut sesuai jalur hukum.

Sebelumnya, JK menyesalkan kerusuhan yang terjadi di Musala Baitul Mustaqin di Kabupaten Tolikara, Papua, yang terjadi pada pelaksanaan salat Idul Fitri 1436, Jumat (17/7) pagi tadi.

"Iya, itu di Tolikara, saya sesalkan," ujar JK dalam konferensi pers di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat.

Ia menuturkan, kerusuhan itu berdampak pada rusaknya beberapa kios di sekitar musala yang rusak dilempari dan dibakar warga itu. Namun, ia mengaku yakin kepolisian dan pimpinan daerah setempat dapat menyelesaikan kerusuhan dengan baik.

Sebuah musala dibakar dan dilempari warga setempat Tolikara. Peristiwa bermula ketika umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702/JWY.

Ketika imam mengucapkan kalimat takbir pertama, jemaah secara tiba-tiba didekati oleh beberapa orang. Teriakan orang-orang tersebut membuat jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil.

Selang satu jam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mustaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Para penyerang itu lantas membakar rumah ibadah itu.

Page 3: bahan tolikara

Selain Musala Baitul Mustaqin, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu. Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar Patrige Renwarin mengatakan tidak ada korban jiwa dalam keruusuhan tersebut. "Tidak ada korban jiwa dari kelompok masyarakat yang Salat Id,” tuturnya.

Polisi menurut Kombes Patridge sudah mengidentifikasi kelompok penyerang. Penyelidikan tengah dilakukan untuk melakukan upaya hukum lanjutan. 

"Mereka yang melakukan penyerangan sudah teridentifikasi, sudah dikenali oleh anggota TNI/Polri," ujar dia. (hel)

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150717143914-20-66909/jk-kerusuhan-antaragama-di-tolikara-disebabkan-speaker/

Page 4: bahan tolikara

Kapolri Beberkan Kronologi Insiden TolikaraJoko Panji Sasongko, CNN IndonesiaKamis, 23/07/2015 17:43 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menjelaskan kronologi peristiwa keributan di Tolikara, Papua yang menyebabkan sejumlah bangunan rusak dan hangus terbakar termasuk satu masjid. Penjelasan kronoligis berdasarkan hasil survei langsung yang dilakuakan Polri pada Sabtu (18/7).

Badrodin mengatakan, peristiwa bermula dari surat edaran tentang pelarangan bagi umat Islam melaksanakan solat Idul Fitri. Setelah ditelusuri, surat edaran tersebut dikeluarkan oleh Dewan Pekerja Wilayah Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara, Papua.

"Isi surat tersebut tentang pemberitahuan pada semua umat islam di Tolikara yang ditandatangani oleh pendeta dan sekeretarisnya, isinya itu adalah dalam rangka pelaksanaan seminar internasional dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) remaja GIDI," ujar Badrodin kepada wartawan di rumah dinas Kepala Badan Intelijen Negara, Jakarta, Kamis (23/7).

Badrodin mengatakan, surat edaran GIDI meminta kepada umat islam untuk tidak mengerahkan dan mengundang massa dalam jumlah besar, karena pada 13 sampai 19 Juli 2015 ada agenda yang dilakukan mereka di Tolikara, Papua.

"Di antara tanggal 13-19 ada tanggal 17 dimana ada umat Islam yang merayakan solat Idul Fitri dan kaum muslimat dilarang menggunakan jilbab," ujarnya.

Lebih lanjut, Badrodin menyatakan, dalam surat edaran tersebut juga disampaikan, bahwa ada pelarangan mendirikan tempat ibadah bagi semua agama kecuali GIDI di Tolikara.

"Termasuk gereja Adven yang ada disana di tutup. dan jemaahnya masuk ke GIDI," ujarnya.

Saat surat edaran GIDI dikeluarkan, Badrodin mengaku, Kepala Polisi Resor Tolikara telah melakukan konfirmasi dan berkordinasi dengan Presiden GIDI. Akan tetapi, presiden GIDI menyatakan surat edaran tersebut tidak resmi, karena tidak ditandatangani langsung olehnya.

Karena merasa surat edaran yang dikeluarkan GIDI di Tolikara bermasalah, Kapolres melakukan komunikasi dengan Bupati Tolikara, Usman Wanimbo dan menyepakati untuk mencabut dan tidak mengizinkan surat edaran tersebut diberlakukan.

"Dari keterangan bupati, Kapolres menghubungi tokoh Islam disana untuk mempersilakan umat islam melaksanakan solat maksimal hingga pukul 08.00 WIT. Nanti Polri dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan mengamankannya," ujarnya.

Namun, tidak lama solat Idul Fitri dilakukan Jumat (17/7) pagi, sejumlah massa mendatangi lokasi solat dan meminta umat muslim untuk menghentikan aktivitasnya. Kapolres yang berada di lokasi sempat melakukan negosiasi dengan massa. Akan tetapi, karena jumlahnya semakin bertambah

Page 5: bahan tolikara

dan mulai memanas, polisi terpaksa menembakkan peluru ke atas untuk meredam situasi.

"Kapolres dan beberapa stafnya sudah negosiasi, bernegosiasi agar diberi kesempatan sampai selesai jam 8. Ternyata massa makin banyak, negosiasi gagal, ada yang melempar, polisi berikan tembakan poeringatan agar bubar. Tapi malah terjadi perlawanan petugas dan melempari jemaah," ujarnya.

Setelah kondisi pecah dan terjadi serangan terhadap umat muslim. Polisi melakukan tembakan kesejumlah orang yang saat kejadian juga melakukan penyerangan terhadap petugas.

"Polisi telah berikan tembakan poeringatan agar bubar. Tapi malah melawan petugas dan melempari jemaah. Akhirnya jemaah bubar, oleh karena itu dilakukan penembakan ke bawah. Ketentuan sudah betul ditembak di bawah lutut, hingga 12 korban itu rata-rata kena kaki dan satu kena pinggul dan meninggal. Saya tidak tahun prosesnya, apakah sedang jongkok atau gimana," ujarnya.

Hingga kini polisi masih melakukan identifikasi terhadap prosedur penembakan dan memeriksa sejumlah saksi untuk menetapkan tersangka dibalik peristiwa tersebut.

Sementara itu Kepolisian Daerah Papua menangkap dua tersangka kerusuhan Tolikara, Papua, Kamis (23/7). Penangkapan itu dikonfirmasi oleh Kapolda Papua Irjen Yotje Mende.

“Tersangka baru saja kami tangkap,” kata Yotje kepada CNN Indonesia. Kedua tersangka berinisial HK dan JW. Keduanya ialah warga lokal Tolikara. “Mereka sebagai provokator atau yang menyuruh melakukan penyerangan terhadap massa,” kata Yotje yang siang tadi tiba di Tolikara. (pit)

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150723174315-12-67845/kapolri-beberkan-kronologi-insiden-tolikara/

Page 6: bahan tolikara

TPF: Kembalikan Peran Adat PapuaJumat, 31 Juli 2015, 20:05 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Tim Pencari Fakta (TPF) Komite Umat untuk Tolikara Ustaz Fadlan Garamatan mengatakan peran adat di Papua harus dikembalikan sebagaimana fungsinya di tengah masyarakat.

"Kami merekomendasikan agar peran adat di Papua harus dikembalikan," ujar Fadlan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Masyarakat adat yang ingin hidup berdampingan dan penuh toleransi, sambung Fadlan, harus dilindungi oleh undang-undang yang berlaku di Tanah Air. "Masuknya GIDI dan otoritas kepemimpinannya telah merusak tatanan toleransi dan membuat masyarakat adat terusik.baik masyarakat asli maupun pendatang," tambah dia.

Selain itu, negara harus menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu sebagaimana tertuang dalam konstitusi.

Temuan TPF juga menyebutkan insiden Tolikara yang terjadi pada saat pelaksanaan Salat Idul Fitri termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat, karena Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) menghalangi umat beragama lain untuk melakukan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran agamanya.

"Insiden Tolikara sama sekali bukan kasus kriminal biasa dan bukan kasus spontanitas. Akan tetapi ditengarai ada upaya untuk menciptakan dan mengusik kehidupan beragama secara sistematis. Faktanya massa yang mengepung jamaah Salat Ied berasal dari tiga titik, dan ada suara-suara yang mengomando penyerangan," papar dia.

Presiden GIDI, lanjut dia, harus bertanggung jawab terhadap kasus yang mencederai toleransi antarumat beragama itu. Massa GIDI melakukan teror dengan melakukan pelemparan secara langsung maupun melemparkan batu ke atap seng kios yang membuat suara gaduh untuk membubarkan Salat Ied.

"Temuan TPF di lapangan juga membuktikan pembakaran dimulai dari rumah Ketua DKM, Sarno, yang jaraknya terhitung sangat dekat dengan masjid, yang hanya 20 meter. Selain itu, lahan Masjid Baitul Muttaqin memiliki sertifikat resmi. Ini mematahkan anggapan bahwa masjid ini berdiri di atas tanah ulayat," terang dia.

Fadlan meminta pihak kepolisian dan pemerintah mengusut tuntas kasus tersebut. "Selama aktor intelektual belum diadili, maka rasa keadilan masyarakat tidak akan terpenuhi," tukas dia.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/07/31/nscscc219-tpf-kembalikan-peran-adat-papua

Page 7: bahan tolikara

Biang Rusuh Tolikara yang Tertangkap Dibawa ke Jayapura BesokRinaldy Sofwan F & Sandy Indra Pratama, CNN IndonesiaKamis, 23/07/2015 16:28 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menyatakan para tersangka biang kerusuhan Tolikara, Papua, bakal dibawa tim penyidik ke Jayapura. Mereka rencananya bakal menjalani pemeriksaan di kantor Kepolisian Daerah Papua. 

“Saat ini mereka dibawa ke Mapolres Wamena, besok pagi ke Jayapura, ” ujar Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mendedi tempat kejadian perkara membenarkan keterangan Badrodin kepada media di Istana Negara Jakarta, Kamis (23/7). (Baca juga:   Polisi Tetapkan Dua Tersangka Pemicu Insiden Tolikara)

Saat ini, menurut Yotje, dua tersangka biang kerusuhan sudah berada di tangan timnya. Mereka berinisial HK dan JW. Keduanya ialah warga lokal Tolikara.  

Semula penangkapan terhadap dua tersangka direncanakan berlangsung Jumat esok (24/7) karena situasi hari ini dianggap tak terlalu memungkinkan. Polisi ingin memastikan tindakan persuasif dikedepankan dalam aksi penangkapan.

Namun Polda Papua ternyata berhasil memutuskan untuk melakukan penangkapan hari ini juga, segera usai kedua orang terkait ditetapkan sebagai tersangka.

Di Tolikara sendiri, umat Islam dan Kristen telah resmi berdamai, kemarin. Pendeta Yunus Wenda dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) dan Ustaz Haji Ali Muktar saling bersalaman dan berpelukan di lapangan Koramil.   (Baca juga:   Kapolda Pimpin Penangkapan Biang Kerusuhan Tolikara )

Pendeta Yunus meminta maaf karena telah menyakiti hati muslim. Dia pun mengemukakan harapan agar seluruh warga Tolikara kembali bersatu seperti dahulu.

Harapan itu diamini oleh Ustaz Ali yang berdoa agar kerusuhan tak terjadi lagi di Tolikara. Ia sepakat untuk membangun kembali kerukunan beragama yang terpelihara baik di Tolikara sebelum pecah insiden pekan lalu. (Baca selengkapnya: Pendeta GIDI dan Imam Masjid Saling Peluk di Tolikara)   (sip)

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150723161751-12-67823/biang-rusuh-tolikara-yang-tertangkap-dibawa-ke-jayapura-besok/

Page 8: bahan tolikara

Rusuh Tolikara, Ini Kronologi Temuan Komnas HAMSABTU, 18 JULI 2015 | 11:02 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Natalius Pigai mengungkapkan kerusuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, bukan semata-mata konflik agama antara umat Islam dan Kristen Gereja Injil di Indonesia (GIDI). Ia mengatakan konflik tersebut juga dipicu penembakan warga GIDI oleh polisi.

"Ada isu yang keliru, seolah masyarakat GIDI memusuhi Islam. Padahal, mereka tak merencanakan bakar masjid. Masyarakat marah karena polisi menembak warga," kata Pigai saat dihubungi Tempo, Sabtu, 18 Juli 2015.

Awalnya, pada 11 Juli 2015, Ketua GIDI wilayah Tolikara Pendeta Nayus Wenea dan Sekretaris GIDI Pendeta Marthe Jingga melayangkan surat imbauan kepada umat Islam di Tolikara. Nayus meminta masyarakat muslim menyelenggarakan perayaan Idul Fitri pada 17 Juli 2015 di Karubaga Tolikara. Muslim hanya boleh menggelar salat Idul Fitri di luar wilayah itu karena pada 13-19 Juli 2015 GIDI menyelenggarakan seminar dan KKR pemuda GIDI tingkat internasional.

"Mereka meminta agar muslim mengecilkan (suara) speaker karena kegiatannya bersebelahan dengan penyelenggaraan KKR," kata Pigai. Jemaat GIDI juga meminta muslim tak menggunakan jilbab.

Meski ditujukan untuk umat muslim, pada surat itu GIDI menjelaskan pelarangan peribadatan agama lain dan gereja Denominasi lain. Mereka melarang penganut agama lain mendirikan tempat ibadah di Tolikara.

"Dan Gereja Adven di Distrik Paido sudah ditutup. Itu sudah banyak terjadi di Tolikara. Mereka menutup tempat gereja lain," kata Pigai.

(Baca: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/18/078684731/rusuh-tolikara-ketua-sinode-gdi-minta-maaf)

(Baca:http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/18/078684720/bentrok-di-tolikara-begini-langkah-menteri-lukman-memediasi )

Surat imbauan ditembuskan ke Kepolisian Resor dan Pemerintah Daerah Tolikara beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Namun, Jumat lalu masyarakat muslim Tolikara

Page 9: bahan tolikara

tetap menggelar salat Idul Fitri dan mengumandangkan takbir dengan pengeras suara di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702/Karubaga. Lapangan tersebut berdekatan dengan penyelenggaraan KKR jemaat GIDI.

Pigai mengatakan jemaat GIDI langsung marah dan memprotes polisi yang berjaga di sekitar lapangan. "Mereka protes karena sudah memberi imbauan, kemudian polisi balik menembak warga," kata Pigai. 

Karena kerusuhan itu, kemudian jemaat GIDI mulai melemparkan batu ke arah kios dan Musala Baitul Mutaqin. Mereka juga membakar beberapa rumah, kios, dan musala itu. "Masyarakat melampiaskan kemarahan ke arah musala. Kalau polisi tidak menembaki warga, pasti reaksi mereka berbeda," kata Pigai.

Peristiwa itu terjadi pada pukul 07.30 WIT. Saat pembakaran terjadi, seluruh jemaah salat Idul Fitri membubarkan diri. Warga diungsikan ke Koramil 1702/s. Hingga kini Komnas HAM, Kementerian Agama, dan kepolisian Papua masih mengusut kasus ini. 

PUTRI ADITYOWATI

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/18/078684750/rusuh-tolikara-ini-kronologi-temuan-komnas-ham

NHHJnxnce