bahan fraktur

17

Click here to load reader

description

fraktur

Transcript of bahan fraktur

Page 1: bahan fraktur

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

diselenggarakan upaya kesehatan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyumbatan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluuh, terpadu dan berkesinambungan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk pengembalian status kesehatan akibat dari cacat atau kehilangan fungsi tubuh untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin meningkat pula jumlah kasus trauma khususnya kecelakaan. Salah satu kasunya adalah Fraktur akibat yang timbul apabila fraktur tidak segera ditangani akan dapat menimbulkan penyakit, kelumpuhan, kecacatan bahkan kematian. Hal ini didukung oleh kesalahan diagnostik, pengelolaan dan penanganan komplikasi.

B. Tujuan Penulisan1.Tujuan Umum untuk dapat memperoleh gambaran nyata atau informasi tentang

asuhan keperawatan pada pasien fraktur.2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri

dari pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien fraktur.

Page 2: bahan fraktur

BAB IIPEMBAHASAN

A. DASAR TEORI

1. Pengertian

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Dan definisi Fraktur dari berbagai sumber yaitu : Fraktur adalah diskontinuitas struktur pada tulang (Sylvia Anderson, 1995 : 261). Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Marilynn E. Doenges, 2000 : 761). Sedangkan Faraktur femur 1/3 distal adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas tulang femur pada bagian ujung. Sinistra adalah bagian badan tubuh sebelah kiri sedangkan dextra adalah bagian tubuh sebelah kanan. Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa pengertian fraktur femur 1/3 distal sinistra adalah terputusnya kontinuitas struktur tulnag femur kiri pada 1/3 bagian ujung.

Fraktur terbagi menjadi 2 jenis yaitu Fraktur terbuka dan tertutup : Ø Fraktur tertutup: Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat

fraktur tidak tercemar oleh lingkungan. Ø Fraktur terbuka : Fraktur dimana kulit dari extremitas yang terlibat telah di tembus. Konsep

penting yang perlu diperhatiakan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontminasi, kenudian kembali hampir pada posisi semula. Pada keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, debridemen dan pemberian antibiotika secara intravena mungkin diberikan untuk untuk mencegah terjadinya oateomielitis. Pada umumnya operasi irigasi dan debridemen pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya cedera untuk mengurangi terjadinya infeksi.

Fraktur terbagi menjadi beberapa tingkatan/grade menurut tingkat keparahannya yaitu: Grade I : sakit jelas, dan sedikit kerusakan kulit

Grade II : fraktur terbuka dan sedikit keruakan kulitGrade III : banyak sekali jejak kerusakan kulit, otot dan jaringan syaraf, pembuluh darah serta

luka sebesar 6-8 cm.

2. Etiologi Fraktur dapat disebabkan oleha. Trauma atau tenaga fisikb. Tumor (tumor primer ataupun tumor metastase)

Page 3: bahan fraktur

c. Dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.d. Osteoporosis, infeksi atau penyakit lain.

Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah

1. Fraktur akibat peristiwa trauma Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya.

2. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.

3. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan. Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu mengabsorbsi energi atau kekuatan yang menimpanya.

4. Fraktur Patologis Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau osteopororsis.

5. Patofisiologi

Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks,sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila ditekan atau digerakkan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkan syok neurogenik. Kerusakan pada kulit dan jaringan lainnya dapat timbul oleh karena trauma atau mecuatnya fragmen tulang yang patah. Apabila kulit robek an luka memiliki hubungan dengan tulang yang patah maka dapat mengakibatkan kontaminasi sehingga resiko infeksi akan sangat besar. Sedangkan kerusakan pada system persarafan, akan menimbulkan kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah yang cidera.

6. Tanda Dan Gejala.

1) Pada tulang traumatic dan cedera jeringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.2) Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur (tenderness)

3) Deformitas : perubahan bentuk tulang

4) Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ektrimitas yang tidak alami.

5) Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.

6) Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.

Page 4: bahan fraktur

7) Gerakan abnormal.

8) Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang mengisyaratkan kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi sebelah distal mungkin mengisyaratkan syok kompartemen.

9) Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang satu sama lain.

Tanda-tanda fraktur pasti

1. Deformitas

2. Krepitasi

3. False movement (gerakan yang tak biasa)

4. Foto rontgen

Tanda-tanda fraktur tak pasti

1. Odema

2. Nyeri tekan

3. Nyeri gerak

4. Luka

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan dengan sinar X (rontgen) dapat membuktikan fraktur tulang.

2) Scan tulang dapat membuktikan adanya fraktur stress.

3) arteriogram dialakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

4) hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakana pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma.

5) kreatinin trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

Page 5: bahan fraktur

6. KOMPLIKASI FRAKTUR

1. Trauma syaraf

2. Trauma pembuluh darah

Indikasi ischemia post trauma : pain, pulseless, parasthesia, pale, paralise → kompartemen syndrome : kumpulan gejala yang terjadi karena kerusakan akibat trauma dalam jangka waktu 6 jam pertama, kalau tidak di bersihkan maka sampai terjadi nekrose → amputasi.

3. Komplikasi tulang :

a. Delayed union : penyatuan tulang lambat

b. Non union (tidak bisa nyambung)

c. Mal union (salah sambung)

d. Kekakuan sendi

e. Nekrosis avaskuler

f. Osteoarthritis

g. Reflek simpatik distrofi

4. Stress pasca trumatik

5. Dapat timbul embolik lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang.

Penatalaksanaan.1. Reposisi, mengembalikan allgment dapat dicapai dengan manipulasi tertutup atau operasi terbuka. 2. Immobilisasi, mempertahankan posisi dengan Fiksasi eksterna (gips dan traksi) Fiksasi interna (orif), dengan lempeng logam (plate) dan nail yang melintang pada cavum medularis tulang.

Page 6: bahan fraktur

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

I. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan

a. Data biografi b. Riwayat perkembangan c. Riwayat sociald. Riwayat kesehatan yang lalue. Riwayat kesehatan sekarang :

Data Subyektif a. Mengeluh/dilaporkan adanya :b. Nyeri/edema otot, sendi, tulang, dengan/tanpa gerakc. Kelemahan ekstrimitasd. Keterbatasan aktifitas dan gerakan e. Anoreksia, insomnia, frustasi, takut

Data Obyektif a. KUb. Tanda vitalc. Nyeri tekan d. Sendi : kemerahan, bengkak, panas pada perabaan, nyeri tekan dan nyeri pada gerakan serta keterbatasan sendi gerakan sendi.e. Gangguan status neurovaskuler ekstrimitas (warna kulit anggota gerak yang pucat desertai perabaan dingin)f. Sulit bernafasg. Deformitash. Krepitsii. Kontraktur (dapat terjadi akibat spasme yang terus menerus, pasca trauma)j. Postur/sikap badan serta cara berjalank. Luka l. Food – droopm. Pemakaian Gips, protese, kruk alat Bantu dlln. Alergi dll2. Pemeriksaan fisik.a. Inspeksi (penampilan umum/sikap, dan bentuk tubuh, jaringan lunak/otot, kulit, tulang, dan sendi)

Page 7: bahan fraktur

b. Palpasi (sendi, tulang, kulit)c. Kekuatan ototd. Pemriksaan neurology (hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan3. Pemeriksaan psikososial.4. Pemeriksaan penunjang.

Prioritas perawatan 1. Mencegah cedera tulang/jaringan lanjut.2. Menghilangkan nyeri.3. Mencegah komplikasi4. Memberikan informasi tentang kondisi/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

II. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawaan yang ditegakkan pada pasien fraktur (Marilyn E. Doenges) a. Nyeri berhubungan deNgan spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema, cidera pada jaringan lunak, alat traksi / immobilisasi, stress dan anestessi. b. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dnegan penurunan / interupsi thrombus. c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan degan tak adekuatnya pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringa, terpapar pada lingkungan) prosedur invasive, traksi tulang. d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler (nyeri/ketidaknyamanan).e. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehialngan integritas tulang. f. Aktual / resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cidera tusuk (Fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen/kawat / sekrup) eprubahan sensasi, perubahan sirkulasi, akumulasi ekskresi / sekret, immobilitas fisik.

III. Intervensi Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema, cidera pada jaringan lunak, alat traksi / immobilisasi, stress dan anestesi. Tujuan : menyatakan nyeri tulangKriteria hasil : menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas dnegan tepat dan emnunjukkan penggunaan ketrampilan. Relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.Intervensi : 1. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi. 2. Dukung an tinggikan ekstremitas yang terkena. 3. Evaluasi keluhan nyeri4. Dorong menggunakan teknik menejemen stress contoh : Relaksasi progresif, latihan nafas dalam. 5. Berikan obat sebelum perawatan aktivits.

b. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan / interupsi aliran drah, cidera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus. Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan

Page 8: bahan fraktur

Kriteria hasil : perfusi jaringan dapat dieprtahankan, dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit kering / hangat, sensasi normal, sensori biasa, tanda vital stabil dan keluaran urine adekuat untuk situasi. Intervensi :1. Lakukan pengajian neuromuskuler2. Pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali indikasi. 3. Kaji keseluruhan panjang eekstremitas yang cedera untuk pembengkakan / pembentukan edema. 4. SElidiki tanda eskemia ekstremitas tiba-tiba. 5. Dorong pasien untuk latihan jari /sendi distal cedera secara rutin. c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer (keruskan kulit, trauma, jaringa, terpapar pada lingkungan / prosedur invasif, traksi tulang. Tujuan : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.Kriteria hasil : bebas drainase parulen atau eritem dan demam.Intervensi : 1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas. 2. Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh isis insersi. 3. Kaji tonus otot, refleks endon dalam dan kemampuan berbicara. 4. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema lokal / eritema ekstremitas cedera. 5. Awasi pemeriksaan laboratorium : hitung darah lengkap, LED, kultur dan sensivitas luka /seram / tulang.

d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengahn kerusakan neuromuskler ( nyeri / ketidaknyamanan, terapi restriktif / immonilsasi tungkai). Tujuan : meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi yang mungkin. Kriteria hasil : memprtahankan posisi fungsional, meningkatnya kekuatan / fungsi yang sakit dan menunjukkan teknis yang memampukan melakukan aktivitas. Intervensi : 1. Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan cedera / pengobatan. 2. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik / rekreasi. 3. Tinggikan eketremitas yang sakit. 4. Jelaskan pantangan dan keterbatasan dalam aktivitas. 5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan.

e. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehilangan integritas tulang. Tujuan : memeprtahankan stabilitas dan posisi fraktur. Kriteria hasil : menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilisasi pada sisi fraktur dan menunjukkan pembentukan kalus / mulai penyatuan fraktur dengan tepat. Intervensi : 1. Pertahankan tirah baring . ekstremitas sesuai indikasi. 2. Letakkan papan dibawah tempat tidur. 3. Sokong fraktur dengan bantal. 4. Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema. 5. Kaji ulang foto Rontgen.

Page 9: bahan fraktur

f. Aktual / resiko tinggi terhadap kerusakan integrutas kulit / jaringan berhubungan dengan cedera tusuk (fraktur terbuka, bedah perbaikan, permasalahan, pemasangan traksi pen / kawat / sekrup) perubahan sensasi, perubahan sirkulasi, akumulasi ekskresi, immobilisasi fisik. Tujuan : ketidaknyamanan hilangKriteria hasil : menyatakan ketidaknyamanan hilang menunjukkan perilaku / teknik untuk mencegah keruakan kulit / memudahkan penyembuhan luka dan mencapai penyembuhan luka sesuai waktu / penyembuhan lesi terjadi. Intervensi : 1. Masae kulit dan penonjolan tulang. 2. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. 3. Ubah posisi dengan sering.

IV. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan keperawatan yang ada dan perencanaan keperawatan yang telah disusun dnegan melibatkan tim keehatan yang lain serta pasien dan keluarga. V. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperwatan dilakukan setelah implementasi diterapkan dan mengacu pada kriteria hasil yang telah disusun sebagai tolak ukur keberhasilan.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Fraktur Femur mempunyai insidens yang cukup tinggi diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya Fraktur Femur terjadi pada batang Femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum, trokanter, substrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan tindakan operatif. Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan apda funcho laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi kelateral atau angulasi anterior, endo /eksorotas.

FRAKTUR FEMUR (PATAH TULANG PAHA)

Page 10: bahan fraktur

FRAKTUR FEMUR(PATAH TULANG PAHA)A. Pengertian.Suatu keadaan diskontinuitas jaringan struktural pada tulang (Sylvia Anderson Price 1985).Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan (Purnawan junadi 1982). B. Penyebab Fraktur 1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur patologis. C. Insidensi Fraktur femur mempunyai angka kejadian/ insiden yang cukup tinggi di banding dengan patah tulang jenis yang berbeda. Umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah.D. Deskripsi fraktur 1. Berdasarkan keadaan lukaa. Fraktur tertutup (“Closed Fraktur”) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Fraktur terbuka (“Open/ Compound Fraktur”) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.2. Berdasarkan garis pataha. Fraktur komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain, jadi mengenai seluruh dari korteks tulang.b. Fraktur inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain, jadi masih ada korteks tulang yang masih utuh. Hal ini seringkali terjadi pada anak-anak yang lazim di sebut dengan “Greenstick Farcture”. 3. Berdasarkan jumlah garis pataha. Simple fraktur bila hanya terdapat satu garis patah.b. Comunitive fraktur bila ada garis patah lebih dari satu dan saling berbungan/ bertemu.c. Segmental fraktur bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan dengan pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang sama, misalnya fraktur yang terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.4. Berdasarkan arah garis pataha. Fraktur melintang.b. Farktur miring.c. Fraktur spiral.d. Fraktur kompresi.e. Fraktur V/ Y/ T sering pada permukaan sendi.Beberapa hal lain yang perlu di perhatikan dalam patah tulang:a. Mengenai sisi kanan (dextra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.b. Lokalisasinya semua tulang di bagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah dan 1/3 distal, kecuali kalvikula dibagi menjadi ¼ medial, ½ tengah, ¼ lateral.c. Dislokasi fragmen tulang:- Undisplaced.- Fragmen distal bersudut terhadap proksimal.

Page 11: bahan fraktur

- Fragmen distal memutar.- Kedua fragmen saling mendekat dn sejajar.- Kedua fragmen saling menjauhi dan sumbu sejajar.E. Tanda dan gejalanya 1. Sakit (nyeri).2. Inspeksia. Bengkak.b. Deformitas.3. Palpasia. Nyeri.b. Nyeri sumbu.c. Krepitasi.4. Gerakan fungsio laesa).a. Aktif (tidak bisa gerakan abnormal.b. Pasif

F. PenatalaksanaanPrinsip penatalaksaanannya pada fraktur ada dua jenis yaitu konservatif dan operatif. Kriteria untuk menentukan pengobatan dapat dilakukan secara konservatif atau operatif selamanya tidak absolut.Sebagai pedoman dapat di kemukakan sebagai berikut:Cara konservatif:1. Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang.2. Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.3. Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal. 4. Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi.Cara operatif di lakukan apabila:1. Bila reposisi mengalami kegagalan. akibat yang lebih buruk).2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi 3. Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.4. Fraktur patologik.5. Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:- Pemasangan Gips.- Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal untuk skin traksi adalah 5 Kg.Pengobatan operatif:- Reposisi.- Fiksasi.Atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF (“Open Reduction Internal Fixation”)G. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan fraktur 1. Pengkajiana. Aktivitas dan istirahatKeterbatasan, kehilangan fungsi pada bagian yang mengalami fraktur.b. SirkulasiPeningkatan tekanan darah atau denyut nadi (akibat dari nyeri, response dari stress).

Page 12: bahan fraktur

Penurunan tekanan darah akibat dari kehilangan darah.Penurunan jumlah nadi pada bagian yang sakit, pemanjangan dari capilarry refill time, pucat pada bagian yang sakit.Terdapat masaa hematoma pada sisi sebelah yang sakit.c. NeurosensoriKehilangan sensai pada bagian yang sakit, spasme otot, paraesthaesi pada bagian yang sakit.Lokal deformitas, terjadinya sudut pada tempat yang abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, kelemahan pada bagian tertentu.d. Kenyamanan Nyeri yang sangat dan yang terjadi secara tiba-tiba. Hilangnya sensai nyeri akibat dari kerusakan sistem syaraf.e. Keamanan Laserasi kulit , perdarahan, perubahan warna. f. Studi diagnostikX ray : Menunjukkan secra pasti letak dan posisi dari terjadinya fraktur.Bone scan, tomography, CT/ MRI scan : Menegakan diagnosa fraktur dan mengidentifikasi lokasi jaringan lunak yang mengalami kerusakan.Ateriogram: Mungkin Jika diduga ada kerusakan pembuluh darah pada daerah yang mengalami trauma.CBC: Mungkin mengalami peningkatan dari Hct, Peningkatan WBC merupakan hal yang normal setelah mengami trauma. Creatinine: Trauma pada otot meningkatkan pembuangan creatininke ginjal. 2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakana. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskotinuitas jaringan tulang, jaringan lunak di sekitar tulang Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri, pengendalian terhadap spasme dan cara berelaksasi. Rencana:1. Pertahankan posisi atau imobilisasi pada bagian yang terkait.2. Bantu dan tinggikan akstrimitas yang mengalami injuri.3. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.4. Lakukan diskusi dengan pasien mengenai nyeri dan alternatif solusinya.5. Jelaskan pada pasien setiap akan melakukan suatu tindakan.6. Kaji kemampuan klien dalam ROM ekstrimitasnya.7. Jelaskan pada pasien beberapa tahenik yang dapat dilakukan guna mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi dan fiksasi).8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, antispamodik. 9. Observasi TTV dan keluhan nyab. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih, iritasi jaringan oleh batu, mekanik obstruksi, inflamasi.Tujuan: Setelah di lakukan tindakan perawatan klien mampu melakukan eliminasi miksi secara normal, dan bebas dari tanda-tanda obstruksi. Rencana: 1. Monitor intake dan output dan kaji karakteristik urine.2. Kaji pola miksi normal pasien.

Page 13: bahan fraktur

3. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan konsumsi minum. 4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk di lakukan pemeriksan.5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine dan adanya periorbital/ edema dependent sebagai tanda dari terjadinya obstruksi.6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan pemberian antibiotik.7. Observasi keadaan umum pasien, status mental, perilaku dan kesadaran.

c. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan post obstruktif deurisis, nausea vomiting.Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan (defisit) selama di lakukan tindakan keperawatan.

Rencana:1. Monitor intake dan output cairan.2. Kaji dan catat bila terjadi nausea vomiting.3. Anjurkan pasien untuk minum banyak (3-4 l/hari) jika tidak ada kontra indikasi.4. Monitor tanda vital (peningkatan nadi, turgor kulit, mukosa membran, capilary refill time).5. Kaji berat badan setiap hari jika memungkinkan.6. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, antiemetik.7. Observasi KU pasien dan keluhan.