Bahan Diskusi RUU migas (ISNU) 16 juni 2015
-
Upload
publish-what-you-pay-pwyp-indonesia -
Category
Environment
-
view
134 -
download
4
Transcript of Bahan Diskusi RUU migas (ISNU) 16 juni 2015
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral | Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat
Paparan Revisi UU No. 22 Tahun 2001
Tentang Minyak & Gas Bumi
Disampaikan pada acara Diskusi PP ISNU
Jakarta, 16 Juni 2015
2. Latar Belakang
DAFTAR ISI
3. Penguasaan dan Pengusahaan
6. Kegiatan Usaha Penunjang Migas
4. Kegiatan Usaha Hulu Migas
2
5. Kegiatan Usaha Hilir Migas
1. Pendahuluan
PENDAHULUAN
3
D R E A M
ECONOMIC
GROWTH
PEOPLE
FOLLOW
ENERGY
GO GREEN
COMMODITY
ENERGY
FOLLOW
PEOPLE
POLLUTION
Energy Energy
4
ENERGY PHILOSOPHY
1. Availability 2. Accessibility 3. Affordability
4. Sustainability 5. Simplicity
5
KEBIJAKAN
HULU MIGAS
KEBIJAKAN
HILIR MIGAS KEBIJAKAN UMUM BIDANG MIGAS
PASAL 39 UU No. 22 / 2001
P O L I C Y
UUD 1945
UU 22 TAHUN 2001 Minyak dan Gas Bumi
JAMINAN KETERSEDIAAN MINYAK DAN GAS BUMI
KONSERVASI PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
PENGUSAHAAN MIGAS UNCONVENTIONAL
PENINGKATAN KAPASITAS NASIONAL DALAM PENGUSAHAAN MIGAS
PENETAPAN HARGA MINYAK DAN GAS BUMI
ALOKASI PEMANFAATAN MINYAK DAN GAS BUMI
JAMINAN PASOKAN BAHAN BAKAR
PENETAPAN HARGA BAHAN BAKAR
PENGHEMATAN BBM
JALAN/INFRASTRUKTUR ENERGI
STANDAR DAN MUTU BAHAN BAKAR
DIVERSIFIKASI BAHAN BAKAR
KESELAMATAN DAN KETEKNIKAN MIGAS
PENYUSUNAN REGULASI MIGAS
OPTIMALISASI KEGIATAN USAHA PENUNJANG MIGAS
PROGRAM STRATEGIS HULU MIGAS
KEBIJAKAN
HULU MIGAS
JAMINAN KETERSEDIAAN MIGAS
KONSERVASI PRODUKSI MIGAS
PENGUSAHAAN MIGAS NON KONVENSIONAL
7
MENINGKATKAN CADANGAN MIGAS
MENINGKATKAN PRODUKSI MIGAS
ENHANCHED OIL RECOVERY
COAL BED METHANE SHALE OIL
PERPANJANGAN KONTRAK WILAYAH KERJA
PENGELOLAAN SUMUR TUA
PEMANFAATAN GAS SUAR
SHALE GAS
INFILL DRILLING & WORKOVER
Discoveries in Jurrasic Plays 1998-2008
91 % 9 %
TREND IN INDONESIA’S UPSTREAM OIL & GAS BUSINESS
Needs higher capital, state of the art technology
and contains higher risk
Mostly occur in offshore and deep sea
areas
Findings are dominated by natural gas
Shift of activities to the eastern part of
Indonesia
Development of Unconventional gas
(CBM & Shale gas).
FROM WEST TO EAST
Discovery : 2001
Water Depth : 1000 - 2000 M
Gas Rate : 120 - 600 MMSCFD
Reserves : 5.500 BCF
GENDALO & GEHEM FIELDS, UNITIZATION OF GANAL & RAPAK BLOCKS
ABADI FIELD, MASELA BLOCK
JAMBU AYE UTARA FIELD, KRUENG MANE BLOCK
Discovery : 1986
Water Depth : 600 – 650 M
Gas Rate : 100 MMSCFD,
plateau 3 years
Reserves : 163,2 BCF and 3,4 MMSTB
Discovery : 2000
Water Depth : 300 – 1000 M
Gas Rate : first stage 2.5 MTPA
equal to 130 MMSCFD
Reserves : 6.050 BCF
INDONESIA’S LATEST DEEP WATER DISCOVERIES
PROGRAM STRATEGIS HILIR MIGAS
KEBIJAKAN
HILIR MIGAS
JAMINAN PASOKAN BAHAN BAKAR
JALAN/INFRASTRUKTUR ENERGI
DIVERSIFIKASI BAHAN BAKAR
LUMBUNG ENERGI (BUFFER STORAGE)
PEMBANGUNAN KILANG BARU
KONVERSI BBM KE BBG KONVERSI MITAN KE
LPG 3 KG JARINGAN GAS
RUMAH TANGGA
PEMBANGUNAN PIPELINE
VIRTUAL PIPELINE
LPG UNTUK NELAYAN
10
LNG RECEIVING TERMINAL
FSRU
REVITALISASI KILANG
PROGRAM STRATEGIS PENUNJANG MIGAS
KEBIJAKAN
PENUNJANG
MIGAS
RELIABILITY INSTALASI/PERALATAN
SISTEM MANAJEMEN PENGAMANAN
REVISI UU MIGAS PENYUSUNAN RPP
KESELAMATAN MIGAS PENYUSUNAN RPP KETEKNIKAN
MIGAS
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
APRESIASI PRODUK DALAM NEGERI
11
KESELAMATAN DAN KETEKNIKAN MIGAS
PENYUSUNAN REGULASI MIGAS
OPTIMALISASI KEGIATAN USAHA PENUNJANG MIGAS
TIM INDEPENDEN PENGENDALIAN KESELAMATAN MIGAS
KOMPETENSI SDM
Grissi
k Palemban
g
Semaran
g
Pacific Ocean
AUSTRALIA
Indian
Ocean
Bangko
k
Phnom
Penh
Ban
Mabtapud
Ho Chi
Minh
City
CAMBODIA
VIETNAM
THAILAND LAOS
Khano
n
Songkhl
a
Erawa
n
Bangkot
Lawi
t Jerneh
WEST
MALAYSIA
Penang
Kerte
h
Kuala
Lumpur
Manila
Philipines
South
China
Sea
Natuna Alph
a
Kota
Kinibalu BRUNEI
Bandara Seri
Begawan
Bintul
u EAST MALAYSIA
Kuchi
ng
Banda Aceh
Lhokseuma
we
Meda
n
Duri
Jambi
Binta
n
SINGAPORE
Samarinda
Balikpapan
Bonta
ng
Attaka
Tun
u Bekapai KALIMANTAN
Banjarmasi
n
Manado
SULAWESI
BURU SERAM
Ternate
Sorong
PAPUA
Jakarta J A V A
Surabay
a
Bangkalan
BALI
SUMBAW
A
LOMBOK
FLORES
SUMBA TIMOR
Duyong
West
Natuna Mogp
u
Duma
i
Bata
m
Gunton
g
MADURA
Bandung
Yogyakarta
Ujung
Pandang
Pagerungan
HALMAHER
A
KAPASITAS TOTAL
2014
1.169,1 MBCD
Jayapu
ra
Merauk
e
Padan
g
Port
Klang Port
Dickson
KILANG MINYAK DI INDONESIA Pertamina
Swasta, operasi
N O T E S :
Pertamina, konstruksi
KASIM
KAP : 10 MBCD
PLAJU
KAP : 127,3 MBCD
CILACAP
KAP : 348 MBCD
PT TWU
KAP :18 MBCD
DUMAI
KAP : 127 MBCD
CEPU
KAP : 3.8 MBCD
BALIKPAPAN
KAP : 260 MBCD
Rencana
SUNGAI PAKNING
KAP: 50 MBCD
PT TPPI
KAP: 100 MBCD
BALONGAN
KAP : 125 MBCD
RFCC CILACAP
KAP: 62 MBCD
KPS BONTANG
KAP: 300 MBCD
Location
Refinery
Profile
Complexity
P. Brandan Idle Refinery
Dumai 7.5
Musi, Plaju 3.1
Cilacap 4.0
Balikpapan 3.3
Balongan 11.9
Kasim 2.4
12
PT IKP
KAP: 6 MBCD
ERETAN
KAP: 150 MBCD
52 57 57 51 53 59 74 91 99 109
153
266
401
488 512
550 544
585
744 773
797
847
904
966
1056
1214
1264 1302 1302
1327
1397 1404
1316
1364
1267 1229
1366
1522 1501
1468 1462
1373 1408
1499
1586
1498 1496
1240
1375
1460 1500 1500
466
569 601
742
853 889
1082
1336 1373
1305
1506
1683
1631
1589 1587 1624
1288
1407
1519
1338 1362
1445
1303
1387
1539 1575
1491
1535
1612 1624
1574 1557
1537 1500
1415
1341
1252
1147
1096 1062
1006
954 977
949 945
902
861 830
900
1000 1010 1010
0
500
1000
1500
2000
1966 1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
MB
OEP
D
YEAR Oil Gas
PEAK 1977
Plateau stage
Decline 3-5%
*) Outlook as of January 29th 2013
PEAK 1995
The development of the oil and gas industry has changed from oil dominance to natural gas
OIL AND GAS PRODUCTION PROFILE
13
INDONESIA OIL SUPPLY & DEMAND 2015 – 2025
*) Demand Growth Assumption: 3.95%/yr.
Demand BBM*
0
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Vo
lime
(K
L)
Tahun
Production BBM** Import BBM
**) Assumption: Addition 1 refinery (Pertamina)
Infrastructure needed
LATAR BELAKANG
15
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2): “ Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.” Pasal 33 ayat (3):
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
2. Putusan Panitia Hak Angket BBM DPR RI Tahun 2008 Pada intinya merekomendasikan untuk mengganti UU Migas
2001 dan mengajukan RUU Migas baru yang memiliki pola pikir (Mindset) terpenuhinya ketahanan energi nasional sebagai sumber kemakmuran rakyat.
16
Latar Belakang Penyusunan RUU MIGAS
3. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 36/PUU-X/2012 Dalam Pertimbangan 3. 11: “… Dalam putusan Mahkamah tersebut, penguasaan negara dimaknai, rakyat
secara kolektif dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada Negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan (bestuurdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh Negara diakukan oleh Pemerinyah dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (Consessie). Fungsi pengaturan oleh Negara (regelendaad) dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemerintah dan regulasi oleh Pemerintah. Fungsi pengelolaan (beheersdaad) dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham (share-holding) dan/atau sebagai instrumen kelembagaan, yang melaluinya Negara, c.q. Pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber kekayaan …. Demikian pula fungsi pengawasan oleh Negara (toezichthoudensdaad) dilakukan oleh Negara, c.q. Pemerintah, dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh Negara atas sumber-sumber kekayaan dimaksud benar-benar dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat.
17
Dalam Pertimbangan 3.12:
“ … Menurut Mahkamah, bentuk penguasaan Negara peringkat Pertama dan yang paling penting adalah Negara melakukan pengelolaan secara langsung atas sumber daya alam….. Penguasaan Negara pada peringkat kedua adalah Negara membuat kebijakan dan pengurusan, dan fungsi Negara dalam peringkat ketiga adalah fungsi pengaturan dan pengawasan. … pengelolaan langsung yang dimaksud disini, baik dalam bentuk pengelolaan langsung oleh Negara (organ Negara) melalui Badan Usaha Milik Negara.
Dalam Pertimbangan No. 3. 13.3:
“ --- dalam posisi demikian, Pemerintah memiliki keleluasaan membuat regulasi, kebijakan, pengurusan, pengelolan, dan pengawasan atas sumber daya alam Migas. Dalam menjalankan penguasaan Negara atas sumber daya alam Migas, Pemerintah melakukan tindakan pengurusan atas sumber daya alam Migas dengan memberikan konsesi kepada satu atau beberapa Badan Usaha Milik Negara untuk mengelola kegiatan usaha Migas pada sektor Hulu. Badan Usaha Milik Negara itulah yang akan melakukan KKS dengan Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Usaha Kecil, Badan Usaha Swasta atau Bentuk Usaha Tetap. Dengan model seperti itu, seluruh aspek penguasaan Negara yang menjadi amanat Pasal 33 UUD 1945 terlaksana dengan nyata.”
18
PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN MIGAS
19
Penguasaan dan Pengusahaan
20
• Mineral right Negara;
• Mining right Pemerintah cq. KESDM;
• Business right BUMN Khusus & PERTAMINA.
PENGUASAAN
PENGUSAHAAN
• Kegiatan Usaha Hulu Migas dilaksanakan berdasarkan Izin dari Pemerintah kepada BUMN(K)* dan PERTAMINA untuk setiap Wilayah Kerja yang akan dikelola dengan ketentuan : o BUMN(K) dalam pengelolaan WK, ber-Kontrak Kerja
Sama dengan investor (BU/BUT) o PERTAMINA diberi Izin Usaha Hulu oleh Pemerintah
secara langsung untuk mengelola suatu Wilayah Kerja yang secara teknologi, permodalan dan resiko dapat dikelola 100 % oleh PERTAMINA
• Kegiatan Usaha Hilir dilaksanakan dengan Izin Usaha Hilir dari Pemerintah
• Pemerintah membentuk Badan Penyangga/BUMN Hilir
KEGIATAN USAHA HULU MIGAS
21
• Minyak dan Gas Bumi merupakan kekayaan Nasional yang
dikuasai Negara;
• Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan;
• Pemerintah memberikan Izin Usaha Hulu kepada Pertamina
dan BUMN-K untuk setiap pengusahaan Wilayah Kerja;
• Pengusahaan oleh Pertamina terhadap Wilayah Kerja yang
secara teknologi, permodalan dan resiko dapat dikelola 100%
oleh Pertamina, sedangkan pengusahaan wilayah kerja oleh
BUMN-K dilakukan melalui bekerjasama dengan BU/BUT;
• Jangka waktu pengusahaan Wilayah Kerja adalah 30 Tahun;
• Periode Kontrak Kerja Sama BUMN(K) dengan investor
(BU/BUT) menyesuaikan dengan Izin Usaha Hulu yang
diberikan;
• Pengaturan khusus mengenai Migas Non Konvensional antara
lain jangka waktu kontrak kerja sama, jangka waktu eksplorasi,
komitmen pasti dan parameter komersialitas lapangan;
• Fiscal term, Term and Condition ditetapkan oleh Pemerintah;
• Petroleum Fund dengan menyisihkan prosentase tertentu dari
penerimaan bagian negara sebelum masuk ke kas negara untuk
dipergunakan kembali dalam pengembangan Migas Nasional
• Bonus wilayah untuk daerah penghasil;
Kegiatan Usaha Hilir
• Pemerintah membentuk Badan Usaha Penyangga untuk menjamin
ketersediaan dan distribusi BBM dan Gas Bumi serta
pengembangan Insfrastruktur pendukungnya;
• Fiscal, term and condition untuk Kontrak Kerja Sama dtetapkan oleh
Pemerintah
Point –Poit Penting Pengaturan dalam
Kegiatan Usaha Hulu
23
Pengusahaan Kegiatan Usaha Hulu Migas
• Instrumen pengendalian dan pengawasan berupa Izin Usaha Hulu.
• PERTAMINA mengusahakan sendiri Wilayah Kerja yang dimilikinya saat ini dan Wilayah Kerja baru yang diminati dan disetujui oleh Menteri.
• BUMN Khusus mengusahakan Wilayah Kerja dengan bekerja sama dengan BU atau BUT dalam bentuk kontrak kerjasama setelah mendapatkan Izin Usaha Hulu.
• Pembinaan, Pengawasan dan Regulasi berada di Menteri.
PENGUSAHAAN KEGIATAN USAHA
HULU MIGAS
BUMN KHUSUS DAN PERTAMINA
PERTAMINA
BU/BUT
AP WK X AP WK Y AP WK …
WK A WK B WK …
“PortoFolio” BUMN-K & Pertamina melalui anak perusahaan
memiliki PI pada WK yang diusahakan secara
bekerja sama (Misalkan, 20%,30% dsb)
“Managemen Pengendali
KKS” Mempunyai PI setelah POD I,
namun Tidak Mayoritas
(*) Diusahakan sendiri dengan kemungkinan pengikutsertaan pihak lain secara minoritas
(**) Lelang WK dilakukan oleh BUMN-K, Setelah adanya Pemenang Lelang diterbibkan Izin Usaha Hulu”Kerja Sama”
PI : Participating Interest
Fiscal Term: Bagi Hasil (PSC), Cost & Fee (SC), etc.
Fiscal Term: Royalty & Taxes
Diusahakan Sendiri *)
Oleh Anak Perusahaan (AP)
Izin Usaha Hulu “Own Operation”
Izin Usaha Hulu “Kerja Sama”
NEGARA
PEMERINTAH (c.q. KESDM)
Pembinaan, Pengawasan, Kebijakan dan Pengaturan Kegiatan Usaha Hulu Migas
BUMN-K
Tata Kelola Kegiatan Usaha Hulu Migas
SK Penetapan WK (T&C, Koordinat WK, Bentuk Kerja
Sama)
Mineral
Right
Min
ing
Rig
ht
Bu
sin
ess R
igh
t
KKS
“PortoFolio”
Lelang (**)
KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS
25
• Pemerintah menjamin ketersediaan dan pendistribusian Bahan
Bakar Minyak dan Gas Bumi.
• Kegiatan usaha hilir migas dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah
memiliki izin usaha dari Menteri.
• Pemenuhan kebutuhan dalam negeri dioptimalkan dari produksi
minyak dan gas bumi dalam negeri.
• Pemerintah wajib menjamin ketersediaan dan kelancaran
pendistribusian Bahan Bakar Minyak , Gas Bumi dan LPG.
• Pemerintah bertangung jawab atas ketersediaan infrastruktur
untuk mendukung ketersediaan dan keterlancaran distribusi
Bahan Bakar Minyak, Gas Bumi dan LPG (LPG masuk rezim Gas
Bumi)
• Pemerintah menetapkan harga BBM, Gas Bumi dan LPG untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
• Pemerintah membentuk / menunjuk Badan Usaha penyangga
Minyak Bumi dan BBM (Agregator)
• Pemerintah membentuk / menunjuk Badan Usaha Penyangga Gas
Bumi (Agregator)
• Badan Penyangga/BUMN Hilir diperlukan untuk memenuhi
ketahanan Energi dan pengendalian harga (Price Leader).
Point –Poit Penting Pengaturan dalam
Kegiatan Usaha Hilir
• Kegiatan Usaha Hilir BBM & Minyak Bumi. dilaksanakan dengan Izin Usaha Hilir / penunjukan dari Pemerintah.
• Pemerintah menunjuk Pertamina sebagai Badan Usaha Penyangga BBM & Minyak Bumi Nasional (Agregator).
• Tugas Badan Usaha Penyanggan BBM & Minyak Bumi Nasional: o Pengaman cadangan BBM Nasional o Pengaman cadangan Minyak Bumi Nasional o Membeli Minyak Bumi dari dalam negeri & Impor . o Membangun Infrastruktur Pengolahan, Pengangkutan &
Penyimpanan BBM & Minyak Bumi o Menjual BBM di dalam negeri (kepada konsumen & Badan Usaha
Niaga) o Melakukan agregasi harga BBM Nasional
• BU/BUMD/Swasta/Koperasi dapat menjadi Badan Usaha Niaga Retail BBM membeli BBM dari Agregator.
27
Kelembagaan Hilir BBM & Minyak Bumi
Tata Kelola Minyak Bumi dan BBM
Impor BBM
Impor Crude
Kilang
Produksi Crude & Kondensat
Kegiatan Usaha Hulu
AGREGATOR
Badan Usaha
Penyangga
Badan Usaha Niaga Konsumen
Ekspor
BBM
Crude
BUMN
PEMERINTAH (c.q. KESDM)
Pembinaan, Pengawasan, Kebijakan dan Pengaturan Kegiatan Usaha Migas
Harga per segmentasi / per konsumen diatur/ditetapkan oleh Menteri
• Pemerintah membentuk Badan Regulator Hilir Gas Bumi
• Kegiatan Usaha Hilir Gas Bumi dilaksanakan dengan Izin Usaha Hilir / penunjukan dari Pemerintah.
• Pemerintah menunjuk BUMN sebagai Badan Usaha Penyangga Gas Bumi Nasional pada Wilayah Tertentu (Agregator).
• Tugas Badan Usaha Penyanggan Gas Bumi Nasional: o Pengaman cadangan Gas Bumi Nasional o Membeli Gas Bumi dari dalam negeri. o Membeli LNG dari dalam negeri & Impor . o Membangun Infrastruktur Gas Bumi o Menjual Gas Bumi di dalam negeri (kepada konsumen & Badan
Usaha Niaga) o Melakukan agregasi harga Gas Bumi pada wilayah usahanya.
• BU/BUMD/Swasta/Koperasi dapat menjadi Badan Usaha Niaga untuk Kawasan / Estate dengan Ijin Usaha dari Pemerintah (membeli gas dari Agregator)
29
Kelembagaan Hilir Gas Bumi
Tata Kelola Gas Bumi
A G R E G A T O R
IMPOR IMPOR
LNG & LPG
IMPOR KILANG
LNG & LPG
GAS PIPA GAS PIPA
FASILITAS
PRODUKSI
GAS
Listrik Listrik Lifting ($xx)
EKSPOR
BUMN
Listrik Listrik Pupuk ($yy)
Listrik Listrik Bahan baku ($zz)
Listrik Listrik Transportasi &
Rumah Tangga ($bb)
Konsumen 1
Konsumen 2
Konsumen …
Badan
Usaha
Niaga Gas
1
2
3
4
Listrik Listrik Listrik ($aa) 5
Listrik Listrik Industri Lainnya ($cc) 6
KEGIATAN USAHA PENUNJANG MIGAS
31
32
Kegiatan Usaha Penunjang Minyak & Gas Bumi
PEMERINTAH (c.q. KESDM)
Pembinaan, Pengawasan, Kebijakan dan Pengaturan Kegiatan Usaha Migas
USAHA PENUNJANG MIGAS BUMN, BUMD, KOPERASI, BADAN USAHA SWASTA, PERSEORANGAN
JASA PENUNJANG
• Jasa Konstruksi
• Jasa Non-Konstruksi
Industri Penunjang
• Industri Material
• Industri Peralatan
• Industri Pemanfaatan Migas
Peningkatan Kapasitas Nasional
• Usulan Petroleum Fund dengan menyisihkan prosentase tertentu dari penerimaan bagian negara sebelum masuk ke kas negara untuk dipergunakan kembali dalam pengembangan Migas Nasional
• Bonus wilayah untuk daerah penghasil
• Peningkatan peran daerah termasuk dalam kegiatan hilir misalnya pengawasan distribusi jenis BBM tertentu
• Diberikan ruang untuk mengatur mengenai jasa penunjang
• Peningkatan penyiapan SDM bidang Migas.
• Peningkatan kemampuan Litbang bidang Migas.
33
Lain-Lain
POIN – POIN RUU MIGAS
1. BAB I KETENTUAN UMUM
• Pengertian/Definisi
2. BAB II AZAS DAN TUJUAN
3. BAB III PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN
• Cakupan kegiatan usaha migas (hulu, hilir, dan penunjang)
4. BAB IV KEGIATAN USAHA HULU • Izin • Penetapan Wilayah Kerja • Kontrak Kerja Sama • Jangka waktu
5. BAB V KEGIATAN USAHA HILIR • Umum • Cadangan Strategis Minyak Bumi dan BBM
Nasional • Badan Usaha Penyangga • Pengelolaan gas bumi • Alokasi dan pemanfaatan gas bumi • Penetapan Rencana Induk Pengembangan
Infrastruktur Migas
6. BAB VI KETEKNIKAN DAN KESELAMATAN MINYAK DAN GAS BUMI
• Keselamatan minyak dan gas bumi
• Kaidah keteknikan pada kegiatan usaha minyak dan gas bumi
7. BAB VII PENINGKATAN KAPASITAS NASIONAL
• Pembinaan dan pengawasan usaha penunjang minyak dan gas bumi
8. BAB VIII PENERIMAAN NEGARA DAN INSENTIF
PENGUSAHAAN
9. BAB IX PENGGUNAAN LAHAN DALAM KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI
• Hak Atas Tanah
• Pemanfaatan Tanah
10. BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
11. BAB XI BUMN PELAKSANA KONTRAK KERJA SAMA DAN BADAN USAHA PENYANGGA
12. BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF
• Sanksi Hulu
• Sanksi Hilir
13. BAB XIII PENYIDIKAN
• PPNS
14. BAB XIV KETENTUAN PIDANA
• Bentuk pelanggaran
• Denda
15. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN
16. BAB XVI KETENTUAN LAIN
17. BAB XVII PENUTUP
www.migas.esdm.go.id