Bahan Diskusi P2 Reproduksi

13
1. Bagaimana Perubahan Hormon Selama Kehamilan ? Hormon Hormon Polipeptida Plasenta a. Gonadotropin Korion Manusia Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). hCG adalah suatu glikoprotein yang terdiri dari 237 asam amino. Pada minggu-minggu pertama kehamilan, kadar hCG meningkat dua kali lipat setiap 1,7- 2 hari, dan pengukuran serial akan memberikan suatu indeks yang peka untuk fungsi trofoblas. Kadar hCG plasma ibu akan memuncak sekitar 100.000 mIU/mL pada kehamilan sepuluh minggu dan kemudian lahan-lahan menurun hingga 10.000 mIU/mL pada trimester ketiga. b. Laktogen Plasenta Manusia Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu protein hipofisis, disebut laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin korion (hCS). PL adalah suatu protein yang tersusun dari sekitar 190 asam amino di mana srtuktur primer, sekunder dan tersier serupa dengan hormon pertumbuhan (GH) Produksi hPL secara kasar sebanding dengan massa plasenta. Laju produksi sesungguhnya dapat mencapai 1-1,5 g/hari dengan waktu paruhserum sekitar 15-30 menit. Hormon Hormon Steroid Plasenta

Transcript of Bahan Diskusi P2 Reproduksi

Page 1: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

1. Bagaimana Perubahan Hormon Selama Kehamilan ?

Hormon Hormon Polipeptida Plasenta

a. Gonadotropin Korion Manusia

Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang

dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). hCG adalah suatu glikoprotein yang

terdiri dari 237 asam amino. Pada minggu-minggu pertama kehamilan, kadar hCG

meningkat dua kali lipat setiap 1,7-2 hari, dan pengukuran serial akan memberikan

suatu indeks yang peka untuk fungsi trofoblas. Kadar hCG plasma ibu akan

memuncak sekitar 100.000 mIU/mL pada kehamilan sepuluh minggu dan kemudian

lahan-lahan menurun hingga 10.000 mIU/mL pada trimester ketiga.

b. Laktogen Plasenta Manusia

Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu protein

hipofisis, disebut laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin korion (hCS). PL

adalah suatu protein yang tersusun dari sekitar 190 asam amino di mana srtuktur

primer, sekunder dan tersier serupa dengan hormon pertumbuhan (GH) Produksi hPL

secara kasar sebanding dengan massa plasenta. Laju produksi sesungguhnya dapat

mencapai 1-1,5 g/hari dengan waktu paruhserum sekitar 15-30 menit.

Hormon Hormon Steroid Plasenta

c. Progesteron

Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk produksi

progesteron. Kadar progesteron plasma ibu meningkat progresif selama kehamilan

dan tampaknya tidak tergantung pada faktor-faktor yang normalnya mengatur sintesis

dan sekresi steroid. Progesteron perlu untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi

progesteron dari korpus luteum yang tidak mencukupi turut berperan dalam kegagalan

implantasi, dan defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan beberapa kasus infertilitas

dan keguguran berulang. Lebih jau,h progesteron juga berperanan dalam

mempertahankan keadaan miometrium yang relatif tenang. Progesteron juga dapat

Page 2: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

berperan sebagai obat imunosupresif pada beberapa sistem dan menghambat

penolakan jaringan perantara sel T

d. Estrogen

Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada prekursor-prekursor dalam

sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid janin taaupun ibu merupakan sumber-

sumber yang penting. Kebanyakan estrogen berasal dari androgen janin, terutama

dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA sulfat). DHEA sulfat janin terutama dihasilkan

oleh adrenal janin, kemudian diubah oleh sulfatase plasenta menjadi

dehidroepiandrosteron bebas (DHEA), dan selanjutnya melalui jalur-jalur enzimatik

yang lazim untuk jaringan-jaringan penghasil steroid, menjadi androstenedion dan

testosteron.

Kompartemen Maternal

Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan

Sebagai suatu "parasit" yang berhasil, unit janin-plasenta mampu memanipulasi

"pejamu" ibu untuk kepentingannya sendiri dan dapat menghindari terjadinya stres

yang berlebihan yang dapat mengganggu "pejamu", dan dengan itu mengganggu

"parasit" itu sendiri. Produksi polipeptida dan hormon-hormon steroid yang sangat

banyak oleh unit janin-plasenta secara langsung atau tidak langsung berakibat

adaptasi fisiologis dari hampir setiap sistem organ ibu.

Kelenjar Tiroid Ibu

Tiroid teraba membesar selama trimester pertama dan dapat didengarkan

adanya bruit. Bersihan iodida dari tiroid dan ambilan 131 I (secara klinis merupakan

kontra indikasi pada kehamilan) meningkat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar

disebabkan oleh meningkatnya bersihan iodida ginjal yang menyebabkan suatu

defisiensi iodium relatif. Sementara kadar tiroksin total dalam serum meningkat

akibat peningkatan globulin pengikat hormon tiroid (TBG), kadar tiroksin bebas dan

tri-iodotironin adalah normal.

Page 3: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

Pankreas Ibu

Kebutuhan nutrisi janin memerlukan beberapa perubahan dari kontrol

homeostatik metabolik ibu, dengan akibat perubahan-perubahan baik struktural

maupun fungsional dari pankreas ibu. Ukuran pulau-pulau pankreas bertambah, dan

sel-sel penghasil insulin mengalami hiperplasia. Kadar insulin basal lebih rendah atau

tidak berubah pada awal kehamilan, namun meningkat pada trimester kedua.

Sesudahnya kehamilan merupakan keadaan hiperinsulinemik yang resisten terhadap

efek metabolik perifer dari insulin. Peningkatan kadar insulin telah dibuktikan sebagai

akibat dar i peningkatan sekresi dan buka n karena berkurangnya bersihan.

Korteks Adrenal Ibu

Kadar kortisol plasma meningkat hingga tiga kali kadar tidak-hamil saat menjelang

trimester ketiga. Peningkatan terutama akibat pertambahan globulin pengikat

kortikosteroid (CBG) hingga dua kali lipat. Peningkatan kadar estrogen pada

kehamilan adalah yang bertanggung jawab atas peningkatan CBG, yang pada

gilirannya mampu mengurangi katabolisme kortisol di hati. Akibatnya adalah

peningkatan waktu paruh kortisol plasma hingga dua kalinya. Produksi kortisol oleh

zona fasikulata juga meningkat pada kehamilan. Dampak akhir dari perubahan-

perubahan ini adalah peningkatan kadar kortisol bebas dalam plasma, menjadi dua

kali lipat pada kehamilan lanjut. Kortisol plasma yang tinggi berperan dalam

terjadinya resistensi insulin pada kehamilan dan juga terhadap timbulnya striae,

namun tanda-tanda hiperkortisolisme lainnya tidak ditemukan pada kehamilan.

Adalah mungkin bahwa kadar progesteron yang tinggi berperan sebagai

suatuantagonis glukokortikoid dan mencegah efek-efek kortisol ini

Sumber :

1. Anwar, Ruswana. Endokrinologi kehamilan dan persalinan. Bandung, 2005

Disampaikan pada pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi bagian

Obstetri dan Ginekologi RSHS/FKUP Bandung, tanggal 08 Mei 2005.

2. Sherwood L. Fisiologi dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2011.

Page 4: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

Faktor Resiko Kehamilan diatas 35 Tahun ?

Usia ibu lebih dari 35 tahun

Risiko keguguran spontan meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah

usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia

lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau

abnormal.Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,

indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin

lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya

kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom.

Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu

faktor etiologi abortus. Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun

mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi

beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada

kemungkinan terjadinya beberapa risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.

Sumber :

1. Samsulhadi. Evaluasi standar pengobatan endometriosis dalam makalah

Simposium Endometriosis, KOGI XII, Yogyakarta, 4 – 9 Juli 2003.

2. Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :

EGC. 1998.

3. Chard T: Proteins of the human placenta: some general concepts. p. 6. In

Grudzinskas JG, Teisner BL, Sepala M [eds.] Pregnancy Proteins: Biology,

Chemistry and Clinical Application. Academic Press, San Diego (CA), 1982.

Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi ?

Kontrasepsi pil

Indikasi

Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah memiliki

anak, Ibu yang menyusui tapi tidak memberikan asi esklusif, ibu yang siklus

haid tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik.

Kontra indikasi

Page 5: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang hamil,

perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi, depresi

berat dan obesitas.

Kontrasepsi suntik

Indikasi

Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi, telah mempunyai anak,

ibu yang menyusui, ibu post partum, perokok, , nyeri haid yang hebat dan

ibu yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.

Kontra indikasi

Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil, perdarahan

yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker payudara dan ibu yang

menderita diabetes militus disertai komplikasi.

Kontrasepsi susuk (implant)

Indikasi

Indikasi kontrasepsi implant adalah wanita usia subur, wanita yang ingin

kontrasepsi jangka panjang, ibu yang menyusui, pasca keguguran

Kontra indikasi

Kontra indikasi kontrasepsi implant adalah ibu yang hamil, perdarahan yang

tidak diketahui penyebabnya, adanya penyakit hati yang berat, obesitas dan

depresi.

IUD

Indikasi

Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang menginginkan

kontrasepsi jangka panjang. Multigravida. Wanita yang mengalami kesulitan

menggunakan kontrasepsi lain.

Kontra Indikasi

Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang sedang

hamil. Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia. Perdarahan

vagina yang tidak diketahui. Wanita yang tidak dapat menggunakan

kontrasepsi IUD. Wanita yang menderita PMS. Wanita yang pernah

Page 6: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

menderita infeksi rahim. Wanita yang pernah mengalami pedarahan yang

hebat.

Tubektomi

Indikasi

Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak, wanita

yang tidak menginginkan anak lagi.

Kontra indikasi

Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu

pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan resiko

saat operasi.

Vasektomi

Indikasi

Indikasi vasektomi adalah pria usia subur, sudah mempunyai anak, tidak

menginginkan anak lagi.

Kontaindikasi

Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah urologi,

tiadak didukung oleh pasangan.

Sumber :

1. Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN,

Depkes. 2003.

2. Glasier, Anna. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.

2005.

3. Bruns, AA. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta :

Yayasan Essentia. 2000.

Proses perasalinan secara Pervaginam dan SC ?

Page 7: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

Kala Persalinan Normal

Proses persalinan terdiri dari empat kala. Pada kala I pembukaan serviks

sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala II adalah kala pengeluaran janin

karena uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin

keluar hingga lahir. Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Kala IV

mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.

Kala I (Kala pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar

(effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar

kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala

pembukaan dibagi atas dua fase, yaitu fase laten: dimana pembukaan serviks

berlangsung lambat sampai pembukaan 3cm berlangsung dalam 7-8 jam dan

fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas subfase yaitu periode

akselerasi yang berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm, periode dilatasi

maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9cm,

periode deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10cm atau lengkap.

Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih

lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah masuk ruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu

seperti rasa mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his

kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan

his mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan

janin.

Kala III.

Page 8: Bahan Diskusi P2 Reproduksi

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba

keras dengan fundus uteri setinggi pusar, dan berisi plasenta yang menjadi

tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan

pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong

ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau denagn sedikit dorongan dari atas

simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah

kirakira 100-200 cc.

Kala IV.

Kala empat adalah kala pengawasan selam satu jam setelah bayi dan

uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan

postpartum. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV meliputi tingkat

kesadaran penderita, pemeriksaan tanda - tanda vital ; tekanan darah, nadi, dan

pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap

masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Sumber :

1. Achmad. (2008). Asuhan kebidanan Ibu hamil. Jakarta : EGC.

2. Bandiyah, S. (2009). Kehamilan persalinan dan gangguan kehamilan. : Nuha

Medika.

3. Manuaba, I.B.G. (2001). Konsep obstetri dan ginekologi Indonesia. Jakarta :

EGC.

Persalinan sectio caesaria ( SC )

Merupakan proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen

(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(William, 2001) Istilah sectio

caesaria berasal dari perkataan Latin caederayang artinya memotong. Pengertian

ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law

(Lex Caesarea) yaitu undang – undang yang menghendaki supaya janin dalam

kandungan ibu – ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim.

Page 9: Bahan Diskusi P2 Reproduksi