Wisnu p2 Neuro

150
PEMICU 2 NEURO WISNU

description

wwwwww

Transcript of Wisnu p2 Neuro

Page 1: Wisnu p2 Neuro

PEMICU 2 NEURO

WISNU

Page 2: Wisnu p2 Neuro

KONSEP GANGGUAN JIWA

1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :- Sindrom atau pola perilaku- Sindrom atau pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas kehidupan sehari – hari yang biasa dan diperlakukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll)

Page 3: Wisnu p2 Neuro

Diagnosa ANAMNESIS

•Fisik•Status mental•Laboratrium

•Radiologi•Evalusi psikologik•dll

•Alasan berobat•Riwayat gangguan sekarang•Riwayat gangguan terdahulu

•Riwayat perkembangan dri•Latar belakang sosial, keluarga,dll

PEMERIKSAAN

DIAGNOSIS

TERAPI

TNDAK LANJUT•Evaluasi terapi•Evaluasi diagnosis

•dll

•Farmakoterapi•Psikoterapi•Terapi sosial

•Terapi okupasional•dll

AKSISI=klinisII=kepribadian

III=kondisi medikIV=psiko-sosialV=taraf fungsi

Page 4: Wisnu p2 Neuro

Multiaxial Assessment

Page 5: Wisnu p2 Neuro

Diagnosis MultiaksialAksis I

– Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99)

– Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis– (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R69)

Aksis II– Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive,

mekanisme defensi maladaptif)– Retardasi Mental (F70-79)– (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R46.8)

Aksis III Kondisi Medik UmumAksis IV

– Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)

Page 6: Wisnu p2 Neuro

Diagnosis MultiaksialAksis VPenilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalAh harian biasa80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum baik60-51 gejala dan disabilitas sedang50-41 gejala dan disabilitas berat40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas

berat dalam beberapa fungsi30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam

hampir semua bidang20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan

mengurus diri10-01 persisten dan lebih serius0 informasi tidak adekuat

Page 7: Wisnu p2 Neuro
Page 8: Wisnu p2 Neuro
Page 9: Wisnu p2 Neuro
Page 10: Wisnu p2 Neuro
Page 11: Wisnu p2 Neuro

Tingkat Gangguan Kejiwaan• F 00 – F 09 : Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental

simtomatik

• F 10 – F19 : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

psikoaktif

• F 20 – F29 : Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham

• F 30 – F39 : Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)

• F 40 – F48 : Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan

gangguan yang berkaitan dengan stres

Page 12: Wisnu p2 Neuro

• F50 – F59 : Sindrom perilaku yang berhubungan dengan

gangguan fisiologis dan faktor fisik

• F60 – F69 : Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

• F70 – F79 : Retardasi mental

• F80 – F89 : Gangguan perkembangan psikologis

• F90 – F98 : Gangguan perilaku dan emosional dengan onset

biasanya pada masa kanak dan remaja

• F99 : Gangguan jiwa YTT

Tingkat Gangguan Kejiwaan

Page 13: Wisnu p2 Neuro

F20 – F29Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham

• F20 SkizofreniaF20.0 Skizofrenia paranoidF20.1 Skizofrenia hebefrenikF20.2 Skizofrenia katatonikF20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)F20.4 Depresi pasca-skizofreniaF20.5 Skizofrenia residualF20.6 Skizofrenia kompleksF20.8 Skizofrenia lainnyaF20.9 Skizofrenia YTT

Page 14: Wisnu p2 Neuro

Karakter kelima dapat digunakan untuk mengklasifikasi perjalanan penyakit:.x0 Berkelanjutan.x1 Episodik dengan kemunduran progresif.x2 Episodik dengan kemunduran stabil.x3 Episodik berulang.x4 Remisi tak sempurna.x5 Remisi sempurna.x8 Lainnya.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

• F21 Gangguan skizotipal

• F22 Gangguan waham menetapF22.0 Gangguan wahamF22.8 Gangguan waham menetap lainnyaF22.9 Gangguan waham menetap YTT

Page 15: Wisnu p2 Neuro

• F23 Gangguan psikotik akut dan sementaraF23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofreniaF23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan

gejala skizofreniaF23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akutF23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan

predominan wahamF23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnyaF23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya stres akut yang terkait:

.x0 Tanpa stres akut yang terkait

.x1 Dengan stres akut yang terkait

Page 16: Wisnu p2 Neuro

• F24 Gangguan waham terinduksi

• F25 Gangguan skizoafektifF25.0 Gangguan skizoafektif tipe manikF25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresifF25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuranF25.8 Gangguan skizoafektif lainnyaF25.9 Gangguan skizoafektif YTT

• F28 Gangguan psikotik nonorganik lainnya

• F29 Psikosis nonorganik YTT

Page 17: Wisnu p2 Neuro

Gangguan Psikotik

• Gangguan psikotik adalah sekelompok penyakit serius yang mempengaruhi pikiran.

Page 18: Wisnu p2 Neuro

Gangguan PsikotikPada kondisi psikotik, proses berfikir dapat berubah menjadi aneh (distorsi), yang terkait dengan terjadinya gangguan pada:

bentuk pikiran gangguan pada arus pikiran gangguan pada isi pikiran

Page 19: Wisnu p2 Neuro

• Skizofrenia perubahan dalam perilaku dan gejala lain - seperti delusi dan halusinasi – berlangsung > 6 bulan, dengan penurunan dalam pekerjaan, sekolah dan fungsi sosial

• Schizoafektif memiliki gejala dari skizofrenia dan gangguan mood, seperti depresi atau gangguan bipolar

• Schizophreniform memiliki gejala skizofrenia, namun gejalanya berlangsung 1-6 bulan

Jenis Gangguan Psikotik

Page 20: Wisnu p2 Neuro

• Psikotik Singkat periode pendek perilaku psikotik, sering sebagai tanggapan atas peristiwa yang sangat menegangkan, seperti kematian dalam keluarga. Pemulihan biasanya < 1 bulan

• Delusional bertahan 1 bulan keyakinan palsu yang tertanam dan jelas tidak didasarkan pada realitas dan tidak konsisten dengan budaya percaya atau tingkat orang-orang 'kecerdasan dan pengalaman hidup

Jenis Gangguan Psikotik

Page 21: Wisnu p2 Neuro

Jenis Gangguan Psikotik• Psikotik bersama

terjadi ketika seseorang mengembangkan khayalan dalam konteks hubungan dengan orang lain, yang sudah memiliki delusi sendiri

• Zat induced gangguan psikotik disebabkan oleh penggunaan dari beberapa zat, seperti alkohol dan kokain halusinasi, delusi atau kebingungan

• Gangguan psikotik karena kondisi medis hasil dari penyakit lain yang mempengaruhi fungsi otak, seperti cedera kepala atau tumor otak

• Paraphrenia jenis skizofrenia yg terjadi pada lanjut usia

Page 22: Wisnu p2 Neuro

GANGGUAN PSIKOTIK

GANGGUAN PSIKOTIK

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

GANGGUAN PSIKOTIK

FUNGSIONAL

GANGGUAN PSIKOTIK

FUNGSIONAL

• Delerium

• Dementia

•Sindroma Amnestik dan halusinosis organik

•Sindroma waham organik

•Sindroma afektif organik

•Sindroma Kepribadian organik

•Intoksikasi dan Sindroma Putus Zat

• Skizofrenia

• gangguan skizotipal

•Gangguan waham

KLASIFIKASI

Page 23: Wisnu p2 Neuro

Jenis-Jenis Gangguan Psikotik • Skizofrenia

– Tipe disorganisasi –Tipe katatonik – Tipe paranoid– Tipe residual – Tipe yang tidak terdiferensiasi

• Gangguan skizofreniform • Gangguan psikotik singkat • Gangguan skizoafektif

• Gangguan psikotik bersama• Gangguan waham• Gangguan psikotik akibat

kondisi medis • Gangguan psikotik akibat

zat • Gangguan psikotik yang

tidak dapat diklasifikasikan

Page 24: Wisnu p2 Neuro

Gambaran Umum Gangguan Psikotik

• Pasien mengalami gangguan penilaian realita yang berat disertai disabilitas kognitif dan emosi

• Pasien sering berbicara dan berprilaku aneh, mengalami halusinasi dan waham

• Pasien sering mengalami kebingungan dandisorientasi serta tidak menyadaripenyakitnya

Page 25: Wisnu p2 Neuro

Perbedaan antara Psikosa dan Skizofrenia

• Gangguan tdpt pd afek dan emosi

• Tdk tdpt disharmoni• Ssdh serangan tjd

kesembuhan total, t.u pd tipe manik-depresif

• Gnggn pd proses berpikir • Disharmoni pd jiwa yg

nyata pd proses berpikir, afek emosi, psikomotor dan kemauan tdk seimbang

• Ssdh serangan menimbulkan cacat dan timbul gejala deteriorasi mental

Psikosa Skizofrenia

Page 26: Wisnu p2 Neuro

Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Page 27: Wisnu p2 Neuro

Definisi

Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang :• Onsetnya akut ( 2 minggu)• Sindrom polimorfik• Ada stresor yang jelas• Tidak memenuhi kriteria episode manik

atau depresif• Tidak ada penyebab organik

Page 28: Wisnu p2 Neuro

Gambaran Utama Perilaku• Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya• Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal• Kebingungan atau disorientasi• Perubahan perilaku• Halusinasi• Delusi• Kebingungan atau disorientasi• Perilaku aneh• Bicara yg tidak jelas• Kehilangan minat pada aktifitas• Bermasalah dalam skolah, pekerjaan, dan hubungan• Kehilangan kemampuan untuk berekspresi• Mood berubah-rubah : depresi, manik

Page 29: Wisnu p2 Neuro

Pedoman Diagnostik • Menggunakan urutan diagnostik yang mencerminkan urutan

prioritas yang diberikan untuk ciri2 utama terpilih dr gangguan ini

• Urutan prioritas yang dipakai adalah:a) Onset yang akut(< 2 minggu) sebagai ciri khas yang

menentukan seluruh kelompokb) Adanya sindrom yang khas (berupa ‘polimorfik’= beraneka-

ragam dan berubah cepat, atau ‘schizophrenia-like’= gejal skizofren yang khas)

c) Adanya stres akut yang berkaitan(tidak selalu ada). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini

d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan belangsung

Page 30: Wisnu p2 Neuro

F 23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut Tanpa Gejala Skizofrenia

Pedoman diagnostik, harus memenuhi:a) Onset harus akut (< 2 minggu)b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang

berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama

c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya

d) Walaupun gejal beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode depresif

Page 31: Wisnu p2 Neuro

F 23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia

Pedoman diagnostik:• Memenuhi kriteria (a),(b),(c) diatas yang khas untuk

gangguan psikotik polimorfik akut• Disertai gejala2 yang memenuhi kriteria unutk

diagnostik skizofrenia yang harus sudah ada unutk sebagian waktu sejak munculnya gambaran klinik psikotik itu secara jelas

• Apabila gejala2 skizofrenia menetap >1 bulan, maka diagnostik harus diubah menjadi skizofrenia

Page 32: Wisnu p2 Neuro

F 23.2 Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut

Pedoman diagnostik, harus memenuhi:Onset gejal psikotik harus akut(< 2 minggu)Gejala2 yang memenuhi ktriteria unutk skizofrenia

harus sudah ada unutk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik

Kriteria untuk pikosis polimorfik akut tidak terpenuhi• Apabila gejala2 skizofrenia menetap > 1 bulan, diagnostik

harus diubah menjadi skizofrenia (F20-)

Diagnosa banding: - gangguan waham organik(F06.2) - gangguan skizofrenia lainnya(F20.8)

Page 33: Wisnu p2 Neuro

F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham

Pedoman diagnostik:• Untuk diagnosa pasti, harus memenuhi

a) Onset gejala harus akut(< 2 minggu)b) Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian

besar waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas

c) Baik kriteria untuk skizofrenia maupun untuk gangguan psikotik polimorfik akut tidak terpenuhi

• Kalau waham2 menetap > 3 bulan, maka diagnostik harus diubah menjadi Gangguan Waham Menetap(F22-).apabila hanya halusinasi yang menetap >3 bulan, maka diagnostik harus diubah menjadi Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya(F28)

Page 34: Wisnu p2 Neuro

F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya

• Gangguan psikotik akut lain tidak dapat diklasifikasikan kedalam kategori manapun dalam F23

Page 35: Wisnu p2 Neuro

Diagnosis

• Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan, misalnya: mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)

• Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)

• Agitasi atau perilaku aneh (bizar)• Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)• Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

Page 36: Wisnu p2 Neuro

Diagnosa Banding• Epilepsi• Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol• Febris karena infeksi• Demensia dan delirium atau keduanya • Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan

skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain• Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi,

percepatan bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak

• Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi

Page 37: Wisnu p2 Neuro

Penatalaksanaan

• Mengurangi stres dan stimulasi:– Jangan mendebat pikiran psikotik– Hindari konfrontasi dan kritik, kecuali hal itu perlu

untuk mencegah perilaku yang membahayakan• Agitasi yang membahayakan penderita dan keluarga

atau masyarakat memerlukan hospitalisasi atau pengamanan

Page 38: Wisnu p2 Neuro

Penatalaksanaan

1. Indikasi rawat nginap– Pemeriksaan dan perlindungan pada pasien.

2. Farmakoterapi– Obat utama Antipsikotik (Haloperidol) dan

Benzodiazepin.– Tidak dianjurkan terapi jangka panjang

3. Psikoterapi– Psikoterapi individual, kelompok, dan keluarga– Mengatasi stresor dan episode psikotik– Mengembalikan harga diri dan kepercayaan

Page 39: Wisnu p2 Neuro

• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson

• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker

• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)

Penatalaksanaan

Page 40: Wisnu p2 Neuro

Medikasi• Pemberian antipsikotik akan mengurangi gejala psikotik– Haloperidol 2 – 5 mg, sampai 3 kali sehari– Klorpromazin 100 – 200 mg, sampai 3 kali sehari

• Gunakan dosis terendah yang dapat mengatasi gejala• Obat antianxietas dapat digunakan bersama dengan

antipsikotik untuk mengontrol agitasi akut– Lorazepam 1 – 2 mg, sampai 4 kali sehari

• Lanjutkan pemberian antipsikotik setidaknya sampai 3 bulan setelah gejala mereda.

• Monitor efek samping pengobatan

Page 41: Wisnu p2 Neuro

SKIZOFRENIA

Page 42: Wisnu p2 Neuro

Satu nama umum untuk sekelompok reaksi psikotis, dicirikan dengan pengunduran atau pengurungan diri, gangguan pada kehidupan emosional dan afektif, dan bergantung pada tipe dan adanya halusinasi, delusi, tingkah lagu negativistis, dan kemunduran atau kerusakan yang progresif

Kamus psikologi J.P. Chaplin

Gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan dan termasuk minimal 1 bulan gejala fase aktif ( dua atau lebih dari : delusi, halusinasi, bicara kacau, tingkah laku katatonik, gejala negatif)

DSM IV

DEFINISI

Page 43: Wisnu p2 Neuro

• Prevalensi 1 %• Puncak onset : – Pria : 15-25 th– Wanita : 25 – 35 th

• Gejala negatif : pria > wanita• Fungsi sosial memburuk : pria > wanita• Lebih sering lahir pada musim dingin dan awal semi• 50 % pernah mencoba bunuh diri, dan 10 % meninggal• Lebih banyak pada sosial ekonomi lemah, dan penduduk

perkotaan.

EPIDEMIOLOGI

Page 44: Wisnu p2 Neuro

Faktor resiko

• Riwayat dalam keluarga• Perilaku premorbid yg ditandai dengan

kecurigaan, eksentrik, penarikan diri dan impulsivitas

• Stress lingkungan

Page 45: Wisnu p2 Neuro

TEORI2 SKIZOFRENIA• Emil Kraepelin• Eugen Bleuler • Adolf Meyer• Harry Stack Sullivan• Ernst Kretschmer • Gabriel Langfeldt• Kurt Schenider• Karl Jasper

Page 46: Wisnu p2 Neuro

Teori-Teori Mengenai Skizofrenia

• Emil Kraepelin (1856 – 1926)– Demensia prekoks suatu istilah yang

menekankan suatu proses kognitif yang jelas (demensia) dan onset yang awal (prekoks) / terjadi kemunduran inteligensi sebelum waktunya.

– Pasien dengan demensia prekoks mengalami perjalanan jangka panjang yang memburuk dan gejala klinis umum berupa halusinasi dan waham.

Page 47: Wisnu p2 Neuro

Teori-Teori Mengenai Skizofrenia

– Kraepelin lebih lanjut membedakan pasien dengan demensia prekoks dari pasien dengan psikosis manik-depresif atau paranoia.• Pasien dengan psikosis manik-depresif dibedakan dari

pasien dengan demensia prekoks dengan adanya episode penyakit yang jelas yang dipisahkan oleh periode fungsi normal.

• Pasien dengan paranoia mempunyai waham persekutorik yang persisten sebagai gejala utamanya tetapi tidak mempunyai perjalanan demensia prekoks yang memburuk atau gejala psikosis manik-depresif yang intermiten.

Page 48: Wisnu p2 Neuro

Teori-Teori Mengenai Skizofrenia

• Eugen Bleuer (1857 – 1939)– Dalam tahun 1911 Bleuer menganjurkan supaya lebih baik dipakai

istilah “skizofrenia” (schizos = pecah-belah atau bercabang; phren = jiwa) jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan / disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan.

– Demensia dalam demensia prekoks tidak dapat disamakan dengan demensia pada gangguan otak organik atau gangguan inteligensi pada retardasi mental dan pada skizofrenia perjalanannya tidak harus memburuk pada skizofrenia tidak terdapat demensia.

– Gejala fundamental Empat A: gangguan asosiasi, afektif, autisme, dan ambivalensi.

– Gejala pelengkap (sekunder) halusinasi & waham

Page 49: Wisnu p2 Neuro

Teori-Teori Mengenai Skizofrenia

– Bleuer membagi gejala-gejala skizofrenia menjadi dua kelompok:• Gejala-gejala primer:

– Gangguan proses berpikir– Gangguan emosi– Gangguan kemauan– Otisme

• Gejala-gejala sekunder:– Waham– Halusinasi– Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain

Page 50: Wisnu p2 Neuro

Teori-Teori Mengenai Skizofrenia

• Adolf Meyer – Skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah

reaksi terhadap berbagai stres kehidupan, yang dinamakannya sindroma suatu reaksi skizofrenik.

• Harry Stack Sullivan– Pendiri bidang psikoanalitik internasional.– Menekankan isolasi sosial sebagai penyebab dan

gejala skizofrenia.

Page 51: Wisnu p2 Neuro

Teori-Teori Mengenai Skizofrenia

• Gabriel Langfeldt– Membagi pasien dengan gejala psikotik berat menjadi dua

kelompok: skizofrenia sesungguhnya & psikosis skizofreniform.– Skizofrenia sesungguhnya depersonalisasi, autisme,

penumpulan emosi, onset yg perlahan, dan perasaan derealisasi• Kurt Schneider

– Menggambarkan sejumlah gejala urutan pertama yang dianggap tidak spesifik untuk skizofrenia tetapi mempunyai nilai pragmatik dalam membuat diagnostik, juga dapat didiagnosis semata-mata atas dasar gejala urutan kedua dan gambaran klinis yang tipikal lainnya.

Page 52: Wisnu p2 Neuro

Epidemiologi 1. Usia dan jenis kelamin 2. Musim kelahiran 3. Angka reproduksi 4. Bunuh diri 5. Hubungan dengan penggunaan dan

penyalahgunaan zat6. Kepadatan populasi7. Pertimbangan kultural dan sosioekonomi

Page 53: Wisnu p2 Neuro

1. USIA DAN JENIS KELAMIN• ♂ mempunyai onset lebih awal daripada ♀• Usia puncak onset :

– ♂ : 15 – 25 tahun– ♀ : 25 – 35 tahun

• ♂ > ♀ untuk terganggu oleh gejala negatif, ♀ lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada ♂

2. MUSIM KELAHIRAN• Musim dingin, awal musim semi > akhir musim

semi, musim panas• Bumi utara : bulan Januari – April• Bumi selatan : bulan Juli – September

Page 54: Wisnu p2 Neuro

Psikopatologi

• Ada gejala klinis yg bermakna– Pola perilaku– Pola psikologik– Pola perasaan (mood)

• Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (tidak nyaman, tidak tentram,terganggu,dll)

• Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas dalam aktivitas sehari2 dan diperlukan perwatan diri dan kelangsungan hidup

Page 55: Wisnu p2 Neuro

Teori tentang etiologi skizofrenia yang banyak dianut adalah :

– Genetik• Dapat dipastkikan bahwa ada faktor genetik yang turut

menentukan timbulnya skizofrenia• Hal ini dibuktikan dengan penelitian keluarga-keluarga

penderita skizofrenia,terutama anak kembar.• Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk

mendapatkan skizofrenia melalui gen yang resesig.

– Hipotesa dopamin• Skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada jaras dopamin

mesolimbik.• Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin,yang kerjanya

meningkatkan pelepasan dopamin,dapat menginduksi psikosi yang mirip skizofrenia,dan obat antipsikotik bekerja dengan mengeblok reseptor dopamin,terutama reseptor D2.

Page 56: Wisnu p2 Neuro

– Hipotesis perkembangan saraf• Studi autopsi dan pencitraan otak memperlihatkan

abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia,anatara lain :– Berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% dari normal dan ukuran

anterior posterior yang 4% lebih oendek– Pemebesaran ventrikel otak yang nonspesifik– Gangguan metabolisme di daerah frontal dan temporal– Kelainan susunans seluler pada struktur saraf di beberapa daerah

kortex dan subkoretx tanpa adanya glosis yang menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat perkembangan.

– Studi neuropsikiatri mengungkapkan : defisit di bidang atensi, pemilahan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia

Page 57: Wisnu p2 Neuro

– MODEL DIATESIS-STRES• Satu model untuk intergasi faktor biologis dan faktor

psikososial dan lingkungan• Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin

memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh llingkungan yang menimbulkan stres,memungkinkan perkembangan skizofrenia

• Yang paling umum diatesis atau stres dapat biologis/lingkungan

• Dasar biologis untuk suatu diatesis dibentuk lebih lanjut oleh pengaruh epigenetik

Page 58: Wisnu p2 Neuro

• Faktor biologis – Penyebab skizofrenia umumnya tidak diketahui – Integrasi teori biologis • Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah

struktur limbik, lobus frontalis, ganglia basalis • Dari hasil penelitian pada kembar yang tidak sama-sama

menderita skizofrenia, didapatkan kembar yang memiliki skizofrenia mempunyai peningkatan aliran darah yang lebih kecil dari korteks frontalis dorsolateral saat melakukan prosedur aktivasi=psikologis

Page 59: Wisnu p2 Neuro

– Hipotesis dopamin • Skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas

dopaminergik

– Neurotransmitter lainnya • Serotonin

– Antagonisme pada reseptor serotonin tipe 2 penting untuk menurunkan gejala psikotik dan menurunkan perkembangan gangguan gerakan berhubungan dengan antagonnisme D2

• Norepinefrin – Sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dalam

cara tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik mempredisposisikan pasien untuk sering relaps

• Asam amino (GABA)– Beberapa pasien skizofrenia, mengalami kehilangan neuron

GABA dalam hipokampusnya

Page 60: Wisnu p2 Neuro

– Neuropatologi• Sistem limbik – Adanya suatu penurunan ukuran daerah amigdala,

hipokampus, girus parahipokampus • Ganglia basalis– Ganglia basalis terlibat dalam pergerakan, dengan

demikian patologi pada ganglia basalis ini dihubungan dengan patofisiologi dengan skizofrenia – Ganglia basalis timbal balik dengan lobus frontalis,

sehingga meningkatkan kemungkinan kelainan pada lobus frontalis yang terlihat pada beberapa pemeriksaan disebabkan oleh lesi patologi didalam ganglia basalis

Page 61: Wisnu p2 Neuro

– Psikoneuroimunologi• Sejumlah kelainan imun telah dihubungan dengan pasien

skizofrenia • Penurunan produksi IL-2 sel T, penurunan jumlah dan responsivitas

limfosit perifer, kelainan pada reaktivitas seluler, dan humoral terhadap neuron dan adanya antibodi yang diarahkan ke otak

– Psikoneuroendokrinologi • Banyak penelitian menggambarkan perbedaan neuroendokrin

antara kelompok skizofrenia dengan kelompok normal• Contohnya, tes supresi dexametason abnormal pada sekelompok

pasien skizofrenia, penurunan konsentrasi LH/FSH kemungkinan dihubungan dengan onset usia dan lamanya penyakit

• Penumpulan pelepasan prolaktin dan hormon pertumbuhan terhadap stimulasi GnRH/TRH dan penumpulan pelepasan hormon pertumbuhan terhadap stimulasi apomorphine yang dikorelasikan dengan adanya gejala negatif

Page 62: Wisnu p2 Neuro

• Faktor psikososial – Teori tentang pasien individual

• Teori psikoanalitik – Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

fiksasi perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan neurosis.

– Pandangan psikoanalisis umum tentang skizofrenia menhipotesiskan bahwa defek ego mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian dorongan-dorongan dari dalam (inner drives), seperti seks dan agresi.

– Gangguan terjadi sebagai akibat dari penyimpangan dalam hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya.

– Orang skizofrenia tidak pernah mencapai ketetapan objek, yang ditandai oleh suatu perasaan identitas yang pasti dan yang disebabkan oleh perlekatan erat dengan ibunya selama masih bayi.

Page 63: Wisnu p2 Neuro

• Teori psikodinamika– Pandangan psikodinamika tentang skizofrenia , mereka cenderung

menganggap hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan secara konstitusional sebagai suatu defisit.

– Suatu penelitian menyatakan bahwa pasien dengan skizofrenia adalah sulit untuk menyaring berbagai stimuli dan untuk memusatkan pada suatu data pada suatu waktu.

– Defek pada barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan tiap fase perkembangan selama masa anak-anak dan menempatkan stress tertentu pada hubungan interpersonal

• Teori belajar – Hubungan interpersonal yang buruk dari orang skizofrenia,

menrut teori ini, juga berkembang karena dipelajarinya model yang buruk selama masa anak-anak

– Teori sosial • Industrialisasi dan urbanisasi terlibat dalam skizofrenia • Stress dianggap menimbulkan efek utama

Page 64: Wisnu p2 Neuro

– Teori tentang keluarga • Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu

perkembangan disfungsi keluarga. • Gregory Bateson (Konsep ikatan ganda) untuk

menggambarkan suatu keluarga dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari orangtuanya tentang prilaku, sikap, dan perasaan anak. • Di dalam hipotesis tersebut anak menarik diri kedalam

psikostik mereka sendiri untuk meloloskan dari kebingungan ikatan ganda yang tidak dapat dipecahkan

• Genetik – Potensi genetik mungkin kuat, mungkin lemah tergantung

pada lingkungan individu tersebut

Page 65: Wisnu p2 Neuro

Teori tentang keluargaIkatan ganda Dirumuskan oleh Gregory Bateson, menggambarkan

suatu keluarga hipotetik dimana anak2 mendapatkan pesan yang bertentangan dari orang tua tentang perilaku, sikap, dan persaan anak.Anak2 menarik diri ke dalam psikotik mereka sendiri untuk meloloskan dari kebingungan ikatan ganda yang tidak dapat dipcahkan

Keretakan dan kecenderungan keluarga

Theodore Lidz, menggambarkan dua perilaku keluarga yang abnormal

Keluarga yang saling mendukung secara semu dan bermusuhan semu

Lyman Wynne, menggambarkan keluarga dimana ekspresi emosional ditekan oleh pemakaian konsisten komunikasi verbal yang saling mendukung secara semu atau bermusuhan secara semu

Emosi yang diekspresikan

Biasanya didefinisikan sebagai kecaman, permusuhan dan keterlibatan yang berlebihan yang dapat menandai perilaku orang tua atau pengasuh lain terhadap orang skizofrenia

Page 66: Wisnu p2 Neuro

3 Fase

Perjalanan Penyakit

Page 67: Wisnu p2 Neuro

1. Fase prodormal

• Gejala-gejala yang mendahului onset gejala2 psikotik.

• Belangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

• Contoh:– Kehilangan minat dalam bekerja– Kehilangan minat dalam aktivitas sosial– Penelantaran penampilan pribadi dan perawatan diri– Kecemasan yang menyeluruh serta depresi– Preokupasi yang berderajat ringan.

Page 68: Wisnu p2 Neuro

2. Fase aktif• Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi

jelas seperti :–tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,

halusinasi disertai gangguan afek.

3. Fase residualFase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang.

Page 69: Wisnu p2 Neuro

GEJALA PRIMER(Bleuler, 1857-1938)

1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran)– Terutama asosiasi– Terdapat pergantian maksud– Sering digunakan arti simbolik– Terdapat inkoherensi– Kecenderungan menyamakan hal-hal– Kadang terdapat blocking (pikiran terhenti) beberapa

lama– Kadang terdapat pressure of thoughts (ide2 yg tidak

dikehendaki)

Page 70: Wisnu p2 Neuro

GEJALA PRIMER(Bleuler, 1857-1938)

2. Gangguan afek dan emosi– Kedangkalan afek dan emosi (acuh tak acuh, perasaan

halus menghilang)– Parathimi (apa yang seharusnya menimbulkan rasa

senang malah menimbulkan rasa sedih)– Paramimi (penderita merasa senang tetapi ia menangis)– Kadang-kadang antara emosi dan afek serta ekspresinya

tidak sesuai– Emosi yang berlebihan, terlihat seperti dibuat-buat– Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan

emosi yang baik– Ambivalensi pada afek

Page 71: Wisnu p2 Neuro

GEJALA PRIMER(Bleuler, 1857-1938)

3. Gangguan kemauan– Kelemahan kemauan– Tidak dapat mengambil keputusan– Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan– Kadang penderita dapat melamun selama

berhari-hari– Negativisme– Ambivalensi kemauan– Otisme

Page 72: Wisnu p2 Neuro

GEJALA SEKUNDER(Bleuler, 1857-1938)

1. Waham– Sering tidak logis dan aneh– Menurut pasien, wahamnya merupakan fakta– Pasien tidak mengubah sikapnya yang mungkin

bertentangan dengan wahamnya– Mayer-Gross, membagi waham mjd 2:• Waham primer: timbul secara tidak logis sama sekali,

tanpa penyebab eksternal• Waham sekunder: biasanya logis

– Waham dinamakan menurut isinya

Page 73: Wisnu p2 Neuro

GEJALA SEKUNDER(Bleuler, 1857-1938)

2. Halusinasi– Timbul tanpa penurunan kesadaran– Sering: halusinasi pendengaran dalam bentuk

suara-suara manusia, bunyi barang-barang, atau siulan

– Jarang: halusinasi penciuman, halusinasi citarasa, halusinasi singgungan, halusinasi visual (lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dgn sindroma otak organik)

Page 74: Wisnu p2 Neuro

GEJALA SEKUNDER(Bleuler, 1857-1938)

3. Gejala psikomotor / gejala katatonik / gangguan perbuatan– Gerakan kaku– Pada penderita stupor tidak ada pergerakan sama sekali– Mutisme, dapat disebaban oleh waham (sesuatu yang

melarangnya bicara), negativistik, atau hubungan dengan dunia luar sudah hilang

– Tidak jarang tdp hiperkinesia– Terus menerus berbicara (logorea)– Kadang penderita membuat kata-kata baru (neologisme)– Stereotipi– Manerisme– Katalepsi– Negativisme X otomatisme

Page 75: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia Gejalaa. “Thought echo”, “thought insertion atau withdrawal” dan “thought

broadcasting”.– Thought echo Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan. Walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda.

– Thought insertion atau withdrawal Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil ke luar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)

– Thought broadcasting isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus, persepsi delusional.

c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan “manusia super” (misalnya mampu mengendalian cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain)

Page 76: Wisnu p2 Neuro

Skizofreniae. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala “negatif” seperti apatis, pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial

Page 77: Wisnu p2 Neuro

PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Harus ada sedikitnya 1 gejala tsb diatas yg amat jelas (dan biasanya 2 gejala / lebih bila gejala tsb krg jelas) dr gejala yg termasuk slh 1 dr kelompok gejala a-d ATAU plg sedikit 2 gejala dr e-h yg hrs selalu ada scr jelas dlm kurun waktu 1 bln / >.

• Harus ada perubahan yg konsisten dan bermakna dlm mutu keseluruhan / bbrp aspek perilaku pribadi hilangnya minat, hidup tdk bertujuan, tdk berbuat sesuatu, sikap larut dlm diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.

Page 78: Wisnu p2 Neuro
Page 79: Wisnu p2 Neuro

PENAMPILAN DAN PERILAKU UMUMTidak ada penampilan atau perilaku yang khas pada skizofrenia

GANGGUAN PEMBICARAAN• Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat

pada proses pikiran,yaitu asosiasi• Asosiasi longgar : tidak adanya hubungan antaride.

Kalimat-kalimatnya tidak berhubungan• Inkoherensi• Asosiasi bunyi• Neologisme : membentuk kata baru untuk

menyatakan arti yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri

• Mutisme

Page 80: Wisnu p2 Neuro

GANGGUAN PERILAKU• Gejala katatonik

• Stupor• Gaduh gelisah• Fleksibilitas serea

• Katalepsi• Stereotipi• Manerisme• Negativisme

• Otomatisme komando• Ekholalia• Ekhopraxia GANGGUAN AFEK

• Kedangkalan respon emosi• Parathimi• Paramimi

• Sensitivitas emosi

Page 81: Wisnu p2 Neuro

GANGGUAN PERSEPSIHalusinasi :• Penciuman• Pengecapan• Rabaan

• Penglihatan

GANGGUAN WAHAM• Waham primer :

timbul secara tidak logis sama sekali,tanpa penyebab dari luar

• Waham sekunder : logis,dapat diikuti Waham kebesaranWaham nihilistikWaham kejaranWaham sindiranWaham dosa

dsb

Page 82: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia Klasifikasi1. Skizofrenia paranoid2. Skizofrenia hebefrenik3. Skizofrenia katatonik4. Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)5. Depresi pasca-skizofrenia6. Skizofrenia residual7. Skizofrenia simpleks8. Skizofrenia lainnya9. Skizofrenia YTT

Page 83: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia1. Skizofrenia ParanoidGejala Paranoid yang paling umum :a. Waham – waham kejaran, rujukan (reference), “exalted

birth” (merasa dirinya tinggi, istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan.

b. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

c. Halusinasi pembauan atau pengecapan-rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Page 84: Wisnu p2 Neuro

Pedoman diagnostik :a. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.b. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham yang

menonjol :– Halusinasi seperti pada butir (b) dan (c) diatas/– Waham dapat berupa setiap jenis namun yang paling

khas adalah waham dikendalikan, dipengaruhi (influence) atau “passivity”

Termasuk : Skizofrenia parafrenikTak Termasuk : Keadaan paranoid involusional

Paranoia

Page 85: Wisnu p2 Neuro

2. Skizofrenia Hebefrenik• Merupakan suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

afektif yang tampak jelas dan dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan serta umumnya mannerisme.

• Contoh :– Suasana perasaan (mood) pasien dangkal dan tidak wajar– Sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan

puas-diri (self-satisfied)– Senyum sendiri (self-absorbed smiling)– Dorongan gairah dan ketegasasan hilang serta tujuan

ditinggalkan perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud

Page 86: Wisnu p2 Neuro

Pedoman Diagnostik :a. Kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

harus dipenuhi.b.Biasanya diagnosis pertama kali pada saat usia

remaja atau dewasa muda.c. Kepribadian pramorbid secara khas,tetapi

tidak selalu pemalu dan menyendiri (solitary).d.Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan

umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 – 3 bulan.

Page 87: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia3. Skizofrenia KatatonikPedoman Diagnostik• Kriteria umum untuk suatu diagnosis skizofrenia harus

dipenuhi.• Diagnosis skizofrenia katatonik jika terdapat satu atau lebih

perilaku berikut ini :a. Stupor (amat berkurangnya reaktivitas terhadap

lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme.

b. Kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal).

c. Postur (mempertahankan sikap tubuh tertentu yang tidak wajar atau “bizarre”).

d. Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap semua instruksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak kearah yang berlawanan).

Page 88: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia

4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)Pedoman diagnostikKategori ini harus disediakan untuk gangguan yang :a. Memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofreniab. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia

paranoid, hebefrenik atau katatonik.c. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia

residual atau depresi pasca-skizofreniaTermasuk :Skizofrenia tak khas

Page 89: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia

5. Depresi Pasca-SkizofreniaPedoman DiagnostikDiagnosis ini harus ditegakkan hanya kalau:a. Pasien telah menderita penyakit skizofrenia yang

memenuhi kriteria umum skizofrenia selama 12 bulan terakhir.

b. Beberapa gejala skizofrenik masih tetap ada.c. Gejala-gejala depresif menonjol dan

mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif dan telah ada untuk waktu sedikitnya 2 minggu

Page 90: Wisnu p2 Neuro

6. Skizofrenia ResidualPedoman DiagnostikUntuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini

harus dipenuhi :a. Gejala “negatif” skizofrenia yang menonjol, misalnya

perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia.

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang

Page 91: Wisnu p2 Neuro

d. Tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negatif tersebut.

Termasuk :• Skizofrenia tak terinci kronis• “Restzustand”• Keadaan residual skizofrenik

Page 92: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia

7. Skizofrenia SimpleksPedoman Diagnostik :• Diagnosis sulit dibuat secara meyakinkan,

tergantung pada :– Pemastian perkembangan yang berjalan perlahan.– Progresif dari gejala “negatif” yang khas dari

skizofrenia residual tanpa riwayat halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya.

– Perubahan bermakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara sosial.

Page 93: Wisnu p2 Neuro

Skizofrenia8. Skizofrenia LainnyaTermasuk :• Skizofrenia senestopatik• Gangguan skizofreniform YTT

Tak Termasuk :• Gangguan lir-skizofrenia akut• Skizofrenia siklik• Skizofrenia laten

9. Skizofrenia YTT

Page 94: Wisnu p2 Neuro

Tanda dan gejala pramorbid Pendiam, pasif, introvert punya sedikit teman. Tidak punya teman dekat, pacar, menghindar dari tim

olahraga pasien tsb mungkin senang nonton film/TV/mendengarkan musik untuk keluar dari aktivitas sosial.

Seringkali telah ada selama berbulan2/ bertahun2. dimulai dengan:Keluhan sekitar gejala somatik Nyeri kepala, punggung, ototKelemahanMasalah pencernaan

Page 95: Wisnu p2 Neuro

Keluarga dan teman akhirnya memperhatikan bahwa orang terseut berubah dan tidak berfungsi baik dalam pekerjaan, sosial dan pribadi.

Stadium tersebut pasien mulai mengembangkan minat baru di dalam gagasan abstrak, filososfi, ilmu gaib, atau masalah keagamaan.

Tanda dan gejala prodromal tambahan:Perilaku anehAfek abnormalBicara tidak lazimGagasan anehPengalaman pesptual yang asing

Page 96: Wisnu p2 Neuro

3 HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA:

– Terapi harus disesuaikan dengan lingkungan yang mendukung pasien

– Strategis nonfarmakologik harus mengatasi masalah-masalah nonbiologik

– Terapi tunggal jarang memberi hasil yang memuaskan, karena gangguan skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks

Page 97: Wisnu p2 Neuro

Pemeriksaan status mental Penjelasan umum dari skizofrenia– Acak2an, teriak2, sampai dandan secara obsesif, sangat tenang

dan tidak bergerak– Pasien mungkin senang berbicara, menunjukkan postur tubuh

yang aneh.– Perilaku yang menyerang biasanya akibat halusinasi.– Berbeda dengan stupor katatonik/katatonia○ Pasien tanpa kehidupan sama sekali○ Kebisuan, negativisme, kepatuhan otomatis○ Fleksibilitas lilin (waxy flexibility) tanda umum katatonia

Page 98: Wisnu p2 Neuro

– Presentasi yang kurang ekstrim dari katatonia• Penarikan diri dari lingkungan sosial• Egosentrisitas• Tidak ada bicara dan gerakan spontan• Tidak ada perilaku yang diarahkan tujuan.

– Pasien katatonik mungkin duduk tanpa bergerak, tidak berbicara di kursinya, berespon terhdap pertanyaan dengan jawaban singkat

– Pasien skizo sering kali dandanan buruk, tidak mandi, berpakaian tebal bagi temperatur lingkungan sekitarnya, perilaku aneh (tiks, stereotipik, manerisme, ekopraksia, meniru perilaku pemeriksa)

Page 99: Wisnu p2 Neuro

Mood, perasaan dan afek.– Depresi ciri dari psikosis akut.– Irama perasaan lain: bingung, teror, perasaan terisolasi, dan

ambivalensi yang melanda.– 2 gejala afek yang sering ditemukan pada skizo:○ penurunan responsivitas emosional yang cukup parah sehingga

perlu tabel anhedonia○ Emosi yang sangat aktif dan tidak sesuai (penyerangan yang

ekstrem, kegembiraan, dan kecemasan)

Gangguan persepsi○ Semua dari 5 indera dapat dipengaruhi oleh halusinasi.○ Halusinasi yang paling sering: h.dengar (mengancam, kotor,

menuduh, menghina dapat 2/lebih org yg berbicara, berkomentar tentang kehidupan pasien.

○ Halusinasi kenestetik: sensasi perubahan keadaan organ tubuh yang tidak punya dasar. Contoh: perasaan terbakar di otak, sensasi mendorong di pembuluh darah, sensasi memotong di sumsum tulang

Page 100: Wisnu p2 Neuro

Ilusi Beda dengan halusinasi, adalah penyimpangan (distorsi) dari citra atau

sensasi yang sesungguhnya. Sedangkan halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang

nyata. Gangguan pikiran ISI PIKIRAN.

Mencerminkan gagasan, keyakinan, dan interpretasi pasien tentang stimuli.

Waham contoh paling jelas dari gangguan isi pikiranMungkin percaya bahwa lingkungan luar mengendalikan

pikiran/perilaku mereka, atau sebaliknya (contoh: menyebabkan matahari terbit dan tenggelam, mencegah gempa bumi)

Punya keasyikan yang kuat dan menghabiskan waktu dengan gagasan yang hanya dia yg mengerti.

Mungkin juga memperhatikan kondisi somatik yang diduga mengancam kehidupan tapi tidak masuk akal (ct: ada benda asing di testis pasien sehingga mempengaruhi kemampuannya utntuk punya anak)

Page 101: Wisnu p2 Neuro

– “kehilangan ikatan ego” hilangnya perasaan yang jernih. Contoh: pasien berpikir bahwa orang lain, TV/surat kabar menyangkut dirinya (ideas of reference)

– Gejala lain: secara fisik bergabung dengan objel luar (cth: sebatang pohon/orang lain) atau pasien telah terdisintegrasi dan bergabung dengan jagat raya.

BENTUK PIKIRAN. – Terlihat dalam ucapan dan bahasa tulisan pasien.– G3 berupa kelonggaran asosiasi, hal yang keluar dar jalurnya,

inkoherensi, tangensialitas, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia, verbigerasi, kata campur aduk, dan mutisme.

PROSES PIKIRAN.– Dapat berupa flight of ideas, hambatan pikiran (thought blocking), g3

perhatian, kemiskinan isi pikiran, kemampuan abstraksi yang buruk, perseverasi, asosiasi idiosinkratik (ct: predikat identik dan asosiasi bunyi), melibatkan diri secara berlebihan (over-inclusion) dan sirkumstansialitas.

Page 102: Wisnu p2 Neuro

Impulsivitas, bunuh diri dan pembunuhan.– Memiliki kepekaan sosial yang menurun, menjadi impulsif

saat,contoh: merebut rokok orang lain, mengganti saluran TV tiba2, membuang makanan di lantai, termasuk usaha bunuh diri dan pembunuhan sebagai respon dari halusinasi.

– BUNUH DIRI.– 50% dari semua pasien– 10-15% meninggal.– Pencetus lain bunuh diri:○ Perasaan kekosongan○ Kebutuhan untuk membebaskan diri dari penyiksaan mental○ Halusinasi dengar yang memerintah pasien u/ bunuh diri.

Page 103: Wisnu p2 Neuro

– Faktor resiko bunuh diri:○ Kesadaran pasien akan penyakitnya○ Laki-laki○ Pendidikan perguruan tinggi○ Usia muda○ Perubahan dalam perjalanan penyakit○ Suatu perbaikan setelah suatu relaps○ Ketergantungan pada RS○ Ambisi terlalu tinggi○ Usaha bunuh diri sebelumnya pada awal perjalanan penyakit○ Tinggal sendirian

PEMBUNUHAN– Prediktor yang mungkin:○ Riwayat kekerasan sebelumnya○ Perilkau berbahaya saat di rawat di RS○ Halusinasi atau waham

Page 104: Wisnu p2 Neuro

Sensorium dan kognisi.– ORIENTASI– Pasien skizo biasanya terorientasi terhadap orang, waktu dan

tempat.– Beberapa pasien skizo dapat memberikan jawaban yang tidak

tepat/aneh. Contoh: “saya adalah Tuhan” ; disini adalah surga ; sekarang adalah tahun 35 masehi.”

– DAYA INGAT– Biasanya intak– Tetapi dapat tidak mungkin untuk meminta pasien cukup

memperhatikan pengujian daya ingat untuk dapat diujinya kemampuan tersebut secara adekuat

Page 105: Wisnu p2 Neuro

Pertimbangan dan tilikanBiasanya pasien skizo digambarkan memiliki tilikan

yang buruk terhadap sifat dan keparahan penyakitnya.

Klinisi harus cermat menentukan berbagai aspek dari tilikan, seperti kesadaran akan gejala, kesulitan dalam bersama-sama dengan orang lain, dan alasan masalah tersebut.

Informasi tsb berguna untuk strategi pengobatan dan memperkirakan daerah otak mana yang berperan terhadap hilangnya tilikan (cth, lobus parietal) bagi klinisi.

Page 106: Wisnu p2 Neuro

Reliabilitas Pasien skizo tidak kurang dapat dipercaya drpd pasen

psikiatrik / nonpsikiatrik lainnya. Akan tetapi sifat gangguan mengharuskan pemeriksa untuk memperjelas informasi penting melalui sumber tambahan.

Page 107: Wisnu p2 Neuro

Temuan neurologis• Tanda tidak melokalisasi

– Disdiadokokinesia– Astereognosis– Tanda cermin– Refleks primitif– Hilangnya ketangkasan

• Tanda neurologis abnormal lainnya– Tiks– Stereotipik– Seringai (grimacing)– G3 keterampilan motorik yang halus– Tonus motorik abnormal– Gerakan yang abnormal

Page 108: Wisnu p2 Neuro

• Pemeriksaan mata. punya kecepatan kejapan yang lebih tinggi mencerminkan aktivitas hiperdopaminergik

• Bicara. dianggap suatu g3 berpikir, juga dapat menyatakan suatu forme fruste dari afasia (mungkin mengenai lobus parietalis dominan).

• Gejala mirip lobus parietalis pada skizo:– Ketidakmampuan melakukan tugas (apraksia)– Disorientasi kanan-kiri– Tidak ada keprihatinan terhadap g3annya

Page 109: Wisnu p2 Neuro
Page 110: Wisnu p2 Neuro
Page 111: Wisnu p2 Neuro

Tes psikologi Biasanya hasilnya buruk Penelitian membandingkan kinerja neuropsikologi pada kembar

skizofrenia – kembar monozigot yang tidak menderita skizofrenia paling sering terpengaruhi adalah korteks frontotemporalis.

Tes neuropsikologisUrutan Halstead-ReitanUrutan Luria-NebraskaSeringkali disfungsi lobus frontalis dan temporalis bilateral, termasuk g3

perhatian, pengingatan waktu, dan kemampuan memecahkan masalah. Tes intelegensia

Jika pasien skizofrenik dibandingkan dengan pasien psikiatrik nonskizofrenik Tes intelegensia pasien skizofrenik lebih rendah.

Tes proyektif dan kepribadianTes proyektif tes Rorschach dan Thematic Apperception Test (TAT) dapat

menyatakan gagasan kacauKepribadian Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)

seringkali hasil abnormla pada skizo

Page 112: Wisnu p2 Neuro

PEMERIKSAAN PENUNJANG

CTOtak pasien skizofrenik mempunyai pembesaran ventrikel lateral dan ventrikel ketiga dan suatu derajat penurunan volume kortikalAsimetrisitas serebral yang abnormal, penurunan volume serebelum, dan perubahan densitas otak pada pasien skizofrenik

MRIVolume kompleks hipokampus-amigdala dan girus hipokampus menurun pada pasien skizofrenikTerdapat penurunan spesifik di daerah otak di hemisfer kiri dan bukan di hemisger kanan, tetapi terdapat penelitian yang mengatakan penurunan volume bilateral

MRS Magnetic Resonance Spectroscopy. Merupakan suatu teknik yang memungkinkan pengukuran konsentrasi molekul spesifik

PET Tomografi Emisi Positron. Hipoaktivitas di lobus frontalis, gangguan aktivitas daerah otak tertentu setelah stimulasi tes pesikologi, dan hiperaktivitas di ganglia basalis relatif terhadap korteks serebral

Page 113: Wisnu p2 Neuro

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Epilepsi parsial

kompleks

Faktor yang berhubungan dengan perkembangan psikosis pada pasien tersebut : fokus kejang di sisi kiri, lokasi di temporalis medial, dan onset kejang yang dini

Potensial cetusan

•Gelombang P300 : gelombang potensial cetusan yang besar dan positif yang terjadi kira2 300 milidetik setelah suatu stimulasi sensorik di deteksi. Sumber utama mungkin di struktur sistem limbik dari lobus temporalis medial. •Kelainan dari gelombang ini terbanyak ditemukan pada anak2•Gelombang N100 : gelombang negatif yang terjadi kira2 100 milidetik setelah stimulus, dan variasi negatif berkelompok, adalah pergeseran voltasi negatif yang berkembang dengan lambat yang mengikuti presentasi stimulus sensorik yang merupakan peringatan untuk suatu stimulus yang akan datang

Page 114: Wisnu p2 Neuro

INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT

– Tujuan untuk diagnosis– Menstabilkan dosis obat– Keamanan pasien ( sucide/homicide)– Perilaku yang sangat kacau– Perawatan diri yang buruk

Page 115: Wisnu p2 Neuro

Diagnosis bandingMedis dan Neurologis Psikiatrik

Akibat zat: amfetamin, halusinogen, alkaloid beladona, halusinosis alkohol, putus barbiturat, kokain, phencyclidine (PCP)

Epilepsi: terutama epilepsi lobus temporalis

Neoplasma. Penyakit serebrovaskular, atau trauma: terutama frontalis atau limbik

Kondisi lain: AIDS, porfiria intermiten akut, def. B12, keracunanan CO, lipoidosis serebral,, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit Fabry, penyakit Fahr, penyakit Hallervorden-Spatz, keracunan logam berat, ensefalitis herpes, homosistinuria, penyakit huntington, lekodistrofi metakromatik, neurosifilis, hidrosefalus tekanan normal, pelagra, LES, sindroma Wernicke-Korsakoff, penyakit Wilson

Psikosis atipikalGangguan austistikGangguan psikotik singkatGangguan delusionalGangguan buatan dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjolBerpura2Gangguan moodMasa remaja normalGangguan obsesif-kompulsifGangguan kepribadian – skizotipal, skizoid, ambang, paranoidGangguan skizoafektifSkizofreniaGangguan skizofreniform

Page 116: Wisnu p2 Neuro

TERAPI

Terapi somatik• Antipsikotik

– Antagonis reseptor dopamin– Risperidone ( Risperdal)– Clozapine (Clozaril)

• Lithium• Antikonvulsan: Carbamazepin dan valproate• Benzodiazepin• ECTTerapi psikosial• Terapi perilaku• Terapi berorientasi-keluarga

Page 117: Wisnu p2 Neuro

Pemilihan Obat

• Obat anti psikosis gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat

• ES: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal• Obat antipsikosis tidak memberikan respons

klinis dalam dosis optimal setelah jangka waktu yang tepat diganti dengan obat antipsikosis lain dengan dosis ekivalen

Page 118: Wisnu p2 Neuro

Antipsikotik Generasi Pertama (APG I)

• memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular gejala positif , tidak utk gejala negatif

• F/ : gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi

• Terapi lama gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, prolaktin disfungsi seksual / BB dan memperberat gejala negatif / kognitif, efek samping antikolinergik : mulut kering pandangan kabur, defekasi dan hipotensi

Page 119: Wisnu p2 Neuro

Antipsikotik Generasi Ke Dua (APG Il)

• Standar emas, manfaat baik utk gejala (+) dan (-)

• serotonin dopamin antagonis (SDA) bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak

• Rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif

• Clozapine, olanzapine, quetiapine dan risperidon

Page 120: Wisnu p2 Neuro

Terapi somatik

– ANTIPSIKOTIK, 3 obat utama:– Antagonis reseptor dopamin (Remoxipride)• Efek mengganggu paling utama: akatisia dan gejala

mirip parkinsonisme berup rigiditas dan tremor.• Efek serius yang potensial: tardive dyskinesia dan

sindrom neuroleptik malignan

– Risperidone (risperdal)• Obat antipsikotik dengan aktivitas yang bermakna pada

reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 (D2)• Lini pertama

Page 121: Wisnu p2 Neuro

Clozapine (clozaril)○ Obat antagonis lemah terhadap reseptor D2 tetapi antagonis kuat

terhadap reseptor D4 dan punya aktivitas antagonistik pada reseptor serotonergik.

○ Sayangnya 1-2% terjadi agranulositosis.○ Harga mahal○ Lini kedua.○ Di I: pasien dengan tardive diskinesia.

5 Prinsip terapeutik utama:○ Cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati○ Antipsikotik yang bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien

harus digunakan lagi○ Lama minimal percobaan antipsikotik adalah 4-6 minggu pada

dosis adekuat.○ Penggunaan > 1 antipsikotik jarang di I.○ Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif serendah mungkin.

Page 122: Wisnu p2 Neuro

KI antipsikotik○ Riwayat alergi○ Kemungkinan pasien telah mengingesti zat yang akan

berinteraksi dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi SSP (alkohol, opioid, opiat, barbiturat, benzodiazepin), atau delirium antikolinergik (scopolamine) dan kemungkinan phencyclidine (PCP)

○ Risiko tinggi untuk kejang○ Adanya glaukoma.

Kegagalan percobaan obat antipsikotik○Waktu percobaan tidak mencukupi Karena kesalahan

dengan meningkatkan dosis atau untuk mengubah medikasi antipsikotik dalam 2 minggu pertama pengobatan.

○ Ketidakpatuhan.

Page 123: Wisnu p2 Neuro

Terapi somatik

– Obat lain• Litium• 2 antikonvulsan (carbamazepine, valproat)

– Efektif menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien skizo.

• Benzodiazepine.

– Terapi somatik lainnya• Terapi elektrokonvulsif (ECT) untuk pasien katatonik

dan utk ps yang tdk berespon terhadap obat2an

Page 124: Wisnu p2 Neuro

Terapi psikososial

TERAPI PERILAKU• Menggunakan hadian ekonomi dan latihan keterampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.

• Perilaku adaptif: didorong dengan pujian, hadiah yang dapat ditebus untuk hal2 yang diharapkan.

• Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah digunakan.

Page 125: Wisnu p2 Neuro

TERAPI BERORIENTASI-KELUARGA• Diarahkan kepada penerapan strategi menurunkan stres

dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.

• Ahli terapi harus mengendalikan intensitas emosional. Ekspresi emosional yang berlebihan dapat merusak proses pemulihan pasien skizo dan dapat mengurangi keberhasilan terapi keluarga selanjutnya.

TERAPI KELOMPOK• Efektif menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa

persatuan dan tes realitas bagi pasien skizo.

Terapi psikososial

Page 126: Wisnu p2 Neuro

PZIKOTERAPI INDIVIDUAL• Seringkali pasien menolak terhadap keakraban dan

kepercayaan, pasien curiga, cemas, dan bermusuhan bila seseorang berusaha mendekati.

• Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan mencoba melakukannya, dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia, tidak peduli betapa terganggunya, bermusuhannya, atau kacaunya pasien pada suatu saat.

Terapi Psikososial

Page 127: Wisnu p2 Neuro

Prognosis baik Prognosis burukOnset lambat Onset mudaFaktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetusOnset akut Onset tidak jelasRiwayat sosial, seksual, dan pekerjaan pramorbid yang baik

Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan promorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresi)

Perilaku menarik diri, austitik

Menikah Tidak menikah, bercerai, atau janda/duda

Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofreniaSistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang burukGejala positif Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologisRiwayat trauma perinatalTidak ada remisi dalam tiga tahunBanyak relapsRiwayat penyerangan

Page 128: Wisnu p2 Neuro

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Page 129: Wisnu p2 Neuro

• Suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif

terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol.

• Onset yang tiba-tiba pada masa remaja ; fungsi pramorbid baik ;

terdapat stresor yang jelas ; riwayat keluarga dan gangguan

afektif.

• Prevalensi : ½ % ; lebih banyak pada wanita.

• Prognosis lebih buruk dari gangguan depresif maupun bipolar ;

tetapi lebih baik dari skizofrenia.

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Page 130: Wisnu p2 Neuro

1. Pedoman Diagnosis Gangguan Skizoafektif• Gejala Skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama

menonjol atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam satu episode penyakit (tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun gangguan afektif).

2. Beberapa Tipe Skizoafektif• Gangguan Skizoafektif tipe Manik• Gangguan Skizoafektif tipe Depresif• Gangguan Skizoafektif tipe Campuran

DIAGNOSIS

Page 131: Wisnu p2 Neuro

• Skizoafektif Tipe Manik

– Digunakan baik untuk skizoafektif tipe manik tunggal

maupun berulang.

– Afek harus meningkat secara menonjol atau ada

peningkatan afek sedikit dikombinasi dengan iritabilitas/

kegelisahan yang memuncak.

– Minimal satu atau dua gejala skizofrenia yang khas.

TIPE SKIZOAFEKTIF

Page 132: Wisnu p2 Neuro

• Skizoafektif Tipe Depresif

– Digunakan baik untuk skizoafektif tipe depresif tunggal

maupun berulang.

– Afek depresif harus menonjol:

• Disertai sedikitnya dua gejala khas depresif.

– Dalam episode yang sama, harus jelas ada minimal satu

atau dua gejala khas skizofrenia.

TIPE SKIZOAFEKTIF

Page 133: Wisnu p2 Neuro

• Penanganan pasien gangguan skizoafektif meliputi :

– Perawatan rumah sakit, – Medikasi,– Terapi psikososial

• Farmakoterapi

– Gejala manik : antimanik– Gejala depresi : antidepresan– Gejala psikotik : antipsikotik (jangka pendek)

PENATALAKSANAAN

Page 134: Wisnu p2 Neuro

GANGGUAN WAHAM

Page 135: Wisnu p2 Neuro

• Gangguan waham yg berlangsung lama.

• sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau

paling mencolok.

• tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental

organik, skizofrenia, atau gangguan afektif.

GANGGUAN WAHAM MENETAP

Page 136: Wisnu p2 Neuro

• Pedoman diagnosis.– Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis:

• telah ada selama minimal 3 bulan,

• bersifat khas pribadi,

• bukan budaya setempat.

– Gejala-gejala depresif mungkin terjadi intermiten, dengan syarat waham itu menetap.

– Tidak ada bukti adanya penyakit otak.

– Tidak boleh ada halusinasi audio/ hanya kadang2 saja & sementara.

– Tidak ada riwayat skizofrenia

GANGGUAN WAHAM MENETAP

Page 137: Wisnu p2 Neuro

• Gangguan waham menetap yang tidak

memenuhi kriteria untuk gangguan waham.

– Gangguan waham dengan halusinasi yang tidak

memenuhi kriteria skizofrenia

– Gangguan waham menetap kurang dari 3 bulan

GANGGUAN WAHAM MENETAP LAINNYA

Page 138: Wisnu p2 Neuro

1. Kurang dari 25% menjadi skizofrenia

2. Kurang dari 10% menjadi gangguan afektif

3. 50% sembuh untuk waktu yang lama

4. 20% hanya penurun gejala

5. 30% tidak mengalami perubahan gejala

PERJALANAN PENYAKIT

Page 139: Wisnu p2 Neuro

• Ke arah baik :– riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik– kemampuan penyesuaian yang tinggi– Wanita– onset sebelum 30 tahun– onset tiba-tiba– lamanya sakit singkat– adanya faktor pencetus

PROGNOSIS

Page 140: Wisnu p2 Neuro

1. Indikasi rawat nginap

– Menditeksi penyebab nonpsikiatrik

– Mengamati kemampuan mengendalikan impuls

kekerasan

– Menstabilkan hubungan sosial/ kerja

CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN WAHAM MENETAP

Page 141: Wisnu p2 Neuro

2. Farmakoterapi

– Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan

gangguan waham menetap

– Mulai dengan dosis rendah anti psikotik

(Haloperidol 2 mg) dan naikan bertahap.

– Dosis maintenance biasanya rendah

– Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan

CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN WAHAM MENETAP

Page 142: Wisnu p2 Neuro

3. Psikoterapi

– Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok

– Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering

afektif.

– Bina hubungan dan kepercayaan

– Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh

meremehkan ataupun mendukung isi waham tersebut.

4. Terapi Keluarga

– Target hubungan sosial yang baik.

CARA PENANGANAN PASIEN GANGGUAN WAHAM MENETAP

Page 143: Wisnu p2 Neuro

• Gangguan waham yang terjadi pada dua orang

atau lebih, satu individu memang menderita

gangguan psikotik, yang lainnya menderita waham

karena terinduksi penderita pertama tadi.

• Orang-orang yang terlibat dalam waham terinduksi

ini biasanya mempunyai hubungan yang sangat

erat.

GANGGUAN WAHAM TERINDUKSI

Page 144: Wisnu p2 Neuro

• Pedoman Diagnosis

– Dua orang atau lebih mengalami waham yang

sama dan saling meyakinkan

– Mereka mempunyai hubungan yang sangat erat

– Terdapat bukti bahwa waham tersebut terinduksi

pada orang yang pasif dari orang yang aktif.

DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI

Page 145: Wisnu p2 Neuro

• Pedoman Diagnosis

– Onset psikotiknya akut (dua minggu atau kurang)

– Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian

besar waktu sejak berkembangnya psikotik yang jelas.

– Tidak memenuhi kriteria skizofrenia maupun gangguan

psikosis polimorfik akut.

– Lamanya sakit kurang dari 3 bulan.

DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI

Page 146: Wisnu p2 Neuro

Catatan

– Kalau waham menetap lebih dari 3 bulan, menjadi

: Gangguan waham menetap.

– Kalau halusinasi menetap lebih dari 3 bulan,

menjadi : psikosis nonorganik lainnya.

DIAGNOSIS WAHAM TERINDUKSI

Page 147: Wisnu p2 Neuro

Resume Kasus

Page 148: Wisnu p2 Neuro

Anamnesis

• Pasien laki-laki 37 tahun :– Memanjat pemancar listrik tegangan tinggi setelah

mendengar suara-suara yang memanggil dirinya dari pemancar

– Telah 5x memanjat dalam 8 bulan terakhir– Dalam 2 hari terakhir menganggap dirinya malaikat

bersayap yang dapat terbang– Telah 2 kali masuk Rumah Sakit Jiwa masing-masing

selama 2-3 bulan– Pasien juga menolak minum obat

Page 149: Wisnu p2 Neuro

Diagnosis Multiaksis

• Axis 1 schizophrenia• Axis 2 (-)• Axis 3 (-)• Axis 4 (-)• Axis 5 30-21

Page 150: Wisnu p2 Neuro

Kasus

• Pasien laki-laki 37 tahun :– Halusinasi audiotori mendengar suara

memanggil dirinya dari pemancar– Waham kebesaran menganggap dirinya malaikat

bersayap yang bisa terbang• Pasien ini memiliki 2 kategori yaitu halusinasi

dan waham (delusi) schizophrenia (paranoid type) F20.0