Bahan Buletin Dakwah

28

Click here to load reader

Transcript of Bahan Buletin Dakwah

Page 1: Bahan Buletin Dakwah

PERSIAPAN MEMBENTUK KELUARGA YANG SAKINAH, MAWADDAH, WAROHMAH

"Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya keduaorangtuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi " (HR. Bukhari).

Sabda Rasulullah SAW diatas, merupakan satu hal penting yang menujukkan fitrah seorang anak yang terlahir layaknya selembar kertas putih dan nantinya orang terdekatnya yaitu kedua orangtuanya yang akan menggoreskan warna apa yang mereka bubuhkan dalam lembaran putih yang masih suci tersebut.

Warna yang ada itulah yang akan menjadi dasar bagi seorang anak untuk tumbuh dan nantinya berkembang menjadi sosok manusia yang tidak akan jauh berbeda dengan bekal yang ia dapat. Orangtua yang terdiri dari ayah dan ibu adalah dua orang yang paling bertanggungjawab dalam memelihara dan menjaga amanah yang telah ALLAH SWT berikan. Keduanya memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan seorang anak. Namun, dalam pelaksanaannya peran seorang ibulah yang sebenarnya paling menentukan pendidikan seperti apa yang akan ia terapkan. Jikalau kita bertanya, mengapa peran ummahat (kaum ibu) lebih berperan maka jawabnya adalah karena memang ummahat adalah pihak yang paling merasakan perjuangan dalam masa tumbuh kembang anak sejak ia dalam kandungan, dilahirkan hingga nantinya membesarkan. Alasan yang lain karena memang waktu kebersamaan seorang anak dalam masa pertumbuhannya lebih banyak ia habiskan bersama ibunya dibandingkan dengan waktu kebersamaannya dengan ayahnya.

Dalam hal ini, dengan tidak menafikan sebuah peran ayah dalam mendidik putranya, kita melihat bahwasannya memang adanya pembagian tugas dalam kehidupan berumahtangga. Seorang ayah lebih berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara menafkahi dan seorang ummahat lebih berperan dalam menjaga amanah dari suaminya untuk memelihara harta, termasuk didalamnya adalah amanah menjaga anak. Hal tersebut tampak pada sabda Rasulullah yang mengatakan bahwa "Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah ". Lalu bila kita bertanya, siapakah wanita shalihah itu, "Kalau dipandang menyenangkan hati, kalau diperintah ia taat, kalau ditinggal pergi ia menjaga diri dan harta suaminya".

Secara otomatis, ummahat adalah pihak yang paling menentukan. bagaimana proses sebuah tahap mendidik itu akan berlangsung dengan baik dan benar. Mendidik anak termasuk didalamnya memenuhi kebutuhannya baik itu secara jasmani maupun rohani adalah sebuah tahapan yang tidak bisa dikatakan mudah. Perlu ilmu serta pengalaman yang mencukupi agar seorang anak didik dapat tumbuh menjadi anak yang baik. "Baik" dalam konteks ini adalah anak yang sholeh dan sholehah. Nah, pertanyaan lain yang muncul adalah bagaimana mungkin seorang ibu yang tidak sholehah berharap akan mampu mendidik anak yang harapannya nanti berbudi pekerti baik serta memiliki landasan agama yang baik pula. Jadi, dalam hal ini tuntutan untuk melahirkan anak sholeh terkait erat dengan pihak ummahat yang bersangkutan. Persiapan untuk menjadi ummahat yang sholehah adalah sebuah proses panjang yang harus dipersiapkan oleh setiap calon ummahat yang ingin melahirkan generasi yang terbaik.

Kapankah saatnya calon ummahat untuk belajar menjadi ummahat yang terbaik. Jawabnya adalah sedini mungkin, semenjak akhil baligh telah ia lalui, maka kewajibannya tidak hanya menjadi seorang anak yang patuh kepada orangtuanya tetapi ia juga harus belajar untuk bersiap diri menjadi ummahat yang terbaik.

Ada beberapa langkah praktis dalam mempersiapkan diri menjadi ummahat, yang dimulai smenjak dini, langkah tersebut adalah :

1. Persiapan Ilmu

Ilmu disini adalah ilmu yang mencakup untuk semua konteks kehidupan. Ilmu agama adalah pegangan yang utama dan ilmu-ilmu yang lain merupakan bekal pendukung yang akan membantu calon

Page 2: Bahan Buletin Dakwah

ummahat untuk mengenali lingkungan dan memperoleh wawasan umum seluas-luasnya. Ilmu itulah yang nantinya akan berguna bagi dirnya serta bagi orang-orang disekitarnya, termasuk didalamnya adalah ilmu mendidik anak. Untuk mendapatkan ilmu itu, berbagai hal dapat ia lakukan seperti membaca buku,, bertanya pada ustadz, berdiskusi dengan teman hingga secara langsung bertanya tentang pengalaman pada seorang ummahat dalam membesarkan anak.

2. Persiapan Mental

Fitrah seorang wanita nantinya adalah menjadi seorang ummahat. Hal inilah yang harus disadari bagi seorang calon ummahat. Usia tertentu bukanlah tolak ukur yang patut kita kategorikan sebagai waktu yang matang utnuk memikirkan masa depan. Sedini mungkin seorang calon ummahat harus menyadari perannya kelak akan ikut menentukan nasib generasi mendatang. Kesadaran akan peran penting yang akan disandang inilah yang nantinya dapat menjadi sebuah rem untuk calon ummahat dalam berperilaku dan bertindak. Menjadikan Islam sebagai landasan utama dan tujuan untuk melahirkan generasi Robbani yang terbaik akan menghadirkan kehati-hatian calon ummahat dalam menjalani hidupnya. Bagimana mungkin ia berharap dapat melahirkan generasi terbaik, bila dirinya sendiri tidak dapat mencerminkan sebagai pribadi yang baik.

3. Persiapan Ketrampilan

Ketrampilan disini merupakan aplikasi dari sebuah ilmu yang diwujudkan secara langsung pada tindakan yang nyata. Ketrampilan yang berhubungan dengan kehidupan rumah tangga harusnya mulai dipelajari sedini mungkin. Sebuah proses belajar itulah yang nantinya akan menjadi jalan terwujudnya ummahat yang terampil dan nantinya mampu menjadi diri yang mandiri. Selain itu, persiapan sedini mungkin akan lebih baik sifatnya, karena ia akan memiliki waktu belajar yang lebih lama dan akhirnya memiliki banyak pengalaman. Penglaman-penglaman yang telah dilalui tersebut tentunya akan menjadi guru yang terbaik untuknya.

4. Persiapan Kesabaran

Sabar adalah sebuah kata yang mendamaikan, mudah dikatakan tetapi tak semudah itu untuk dilaksanakan. Sabar secara garis besar terbagi dalam tiga hal, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam kemaksiatan dan sabar dalam menerima cobaan, Sabar adalah tampak dalam kelapangan daada, dan adanya keyakinan bahwasannya akan datang petolongan ALLAH SWT yang akan diberikan kepada orang-orang yang bersabar.

"Fainna ma'al'usri yusraa inna ma'al usli yusraa' Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Inilah yang dapat dijadikan sebagai calon ummahat. Janji ALLAH SWT akan kemudahan yang akan diberikan setelah kita melalui berbagai kesulitan. Persiapan menjadi ummahat yang tangguh bukanlah persiapan mudah yang tanpa melalui banyak cobaan serta tantangan. Maka, kesabaran yang bertahta dalam diri akan lebih membantu bagi seorang muslimah saat ia menjadi calon ummahat atau nantinya ia telah berperan sebagai ummahat sesungguhnya.

Itulah beberapa hal yang sebaiknya diketahui sedini mungkin bagi calon ummahat yang nantinya ingin melahirkan generasi Robbani terbaik yang akan menjadi ladang amal baginya dan akan mewujudkan generasi penerus yang cerdas dan tangguh karena Al-Quran dan As-Sunnah selalu dijadikan pegangan. Walloohu'a'alam.

Page 3: Bahan Buletin Dakwah

KHADIJAH RA:Wanita di sisi Rasulullah

 "Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman

kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha

mempertahankannya dan ... darinyalah aku mendapatkan keturunan."

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam.

Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy cuba untuk mempersunting dirinya. Tetapi pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan.

Saidatina Khadijah RA merupakan wanita pertama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah SAW melaksanakan risalah dakwah. Beliau sentiasa berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di belakang Rasulullah SAW.

KESETIAAN YANG BERSEJARAH

Mari kita singkap kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah SAW. Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira. Sekembalinya ke rumah, baginda berkata kepada isterinya yang tercinta, Aku berasa khuatir terhadap diriku. Khadijah berusaha menabahkan hati suami yang ditaatinya dengan berkata, Wahai kekanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu kerana sesungguhnya kekanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta sanggup memikul tanggungjawab. Dirimu dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, sentiasa berbicara benar dan setia kepada amanah.

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada suaminya? Apa yang dikatakan oleh Khadijah kepada suaminya pada saat menghadapi peristiwa besar itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu atau syak di dalam hatinya. Persoalannya, dapatkah kita berlaku demikian?

Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau boleh hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Hal ini jelas menunjukkan beliau merupakan wanita yang mendorong kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang terbesar dalam sejarah dengan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan kepada Rasulullah SAW sepanjang kehidupan mereka bersama. Oleh itu, kita perlu berdoa semoga Allah memberi kita kekuatan untuk membantu menguatkan semangat jihad golongan lelaki yang seangkatan dengan kita.

KESETIAAN YANG MENDORONG KEGIGIHAN

Mari kita teliti, fahami serta hayati beberapa gambaran kesetiaan Khadijah yang telah membina kekuatan pada diri dan kehidupan penegak risalah Islam itu.

Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau cuba sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk.

Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah SWT. Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Firman Allah yang bermaksud:

Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki mahupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.    (An-Nahl: 97)

Page 4: Bahan Buletin Dakwah

Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah SAW, malah membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka berdua. Anak-anak yang lahir juga adalah anak-anak yang saleh. Keturunan zuriat ahlul-bait Rasulullah SAW merupakan insan yang sentiasa taat melaksanakan perintah Allah SWT. Semua ini menghasilkan kekuatan yang membantu meningkatkan perjuangan Islam.

Wahai muslimah, sekarang adalah masa untuk kita hidupkan kembali hakikat ini dalam kehidupan kita. Semoga kekuatan Islam akan kembali mentadbir kehidupan insan.

Mutiara para sahabat..bersama mengenang jasa Abu Bakar As-Siddiq..yang berjiwa mulia Mutiara para sahabat..bersama mengenang jasa Abu Bakar As-Siddiq..yang berjiwa muliaBeliau bernama Abu Bakar –semoga Allah meredhainya-, sedangkan nama asli beliau dizaman jahiliyah adalah Abdul Ka’bah bin Utsman bin Amir, lalu Rasulullah memberinya nama Abdullah, lengkapnya Abdullah bin Abu Quhafah, sedangkan ibunya bernama Ummul Khair, Salma binti Shar. Beliau lahir di kota Mekkah setelah dua tahun setengah dari lahirnya Rasulullah saw, dan beliau merupakan seseorang yang terhormat dan hafal tentang keturunan suku-suku Quraisy, seorang pedagang yang memiliki perangai yang sangat mulia. Abu Bakar merupakan seseorang yang jujur dan dekat kepada Rasulullah saw, dan da’wah yang disampaikan Rasulullah saw kepada Islam tanpa ragu beliau segera mengikuti dan menganutnya; karena beliau sangat mengetahui kebenaran nabi saw dan kejujurannya, Nabi saw pernah bersabda : “Tidak ada seseorang yang aku serukan masuk Islam ada dalam dirinya ada rasa keraguan, ketidak pastian dan penuh pertimbangan, kecuali Abu Bakar, beliau sama sekali tidak merasa ragu saat saya ingatkan kepadanya dan tidak ada keraguan didalamnya”. (Ibnu Hisyam). Abu Bakar berjuang bersama Rasulullah saw, sehingga dengan hal tersebut Rasulullah saw memberikan pujian kepada beliau dengan bersabda : Sekiranya saya boleh mengambil seseorang untuk dijadikan (khalil) teman dekat; maka aku akan memilih Abu Bakar, tapi beliau adalah saudaraku dan sahabatku”. (Al-Bukhari). Dan semenjak Abu Bakar mengikrarkan keislamannya, beliau terus berjihad menyebarkan da’wah Islam, sehingga melaluinya masuk lima sahabat yang dijanjikan masuk ke dalam surga, mereka adalah : Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf –semoga Allah meredhai mereka semua-. Pada Awalnya da’wah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka Abu Bakar senang mengisi dunia seluruhnya dengan sinar yang baru, memperkenalkan Rasulullah saw dihadapan pemuka Quraisy, maka Abu Bakar mengajak Rasulullah saw pergi ke Ka’bah, memberikan arahan kepada kaum musyrikin saat itu, namun Rasulullah saw menyuruh beliau untuk bersabar, tapi setelah beliau mendesaknya akhirnya Rasulullah saw menyetujuinya,

Page 5: Bahan Buletin Dakwah

sehingga pergilah Abu Bakar ke Ka’bah dan berpidato dihadapan manusia menyeru kepada kaum musyrikin untuk mendengarkan Rasulullah saw, semenjak saat itu beliau dijuluki sabagai orang pertama yang berani berpidato menyeru kepada Allah, namun saat beliau akan berbicara orang-orang musyrikin menghantamnya dari berbagai penjuru dan memukulnya hingga hampir saja mereka membunuhnya, namun setelah beliau seiuman beliau malah bertanya tentang keadaan Rasulullah saw sehingga dirinya merasa tenang, dan keitka dikabarkan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan baik-baik saja, beliau sangat senang dan bergembira sekali. Abu Bakar juga berusaha menjadi sahabat dan pertahanan Rasulullah saw dengan sekuat tenaganya. Suatu ketika, disaat beliau duduk-duduk diluar rumahnya, datang seseorang dengan tergesa-gesa, dan berkata : Jumpalah teman kamu sekarang juga, maka beliaupun segera pergi untuk menemui Rasulullah saw, maka beliau mendapati Rasulullah saw sedang sholat di Ka’bah, sedang dihadapannya sudah ada Uqbah bin Abi Mu’ith sedang mencekik leher Rasulullah saw dengan kain, maka secepat mungkin Abu Bakar mendorong Uqbah dari Rasulullah saw dan berkata : apakah kamu ingin membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan saya adalah Allah ?! akhirnya kaum musyrikin mengerumuninya dan memukulnya hingga pengsan, dan setelah beliau kembali sedar pertama kali yang diucapkan melalui lidahnya adalah : Apa yang sedang di lakukan Rasulullah saw ? Abu Bakar selalu berjuang bersama Nabi saw dan menanggung siksaan yang dihadapinya dalam menyebarkan Islam, sampai pada akhirnya Rasulullah saw mengizinkan para sahabatnya untuk melakukan Hijrah ke Habsyah, maka Abu Bakarpun melakukan hijrah ke Negeri Habsyah, saat baliau sampai pada suatu tempat yang jauhnya seperti menempuh perjalannan selama 5 malam, beliau bertemu dengan Ibnu Ad-Dagnah salah seorang dari pemuka Makkah, dia berkata kepada Abu Bakar : “Kamu mahu pergi ke mana wahai Abu Bakar ? Abu Bakar berkata : “Saya diusir oleh kaum saya maka saya pun pergi meninggalkannya agar saya dapat menyembah Tuhan saya”. Ibnu Ad-Dagnah berkata lagi : “Orang seperti kamu tidak boleh terusir dan diusir, saya adalah tetanggamu (yang akan melindungimu), kembalilah, dan sembahlah Tuhanmu di negerimu”. Maka beliaupun akhirnya kembali bersama Ibnu Ad-Dagnah, lalu beliau berkata kepada kaum Quraisy : “Sesungguhnya Abu Bakar tidak boleh diusir dan terusir” mereka berkata kepadanya : “Suruhlah dia menyembah Tuhannya di rumahnya sehingga tidak menyakiti perasaan kami, jangan disebar luaskan, karena kami khawatir dia dapat menyebarkan fitnah terhadap anak-anak perempuan kami”. Akhirnya beliaupun menyembah (melakukan ibadahnya) dirumahnya sendiri. Lalu beliau berfikir ingin membangun sebuah masjid diteras rumahnya agar bisa sholat didalamnya dan membaca Al-Qur an, namun saat beliau membaca Al-Qur an para wanita dan anak-anak dari kalangan musyrikin mengintipnya dan mendengarkan bacaannya, dan mereka sangat tertarik sekali, Abu Bakar sendiri memang memiliki hati yang lembut, sering menangis saat sedang membaca Al-Qur’an, maka penduduk Mekkahpun menjadi berang dan merasa khawatir kembali, akhirnya mereka mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Ad-Dagnah, setelah mereka sampai kepada ibnu Ad-Dagnah, mereka berkata : sesungguhnya kami telah membiarkan Abu Bakar tinggal bersamamu agar dia dapat beribadah kepada Tuhannya didalam rumahnya, namun dia telah melanggarnya sehingga dia membuat masjid dipelataran rumahnya, kemudian malakukan shalat dan membaca Al-Qur’an

Page 6: Bahan Buletin Dakwah

didalamnya, kami sangat khawatir dia menyebarkan fitnah kepada anak-anak perempuan dan lelaki kami, maka dia harus mengikuti perkataanmu atau diusir saja dia. Maka Ibnu Ad-Dagnahpun pergi menemui Abu Bakar dan berkata kepadanya : saya berikan pilihan kepadamu, apakah engkau mau menuruti permintaan kaum Quraisy atau engkau tinggalkan hidup dibawah perlindunganku, karena saya tidak ingin mendengar dari kalangan Arab saya menyimpan seseorang yang suka melanggar (perjanjian kepadanya), setelah itu dengan penuh keparcayaan diri dan yakin Abu Bakar berkata : saya pilih melepas dari tanggunganmu, dan saya lebih rela dibawah perlindungan Allah. Setelah itu Abu Bakar sering menghadapi penyiksaan dan intimidasi dari kaum musyrikin, namun imannya tetap tegar dan teguh, bahkan menjadi pendukung agama melalui hartanya dan segala sesuatu yang beliau miliki, sehingga dia merelakan seluruh hartanya untuk diinfakkan sehingga dalam riwayat diceritakan : bahwa beliau memiliki uang sebanyak 40 ribu Dirham yang diinfakkan dijalan Allah, beliau juga membeli budak yang berasal dari kalangan kaum muslimin, kemudian beliau melepasnya dan memerdekakannya. Dan saat perang terjadi ketika Rasulullah saw menyarankan sahabatnya untuk menginfakkan dan menyumbangkan hartanya, maka Abu Bakar langsung membawa seluruh hartanya kemudian memberikannya kepada Rasulullah saw, dan melihat demikian Rasulullah saw berkata : Adakah sesuatu yang engkau sisakan untuk keluarga kamu ? beliau berkata : Saya tinggalkan mereka Allah dan Rasul-Nya, kemudian datanglah Umar dengan membawa setengah dari hartanya, lalu Rasulullah saw berkata kepadanya : adakah sesuatu yang engkau tinggalkan untuk keluargamu ? Umar menjawab : Ya, setengah dari harta saya. Ketika Umar mendengar apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar beliau berkata : “Demi Allah saya tidak akan pernah bisa menandingi Abu Bakar”. (At-Turmudzi) Abu Bakar juga sangat mencintai Rasulullah saw, sebagaimana Rasulullah saw juga sangat mencintainya, suatu hari Nabi saw ditanya : Siapakah seseorang yang paling engkau cintai ? beliau berkata : Aisyah. Kemudian ditanya lagi : dari kalangan laki-laki ? beliau berkata : Bapanya. (Al-Bukhari). Suatu hari beliau pernah menaiki gunung Uhud bersama Rasulullah saw, Umar dan utsman –semoga Allah meridlai keduanya-, maka gunung uhud pun bergetar, lalu Rasulullah saw bersabda : “Diamlah engkau wahai Uhud, tidak ada yang membebani engkau disini kecuali Nabi, seorang yang shiddiq, dua sahabat mati syahid”. (Al-Bukhari). Saat terjadi peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah saw menceritakan kepada umat bahwa beliau telah melakukan perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, kemudian naik menuju langit yang ketujuh, kaum musyrikin mencemuhkannya sambil berkata : bagaimana ini mungkin terjadi, padahal kami memerlukan waktu sampai sebulan agar sampai ke Baitul Maqdis ? kemudian mereka segera pergi menemui Abu Bakar, dan menceritakan akan hal tersebut : bahwa sahabat Kamu mengklaim telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis ! Abu Bakar menjawab : jika beliau telah berkata demikian jelas merupakan kebenaran, sungguh saya mempercayainya terhadap berita langit (wahyu) yang datang kepadanya. Maka semenjak itulah Rasulullah saw menjulukinya dengan Ash-shidiq (orang yang bersifat jujur dan benar). (Ibnu Hisyam). Sebagaimana Abu Bakar juga selalu menjadi penolong dan pendukung Rasulullah saw disaat beliau mendapatkan pertentangan dari kaum muslimin saat terjadinya perjanjian Hudaibiyah. Saat Allah SWT mengizinkan kepada Rasulullah saw untuk Hijrah, Rasulullah saw memilih beliau

Page 7: Bahan Buletin Dakwah

untuk menjadi teman dan pendampingnya dalam melakukan hijrah, tinggal di Gua Tsur selam tiga hari, dan saat kaum musyrikin berdiri di depan lubang gua, Abu Bakar sangat khawatir dan cemas terhadap Rasulullah saw, dan berkata : wahai Rasulullah, kalau saja mereka melihat kebawah kaki mereka, maka kita akan terlihat, maka Rasulullah saw berkata kepadanya : “Apa pendapat kamu wahai Abu Bakar dengan dua orang dan yang ketiga adalah Allah”. (Al-Bukhari) Abu Bakar juga selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw dan tidak pernah ketinggalan walaupun sekali, dan Rasulullah saw sangat mengenal kepribadian beliau, sehingga Rasulullah saw memberikan khabar gembira kepadanya dengan Syurga, beliau bersabda : “Tidak seorangpun diantara kita memiliki tangan yang menyamai apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, karena beliau disisi kami memiliki tangan yang Allah akan menggantinya yang lebih baik di hari Kiamat”. (At-Turmudzi). Beliau juga sangat tulus dan hati-hati dalam mengamalkan perintah-perintah Allah, suatu hari beliau mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang menhulurkan bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya dihari Kiamat”. Lalu Abu Bakarpun berkata : “Salah satu dari baju saya tidak akan digunakan kecuali saya telah berjanji melaksanakan sabda tersebut”. Rasulullah sawpun berkata kepadanya : “Sesungguhnya yang kamu lakukan itu bukanlah termasuk katagori sombong”. (Al-Bukhari). Beliau juga orang yang paling takut kepada Allah, beliau pernah berkata : “Sekiranya salah satu dari kaki saya masuk surga lalu yang lainnya di luar, saya belum merasa aman akan lepas dari murka Allah (Adzab). Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, sebahagian sahabat berkumpul dirumah Rasulullah saw dan mengemukakan pandangan bahawa mereka tidak percaya akan kepergian Rasulullah saw, Umar berdiri dihadapan mereka dan mengancam bagi siapa yang berani mengatakan bahwa Rasulullah saw telah meninggal akan dipenggal lehernya, maka Abu Bakar maju dan masuk kerumah Rasulullah saw dan membuka kain yang menutupi wajahnya yang mulia, beliau berkata : “Sungguh harum kematian dan kehidupan engkau wahai Rasulullah”. Lalu beliaupun keluar menuju kumpulan manusia, dan berkata kepada mereka : “Wahai sekalian manusia, ketahuilah barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad saw maka sesungguhnya beliau telah meninggal, dan barangsiapa diantara kalian yang menyembah Allah maka selamanya Allah Hidup dan tidak pernah mati, karena Allah SWT telah berfirman : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang”. (Ali Imran : 144) Setelah itu para pemuka kaum muslimin bergegas menuju tempat pertemuan untuk menetapkan siapa yang akan menggantikan Rasulullah saw, akhirnya kaum muslimin saat itu bersepakat membai’at Abu Bakar sabagai khalifah setelah kaum muhajirin dan Anshor merasa puas dengan keputusan bahwa Abu Bakar adalah seorang yang sesuaimenjadi kahlifah setelah Rasulullah saw, kenapa tidak ? padahal Rasulullah saw pernah menyuruhnya menggantikan beliau dalam memutuskan perkara kaum muslimin saat baliau dalam keadaan sakit dan sekarat, beliau bersabda : “Perintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat kepada jamaah”. (Muttaqun ‘alaih). Setelah beliau dipercaya menjadi khalifah, beliau berdiri dan menyampaikan pidato pertamanya : “Wahai sekalian manusia, sungguh saya telah diberikan amanah memimpin kalian semua dan aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian, jika aku melakukan kebaikan

Page 8: Bahan Buletin Dakwah

maka tolonglah aku, namun jika melakukan kesalahan maka luruskanlah, kejujuran merupakan amanah, sedang dusta adalah khianat, orang yang lemah diantara kalian akan kuat disisiku hingga aku dapat menghilangkan bebannya insya Allah, sedangkan orang yang kuat diantara kalian lemah disisiku sampai aku dapat mengambil hak darinya insya Allah, tidaklah suatu kaum meninggalkan kewajiban jihad kecuali Allah akan hinakan mereka, dan tidaklah tersebar kemaksiatan dalam suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan mereka bencana, taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun jika saya menyimpang kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada taat kepadaku atas kalian”. Selama dalam pemerintahan khilafahnya Abu Bakar telah memerangi kaum murtad dan pembangkang membayar zakat, beliau berkata : “Demi Allah sekiranya mereka mencegah saya seikat unta yang mana mereka menunaikan perintah Allah disaat Rasulullah saw hidup, maka saya akan memerangi mereka”. Dan dalam peperangan beliau selalu mengajarkan adab berperang, dengan mewasiatkan kepada tentaranya agar jangan membunuh orang yang sudah tua, anak kecil dan wanita, orang yang beribadah dirumah ibadah dan jangan membakar tanaman dan menebang pokok. Khalifah Abu Bakar menugaskan prajurit yang dipimpin Usamah bin Zaid untuk menyerang Romawi, sebagaimana Rasulullah saw telah memberikan mandat ke Usamah bin Zaid untuk menjadi komandan perang walaupun umurnya masih raltif muda, dan saat Rasulullah saw meninggal dunia, Abu Bakar berusaha keras menubuhkan pasukan seperti yang berjalan di zaman Rasulullah saw, dan beliau ikut langsung mengiringi pasukan, dimana beliau berjalan kaki sedangkan Usamah diatas menaiki kendarannya, seekor kuda, lalu Usamah berkata kepada khalifah Abu Bakar : “Wahai khalifah, sudikah engkau naik kendaraan ini atau saya turun”. Maka dia berkata : “Demi Allah, saya tidak akan menaiki kendaraan dan engkau jangan turun dari kendaraan, kenapa saya tidak berani menyentuhkan kaki saya dibumi menuju jalan Allah”. Khalifah Abu Bakar juga pernah mengirim pasukan ke negeri Syam, Iraq hingga akhirnya seluruh penduduknya memeluk agama Islam. Dan diantara prestasi yang dilakukan dalam masa kekhilafahannya adalah beliau pernah memerintahkan untuk menyusun kembali Al-Qur’an dan menulisnya setelah banyaknya dari kalangan para huffadz yang syahid. Khalifah Abu Bakar meninggal pada malam Selasa, tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun 3 Hijriyyah, sedangkan umurnya baru 63 tahun. Adapun yang memandikan jenazah beliau adalah istrinya sendiri yaitu Asma bin Umais sesuai dengan wasiatnya, dan dikebumikan disamping jenazah Rasulullah saw. Beliau meninggalkan beberapa anak ; Abdullah, Abdul Rahman, Muhammad, Aisyah, Asma, Ummi Kultsum –semoga Allah meridloi semuanya-. Dan beliau juga banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw berjumlah lebih dari seratus hadits.Views: 90

Khalifah Abu Bakar

Sumber : www.pesantren.netAmanah :

Muhammad wafat tanpa meninggalkan pesan siapa yang harus menggantikannya sebagai pemimpin umat.. Beberapa kerabat Rasul berpendapat bahwa Ali bin Abu Thalib -misan dan menantu yang dipelihara Muhammad sejak kecil-yang paling berhak. Namun sebagian kaum Anshar,

Page 9: Bahan Buletin Dakwah

warga asli Madinah, berkumpul di Balai Pertemuan (Saqifa) Bani Saudah. Mereka hendak mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin umat.

Ketegangan terjadi. Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah datang untuk mengingatkan mereka. Perdebatan terjadi, sampai dua tokoh Muhajirin dan Anshar -Abu Ubaidah dan Basyir anak Saad-membaiat Abu Bakar. Umar menyusul membaiat. Demikian pula yang lainnya. Pertikaian selesai. Selasa malam menjelang salat Isya -setelah Muhammmad dimakamkan-Abu Bakar naik ke mimbar di masjid Nabawi. Ia mengucapkan pidato pertamanya sebagai khalifah. Pidato yang ringkas dan dan berkesan di kalangan umat. Itu terjadi pada Juni 632, atau 11 Hijriah.

Abu Bakar adalah orang pertama di luar kerabat Rasul yang memeluk Islam. Ia dikenal sebagai orang yang selalu membenarkan ucapan Muhammad. Ketika orang-orang menghujat Muhammad karena mengatakan baru mengalami Isra' Mi'raj, Abu Bakar menyatakan keyakinannya terhadap peristiwa itu. Ia menyiapkan perjalanan serta mengawani Muhammad saat hijrah ke Madinah. Ia juga menikahkan putrinya, Aisyah, dengan Rasul.

Namun tak berarti kepemimpinan Abu Bakar mulus. Meninggalnya Muhammad menimbulkan pembelotan besar-besaran dari berbagai kabilah yang baru masuk Islam. Mereka tidak lagi patuh pada pemerintahan di Madinah. Beberapa orang malah menyatakan diri sebagai Nabi. Aswad Al-Insa di Yaman yang menyatakan diri sebagai Nabi dan membolehkan orang tidak salat dan berzina, telah dibunuh oleh orang dekatnya saat Rasulullah sakit. Sekarang ada Tulaihah dan Musailama yang berbuat serupa.

Di Madinah pun, Abu Bakar berselisih pendapat dengan Fatimah, putri Muhammad, mengenai cara pengelolaan uang negara. Keluarga Rasul -termasuk Ali bin Abu Thalib-baru mengakui kepemimpinan Abu Bakar enam bulan kemudian, setelah Fatimah wafat.

Tugas pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah melaksanakan amanat Rasul: memberangkatkan pasukan Usama bin Zaid ke arah Palestina dan Syam. Ia sendiri -dalam usia 61 tahun-- kemudian memimpin tentara menggempur Tulaiha. Operasi militernya sukses. Setelah itu, Abu Bakar membentuk 11 regu untuk menaklukkan kabilah-kabilah yang menolak membayar zakat. Yakni dari Tihama di Laut Merah, Hadramaut di ujung Lautan Hindia, sampai ke Oman, Bahrain, Yamama hingga Kuwait di Teluk Persia.

Pertempuran paling sengit terjadi melawan pasukan Musailama yang memiliki 40 ribu pasukan. Tentara dari Madinah sempat hancur. Berkat kecerdikan panglima Khalid bin Walid, mereka memukul balik lawan. Seorang tentara Khalid, Al-Barak, berhasil melompati benteng Al-Hadikat dan membuka pintu dari dari dalam. Musailama tewas.

Pasukan Khalid kemudian bergerak ke Utara, menuju lembah Irak yang saat itu dikuasai kerajaan besar Persia. Pada 8 Hijriah, Raja Persia Kisra merobek-robek surat yang dikirimkan Muhammad. Rasul lalu menyebut Allah akan merobek-robek kerajaan Persia pula. Saat itu tiba melalui tangan Khalid bin Walid yang hanya membawa sedikit pasukan. Dalam perang di Allais tercatat 70 ribu orang tewas. Setelah itu Kerajaan Hira pun ditaklukkan. Jadilah seluruh wilayah Irak sekarang masuk dalam wilayah kekhalifahan Abu Bakar.

Setelah itu, Khalifah Abu Bakar mengirim 24.000 pasukan ke arah Syria, di bawah komando empat panglima perang. Mereka bersiap menghadapi 240.000 pasukan Romawi -kekuatan terbesar di dunia pada masa itu-yang diperintah Heraklius. Abu Bakar menetapkan Yarmuk sebagai pangkalan mereka. Ia juga memerintahkan Khalid bin Walid -yang berada di wilayah Irak-untuk pergi ke Yarmuk dan menjadi Panglima Besar di situ. Sebanyak 9000 pasukan dibawanya.

Abu Bakar mencatat banyak keberhasilan. Di jazirah Arab, ia telah berhasil menyatukan kembali umat Islam yang pecah setelah rasul wafat. Di masanya pula, Islam mulai menyebar ke luar jazirah Arab. Meskipun demikian, ia tetap dikenal sebagai seorang yang sederhana. Ia hidup sebagaimana rakyat. Tetap pergi sendiri ke pasar untuk berbelanja, serta tetap menjadi imam salat di masjid Nabawi.

Page 10: Bahan Buletin Dakwah

Selama dua tahun tiga bulan memimpin umat, ia hanya mengeluarkan 8.000 dirham uang negara untuk kepentingan keluarganya. Jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran waktu itu sekalipun. Ia juga memerintahkan pengumpulan catatan ayat-ayat Quran dari para sekretaris Rasul. Catatan-catatan itu dikumpulkan di rumah Hafsha, putri Umar. Abu Bakar meninggal dalam usia yang hampir sama dengan Rasul, 63 tahun

Category: Books

Genre: Religion & Spirituality

Author: Ahmad ad-Dardir

SYARH QISHAT AL-MI’RAJ[Keterangan kitab “Kisah Mi’raj”]

Pengarang : al-Imam al-`Arif Billah Abi al-Barakat Sayyidi Ahmad ad-DardiirPenerbit : Pustaka al-`Alawiyyah, SemarangPenerjemah: Ahmad Seadie

Kitab ini merupakan penjelasan (hasyiyat) atas kitab Qishshat Mi’raj karya al-`Allamah al-Humaam Barkat al-Anaam Najm ad-Diin al-Ghaithii. Kitab ini terdiri atas dua bagian. Bagian tepi kitab merupakan isi kitab Qishshat al-Mi’raj dan bagian tengah merupakan penjelasan (syarh) –nya.

Bagian Tepi: Kisah Mi’raj

Ketika Nabi saw. sedang berbaring di antara dua orang laki-laki di Hijir Isma’il di dekat Baitullah (Kabah), tiba-tiba datang Malaikat Jibril dan Mikail beserta satu malaikat lain. Ketiga malaikat itu membawa Nabi ke sumur Zamzam dan membaringkannya di sana. Di antara ketiga malaikat itu, Jibril bertindak sebagai pemimpinnya. Riwayat lain mengatakan: tiba-tiba terbukalah loteng rumahku lalu turun malaikat Jibril, membedah dada Nabi sampai ke bawah perutnya. Kemudian Jibril berkata kepada Mikail, “Berikan aku sebaskom air zamzam, aku akan mensucikan hatinya dan membersihkan dadanya!” Maka Jibril pun mengeluarkan hati Nabi dan mencucinya 3 kali serta menghilangkan segala kotoran yang ada di dalamnya. Malaikat Mikail pun mondar-mandir membawa 3 baskom air zamzam. Kemudian malaikat Jibril membawa satu baskom dari emas berisi hikmah dan iman dan dituangkan ke dalam dada Nabi sehingga penuhlah dada beliau dengan sifat sabar (hilm), ilmu, keyakinan dan keislaman. Setelah itu Jibril menutup kembali dada Nabi dan memberi cap di antara kedua pundaknya dengan cap kenabian. Kemudian didatangkan seekor Buraq yang berpelana dan berkekang. Buraq adalah seekor binatang berbulu putih dan tinggi, lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada kuda, suka menaruh kaki depannya di pinggir matanya, kedua telinganya selalu bergerak-gerak. Jika mendaki gunung kedua kaki belakangnya memanjang, sedangkan jika menuruni gunung kedua kaki depannya yang memanjang. Pada kedua belah pahanya terdapat dua sayap yang berpungsi untuk mempercepat larinya. Ketika melihat Nabi, Buraq berjingkrak-jingkrak. Jibril memegangnya lalu berkata: “Hai Buraq, apakah kamu tidak malu. Demi Allah, orang yang akan menaikimu adalah orang yang paling mulia bagi Allah!” Mendengar ucapan Jibril ini, Buraq pun malu dan bercucuranlah keringatnya. Setelah Buraq diam, Nabi pun menaikinya. Para nabi terdahulu pun pernah menaiki Buraq ini. Menurut Sa’id ibn al-Musayyab dan yang lainnya, Buraq ini adalah kendaraan Nabi Ibrahim yang biasa dipakai untuk pergi ke Bait al-Haram (Mekah). Maka berangkatlah Buraq itu dengan didampingi oleh Jibril di sebelah kanan dan Mikail di sebelah kirinya.Menurut Ibn Sa`d, Jibril yang memegang sanggurdi dan Mikail yang memegang kendali. Mereka berjalan terus hingga tiba di suatu tempat yang tanahnya banyak pohon kurma. Di sini Jibril berkata kepada Nabi: “Turun dan salatlah di sini!” Nabi salat (dua rakaat) lalu naik kembali. Jibril bertanya kepada Nabi: “Tahukah kamu, di mana kamu tadi salat?” “Tidak tahu!” jawab Nabi. “Kamu tadi salat di Thaibah [Medinah], dan ke tempat inilah kamu nanti akan hijrah.” Jawab Jibril. Buraq terus berlari dengan kencang hingga tiba di suatu tempat. Di sini Jibril kembali berkata: “Turun dan salatlah di sini!” Nabi salat (dua rakaat) lalu naik kembali. Lalu Jibril bertanya kepada Nabi” “Tahukah kamu, di mana kamu tadi salat?” “Tidak tahu!” jawab Nabi. “Kamu tadi salat di Madyan (sebuah desa di Syam), di pohon Nabi Musa (tempat Nabi Musa berteduh ketika lari dari Mesir karena takut dikejar Firaun).” Buraq terus berlari lagi hingga tiba di suatu tempat. Di sini Jibril berkata lagi: “Turun dan salatlah di sini!” Nabi salat (dua rakaat) lalu naik kembali. Lalu Jibril bertanya kepada Nabi: “Tahukah kamu, di mana tadi kamu salat?” “Tidak

Page 11: Bahan Buletin Dakwah

tahu!” jawab Nabi. “Tadi kamu salat di bukit Thur Sina tempat Allah dan Nabi Musa berbicara.” Kemudian, ketika tiba di suatu tempat di mana tampak istana Syam, Jibril berkata kepada Nabi: “Turun dan salatlah di sini!” Nabi pun salat (dua rakaat) dan naik kembali. Buraq pun berlari lagi melanjutkan perjalanan. Jibril bertanya: “Tahulah kamu, di mana tadi kamu salat?” “Tidak tahu!” jawab Nabi. “Kamu tadi salat di Betlehem tempat dilahirkannya Isa anak Maryam.” Ketika sedang berjalan di atas Buraq, tiba-tiba Nabi melihat di belakang ada Jin Ifrit sedang menuju ke arahnya dengan membawa obor. Setiap kali menoleh ke belakang beliau melihat jin itu. Jibril berkata kepada Nabi: “Maukah Aku ajarkan kamu beberapa kalimat yang jika kamu baca akan padam obornya dan tersungkur Ifrit itu?” “Mau!” Jawab Rasulullah saw. Jibril berkata: “Bacalah a`uuzdu bi wajhillah al-kariim wa bi kalimaatillaah at-taammaat al-latii laa yujaawizuhunna birrun wa laa faajirun min syarri maa yanzilu min as-samaa’I wa min syarri maa ya`ruju fiihaa wa min syarri maa dzara’a fi al-ardh wa min syarri maa yakhruju minhaa wa min fitan al-lail wa an-nahaar wa min thawaariq al-lail wa an-nahaar illaa thaariqan yathruqu bi khair yaa rahmaan.” (Aku berlindung kepada Zat Allah Yang Mulia dan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tak dapat diabaikan baik oleh orang yang baik maupun yang durjana dari kejahatan yang akan turun dari langit dan yang akan naik kepadanya, dari kejahatan yang ada di bumi dan yang keluar dari dalamnya, dan dari cobaan (fitnah) yang ada pada malam hari dan siangnya, kecuali yang datrang dengan membawa kebaikan, wahai Allah Yang Maha Pemurah). Setelah Nabi membaca doa ini, maka tersungkurlah Ifrit itu dan padam obornya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan hingga tiba di suatu tempat di mana penduduknya bercocok tanam pada suatu hari dan memanennya pada hari itu juga. Setiap kali mereka memanen, tanaman tumbuh kembali dan mereka pun memanennya lagi. Begitu seterusnya. Nabi bertanya: “Wahai Jibril, apa maksudnya ini?” “Mereka itu adalah tamsil para pejuang di jalan Allah swt. yang kebaikan mereka dilipatgandakan sampai dengan 700 kali lipat. Apa saja yang mereka infakkan (keluarkan), Allah yang akan menggantinya!” Jawab Jibril menjelaskan. Kemudian Nabi mencium bau harum dan beliau pun bertanya: “Bau apa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini adalah bau harum makam Tukang Sisir (Masyithaah) putri Fir`aun. dan anak-anaknya. Pada suatu hari, ketika ia sedang menyisir rambut putri Fir`aun, tiba-tiba sisirnya jatuh. Ia pun memungtu sisir itu dengan berkata: “Bismillah ta`isa fir`aun!” (Dengan nama Allah, binasalah Fir`aun). Mendengar ini, putri Fir`aun bertanya: “Apakah kamu punya Tuhan lain selain ayahku?” “Ya!” Jawab Masyithah. “Bolehkan Aku beri tahukan hal ini kepada ayahku?” Tanya putir Fir`aun. “Silakan!” Jawab Masyithoh. Maka ia pun melaporkan Masyithah kepada ayahnya dan Masyithoh pun dipanggil menghadap Fir`aun. Fir`aun bertanya: “Apakah benar kamu punya Tuhan lain selain Aku?” “Ya, Tuhanku dan Tuhan Tuan adalah Allah!” Jawabnya. Wanita tukang sisir ini punya dua orang anak laki-laki dan seorang suami. Fir`aun mengutus utusan untuk mendatangi mereka dan meminta agar kedua suami istri itu keluar dari agama yang mereka anut itu. Tetapi mereka tidak mau. Fir`aun berkata: “Aku akan membunuh kamu berdua!” “Silakan, tapi kami mohon kebaikan Tuan agar setelah Tuan bunuh kami, Tuan tempatkan kami dalam satu kuburan, pendamlah kami bersama-sama di dalamnya.!” Jawab Masyithah sambil mengajukan permohonan terakhirnya. Fir`aun berkata: “Itu hak kamu, Aku akan penuhi permintaanmu!” Maka Fir`aun memerintahkan untuk menyiapkan sebuah wadah besar dari tembaga dan dipanaskan dengan minyak atau air. Setelah wadah yang berisi minyak atau air yang mendidih itu siap, Fir`aun pun memerintahkan untuk melemparkan Masyithah dan anak-anak serta suaminya ke dalam wadah itu. Maka mereka dilemparkan satu demi satu hingga kepada anaknya yang paling kecil, yang masih menyusu. Ketika Masyithah akan terjun ke dalam wadah itu, anaknya yang paling kecil itu berkata: “Wahai ibu, terjunlah, jangan maju-mundur0 karena ibu berada di jalan yang benar!” Maka terjunlah ia sekeluarga ke dalam wadah itu. Pengarang berkata: Ada 4 orang anak kecil yang dapat bicara ketika masih dalam buaian, yaitu anak dalam kisah ini, anak yang menjadi saksi bagi Nabi Yusuf, anak dalam kisah Juraij dan Isa putra Maryam.Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan sekelompok orang yang sedang memukul-mukul kepala mereka sampai pecah. Ketika pecah, kepala mereka kembali seperti semula, lalu mereka pecahkan kembali, dan begitu seterusnya. Nabi bertanya: “Siapakah mereka itu, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah tamsil orang yang berat kepalanya untuk melakukan salat wajib!” Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan sekelompok orang yang berpakaian hanya sekadar menutupi kemaluan depan (al-qubul) dan kemaluan belakang (ad-dubur)-nya. Mereka pergi merumput sebagaimana onta dan kambing. Mereka memakan adh-dhari` (tanaman berduri), az-zaqquum (jenis pohon yang khusus untuk makanan penghuni neraka! dan bara atau batu neraka Jahanam. Nabi bertanya: “Apa maknanya ini, wahai Jibril?” Mereka adalah

Page 12: Bahan Buletin Dakwah

tamsil orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat atas harta mereka. Allah tidak menganiaya mereka sedikit pun (tapi mereka yang menganiaya diri mereka sendiri!). Kemudian mereka meneruskan perjalanan sehingga berjumpa dengan sekelompok orang yang di hadapan mereka ada daging yang masak di dalam beberapa periuk dan daging lainnya mentah dan busuk. Akan tetapi mereka memakan daging yang mentah dan busuk dan membiarkan daging yang masak dan baik. Nabi bertanya: “Siapa mereka itu, wahai Jibril?” “Mereka adalah tamsil kaum laki-laki dari umat kamu yang mempunyai istri yang halal dan baik tetapi mereka menggauli wanita-wanita lain yang bejad perangainya, bermalam bersama mereka sampai pagi, dan , sebaliknya, wanita-wanita yang mempunyai suami yang halal dan baik tetapi mereka menggauli laki-laki lain yang bejad perangainya, bermalam bersama mereka sampai pagi.Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga melihat sebatang kayu melintang di jalan. Setiap orang yang melintasi jalan itu bajunya akan robek, begitu pula benda-benda lain yang melintasi jalan itu akan terkait kayu itu. Nabi bertanya: “Apa maknanya ini, wahai Jibril?” “Ini adalah tamsil sekelompok kaummu yang duduk di jalanan membegal orang-orang yang lewat.” Jawab Jibril. Lalu Jibril membaca ayat yang artinya: “dan janganlah kamu duduk-duduk di tepi jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah.” (surah al-Ahzab, 86).Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan seorang laki-laki yang sedang berenang di sungai darah sambil dilempari batu (tepat ke mulutnya dan ia pun menelan batu itu). Nabi bertanya: “Apa maknanya ini, wahai Jibril?” “Ini adalah tamsil orang yang suka makan riba!” Jawab Jibril. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan seorang laki-laki yang telah mengumpulkan setumpuk kayu bakar. Walaupun ia tidak kuat mengangkat tumpukan kayu itu tetapi ia masih menambahkannya. Nabi bertanya: “Apa maknanya ini, wahai Jibril?” Jibril menjelaskan: “Ini adalah tamsil umatmu yang mendapat amanat dari orang lain. Walaupun tidak mampu menunaikan amanat itu ia tetap mau menerimanya. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan sekelompok orang yang sedang menggunting lidah dan mulut mereka dengan gunting besi. Setiap kali mereka mengguntingnya, lidah dan mulut mereka kembali seperti semula, lalu mereka menggungtingnya lagi, dan begitu seterusnya. Nabi bertanya: “Siapa mereka ini, wahai Jibril?” “Mereka adalah tamsil umatmu yang menjadi juru pidato yang suka menebar fitnah. Mereka mengatakan apa yang mereka tidak lakukan.” Jawab Jibril. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan sekelompok orang yang mempunyai kuku dari tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka. “Siapa mereka itu, wahai Jibril?” Tanya Nabi. “Mereka adalah tamsil orang-orang yang suka memakan daging manusia dan merusak kehormatan mereka.” Jawab Jibril. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga berjumpa dengan sebuah lubanhg kecil yang dari dalamnya keluar seekor sapi jantan yang besar. Akan tetapi sapi itu ingin masuk kembali ke dalam lubang kecil itu, dan tidak bisa. Nabi bertanya: “Apaka maknanya ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini adalah tamsil umatmu yang suka bicara besar, lalu menyesal. Akan tetapi ia tak dapat menarik kembali ucapannya itu. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba ada suara dari sebelah kanan memanggil Nabi, “Wahai Muhammad, menengoklah ke arahku, Aku akan bertanya kepadamu!” Akan tetapi Nabi tidak menjawabnya. “Siapa itu, wahai Jibril?” Tanya Nabi. “Itu adalah orang Yahudi. Jika kamu menjawab seruannya, maka umatmu akan menjadi Yahudi!” Jawab Jibril. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba ada lagi suara dari sebelah kiri memanggil Nabi. “Wahai Muhammad, menengoklah ke arahku, Aku akan bertanya kepadamu!” Akan tetapi Nabi tidak menjawabnya. “Siapa itu, wahai Jibril?” Tanya Nabi. “Itu adalah orang Nasrani. Jika kamu menjawab seruannya, maka umatmu akan menjadi Nasrani!” Jawab Jibril. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba ada seorang wanita yang tangannya terbuka dengan mengenakan berbagai perhiasan yang diciptakan Allah. Wanita itu memanggil: “Wahai Muhammad, lihatlah Aku, Aku akan bertanya kepadamu?” Akan tetapi Nabi tidak memperhatikannya. Nabi bertanya: “Siapakah ini, wahai Jibril?” “Ini adalah dunia. Jika kamu menjawab panggilannya, pasti umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat.” Jawab Jibril. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba mereka berjumpa dengan seorang tua yang menghalangi jalan sambil memanggil-manggil: “Muhammad, kemari!” Jibril berkata: “Jalan terus, wahai Muhammad!” Nabi bertanya: “Siapakah ini, wahai Jibril?” “Ini musuh Allah, iblis. Ia ingin kamu berpaling kepadanya!” Jawab Jibril. Muhammad terus berjalan sehingga ia melihat seorang nenek di pinggir jalan. Nenek itu memanggil Nabi: “Wahai Muhammad, menolehlah kepadaku. Aku akan bertanya kepadamu!” Akan tetapi Nabi tidak memperhatikannya. Nabi

Page 13: Bahan Buletin Dakwah

bertanya: “Siapakah ini, wahai Jibril?” Jibril berkata: “Itu adalah suatu gambaran bahwa usia dunia ini tinggal sebatas sisa usia nenek itu!”Nabi terus berjalan sehingga tiba di suatu kota, yaitu Baitul Maqdis. Beliau masuk melewati pintu gerbangnya yang disebut Bab al-Yaman. Kemudian Nabi turun dari Buraq dan mengikatnya di pintu mesjid di tempat biasa para nabi sebelumnya mengikat Buraq mereka. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Nabi mendekati batu besar dan meletakkan jarinya pada batu itu sehingga batu itu bolong dan beliau ikat Buraq di situ. Kemudian beliau memasuki mesjid lewat pintu di mana matahari dan bulan condong kepadanya. Lalu Nabi dan Jibril mengerjakan salat (tahiyat mesjid!) masing-masing dua rakaat. Tak lama kemudian berkumpullah orang banyak memenuhi mesjid itu. Maka Nabi mengenali bahwa mereka adalah para Nabi. Di antara mereka ada yang sedang berdiri, ruku dan sujud. Kemudian ada yang berdiri azan, lalu qamat. Setelah itu mereka semua berdiri bershaf-shaf (berbaris-baris) menunggu orang yang akan bertindak sebagai imam. Maka Jibril menarik tangan Nabi Muhammad saw. ke depan, dan salatlah beliau mengimami mereka dua rakaat.Menurut Ka`ab, pada sat itu Jibril melakukan azan untuk para malaikat. Para malaikat pun turun dari langit dan Allah mengumpulkan semua nabi dan rasul. Lalu Nabi salat bersama mereka. Selesai salat, Nabi menoleh ke belakang. Lalu Jibril bertanya: “Wahai Muhammad, tahukah kamu, siapakah yang salat di belakangmu?” “Tidak!” Jawab Nabi. “Semua nabi yang telah diutus Allah swt.!” Jawab Jibril. Kemudian semua nabi itu memuji Tuhan dengan pujian yang bagus. Lalu Nabi berkata: “Kamu semua telah memuji Tuhan kamu masing-masing, maka Aku pun akan memuji Tuhanku!” Setelah itu Nabi berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah mengutusku menjadi rahmat bagi semesta alam dan semua manusia, membawa kabar suka dan duka; menurunkan kepadaku al-Qur’an yang mengandung penjelasan atas segala sesuatu; menjadikan umatku sebagai umat yang terbaik, yang berbeda dengan umat-umat lainnya; menjadikan umatku umat yang tengah-tengah; menjadikan umatku umat yang pertama dan terakhir; melapangkan dadaku; mengampuni dosaku; mengangkat sebutan namaku; menjadikan aku pembuka dan penutup.”Maka berkatalah Nabi Ibrahim as.: “Dengan semua inilah Allah telah melebihkan kamu, wahai Muhammad!”Setelah itu Nabi merasa sangat haus. Lalu datanglah Jibril membawa segelas khamar (arak) dan segelas susu. Akan tetapi Nabi memilih susu. Maka berkatalah Jibril kepadanya: “Kamu telah memilih kesucian. Jika kamu minum khamar, pasti umatmu akan rusak dan sedikit dari mereka yang akan mengikutimu!” Dalam riwayat lain dikatakan ada 3 gelas. Gelas ketiga berisi air. Malaikat Jibril berkata kepada Nabi: “Jika kamu minum air, pasti umatmu akan tenggelam!” Dalam riwayat lain lagi dikatakan bahwa salah satu dari tiga gelas yang ditawarkan itu berisi madu, bukan air.Kemudian dari sebelah kiri batu besar Nabi melihat bidadari. Beliau memberi salam kepada mereka dan mereka menjawab salam Nabi. Nabi bertanya kepada mereka dan mereka menjawabnya dengan senang hati.Kemudian Jibril membawakan mi`raj (tangga) tempat naiknya arwah para anak-cucu Adam (manusia) nanti. Belum pernah ada orang yang melihat tangga sebagus mi`raj ini. Anak tangganya ada yang terbuat dari perak dan ada yang dari emas. Tangga yang berlapiskan permata ini berasal dari surga Firdaus. Di kanan kiri tangga itu ada malaikat. Maka naiklah Nabi dan Jibril hingga sampai di salah satu pintu langit dunia yang disebut Bab al-Hafazhah. Pada pintu itu ada satu malaikat bernama Ismaa`iil, yaitu penjaga langit dunia. Ia tinggal di udara, tidak pernah naik ke langit sama sekali dan juga tidak pernah turun ke bumi, kecuali pada hari wafatnya Nabi saw. Di bawah kekuasaan malaikat Ismaa`iil ini ada 70.000 malaikat dan setiap malaikat ini mempunyai pasukan sebanyak 70.000. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril. “:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril.Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba di dalam sudah ada Nabi Adam as., yaitu Bapak Manusia, dalam bentuk yang sama seperti bentuk aslinya ketika ia diciptakan Allah. Kepada Nabi Adam diperlihatkan arwah para nabi dan anak cucunya yang Mukmin. Adam berkata: “Ruh yang baik dan jiwa yang baik. Masukkanlah arwah ini ke dalam surga `illiyyun (surga yang paling tinggi)!” Kemudian diperlihatkan kepadanya arwah anak cucunya yang Kafir. Adam berkata: “Ruh yang buruk dan jiwa yang buruk. Masukkanlah arwah ini ke dalam neraka Sijjin (neraka yang paling bawah!). Di sebelah kanan Adam Nabi melihat bayangan hitam dan sebuah pintu tempat keluarnya bau semerbak, dan di sebelah kirinya Nabi melihat bayangan hitam dan sebuah pintu tempat keluarnya bau busuk. Jika menoleh ke arah kanan, ia tersenyum dan gembira, dan jika menoleh ke arah kiri, ia sedih dan menangis. Lalu Nabi memberi salam kepadanya dan ia pun menjawab salam Nabi. Lalu ia

Page 14: Bahan Buletin Dakwah

berkata: “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh!” Nabi bertanya: “Siapakah ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini Bapakmu, Adam. Sedangkan bayangan hitam yang ada di kanan-kirinya adalah jiwa anak-cucunya. Yang di sebelah kanan adalah penghuni surga dan yang di sebelah kiri adalah penghuni neraka. Jika menoleh ke arah kanan, ia tersenyum dan gembira, dan jika menoleh ke arah kiri, ia sedih dan menangis. Pintu yang ada di sebelah kanan adalah pintu surga. Jika ia melihat anak-cucunya masuk ke dalamnya ia tersenyum dan gembira. Sedangkan pintu yang ada di sebelah kirinya adalah pintu neraka Jahanam. Jika ia melihat anak-cucunya masuk ke dalamnya ia menangis dan sedih!”Kemudian Nabi terus berjalan dan tak lama kemudian ia berjumpa dengan para pemakan riba, pemakan harta anak yatim, pezina dan lain-lain dalam keadaan yang sangat menyedihkan seperti telah disebutkan di atas, bahkan lebih menyedihkan lagi.Kemudian Nabi naik ke langit kedua. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril. “:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril. Ketika keduanya masuk, tiba-tiba di dalamnya ada putra bibinya dari pihak ibu, yaitu Isa putra Maryam dan Yahya putra Zakaria yang serupa baju dan rambut keduanya dan masing-masing disertai sekelompok umatnya. Nabi Isa tubuhnya sedang, kulitnya bersih kemerah-merahan, berambut panjang dan kaku bagaikan orang yang baru keluar dari kamar mandi. Tampangnya seperti `Urwah bin Mas`ud ats-Tsaqafi. Nabi saw. memberi salam kepada mereka berdua dan mereka pun menjawab salam Nabi dan mengucapkan: “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh!” Dan keduanya pun mendoakan agar Nabi dalam keadaan baik.Kemudian Nabi naik ke langit ketiga. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril. “:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril. Ketika keduanya masuk, tiba-tiba di dalamnya ada Nabi Yusuf disertai sekelompok umatnya. Lalu Nabi memberi salam dan Yusuf pun menjawab salam Nabi dan mengucapkan: “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh!” Dan Yusuf pun mendoakan agar Nabi dalam keadaan baik. Nabi Yusuf telah dikaruniai separuh kegantengan (Nabi Muhammad). Dalam satu riwayat dikatakan bahwa Nabi Yusuf adalah makhluk Allah yang paling ganteng melebihi manusia lain, bagaikan cahaya malam bulan purnama dibandingkan bintang-bintang lainnya. Nabi bertanya: “Siapa ini, wahai Jibril?” “Ini saudaramu, Yusuf!” Jawab Jibril.Kemudian Nabi naik ke langit keempat. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril. “:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril. Ketika keduanya masuk, tiba-tiba di dalamnya ada Nabi Idris, yang Allah telah angkat ke tempat yang tinggi. Maka Nabi Muhammad memberi salam kepadanya dan Nabi Idris pun menjawab salam Nabi dan mengucapkan: “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh!” Kemudian ia mendoakan agar Nabi dalam keadaan baik.Kemudian Nabi Muhammad naik ke langit kelima. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril. “:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril. Ketika keduanya masuk, tiba-tiba di dalamnya ada Nabi Harun, yang separuh jenggotnya putih dan separuh lagi hitam dan panjangnya hampir sampai ke pusatnya. Ia sedang bercerita di tengah-tengah umatnya, Bani Isra’il. Nabi Muhammad memberi salam kepadanya dan ia pun menjawab salam Nabi dan mengucapkan: “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh!” Kemudian ia mendoakan agar Nabi dalam keadaan baik. Nabi bertanya: “Siapakah ini, wahai Jibril?” “Ini adalah seorang yang sangat dicintai umatnya, Harun bin `Imran!” Jawab Jibril.Kemudian mereka berdua naik ke langit keenam. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril.

Page 15: Bahan Buletin Dakwah

“:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril. Di sini Nabi Muhammad melewati para nabi dengan disertai beberapa orang umatnya, ada yang umatnya banyak, ada yang sedikit dan ada yang tanpa pengikut sama sama sekali. Kemudian Nabi melewati satu kelompok orang yang sangat banyak memenuhi cakrawala. Nabi bertanya: “Siapakan mereka itu?” Jibril menjawab: “Mereka adalah Nabi Musa dan umatnya. Tapi menengoklah ke atas, wahai Muhammad!” Maka Nabi melihat satu kelompok orang yang sangat banyak memenuhi cakrawala di sana-sini. Jibril berkata: “Itulah umat kamu. Selain mereka ada 70.000,- orang yang akan masuk surga tanpa dihisab. Ketika masuk, Nabi Muhammad dan Jibril berjumpa dengan Nabi Musa bin `Imran, seorang laki-laki yang kulitnya berwarna putih kemerah-merahan, tubuhnya tinggi seperti laki-laki suku Syanu’ah, dan berambut lebat. Jika ia memakai dua lapis baju sekaligus, rambutnya itu pasti akan menembusnya. Nabi saw. memberi salam kepadanya dan Nabi Musa pun menjawab salam Nabi, lalu berkata: “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh!” Kemudian ia mendoakan agar Nabi dalam keadaan baik. Nabi Musa berkata: “Orang-orang mengira bahwa Aku adalah keturunan Adam yang lebih mulia dalam pandangan Allah daripada orang ini (Nabi Muhammad!). Padahal dialah yang lebih mulia dalam pandangan Allah daripada Aku. Ketika Nabi melewatinya, ia menangis. Ketika ada yang tanya: “Mengapa Engkau menangis, wahai Musa?” Nabi Musa menjawab: “Aku menangis karena anak ini (Nabi Muhammad) diutus Allah setelah Aku, tetapi umatnya yang masuk surga lebih banyak daripada umatku . Bani Isra’il mengira bahwa Aku adalah keturunan Adam yang paling mulia dalam pandangan Allah. Padahal orang inilah (Nabi Muhammad), keturunan Adam, yang menggantikan Aku di dunia sedangkan Aku di dunia lain. Seandainya ia masuk surga sendirian Aku tak peduli, tetapi ia bersama umatnya!”Krmudian mereka berdua naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa ini?” “Ini Jibril!” Jawab Jibril. “:Siapa yang bersamamu?” Tanya penjaga pintu langit lagi. “Muhammad!” Jawab Jibril. “Apakah ia diutus Allah?” Tanya penjaga lagi. “Ya!” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit berkata: “Selamat datang, semoga Allah memanjangkan umurnya. Inilah sebaik-baik saudara, khalifah dan orang yang datang!” Maka penjaga membukakan pintu langit untuk Nabi dan Jibril. Ketika masuk, mereka berjumpa dengan Nabi Ibrahim khalilullah sedang duduk di depan pintu surga di atas kursi emas bersandar menghadap baitul ma’mur. Ia disertai sekelompok umatnya. Maka Nabi memberi salam kepadanya dan Nabi Ibrahim pun menjawab salam Nabi, lalu berkata: “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh!” Kemudian ia berpesan: “Perintahkanlah umatmu agar memperbanyak tanaman surga, karena tanahnya baik dan luas!” “Apa itu tanah surga?” Tanya Nabi. “Membaca la haula wa la quwwata illa billahil `liyyil `azhim. ‘Tak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung.’” Dalam satu riwayat dinyatakan “Sampaikanlah salamku kepada umatmu dan beri tahu mereka bahwa surga itu tanahnya baik, airnya manis dan tanamannya adalah kalimat subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar ‘Mahasuci Allah, segala puji milik Allah, tak ada tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar.’ Di sisi Nabi Ibrahim ada sekelompok orang sedang duduk dengan wajah putih berseri seputih kertas, sedangkan di sisi lain ada sekelompok orang yang ada noda hitam pada kulitnya. Kemudian kelompok orang yang terakhir ini menceburkan diri ke sungai dan mandi di sana. Setelah itu mereka naik dengan noda hitam yang sedikit berkurang. Lalu mereka menceburkan diri lagi ke sungai dan mandi. Setelah itu mereka naik lagi dengan noda hitam yang makin berkurang. Lalu mereka menceburkan diri untuk yang ketiga kalinya dan mandi di sana. Maka bersihlah kulit mereka sebersih kulit teman-teman mereka yang lain. Mereka pun duduk bergabung dengan kelompok orang yang berwajah putih berseri tadi. Nabi bertanya: “Wahai Jibril, siapakah orang-orang yang berwajah putih itu, siapakah yang ada noda pada kulitnya itu dan sungai apakah tempat mereka mandi tadi?” Jibril menjawab: “Adapun orang-orang yang berwajah putih itu adalah sekelompok orang yang sedikit pun tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. Orang yang pada kulitnya ada noda hitam adalah sekelompok orang yang mencampuradukkan amal saleh dengan amal jahat, lalu mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka. Sedangkan sungai tempat mereka mandi, yang pertama disebut Sungai Rahmatullah, kedua Sungai Nikmatullah dan ketiga sungai tempat mereka diberi minum oleh Tuhan mereka dengan minuman yang suci. Jibril juga menyatakan bahwa ini adalah tempatmu dan tempat umatmu. Tiba-tiba Nabi dan umatnya terbagi dua. Satu bagian mengenakan pakaian putih bagaikan kertas dan satu bagian lagi mengenakan pakaian abu-abu. Nabi memasuki bait al-ma`mur bersama kelompok orang yang mengenakan pakaian putih, sedangkan

Page 16: Bahan Buletin Dakwah

kelompok yang mengenakan pakaian abu-abu tertahan di luar, walaupun mereka sebenarnya adalah orang yang baik. Kemudian Nabi dan orang mukmin lainnya mengerjakan salat di bait al-ma`mur. Maka tiba-tiba setiap hari bait al-ma`mur dimasuki 70.000 malaikat yang tidak akan kembali lagi ke situ sampai hari kiamat. Bait al-ma`mur itu letaknya di depan Kabah. Kalau batu saja bersimpuh di hadapan Kabah, maka persimpuhan mereka di hadapan Kabah adalah akhir dari perjalanan mereka. Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa di sini Nabi ditawarkan 3 gelas minuman, sebagaimana kisah di atas, maka Nabi mengambil gelas berisi susu dan Jibril membenarkan pilihan Nabi itu sebagaimana kisah di atas, dan berkata, seperti telah diceritakan, inilah fitrah yang kamu dan umatmu berada di atasnya. Kemudian Nabi dibawa naik ke Sidrat al-Muntaha. Ke tempat inilah berakhirnya sesuatu yang naik dari bumi, lalu digenggamnya, dan ke tempat ini pula berakhirnya sesuatu yang turun dari atas lalu digenggamnya. Sidrat al-Muntaha adalah sebuah pohon yang dari pangkalnya mengalir sungai-sungai yang airnya jernih, tak pernah berubah, sungai-sungai susu yang rasanya tak pernah berubah, sungai-sungai arak yang rasanya lezat bagi orang-orang yang meminumnya, dan sungai-sungai madu yang telah tersaring. Jika ditempuh dengan mengendarai (onta, kuda atau keledai), jauhnya tempat yang dinaungi pohon Sidrat al-Muntaha itu belum dapat ditempuh dalam waktu 70 tahun. Buahnya seperti kendi-kendi desa Hajar (sebuah desa dekat Madinah). Bentuk daunnya seperti telinga gajah. Besar selembar daunnya hampir menutupi seluruh umat ini. Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa satu lembar daunnya dapat menaungi seluruh makhluk. Pada setiap lembar daunnya ada satu malaikat. Lalu daun itu ditutupi sesuatu yang berwarna-warni yang tidak diketahui apa itu. Setelah ditutupi benda yang tidak diketahui itu, maka, dengan izin Allah, daun itu pun berubah. Dalam satu riwayat dikatakan berubah menjadi Yakut (batu mulia) dan Zabarjad (batu permata). Tak seorang pun yang dapat melukiskan keindahan daun itu. Pada daun itu ada seekor kupu-kupu dari emas. Pada pangkal pohon itu tiba-tiba muncul 4 buah sungai, yaitu dua sungai yang tidak tampak dan dua sungai yang tampak. Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril: “Sungai apakah ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Dua sungai yang tidak tampak adalah duan sungai di surga. Sedangkan dua sungai yang tampak adalah sungai Nil dan sungai Eufrat. Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa Nabi melihat Jibril (dalam bentuk aslinya) di Sidrat al-Muntaha dengan 600 sayap. Setiap sayapnya dapat menutupi cakrawala ini. Dari sayap-sayapnya ini bertaburanlah permata dan Yakut yang berwarna-warni, dari sesuatu yang hanya Allah yang tahu. Kemudian Nabi menuju sungai Kautsar hingga memasuki surga. Tiba-tiba di dalam surga itu tampak sesuatu yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga dan tak pernah terlintas dalam hati manusia. Di pintu surga Nabi melihat tulisan yang berbunyi: “Satu sedekah dibalas sepuluh kali lipat, dan satu kali pemberian pinjaman dibalas delapan belas kali lipat!” Nabi bertanya: “Wahai Jibril, mengapa memberi pinjaman lebih utama daripada sedekah?” “Sebab, seorang pengemis yang meminta sedekah, ia masih punya sesuatu, sedangkan orang meminta pinjaman karena ia sangat butuh!” Jawab Jibril. Lalu Nabi berjalan hingga tiba di sungai susu yang tak pernah berubah rasanya, sungai arak yang lezat rasanya bagi orang yang meminumnya dan sungai madu yang telah tersaring. Di dalam sungai itu terdapat tumpukan permata, dan buah delima yang sebesar timba. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa di dalamnya ada buah delima sebesar kulit unta yang membawa muatan. Burung-burung yang ada di situ sebesar unta Khurasan yang berpunuk dua. Ketika mendengarkan cerita Nabi, Abu Bakar bertanya kepadanya: “Wahai Rasulullah, apakah enak dagingnya?” Nabi Menjawab: “Aku pernah memakan daging yang lebih enak daripadanya. Aku pun berharap agar kamu juga nanti akan memakannya!” Nabi melihat di kedua tepi sungai Kautsar terdapat beberapa buah kubah berlubang bertatahkan permata. Tanahnya berbau minyak kasturi.Kemudian Nabi diperlihatkan neraka. Di sinilah tempat murka Allah, amarah dan kutukan-Nya. Seandainya batu dan besi dilemparkan ke dalamnya, maka keduanya akan luluh dimakannya. Di dalam neraka ada sekelompok orang yang sedang memakan bangkai. Nabi bertanya: “Siapa mereka itu, wahai Jibril?” “Jibril menjawab: “Mereka itulah orang-orang yang memakan daging manusia!” Di sini Nabi juga melihat malaikat Malik, penjaga neraka. Dia adalah laki-laki bermuka masam, dan pada wajahnya terlihat amarah. Nabi saw. memberi salam kepadanya. Kemudian pintu neraka pun ditutupnya. Lalu Nabi naik ke Sidrat al-Muntaha dengan ditutupi awan yang berwarna-warni. Jibril tertinggal di belakang, sedangkan Nabi terus naik ke Mustawa. Di sini Nabi mendengar suara goresan pena. Beliau juga melihat seorang laki-laki yang diliputi cahaya `Arasy. Nabi bertanya: “Siapa ini? Apakah ia seorang raja?” Dijawab: “Bukan!” “Apakah ia Nabi?” tanya Nabi lagi. Di jawab: “Bukan!” Nabi bertanya lagi: “Siapakah dia?” Dijawab: “Ia adalah seorang laki-laki yang semasa hidupnya di dunia, lidahnya tak pernah kering

Page 17: Bahan Buletin Dakwah

dari zikir kepada Allah, hatinya tergantung pada mesjid dan tak pernah melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan orang mencaci maki orang tuanya!” Di sinilah Nabi melihat Allah swt. Maka tersungkurlah Nabi bersujud. Pada saat itu Allah berkata kepadanya: “Wahai Muhammad!” “Labbaik [aku datang menyambut panggilan Engkau!], wahai Tuhanku!” Jawab Nabi. Allah berkata: “Mintalah!” Nabi menjawab: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Mu [khalil] dan memberinya kerajaan yang besar, Engkau telah berbicara dengan Nabi Musa, Engkau telah berikan Nabi Daud kerajaan yang besar, besi lunak di tangannya dan gunung-gunung tunduk kepadanya, Engkau telah berikan Nabi Sulaiman kerajaan yang besar, Engaku telah jadikan jin, manusia dan setan tunduk kepadanya, begitu pula angin tunduk kepadanya, dan telah Engkau berikan kepadanya kerajaan yang tak layak Engkau berikan kepada orang lain sesudahnya, Engaku telah ajarkan Nabi Isa kitab Taurat dan Injil, Engkau telah berikan ia kemampuan menyembuhkan penyakit buta dan belang serta menghidupkan kembali orang mati dengan izin Engkau, telah Engkau lindungi ia dan ibunya dari setan yang terkutuk sehingga tak ada jalan bagi setan untuk menggoda mereka!” Maka Allah swt. berkata: “Sungguh, telah Kujadikan Engkau sebagai kekasih-Ku [habib]!” Periwayat berkata: “Di dalam kitab Taurat tertulis ia sebagai kekasih Allah!” [Selanjutnya Allah berfirman:] “Dan Kami telah mengutus Engkau kepada seluruh manusia dengan membawa berita suka dan duka, telah Aku lapangkan dadamu, telah Aku ampuni dosamu, telah Aku angkat sebutan namamu sehingga setiap kali nama-Ku disebut namamu juga disebut bersama nama-Ku, telah Aku jadikan umatmu sebagai umat terbaik yang dimunculkan untuk segenap manusia, telah Aku jadikan umatmu sebagai umat yang tengah-tengah, telah Aku jadikan umatmu sebagai umat yang pertama dan penghabisan, telah Aku tetapkan kepada umatmu agar dalam setiap khutbahnya memberi kesaksian bahwa Engkau adalah hamba dan utusan-Ku, telah Aku jadikan di antara umatmu itu suatu golongan yang hati mereka bagaikan kitab Injil, telah Aku jadikan Engkau sebagai nabi yang paling pertama diciptakan di antara para nabi dan yang paling terakhir diutus serta paling pertama diberi keputusan di hari kiamat nanti, telah Aku berikan kepadamu tujuh ayat yang selalu dibaca berulang-ulang yang belum pernah Aku berikan kepada seorang nabi pun sebelum kamu, telah Aku berikan kepadamu akhir surah al-Baqarah yang berasal dari perbendaharaan di bawah `Arasy yang belum pernah Aku berikan kepada seorang nabi pun sebelum kamu, telah Aku berika kepadamu sungai Kautsar, telah Aku berikan kepadamu delapan macam, yaitu Islam, Hijrah, Jihad, Shidq (berkata benar), Puasa Ramadan, Amar Makruf, Nahi Munkar, pada saat menciptakan langit dan bumi telah Aku wajibkan atasmu dan umatmu 50 kali salat, maka laksanakanlah olehmu dan umatmu!” Dalam satu riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah saw. diberikan salat 50 kali, akhir surah al-Baqarah, dan telah Aku ampuni umatmu yang tidak menyekutukan Allah sedikit pun. Kemudian terbukalah kabut yang menutupi Nabi dan Nabi pun dibawa turun oleh Jibril dengan cepatnya sehingga berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Di sini Nabi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Lalu Nabi berjumpa dengan Nabi Musa. Nabi berkata: “Sebaik-baik sahabat adalah kamu!” Musa bertanya: “Wahai Muhammad, apa yang telah Engkau lakukan di hadapan Tuhanmu, dan apa yang telah diwajibkan atasmu dan umatmu?” Nabi Muhammad menjawab: “Telah diwajibkan atasku dan umatku 50 kali salat sehari semalam!” Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan untukmu dan umatmu, sebab umatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sebab, Aku telah mencoba orang-orang sebelum kamu dari kalangan Bani Israil untuk mengerjakan yang lebih sedikit dari ini, tetapi mereka tidak sanggup dan mereka meninggalkannya. Sedangkan umatmu lebih lemah tubuh, hati, penglihatan dan pendengarannya!” Maka Nabi menoleh ke arah Jibril meminta persetujuan, dan Jibril pun memebri isyarat tanda setuju. Kata Jibril: “Kalau Engkau mau, kembalilah!” Maka dengan cepat Nabi kembali ke Sidrat al-Muntaha. Di sini Nabi ditutupi awan dan bersujud, lalu memohon: “Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku, karena mereka adalah umat yang paling lemah!” Allah berfirman: “Aku kurangi untuk umatmu 5!” Kemudian terbukalah awan yang menutupi Nabi dan Nabi pun kembali kepada Musa. Kepada Musa, Nabi berkata: “Allah memberi keringanan dengan mengurangi 5!” Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan sanggup mengerjakannya!” Begitulah seterusnya, Nabi mondar-mandir antara Nabi Musa dan Tuhannya meminta keringanan dan mendapat pengurangan 5 sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad!” “Aku datang menyambut panggilan Engkau, wahai Tuhanku!" Jawab Nabi. Firman Allah: “Inilah 5 kali salat sehari semalam. Setiap satu kali salat sama dengan 10 kai salat, sehingga jumlahnya tetap 50. Perkataan-Ku tak dapat diganti dan apa yang telah Aku tuliskan tak dapat dihapus. Barang siapa mempunyai niat untuk berbuat kebaikan tetapi tidak jadi dilakukan, maka tetap ditulis satu kebaikan untuknya. Jika niat itu ia lakukan, maka ia akan mendapat 10 kebaikan. Sebaliknya, barang siapa mempunyai niat untuk berbuat kejahatan

Page 18: Bahan Buletin Dakwah

tetapi tidak jadi ia lakukan, maka tidak ditulis apa-apa baginya. Jika niat itu ia lakukan, maka hanya ditulis satu kejahatan saja!” Maka terbukalah awan yang menutupi Nabi, lalu Nabi turun berjumpa Nabi Musa dan menceritakan apa yang telah Allah firmankan kepadanya. Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan sanggup megerjakannya!” Nabi menjawab: “Aku telah kembali kepada Tuhanku beberapa kali sampai Aku merasa malu. Aku telah rida dan menerimanya!” Maka tiba-tiba terdengarlah suara: “Telah Aku sampaikan suatu kewajiban dan telah Aku beri keringanan kepada hamba-hamba-Ku!” Maka Nabi Musa pun memerintahkan Nabi untuk turun dengan membaca bismillah. Ketika turun, setiap kali berjumpa rombongan malaikat, mereka berkata: “Berbekamlah!” Dalam riwayat lain berbunyi: “Perintahkanlah umatmu agar berbekam!” Nabi terus melanjutkan perjalanan dengan cepat sambil berkata kepada Jibril: “Wahai Jibril, mengapa setiap kali Aku berjumpa semua penghuni langit mereka menyambutku dengan senang dan tertawa kepadaku, tetapi ada satu penghuni langit yang jika aku memberi salam kepadanya ia menjawab salamku, menyambutku denngan senang dan mendoakanku, akan tetapi ia tidak mau tertawa?” Jibril menjawab: “Itu malaikat Malik, penjaga pintu neraka. Sejak diciptakan dia tidak pernah tertawa. Jika dia pernah tertawa pada seseorang, pasti dia juga akan tertawa pada kamu!” Ketika turun ke langit dunia, Nabi melihat ke bawah. Di tempat itu ada debu yang beterbangan dan asap yang menepul serta suara bergemuruh. Nabi bertanya: ”Apa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini adalah setan yang mengelilingi mata manusia sehingga mereka tidak dapat berpikir tentang penguasa langit dan bumi. Seandainya tidak ada setan, pasti manusia akan melihat keajaiban-keajaiban Allah.!” Kemudian Nabi melanjutkan perjalanan sehingga di suatu tempat ia berjumpa dengan kaum Quraisy sedang naik unta. Di antara unta-unta itu ada seekor unta yang dimuati dua buah karung, satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna putih. Ketika Nabi dekati, unta itu lari terkejut dan jatuh sehingga kakinya patah. Kemudian Nabi berjumpa dengan iringan unta lain yang sedang kehilangan satu ekor unta yang telah dikumpulkan oleh Bani Fulan. Nabi memberi salam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang berkata: “Ini suara Muhammad!” Kemudian, menjelang subuh, Nabi datang kepada para sahabatnya di Mekah. Di pagi hari, Nabi duduk sedih karena ia tahu bahwa orang-orang akan menganggap dirinya berdusta (tentang pengalaman isra miraj yang ia baru alami!). Pada saat itu Abu Jahal, musuh Allah, lewat dan menghampiri Nabi. Dengan nada mengejek, ia berkata kepada Nabi: “Ada sesuatu?” “Ada!” Jawab Nabi. “Apa itu?” Tanya Abu Jahal lagi. Nabi menjawab: “Tadi malam Aku diperjalankan (diisra’kan)!” “Ke mana?” Tanya Abu Jahal lagi. “Ke Bait al-Maqdis!” Jawab Nabi. “Pagi ini kamu sudah kembali di antara kami lagi?” Tanya Abu Jahal. “Ya!” Jawab Nabi. Pada saat itu Nabi tidak melihat Abu Jahal akan menganggapnya dusta, karena ia takut kalau ia panggil kaumnya, Nabi akan membantah ucapannya. Abu Jahal berkata: “Bagaimana pendapatmu jika Aku panggil kaummu, apakah kamu juga akan menceritakan kepada mereka apa yang telah kamu ceritakan kepadaku?” “Ya!” Jawab Nabi. Maka Abu Jahal mengumumkan: “Wahai sekalian Bani Ka`ab bin Lu’ay, kemarilah! Mereka pun berdatangan berkumpul dan duduk bersama Nabi dan Abu Jahal. Abu Jahal berkata kepada Nabi: “Ceritakanlah kepada kaummu apa yang tadi telah kamu ceritakan kepadaku?” Nabi bercerita: “Tadi malam Aku diisrakan!” “Ke mana?” Tanya mereka. “Ke Bait al-Maqdis!” Jawab Nabi. Mereka bertanya lagi: “Lalu pagi ini kamu sudah berada bersama kami lagi?” “Ya!” Jawab Nabi. Mendengar hal ini, suasana menjadi gaduh. Ada yang bertepuk tangan, ada yang memegang kepalanya karena keheranan, dan ada yang terkagum-kagum. Muth`im bin `Adi berkata: “Seluruh ucapanmu sebelum hari ini aku percaya, tetapi kali ini aku bersaksi bahwa ucapanmu dusta. Kami pergi ke Bait al-Maqdis dengan mengendarai unta dalam waktu sebulan dan pulangnya juga sebulan. Sedang kamu mengaku pergi ke sana hanya dalam waktu satu malam. Demi (berhala) Lata dan Uza, kami tidak percaya kepadamu!” Maka Abu Bakar berkata: “Wahai Muth`im, alangkah buruknya ucapanmu itu kepada kemenakanmu sendiri. Kau hadapi dia dan Kau anggap dusta perkataannya. Sedangkan Aku sendiri bersaksi bahwa dia itu benar!” Mereka bertanya: “Wahai Muhammad, coba gambarkan Bait al-Maqdis itu, bagaimana bangunannya, keadaannya dan berapa jaraknya dari gunung [gunung ath-Thur]?” Sedangkan di antara mereka ada yang sudah pergi ke sana sehingga tahu bagaimana bangunannya, keadaannya dan berapa jaraknya dari gunung. Pada saat itu, Nabi merasa ragu dan mengalami kesulitan yang belum pernah terjadi pada dirinya. Maka diperlihatkanlah kepadanya Mesjid sehingga seolah-oleh diletakkan di dekat rumah `Aqil (bin Abu Thalib, paman Nabi) atau `Iqal. Mereka bertanya: “Berapa jumlah pintu mesjid itu?” Padahal Nabi belum pernah menghitungnya. Maka Nabi pun melihat bayangan mesjid itu dan menghitung pintunya satu persatu, sehingga ia dapat menjelaskan kepada mereka jumlahnya dengan tepat. Abu Bakar berkata: “Engkau benar, Engkau benar!

Page 19: Bahan Buletin Dakwah

Abu bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah!” Kaumnya pun berkata: “Tentang sifat mesjid, demi Allah itu benar. Akan tetapi, apakah Engkau percaya bahwa ia pergi ke Bait al-Maqdis tadi malam dan telah kembali lagi sebelum subuh?” Abu Bakar menjawab: “Ya, sungguh Aku mempercayainya lebih dari ini. Aku mempercayai berita-berita yang ia sampaikan tentang naiknya ke langit sepagi dan sesore saja!” Atas dasar inilah, maka Abu Bakar diberi julukan ash-shiddiq “Orang yang membenarkan (cerita Nabi)”. Kemudian mereka bertanya: “Wahai Muhammad, ceritakanlah kepada kami tentang rombongan unta kami (yang sedang pergi ke Bait al-Maqdis!)!” Nabi berkata: “Aku berjumpa dengan suatu rombongan unta dari Bani Fulan di ar-Rauha’ yang kehilangan satu ekor unta. Mereka pun mencarinya. Akan tetapi ketika Aku tiba di kendaraan mereka itu, Aku tidak menjumpai seorang pun dari mereka. Tiba-tiba Aku melihat segelas besar air, maka Aku pun meminumnya. Kemudian di tempat lain Aku berjumpa dengan rombongan unta lainnya dari Bani Fulan. Di antara rombongan itu ada seekor unta merah yang di punggungnya ada dua buah karung, satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna putih. Ketika Aku telah mendekati rombongan unta itu, mereka pun lari dan unta merah terjatuh hingga patah kakinya. Kemudian Aku berjumpa dengan rombongan unta lain dari Bani Fulan di Tan`im (Sekarang disebut Mesjid Aisyah yang jaraknya kira-kira 3 mil dari Mekah), yang di depannya terdapat seekor unta yang putih kehitam-hitaman dan berpunuk hitam yang di punggungnya ada dua buah karung hitam. Dari jalan inilah mereka akan datang kepada kalian!” Mereka bertanya: “Kapan mereka akan datang?” Nabi menjawab: “Hari Rabu!” Maka ketika hari itu (Rabu) tiba, orang-orang Quraisy menunggu rombongan unta itu. Ketika hari itu berlalu sedangkan rombongan unta belum juga datang, Nabi saw. berdoa. Maka, berkat doa beliau, hari pun ditambah oleh Allah selama satu jam, matahari tertahan hingga rombongan unta itu datang. Mereka pun menyambut kedatangan rombongan unta itu. Kemudian mereka bertanya: “Apakah benar kalian kehilnagan unta?” “Benar!” Jawab mereka. Kata perawi: Maka mereka pun bertanya kepada rombongan unta yang lain: “Apakah benar unta kalian yang berwarna merah kakinya patah?” “Benar!” Jawab mereka. Mereka bertanya lagi: “Apakah kalian mempunyai segelas besar air?” Seorang di antara rombongan itu menjawab: “Demi Allah, Saya yang meletakkannya! Tak seorang pun di antara kami ada yang meminumnya, dan tidak pula menumpahkannya ke tanah!” Maka orang-orang Quraisy menuduh Nabi telah melakukan sihir (orang yang pertama melontarkan tuduhan ini adalah al-Walid bin al-Mugirah). Mereka berkata: “al-Walid itu benar!” Maka Allah swt. Menurunkan ayat : “... dan tidaklah kami jadikan mimpi (penglihatan) yang Kami perlihatkan kepada kamu (Muhammad) kecuali hanya sebagai ujian bagi manusia.”(Berkat pertolongan Allah, Alhamdulillah kisah ini selesai). Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan yang sebanyak-banyaknya kepada Tuan kami, Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam