Bagus Wijaya Kusuma(130621100091)
-
Upload
bagus-wijaya -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of Bagus Wijaya Kusuma(130621100091)
Nama : Bagus Wijaya KusumaNIM : 130621100091Kelas : PBSI/B
Terimakasih Ibu
Aku dikelilingi oleh keluarga yang sempurna, Ibu, Bapak, serta kedua
saudaraku, semuanya sangat menyayangi aku. Memilki keluarga yang utuh dan
harmonis, menjadi impian siapa pun. Hal yang membuat aku kangen ketika aku
berada jauh dari mereka, kebersamaan yang dapat mencairkan semua perasaan
gundah. Biasanya tiap malam kami berkumpul diruang keluarga, disana sembari
menonton tv kami tertawa, bercanda, suasana yang sangat menyenangkan sehingga
sulit untuk aku ungkapkan. Ibu, seorang yang sangat penyabar menghadapi tingkah
polah anak-anaknya yang beraneka ragam sifatnya ia selalu sabar, bapak, seorang
yang keras akan mendidik anaknya, kami sebagai anak pun takut untuk membantah
kata-katanya. Tapi dibalik sifatnya yang keras, bapak sangat peduli dan menyayangi
kami anak-anaknya. Vina adik perempuanku, hobinya main boneka Barbie, tapi rajin
membantu ibuku dirumah. Walaupun masih kecil, tapi dia mengerti pekerjaan. Vina
adikku itu sangat pintar di sekolahnya, ia selalu mendapat juara kelas dari kelas satu
sampai kelas empat SD. Sifatnya sangat baik, tetapi juga sangat cerewet dan manja,
ia selalu ingin menjadi yang terbaik diantara kakak-kakaknya.
Jika permintaan Vina tidak dituruti, maka dia akan menangis dan tidak mau
untuk belajar. Mendengar hal seperti itu ibu sudah terbiasa dengan sifat vina, ibu
selalu sabar dalam menghadapi anak-anaknya, ia selalu melindungi anak-anaknya.
Akupun merasa kasihan melihat ibu yang setiap hari bekerja membersihkan rumah,
membersihkan pakaian-pakaianku dan saudaraku yang lain. Ingin sekali aku
membantu ibu tetapi terbentur dengan keadaan. Aku sudah 2 tahun menimba ilmu
di Surabaya, tentnya aku jauh dari orang tua. Jauh dari orang tua rasanya sangat
menyedihkan, aku selalu merasa kesepian setiap ada masalah yang tidak bisa aku
selesaikan.
Lain dari sifat ibu yang penyabar dan penyayang, Bapakku mempunyai sifat
yang keras dalam mendidik anak-anaknya. Ia selalu disiplin, jika ada kesalahan yang
aku perbuat maka tak segan-segan bapak memarahiku meskipun itu hanya hal yang
sepele saja. Sifat seperti itulah yang membuat aku merasa bosan dengan bapakku
sendiri. Ia selalu saja ingin menang sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan
anak-anaknya, selalu ingin menjadi yang paling benar.
Setiap hari sabtu dan minggu bapakku berangkat ke pasar untuk menjual
ayam-ayamnya. Bapakku beternak ayam dari aku masih duduk di bangku SMA,
setiap hari sabtu dan minggu ia berangkat untuk berjualan ayam di pasar dekat
rumahku. Sudah 4 tahun lebih bapakku usaha jual ayam ini, sampai aku kuliah di
Surabaya. Sifat bapakku sangat keras, sampai pada suatu hari ketika aku pulang ke
rumah, bapakku pergi ke pasar dan menyuruhku untuk menjaga ayamnya yang ada
di kandangnya. Setelah beberapa jam kemudian, aku terkejut, ayam yang ada di
kandang tadi tidak ada di kandangnya dan berkelahi dengan ayam tetangga. Melihat
hal itu aku bergegas mengambil dan memisahkan ayam bapakku itu. Bapakku pun
datang dari pasar dan melihat ayamnya sudah luka-luka akibat berkelahi dengan
ayma tetangga. Melihat hal itu bapak, memarahiku dia berkata “kenapa jadi seperti
ini?” kemana saja kamu dari tadi?” kata bapak sambil lantang menatap ke aku. Aku
pun menjawab dengan menunduk “tadi kandangnya lupa belum dikunci pak, jadi
ayamnya lepas..” kataku sambil menunduk.
Mendengar penjelasan dariku, bapak tidak begitu saja percaya, dia tetap
bersikeras aku yang salah. Sampai datang ibu menenangkan keadaan yang semakin
tegang. “Ada apa ini pak”, kata ibu sambil menatapku, “ini anakmu, tidak becus
menjaga ayam” sahut bapakku yang mulai bosan. “Sudahlah, mungkin kandang
ayammu yang lupa dikunci, jadi ayamnya kluar” jawab ibu dengan sabar, bapak pun
langsung membersihkan ayamnya di belakang rumah. Aku dan ibuku duduk dan
bercerita tentang bapak.
“buu.. kenapa ya bapak sifatnya seperti itu pada anak-anaknya?” kataku sambil
keheranan
“ah itu memang sifat bapakmu nak, kamu yang sabar ya” sahut ibuku tersenyum
“tapi itu tidak wajar bu,, bapak sudah tidak peduli dengan kita” jawabku
“semoga kmu menjadi orang yang berguna dan sukses nak, jangan dengarkan
perkataa bapakmu yang menganggap kamu tidak berguna”
jawab ibu meyakinkanku.
Suatu hari tiba waktunya aku balik ke Surabaya untuk melanjutkan kuliahku,
betapa terkejutnya aku, ketika mau minta uang ongkos ke bapak. Ia berkata ke aku,
“ini yang mau menghabiskan uang mau berangkat”, kata bapakku sambil
meremehkanku. Mendengar perkataan itu, ibuku sangat sedih dan menghampiriku
“sabar ya nak, jangan dengarkan perkataan bapakmu itu” kata ibuku,
“tapi bu, ini keterlaluan bu,, bapak kenapa berkata seperti itu, aku berangkat bukan
mau bermain bu, aku berangkat untuk mencari ilmu” jawabku,
“iya nak ibu tau, kamu yang sabar yah, ini ambil uang ibu kalau bapakmu tidak mau
memberimu ongkos” Sahut ibu,
“loh gak usah bu”, jawabku sambil mengembalikan uang ke saku ibu,
“sudahlah nak, ini ada sedikit tanbungan ibu, kamu ambil aja buat ongkosmu,
jangan dengarkan perkataan bapakmu ya nak, ibu berpesan, sekolah yang benar
biar jadi orang yang sukses, ibu doakan supaya kamu jadi orang yang berguna”, kata
ibu sambil menangis.
Melihat kesabaran ibu, aku merasa kasihan dan akan berjuang untuk
menuntu ilmu yang lebih tinggi lagi. Setiap aku berangkat kuliah aku selalu selalu
memandangi foto orang tuaku, aku optimis dan akan membanggakan mereka. Aku
selalu ingat pesan ibuku yang membuatku semangat dalam menjalankan aktivitas
perkuliahanku. Setiap aku mau berangkat kuliah, ibuku selalu menelpon untuk
bertanya kabarku, itulah yang membuatku semakin sayang kepada ibu.
Hal yang paling menyedihkan yaitu ketika kakakku menelpon dan memberi
kabar bahwa ibu sedang sakit. Mendengar kabar seperti itu, aku merasa khawatir,
sedangkan kewajibanku untuk kuliah belum selesai. Tetapi ibuku adalah seorang
perempuan yang sangat hebat dia rela memberi jiwa raganya demi anak-anaknya.
Meskipun ia sakit, ibu tetap bekerja walaupun hanya membersihkan semua
pakaianku. Ketika mendapat telepon dari kakakku, aku sangat terkejut mendapat
kabar kalau ibu sedang sakit. Waktu kakakku menelpon itu, aku sedang berada di
kelas mengikuti perkuliahan seperti biasa. Kakakku menyuruh aku untuk pulang
karena keadaan ibu mengkhawatirkan. Mendengar kabar itu, aku langsung bergegas
ijin ke dosen dan segera pulang.
Dalam perjalanan pulang, aku menelpon lagi kakakku dan bertanya keadaan
ibu, “halo kak, gimana keadaan ibu?” Tanyaku sambil khawatir. Tak lama kemudian
kakak menjawab dengan sedihnya “ibu masuk kerumah sakit, dia memanggil
namamu terus, kamu sudah pulang belum, ibu menunggu kamu di rumah sakit”.
Aku pun menjawab dengan mata berkaca-kaca, “iya kak, tunggu aku, aku sudah di
dalam angkot menuju rumah”.
Sesampainya di rumah sakit aku pun menuju ke ruang informasi, lalu
bertanya pada petugasnya, “eee permisi pak, saya mau tanya, ruangan pasien atas
nama ibu Zahra dimana ya pak?” tanyaku sambil buru-buru. Petugas informasi
menjawab “sebentar ya mas, saya cari dulu,…oh iya mas atas nama ibu Zahra
dirawat di ruang melati ya mas”. Tanpa menunggu lama, aku langsung menuju
ruangan tempat ibuku dirawat, sesampainya disana, ibu sudah dirawat dan diberi
infus. Akupun langsung memeluk ibu dan berbisik kepadanya “buu… ini aku datang
bu, anakmu datang menemui ibu, gimana keadaanmu bu..” tanyaku sambil mata
berkaca-kaca. Aku memijat kaki dan tangan ibu, tapi ibu tidak meresponnya, aku
bertanya pada kakak, “apa yang terjadi dengan ibu kak?” tanyaku penasaran, “ibu
sakit darah tinggi, tadi dia pingsan di rumah” jawab kakakku. Aku pun saat itu
menginap di rumah sakit bersama bapak, kakak dan adikku.
Setelah keesokan harinya ibuku bangun dan memanggil namaku, “vino..
viin..” kata ibu sambil membuka matanya, akupun langsung bangun dan menuju
pelukan ibu “iya bu,, aku disini bersama ibu, aku pulang bu..” jawabku
“kamu pulang nak..terus gimana kuliahmu nak” kata ibu
“kuliah tidak penting bu,, saat ini kesembuhan ibu yang lebih penting” jawabku
“ibu sebentar lagi juga sembuh kog nak, jangan khawatirkan ibu, ibu cuma sakit
biasa kog”
“ibu ngomong apa, aku gak tega ninggalin ibu dalam keadaan seperti ini”
Kemudian setelah beberapa saat kemudian ibu, berkata sambil berkaca-kaca
kepadaku.
“naak, seandainya suatu saat nanti ibu dipanggil oleh Sang Pencipta, ibu hanya
berpesan kepadamu, jadi orang yang berguna ya nak, selesaikan kuliahmu, ibu ingin
melihatmu memakai toga dikelulusanmu nanti nak”
Sudahlah bu.. ibu ngomong apa, ibu akan baik-baik saja sampai aku sukses nanti bu,
pesan ibu akan selalu ada dalam ingatanku” jawabku
Aku berdoa demi kesembuhan ibu apapun akan aku lakukan demi ibu, setiap
malam dalam sujudku tak lupa aku panjatkan doa demi kesembuhan ibuku. Kata
dokter ibuku harus istirahat total, “ibu anda harus istirahat total, dan jangan
membebani pikirannya dengan masalah-masalah di rumah”. Kakak dan bapakku juga
merawat ibu bergantian sampai ibu dibolehkan pulang oleh dokter.
Setelah ibu pulang, aku memutuskan untuk ijin selama satu minggu untuk
merawat ibu sampai benar-benar sembuh. Aku tidak peduli omongan tetangga
meskipun aku kuliah pulang terus untuk melihat keadaan ibu. Saat ini selain
pendidikan, ibulah yang terpenting dalam hidupku karena dialah yang bisa mengerti
keadaanku. Aku tidak tau harus bagaimana seandainya ibutelah tiada, mungkin
hidupku kosong tanpa kehadiran seoarang ibu. Terimakasih ibu, telah sabar
membesarkan aku sampai saat ini.