BAGIAN I Ringkasan Eksekutif - forda-mof.org · Ringkasan Eksekutif Anoa merupakan salah satu satwa...

21
1 BAGIAN I Ringkasan Eksekutif Anoa merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Terdistrbusi hampir di seluruh semenanjung utama di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Spesies Anoa yang diakui saat ini terdiri atas dua spesies yaitu Anoa dataran rendah atau Lowland Anoa (Bubalus depressicornis) dan Anoa gunung atau Mountain Anoa (Bubalus quarlessi). Jumlah populasi Anoa di habitat alaminya diperkirakan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data IUCN Red List 2009 diperkirakan populasi Anoa di seluruh Sulawesi tidak lebih dari 5.000 individu. Penurunan jumlah populasi Anoa di habitat alam lebih besar disebabkan oleh perburuan liar maupun perdagangan illeggal dan tidak menutup kemungkinan penurunan juga disebabkan oleh perubahan hutan sebagai habitat Anoa menjadi peruntukan lain. Fragmentasi habitat dan penyempitan lahan hutan menyebabkan Anoa hidup dalam kantong-kantong hutan yang tersisa. Sementara untuk mempertahankan variasi genetik dari berbagai ancaman termasuk perubahan lingkungan diperlukan populasi yang cukup besar. Populasi kecil sangat rentan terhadap kepunahan, wabah penyakit maupun bencana. Permasalahan juga terjadi pada Anoa yang berada di lembaga-lembaga konservasi baik di Indonesia dan luar negeri. Kecilnya jumlah populasi Anoa yang dipelihara dan lamanya proses reproduksi menyebabkan perkawinan antar kerabat (inbreeding) pada Anoa yang dipelihara secara Ex-Situ tidak dapat terhindarkan. Berdasarkan data yang terhimpun sampai dengan 20 Februari 2011, tercatat sebanyak 20 individu anoa berada di Lembaga Konservasi di Indonesia, 15 individu anoa berada di institusi pemerintah (BKSDA dan Perguruan Tinggi) dan masyarakat. Dengan demikian tercatat sebanyak 35 individu Anoa yang dipelihara secara Ex-Situ, namun data ini belum termasuk enam individu Anoa yang dipelihara di Balai Penelitian Kehutanan Manado. Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Kehutanan Manado bekerjasama dengan beberapa instansi terkait yang bergerak di bidang konservasi Anoa serta berdasarkan mandat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 54 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022 maka dilakukan pertemuan pembentukan Pemerhati Anoa yang mengemban tugas utama dalam mengawal Implementasi Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036.

Transcript of BAGIAN I Ringkasan Eksekutif - forda-mof.org · Ringkasan Eksekutif Anoa merupakan salah satu satwa...

1

BAGIAN I

Ringkasan Eksekutif

Anoa merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Terdistrbusi hampir di seluruh

semenanjung utama di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Spesies Anoa yang diakui

saat ini terdiri atas dua spesies yaitu Anoa dataran rendah atau Lowland Anoa

(Bubalus depressicornis) dan Anoa gunung atau Mountain Anoa (Bubalus quarlessi).

Jumlah populasi Anoa di habitat alaminya diperkirakan mengalami penurunan dari

tahun ke tahun. Berdasarkan data IUCN Red List 2009 diperkirakan populasi Anoa di

seluruh Sulawesi tidak lebih dari 5.000 individu.

Penurunan jumlah populasi Anoa di habitat alam lebih besar disebabkan oleh

perburuan liar maupun perdagangan illeggal dan tidak menutup kemungkinan

penurunan juga disebabkan oleh perubahan hutan sebagai habitat Anoa menjadi

peruntukan lain. Fragmentasi habitat dan penyempitan lahan hutan menyebabkan

Anoa hidup dalam kantong-kantong hutan yang tersisa. Sementara untuk

mempertahankan variasi genetik dari berbagai ancaman termasuk perubahan

lingkungan diperlukan populasi yang cukup besar. Populasi kecil sangat rentan

terhadap kepunahan, wabah penyakit maupun bencana.

Permasalahan juga terjadi pada Anoa yang berada di lembaga-lembaga konservasi

baik di Indonesia dan luar negeri. Kecilnya jumlah populasi Anoa yang dipelihara dan

lamanya proses reproduksi menyebabkan perkawinan antar kerabat (inbreeding) pada

Anoa yang dipelihara secara Ex-Situ tidak dapat terhindarkan. Berdasarkan data yang

terhimpun sampai dengan 20 Februari 2011, tercatat sebanyak 20 individu anoa

berada di Lembaga Konservasi di Indonesia, 15 individu anoa berada di institusi

pemerintah (BKSDA dan Perguruan Tinggi) dan masyarakat. Dengan demikian tercatat

sebanyak 35 individu Anoa yang dipelihara secara Ex-Situ, namun data ini belum

termasuk enam individu Anoa yang dipelihara di Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Kehutanan Manado bekerjasama

dengan beberapa instansi terkait yang bergerak di bidang konservasi Anoa serta

berdasarkan mandat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 54 Tahun

2013 tentang Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022 maka dilakukan pertemuan

pembentukan Pemerhati Anoa yang mengemban tugas utama dalam mengawal

Implementasi Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036.

2

BAGIAN I

Ringkasan Eksekutif

Anoa merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Terdistrbusi hampir di Pulau

Sulawesi dan Pulau Buton. Spesies Anoa yang diakui saat ini terdiri atas dua spesies

yaitu Anoa dataran rendah atau Lowland Anoa (Bubalus depressicornis) dan Anoa

gunung atau Mountain Anoa (Bubalus quarlessi). Jumlah populasi Anoa di habitat

alaminya diperkirakan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data

IUCN Red List 2009 diperkirakan populasi Anoa di seluruh Sulawesi tidak lebih dari

5.000 individu.

Penurunan jumlah populasi Anoa di habitat alam lebih besar disebabkan oleh

perburuan liar maupun perdagangan ileggal dan tidak menutup kemungkinan

penurunan juga disebabkan oleh perubahan hutan sebagai habitat Anoa menjadi

peruntukan lain. Fragmentasi habitat dan penyempitan lahan hutan menyebabkan

Anoa hidup dalam kantong-kantong hutan yang tersisa. Sementara untuk

mempertahankan variasi genetik dari berbagai ancaman termasuk perubahan

lingkungan diperlukan populasi yang cukup besar. Populasi kecil sangat rentan

terhadap kepunahan, wabah penyakit maupun bencana.

Permasalahan juga terjadi pada Anoa yang berada di lembaga-lembaga konservasi

baik di Indonesia dan luar negeri. Kecilnya jumlah populasi Anoa yang dipelihara dan

lamanya proses reproduksi menyebabkan perkawinan antar kerabat (inbreeding) pada

Anoa yang dipelihara secara ex situ tidak dapat terhindarkan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Kehutanan Manado bekerjasama

dengan beberapa instansi terkait yang bergerak di bidang konservasi Anoa serta

berdasarkan mandat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 54 Tahun

2013 tentang Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022 maka dilakukan pertemuan

pembentukan Forum Anoa yang mengemban tugas utama dalam mengawal

Implementasi Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036.

3

BAGIAN II

Pendahuluan

Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa dataran tinggi (Bubalus

quarlessi) adalah dua spesies endemik di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton serta

merupakan flagship species yang menjadi simbol untuk meningkatkan kesadaran

konservasi serta menggalang partisipasi semua pihak dalam aksi konservasi.

Kelestarian Anoa juga menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya maupun

kelestarian makhluk hidup lainnya. Sebagai mamalia terbesar di Sulawesi, Anoa dinilai

memiliki potensi besar menjadi ikon pariwisata Indonesia. Anoa sebagai logo daerah di

Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu bentuk dukungan politis dari

pemerintah.

Anoa adalah satwa soliter dan agresif. Satwa ini memiliki kesulitan untuk dilakukan

domestikasi meskipun telah dipelihara selama bertahun-tahun. Sifat agresif muncul

pada saat birahi, induk yang memiliki anak atau pertemuan antara Anoa jantan, tidak

sedikit yang menyebabkan kematian karena pertarungan. Perkembangbiakannya pun

termasuk sulit karena hanya melahirkan satu anak saja dengan masa kebuntingan

kurang lebih 9-10 bulan. Masa produktif Anoa diperkirakan sampai pada umur 20

tahun.

Dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Anoa termasuk dalam status satwa

dilindungi sejak tahun 1931. Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor : P.54/Menhut-II/2013 yang berisi tentang Strategi dan

Rencana Aksi Konservasi Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) 2013-

2022. Di dalamnya diatur bahwa untuk mewujudkan populasi Anoa yang stabil dan

terjadi peningkatan di kawasan-kawasan yang telah diprioritaskan sebagai habitat

alaminya disusun beberapa program kegiatan yang diharapkan dapat terlaksana dalam

10 tahun kedepan diantaranya : pengendalian perburuan dan perdagangan ileggal,

pengelolaan populasi di alam, pengelolaan habitat, pembangunan sistem pangkalan

data dan pendukung keputusan, peningkatan peran Lembaga Konservasi, pendidikan

dan pelatihan staf pelaksanan, LSM dan masyarakat sekitar, kerjasama dan kemitraan

dan pendanaan yang berkelanjutan. Oleh IUCN (International Union for Conservation

of Nature and Natural Resources) Red List Edisi tahun 2011, Anoa dikategorikan

Endangered Species atau satwa langka. CITES (Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna dan Flora) atau konvensi perdagangan

internasional tumbuhan dan satwa liar menempatkan Anoa ke dalam Appendix I yang

berarti satwa tersebut terancam dalam segala bentuk perdagangan internasional

secara komersil.

Hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton

sedikitnya terdapat empat sub spesies populasi Anoa yang memiliki variasi genetik

yang berbeda yaitu bagian Utara, Tengah, dan Tenggara dan satu sub populasi di

Pulau Buton. Sehingga upaya mengkonservasi Anoa setidaknya dapat dilakukan

4

dengan mewakili dari masing-masing sub populasi tersebut. Ditetapkan sebanyak 14

kawasan yang menjadi prioritas utama untuk pengelolaan populasi dan habitat anoa di

Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. 14 kawasan prioritas tersebut meliputi : Bogani Nani

Wartabone dan Pegunungan Sojol – Nantu (Sulawesi bagian Utara dan Gorontalo),

Lore Lindu, Morowali, Bakiriang, Lombuya (Sulawesi bagian Tengah dan Timur),

Pegunungan Latimojong dan Pegunungan Takolekaju (Sulawesi bagian Barat),

Tanjung Peropa, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Verbek, Rawa Aopa Watu

Mohai (Sulawesi Bagian Tenggara), Lambusango dan Buton utara (Pulau Buton)

(Permenhut, 2013).

Kegiatan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dapat dilakukan di dalam kawasan

(In-Situ) maupun di luar kawasan (Ex-Situ). Pelestarian In-Situ dapat dilaksanakan

dengan menjaga populasi Anoa di alam beserta habitatnya. Sedangkan konservasi Ex-

Situ Anoa dilaksanakan di luar habitat alami seperti kebun binatang, taman safari,

pusat penyelamatan satwa dan lembaga konservasi yang ditunjuk. Sebagai upaya

pendataan Anoa yang berada di luar habitat alaminya telah ditetapkan studbook

keeper nasional untuk Anoa yaitu Taman Safari Indonesia. Hingga 20 Februari 2011

tercatat sebanyak kurang lebih 188 Anoa berada di lembaga konservasi baik di dalam

maupun luar negeri dan yang dipelihara oleh masyarakat.

Frankham et al. (2002) yang diacu dalam Permenhut No. 54 tahun 2013 menjelaskan

bahwa populasi Anoa yang dikelola secara Ex-Situ harus tetap viable dengan adanya

intergrasi antara lembaga nasional dan internasional dengan tujuan untuk

mendapatkan 90% keragaman genetik dalam kurun waktu paling tidak 100 tahun ke

depan. Oleh karena itu kerjasama antara lembaga-lembaga konservasi nasional dan

internasional sangat penting dalam mengelola populasi Anoa di luar kawasan/ Ex-Situ.

Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036 ini adalah sebagai

pedoman dan arahan kegiatan penelitian dan pengembangan konservasi Ex-Situ Anoa

bagi Balai Penelitian Kehutanan Manado selaku Unit Pelaksana Teknis dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan

para pihak terkait yaitu pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, lembaga

konservasi tingkat nasional dan internasional, lembaga swadaya masyarakat,

masyarakat lokal, dan penyandang dana selama kurun waktu 20 tahun.

Tujuan disusunnya Road Map ini adalah meningkatkan populasi Anoa sampai dengan

tahun 2036 melalui pelaksanaan program konservasi yang secara aktif melibatkan

multi pihak yang diinisiasi oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado dalam program

kegiatan Breeding Center, Rehabilitasi dan Pelepasliaran (Release), Kerjasama

dengan Lembaga-Lembaga Konservasi, Domestikasi dan Penyuluhan tentang Save

the Anoa. Keberhasilan perkembangbiakan Anoa di lembaga penangkaran diharapkan

mampu meningkatkan populasi Anoa baik itu di luar maupun di dalam habitat

alaminya.

5

Ruang Lingkup

Ruang lingkup Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036 ini mencakup kegiatan

Breeding Center, Rehabilitasi dan Pelepasliaran (Release), Kerjasama dengan

Lembaga-Lembaga Konservasi, Domestikasi dan Penyuluhan tentang Save the Anoa.

6

BAGIAN III

Dasar Pemikiran Roadmap Pusat Kajian Anoa 2016-2036

Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019

Arahan Kebijakan dan Strategi Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan menyebutkan bahwa Anoa menjadi salah satu prioritas satwa

terancam punah (sesuai The IUCN Red List of Threatened Species). Program

peningkatan populasi menurut Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan adalah sebesar 10% sesuai baseline data tahun 2013.

Peraturan Menteri Kehutanan Tahun 2013 No. 54 tentang Strategi dan

Rencana Aksi Konservasi Anoa Tahun 2013-2022.

Peraturan Menteri Kehutanan No. 19 Tahun 2005 tentang Penangkaran

Tumbuhan dan Satwa Liar dan No. 64 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Kehutanan No. 19 Tahun 2005

Peraturan Menteri Kehutanan Tahun 2013 No. 31 Tahun 2012 tentang

Lembaga Konservasi

7

BAGIAN IV

Program

Program dan Kegiatan 2016 – 2036 :

1. Program Breeding Centre Balai Penelitian Kehutanan Manado dilakukan

melalui kegiatan keragaman genetik Anoa di penangkaran BPK Manado,

monitoring dan pengaturan perkawinan alami dan reproduksi buatan, penyediaan

sarana dan prasarana pendukung, pelatihan/peningkatan kualitas SDM dalam

pengelolaan konservasi Anoa, Diseminasi hasil-hasil penelitian konsevasi Ex-Situ

anoa dan program breeding Anoa

2. Program rehabilitasi dan pelepasliaran Anoa ke habitat alam dilakukan

melalui kegiatan penyelamatan terhadap Anoa yang dipelihara secara ileggal,

penyusunan prosedur pelepasliaran Anoa, pembangunan unit rehabilitasi Anoa

di kawasan prioritas konservasi Anoa di Sulawesi (Sulawesi bagian Utara dan

Gorontalo, Sulawesi bagian Tengah dan Timur, Sulawesi bagian Barat, Sulawesi

bagian Tenggara, dan Pulau Buton).

3. Program kerjasama dengan lembaga-lembaga konservasi dilakukan melalui

kegiatan sharing informasi Anoa dengan lembaga konservasi, sharing materi

genetik Anoa dengan lembaga konservasi, sharing keturunan Anoa (F2) hasil

penangkaran dengan lembaga konservas.

4. Program Domestikasi Anoa yang dilakukan merupakan program pra

domestikasi anoa, program tersebut meliputi kegiatan manajemen kandang,

manajemen pakan, kesehatan dan reproduksi, penyusunan Standar Operasional

Prosedur (SOP) pemeliharaan Anoa sebagai hewan ternak dan kajian sosial

ekonomi masyarakat di 14 kawasan prioritas.

5. Program Penyuluhan tentang Konservasi Anoa dilakukan melalui kegiatan

penyuluhan konservasi Anoa di sekitar kawasan konservasi, pendidikan

konservasi.

1. Program Breeding Centre Balai Penelitian Kehutanan Manado

Keanekaragaman hayati pada prinsipnya memiliki tiga tingkatan yaitu ekosistem, jenis

dan genetik. Tingkatan ekosistem adalah tempat dimana spesies-spesies hidup dan

komunitas berada serta mengalami interaksi antar spesies. Tingkatan spesies

merupakan kumpulan individu-individu yang secara morfologi, fisiologi atau biokimia

berbeda dengan kelompok-kelompok lain dengan ciri-ciri tertentu. Tingkatan genetik

merupakan tingkatan yang dapat membedakan individu-individu dalam suatu populasi.

8

Upaya pelestarian keanekaragaman hayati dilakukan melalui konservasi In-Situ dan

konservasi Ex-Situ. Konservasi In Situ merupakan konservasi kehati yang dilakukan

dalam lingkungan/habitat alaminya. Sedangkan konservasi Ex-Situ adalah konservasi

kehati yang dilakukan di luar habitat alaminya.

Menurut Yudhohartono (2008) dalam upaya konservasi kehati secara Ex-Situ pada

suatu jenis tertentu baik satwa maupun tumbuhan ada beberapa pertimbangan yang

sangat penting yaitu : sebagai back up konservasi In-Situ; menjamin luasnya

keragaman (fenotipe dan genotipe) dari jenis yang dikonservasi serta mengelola

regenerasi dari suatu jenis di luar sebaran alaminya dengan lebih terkontrol.

Program Anoa Breeding Centre Balai Penelitian Kehutanan Manado merupakan salah

satu kegiatan untuk mendukung konservasi Ex-Situ Anoa di Indonesia. Tahun 2012,

Balai Penelitian Kehutanan Manado menerima tiga ekor Anoa betina dewasa yang

merupakan hasil sitaan dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Utara dari

masayarakat. Tahun 2013 jumlah Anoa di BPK Manado bertambah dengan datangnya

satu ekor Anoa jantan yang merupakan hasil penyerahan secara sukarela dari

masyarakat Bolaang Mongondow Utara yang diberikan kepada Balai Penelitian

Kehutanan Manado untuk dipelihara dan sebagai bahan penelitian dalam berbagai

aspek terutama yang mendukung perkembangbiakan. Bulan Februari 2015,

penangkaran Anoa BPK Manado diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan dengan nama “Anoa Breeding Centre”.

Kunjungan Menteri Kehutanan Zulkifli H (2012) Peresmian “Anoa Breeding Centre” (2015)

Di tahun yang sama kembali Anoa Breeding Centre menerima satu Anoa jantan yang

berasal dari hutan Bolaang Mongondow Utara dan satu Anoa betina asal Gorontalo.

Sehingga jumlah Anoa yang dipelihara di Anoa Breeding Centre BPK Manado saat ini

berjumlah enam ekor dengan perbandingan jantan:betina adalah 2:4.

9

Anoa yang terdapat pada Anoa Breeding Centre BPK Manado dapat dilihat pada

gambar berikut :

“Manis” (Betina Dewasa) – Bubalus spp. Asal : Palu (Sulawesi Tengah) Perkiraan umur saat datang : 3 tahun (2012)

“Ana” (Betina Dewasa) – Bubalus spp. Asal : Palu (Sulawesi Tengah) Perkiraan umur saat datang : 1,5 tahun (2012)

“Rambo” (Jantan Dewasa) – B. Depresicornis Asal : Toli-toli (Buol) Perkiraan umur saat datang : 2 tahun (2013)

“Denok” (Betina Dewasa) - B. depresicornis Asal : Palu (Sulawesi Tengah) Perkiraan umur saat datang : 2 tahun (2012)

Rocky (Jantan) Asal : Bolaang Mongondow Utara (Sulut) Perkiraan umur saat datang : 1,5 tahun (2015)

Rita (Betina) Asal : Gorontalo Perkiraan umur saat datang : 1,5 tahun (2015)

10

Dalam upaya konservasi Ex-Situ, kesejahteraan satwa harus menjadi prioritas utama.

Penyediaan sarana kandang mulai dibangun sejak tahun 2012 sebagai titik awal

dimulainya kegiatan konservasi Ex-Situ Anoa di BPK Manado. Fasilitas kandang yang

tersedia saat ini adalah kandang individu Anoa berjumlah enam kandang yang masing-

masing dilengkapi dengan tempat pakan, minum, kubangan dan shelter. Tahun 2015

Breeding Center Anoa menerima bantuan dari PT. Cargill berupa kandang Anoa yang

saat ini masih dalam proses pembangunan.

Keterangan : A dan B : tempat minum dan pakan C : tempat berkubang D : kandang

Selain penyediaan sarana dan prasarana, konservasi Ex-Situ Anoa didukung oleh kegiatan-kegiatan penelitian. Berbagai aspek kajian tentang Anoa yang telah dan akan dilakukan di BPK Manado terkait dengan penangkaran Anoa hingga saat ini terdiri atas preferensi pakan yang tersedia dan kebutuhan pakan harian (2012 dan 2013); Perilaku Anoa di kadang penangkaran (2013); Siklus reproduksi Anoa betina untuk kajian pendahuluan teknik IB (2013); Ektoparasit dan Endoparasit pada Anoa di kandang penangkaran (2014); Perilaku seksual dan Program Perkawinan pada Anoa (2014 – 2015 termasuk analisis keragaman genetik yang akan menjadi dasar dalam proses perkembangbiakan.

2. Program Rehabilitasi dan Pelepasliaran Anoa ke Habitat Alami

Perburuan liar, perdagangan, deforestasi, kegiatan pertambangan dan beberapa faktor

lain telah banyak menekan populasi Anoa di habitat alaminya. Penegakan hukum

adalah salah satu bentuk usaha dalam konservasi Anoa yaitu melalui penyitaan yang

dipelihara secara illegal. Anoa yang telah disita terkadang menimbulkan masalah baru

seperti perawatannya dan tindakan selanjutnya yang harus diambil untuk

A B

C D

11

menyelamatkan satwa tersebut. Oleh karena itu program rehabilitasi dan pelepasliaran

kembali Anoa hasil sitaan untuk mendukung penegakan hukum dan usaha konservasi

Anoa. Sebelum individu dilepasliarkan diperlukan adanya upaya rehabilitasi agar Anoa

yang akan dilepaskan dalam kondisi sehat serta memiliki kemampuan untuk hidup

mandiri di alam.

Program pelepasliaran (return to the wild) merupakan suatu usaha untuk

mengintroduksi satwa-satwa hasil tangkapan atau penyerahan masyarakat maupun

hasil penangkaran yang telah memenuhi persyaratan. Merujuk pada opsi yang

diusulkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) program

pelepasliaran merupakan program yang lebih dapat diterima oleh kalangan umum

dibandingkan dengan dua opsi lainnya yaitu pengandangan (captive) dan peniduran

(euthanasia). Program pelepasliaran merupakan program yang sangat kompleks

sehingga keberhasilannya memerlukan strategi dan metode yang tepat. Terdapat

berbagai prosedur dan kriteria yang harus terpenuhi dalam pelepasliaran yang

berhubungan dengan individu yang dilepasliarkan dan lokasi pelepasliaran.

Menurut IUCN terdapat tiga tipe pelepasliaran yaitu reintroduksi, translokasi dan

suplementasi. Reintroduksi adalah pelepasliaran suatu speies dalam suatu kawasan

yang pernah ditempati oleh spesies tersebut namun tidak terdapat populasinya saat ini.

Translokasi adalah memindahkan atau membantu perpindahan suatu individu liar ke

dalam suatu populasi yang telah ada, seangkan suplementasi adalah menambahkan

individu ke dalam suatu populasi yang telah ada. Kesuksesan program reintroduksi

tergantung dari sasarannya, jika program tersebut bagian dari program konservasi bagi

satwa langka maka di dalamnya termasuk program perlindungan/restorasi habitat dan

pendidikan masyarakat. Beberapa satwa liar seperti Beruang Madu, atau Orang Utan

(Kera Besar) prosedur pelepasliaran sudah mulai disusun sebagai panduan maupun

pedoman sehingga penting untuk menyusun panduan bagi pelepasliaran untuk satwa

Anoa.

Re-introduksi sebaiknya dilakukan apabila masalah pokok penyebab penurunan

populasi satwa yang bersangkutan di lokasi pelepasliaran telah ditanggulangi dan tidak

akan terulang kembali. Terdapat dua strategi dalam pelepasliaran satwa liar yaitu Soft

Release dan Hard Release. Soft Release dilakukan dimana satwa yang akan

dilepaskan, ditempatkan di kandang yang berdekatan dengan lokasi pelepasan

sebelum pelepasan dilakukan, hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan Anoa

menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sedangkan Hard Release dilakukan

dengan melepaskan satwa tanpa disertai dengan dukungan pasca pelepasan. Dalam

upaya rehabilitasi satwa hasil sitaan maupun hasil penangkaran akan dibangun unit

rehabilitasi yang direncanakan berlokasi dekat dengan habitat alami Anoa pada 14

kawasan prioritas.

Re-introduksi Anoa nantinya akan memerlukan pendekatan dari multidisipliner yang

melibatkan spesialisasi dari berbagai latar belakang dan bidang keahlian. Tim tersebut

akan melibatkan ahli mamalia (perilaku dan ekologi), pakar perawatan satwa, dokter

hewan berpengalaman, perwakilan pemerintah terkait, lembaga swadaya masyarakat,

masyarakat lokal dan lembaga donor.

12

3. Program Kerjasama dengan Lembaga-Lembaga Konservasi

Lembaga konservasi didefinisikan sebagai lembaga yang bergerak di bidang

konservasi tumbuhan dan atau satwa liar di luar habitatnya (Ex-Situ) baik berupa

lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Bentuk-bentuk lembaga

konservasi berupa Pusat Penyelamatan Satwa (PPS), Pusat Latihan Satwa, Pusat

Rehabilitasi Satwa, kebun binatang, Taman Safari, Taman satwa, Museum Zoologi,

kebun botani, taman tumbuhan khusus, dan herbarium.

Berdasarkan data per 20 Februari 2011 diperkirakan sebanyak 20 individu Anoa

dipelihara di lembaga konservasi (kebun binatang dan taman safari) di Indonesia.

Sedangkan sebanyak 153 dipelihara di lembaga konservasi di luar negeri yang

terhitung sejak tanggal 16 Februari 2010. Perbaharuan data sangat diperlukan untuk

mendapatkan data yang terupdate melalui sharing antar lembaga konservasi baik di

Indonesia maupun di luar negeri.

Program kerjasama antara lembaga penelitian dan lembaga konservasi akan dilakukan

dengan cara melakukan sharing atau pertukaran hasil keturunan Anoa terutama bagi

lembaga-lembaga konservasi yang terindikasi adanya inbreeding untuk populasi Anoa

yang dipelihara dan juga dengan pertukaran bagi lembaga konservasi yang tidak

memiliki atau kekurangan indukan jantan maupun betina dalam populasinya. Sharing

tidak hanya dilakukan melalui pertukaran individu Anoa saja namun juga dapat

dilakukan melalui pertukaran materi genetik seperti semen, embryo dan oocyte Anoa

bagi lembaga konservasi yang membutuhkan. Untuk mendukung kegiatan tersebut

perlu dibangun Genome Resource Banking (Bank Gen) yang bermanfaat untuk

menyimpan material genetik tersebut dalam temperatur rendah. Pengaturan sharing

keturunan Anoa maupun materi genetik kepada lembaga konservasi dilakukan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

4. Program Domestikasi Anoa

Domestikasi pada dasarnya adalah proses penjinakan yang dilakukan terhadap hewan

liar. Domestikasi sebagai proses perkembangan organisme yang dikontrol oleh

manusia mencakup perubahan genetik yang berlangsung secara sinambung semenjak

dibudidayakan. Dengan demikian domestikasi berkaitan dengan seleksi dan

manajemen oleh manusia dan tidak hanya sekedar pemeliharaan saja.

Domestikasi melibatkan populasi, seleksi, perbaikan keturunan serta perubahan

perilaku/sifat dari organisme yang menjadi obyeknya. Domestikasi baik hewan maupun

tumbuhan memerlukan proses yang panjang dan waktu yang lama. Di dalamnya

terlibat berbagai kegiatan penelitian seperti inventarisasi, kajian potensi, seleksi

penangkaran, pemuliaan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan, manajemen

kandang, manajemen pakan, kesehatan serta reproduksi sehingga pada akhirnya akan

dihasilkan sebuah pedoman pemeliharaan Anoa sebahai hewan domestikasi.

Keberhasilan program domestikasi sangat menguntungkan karena sumber daya

genetik Anoa akan lebih terjamin kelestariannya. Keanekaragaman satwa di Sulawesi

dapat tetap dipertahankan, menambah keanekaragaman hewan domestik sebagai

13

sumber protein hewani, membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan

peternakan Anoa dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Sejarah membuktikan

bahwa hewan hasil domestikasi seperti kambing, domba, sapi dan kerbau jauh lebih

besar manfaatnya dan lebih lestari di alam dibandingkan ketika hewan-hewan tersebut

masih liar. Domestikasi juga merupakan salah satu cara untuk menanggulangi

perburuan, melalui domestikasi satwa liar daging maupun bagian lain yang dianggap

berharga oleh masyarakat dapat tersedia di pasar.

Domestikasi Anoa dilakukan dengan memperbaiki produktivitas dan populasinya

melalui perbaikan reproduksi, breeding dan feeding, bila program domestikasi Anoa di

dalam kandang berhasil membuahkan keturunan. Maka keturunan dapat dikelola dan

dimanfaatkan baik sebagai objek wisata, daging, tanduk dan kulit. Perkembangan

penelitian terkait dengan aspek reproduksi Anoa hingga tahun 2008 belum dapat

digunakan untuk keperluan domestikasi. Perkembangan penelitian reproduksi Anoa

terakhir baru pada taraf in vitro (perkawinan di luar rahim) namun belum dapat

diterapkan di penangkaran. Penelitian aspek breeding Anoa terutama seleksi bibit

Anoa jantan dan betina produktif yang berpotensi menghasilkan keturunan belum

dilakukan. Hasil seleksi bibit Anoa dapat diperoleh bila dilakukan program domestikasi

Anoa di penangkaran.

Sedangkan penelitian menyakut aspek feeding sudah jauh lebih maju. Perolehan data

dasar kebutuhan nutrient Anoa yang didomestikasi di penangkaran sudah diperoleh

sampai pada taraf kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Anoa

dewasa di dalam kandang membutuhkan nutrient untuk hidup pokok berupa energi

(TDN) 367 g/hari/ekor, protein 105 g/hari/ekor, kalsium 7,5 g/hari, dan phospor 7,1

g/hari/ekor. Sedangkan untuk pertumbuhannya, Anoa dewasa di dalam kandang

membutuhkan nutrient berupa energi (TDN) 67 g/ekor/hari, protein 20 g/ekor/hari,

kalsium 1,47 g/ekor/hari dan phospor 1.34 g/ekor.

5. Program Penyuluhan tentang Konservasi Anoa

Penyuluhan dan pendidikan konservasi merupakan salah satu bentuk usaha dalam

menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Bertujuan untuk

memperkenalkan alam kepada masyarakat serta meningkatkan kesadaran akan nilai

pentingnya sumberdaya alam yang beraneka dalam sebuah ekosistem kehidupan.

Pendidikan konservasi masuk dalam pendidikan lingkungan yang mengandung

pengertian sebuah proses yang ditujukan untuk membangun populasi dunia yang

sadar dan memperhatikan lingkungan secara keseluruhan termasuk masalah-

masalahnya dan memiliki pengetahuan, sikap motivasi, komitmen dan keterampilan

untuk bekerja secara individu dan kelompok dalam mencari solusi masalah saat ini dan

mencegah masalah yang akan datang.

Penyuluhan ditujukan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi

yang menjadi habitat Anoa dan pendidikan konservasi ditujukan bagi anak-anak

sekolah. Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran

dan kepedulian masyarakat tentang arti pentinya menjaga hutan dan isinya termasuk

satwa liar yang tinggal di dalamnya. Tidak hanya untuk kepentingan saat ini saja

14

namun juga untuk masa depan. Demikian juga dengan kegiatan pendidikan konservasi

yaitu menanamkan sejak dini tentang pentingnya melestarikan satwa liar dalam hal ini

Anoa dan hutan yang menjadi habitatnya. Program penyuluhan dan pendidikan

konservasi ini akan melibatkan beberapa instansi terkait baik instansi pusat, daerah

termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pendidikan konservasi juga dapat

dilakukan dengan menjadikan Anoa sebagai bagian dari kurikulum lokal tentang

pengenalan satwa liar yang dilindungi di mata pelajaran biologi dan muatan lokal.

Materi yang akan disusun berupa poster, leaflet, buku-buku pendidikan konservasi dan

sebagainya.

15

BAGIAN V

Indikator dan Output Program

16

NO PROGRAM SASARAN KEGIATAN TARGET INDIKATOR KINERJA TATA

WAKTU

PENANGGUNG JAWAB /

PELAKSANA

1.

BREEDING

CENTER

Peningkatan

Jumlah Individu

Anoa Hasil

Breeding Di

Breeding Center

Anoa

Identifikasi Keragaman dan Kekerabatan Genetik Anoa di Breeding Centre

Tersedianya Informasi Ilmiah Keragaman dan Kekerabatan Genetik Anoa di Breeding Centre

Teridentifikasinya Keragaman dan Kekerabatan Genetik 6 Individu Anoa di Breeding Centre

2016 – 2018

Litbangi LHK

Perguruan tinggi

BKSDA

Taman Nasional

LSM

Lembaga Konservasi

Monitoring dan Pengaturan Perkawinan Alami Anoa

Tersedianya Informasi Ilmiah dan Paket Teknologi Perkembangbiakan Anoa Secara Alami

Tersedianya 4 Laporan Ilmiah dan 3 Publikasi Ilmiah

2016 – 2019

Tercatatnya Perkembangbiakan Anoa melalui Studbook/buku silsilah

Tersedianya 1 Studbook/Buku Silsilah Anoa Breeding Centre

2016 - 2019

Perkembangbiakan Anoa melalui Inseminasi Buatan (IB)

Tersedianya Informasi Ilmiah dan Paket Teknologi Perkembangbiakan Anoa melalui Inseminasi Buatan

Tersedianya 4 Laporan Ilmiah dan 2 Publikasi Ilmiah

2019 - 2022

Penyediaan Sarana, Prasarana dan Sumber Daya Manusia Pendukung Kegiatan Breeding Centre

Tersedianya Sarana, Prasarana, Sumberdaya Manusia Pendukung Kegiatan Breeding Centre

Tersedianya 8 kandang individu, 2 kandang karantina, 1 kandang utama, jalan inspeksi, 1 klinik hewan, 1 pos pengamatan, 1 ruang cctv, 2 menara pengamatan, 1 dapur dan gudang pakan, 1 tenaga dokter hewan/peternakan.

2016 – 2019

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Breeding Centre

Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Breeding Centre

Terselenggaranya 4 kegiatan pelatihan tentang pemeliharaan dan konservasi ex-situ

2016 - 2035

Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian terkait dengan konservasi Anoa secara EX-Situ (Breeding Centre)

Penyebarluasan hasil-hasil penelitian terkait dengan Breeding Centre kepada umum

Terselenggaranya 10 kegiatan seminar dalam rangka penyebarluasan hasil penelitian

2016 - 2035

Progam Breeding Anoa Tersedianya keturunan F1, F2 dan F3 Anoa hasil penangkaran

Tersedianya penambahan indukan untuk menghasilkan F1 sebanyak 1 Anoa jantan dan 1 Anoa betina

2016 - 2019

17

Tersedianya keturunan F1 Anoa hasil penangkaran sebanyak 4 ekor

2016 - 2020

Tersedianya keturunan F2 Anoa hasil penangkaran sebanyak 4 ekor

2021 - 2025

Tersedianya keturunan F3

Anoa hasil penangkaran sebanyak 4 ekor

2025 - 2030

2. REHABILITASI &

PELEPAS LIARAN

(RELEASE)

Terselenggaranya

Rehabilitasi &

Pelepas Liaran

Anoa (Release)

Ke Habitat

Alaminya

Penyelamatan Terhadap

Anoa yang Dipelihara

Secara Ileggal

Penyelamatan Anoa yang dipelihara secara ileggal.

Penyelamatan Anoa di 14 Kawasan Prioritas Konservasi Anoa di Sulawesi : Tahap 1 : 4 kawasan prioritas Tahap II : 5 kawasan prioritas Tahap III : 5 kawasan prioritas

2016 - 2036

Pemda provinsi/kabupaten/kota

BKSDA

POLRI

Masyarakat lokal

Kader konservasi

Kelompok pecinta alam (KPA)

Pembangunan Unit

Rehabilitasi Anoa dan

pusat karantina di

Kawasan Prioritas

Konservasi Anoa di

Sulawesi

Terbangunnya unit-unit

rehabilitasi Anoa dan

pusat karantina di

Kawasan Prioritas

Konservasi Anoa di

Sulawesi

Terbangunnya 1 unit

rehabilitasi dan karantina

Anoa di masing-masing

kawasan prioritas konservasi

Anoa di Sulawesi

2016 - 2026

BKSDA

Taman nasional

Lembaga konservasi

LSM

Penyusunan Prosedur/JUKNIS Pelepasliaran Anoa.

Tersedianya Petunjuk Teknis Prosedur Pelepasliaran Anoa

Tersedianya 1 petunjuk teknis prosedur pelepasliaran Anoa

2016 - 2018 Litbangi LHK

Perguruan Tinggi

BKSDA

Taman Nasional

Pemda provinsi/kabupaten/kota

18

Konservasi kawasan/lokasi yang sesuai untuk pelepasliaran Anoa

Tersedianya informasi kawasan/lokasi yang sesuai untuk pelepasliaran Anoa (termasuk kondisi habitat dan populasi anoa yang ada)

Tersedianya 14 informasi kawasan yang sesuai untuk pelepasliaran Anoa.

2016 - 2036 BKSDA

Taman Nasional

Lembaga Konservasi

LSM

3. KERJASAMA

DENGAN

LEMBAGA

KONSERVASI

Terselenggaranya Sharing Informasi Anoa dengan Lembaga Konservasi

Sharing Informasi Anoa dengan Lembaga Konservasi

Tersedianya data sharing Anoa dengan Lembaga Konservasi

Tersedianya data sharing Anoa dengan 3 lembaga konservasi

2016 – 2036

Litbangi LHK

Perguruan tinggi

BKSDA

Taman Nasional

Pemda

Terselenggaranya Sharing Materi Genetik Anoa dengan Lembaga Konservasi

Sharing Materi Genetik Anoa dengan Lembaga Konservasi

Tersedianya Materi Genetik Anoa Hasil Sharing dengan Lembaga Konservasi

Tersedianya data sharing Anoa dengan 3 lembaga konservasi

2026 – 2036

Provinsi/kabupaten/kota

Lembaga Konservasi

Terselenggaranya Sharing Keturunan F2 Hasil Penangkaran dengan Lembaga Konservasi

Sharing Keturunan F2 Hasil penangkaran Lembaga Konservasi

Tersedianya Keturunan F2 Hasil Penangkaran

Tersedianya sharing keturunan F2 Anoa hasil penangkaran di 3 lembaga konservasi

2026 – 2036

Provinsi/kabupaten/kota

Lembaga konservasi

Pendanaan nasional dan internasional (Sponsorship) untuk mendukung Pusat Kajian Anoa

Dukungan berupa alokasi dana yang cukup dan berkelanjutan untuk Pusat Kajian Anoa

Tersedianya dukungan dan alokasi dana dari berbagai instansi.

Tersedianya dukungan dan alokasi dana dari berbagai instansi. seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Badan Usaha/Swasta, LSM, Lembaga Donor serta Perorangan

2016-2036 Pemerintah pusat/kota/kabupaten/

Badan usaha/swasta

Lsm

Lembaga donor

Perorangan

4. DOMESTIKASI TERLAKSANANYA DOMESTIKASI ANOA

Manajemen Kandang

Tersedianya Petunjuk Teknis Pengelolaan Kandang

Tersedianya 1 buku petunjuk teknis tentang pengelolaan kandang Anoa

2016 - 2021 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA - Pemda

provinsi/kabupaten/kota - Lembaga konservasI

Manajemen Pakan

Tersedianya Petunjuk Teknis Pengelolaan Pakan

Tersedianya 1 buku petunjuk teknis tentang pengelolaan pakan Anoa

2016 - 2021 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA

19

- Pemda provinsi/kabupaten/kota

- Lembaga konservasi nasional & internasional

Kesehatan Dan Reproduksi

Tersedianya Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Dan Reproduksi

Tersedianya 1 buku petunjuk teknis tentang pengelolaan kesehatan dan reproduksi Anoa

2016 - 2036 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA - Pemda

provinsi/kabupaten/kota - Lembaga Konservasi

Penyusunan sop pemeliharaan anoa sebagai hewan ternak

Tersedianya sop pemeliharaan anoa sebagai hewan ternak

Tersedianya 1 SOP terkait dengan pemeliharaan anoa sebagai hewan ternak

2016 – 2036

- Litbangi LHK - Perguruan tinggi - Bksda - Pemda

provinsi/kabupaten/kota - Lembaga konservasi

Tersedianya bibit Anoa keturunan F3 sebagai hewan ternak

Tersedianya bibit Anoa (Keturunan F3) sebagai hewan ternak) sebanyak 4 ekor.

2025 - 2036

Kajian Sosial dan Ekonomi Masyarakat untuk mendukung Program Domestikasi Anoa

Tersedianya data dan informasi sosial dan ekonomi masyarakat dalam mendukung program domestikasi Anoa

Tersedianya data dan informasi sosial dan ekonomi masyarakat untuk mendukung Program Domestikasi Anoa di 14 Kawasan Prioritas

2024 - 2036

- Litbang LHK - Taman nasional - Bksda - Pemda - Lsm

5. PENYULUHAN

SAVE ANOA

Terlaksananya Kegiatan Penyuluhan Konservasi Anoa

Penyuluhan Konservasi

Anoa Di Sekitar Kawasan

Konservasi

Meningkatnya

kesadaran masyarakat

tentang konservasi

anoa

Menurunnya Angka

Perburuan Liar Anoa

Terselenggaranya penyuluhan konservasi Anoa di 14 Kawasan Prioritas

2016 - 2036

- Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA - Taman nasional - Pemda

provinsi/kabupaten/kota - Lembaga Konservasi

Pendidikan Konservasi Tersedianya bahan penyuluhan & pendidikan konservasi anoa (buku, leaflet, poster, baner, stiker, foto, dll)

Masuknya Pendidikan Konservasi Anoa dalam Muatan Lokal di sekolah-sekolah sekitar 14 kawasan prioritas

2016 - 2036 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - Bksda - Taman nasional - Pemda

provinsi/kabupaten/kota - Lembaga konservasi

nasional & internasional

20

21

BAGIAN VI

Penutup

Demikian Roadmap Pusat Kajian Anoa 2016-2036 disiapkan sebagai pegangan dan arahan pelaksanaan kegiatan Pemerhati Anoa selama kurun waktu dua puluh tahun (2016-2036) dan sekaligus sebagai sarana untuk memonitor serta mengevaluasi kegiatan yang dilakukan Pemerhati Anoa selama kurun waktu tersebut. Roadmap Pusat Kajian Anoa 2016-2036 ini akan dijabarkan ke dalam rencana-rencana tahunan yang lebih rinci.

Dimohon saran, masukan dan kritikan dari anggota Pemerhati Anoa demi lebih baiknya Roadmap Pusat Kajian Anoa.