KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SMA Kelas XI Semerter Genap
BAGIAN 9 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah · PDF filemakan cepat saji dalam ......
Transcript of BAGIAN 9 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah · PDF filemakan cepat saji dalam ......
BAGIAN 9
Teknologi Pengolahan
Limbah Cair Rumah Makan
Oleh :
Ir. Sutiyono, M.Si. dan Ir. Sri Rahayu, MT.
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
535
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Abstraksi
saha rumah makan merupakan salah satu kegiatan penghasil sampah
limbah cair yang potensial. Meskipun jenis sampah dan limbah yang
dihasilkan dari rumah makan merupakan jenis limbah organik, namun
keberadaannya perlu diantisipasi. Untuk itulah diperlukan pengelolaan sampah dan
limbahnya dengan baik. Jika sampah dan limbah ini dibiarkan, maka bahan-bahan
organik tersebut dapat dengan mudah membusuk sehingga menimbulkan berbagai
dampak negatif yang merugikan manusia. Salah satu dampak yang paling besar
adalah timbulnya bau busuk dan sarang berbagai bakteri sumber penyakit.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti tersebut, maka limbah
yang dihasilkan perlu diolah dengan teknologi yang tepat. Salah satu teknologi yang
tergolong murah namun dapat menyelesaikan masalah limbah rumah makan adalah
dengan teknologi pengolahan limbah dengan proses biologis. Proses biologis
anaerobik dan aerobik sangat tepat sekali diterapkan untuk mengolah limbah ini.
Disamping biaya investasi dan operasionalnya murah, dengan teknologi ini juga
dapat dihasilkan lumpur yang dapat dimanfaaftkan sebagai media tanaman yang
baik atau sebagai pupuk organik.
U
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
536
1.2. Latar Belakang
Rumah makan saat ini adalah suatu usaha yang cukup berkembang pesat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat untuk
makan, baik makan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, makan untuk
sarana rekreasi maupun makan sebagai sarana bisnis. Jenis rumah makan yang
tersebar di seluruh kota-kota di Indonesia bermacam – macam, antara lain mulai dari
warung makan yang sederhana, rumah makan skala kecil maupun besar, dan rumah
makan cepat saji dalam berbagai skala mulai dari outlet yang kecil - kecil sampai
yang besar.
Pertumbuhan berbagai rumah makan tersebut membawa dampak berupa
limbah rumah makan yang apabila langsung dibuang ke saluran atau keperairan
umum akan menimbulkan pencemaran air tanah, selain itu juga akan membusuk
sehingga menimbulkan bau yang tidak enak.
Yang dimaksud dengan limbah cair rumah makan adalah limbah yang berasal
dari kegiatan operasional suatu rumah makan, yakni mulai dari proses
mempersiapkan bahan makanan yang meliputi pemilahan dan pencucian bahan
baku, pada proses pengolahan makanan, serta proses pembersihan peralatan
memasak dan peralatan makan sesudah selesai makan dan pada akhir kegiatan
setiap hari, disamping itu juga limbah yang yang berasal dari toilet (kamar mandi dan
WC).
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
537
BAB 2
LIMBAH RUMAH MAKAN
2.1. Karakteristik Limbah Rumah Makan
arena kontaminan utama limbah cair rumah makan seluruhnya berasal
dari bahan makanan, proses memasak dan tahap pembersihan peralatan,
dan dari toilet, maka komponen limbah rumah makan terutama berupa
bahan-bahan organik, dan bahan pencuci (sabun/deterjen). Senyawa
organik yang terkandung dalam limbah cair rumah makan berupa karbohidrat,
protein, lemak dan minyak.
Untuk limbah rumah makan, ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni
karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, temperatur,
warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan
gas. Temperatur limbah cair rumah makan berasal dari proses pemasakan makanan
dan pencucian peralatan makan yang banyak mengandung lemak dan minyak.
Temperatur yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan
biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan
permukaan.
Semakin beragam jenis makanan yang dijual di rumah makan, akan
menghasilkan limbah yang mempunyai jumlah dan jenis bahan organik semakin
banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat
sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tersebut. Untuk menentukan
besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti
BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk
mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah
tangga (Greyson, 1990; Welch, 1992).
K
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
538
Jika ditinjau dari Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri, maka limbah cair rumah makan memerlukan pengolahan terlebih
dahulu sebelum dibuang keperairan umum karena telah melebihi baku mutu yang
ditetapkan, yaitu sebesar 50 – 150 mg/l untuk BOD5 dan 100 – 300 mg/l untuk
COD.
Pemerintah DKI Jakarta melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor : 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku
Mutu Air Sungai atau Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta menetapkan, untuk industri makanan pada Lampiran IV
kadar maksimum untuk BOD5 adalah 75 mg/l, sedangkan untuk nilai COD adalah
100 mg/l.
Gambar 2.1. Lingkungan Rumah Makan Yang Bersih dan Sehat Dapat
Meningkatkan Jumlah Pengunjungnya.
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
539
BAB 3
SISTEM PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN
3.1. Teknologi Pengolahan Limbah
eknologi pengolahan limbah cair rumah makan yang ada saat ini pada
umumnya berupa pengolahan limbah sistem anaerob . Dengan proses
biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air
olahannya masih mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang
ditimbulkan dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang
belum dapat diatasi.
Teknologi pengolahan yang lebih baik adalah dengan aerated lagoon atau
oxidation ditch, yakni dengan menambahkan oksigen dengan cara aerasi. Pada
proses pengolahan dengan cara ini tergantung dari waktu tinggalnya. BOD dari
effluen yang dihasilkan berkisar antara sepertiga sampai setengah dari BOD masuk.
Cara terbaik untuk mendapatkan effluent yang memenuhi syarat, dapat dilakukan
dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian
anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter
anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses tersebut diharapkan konsentrasi COD
dalam air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60 ppm, sehingga jika dibuang tidak
lagi mencemari lingkungan sekitarnya.
T
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
540
3.2. Pengolahan Pendahuluan
a. Proses pengolahan pendahuluan untuk limbah cair dari dapur berupa
saringan/screen untuk memisahkan antara kotoran-kotoran padat yang
berupa potongan sayuran, tulang-tulang atau sisa-sisa makanan dengan
limbah cair. Selanjutnya limbah cair dialirkan ke bangunan pemisah lemak &
minyak.
Gambar 3.1. Salah satu jenis Saringan untuk memisahkan kotoran-kotoran
padat dengan limbah cair.
b. Proses pemisahan lemak & minyak. Bangunan pemisah lemak & minyak
merupakan suatu bak untuk memisahkan lemak dan minyak dari limbah cair.
Didalam bak ini minyak dan lemak yang terapung dipermukaan harus diambil
secara periodik, dan limbah cair yang sudah bebas lemak dan minyak
kemudian dialirkan bersama limbah dari kamar mandi/wc menuju ke
bangunan pengolahan limbah cair.
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
541
Proses pengolahan limbah cair :
a. Sistem lagoon
b. Oxidation ditch
c. Sistem biofilter anaerob-aerob
3.3. Proses Pengolahan Limbah Cair Sistem Anaerob
Anaerobik Ponds (Kolam Anaerobik) digunakan untuk mengolah limbah cair
yang mempunyai konsentrasi bahan organik yang tinggi serta mengandung lumpur.
Umumnya kolam anaerobik berupa kolam yang dalam dilengkapi dengan pipa –
pipa inlet dan outlet. Untuk menghemat panas dan menjaga kondisi anaerobik,
kolam anaerobik dibangun dengan kedalaman sampai 6,1 m (10 ft). Air limbah yang
ditambahkan akan mengendap kedasar kolam.
Biasanya seluruh kolam tersebut akan berada dalam kondisi anaerobik,
kecuali pada zona paling atas dekat permukaan. Stabilisasi terjadi akibat kombinasi
antara presipitasi dan perubahan limbah organik menjadi CO2, CH4, dan macam-
macam gas.
Efisiensi rata-rata untuk menurunkan BOD5 dapat mencapai 70%. Pada
kondisi operasi yang optimum bisa menghasilkan efisiensi sampai 85%. Kelemahan
dari sistem ini adalah waktu tinggal yang cukup lama sehingga memerlukan lahan
yang luas.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
542
3.4. Proses Pengolahan Limbah Cair Sistem Aerated Lagoon
(Aerobic Suspended – Growth)
Aerated lagoon adalah suatu kolam pengolahan limbah dimana limbah cair
diolah dengan cara mengalirkan kedasar kolam atau dengan sirkulasi lumpur.
Penambahan oksigen dilakukan dengan cara aerasi permukaan atau dengan unit
penyemprotan udara. Aerated lagoon merupakan penyempurnaan dari fakultative
stabilization Pond, dimana peralatan untuk aerasi ditambahkan untuk mengatasi bau
yang timbul. Peranan aerator yang yang menghasilkan gelembung-gelembung udara
dari diffuser adalah untuk menjaga agar limbah cair didalam kolam berada dalam
bentuk larutan.
Dalam aerobic lagoon limbah cair tercampur semua, kemudian baik lumpur
yang baru masuk, maupun lumpur biologis yang berasal pembusukan bahan organik
akan mengendap. Tergantung dari waktu tinggalnya, effluen yang dihasilkan akan
mengalami penurunan konsentrasi BOD sebesar antara sepertiga sampai setengah
dari limbah cair yang masuk. Sebelum effluen dialirkan keluar, lumpur yang ada
harus diendapkan di bak pengendap. Diagram alir sistem ini dapat ditunjukkan pada
gambar berikut :
Scrrenings Sludge Cl2 or
Return sludge NaOCl
Influent Effluent
Gambar 3.2. Diagram alir Pengolahan Limbah Cair dengan Sistem Kolam Aerasi
Bar
Aerated lagoon
Settling tank
Chlorine Contact Chamber
Bar racks
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
543
Skema sistem aerated lagoon dengan recycle lumpur yang digunakan untuk
pengolahan limbah cair dari industri pengalengan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Skema Sistem Aerated Lagoon Dengan Recycle Sludge
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
544
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengolahan limbah cair
dengan sistem aerated lagoon adalah :
1. BOD removal
2. Karakteristik effluen
3. Oksigen yang dibutuhkan
4. Pengaruh temperatur
5. Energi yang dibutuhkan untuk pengadukan
6. Pemisahan lumpur
Gambar 3.4. Beberapa Tipe Screening Untuk Pengolahan Limbah Cair
(A). Inclined Fixed Screen, (B). Rotary Drum Screen,
(C). Traveling Screen, (D). Centrifugal Screen
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
545
3.5. Proses Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan Dengan
Biofilter Anaerob - Aerob
Air limbah rumah makan yang akan diolah berasal dari berbagai sumber
limbah, antara lain: air limbah dapur, air limbah wastafel tamu, air limbah kamar
mandi tamu, air limbah kamar mandi karyawan dan air limbah dari sumber lainnya
seperti toilet. Limbah dari berbagi sumber tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda, namun secara garis besar bahan pencemar yang ada dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu, limbah organik dari bahan makanan, limbah sabun/deterjen dari
bahan pembersih/pencucian dan limbah yang berbentuk minyak/lemak.
Untuk mengolah limbah dari berbagai sumber itu diperlukan teknologi yang
dapat mengolah ketiga kelompok limbah tersebut dengan baik. Secara garis besar
pengolahan limbah dengan sistem anaerobik yang diteruskan sistem aerobik dapat
diterapkan untuk mengolah limbah cair rumah makan dengan baik. Karena adanya
berbagai sumber limbah dengan karakteristik yang berlainnya, maka untuk limbah
yang karakteristiknya jauh berbeda diperlukan pengolahan pendahuluan terlebih
dahulu sebelum dicampur dengan limbah dari sumber lainnya.
Hal ini bertujuan agar komponen polutan yang berlainan tersebut tidak
mengganggu selama proses degradasi di IPAL. Secara garis besar diagram alir
pengolahan limbah cair rumah makan dengan sistem anaerobic-aerobik tersebut
dapat dilihat seperti pada Gambar 3.5, namun sistem ini tidaklah mutlak harus
demikian. Pengetahuan dan pengalaman para pendisain IPAL diperlukan untuk
membuat sistem yang lebih tepat, dimana dalam mendisain sistem tersebut harus
mengacu pada teknik-teknik dasar pengolahan limbah disesuaikan dengan
karakteristik dari limbah yang akan diolah.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
546
Gambar 3.5. Diagram Alir Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
3.5.1. Prototipe Alat
Prototipe alat ini dibuat dari bahan beton dengan ukuran panjang 310 cm,
lebar 100 cm dan tinggi 200 cm. Ruangan di dalamnya dibagi menjadi beberapa
zone/ruang yakni rungan pengendapan awal, zona biofilter anaerob, zona biofilter
aerob dan ruangan pengendapan akhir.
Zone pengendapan awal berfungsi sebagai ruang untuk mengendapkan
kotoran-kotoran yang berukuran relatif besar dan sebagai tempat untuk menahan
kotoran tersebut. Di ruang ini kotoran akan mengalami dekomposisi awal sehingga
akan hancur dan ukuran partikelnya menjadi lebih kecil-kecil. Dengan mengecilnya
ukuran partikel ini maka kemungkinan terjadinya penyumbatan di zone anaerobic
maupun aerobik yang diisi dengan media dapat dihindarkan.
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
547
Pada zone biofilter anaerobik berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri
anaerobic dan mikro-organisme anaerobic lainnya yang akan mendegradasi
komponen pulutan limbah. Mikro-organisme tersebut akan tumbuh pada dinding-
dinding yang ada di dalam zone ini, sehingga untuk meningkatkan jumlah mikro-
organisme di zone ini diperlukan suatu disain alat yang mempunyai luas permukaan
yang sangat besar. Untuk mendapatkan luas permukaan yang besar tersebut di
zone ini diisi dengan suatu media, yaitu media plastik model sarang tawon atau
dapat menggunakan media lainnya seperti batu kerikil atau pecahan batu kali.
Fungsi zone aerobik sama dengan zone an-aerobik, tetapi bakteri dan mokro-
organisme yang ditumbuhkan di zone ini berupa mikro-organisme aerobik, yaitu
mikro-organisme yang memerlukan udara untuk aktivitasnya. Prinsip kerja dan disain
zone ini juga sama dengan zone anarobik, hanya karena mokro-organisme yang
ditumbuhkan merupakan mikro-organisme aerobik, maka air limbah di zone ini harus
mengandung oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mikro-organisme
yang ada. Limbah yang masuk ke zone aerobik merupakan limpasan dari zone
anaerobik, sehingga di dalam limbah tersebut tidak mengandung oksigen.
Sementara mikro-organisme yang ada di zone ini memerlukan oksigen
(udara) untuk hidup dan aktivitasnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka di
zone ini disuplai udara dari luas reaktor dengan menggunakan blower udara. Agar
kebutuhan oksigen semua mikro-organisme terpenuhi, maka oksigen yang disuplai
ke daalm zone ini harus dapat menyebar merata ke seluruh ruangan. Untuk
mencapai pendistribusian ke seluruh ruangan, maka dilengkapi dengan alat
pendistributor udara yang diletakkan di bagian dasar bak.
Proses degradasi kontaminan limbah organik dengan proses aerobik ini akan
menghasilkan lumpur lebih banyak dari pada proses anaerobik. Lumpur tersebut
kaya sekali akan kandungan mikro-organisme aerobik, sehingga lumpur ini sangat
baik sekali jika dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bakteri yang baru. Pada
akhir proses (di saluran pengeluaran zone aerobik) jumlah kontaminan limbah sudah
menipis, sehingga mikro-organisme yang ada sudah hampir kehabisan cadangan
makanan dan banyak mikro-organisme dalam kondisi lapar.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
548
Dalam keadaan demikian lumpur tersebut sangat baik sekali digunakan
sebagai media pertumbuhan awal proses (seeding bakteri). Karena adanya kondisi
seperti tersebut diatas, maka sebaiknya di bagian akhir alat dilengkapi zone
pengendapan untuk memisahkan lumpur dan kemudian lumpur ini direcycle kembali
ke proses aerobik.
Proses pengendapan di zone pengendapan dirancang dengan memanfaatkan
berat jenis dari lumpur itu sendiri. Jika mikro-organisme aerobik dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, maka proses degradasi akan berjalan dengan baik pula
dan selama proses degradasi tersebut juga akan dihasilkan berbagai polimer yang
akan meningkatkan berat jenis dari lumpur yang dihasilkan sehingga lumpur akan
sangat mudah sekali untuk diendapkan secara alami tanpa penambahan bahan
koagulan.
Prototipe alat tersebut dirancang untuk dapat mengolah air limbah sebesar 5-
6 m3/hari. Desain alat dapat disesuaikan dengan kapasitas air limbah yang akan
diolah atau disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Untuk kapasitas
pengolahan yang lebih besar atau lebih kecil dapat dirancang sesuai dengan
kebutuhan.
Gambar rancangan sistem pengolahan air limbah dengan kombinasi proses
biofilter anaerob–aerob untuk limbah rumah makan ditunjukkan seperti pada Gambar
3.6. (dari bahan beton/semen) dan Gambar 3.7. (dari bahan fiberglas).
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
549
Gambar 3.6. Prototipe Alat Pengolah Limbah Cair Rumah Makan Dari Bahan Beton dan Semen
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
550
Gambar 3.7. Prototipe Alat Pengolah Limbah Cair Rumah Makan Dari Bahan Fiberglas
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
551
Gambar 3.8. Sistem Pengumpulan Limbah Cair Rumah Makan
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
552
Kriteria Perencanaan Bak Pengendap
Perencanaan pembangunan bak pengendap harus memenuhi persyaratan
tertentu antara lain :
• Bahan banguan harus kuat terhadap tekanan atau gaya berat yang
mungkin timbul serta kedap air.
• Bentuk Tangki empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan
lebar 2 s/d 3 :1. Lebar Bak minimal 0,75 meter dan panjang bak minimal
1,5 meter.
• Kedalaman air efektif antara 1 - 2 meter, tinggi ruang bebas air 0,2 - 0,4
meter dan tinggi ruang untuk penyimpanan lumpur 1/3 dari kedalaman air
efektif.
• Dasar bak dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk
memudahkan pengurasan lumpur.
• Pengurasan lumpur minimal dilakukan setiap 2 - 3 tahun.
Kriteria Perencanaan Filter "Up Flow"
Untuk merencanakan filter "Up Flow" harus memenuhi beberapa persyaratan
yakni :
• Bak filter terdiri 1 (satu) ruangan atau lebih.
• Media filter dapat diisi dengan media sarang tawon atau dari kerikil atau
batu pecah dengan ukuran diameter rata-rata 20 - 25 mm dan ratio volume
rongga 0,45.
• Tinggi filter media sarang tawon (lapisan kerikil) 0,9 - 1,2 meter.
• Beban hidrolik filter maksimum 3,4 m3/m2/hari.
• Waktu tinggal dalam filter minimal 6 - 9 jam (didasarkan pada volume
rongga filter).
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
553
3.5.2. Proses Pengolahan Secara Detail
Air limbah dari dapur banyak mengandung minyak dan lemak. Minyak dan
lemak merupakan zat cair yang mempunyai density (berat jenis) yang lebih kecil dari
pada air, sehingga jika tidak dipisahkan dari air limbah terlebih dahulu maka akan
membentuk lapisan di permukaan. Lapisan minyak ini dapat mengganggu proses
transfer oksigen dari udara ke dalam limbah, sehingga dapat mengganggu proses
aerasi limbah. Untuk mengatasi hal ini maka minyak dan lemak yang terdapat pada
limbah dapur harus dipisahkan terlebih dahulu di awal proses pengolahan, sehingga
limbah yang sudah bebas dari minyak dan lemak dapat diolah bersama-sama dalam
satu unit IPAL.
Air limbah yang telah bebas dari minyak dan lemak dialirkan ke alat
pengolahan melalui lubang pemasukan (inlet) masuk ke ruang (bak) pengendapan
awal. Selanjutnya air limpasan dari bak pengendapan awal air dialirkan ke zona
anaerob. Zona anaerob tersebut terdiri dari dua ruangan yang diisi dengan media
dari bahan plastik sarang tawon untuk pembiakan mikroba. Pada zona anaerob
pertama air limbah mengalir dengan arah aliran dari atas ke bawah, sedangkan pada
zona anaerob ke dua air limbah mengalir dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Selanjutnya air limpasan dari zona anaerob ke dua mengalir ke zona aerob melalui
lubang (weir).
Di dalan zona aerob tersebut air limbah dialirkan ke unggun media plastik
sarang tawon dengan arah aliran dari atas ke bawah, sambil dihembus dengan
udara untuk memenuhi kebutuhan oksigen mikro-organisme aerob. Arah aliran
cunter current antara limbah dengan udara/oksigen bertujuan untuk meningkatkan
waktu kontak antara udara dan limbah dan untuk menungkatkan jumlah tumbukan
antara udara dengan air limbah. Air limbah dari zona aerob masuk ke bak
pengendapan akhir melalui saluran yang ada di bagian bawah.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
554
Sebagian air limbah di dalam bak pengendapan akhir yang kaya akan bakteri
aerobik dan fakultatif disirkulasikan ke zona anaerob pertama sebagai sumber benih
(bibit) pertumbuhan bakteri untuk proses degradasi limbah. Air limpasan dari bak
pengendapan akhir yang keluar melalui lubang pengeluaran merupakan air hasil
olahan limbah, selanjutnya outlet ini masuk ke bak kontaktor khlor untuk membunuh
berbagai bakteri yang terkandung di dalam buangan. Selanjutnya air limpasan dari
bak kontaktor khlor tersebut dapat dibuang ke saluran umum atau dapat
dimanfaatkan sebagai air penyiram tanaman di taman.
Pada tahap awal proses (start up) pengolahan limbah, di dalam reactor belum
tumbuh bakteri-bakteri yang dapat mendegradasi limbah, sehingga karakteristik inlet
maupun outlet dari limbah tidak akan jauh berbeda. Keadaan ini dikenal sebagai
kondisi penumbuhan (seeding) bakteri, dan jika kondisi lingkungan tetap dijaga
dengan baik serta kondisi anaerobic maupun kondisi aerobik dipertahankan, maka
bakteri akan segera tumbuh sedikit demi sedikit.
Setelah proses berjalan selama dua sampai empat minggu pada permukaan
media sarang tawon akan tumbuh lapisan mikro-organisme. Lapisan-lapisan ini kaya
akan berbagai jenis mikro-organisme yang mampu mendegradasi limbah yang ada,
sehingga mikro-organisme tersebut akan menguaraikan senyawa polutan yang ada
dalam air limbah.
Analisa kualitas air limbah dilakukan secara periodik dengan cara mengambil
contoh air limbah yang masuk, air limbah pada tiap-tiap zone dan air olahan,
sedangkan parameter yang akan diperiksa yakni BOD, COD, padatan tersuspensi
(SS), ammonium nitrogen (NH4-N), deterjen (MBAS), dan phospat (PO4). Skema
proses pengolahannya ditunjukkan seperti pada Gambar 3.6., Gambar 3.7. dan
Gambar 3.8.
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
555
Kondisi Operasi :
• Waktu Tinggal Total = 1-3 hari.
• Air yang ada di dalam bak pengendapan akhir sebagian disir-kulasikan ke zona
anaerob pertama dengan menggunakan pompa sirkulasi.
• Ratio Sirkulasi Hidrolis (hydraulic Recycle Ratio, HRR) = 1
• Pengambilan contoh dilakukan setelah 4 minggu (satu bulan) operasi, dan setelah
5 (lima) minggu operasi.
3.5.3. Hasil Analisa Kualitas Air
Dari hasil uji coba prototipe alat pengolah air limbah rumah makan “Kombinasi
Biofilter Anaerob-Aerob” dapat disimpulkan bahwa : dengan waktu tinggal antara 1-
3 hari, dan proses sirkulasi dengan rasio resirkulasi hidrolik, HRR = 1 didapatkan
efisiensi pengolahan yang cukup tinggi yakni BOD 84,7 - 91 %, COD 79,6 - 95,3 %,
SS 94,1 - 95 %, Ammonia (NH4-N) 89,3 - 89,8 %, Deterjen (MBAS) 83 - 87 % dan
Phospat (PO4) 44,4 - 47,3 %.
Efisiensi pengolahan khususnya peng-hilangan senyawa organik (BOD, COD)
dan SS cukup stabil meskipun debit dan konsentrasi polutan dalam air limbah sangat
berfluktuasi. Unit alat pengolah air limbah rumah makan dengan sistem kombinasi
biofilter anaerob-aerob ini dapat dibuat dengan skala kecil ataupun skala besar
sesuai dengan kebutuhan. Untuk pengolahan air limbah rumah makan dengan
kapasitas 5 - 6 m3 per hari memerlukan energi listrik sekitar 65 watt.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
556
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
erdasarkan hasil pengamatan, pengolahan air limbah rumah makan dengan
sistem kombinasi proses biofilter Anaerob-Aerob tercelup dapat disimpulkan
mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
• Efisiensi penghilangan BOD, COD dan padatan tersuspensi (SS) cukup tinggi,
yakni lebih dari 90
• Pengelolaannya sangat mudah.
• Biaya operasinya rendah.
• Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
(selama empat bulan operasi belum terjadi ekses Lumpur).
• Suplai udara untuk aerasi relatif kecil, untuk kapasitas kira-kira 5 - 6 m3 per hari
hanya membutuhkan listrik 65 watt.
• Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
Alat ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan beberapa jenis air limbah lainnya,
misalnya :
• Pengolahan air limbah rumah tangga (domestik).
• Pengolahan air limbah perkantoran skala kecil sampai besar.
• Pengolahan air limbah pemukiman kumuh.
• Pengolahan limbah puskesmas, rumah bersalin, limbah rumah sakit.
• Pebngolahan air limbah organik untuk industri kecil misalnya industri kecil tahu-
tempe, industri makanan.
• Pengolahan limbah MCK dan lain lain.
Kapasitas disain dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan .
B
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
557
4.2. Lampiran Foto-Foto IPAL Rumah Makan
Gambar 4.1. Konstruksi Bak Pengurai Anaerob
Gambar 4.2. Konstruksi Reaktor Untuk Proses Pengolahan Lanjut
dari Bahan Fiberglas
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
558
Gambar 4.3. Media Untuk Pembiakan Mikroorganisme Dari Bahan PVC Dengan
Bentuk Sarang Tawon (Warna Hitam dan Putih)
Gambar 4.4. Unit Reaktor Pengolahan Lanjut Yang Telah Diisi Dengan
Media PVC Sarang Tawon.
Gambar 4.5. Blower Dan Pompa Sirkulasi
Ir. Sutiyono, M.Si dan Ir. Sri Rahayu, M.T.
559
Gambar 4.6. Lapisan Mikroorganisme Yang Telah Tumbuh Dan Menempel
Pada Permukaan Media Biofilter Sarang Tawon
Gambar 4.7. Air Limbah Sebelum Diolah (Kiri) Dan Air Hasil Olahan (Kanan)
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan
560
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimous, " The Study On Urban Drainage And Waste water Disposal Project In
The City Of Jakarta (Main Draft Report)", JICA, December 1990.
2. Fair, Gordon Maskew et.al., " Elements Of Water Supply And Wastewater
Disposal ", John Willey Aand Sons, 1971.
3. Fichard Feachen, " Human Feaces, Urine And Their Utilization ", Ensic
Translation Committee”, MAY 1981.
4. Kalbermatten, J.M., Julius, D.S., Gunnerson,C.D., Amara, D.D.,
5. "Appropriate Technology for Water Supply And Sanitation (A Planner’s Guide)",
World Bank Studies In Water Supply And Sanitation 2, 1980.
6. Kusnoputranto, H., I Made Jaya, "Studi Pencemaran Bakteriologis Kakus Cubluk
Terhadap Air Tanah Di wilayah Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ",
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 1983.
7. Metcalf And Eddy, “ Wastewater Engineering", Mc Graw Hill, 1978.