BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN
-
Upload
fitriana-nurhidayati -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN
BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN
1. Taqwa merupakan bentuk kesuksesan pendidikan Ramadhan
Ramadhan merupakan sebuah media pendidikan yang telah disiapkan oleh Alloh SWT
untuk manusia beriman agar meningkat ketaqwaannya. Keberhasilan sebuah
pendidikan sangat ditentukan oleh adanya tiga komponen yang menyatu, yakni input
—proses—output. Jika salah satu unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil
melahirkan output yang diharapkan. Puasa Ramadhan memadukan secara sinergis
ketiga komponen tersebut dalam diri seorang Muslim.
Input : Sumber Daya Mukmin
Sumber Daya Mukmin merupakan input dalam proses pendidikan Ramadhan karena
orang mukminlah yang tergerak hatinya dan memiliki responsibilitas dalam
menyambut seruan-Nya. Iman dalam diri menjadi sumber energy yang senantiasa
memberikan kekuatan yang tidak ada habis-habisnya untuk memberi dan menyemai
kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam taman kehidupan; atau bergerak
mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di muka bumi ini.
Iman adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita, maka lahirlah taqwa.
Iman melahirkan sikap tawadhu ( rendah hati), wara’ (membatasi konsumsi dari yang
halal), qona’ah (puas dengan karunia Alloh), dan yaqin (kepercayaan yang penuh atas
kehidupan abadi).
Proses: Ramadhan
Dari segi etimologis Ramadhan berarti membakar. Makna tersebut mengandung
pengertian bahwa melalui proses puasa Ramadhan, dosa-dosa dan kelemahan serta
sisi gelap seseorang menjadi hangus terbakar. Sebaliknya , sisi terang yang ada pada
seseorang menjadi tampak dan mengemuka.
Disamping itu, puasa adalah junnah (perisai), yang mampu memagari pelakunya dari
berbagai hal yang mudharat, memagari hal-hal yang maksiat, dan menjaga diri dari
gangguan hawa nafsu yang akan menggelincirkan.
Selama sebulan orang-orang beriman ini digembleng dalam sebuah madrasah khusus.
Segala keinginan makan minum yang selama ini menjadi kebiasaan, pada bulan
Ramadhan ini ditahan. Hawa nafsu yang boleh jadi dominan pada diri manusia, maka
dengan proses Ramadhan ini kecenderungan syahwat itu tidak lagi bebas
diperturutkan seenaknya.
Out put: Sumber Daya Muttaqin
Tak dapat disangkal lagi, taqwa adalah sebaik-baiknya bekal bagi orang beriman.
Diantara keutamaan taqwa itu adalah diberinya Furqon pada diri yang bersangkutan.
Furqon adalah sebuah kemampuan dalam diri yang berfungsi untuk mengetahui dan
memilah mana yang benar dan mana yang salah. Lebih lanjut, Ibnu Ishaq berkata,
”dengan adanya Furqon, niscaya umat Islam memenangkan kebenaran dan
mengalahkan kebatilan”
Taqwa adalah solusi untuk mengatasi setiap kelemahan, ketertinggalan, dan
kehinaan yang sedang mendera umat Islam. Ia adalah satu faktor yang apabila kita
pegang teguh, pangkal datangnya pertolongan dan taufik dari Alloh SWT.
2. Tanda-tanda orang bertaqwa
Di dalam Surat Ali Imran : 133-135 Alloh SWT berfirman : “ Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya) ,baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri,mereka ingat akan Alloh,lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Alloh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.”
Dari ayat tersebut,orang yang bertaqwa setidaknya memiliki tanda-tanda sebagai
berikut :
Pertama, memiliki kecerdasan finansial (menafkahkan hartanya dikala lapang maupun
sempit; kedua, memiliki kecerdasan emosional (menahan amarahnya); ketiga,
memiliki kecerdasan sosial (memaafkan kesalahan orang lain). Dan yang keempat
adalah memiliki kecerdasan spiritual (apabila melakukan perbuatan keji dan
menganiaya diri sendiri, mereka ingat Alloh, lalu mohon ampun atas dosa-dosa
mereka).
3. Hambatan menjaga ketaqwaan
Ketika Ramadhan masih berlangsung segala amal ibadah rasanya mudah dilakukan,
sehingga lebih kondusif untuk menggapai ketaqwaan. tetapi begitu Ramadhan selesai
amal ibadah yang semula tinggi frekuensinya tiba-tiba melorot drastis. Mengapa hal
ini sering terjadi?
Ada beberapa penyebab sulitnya menjaga ketaqwaan, antara lain:
a. Kurang kuatnya komitmen
Kesadaran yang dicapai seorang Mukmin selama melaksanakan ibadah Ramadhan
melahirkan komitmen untuk melakukan perubahan pada dirinya dan lingkungannya.
Namun energinya masih belum cukup kuat dibanding hawa nafsunya, sehingga
komitmen untuk melakukan kebajikan terhalang oleh kekuatan hawa nafsu.
b. Menunda-nunda amal sholeh.
Ada kalanya seorang Mukmin bertekad untuk melakukan berbagai kebaikan dan
meninggalkan keburukan setelah Ramadhan. Namun, ia tidak bersegera
mewujudkannya, malah menunda-nunda pelaksanaannya dengan berbagai alasan.
Seperti waktu masih panjang, kita masih muda, tidak harus dilakukan hari ini. Alasan-
alasan tersebut kita rasionalisasi, sehingga tanpa kita sadari terus tertunda dan
akhirnya tidak pernah kita berhasil melakukannya.
c. Lalai.
Kita sering menganngap remeh upaya menegakkan kebaikan karena mengannggap
hukumnya hanya sunnah dan menganngap remeh hal-hal yang dibenci oleh Alloh
(makruh) walaupun termasuk dosa kecil. Kebiasaan itu dapat mengantarkan dirinya
untuk mengabaikan hal-hal yang besar dalam agama. Rasululloh SAW bersabda: ”
Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil.,sebab kalau dia berkumpul dalam diri
seseorang akan dapat membinasakannya” (HR.Ahmad & Tabrani)
d. Tidak mau berjama’ah. Setiap Mukmin yang berniat menegakkan kebaikan, akan
menghadapi tantangan baik dari dalam diri berupa hawa nafsu, maupun dari luar
dirinya yakni dari orang-orang kafir & munafik yang memang tidak pernah rela
kebenaran ditegakkan. Disamping itu ada lagi musuh bebuyutan orang beriman yakni
setan laknatulloh. Smua musuh orang mukmin tersebut selalu bekerja sama,bahu
membahu untuk menggagalkan jalan lurus yang ditempuh oleh orang mukmin. Maka
kalau orang-orang mukmin tidak mau berjama’ah dan bekerja sama tentu dengan
mudah dapat dikalahkan oleh musuh tersebut.
4. Tips Menjaga Ketaqwaan
a. Lakukan Muhasabah setelah Ramadhan
Sangat penting bagi setiap diri untuk melakukan muhasabah (evaluasi diri) bisa
dilakukan secara individu maupun bersama keluarga atau organisasi. Apa saja yang
dievaluasi? Disamping keimanan yang bersifat pribadi,juga perkembangan iman dan
amal sholeh yang dilakukan secara sosial.
b. Buatlah komitmen bersama keluarga
Melakukan muhasabah saja belumlah cukup jika tidak ditindak lanjuti dengan
komitmen diri serta orang-orang terdekat untuk melanjutkan amal-amal sholih dan
mencegah perbuatan negatip agar tidak berkembang baik secara individu Mupun
sosial.
c. Susunlah program rutin setelah Ramadhan
Pertama,yang perlu ditetapkan adalah target perubahan yang ingin dicapai dalam
waktu satu tahun ke depan.
Misal
– Program harian : Sholat berjamaah,baca Al-Qur’an,dzikir pagi &petang,sholat sunat
– Program Mingguan : Pengajian rutin,halaqoh taklim,silaturahim;infak ,puasa Senin –
Kamis
--Program bulanan : Puasa sunat yaumul biidh,kajian bulanan
d. Berkumpullah dengan orang-orang sholeh
Kebajikan akan lebih terasa ringan dan mudah jika dilakukan bersama dengan orang
lain yang sefikrah. Kita perlu dukungan dari keluarga jika hal akan kita tegakkan itu
berbasis pd keluarga.
Berkumpul dengan orang-orang sholeh, diri kita akan terjaga, manakala kita
melenceng akan diingatkannya.
e. Tetaplah untuk menambah ilmu. Kajian secara rutin’kursus bahasa asing,dll
sebaiknya tetap dilanjutkan setelah Ramadhan