BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

6
BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN 1. Taqwa merupakan bentuk kesuksesan pendidikan Ramadhan Ramadhan merupakan sebuah media pendidikan yang telah disiapkan oleh Alloh SWT untuk manusia beriman agar meningkat ketaqwaannya. Keberhasilan sebuah pendidikan sangat ditentukan oleh adanya tiga komponen yang menyatu, yakni input—proses—output. Jika salah satu unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil melahirkan output yang diharapkan. Puasa Ramadhan memadukan secara sinergis ketiga komponen tersebut dalam diri seorang Muslim. Input : Sumber Daya Mukmin Sumber Daya Mukmin merupakan input dalam proses pendidikan Ramadhan karena orang mukminlah yang tergerak hatinya dan memiliki responsibilitas dalam menyambut seruan-Nya. Iman dalam diri menjadi sumber energy yang senantiasa memberikan kekuatan yang tidak ada habis- habisnya untuk memberi dan menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam taman kehidupan; atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di muka bumi ini. Iman adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita, maka lahirlah taqwa. Iman melahirkan sikap tawadhu ( rendah hati), wara’ (membatasi konsumsi dari yang

description

assalamu'alaikum

Transcript of BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

Page 1: BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

1. Taqwa merupakan bentuk kesuksesan pendidikan Ramadhan

Ramadhan merupakan sebuah media pendidikan yang telah disiapkan oleh Alloh SWT

untuk manusia beriman agar meningkat ketaqwaannya. Keberhasilan sebuah

pendidikan sangat ditentukan oleh adanya tiga komponen yang menyatu, yakni input

—proses—output. Jika salah satu unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil

melahirkan output yang diharapkan. Puasa Ramadhan memadukan secara sinergis

ketiga komponen tersebut dalam diri seorang Muslim.

Input : Sumber Daya Mukmin

Sumber Daya Mukmin merupakan input dalam proses pendidikan Ramadhan karena

orang mukminlah yang tergerak hatinya dan memiliki responsibilitas dalam

menyambut seruan-Nya. Iman dalam diri menjadi sumber energy yang senantiasa

memberikan kekuatan yang tidak ada habis-habisnya untuk memberi dan menyemai

kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam taman kehidupan; atau bergerak

mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di muka bumi ini.

Iman adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita, maka lahirlah taqwa.

Iman melahirkan sikap tawadhu ( rendah hati), wara’ (membatasi konsumsi dari yang

halal), qona’ah (puas dengan karunia Alloh), dan yaqin (kepercayaan yang penuh atas

kehidupan abadi).

Proses: Ramadhan

Dari segi etimologis Ramadhan berarti membakar. Makna tersebut mengandung

pengertian bahwa melalui proses puasa Ramadhan, dosa-dosa dan kelemahan serta

sisi gelap seseorang menjadi hangus terbakar. Sebaliknya , sisi terang yang ada pada

seseorang menjadi tampak dan mengemuka.

Disamping itu, puasa adalah junnah (perisai), yang mampu memagari pelakunya dari

berbagai hal yang mudharat, memagari hal-hal yang maksiat, dan menjaga diri dari

gangguan hawa nafsu yang akan menggelincirkan.

Page 2: BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

Selama sebulan orang-orang beriman ini digembleng dalam sebuah madrasah khusus.

Segala keinginan makan minum yang selama ini menjadi kebiasaan, pada bulan

Ramadhan ini ditahan. Hawa nafsu yang boleh jadi dominan pada diri manusia, maka

dengan proses Ramadhan ini kecenderungan syahwat itu tidak lagi bebas

diperturutkan seenaknya.

Out put: Sumber Daya Muttaqin

Tak dapat disangkal lagi, taqwa adalah sebaik-baiknya bekal bagi orang beriman.

Diantara keutamaan taqwa itu adalah diberinya Furqon pada diri yang bersangkutan.

Furqon adalah sebuah kemampuan dalam diri yang berfungsi untuk mengetahui dan

memilah mana yang benar dan mana yang salah. Lebih lanjut, Ibnu Ishaq berkata,

”dengan adanya Furqon, niscaya umat Islam memenangkan kebenaran dan

mengalahkan kebatilan”

Taqwa adalah solusi untuk mengatasi setiap kelemahan, ketertinggalan, dan

kehinaan yang sedang mendera umat Islam. Ia adalah satu faktor yang apabila kita

pegang teguh, pangkal datangnya pertolongan dan taufik dari Alloh SWT.

2. Tanda-tanda orang bertaqwa

Di dalam Surat Ali Imran : 133-135 Alloh SWT berfirman : “ Dan bersegeralah kamu

kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan

bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang

menafkahkan (hartanya) ,baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang

menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang

yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan

keji atau menganiaya diri sendiri,mereka ingat akan Alloh,lalu memohon ampun

terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari

pada Alloh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka

mengetahui.”

Dari ayat tersebut,orang yang bertaqwa setidaknya memiliki tanda-tanda sebagai

berikut :

Pertama, memiliki kecerdasan finansial (menafkahkan hartanya dikala lapang maupun

sempit; kedua, memiliki kecerdasan emosional (menahan amarahnya); ketiga,

memiliki kecerdasan sosial (memaafkan kesalahan orang lain). Dan yang keempat

Page 3: BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

adalah memiliki kecerdasan spiritual (apabila melakukan perbuatan keji dan

menganiaya diri sendiri, mereka ingat Alloh, lalu mohon ampun atas dosa-dosa

mereka).

3. Hambatan menjaga ketaqwaan

Ketika Ramadhan masih berlangsung segala amal ibadah rasanya mudah dilakukan,

sehingga lebih kondusif untuk menggapai ketaqwaan. tetapi begitu Ramadhan selesai

amal ibadah yang semula tinggi frekuensinya tiba-tiba melorot drastis. Mengapa hal

ini sering terjadi?

Ada beberapa penyebab sulitnya menjaga ketaqwaan, antara lain:

a. Kurang kuatnya komitmen

Kesadaran yang dicapai seorang Mukmin selama melaksanakan ibadah Ramadhan

melahirkan komitmen untuk melakukan perubahan pada dirinya dan lingkungannya.

Namun energinya masih belum cukup kuat dibanding hawa nafsunya, sehingga

komitmen untuk melakukan kebajikan terhalang oleh kekuatan hawa nafsu.

b. Menunda-nunda amal sholeh.

Ada kalanya seorang Mukmin bertekad untuk melakukan berbagai kebaikan dan

meninggalkan keburukan setelah Ramadhan. Namun, ia tidak bersegera

mewujudkannya, malah menunda-nunda pelaksanaannya dengan berbagai alasan.

Seperti waktu masih panjang, kita masih muda, tidak harus dilakukan hari ini. Alasan-

alasan tersebut kita rasionalisasi, sehingga tanpa kita sadari terus tertunda dan

akhirnya tidak pernah kita berhasil melakukannya.

c. Lalai.

Kita sering menganngap remeh upaya menegakkan kebaikan karena mengannggap

hukumnya hanya sunnah dan menganngap remeh hal-hal yang dibenci oleh Alloh

(makruh) walaupun termasuk dosa kecil. Kebiasaan itu dapat mengantarkan dirinya

untuk mengabaikan hal-hal yang besar dalam agama. Rasululloh SAW bersabda: ”

Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil.,sebab kalau dia berkumpul dalam diri

seseorang akan dapat membinasakannya” (HR.Ahmad & Tabrani)

d. Tidak mau berjama’ah. Setiap Mukmin yang berniat menegakkan kebaikan, akan

menghadapi tantangan baik dari dalam diri berupa hawa nafsu, maupun dari luar

dirinya yakni dari orang-orang kafir & munafik yang memang tidak pernah rela

Page 4: BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN KETAQWAAN

kebenaran ditegakkan. Disamping itu ada lagi musuh bebuyutan orang beriman yakni

setan laknatulloh. Smua musuh orang mukmin tersebut selalu bekerja sama,bahu

membahu untuk menggagalkan jalan lurus yang ditempuh oleh orang mukmin. Maka

kalau orang-orang mukmin tidak mau berjama’ah dan bekerja sama tentu dengan

mudah dapat dikalahkan oleh musuh tersebut.

4. Tips Menjaga Ketaqwaan

a. Lakukan Muhasabah setelah Ramadhan

Sangat penting bagi setiap diri untuk melakukan muhasabah (evaluasi diri) bisa

dilakukan secara individu maupun bersama keluarga atau organisasi. Apa saja yang

dievaluasi? Disamping keimanan yang bersifat pribadi,juga perkembangan iman dan

amal sholeh yang dilakukan secara sosial.

b. Buatlah komitmen bersama keluarga

Melakukan muhasabah saja belumlah cukup jika tidak ditindak lanjuti dengan

komitmen diri serta orang-orang terdekat untuk melanjutkan amal-amal sholih dan

mencegah perbuatan negatip agar tidak berkembang baik secara individu Mupun

sosial.

c. Susunlah program rutin setelah Ramadhan

Pertama,yang perlu ditetapkan adalah target perubahan yang ingin dicapai dalam

waktu satu tahun ke depan.

Misal

– Program harian : Sholat berjamaah,baca Al-Qur’an,dzikir pagi &petang,sholat sunat

– Program Mingguan : Pengajian rutin,halaqoh taklim,silaturahim;infak ,puasa Senin –

Kamis

--Program bulanan : Puasa sunat yaumul biidh,kajian bulanan

d. Berkumpullah dengan orang-orang sholeh

Kebajikan akan lebih terasa ringan dan mudah jika dilakukan bersama dengan orang

lain yang sefikrah. Kita perlu dukungan dari keluarga jika hal akan kita tegakkan itu

berbasis pd keluarga.

Berkumpul dengan orang-orang sholeh, diri kita akan terjaga, manakala kita

melenceng akan diingatkannya.

e. Tetaplah untuk menambah ilmu. Kajian secara rutin’kursus bahasa asing,dll

sebaiknya tetap dilanjutkan setelah Ramadhan