Badan Litbangkes Kemenkes RI

17
,l Badan Litbangkes Kemenkes RI Open Journal Systems Bantuan Jurnal Pengguna usernam e Kata Sandi Ingat Saya Notifikasi Lihat Langganan / Tidak berlangganan Isi Jurnal Cari Telusuri Berdasarkan Terbitan Berdasarkan Penulis Berdasarkan Judul Jurnal Lain Ukuran Huruf Make font size smaller Make font size default Make font size larger Beranda

description

jhjhkjhbhjxh

Transcript of Badan Litbangkes Kemenkes RI

,lBadan Litbangkes Kemenkes RI

Open Journal Systems Bantuan Jurnal Pengguna Top of Formusername

Kata Sandi

Ingat Saya

Bottom of FormNotifikasi Lihat Langganan / Tidak berlanggananIsi Jurnal Cari Top of Form

Bottom of Form

Telusuri Berdasarkan Terbitan Berdasarkan Penulis Berdasarkan Judul Jurnal LainUkuran Huruf Make font size smaller Make font size default Make font size larger

Beranda Tentang Kami Login Daftar Cari Sekarang ArsipBeranda > Jurnal Kefarmasian IndonesiaJurnal Kefarmasian IndonesiaJurnal Kefarmasian Indonesia merupakan wadah berbagi informasi antar peneliti, pemerhati kefarmasian Indonesia. Melalui jurnal ini, berbagai penelitian diharapkan dapat disebarluaskan kepada pengguna secara maksimal

Wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww Cabang Ilmu Farmasi

FarmakologiIlmu yang mempelajari cara bagaimana obat mempengaruhi fungsi sistem hidup.

Biofarmasetika Ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi terhadap aktivitas terapi dan produk obat.

Farmakognosi: Ilmu yang mempelajari identifikasi suatu obat. Ruang lingkup meliputi pengenalan dan penemuan bahan dari tumbuhan dan organisme dengan melakukan pemeriksaan makroskopis untuk dapat dijadikan obat. Termasuk penelitian biokimia tanaman (biosintesis), jamur, vaksin

Farmakoterapi: Ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk pengobatan suatu penyakit. Diperlukan penguasaan tentang farmakologi dan patofisiologi penyakit

Farmakokinetik: Ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat Mempelajari nasib obat dalam tubuh atau pengaruh tubuh terhadap obat.

Farmakodinamika: Ilmu yang mempelajari mekanisme kerja obat, efek obat terhadap fungsi, reaksi biokimia dan struktur organ. Mempelajari pengaruh obat terhadap sel tubuh, atau respon organisme hidup terhadap stimulasi kimia dalam keadaan tidak ada penyakit.

Farmakologi klinik: Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat dan pengobatan pada manusia (scientific study of drug in man) Materia Medika: Cabang atau bagian dari farmakologi yang mempelajari sumber-sumber, diskripsi dan preparasi obat-obat. Istilah ini jarang digunakan lagi.

Farmakoekonomi Ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan pengunaan obat dalam perawatan kesehatan Analisis farmakoekonomi menggambarkan dan menganalisa biaya obat untuk sistem perawatan kesehatan.

Farmasi klinik Kegiatan memonitor penggunaan obat, memonitor efek samping obat (MESO), dan kegiatan konseling/informasi obat pasien.

Toksikologi: Ilmu yang mempelajari tentang efek toksik dari berbagai racun, zat kimia (termasuk obat) lainnya pada tubuh manusia yabg dapat menimbulkan penyakit atau kematian Cara diagnosis, pengobatan dan tindakan untuk mencegah terjadinya keracunan.

Kimia farmasi (organik dan anorganik) adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kuantitatif dan kualitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik (alifatik, aromatik, alisiklik, heterosiklik) maupun anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai obat.

Teknologi farmasi Ilmu yang membahas tentang teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja serta perawatan/pe-meliharaan alat-alat produksi dan penunjangnya sesuai ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Farmasi Fisika Ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisikanya, misalnya spektrometri massa, spektrofotometri, dan kromatografi.

Biologi farmasi Ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar kehidupan organisme yang mempengaruhi kehidupan manusia Mempelajari morfologi, anatomi, dan taksonomi tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan dunia kefarmasian.

Diposkan 14th January oleh elza apriliyanti Jan14

Rheologi Dan Viskositas

LATAR BELAKANG

Beberapa cairan mengalir lebih mudah dari pada yang lainnya , ilmuwanInggris Sir Isaac Newton (1642-1727) adalah salah seorang peneliti pendahulu yang mempelajari aliran fluida. hipotesisnya, hambatan yang muncul dari tidak adanya kelicinan dari bagian cairan, yang lain adalahsetimbang, adalahs etara dengan kecepatan dimana bagian cairan dipisahkan satu dari lainnya.

Rheologi

Rheos: ilmu Logos : mengalir

mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) padacairan.

Viskositas: Suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.DalamkefarmasianWhat for?!

Pabrik pembuat krimk osmetik, pasta, dan lotion harus mampu menghasilkan suatu produk yang mempunyai konsistensi dan kelembutan yang dapat diterima oleh konsumen Untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability).

Tipealiran

SistemNew ton

hubungan antara shearing rate dan shearing stress adalah linearTipe alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana dengan volume moleku lkecil.

SistemNon Newton

shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan.terjadi pada disperse heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada koloid, emulsi, dan suspensi.

Ketergantungan Temperatur dan Teori viskositas

Viskositas gas meningkat dengan naiknya temperaturViskositas cairan menurun jika temperatur dinaikkanFluiditas kebalikan dari viskositasFluiditas cairan meningkat jika temperatur dinaikkan.

Pemilihan Viskometer

Semua viskometer dapat digunakan untuk menentukan viskositas sistem Newton dan hanya viskometer yang mempunyai kontrol shear stress yang bervariasi dapat digunakan untuk bahan-bahan Non Newton.

Macam-macam viscometer

Visk. KapilerVisk. Bola jatuh

Visk. Cup & bobVisk. Kerucut dan lempeng

Penerapan rheologi dalam :bidang farmasi

1.CairanPencampuranPengurangan ukuran partikel dari sistem sistem dispersi dengan shearPelewatan melalui mulut,penuangan, pengemasan dalam botol, pelewatan melalui jarum suntikPerpindahan cairanStabilitas fisik sistem disperse

2.Semi solidPenyebaran dan pelekatan pada kulitPemindahan dari wadah/tubeKemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairanPelepasan obat dari basisnya

3.PadatanAliran serbuk dari corong ke lubang cetakan tablet/kapsulPengemasan serbuk/granul

4.Pemprosesan

Kapasitas produksi alatEfisiensi pemrosesan

Diposkan 14th January oleh elza apriliyanti Jan14

Mengatasi Permasalahan Swamedikasi

Swamedikasi didefinisikan oleh WHO sebagai kegiatan seleksi dan penggunaan obat oleh pasien secara mandiri/sendiri untuk mengobati suatu penyakit dan/atau gejalannya, seperti pusing, mual, muntah,maag,lemas,dan beberapa gejala ringan lainnya. Dalam perkembangannyaswamedikasijuga didefinisikan sebagai penggunaan obat untuk pengobatan terhadap gejala-gelala yang muncul atau pengobatan kelanjutan dari obat yang diresepkan sebelumnya untuk penyakit kronis atau kekambuhan suatu penyakit kronis. Seperti pada coretan yang laluswamedikasibiasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan saja, seperti demam, nyeri, sakit kepala, pusing, batuk, flu, sakit tenggorokan, sakit maag, cacingan, diare, dan beberapa penyakit kulit. WHO memang mempromosikan praktek pengobatan diri yang efektif dan cepat tanpa konsultasi medis agar dapat mengurangi beban pada layanan perawatan kesehatan, yang sering kali kekurangan dan susah diakses di perdesaan dan daerah terpencil. Tetapi pada pelaksanaannya ternyata menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan(medication error)contoh : terjadinya kesalahan medis dalam diagnosis dan keterlambatan dalam pengobatan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan cara penggunaannya *beberapa contoh disebutkan pada coretanKesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat. Obat-obatan yang masih dianggap aman pada tindakanswamedikasiadalah obat dengan labelobat bebas(lingkaran berwarna hijau) danobat bebas terbatas(lingkaran berwarna biru) serta beberapaobat keras(lingkaran berwarna merah dengan huruf K) tetapi tetap dengan konsultasi pada Apoteker, masalahnya adalah banyak masyarakat yang menggunakan obat keras tanpa konsultasi terlebih dahulu.

Mahalnya biaya konsultasi dengan dokter, biaya laboratorium dan obat-obatan yang mahal menjadi faktor penyebab pada sebagian besar keluarga miskin di beberapa negara berkembang, sehingga permasalahan ini harus ditangani oleh berbagai tidak hanya kesehatan tetapi juga ekonomi dan sosial budaya. Beberapa ahli merumuskan cara untuk menanggulangi permasalahanswamedikasiini yaitu :

1. PelaksanaanPharmaceutical caredi komunitas farmasi Komunitas farmasi gjk berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan memantau pengobatan penyakit ringan dan menyarankan pasien ke dokter apabila pasien memerlukan penanganan lebih lanjut.2.Meningkatkan konsultasi klinik dan laboratorium meliputi pemberian pengetahuan kepada masyarakat tentangswamedikasi, bertanyalah kepada dokter dan Apoteker semua yang ingin anda ketahui mengenai kesehatan anda.3. Mengembangkan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainya, Praktisi, Regulator sebagai penyusun kebijakan kesehatan dan fakultas kesehatan untuk melakukan promosi caraswamedikasiyang benar.4. Menggunakan sistem pembiayaan kesehatan juga dapat mengurangi kesalahanswamedikasikarena masyarakat akan terdorong untuk menggunakan haknya pada saat jatuh sakit dengan datang ke pusat pelayanan kesehatan, pada akhirnya pasien mendapatkan pengobatan yang optimal.

Penelitian di ekuador menunjukan bahwa pemberian informasi swamedikasi jangka pendek (1 bulan) dan jangka panjang (1 tahun) pada 367 anak perempuan sekolah menengah mampu merubah paradigma mengenai beberapa obat-obatan swamedikasi termasuk obat antidiare, multivitamin dan sediaan penganti cairan tubuh. Metode ini awalnya dikembangkan oleh Prof. DR. Dra. Sri Suryawati Apt dengan nama CBIA (cara belajar ibu aktif) dipaparkan padapengukuhan gelar professorbeliau. Diharapkan perubahan paradigma pada anak-anak ini nantinya mampu menjembatani perubahan paradigmaswamedikasidi masyarakat.

Pada awalnya swamedikasi diharapkandapat mengurangi beban pada layanan perawatan kesehatan, tetapi tidak demikian pada paradigma yang berkembang dimasyarakat. Setelah teman-teman membaca coretanKesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di MasyarakatdanCara Mengatasi Permasalahan Swamedikasidiharapkan dapat lebih bijak dalam menyikapi swamedikasi, jika dirasakan memerlukan pengobatan Obat Keras sebaiknya konsultasikan dahulu denganApotekeratau dokter.Hal ini yang menjadikan peran Apoteker sangat penting dalam proseskonsultasi obatoleh Apoteker untuk masyarakat luas dan para praktisi yang memerlukan informasi obat.Diposkan 14th January oleh elza apriliyanti Jan14

Sejarah Kefarmasian Indonesia

Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.

Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.Dewasa ini kefamasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri.

Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya Selintas Sejarah Kefarmasian Indonesia.

1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan

Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958

Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.

3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967

Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :

Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok KesehataN Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan :

Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.

Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain :

Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat, Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Februari 1964, dan Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional.

(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Mengatasi Permasalahan Swamedikasi Published : Friday, August 24, 2012 Author : Aji Wibowo

Beberapa hari sibuk dengan ujian take home kebijakan dan pengendalian mutu obat tentang analisis kelemahan dan kekuatan kebijakan pengendalian mutu obat sampai tesispun jadi jablay hehee...jadi curhat deh...namanya juga Blog yang katanya tempat curhat juga *ngeles.com :P tapi alhamdulillah kelak semua itu untuk bekal di dunia kerja yang sebenarnya. Sedikit refreshing nih baca-baca lagi soal swamedikasi yang dulu sudah pernah kita bahas dengan judul Kesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat. Masih ingat kan..kalau belum coba dilirik lagi coretannya (klik pada judul).

Swamedikasi didefinisikan oleh WHO sebagai kegiatan seleksi dan penggunaan obat oleh pasien secara mandiri/sendiri untuk mengobati suatu penyakit dan/atau gejalannya, seperti pusing, mual, muntah, maag, lemas, dan beberapa gejala ringan lainnya. Dalam perkembangannya swamedikasi juga didefinisikan sebagai penggunaan obat untuk pengobatan terhadap gejala-gelala yang muncul atau pengobatan kelanjutan dari obat yang diresepkan sebelumnya untuk penyakit kronis atau kekambuhan suatu penyakit kronis. Seperti pada coretan yang lalu swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan saja, seperti demam, nyeri, sakit kepala, pusing, batuk, flu, sakit tenggorokan, sakit maag, cacingan, diare, dan beberapa penyakit kulit. WHO memang mempromosikan praktek pengobatan diri yang efektif dan cepat tanpa konsultasi medis agar dapat mengurangi beban pada layanan perawatan kesehatan, yang sering kali kekurangan dan susah diakses di perdesaan dan daerah terpencil. Tetapi pada pelaksanaannya ternyata menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) contoh : terjadinya kesalahan medis dalam diagnosis dan keterlambatan dalam pengobatan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan cara penggunaannya *beberapa contoh disebutkan pada coretan Kesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat. Obat-obatan yang masih dianggap aman pada tindakan swamedikasi adalah obat dengan label obat bebas (lingkaran berwarna hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran berwarna biru) serta beberapa obat keras (lingkaran berwarna merah dengan huruf K) tetapi tetap dengan konsultasi pada Apoteker, masalahnya adalah banyak masyarakat yang menggunakan obat keras tanpa konsultasi terlebih dahulu.

Mahalnya biaya konsultasi dengan dokter, biaya laboratorium dan obat-obatan yang mahal menjadi faktor penyebab pada sebagian besar keluarga miskin di beberapa negara berkembang, sehingga permasalahan ini harus ditangani oleh berbagai tidak hanya kesehatan tetapi juga ekonomi dan sosial budaya. Beberapa ahli merumuskan cara untuk menanggulangi permasalahan swamedikasi ini yaitu : 1. Pelaksanaan Pharmaceutical care di komunitas farmasi Komunitas farmasi berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan memantau pengobatan penyakit ringan dan menyarankan pasien ke dokter apabila pasien memerlukan penanganan lebih lanjut.2. Meningkatkan konsultasi klinik dan laboratorium meliputi pemberian pengetahuan kepada masyarakat tentang swamedikasi, bertanyalah kepada dokter dan Apoteker semua yang ingin anda ketahui mengenai kesehatan anda.3. Mengembangkan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainya, Praktisi, Regulator sebagai penyusun kebijakan kesehatan dan fakultas kesehatan untuk melakukan promosi cara swamedikasi yang benar.4. Menggunakan sistem pembiayaan kesehatan juga dapat mengurangi kesalahan swamedikasi karena masyarakat akan terdorong untuk menggunakan haknya pada saat jatuh sakit dengan datang ke pusat pelayanan kesehatan, pada akhirnya pasien mendapatkan pengobatan yang optimal.

Penelitian di ekuador menunjukan bahwa pemberian informasi swamedikasi jangka pendek (1 bulan) dan jangka panjang (1 tahun) pada 367 anak perempuan sekolah menengah mampu merubah paradigma mengenai beberapa obat-obatan swamedikasi termasuk obat antidiare, multivitamin dan sediaan penganti cairan tubuh. Metode ini awalnya dikembangkan oleh Prof. DR. Dra. Sri Suryawati Apt dengan nama CBIA (cara belajar ibu aktif) dipaparkan pada pengukuhan gelar professor beliau. Diharapkan perubahan paradigma pada anak-anak ini nantinya mampu menjembatani perubahan paradigma swamedikasi di masyarakat.

Pada awalnya swamedikasi diharapkan dapat mengurangi beban pada layanan perawatan kesehatan, tetapi tidak demikian pada paradigma yang berkembang dimasyarakat. Setelah teman-teman membaca coretan Kesalahan Swamedikasi yang Sering Terjadi di Masyarakat dan Cara Mengatasi Permasalahan Swamedikasi diharapkan dapat lebih bijak dalam menyikapi swamedikasi, jika dirasakan memerlukan pengobatan Obat Keras sebaiknya konsultasikan dahulu dengan Apoteker atau dokter. Hal ini yang menjadikan peran Apoteker sangat penting dalam proses konsultasi obat oleh Apoteker untuk masyarakat luas dan para praktisi yang memerlukan informasi obat.

Aji Wibowo,S.Farm.,Apt Semoga Bermanfaat, Wallahu alam bishshawabSumber : World Self Medication Industri, France | Self Medication in Developing Countries| Journal of Social and Administrative PharmacyKami mengharapkan kritik dan saran anda dengan memberikan komentar dibawah coretan iniBerikan Apresiasi anda jika coretan ini bermanfaat dengan klik like fanpage Blog ini klik Dunia Farmasi atau klik Tombol Like pada kotak Facebook Fanpage dibawah coretan ini, Terimakasih. Knowledge is nothing without sharing

Mengatasi Permasalahan Swamedikasi http://farmatika.blogspot.com/2012/08/mengatasi-permasalahan-swamedikasi.html#ixzz2d5YkiKbj