BAB_IV
-
Upload
boymosanservandasinamo -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of BAB_IV
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum lapangan yang dilaksanakan pada
hari minggu, 3 November 2013 yang berlokasi di sungai pengkol
dan sungai banyumeneng, didapatkan 4 stasiun pengamatan.
Berikut ini adalah pembahasannya.
4.1 STA 1 LP 1
Lapangan pengamatan pertama adalah sungai pengkol
yang berlokasi di daerah menteseh, Semarang. Pengamatan
dilakukan pada pukul 08:30 WIB dengan kondisi cuaca cerah.
Daerah sungai pengkol sendiri memiliki bentang alam Fluvial
karena terdapat aliran air di permukaan. Sedangkan morfologi di
sungai pengkol ini berupa perbukitan.
Saat dilakukan ploting area didapatkan hasil koordinat N
190° E terhadap bukit jabungan dan N 118° E terhadap daerah
karang kumpul. Setelah melakukan plotting area kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran strike dan dip. Pengukuran
strike dan dip di lakukan pada perlapisan batuan sedimen yang
ada dan didapatkan hasil N 301° E / 35° SE. Pada sungai ini
dapat dilihat bahwa terdapat struktur dengan lapisan miring.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-
abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur
dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang
membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta
hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan
tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan
saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,
batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi
dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang
keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.
Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut
merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat
juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan
ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut
memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya
seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi
dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan
terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen
karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan
timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu
yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan
litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen
dengan jenis batulanau.
Saat dilakukan pengamatan dapat dilihat bahwa daerah
tersebut sudah digunakan sebagai area pertanian. Daerah
tersebut juga berpotensi untuk membantu masyarakat dalam
mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan. Selain itu
daerah tersebut juga menyimpan potensi negative yaitu apabila
hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan kelebihanair dan
akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain banjir daerah
tersebut juga berpotensi mengalami tanah longsor.
Sungai tersebut memiliki arus yang lemah yang
menandakan memiliki energi sedimentasi yang tinggi. Batuan
yang terdapat di sungai tersebut, awalnya terendapkan secara
horizontal dan akibat dari tenaga endogen berupa tektonik,
maka menyebabkan lapisan tersebut akan terangkat dan dalam
keadaan posisi miring
4.2 STA 2 LP 1
Lapangan pengamatan yang kedua adalah sungai
banyumeneng yang berlokasi di girikusumo, kecamatan
mranggen, Demak. pengamatan dilakukan pukul 11:24 WIB
dengan kondisi cuaca cerah. Sungai banyumeneng sendiri
memiliki bentang alam Fluvial karena adanya aliran air di
permukaan dengan bentuk lahan sungai. Sungai banyumeneng
memiliki morfologi perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 196° E /
55° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan perlapisan sedimen yang perlapisannya lebih dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut ditemukannya batu dengan warna abu-abu dan
strukturnya gradasi. Batuan tersebut memiliki tekstur batuan
dengan ukuran butir bongkah dengan bentuk yang membundar,
kemudian pada batuan tersebut memiliki kemas yang terbuka
serta hubungan antar butirnya yang tidak seragam atau sortasi
buruk. Batuan tersebut memiliki komposisi dengan fragmen
bongkah serta pada saat dilakukan pengamatan terhadap
kandungan semennya, memiliki semen karbonatan karena saat
dilakukan pengetesan dengan larutan HCL timbul gelembung-
gelembung yang keluar dari permukaan batu yang terkena
larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan,
batuan tersebut merupakan batuan sedimen dengan jenis
konglomerat. Terdapat juga batu berwarna coklat dengan
struktur perlapisan. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran
butir lempung. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta
hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan
tersebut memiliki komposisi dengan fragmen lempung dan saat
dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya, batuan
ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi dengan
larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang keluar dari
permukaan batu yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil
pengamatan litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan
sedimen dengan jenis batulempung.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihan air dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.
4.3 STA 2 LP 2
Lapangan pengamatan yang ketiga adalah sungai
banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.
pengamatan dilakukan pukul 12:45 WIB dengan kondisi cuaca
cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam
Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk
lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi
perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 172° E /
70° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan perlapisan sedimen yang perlapisannya lebih dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut ditemukannya batu dengan warna abu-abu dan
strukturnya perlapisan. Batuan tersebut memiliki tekstur batuan
dengan ukuran butir pasir kasar dengan bentuk yang
membundar, kemudian pada batuan tersebut memiliki kemas
yang tertutup serta hubungan antar butirnya yang seragam atau
sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi dengan
fragmen pasir kasar serta pada saat dilakukan pengamatan
terhadap kandungan semennya, memiliki semen karbonatan
karena saat dilakukan pengetesan dengan larutan HCL timbul
gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu yang
terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan litologi
batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen dengan
jenis batupasir.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.
4.4 STA 2 LP 3
Lapangan pengamatan yang empat adalah sungai
banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.
pengamatan dilakukan pukul 12:03 WIB dengan kondisi cuaca
cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam
Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk
lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi
perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 132° E /
30° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya kurang dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut ditemukannya batu dengan warna abu-abu dan
strukturnya laminasi. Batuan tersebut memiliki tekstur batuan
dengan ukuran butir pasir kasar dengan bentuk yang
membundar, kemudian pada batuan tersebut memiliki kemas
yang tertutup serta hubungan antar butirnya yang seragam atau
sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi dengan
fragmen pasir kasar serta pada saat dilakukan pengamatan
terhadap kandungan semennya, memiliki semen karbonatan
karena saat dilakukan pengetesan dengan larutan HCL timbul
gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu yang
terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan litologi
batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen dengan
jenis batupasir.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.
4.5 STA 3 LP 1
Lapangan pengamatan yang kelima adalah sungai
banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.
pengamatan dilakukan pukul 12:20 WIB dengan kondisi cuaca
cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam
Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk
lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi
perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 137° E /
45° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-
abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur
dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang
membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta
hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan
tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan
saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,
batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi
dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang
keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.
Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut
merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat
juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan
ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut
memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya
seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi
dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan
terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen
karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan
timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu
yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan
litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen
dengan jenis batulanau.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.
4.6 STA 3 LP 2
Lapangan pengamatan yang enam adalah sungai
banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.
pengamatan dilakukan pukul 12:45 WIB dengan kondisi cuaca
cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam
Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk
lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi
perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 72° E /
59° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-
abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur
dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang
membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta
hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan
tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan
saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,
batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi
dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang
keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.
Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut
merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat
juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan
ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut
memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya
seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi
dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan
terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen
karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan
timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu
yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan
litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen
dengan jenis batulanau.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.
4.7 STA 4 LP 1
Lapangan pengamatan yang tujuh adalah sungai
banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.
pengamatan dilakukan pukul 13:24 WIB dengan kondisi cuaca
cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam
Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk
lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi
perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 72° E /
59° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-
abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur
dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang
membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta
hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan
tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan
saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,
batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi
dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang
keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.
Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut
merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat
juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan
ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut
memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya
seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi
dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan
terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen
karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan
timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu
yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan
litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen
dengan jenis batulanau.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.
4.8 STA 4 LP 2
Lapangan pengamatan yang kedelapan adalah sungai
banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.
pengamatan dilakukan pukul 13:24 WIB dengan kondisi cuaca
cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam
Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk
lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi
perbukitan.
Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike
and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen
yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 143° E /
39° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya
merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1
cm.
Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di
daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-
abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur
dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang
membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta
hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan
tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan
saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,
batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi
dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang
keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.
Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut
merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir.
Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat
dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.
Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative
yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan
kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain
banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah
longsor.
Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan
batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut
dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena
banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah
mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke
permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan
batuan berubah menjadi miring.