BAB_IV

19
BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum lapangan yang dilaksanakan pada hari minggu, 3 November 2013 yang berlokasi di sungai pengkol dan sungai banyumeneng, didapatkan 4 stasiun pengamatan. Berikut ini adalah pembahasannya. 4.1 STA 1 LP 1 Lapangan pengamatan pertama adalah sungai pengkol yang berlokasi di daerah menteseh, Semarang. Pengamatan dilakukan pada pukul 08:30 WIB dengan kondisi cuaca cerah. Daerah sungai pengkol sendiri memiliki bentang alam Fluvial karena terdapat aliran air di permukaan. Sedangkan morfologi di sungai pengkol ini berupa perbukitan. Saat dilakukan ploting area didapatkan hasil koordinat N 190° E terhadap bukit jabungan dan N 118° E terhadap daerah karang kumpul. Setelah melakukan plotting area kemudian dilanjutkan dengan pengukuran strike dan dip. Pengukuran strike dan dip di lakukan pada perlapisan batuan sedimen yang ada dan didapatkan

description

bab 4 dari laporan bla balasdlkanwlkdnaw dikwjao diawjdoi awn odnwaoidn ioawndoi wn doiawm odima woidmawipomd poaw,dpo awdipoawmpd mwapiomd ipoawmdpo mwapo dwdkaiiw doiawjdiom awoidm oawimd oimaw iodmawio dmioaw mdiomawi dmpoawd

Transcript of BAB_IV

Page 1: BAB_IV

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum lapangan yang dilaksanakan pada

hari minggu, 3 November 2013 yang berlokasi di sungai pengkol

dan sungai banyumeneng, didapatkan 4 stasiun pengamatan.

Berikut ini adalah pembahasannya.

4.1 STA 1 LP 1

Lapangan pengamatan pertama adalah sungai pengkol

yang berlokasi di daerah menteseh, Semarang. Pengamatan

dilakukan pada pukul 08:30 WIB dengan kondisi cuaca cerah.

Daerah sungai pengkol sendiri memiliki bentang alam Fluvial

karena terdapat aliran air di permukaan. Sedangkan morfologi di

sungai pengkol ini berupa perbukitan.

Saat dilakukan ploting area didapatkan hasil koordinat N

190° E terhadap bukit jabungan dan N 118° E terhadap daerah

karang kumpul. Setelah melakukan plotting area kemudian

dilanjutkan dengan pengukuran strike dan dip. Pengukuran

strike dan dip di lakukan pada perlapisan batuan sedimen yang

ada dan didapatkan hasil N 301° E / 35° SE. Pada sungai ini

dapat dilihat bahwa terdapat struktur dengan lapisan miring.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-

abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur

dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang

Page 2: BAB_IV

membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta

hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan

tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan

saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,

batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi

dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang

keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.

Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut

merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat

juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan

ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut

memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya

seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi

dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan

terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen

karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan

timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu

yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan

litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen

dengan jenis batulanau.

Saat dilakukan pengamatan dapat dilihat bahwa daerah

tersebut sudah digunakan sebagai area pertanian. Daerah

tersebut juga berpotensi untuk membantu masyarakat dalam

mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan. Selain itu

daerah tersebut juga menyimpan potensi negative yaitu apabila

hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan kelebihanair dan

akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain banjir daerah

tersebut juga berpotensi mengalami tanah longsor.

Page 3: BAB_IV

Sungai tersebut memiliki arus yang lemah yang

menandakan memiliki energi sedimentasi yang tinggi. Batuan

yang terdapat di sungai tersebut, awalnya terendapkan secara

horizontal dan akibat dari tenaga endogen berupa tektonik,

maka menyebabkan lapisan tersebut akan terangkat dan dalam

keadaan posisi miring

4.2 STA 2 LP 1

Lapangan pengamatan yang kedua adalah sungai

banyumeneng yang berlokasi di girikusumo, kecamatan

mranggen, Demak. pengamatan dilakukan pukul 11:24 WIB

dengan kondisi cuaca cerah. Sungai banyumeneng sendiri

memiliki bentang alam Fluvial karena adanya aliran air di

permukaan dengan bentuk lahan sungai. Sungai banyumeneng

memiliki morfologi perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 196° E /

55° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan perlapisan sedimen yang perlapisannya lebih dari 1

cm.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut ditemukannya batu dengan warna abu-abu dan

strukturnya gradasi. Batuan tersebut memiliki tekstur batuan

dengan ukuran butir bongkah dengan bentuk yang membundar,

kemudian pada batuan tersebut memiliki kemas yang terbuka

serta hubungan antar butirnya yang tidak seragam atau sortasi

Page 4: BAB_IV

buruk. Batuan tersebut memiliki komposisi dengan fragmen

bongkah serta pada saat dilakukan pengamatan terhadap

kandungan semennya, memiliki semen karbonatan karena saat

dilakukan pengetesan dengan larutan HCL timbul gelembung-

gelembung yang keluar dari permukaan batu yang terkena

larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan,

batuan tersebut merupakan batuan sedimen dengan jenis

konglomerat. Terdapat juga batu berwarna coklat dengan

struktur perlapisan. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran

butir lempung. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta

hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan

tersebut memiliki komposisi dengan fragmen lempung dan saat

dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya, batuan

ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi dengan

larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang keluar dari

permukaan batu yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil

pengamatan litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan

sedimen dengan jenis batulempung.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

kelebihan air dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Page 5: BAB_IV

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.

4.3 STA 2 LP 2

Lapangan pengamatan yang ketiga adalah sungai

banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.

pengamatan dilakukan pukul 12:45 WIB dengan kondisi cuaca

cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam

Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk

lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi

perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 172° E /

70° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan perlapisan sedimen yang perlapisannya lebih dari 1

cm.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut ditemukannya batu dengan warna abu-abu dan

strukturnya perlapisan. Batuan tersebut memiliki tekstur batuan

dengan ukuran butir pasir kasar dengan bentuk yang

membundar, kemudian pada batuan tersebut memiliki kemas

Page 6: BAB_IV

yang tertutup serta hubungan antar butirnya yang seragam atau

sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi dengan

fragmen pasir kasar serta pada saat dilakukan pengamatan

terhadap kandungan semennya, memiliki semen karbonatan

karena saat dilakukan pengetesan dengan larutan HCL timbul

gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu yang

terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan litologi

batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen dengan

jenis batupasir.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.

4.4 STA 2 LP 3

Lapangan pengamatan yang empat adalah sungai

banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.

Page 7: BAB_IV

pengamatan dilakukan pukul 12:03 WIB dengan kondisi cuaca

cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam

Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk

lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi

perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 132° E /

30° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya kurang dari 1

cm.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut ditemukannya batu dengan warna abu-abu dan

strukturnya laminasi. Batuan tersebut memiliki tekstur batuan

dengan ukuran butir pasir kasar dengan bentuk yang

membundar, kemudian pada batuan tersebut memiliki kemas

yang tertutup serta hubungan antar butirnya yang seragam atau

sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi dengan

fragmen pasir kasar serta pada saat dilakukan pengamatan

terhadap kandungan semennya, memiliki semen karbonatan

karena saat dilakukan pengetesan dengan larutan HCL timbul

gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu yang

terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan litologi

batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen dengan

jenis batupasir.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Page 8: BAB_IV

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.

4.5 STA 3 LP 1

Lapangan pengamatan yang kelima adalah sungai

banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.

pengamatan dilakukan pukul 12:20 WIB dengan kondisi cuaca

cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam

Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk

lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi

perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 137° E /

45° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1

cm.

Page 9: BAB_IV

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-

abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur

dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang

membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta

hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan

tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan

saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,

batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi

dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang

keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.

Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut

merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat

juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan

ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut

memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya

seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi

dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan

terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen

karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan

timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu

yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan

litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen

dengan jenis batulanau.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

Page 10: BAB_IV

kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.

4.6 STA 3 LP 2

Lapangan pengamatan yang enam adalah sungai

banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.

pengamatan dilakukan pukul 12:45 WIB dengan kondisi cuaca

cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam

Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk

lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi

perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 72° E /

59° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1

cm.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-

Page 11: BAB_IV

abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur

dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang

membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta

hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan

tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan

saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,

batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi

dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang

keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.

Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut

merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat

juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan

ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut

memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya

seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi

dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan

terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen

karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan

timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu

yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan

litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen

dengan jenis batulanau.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

Page 12: BAB_IV

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.

4.7 STA 4 LP 1

Lapangan pengamatan yang tujuh adalah sungai

banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.

pengamatan dilakukan pukul 13:24 WIB dengan kondisi cuaca

cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam

Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk

lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi

perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 72° E /

59° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1

cm.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-

abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur

Page 13: BAB_IV

dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang

membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta

hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan

tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan

saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,

batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi

dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang

keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.

Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut

merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir. Terdapat

juga batu berwarna coklat dengan struktur perlapisan. Batuan

ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lanau. Batuan tersebut

memiliki kemas tertutup serta hubungan antar butirnya

seragam atau sortasi baik. Batuan tersebut memiliki komposisi

dengan fragmen lanau dan saat dilakukan pengamatan

terhadap kandungan semennya, batuan ini memiliki semen

karbonatan karena ketika ditetesi dengan larutan HCL akan

timbul gelembung-gelembung yang keluar dari permukaan batu

yang terkena larutan HCL. Berdasarkan hasil pengamatan

litologi batuan, batuan tersebut merupakan batuan sedimen

dengan jenis batulanau.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Page 14: BAB_IV

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.

4.8 STA 4 LP 2

Lapangan pengamatan yang kedelapan adalah sungai

banyumeneng di daerah girikusumo, kecamatan mranggen.

pengamatan dilakukan pukul 13:24 WIB dengan kondisi cuaca

cerah. Sungai banyumeneng sendiri memiliki bentang alam

Fluvial karena adanya aliran air di permukaan dengan bentuk

lahan sungai. Sungai banyumeneng memiliki morfologi

perbukitan.

Saat di Sungai banyumeneng dilakukan pengukuran strike

and dip pada lokasi dimana terdapat perlapisan batuan sedimen

yang ada. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil N 143° E /

39° SE. Di tempat ini dapat diamati struktur primernya

merupakan laminasi sedimen yang perlapisannya lebih dari 1

cm.

Saat dilakukan pengamatan terhadap batuan yang ada di

daerah tersebut dapat ditemukannya batu dengan warna abu-

abu dengan struktur perlapisan.Batuan ini memiliki tekstur

dengan ukuran butir seukuran pasir kasar dengan bentuk yang

membundar. Batuan tersebut memiliki kemas tertutup serta

Page 15: BAB_IV

hubungan antar butirnya seragam atau sortasi baik. Batuan

tersebut memiliki komposisi dengan fragmen pasir kasar dan

saat dilakukan pengamatan terhadap kandungan semennya,

batuan ini memiliki semen karbonatan karena ketika ditetesi

dengan larutan HCL akan timbul gelembung-gelembung yang

keluar dari permukaan batu yang terkena larutan HCL.

Berdasarkan hasil pengamatan litologi batuan, batuan tersebut

merupakan batuan sedimen dengan jenis batupasir.

Daerah tersebut berpotensi untuk membantu masyarakat

dalam mengolah lahan dan juga dalam urusan kebersihan.

Selain itu daerah tersebut juga menyimpan potensi negative

yaitu apabila hujan terlalu deras maka daerah tersebut akan

kelebihanair dan akan membanjiri daerah sekitarnya. Selain

banjir daerah tersebut juga berpotensi mengalami tanah

longsor.

Pada lokasi pengamatan, pada batuannya merupakan

batuan dari proses gaya endogen yang bekerja pada daerah laut

dangkal. Sungai ini dulunya berasal dari laut dangkal karena

banyak ditemui cangkang-cangkang pada batuannya. Setelah

mengalami gaya endogen batuan tersebut tersingkap ke

permukaan kemudian karena gaya tersebutlah perlapisan

batuan berubah menjadi miring.