Bab_IV SLHD 2008

17
SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008 Udara IV-1 No. Parameter Waktu Baku Mutu Pengukuran (ug/Nm3) 1 jam 900 24 jam 365 1 Tahun 60 1 jam 30.000 24 jam 10.000 1 jam 235 1 Tahun 50 4 HC 3 jam 160 PM 10- 24 jam 150 PM 2,5 24 jam 65 1 Tahun 15 24 jam 2 1 Tahun 1 5 6 Pb 2 CO 3 O 3 1 SO 2 Tabel 4.1. Baku Mutu Udara Ambien Nasional Sumber : PP RI No. 41 Tahun 1999 Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan di sekitarnya. Udara mempunyai peranan penting bagi kehidupan di bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O 2 ) untuk bernafas, karbon dioksida (CO 2 ) untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O 3 ) untuk menahan sinar ultra violet. Komposisi terbesar udara bersih dan kering terdiri dari 78,09 % Nitrogen (N 2 ), 21,94 % Oksigen (O 2 ), 0,93 % Argon (Ar), dan 0,032 % Karbon dioksida (CO 2 ). Gas-gas lain yang terdapat di dalam udara dalam jumlah kecil antara lain : gas-gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, metana, belerang dioksida, ammonia dan lain-lain. Apabila komposisi udara ini mengalami perubahan dari keadaan normal maka akan mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. (Wisnu Arya Wardhana, 2004) 4.1. Status 4.1.1. Kualitas Udara Ambien 4.1.1.2. Pemantauan Kualitas Udara Ambien Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir dalam suatu wilayah yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Labuhanbatu yang dilakukan pada Tahun 2007 menunjukan bahwa konsentrasi SO 2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), NO 2 (nitrogen dioksida), HC (hidrkarbon), O 3 (oksidan), PM (partikel) dan Pb (timbal) di 6 (enam) lokasi masih dibawah baku mutu PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Enam lokasi pemantauan tersebut adalah Tugu Adipura dekat Kompi Militer Rantauprapat, Depan Suzuya Hotel Rantauprapat, Simpang Tiga Bukit Kota Pinang, Pusat Kota (Jl. Jend. Sudirman No. 29) Kota Pinang, Pasar Inpres Aek Kanopan, dan Depan Kedai Jampang (Jl. Jend. Sudirman No. 126) Aek Kanopan. Pemilihan lokasi pemantauan masih difokuskan pada daerah pertokoan dan jalan raya. BAB IV

Transcript of Bab_IV SLHD 2008

Page 1: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-1

No. Parameter WaktuBaku Mutu

Pengukuran (ug/Nm3)

1 jam 900

24 jam 365

1 Tahun 60

1 jam 30.000

24 jam 10.000

1 jam 235

1 Tahun 50

4 HC 3 jam 160

PM10- 24 jam 150

PM2,5 24 jam 65

1 Tahun 15

24 jam 2

1 Tahun 1

5

6 Pb

2 CO

3 O3

1 SO2

Tabel 4.1. Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Sumber : PP RI No. 41 Tahun 1999

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap,

tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan di sekitarnya. Udara

mempunyai peranan penting bagi kehidupan di bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2)

untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon

(O3) untuk menahan sinar ultra violet. Komposisi terbesar udara bersih dan kering terdiri dari

78,09 % Nitrogen (N2), 21,94 % Oksigen (O2), 0,93 % Argon (Ar), dan 0,032 % Karbon

dioksida (CO2). Gas-gas lain yang terdapat di dalam udara dalam jumlah kecil antara lain :

gas-gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, metana, belerang dioksida, ammonia dan lain-lain.

Apabila komposisi udara ini mengalami perubahan dari keadaan normal maka akan

mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. (Wisnu Arya Wardhana,

2004)

4.1. Status

4.1.1. Kualitas Udara Ambien

4.1.1.2. Pemantauan Kualitas Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir dalam suatu

wilayah yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup

lainnya.

Hasil pemantauan kualitas udara ambien di

Kabupaten Labuhanbatu yang dilakukan pada

Tahun 2007 menunjukan bahwa konsentrasi SO2

(sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), NO2

(nitrogen dioksida), HC (hidrkarbon), O3

(oksidan), PM (partikel) dan Pb (timbal) di 6

(enam) lokasi masih dibawah baku mutu PP RI

No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

Enam lokasi pemantauan tersebut adalah Tugu

Adipura dekat Kompi Militer Rantauprapat, Depan

Suzuya Hotel Rantauprapat, Simpang Tiga Bukit Kota Pinang, Pusat Kota (Jl. Jend.

Sudirman No. 29) Kota Pinang, Pasar Inpres Aek Kanopan, dan Depan Kedai Jampang (Jl.

Jend. Sudirman No. 126) Aek Kanopan. Pemilihan lokasi pemantauan masih difokuskan

pada daerah pertokoan dan jalan raya.

BAB

IV

Page 2: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-2

162,50

278,60

93,50

236,50

216,80

238,50

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

Tug

u Adipu

ra d

ekat

Kom

pi M

ilite

r

Ran

taup

rapa

t

Dep

an S

uzuy

a

Hot

el R

anta

upra

pat

Sim

pang

Tiga

Buk

it

Kot

a Pinan

g

Pus

at K

ota

(Jl.

Jend

. Sud

irman

No.

29)

Kot

a

Pinan

g

Pas

ar Inp

res

Aek

Kan

opan

Dep

an K

edai

Jam

pang

(Jl. Je

nd.

Sud

irman

No.

126

)

Aek

Kan

opan

Lokasi Sampling

SO

2 (u

g/Nm

3)

8.375,20

9.754,80

7.865,30

8.756,20 8.935,509.627,40

0,00

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

Tug

u Adipu

ra dek

at

Kom

pi M

iliter

Ran

taup

rapa

t

Dep

an S

uzuy

a

Hotel R

antaup

rapa

t

Sim

pang

Tiga Buk

it

Kota Pinan

g

Pus

at K

ota (Jl.

Jend

. Sud

irman

No. 29) K

ota

Pinan

g

Pas

ar Inp

res Aek

Kan

opan

Dep

an K

edai

Jampa

ng (Jl. Je

nd.

Sud

irman

No. 126

)

Aek

Kan

opan

Lokasi Sampling

CO (ug

/Nm

3)

74,20

116,50

78,60

97,50

76,50

93,12

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

Tug

u Adipu

ra d

ekat

Kom

pi M

ilite

r

Ran

taup

rapa

t

Dep

an S

uzuy

a

Hot

el R

anta

upra

pat

Sim

pang

Tiga

Buk

it

Kot

a Pinan

g

Pus

at K

ota

(Jl.

Jend

. Sud

irman

No.

29) Kot

a Pinan

g

Pas

ar Inp

res

Aek

Kan

opan

Dep

an K

edai

Jam

pang

(Jl. Je

nd.

Sud

irman

No.

126

)

Aek

Kan

opan

Lokasi Sampling

HC (u

g/N

m3)

Pelaksanaan pengukuran kualitas udara dilakukan bekerjasama dengan Balai Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Medan. Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.6 berikut

menggambarkan konsentrasi masing-masing parameter.

Gambar 4.1. Konsentrasi SO2 pada Tahun 2007

Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2007

Gambar 4.2. Konsentrasi CO pada Tahun 2007

Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2007

Gambar 4.3. Konsentrasi HC pada Tahun 2007

Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2007

Page 3: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV

-3

0,2

5

1,3

8

0,3

6

0,9

60,9

3

1,0

5

0,0

0

0,2

0

0,4

0

0,6

0

0,8

0

1,0

0

1,2

0

1,4

0

1,6

0

Tugu Adipura dekat

Kompi Militer

Rantauprapat

Depan Suzuya

Hotel Rantauprapat

Simpang Tiga Bukit

Kota Pinang

Pusat Kota (Jl.

Jend. Sudirman No.

29) Kota Pinang

Pasar Inpres Aek

Kanopan

Depan Kedai

Jampang (Jl. Jend.

Sudirman No. 126)

Aek Kanopan

Lo

kasi S

am

plin

g

Pb (ug/Nm3)

28,4

0

43,6

0

32,1

2

48,2

0

39,6

0

32,6

0

0,0

0

10,0

0

20,0

0

30,0

0

40,0

0

50,0

0

60,0

0

Tugu Adipura dekat

Kompi Militer

Rantauprapat

Depan Suzuya

Hotel Rantauprapat

Simpang Tiga Bukit

Kota Pinang

Pusat Kota (Jl.

Jend. Sudirman No.

29) Kota Pinang

Pasar Inpres Aek

Kanopan

Depan Kedai

Jampang (Jl. Jend.

Sudirman No. 126)

Aek Kanopan

Lo

kasi S

am

plin

g

PM (ug/Nm3)

36,7

0

69,7

0

64,5

0

56,8

0

42,3

547,2

0

0,0

0

10,0

0

20,0

0

30,0

0

40,0

0

50,0

0

60,0

0

70,0

0

80,0

0

Tugu Adipura dekat

Kompi Militer

Rantauprapat

Depan Suzuya

Hotel Rantauprapat

Simpang Tiga Bukit

Kota Pinang

Pusat Kota (Jl.

Jend. Sudirman No.

29) Kota Pinang

Pasar Inpres Aek

Kanopan

Depan Kedai

Jampang (Jl. Jend.

Sudirman No. 126)

Aek Kanopan

Lo

kasi S

am

plin

g

O3 (ug/Nm3)

G

amb

ar 4.4. Konsentrasi O

3 pada Tahun 2007

S

umber : B

apedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2007

Gam

bar 4.5. K

onsentrasi PM

pada Tahun 2007

S

umber : B

apedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2007

G

amb

ar 4.6. Konsentrasi P

b pada Tahun 2007

S

umber : B

apedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2007

Page 4: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-4

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

PT. Indo Sepadan Jaya

PT. SMA Aek Nabara Selatan

PT. Smart Tbk

PT. Torganda Tahuan Ganda

PT. Grahadura Leidong Prima

PT. Torganda Sibisa Mangatur

PTPN IV Ajamu

PT. Cisadane Sawit Raya

PT. Saw itta Unggul Jaya

PT. Abdi Budi Mulia

PT. Asam Jawa

PT. Hari Sawit Jaya I (PNS)

PT. Hari Sawit Jaya II (PND)

Lo

kasi

Sam

plin

g

ug/Nm3

PM2,5 27,1 29,6 29,5 38,1 22,18 36,3 32,5 28,5 23,7 20,9 23,8 23,9 23,9

HC 52,9 54,7 35,8 38,2 32,09 34,7 69,4 62,5 62,9 51,4 56,3 36,5 32

NO2 57,2 51,4 86 56,9 30,52 52,8 36,9 29,4 51,8 36,1 37,6 76,9 63,5

CO 8,147 7,716 7,836 7,294 7,168 7,082 8,516 7,589 7,638 7,25 8,139 8,312 8,592

SO2 78,9 71,4 179 163,8 68,36 158,5 86,3 81,6 71,3 63,8 65,1 98,8 92

PT. Indo Sepadan

Jaya

PT. SMA Aek

Nabara

PT. Smart Tbk

PT. Torganda Tahuan

PT. Grahadura Leidong

PT. Torganda

Sibisa

PTPN IV Ajamu

PT. Cisadane

Sawit Raya

PT. Sawitta Unggul

PT. Abdi Budi Mulia

PT. Asam Jaw a

PT. Hari Sawit Jaya

I (PNS)

PT. Hari Sawit Jaya

II (PND)

Secara keseluruhan konsentrasi masing-masing parameter masih berada dibawah baku

mutu udara ambien nasional. Konsentrasi zat pecemar tertinggi terdapat pada lokasi Depan

Suzuya Hotel Rantauprapat, hal ini terjadi karena lokasi sampling berada pada jalur jalan

raya lintas sumatera yang merupakan salah satu jalur yang padat di daerah Rantauparapat

ditambah lagi jumlah kendaraan bermotor yang keluar-masuk Hotel Suzuya Rantauprapat

yang lokasinya bersamaan dengan Supermarket Suzuya. Dua lokasi lainnya yang

merupakan jalur padat dan jalur jalan raya lintas sumatera adalah Jalan Jenderal Sudirman

Kota Pinang dan Aek Kanopan.

Untuk kualitas udara ambien di daerah pemukiman dekat industri yang pemantauannya

dilakukan pada Tahun 2008 menunjukan bahwa kualitas udara saat ini masih dalam kategori

baik.

Gambar 4.7. Kualitas Udara Ambien di daerah pemukiman dekat industri Tahun 2008

(Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008)

Page 5: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-5

4.1.2. Atmosfer

Atmosfer mempunyai fungsi sebagai pelindung utama kehidupan di bumi karena dapat

menyerap banyak sinar kosmik dari angkasa luar, selain itu dapat menyerap radiasi

elektromagnetik dari sinar matahari. Hanya radiasi dalam daerah panjang gelombang 300 –

2.500 nm dan 0,01 – 40 m ditransmisikan ke berbagai keadaan yang cocok oleh atmosfer.

4.1.2.1. Emisi dan Konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK)

A. Emisi

Berdasarkan sumbernya, pencemaran udara digolongkan menjadi sumber bergerak dan

sumber tidak bergerak. Transportasi darat, khususnya kendaraan bermotor roda empat dan

roda dua, merupakan sumber bergerak, sedangkan industri, domestik, serta kebakaran

hutan dan lahan merupakan sumber tidak bergerak. Bahan-bahan pencemar utama yang

penting adalah timbal, partikel halus, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx),

hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO2), dan karbon diokida (CO2).

A.1. Emisi Sumber Bergerak

Komposisi dari kandungan senyawa kimia pada emisi kendaraan bermotor tergantung dari

kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor

lain, yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar

yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar

sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin.

Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar

solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.

Kebutuhan bahan bakar di Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2007 untuk bidang

transportasi menghabiskan masing - masing 61.200 kilo liter premium dan solar (sumber :

Bagian perekomomian Kab. Labuhanbatu, 2008). Untuk memperkirakan besarnya beban

pencemar dari kendaraan bermotor digunakan metode pendekatan terhadap konsumsi

bahan bakar yaitu :

Ei =∑=

−××n

llil FEVol

1

6, 10

dimana :

Ei = Beban pencemar untuk polutan i (ton/Tahun)

Voll = Konsumsi bahan bakar tipe l (liter/Tahun)

FEi,l = Besarnya polutan i yang diemisikan dari setiap (liter) pengunaan bahan bakar tipe

l (g/liter bahan bakar)

Page 6: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-6

CO NOx HC TSP SO2 CO2Bensin (kg/ton) 377 10 15 2 1 3.150Solar (kg/ton) 44 11 26 2 19 3.150

Bahan BakarFaktor Emisi

Densitas(kg/l) CO NOx HC TSP SO2 CO2

Bensin 0,833 61.200.000 19.219,309 525,090 739,204 101,959 27,529 160.585,740Solar 0,850 61.200.000 2.262,870 572,220 1.352,520 124,848 988,380 163.863,000

122.400.000 21.482,179 1.097,310 2.091,724 226,807 1.015,909 324.448,740Total

Beban Pencemar (ton/tahun)Jenis Bahan Bakar

ltr/tahun

Tabel 4.2. Faktor Emisi (FE) konsumsi bahan bakar

(Sumber : http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf?PHPSESSID=29b39fd02c6f1acf45a1fcad570d1fd8 – diakses tgl 16 Sep 2008)

Berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh perkiraan jumlah polutan yang dihasilkan

dari kendaraan bermotor pada Tahun 2007 sebagaimana terlihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Beban pencemar komponen pencemar kendaraan bermotor Tahun 2007

Sumber : Hasil estimasi, 2008

A.2. Emisi Sumber Tidak Bergerak

Kabupaten Labuhanbatu memiliki 42 industri PKS dan 8 industri PPK. Sumber emisi pada

industri PKS berasal dari boiler dan genset sedangkan pada industri PPK hanya berasal dari

genset. Boiler pada industri PKS digunakan untuk menghasilkan uap yang akan dibutuhkan

pada proses perebusan TBS (Tandan Buah Segar) di tangki sterilizer dan selain itu uap

yang dihasilkan juga digunakan untuk menggerakan turbin sehingga dapat menghasilkan

energi listrik. Bahan bakar yang digunakan pada boiler yaitu biomassa berupa cangkang dan

serabut.

Hasil pengujian emisi sumber tidak bergerak untuk kegiatan industri pada Tahun 2008

menunjukkan bahwa pada umumnya konsentrasi masing-masing komponen pencemar

Gambar 4.8. Persentase Beban Pencemar Emisi Kendaraan Bermotor Tahun 2007 (Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008)

HC0,60%

NOx0,31%

TSP0,06%

SO20,29%

CO292,60%

CO6,13%

CO

NOx

HC

TSP

SO2

CO2

Page 7: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-7

0 100 200 300 400 500 600 700

PT. Indo Sepadan Jaya

PT. Supra Matra Abadi Aek Nabara Selatan

PT. Smart Tbk

PT. Torganda Tahuan Ganda

PT. Grahadura Leidong Prima

PT. Torganda Sibisa Mangatur

PTPN IV Ajamu

PT. Cisadane Sawit Raya

PT. Sawitta Unggul Jaya

PT. Abdi Budi Mulia

PT. Asam Jawa

PT. Hari Sawit Jaya I (PNS)

PT. Hari Sawit Jaya II (PND)L

okas

i Sam

plin

g

(mg/m3)

NO2 308,3 276,1 253 296,3 529,1 274,16 634,9 470,3 365,8 380,3 408,1 328 372

SO2 412,5 301,4 285 361,58 410,23 349,02 492,7 402,8 238,3 281,5 361,4 419 536

Total Partikel 229,7 196,3 126 214,72 236,18 206,38 318,2 274,1 126,1 162,7 192,7 193 214

PT. Indo

Sepadan

Jaya

PT. Supra

Matra Abadi

Aek Nabara

PT. Smart

Tbk

PT.

Torganda

Tahuan

PT.

Grahadura

Leidong

PT.

Torganda

Sibisa

PTPN IV

Ajamu

PT.

Cisadane

Sawit Raya

PT. Sawitta

Unggul

Jaya

PT. Abdi

Budi Mulia

PT. Asam

Jawa

PT. Hari

Sawit Jaya I

(PNS)

PT. Hari

Sawit Jaya

II (PND)

masih dibawah baku mutu PerMenLH No. 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber

Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap.

Gambar 4.9. Konsentrasi Total Partikel, NO2, dan SO2 hasil pengujian emisi sumber tidak bergerak pada boiler Tahun 2008

(Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008)

Page 8: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-8

0 5 10 15 20 25 30 35

PT. Indo Sepadan Jaya

PT. Supra Matra Abadi Aek Nabara Selatan

PT. Smart Tbk

PT. Torganda Tahuan Ganda

PT. Grahadura Leidong Prima

PT. Torganda Sibisa Mangatur

PTPN IV Ajamu

PT. Cisadane Saw it Raya

PT. Saw itta Unggul Jaya

PT. Abdi Budi Mulia

PT. Asam Jaw a

PT. Hari Saw it Jaya I (PNS)

PT. Hari Saw it Jaya II (PND)

Loka

si S

ampl

ing

Opasitas (%)

Opa-sitas 23,1 19,8 18,6 23,9 24,09 20,1 31,9 26,4 12,7 16,9 18,3 26,6 28,2

PT. Indo Sepadan

Jaya

PT. Supra Matra Abadi Aek Nabara

PT. Smart Tbk

PT. Torganda Tahuan

PT. Grahadura

Leidong

PT. Torganda

Sibisa

PTPN IV Ajamu

PT. Cisadane

Saw it Raya

PT. Saw itta Unggul Jaya

PT. Abdi Budi Mulia

PT. Asam Jaw a

PT. Hari Saw it Jaya I

(PNS)

PT. Hari Saw it Jaya II

(PND)

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

Lokasi Sampling

(mg/

m3)

Cl2 1,9 1,2 2,16 2,3 0,83 1,8 0,9 0,6 0,3 0,5 0,9 2,1 2,4

HCl 2,8 2,1 1,8 1,9 1,69 1,5 2,1 2,1 1,1 1,2 1,6 2,6 3,6

HF 0,6 0,3 3,5 3,8 2,94 2,5 2,7 1,4 1,6 1,8 2,4 4,5 4,15

PT. Indo Sepadan

Jaya

PT. Supra Matra Abadi Aek Nabara

PT. Smart Tbk

PT. Torganda Tahuan

PT. Grahadura

Leidong

PT. Torganda

Sibisa

PTPN IV Ajamu

PT. Cisadane

Saw it Raya

PT. Saw itta Unggul Jaya

PT. Abdi Budi Mulia

PT. Asam Jaw a

PT. Hari Saw it Jaya I

(PNS)

PT. Hari Saw it Jaya

II (PND)

Gambar 4.10. Konsentrasi HF, HCl, dan Cl2 hasil pengujian emisi

sumber tidak bergerak pada boiler Tahun 2008 (Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008)

Gambar 4.11. Konsentrasi Opasitas hasil pengujian emisi

sumber tidak bergerak pada boiler Tahun 2008 (Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008)

Page 9: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-9

Tabel 4.4. Beban Pencemaran Udara dari Boiler Industri PKS pada Tahun 2008

BEBAN PENCEMAR (Kg/TAHUN)

NAMA PERUSAHAAN Total Partikel NH3 Cl2 HCl HF SO2 NO2

1. PT. Indo Sepadan Jaya 198,461 0,328 1,642 2,419 0,518 356,400 266,371

2. PT. Supra Matra Abadi Aek Nabara Selatan 169,603 0,311 1,037 1,814 0,259 260,410 238,550

3. PT. Milano Pinang Awan 222,178 0,056 0,497 1,426 0,339 13,886 3,557

4. PT. Daya Labuhan Indah 203,967 0,059 0,710 1,466 0,382 12,409 3,411

5. PT. Herfinta F & P 119,232 0,406 2,074 1,382 2,765 272,160 244,512

6. PT. Smart Tbk 108,864 0,363 1,866 1,555 3,024 246,240 218,592

7. PT. Sumber Tani Agung 171,590 0,562 2,462 2,117 2,333 369,792 324,000

8. PT. Torganda Tahuan Ganda 171,590 0,562 2,462 2,117 2,333 369,792 324,000

9. PT. Grahadura Leidong Prima 204,060 0,251 0,717 1,460 2,540 354,439 457,142

10. PT. Torganda Sibisa Mangatur 178,312 0,527 1,555 1,296 2,160 301,553 236,874

11. PTPN IV Ajamu 274,925 0,518 0,778 1,814 2,333 425,693 548,554

12. PT. Cisadane Sawit Raya 236,822 0,432 0,518 1,814 1,210 348,019 406,339

13. PT. Sawitta Unggul Jaya 108,950 0,173 0,259 0,950 1,382 205,891 316,051

14. PT. Abdi Budi Mulia 140,573 0,173 0,432 1,037 1,555 243,216 328,579

15. PT. Asam Jawa 166,493 0,605 0,778 1,382 2,074 312,250 352,598

16. PT. Milano Aek Batu 214,147 0,022 0,536 1,422 0,154 13,508 3,407

17. PT. Pangkatan Indonesia 99,101 0,173 1,037 1,987 1,382 180,144 281,750

18. PT. Hari Sawit Jaya I (PNS) 166,752 0,536 1,814 2,246 3,888 362,016 283,392

19. PT. Hari Sawit Jaya II (PND) 184,896 0,423 2,074 3,110 3,586 463,104 321,408

TOTAL (Kg/THN) 3.340,516 6,478 23,248 32,818 34,216 5.110,921 5.159,089

TOTAL (TON/THN) 3,3405 0,0065 0,0232 0,0328 0,0342 5,111 5,1591

RATA-RATA (TON/THN) 0,1758 0,0003 0,0012 0,0017 0,0018 0,2690 0,2715

Sumber : Hasil Pemantauan Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008

Tabel 4.4 menunjukan beban pencemaran yang dihasilkan dari masing-masing

kegiatan/aktivitas industri PKS di Kabupaten Labuhanbatu, jika menggunakan nilai rata-rata

dari tabel tersebut maka total keseluruhan beban pencemaran yang dihasilkan dari 42

industri PKS adalah :

Page 10: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-10

Tabel 4.5. Perkiraan Beban Pencemaran Udara (BPU) dari Industri PKS pada Tahun 2008

Polutan Total Partikel NH3 Cl2 HCl HF SO2 NO2

BPU (kg/Tahun) 7,3843 0,0143 0,0514 0,0725 0,0756 11,2978 11,4043

Sumber : Hasil estimasi, 2008

B. Konsentrasi Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan

manusia. Gas ini berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga

menyebabkan suhu dipermukaan bumi menjadi lebih hangat.

Pada bab I telah disebutkan bahwa terdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK

yaitu : Karbondioksida (CO2), Dinitro oksida (N2O), Metana (CH4), Sulfur heksafluorida

(SF6), Perfluorokarbon (PFCs), dan Hidrofluorokarbon (HFCs).

Gas CO2, CH4 dan N2O dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor

energi, transportasi, dan industri. Sementara gas seperti SF6, HFCs, dan PFCs dihasilkan

dari penggunaan aerosol.

Penghitungan Emisi GRK Dari Sektor Energi, Industri Dan Timbulan Sampah.

a. Emisi Karbondioksida dari sektor energi

Estimasi emisi CO2 dari konsumsi energi diperoleh dari hasil kali antara volume penggunaan

energi (misalnya, kWh listrik, liter bahan bakar) dengan faktor emisi CO2 rata-rata (contoh,

faktor emisi energi listrik dalam satuan kg CO2/kWh).

Tabel 4.6. Emisi CO2 dari konsumsi energi listrik, minyak tanah dan transportasi Tahun 2007

No. Jenis Energi Pemakaian per Tahun Satuan Faktor Emisi (FE) Emisi CO2

(ton/Tahun)

1 Listrik 304.940 Kwh 0,719 kg/kwh 219,252

2 Minyak Tanah

432.000 Kilo liter

2,5508 kg/ltr 1.101.945,600

3 Transportasi (lihat Tabel 4.3) 324.448,740 Total 1.426.613,592

Sumber : Data Kompilasi

b. Emisi gas Metana dari sektor industri

Pada bab I telah dijabarkan perkiraan emisi gas metana (CH4) dari sektor industri PKS yaitu

sebesar 41.389,1724 ton/Tahun atau setara dengan 869.172,6204 ton CO2. Gas CH4 ini

berasal dari hasil penguraian limbah kelapa sawit secara anaerob pada instalasi pengolahan

air limbah. Pabrik kelapa sawit merupakan industri dominan yang ada di Kabupaten

Labuhanbatu.

Page 11: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-11

Sumber : Hasil estimasi, 2008

Tabel 4.7. Estimasi gas CO2 (ton/Tahun) Tahun 2007

No. Sektor CO2 (ton/tahun)1. Energi 1426613,5922 Industri 869172,6203 Sampah 1720,883

2.297.507,095Total

c. Emisi gas Metana yang dihasilkan dari timbulan sampah

Data dari Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Labuhanbatu mengatakan bahwa

timbulan sampah pada Tahun 2007 sebesar 22.763 m3/hari atau setara dengan 4,5526

ton/hari (1.638,9360 ton per Tahun). Sampah yang dihasilkan di wilayah Kabupaten

Labuhanbatu umumnya dikumpulkan tanpa dipilah dari rumah tangga, dengan

menggunakan gerobak kecil atau truk diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS).

Kemudian dari TPS sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) dengan truk.

TPA yang ada saat ini dioperasikan dengan sistem open dumping yang memungkinkan

bahan organik terdekomposisi secara anaerobik. Hasil utama dekomposisi anaerobik

tersebut adalah gas metana, suatu gas rumah kaca yang memiliki efek rumah kaca 21 kali

lebih besar dibanding dengan karbondioksida.

Satu ton sampah padat dapat menghasilkan sekitar 50 kg gas metana (Pelangi, 2004),

dengan menggunakan data tersebut maka diperkirakan timbulan sampah pada Tahun 2007

menghasilkan gas metana sebesar 81.946,8 kg (81,9468 ton) atau setara dengan 1.720,883

gas CO2.

Total hasil perkiraan emisi gas rumah kaca CO2 di

Kabupaten Labuhanbatu adalah 2.297.507,095

ton/Tahun (tabel 4.7), dimana sektor energi

merupakan penyumbang terbesar emisi CO2 yaitu

sekitar 62,094% (Gambar 4.12).

4.2. Tekanan

Kualitas udara di Kabupaten Labuhanbatu memang masih dalam kategori baik, tetapi

beberapa Tahun ke depan kemungkinan besar kondisi ini akan berubah. Berikut ini adalah

beberapa hal yang dianggap dapat menurunkan kualitas udara :

Gambar 4.12. Sumber emisi CO2 Tahun 2007 Sumber : Bapedalda Kab. Labuhanbatu, 2008

Industri37,831% Energi

62,094%

Sampah0,075%

Page 12: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-12

4.2.1. Jumlah Kendaraan Bermotor

Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Labuhanbatu berkembang degan pesat dalam

empat Tahun terakhir dengan rata-rata sebesar 7,03% dari 48.288 unit pada Tahun 2004

menjadi 94.855 unit pada Agustus 2008 (lihat Gambar 4.13). Komposisi jumlah sepeda

motor adalah yang terbesar dengan persentase 87,98% dari jumlah seluruh kendaraan

bermotor dengan laju peningkatan sebesar 4,53%.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini berdampak pada meningkatnya jumlah

pemakaian bahan bakar. Diperkirakan jumlah permintaan bahan bakar pada Tahun 2008

meningkat hingga 64.800 kilo liter (5,9% dari nilai semula) baik untuk bahan bakar premium

maupun solar. Pertambahan konsumsi bahan bakar ini akan mengakibatkan peningkatan

dalam emisi gas yang dihasilkan dari kendaraan bermotor.

4.2.2. Aktivitas Rumah Tangga

Aktivitas rumah tangga umumnya membutuhkan energi listrik dan bahan bakar (seperti :

minyak tanah). Meningkatnya konsumsi energi dari sektor ini disebabkan oleh pertumbuhan

penduduk yang kemudian dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan hidup. Penggunaan

peralatan rumah tangga yang tidak hemat energi, model fisik bangunan rumah yang hanya

mengandalkan cahaya lampu sebagai sumber penerang ruangan terutama pada siang hari

Gambar 4.13. Populasi kendaraan bermotor (2004 s/d Agustus 2008) (Sumber : Satlantas Kabupaten Labuhanbatu)

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

Tahun

Jum

lah

Ken

dar

aan

Ber

mo

tor

(un

it)

Mobil Penumpang 3.306 3.457 4.328 4.870 5.059

Bus 349 434 407 376 376

Truk 3.953 4.357 5.652 5.664 5.962

Sepeda Motor 40.680 53.505 78.255 79.772 83.458

2004 2005 2006 2007 2008

Page 13: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-13

Gambar 4.14. Asap boiler sebagai salah satu sumber pencemaran

(Sumber : Bapedalda Kab. Labuhanbatu, 2007)

merupakan faktor yang menyebabkan tingginya tingkat konsumsi energi di sektor rumah

tangga. Dalam 3 Tahun terakhir terjadi peningkatan konsumsi listrik yang sangat pesat

sebesar 93,16%. Peningkatan ini juga memberikan peningkatan emisi CO2 dari pemakaian

energi listrik dengan persentase yang sama.

4.2.3. Emisi Industri yang kurang terkontrol

Satu ton tandan buah segar kelapa

sawit menghasilkan 12% serabut dan

7% cangkang. Menurut Jayantha

Weeraratne, et al, 2007 untuk

menghasilkan energi listrik sebesar

750 kwh dibutuhkan 5,37 ton serabut

dan 3,14 ton cangkang. Berdasarkan

nilai inilah maka setiap Pabrik Kelapa

Sawit pada umumnya menggunakan

limbah padatnya itu sebagai sumber

bahan bakar.

Partikel, Sulfur dioksida dan Nitrogen

dioksida merupakan komponen terbesar yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar

serabut dan cangkang (lihat tabel 4.4).

Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh kualitas dari bahan bakar yang digunakan dan

terpenuhinya suplai oksigen yang dibutuhkan. Peningkatan konsentrasi tiga komponen tadi

merupakan petunjuk bahwa proses pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Oleh karena

Gambar 4.14. Penggunaan Listrik dalam 2 Tahun terakhir Sumber : PLN Cabang Rantauprapat

157.870

302.904 304.940

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

2005 2006 2007

Tahun

Lis

trik

Ter

jual

(kw

h)

Page 14: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-14

itu sangat penting dilakukan pengontrolan terhadap kualitas bahan bakar dan kuantitas

oksigen. Selain itu penggunaan alat penanggulangan pencemaran udara seperti dust

collector, wet scrubber dan hydrocyclone juga sangat diperlukan untuk mengurangi

pencemaran udara.

4.2.4. Kebakaran Hutan dan Lahan

Disamping transportasi, aktivitas rumah tangga dan industri, terdapat faktor lain yang

memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap penurunan kualitas udara yaitu

kebakaran hutan dan lahan. Hingga tanggal 22 Spetember 2008 terdapat 121 titik api (hot

spot) di Kabupaten Labuhanbatu (Sumber : Satdalkarhutla Kab. Labuhanbatu, 2008). Biaya

land clearing dengan sistem membakar sangat murah dan hanya membutuhkan waktu yang

singkat membuat banyak perusahaan perkebunan dan masyarakat memanfaatkan cara ini

pada musim kemarau untuk memperluas lahan pertanian atau perkebunan.

Walaupun tidak tersedianya data dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap penurunan

kualitas udara di Kabupaten Labuhanbatu, diperkirakan telah terjadi penurunan terutama di

wilayah permukiman yang berdekatan titik api. Hal ini mengacu pada data dari Tim Bank

Dunia dalam Pemantauan Lingkungan Indonesia 2003 yang menyebutkan bahwa

konsentrasi karbon monoksida di Kota Pekanbaru meningkat pada Tahun 2001 disebabkan

karena adanya kebakaran hutan dan lahan.

4.3. Respon

4.3.1. Respon Pemerintah

a. Undang-Undang Lingkungan Hidup Yang Diimplementasikan Berhubungan

Pengendalian Kualitas Udara

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara;

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang Baku

Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap;

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-50/MENLH/XI/1996

tentang Baku Tingkat Kebauan;

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-13/MENLH/III/1995

tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-

205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak.

Page 15: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-15

b. Membentuk Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kabupaten

Labuhanbatu

Melalui Peraturan Bupati Labuhanbatu Nomor : 11 Tahun 2007 tanggal 29 November

2007 telah dibentuk Satuan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Satdalkarhutla)

Kabupaten Labuhanbatu yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

1. Menetapkan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan dalam rangka

penyampaian informasi dini, pencegahan dan penanggulangan, penanganan

dampak serta penegakan hukum kebakaran hutan dan lahan;

2. Memberikan bimbingan dan bantuan dalam rangka penyampaian informasi dini,

pencegahan dan penanggulangan, penanganan dampak serta penegakan hukum

kebakaran hutan dan lahan;

3. Melakukan monitoring, evaluasi dan pengawasan serta penyampaian informasi dini,

pencegahan dan penanggulangan, penanganan dampak serta penegakan hukum

kebakaran hutan dan lahan;

4. Melaporkan hasil pengendalian kebakaran hutan dan lahan kepada Bupati

Labuhanbatu secara periodik/ bulanan pada musim-musim kemarau dan laporan

isidentil menurut keperluannya.

Satuan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari :

a. Satdalkarhutla Kabupaten yang berkedudukan di ibukota Kabupaten Labuhanbatu,

yaitu Rantauprapat;

b. Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgasdamkarhutla)

berkedudukan di ibukota Kecamatan;

c. Regu Pemadaman Kebakran Hutan dan Lahan (Regdamkarhutla) Desa

berkedudukan di kantor desa.

Masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan keterbatasan dana yang

tersedia menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan pengendalian kebakaran

hutan, disamping itu jauhnya dan sulitnya lokasi kebakaran serta terbatasnya

sarana/fasilitas yang tesedia juga merupakan kendala teknis dalam menginventarisasi

dampak yang disebabkan akibat kebakaran hutan.

c. Pemantauan Kualitas Udara Akibat Kegiatan Industri

Pemantauan kualitas udara ini meliputi pemantauan terhadap udara ambien dan emisi

sumber tidak bergerak (pada boiler dan genset). Pemantauan ini dilakukan setiap enam

bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan/perubahan kualitas udara

dari Tahun ke Tahun. Disamping itu juga dilakukan indentifikasi terhadap sumber

pencemar pada kegiatan industri, seperti emisi yang dihasilkan dari boiler dan genset,

hal ini dilakukan sebagai tindak pengawasan kinerja perusahaan dalam pengendalian

pencemaran udara.

Page 16: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-16

Data yang diperoleh dari pemantauan udara ini dapat dimanfaatkan sebagai :

1. Bahan perencanaan, evaluasi, pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan

lingkungan hidup di daerah;

2. Alat bukti dalam penegakan hukum lingkungan;

3. Sebagai indikasi adanya pencemaran lingkungan.

d. Sosialisasi Bidang Lingkungan HIdup

Sosialisasi bidang lingkungan hidup yang pernah diadakan di Kabupaten Labuhanbatu

yang berhubungan dengan Pencemaran Udara yaitu :

1. Pada tanggal 15 November 2007, acara Sosialisasi Lingkungan Hidup dengan

materi Pengendalian Pencemaran Udara.

2. Pada tanggal 28 Nopember 2007, acara Sosialisai Pengembangan Produksi Ramah

Lingkungan

Kedua acara sosialisasi ini dilaksanakan di ruang Aula Kabupaten Labuhanbatu dimana

yang sebagai peserta adalah para penanggung jawab industri PKS dan PPK serta

instansi terkait dan masyarakat.

4.3.2. Respon Industri

Sejak diperkenalkan proyek CDM (Clean Development Mechanism) ke Indonesia banyak

dari kalangan industri yang memberikan sambutan baik khususnya di Kabupaten

Labuhanbatu. Saat ini sudah ada dua unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Kabupaten

Labuhanbatu yang memanfaatkan tersebut yaitu Penangkapan Gas Metana yang dihasilkan

dari pengolahan limbah. PKS tersebut adalah PKS PT. Milano Pinang Awan dan PKS PT.

Tolan Tiga Indonesia.

(a) (b)

Gambar 4.15. Proyek CDM : Penangkapan Gas Metana pada pengolahan air limbah, (a) Gas metana ditangkap dengan menutup permukaan kolam anaerobik, (b) Pengkonversian gas metana melalui pembakaran.

(Sumber : Bapedalda Kabupaten Labuhanbatu, 2008)

Page 17: Bab_IV SLHD 2008

SLHD Kab. Labuhanbatu Tahun 2008

Udara

IV-17

Gas metana yang ada dikonversikan menjadi gas karbondioksida melalui pembakaran untuk

”melemahkan” kemampuan gas metana terhadap dampak pemanasan global. Selain dapat

memberikan keuntungan dari sisi finansial, proyek ini dapat mengurangi emisi gas rumah

kaca, gas metana.

4.3.3. Respon Masyarakat

Sejauh ini sifat dari partisipasi masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu masih pasif.

Kemungkinan ini terjadi karena tidak tersedia data kualitas lingkungan udara bagi

masyarakat.