BABAD MADIUN

39
BABAD MADIUN Sultan Trenggana mempunyai anak 6 orang, yakni Pangeran Mukmin yg lalu dinobatkan menjadi seorang wali oleh Sunan Giri yang bergelar Sunan Prawata. Putra kedua adalah seorang putri yang dipersunting oleh Pangeran Langgar, putra kyai Gede Sampang di Madura. Putri ketiga permaisuri Pangeran Hadiri, bupati Kali Nyamat. Putri berikutnya diperistri Panembahan Pasarean di Cirebon. Putra keenam, disebut Pangeran Timur, lalu diangkat menjadi Adipati di Madiun dan selanjutnya bergelar Panembahan Mediyun. Waktu itu Madiun masih disebut sebagai Kota Miring. Pangeran Timur yang diangkat sebagai bupati di Kota Miring, apabila menghadap ke Pajang, diperkenankan duduk bersanding dengan gusti Sultan Pajang, berbeda dengan bupati yang lain, oleh karena itu cara menghadap Pangeran Timur sering disebut dengan Madiyangayun. Ngayun yang berarti cara menghadap Pangeran Timur lebih maju dari pada bupati yang lain. Madya berarti kedudukan Pangeran Timur sudah seperti setengah raja. Oleh karena itu lama kelamaan Kota Miring disebut juga kota Madiun, dan yang memerintah di Madiyun disebut Pa nembahan Senopati Madiyun.

description

babad madiun

Transcript of BABAD MADIUN

BABAD MADIUN

Sultan Trenggana mempunyai anak 6 orang, yakni Pangeran Mukmin yg lalu dinobatkan menjadi

seorang wali oleh Sunan Giri yang bergelar Sunan Prawata. Putra kedua adalah seorang putri yang

dipersunting oleh Pangeran Langgar, putra kyai Gede Sampang di Madura. Putri ketiga permaisuri

Pangeran Hadiri, bupati Kali Nyamat. Putri berikutnya diperistri Panembahan Pasarean di Cirebon.

Putra keenam, disebut Pangeran Timur, lalu diangkat menjadi Adipati di Madiun dan selanjutnya

bergelar Panembahan Mediyun.

Waktu itu Madiun masih disebut sebagai Kota Miring. Pangeran Timur yang diangkat sebagai

bupati di Kota Miring, apabila menghadap ke Pajang, diperkenankan duduk bersanding dengan

gusti Sultan Pajang, berbeda dengan bupati yang lain, oleh karena itu cara menghadap Pangeran

Timur sering disebut dengan Madiyangayun.

Ngayun yang berarti cara menghadap Pangeran Timur lebih maju dari pada bupati yang lain.

Madya berarti kedudukan Pangeran Timur sudah seperti setengah raja. Oleh karena itu lama

kelamaan Kota Miring disebut juga kota Madiun, dan yang memerintah di Madiyun disebut Pa

nembahan Senopati Madiyun.

Panembahan Senopati Madiun mempunyai dua orang putra. Yang sulung bernama Ajeng Retno

Dumilah, dan yang muda diberi nama Raden Lontang.

Saat itu Demak mulai suram dan Pajang mulai timbul. Saat itu Arya Penangsang memberontak, dan

berhasil dibunuh oleh Sutawijaya, sehingga ketenaran Pajang mulai bergeser ke Mataram, dan

Sutawijaya bergelar Ngabehi Loring Pasar, dan semua bupati takluk kepada Mataram. Tapi Madiun

tidak takluk ke Mataram, karena masih membela kematian Arya Penangsang, yang pada akhirnya

nantinya timbul peperangan antara Mataram dengan Madiun. Agar peperangan tidak berlarut larut

Sunan Giri berkenan turun ke lapangan, dan dipertemukan antara Madiun dengan Mataram. Disitu

Sunan Giri membuat teka teki.:" Dunia ini ada dua macam, wadhah dengan isi." Disini Madiun lebih

memilih isi dan mataram lebih memilih Wadhah.

Setelah itu peperangan berhenti, dan utusan Mataram pulang ke Mataram. Saat itu di Mataram

sedang ada pertemuan, dan para utusan melaporkan hasil pertempurannya dg Madiun. Sebenarnya

sang raja marah mendengar hasil pertemuannya dg Madiun, tapi para sesepuh memberi penjelasan

kalau memilih wadhah itu lebih utama dan lebih bijaksana, namun Mataram juga masih harus tetap

berhati - hati, karena Madiiun masih mempunyai pusaka sakti, kyai Tundhung Mediyun yang cara

mengatasinya amatlah rumit.

Lalu Panembahan Senopati mengutus Nyai Ria Adisara untuk membawa kembang setaman ke

Madiun perlu untuk mencuci kaki Panembahan Madiun sebagai tandha takluk. Tetapi Panembahan

Madiun beserta para prajuritnya tidak percaya, lalu mereka pergi ke suatu tempat untuk ngongak

(melihat dari kejauhan) apa benar Mataram mengirim pasukan tandha takluk. Daerah itu sampai

kini diberi nama desa pangongakan. Setelah Nyai Ria Adisara sampai segera mencuci kaki Panem

bahan Madiun dengan kembang setaman, dan sisa dari air untuk mencuci kaki Panembahan Madiun

itu lalu dibawa ke Mataram guna dipakai keramas Panembahan Senopati.

Tetapi setelah Nyai Ria Adisara meninggalkan Madiun, tiba- tiba para prajurit Mataram yg

berjumlah ribuan segera menyerang Madiun yg tak siap berperang. Bagaikan air bah mereka menye

rang Madiun, sampai Madiun kebobolan. Saat itu Panembahan Madiun Panembahan Rangga

Jumena segera memanggil putrinya Raden Ayu Retno Dumillah untuk dipasrahi pusaka keris

Tundhung Mediyun, untuk dipakai menumpas siapa saja yg berani menembus Kadipaten Madiun.

Dan setelah itu panembahan Rangga Jumena hilang gaib tanpa bekas.

Raden Ayu Retno Dumilah segera membentuk pasukan wanita guna dipakai benteng terakhir

Madiun. Panembahan senopati mengetahui hal ini segera merayu sang dyah ayu. Karena terlena

oleh rayuan Panembahan Senopati, dg tanpa disadarinya keris Tundhung Mediyun jatuh terlepas

dan segera disaut panembahan senopati, dan Raden Ayu Retno Dumilah menjadi istri Panembahan

Senopati dan Mediyun mulai saat itu menjadi daerah taklukan Mataram.

Kerajaan Medang Kahuripan di MadiunPada abad ke-8 M wilayah Madiun berada di bawah pemerintahan Mataram Kuno dengan penguasa Dinasti Sanjaya yang berpusat di sekitar Jogjakarta sekarang, tidak lepas dari politik dan perebutan kekuasaan maka pusat pemerintahan kerajaan Mataram Kuno berpindah beberapa kali dan sampai akhirnya pusat pemerintahan pada abad ke -10 pindah ke Jawa Timur kemudian disebut kerajaan Medang yang merupakan dinasti Isyana sebagai penerus Dinasti Sanjaya dan Syailendra. Raja Medang terakhir adalah Sri Maharaja Teguh Darmawangsa Anantawikrama Tunggadewa, wilayah barat kerajaan Medang berbatasan dengan Kerajaan Wurawuri / Worawari yang pusat kerajaannya kemungkinan di daerah Cepu Jawa Tengah. Hubungan Medang dan Wurawuri memanas sejak Kerajaan Wurawuri berhubungan erat dengan Kerajaan Sriwijaya untuk merebut selat Malaka sebagai jalur perdagangan. Persaingan memuncak Prabu Darmawangsa mengirim pasukan untuk menduduki Malaka tahun 990-992 M. Dalam perseteruan tersebut. Madiun punya arti penting, sungai Madiun dijadikan sebagai lalu-lintas perdagangan dan militer. Winangga ( Kelurahan Winongo) dijadikan sebagai pelabuhan biduk. Dalam bidang pertanian Prabu Darmawangsa menuliskan perundang-undangan tentang Tata air pertanian pada salah satu batu di Prasasti Sendang Kamal dengan Bahasa Kawi yang berisi kutipan Kitab Shiwasana yaitu Kitab UU Hukum yang mengatur kehidupan bernegara dan masyarakat menurut ajaran Hindhu Syiwaise yaitu kita harus taat Tri Darma bhakti : Kita wajib berbakti pada Siwa, Negara dan masyarakat termasuk keluarga Pusat pemerintahan Prabu Darmawangsa berada di Wwatan kemungkinan Wwatan berada di wilayah Maospati Madiun. Pada saat pesta pernikahan putri Prabu Darmawangsa dengan Airlangga, tiba-tiba kota wwatan diserang oleh pasukan Wurawuri yang berasal dari Lwaram ( Mungkin sekarang Desa Ngloram, Cepu, Kab. Blora ) peristiwa ini tercatat dalam Prasasti Pucangan. Prabu Darmawangsa Teguh tewas dan Airlangga berhasil melarikan diri ke Wonogiri ditemani Mpu Narotama, setelah tiga tahun dalam pelarian Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang di Watan Mas (dekat Gunung Penanggungan). Airlangga naik tahta untuk melanjutkan wangsa Isyana di Jawa Timur tahun 1009 M. setelah melakukan penaklukan-penaklukan semua daerah diantaranya Raja Hasin dari (?), Raja Wisnuprabawa dari Wuratan, Raja Wijayawarma dari Wengker (Ponorogo), Raja Panuda dari Lewa, Raja Putri dari Wilayah Tulungagung dan pada tahun 1032 Prabu Airlangga menaklukan Raja Wurawari serta menumpas pemberontakan Wijayawarma Raja Wengker. Wilayah kekuasaan Prabu Airlangga membentang dari Pasuruan Timur sampai wilayah Madiun dan membangun istana baru di daerah Sidoarjo bernama Kerajaan Kahuripan.

BABAD TULUNGAGUNG (KYAI KASAN BESARI INGIN MEMBUNUH KYAI PATJET- ASAL NAMA GLEDUK danMACANBANG)Kyai kasanbesari yang hatinya tersinggung dan masih marah terhadap gurunya (Kyai Pacet) didatangi 2 utusan gurunya yaitu Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem. Pangeran bedalem menyatakan tidak akan mencampuri urusan Kyai Kasanbesari dan Kyai Pacet dan akan pulang ke Betak. SebaliknyaPangeran Kalang malah membakar semangat Kyai Kasanbesari untuk memberontak dan membunuh gurunya.Setelah berunding maka berangkatlah mereka berdua ke bonorowo dengan tujuan membunuh kyai pacet. Mereka berdua diam2 masuk ke goa tempat sang guru bersemedi tanpa diketahui Pangeran Lembu peteng yang ditugasi menjaga goa. Alangkah terkejutnya karena dalam penglihatan mereka tengah berjumpa dengan seekor singa yang siap menerkamnya. Kyai Besari dan Pangeran Kalang dengan cepat keluar dari Goa dan lari tunggang langgang.Konon setelah kedua orang tersebut lari Kyai Pacet memanggil Pangeran Lembu Peteng yang sedang berjaga di luar. dan menanyakan mendengar apakah waktu kyai pacet bersemedi dan pangeran Lembu peteng menjawab bahwa tadi mendengar suara GEMLUDUG dan setelah dilihatnya Kyai Pacet sedang memegang cahaya yang kemudian berubah menjadi keris. Kemudian keris itu diberi nama Kyai Gledug sedang desa tempat bersemedinya sekarang dinamakan GLEDUG. Selesai bersemedi kyai mengejar kedua muridnya tersebut.Kyai Besari tahu dikejar mengeluarkan kanuragannya dengan membanting kemiri yang berubah menjadi seekor harimau. Kyai Pacet mengimbangi dengan membanting bungkul gamparan yang berubah menjadi ular besar dan kedua binatang itu berkelahi dan kyai Besari kalah. Tempat pertempuran keduanya dinamakan MACANBANG. Namun kyai Besari berhasil melarikan diri sedang Kyai Pacet dan Pangeran Lembu Peteng kembali ke padepokan.Setelah pertarungan tersebut kyai Pacet mengerahkan semua muridnya guna menangkap Kyai Kasanbesari dan Pangeran Kalang. Murid dari Kyai Pacet disebar ke seluruh penjuru dengan dipimpin oleh Pangeran Lembu Peteng. Akhirnya Pangeran Lembu Peteng dan teman-temannya dapat berjumpa dengan Kyaibesari dan Pangeran Kalang. Timbullah peperangan yang ramai. Akhirnya Kyai Kasanbesari melarikan diri ke Ringinpitu, sedang Pangeran Kalang dikejar terus oleh Pangeran Lembu Peteng.Pangeran Kalang lari ke Betak dan bersembunyi di tamansari Kadipaten Betak. Pada waktu itu putera dari Bedalem yang bernama Roro Kembangsore sedang berada di Tamansari. Roro Kembangsore merasa tidak keberatan bahwa Pangeran Kalang bersembunyi di ditu, karena Pangeran Kalang masih pamannya (saudara kandung ayahnya).Kemudian datanglah Pangeran Lembu Peteng ke Tamansari untuk mencari Pangeran Kalang. Di Tamansari Pangeran Lembu Peteng bertemu dengan Roro Kembangsore. Putri Bedalem ini tidak mengakui bahwa pamannya bersembunyi disitu. Pangeran Lembu Peteng tertarik akan kecantikan sang putri dan menyatakan asmaranya. Roro Kembangsore mengimbanginya.Ketika kedua pasang merpati tersebut sedang dalam langen asmara (jatuh cinta), maka Pangeran Kalang yang sedang bersembunyi di Tamansari dapat mengintip dan mengetahui bagaimana tindakan kemenakannya terhadap Pangeran Lembu Peteng. Dengan diam-diam Pangeran Kalang masuk ke dalam Kadipaten untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada kakaknya ialah Pangeran Bedalem. Pangeran Bedalem setelah mendengar pelaporan dari adiknya, menjadi sangat larah sekali, terus pergi ke Tamansari. Timbullah perang antara Pangeran Lembu Peteng dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat meloloskan diri bersama dengan Roro Kembangsore, tetapi terus dikejar oleh Pangeran Bedalem.BABADTULUNGAGUNGPERGURUAN PACETPada jaman pemerintahan Majapahit hubungan antara daerah pedalaman sangat sulit, sehingga keamanan di sebelah selatan sungai Brantas tidak dapat dikuasai. Sering disana-sini timbul pemberontakan. Berdirinya perguruan-perguruan sangat besar manfaatnya bagi kepentingan raja, karena selain mengajarkan ilmu, para guru umumnya juga merupakan mata telinga daripada perguruan negara. Demikian juga hubungannya dengan perguruan di dukuh Bonorowo, dekat Campurdarat yang terkenal dipimpin oleh seorang sakti bernama Kyai PACET. Kyai Pacet mengajarkan ngeilmu Joyokawijayan. Ia mempunyai murid-murid pilihan diantaranya : 1. Pangeran Kalang dari Tanggulangin.2. Pangeran Bedalem dari Kadipaten Betak.3. Menak Sopal dari Kadipaten Trenggalek.4. Kyai Kasanbesari tua-tua dari dukuh Tunggul.5. Kyai Singotaruno dari dukuh Plosokandang.6. Kyai Sendang Gumuling dari desa Bono.7. Pangeran Lembu Peteng putra Majapahit (termasuk murid baru).Pada suatu hari Kyai Pacet telah mengadakan pertemuan dengan para murid-muridnya. Pada pertemuan itu selain memberikan wejangan-wejangan ilmu, Kyai Pacet juga menceritakan bahwa diantara murid-muridnya ada yang mendirikan paguron, tetapi sayangnya tidak memberitahukan hal itu gurunya. Kyai KasanBesari merasa tertusuk perasaannya, dikarenakan dia sendirilah yang mendirikan paguron sebagaimana kata sindiran yang telah diucapkan dihadapannya dengan terus trang oleh sang guru tersebut.Dengan tanpa pamit seketika itu juga Kyai Kasanbesari meninggalkan tempat pesamuan.Dengan kepergian Kyai Kasanbesari yang tanpa pamit itu Kyai Pacet lalu menyuruh dua orang muridnya yaitu Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem untuk menasehati Kyai Kasanbesari agar menyadari diri dan mau kembali ke Bonorowo untuk tetap menjadi murid Kyai Pacet. Apa sebab Kyai Pacet menunjuk kedua muridnya tersebut?karena ia mengerti bahwa Pangeran Kalang dan Pangeran Bedalem dengan diam-diam juga menjadi muridnya Kyai Kasanbesari. Dengan keberangkatan dua orang utusan tersebut maka Kyai Pacet berpesan pada murid-muridnya yang lain supaya mereka mau tetap di Bonorowo untuk melanjutkan pelajarannya, sedang Kyai Pacet akan mengadakan semadi di dalam sebuah gua. Yang ditugaskan mengawasi di luar gua adalah Pangeran Lembu Peteng.KYAI KASANBESARI INGIN MEMYNUH KYAI PACETKyai Kasanbesari yang hatinya merasa tersinggung dan masih dalam keadaan marah terhadap gurunya, telah kedatangan dua orang utusan dari Bonorowo yaitu Pangeran Bedalem dan Pangeran Kalang dalam wawancaranya Pangeran Bedalem mengatakan, bahwa dia tidak akan mencampuri urusan Kyai Kasanbesari dan Kyai Pacet, dan dia akan terus pulang ke Betak. Sebaliknya Pangeran Kalang malah menunjuki tindakan Kyai Kasanbesari bahkan dibakar semangatnya untuk diajak berotak dan membunuh gurunya.Setelah berunding masak-masak, maka berangkatlah mereka berdua ke Bonorowo dengan tujuan membunuh Kyai Pacet.Pada waktu Kyai Kasanbesari dan Pangeran Kalang secara diam-diam masuk ke dalam gua tempat Kyai Pacet bersemedi dengan tanpa diketahui oleh pihak yang mengawasi, maka kedua orang itu merasa sangat terkejut karena dalam penglihatannya mereka telah berjumpa dengan seekor singa yang siap menerkamnya. Kyai Kasanbesaridan Pangeran Kalang cepat-cepat keluar dari gua dan lari tunggang-langgang. Konon, setelah kedua orang itu melarikan diri maka Kyai Pacet memanggil Pangeran Lembu Peteng yang berjaga di luar gua dan ditanya mendengar apakah waktu Kyai Pacet sedang bersemadi. Pangeran Lembu Peteng menjawab, bahwa ia tadi telah mendengar suara GEMLUDUG, dan setelah dilihatnya tampaj bahwa Kyiai Pacet memegang cahaya yang kemudian diberi nama Kyai Gledhug, sedang desa dimana Kyai bersemedi sampai sekarang bernama Gledhug.Selesai bersemedi Kyai Pacet segera mengejar kedua oramg yang sedang berlari itu. Kyai Kasanbesari mengerti kalau dikejar, segera mengeluarkan ilmu kanuragannya dengan membanting buah kemiri yang berubah menjadi seekor harimau. Kyai Pacet mengimbanginya dengan membanting bungkul gempaan yang berubah menjadi ular besar. Kedua bintang itu berkelai, harimau kanuragan dari Kyai Kasanbesari kalah dan berubah menjadi buah kemiri lagi. Tempat dimana Kyai Kasanbesari menderita kekalahan oeh Kyai Pacet dinamakan desa Macanbang. KyaiKasanbesari terus berlari melarikan diri, sedang Kyai Pacet bersama Pangeran Lembu Peteng kembali ke padepokan untuk mengerahkan semua muridnya guna menangkap Kyai Kasanbesari dan Pangeran Kalang. Murid dari Kyai Pacet disebar ke seluruh penjuru dengan dipimpin oleh Pangeran Lembu Peteng. Akhirnya Pangeran Lembu Peteng dan teman-temannya dapat berjumpa dengan Kyaibesari dan Pangeran Kalang. Timbullah peperangan yang ramai. Akhirnya Kyai Kasanbesari melarikan diri ke Ringinpitu, sedang Pangeran Kalang dikejar terus oleh Pngeran Lembu Peteng.Pangeran Kalang lari ke Betak dan bersembunyi di tamansari Kadipaten Betak. Pada waktu itu putera dari Bedalem yang bernama Roro Kembangsore sedang berada di Tamansari. Roro Kembangsore merasa tidak keberatan bahwa Pangeran Kalang bersembunyi di ditu, karena Pangeran Kalang masih pernah pamannya (saudara kandung ayahnya).Kemudian datanglah Pangeran Lembu Peteng ke Tamansari untuk mencari Pangeran Kalang. Di Tamansari Pangeran Lembu Peteng bertemu dengan Roro Kembangsore. Putri Bedalem ini tidak mengakui bahwa pamannya bersembunyi disitu. Pangeran Lembu Peteng tertarik akan kecantikan sang putri dan menyatakan asmaranya. Roro Kembangsore mengimbanginya.Ketika kedua merpati tersebut sedang dalam langen asmara, maka Pangeran Kalang yang sedang bersembunyi di Tamansari dapat mengintip dan mengetahui bagaimana tindakan kemenakannya terhadap Pangeran Lembu Peteng. Dengan diam-diam Pangeran Kalang masuk ke dalam Kadipaten untuk melaporkan peristiwa tersebut kepada kakaknya ialah Pangeran Bedalem. Pangeran Bedalem setelah mendengar pelaporan dari adiknya, menjadi sangat larah sekali, terus pergi ke Tamansari. Timbullah perang antara Pangeran Lembu Peteng dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat meloloskan diri bersama dengan Roro Kembangsore, tetapi terus dikejar oleh Pangeran Bedalem.Kembali kepada kisah Kyai Besari yang berhasil meloloskan dir dari peperangan dengan murid Kyai Pacet. Ia menuju ke desa Ringinpitu, rumah Kyai Becak, yaitu pernah kakaknya. Pada waktu itu Kyai Becak sedang berada di pendopo bersama dengan dua orang anaknya yang bernama Banguntulak dan Dadaptulak. Dengan kedatangan Kyai Besari kedua anaknya tersebut lalu keluar untuk pergi ke ladang.Kyai Besari mengatakan bahwa kedatangannya ke Ringinpitu bermaksud untuk meminjam pusaka ialah pusaka Ringinpitu yang berbentuk tombak bernama Korowelang dengan alasan untuk kepentingan NGIDERI PARI. Kyai Becak tidak meluluskan permintaan adiknya. Kyai Besari marah, akhirnya terjadi perang. Kyai Becak kalah dan mati terbunuh. Besari terus pergi dengan membawa pusaka Korowelang. Waktu Dadaptulak dan Banguntulak pulang dari ladang, mereka sangat terkejut melihat ayahnya berlumuran darah dan sudah tidak bernyawa. Oleh sebab tidak ada orang lain yang datang di situ kecuali Kyai Besari, maka Banguntulak dan Dadaptulak yakin bahwa pembunuh ayah mereka adalah Kyai Besari. Segera mereka mengejarnya ke arah selatan dan dapat menemukannya. Terjadilah pertempuran. Banguntulak dan Dadaptulak kalah. Banguntulak terluka dan berlumuran darah. Darahnya berbau langu. Maka tempat di mana ia mati dinamakan Boyolangu. Sedangkan tempat dimana Dadaptulak meninggal dinamakan Dadapan.Kyai Besari melanjutkan perjalanannya. Ia berjumpa dengan Pangeran Bedalem yang sedang mengejar Pangeran Lembu Peteng. Pangeran Bedalem menceritakan tentang peristiwanya, yang mana Kyai Besari dalam hal itu bersedia membantunya. Keduanya segera pergi mencari Pangeran Lembu Peteng yang lari bersama dengan Roro Kembangsore. Pada waktu Pangeran Lembu Peteng dan Roro Kembangsore sedang beristirahat di tepi sungai, datanglah Kyai Besari dan Pangeran Bedalem. Pangeran Lembu Peteng dapat ditangkap dan dibunuh, lalu jenazahnya di buang ke dalam sungai. Roro Kembangsore dapat meloloskan diri.Punakawan Pangeran Lembu Peteng yang telah mengasuhnya sejak kecil memberitahukan hal tersebut kepada Kyai Pacet. Kyai Pacet segera mengirimkan utusan,ialah Adipati Trenggalek yang diikuti oleh bekas punakawan Pangeran Lembu Peteng untuk mengadakan pelaporan ke Mojopahit. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan perwira Mojopahit bersama dengan Pangeran Suka yang ketika itu mendapat tugas dari Raja untuk mencari Putra yang meninggalkan kerajaan tanpa pamit, ialah Pangeran Lembu Peteng. Adipati Trenggalek menceritakan peristiwa terbunuhnya Pangeran Lembu Peteng. Setelah mengerti duduk perkaranya maka Perwira Mojopahit bersama dengan Pangeran Suka tersebut ingin membuktikan tempat kejadian itu bersama-sama dengan wadya balanya. Meskipun diadakan pengerahan tenaga untuk mencarinya, namun jazad dari Pangeran Lembu Peteng tak jua ditemukan. Sungai dimana jenazah Pngeran Lembu Peteng dibuang, oleh perwira Mojopahit diberi nama Kali Lembu Peteng.PERWIRA MADA MENCARI JEJAK PANGERAN BEDALEM DAN KYAI BESARIPangeran Bedalem setelah mendengar berita bahwa dia dikejar oleh bala tentara Mojopahit, sangat ketakutan dan melarikan diri ke jurusan selatan. Karena takutnya maka Pangeran Bedalem bunuh diri dengan menceburkan diri ke sebuah kedung. Kedung tersebut lalu diberi nama Kedung Bedalem. Oleh karena Kadipaten Betak lowong, maka yang diangkat menggantikan Pangeran Bedalem adalah Pangeran Kalang.Bala tentara Mojopahit disebar untuk mencri Kyai Besari. Putra Mojopahit yang bernama Pangeran Suka dalam mengadakan operasi pencarian ini kena dirunduk oleh Kyai Besari dan tergelincir masuk ke sebuah kedung hinga meninggal dunia. Kedung ini lalu dinamakan Kedungsoko. Akhirnya Kyai Besari dapat diketemukan di desa Tunggul oleh Perwira Mada. Oleh karena Kyai Besari tidak menyerah maka timbullah peperangan. Kyai Besari kalah dan terkena pusakanya sendiri yaitu pusaka Korowelang. Dukuh tersebut oleh sang perwira dinamakan dukuh Tunggulsari. Karena kecakapannya menumpas pemberontakan-pemberontakan dan kekeruhan-kekeruhan konon sang perwira akhirnya diangkat menjadi Patih dan mendapat elar Patih Gajah Mada.PANGERAN KALANG JATUH CINTA KEPADA RORO INGGITSetelah Pangeran Kalang menjabat Adipati di Betak, maka hatinya tertawan oleh Rr. Inggit, adik dari Reta Mursodo janda almarhum pangeran Bedalem. Roro Inggit ingin dijadikan istrinya, tetapi menolak dan retno Mursodo tidak menyetujuinya. Pangeran Kalang memaksanya. Roro Inggit bersama dengan retno Mursodo meninggalkan Betak dan melarikan diri ke Plosokandang. Pangeran Kalang berusaha mengejarnya, tetapi kehilagan jejak, sehingga ia mengeluarkan suatu maklumat, yang menyatakan bahwa barang siapa ketempatan dua orang putri Kadipaten Betak tetapi tidak mau melapor, maka ia akan dijatuhi hukuman gantung.KYAI PLOSOKANDANDANG DIPERSALAHKANSalah seorang murid Kyai Pacet yang bernama Kyai Singotaruno, disebut pula Kyai Plosokandang, karena berasal dari Plosokandang. Pada suatu hari ia bertemu dengan dua orang putri dari Kadipaten Betak, yang tak lain adalah Rr, Inggit dan Retno Mursodo. Kedatangan putri Betak ini sengaja mencari pengayoman dari Kyai Plosokandang. Segala sesuatu mengenai tindakan Pangeran Kalang oleh retno Mursodo diceritakan semua, dan karena Kyai Singotaruno tidak berkeberatan melindunginya, meskipun ia tahu bahawa tindakannya itu membahayakan dirinya.Adipati Kalang datang ke Plosokandang dan bertanya apakah Kyai Singotaruno mempunyai tamu yang berasa dari Betak. Kyai Sin gotaruno menjawab bahwa ia tidak mempunyai tamu seorangpun, tetapi Adipati Kalang tidak percaya, dan ingin melihat ke belakang. Rr. Inggit dan Retno Mursodo ketika mendengar hal itu segera berkemas dan melarikan diri ke arah barat. Adipati Kalang mengetahui hal itu, dan ia sangat marah kepada Kyai Singotaruno. Ia dianggap salah dan dijatuhi hukuman gantung.RORO INGGIT BUNUH DIRIOleh karena Rr, Inggit takut bila sampai di pegang oleh Adipati Kalang, maka ia berputus asa dan terjun ke dalam sebuah Beji atau Blumbang. Desa tempat Rr. Inggit bunuh diri oleh Pangeran Kalang dinamakan desa Beji. Adapun Retno Mursodo terus melarikan ke gunung cilik.mBOK RORO DADAPANKetika Pangeran Lembu Peteng perang melawan Kyai Besari, Rr.Kembangsore dapat memisahkan diri dan lari ke desa Dadapan. Di desa tersebut ia menumpang pada seorang janda bernama mBok Rondo dadapan. mBok Rondho mempunyai seorang anak laki-laki bernama Joko Bodho. Lama kelamaan Joko Bodho terpikat oleh kecantika Rr. Kembangsore dan ingin sekali memperistrinya, tetapi selalu ditolak dengan halus oleh Rr. Kembangsore. Oleh karena Joko Bodho selalu mendesak maka pada suatu hari ketika mBok Rondho sedang bepergian , asalkan Joko Bodho mau menjalani tapa mbisu di sebuah gunung dekat desa itu. Joko Bodho menyetujui perdyaratan tersebut dan pergi meninggalkan rumah. Ikatan janji ini tidak diketahui oleh mBok Rondho Dadapan.Rr. Kembangsore juga pergi ke gunung cilik, maka ketika mBok Rondho pulang, ia mendapati rumah telah dalam keadaan sepi, dan ternyata kosong. Ia pergi ke kesana-kemari dan memanggil-manggil kedua anak tersebut. Tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya ditemukannya Joko Bodho sedang duduk termenung menghadap ke arah bart. Dipanggilnya berulang kali tidak mendapat jawaban, karena jengkelnya mBok rondho lupa dan mengumpat bocah diceluk kok meneng bae koyo watu. Seketika itu juga kaena sabda mBok Rondho, Joko Bodho berubah menjadi batu. mBok Rondho menyadari atas keterlanjuran kata-katanya, maka ia lalu berharap; besok kalau ada ramainya zaman gunung ini saya beri nama gunung Budheg.RESI WINADI DI GUNUNG CILIKPada suatu hari Adipati Kalang mendengar bahwa di gunung cilik ada seorang pendeta wanita yang menamakan dirinya Resi Winadi. Yang menjadi pendeta tersebut sebetulnya adalah Rr. Kembangsore. Selain menjadi seorang pendeta ia juga menjadi seorang empu. Resi ini mempunyai dua orang abdi kinasih yang bernama SARWO dan SARWONO. Pada suatu hari cantriknya yang bernama Sarwo disuruh ke kadipaten Betak untuk mencoba kesaktian dan keampuhan pusaka yang dibuatnya sendiri untuk diadu dengan pusaka milik Pangeran Kalang. Cara mengadunya adalah sebagai berikut! Kalau pusakanya ditikamkan ke sebuah pohon beringindaunnya rontok dan pohonnya tumbang maka dialah pemenangnya. Selanjutnya, bilamana resi Winadi yang kalah maka Resi bersedia tunduk dan mau disuruh apa saja. Sebaliknya jika resi yang menang dan pangeran berkeinginan untuk memiliki pusaka miliknya maka pangeran harus pergi sendiri ke Gunung cilik dan bila sudah mulai naik harus berjalan jongkok, tidak boleh memandang wajah sang resi sebelum diperbolehkan.Setelah cntrik mengerti akan tugas yang diberikan, berangkatlah ia. Kecuali menugasi Sarwo, Resi Winadi juga memberi tugasSarwono untuk masuk ke tamansari Betak dengan menyamar untuk mencabut sumbat ijuk yang ada di tamansari. Adapun letaknya adalah di bawah batu gilang.Setelah datang di Betak, cantrik Sarwo menhadap Adipati Kalang dan mengutarakan maksudnya. Sang Adipati menanggapi dan menyetujuinya. Masing-masing membawa senjata pusaka ke alun-alun untuk diadu kekuatannya. Pusaka Kadipaten Betak dicoba terlebih dahulu ke pohon beringin yang tumbuh di tengah alun-alun, tetapi tidak terjadi apapun. Sekarang giliran pusaka gunung cilik. Setelah ditikamkan, pohon beringinpun langsung rontok dannya dan tumbang pohonnya.Adipati Kalang mengakui kekalahannya dan ingin sekali memiliki pusaka tersebut. Sarwo tidak keberatan asalkan Adipati Kalang bersedia menyetujuinya. Dengan diantar oleh cantrik Sarwo, dan diikuti oleh beberapa orang prajurit pengawalnya berangkatlah Pangeran Kalang ke Gunung Cilik. Di tamansari Betak, Sarwono yang mendapat tugas mencabut sumbat lidi segera mencari dan menemukan sabut tersebut. Sumbat segera dicabutnya, dan seketika itu pula memancarlah sumber air yang besar. Kadipaten Betak-pun banjir dan terendam oleh air. Sarwono dapat menyelamatkan diri dengan menaiki sebuah getekDI PERTAPAAN GUNUNG CILIKwaktuSarwono sedang menghadap Resi Winadi, datanglah Ibunya Rr. Mursodo. Maka saling berceritalah tentang riwayatnya masing-masing. Tak lupa disebutkan pula tentang kematian Rr. Inggit yang dikarenakan Pangeran Kalang. Mereka sangat gembira karena dapat bertemu kembali. Kemudian datanglah Patih Mojopahit engan bala tentaranya yang ingin menyatakan kebenaran berita yang diterimanya. Pada saat itu tampak dari kejauhan kedatangan dua orang. Yang seorang datang dengan berjalan jongkok dan menyembah. Tamu ini tak lain adalah Pangeran Kalang yang diantar oleh cantrik Sarwo. Setelah dekat Sang Resi memerintahkannya supaya memandangnya. Alangkah malu dan terkejutnya Pangeran Kalang. Karena yang disembah-sembahnya tadi adalah keponakannya sendiri. Karena malu bercampur takut Pangeran Kalang melarikan diri, yang kemudian dikejar oleh tentara Mojopahit.PANGERAN KALANG MATI TERBUNUHPangeran Kalang terus dikejar, dan oleh tentara Mojopahit dapat ditangkap dan dihujani senjata tajam, sehinga pakaiannya hancur dan badannya penuh dengan luka. Tempat dimana Pangeran Kalang tertangkap ini dinamakan CUWIRI. Meskipun telah terluka parah Pangeran Kalang masih dapat melarikan diri, tetapi tertangkap lagi dan badannya disembret-sembret oleh anak buah Patih Gajah Mada. Tempat tertangkap untuk kedua kalinya ini dinamakan desa Kalangbret.Adipati Kalang masih berusaha lari, tetapi karena sudah merasa lelah diapun bersembunyi di song sungai, dan disinilah dia menemui ajalnya. Tempat tersebut oleh patih Gajah Mada dinamakan Kali Ngesong. Setelah keadaan aman patih Gajah Mada kembali ke Majapahit. Mayat Pangean Kalang yang berada di dalam song lama kelamaan terbawa arus sampai ke timur sampai ke suatu tempat. Mayat (batangbhs. Jawa) tersangkut pada akar pohon yang menjulang ke sungai, sehingga sampai sekarang tempat di mana ditemukannya mayat tersebut dinamakan desa Batangsaren. Tidak lama kemudian mayat tersebut terbawa arus lagi sampai ke sungai Ngrowo. Sedangkan bekas pertapaan Rr. Kembangsore hingga sekarang, menjadi tempat pesadranan.ASAL MULA NAMA TULUNGAGUNGSejarah menyatakan bahwa nama TULUNGAGUNG tidaklah timbul dengan tiba-tiba. Telah banyak musim silih berganti, berikut masa-masa yang dilaluinya, yang semuanya itu meninggalkan kenangan tersendiri di dalam riwayat terjadinya Kota TULUNGAGUNG. Apa yang dapat kita kenangkan dari nama TULUNGAGUNG di dalam riwayat lama, sebenarnya adalah suatu tempat lingkaran yang berpusat di sekitar alun-alun termasuk desa Kauman dan Kampungdalem.Tulungagung berasal dari kata TULUNG dan AGUNG. Kata TULUNG mempunyai dua arti : Pertama : TULUNG dalam bahasa Sansekerta artinya SUMBER AIR atau dalam bahasa Jawa dapat dikatakan umbul.Kedua : TULUNG yang berarti pemberian, pertolongan atau bantuan.Adapun AGUNG berarti besar.Jadi lengkapnya TULUNGAGUNG mempunyai arti arti SUMBER AIR BESAR atau PERTOLONGAN BESARMeskipun SUMBER AIR, dan PERTOLONGAN itu berlainan artinya, namun di dalam sejarah Tulungagung keduanya tidak dapat dipisahkan karena mempunyai hubungan erat sekali dalam soal asal mula terbentuknya daerah maupun perkembangannya.Dahulu orang menyebutnya kabupaten Ngrowo, ialah sesuai dengan keadaan daerahnya yang berupa rawa-rawa. Lalu lintas perhubungan dilakukan melalui sungai, terutama lewat sungai yang sekarang masih disebut sungai Ngrowo. Oleh sebab itu tidaklah heran bila letak daerah-daerah yang disebutkan orang-orang dalam sejarah maupun cerita-cerita rakyat kesemuanya tidak jauh dari sungai letaknya. Misalnya : Gledhug, Pacet, Waung, Ketandhan, Tawing, dll.Sebelum dijadikannya kabupaten daerah-daerah tersebut dikuasai oleh para Tumenggung di bawah perlindungan kerajaan Mataram.Di daerah Nrowo banyak terdapat sumber air. Diantara sumber air yang termasuk besar sekarang sudah menjadi alun-alun. Tempat di sekitar alun-alun inilah yang dinamakan Tulunagung yang berarti sumber air yang besar. Dahulu daerah Ngrowo itu tidak seluas sekarang. Semenjak katumenggungan diubah menjadi kabupaten, maka diperluaslah daerahnya. Tulungagung menerima wilayah dari kabupaten di sekitarnya pada abad ke-19. kabupaten Blitar menyumbang daerah Ngunut, Kabupaten Ponorogo menyumbang daerah pegunungan Trenggalek,dan Pacitan memberi daerah Pantai selatan, seperti Prigi, Ngrayun, Panggul, dan Jombok. Dengan demikian pada zaman dahulu Tulungagung meliputi daerah Trenggalek juga. Bantuan daerah tersebut meriupakan bantuan yang sangat besar bagi masyarakat Tulungagung.

Babad PonorogoPada zaman dahulu di daerah jawa timur bagian selatan ,tepatnya didaerah ponorogo(dulu belum diberi nama) tinggalah seorang yang sakti mandra guna dengan nama Ki Surya Alam , dia memiliki serang anak perempuan bernama Niken Gandini,dan diapun juga memiliki sebuah padepokan dengan nama padepokan Suru kubeng.

didalam kehidupannya dia ini dikenal sebagai orang yang baik,dia memiliki dua senjata pamungkas yaitu sebilah keris yang di beri nama Condhong Rawe dan sebilah tombak dengan nama Jabardas yang dijadikannya sebagai sumber utama kekuatannya .Pada saat itu pula raja dari kerajaan majapahit yang bernama Brawijaya memerrintahkan anaknya yang bernama Bathoro Katong untuk menyebarkan agama islam yang dulunya masih beragama Hindu di bagian selatan.Beberepa saat kemudian pengikut dari Bathoro katong semakin banyak ,namun pada saat itu ki surya alam menolak ajakan Bathoro katong untuk masuk islam karena teguh dalam menganut agama hindu,dan akhirnya karena perbedaan pendapat tersebut mereka mulai saling bermusuhan,tapi sebelum permusuhan semakin berlanjut ,Bathoro katong berpura pura menyerah kepada Surya alam dan itupun berhasil ,Surya alam tak merasa curuiga sedikitpun.

setelah lama tinggal bersama dengan Surya alam, bathoro katong telah mengetahui apa kelemahan dari Surya alam yaitu sebilah keris yang dimilikinya,karena Bathoro katong telah lama tinggal dengan Surya alam ,benih benih cinta mulai tumbuh pada NIken gandini ,dan akhirnya mereka berdua menikah ,setelah pesta pernikahan selesai ,ditengah malam Bathoro katong menyuruh niken untuk mengambil keris yang dimiliki oleh ayahnya tersebut

Beberapa saat setelah Niken mengambil keris yang dimilki oleh ayahnya tersebut ,bathoro katong mengatur siasat untuk melakukan penyerangan kepada padepokan suru kubeng.Disaat tengah malam menjelang , pasukan Bathoro katong datang menyerang,dan akhirnya banyak dari pasukan/pegikut Surya alam yang tewas , setelah terpojok Surya Alam memilih kabur menuju kearah timur ,dan disaat pelarianya dia melihat sebuah pohon besar yang berdiri kokoh, dan denga kesaktian yang dimiliki olehnya dia bersembunyi didalamnya namun hal tersebut diketahui oleh pasukan Batkoro katong dan akhirnya Bathoro katong menyuruh pasukannya untuk membakar pohon tersebut dan akhrnya pohon tersebut hangus tak tersisa sekarang tempat itu diberi nama POH GOSONG .

namun dengan kesaktian yang dimiliki olehnya dia bisa melarikan diri menuju ke arah utara dan disaat pelariannya dia melihat pohon poh yang basar dan dengan kesaktianya dia bersebunyi didalamnya tapi tetap ketahuan pasukan Bathoro katong dan ahirnya pohon tersebut ditebang namun setelah di tebang pohon tersebut tidakterdapat siapa siapa dan diketahui Surya Alam telah berlari menuju ke arah selatan dan pada saat itu di sebuah desa terdapat pesta perkawinan dasnakhirnya terlihat menuju ke pesta itu untuk bersembunyi ,akhirnya pasukan Bathro katong mengejarnya ke tempat itu ,saking ramai dan penatnya karena pesta pasukan Bathoro Katong tidak berhasil menangkap Surya Alam ,dan diapun kembali berlari menuju selatan namun sebelum terlalu jauh pasukan Bathoro katong berhasil menjebaknya(memblancang) dari empat sisi ,namun lagi lagi dia berhasil kabur dan dia menuju kearah sebuah gunung, dan dia berlari menuju keatas gunung itu dan saat para pasukan mencarinya, dia sudah tidak di temukan , beberapa hari kemudian dari arah mata air yang ada di gunung tersebut tercium aroma bacin ,para pasukan dan bathoro katong mengira bahwa aroma itu berasa dari bangkai Surya alam .

Beberapa hari kemudian Bathoro atong dengan istrinya dan dibantu oleh pasukannya menebang hutan yang ada di daerah itu untuk membentuk sebuah padepokan yang diberi nama padepokan Ponorogo.

TELAGA NGEBELKetika manusia masih dapat di hitung dengan mengeja nama manusia.Di perkampungan ini telah banyak di huni Manusia, mulai dari manusia berkasta brahmana sampai kasta sudra. Alkisah di lereng bumi wilis, yang di ceritakan oleh kiajar wilis Putro, Pada saat berjalan di atas Gunung menuju kearah selatan, kala itu dapat di di baca dari batinya, di arah barat Gunung ini ada beberapa kelompok manusia dan mendiami turun temurun semenjak Zaman purbakala. Hiduplah diantara keluarga itu, dua keluarga yang punya watak berbeda.Di antara keluarga tersebut ada keluaraga melarat bernama NYI LATUNG yang merasa bising karena kelakuan dari pemangku adat yang kelewat sombong. Merasa punya kuasa dan harta yang melimpah serta selesai berguru joyo kawijanan guno kasantikan, Tinatah mendat jinoro menter, dasar kadang Dewo Batoro, Kemul Lulang Macan, Senden Gunung emas Tinaretes Inten Pepindane.Malam itu Ki Wido merayakan Selesainya berguru, dan dalam istilah jawa di sebut NGRIYANANI LELAKU.

Sejak malam hari sampai siang, berturut turut dalam Tuju hari Tuju Malam Ki Wido merasa menjadi raja kecil di lingkungan itu, mengadakan pesta besar besaran mengundang teman karib dan sahabatnya. Mengadakan kegiatan Pesta besar besaran, mengadakan kegiatan yang berbau maksiat seperti judi, minum, serta kegiatan lainnya yang bersifat angkara murka. Tak ketinggalan di panggilnya beberapa Wanita penghibur sebagai pelengkap Pesta.Duh gusti.. kok kebangeten yoooooooo, wong kok gak nduwe trapsilo. Begitulah keluh Nyi Latung saat itu. Dalam Hidup hanya satu kuasa itulah kata yang terucap dari mulut angin sang pertapa, Satu tekat bulat menyatu dalam hati Nyai latung menyatukan sukma dan jiwa menutup kata mebuka hati mengharapa kuasa hakiki. Bersama itu datanglah angin bercampur Hujan yang menyentakkan atap gubuk membuat mata biasa takkan mungkin dapat melihatnya. Malam semakin pucat tak ada tanda-tanda hujan akan reda. Ini tidak seperti biasanya apalagi ini bulan pertengahan yang seharusnya musim telah berganti. Perlahan tangan wanita tua itu mulai menyilang pertanda pertapa mulai.kemudian pada puncaknya.Angin masih menerobos melalui celah anyaman bambu yang menjadi ciri rumah pedesaan. Kali ini angin masuk lebih kuat kuat menyekat. Petir menggemuruh memekakkan suasana, di luaran basah kuyub oleh lebatnya hujan yang menghujam bumi sekencang gemuruh sangkakala malaikat membuat ranting dan dahan pohon saling bergantian sususl menyusul saling patah jatuh ke bumi, tak ubahnya angin menggendong embun, menghujam hati yang merana.

Tiba tiba saja Seorang manusia Gagah Perkasa berperawakan Tinggi Besar Seraya mengucap dengan lantangnya Memecah Suara gelegar Halilintar, Dengan wajah menengadah ke awan menghitam.Siapa yang berani mengganggu pestaku ini, Keluarlah dan tampakkan ujudmu kalau kamu memang mau mencoba kesaktianku. Apa kamu Belum Tau siapa aku !!!!!!!!!?? Ucap Ki wido.Maka keluarlah Nyi latung dari dalam gubugnya yang dijadikan sekaligus tempat bertapa.Dengan suara penuh wibawa, nyi latung berkata. Maaf tuan saya tidak bermaksud menantang tuan, tapi sekedar mengingatkan bahwa Pesta yang tuan lakukan telah mengganggu keluarga yang di perkampungan ini. Untuk itu tolong di hentikan pesta itu.Latung.. Kamu Ngomong apa? Kenapa kamu mengaturku, Apa kamu tidak tau siapa aku He Latung.Saya tidak akan menghentikan pesta ini, ini rumahku sendiri dan kampung kampungku sendirri. Bila ada yang tidak berkenan silahkan meninggalkan kampung ini. Jawab Ki wido Lantang.Maaf tuan, yang hidup di sini bukan hanya Tuan saja tapi masih banyak orang lain yang butuh ketentraman, ucap Nyi Latung.Kenapa kamu berkata begitu, aku pemangku adat punya kuasa di sini, kalau kamu tidak Suka silahkan kamu meninggalkan kampung ini. Jawab Ki wido.Kalo Begitu Sesuka hatiku aku juga tetap akan memohon pada Yang widi agar bencana ini datang, dan lakukan pestamu sesukamu, dan saya akan meminta sesukaku, sebab aku juga di rumahku sendiri.Ya tidak apa apa kalau kamu memang mau mencoba kesaktianku Nenek jelek. Mari kita coba. Jawab kiwido.Maka masuklah kiwido ke dalam rumahnya dan nyi latung kembali bersemedi kembali.

Bagitu sampai di dalam rumah ki wido langsung masuk ke kamarnya dan mengambil Pusaka sebilah Keris Jambe Jebug.yang mempunyai kekuatan luar biasa. Denagn semanagt kemarahan, Dengan kemurkaannya memerintahkan kepada abdi kinasihnya untuk menyiapkan alat Perlengkapan Semedi, Ki Wido duduk bersila dan mengucap rapal mantra meminta kekuatan gaib Pusaka. Dengan segala kekuatan di upayakan agar Halilintar dan Hujan yang di timbulkan oleh Kekuatan Nyi Latung dapat di singkirkan.Samapai denganTiga hari Tiga Malam Ki Wido bersemedi, tapi Badai dan Hujan Masih Juga Belum Surut, Akhirnya, Kiwido Menghentikan semedinya dan Kemudian Memerintahkan anak Buahnya Untuk Menghentikan Pestanya.Bersamaan berhentinya acara Pesta itu, maka Hujan Badai dan Angin yang menyapu habis Bumi berhenti dan seakan akan seperti di perintahkan.Dengan Dongkolnya Sang Resi mengumbar suara kepada Nyi Latung.Latung, Kalo Memang kamu menantang aku sekarang Juga kamu Keluar dari Rumahmu, Ayo kalo kamu memang menantangku bertarung.

Ketika mendengar suara ki Wido menantang, maka semedi Nyi Latung di tutup dan keluar dari kamar semedi untuk menemui Ki Wido. Dengan santun di sampaikan Pesan.Ki, Apa Gunannya kita bertarung, Hidup damai lebih Indah, Kenapa Kita salingh bermusuhan? Bukankah sebaiknya kita tetap bertetangga seperti kemarin de3ngan damai? Ucap Nyi Latung.Saya Tidak akan mau berdamai denganmu Latung, Aku yang Punya Kuasa di Bumi ini Kenapa kamu sepelekan? Kata Ki Wido.Sya Tidak Menyepelekan KiWido, hanya mengingatkan bahwa apa yang di lakukan ki Wido itu Kurang Pas. Kemudian saya tidak berani mengingatkan secara langsung sebab takut kesaktian ki Wido, Akhirnya saya Memohon Kuasa Yang Widi Untuk mengingatkan Ki Wido. Jadi saya tidak punya kekuatan apap apa juga tidak mempunyai ilmu apa apa. Lebih lebih bila di bandingkan ki Wido Jauh dari Sempurna Ilmu ki Wido, Puji Nyi Latung.Mendengar Ucapan itu Justru Ki Wido Merasa Di Hina, Sebab tiga hari tiga malam menghentikan Badai yang di ciptakan Nyi Latung Tidak berhasil. Maka Marahlah Ki Wido, Latungt Kamu jangan Menghinaku ya, Boleh kamu Menang memainkan aku dengan ilmu Tenungmu, Tapi Belum Tentu Kamu menang bertanding melawanku menggunakan senjata. Damprat ki Wido.Sebenarnya Ilmu yang di gunakan Oleh Nyi Latung iru memohon Kuasa Tuhan Bukan Ilmu Hitam, tapi di kira oleh Ki Wido itu IlmuHitam semacam Teluh atau Santet.Ki, Saya tidak pernah memakei Ilmu Hitam Ki, jadi bagi saya Kuasa Widi itu lebih dari segalanya, untuk itu saya tidak berani melawan Ki Wido, lebih lebih saya Perempuan, jadi mana mungkin akan menang melawan Ki wido. Jawab Nyi Latung merendah.Tidak Mungkin kamu tidak memiliki Ilmu, dari kejadian kemarin menunjukkan kalao kamu punya ilmu tinggi yang minta di tandingi.Ujar Ki Wido.Bener ki Wido, Saya tidak memiliki ilmu apapun.Tidak Pokoknya kamu harus bertanding melawanku, siapa yang menang yang berhak Hidup. Sesumbar ki Wido.Tiba tiba Di tengah ramainya perdebatan antara Ki Wido dengan Nyi Latung, datang Seorang yang berpakaian ajar Bernama Ki Ageng Mqangir tak lain adalah Kakak Seperguruan Ki Widao. Ki Wido, Mengapa harus terjadi perselisihan yang tidak pantas bila di lihat pengikut dan lingkunganmu Sapa Ki Ageng Mangir Pelan tapi berwibawa.Maaf kakang, Saya merasa di ganggu oleh Latung yang membuat Pesta Ariyayanku terbengkalai, jawab Ki Wido penuh Hormat pada ki Mangir.Apa tidak bisa di bicarakan dengan baik baik Ki Wido.Terlebih lagi yang di hadapu ki Wido Perempuan yang menurut aturan mestinya harus di lindungi Ki. jawab Ki WidoMaaf Kakangf, ini Soal harga diri, jadi saya minta kakng bisa memahami hal ini, Jawab Ki Wido.Ketika suasana mulai menegang, Nyi Latung berucap.Ki, Sekarang begini saja, Saya Punya sayembara, kalo Ki Wido Bisa maka aku mengaku kalah dengan ki Wido. Tapi kalo aku yang menang terserah pada Ki wido mau Bagaimana Ucap Nyi Latung pelan.Ya aku terima tantanganmu Ltung, Saya mesti bisa melakuakn Sayembaramu,Kalo saya tidak bisa melakukan Sayembaramu berarti saya yang kalah, sebagai gantinya kekalahan itu saya akan mengakhiri Hidupku dengan Mandi darahku sendiri yang aku keluarkan mempergunakan Pusakaku ini. Sambil Menunjukkan Pusaka Jambe Jebug.Tidak Usah seperti itu Tuan, Cukuplah KiWido bisa menerima saya sebagai tetangganya ki Wido seperti biasanya.kata Nyi LatungTidak, Saya Satriya harus mengucapkan sumpahku sesuai Ucapanku. Jawab Ki Wido ketus.Ya terserahlah Ki kalo itu Memang kehendakmu seperti ituSayembara ini akan saya lakukan di Tengah lapangan sana Besok Pagi, Ujar Nyi Latung. Jangan Lupa persiapkan semuanya Ki, jangan sampai tidak berhasil. Baik, Jawab Ki Wido Tegas.

3. Terjadinya TELAGA NGEBEL

Pagi Itu Udara Cerah Sekali Seakan sirna sudah Bekas Badai yang terjadi di beberapa hari lalu,Di Tanah lapang telah berkumpul penduduk kampung yang memenuhi arena pertandingan, tak ketinggalan para pengikut setia Ki Wido, Dengan Sombongnya Ki Wido Menunggu Kedatangan Nyi Latung. Sambil Menari dan Bersorak.Dengan di Ikuti oleh Keluarganya Nyi Latung datang dari arah barat Lapangan, Kerabat Nyi Latung hanya Ada tiga termasuk Nyi Latung Sendiri.Diantaranya ada Putri Kesayangannya,Nini Wuryandari, Anak angkatnya Laki laki yang biasa di Namai Bocah Bajang, Sebabnya Tinggi badanya tidak lebih dari Lutut Orang Dewasa, Walaupun Umurnya Sudah sewajarnya bila di katakan Dewasa,Pada Pagi itu Bocah bajang di tugasi Nyi latung untuk menjadi petugas sayembara.Karena keberadaan dari bocah bajang inilah kesombongan Ki Wido semakin menjadi jadi. Latung, apa sudah tidak ada lagi manusia selain Bocah Kerdil ini! Ucap KI Wido.Ki Wido, Jangan pernah melihat Orang dari fisiknya Ki Wido, Manusia itu di dalam kodrat sama,manusia jawa Punya pesan yang harus di pegang. Cilik Ra Kurang Bakal Gede Raturah Bakal. Tapi Kemampuan Batin Bocah Bajang Mungkin Tak bisa di lihat dari Mata Biasa, Jangan Pernah menyombongkan Ke besaran Hidup ini Ki Wido. Yang Widi punya kuasa pada Titah alam Dunia dan yang pasti Masing masing Makluk Eyang Widi di dunia ini memiliki Keutamaan masing masing.Sekecil apapun Rumput, dan Setinggi apapun Gunung,Tapi tetep Tinggi Rumputnya ketika Rumput itu ada di atas Gunung Jadi Semua itu hanya karena kebetulan saja Ki Wido Lebih Sempurna Badannya di banding Bocah BajangUjar Nyi Latung Membela Bocah Bajang. Bocah Bajang itu Jelmaan dari Ari ari atau Plasenta Anak Kimangir yang masih berkelana.Ki Wido, Sayembara ini boleh di ikitu Siapaun, Jadi apabila selain Ki Wido ada yang berminat mengikuti sayembara juga di perbolehkan, siapa saja yang bisa mencabut SODO LANANG yang di tancapkan anakku Bocah bajang, maka kamu akan aku beri hadiah anak Perempuanku untuk menjadi istrimu.Ucap Nyi LatungPada Gilirannya, Bocah bajang menancapkan Sodo lanang di tengah tengah Lapangan di antara kerumunan warga. Oada saat Bocah bajang menancapkan Sodo lanang itu, Suara Gemuruh seakan mengguncang isi dunia dan terjadi Gempa yang termat dahsyat. Dengan tenangnya bocah bajang berjalan menepi lapangan dan mempersilahkan Ki wido Maju ke tengah lapangan untuk memenuhi sayembara. Ki Wido mengambil nafas dalam dalam kemudian menghadap kea rah bata, sambil membaca manta , kemudian kedua tangan Ki Wido di silangkan sebagai pertanda menghendaki segala kekuatan yang di miliki di keluarkanDengan mengambil sikap sempurna Ki wido melanjutkan aksi. Dengan tenaga Bolo Sewu Ki Wido mendekati Sodo lanang yang di tancapkan oleh Bocah Bajang., Namun apa yang terjadi di luar kemampuan pemikiran manusia, Seorang Jawara dan di kenal memiliki Ilmu Linuwih tidak bisa mencabutnya. Walaupun segala daya Upaya dan mengeluarkan segala kemampuannya, Kiwido tetap tidak mampu mencabut Sodo Lanang tersebut.Kemudian dari arah Barat, datanglah Kesatriya yang punya perawakan Tinggi semampai, paras yang sangat tampan,masuk ke tengah arena lapanagan di tempat sayembara, Dengan suara tenang menyampaikan permohonan.Nyi Latung, Bolehkah saya mengikuti, Sayembara Nyi Latung? Nama saya Joko Towo Tuntung Kawis. Ucapnya BerbudiKenapa Tidak boleh Ki Sanak, Silahkan kalau Mau mengikuti sayembara ini. Jawab Nyi Latung.Baiklah Nyi Kalau di perbolehkan, Saya Mohon Doa restunya semoga saya bisa memenuhi Sayembara Nyi Latung, Ucap Joko Towo Tuntunf Kawis dengan Sopannya.Sambil mendekat ke sodo lanang Joko Towo tuntung kawis menghampiri Bocah Bajang seraya berkata. Ki, Saya mohon izin untuk mengikuti Sayembara ini dan Mohon Doa restu.Ya Den Mas, Moga berhasil, Jawab Bocah bajang singkat.Bocah bajang adsebenarnya adalah Jelmaan dari Plasenta atau Ari ari Joko Towo Tuntung Kawis sendiri.Maka atas Izin dan Restu Nyi Latung dan Bocah Bajang Joko Towo Tuntung Kawis mengikuti Sayembara tersebut.Mengawali Sayembaranya Joko Towo Menyilangkan Tangan di dada seraya berdoa kepada Yang Widi, Mohon Kuasa kepada penguasa Jagad raya.Kemudian Duduk bersila di samping Sodo lanang yang di tancapkan.Seakan Mimpi di siang hari, Sodo lanang yang di pegang oleh Joko Towo, seakan seperti lepas dari tanah dan seakan meloncat ke tangan Joko Towo sepertinya Sodo lanang mau mengikuti Joko Towo.Maka berhasillah Joko Towo megikuti Sayembara tersebut.Bersamaan dengan di Cabutnya Sodo Lanang dari Tanah Oleh Joko Towo Tuntung Kawis, Orang Orang yang ada di tanah lapang itu secara bersamaan berkata sambil berteriak LO KOK MBEL TANAHNYA Sebab dari Tanah bekas Cabutan itu Basah dan keluar Mbel atau Air yang membasahi Tanah,Kemudian Perlahan lahan Air itu berkembang dan Melebar.Maka jadilah TELAGA NGEBEL yang berasal dari kata MBEL.Dari Sodo lanang yang di Cabut Joko Towo Tuntung Kawis, Pada saat di lemparkan ke tanah Tiba tiba berubah menjadi Hewan Raksasa berupa Ular.Oleh Joko Towo Tuntung Kawis, Ular tersebut di beri nama JOKO BARU, dan biasanya Orang Menyebutnya BARU KLINTINGMelihat hal itu, Ki Wido yang merasa kalah dan tak mampu memenuhi sayembara Nyi Latung maka dari pada menanggung malu, Kiwido mengambil Pusakanya dan menancapkan ke tubuhnya. Sesuai dengan Semboyannya dari pada kalah dengan Nyi Latung, Lebih Baik bermandi darah dari Pusakannya Sendiri.Setelah dapat memnangkan Sayembara ini Joko Towo Tuntung Kawis merasa Senang, maka di ajaklah Para pengikutnya, tak ketinggalan Hadiah yang baru saja ia terima untuk mengadakan Kirap keliling Telaga. Setelah Menganiaya dirinya sendiri ki Wido Lari kea rah selatan, pada saat istirahat di bawah Pohon. Ki Wido mengeluarkan Keringat yang berlebihan , Karena peristiwa itu Muncullah Sumber air yang berasa Kecut. Setelah merasa agak Mendingan dari rasa Sakitnya, Ki wido melanjutkan perjalanan ke timur, Tapi karena merasa tidak kuat Haus Ki Wido mengambil air untuk minum dan mengambil air untuk membasusuh Tubuhnya. Pada saat di Sini, Tubuh KI Wido mengeluarkan Aroma Amis dan Bau Tak sedap.Namun Kejadian Luar Biasa terjadi di sisni, Air yang di pergunakan Ki Wido Membasuh Lukanya berbau Amis Sampai sekarang.Kemudian Peristiwa tersebut Nyi Latung Mandi di Sumber air Sambil minum dan karena Gembiranaya dalam hati, dan membayangkan Segar manisnya air yang di Pancuran itu. Maka terjadilah sumber air Bereasa manis sampai sekerang. Maka Oleh Nyi latung Sumber itu di namakan Sumber Manis. Yang Airnya sampai sekarang masih manisRumah yang di diami oleh Ki wido Oleh Ki Ageng Mangir di beri nama GONDO WIDO, dan sekarang menjadi Desa perkampungan Penduduk yang terletak di sebelah Timur Telaga.

4. Kibar Baru Klinting

Pagi itu Suasana Cerah dengan katika Sinar matahari sepenggalah, Banyak orang yang mulai datang menyambut pagelaran Kesenian Baru Klinting yang menjadi Kebudayaan asli dari Masyarakat di sekitar lereng Wilis.Gemuruh Suara gamelan yang di tabuh bertalu talu menandakan Pagelaran Seni Baru Klinting akan segera di mulai, Suara tambur menggema pertanda mengundang Para Jawara Perguruan Silat untuk datang ikut bertanding.Di antara kerumunan itu berdiri seorang jawara silat pagelaran tahun kemarin yang akan mempertahankan tahta Ketua Padepokan Baru Klinting melawan jawara jawara baru yang akan menantangnya.Para Jawara silat mulai datang ke tempat acara itu seminggu sebelum acara di mulai. Acara pertunjukan Baru klinting biasanya di adakan tiap tanggal 1 Suro atau tanggal 1 Penanggalan Jawa. Jadi setiap pertunjukan Baru Klinting Para jawara di sekitar Gunung Wilis tidak perlu bertanya lagi kapan acara itu diadakan. Maklumlah acara itu merupakan sarana Mencoba ilmu yang di miliki para Pendekar Muda utamanya yang baru menyelesaikan acara bergurunya Sebagai Simbul bahwa pemegang Pemenang Tahun Kemarin adalah memegang Gendir atau Pecut. Kemudian yang di gambarkan menjadi Dadong Awook.Pada pagelaran ini, adalah pengikut setia atau kala itu Batur atau Abdi kinasih Joko Towo Tuntung kawis.Bocah bajang atau Dadung awu ini, sebenarnya berasal dari Batur bayi atau Ari ari Joko towo Tuntung kawis, yang menjelma menjadi manusia.Dadong awuk membunyikan Pecutnya sebagai sebagai pertanda pertandingan akan di mulai. Dadong Awok berjoged mengelilingi lapangan dan sambil membunyikan pecutnya di samping menandakan memulai acara ini, juga di gunakan untuk mencarikan tempat bagi calon jawara yang akan bertanding.Diringi Tabuhan gamelan dan di lengkapi Bunyi Tambur, Dadong awok membuat lingkaran. Dengan langkah gagah para jawara dari antar perguruan memasuki lapangan dan masuk ke dalam lingkaran yang di buat kan Dadung Awuk itu.Dengan lagak sebagai Jagoan, Para Jawara yang di gambarkan dengan Perawakan Raksasa, Bekelana sambil berjoged mengelilingi arena.Cerita ini mengingatkan kejadianya telaga ngebel.Telaga Ngebel terjadi karena pertarungan antara ki Wido dengan Nyi Latung yang terjadi di Lereng Wilis,Cerita ini terjadi Setelah Ki Wido Selesai berguru dan berusaha mencari lawan tanding untuk mencoba ilmu yang di perolehnya dari Padepokan tempat dia berguru..Maka tak ayalah kalau hari itu para jawara Persilatan pada datang untuk mencoba ilmunya melawan para Jawara dari perguruan lain. Tak mau ketinggalan Pasukan dari Nyi Latung di Pimpin Joko Towo yang menjadi pemenang Sayembara membawa Pasukan. Dalam hai ini di gambarkan dengan keberadaan Hewan sebagai simbul pengikut Nyilatung dan Joko Towo, dengan di iringi langkahnya oleh keberadaan Bocah bajang. Nini WOERYANDARI tak ketinggalan ikut berada di tengah pasukan Joko Towo dan di iringi oleh Emban kesayangan dan bebrapa abdi kinasih Nini Woeryandari.Hal ini mengingatkan kita pada saat Bocah Bajang di perintahkan oleh Nyi Latung Untuk Menggelar Sayembara.Pada saat Gelar seni ini di peragakan, maka di awali oleh permainan Nini Woeryandari bersama Emban Kinasih saling Bersenda Gurau dan bernyanyi tak Ketinggalan saling Menari.Namun tiba tiba datanglah Raksasa yang masuk ke tengah arena permainan Nini Woeryandari bersama embannya yang sedang asik bermain. Kemudian para Raksasa ituMenggoda Nini Woeryandari, Merasa ada yang mengganggu, Bocah Bajang berteriak meminta bantuan pertolongan memanggil kawan kawannya untuk mempertahankan Nini Woeryandari. Tapi karena Raksasa ini punya kekuatan linuwih maka para teman teman Bocah Bajang kalah walau tak sampei mati.Di waktu susana genting ini, datanglah JOKO TOWO TUNTUNG KAWIS YANG DI KAWAL OLEH BARU KLINTING yang merupakan Naga Raksasa Terjadilah pertempuran Dahsyat yang akhirnya di menangkan Joko Towo Tuntung Kawis yang memiliki Piaraan Baru Klinting.

Sebagai Rasa Sukurnya Kepada Yang Widi, Joko Towo Tuntung Kawis Mengajak Pengikutnya berkeliling telaga mengadakan Kirap ang Akhirnya menjadi Laku Ratri dengan Upacara Sewu obor malam satu suro. Kesenian Baru Klinting Pernah Menjadi Ciri Legenda Mulai Zaman Dulu Kala. Cerita Rakyat Turun Temurun yang menjadi latar belakang Terjadinya TELAGA Di Lereng Gununng Wilis terletak di Kecamatan Ngebel Kab.Ponorogo Jawa Timur.Ciri ciri Kesenian ini adalah :1. Gamelan mempergunakan Tambur atau dalam waktu itu di sebut Jedor.2. Tarian Kesenian ini Punya cirri kas Gerakan Pencak silat atau gerakan Beladiri3. Kesenian Baru Klinting Berupa Naga Raksasa4. KelompokPelaku seni terdiri dari dua kelompok yang menggambarkan keangkara murkaan melawan kebaikanSetiap Pertunjukan Baru Klinting pasti Mendatangkan jawara Beladiri dari berbagai Penjuru. Hal inilah yang menyebabkan kesenian ini di larang Belanda sebagai Penjajah di Bumi Nusantara.Sebab Belanda takut dengan berkumpulnya para Jawara Beladiri dapat menyusun Kekuatan untuk melawan Penjajahan.

Kesenian Baru Klinting Pernah Menjadi Ciri Legenda Mulai Zaman Dulu Kala. Cerita Rakyat Turun Temurun yang menjadi latar belakang Terjadinya TELAGA Di Lereng Gununng Wilis terletak di Kecamatan Ngebel Kab.Ponorogo Jawa Timur.Ciri Dasar dari Kesenian ini adalah 1. Gamelan mempergunakan Tambur atau di sebut Jedor.2. Tarian Kesenian ini Punya cirri kas Gerakan Pencak silat atau gerakan Beladiri3. Kesenian Baru Klinting Berupa Naga Raksasa4. Kelompok Pelaku seni terdiri dari dua kelompok yang menggambarkan keangkara murkaan melawan kebaikanMendatangkan jawara Beladiri. Adalah penyebab di larangnya pertunjukan ini oleh pemerintahan pejajah Belanda.

Asal Usul Telaga SaranganKyai Pasir dan Nyai Pasir adalah pasangan suami isteri yang hidup di hutan gunung Lawu. Mereka berteduh di sebuah rumah (pondok) di hutan lereng gunung Lawu sebelah timur. Pondok itu dibuat dari kayu hutan dan beratapkan dedaunan. Dengan pondok yang sangat sederhana ini keduanya sudah merasa sangat aman dan tidak takut akan bahaya yang menimpanya, seperti gangguan binatang buas dan sebagainya. Lebih-lebih mereka telah lama hidup di hutan tersebut sehingga paham terhadap situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat mengatasi segala gangguan yang mungkin akan menimpa dirinya.

Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir ke hutan dengan maksud bertanam sesuatu di ladangnya, sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena ladang yang akan ditanami banyak pohon-phon besar, Kyai Pasir terlebih dahulu menebang beberapa pohon besar itu satu demi satu.

Tiba-tiba Kyai Pasir terkejut karena mengetahui sebutir telur ayam terletak di bawah salah sebuah pohon yang hendak ditebangnya. Diamat-amatinya telur itu sejenak sambil bertanya di dalam hatinya, telur apa gerangan yang ditemukan itu. Padahal di sekitarnya tidak tampak binatang unggas seekorpun yang biasa bertelur. Tidak berpikir panjang lagi, Kyai Pasir segera pulang membwa telur itu dan diberikan kepada isterinya.

Kyai Pasir menceritakan ke Nyai Pasir awal pertamanya menemukan telur itu, sampai dia bawa pulang.

Akhirnya kedua suami isteri itu sepakat telur temuan itu direbus. Setelah masak, separo telur masak tadi oleh Nyai Pasir diberikan ke suaminya. Dimakannya telur itu oleh Kyai Pasir dengan lahapnya. Kemudian Kemudian Kyai Pasir berangkat lagi keladang untuk meneruskan pekerjaan menebang pohon dan bertanam.

Dalam perjalanan kembali ke ladang, Kyai Pasir masih merasakan nikmat telur yang baru saja dimakannya. Namun setelah tiba di ladang, badannya terasa panas, kaku serta sakit sekali. Mata berkunang-kunang, keringat dingin keluar membasahi seluruh tubuhnya. Derita ini datangnya secara tiba-tiba, sehingga Kyai Pasir tidak mampu menahan sakit itu dan akhirnya rebah ke tanah. Mereka sangat kebingungan sebab sekujur badannya kaku dan sakit bukan kepalang. Dalam keadaan yang sangat kritis ini Kyai Pasir berguling-guling di tanah, berguling kesana kemari dengan dahsyatnya. Gaib menimpa Kyai Pasir. Tiba-tiba badanya berubah wujud menjadi ular naga yang besar, bersungut, berjampang sangat menakutkan. Ular Naga itu berguling kesana kemari tanpa henti-hentinya.

Alkisah, Nyai Pasir yang tinggal di rumah dan juga makan separo dari telur yang direbus tadi, dengan tiba-tiba mengalami nasib sama sebagaimana yang dialami Kyai Pasir. Sekujur badannya menjadi sakit, kaku dan panas bukan main. Nyai Pasir menjadi kebingungan, lari kesana kemari, tidak karuan apa yang dilakukan.

Karena derita yang disandang ini akhirnya Nyai Pasir lari ke ladang bermaksud menemui suaminya untuk minta pertolongan. Tetapi apa yang dijuumpai. Bukannya Kyai Pasir, melainkan seekor ular naga yang besar sekali dan menakutkan. Melihat ular naga yang besar itu Nyai Pasir terkejut dan takut bukan kepalang. Tetapi karena sakit yang disandangnya semakin parah, Nyai Pasir tidak mampu lagi bertahan dan rebahlah ke tanah. Nyai Pasir mangalami nasib gaib yang sama seperti yang dialami suaminya. Demikian ia rebah ke tanah, badannya berubah wujud menjadi seekor ular naga yang besar, bersungut, berjampang, giginya panjang dan runcing sangat mengerikan. Kedua naga itu akhirnya berguling-guling kesana kemari, bergeliat-geliat di tanah ladang itu, menyebabkan tanah tempat kedua naga berguling-guling itu menjadi berserakan dan bercekung-cekung seperti dikeduk-keduk. Cekungan itu makin lama makin luas dan dalam, sementara kedua naga besar itu juga semakin dahsyat pula berguling-guling dan tiba-tiba dari dalam cekungan tanah yang dalam serta luas itu menyembur air yang besar memancar kemana-mana. Dalam waktu sekejap saja, cekungan itu sudah penuh dengan air dan ladang Kyai Pasir berubah wujud mejadi kolam besar yang disebut Telaga. Telaga ini oleh masyarakat setempat terdahulu dinamakan Telaga Pasir, karena telaga ini terwujud disebabakan oleh ulah Kyai Pasir dan Nyai Pasir.

Asal Mula Reog Ponorogo - Jawa Timur

Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri seorang raja yang terkenal di Kediri. Karena wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lemah lembut banyak para pangeran dan raja-raja yang ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri.

Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat untuk berumah tangga. Sehingga membuat pusing kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan hadirnya seorang cucu. Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamarmu? tanya Raja pada suatu hari.

Ayahanda sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat, calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.

Lalu apa keinginanmu itu?

Hamba belum tahu

Lho? Kok aneh? sahut Baginda.

Hamba akan bersemedi minta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba.

Demikianlah, tiga hari tiga malam Dewi Sanggalangit bersemedi. Pada hari keempat ia menghadap ayahandanya.

Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan dijadikan iringan pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.

Wah berat sekali syaratmu itu! sahut Baginda.

Meski berat syaratnya itu tetap diumumkan kepada segenap khalayak ramai. Siapa saja boleh mengikuti sayembara itu. Tidak peduli para pangeran, putera bangsawan atau rakyat jelata.

Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu untuk memperistri Dewi Sanggalangit jadi ciut nyalinya. Banyak dari mereka yang mengundurkan diri karena merasa tak sanggup memenuhi permintaan sang Dewi.

Akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin.

Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu. Sebab Raja Singabarong adalah manusia yang aneh. Ia seorang manusia yang berkepala harimau. Wataknya buas dan kejam. Sedang Kelanaswandana adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya kebiasaan aneh, suka pada anak laki-laki. Anak laki-laki itu dianggapnya sebagai gadis-gadis cantik.

Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkan.

Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya memerintah dengan bengis dan kejam. Semua kehendaknya harus dituruti. Siapa saja dari rakyatnya yang membangkang tentunya akan dibunuh. Raja Singabarong bertubuh tinggi besar. Dari bagian leher ke atas berwujud harimau yang mengerikan. Berbulu lebat dan penuh dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memelihara seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.

Ia sudah mempunyai selir yang jumlahnya banyak sekali. Namun belum mempunyai permaisuri. Menurutnya sampai detik ini belum ada wanita yang pantas menjadi permaisurinya, kecuali Dewi Sanggalangit dari Kediri. Karena itu ia sangat berharap dapat memenuhi syarat yang diajukan oleh Dewi Sanggalangit.

Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para abdinya untuk mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan para seniman dan seniwatinya menciptakan tontonan yang menarik, dan mendapatkan seekor binatang berkepala dua. Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi baru belum tercipta, demikian pula binatang berkepala dua belum didapatkannya.

Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Iderkala.

Hai Patih coba kamu selidiki sampai bagaimana si Kelanaswandana mempersiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Kita jangan sampai kalah cepat oleh Kelanaswandana.

Patih Iderkala dengan beberapa prajurit pilihan segera berangkat menuju kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang. Mereka menyelidiki berbagai upaya yang dilakukan oleh Raja Kelanaswandana. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama selama lima hari mereka kembali ke Lodaya.

Ampun Baginda. Kiranya si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hamba lihat lebih dari seratus ekor kuda kembar telah dikumpulkan. Mereka juga telah menyiapkan tontonan yang menarik, yang sangat menakjubkan. Patih Iderkala melaporkan.

Wah celaka! Kalau begitu sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit sebagai istrinya. kata Raja Singabarong. Lalu bagaimana dengan binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan?

Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan. Tapi nampaknya sebentar lagi mereka dapat menemukannya. sambung Patih Iderkala.

Raja Singabarong menjadi gusar sekali. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan berkata keras.

Patih Iderkala! Mulai hari ini siapkan prajurit pilihan dengan senjata yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah menyerbu ke Bandarangin.

Demikianlah, Raja Singabarong bermaksud merebut hasil usaha keras Raja Kelanaswandana. Setelah mengadakan persiapan yang matang, Raja Singabarong memerintahkan prajurit mata-mata untuk menyelidiki perjalanan yang akan ditempuh Raja Kelanaswandana dari Wengker menuju Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka di perjalanan dan merampas hasil usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri kepada Dewi Sanggalangit.

Raja Kelanaswandana yang memerintah kerajaan Wengker berwajah tampan dan bertubuh gagah. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Namun ada wataknya yang tidak baik, ia suka mencumbui anak laki-laki. Ia menganggap anak laki-laki yang berwajah tampan dan bertubuh molek itu seperti gadis-gadis remaja. Hal ini sangat mencemaskan pejabat kerajaan dan para pendeta. Menimbulkan kesedihan bagi para rakyat yang harus kehilangan anak laki-lakinya sebagai pemuas nafsu Raja.

Patih Pujanggeleng dan pendeta istana sudah berusaha menasehati Raja agar meninggalkan kebiasaan buruknya itu namun saran mereka tiada gunanya. Raja tetap saja mengumpulkan puluhan anak laki-laki yang berwajah tampan.

Pada suatu hari Raja Kelanaswandana memanggil semua pejabat kerajaan dan para pendeta. Ia berkata bahwa ia akan menghentikan kebiasaannya jika dapat memperistri Dewi Sanggalangit dari Kediri. Sebab semalam ia mimpi bertemu dengan gadis cantik jelita itu dalam tidur. Menurut para Dewa gadis itulah yang akan menghentikan kebiasaan buruknya mencumbui anak laki-laki.

Seluruh pejabat dan pendeta menyetujui kehendak Raja yang ingin memperistri Dewi Sanggalangit. Maka ketika mereka mendengar persyaratan yang diajukan Dewi Sanggalagit, mereka tiada gentar, seluruh kawula kerajaan, baik para pejabat, seniman, rakyat biasa rela bekerja keras guna memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit.

Karena mendapat dukungan seluruh rakyatnya maka dalam tempo yang tidak begitu lama Raja Kelanaswandana dapat menyiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hanya binatang berkepala dua yang belum didapatnya. Patih Pujanggeleng yang bekerja mati-matian mencarikan binatang itu akhirnya angkat tangan, menyatakan ketidaksanggupannya kepada Raja.

Tidak mengapa! kata Raja Kelanaswandana. Soal binatang berkepala dua itu aku sendiri yang akan mencarinya. Sekarang tingkatkan kewaspadaan, aku mencium gelagat kurang baik dari kerajaan tetangga.

Maksud Baginda? tanya Patih Pujanggeleng penasaran.

Coba kau menyamar jadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar dan keramaian lainnya.

Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujanggeleng mengerti maksud Raja. Ternyata ada penyusup dari kerajaan Lodaya. Mereka adalah para prajurit pilihan yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih Pujanggeleng yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya dapat mengorek keterangan secara halus apa maksud prajurit Lodoya itu datang ke Bandarangin.

Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan keterangan yang diperlukan. Ia bermaksud kembali ke Lodoya. Namun sebelum melewati perbatasan, anak buah Patih Pujanggeleng sudah mengepungnya, karena prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin membunuhnya.

Patih Pujanggeleng menghadap Raja Kelanaswandana.

Apa yang kau dapatkan? tanya Raja Kelanaswandana.

Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang usaha Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Singabarong hendak merampas usaha Baginda dalam perjalanan menuju Kediri.

Kurang ajar! sahut Raja Kelanaswandana. Jadi Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara kita.

Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata-mata yang dikirim ke Bandarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan. Sementara dia sendiri segera pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.

Hai burung merak! Cepat patukilah kutu-kutu di kepalaku! teriak Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal.

Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong.

Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, bagaikan buaian sehingga Raja Singabarong terlena dan akhirnya tertidur. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit bahwa jika ia sedang berada di tamansari siapapun tidak boleh menemui dan mengganggunya, jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan dihukum mati.

Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan Patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah binasa lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin.

Ketika peperangan itu sudah merembet ke dalam istana dekat tamansari barulah Raja Singabarong terbangun karena mendengan suara ribut-ribut. Sementara si burung mereka masih terus bertengger mematuki kutu-kutu dikepalanya, jika dilihat sepintas dari depan Raja Singabarong seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.

Hai mengapa kalian ribut-ribut? teriak Raja Singabarong.

Tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak lain adalah Raja Kelanaswandana. Raja Bandarangin itu tahu-tahu sudah berada di hadapan Raja Singabarong.

Raja Singabarong terkejut sekali. Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari?

Jangan pura-pura bodoh! sahut Raja Kelanaswandana. Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!

Hem, jadi kau sudah tahu! sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.

Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu! berkata demikian Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan ke bagian kepala Raja Singabarong. Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya sehingga Raja Singabarong berkepala dua.

Raja Singabarong marah bukan kepalang, ia mencabut kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana. Namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk saktinya bernama Samandiman. Cambuk itu dapat mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.

Jhedhaaar! begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja Singabarong terpental, menggelepar-gelepar di atas tanah. Seketika tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu kepala harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.

Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.

Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana?

Ayahanda apakah Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan hamba?

Tentu saja, dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan. Masalahnya sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja Kelanaswandana?

Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya. Siapa tahu kehadiran hamba disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu. tutur Dewi Sanggalangit.

Demikianlah, pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.

Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo.