BAB VII Studi Kasus

download BAB VII Studi Kasus

of 6

description

studi kasus sisco

Transcript of BAB VII Studi Kasus

BAB VIISTUDI TATAGUNA LAHAN DITINJAU DARI POTENSI IRIGASI WADUK WADASLINTANGVII.1. Latar BelakangPada umumnya tujuan dari dibangunnya suatu waduk atau bendungan adalah untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air di saat kelebihan, yang biasanya terjadi di saat musim penghujan. Air yang datang melimpah pada musim penghujan tersebut, ditampung dan disimpan serta dipergunakan secara tepat guna sepanjang tahun. Diharapkan pula banjir dapat dicegah serta kekurangan air pada saat musim kemarau tiba dapat diatasi.Negara agraris seperti Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian bertani, waduk memegang peranan yang sangat vital sebagai pengatur ketersediaan air untuk pertanian. Waduk tidak hanya sebagai penyedia air bagi kepentingan irigasi saja, namun waduk juga berperan sebagai pembangkit listrik dalam hal ini pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang menyuplai energi listrik, baik energi listrik bagi rumah tangga maupun listrik bagi industri. Peran waduk sebagai penyuplai air baku bagi rumah tangga maupun industri juga tidak dapat dikesampingkan. Waduk sebagai sarana perikanan dan obyek pariwisata juga dapat menghasilkan pemasukan yang cukup berarti bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi waduk sebagai alat pengendali banjirpun harus diperhitungkan.Walaupun dalam kondisi tertentu tidak dapat dipungkiri bahwa waduk dapat menjadi pemicu terjadinya musibah. Namun hal ini tidak bisa dibandingkan dengan fungsi waduk yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pencerahan ekonomi masyarakat dan sektor industri. Dapat dikatakan jika waduk memegang peranan yang sangat penting dan erat dengan kehidupan keseharian manusia. Apabila fungsi waduk tidak dapat diterapkan secara tepat oleh manusia maka dampak yang ditimbulkan secara langsung akan dapat dirasakan oleh manusia. Karena itu, manusia harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan dan ketersediaan air yang diberikan oleh alam dengan kata lain manusia harus mampu mengelola sumberdaya air yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Demikian pula halnya dalam pemeliharaan waduk, yang tidak hanya menjadi tanggungjawab orang per orang, intansi maupun pemerintah saja tapi juga seluruh masyarakat harus turut berperan serta.Maka dari itu perlu dilakukan evaluasi tatagunalahan serta evaluasi terhadap kinerja pengoperasian waduk sehingga diperoleh unjuk kerja yang tinggi agar pengelolaan air secara optimal dapat tercapai. Dengan tercapainya kinerja waduk secara optimal diharapkan waduk dapat memenuhi berbagai kebutuhan air sesuai dengan peruntukannya dan target yang diharapkan. Kinerja dan pemanfaatan waduk akan menjadi optimal jika sistem pola pengoperasian waduk yang digunakan tepat.

VII.2. Maksud dan TujuanMaksud dari studi tataguna lahan ditinjau dari potensi irigasi Waduk Wadaslintang ini adalah sebagai bahan penelitian (studi khusus) bagi penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir Tipe I pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta.Studi tataguna lahan ditinjau dari potensi irigasi Waduk Wadaslintang ini bertujuan untuk mengetahui potensi irigasi Waduk Wadaslintang untuk tataguna lahan ataupun pengembangan wilayah daerah sekitar penelitian.

VII.3. Perumusan Masalah

Dalam suatu perencanaan dan pengembangan wilayah yang tertata baik akan meliputi banyak aspek-aspek yang berhubungan dengan ilmu geologi. Aspek ilmu geologi dijadikan sebagai data dasar, untuk daerah Kalijering dan sekitarnya akan ditentukan dengan 6 data dasar, yaitu: bentang alam, batuan, airtanah, kestabilan lereng, bencana alam, dan penggunaan lahan.

Batuan dan bentuk lahan digunakan sebagai kerangka utama dalam suatu klasifikasi pengembangan wilayah, untuk perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah.

VII.3. Dasar TeoriVII.3.1. Tataguna lahan

Tataguna lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dan lain-lain. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.Tataguna lahan berupa:

a. Kawasan permukiman

Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan yang disertai prasana dan sarana, serta infrastrukutur yang memadai. Kawasan permukiman ini secara sosial mempunyai norma dalam bermasyarakat. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).b. Kawasan perumahanKawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-bangunan perumahan dalam suatu wilayah, tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).c. Kawasan perkebunan

Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis tanaman yang bisa menghasilkan materi dalam bentuk uang. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).d. Kawasan pertanian

Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu tanaman saja. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).e. Kawasan ruang terbuka hijau

Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya ditanami oleh tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit. Namun dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 15-25% (agak curam).f. Kawasan perdagangan

Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya bangunan pertokoan yang menjual berbagai macam barang. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-8% (datar)

g. Kawasan industri

Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (hingga landai).h. Kawasan perairanKawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktivitas perairan, seperti budidaya ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi wilayah dan sekitarnya.i. Kawasan pertambangan

Kawasan pertambangan adalah suatu kawasan yang terletak pada zona layak tambang dan di dalamnya terdapat sebaran bahan galian unggulan. Kawasan ini telah dipersiapkan secara terintegrasi bagi pemanfaatan bahan galian unggulan yang tidak saja mencakup kegiatan eksplorasi rinci dan penambangan, tetapi juga dapat mendorong pembangunan fasilitas pengolahan atau pemurnian untuk meningkatkan nilai tambah hasil tambang. Persiapan secara terintegrasi mencakup persiapan infrastruktur fisik (seperti jaringan jalan, listrik, telekomunikasi) maupun non fisik (seperti peraturan, perizinan) sehingga menjadi daya tarik bagi investor bidang pertambangan dan pengolahan maupun bidang jasa pertambangan.VII.3.2. Waduk Wadaslintang

Waduk Wadaslintang merupakan salah satu dari beberapa waduk yang telah dibangun di Propinsi Jawa Tengah. Waduk Wadaslintang ini selesai dibangun pada tahun 1986 yang berfungsi untuk menampung debit inflow dari Sungai Bedegolan dan difungsikan sebagai waduk serbaguna (multipurpose dam), yaitu waduk yang mampu berfungsi sebagai pemasok kebutuhan air irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Daerah Irigasi Wadaslintang mencakup areal seluas kurang lebih 32.064 ha dan mampu menghasilkan daya listrik sampai dengan 16,8 MW.

Namun seiring dengan bertambahnya waktu, banyak waduk di Indonesia yang mengalami penurunan fungsi dan kinerjanya. Demikian pula halnya dengan Waduk Wadaslintang, keandalan serta efektifitas kinerjanya yang semakin menurun diakibatkan antara lain oleh pendangkalan akibat tingginya laju sedimentasi dan penurunan debit inflow dari Sungai Bedegolan.

VII.4. Batasan Masalah

Dalam penulisan ini penulis hanya membahas study tataguna lahan ditinjau dari potensi irigasi Waduk Wadaslintang.