BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal...

64
222 BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN ANAK DISLEKSIA 7.1 Pengantar Dalam Bab VII ini dibahas beberapa unsur yang saling berkaitan dalam struktur fungsi gramatikal dan dibagi ke dalam empat subbab. Keempat subbab tersebut, yakni (7.1) Pengantar, (7.2) Pengertian dan Klasifikasi Fungsi Gramatikal, (7.3) Fungsi Argumen dan Non-argumen dalam Tuturan AD, (7.4) Representasi Struktur Fungsional dan Korespondensinya dengan Struktur Konstituen Kalimat Bahasa Indonesia dalam Tuturan AD menurut TLF, dan (7.5) Temuan Penelitian. 7.2 Pengertian dan Klasifikasi Fungsi Gramatikal Istilah fungsi dalam disertasi ini merujuk pada pengertian fungsi gramatikalyang ada dalam TLF. Dalam pandangan TLF, istilah fungsi gramatikal meliputi fungsi SUBJ, OBJ, OBL, KOMP, dan ADJ yang merupakan fungsi sintaksis dan merupakan bagian dari struktur fungsi gramatikal yang bersifat universal (Bresnan, 2001:96). Menurut Dalrymple (2001:11), fungsi gramatikal dapat dibedakan ke dalam fungsi argumen (argument function) dan fungsi non-argumen (non- argument function). Fungsi argumen adalah fungsi gramatikal yang keberadaannya ditentukan oleh predikat. Oleh karena itu, fungsi argumen disebut pula sebagai fungsi gramatikal yang dapat dikendalikan (governable grammatical

Transcript of BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal...

Page 1: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

222

BAB VII

STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL

DALAM TUTURAN ANAK DISLEKSIA

7.1 Pengantar

Dalam Bab VII ini dibahas beberapa unsur yang saling berkaitan dalam

struktur fungsi gramatikal dan dibagi ke dalam empat subbab. Keempat subbab

tersebut, yakni (7.1) Pengantar, (7.2) Pengertian dan Klasifikasi Fungsi

Gramatikal, (7.3) Fungsi Argumen dan Non-argumen dalam Tuturan AD, (7.4)

Representasi Struktur Fungsional dan Korespondensinya dengan Struktur

Konstituen Kalimat Bahasa Indonesia dalam Tuturan AD menurut TLF, dan (7.5)

Temuan Penelitian.

7.2 Pengertian dan Klasifikasi Fungsi Gramatikal

Istilah fungsi dalam disertasi ini merujuk pada pengertian ‗fungsi

gramatikal‘ yang ada dalam TLF. Dalam pandangan TLF, istilah fungsi

gramatikal meliputi fungsi SUBJ, OBJ, OBL, KOMP, dan ADJ yang merupakan

fungsi sintaksis dan merupakan bagian dari struktur fungsi gramatikal yang

bersifat universal (Bresnan, 2001:96).

Menurut Dalrymple (2001:11), fungsi gramatikal dapat dibedakan ke

dalam fungsi argumen (argument function) dan fungsi non-argumen (non-

argument function). Fungsi argumen adalah fungsi gramatikal yang

keberadaannya ditentukan oleh predikat. Oleh karena itu, fungsi argumen disebut

pula sebagai fungsi gramatikal yang dapat dikendalikan (governable grammatical

Page 2: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

223

functions). Fungsi argumen ini meliputi SUBJ, OBJ, KOMP, Komplemen

Terbuka (X-KOMP), OBJᴓ, dan OBLᴓ. Sebaliknya, fungsi non-argumen adalah

fungsi gramatikal yang keberadaannya tidak ditentukan oleh predikat. Oleh karena

itu, fungsi non-argumen disebut pula sebagai pewatas (modifier). Fungsi non-

argumen ini meliputi ADJ dan X-ADJ.

Lebih lanjut, Dalrymple (2001:13) mengklasifikasikan lagi fungsi

argumen menjadi dua, yakni argumen inti dan argumen non-inti. Argumen inti

meliputi fungsi SUBJ, OBJ, dan OBJᴓ, sedangkan argumen non-inti meliputi

OBLᴓ, KOMP, dan X-KOMP.

7.3 Fungsi Argumen dan Non-argumen dalam Tuturan Anak Desleksia

Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab 7.2 bahwa fungsi gramatikal

diklasifikasikan ke dalam fungsi argumen yang meliputi SUBJ, OBJ, OBJɵ,

KOMP, X-KOM, OBL, dan fungsi non-argumen yang meliputi ADJ dan X-ADJ.

Dari masing-masing jenis fungsi gramatikal tersebut, tidak semuanya muncul

dalam tuturan AD. Fungsi gramatikal yang paling sering muncul dalam kalimat

yang dituturkan oleh AD adalah SUBJ dan OBJ, kemudian disusul oleh KOMP

dan ADJ. Adapun OBJɵ tidak pernah muncul dalam struktur kalimat yang

berterima pada tuturan AD. Masing-masing fungsi gramatikal tersebut akan

diuraikan lebih lanjut dalam subbab berikut.

Page 3: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

224

7.3.1 Subjek

Fungsi SUBJ merupakan salah satu argumen inti selain OBJ. Fungsi SUBJ

memiliki peran yang cukup penting dalam struktur kalimat. Keberadaan SUBJ

dalam kalimat sering dipakai sebagai penanda kesempurnaan kalimat. Kalimat

dinyatakan sempurna apabila fungsi subjek dan predikat terdapat di dalamnya

(Palmer, 1994:2).

Untuk membuktikan keberadaan sebuah konstituen apakah menduduki

fungsi SUBJ atau fungsi yang lain dalam kalimat dapat ditentukan dengan alat uji

sintaksis. Alat uji tersebut, antara lain, berupa tata urut kanonik konstituen,

perelatifan, dan konstruksi kendali (control construction). Ketiga alat uji tersebut

diuraikan satu per satu di bawah ini.

Berdasarkan tata urut kanonik konstituen, SUBJ adalah FD yang terletak

sebelum predikat verbal. Dalam kalimat yang predikatnya memerlukan satu

argumen, SUBJ merupakan satu-satunya argumen inti yang terdapat dalam

kalimat (lihat Artawa, 1998; Arka, 2003; Subiyanto, 2013). Pada kalimat-kalimat

yang dituturkan oleh AD berikut, fungsi SUBJ adalah FD yang terletak sebelum

verba.

(7-1) Kamarnya ditutup. (E/46)

(7-2) Mataharinya tenggelam. (Y/65)

(7-3) Burungnya terbang. (N/55)

Kalimat (7-1)–(7-3) di atas adalah kalimat berargumen satu yang

predikatnya merupakan verba intransitif. Pada ketiga kalimat di atas, fungsi SUBJ

Page 4: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

225

adalah FD yang muncul sebelum verba predikat. Pada kalimat (7-1), FD

kamarnya adalah SUBJ bagi verba ditutup. Pada kalimat (7-2), FD mataharinya

adalah SUBJ bagi verba tenggelam, dan pada kalimat (7-3), FD burungnya adalah

SUBJ bagi verba terbang.

Sebagaimana dalam bahasa Indonesia pada umumnya, dalam bahasa

Indonesia yang dituturkan oleh AD, posisi SUBJ sebelum predikat merupakan

struktur kanonik dalam tata urut konstituen. Di samping pola kanonik ini, SUBJ

dapat juga muncul setelah predikat. Struktur SUBJ yang muncul setelah predikat

merupakan struktur bermarkah pragmatik (pragmatically marked), yaitu struktur yang

memberikan penekanan atau fokus pada PRED. PRED diintonasikan dengan suara

yang lebih tinggi. Biasanya dalam struktur SUBJ yang muncul setelah predikat ini,

predikat dan SUBJ disela oleh jeda. Dengan demikian, kalimat (7-1) – (7-3) di atas

memiliki variasi tata urut seperti (7-1a)--(7-3a) berikut.

(7-1a) Ditutup kamarnya.

(7-2a) Tenggelam mataharinya.

(7-3a) Terbang burungnya.

Pada kalimat (7-1a) sampai (7-3a) di atas, fungsi SUBJ diletakkan setelah

predikat verbal. Dalam kalimat tersebut, di antara SUBJ dan predikat verbal disela

oleh jeda. Penempatan SUBJ setelah predikat verbal ini secara pragmatis

dimaksudkan untuk memberikan penekanan/fokus pada predikat. Penekanan atau

fokus tersebut diwujudkan dalam bentuk intonasi suara yang lebih tinggi.

Seperti pada predikat verba intransitif yang berargumen satu, pada predikat

verba transitif yang berargumen lebih dari satu, fungsi SUBJ juga umumnya terletak

Page 5: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

226

sebelum predikat. Berikut adalah contoh predikat verba transitif yang memiliki

argumen lebih dari satu dalam tuturan AD.

(7-4) Aku bawa kuncinya. (N/4)

(7-5) Kakek makan bubur. (E/59)

(7-6) Mamanya lihat TV. (Dh/119)

Dalam kalimat (7-4)—(7-6) di atas masing-masing terdapat dua argumen

inti yang secara semantis berperan sebagai agen (Ag), yakni aku, kakek, dan

mamanya, sebagai tema (Tm), yakni kuncinya dan TV, dan sebagai pasien (Ps),

yakni bubur. Argumen yang berperan semantis sebagai Ag dalam setiap kalimat

(7-4)—(7-6) di atas secara sintaktis berfungsi sebagai SUBJ. Sebaliknya, argumen

yang berperan semantis sebagai Tm, seperti pada (7-4) dan (7-6), dan berperan

semantis sebagai Ps, seperti pada (7-5), secara sintaktis berfungsi sebagai OBJ.

Posisi SUBJ dalam kalimat transitif tidak sama dengan yang terdapat

dalam kalimat intransitif, yakni tidak dapat menempati posisi di sebelah kanan

verba atau PRED, seperti yang terlihat dalam kalimat (7-4a)—(7-6a) berikut.

(7-4a) *Bawa aku kuncinya.

(7-5a) *Makan kakek bubur.

(7-6a) *Lihat mamanya TV.

Pada kalimat (7-4a), (7-5a), dan (7-6a), SUBJ terletak di antara predikat

verbal dan OBJ. Penempatan SUBJ di antara predikat verbal dan OBJ menjadikan

Page 6: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

227

kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat

terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

Selain dalam predikat verbal intransitif, dalam kalimat yang berpredikat non-

verbal pun SUBJ dapat muncul di sebelah kiri dan kanan. Beberapa data dalam

kalimat (7-7)—(7-15) berikut sebagai buktinya.

(7-7) Ini airnya. (Y/53)

(7-7a) Airnya ini.

(7-8) Itu wayang kulit. (Y/68)

(7-8a) Wayang kulit itu.

(7-9) Rambutnya panjang. (N/47)

(7-9a) Panjang rambutnya.

(7-10) Kepalaku panas. (Y/63)

(7-10a) Panas kepalaku.

(7-11) Mama di rumah. (A/20)

(7-11a) Di rumah mama.

(7-12) Itu atas korden. (E/49)

(7-12a) Atas korden itu.

(7-13) Ini seribu. (Y/51)

(7-13a) Seribu ini.

(7-14) Uang ayah banyak. (S/44)

(7-14a) Banyak uang ayah.

Semua kalimat (7-7) sampai (7-14) di atas masing-masing terdiri atas

sebuah SUBJ dan sebuah predikat nonverbal. Pada kalimat (7-7) airnya, (7-8)

wayang kulit, (7-9) panjang, (7-10) panas, (7-11) di rumah, (7-12) atas korden,

(7-13) seribu, dan (7-14) banyak merupakan predikat yang terletak di posisi kanan

SUBJ. Semua predikat nonverbal tersebut juga dapat muncul di posisi kiri SUBJ

Page 7: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

228

seperti dalam kalimat (7-7a), (7-8a), (7-9a), (7-10a), (7-11a), (7-12a), (7-13a),

dan (7-14a).

Sama halnya dalam kalimat berpredikat verba intransitif di atas,

penempatan SUBJ setelah predikat nonverbal ini secara pragmatis juga dimaksudkan

untuk memberikan penekanan/fokus pada predikat. Penekanan atau fokus tersebut

diwujudkan dalam bentuk jeda antara PRED dan SUBJ serta intonasi suara yang lebih

tinggi jatuh pada PRED.

Berdasarkan contoh-contoh dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa

SUBJ dalam kalimat yang dituturkan oleh AD secara kanonis dapat muncul di posisi

kiri dan kanan predikat, baik predikat verbal intransitif maupun predikat nonverbal,

kecuali predikat transitif. Apabila SUBJ tersebut muncul di sebelah kanan predikat

verbal intransitif dan predikat nonverbal, antara predikat dan SUBJ harus diberi jeda

dengan intonasi naik. Penempatan SUBJ di sebelah kanan atau setelah predikat

tersebut secara pragmatis memberikan penegasan/fokus pada predikat.

Alat uji SUBJ selanjutnya adalah perelatifan. Sebagaimana dalam bahasa

Indonesia pada umumnya, perelatifan yang muncul dalam tuturan AD dilakukan

dengan menggunakan pronomina perelatif yang, yang ditempatkan di posisi kanan

argumen yang direlatifkan, sehingga terbentuk klausa relatif.

Dalam hierarki perelatifan FN, posisi SUBJ ada pada urutan tertinggi, baru

kemudian diikuti oleh OBJ. Menurut Keenan dan Comrie (1977), jika sebuah bahasa

mengizinkan argumen untuk direlatifkan, maka bahasa tersebut mengizinkan SUBJ

untuk direlatifkan (Dalrymple, 2001:8-9). Dalam tuturan AD, juga terjadi perelatifan

SUBJ sebagaimana yang terjadi dalam bahasa Indonesia pada umumnya, meskipun

Page 8: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

229

dalam jumlah yang sangat terbatas. Data kalimat (7-15) dan (7-16) berikut merupakan

bentuk perelatifan SUBJ yang ditemukan dalam data tuturan AD.

(7-15) Ma, topiku yang hilang ketemu. (D/22)

(7-16) Mobil papa yang dijual masuk got. (Y/55)

Dalam kalimat (7-15) dan (7-16) di atas terlihat bahwa argumen inti yang

muncul di awal kalimat atau di posisi kiri predikat mengalami perelatifan. FN topiku

dalam (7-15) mengalami perelatifan yang hilang ada di posisi kiri predikat ketemu;

FN mobil papa dalam (7-16) mengalami perelatifan yang dijual ada di posisi kiri

predikat masuk. Oleh karena itu, topiku dan mobil papa merupakan SUBJ dari

kalimat tersebut.

Perelatifan FN SUBJ juga dapat terjadi meskipun posisi argumen inti tersebut

berada di posisi kanan predikat, dalam arti berada dalam struktur inversi, seperti

yang terlihat dalam kalimat (7-17) di bawah ini.

(7-17) Ada leak yang bisa makan orang. (Dh/31)

Dalam kalimat (7-17) di atas terlihat bahwa argumen inti leak muncul di

posisi kanan predikat dan mengalami perelatifan. FN leak berada di posisi kanan

predikat verbal ada. Kalimat-kalimat di atas juga menunjukkan bahwa perelatifan

ditandai oleh penggunaan pronomina relatif (PRO-REL) yang yang terletak setelah

argumen yang direlatifkan. Perelatifan SUBJ seperti pada kalimat (7-15), (7-16), dan

Page 9: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

230

(7-17) di atas sangat umum terjadi dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, dalam

tuturan AD perelatifan SUBJ jarang terjadi.

Alat uji SUBJ berikutnya adalah dengan konstruksi kendali (control

construction). Dalam bahasa Indonesia, SUBJ dapat dikontrol seperti yang terlihat

dalam kalimat (7-18.a) dan (7-19.a) berikut.

(7-18) a. Petahana berusaha menjegal lawan-lawannya.

SUBJ SUBJ

b. Petahanai

berusaha [ __ i

menjegal lawan-lawannya].

c. Petahana berusaha [*petahana menjegal lawan-lawannya].

(7-19) a. Dia mencoba memperdayai calon korbannya.

SUBJ SUBJ

b. Diai

mencoba [ __ i

memperdayai calon korbannya].

c. Dia mencoba [*dia

memperdayai calon korbannya].

Kalimat (7-18b) dan (7-19b) di atas menunjukkan bahwa SUBJ klausa

sematan dikendalikan oleh SUBJ dari klausa matriks. Dalam kalimat itu,

pengendalian atau pelesapan SUBJ klausa sematan wajib dilakukan. Bila tidak

mengalami pengendalian atau pelesapan, kalimat tersebut menjadi tidak berterima

(tidak gramatikal), seperti yang terlihat pada kalimat (7-18c) dan (7-19c). Petahana

dalam kalimat (7-18a) di atas dikendalikan atau dilesapkan seperti yang tampak

dalam (7-18b) dan dia dalam kalimat (7-19a) di atas dikendalikan atau dilesapkan

seperti yang tampak dalam (7-19b). Kalimat (7-18b) dan (7-19b) berupa kalimat

gramatikal. Dengan demikian, petahana dalam kalimat (7-18) dan dia dalam kalimat

(7-19) merupakan fungsi SUBJ dalam kalimat tersebut.

Page 10: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

231

Berdasarkan pengujian terhadap fungsi SUBJ di atas dapat dinyatakan bahwa

SUBJ yang muncul dalam tuturan AD berupa FN atau FD yang terletak sebelum

verba dalam tata urut kanonik dan terletak setelah verba dalam tata urut nonkanonik,

SUBJ dapat direlatifkan, dan SUBJ dapat mengalami pengendalian. Terkait dengan

alat uji pengendalian, karena SUBJ dengan konstruksi kontrol tidak pernah

muncul dalam tuturan AD, contoh data untuk SUBJ yang mengalami pengendalian

di atas diambilkan dari media cetak nasional.

7.3.2 Objek dan Objek Teta

Objek merupakan argumen inti kedua setelah SUBJ. OBJ hanya muncul

dalam kalimat transitif, yakni kalimat yang memerlukan dua atau tiga argumen inti.

Berdasarkan strukturnya, OBJ merupakan argumen dalam (internal argument) dari

verba sebagai predikat kalimat. Dalam proyeksinya, OBJ berada di bawah simpul FV

yang menjadi bagian integral dari verba sebagai konstituen pokok kalimat. Bila

ditinjau dari sisi semantis, OBJ merupakan Ps atau Pglm (undergoer) dalam konsepsi

peran makro versi Foley dan Van Vallin (1984).

Dalam bahasa Indonesia, properti fungsi OBJ berbeda dengan fungsi SUBJ.

OBJ tidak dapat direlatifkan dan juga tidak dapat dikendalikan, sementara SUBJ

dapat. Pertanyaannya kemudian, bagaimana pengujian terhadap fungsi OBJ dapat

dilakukan? Fungsi OBJ dapat diuji dengan dua cara, yakni berdasarkan posisinya

dalam struktur konstituen dan berdasarkan kemampuannya dalam beralternasi

menjadi SUBJ dalam kalimat pasif. Cara yang kedua ini juga dapat digunakan untuk

membedakan fungsi OBJ dengan OBJᴓ dalam kalimat dwitransitif, yakni kalimat

yang predikatnya membutuhkan tiga argumen inti.

Page 11: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

232

Jika dilihat dari posisinya dalam struktur konstituen, OBJ bahasa Indonesia

selalu muncul di posisi kanan atau sesudah verba transitif (baik ekatransitif maupun

dwitransitif) tanpa didahului oleh preposisi. Hubungan antara verba dan OBJ sangat

erat sehingga di antara keduanya tidak dapat disisipi oleh unsur apa pun, termasuk

SUBJ. Tidak pernah terjadi OBJ muncul di sebelah kiri verba atau di antara SUBJ

dan verba. Jika OBJ muncul di antara SUBJ dan verba, kalimat yang terbentuk

merupakan kalimat yang tidak gramatikal dan tidak berterima. Berikut adalah

beberapa contoh datanya.

(7-20) a. Papaku pernah menakuti orang. (Dh/18)

b. *Papaku orang pernah menakuti.

c. Orang pernah ditakuti oleh papaku.

(7-21) a. Pesawatnya mengeluarkan asap. (B/33)

b. *Pesawatnya asap mengeluarkan.

c. Asap dikeluarkan oleh pesawatnya.

(7-22) a. Tante Kemon merebut papaku. (Dh/85)

b. *Tante Kemon papaku merebut.

c. Papaku direbut oleh tante Kemon.

Dalam kalimat (7-20a), (7-21a), dan (7-22a) di atas terlihat bahwa FD

orang, asap, papaku merupakan OBJ dari verba menakuti, mengeluarkan, dan

merebut. Dalam kasus ini, fungsi OBJ hanya bisa muncul pada posisi kanan verba

supaya menjadi kalimat gramatikal. Sebaliknya, penempatan OBJ di sebelah kiri

verba menjadikan kalimat tersebut tidak gramatikal. Kalau OBJ dipaksakan

ditempatkan di posisi sebelah kiri verba, kalimat yang terbentuk tidak gramatikal

Page 12: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

233

(tidak berterima), seperti pada (7-20b), (7-21b), dan (7-22b). Di sisi lain,

seperti yang tampak pada (7-20c), (7-21c), dan (7-22c), OBJ dapat beralternasi

menjadi SUBJ dalam konstruksi kalimat pasif.

Beberapa contoh data yang lain dalam tuturan AD juga menunjukkan

bahwa OBJ pada umumnya muncul dalam posisi sebelah kanan verba transitif.

(7-23) Aku lho pernah lihat Mbak Kiki. (N/14)

(7-24) Aku sudah beli buku. (E/6)

(7-25) Aku juga punya dongeng kancil. (E/7)

Pada kalimat (7-23) Mbak Kiki, (7-24) buku, dan (7-25) dongeng kancil

merupakan OBJ yang muncul pada posisi kanan verba. Memang juga ditemukan

kasus OBJ yang muncul pada posisi kiri predikat verbal sehingga terbentuk

konstruksi kalimat yang tidak gramatikal dalam tuturan AD, seperti yang telah

dijelaskan pada bab VI. Hal ini mengindikasikan bahwa penguasaan kaidah

struktur sintaksis pada AD belum sempurna dan hal ini juga dapat dipandang

sebagai kekhasan bahasa AD. Yang perlu dicatat di sini ialah keberadaan fungsi

OBJ dalam tuturan AD tidak begitu banyak. Hal ini disebabkan oleh dua hal:

pertama, jumlah kalimat transitif yang ada dalam tuturan AD tidak begitu

banyak; kedua, fungsi OBJ dalam kalimat transitif yang dituturkan oleh AD

sering mengalami pelesapan sehingga terbentuk kalimat tak lengkap.

Fungsi OBJ yang dijelaskan di atas merupakan OBJ yang ada dalam

kalimat ekatransitif, yakni kalimat yang predikatnya memerlukan dua argumen inti.

Di dalam kalimat dwitransitif terdapat tiga argumen inti yang harus hadir

Page 13: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

234

mendampingi predikat kalimat. Ketiga argumen inti tersebut mengisi fungsi SUBJ,

OBJ1, dan OBJ2. Pada awal perkembangan TLF, istilah yang digunakan untuk

fungsi OBJ ialah OBJ1 dan OBJ2. OBJ1 sebagai padanan OBJ primer (primary

object), sedangkan OBJ2 sebagai padanan OBJ sekunder (secondary object).

Namun dalam perkembangan TLF berikutnya, penggunaan istilah OBJ1 dan OBJ2

dianggap kurang tepat mengingat ada beberapa bahasa yang hanya memiliki satu OBJ

(OBJ primer saja), yang memiliki peran tematis tidak terbatas (thematically

unrestricted), dan tidak memiliki OBJ sekunder, yang memiliki peran semantis

terbatas. Dalam hal ini, OBJ sekunder hanya memiliki peran semantis Thema

(Dalrymple, 2001:21). Adanya perbedaan peran semantis inilah yang menjadi dasar

penggunaan istilah OBJɵ untuk menggantikan istilah OBJ sekunder atau OBJ2.

Dalam bahasa Indonesia, fungsi OBJ dan OBJɵ dapat dibedakan berdasarkan

letak kemunculannya dalam kalimat. OBJ muncul setelah verba, sedangkan OBJɵ

muncul pada posisi setelah OBJ. Selain itu, OBJ dalam kalimat aktif dapat menjadi

SUBJ dalam kalimat pasif, sedangkan OBJɵ tidak dapat menjadi SUBJ dalam

kalimat pasif. Kalimat (7-26) yang diambil dari buku Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia berikut menunjukkan perbedaan fungsi OBJ dan OBJɵ tersebut.

(6-26) a. Ibu mengambilkan saya air minum. (Alwi dkk., 2010:337)

b. *Air minum diambilkan saya oleh ibu.

c. Saya diambilkan air minum oleh ibu

Dalam kalimat (7-26a), FD saya merupakan OBJ, sedangkan FD air minum

merupakan OBJɵ. OBJ terletak langsung setelah verba, sedangkan OBJɵ terletak

setelah OBJ. Perbedaan OBJ dan OBJɵ juga dapat dilakukan berdasarkan

Page 14: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

235

kemampuannya beralternasi dengan SUBJ dalam kalimat pasif. Dalam hal ini, OBJ

dapat menjadi SUBJ dalam kalimat pasif, seperti pada (7-26c), sedangkan OBJɵ tidak

dapat menjadi SUBJ dalam kalimat pasif, seperti pada (7-26b). Kemampuan OBJ

untuk beralternasi dengan SUBJ dalam kalimat pasif menunjukkan bahwa OBJ dan

SUBJ sama-sama memiliki peran semantis tidak terbatas. Sebaliknya, OBJɵ tidak

dapat beralternasi dengan SUBJ karena OBJɵ memiliki peran semantis terbatas, yakni

hanya sebagai Thema.

7.3.3 Oblik

Fungsi Oblik termasuk argumen noninti dan selalu memiliki pemarkah.

Dalam kajian lintas bahasa, pemarkah OBL pada umumnya berupa preposisi,

termasuk dalam bahasa Indonesia. Namun, ada juga bahasa yang memiliki OBL

dengan pemarkah kasus, seperti dalam bahasa Walpiri (Simpson, 1991;

Nordlinger, 1998; dalam Dalrymple, 2001:27).

Meskipun tidak termasuk ke dalam argumen inti, OBL secara semantis

masih menjadi bagian dari makna predikat dan menjadi partisipan dari sebuah

aksi atau keadaan yang dinyatakan oleh predikat. Oleh karena itu, OBL masuk ke

dalam struktur argumen predikat.

Oblik dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas OBLLOKATIF,

OBLINSTRUMEN, dan OBLGOAL. Pemarkahan OBL dalam bahasa Indonesia selain

ditentukan oleh predikat sebagai konstituen pusat kalimat, juga ditentukan oleh

jenis OBL tersebut sesuai dengan peran semantis argumen. Semua pemarkah OBL

dalam bahasa Indonesia berupa preposisi. Preposisi di digunakan untuk pemarkah

OBLLOKATIF, preposisi dengan digunakan untuk pemarkah OBLINSTRUMEN, preposisi ke

Page 15: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

236

digunakan untuk pemarkah OBLGOAL. Berikut adalah contoh OBL dalam bahasa

Indonesia.

(7-27) a. Kami tinggal di Surabaya.

b. *Kami tinggal.

c. *Kami tinggal Surabaya.

(7-28) a. Guru itu memperlakukan siswanya dengan baik .

b. *Guru itu memperlakukan siswanya.

c. *Guru itu memperlakukan siswanya baik.

(7-29) a. Pak Andi memasukkan uang ke bank.

b. *Pak Andi memasukkan uang.

c. *Pak Andi memasukkan uang bank.

Kalimat (7-27) di atas memperlihatkan adanya OBL lokatif dalam bahasa

Indonesia. OBL lokatif pada (7-27) dimarkahi oleh preposisi di. Keberadaan OBL

lokatif dalam kalimat di atas bersifat wajib sehingga tidak bisa dilesapkan. Kalau

dilesapkan, kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. Oleh karena itu, kalimat

(7-27b) tidak berterima. OBL lokatif juga tidak bisa muncul tanpa pemarkah di.

Oleh karena itu, kalimat (7-27c) tidak berterima karena muncul tanpa pemarkah.

Pada kalimat (7-28) di atas, OBL instrumen dimarkahi oleh P dengan.

Kalimat (7-28b) di atas menunjukkan bahwa keberadaan OBL instrumen dalam

kalimat tersebut bersifat wajib sehingga tidak bisa dilesapkan. Kalau dilesapkan,

kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. Oleh karena itu, kalimat (7-28b) tidak

berterima. OBL instrumen juga tidak dapat muncul tanpa pemarkah dengan.

Karena muncul tanpa pemarkah, kalimat (7-28c) tidak berterima.

Page 16: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

237

Kalimat (7-29) di atas memperlihatkan adanya OBL Sasaran/Goal dalam

bahasa Indonesia. OBL goal pada (7-29) dimarkahi oleh P ke. Sama seperti OBL

lokatif dan OBL instrumen, kemunculan OBL goal juga bersifat wajib, tidak bisa

dilesapkan. Kalau dilesapkan, kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. Oleh

karena itu, kalimat (7-29b) tidak berterima. OBL goal juga tidak bisa muncul

tanpa pemarkah ke. Karena muncul tanpa pemarkah, kalimat (7-29c) tidak

berterima untuk menyatakan makna sasaran (goal).

Terkait dengan tuturan AD, baik OBL lokatif, OBL instrumen, maupun

OBL goal, tidak pernah muncul pada penelitian ini. Konstituen kalimat yang

muncul dalam bentuk FP seperti itu pada umumnya menduduki fungsi ADJ dan

bukan sebagai OBL, seperti yang tampak dalam beberapa data berikut.

(7-30) a. Ada zombie di GTA. (A/7)

b. Ada zombie.

(7-31) a. Ada kipasnya di kelasku. (Y/39)

b. Ada kipasnya.

(7-32) a. Kelincinya masuk ke hutan. (S/38)

b. Kelincinya masuk.

Frasa preposisional di GTA, di kelasku, dan ke hutan pada (7-30-32a)

secara semantis tidak terkait erat dengan makna predikat dan hanya berupa

keterangan tambahan yang bersifat umum. Oleh karena itu, ketiga FP tersebut

merupakan ADJ. Dari sisi kehadirannya, ketiga FP tersebut bersifat manasuka

Page 17: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

238

(opsional). Pembahasan lebih lanjut mengenai ADJ akan disampaikan dalam

sub-subbab 7.3.5.

7.3.4 Komplemen

Dalam pandangan TLF, KOMP merupakan fungsi gramatikal noninti

(noncore function) sama seperti OBL dan ADJ. KOMP merupakan bagian dari

kalimat yang berfungsi menerangkan predikat yang dilengkapinya. KOMP

meliputi semua FD yang wajib hadir mendampingi predikat kalimat. Dengan

demikian, KOMP dapat berwujud OBJ langsung maupun OBJ berpreposisi.

KOMP memiliki hubungan yang erat dengan predikatnya.

Dalam bahasa Indonesia, fungsi KOMP dan OBJ tidak dapat dibedakan

berdasarkan letak kemunculannya dalam kalimat. Kedua-duanya, baik KOMP

maupun OBJ, pada umumnya menempati posisi setelah verba. Yang membedakan

keduanya, KOMP tidak dapat menjadi SUBJ dalam kalimat pasif, sedangkan OBJ

dapat menjadi SUBJ dalam kalimat pasif (Alwi dkk., 2010).

Berdasarkan struktur predikatnya, KOMP yang muncul dalam tuturan AD

mengikuti verba intransitif, seperti dalam (7-33), (7-34), dan (7-37); V kopula,

seperti dalam (7-35); dan V aus, seperti dalam (7-35). Berdasarkan kategorinya,

KOMP dapat berwujud N atau FN, V seperti dalam (7-37), atau klausa, seperti

dalam (7-38) dan (7-39).

(7-33) Toni main bola di lapangan. (Dh/114)

(7-34) Dia itu jualan kue di sekolah. (D/5)

(7-35) Mama menjadi guru. (S/11)

Page 18: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

239

(7-36) Aku minum obat. (N/32)

(7-37) Tadi anak-anak latihan nari di alua semua. (Y/1)

Keberadaan KOMP dalam kalimat bahasa Indonesia dapat muncul dengan

KOMP berkonjungsi dan dapat pula muncul tanpa konjungsi. Satu-satunya

konjungsi yang menandai fungsi KOMP dalam bahasa Indonesia adalah bahwa.

Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang menunjukkan fungsi KOMP yang

muncul bersama konjungsi bahwa, seperti pada (7-38), dan KOMP yang muncul

tanpa konjungsi, seperti pada (7-39) berikut.

(7-38) Anak itu bercerita bahwa ibunya sudah meninggal.

(7-39) Anggota dewan berpendapat pemerintah terlalu cepat menaikkan

tarif listrik.

Dalam (7-38), ...ibunya sudah meninggal diawali dengan konjungsi bahwa,

sedangkan dalam (7-39), ...pemerintah terlalu cepat menaikkan tarif listrik tanpa

dilengkapi dengan konjungsi.

Terkait dengan tuturan AD, fungsi KOMP tidak pernah muncul disertai

konjungsi. Dengan kata lain, konjungsi bahwa sebagai satu-satunya yang

menandai fungsi KOMP dalam bahasa Indonesia belum ditemukan pada tuturan

AD dalam data penelitian ini.

Page 19: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

240

Berikut terdapat penggunaan fungsi KOMP yang muncul dalam konstruksi

kontrol. Penggunaan fungsi KOMP tipe ini seperti ditunjukkan pada (7-40) dan

(7-41) berikut.

(7-40) Ari narik mau ikut ibunya. (N/44)

Ari1 narik [ _ 1 mau ikut ibunya]

‗Ari1 menarik [ Ari1 mau ikut ibunya ]‘

(7-41) Kelincinya minta makan rumput lagi. (Y/50)

Kelincinya1 minta [ _1 makan rumput lagi].

‗Kelincinya1 minta [ kelincinya1 makan rumput lagi ]

Pada (7-40) dan (7-41) di atas terdapat fungsi KOMP [_ mau ikut ibunya]

dan [__makan rumput lagi]. Bagian rumpang dalam tanda kurung siku ini

merupakan subjek KOMP yang dilesapkan karena berkoreferensi dengan subjek

pada klausa matriksnya. Subjek pada frasa komplemen klausa di atas dikontrol

oleh subjek pada klausa matriksnya, yakni Ari pada (7-40), dan kelincinya pada

(7-41). Dalam TLF, subjek pada frasa komplemen yang dikontrol oleh fungsi

gramatikal tertinggi dari klausa matriks disebut X-KOMP. X dalam hal ini

merupakan simbol untuk argumen yang dikontrol (lihat Arka, 2003).

7.3.5 Adjung

Di samping mengandung argumen yang kehadirannya dibutuhkan oleh

PRED, sebuah klausa/kalimat juga mengandung elemen lain yang kehadirannya

tidak dibutuhkan dan tidak terkait langsung dengan predikat. Elemen-elemen itu

Page 20: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

241

berupa adverbial dan preposisi modifier yang berfungsi sebagai ADJ dari predikat

(Kaplan dan Bresnan, 1982:214). ADJ merupakan fungsi gramatikal yang paling

beragam dan paling mudah berpindah posisi dalam kalimat. ADJ dapat berada di

akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Inilah yang menjadi ciri pembeda

antara ADJ dan argumen, terutama argumen inti SUBJ dan OBJ.

Bila dibandingkan dengan fungsi gramatikal lainnya yang telah dijelaskan

sebelumnya, yakni SUBJ, OBJ, OBJᴓ, dan OBL, ADJ merupakan fungsi

gramatikal yang non-argumen. Karena bukan argumen, ADJ tidak digolongkan

sebagai unit sintaksis. Kehadirannya tidak dibutuhkan oleh PRED sebagai

konstituen pusat kalimat. Oleh karena itu, ADJ tidak masuk dalam struktur

argumen PRED. Kehadiran ADJ dalam sebuah kalimat bersifat manasuka

(opsional), artinya boleh ada dan boleh juga tidak ada.

Karena ADJ bukan argumen dan kehadirannya tidak wajib, ADJ tidak ada

kaitannya dengan fungsi gramatikal yang lain. Oleh karena itu, ADJ tidak

dikendalai oleh kriteria keunikan (uniqueness), kelengkapan (completeness), dan

koherensi (coherence), seperti yang berlaku pada fungsi gramatikal inti yang lain

(Kaplan dan Bresnan, 1982:215; Levin, 1982:615). ADJ memiliki status khusus

dalam interpretasi teori TLF. ADJ tidak ditetapkan sebagai fungsi gramatikal dan

juga tidak diberi sandi (encode) bentuk-bentuk semantis. ADJ hanya diberi ekuasi

fungsional ↓ є (↑ADJ), yang dapat dibaca sebagai ―elemen yang ada di bawah

merupakan elemen dari kelompok adjung atas‖.

Dalam bahasa Indonesia, fungsi ADJ agak sulit dibedakan dengan OBL.

Selain karena keduanya bukan fungsi gramatikal inti, juga karena keduanya sering

Page 21: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

242

dimarkahi oleh pemarkah sintaksis yang sama, yakni berupa P. Meskipun

demikian, antara ADJ dan OBL dapat dibedakan. Untuk bisa membedakannya,

kriteria sintaksis dan semantis bisa digunakan (Kaplan dan Bresnan, 1982:217;

Arka, 2003:66). Sebagai contoh, baik OBL maupun ADJ berwujud FP dalam

kalimat-kalimat berikut.

(7-42) a. Kami tinggal di Jakarta.

b. Pengusaha itu memasukkan uang ke bank.

(7-43) a. Anak itu pergi ke sekolah.

b. Adik menerima surat dari tukang pos.

Frasa preposisional di Jakarta dan ke bank pada (7-42a-b) secara semantis

menyatakan makna lokatif yang terkait dengan makna predikat tinggal dan

memasukkan. Karena terkait dengan makna predikat, kedua FP tersebut

merupakan OBL, dan bukan ADJ. Sebaliknya, FP ke sekolah dan dari tukang pos

pada (7-43a-b) hanyalah berupa tambahan latar (setting) lokatif yang

menggambarkan situasi yang bersifat umum. Oleh karena itu, kedua FP tersebut

merupakan ADJ. Dari sisi kehadirannya, kedua FP yang terdapat pada (7-42a-b)

bersifat wajib hadir, sedangkan yang terdapat pada (7-43a-b) bersifat manasuka

(opsional).

Frasa preposisional yang bercetak tebal dalam kalimat (7-44)—(7-47),

sebagai pengulangan kembali kalimat (6-69) dan (6-71, 71b-c)., Berikut

merupakan contoh ADJ yang muncul dalam tuturan AD.

Page 22: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

243

(7-44) Toni main di lapangan. (Dh/135)

(7-45) Ada kipasnya di kelasku. (Y/39)

(7-46) Saya bawa di tas. (D/21)

(7-47) Ibu membuat bubur untuk adik. (D/28)

Dalam kalimat (7-44)—(7-47) di atas, semua ADJ berwujud frasa

preposisional. Dari sisi kehadirannya, semua ADJ tersebut bersifat manasuka

(opsional).

7.4 Struktur Fungsional dan Korespondensinya dengan Struktur Konstituen

dalam Tuturan Anak Disleksia menurut Tata Bahasa Leksikal

Fungsional

Paparan semua fungsi argumen dan non-argumen yang muncul dalam

tuturan AD di atas dimaksudkan sebagai dasar dalam menganalisis struktur fungsi

gramatikal atau Str-f, sebagai salah satu struktur paralel terpenting dalam TLF.

Berikut ditampilkan beberapa contoh model analisis Str-f sekaligus

korespondensinya dengan Str-k untuk mewakili keseluruhan data kalimat yang

telah disajikan pada bab-bab di atas. Dengan demikian, tidak semua kalimat yang

telah dibahas di atas dibuatkan ke dalam model Str-f dan korespondensinya

dengan Str-k. Mengingat kalimat-kalimat yang dituturkan oleh AD memiliki

beberapa macam struktur, baik yang gramatikal maupun yang tidak gramatikal,

pembahasan mengenai Str-f dan korespondensinya dengan Str-k menggunakan

beberapa contoh kalimat. Kalimat gramatikal yang dijadikan model analisis

berikut ini terdiri atas kalimat berpredikat nonverbal (7-45a), sebagai pengulangan

Page 23: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

244

kembali kalimat (4-35) dari bab IV; kalimat berpredikat verba berargumen satu

atau kalimat intransitif (7-46a), sebagai pengulangan kembali kalimat (4-10) dari

bab IV; kalimat berpredikat verba berargumen dua atau kalimat ekatransitif (7-

47a), sebagai pengulangan kembali kalimat (4-16) dari bab IV; kalimat

berpredikat verba berargumen tiga atau kalimat dwitransitif (7-48a), sebagai

pengulangan kembali kalimat (6-28) dari bab VI; dan kalimat berpredikat verba

pasif (7-49a), sebagai pengulangan kembali kalimat (6-28) dari bab VI. Adapun

kalimat tidak gramatikal yang dijadikan model analisis terdiri atas kalimat

berpredikat verba berargumen dua atau kalimat transitif yang mengalami

penghilangan fungsi OBJ (7-52), sebagai pengulangan kembali kalimat (4-1) dari

bab IV; kalimat berpredikat verba berargumen satu atau kalimat intransitif yang

mendapatkan keterangan tambahan berupa FP, namun mengalami penghilangan

preposisinya (7-53a,b,c), sebagai pengulangan kembali dari kalimat (6-74), (6-

76), dan (6-77) dari bab VI; kalimat berpredikat verba berargumen dua atau

kalimat transitif yang mengalami penyimpangan pola urut kata (7-54) dan (7-

55), sebagai pengulangan kembali kalimat (4-2) dan (4-3) dari bab IV.

Dalam membuat model analisis Str-f, penggunaan fungsi argumen yang

terdapat dalam kalimat dijabarkan ke dalam entri leksikal dan Str-k terlebih

dahulu. Informasi yang terdapat dalam entri leksikal selanjutnya digunakan dalam

menyusun Str-k dan Str-f. Oleh karena itu, pembuatan model Str-f di sini diawali

dengan pembuatan entri leksikal dan Str-k.

Page 24: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

245

Dalam menganalisis Str-f, sebenarnya tidak harus selalu didahului dengan

penjabaran entri leksikal dan diagram Str-k. Akan tetapi, demi kejelasan alur

informasinya, setiap Str-f dari kalimat-kalimat berikut diawali dengan penjabaran

entri leksikal dan diagram Str-k. Model analisisnya dibuat seperti yang terlihat

pada (7-45)—(7-54) berikut.

(7-45) a. Dia senang.

b. Entri Leksikal:

dia N(↑PRED) = ‗PRO‘

(↑NUM) = TG

(↑PERS) = 3

senang A(↑PRED) = ‘SENANG <SUBJ>‘

c. Str-k ‘

FD

FD

I‘

FD

FI

FA

FD

A‘

FD

A

FD

Dia

FD

senang

FD

Page 25: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

246

d. Str-k dan korespondensinya dengan Str-f

e. Str-f

PRED ‗SENANG <SUBJ>‘

f PRED PRO

SUBJ g NUM TG

PERS 3

Skema str-f (7-45e) di atas, yang ditandai dengan notasi f, memperlihatkan

adanya dua atribut, yakni PRED dan SUBJ. Atribut PRED menunjukkan makna

dan argumen yang diperlukan. Dalam Str-f di atas, atribut PRED memiliki makna

‗SENANG‘ dan predikat ini hanya memerlukan satu argumen SUBJ. Atribut

A‘

FA

I‘

A

senang

FI

FD

(↑SUBJ) = ↓

Dia

↑ = ↓

↑ = ↓

↑ = ↓

↑ = ↓

g

f

Page 26: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

247

SUBJ, yang disebut pula dengan atribut fungsi gramatikal, mempunyai nilai

seperti yang terlihat dalam g. Dalam struktur di atas, SUBJ mempunyai atribut

berupa PRED dengan nilai PRO ‗DIA‘ atribut NUM dengan nilai TG, dan atribut

PERS dengan nilai 3.

Str-f dari kalimat dengan predikat non-verbal yang diisi oleh kategori

adjektiva, seperti yang digambarkan di atas, mempunyai bentuk yang sama

dengan Str-f dari kalimat-kalimat dengan predikat nonverbal yang diisi oleh

kategori nomina, numeralia, dan preposisional. Model Str-f ini juga memiliki

bentuk yang mirip dengan Str-f dari kalimat dengan predikat verba berargumen

satu, seperti yang digambarkan di bawah ini.

(7-46) a. Kodoknya melompat.

b. Entri Leksikal:

kodoknya N(↑PRED) = ‗KODOKNYA‘

DEF = +

melompat V(↑PRED) = ‘MELOMPAT<SUBJ>‘

c. Str-k

V‘

FV

I‘

V

melompat Kodoknya

FI

FD

D

FN

N

N‘

Page 27: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

248

d. Str-k dan korespondensi dengan Str-f

e. Str-f

PRED ‗MELOMPAT <(SUBJ)>‘

f SUBJ g PRED ‗KODOKNYA‘

DEF +

Dalam kalimat (7-46a), predikat diisi oleh kategori V berargumen satu.

Kalimat dengan predikat V berargumen satu ini juga tidak memerlukan argumen

V‘

FV

I‘

V

melompat

FI

FD

(↑SUBJ) = ↓

Kodoknya

↑ = ↓

↑ = ↓

↑ = ↓

↑ = ↓

g

f

Page 28: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

249

dalam (internal argument) dan hanya memerlukan argumen luar yang bertindak

sebagai SUBJ.

Skema Str-f (7-46e) yang ditandai dengan notasi f juga memperlihatkan

adanya dua atribut, yakni PRED dan SUBJ. Atribut PRED memiliki nilai

―MELOMPAT‘ dan hanya memerlukan satu argumen luar yang bertindak sebagai

SUBJ. Atribut SUBJ memiliki nilai seperti yang terlihat dalam g. Dalam hal ini,

SUBJ mempunyai atribut berupa PRED dengan nilai ―KODOKNYA‖ dan atribut

DEF dengan nilai +. Simbol plus (+) ini menyatakan makna kedefinitan atau

ketakrifan.

Model analisis str-f berikutnya adalah kalimat berpredikat verba

berargumen dua atau kalimat transitif. Penjabaran entri leksikal, Str-k, dan

Str-fnya adalah sebagai berikut.

(7-47) a. Opahku menyembuhkan orang itu. (Dh/71)

b. Entri Leksikal:

opahku N(↑PRED) = ‗OPAHKU‘

DEF = +

menyembuhkan V(↑PRED) = ‘MENYEMBUHKAN<(SUBJ, OBJ)>‘

orang N(↑PRED) = ‘ORANG‘

(↑NUM) = TG

(↑PERS) = 3

itu DET(↑PRED) = +

Page 29: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

250

c. Str-k

itu

FI

FD

D

FN

Opahku

N

N‘

N

FN D

N‘

orang

V‘

FV

I‘

V

menyembuhkan

D‘

FD

Page 30: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

251

d. Str-k dan korespondensinya dengan Str-f

Opahku menyembuhkan

FI

FD

(↑SUBJ)=↓

D‘

↑=↓

FN

↑=↓

N

↑=↓

N‘

↑=↓

V‘

↑=↓

FV

↑=↓

I‘

↑=↓

V

↑=↓

itu

N

↑=↓

FN

↑=↓

D

↑=↓

N‘

↑=↓

orang

D‘

↑=↓

FD

(↑OBJ)=↓

g

f

h

Page 31: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

252

e. Str-f

PRED ‗MENYEMBUHKAN <(SUBJ, OBJ)>‘

SUBJ g PRED ‗OPAHKU‘

DEF +

f OBJ h PRED ‗ORANG‘

NUM TG

PERS 3

DET +

Berbeda dengan kedua Str-f di atas, Str-f pada (7-47e) di atas

menunjukkan adanya sebuah PRED dan dua buah fungsi argumen inti, yakni

SUBJ dan OBJ. Dalam Str-f tersebut, ketiga-tiganya merupakan atribut: SUBJ dan

OBJ merupakan atribut dari fungsi gramatikal, sedangkan PRED merupakan

atribut semantis. Setiap atribut mempunyai nilai (value): atribut PRED

mempunyai nilai berupa subkategorisasi MENYEMBUHKAN <SUBJ, OBJ>;

atribut SUBJ mempunyai nilai berupa Str-f, seperti yang terlihat dalam g. Dalam

hal ini, SUBJ mempunyai atribut PRED dengan nilai OPAHKU dan atribut DEF

dengan nilai + yang mempunyai arti ketakrifan. Adapun atribut OBJ mempunyai

nilai berupa Str-f, seperti yang terlihat dalam h. Dalam hal ini, OBJ mempunyai

empat atribut dengan nilai masing-masing, yakni PRED dengan nilai ―ORANG‖,

NUM dengan nilai ―TG‖, PERS dengan nilai ―3‖, dan atribut DET dengan

nilai ―+‖. Simbol plus (+) di sini menyatakan makna kedefinitifan atau ketakrifan.

Model analisis Str-f berikutnya adalah kalimat berpredikat verba

berargumen tiga atau verba dwitransitif. Seperti yang telah dijelaskan pada bab VI

Page 32: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

253

bahwa AD yang menjadi subjek penelitian ini belum bisa memproduksi kalimat

dwitransitif secara benar. Kalimat dwitransitif ada yang diproduksi dengan pola

urut yang salah dan ada pula yang dinyatakan dalam kalimat ekatransitif dengan

kandungan makna yang mirip. Namun demi contoh penjabaran model analisisnya,

diagram Str-f untuk kalimat dwitransitif ditunjukkan di sini. Pembuatan model

analisis Str-f dimulai dengan penjabaran entri leksikal dan Str-knya sebagai

berikut.

(7-48) a. Dia mengambilkan Lita sapu

b. Entri Leksikal

dia N(PRED) = PRO

(NUM) = TG

(PERS) = 3

mengambilkan V(PRED) = ‘MENGAMBILKAN<(SUBJ)(OBJ1)(OBJ2)>‘

Lita N(PRED) = ‗LITA‖

(NUM) = TG

(PERS) = 3

sapu N(PRED) = ‗SAPU‘

(NUM) = TG

(PERS) = 3

Page 33: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

254

c. Str-k

V

Dia mengambilkan

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

V‘

FV

I‘

N

FN

N‘

Lita

D‘

FD

N

FN

N‘

sapu

D‘

FD

Page 34: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

255

d. Str-k dan korespondensinya dengan Str-f

Dia mengambilkan

FI

FD

(↑SUBJ)=↓

D‘

↑=↓

FN

↑=↓

N

↑=↓

N‘

↑=↓

V‘

↑=↓

FV

↑=↓

I‘

↑=↓

V

↑=↓

N

↑=↓

FN

↑=↓

N‘

↑=↓

Lita

D‘

↑=↓

FD

(↑OBJ)=↓

N

↑=↓

FN

↑=↓

N‘

↑=↓

sapu

D‘

↑=↓

FD

(↑OBJT)=

f g

h

i

Page 35: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

256

e. Str-f

PRED ‗MENGAMBILKAN<(SUBJ)(OBJ)(OBJT)>‘

SUBJ PRED PRO

g NUM TG

f PERS 3

OBJ PRED ‗LITA‘

h NUM TG

PERS 3

OBJT PRED ‗SAPU‘

i NUM TG

PERS 3

Skema Str-f pada (7-48e) mempunyai beberapa lapis dan di dalam setiap

Str-f tersebut terdapat atribut dan nilai. Atribut PRED mempunyai nilai berupa

subkategorisasi ―MENGAMBILKAN <SUBJ, OBJ, OBJ>‖. Atribut SUBJ

mempunyai nilai berupa Str-f, yaitu ―g”, yang di dalamnya terdapat tiga atribut,

yakni PRED dengan nilai ―PRO‖, NUM dengan nilai ―TG‖, dan PERS dengan

nilai ―3‖. Atribut OBJ mempunyai nilai berupa Str-f, yaitu ―h”, yang di dalamnya

juga terdapat atribut PRED dengan nilai ―LITA‖, atribut NUM dengan nilai ―TG‖,

dan atribut PERS dengan nilai ―3‖. Atribut OBJT juga mengandung nilai berupa

Str-f, yaitu ―i”, yang juga mempunyai atribut, yakni PRED dengan nilai ―SAPU‖,

atribut NUM dengan nilai ―TG‖, dan atribut PERS dengan nilai ―3‖.

Untuk selanjutnya adalah model analisis Str-f untuk kalimat berpredikat

V pasif. Penjabaran entri leksikal, Str-k, dan Str-fnya adalah sebagai berikut.

Page 36: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

257

(7-49) a. Aku dimarahi sama mama. (Dh/125)

b. Entri Leksikal

Aku N(PRED) = ‘PRO‘

(NUM) = TG

(PERS) = 1

dimarahi V(PRED) = ‘DIMARAHI<(SUBJ)(OBL)>‘

sama P(PKASUS)=‘OBL‘

mama N(PRED) = ‘MAMA‘

(NUM) = TG

(PERS) = 3

c. Str-k

V

mama

FI

FD

D

FN

Aku

N

N‘

FD P

sama

V‘

FV

I‘

dimarahi

P‘

FP

Page 37: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

258

d. Str-k dan korespondensinya dengan Str-f

g

f

Aku dimarahi

FI

FD

(↑SUBJ)=↓

D‘

↑=↓

FN

↑=↓

N

↑=↓

N‘

↑=↓

V‘

↑=↓

FV

↑=↓

I‘

↑=↓

V

↑=↓

mama

P

↑=↓

FD

↑=↓

sama

P‘

↑=↓

FP

(↑OBL)=↓

h

Page 38: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

259

e. Str-f

PRED ‗DIMARAHI<(SUBJ)(OBL)>‘

PRED PRO

SUBJ g NUM TG

f PERS 1

PCASE SAMA

OBL h

PRED ‗MAMA’

Dalam Str-f (7-49e), yang berasal dari konstruksi kalimat pasif (4-58),

terdapat tiga atribut, yaitu atribut PRED dengan nilai berupa subkategorisasi

―DIMARAHI<SUBJ><OBL>‖; atribut SUBJ dengan nilai berupa Str-f, yang

ditunjukkan oleh anotasi ―g”, yang di dalamnya juga terdapat tiga atribut, yakni

PRED dengan nilai ―PRO‖, NUM dengan nilai ―TG‖, dan PERS dengan nilai ―1‖;

dan atribut OBL dengan nilai berupa Str-f, yang ditunjukkan oleh anotasi ―h”,

yang di dalamnya terdapat dua atribut, yakni kasus pasif atau PCASE dengan nilai

―SAMA” dan atribut PRED dengan nilai ―MAMA”.

Dari uraian di atas terlihat bahwa semua Str-f pada (7-45e) sampai dengan

(7-49e) merupakan Str-f yang berlapis-lapis. Str-f tersebut dapat dinyatakan

berlapis-lapis karena di dalam setiap atribut Str-f tersebut juga terdapat atribut

yang lain. Setiap atribut pada Str-f berlapis tersebut masing-masing mempunyai

sebuah nilai (value). Hal itu menunjukkan bahwa Str-f pada (7-45e)--(7-49e) di

atas merupakan Str-f yang berterima (well-formed) karena telah memenuhi

prinsip/kendala Str-f, yakni konsistensi, ketuntasan, dan koherensi (lihat kembali

bab II).

Page 39: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

260

Selain kalimat-kalimat yang telah dijelaskan di atas, ditemukan juga

beberapa idiosinkrasi sintaksis dalam tuturan AD. Terkait dengan paparan

idiosinkrasi sintaksis, hal ini telah dijelaskan sebelumnya pada sub-subbab 4.3.2,

yaitu idiosinkrasi sintaksis dalam tuturan AD berupa pola urut kata/konstituen

yang terbalik-balik, pelesapan atau penghilangan OBJ sebagai wujud defisit

bahasa, penghilangan preposisi, dan kerancuan konstruksi aktif-pasif.

Berikut dipaparkan beberapa data tentang pola urut kata/konstituen yang

terbalik-balik, pelesapan atau penghilangan OBJ sebagai wujud defisit bahasa,

serta pelesapan preposisi beserta analisis struktur sintaksisnya sehingga semakin

menguatkan bukti adanya idiosinkrasi sintaksis dalam tuturan AD.

Pertama, data tentang pelesapan atau penghilangan OBJ sebagai wujud

defisit bahasa, yaitu data (7-50) berikut.

(7-50) a. Subjek B: Ibuku membuat. (B/16)

b. Teman B: Ibumu membuat apa? Nasi goreng? Atau sosis?

c. Subjek B: SUBJEK B TAMPAK MENGINGAT-INGAT SESUATU,

TETAPI TAMPAKNYA TETAP TIDAK INGAT. DIA

DIAM LALU MENGGELENGKAN KEPALANYA.

Data di atas dicatat pada saat anak-anak sedang istirahat makan bersama.

B sedang makan bekal nasi putih dengan ceplok telur, sedangkan teman B di

sebelahnya membawa bekal nasi goreng dengan sosis. Sambil melihat bekal milik

temannya, B menceritakan bahwa ibunya membuat sesuatu dengan kalimat tak

lengkap Ibuku membuat (7-50b). Teman B kemudian bertanya kepada B tentang

apa yang disampaikannya. Apakah B bermaksud menyampaikan bahwa ibunya

Page 40: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

261

juga membuat nasi goreng dan sosis seperti yang dibawanya? B tampak ingin

menjawab, tetapi tidak bisa menyampaikan.

Setelah anak-anak pulang, gurunya menyampaikan bahwa ibu B memiliki

home industry yang memproduksi kue lapis. Jadi, tuturan yang ingin disampaikan

oleh B tersebut sebenarnya adalah

c. ―Ibuku membuat kue lapis”.

Kalimat (7-50c) ini memiliki entri leksikal, Str-k, dan Str-f sebagai berikut.

a. Entri Leksikal:

ibuku N(↑PRED) = ‗IBUKU‘

DEF = +

membuat V(↑PRED) = ‘MEMBUAT<(SUBJ, OBJ)>‘

kue N(↑PRED) = ‘KUE LAPIS‘

b. Str-k:

kue lapis membuat Ibuku

V‘

FV

I‘

V

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

Page 41: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

262

c. Korespondensi Str-k dan Str-f:

d. Str-f

PRED ‗MEMBUAT <(SUBJ, OBJ)>‘

f SUBJ g PRED ‗IBUKU‘

OBJ h PRED ‗KUE LAPIS‗

g

f

h

Ibuku membuat

FI

FD

(↑SUBJ)=↓

D‘

↑=↓

FN

↑=↓

N

↑=↓

N‘

↑=↓

V‘

↑=↓

FV

↑=↓

I‘

↑=↓

V

↑=↓

N

↑=↓

FN

↑=↓

N‘

↑=↓

kue lapis

D

↑=↓

FD

(↑OBJ)=↓

Page 42: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

263

Berdasarkan diagram di atas tampak bahwa kalimat tersebut terdiri atas

sebuah PRED dan diikuti oleh dua buah fungsi argumen inti, yakni SUBJ dan

OBJ, sehingga SUBJ dan OBJ seharusnya muncul. Kedua argumen tersebut wajib

hadir dalam kalimat tersebut.

Akan tetapi, B sebagai penyandang disleksia menyampaikannya dalam

kalimat (7-50b) ‘Ibuku membuat’. Tuturan yang diproduksi oleh penutur AD ini

menunjukkan terjadinya ideosinkrasi sintaksis, yakni berupa defisit bahasa karena

terdapat penghilangan argumen OBJ sehingga tuturan yang dihasilkan B dapat

dipandang menyimpang dari bentuk Str-k yang seharusnya. Hal ini tampak pada

diagram Str-k berikut.

Ø (zero) membuat Ibuku

V‘

FV

I‘

V

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

Page 43: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

264

Diagram Str-k di atas menunjukkan bahwa FD ibuku berfungsi sebagai

argumen SUBJ, sedangkan fungsi argumen OBJ tidak hadir/zero (Ø). Berdasarkan

konteksnya, kalimat di atas seharusnya dilengkapi oleh FD ―kue lapis‖ sebagai

argumen OBJ. Tanpa kehadiran fungsi argumen OBJ, kalimat tersebut akan

membingungkan lawan bicara karena fungsi argumen OBJ tersebut tidak dapat

dirujuk dari konteks kalimat sebelumnya.

Pertanyaannya kemudian mengapa dalam kalimat semacam itu pelesapan

OBJ tidak berterima? Mengapa OBJ harus hadir? Penjelasannya adalah dalam

Str-k FV, kehadiran KOMP diperlukan oleh inti. KOMP dalam hal ini bisa diisi

oleh OBJ baik OBJ verba ataupun OBJ preposisi. Dalam pandangan teori X-bar,

inti wajib didampingi KOMP. Dalam hal ini, KOMP-nya adalah OBJ itu tadi.

Sebagai pembanding, sebuah konstruksi kalimat ―Saya sudah pulang dari sana‖

akan menjadi kalimat tidak berterima (tidak gramatikal) apabila tidak ada kata

sana yang hadir (= *Saya sudah pulang dari). Mengapa demikian? Karena sana

merupakan KOMP dari konstituen FP dari sana. Demikian pula sebuah

konstruksi kalimat ―Ayah pergi ke kantor‖ dipandang tidak berterima apabila

tidak ada kata kantor yang hadir (= *Ayah pergi ke). Mengapa demikian? Karena

kantor merupakan KOMP dari konstituen FP ke kantor dalam kalimat tersebut.

Dengan kata lain, kata dari dan di dalam kalimat tersebut adalah inti konstituen

yang wajib dilengkapi oleh sana dan kantor sebagai KOMP-nya. KOMP wajib

hadir melengkapi inti (head)-nya.

Begitu juga kalimat transitif Ibuku membuat dipandang sebagai kalimat

tak berterima. Mengapa demikian? Karena fungsi argumen OBJ yang seharusnya

Page 44: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

265

diisi oleh FD kue lapis tidak hadir melengkapi V transitif membuat, yang dalam

hal ini berfungsi sebagai inti konstituen. Bukankah membuat kue lapis merupakan

satu kesatuan sebagai sebuah konstituen dalam kalimat tersebut dengan formasi

membuat sebagai inti (head) dan kue sebagai KOMP-nya? Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pada tuturan *Ibuku membuat di atas terjadi gejala

penghilangan kata (defisit bahasa) yang ditandai dengan tidak hadirnya fungsi

OBJ yang diisi oleh FD kue lapis pada kalimat transitif tersebut. Fenomena

penghilangan OBJ semacam ini tentu berbeda dengan kasus pelesapan OBJ yang

dapat ditelusuri dari konteks kalimat sebelumnya, seperti yang dijelaskan pada

bab V anak sub-subbab 5.3.1.1.(2).

Data tuturan lain yang menunjukkan terjadinya idiosinkrasi sintaksis

dalam bentuk pelesapan atau penghilangan OBJ sebagai wujud adanya defisit

bahasa tampak juga pada (7-51) berikut.

(7-51) a. Teman S: Pekerjaan papamu apa?

b. Subjek S: Papaku membetulkan. (S/32)

c. Teman S: Membetulkan apa?

c. Subjek S: SUBJEK S TAMPAK MENGINGAT-NGINGAT

SESUATU, INGIN MENERUSKAN PEMBICARAAN,

NAMUN TAMPAK TIDAK INGAT DAN TETAP DIAM.

Data (7-51) di atas adalah data percakapan antara dua anak, yakni antara S,

anak penyandang disleksia yang menjadi subjek penelitian ini (7-51b) dan

temannya (7-51a). Dalam konteks percakapan di atas, temannya menanyakan

pekerjaan yang dimiliki oleh ayah dari anak S, yang sebenarnya membetulkan

Page 45: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

266

kulkas. Oleh karena itu, tuturan yang muncul sebagai jawaban dari pertanyaan

tersebut seharusnya adalah

c. ―Papaku membetulkan kulkas.”

Kalimat (7-51c) ini memiliki entri leksikal, diagram Str-k, dan Str-f sebagai

berikut.

a. Entri Leksikal:

papaku N(↑PRED) = ‗PAPAKU‘

DEF = +

membetulkan V(↑PRED) = ‘MEMBETULKAN<(SUBJ, OBJ)>‘

kulkas N(↑PRED) = ‘KULKAS‘

b. Str-k:

kulkas membetulkan Papaku

V‘

FV

I‘

V

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

Page 46: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

267

c. Korespondensi Str-k dan Str-f

g

f

Papaku membetulkan

FI

FD

(↑SUBJ)=↓

D‘

↑=↓

FN

↑=↓

N

↑=↓

N‘

↑=↓

V‘

↑=↓

FV

↑=↓

I‘

↑=↓

V

↑=↓

N

↑=↓

FN

↑=↓

N‘

↑=↓

kulkas

D

↑=↓

FD

(↑OBJ)=↓

h

Page 47: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

268

d. Str-f

PRED ‗MEMBETULKAN <(SUBJ, OBJ)>‘

SUBJ g PRED ‗PAPAKU‘

DEF +

f OBJ h PRED ‗KULKAS‘

Dari diagram di atas tampak bahwa kalimat tersebut terdiri atas sebuah

PRED yang diikuti oleh dua buah fungsi argumen inti, yakni SUBJ dan OBJ,

sehingga SUBJ dan OBJ sebagai argumen tersebut harus muncul. Kedua argumen

tersebut wajib hadir mendampingi PRED dalam kalimat tersebut.

Akan tetapi, S sebagai penyandang disleksia memberikan jawaban berupa

kalimat (7-51b) ‘Papaku membetulkan. Tuturan yang diproduksi oleh penutur AD

ini menunjukkan terjadinya idiosinkrasi sintaksis, yakni berupa defisit bahasa

karena terdapat penghilangan argumen OBJ yang seharusnya hadir. Mengapa OBJ

harus hadir dalam kasus kalimat ini? Karena fungsi KOMP kalimat itu, yang

dapat diisi oleh OBJ baik OBJ verba maupun OBJ preposisi, harus hadir

mendampingi inti. KOMP wajib hadir karena inti tidak dapat berdiri sendiri tanpa

dilengkapi KOMP. Dalam hal ini, KOMP itu adalah OBJ itu tadi. Begitulah dalam

pandangan teori X-bar. Dengan demikian, tuturan yang dihasilkan oleh S dapat

dipandang menyimpang dari bentuk Str-k yang seharusnya. Hal ini tampak pada

diagram Str-k berikut.

Page 48: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

269

Diagram str-k di atas menunjukkan bahwa ―PAPAKU‖ yang berada di

bawah simpul FD berfungsi sebagai argumen SUBJ, sedangkan fungsi argumen

OBJ tidak ada/zero (Ø). Berdasarkan konteksnya, kalimat di atas seharusnya

dilengkapi dengan FD ―KULKAS‖ sebagai argumen OBJ. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pada tuturan di atas terjadi penghilangan kata (defisit

bahasa) yang ditandai dengan tidak hadirnya argumen OBJ pada kalimat transitif

tersebut.

Ø (zero)

V‘

FV

I‘

V

membetulkan Papaku

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

Page 49: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

270

Data tuturan lain yang menunjukkan terjadinya idiosinkrasi sintaksis

dalam bentuk pelesapan atau penghilangan OBJ sebagai wujud adanya fenomena

defisit bahasa juga tampak pada (7-52) berikut.

(7-52) a. Subjek A: Pak Salim menjual. (A/16)

b. Teman A: Menjual apa?

b. Subjek A: INGIN MENYAMPAIKAN SESUATU, TETAPI

TAMPAK TIDAK INGAT DAN TETAP DIAM

Data (7-52) di atas merupakan data percakapan antara dua anak, yakni

antara A, anak penyandang disleksia, yang menjadi subjek penelitian ini (7-52a)

dengan temannya (7-52b). Dalam konteks percakapan di atas, A ingin

menyampaikan pada temannya bahwa warung Pak Salim menjual mainan. Akan

tetapi, temannya yang diajak bicara balik bertanya karena yang disampaikan oleh

A tidak lengkap. Seharusnya, A menyampaikan informasi tersebut secara lengkap.

Oleh karena itu, tuturan yang seharusnya muncul adalah

c. ―Pak Salim menjual mainan.”

.

Kalimat (7-52c) ini bila dianalisis dalam model Str-f, akan tampak seperti diagram

di bawah. Model analisisnya dimulai dari penjabaran entri leksikal, diagram str-k,

baru kemudian diagram Str-f.

Page 50: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

271

a. Entri Leksikal:

Pak Salim N(↑PRED) = ‗PAK SALIM‘

memjual V(↑PRED) = ‘MENJUAL<(SUBJ, OBJ)>‘

mainan N(↑PRED) = ‘MAINAN‘

b. Str-k:

mainan menjual Pak Salim

V‘

FV

I‘

V

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

Page 51: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

272

c. Korespondensi Str-k dan Str-f

N

↑=↓

FN

↑=↓

N‘

↑=↓

D

↑=↓

FD

(↑OBJ)=↓

N

↑=↓

FN

↑=↓

N‘

↑=↓

D

↑=↓

FD

(↑SUBJ)

=↓

g

f

FI

FD

(↑SUBJ)=↓

D‘

↑=↓

FN

↑=↓

N

↑=↓

N‘

↑=↓

V‘

↑=↓

FV

↑=↓

I‘

↑=↓

V

↑=↓

h

Pak Salim menjual mainan

Page 52: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

273

d. Str-f:

PRED ‗MENJUAL <(SUBJ, OBJ)>‘

SUBJ g PRED ‗PAK SALIM‘

f OBJ h PRED ‗MAINAN‘

Dari diagram di atas terlihat bahwa kalimat tersebut terdiri atas sebuah

PRED yang diikuti oleh dua buah fungsi argumen inti, yakni SUBJ dan OBJ,

sehingga SUBJ dan OBJ sebagai argumen tersebut harus muncul. Kedua argumen

tersebut wajib hadir mendampingi PRED dalam kalimat tersebut.

Akan tetapi, A sebagai penyandang disleksia memberikan informasi

tentang warung Pak Salim yang menjual mainan secara tidak lengkap dengan

mengatakan kalimat (7-52b) Pak Salim menjual. Tuturan yang diproduksi oleh

penutur AD ini menunjukkan terjadinya ideosinkrasi sintaksis, yakni berupa

defisit bahasa karena terdapat penghilangan argumen OBJ yang seharusnya hadir.

Mengapa OBJ harus hadir dalam kalimat ini? Karena fungsi KOMP yang diisi

oleh OBJ, baik OBJ verba maupun OBJ preposisi, harus hadir mendampingi inti.

KOMP wajib hadir karena inti tidak dapat berdiri sendiri tanpa dilengkapi KOMP.

Dengan demikian, tuturan yang dihasilkan oleh A dapat dipandang menyimpang

dari bentuk Str-k yang seharusnya. Hal ini tampak pada diagram Str-k berikut.

Page 53: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

274

Diagram Str-k di atas menunjukkan bahwa ―PAK SALIM‖ yang berada di

bawah simpul FD berfungsi sebagai argumen SUBJ, sedangkan fungsi argumen

OBJ tidak muncul/zero (Ø). Berdasarkan konteksnya, kalimat di atas seharusnya

dilengkapi dengan kata ―MAINAN‖ sebagai KOMP atau dalam hal ini berupa

argumen OBJ. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pada tuturan di atas

terjadi penghilangan kata (defisit bahasa) yang ditandai dengan tidak hadirnya

argumen OBJ.

Ø (zero) menjual Pak Salim

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

V‘

FV

I‘

V FD

D‘

FN

N

N‘

Page 54: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

275

Selain dalam bentuk defisit OBJ, pada tuturan AD juga ditemukan adanya

idiosinkrasi sintaksis dalam bentuk pelesapan atau defisit P, seperti yang tampak

dalam data (7-53a, b, c).

(7-53) a. Bu guru menulis [buku halus]. (B/20)

b. Bapak pergi [kantor]? (N/35)

c. Mama belanja [pasar]? (Y/40)

Berdasarkan konteksnya, FN [buku halus], [kantor], dan [pasar] dalam

kalimat (7-53a,b,c) di atas sebenarnya merupakan FP yang memiliki bentuk

lengkap [di buku halus], [ke kantor], dan [di pasar]. Akan tetapi, FP tersebut

mengalami penghilangan unsur P. Penghilangan unsur P yang berfungsi sebagai

inti (head) frasa dalam kalimat (7-53a,b,c) tersebut dalam taraf makna masih

dapat dipahami. Akan tetapi, dari segi kegramatikalan kalimat, sesungguhnya

kalimat tersebut tidak berterima. Mengapa demikian? Dalam struktur konstituen

FP, kehadiran P sebagai inti frasa diperlukan oleh FN sebagai KOMP-nya.

Kehadiran P bersifat wajib karena tanpa kehadirannya konstituen FP yang

terbentuk tidak bermakna dan tidak bisa independen. Untuk memperjelas

terjadinya defisit P, berikut dibuatkan diagram Str-k, yang diawali dengan

Page 55: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

276

diagram yang menunjukkan adanya P, baru kemudian dibuatkan diagram str-k

yang memperlihatkan fenomena defisit unsur P tersebut.

di menulis Bu guru buku halus

Bapak pergi ke kantor

pasar Mama belanja di

FI

V‘

FV

I‘

V FP

P‘

FN P

FD

D‘

FN

N

N‘

Page 56: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

277

Berikut ditampilkan diagram str-k yang memperlihatkan tidak hadirnya unsure P

dalam struktur FP.

Diagram di atas menunjukkan bahwa FP di buku halus dibentuk oleh P di sebagai

inti dan FN buku halus sebagai KOMP-nya. Demikian pula FP di kantor dan ke

pasar, dibentuk oleh P di dan ke sebagai inti dan FN kantor dan pasar sebagai

KOMP-nya. Penghilangan P di, ke, dan di sebagai inti dalam struktur FP tersebut

menjadikan kalimat tersebut tidak berterima.

menulis Bu guru buku halus

Bapak pergi kantor

pasar Mama belanja

FI

V‘

FV

I‘

V FP

P‘

FN P

FD

D‘

FN

N

N‘

Ø (zero)

Ø (zero)

Ø (zero)

Page 57: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

278

Selain dalam bentuk defisit OBJ dan P, pada tuturan AD juga ditemukan

adanya penyimpangan pola urutan kata. Idiosinkrasi sintaksis dalam bentuk

penyimpangan pola urut kata/konstituen dikatakan terjadi apabila tuturan yang

dihasilkan tidak sesuai dengan pola urut kata/konstituen yang berterima dalam

kalimat bahasa Indonesia.

Salah satu contoh data kalimat yang dihasilkan oleh AD dalam penelitian

ini yang mengalami penyimpangan pola urut kata adalah seperti berikut.

(7-54) a. Nggak tahu aku puranya.

Bila diilustrasikan dalam bentuk diagram Str-k, analisisnya seperti berikut.

puranya Nggak tahu

V‘

FV

I‘

V FD

D‘

FN

N

N‘

FI

FD

D‘

FN

N

N‘

aku

Page 58: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

279

Kalimat (7-54a) di atas tidak berterima karena menyimpang dari pola urut

kata dalam kalimat bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, atribut PRED dan

argumen OBJ tidak dapat dipisahkan oleh unsur lain. Dengan kata lain, argumen

OBJ dengan nilai FD ―PURANYA‖ harus mengikuti langsung unsur PRED

dengan nilai FV ―NGGAK TAHU‖. Akan tetapi, pada kalimat (7-53) yang

dituturkan oleh AD di atas, unsur PRED dengan nilai FV ―NGGAK TAHU‖ dan

argumen OBJ dengan nilai FD ―PURANYA‖ terpisah oleh argumen SUBJ dengan

nilai FD ―AKU‖ yang menjadikan pola urut kata pada kalimat (7-54a) tidak

berterima (tidak gramatikal). Seharusnya, pola urut kata dalam kalimat tersebut

menjadi seperti berikut.

(7-54) b. Aku nggak tahu puranya.

Bila diilustrasikan dalam bentuk diagram Str-k, analisisnya seperti berikut.

puranya nggak tahu Aku

FD

D‘

FN

N

N‘

FI

V‘

FV

I‘

V FD

D‘

FN

N

N‘

Page 59: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

280

Diagram struktur fungsionalnya sebagai berikut.

PRED ‗NGGAK TAHU <(SUBJ)(OBJ)>‘

PRED ‗AKU‘

SUBJ g NUMBER ‗TG‘

f PERSON ‗1‘

OBJ PRED ‗PURANYA‘

h DEF +

Str-f dari kalimat (7-54b) di atas menunjukkan adanya sebuah PRED dan

dua buah fungsi argumen inti, yakni SUBJ dan OBJ. Dalam Str-f tersebut, ketiga-

tiganya merupakan atribut: SUBJ dan OBJ merupakan atribut dari fungsi

gramatikal, sedangkan PRED merupakan atribut semantis. Setiap atribut

mempunyai nilai (value): atribut PRED mempunyai nilai berupa subkategorisasi

―NGGAK TAHU‖ <SUBJ, OBJ>; atribut SUBJ mempunyai nilai berupa Str-f,

seperti yang terlihat dalam ―g”. Dalam hal ini, SUBJ mempunyai tiga atribut

dengan nilai masing-masing, yakni atribut PRED dengan nilai ―AKU‖, atribut

NUMBER dengan nilai ―TG‖, dan atribut PERSON dengan nilai ―1‖. Adapun

atribut OBJ mempunyai nilai berupa Str-f, seperti yang terlihat dalam ―h”. Dalam

hal ini, OBJ mempunyai dua atribut dengan nilai masing-masing, yakni PRED

dengan nilai ―PURANYA‖ dan DEF dengan nilai ―+‖. Simbol + di sini

mempunyai makna takrif.

Berdasarkan analisis Str-k di atas, tuturan yang seharusnya diproduksi oleh

AD memiliki pola urut kata/konstituen dengan struktur SUBJ-PRED-OBJ. Akan

Page 60: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

281

tetapi, AD memproduksinya dengan pola urut PRED-SUBJ-OBJ, seperti yang

tampak pada data (7-54a) di atas.

Adanya gejala penyimpangan pola urut kata juga terjadi dalam tuturan

lain yang dihasilkan oleh AD. Kalimat ―Ima, jangan banyak-banyak ambil

kuenya” merupakan kalimat yang berterima (gramatikal) dalam bahasa Indonesia.

Kalimat imperatif ini memiliki pola urut sebagai berikut.

(7-55) a. Ima, jangan ambil kuenya banyak-banyak.

Diagram Str-f dari kalimat tersebut sebagai berikut.

PRED ‗JANGAN AMBIL‘ <(SUBJ, OBJ)>‘

SUBJ g PRED ‗IMA‘

f OBJ h PRED ‗KUENYA BANYAK-BANYAK‘

Namun, tuturan AD yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan

pola urut yang berbeda. Kalimat yang dihasilkan AD, yakni

(7-55) b. Banyak-banyak, jangan Ima kuenya ambil.

Kalimat (7-55b) ini memiliki pola urut kata/konstituen seperti berikut.

Page 61: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

282

Banyak-banyak jangan Ima kuenya ambil

quantifier penanda imperatif larangan FD(SUBJ) FD(OBJ) FV

Tuturan (7-55b) yang dihasilkan oleh AD tersebut merupakan tuturan

dengan pola urut kata yang menyimpang. Pada penjabaran di atas tampak bahwa

susunan fungsi ADJ quantifier ‘banyak-banyak’ terpisah dari frasa intinya, yaitu

FD OBJ dengan nilai ―KUE‖. Selain itu, penanda imperatif larangan ―jangan”

juga tidak lekat dengan inti frasanya, yakni PRED dengan nilai ―AMBIL‖.

Kalimat yang dihasilkan oleh AD pada (7-55b) memiliki pola urut kata tidak

sesuai dengan pola urut kata yang seharusnya dalam bahasa Indonesia. Dengan

demikian, dapat dinyatakan bahwa tuturan AD tersebut mengalami idiosinkrasi

sintaksis berupa pola urut kata yang terbalik-balik.

Selanjutnya, salah satu kalimat lain yang dihasilkan oleh AD dengan

idiosinkrasi sintaksis berupa pola urut kata yang terbalik-balik adalah yang

berikut.

(7-56) a. Ih, ke sana cepat Tata sampahnya buang.

Kalimat (7-56a) ini memiliki pola urut kata seperti berikut.

Ih, ke sana cepat Tata sampahnya buang

interjeksi FP FADV FD(Agent) FDPatient) FV

Page 62: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

283

Kalimat (7-56a) di atas merupakan kalimat imperatif. Pola urut

(Interjeksi - FP - FADV - FD(agent) - FD(pasien) – FV) ini merupakan pola urut yang

menyimpang dan tidak berterima.

Pada hakikatnya kalimat imperatif merupakan kalimat transformasi dari

kalimat deklaratif. Kalimat imperatif dapat dibentuk dari kalimat deklaratif

melalui penempatan FV di awal kalimat. Adapun FD SUBJ bisa dilesapkan atau

ditaruh di akhir kalimat. Dengan demikian, pola urut yang wajar (kanonik) untuk

kalimat imperatif adalah sebagai berikut.

(7-56) b. Ih, buang sampahnya ke sana cepat, Tata.

Ih, buang sampahnya ke sana cepat Tata

interjensi FV FDPatient FP FADV FD(Agent)

Kalimat (7-56b) di atas memiliki pola urut kata seperti berikut: Interjeksi - FV -

FD(pasien) – FP – FADV - FD(agent)

7.5 Temuan Baru Penelitian

Dari deskripsi dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa kalimat-

kalimat yang muncul dalam tuturan AD, berdasarkan struktur fungsi

Page 63: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

284

gramatikalnya, ada yang gramatikat (berterima) dan ada yang tidak gramatikal

(tak berterima). Struktur kalimat gramatikal yang muncul dalam tuturan AD

terdiri atas kalimat berpredikat nonverbal, kalimat berpredikat verba berargumen

satu atau kalimat intransitif, kalimat berpredikat verba berargumen dua atau

kalimat ekatransitif, dan kalimat berpredikat verba berargumen tiga atau kalimat

dwitransitif.

Analisis Str-f untuk menggambarkan penggunaan fungsi argumen dalam

kalimat AD dijabarkan terlebih dahulu ke dalam entri leksikal, Str-k, dan baru

kemudian ke Str-f. Str-f kalimat berpredikat nonverbal yang diisi oleh kategori

adjektiva mempunyai bentuk yang sama dengan Str-f kalimat berpredikat

nonverbal yang diisi oleh kategori N, Num, dan P. Model Str-f kalimat-kalimat

tersebut memiliki bentuk yang mirip dengan str-f pada kalimat dengan predikat

V berargumen satu. Kalimat berpredikat nonverbal dan kalimat dengan predikat V

berargumen satu tidak memerlukan argumen dalam (internal argument) dan

hanya memerlukan argumen luar yang bertindak sebagai SUBJ. Pada kalimat

dengan predikat V berargumen dua, Str-f menunjukkan adanya sebuah PRED dan

dua buah fungsi argumen inti, yakni SUBJ dan OBJ. Pada kalimat berpredikat V

berargumen tiga, Str-f menunjukkan adanya sebuah PRED dengan tiga fungsi

argumen, yakni SUBJ, OBJ, OBJ. PRED mempunyai nilai berupa subkategorisasi

<SUBJ, OBJ, OBJ>‘. Atribut SUBJ memiliki tiga atribut lagi, yakni PRED

dengan nilai ―PRO‖, NUM dengan nilai ―TG‖, dan PERS dengan nilai ―3‖; atribut

OBJ juga memiliki tiga atribut lagi yakni atribut PRED, atribut NUM, dan atribut

PERS; atribut OBJT juga mempunyai tiga atribut lagi, yakni atribut PRED, atribut

Page 64: BAB VII STRUKTUR FUNGSI GRAMATIKAL DALAM TUTURAN … · 227 kalimat tersebut tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa SUBJ tidak dapat terletak di antara predikat verbal dan OBJ.

285

NUM, dan atribut PERS. Pada model analisis Str-f untuk kalimat berpredikat V

pasif, terdapat tiga atribut, yaitu atribut PRED dengan nilai berupa subkategorisasi

‗<SUBJ><OBL>‘; atribut SUBJ yang di dalamnya juga terdapat tiga atribut lagi,

yakni PRED, NUM, dan PERS 1; dan atribut OBL yang di dalamnya juga

memiliki dua atribut lagi, yakni kasus pasif atau PCASE dan atribut PRED.

Analisis Str-f memperlihatkan Str-f yang berlapis-lapis karena di dalam

Str-f terdapat Str-f yang lain. Setiap atribut pada Str-f berlapis masing-masing

memiliki sebuah nilai (value). Hal itu menunjukkan bahwa Str-f untuk kalimat

tersebut berterima (well-formed).

Analisis Str-f untuk kalimat-kalimat tak berterima (ungramatical)

memperlihatkan adanya idiosinkresi sintaksis pada tuturan AD. Kalimat yang

mengalami defisit kata dapat berupa penghilangan fungsi OBJ dan P dalam FP

serta kalimat dengan pola urut kata/konstituen yang terbalik-balik. Model analisis

Str-k dan Str-f untuk kalimat-kalimat tersebut juga menggambarkan bahwa

struktur kalimat tersebut tak berterima. Ditemukannya idiosinkrasi sintaksis dalam

bentuk defisit kata dan pola urut kata/konstituen merefleksikan bahwa AD yang

menjadi subjek penelitian ini termasuk L-type dyslexia (lingusitik) yang ditandai

dengan adanya pelesapan kata pada kalimat sehingga menjadi kalimat tak

lengkap, defisit bahasa berupa penghilangan kata-kata tertentu pada kalimat yang

disusun, serta pemroduksian kalimat dengan pola urut kata yang menyimpang dari

pola urut kata yang seharusnya. Hal ini terjadi karena adanya gangguan fungsi

neurofisiologis (Kirk dan Gallagher, 1989) yang membuat daya ingat AD terbatas

(Pratamawati dkk., 2015).