BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

50
210 BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR Sudah hampir satu dasawarsa memasuki abad ke-21, bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan untuk menyusun dan merumuskan konsep kebijakan dan strategi yang tepat dalam upaya mencerdaskan dan menyejahterakan warganya. Masih buruknya mutu pendidikan pada hampir semua jenis dan tingkatan pendidikan semakin menegaskan sinyalemen di depan. Semakin meningkatnya angka pengangguran anak-anak usia produktif yang diakibatkan rendahnya kemampuan dasar, keterampilan, dan keahlian menjadi cermin nyata bahwa bangsa ini masih menghadapi persoalan besar dalam bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan haruslah diarahkan pada kebutuhan kekinian. Setiap bidang keahlian yang dipilih haruslah diarahkan dalam rangka menyiapkan individu siswa agar dapat menjawab persoalan kekinian, memahami relevansi dan keterkaitannya dengan bidang lainnya, serta menyiapkan mereka dalam menghadapi arus perubahan yang begitu cepat dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, dan sosial-budaya. Kebijakan pengajaran bahasa Inggris SD yang dikembangkan di SD didasarkan pada upaya menyiapkan peserta didik agar mampu menjawab kebutuhan kekinian (immediate needs), terutama dalam bidang informasi dan ilmu pengetahuan yang tidak bisa dilepaskan dari era globalisasi. Dunia pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa international yang 210

Transcript of BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

Page 1: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

210

BAB VII

MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN

BAHASA INGGRIS SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR

Sudah hampir satu dasawarsa memasuki abad ke-21, bangsa Indonesia

masih menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan untuk menyusun dan

merumuskan konsep kebijakan dan strategi yang tepat dalam upaya mencerdaskan

dan menyejahterakan warganya. Masih buruknya mutu pendidikan pada hampir

semua jenis dan tingkatan pendidikan semakin menegaskan sinyalemen di depan.

Semakin meningkatnya angka pengangguran anak-anak usia produktif yang

diakibatkan rendahnya kemampuan dasar, keterampilan, dan keahlian menjadi

cermin nyata bahwa bangsa ini masih menghadapi persoalan besar dalam bidang

pendidikan.

Kebijakan pendidikan haruslah diarahkan pada kebutuhan kekinian.

Setiap bidang keahlian yang dipilih haruslah diarahkan dalam rangka menyiapkan

individu siswa agar dapat menjawab persoalan kekinian, memahami relevansi dan

keterkaitannya dengan bidang lainnya, serta menyiapkan mereka dalam

menghadapi arus perubahan yang begitu cepat dalam bidang ekonomi, teknologi,

politik, dan sosial-budaya. Kebijakan pengajaran bahasa Inggris SD yang

dikembangkan di SD didasarkan pada upaya menyiapkan peserta didik agar

mampu menjawab kebutuhan kekinian (immediate needs), terutama dalam bidang

informasi dan ilmu pengetahuan yang tidak bisa dilepaskan dari era globalisasi.

Dunia pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa international yang

210

Page 2: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

211

mempunyai peran yang sangat penting dalam era globalisasi. Pembelajaran bahasa

Inggris sudah menjadi suatu kebutuhan pendidikan, khususnya untuk daerah yang

banyak bersentuhan dengan dunia international, seperti Bali sebagai daerah

tujuan wisata utama di Indonesia. Adapun makna dari kebijakan pengajaran

bahasa Inggris jenjang SD di Kota Denpasar adalah sebagai berikut. (1) Peran dan

tanggung jawab pemerintah dalam menjawab perkembangan zaman. (2) Sinergi

budaya global-lokal melalui pendidikan dasar. (3) Ekologi (fungsi) bahasa asing

untuk kebermanfaatan siswa. (4) Penguatan kinerja dan kepercayaan diri siswa.

7.1 Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah Kota dalam Menjawab

Perkembangan Zaman

Pada era globalisasi sekarang ini kita merasakan dunia ini semakin sempit

seiring dengan derasnya arus informasi, baik melaui media cetak maupun

elektronik. Untuk dapat berpartisipasi dalam era ini mau tidak mau faktor

penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris menjadi teramat penting,

terlebih jikalau kita ingin sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

Tidaklah berlebihan semboyan yang mengatakan bahwa menguasai bahasa Inggris

berarti kita bisa menguasai dunia. Pernyataan ini didukung oleh data hasil

wawancara dengan bapak Ngakan Made Astagina, Kepala SD No. 1 Saraswati

Denpasar berikut ini.

“Saya sangat mendukung bahasa Inggris diberikan di sekolah dasar. Hal

ini sangat penting supaya generasi muda bangsa Indonesia bisa ikut dalam

pergaulan internasional karena bahasa Inggris dipakai secara luas di

banyak negara, terlebih dalam kehidupan pariwisata serta berbagai

pengembangan dan penyebaran IPTEK, penerbitan buku-buku ilmu

pengetahuan dan teknologi. Saya tidak pernah meneliti tentang hal ini,

tetapi kenyataan menunjukkan bahwa orang yamg mampu berbahasa

Inggris dengan aktif akan bisa bersaing dalam mencari pekerjaan di sektor

Page 3: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

212

pariwisata. Oleh karena itu, harapan saya supaya pemerintah all out dan

jangan setengah-setengah dalam menjalankan kebijakan memberikan

pembelajaran bahasa Inggris mulai dari sekolah dasar. Dibandingkan

dengan negara tetangga, seperti: Malaysia, Filipina dan Singapura,

penguasaan bahasa Inggris kita masih kalah. Kebanyakan siswa kita

kurang berani berbicara bahasa Inggris, mereka masih baru tahapan

pengenalan. Bahasa Inggris seperti kita lihat dipakai secara luas di dunia

maya. Pemerintah harus mempunyai tanggung jawab untuk menyiapkan

sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global ini. Hal ini bisa

dilakukan dengan lebih memperhatikan dan memantau pelaksanaan

pengajaran bahasa Inggris di lapangan. Saran saya supaya pemerintah

memberikan fasilitas pendidikan, menentukan model pembelajaran yang

cocok dan tepat untuk anak usia muda.” ( wawancara 21 September 2009).

Tuturan di atas menunjukkan kenyataan bahwa bahasa Inggris dewasa ini

dipergunakan secara luas dalam berbagai pengembangan dan penyebaran IPTEK,

di samping penerbitan buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena

itu, pemerintah, khususnya pemerintah kota sangat berkepentingan terhadap

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris jenjang SD dalam rangka

menyiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing pada tataran

internasional. Dalam teori Diskursus Kekuasaan/Pengetahuan yang mengaitkan

antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan memandang bagaimana bahasa digunakan

pada tempatnya. Dengan mengusai bahasa, khususnya bahasa Inggris akan

memudahkan seseorang mendapatkan pengetahuan. Dengan pengetahuan

berbahasa Inggris yang baik dan benar akan memudahkan untuk mendapatkan

pekerjaan yang layak serta mampu bersaing dengan tenaga asing yang menyerbu

Indonesia dalam pasar bebas yang sudah di depan mata.

Dari uraian diatas dapat digarisbawahi betapa pentingnya bahasa Inggris

bagi tenaga-tenaga menegah dan atas untuk kepentingan pembangunan negara

kita. Kalaupun kita tidak bisa berhasil membekali tenaga menengah kita dengan

Page 4: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

213

bahasa Inggris, minimal harus dapat membekali tenaga atas kita, yaitu para

sarjana dengan bahasa Inggris yang cukup untuk mengembangkan ilmu mereka.

Untuk menyiapkan hal itu, kebijakan pembelajaran bahasa Inggris sekolah dasar

merupakan langkah awal agar memotivasi siswa untuk senang dengan bahasa

Inggris. Langkah awal pembelajaran bahasa Inggris haruslah menyenangkan, di

samping dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Semua komponen yang terlibat dalam suatu kebijakan semestinya

memberikan dorongan serta berpartisipasi penuh dalam membuat suatu kebijakan

agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Bahasa Inggris sudah diakui sebagai bahasa internasional nomor satu. Di

Indonesia pun bahasa Inggris merupakan bahasa asing paling populer. Penguasaan

terhadap bahasa Inggris merupakan jaminan akan kesuksesan. Pemerintah secara

langsung dan tidak langsung mengakui betapa pentingnya bahasa Inggris. Alasan

klasik yang dapat diungkap adalah dengan penguasaan bahasa Inggris yang baik

maka proses alih teknologi akan dapat berjalan lebih cepat. Hal ini terjadi karena

banyak litelatur ilmu pengetahuan dan teknologi ditulis dalam bahasa Inggris.

Dalam hal ini banyak yang mengungkapkan, bahwa ketika memasuki era

globalisasi, setiap individu harus mampu mempersiapkan dirinya sebagai sumber

daya yang handal, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK). Dalam kaitan ini bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting

tentunya dalam proses penguasaan teknologi dan informasi yang mulai masuk

serta dalam proses komunikasi. Sebagai sarana komunikasi global, bahasa Inggris

harus dikuasai secara aktif baik lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris juga bisa

Page 5: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

214

menjadi salah satu bekal kita dalam mencari pekerjaan. Selain itu, biasanya

perusahaan-perusahaan memakai bahasa Inggris sebagai salah satu pertimbangan

dalam menerima karyawannya.

Di Indonesia, pelajaran bahasa Inggris merupakan mata pelajaran wajib

yang mulai diajarkan di tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yaitu di

SMP dan terus dilanjutkan sampai tingkat SMA sederajat dan perguruan tinggi.

Bahasa Inggris bukan hanya dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di

sekolah, tetapi juga dianggap sebagai salah satu mata pelajaran “penting”.

Buktinya, bahasa Inggris adalah merupakan salah satu mata pelajaran yang

diujikan dalam ujian nasional (UN) yang soalnya berstandar nasional dan

dijadikan sebagai salah satu syarat kelulusan siswa, baik pada tingkat SMP

maupun SMA sederajat.

Bukan hanya pemerintah yang menganggap bahasa Inggris penting,

orangtua siswa juga menganggap bahasa Inggris penting bagi putra-putrinya.

Orangtua yang tergolong mampu rela mengeluarkan dana lebih agar anak-anaknya

mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lancar, baik secara lisan

maupun tulisan. Semua ini dilakukan para orangtua agar dengan kemampuan atau

penguasaan bahasa Inggris yang baik maka anak mereka akan mampu bersaing

pada zaman atau era globalisasi yang persaingannya akan semakin ketat karena

sudah lintas negara dan lintas benua.

Mengingat peran dan fungsi bahasa Inggris yang sangat strategis dalam

dunia global, maka Pemerintah sudah tentu mempunyai peran dalam mengambil

kebijakan yang strategis dalam memfasilitasi dan membuat serta melaksanakan

Page 6: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

215

kebijakan dalam pendidikan formal seperti membuka sekolah berstandar

international. Ada suatu kekhawatiran bahwa bahasa Inggris seolah-olah kembali

„menjajah‟ bangsa Indonesia. Hal ini merupakan penjajahan gaya baru, penjajahan

era modern. Bahasa Inggris lebih populer dibandingkan dengan bahasa persatuan

kita bahasa Indonesia. Tidak jarang kita lihat, dengar dan temukan penggunaan

bahasa Inggris yang „kebablasan‟ yang jauh dari peran dan fungsi bahasa Inggris

yang hanya sebagai bahasa asing. Jangan sampai bangsa Indonesia sudah

kehilangan sebagian dari jati dirinya dengan lebih bangga menggunakan bahasa

Inggris dibandingkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Jangan sampai ada

pandangan atau pendapat di kalangan pembelajar bahasa Inggris bahwa dengan

menggunakan bahasa Inggris kelihatan lebih gaya, lebih pintar, lebih “gaul”, dan

lebih percaya diri.

Sekolah berstandar internasional (SBI) maupun rintisan sekolah berstandar

internasional (RSBI) yang mulai bermunculan sekarang ini jangan sampai

membuat bahasa Inggris semakin jauh meninggalkan bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional. Dalam teorinya bahasa Inggris adalah bahasa pengantar dalam

menyampaikan materi pelajaran di sekolah-sekolah berstadar internasional

ataupun di rintisan sekolah berstandar internasional tersebut. Peran bahasa Inggris

sangat meningkat dalam proses belajar-mengajar karena di SBI dan RSBI

diperkenalkan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam

menyampaikan materi pelajaran yakni mata pelajaran MIPA (Matematika, Fisika,

Biologi, dan Kimia).

Page 7: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

216

Seorang peneliti bahasa, Dendy Sugono mengatakan bahwa penggunaan

bahasa sebagai bahasa pengantar pendidikan di sekolah melanggar Undang-

Undang Dasar 1945. Menurutnya, sejumlah sekolah bertaraf international (SBI)

dan rintisan sekolah bertaraf international (RSBI) menempatkan bahasa asing

sebagai bahasa pengantar pendidikan (Kompas, 8 November 2010). Hal ini sudah

tentu bertentangan dengan Pasal 33, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 29, Undang-Undang No 24 Tahun

2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

Dendy juga mengatakan, “Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar

pendidikan akan mereduksi peran bahasa Indonesia dari dunia keilmuan dan

kehidupan masa depan bangsa”. Menurut dia, internasionalisasi standar

pendidikan Indonesia hanya sebatas kulit, bukan substansi mutu pendidikan

tersebut. “Internasionalisasi standar pendidikan seharusnya menyentuh mutu

pendidikan dan wawasan para siswanya, tidak sebatas pada penggunaan bahasa

asing di sekolah”, ucapnya.

Untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran di

sekolah, hindari penggunaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Dengan bahasa

asing, siswa dikhawatirkan justru akan bingung dan tidak mengerti persoalan atau

malah salah pengertian. Jadi, output pengajaran bahasa Inggris bukan untuk

mengganti posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di

sekolah, tetapi tujuan mempelajari bahasa asing adalah untuk memenuhi tuntutan

era globalisasi yang menempatkan bahasa Inggris pada posisi yang sangat penting

sebagai alat komunikasi dalam berbagai kegiatan dan aktivitas internasional.

Page 8: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

217

Menurut Abhisit Vejjajiva, ilmu pengetahuan apa pun akan lebih cepat dimengerti

siswa jika disampaikan dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini diungkapkannya

dalam diskusi konferensi international mengenai Language, Education, and the

Millenium Development Goals (MDGs) di Bangkok, Thailand.

Kekhawatiran yang sama juga disampaikan oleh Direktur Internasinal-

Lead Asia Catherine Young. Jika siswa tidak mengerti bahasa pengantar yang

digunakan di sekolahnya, lambat laun minat dan semangat anak bisa menurun dan

berakhir dengan drop out (Kompas,11 Nopember 2010). Menurut Helen,

mengajarkan bahasa asing di jenjang pendidikan dasar tidaklah salah, asalkan

menjadi salah satu mata pelajaran dan bukan bahasa pengantar. Banyak orangtua

berloma-lomba mendidik anak mereka dengan bahasa asing, tetapi lupa bahwa

bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat membentuk karakter dan kepribadian

bangsa. Bahasa asing sebagai bahasa pengantar tidak bisa dijadikan ukuran mutu

suatu sekolah. Dalam hal ini yang penting adalah benahi metode pengajaran, cara

belajar siswa, dan cara guru mengajar. Kuncinya, buatlah anak nyaman belajar di

sekolah dengan bahasa lokal, nasional, dan asing.

7.2 Sinergi Budaya Global-Lokal Melalui Pendidikan Dasar

Ada anggapan selama ini bahwa proses globalisasi akan membuat dunia

seragam serta akan menghapus identitas dan jati diri suatu bangsa. Kebudayaan

lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya

global. Anggapan atau jalan pikiran yang demikian tidak sepenuhnya benar.

Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak

menjadi hilang dan tidak berguna. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi telah

Page 9: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

218

membuat surutnya peranan kekuasaan ideologi dan kekuasaan negara. Kita tengah

memasuki abad XXI atau memasuki milenium III. Perubahan abad dan perubahan

milenium ini diramalkan akan membawa perubahan pula terhadap struktur

ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia. Fenomena paling

menonjol yang sedang terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses

globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai

gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultur), dan

gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya

pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian

pada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada

penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi). Pernyataan

tersebut sejalan dengan pandangan seorang guru bahasa Inggris I Nyoman Nuada,

yakni sebagai berikut.

“Era globalisasi menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber

daya yang handal. Peranan bahasa Inggris sangat diperlukan. baik dalam

menguasai teknologi komunikasi maupun dalam berinteraksi secara

langsung. Sebagai sarana komunikasi global, bahasa Inggris harus dikuasai

secara aktif, baik lisan maupun tulisan. Sebagai bahasa pergaulan dunia

bahasa Inggris bukan hanya sebagai kebutuhan akademis karena

penguasaannya hanya terbatas pada aspek pengetahuan bahasa, melainkan

sebagai media komunikasi global” (wawancara 8 September 2009).

Data wawancara tersebut menunjukkan representasi budaya global dunia dewasa

ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara peran bahasa Inggris dengan

proses munculnya suatu budaya menjadi budaya global. Alaistar Pennycook

(1995) mengindikasikan bahwa bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris, telah

menjadi alat yang sangat ampuh untuk menyebarkan budaya penutur bahasa

tersebut ke seluruh dunia. Itulah sebabnya ketika ditelusuri ke belakang kita akan

Page 10: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

219

menemukan bahwa hampir seluruh budaya populer yang sifatnya mendunia pada

hari ini berasal dari negara-negara yang penduduknya berbahasa Inggris, terutama

Amerika Serikat.

Salah satu upaya yang perlu mendapatkan dukungan dan pemikiran yang

terus-menerus adalah upaya mengubah sikap dan kebijakan kita terhadap bahasa

Inggris sebagai bahasa internasional. Dari segi sikap sudah saatnya terjadi

perubahan sikap mental kita sebagai pengguna bahasa Inggris sebagai bahasa

asing atau sebagai orang-orang yang selama ini secara sadar atau tidak sadar telah

mengasosiasikan diri kita dengan budaya penutur asli bahasa Inggris. Persepsi

bahwa cara berbicara atau cara menulis kita dalam bahasa Inggris haruslah seperti

cara berbicara atau cara menulis orang Amerika misalnya, sudah tidak lagi relevan

dengan kenyataan bahwa bahasa Inggris adalah sebuah bahasa internasional

dengan jumlah pengguna bukan penutur aslinya. Sudah jauh lebih banyak jumlah

penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dari pada mereka yang

menggunakannya sebagai bahasa pertama (Whitehead, 2007:11).

Salah satu akibat status bahasa Inggris sebagai bahasa internasional adalah

perlunya usaha untuk saling memahami dan saling belajar, baik secara linguistik

maupun budaya dari semua pengguna bahasa Inggris, baik yang menggunakannya

sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, maupun bahasa asing. Perubahan sikap

mental ini menjadi isu penting karena dengan terus-menerusnya exposure

(pengenalan) budaya global saat ini ke tengah masyarakat, maka secara gradual,

persepsi, cara berpikir, dan akhirnya tindakan-tindakan kita akan semakin jauh

dari akar budaya kita sendiri yang sesungguhnya juga memiliki daya dorong untuk

Page 11: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

220

mengantarkan kita menjadi orang-orang yang maju. Membangun kemasan baru

budaya nasional dalam bahasa Inggris, selain bahasa verbal dan nasional, menjadi

tuntutan global.

Dengan kata lain, perubahan sikap mental ini diperlukan agar kita tidak

terjebak untuk terus-menerus mengadopsi kemajuan dan budaya global (baik yang

dianggap positif maupun negatif) yang ada dewasa ini. Perubahan sikap mental ini

diperlukan agar kita bisa menginovasi dan mengkreasi kemajuan atau minimal

bisa mengadaptasikan kemajuan dan budaya global yang ada hari ini dalam

koridor budaya lokal yang kita miliki. Oleh karena itu, bahasa Inggris sebagai

bahasa internasional, dengan segala pengaruh yang dimilikinya, seharusnya

dijadikan alat untuk mencapai kemajuan yang berbasiskan budaya lokal/nasional.

Kebijakan pengajaran bahasa Inggris jenjang SD yang telah dilaksanakan

sudah tentu akan mampu menghadapi proses globalisasi atau di dalam era pasar

bebas yang sebentar lagi akan tiba. Berpikir lokal, bertindak global, dan

menempatkan bahasa Inggris sebagai sesuatu yang penting pada era globalisasi.

Proses berpikir tidak akan mungkin dilakukan tanpa bahasa. Bahasa Inggris yang

dipakai secara luas akan mempunyai peran yang sangat penting dalam

mensinergikan antara budaya global dan lokal. Di dalam sejarahnya, bahasa

Inggris telah berkembang cukup menarik. Bahasa Inggris yang tadinya hanya

merupakan bahasa yang dipakai oleh negara Inggris dan negara jajahannya, tetapi

sekarang dipelajari dan dipakai secara luas oleh banyak negara sebagai bahasa

kedua.

Page 12: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

221

Salah satu kekhawatiran dalam melaksanakan pengajaran bahasa Inggris

jenjang SD adalah adanya anggapan bahwa pengajaran bahasa Inggris tersebut

akan merusak budaya lokal dan identitas kebangsaan karena bahasa Inggris

mempunyai peran yang sangat strategis dalam era globalisasi. Dengan derasnya

arus globalisasi dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan

mulai terkikis. Budaya asing kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi

budaya lokal yang sarat makna. Agar eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka

diperlukan pemertahanan budaya lokal. Fenomena anak usia sekolah yang senang

dengan budaya asing menjadikan kewaspadaan untuk mengangkat dan

melestarikan budaya lokal agar menjadi bagian integratif dalam pembelajaran

bahasa, khususnya pembelajaran bahasa Inggris di SD.

Budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah dan

mencerminkan keadan sosial di wilayahnya. Beberapa hal yang termasuk budaya

lokal, seperti: cerita rakyat, lagu daerah, ritual kedaerahan, adat istiadat daerah,

dan segala sesuatu yang bersifat kedaerahan. Penulis sebelumnya mengatakan

pentingnya menjadikan kekayaan lokal agar dijadikan bahan pengajaran bahasa

Inggris di sekolah. Hal ini dilakukan dalam upaya penanaman nilai-nilai yang

terkandung dalam budaya lokal, seperti nilai religius, nilai moral, dan khususnya

nilai kebangsaan kepada peserta didik. Pada akhirnya, penanaman nilai-nilai

budaya lokal dalam pembelajaran bahasa Inggris diharapkan akan mengimbangi

pengaruh budaya asing yang semakin mewabah pada masyarakat kita.

Dari segi kebijakan, khususnya dalam hal pengajaran bahasa Inggris,

diperlukan pendekatan yang komprehensif dan kontekstual karena dalam proses

Page 13: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

222

pengajaran suatu bahasa asing yang terjadi bukanlah semata-mata pembelajaran

bahasa tetapi pada saat yang sama juga terjadi pembelajaran dan transfer nilai-

nilai budaya, prinsip hidup, dan pola pikir. Proses pendidikan dan peningkatan

kualifikasi guru bahasa Inggris, buku, dan metodologi pengajaran perlu mendapat

muatan-muatan lokal, di samping pengenalan nilai-nilai global/universal. Sikap

proporsional tentunya diperlukan, dalam hal ini agar proses pengajaran bahasa

Inggris mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan dan

perkembangan budaya nasional dan terbentuknya perubahan sikap mental yang

mendorong orang untuk mengkreasi, menginovasi, serta mengadaptasi kemajuan.

Bangsa Indonesia tidak akan mungkin mengelak dari globalisasi, sebagai

konsekuensi zaman globalisasi. Dalam hal ini yang bisa kita lakukan hanyalah

meminimalisasi dampak negatif globalisasi. Globalisasi dan modernisasi pasti

terjadi dan tidak terelakkan. Era globalisasi yang diboncengi neoliberalisme dan

modernisasi melaju diiringi pesatnya revolusi IPTEK (Ilmu pengetahuan dan

teknologi). Dunia tanpa batas menganut aliran kebebasan, kebebasan

berkreativitas, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berekspresi. Apabila kita

duduk di suatu kursi akan melihat dan berkomunikasi dengan orang di tempat

yang paling jauh di dunia luar sana, maka kemajuan teknologi informasi dan

telekomunikasi mendekatkan jarak dan waktu. Kondisi tersebut secara tidak

langsung telah melahirkan budaya baru dan memengaruhi tatanan budaya

masyarakat Indonesia. Era globalisasi seperti sekarang ini akan berpengaruh

terhadap segala bidang kehidupan, termasuk di dalamnya adalah bidang

pendidikan dan kebudayaan. Salah satu kekuatan utama dalam bidang pendidikan

Page 14: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

223

dan kebudayaan adalah masalah identitas bangsa. Oleh karena itu, jati diri bangsa

adalah sesuatu yang harus mati-matian diperjuangkan. Jangan sampai jati diri

bangsa ini lama-lama luntur seiring dengan derasnya arus informasi dari luar.

Fenomena pengglobalan dunia harus disikapi dengan arif dan positif

thinking karena globalisasi dan modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat

bagi kemajuan bangsa. Namun, kita tidak boleh lengah dan terlena karena era

keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan

merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat. Oleh karena

hal itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah

kita tidak mau ketinggalan dalam IPTEK dengan negara lain. Akan tetapi perlu

kecerdasan dalam menjaring dan menyaring efek globalisasi. Akses kemajuan

teknologi informatika dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan

pengembang nilai-nilai budaya lokal. Dengan munculnya era globalisasi ini, maka

semakin disadari pula pentingnya mempertahankan budaya yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia.

Harus diakui, aktor utama dalam proses globalisasi masa kini adalah

negara-negara maju. Mereka berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya

untuk disebarkan ke seluruh dunia sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan

mudah melakukan hal itu karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan

komunikasi lintas batas negara-bangsa. Sebaliknya, pada saat yang sama, negara-

negara berkembang seperti negara kita tidak mampu menyebarkan nilai-nilai

lokalnya karena daya kompetitifnya rendah. Akibatnya, negara-negara

berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya nilai-nilai

Page 15: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

224

negara maju yang dianggap nilai-nilai global ke wilayah negaranya. Dengan

derasnya arus globalisasi ini dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya

lokal akan mulai terkikis sedikit demi sedikit. Budaya asing kini kian mewabah

dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna. Agar eksistensi

budaya lokal tetap kukuh, maka diperlukan pemertahanan budaya lokal.

Fenomena anak usia sekolah yang senang dengan budaya asing menjadikan

kewaspadaan untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar menjadi

bagian integratif dalam pemelajaran bahasa Inggris di sekolah. Dengan

mengintegrasikan budaya lokal ke dalam pemelajaran bahasa Inggris di sekolah

diharapkan jati diri bangsa akan tetap kukuh. Upaya-upaya pembangunan jati diri

bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya penghargaan pada nilai budaya dan

bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air

dirasakan semakin memudar.

Pudarnya budaya bangsa disebabkan oleh banyak faktor. Dalam

kenyataannya di dalam struktur masyarakat terjadi ketimpangan sosial, baik

dilihat dari status maupun tingkat pendapatan. Kesenjangan sosial yang semakin

melebar itu menyebabkan orang kehilangan harga diri. Budaya lokal yang lebih

sesuai dengan karakter bangsa semakin sulit dicernakan, sementara itu budaya

global lebih mudah merasuk. Pengintegrasian budaya lokal ke dalam

pembelajaran bahasa Inggris sungguh amat penting. Hal ini dilakukan dalam

upaya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal dan juga

sekaligus untuk meminimalisasi pengaruh negatif budaya luar, khususnya budaya

Barat yang dibawa oleh globalisasi. Globalisasi yang tidak terhindarkan harus

Page 16: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

225

diantisipasi dengan pembangunan budaya yang berkarakter penguatan jati diri dan

kearifan lokal yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi

dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Upaya memperkuat jati diri daerah

dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai budaya lokal dalam pemelajaran

bahasa Inggris di sekolah. Guru bahasa Inggris harus mampu mengemas materi

pelajaran bahasa Inggris supaya unsur-unsur budaya lokal dimasukkan dalam

bahan ajar sehingga budaya lokal dan budaya global bersinergi lewat

pembelajaran bahasa Inggris yang dimulai dari sekolah dasar. Pernyataan tersebut

di atas juga didukung oleh seorang guru bahasa Inggris SD No 1 Sumerta Ni Putu

Suarningsih, yakni sebagai berikut.

“Pada umumnya siswa senang belajar bahasa Inggris lewat gambar-

gambar yang berwarna dengan bantuan alat peraga. Sebagai seorang guru,

saya berusaha untuk menyiapkan materi pengajaran supaya menarik

sehingga siswa senang belajar bahasa Inggris. Di samping

mempergunakan buku ajar yang ada di pasaran, saya lebih banyak

membuat bahan ajar sendiri dengan mengemas materi pelajaran bahasa

Inggris dengan memasukkan unsur-unsur budaya lokal dalam bahan ajar.

Dengan demikian, maka budaya lokal dan budaya global bersinergi lewat

pembelajaran bahasa Inggris mulai dari sekolah dasar.” (wawancara 14

September 2009).

Data tersebut di atas mengindikasikan bahwa nilai-nilai budaya lokal harus

dipertahankan melalui pendidikan. Guru bahasa Inggris harus selalu creative dan

inovatif dalam menyajikan materi pengajaran untuk siswa SD. Materi atau bahan

ajar sebaiknya memanfaatkan lingkungan sekolah atau lingkungan sosial. Hal ini

sejalan dengan teori Perkembangan Psikologi Piaget yang memandang anak

sebagai individu yang aktif sehingga dapat mengambil peran dalam

lingkungannya dan bagaimana lingkungan sekitar berpengaruh pada

perkembangan mentalnya.

Page 17: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

226

Budaya lahir dan dikembangkan oleh manusia melalui akal dan pikiran,

kebiasaan dan tradisi. Setiap manusia memiliki kebudayaan tersendiri, bahkan

budaya diklaim sebagai hak paten manusia. Kebudayan merupakan hasil belajar

yang sangat bergantung pada pengembangan kemampuan manusia yang unik yang

memanfaatkan simbol, tanda-tanda, atau isyarat yang tidak ada paksaan atau

hubungan alamiah dengan hal-hal yang mereka pertahankan. Dengan demikian,

setiap manusia, baik individu maupun kelompok dapat mengembangkan

kebudayaan sesuai dengan cipta, rasa, dan karsa masing-masing.

Era globalisasi yang ditandai dengan percepatan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih mengakibatkan seakan-akan

dunia merupakan sebuah perkampungan global tanpa sekat dan tanpa batas yang

jelas. Era globalisasi tersebut telah memberikan kesempatan kepada dunia dan

manusia yang hidup di dalamnya untuk berinteraksi dan berkomunikasi dari

berbagai ujung dunia yang berbeda, tanpa hambatan ruang dan waktu. Akibat

gelala tersebut dikhawatirkan justru kebudayaan dari luarlah yang membentuk

anak didik karena mereka umumnya (masih) belum bisa membedakan mana yang

baik dan mana yang buruk. Seolah-olah bagi mereka budaya yang datangnya dari

barat itu baik adanya. Pada hal tidak semua yang datangya dari Barat itu baik,

justru sebaliknya banyak pula budaya yang kurang baik, terutama yang

bertentangan dengan nilai-nilai budaya luhur bangsa kita. Sifat individual, sikap

permisif terhadap seks merupakan contoh budaya yang datangnya dari luar tentu

tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Salah satu cara untuk memperkenalkan

nilai-nilai luhur bangsa adalah dengan memperkenalkan budaya lokal kepada anak

Page 18: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

227

didik kita. Nilai-nilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan lokal dan

menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan di daerahnya.

Budaya lokal yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib

dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya mempunyai sedikit warisan budaya

lokal berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh

naif jika kita yang memiliki banyak warisan budaya lokal lantas mengabaikan

pelestariannya. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap

situasi geografis-geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal (Saini,

2005). Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta

berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan

mereka. Dalam era otonomi daerah sudah selayaknya dan memang seharusnya

budaya lokal diperkenalkan kepada anak-anak kita. Bahkan dalam penyusunan

kurikulum di tingkat pendidikan SD dan menengah pun sudah selayaknya

mengintegrasikan budaya lokal ke dalam mata pelajaran, terutama mata pelajaran

bahasa Inggris yang sudah diterapkan di SD di Kota Denpasar. Hal ini dilakukan

untuk memperkecil pengaruh globalisasi yang semakin mengikis budaya bangsa

7.3 Ekologi Bahasa Asing untuk Kebermanfaatan Siswa

Pada era globalisasi ini, bahasa Inggris sudah wajib untuk dipelajari. Oleh

karena itu, pelajaran bahasa Inggris perlu diberikan kepada anak sejak dini.

Peranan bahasa Inggris lebih terasa diperlukan anak-anak di kota, terutama di

kota-kota besar. Indonesia memang belum mewajibkan bahasa Inggris sebagai

bahasa kedua, tetapi kelihatannya kita sedang menuju ke sana. Jadi,

Page 19: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

228

mempersiapkan anak lebih awal akan jauh lebih baik karena anak sudah siap

apabila masa itu sudah datang. Selain itu, manfaat yang lain adalah pada saat ini

buku dan bacaan yang bagus untuk mereka, banyak berbahasa Inggris. Mereka

akan lebih diuntungkan apabila menguasai bahasa Inggris karena akan lebih

banyak memperoleh informasi. Data hasil wawancara dengan Ibu Desak Made

Astri, Kepala SD 5 Saraswati Denpasar, yakni memberikan tanggapan seperti

berikut ini.

“Pendapat saya tentang pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar

sangat perlu dan penting sekali untuk diajarkan dari kelas satu. Apalagi

dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sekolah dapat memberikan

pelajaran bahasa Inggris. Kami memberikan pelajaran bahasa Inggris

dengan pertimbangan bahasa Inggris sangat membantu siswa dalam IT,

terutama dalam pelajaran komputer dan membuka internet. Bahasa Inggris

sudah diberikan di sekolah kami jauh sebelum ada kebijakan tentang

mulok di SD. Bahasa Inggris sangat perlu untuk diajarkan sejak usia dini

tanpa mengesampingkan bahasa ibu dan bahasa Indonesia yang siswa

sudah kuasai.” (wawancara 1 Oktober 209).

Data di atas menunjukkan bahwa bahasa Inggris sangat bermanfaat bagi siswa

pada era globalisasi ini. Ungkapan ini sesuai dengan teori Pengetahuan/Kekuasaan

Foucault yang menekankan pada pentingnya kekuasaan dan pengetahuan (cara

tertentu penggunaan bahasa) yang saling terjalin antara satu dengan yang lain

dalam discourse. Penggunaan ruang sebagai satu fenomena bahasa dalam satu

discourse, tidak terlepas dari bentuk-bentuk kekuasaan yang beroperasi di

baliknya. Siswa yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang baik akan

lebih mudah dalam mengakses internet. Dalam era Posmodern ini sumber ilmu

pengetahuan akan sangat mudah diperoleh dari internet. Oleh karena itu,

mempelajari bahasa Inggris sejak SD akan bermanfaat bagi siswa dalam

menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Demikian juga siswa yang

Page 20: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

229

mampu berbahasa Inggris dengan aktif akan lebih mudah untuk mendapatkan

pekerjaan, di samping mampu bersaing dengan tenaga asing yang dengan bebas

masuk ke Indonesia.

Menguasai bahasa Inggris dengan baik tidak berarti menghilangkan

kemampuan berbicara bahasa ibu, dalam hal ini bahasa Indonesia. Alangkah

baiknya apabila kemampuan bahasa Inggrisnya diimbangi dengan kemampuan

bahasa Indonesia yang baik pula. Memberikan pelajaran bahasa Inggris kepada

siswa SD jangan sampai mengorbankan bahasa ibu untuk menguasai bahasa

Inggris. Mereka pada umumnya menguasai bahasa Indonesia terlebih dulu baru

belajar bahasa Inggris. Dalam belajar bahasa Inggris, siswa diharapkan tetap

mempertahankan kemampuan mereka dalam berbahasa Indonesia yang baik dan

benar. Demikian pula dalam belajar bahasa Inggris, siswa tidak mesti berbahasa

Inggris seperti orang Inggris atau Amerika. Ingat bahwa bahasa Inggris pun

memiliki beragam dialek. Coba perhatikan percakapan bahasa Inggris orang dari

Inggris, Amerika, Skotlandia atau Australia. Mereka memiliki ciri khas sendiri

dalam bahasa Inggrisnya. Hal itu tidak menghalangi mereka dalam berkomunikasi

dengan penutur bahasa Inggris dari negara lain.

Sebagai alat untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, alangkah

indahnya bila seorang anak dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya

dalam berbagai bahasa secara baik dan benar, syukur bila juga dapat dilakukan

dengan penyesuaian terhadap budaya dari pengguna bahasa asing tersebut. Dalam

hal ini apabila sedang berbahasa Indonesia, ungkapkan pikiran dan perasaan

Page 21: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

230

dengan cara Indonesia. Begitu juga bila sedang menggunakan bahasa Inggris

lakukan dengan cara Inggris.

Setiap ada seminar ataupun konferensi berkenaan dengan pengajaran dan

pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, yang menjadi salah satu pertimbangan

adalah kesadaran bahwa bahasa, termasuk bahasa Inggris di dalamnya merupakan

kebutuhan dasar bagi manusia, baik secara lokal, nasional, maupun global. Dalam

kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati

dan akal pikirannya dalam berinteraksi antara satu dengan yang lain. Oleh karena

itu, pembelajaran bahasa telah mempunyai posisi yang terus bertambah penting

sebagai medium antarindividu dan antarbangsa dalam pertukaran budaya serta

transaksi pengalaman dan kepentingan bersama. Umat manusia yang datang dari

latar belakang budaya dapat berbagi pandangan dan wawasan serta pengalaman

hidup melalui penggunaan bahasa. Dalam hal ini, karena bahasa Inggris

merupakan lingua franca pada tataran global, maka bahasa Inggris memainkan

peran yang cukup menentukan dalam menjembatani pemahaman bersama

antarbangsa dan sekaligus dalam menghidupkan keseluruhan interaksi

antarindividu dan antarbangsa itu sendiri.

Era globalisasi dan kemajuan dunia dalam berbagai aspek budaya dan

teknologi telah mendorong minat yang terus meningkat dalam belajar bahasa,

terutama dalam belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu, kemahiran yang baik

dalam berbahasa Inggris menjadi isu penting. Untuk itu, tampaknya amat

signifikan apabila melakukan penelaahan dan pembahasan tentang peranan

pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris dalam kehidupan dan pembangunan

Page 22: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

231

yang melibatkan kiprah serta interaksi manusia, baik secara individu maupun

dalam kelompoknya.

Bahasa Inggris eksistensinya sangat penting. Hal ini bisa dirasakan jika

terkait dengan keperluan berbagai referensi buku ilmu pengetahuan dan diplomasi

internasional. Dalam hal ini mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing

pada anak usia dini membutuhkan perhatian yang lebih serius. Proses belajar

mengajar akan berhasil apabila ada tenaga pengajar yang mumpuni dan kondisi

sekolah yang baik terkait pengajaran bahasa asing.

Dalam meningkatkan mutu pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa

asing di Indonesia, telah ada salah satu organisasi profesi yang sudah diakui oleh

pemerintah, yaitu TEFLIN yang dirancang menjadi suatu organisasi intelektual

yang bermakna dengan memunculkan pertanyaan penting bertalian dengan

kualitas pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia. Oleh karena

diyakini bahwa pengkajian dan penelusuran serta pembahasan mendalam tentang

hal ini akan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi terhadap upaya

menyeluruh dalam meningkatkan mutu pendidikan bahasa Inggris khususnya dan

terhadap pendidikan secara keseluruhan pada umumnya.

Keberadaan bahasa Inggris sebagai bahasa asing (English as a foreign

language ( EFL) diakui merupakan alat ampuh untuk memperlengkapi siswa dan

mahasiswa dalam mengantisipasi tantangan persaingan global. Dalam hal ini EFL

telah mempermudah siswa dan mahasiswa untuk mengakses informasi global

karena bahasa Inggris digunakan hampir oleh semua sumber informasi dan

teknologi, begitu juga pasar kerja dan berbagai ranah komunikasi global. Akan

Page 23: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

232

tetapi, di balik posisi penting bahasa Inggris itu, masih tercecer berbagai isu, baik

pada tingkat lokal, nasional maupun global yang memerlukan kajian dan bahasan

serius dalam setiap pertemuan, misalnya, seperti konferensi TEFLIN yang secara

rutin diselenggarakan di Indonesia yang membahas tentang dampak yang

mungkin ditimbulkannya, baik pada ranah kebijakan maupun pada tataran

implementasi di ruang kelas. Isu kapan dan bagaimana mengajarkan bahasa

Inggris bagi anak-anak Indonesia agar tidak mengganggu proses pembelajaran

bahasa ibu atau bahasa Indonesianya sampai pada bentuk belajar-mengajar

bilingual seperti yang akan diterapkan pada sekolah yang berlabel rintisan sekolah

berstandar internasional (RSBI). Hal ini memerlukan bahasan para ahli dan

praktisi bahasa Inggris agar tujuan akhir dalam meningkatkan mutu pendidikan

secara keseluruhan dapat tercapai dengan baik.

7.4 Penguatan Kinerja dan Kepercayaan Diri Siswa

Dalam hal ini harus diakui bahwa sistem pendidikan yang dibangun sejauh

ini belum banyak berperan dalam membantu menyelesaikan persoalan bangsa.

Secara umum, lulusan pendidikan menengah masih belum dibekali dengan

kemampuan dan keterampilan yang memadai agar dapat masuk pasar kerja,

karena kondisinya sudah semakin terintegrasi dengan pasar global sehingga sangat

kompetitif. Oleh karena itu, upaya Depdiknas untuk memperkenalkan bahasa

Inggris lebih awal, yaitu tentang pengajaran bahasa Inggris di SD adalah suatu

kebijakan yang tepat dalam rangka menyiapkan sumber daya yang mampu

bersaing di tataran global. Seorang siswi SD 1 Harapan bernama Prima

Page 24: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

233

Camaradhiva mendukung pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar. Lebih jauh

dia mengatakan seperti di bawah ini.

“Saya sangat senang bahasa Inggris diberikan mulai dari sekolah dasar.

Saya juga ikut les privat di luar pelajaran sekolah untuk memperlancar

kemampuan berkomunikasi dengan teman sekelas atupun teman-teman di

tempat kursus. Saya sangat kagum dengan orang yang mampu berbicara

dengan bahasa Inggris sehingga saya semangat belajar di luar kelas. Jam

pelajaran di sekolah tidak cukup untuk mempraktikkan bahasa Inggris

karena waktu yang ada tidak untuk bercakap-cakap. Saya mempunyai cita-

cita bekerja di kapal pesiar atau di hotel. Orang bilang bahwa orang yang

mampu berbahasa Inggris dengan lancar akan mampu mendapatkan

pekerjaan yang bagus dan gaji tinggi. Saya juga belajar bahasa Inggris

untuk internet.” (wawancara 15 september 2009).

Data wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa bahasa Inggris akan sangat

diperlukan dalam era globalisasi atau pasar bebas yang sudah didisepakai oleh

banyak negara di kawasan Asia Fasific. Orang yang mampu berbahasa Inggris

dengan aktif, baik lisan maupun tulisan akan mempunyai peluang yang lebih dari

yang lain. Sesuai dengan teori Diskursus Kekuasaan/Pengetahuan Foucault, yang

lebih tertarik pada bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana penggunaan

bahasa diartikulasikan dalam suatu praktik budaya dan praktik sosial. Orang yang

menguasai bahasa, khususnya bahasa Inggris akan mampu menguasai ilmu

pengetahuan dan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan akan mempunyai

kekuasaan serta dapat mendominasi pekerjaan.

Pembangunan sekolah kejuruan yang sedang digalak sekarang ini oleh

pemerintah haruslah diarahkan pada kebutuhan kekinian. Oleh karena dunia saat

ini dilanda krisis pangan dan energi. Krisis itu dipandang akan berlangsung lama

dan menyerang semua negara, baik kaya maupun miskin. Sebagai negara agraris

dengan kekayaan alam yang melimpah, bangsa ini diharapkan dapat

Page 25: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

234

menyejahterakan rakyatnya dan menyumbang untuk kemakmuran masyarakat

dunia. Untuk mewujudkan keinginan mulia di depan, Depdiknas harus cerdas dan

cermat dalam menentukan pilihan pendidikan keterampilan yang akan ditawarkan.

Setiap bidang keahlian yang dipilih haruslah diarahkan dalam rangka menyiapkan

individu siswa agar dapat menjawab persoalan kekinian, memahami relevansi dan

keterkaitannya dengan bidang lainnya, serta menyiapkan mereka dalam

menghadapi arus perubahan yang begitu cepat dalam bidang ekonomi, teknologi,

politik, dan sosial budaya. Seluruh program pendidikan kejuruan yang

dikembangkan hendaknya didasarkan pada upaya menyiapkan peserta didik agar

mampu menjawab kebutuhan kekinian (immediate needs), yakni setelah para

siswa tamat sekolah kejuruan apa pun jurusannya harus mempunyai keterampilan

berbahasa Inggris yang bagus.

Dengan adanya kebijakan pemberian bahasa Inggris lebih awal

diharapkan, baik tamatan sekolah kejuruan maupun umum akan mampu bersaing

untuk merebutkan peluang kerja yang tersedia pada era globalisasi atau pasar

bebas saat ini. Oleh karena kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa

Inggris tamatan sekolah menengah kita masih kalah dibandingkan dengan negara

tetangga kita seperti Malaysia, singapura dan Filipina, walaupun penguasaan

bidang lainnya seperti pengetahuan matematika dan IPA boleh dikatakan masih

diperhitungkan dalam ajang Olimpiade yang memang rutin diadakan. Jadi,

menguasai bahasa Inggris dengan baik bagi tamatan sekolah umum ataupun

kejuruan akan memberikan nilai tambah dan memberikan kepercayaan tersendiri

bagi sumber daya manusia dalam persaingan untuk merebut peluang kerja saat ini.

Page 26: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

235

Pasar kerja saat ini mengharuskan seseorang memiliki keterampilan dan

penguasaan bahasa Inggris yang baik, terutama untuk merebut peluang kerja,

khususnya di sektor pariwisata. Jadi, dalam hal menyiapkan sumber daya manusia

saat ini, pemerintah melalui kebijakannya harus dapat melihat dan menilai

kemampuan daerah, khususnya dalam menyediakan sarana belajar yang memadai,

sumber daya kependidikan yang andal, dan prospek penyediaan lapangan

pekerjaan baru bagi siswa lulusan sekolah kejuruan. Desain program hendaknya

dapat disesuaikan dengan arah dan perkembangan pembangunan wilayah.

Perkembangan teknologi yang merambah hampir semua sektor kehidupan

akhir-akhir ini semakin memantapkan kedudukan bahasa Inggris sebagai salah

satu bahasa internasional. Kontak antarbangsa yang semakin sering terjadi akibat

semakin mudah, murah, dan cepatnya sarana transportasi jelas memerlukan alat

komunikasi (bahasa) yang dipahami oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini,

bahasa Inggris menduduki tempat teratas karena banyaknya orang asing yang

menggunakannya sebagai bahasa antarbangsa.

Bahasa Inggris dibutuhkan bukan saja oleh mereka yang harus

berhubungan dengan orang asing melainkan juga oleh mereka yang ingin

menguasai iptek. Agar tidak ketinggalan zaman (ketinggalan informasi mutakhir),

mereka harus rajin mengikuti perkembangan mutakhir di bidang ilmu yang

digelutinya melalui artikel atau makalah yang ditulis oleh rekan-rekan seprofesi

mereka di berbagai negara. Kendatipun artikel atau makalah itu ada juga yang

ditulis dalam bahasa lain, tetapi sebagian besar ditulis dalam bahasa Inggris.

Adanya internet telah semakin memudahkan mereka untuk mendapatkan artikel

Page 27: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

236

terbaru di bidangnya. Oleh karena itu, kalau kita ingin memanfaatkan berbagai

peluang yang terbuka akibat kemajuan teknologi yang telah dan akan terus

berlangsung ini, kita perlu menguasai salah satu bahasa internasional itu dan yang

paling banyak dipakai di dunia ini adalah bahasa Inggris. Dengan penguasaan

bahasa Inggris, kita akan dapat menguasai iptek karena banyaknya karya ilmiah

yang ditulis dalam bahasa itu. Dengan keterampilan berbahasa Inggris, kita juga

akan mampu memanfaatkan peluang yang terbuka akibat pasar bebas untuk

bekerja di luar negeri.

7.5 Temuan Penelitian

Penelitian ini menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan pengajaran

bahasa Inggris di SD Kota Denpasar, yakni sebagai berikut.

Pertama, Dinas Pendidikan tingkat provinsi ataupun kabupaten belum

membuat surat keputusan yang memberikan petunjuk yang jelas tentang kebijakan

yang dilaksanakan berkenaan dengan pemberian bahasa Inggris di SD. Rupanya

Pemerintah Provinsi Bali hanya meneruskan kebijakan dari pusat. Akibatnya,

pelaksanaan di lapangan sangat bervariasi. Sebagian sekolah, baik negeri maupun

swasta memberikan pelajaran sesuai dengan ketentuan dari pusat, yaitu dimulai

dari kelas empat sampai kelas enam, di samping banyak pula yang memberikan

pelajaran bahasa Inggris mulai kelas satu. Sekolah yang memberikan pelajaran

bahasa Inggris dari kelas satu ini adalah pada umumnya adalah atas inisiatif

sekolah bekerja sama dengan komite sekolah.

Akibat dari ketidakjelasan ini banyak pelanggaran dalam pelaksanaannya.

Sekolah yang memberikan pelajaran bahasa Inggris dari kelas empat sudah tentu

Page 28: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

237

memiliki kurikulum dan silabus dari Kementrian Pendidikan Nasional, tetapi yang

memberikan dari kelas satu tidak ada kurikulumnya. Oleh karena tidak ada

pedoman yang jelas, maka pelaksanannya tidak seragam dan sangat bervariasi.

Dalam hal ini sekolah yang mempunyai finansial yang kuat sudah tentu mampu

memberikan pelajaran bahasa yang bagus. Akan tetapi, sekolah yang masih pas-

pasan hasil pembelajaran bahasa Inggrisnya kurang bagus sehingga dikhawatirkan

anak akan membenci bahasa tersebut. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan

mengikuti pelajaran bahasa Inggris pada jenjang yang lebih tinggi.

Kedua, ternyata pemberian bahasa Inggris di sekolah dasar kurang

dipertimbangkan dengan matang. Dalam hal ini tidak tersedianya guru bahasa

Inggris yang khusus dipersiapkan untuk mengajarkan bahasa Inggris bagi

pembelajar pemula. Guru yang ada saat ini masih banyak yang belum mempunyai

latar belakang S1 bahasa Inggris tamatan LPTK. Dalam hal ini kalaupun ada,

mereka tidak dirancang untuk menjadi guru bahasa Inggris bagi pembelajar muda

atau siswa SD. Sampai saat ini, pemerintah kota tidak bisa atau belum

memberikan bantuan guru bahasa Inggris yang berstatus PNS, baik untuk sekolah

negeri maupun swasta. Disdikpora kota tidak memantau pelaksanaan

pembelajaran bahasa Inggris ini sampai tingkat satuan pendidikan SD. Pelatihan

guru tidak dilaksanakan secara terjadwal, di samping sekolah berjalan sendiri

dalam pelaksanaan BPM. Kebijakan pemerintah kota tersebut belum bersipat

operasional sehingga pelaksanaannya tidak efektif dan efisien.

Ketiga, pemerintah kota belum maksimal dalam memberikan bantuan yang

ada kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris, seperti: laboratorium bahasa,

Page 29: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

238

alat peraga (visual aids), dan pengadaan guru bahasa Inggris (PNS). Mereka

mengatakan pelajaran bahasa Inggris akan mudah dan menarik apabila

disampaikan oleh guru dalam bentuk gambar, film dan lewat alat peraga serta

permainan. Pemerintah kota kurang atau tidak mengawal kebijakan pembelajaran

bahasa Inggris sampai pada pelaksanaan di lapangan. Sepertinya kebijakan

tersebut dilepas begitu saja tanpa ada pemantauan dalam implementasinya di

satuan pendidikan SD. Akibatnya, hasil pembelajaran bahasa Inggris antara satu

sekolah dengan sekolah lainnya sangat beragam.

Keempat, Disdikpora kota tidak memantau dan memberikan bimbingan

teknis terkait dengan implementasi kebijakan pembelajaran bahasa Inggris di SD.

Oleh karena di lapangan menunjukkan bahwa ada ketidakseragaman dalam

memulai pembelajaran bahasa Inggris. Dalam hal ini ada sekolah yang

memberikan pembelajaran bahasa Inggris sejak kelas satu, di samping ada pula

yang memberikan sejak kelas empat. Kurikulum yang ada adalah kurikulum untuk

kelas empat sampai kelas enam sedangkan kurikulum bahasa Inggris untuk kelas

satu sampai kelas tiga belum ada. Kurikulum untuk kelas satu sampai kelas tiga

ini diserahkan kepada masing-masing sekolah atau dibuat oleh perkumpulan guru

bahasa Inggris di tingkat kecamatan. Hal ini mengakibatkan hasil pembelajaran

sangat bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.

Kelima, kebijakan pembelajaran bahasa Inggris yang diterapkan belum

didasarkan pada analisis yang cermat dan hanya meneruskan kebijakan dari atas

yang menyebabkan pelaksanaannya tidak optimal. Di samping itu Disdikpora kota

tidak menetapkan metode tertentu untuk diterapkan pada pembelajar pemula.

Page 30: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

239

Umumnya mereka memilih metode yang dianggap bisa mengantarkan materi

pelajaran dan dapat dipahami oleh siswa. Mereka menyebutkan metode guru,

metode campuran, atau metode gado-gado. Hal ini merupakan konsekuensi dari

tidak adanya dasar kebijakan/ landasan hukum yang digunakan. Mereka sangat

berharap ada metode tertentu yang direkomendasikan oleh Disdikpora kota yang

disepakati oleh para guru pengajar bahasa Inggris. Di samping itu, mereka sangat

mengharapkan adanya forum guru bahasa Inggris di tingkat kota ataupun

kecamatan sehingga dapat mencarikan solusi terhadap kendala yang dihadapi

dalam memberikan pelajaran bahasa Inggris.

Keenam, beberapa guru bahasa Inggris tidak bergelar S1, mereka masih

sedang berkuliah ataupun tamatan D2. Mereka yang bergelar S1 tidak seluruhnya

tamatan FKIP/IKIP sehingga belum menguasai pedagogik dalam pengelolaan

kelas. Selain itu Disdikpora kota belum maksimal dalam memberikan penataran

atau lokakarya dalam meningkatkan kemampuan guru bahasa Inggris untuk

pembelajar pemula. Kalaupun ada, hal itu adalah atas inisiatif para guru bahasa

Inggris yang dilaksanakan pada tingkat kecamatan, bukan dari Disdikpora

pemerintah kota. Jadi, mereka sangat mengharapkan adanya lokakarya atau

penataran yang ada kaitannya dengan pengajaran bahasa Inggris yang

dikoordinasikan oleh Diknas kota. Para guru mengharapkan supaya ada LPTK

yang khusus mencetak guru bahasa Inggris untuk pembelajar muda (english for

young learners). Mereka menganggap bahasa Inggris harus diajarkan dengan baik

dari awal sehingga siswa mempunyai minat belajar bahasa Inggris pada

Page 31: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

240

tingkat/jenjang sekolah yang lebih tinggi. Oleh karena apabila pendidikan awal

tidak bagus, mereka tidak akan tertarik untuk belajar bahasa Inggris.

7.6 Refleksi

Sebagai pengajar dan sekaligus pemerhati pengajaran bahasa khususnya

bahasa Inggris, sudah sepantasnyalah penulis harus berbangga dan salut atas

perhatian pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan yang telah mulai

mengajarkan bahasa Inggris sejak dini. Keputusan mengajarkan bahasa Inggris

sejak dini bisa menjadi suatu keputusan yang tepat atau bisa menjadi kurang tepat

untuk beberapa konteks tertentu, seperti faktor kesiapan sekolah, lingkungan dan

sumber daya pendukung lainnya. Dalam hal ini perhatian penulis tertuju pada

pelaksanaan kebijakan pengajaran bahasa Inggris di SD. Setiap orangtua pasti

bangga jika memiliki anak yang pandai. Sebaliknya sekolah akan bangga ketika

bisa membekali siswanya dengan kemampuan yang maksimal, salah satunya

adalah penguasaan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. Bahasa Inggris

telah menjadi primadona, bahkan unggulan pada beberapa sekolah. Dalam al ini

hendaknya sekolah tidak hanya menjadi robot pelaksana, tetapi ikut berperan aktif

agar program ini bisa berjalan dengan baik.

Dari segi kebijakan, khususnya dalam hal pengajaran bahasa Inggris,

diperlukan pendekatan yang komprehensif dan kontekstual karena dalam proses

pengajaran suatu bahasa asing yang terjadi bukanlah semata-mata pembelajaran

bahasa, tetapi pada saat yang sama juga terjadi pembelajaran dan transfer nilai-

nilai budaya, prinsip hidup, dan pola pikir. Proses pendidikan dan peningkatan

kualifikasi guru bahasa Inggris, buku, dan metodologi pengajaran perlu mendapat

Page 32: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

241

muatan-muatan lokal, di samping pengenalan nilai-nilai global/universal. Sikap

proporsional tentunya diperlukan dalam hal ini agar proses pengajaran bahasa

Inggris mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap terbentuknya perubahan

sikap mental yang mendorong orang untuk mengkreasi, menginovasi, dan

mengadaptasi kemajuan.

Sudah hampir satu dasawarsa memasuki abad ke-21, tetapi bangsa

Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan untuk menyusun

dan merumuskan konsep kebijakan dan strategi yang solid dalam upaya

mencerdaskan dan menyejahterakan warganya. Masih buruknya mutu pendidikan

pada hampir semua jenis dan jenjang pendidikan semakin menegaskan sinyalemen

di depan. Semakin meningkatnya angka pengangguran anak-anak usia produktif

yang diakibatkan rendahnya kemampuan dasar, keterampilan, dan keahlian

menjadi cermin nyata bahwa bangsa ini masih menghadapi persoalan besar dalam

bidang pendidikan. Dalam hal ini harus diakui bahwa sistem pendidikan yang

dibangun sejauh ini belum banyak berperan dalam membantu menyelesaikan

persoalan bangsa.

Secara umum, lulusan pendidikan menengah masih belum dibekali dengan

kemampuan dan keterampilan yang memadai agar dapat masuk pasar kerja, yang

kondisinya sudah semakin terintegrasi dengan pasar global sehingga sangat

kompetitif. Oleh karena itu, upaya Depdiknas untuk kembali menggalakkan

program pendidikan linking school and work melalui konsolidasi, intensifikasi,

diversifikasi, dan ekspansi program pendidikan keterampilan (vocational skills)

pada jenjang pendidikan menengah (SMK) patut untuk diapresiasi dan didukung.

Page 33: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

242

Namun, dukungan yang diberikan harus dalam semangat untuk menumbuhkan

kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, dan memperkuat kemampuan dasar serta

keterampilan teknis pada siswa sehingga mereka mampu menjawab tuntutan dunia

kerja modern. Dalam hal ini yang tidak kalah pentingnya adalah tamatan siswa

sekolah kejuruan tersebut setidaknya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris

yang baik agar dapat merebut peluang kerja yang menuntut kemampuan seseorang

supaya mampu berbahasa Inggris dengan baik.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan model

kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai penyempurnaan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum ini lahir sejalan dengan tuntutan

perkembangan yang menghendaki desentralisasi, otonomi, fleksibilitas, dan

keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman selama ini dengan

sistem pendidikan yang sentralistik telah menimbulkan ketergantungan yang

sangat tinggi terhadap pusat sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak

tumbuh. Di samping itu, pendidikan pun cenderung menjauhkan siswa-siswi dari

lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan baru berupa

desentralisasi yang ditandai dengan pemberian kewenangan kepada sekolah untuk

mengelola sekolahnya. Desentralisasi pendidikan bertujuan meningkatkan mutu

layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, maupun

efisiensi pendidikan. Selain itu, desentralisai juga dimaksudkan untuk mengurangi

beban pemerintah pusat yang berlebihan; mengurangi kemacetan-kemacetan jalur-

jalur komunikasi; meningkatkan kemandirian, demokrasi, daya tanggap,

Page 34: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

243

akuntabilitas, kreativitas, inovasi, dan prakarsa; di samping meningkatkan

pemberdayaan dalam pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan.

Potensi pengajaran bahasa Inggris di SD untuk menunjang kesuksesan

siswa dalam mempelajari bahasa internasional ini di sekolah lanjutan sangatlah

besar. Semakin dini peserta didik mempelajari bahasa Inggris diharapkan semakin

mudah mereka menguasainya pada masa yang akan datang. Dalam hal ini guru

merupakan pelaksana yang harus mampu menerjemahkan komponen kurikulum,

yaitu tujuan, metodologi, materi, dan evaluasi yang menjadi kegiatan praktis di

kelas bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru SD yang mengajarkan bahasa Inggris

atau guru bahasa Inggris yang mengajar di SD harus memiliki kemampuan dan

keterampilan berbahasa Inggris yang mumpuni dan menguasai teknik-teknik

mengajar bahasa Inggris yang sesuai untuk anak-anak. Hal ini sangat ditekankan

oleh Fillmore (2000.34) karena dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa anak-

anak yang berhasil dalam pemerolehan bahasa Inggris adalah mereka yang sering

berinteraksi dengan orang-orang yang menguasai bahasa Inggris dengan baik.

Dengan kata lain, guru harus menguasai bahasa Inggris dan pembelajarannya agar

dapat mengevaluasi ketepatan berbagai metode, materi, dan pendekatan sehingga

dapat membantu siswanya supaya berhasil.

Satu hal yang perlu segera ditangani adalah membantu guru dalam

meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris dan metodologi

pengajaran untuk anak usia muda (6–12 tahun). Dengan adanya program

pengajaran bahasa Inggris untuk anak, tidak hanya SD, bahkan TK dan play

group pun belajar bahasa Inggris sehingga ada permintaan yang banyak untuk

Page 35: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

244

guru bahasa Inggris. Dengan demikian, pelatihan guru EYL perlu direncanakan

dengan baik. Selain kaitan ini, sebenarnya Wallace (1995) menawarkan tiga

bentuk pelatihan guru yang cukup banyak dikenal orang, yaitu (1) pelatihan oleh

ahli dan guru dalam melihat, menirukan teknik-teknik yang didemonstrasikan

dengan mengikuti petunjuk pelatih; (2) model ilmu terapan, dalam hal ini peserta

pelatihan menerima ilmu/teori dan diterapkan, kemudian diperbaiki secara

periodik berdasarkan temuan-temuan pengetahuan yang ada; (3) model refleksi,

peserta pelatihan telah terbiasa dengan konsep, istilah, temuan riset, teori, dan

keterampilan yang banyak dikenal. Seorang guru bahasa Inggris untuk anak-anak

seharusnya dapat berbahasa Inggris dengan baik, dapat mengelola kegiatan

individual, baik secara berpasangan maupun berkelompok. Selanjutnya, setelah

kegiatan dipraktikkan, maka dapat dilakukan refleksi untuk melihat apakah yang

telah dilakukan dapat berjalan dengan baik atau ternyata tidak seperti yang

diharapkan.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, penulis mencoba

memberikan beberapa pandangan atau alternatif yang dapat dipergunakan sebagai

solusi terbaik, yakni sebagai berikut (1) Guru bahasa Inggris harus mempunyai

“modal dasar” penguasaan bahasa Inggris (2) Modal dasar tersebut dapat

diperoleh melalui pendidikan formal dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi ataupun nonformal, seperti: kursus, penataran, atau seminar.

Seirama dengan laju pembangunan, usaha belajar mengajar bahasa asing

memperoleh arti yang semakin penting. Oleh karena bahasa asing cenderung

menjadi motor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan itu

Page 36: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

245

patut dijawab oleh para pengajar bahasa asing dengan memperbaharui dan

memperluas wawasan di bidang didaktik dan metodik. Agar masalah yang selama

ini terjadi di kalangan para pelajar, yakni anggapan bahwa bahasa asing hanya

sebagai beban dan pelajaran yang ditakuti dan membosankan, dapat diatasi.

Masalah yang juga sering menghantui para pembelajar bahasa asing adalah rasa

takut untuk membuat kesalahan, sehingga menimbulkan rasa takut untuk

berbicara dan mengemukakan pendapatnya dalam bahasa asing yang mereka

pelajari. Untuk itu diperlukan metode yang dapat mengantisipasi masalah-masalah

tersebut.

Guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa.

Guru yang baik dapat memakai buku ataupun metode apa saja dengan baik. Akan

tetapi, guru yang baik memang tidak mudah dicari karena bakat guru tidak

terdapat pada setiap guru. Memang ada beberapa persyaratan bagi seorang guru,

antara lain ia harus menguasai bahasa yang diajarkannya dalam keempat

keterampilan yang mendekati penutur asli. Di samping itu, ia juga harus

mengetahui teori tentang pengajaran bahasa, psikologi belajar, dan latar belakang

kebudayaan bahasa yang diajarkannya.

Sebagai guru bahasa atau calon guru bahasa perlu mengetahui berbagai

macam metode pengajaran bahasa, terutama suatu metode yang sekarang ini

sedang didengung-dengungkan dalam pengajaran bahasa di sekolah-sekolah dan

perguruan tinggi di Indonesia. Pengetahuan tentang metode mengajar setidak-

tidaknya akan membantu seorang guru dalam menyampaikan materi pengajaran

kepada anak didiknya. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari guru bahasa

Page 37: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

246

Inggris dan informasi dari kepala sekolah bahwa pemilihan metode pengajaran

sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Istilah metode

dalam pengajaran bahasa berarti perencanaan secara menyeluruh menyajikan

materi pelajaran dengan teratur. Dalam hal ini tidak ada satu bagian pun dari

perencanaan pengajaran itu bersifat kontradiktif. Selanjutnya, metode bersifat

prosedural, dalam arti penerapan suatu metode mesti dikerjakan melalui langkah-

langkah yang teratur dan bertahap, yakni dari penyusunan perencanaan

pengajaran, penyajian pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil

belajar.

Sehubungan dengan hal ini, Mackey ( 1965) mengemukakan lima belas

macam metode pengajaran bahasa, yaitu (1) direct method, (2) eclectic method,

(3) natural method, (4) unit method, (5) pyschological method, (6) language

control method, (7) phonetic method, (8) mimicry –memorization method, (9)

reading method, (10) practice-theory method, (11) grammar method, (12)

cognitive method, (13) translation method, (14) dual- language method, dan (15)

grammar-translation method. Sebagian dari metode-metode tersebut telah

dikenal guru bahasa. Namun, mungkin ada beberapa metode yang belum dikenal

karena metode tersebut memang tidak begitu populer.

Berbeda dengan Mackey, Richard dan Rodger (1986) mengemukakan

delapan macam metode pengajaran bahasa, yaitu (1) the oral approach and

situational language teaching, (2) the audiolingual method, (3) communicative

language teaching, (4) total physical response, ( 5) silent way, (6) community

language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia. Kedelapan

Page 38: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

247

metode tersebut adalah metode-metode pengajaran bahasa yang dapat dikatakan

sebagai hasil perkembangan mutakhir dalam pengajaran bahasa. Beberapa di

antaranya sekarang ini merupakan metode yang bayak dipakai dalam pengajaran

bahasa, misalnya, natural approach dan communicative language teaching.

Dari sekian metode yang muncul dapat dikatakan bahwa metode

pengajaran bahasa bergerak seperti mode pakaian yang diciptakan, yakni dipakai

dan diganti. Dulu orang pernah mengagumi grammar translation method, direct

method, reading method, audio-lingual approach, natural method, dan sekarang

yang sedang didengung-dengungkan adalah communicative approach

(Finocchiaro, 1973).

Pembelajaran bahasa asing dengan menggunakan pendekatan komunikatif

dapat memotivasi pembelajar bahasa asing apabila langkah-langkah yang

ditempuh dapat dijadikan wadah bagi para pembelajar untuk mempraktikkan

bahasa yang dipelajari. Misalnya, pembelajar berdialog/berinteraksi dalam

kelompok-kelompok kecil dengan memanfaatkan materi yang tersedia, baik dalam

buku teks maupun dari sumber yang lain. Dalam hal ini untuk mencapai tujuan

pembelajaran bahasa asing yang komunikatif, perlu adanya perubahan didaktik

metodik yang mengarah pada interaksi sosial serta mengajak pembelajar untuk

terlibat dalam proses belajar-mengajar.

Proses belajar mengajar seperti di atas lebih mengarah pada CBSA (cara

belajar siswa aktif). Dalam kaitan ini T. Raka Joni (1984 : 17) mengemukakan

bahwa proses belajar-mengajar yang mengarah pada CBSA memiliki indikator

sebagai berikut. (1) Sejauh mana siswa berani memprakarsai untuk mengambil

Page 39: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

248

inisiatif tanpa secara eksplisit diminta oleh guru, misalnya dalam menentukan

langkah langkah belajar, mencari sumber bacaan dan lain-lain. (2) Sejauh mana

siswa melibatkan diri secara mental dalam kegiatan belajar yang sedang

berlangsung. (3) Sejauh mana guru dapat mengubah kedudukannya dari seorang

yang memimpin dan mengatur segalanya menjadi seorang pendamping

(fasilitator) yang siap membantu siswa apabila dibutuhkan. (4) Sejauh mana siswa

dapat belajar langsung lewat pengalamannya dalam proses belajar-mengajar. (5)

sejauhmana bentuk dan alat kegiatan belajar mngajar bervariasi. (6) Sejauh mana

tingkat kualias interaksi antara siswa, baik intelektual maupun emosional. Keenam

indikator di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menciptakan interaksi sosial

dalam pembelajaran bahasa asing sehingga tercipta proses belajar-mengajar yang

efektif dan efisien sesuai dengan harapan pengajar dan pembelajar.

Pada masa lalu guru identik dengan orang yang mempunyai kekuasaan

untuk mengatur sumber ilmu, sumber informasi, dan sumber-sumber lainnya.

Kalau kita mengingat masa lampau ketika duduk di bangku sekolah, maka yang

sering terjadi pada saat guru mengajar adalah guru berdiri di depan kelas, guru

bertanya, guru memberikan pekerjaan rumah, guru menerangkan, guru

mengoreksi, menyalahkan, dan sesekali memuji. Semua hal yang dilakukan

tersebut menyebabkan siswa kurang mendapat kesempatan untuk aktif, bahkan

sebaliknya siswa hanya menirukan, kurang diajak berbicara, lebih banyak diminta

diam, di samping siswa menjadi kehilangan motivasi belajarnya, karena lebih

didorong untuk menutup diri. Dengan kata lain guru selalu menjadi titik pusat

seperti pemeran utama dalam panggung sandiwara. Hal ini mungkin dapat disebut

Page 40: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

249

CBGA (cara belajar guru aktif) karena tidak adanya interaksi siswa-guru, siswa

dengan siswa, tetapi lebih banyak terjadi aksi guru. Sistem pengajaran yang

demikian dapat menciptakan suasana proses belajar-mengajar yang otoriter dan

membosankan.

Metode komunikatif (comunicative language teaching) menjadi semakin

penting di bidang didaktik pengajaran bahasa asing. Akibat dari pembaharuan

tersebut, metode pengajaran otoriter semakin dijauhi. Sebagai gantinya

berkembang metode pengajaran dan latihan yang bersifat sosial interaktif serta

mengajak siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Sejak tahun 80-an

pengajaran bahasa asing yang mengutamakan interaksi semakin mendapat

perhatian. Dalam hal ini yang dimaksud dengan interaktif menurut Ekadewi

(1993:23) adalah semua kegiatan belajar mengajar yang mengarah kepada

interaksi antar siswa, termasuk interaksi siswa-guru, yakni mengarah pada

komunikasi yang sesuai dengan minat dan keperluan siswa, yang mengarahkan

siswa untuk mandiri berperan aktif dan bertanggung jawab atas segala pendapat

dan tindakannya, dan yang mengajak siswa untuk bekerja sama dalam kerja

kelompok karena mementingkan interaksi antar anggota kelompoknya.

Adapun bentuk dan jenis kegiatan interaksi sosial adalah seperti:

berdialog, bermain peran, bermain lakon-lakon pendek yang lucu, berdiskusi,

berdebat, melakukan percakapan melalui telepon, melakukan percakapan

langsung/bertatap muka, seolah-olah berwawancara di radio dan televisi, dan lain-

lain. Dengan menggunakan bentuk dan jenis kegiatan yang mengarah pada

interaksi sosial seperti di atas, pembelajar bahasa asing akan belajar dengan

Page 41: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

250

perasaan senang dan gembira, sehingga rasa takut dan bosan yang selama ini

dirasakan para pembelajar bahasa asing akan hilang dengan sendirinya.

Dalam hal ini, sebaiknya guru berperan sebagai sutradara dan penulis

skenario, dalam arti guru merencanakan adegan-adegan dan menentukan

urutannya, sementara para siswa bertindak sebagai pemerannya sehingga

pembelajar lebih banyak beraktivitas dan berinteraksi antarmereka. Kegiatan

interaksi sosial dalam pembelajaran bahasa asing itu dapat dijalankan secara

efektif. Hal ini sangat ditentukan oleh guru sebagai motivator dan fasilitatornya.

Untuk itu, guru harus untuk memahami arti fungsional dan sosial bahasa yang

diajarkannya sehingga siswa tidak lagi diajarkan untuk mereproduksi atau

memproduksi pola kalimat-pola kalimat yang kaku , dalam arti tidak ada

hubungan antara satu dengan yang lainnya serta tidak mudah ditransfer dalam

situasi yang nyata. Pengajar hendaknya dapat menciptakan iklim pengajaran

bahasa dalam bentuk interaksi yang komunikatif dalam kelas dengan membawa

materi yang bisa membawa aspek-aspek dari luar ke dalam kelas.

Selain itu, perlu diingat bahwa kelas tempat pengajaran bahasa itu

disajikan, sudah merupakan kontek sosial (the classroom as a social context) yang

harus dimanfaatkan dalam proses interaksi belajar mengajar bahasa asing tersebut.

Misalnya, bahasa asing tersebut digunakan untuk memberi salam kepada siswa

atau dalam menyampaikan instruksi-instruksi ataupun mengajukan pertanyaan-

pertanyaan atau menjawaab pertanyaan. Pola kalimat yang digunakan tidak perlu

terlalu kompleks, tetapi hendaknya mampu menyampaikan makna pesan yang

terkandung di dalamnya (Metty, 1990:18). Oleh karena dengan menciptakan

Page 42: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

251

suasana hubungan interaksi sosial di dalam kelas sudah mencerminkan sikap guru

sebagai fasilitator dalam proses belajar-mengajar dan semakin jauh dari sikap

guru yang mengarah pada tindakan otoriter. Dengan demikian, perasaan takut dan

malu untuk mengutarakan pendapat dan pertanyaan dengan menggunakan bahasa

asing yang diajarkan secara spontanitas akan hilang dan mereka seolah-olah

terlibat langsung kapan dan di mana bahasa asing itu digunakan.

Pergantian fase perlu sekali dilakukan mengingat pada umumnya

kemampuan manusia untuk berkonsentrasi penuh atas suatu fenomena hanyalah

kurang lebih dua puluh menit. Dalam hal ini tentunya tidak mudah untuk

mengalihkan kebiasaan mengajar yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada

siswa. Metode ini menuntut beberapa hal dari siswa, misalnya spontanitas,

aktivitas, keberanian menanggung risiko, serta tanggung jawab. Meskipun begitu

hendaknya para pengajar tidak berputus asa. Pengajar harus sabar dalam mencoba

membiasakan pembelajar berperan aktif pada proses belajar-mengajar. Selain itu

para pembelajar perlu diajak untuk menemukan sendiri jawaban/keterangan yang

mereka butuhkan. Hal ini akan menimbulkan kebanggaan tersendiri sehingga

mereka semakin termotivasi. Di samping itu dalam kerja kelompok siswa

mempunyai lebih banyak kesempatan berbicara dan lebih berani mengungkapkan

diri sehingga siswa pemalu terbawa juga untuk aktif. Fase-fase tersebut di atas

dilakukan agar para pembelajar bahasa asing tidak bosan dan tidak jenuh, di

samping diharapkan dapat memberikan penyegaran kembali kepada pembelajar

yang pada umumnya semakin lama menerima materi pelajaran semakin menurun

konsentrasinya.

Page 43: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

252

Guru hanya menerangkan hal-hal yang penting untuk diterangkan.

Biasanya pembelajar akan berbicara atau belajar untuk berbicara kalau pengajar

sedang tidak berbicara. Jadi guru perlu berusaha menahan diri, menerangkan

seperlunya saja dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak

berperan aktif. Hanya hal-hal yang mutlak perlu yang harus diterangkan. Soal

yang tersusun baik dan jelas tujuannya akan mudah dipahami. Dalam hal ini

apabila siswa bertanya dan meminta penjelasan atas soal tersebut, barulah guru

menerangkannya. Memberi waktu kepada pembelajar untuk berpikir akan dapat

lebih berarti daripada aktivitas bicara tanpa henti. Oleh karena di sini pun terdapat

aktivitas, yakni di kepala para pembelajar. Pelajaran bisa efektif jika para siswa

tidak pasif dan sekadar belajar menghafal, tetapi aktif dan kreatif dalam mencerna

materi pelajaran yang disajikan, di samping mampu mengalihkannya ke dalam

konteks sosial yang lain.

Dalam hal ini hendaknya guru tidak selalu berharap keadaan pembelajar

selalu/langsung siap dengan jawaban. Apabila soal-soal yang diajukan cukup jelas

dan sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajar, pastilah pengajar akan

mendapatkan jawaban walaupun terkadang agak lama. Oleh karena itu, perlu

ditunggu sebentar, tidak langsung dialihkan kepada pembelajar yang lain, jika ada

pembelajar yang tidak lancar menjawab. Kebebasan berpikir mereka perlu

dikembangkan untuk menemukan jawabannya. Apabila terjadi kesalahan di antara

jawaban mereka perlu didiskusikan di dalam kelas sehingga mereka dapat

mengoreksi kesalahannya sendiri, kemudian menemukan jawabannya. Tindakan

tersebut dimaksudkan agar guru tidak terkesan memonopoli adegan-adegan di

Page 44: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

253

dalam kelas sehingga seorang siswa akan merasa bangga jika mampu menemukan

jawaban sendiri. Menemukan jawaban sendiri akan lebih mudah diingat daripada

hasil di drill oleh orang lain.

Dalam kaitan ini Menolerir kesalahan bukan berarti pengajar mendiamkan

saja kesalahan yang dibuat oleh pembelajar, melainkan membicarakan dan

mengoreksinya sesuai dengan tujuan latihan. Koreksi kesalahan hendaknya sesuai

dengan tujuan latihan terkait. Sehubungan dengan hal ini Ekadewi (1993:24)

misalnya menyatakan bahwa pada saat siswa memberikan jawaban dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan yang saling terkait, sebaiknya guru tidak memotong untuk

mengoreksi. Oleh karena hal ini akan mengacaukan konsentrasi siswa terhadap

apa yang akan disampaikannya, dalam hal ini sebaiknya kesalahan tidak

dikomentari. Kesalahan adalah normal, tidak seorang pun berniat untuk

membuatnya. Oleh karena jawaban walaupun salah merupakan hasil suatu usaha.

Di samping itu, kesalahan juga mempunyai arti diagnosis bagi guru karena dengan

menganalisis suatu kesalahan guru dapat menemukan letak kelemahan dalam

penguasaan materi. Pujian, bantuan, dan penghargaan atas usaha siswa biasanya

mempertebal rasa percaya diri siswa, di samping meningkatkan saling percaya

antara siswa dan guru. Sebaliknya, kritik dari pihak guru yang berlebihan kadang-

kadang lebih memungkinkan untuk mendatangkan rasa khawatir dan takut untuk

membuat kesalahan ketika pembelajar akan mengemukakan pendapatnya

sehingga kreativitas mereka terganggu. Sebaiknya kritik semacam ini dihindari

oleh para pengajar. Apabila pada diri pembelajar terdapat rasa khawatir dan takut

salah untuk mengemukakan pendapatnya, hal ini dapat mengganggu konsenterasi

Page 45: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

254

dan kreativitasnya. Dengan demikian, proses interaksi sosial di dalam kelas akan

terganggu sehingga harapan untuk berinteraksi dengan bahasa yang diajarkan sulit

tercapai.

Pengajar dan pembelajar sebaiknya berusaha menggunakan bahasa asing

yang dipelajari. Penggunaan bahasa asing yang diajarkan bertujuan agar siswa

dapat merasakan bahwa keterbatasan kosa kata bukanlah hambatan utnuk

bekomunikasi. Di samping itu, agar siswa berlatih untuk berpikir dan berbicara

dengan bahasa yang mereka pelajari. Oleh karena hal ini akan mempersiapkan

mereka untuk dapat bereaksi secara wajar dalam situasi komunikasi yang riil.

Sehubungan dengan hal ini Littlewood (1983:17) menyatakan seperti berikut.

“The Learners ultimate objective is to take part in communication with

another. Their motivation to learn is more likely to be sustained if they can

see how their classroom learning is reated to his objective and helps to

achieve it with increasing sucsess”.

Tuturan di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar seseorang akan dapat

dikembangkan dan dipertahankan apabila pengajaran dalam kelas itu benar-benar

memenuhi kebutuhan mereka, yakni kemampuan berkomunikasi dengan bahasa

yang dipelajari. Dengan demikian, mereka akan merasa bangga karena dapat

berinteraksi dengan bahasa yang dipelajari sehingga dorongan untuk belajar

bahasa asing akan semakin meningkat.

Motivasi adalah salah satu faktor penunjang dalam belajar. Motivasi

bahkan merupakan penentu untuk mencapai keberhasilan belajar. Oleh karena itu,

siswa perlu dimotivasi, baik terhadap mata pelajaran maupun terhadap materinya.

Dalam kaitan ini J.S. Bruner, seorang ahli psikologi pendidikan dan ahli psikologi

belajar, mengemukakan bahwa motivasi merupakan salah satu dari empat tema

Page 46: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

255

pendidikan, di samping stuktur pengetahuan kesiapan dan nilai intuisi dalam

proses pendidikan. Selanjutnya, menurut Bruner (dalam RW Dahar, 1988:119)”,

pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi adalah

pengalaman-pengalaman tempat para siswa berpartisipasi secara aktif dalam

menghadapi alamnya. Dalam hal ini timbulnya kebutuhan menyebabkan

timbulnya keinginan pada seseorang untuk memenuhinya atau merealisasikannya

dalam berbagai bentuk kegiatan. Motivasi merupakan bentuk-bentuk yang ada

dalam otak manusia yang berfungsi sebagai alat pendorong untuk melakukan

sesuatu guna memenuhi kebutuhannya. Sehubungan dengan hal ini, seorang guru

yang baik akan berusaha mengidentifikasi kebutuhan siswanya sebagai titik tolak

dalam menciptakan proses belajar-mengajar yang dapat menimbulkan bahkan

memperkuat motivasi belajar siswanya. Oleh karena motivasi pada hakikatnya

sebagai modal dasar dalam mencapai keberhasilan belajar. Fungsi pengajaran itu

hendaknya ditunjukkan dengan jelas oleh guru sehingga para siswa sungguh-

sungguh menyadari pentingnya atau makna dari sesuatu yang dipelajarinya.

Apabila pembelajar mengetahui pentingnya menguasai materi pelajaran bahasa

asing yang dipelajari, maka mereka akan berusaha untuk mencapai apa yang

diinginkan.

Guru sebaiknya tidak meremehkan pengetahuan umum dan pengetahuan

yang sudah dikuasi siswa sebelumnya. Seorang siswa akan senang untuk aktif

berbicara jika ia merasa dapat menceritakan hal-hal yang sudah diketahuinya

dalam percakapan di dalam kelas sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

Bahkan pada situasi interaksi yang tidak terlalu formal terkadang seorang siswa

Page 47: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

256

lebih banyak aktif sehingga terjadilah komunikasi dalam arti yang sebenarnya

antara siswa dengan siswa atau juga antara siswa dengan guru. Namun, untuk

memulai tema baru, guru seharusnya sudah mengetahui sampai sejauh mana siswa

mempunyai pengetahuan di bidang itu. Pengetahuan awal siswa diakomodasikan

dan diaktifkan kembali, karena akan sia-sia usaha guru menerangkan tema baru

jika siswa tidak mempunyai pengetahuan dasar untuk menguasainya. Sebaliknya,

siswa akan cepat merasa bosan jika tidak mendapat tambahan pengetahuan.

Kemampuan dasar untuk menguasai materi yang akan diajarkan sangat

penting diketahui oleh para pengajar agar para pembelajar dengan mudah

menerima materi yang akan disajikan. Apabila pembelajar belum memiliki

pengetahuan dasar tentang materi yang akan diajarkan, maka sebaiknya para

pengajar memberikan pemanasan materi yang lalu atau materi dasar yang dapat

menunjang materi yang akan diterangkan. Dengan demikian, pembelajar akan

lebih mudah memahami materi yang akan disajikan.

Tujuan pembahasan suatu materi perlu diketahui oleh siswa. Untuk

meningkatkan semangat belajar ada baiknya jika siswa mengetahui arti dan tujuan

pembahasan suatu materi. Jika siswa mengetahui perlunya materi tersebut,

tentunya rasa ingin tahu akan lebih besar. Karena adanya rasa ingin tahu itulah

menyebabkan timbulnya daya tarik yang kuat. Dalam hal ini siklus yang dikenal

dalam psikologi belajar adalah daya tarik, motivasi, dan keberhasilan daya tarik.

Sehubungan dengan pentingnya perhatian dan minat terhadap materi pelajaran T.

Hardjono (1980:3) menegaskan bahwa perhatian merupakan salah satu

persyaratan dasar dalam belajar agar berhasil. Oleh karena tanpa menaruh

Page 48: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

257

perhatian, siswa tidak akan bisa menyerap materi pengajaran dan tidak akan bisa

memproduksinya secara kreatif. Selanjutnya dikatakan bahwa perhatian siswa di

kelas sebagian besar tergantung dari besarnya minat terhadap materi pelajaran.

Adapun minat dapat timbul karena dua faktor, yaitu dorongan untuk memperoleh

pengetahuan dan sikap emosional positif terhadap sesuatu. Untuk itu, tujuan

pembahasan materi baru perlu diterangkan pada awal pembahasan materi tersebut

agar pembelajar tahu tentang pentingnya materi yang akan dipelajari. Apabila

mereka merasa membutuhkan materi yang akan dipelajari, maka dorongan untuk

memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan tersebut akan disikapi dengan

emosional positif, yakni dengan aktivitas praktis dan efektif sesuai dengan

harapan siswa. Dengan demikian, tujuan pembelajaran bahasa asing mudah

tercapai.

Sesekali guru perlu juga minta umpan balik dari para siswa. Hal ini

diperlukan sebagai bahan evaluasi atas pengajarannya yang sudah diberikan.

Namun jangan sampai siswa merasa bahwa feedback itu tidak diperhatikan.

Hendaknya kritik-kritik yang relevan dapat dijadikan acuan dalam mengadakan

perubahan ke arah perbaikan sehingga semakin timbul rasa saling percaya, saling

membutuhkan, serta saling membantu yang tentunya akan menambah kesenangan

belajar dan mengajar. Dalam hal ini prasyarat utama untuk mencapai keberhasilan

belajar-mengajar adalah keterbukaan antara pengajar sebagai sutradara dan

pembelajar sebagai aktor. Apabila keterbukaan itu selalu dilakukan, maka masing-

masing pihak, baik pengajar maupun pembelajar akan berusaha untuk selalu

Page 49: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

258

meningkatkan kekurangan-kekurangannya sekaligus mencari solusi terhadap

masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran bahasa asing.

Aktivitas praktis dan efektif yang sesuai dengan harapan siswa antara lain

adalah kegiatan yang melibatkan mereka secara langsung dalam pemakaian

bahasa asing itu untuk berinteraksi sosial. Hal ini terlihat dari pengalaman

sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, betapa bangganya seorang

siswa yang baru memperoleh bahasa asing di sekolahnya apabila ia sudah bisa

menyapa seorang turis asing serta berdialog singkat dengannya. Dari pengalaman

itu terbukti betapa pentingnya kegiatan interaksi sosial dalam memotivasi seorang

yang sedang belajar bahasa asing. Pengajaran bahasa asing tidak hanya

menyangkut bahasa itu dan kemampuan menggunakannya, tetapi menyangkut

sikap orang yang belajar dan mengajar, dalam arti sikap keterbukaan atau

kesediaan berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi budaya yang bahasanya

sedang dipelajari. Belajar bahasa scara komunikatif berarti belajar menggunakan

bahasa itu untuk berinteraksi dalam situasi yang nyata. Pengajaran bahasa asing

yang memberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk dilatihkan pada interaksi

sosial dalam pengajaran bahasa akan lebih mencapai tujuan akan hakikat bahasa

itu sendiri, yakni sebagai alat komunikasi.

Page 50: BAB VII MAKNA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN ...

259