BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG...

79
Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Beberapa Daerah Provinsi di IndonesiaKonsep Laporan Akhir VI-1 BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI BENGKULU A. Angkutan Jalan 1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar pelayanan Minimal Bidang perhubungan daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, jenis pelayanan dasar adalah angkutan jalan, salah satu di antaranya adalah jaringan pelayanan angkutan jalan. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan dalam hal ini adalah “ tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan jalan untuk jaringan Propinsi. Artinya, angkutan kota antar kabupaten/kota dalam propinsi. Nilai yang ditetapkan dengan batas waktu tahun 2014 adalah 100 %, yang dilaksanakan oleh dinas Perhubungan Propinsi. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b. tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan; f. keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum jaringan trayek 2 Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3 Angkutan jalan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas. Sementara jaringan jalan dalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan 4 Aspek lain yang perlu diperhatikan sebagai prasyarat konektivitas adalah terminal. Terminal adalah adalah adanya terminal Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, 1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144 3 Ibid, Pasal 145 4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Tekniks Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 4

Transcript of BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG...

Page 1: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-1

BAB VI

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN

DI PROPINSI BENGKULU

A. Angkutan Jalan

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

pelayanan Minimal Bidang perhubungan daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota,

jenis pelayanan dasar adalah angkutan jalan, salah satu di antaranya adalah jaringan

pelayanan angkutan jalan. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan dalam hal ini

adalah “ tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan

jalan untuk jaringan Propinsi. Artinya, angkutan kota antar kabupaten/kota dalam

propinsi. Nilai yang ditetapkan dengan batas waktu tahun 2014 adalah 100 %, yang

dilaksanakan oleh dinas Perhubungan Propinsi.

Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang

kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat

lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan

kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b.

tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d.

ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan;

f. keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan

trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum

jaringan trayek 2

Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan

instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas

batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota

dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana

umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3

Angkutan jalan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas. Sementara jaringan jalan dalah

serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan4

Aspek lain yang perlu diperhatikan sebagai prasyarat konektivitas adalah terminal.

Terminal adalah adalah adanya terminal Terminal adalah pangkalan Kendaraan

Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,

1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144 3 Ibid, Pasal 145 4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Tekniks Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 4

Page 2: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-2

menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan 5.

Fungsi terminal bagi seorang penumpang adalah : a. Tempat penumpang turun dan

mengakhiri perjalanan dengan bis, b. Tempat penumpang dapat berganti lintasan rute

(transfer), c. Tempat penumpang menunggu bis yang akan dinaikinya, d. Tempat

penumpang naik bis, e. Tempat penumpang berganti dengan moda lainnya (becak,

mobil atau berjalan kaki) menuju tujuan akhir perjalanannya 6. Karena itu, untuk

menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda

dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan diselenggarakan Terminal.

Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe B, dan

tipe C 7.

Melihat peran AKDP dalam memobilisasi pergerakan barang dan penumpang antar

kota/kabupaten dalam Propinsi Bengkulu, maka jaringan jalan propinsi telah

diupayakan pengembangannya, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.

Tabel 6.1 Jaringan Antar Kota/Kabupaten Dalam Propinsi Bengkulu

Dalam Tahun 2013

No Jaringan Jalan Propinsi Jarak Trayek

( Km )

1

Bengkulu- Argamakmur- Kuro

Tidur – Ipuh – Argamakmur-

Mukomuko

167

2

Bengkulu – Curup ( PP) 68

3 Bengkulu- Argamakmur- Kuro

Tidur ( PP )

89

4 Bengkulu - Manna 144

5 Bengkulu – Manna( Kab

Bengkulu Selatan ) – Bintuhan (

Kab Kaur )

129

6 Bengkulu- Curup ( Kab Rejang

lebong) – Muara Aman ( Kab

Lebong )

160

7 Bengkulu – Mukomuko ( PP) 270

8 Bengkulu – Lais – Padang ulak

Tanding ( PP )

180

Total

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Bengkulu, 2013

-Ditjen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Sementara jaringan antar kota dalam propinsi serta kebutuhan AKDP agar dapat

melayani setiap jaringan dapat dilihat pada tabel berikut.

5 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (13 ) 6 Kamiharibasuki.blogspot.com/2009/08/terminal.html 7 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 33 ayat (1) dan

Pasal 34 ayat (1)

Page 3: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-3

Tabel 6.2

Jumlah Armada dan Kebutuhan Per Jaringan Antar Kota Dalam

Propinsi Bengnkulu Dalam Tahun 2013

No

Asal - Tujuan

Jaringan

Jarak

(Km)

Butuh

Armada

( Unit )

Jumlah

Armada

Yang

Ada

Tam-

bahan

(Unit)

1 Bengkulu – Ipuh

( Kab Mukomuko)

Bengkulu-Argamakmur –

Kuro Tidur – Ipuh –

Argamakmur –

Mukomuko

168 25 25

2 Bengkulu –Curup

(Kab Rejang Lebong)

Bengkulu - Curup

68 13 13

3 Bengkulu-Kuro Tidur

( Kab Bengkulu)

Bengkulu-Argamakmur-

Kuro Tidur

89 8 8

4 Bengkulu- Manna

(Kab Bengkulu Selatan)

Bengkulu - Manna 144 4 4

5 Bengkulu- Bintuhan

(Kab Kaur )

Bengkulu-Manna ( Kab

Bengkulu Selatan –

Bintuhan (Kab Kauar )

129 11 11

6 Bengkulu –Muara

Aman (Kab Lebong)

Bengkulu-Curup (Kab

Rejang Lebong )- Muara

Aman (Kab Lebong)

160

10

8

2

7 Bengkulu-Mukomuko Bengkulu –Mukomuko (

PP)

270 11 11

8 Argamakmur (Kab

Bengkulu Utara –

Mukomuko (Kab

Mukomuko)

Bengkulu –Lais-Padang

Ulak Tanding ( PP)

180

8

3

5

Jumlah 1.208 90 83 7

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Bengkulu, 2013

Ditjen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan jaringan jalan propinsi dan jaringan pelayanan AKDP dalam Propinsi

Bengkulu, maka dapat dihitung nilai capaian tersedianya angkutan umum yang melayani

wilayah yang telah tersedia jaringan jalan propinsi dapat dihitung dengan n rumus

berikut ;

∑ Jaringan Jalan Propinsi Terlayani Angkutan Umum

= x 100 %

Total Jaringan Jalan Propinsi

8

= x 100 %

8

= 100 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan jalan propinsi sudah

terlayani hingga tahun 2014 dengan nilai 100 %. Namun kenyataannya, hingga tahun

2012 nilai capaian sudah mencapai 100 %. Artinya propinsi Bengkulu telah memiliki

kinerja yang lebih baik dalam memberdayakan jaringan propinsi menjadi pelayanan

antarkota/kabupaten dilayani AKDP. Dalam jaringan pelayanan AKDP sangat

Page 4: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-4

memerlukan adanya Terminal Tipe B. Ternyata, baru hanya satu (1) terminal Tipe B di

Propinsi Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Selatan dengan nama Terminal Manna.

Terminal tersebut memiliki luas 3.000 m2, dan lebih jelasnmya standar pelayanan

terminal tipe B dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.3

Perbandingan Luas Terminal Tipe B ( M2 ) Berdasarkan Dephub, 1998

Dengan Luas Terminal Tipe B di Propinsi Bengkulu

No

Kasil Rumuasan DEPHUB, 1998

Propinsi Bengkulu

Jenis Pelayanan Luas ( M2 ) Luas ( M2 ) Standar M2

I

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

II

1

2

3

4

5

III

1

2

3

4

5

6

7

8

IV

1

2

3

KENDARAAN

Parkir AKDP

Parkir Angkutan Kota

Parkir ADES

Parkir Pribadi

Ruang Service

Sirkulasi Kendaraan

Bengkel

Ruang Istirahat

Gudang

Ruang Parkir

Cadangan

PENUMPANG

Ruang Tunggu

Sirkulasi Orang

Kamar Mandi

Kios

Mushola

Operasional

Ruang Administrasi

Ruang Pengawas

Loket

Peron

Retribusi

Ruang Informasi

Ruang P3K

Ruang Perkantoran

RUANGB LUAR

Luas Total

Cadangan

Kebutuhan Lahan

540

800

900

500

500

2.740

100

40

20

1.370

2.220

900

60

72

59

23

3

4

6

10

30

100

17.255

17.255

34.510

540

800

900

500

Tidak ada

2.740

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

1.340

2.220

900

50

72

40

23

3

4

6

8

Tidak ada

50

17.255

17.255

34.510

27 M2

20 M2

20 M2

30 unit

Tidak ada

100 % luar parkir

-

-

-

20 %

1,25 m2/Org

40 % Ruang tunggu

M2

Sumber : Hasil Kajian Dephub, 1998

-Dinas perhubungan & Informatika Propinsi Bengkulu

-Hasil pengamatan di lokasi

Page 5: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-5

Gambar 6.1 Jaringan Trayek AKDP Provinsi Bengkulu

Page 6: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-6

Gambar 6.2 Peta Rencana dan Realisasi Terminal AKDP

Page 7: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-7

Gambar 6.3 Peta Jaringan Jalan Provinsi Bengkulu

Page 8: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-8

2. Jaringan Prasarana Angkutan Jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan prasarana angkutan

jalan adalah tersedianya terminal Tipe A pada setiap Propinsi untuk melayani angkutan

umum dalam trayek. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat

dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan

kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi 8. Di lain

pihak, terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk

mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau

barang, serta perpindahan moda angkutan. Menjadi focus kajian adalah terminal

penumpang tipe A, artinya adalah terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum

untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, angkutan

antarkota dalam propinsi, angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan 9.

Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar

kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam

propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas utama terminal terdiri dari: a.

jalur pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum; c. tempat

parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat

tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum; d. bangunan kantor terminal; dan e. tempat

tunggu penumpang dan/atau pengantar; f.menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h.

rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan,

tarif dan jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.

Sementara fasilitas penunjang adalah meliputi; a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c.

kios/kantin; d. ruang pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g.

tempat penitipan barang; h. taman 10

Lokasi tapak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.

terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas

negara;b terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c.

mempunyai akses jalan masuk dan/atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak

sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan

ke pintu keluar atau masuk terminal 11

Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas

Negara, b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A, c.

jarak antara 2 ( dua ) terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau

Jawa, dan 30 Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di Pulau Lainnya, d. luas lahan yang

tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di

Pulau lainnya, e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal

8 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (1) 9 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian

Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6

10 Keputusan Menteri Perhubungan N0. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi pada Pasal 2 ayat ( 2), Pasal 4 dan Pasal 5

11 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.1361/AJ. 106/DRJD/2003 tentang Penetapan Simpul

Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia pada Pasal 5

Page 9: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-9

dengan jarak sekurangnya-kurangnya 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter dan 50 meter

di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 12

Persyaratan yang telah digaris di atas, dibandingkan dengan terminal tipe A di Propinsi

Bengkulu, yang hanya satu (1) unit, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Jalan akses masuk dan/atau keluar terminal di terminal tipe A yang ada di propinsi

Bengkulu terdapat 53 meter, sementara menurut standar yang telah ditetapkan lebih

dari 50 meter. Artinya jalan akses masuk dan/atau keluar telah memenuhi standar

yaitu mencapai 53 meter

b. Terminal tipe A di Propinsi Bengkulu hanya satu (1) unit, jadi belum bisa

dibandingkan dengan ketentuan jarak antar terminal tipe A 30 Km di Pulau Sumatera

c. Luas terminal tipe A yang ada di Propinsi Bengkulu mencapai 5 ha, artinya telah

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang

Program jaringan jalan nasional terdapat lima (5) . Jaringan jalan nasional ini adalah

berfungsi melayani AKAP, dan lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 6.4

Jaringan Jalan Nasional di Propinsi Bengkulu

Dalam Tahun 2013

No Jaringan

Panjang

( Km )

1 Jalan Nasional Lintas Barat Sumatera

(Arteri Primer )

564,61

2 Jalan Arteri Primer Ruas Bengkulu – kepahyang-

Curup – Pd. Ulak Tanding – Batas Sumsel

135,89

3 Jalan Lingkar Bengkulu : Pulau Baai – Pagar Dewa-

Kembangseri ( sekitar 30 Km ) dan Talang Empat – Pondok

Kubang- Pasar Pedati ( sekitar 25 Km )

55

4 Jalan Arteri primer Ruas Bengkulu – Lais – Ipuh –

Mukomuko – Batas SUMBAR

308,28

5 Jalan Arteri Primer Ruas Bengkulu Tais – Manna – Bintuhan

– Batas Lampung

256,33

TOTAL 755,5

Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika cq. Bidang Program, Propinsi Bengkulu 2013

-Ditjen Perkerjaan Umum- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Lebih jelasnya jaringan jalan nasional dapat dilihat dalam peta berikut.

12 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.76/AJ/102DRJD/2000 tentang Penetapan Simpul Jaringan

Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruha Indonesia pada Pasal 5

Page 10: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-10

JARINGAN JALAN NASIONAL (Arteri Primer)

Panjang keseluruhan ± 755,5 KM

Jalan Arteri Primer ruas

Bengkulu – Kepahyang – Curup –

Pd. Ulak Tanding – Batas SUMSEL

sepanjang ± 135,89 KM

Jalan Nasional Lintas Barat

Sumatera (Arteri Primer)

total sepanjang ± 564,61 KM

Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu –

Lais – Ipuh – Muko-Muko – Bts

SUMBAR

sepanjang ± 308,28 KM

Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu – Tais

– Manna – Bintuhan – Bts LAMPUNG

sepanjang ± 256,33 KM

Jalan Lingkar Bengkulu : Pulau Baai

– Pagar Dewa – Kembangseri

(sekitar 30 km) dan Talang Empat –

Pondok Kubang - Pasar Pedati

(sekitar 25 km)

Gambar 6.4 Peta Jaringan Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu

Page 11: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-11

Dengan adanya jaringan nasional di Propinsi Bengkulu, maka diperlukan adanya Terminal

Tipe A. Ternyata jumlah terminal Tipe A di Propinsi Bengkulu hanya dua (2) unit dan lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.5 Keberadaan Terminal Tipe A di Provinsi Bengkulu

No Nama Terminal Lokasi Luas

1 Terminal Argamakmur Kab Bengkulu Utara 4.100 m2

2 Terminal Air Sebakul Kota Bengkulu 7.100 m2

Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu & Informatika, 2013

Berdasarkan data seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian tersedianya

terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum

dalam trayek antarkota antarpropinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

% Prasarana Angkutan jalan

∑ Terminal Penumpang Tipe A

= x 100 %

Jumlah Jaringan Pelayanan AKAP

2

= x 100 %

5

= 40 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, nilai capaian tersedianya

terminal angkutan penumpang Tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum

dalam trayek antar kota antar propinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN)

telah ditetapkan dalam tahun 2014 nilai capaian 100 %. Padahal, dalam tahun 2012 capaian

yang diperoleh baru hanya 40 %. Karena itu, yang harus dicapai hingga tahun 2014 adalah

60 % ( 100 % - 40% = 60%). Untuk mencapai angka 60 % yang masih tertinggal,

diperlukan adanya kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Terminal Tipe A adalah

sulitnya mencari tanah yang ideal sebagai terminal, apalagi dalam era otonomi daerah

sekarang ini semakin banyak permasalahan pertanahan. Di lain pihak, kendatipun ada

terminal Tipe A di daerah seperti halnya Terminal Tipe A Air Sebakul belum diberdayakan

secara optimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak angkutan tidak masuk terminal, dan

ngetem di pinggir jalan. Terjadinya hal tersebut, karena aparat Dinas Perhubungan &

Informatika kurang tegas terdapat angkutan. Sebaiknya, diharuskan masuk terminal.

Bilamana disimak dari segi standar pelayanan terminal tipe A yang telah ditetapkan, dengan

standar terminal tipe A yang ada di Propinsi Bengkulu terlihat belum semuanya dapat

dipenuhi. Salaah satu alasan yang dikemukanan, luas dan ukuran umumnya dibuat sesuai

dengan kebutuhan. Lebih jelasnya standar pelayanan terminal tipe A

Page 12: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-12

Tabel 6.6

Perbandingan Standar Terminal Tipe A Berdasarkan Aturan ( Dephub ) Dengan

Standar Terminal Tipe A di Bengkulu

No

Standar Terminal Berdasarkan

DEPHUB

Standar Terminal Tipe

A di Propinsi Bengkulu

Jenis Fasilitas Standar Minimal Standar

I

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

II

1

2

3

4

5

6

7

III

1

2

3

4

5

6

7

8

IV

V

1

2

KENDARAAN

Parkir AKAP

Parkir AKDP

Parkir Angkutan Kota

Parkir Pribadi

Jumlah kendaraan

Pribadi

Sirkulasi Kendaraan

Ruang Service

Pompa Bensin

Ruang Istirahat

Operator

Gudang

Ruang Parkir

Cadangan

PENUMPANG

Ruang Tunggu

Ruang Sirkulasi

Kios

Kamar Mandi/Toilet

Muhola

Tempat Penitipan Brg

OPERASIONAL

Ruang Administrasi

Ruang Pengawas

Loket

Peron

Retribusi

Ruang Informasi

Ruang P3K

Ruang Perkantoran

RUANG

CADANGAN LUAR

(TIDAK EFEKTIF)

CADANGAN

PENGEMBANGAN

Parkir

Terminal

42 (M2/Kendaraan

27 (--------s.d.-------)

20 (--------s.d.a------)

20 (-------s.d.a ------)

30 Unit

100 % Luas Parkir M2

150 M2

1 Unit

50 M2

25 M2

50% Ruang Parkir

1,25 M2/Orang

40 % Ruang Tunggu

60 % Ruang Tunggu

72 M2

72 M2

8 M2

20 M2

6 M2

3 M2

4 M2

6 M2

12 M2

45 M2

150 M2

40 % Luas Total

50 % Luas Parkir

100 % Luas Terminal

42 (M2/Kendaraan

27 (--------s.d.-------)

20 (--------s.d.a------)

20 (-------s.d.a ------)

30 Unit

100 % Luas Parkir M2

150 M2

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

20 % Ruang Parkir

1,25 M2/Orang

40 % Ruang Tunggu

30 % Ruang Tunggu

72 M2

72 M2

Tidak ada

15 M2

6 M2

3 M2

4 M2

6 M2

10 M2

45 M2

150 M2

24 % Luas Total

30 % Luas Parkir

20 % Luas Terminal

Sumber: - Standar oleh DEPHUB

- Standar Terminal Tipe A Bengkulu, Dinas Perhubungan c.q. Bidang

Program,2013

Page 13: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-13

3. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat

pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta

fasilitas pendukung. Fungsi Perlengkapan jalan pada hakekatnya untuk menjamin

keselamatan, memberi arah perjalanan para pengendara, member tanda suatu objek dan

lain-lain. Perlengkapan jalan adalah meliputi;

a. Rambu

Pemasangan rambu di sepanjang jalan propinsi, jalan nasional dan jalan kabupaten/kota

di Propinsi Bengkulu terus dilakukan, mengingat rambu tersebut memiliki peran yang

cukup besar untuk menjamin keselamatan kendaraan. Jenis rambu yang dipsang di

Propinsi Bengkulu terdiri dari ; a. rambu perintah, b.rambu larangan, c. rambu

petunjuk. Pemasangan rambu tentunya, berdasarkan kewenangan jalan. Jalan nasional

dipasang oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini dilaksanakan Kementerian

Perhubungan, jalan propinsi diusahakan oleh pemerintah daerah propinsi, yang dalam

hal ini Dinas Perhubungan dan Informatika, dan sementara untuk jalan kabupaten/kota

diusahakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang dalam hal ini oleh Dinas

Perhubungan dan Informatika. Secara singkat perkembangan pemasangan rambu di

wilayah Propinsi Bengkulu hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.7

Jalan nasional sepanjang 783,87 Km membutuhkan rambu jalan sebanyak 3.778 unit,

sementara realisanya hanya 1.821 unit atau 48,2 %. Sementara sisanya yang belum

Panjang

Jalan ( Km )

1 Jalan Nasional

a. Rambu Perintah 783,867 1.442 1.061 381

b. Rambu Larangan 783,867 762 567 195

c. Rambu Petunjuk 783,867 1.574 193 1.381

Sub Total 783,867 3.778 1.821 1.957

2 Jalan Propinsi

a. Rambu Perintah 1.562,67 2600 0 2600

b. Rambu Larangan 1.562,67 1700 43 1.657

c. Rambu Petunjuk 1.562,67 312 0 312

1.562,67 4.612 43 4. 569

3 Jalan Kabupaten

a. Rambu Perintah 5.667,30 1500 224 1.276

b. Rambu Larangan 5.667,30 1500 198 1.302

c. Rambu Petunjuk 5.667,30 1500 55 1.445

Sub Total 5.667,30 4500 477 4.023

Total 8.013,84 12890 2.341 10.549

Sumber: Dinas Perhubungan cq. Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 2013

Kebutuhan & Realisai Rambu Jalan di Jalan Nasiona, Jalan Propinsi

& Jalan Kabupaten/Kota

SisaRealisasiKebutuhan Kelas jalan

No

Page 14: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-14

terpasang 1.957 unit atau 51,79 %. Begitu juga halnya untuk rambu di jalan propinsi

dengan panjang jalan 1.562,67 Km, membutuhkan rambu sebanyak 4.612 unit dan

yang g terpasang hanya 43 unit atau 0,93 %. Sementara yang belum terpasang 4.569

unit atau 99,06 %. Begitu juga halnya, untuk jalan kabupaten/kota sepanjang 5.667,30

Km membutuhkan rambu sebanyak 4.500 unit, dan yang terpasang hanya 477 unit atau

10,6 %. Artinya, yang belum terpasang masih 4.4.023 unit atau 89,4 %.

Dalam kajian ini yang difokuskan adalah keberadaan rambu yang berada di jalan

propinsi. Karena itu, nilai capaian tersedianya fasilitas perlengkapan jalan khususnya

rambu di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung dengan rumus 13;

% Fasilitas Perlengkapan Jalan

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Jalan Propinsi

X 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Jalan Propinsi

38 unit

= x 100 %

1.612 unit

= 0,82 %

Lebih jelasnya kebutuhan dan realisasi rambu per ruas jalan Propinsi Bengkulu dalam

kondisi tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.8

Daftar Kebutuhan dan Realisasi Kebutuhan Rambu di Ruas

Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(Unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(Unit) Sisa

(Unit )

1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 200 - -

2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 100 - -

3 SP III PD.Guci – Air Kering

Padang Leban

21,0 100 - -

4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 100 - -

5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts

Sumsel )

17,0 58 - -

6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 100 - -

7 Masat – SP.GD Agung-Plk

Bengkurung

23,4 100 - -

8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –

Plk Bengkurung

23,4 100 - -

9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu 14,0 30 - -

13 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6

Page 15: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-15

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(Unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(Unit) Sisa

(Unit )

Ampar

10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu

Ampar

20,3 40 - -

11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 140 - -

12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 140 - -

13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu

Selatan)

2,8 123 - -

14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

1,9 14 - -

15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

2,7 130 - -

16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab

Bengkulu Selatan)

1,4 12 - -

17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

1,0 20 - -

18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

0,7 12 - -

19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (

Manna, Kab Bengkulu Selatan)

3,7 70 - -

20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

3,7 12 - -

21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –

Pasar Talo

17,5 20 - -

22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 135 - -

23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 120 - -

24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 142 - -

25 Sendawar - Maras 25,79 128 - -

26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 120

27 Sukaraja - Tais 49,0 180 20 160

28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 122 - -

29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 122 - -

30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 118 - -

31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 10 - -

32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 10 - -

33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 15 - -

34 Argamakmur - Lais 29,37 120 - -

35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 6 - -

36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 10 - -

37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 10 - -

38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 14 - -

39 Tanjung Agung Palik- Gunung

Selan

19,62 22 - -

40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 100 - -

41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 100 - -

42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 100 - -

Page 16: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-16

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(Unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(Unit) Sisa

(Unit )

43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 80 - -

44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 120

45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 82 - -

46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 140

47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP

Kroya

22,47 65 - -

48 Klindang -Susup 9,6 12 - -

49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 52

50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro

Tidur

13,4 12 - -

51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh

( P. Enggano )

32,0 100 - -

52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 10 - -

53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 34 - -

54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal

Putih

42,8 100 - -

55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 24 - -

56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 98 - -

57 Sp Talang Denok Workshop -

Argamakmur

5,4 12 - -

58 Argamakmur – Taba Tembilang (

Argamakmur)

5 10 - -

59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 12 - -

60 Ketahun- Napal Putih 39 100 - -

61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 100 - -

62 Permu – Beringin Tiga 43 120 - -

63 Tebat Monok – SP Wahim – KB

Agung

35 50 - -

64 Jl.Benuang Galiang 1,5 - - -

65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan

– Bandung Baru

16

18

-

-

66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 18 18 -

67 Curup - Tes 50 30 - -

68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 22 - -

69 Tambang Sawah - Ketenong 16 20 - -

70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 22 - -

71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 20 - -

72 Jl. Air Males Atas 1 10 - -

73 Jl. DI. Panjaitan 2 10 - -

74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 16 - -

75 Jl, Salim Batubara 1,5 14 - -

76 Jl. M.Hasan 0,7 10 - -

77 Jl. Bukit Kaba 6,95 14 - -

78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 12 - -

79 Air Lang – Desa Apur 13,2 22 - -

Page 17: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-17

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(Unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(Unit) Sisa

(Unit )

80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-

Depati – Tj Ening

35,4

100

-

-

81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 20 - -

82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 30 - -

83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 120 - -

84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung

Jaya) – SP III ( Selang Jaya )

18.0

22

-

-

85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP

Yamaja ( Pondok Kopi )

16,5 28 - -

86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras

Terunjam)

19,1 22 - -

87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 12 - -

88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 10 - -

89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 12 - -

90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 5 - -

91 Jl. Putri Gading Cempaka (

Bengkulu )

1,35 15 - -

92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 10 - -

93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 10 - -

94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 10 - -

95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 12 - -

96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 10 - -

97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 10 - -

98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 12 - -

99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 12 - -

100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 10 - -

101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 14 - -

102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 14 - -

103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 12 - -

104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu

Hiu ( Bengkulu )

2,2 14 - -

105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu (

Bengkulu )

1,4 12 - -

JUMLAH 1.562,67 4.612 38 4.574

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program

PropinsiBengkulu,2013

Page 18: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-18

Gambar 6.5

Beberapa Kondisi Rambu yang terpasang di Provinsi Bengkulu

b. Marka

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan

jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis

melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus

lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas 14. Marka jalan berfungsi untuk

mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu

lintas di jalan. Marka jalan terdiri dari 15: 1) marka membujur; 2) marka melintang; 3)

marka serong; 4) marka lambang; 5). marka lainnya.

Marka membujur berupa : 1) garis utuh; 2) garis putus-putus; 3) garis ganda yang terdiri

dari garis utuh dan garis putus-putus; 4) garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh.

Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan . Marka melintang

adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan. Marka serong adalah tanda yang

membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian marka membujur atau

marka melintang, untuk menyetakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan

merupakan jalur lalu lintas kendaraan. Marka lambing adalah tanda yang mengandung

arti tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau

menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu atau tanda lalu lintas lainnya.

14 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 Ayat (18) 15 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas pada Pasal 19

Page 19: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-19

Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakn untuk lalu lintas kendaraan. Lajur adalah

bagian jalur yang memanjang dengan atau tampa marka jalan, yang memiliki lebar

cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, sejalan dengan sepeda motor 16

Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan melintasi

garis tersebut. Marka membujur apabila berada ditepi jalan hanya berfungsi sebagai

peringatan tanda tepi jalur lalu lintas. Marka membujur berupa garis putus-putus ,

merupakan pembatas lajur yang berfungsi mengarahkan lalu lintas dan atau

memperingatkan akan ada Marka Membujur yang berupa garis utuh didepan. Marka

membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus

menyatakan bahwa kendaraan yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis

ganda tersebut, sedangkan kendaraan yang berada pada sisi garis putus-putus dapat

melintasi garis ganda tersebut. Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari dua

garis utuh menyatakan bahwa kendaraan dilarang melintasi garis ganda tersebut. Marka

melintang berupa : a. garis utuh; b. garis putus-putus. Marka melintang berupa garis

utuh , menyatakan batas berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh alat

pemberi isyarat lalu lintas atau rambu stop. Marka melintang berupa garis putus-putus ,

menyatakan batas yang tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan

kepada kendaraan yang mendapat hak utama pada persimpangan.

Marka serong berupa garis utuh. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh

digunakan untuk menyatakan : a. daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan; b.

pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas. Marka serong dilarang dilintasi

kendaraan. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis putus-putus digunakan

untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat

kepastian selamat. arka lambang, dapat berupa panah, segitiga atau tulisan,

dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu atau untuk memberitahu

pemakai jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu-rambu. Marka lambang dapat

ditempatkan secara sendiri atau dengan rambu lalu lintas tertentu. Marka lainnyaadalah

marka jalan selain marka membujur, marka melintang, marka serong dan marka

lambang. Marka lainnya yang berbentuk : a. garis utuh baik membujur, melintang

maupun serong untuk menyatakan batas tempat parkir; b. garis-garis utuh yang

membujur tersusun melintang jalan untuk menyatakan tempat penyeberangan; c. garis

utuh yang saling berhubungan merupakan kombinasi dari garis melintang dan garis

serong yang membentuk garis berbiku-biku untuk menyatakan larangan parkir.Marka

jalan yang dinyatakan dengan garis-garis pada permukaan jalan dapat digantikan dengan

paku jalan atau kerucut lalu lintas.

Pembangunan marka tersebar di beberapa ruas jalan Propinsi Bengkulu, dan untuk lebih

jelasnya kebutuhan dan realisai pembangunan marka pada setiap ruas jalan dapat dilihat

pada tabel berikut.

16 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan pada Pasal 1 Ayat (1 s.d 7)

Page 20: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-20

Tabel 6.9

Daftar Kebutuhan dan Realisasi Kebutuhan Rambu di Ruas

Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 100.500 - -

2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 73.500 - -

3 SP III PD.Guci – Air Kering

Padang Leban

21,0 63.000 - -

4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 72.900 - -

5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts

Sumsel )

17,0 51.000 - -

6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 68.100 - -

7 Masat – SP.GD Agung-Plk

Bengkurung

23,4 31.200 - -

8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –

Plk Bengkurung

23,4 70.200 - -

9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu

Ampar

14,0 42.000 - -

10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu

Ampar

20,3 60.900 - -

11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 43.200 - -

12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 122.100 - -

13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu

Selatan)

2,8 2.800 - -

14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

1,9 1.900 - -

15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

2,7 2.700 - -

16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab

Bengkulu Selatan)

1,4 1.400 - -

17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

1,0 1.000 - -

18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

0,7 700 - -

19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (

Manna, Kab Bengkulu Selatan)

3,7 3.700 - -

20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

3,7 3.700 - -

21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –

Pasar Talo

17,5 52.500 - -

22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 31.800 - -

23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 22.140 - -

24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 112.650 - -

25 Sendawar - Maras 25,79 77.370 - -

26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 80.100

27 Sukaraja - Tais 49,0 147.000 1.000 1000

Page 21: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-21

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 96.330 - -

29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 71.640 - -

30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 62.550 - -

31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 3.600 - -

32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 4.500 - -

33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 3.000 - -

34 Argamakmur - Lais 29,37 88.110 - -

35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 1.800 - -

36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 6.600 - -

37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 8.400 - -

38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 58.860 - -

39 Tanjung Agung Palik- Gunung

Selan

19,62 86.400 - -

40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 79.200 - -

41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 64.200 - -

42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 15.330 - -

43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 90.000 - -

44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 66.000

45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 132.900 - -

46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 67.410

47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP

Kroya

22,47 28.800 - -

48 Klindang -Susup 9,6 55.890 - -

49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 40.200

50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro

Tidur

13,4 96.000 - -

51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh

( P. Enggano )

32,0 38.880 - -

52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 70.200 - -

53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 128.400 - -

54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal

Putih

42,8 63.600 - -

55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 66.000 - -

56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 16.200 - -

57 Sp Talang Denok Workshop -

Argamakmur

5,4 15.000 - -

58 Argamakmur – Taba Tembilang (

Argamakmur)

5 15.750 - -

59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 117.000 - -

60 Ketahun- Napal Putih 39 107.400 - -

61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 107.400 - -

62 Permu – Beringin Tiga 43 129.000 - -

63 Tebat Monok – SP Wahim – KB

Agung

35 105.000 - -

64 Jl.Benuang Galiang 1,5 4.500 - -

Page 22: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-22

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan

– Bandung Baru

16

48.000

-

-

66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 84.360 2.000 2.000

67 Curup - Tes 50 150.000 - -

68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 105.000 - -

69 Tambang Sawah - Ketenong 16 48.000 - -

70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 45.300 - -

71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 6.900 - -

72 Jl. Air Males Atas 1 3.000 - -

73 Jl. DI. Panjaitan 2 6.000 - -

74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 9.900 - -

75 Jl, Salim Batubara 1,5 4.500 - -

76 Jl. M.Hasan 0,7 2.100 - -

77 Jl. Bukit Kaba 6,95 20.850 - -

78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 3.300 - -

79 Air Lang – Desa Apur 13,2 39.600 - -

80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-

Depati – Tj Ening

35,4

106.200

-

-

81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 37.800 - -

82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 59.100 - -

83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 130.860 - -

84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung

Jaya) – SP III ( Selang Jaya )

18.0

54.00

-

-

85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP

Yamaja ( Pondok Kopi )

16,5 49.500 - -

86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras

Terunjam)

19,1 57.300 - -

87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 15.600 - -

88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 6.900 - -

89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 3.600 - -

90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 1.500 - -

91 Jl. Putri Gading Cempaka (

Bengkulu )

1,35 4.050 - -

92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 2.700 - -

93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 2.250 - -

94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 1.800 - -

95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 1.800 - -

96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 1.200 - -

97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 2.850 - -

98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 2.400 - -

99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 2.100 - -

100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 1.200 - -

101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 3.450 - -

102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 8.490 - -

Page 23: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-23

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 4.200 - -

104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu

Hiu (Bengkulu)

2,2 6.600 - -

105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu

(Bengkulu )

1,4 4.200 - -

JUMLAH 1.562,67 4.595,22 3.000 3.000

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi

Bengkulu,2013

Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan marka disepanjang jalan

propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan marka di jalan propinsi dapat

dihitung dengan rumus;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Ruas Jalan Propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Ruas Jalan Propinsi

6.000 meter

= x 100 %

4.595.270 meter

= 0,13 %

Gambar 6.6

Kondisi Marka di bebapa ruas jalan Provinsi Bengkulu

Page 24: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-24

c. Pagar Pengaman

Pagar pengaman adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai

pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat dikendalikan lagi agar

tidak keluar dari jalur lalu lintas. Kelengkapan tambahan dapat berupa suatu unit

kokonstruksi yang terdiri dari lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan

penginkatnya yang dipasang pada tepi jalan. Pagar pengaman dipasang pada lokasi-

lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut; a. sisi jalan yang kondisi

geologinya sangat membahayakan, b. sisi jalan yang berdampingan dengan bagian jalan

lainnya, c. sisi jalan yang membahayakan karena kondisi geometrinya, d. sisi jalan yang

berdekatan dengan bagunan-bangunan lainnya, e. Pembuatan pagar pengaman dapat

menggunakan pipa dan/atau lempengan besi 17

Pipa dan lempengan masing-masing berdiameter 10 cm dan lebar 31 cm. Sifat mekanis

dari bahan mempunyai tegangan tidak kurang dari 35 kg/mm2 . Tegangan tarik tidak

kurang dari 49 kg/mm2 , dan pemanjangan kurang dari 1,2 % panjang total. Tinggi

bagian atas pagar pengaman dari permukaan jalan adalah 55 cm. Panjang pagar

pengaman disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 18 .

Perkembangan pembangunan pagar pengaman di Propinsi Bengkulu sebagai alat

pengaman dan keamanan lalu lalintas kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6.10

Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan pagar pengaman disepanjang

jalan propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di jalan

propinsi dapat dihitung dengan rumus;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Jalan di Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Jalan di Propinsi

17 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 14 s/d Pasal 16 18 Ibid, Pasal 17

Kebutuhan (

Meter )

Realisasi

(Meter)

Sisa

( meter )

1 Nasional 783,86 13 250 6 578 6 672

2 Provinsi 1.562,67 19 520 - 19 520

3 Kabupaten/Kota 5. 667,30 19 460 - 19 460

Total 8.013,83 52 230 6 578 45 652

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.

Propinsi Bengkulu, 2013

Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Pagar Pengamanan di Propinsi Bengkulu

Hingga Tahun 2012

No Jalan Panjang ( Km )

Page 25: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-25

0 meter

= x 100 %

19.520 meter meter

= 0 %

Lebih jelasnya pembangunan pagar pengaman di ruas jalan Propinsi Bengkulu dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 6.11

Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pagar pengaman di Ruas

Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 1.300 - -

2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 1.000 - -

3 SP III PD.Guci – Air Kering

Padang Leban

21,0 800 - -

4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 - - -

5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts

Sumsel )

17,0 - - -

6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 750 - -

7 Masat – SP.GD Agung-Plk

Bengkurung

23,4 - - -

8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –

Plk Bengkurung

23,4 - - -

9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu

Ampar

14,0 - - -

10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu

Ampar

20,3 1.500 - -

11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 - - -

12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 1.300 - -

13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu

Selatan)

2,8 - - -

14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

1,9 - - -

15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

2,7 - - -

16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab

Bengkulu Selatan)

1,4 - - -

17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

1,0 - - -

18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

0,7 - - -

19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (

Manna, Kab Bengkulu Selatan)

3,7 - - -

20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab 3,7 - - -

Page 26: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-26

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

Bengkulu Selatan )

21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –

Pasar Talo

17,5 - - -

22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 - - -

23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 - - -

24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 500 - -

25 Sendawar - Maras 25,79 1.000 - -

26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 600

27 Sukaraja - Tais 49,0 320 - -

28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 900 - -

29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 500 - -

30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 300 - -

31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 - - -

32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 - - -

33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 - - -

34 Argamakmur - Lais 29,37 600 - -

35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 - - -

36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 - - -

37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 - - -

38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 - - -

39 Tanjung Agung Palik- Gunung

Selan

19,62 500 - -

40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 1.250 - -

41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 - - -

42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 - - -

43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 - - -

44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 -

45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 - - -

46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 800

47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP

Kroya

22,47 500 - -

48 Klindang -Susup 9,6 - - -

49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 600

50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro

Tidur

13,4 - - -

51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh

( P. Enggano )

32,0 - - -

52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 - - -

53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 - - -

54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal

Putih

42,8 800 - -

55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 - - -

56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 1.200 - -

57 Sp Talang Denok Workshop -

Argamakmur

5,4 300 - -

Page 27: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-27

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

58 Argamakmur – Taba Tembilang (

Argamakmur)

5 - - -

59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 - - -

60 Ketahun- Napal Putih 39 - - -

61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 1.900 - -

62 Permu – Beringin Tiga 43 - - -

63 Tebat Monok – SP Wahim – KB

Agung

35 300 - -

64 Jl.Benuang Galiang 1,5 - - -

65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan

– Bandung Baru

16

-

-

-

66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 - - -

67 Curup - Tes 50 - - -

68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 - - -

69 Tambang Sawah - Ketenong 16 - - -

70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 - - -

71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 - - -

72 Jl. Air Males Atas 1 - - -

73 Jl. DI. Panjaitan 2 - - -

74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 - - -

75 Jl, Salim Batubara 1,5 - - -

76 Jl. M.Hasan 0,7 - - -

77 Jl. Bukit Kaba 6,95 - - -

78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 - - -

79 Air Lang – Desa Apur 13,2 - - -

80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-

Depati – Tj Ening

35,4

-

-

-

81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 - - -

82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 - - -

83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 1.450 45 45

84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung

Jaya) – SP III ( Selang Jaya )

18.0

-

-

-

85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP

Yamaja ( Pondok Kopi )

16,5 - - -

86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras

Terunjam)

19,1 - - -

87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 - - -

88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 - - -

89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 - - -

90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 - - -

91 Jl. Putri Gading Cempaka (

Bengkulu )

1,35 - - -

92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 - - -

93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 - - -

Page 28: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-28

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 - - -

95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 - - -

96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 - - -

97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 - - -

98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 - - -

99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 - - -

100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 - - -

101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 - - -

102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 - - -

103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 - - -

104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu

Hiu ( Bengkulu )

2,2 - - -

105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu (

Bengkulu )

1,4 - - -

JUMLAH 1.562,67 19.520 45 45

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,2013

Berdasarkan data tersebut, nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di ruas

jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi

90 meter

= x 100 %

19.520 meter

= 0,46 %

Gambar 6.7

Salah Satu Pagar Pengaman di Bengkulu

Page 29: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-29

d. Deliniator

Pembangunan Deliniator di jalan nasional, propinsi dan jalan kabupaten/kota terus

dikembangkan. Deliniator dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit kosntruksi

yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi) berfungsi sebagai

pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi

kiri atau kanan deliantor adalah daerah berbahaya. Unit konstruksi dapat berupa pipa

besi atau pipa plastic yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi ) 19

Pembuatan deliantor dapat menggunakan bahan dari pipa besi atau pipa plastic yang

dilengkapi dengan bahan bersifat reflektif. Pipa besi berdiameter 10 cm, ketebalan 2

millimeter dengan panjang 110 cm. Pipa dilengkapi dengan 2 macam reflector berwarna

putih dan merah. Pipa harus dicat dengan warna hitam dan kuning bergantian, dan ujung

paling atas berwarna hitam. Pipa plastic mempunyai panjang 125 cm dan penampang

menyerupai segitiga sama sisi dengan panjang sisi 15 cm. Pipa plastic dilengkapi dengan

2 macam refketor berwarna putih dan merah. Pipa plastic harus dicat dengan warna

hitam dan putuh bergantian, dan ujung paling atas berwarna hitam 20

Delianiator dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan jalur jalan pada daerah-daerah yang

berbahaya. Penempatan delineator dilakukan sedemikian rupa sehingga reflktor

berwarna merah akan kelihatan pada sebelah kiri dari arah lalu lintas dan yang berwarna

putih akan terlihat pada sebelah kanan arah lalu lalulintas. Delineator ditempatkan

sekurang-kurangnya 60 cm dari tepi jalan. Lokasi serta jarak pengulangan penempatan

delineator disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 21. Demikian

halnya pembangunan/pengadaan deliantor di jalan nasional, jalan propinsi dan jalan

kabupaten/kota serta pada ruas jalan terus dikembangkanm, dan untuk lebih jelasnya

profil perkembangan delineator di propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.12

19 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 22 20 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 25 21 Ibid, pada Pasal 26

Kebutuhan

( Meter )

Realisasi

(Meter)

1 Nasional 783,86 7 502 3 762 3 740

2 Provinsi 1.562,67 5 954 - 5 954

3 Kabupaten/Kota 5.667,30 6 380 - 6 380

Total 19 836 3 762 16 074

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.

Propinsi Bengkulu, 2013

Sisa ( meter )

Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Deliniator di Propinsi Bengkulu

Hingga Tahun 2012

No Jalan Panjang ( Km )

Page 30: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-30

Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, nilai persentase kelengkapan

deliniator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator Jalan Propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi

0 meter

= x 100 %

5.954 meter

= 0 %

Pembangunan delineator di beberapa ruas jalan propinsi juga dilakukan. Total ruas jalan

propinsi terdapat sepanjang 1.562, 67 km sementara kebutuhan delineator mencapai

5.954 meter. Dari kebutuhan tersebut, realisasi pembangunan delineator di ruas jalan

propinsi hanya 999 meter. Lebih jelasnya profil pembangunan delineator di beberapa

ruas jalan propinsi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.13

Sementara kebutuhan dan realisasi kelengkapan jalan khususnya Deliantor di ruas jalan

Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.14

Daftar Kebutuhan dan Realisasi Deliniator di Ruas

Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 - - -

2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 - - -

3 SP III PD.Guci – Air Kering

Padang Leban

21,0 - - -

4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 - - -

5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 17,0 - - -

Panjang Ruas Jalan (

km )

Kebutuhan

( Meter )

Realisasi

( meter )

1 Ruas Jalan Propinsi 1 562,67 5 954 999 4 955

Total 1 562,67 5 954 999 4 955

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Perencanan.

Propinsi Bengkulu, 2013

Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Deliniator di Ruas Jalan Propinsi Bengkulu

Hingga Tahun 2012

No Jalan Sisa ( meter )

Page 31: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-31

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

Sumsel )

6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 - - -

7 Masat – SP.GD Agung-Plk

Bengkurung

23,4 - - -

8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –

Plk Bengkurung

23,4 - - -

9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu

Ampar

14,0 - - -

10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu

Ampar

20,3 - - -

11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 - - -

12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 - - -

13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu

Selatan)

2,8 - - -

14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

1,9 - - -

15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

2,7 - - -

16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab

Bengkulu Selatan)

1,4 - - -

17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

1,0 - - -

18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

0,7 - - -

19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (anna,

Kab Bengkulu Selatan)

3,7 - - -

20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

3,7 - - -

21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –

Pasar Talo

17,5 - - -

22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 - - -

23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 - - -

24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 - - -

25 Sendawar - Maras 25,79 - - -

26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 -

27 Sukaraja - Tais 49,0 324 162 162

28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 - - -

29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 - - -

30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 - - -

31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 - - -

32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 - - -

33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 - - -

34 Argamakmur - Lais 29,37 - - -

35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 - - -

36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 - - -

Page 32: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-32

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 - - -

38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 - - -

39 Tanjung Agung Palik- Gunung

Selan

19,62 - - -

40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 - - -

41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 - - -

42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 - - -

43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 - - -

44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 -

45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 - - -

46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 -

47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP

Kroya

22,47 - - -

48 Klindang -Susup 9,6 - - -

49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 -

50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro

Tidur

13,4 - - -

51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh

( P. Enggano )

32,0 - - -

52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 - - -

53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 - - -

54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal

Putih

42,8 - - -

55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 - - -

56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 - - -

57 Sp Talang Denok Workshop -

Argamakmur

5,4 - - -

58 Argamakmur – Taba Tembilang (

Argamakmur)

5 - - -

59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 - - -

60 Ketahun- Napal Putih 39 - - -

61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 1.900 - -

62 Permu – Beringin Tiga 43 - - -

63 Tebat Monok – SP Wahim – KB

Agung

35 300 - -

64 Jl.Benuang Galiang 1,5 - - -

65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan

– Bandung Baru

16

-

-

-

66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 350 100 150

67 Curup - Tes 50 - - -

68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 - - -

69 Tambang Sawah - Ketenong 16 - - -

70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 - - -

71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 - - -

72 Jl. Air Males Atas 1 - - -

Page 33: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-33

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(meter )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

Kiri

(meter)

Terpasang

Kanan

(meter)

73 Jl. DI. Panjaitan 2 - - -

74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 - - -

75 Jl, Salim Batubara 1,5 - - -

76 Jl. M.Hasan 0,7 - - -

77 Jl. Bukit Kaba 6,95 - - -

78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 - - -

79 Air Lang – Desa Apur 13,2 - - -

80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-

Depati – Tj Ening

35,4

-

-

-

81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 - - -

82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 - - -

83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 725 300 425

84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung

Jaya) – SP III ( Selang Jaya )

18.0

-

-

-

85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP

Yamaja ( Pondok Kopi )

16,5 - - -

86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras

Terunjam)

19,1 - - -

87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 - - -

88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 - - -

89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 - - -

90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 - - -

91 Jl. Putri Gading Cempaka (

Bengkulu )

1,35 - - -

92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 - - -

93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 - - -

94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 - - -

95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 - - -

96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 - - -

97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 - - -

98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 - - -

99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 - - -

100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 - - -

101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 - - -

102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 - - -

103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 - - -

104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu

Hiu ( Bengkulu )

2,2 - - -

105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu

(Bengkulu )

1,4 - - -

JUMLAH 1.562,67 5.954 562 737

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,2013

Page 34: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-34

Berdasarkan data tersebut, total kebutuhan Deliniator di ruas jalan Propinsi Bengkulu

terdapat 5.954 meter, sementara 1.299 meter. Karena itu, nilai capaian persentase

kelengkapan delineator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator pada Jalan Propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi

1.299 meter

= x 100 %

5.954 meter

= 21,81 %

Gambar 6.8

Salah Satu Delinieator di Provinsi Bengkulu

e. Cermin Tikungan

Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat

untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. Kelengkapan

tambahan dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin, bingkai cermin,

tiang penyangga dan pengikatnya 22. Cermin tikungan dopasang pada tepi jalan pada

lokasi-lokasi domana pendangan pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau

terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan jalan. Pembuatan cermin

tikuangan dapat menggunakan cermin cembung dari bahan acryile. Tebal dan diameter

cermin adalah masing-masing 3 millimeter dan tidak kurang dari 60 cm. Cermin

dilengkapi dengan tiang penyangga dari besi dengan diameter 10 cm, bingaki dan topi

cermin. Tinggi cermin disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Bentuk dan ukuran cermin tikungan 23 . Melihat peran cermin tikungan pada pengendara

22 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan pada Pasal 18 23 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai

Jalan Pada Pasal 19 s/d 21

Page 35: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-35

kendaraan bermotor, maka pada beberapa titik jalan nasionan, jalan propinsi dan jalan

kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu telah dibangun. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan informasi bagi pengendera arus lalu lalu lintas pada setiap tikungan. Lebih

jelasnya perkembangan pengadaan cermin tikungan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6.15

Berdasarkan data yang telah telah disajikan sebelumnya, dapat dihitung nilai capaian

persetase kelengkapan Cermin Tikungan di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung

dengan rumus;

∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Cermin Tikungan Terpasang pada Jalan Propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan Pada Jalan Propinsi

0 unit

= x 100 %

31 unit

= 0 %

f. Paku Jalan

Paku jalan sebagai tanda pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 15

milimeter di atas permukaan jalan, dan apabila paku jalan tersebut dilengkapi dengan

reflektor tidak boleh menonjol lebih dari 40 milimeter di atas permukaan jalan. Paku

jalan harus memenuhi ketentuan : a.dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau

alumunium campur; b. apabila paku jalandilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul

cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah; c.

warna pemantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 24

Bentuk dan ukuran paku jalan adalah; a. paku jalan berbetuk bujur sangkar harus

memmpunyai sisi yang panjang 0,10 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana

kurang dari 60 km per jalam dan 0,15 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana 60

km perjam atau lebih, b. paku jalan berbentuk 4 ( empat ) persegi panjang mempunyai

24 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalam pada Pasal 19

Panjang Jalan

( Km )

Kebutuhan

( Unit )

Realisasi

(Unit)

Sisa

( Unit )

1 Nasional 783,86 85 17 68

2 Provinsi 1.562,67 31 - 31

3 Kabupaten/Kota 5.667,30 64 - 64

Total 801 180 10 163

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.

Propinsi Bengkulu, 2013

Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Cermin Tikungan di Propinsi Bengkulu

Hingga Tahun 2012

No Jalan

Page 36: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-36

ukuran sekurang-kurangnya lebar 0,10 meter dan panjang 0,20 meter, c. paku jalan

berbentuk bundar harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 0,1 meter 25

Bahan paku jalan terdiri dari; a. dibuat dari bahan plastic, baja tahan karat atau

alumunium campur, b. apabila paku jalan dilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul

cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah, c.

warna pamantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 26.Paku jalan dapat

ditempatkan pada; a. batas tepi jalur lintas, b. paku jalan dengan pemantul cahaya

berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalur atau lalu lintas, c. paku jalan dengan

pemantul berwarna ditempatkan pada garis batas sisi kiri jalan, d. paku jalan dengan

pemantul bercahaya putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan, e. paku jalan

dengan dua (2) buah pemantul cahaya yang arahnya berlawanan penempatannya. Jarak

pemasangan paku jalan dilakukan sebagai berikut; a. pada tanda permukaan jalan

peringatan ditempatkan ditengah-tengah celah dua garis, b. pada tanda permukaan jalan

yang ditempatkan pada as jalan atau yang digunakan untuk mengarahkan arus lalau

lintas ditempatkan pada sisi di tengah tiga buah celah tanda permukaan jalan,c. pada

batas tepi sisi jalur lalu lintas ditempatkan pada setiap jarak 9 meter, d. pada tanda

permukaan jalan yang digunakan untuk membagi jalur lalu lintas bus adalah pada setiap

jarak 8 meter, e. pada tanda permukaan jalan mendekati suatu hambatan ditempatkan

pada setiap jarak 4 meter atau kurang, f. pulau lalau lintas ditempatkan pada jarak 4

meter atau kurang 27

Melihat peran paku jalan untuk keselamatan berkendaraan bermotor, di Propinsi

Bengkulu terus mengupayakan pembangunan/pengadaan paku jalan pada jalan kering

atau basah. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan kendaraan dapat lebih normal dan

stabil. Untuk lebih jelasnya perkembangan pembangunan/pengadaan paku jalan di

Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.16

Pemasangan paku jalan telah tersebar di berbagai jalan propinsi di wilayah Propinsi

Bengkulu, dan untuk lebih jelasnya kebutuhan dan realisasi pemasangan paku jalan

dapat dilihat pada tabel berikut.

25 Keputusan Direktur Jenderal perhubungan Darat No. SK.116/a.j.404/drjd/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan ( Spesifikasi Teknis Paku Jalan ) 26 Ibid ( Bahan baku paku jalan ) 27 Ibid ( Penempatan paku jalan dan Pemasangan paku jalan )

Panjang Jalan

( Km )

Kebutuhan

( Unit )

Realisasi

(unit )

1 Nasional 783,86 391 000 4 111 386 889

2 Provinsi 1.562,67 760 120 - 760 120

3 Kabupaten/Kota 5.667,30 652 750 - 652 750

Total 801.382 1 803 870 4 111 1 799 759

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.

Propinsi Bengkulu, 2013

Sisa ( unit )

Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Paku Jalan di Propinsi Bengkulu

Hingga Tahun 2012

No Jalan

Page 37: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-37

Tabel 6.17

Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas

Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(unit)

Belum

Terpasang

(unit)

1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 16.750 - -

2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 12.250 - -

3 SP III PD.Guci – Air Kering

Padang Leban

21,0 10.500 - -

4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 12.150 - -

5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts

Sumsel )

17,0 8.500 - -

6 Kelutun – Simpang Pino 11.350 11.350 - -

7 Masat – SP.GD Agung-Plk

Bengkurung

5200 5200 - -

8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –

Plk Bengkurung

11.200 11.700 - -

9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu

Ampar

700 700 - -

10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu

Ampar

10.150 10.150 - -

11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 7.200 7.200 - -

12 Manna- Batas Sumatera Selatan 20.350 20.350 - -

13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu

Selatan)

1.400 1.400 - -

14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

950 950 - -

15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

1.350 1.350 - -

16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab

Bengkulu Selatan)

700 700 - -

17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

500 500 - -

18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

350 350 - -

19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (

Manna, Kab Bengkulu Selatan)

1.850 1.850 - -

20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

1.850 1.850 - -

21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –

Pasar Talo

8.750 8.750 - -

22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 5.300 - -

23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 3.690 - -

24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 18.775 - -

25 Sendawar - Maras 25,79 12.895 - -

26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 13.350

27 Sukaraja - Tais 49,0 24.500 245 -

Page 38: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-38

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(unit)

Belum

Terpasang

(unit)

28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 16.055 - -

29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 11.940 - -

30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 10.425 - -

31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 600 - -

32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 750 - -

33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 500 - -

34 Argamakmur - Lais 29,37 14.685 - -

35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 350 - -

36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 300 - -

37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 1.100 - -

38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 1.400 - -

39 Tanjung Agung Palik- Gunung

Selan

19,62 9.810 - -

40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 14.400 - -

41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 13.200 - -

42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 10.700 - -

43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 2.555 - -

44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 15.000

45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 11.000 - -

46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 22.150

47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP

Kroya

22,47 11.235 - -

48 Klindang -Susup 9,6 4.800 - -

49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 9.315

50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro

Tidur

13,4 6.700 - -

51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh

( P. Enggano )

32,0 16.000 - -

52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 6.480 - -

53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 11.700 - -

54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal

Putih

42,8 21.400 - -

55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 10.600 - -

56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 11.000 - -

57 Sp Talang Denok Workshop -

Argamakmur

5,4 2.700 - -

58 Argamakmur – Taba Tembilang (

Argamakmur)

5 2.500 - -

59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 2.625 - -

60 Ketahun- Napal Putih 39 1950 - -

61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 17.000 - -

62 Permu – Beringin Tiga 43 21.500 - -

63 Tebat Monok – SP Wahim – KB

Agung

35 17.500 - -

64 Jl.Benuang Galiang 1,5 750 - -

Page 39: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-39

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(unit)

Belum

Terpasang

(unit)

65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan

– Bandung Baru

16

8.000

-

-

66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 14.060 751 -

67 Curup - Tes 50 25.000 - -

68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 17.500 - -

69 Tambang Sawah - Ketenong 16 8.000 - -

70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 7.550 - -

71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 1.150 - -

72 Jl. Air Males Atas 1 500 - -

73 Jl. DI. Panjaitan 2 1.000 - -

74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 1650 - -

75 Jl, Salim Batubara 1,5 750 - -

76 Jl. M.Hasan 0,7 350 - -

77 Jl. Bukit Kaba 6,95 3.450 - -

78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 550 - -

79 Air Lang – Desa Apur 13,2 6.600 - -

80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-

Depati – Tj Ening

35,4

17.700

-

-

81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 6.300 - -

82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 9.850 - -

83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 725 - -

84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung

Jaya) – SP III ( Selang Jaya )

18.0

21.810

-

-

85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP

Yamaja ( Pondok Kopi )

16,5 9.000 - -

86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras

Terunjam)

19,1 8.250 - -

87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 9.550 - -

88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 2.600 - -

89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 1.150 - -

90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 600 - -

91 Jl. Putri Gading Cempaka (

Bengkulu )

1,35 250 - -

92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 675 - -

93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 450 - -

94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 375 - -

95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 300 - -

96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 300 - -

97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 200 - -

98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 475 - -

99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 400 - -

100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 200 - -

101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 575 - -

Page 40: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-40

No

Nama Ruas Jalan

Panjang

Ruas jalan

( Km )

Kebutuhan

(unit )

Dalam Tahun 2012

Terpasang

(unit)

Belum

Terpasang

(unit)

102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 1.415 - -

103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 700 - -

104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu

Hiu ( Bengkulu )

2,2 1.100 - -

105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu (

Bengkulu )

1,4 700 - -

1.562,67 760.120 996

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,2013

Berdasarkan data di atas, kebutuhan Paku Jalan pada jalan Propinsi Bengkulu mencapai

760.120 unit. Tetapi realisasi yang terwujud hingga tahun 2012 belum ada. Artinya, nilai

capaian persentase kelengkapan paku jalan di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung

dengan rumus.

% nilai capaian paku jalan

∑ Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan Terpasang di jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Paku di Jalan Propinsi

996 unit

= x 100 %

760.120 unit

= 0,13%

Gambar 6.9

Kondisi Paku Jalan di Provinsi Bengkulu

Page 41: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-41

g. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan

isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan

atau pada ruas jalan 28. Alat pemberi isyarat lalu lintas terdiri dari; a. lampu 3 ( tiga )

warna untuk mengatur kendaraan, b. lampu 2 ( dua ) warna untuk mengatur kendaraan

dan/atau pejalan kaki, c. lampu 1 ( satu ) warna untuk memberikan peringatan bahaya

kepada pemakai jalan. Lampu tiga ( 3 ) warna terdiri dari warna merah, kuning dan

hijau. Lampu tiga (3 ) warna dipasang dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila

dipasang secara vertical, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah,

kuning, hijau. Apabila dipasang secara horizontal maka susunan lampu dari kiri ke

kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, kuning, dan hijau . Lampu tiga

warna dapat dilengkapi dengan lampu warna merah dan/atau hijau yang memancarkan

cahaya berupa tanda panah29

Lampu dua (2) warna terdiri dari warna merah dan hijau. Lampu dua warna dipasang

dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila dipasang secara vertical, susunan lampu

dari atas ke bawah dengan urutan merah, hijau. Apabila dipasang secara horizontal,

susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, hijau.

Sementara lampu satu (1) warna, berwarna kuning atau merah dan lampu satu (1) warna

dipasang dalam posisi vertical atau horizontal 30

Fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas seperti halnya lampu tiga (3) warna adalah

sebagai berikut: a. lampu warna hijau menyala setelah lampu warna merah padam,

mengisyaratkan kendaraan harus berjalan, b.lampu warna kuning menyala setelah lampu

warna hijau padam, mengisyaratkan kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti

atau sebelum alat pemberi isyarat lalu lintas, bersiap untuk berhenti dan bagi kendaraan

yang sudah sedemikian dekat dengan batas berhenti sehingga tidak dapat berhenti lagi

dengan aman dapat berjalan, c. lampu warna merah menyala setelah lampu kuning

padam, mengisyaratkan kendaraan harus berhenti sebelum batas berhenti dan apabila

jalur lalu lintas tidak dilengkapi dengan batas berhenti, kendaraan harus berhenti

sebelum alat pemberimisyarat lalu litas 31

Lampu dua ( 2 ) warna secara bergantian berfungsi; a. mentaur lalu lintas pada tempat

penyeberangan pejalan kaki, b. mengatur lalau lalintas kendaraan pada jalan tol atau

tempat tertentu lainnya. Sementara lampu dua (2) warna berfungsi; a. mengatur lalu

lintas pada tempat penyeberangan, b. dapat dilengkapi dengan isyarat suara. Begitu juga

halnya lampu satu (1) warna terdiri dari satu lampu yang menyala berkedip atau dua

lampu yang menyala bergantian. Lampu satu warna yang berwarna kuning dipasang

pada jalur lalau lalintas, mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati.

Lampu satu warna yang berwarna merah dipasang pada persilangan sebidang dengan

jalan kereta api dan apabila menyala mengisyaratkan pengemudi harus berhenti. Lampu

28 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 1 ayat (1) 29 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 3 s/d Pasal 5 30 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 6 s/d Pasal 7 31 Ibid, Pasal 8

Page 42: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-42

satu warna dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang

menunjukkan arah datangnya kereta api . Alat pemberi isyarat lalu lintas berbentuk bulat

dengan garis tengah antara 20 sentimeter sampai dengan 30 sentimeter 32. Demikian

halnya, di Propinsi Bengkulu, mengingat peran alat pemberi isyarat lalau lalintas cukup

besar dalam mengatur lalu lalintas dan menjamin keselamatan berkendara, maka

pembangunan alat pemberi isyarat lalu lalintas di dibangun di jalan nasional, kalan

propinsi dan jalan kabupaten/kota, dan untuk lebih jelasnya perkembangan

pembangunan/pengadaan alat pemneri isyarat lalu lintas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.18

Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas

Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012

No.

Ruas Jalan

Panjang

Ruas

Jalan

(Km)

Jumlah

Simpang/

R.Jalan

(Titik)

Kebutuhan

(APIL/WL

(1 set/Titik)

Tahun 2012

Jumlah

Terpsg

Belum

Terpsg

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Tanjung Kmuning – datar

lebar

Datar lebar – Mentiring

Sp III PD.Guci-Air Kering

Padang leban

Tanjung Imam-Muara

Sahung

Muara Sahung – Air

Tembok ( Bts Sumsel )

Kelutum -Simpang Pino

Masat –SP.GD Agung

SP III Kayu Kunyit –

GD.Agung – PLK

Bengkuring Plk

Bengkurung – Sukarami-

Batu

Ampar

Sp .Kedurang – KB

Agung – Batu Ampar

Kurawan – Pinju Layang

– PD Lebar

Manna – Batas Sumatera

Selatan

Jl. A Yani (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

33,5

24,5

21,0

24,3

17,0

22,7

10,4

23,4

14,0

20,3

14,4

40,7

2,8

3

4

4

3

2

2

1

1

1

2

2

2

3

WL=3

WL=4

WL=3,APIL

L=1

WL=3

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

APIL=1

WL=3

WL=4

WL= 3

APIL=1

1

WL=3

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

APIL=1

WL=2

32 Ibid, Pasal 11 s/d Pasal 12

Page 43: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-43

No.

Ruas Jalan

Panjang

Ruas

Jalan

(Km)

Jumlah

Simpang/

R.Jalan

(Titik)

Kebutuhan

(APIL/WL

(1 set/Titik)

Tahun 2012

Jumlah

Terpsg

Belum

Terpsg

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

Jl.Veteran (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

Jl.SMEAN (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

Jl.Kol Berlian

(Manna,Kab Bengkulu

Selatan)

Jl.P.Marzuki (Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

Jl.Bukhari ( Manna,Kab

Bengkulu Selatan )

Jl.Pasar Bawah- Manggul

( Manna, Kab Bengkulu

Selatan)

Jl.Gerak Alam (

Manna,Kab Bengkulu

Selatan )

SP.Durian Bubur –

(Tedunan) – Pasar Talo

Pasar Talo – Pering Baru

SP III Ngalam – Pasar

Ngalam

Pasar Ngalam – Pasar

Talo

Sendawar – Maras

PD Serai – Pasar Ngalam

Sukaraja – Tais

Bintuhan – Desa Limas-

Ketahun

Kerkab –Lubuk Durian

Lubuk Durian-Arga

Makmur

Jl.Jend Sudirman (

Argamakmur )

Jl.Basuki Rahkmat (

Argamakmur)

Jl.A.Yani ( Argamakmur )

Argamakmur – Lais

Jl.A. Yamin (

Argamakmur )

Jl.M.Hatta (Argamakmur )

Jl.Ir. Soekarno (

Armakmur

1,9

2,7

1,4

1,0

0,7

3,7

3,7

17,5

10,6

7,38

37,55

25,79

26,7

49,0

32,11

23,88

20,85

1,2

1,5

1,0

29,37

0,7

0,6

2,2

2

2

1

-

-

1

1

2

2

2

3

2

2

3

3

2

2

1

1

1

3

1

1

1

WL=2

WL=2

WL=1

-

-

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=3

WL=2

WL=2

WL=3

WL=3

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=3

WL=1

WL=1

WL=1

2

WL=2

WL=1

-

-

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=3

WL=2

WL=2

WL=1

WL=3

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=3

WL=1

WL=1

WL=1

Page 44: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-44

No.

Ruas Jalan

Panjang

Ruas

Jalan

(Km)

Jumlah

Simpang/

R.Jalan

(Titik)

Kebutuhan

(APIL/WL

(1 set/Titik)

Tahun 2012

Jumlah

Terpsg

Belum

Terpsg

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

Jl.Alamsyah(Argamakmur

Tanjung Agung Palik-

Gunung Selan

Gunung Selan- Girim

Mulya

Giri Mulya- Atas Tebing

Batik Nau – Lubuk Banyu

Bintuhan- Batik Nau

Giri Mulya – Desa Air

Limas

Lubuk Banyau – Ds Air

Solok

Lubuk Durian – Lubuk

Sini

Tugu Hiu-Taman Hutan

Raya- SP Kroya

Klindang –Susup

Susup – Tj Alam-Ujan

Mas

SP Gunung Selan-Unit III

Kuro Tidur

Banjar Sari-Malakoni-

Kayu Apuh ( P. Enggano )

Desa Kali – Argamakmur

SP Air Muring – Suka

Hijau

Suka Baru – Bukit

Berlian- Napal Putih

Ketahun- Bukit Berlian

Jalan Wisata Air Terjun-

Curup IX

Sp Talang Denok

Workshop – Argamakmur

Argamakmur – Taba

Tembilang (

Argamakmur)

Taba Tembilang- Kuro

Tidur

Ketahun- Napal Putih

D.6 Ketahun – Giri Mulya

Permu – Beringin Tiga

Tebat Monok – SP Wahim

– KB Agung

2,8

19,62

28,8

26,4

21,4

5,11

30,0

22,0

44,3

22,47

9,6

18,63

13,4

32,0

12,9

23,4

42,8

21,2

22,0

5,4

5

5,25

39

35,8

43

35

1

2

2

2

2

2

3

1

2

1

1

2

2

1

2

2

2

2

2

1

1

2

2

3

2

2

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=3

WL=1

WL=2

WL=2

WL=1

WL=2

WL=2

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=3

WL=1

WL=2

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=2

WL=1

Page 45: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-45

No.

Ruas Jalan

Panjang

Ruas

Jalan

(Km)

Jumlah

Simpang/

R.Jalan

(Titik)

Kebutuhan

(APIL/WL

(1 set/Titik)

Tahun 2012

Jumlah

Terpsg

Belum

Terpsg

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

Jl.Benuang Galiang

Jl. Wisata Kepahiang-

Kaba Wetan – Bandung

Baru

Kepahiang – Batas Sumsel

Curup – Tes

Tes – Muara Aman – Taba

Sawah

Tambang Sawah –

Ketenong

Alas Tebing- Muara

Aman

Jl. Sapta Marga ( Curup)

Jl. Air Males Atas

Jl. DI. Panjaitan

Jl. Dr.A.Gani

Jl, Salim Batubara

Jl. M.Hasan

Jl. Bukit Kaba

Jl.Wisata Suban Air Panas

Air Lang – Desa Apur Pd

Ulak Tanding-Kota

Padang-Depati-Tj

Ening

Taba Mulan- Simpang

Nangka

Palak Curup SP III

Karang Baru

Penarik – Lubuk Pinang

Lubuk Cedang –SP

VI(Agung Jaya)-SP III (

Selagan Jaya )

Muko-Muko-Dusun

Gedang SP Yamaja (

Pondok Kopi )

Tanah Rekah – SP IV (

Teras Terunjam)

Jl.Citandul ( Bengkulu )

Jl. Lempuing ( Bengkulu )

Jl. Batang Hari

(Bengkulu)

Jl. Sedap Malam

(Bengkulu )

1,5

16

28,12

50

35

16

15,1

2,3

1

2

3,3

1,5

0,7

6,95

1,1

13,2

35,4

12,6

19,7

43,62

18,0

16,5

19,1

5,2

2,3

1,2

0,5

1

1

2

1

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

2

1

1

3

1

2

1

1

1

2

1

WL=1

WL=1

WL=8

WL=1

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=2

WL=2

WL=1

WL=1

WL=3

WL=1

WL=2

WL=1

APILL=4

WL=1

WL=1

WL=4

WL=1

WL=1

WL=2

WL=1

WL=2

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

APIL=4

WL=1

WL=1

WL=4

WL=1

WL=2

Page 46: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-46

No.

Ruas Jalan

Panjang

Ruas

Jalan

(Km)

Jumlah

Simpang/

R.Jalan

(Titik)

Kebutuhan

(APIL/WL

(1 set/Titik)

Tahun 2012

Jumlah

Terpsg

Belum

Terpsg

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

Jl. Putri Gading Cempaka

( Bengkulu

Jl.Ratu Agung(Bengkulu )

Jl. Soekarno Hatta (

Bengkulu)

Jl. M. Hasan ( Bengkulu )

Jl.Hazairin ( Bengkulu )

Jl.Kol. Berlian(Bengkulu)

Jl.DI.Panjaitan(Bengkulu ) Jl.Teluk Segara(Bengkulu )

Jl.Abu Hanifah(Bengkulu )

Jl. TP Kasim Nazir (

Bengkulu)

Jl. Nusirwan Zainul (

Bengkulu)

Jl. Hibrida ( Bengkulu)

Jl. Jenggalu ( Bengkulu )

Jl. Letnan Syamsul

Bahrun – Tugu Hiu (

Bengkulu )

Sungai Hitam – Pasar

Bengkulu ( Bengkulu )

Pasar Bengkulu – Tapak

Paderi

Tapak Kedari- Utum Bina

Marga

Jalan Wisata- Pantai

Panjang

Pasir Putih- Kuala Baru

Muara SP- Pertamina

(Pel.Pulau Baai )

1,35

0,9

0,75

0,6

0,6

0,4

0,95

0,8

0,7

0,4

1,15

2,83

1,4

2,2

1,4

2,65

2,5

5,2

1,4

0,6

2

1

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

4

WL=2

WL=2

WL=1

WL=2

APILL=1

WL=4

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=2

WL=4

WL=2

WL=1

WL=2

WL=4

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=1

WL=4

Jumlah 1.562,67 179 WL=172

APILL=7

2 WL=172

APIL=7

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi

Bengkulu, 2013

Berdasarkan data seperti dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian perlengkapan jalan

(alat pemberi isyarat lalu lintas/ Warning light terpasang di jalan propinsi dapat dihitung

dengan rumus;

Page 47: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-47

∑ Fasilitas Perlengkapan Alat pemberi isyarat Lalu Lintas di jalan Propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Iisyarat Lalu Lintas Pada Jalan

di Propinsi

2 unit

= x 100 % = 1,11 %

179 unit

Gambar 6.10

Warning Light yang ada di Bengkulu

h. Lampu penerangan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan perlengkapan jalan yang dapat

diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian mediun jalan )

yang digunakan untuk menerangi jalan mapun lingkungan di sekitar jalan yang

diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan laying, jembatan dan jalan di bawah

tanah. Atau juga dapat disebut lampu penerangan adalah suatu unit lengkap yang terdiri

dari sumber cahaya, elemen optok, elemen elektronik dan struktur penopang serta tiang

lampu 33. Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain ; a.

menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan, b. sebagai alat bantu

navigasi pengguna jalan, c. menghilangkan keselamatan dan kenyamanan pengguna

jalan, khususnya pada malam hari, d. mendukung keamanan lingkungan dan e.

memberikan keindahan lingkungan jalan 34. Berdasarkan informasi dari Dinas

Perhubungan dan Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu , standar jenis

lampu yang digunakan di jalan pada propinsi adalah mengacu pada SNI ( Standar

Nasional Indonesia ) dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 35.

33 Badan standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 2: 2008 34 Badan Standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 4, 2008 35 Ibid, hal 5

Page 48: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-48

Tabel 6.19

Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik

dan Penggunaannya

Jenis

Lampu

Efisiensi

Rata-rata

(lumen/watt)

Umur

Rencana

Rata-Rata

(Jam)

Daya

(watt)

Pengaruh

Terhadap

Warna Objek

Keterangan

Lampu

tabung

fluorescent

Tekanan

Rendah

60 - 70

8.000-

10.000

18 – 20

36 - 40

Sedang

- Untuk jalan kolektor dan

lokasl

- Efisiensi cukup tinggi tetapi

berumur pendek

- Jenis lampu ini masih dapat

digunakan untuk hal-hal

yang terbatas

Lampu gas

merkuri

tekanan

tinggi

(MBF/U)

50 - 55

16.000 –

24.000

125:250;

400; 700

Sedang

- Untuk jalan kolektor, local

dan persimpangan

- Efisiensi rendah, umur

panjang dan ukuran lampu

kecil

- Jenis lampu ini masih dapat

digunakan secara terbatas

Lampu gas

sodium

bertekanan

rendah

(SOX )

100- 200 8.000 –

10.000

90 : 180 Sangat

Buruk

- Untuk jalan kolektor, local,

persimpangan,

penyeberangan,

terowongan, tempat

peristirahatan ( rest area)

- Efisiensi sangat tinggi,

umur cukup panjang,

ukuran lampu besar

sehingga sulit untuk

mengontrol cahayanya dan

cahaya lampu sangat buruk

karena kuning

- Jenis lampu ini dianjurkan

digunakan karena faktor

efisiensinya yang sangat

tinggi

Lampu gas

sodium

tekanan

tinggi

((SON)

110

12.000 –

20.000

150;250;400

Buruk

- untuk jalan tol, arteri,

kolektor,,persimpangan

besar/luas dan interchange

- efisiensi tinggi, umur sangat

panjang, ukuran lampu

kecil, sehingga mudah

pengontrolan cahayanya

- jenis lampu ini sangat baik

dan sangat dianjurkan untuk

digunakan

Di Propinsi Bengkulu pembangunan/pengadaan lampu penerangan di jalan nasional,

jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota terus ditingkatkan. Tetapi karena keterbatasan

anggaran, hingga sekarang belum sepenuhnya terbangun sesuai dengan kebutuhan.

Lebih jelasnya jumlah lampu penerangan jalan di Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada

tabel berikut..

Page 49: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-49

Tabel 6.20

Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian persentase kelengkapan lampu

penerangan di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus;

∑ Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi

x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi

150 unit

= x 100 % = 10 % 1.500 unit

Kebutuhan

( Unit )

Realisasi

(unit )

1 Nasional 1 000 112 888

2 Provinsi 1 500 150 1350

3 Kabupaten/Kota 2 000 100 1900

Total 4 500 362 4 138

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.

Propinsi Bengkulu, 2013

Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Lampu Penerangan

di propinsi Bengkulu Hingga Tahun 2012

No Jalan Sisa ( Unit )

Gambar 6.11

Lampu Penerangan Umum di Provinsi Bengkulu

Page 50: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-50

1. Keselamatan

Keselamatan dalam hal ini, dimaksudkan terpenuhinya standar keselamatan bagi

angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ).

Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap

orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,

Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan 36. Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi

standar pelayanan minimal yang meliputi: a. keamanan; b. keselamatan; c. kenyamanan;

d. keterjangkauan; e. kesetaraan; dan f. keteraturan.37. Angkutan adalah perpindahan

orang/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum

di ruang lalu lintas jalan. Angkutan umum adalah angkutan orang/atau barang yang

menggunakan kendaraan umum dengan dipungut bayaran. Keselamatan lalu lintas dan

angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan

selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau

lingkungan38 .

Pelayanan angkutan kota antar dalam propinsi dilaksanakan dengan cirri-ciri sebagai

berikut; a. mempunyai jadwal tetap, drbsgsimsns tercantum dalam jam perjalanan pada

kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan. b. pelayanan angkutan dilakukan bersifat

cepat atau lambat, c. dilayani dengan mobil bus besar atau sedang, baik untuk pelayanan

ekonomi mapun pelayanan non ekonomi, d. tersedia terminal penumang sekurang-

kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persilangan, dan terminal tujuan, e.

prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi

tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan 39.

Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengankutan orang dapat

dilakukan dengan mobil barang. Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil

barang, wajib memenuhi persyaratan; a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding yang

tingginya sekurang-kurangnya 0,6 m, b. tersedia luas lantai ruang muatan sekurang-

kurangnya 0,4 m2 per penumpang, c. memiliki dan membawa surat keterangan mobil

barang mengangkut penumpang 40

Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi; a. nama

perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan, dan belakang kendaraan. b.

papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan dasar putih

tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan. c. jenis trayek

yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan

sebelah kiri dan kanan dengan tulisan” Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, e. jati diri

pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh masing-masing

perusahaan angkutan, f. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan, tulisan standar pelayanan,

daftar tarif yang berlaku, g. dilengkapi dengan adanya kotak obat dengan isinya, h. alat

36 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 ayat (31) 37 Ibid 38 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 10

39 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 19

40 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 3

Page 51: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-51

pemantau untuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam kecepatan

kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan.41.

Dalam hal pengoperasian angkutan, pengusaha angkutan yang telah memperoleh izin

trayek diwajibkan mengutamakan keselamatan dalam pengoperasikan kendaraan

sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa 42 . Untuk

memperoleh izin operasi, pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis tel;ah ditegaskan pemohon diwajibkan

memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan

fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan

fotokopi Buku Uji 43

Untuk menjamin keselamatan, kelaikan kendaraan untuk operasional harus dipastikan

siap pakai. Artinya, semua komponen yang diharuskan diuji secara berkala harus

dipastikan sudah terpenuhi. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dimaksudkan untuk 44; a.

memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan

bermotor di jalan, b. melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang

diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. Beberapa komponen yang

diharuskan diuji secara berkala adalah sebagai berikut 45; a. uji suspense roda ( Pit wheel

Suspension Tester ) dan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, b. uji rem, c. lampu

utama, d. speedometer, e. uji emisi gas buang meliputi; uji karbon monoksida ( CO),

hidro karbon ( HC ), dan ketebalan asap gas buang, f. berat kendaraan, g. kincup roda

depan ( side slip tester ), h. suara ( sound level meter ), i. dimensi kendaraan ( lebar,

panjang, tinggi dan sumbu roda ), j. tekanan udara (kompressor rem, tekanan udara ban ),

k. kaca film.

Untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan dilengkapi dengan

fasiliats tanggap darurat. Fasilitas tanggap darurat dalam hal ini adalah berupa; a. alat

pemukul/pemecah kaca ( martil ), b. alat pemadam kebakaran, c. alat kendali darurat

pembuka pintu utama yang dirancang dan ditempatkan sedemikian rupa sekurang-

kurangnya dua buah pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor sehingga

mudah dioperasikan dari dalam baik oleh awak kendaraan mapun penumpang yang

bekerja secara otomatis 46. Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan

bermotor angkutan penumpang, wajib dipenuhi dengan persyaratan teknis:

a. Jumlah tempat keluar darurat sekurang-kurangnya 47:

1) Satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya tidak lebih

dari 26 penumpang

2) Dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara 27

dan 50 penumpang

3) Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 dan 80

penumpang

41 Ibid Pasal 19 42 Ibid Pasal 62 point j 43 Ibid Pasal 67 point c 44 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan

Bermotor Pada Pasal 2 ayat (1) 45 Ibid, Pasal 12 ayat (1) 46 Keputusan DSirektur Perhubungan Darat No. SK.1763/AJ.501/DRJD/1003 tentang Petunjuk teknis

Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang pada Pasal 5 47 Ibid, Pasal 6

Page 52: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-52

4) Empat tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80

penumpang

b. Khusus untuk mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 27 penumpang,

diwajibkan memiliki pintu darurat minimal 2 buah pada sisi kiri-kanan

c. Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu, jika pada dinding

belakang tempat pintu yang lebarnya paling sedikit 430 millimeter

d. Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 milimeter dan apabila memiliki

ukuran sekurang-kurangnya 1.200 millimeter x 430 millimeter disamakan dengan

memiliki dua tempat keluar darurat

2) Mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas

3) Sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak runcing

4) Tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung

e. Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan,

harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki lebar sekurang – kurangnya 430 millimeter

2) Mudah dibuka setiap waktu dari dalam

f. Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang menjelaskan

tempat keluar darurat dan tata cara membukanya

g. Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat dan

diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya

h. Kaca mobil bud wajib menggunakan kaca keselamatan ( Safety Glass ), dengan

ketentuan sebagai berikut;

1) Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated

2) Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered

Standar keselamatan seperti telah disebutkan sebelumnya adalah bersifat umum. Artinya,

setiap angkutan harus memenuhi standar tersebut termasuk AKDP ( Angkutan Kota

Dalam Propinsi). Berkenaan dengan itu, standar tersebut dapat juga diberlakukan pada

AKDP yang ada di Propinsi Bengkulu. Untuk dapat mengetahui tingkat keselamatan

AKDP telah dilakukan wawancara dengan Balai Pengujian Kendaraan Bermotor, Dinas

Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Propinsi

Bengkulu tentang bagaimana kondisi keselamatan Angkutan Kota Dalam Propinsi (

AKDP ). Dalam hal ini, kelaikan tentunya dilihat dari segi ketaatan para pemilik AKDP

untuk melakukan Uji KIR secara berkala. Berdasarkan data dan informasi yang

diperoleh, semua angkutan yang berflat kuning diwajibkan melakukan KIR secara

berkala dan pemilik AKDP juga mentaatinya. Di lain pihak, LLAJ dari Dinas

Perhubungan juga melakukan razia secara rutin untuk mengecek apakah AKDP rutin

melakukan Uji KIR sesuai dengan ketentuan. Ternyata dari hasil razia yang dilakukan

semua kendaraan AKDP secara rutin melakukan Uji KIR secara berkala.

Surveyor juga melakukan wawancara terhadap sepuluh (10 ) Pengemudi AKDP yang

kebtulan sedang menunggu di terminal. Dari hasil wawancara dengan para Pengemudi ,

ternyata kendaraan yang dibawa rutin melakukan uji KIR secara berkala dan

menunjukkan Buku Uji KIR. Sebagai bukti melakukan uji KIR, juga terlihat pada badan

kendaraan AKDP yang diletakkan di samping kanan dan kiri badan kendaraan. Di

samping kelaikan kendaraan AKDP, juga melakukan pengamatan dan wawancara

terhadap keselamatan dalam keadaan darurat. Hasilnya sebagian besar kurang mentaati.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel ebrikut.

Page 53: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-53

Tabel 6.21

Standar AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi)

No Standar AKDP Standar di

Lokasi

Studi

Propinsi

Bengkulu

Uraian Standar

1 Di daerah dimana sarana transportasinya

belum memadai, pengangkutan orang dapat

menggunakan mobil barang, namun waji

memenuhi persyaratan;

a.ruang muatan dilengkapi dengan dinding

yang tingginya sekurang-kurangnya

b.tersedia luas lantai ruang muatan sekurang

– kurangnya

c.memiliki dan membawa surat keterangan

mobil mengangkut penumpang

0,6 m

0,4 m2 per penumpang

0,6 m

0,4 m2 per

penumpang

2 Kendaraan yang digunakan untuk antar kota

dalam propinsi harus dilengkapi:

a.nama perusahaan

ditempelkan di

badan kendara-

an

b.nomor kendaan

ditempelkan di

depan & belakang

kendaraan

c.jenis trayek yg

dilayani,ditulis

huruf balok di

ditempelkan pada

badan kendaraan

sebelah kiri dan

kan kendaran

dengan tulisan

AKDP

Ada

Ada

Ada

3 Memiliki Jati diri pengemudi ditempatkan

yang dikeluarkan oleh perusahaan

ditempatkan di

Dashboard

Tidak ada

3 Fasilitas a.Bagasi

b.Kota obat &

isinya

c.Alat pemantau

kecepatan ken-

daraan

Ada

Tidak ada

Ada

4 Keselamatan AKDP yang dibuktikan dengan

adanya Buku Uji Kendaraan secara berkala

meliputi;

a.uji suspense roda

& kondisi teknis

Bagian bawah

kendaraan

b.uji rem

c.uji lampu utama

d.speedometer

e.uji emisi gas

buang (uji kar-

bon monoksida &

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Page 54: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-54

No Standar AKDP Standar di

Lokasi

Studi

Propinsi

Bengkulu

Uraian Standar

hidro karbon serta

ketebalan asap gas

buang

f.berat kendaraan

g.kincup roda depan

h.suara

i.dimensi kendaraan

(lebar, tinggi dan

Sumbu roda)

j.tekanan udara

(compressor rem,

tekanan udara ban)

k.kaca film

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

ada

5 Untuk menjamin keselamatan penumpang,

setiap kendaraan harus dilengkapi dengan

fasilitas tanggap darurat berupa;

a.alat pemukul/peme-

cah kaca ( martil )

b.alat pemadan keba-

karan

c.alat kendali darurat

pembuka pintu uta-

ma dua(2) buah yg

ditempatkan di sisi

kiri dan kanan seca-

ra otomatis

d.satu(1) tempat kelu-

ar darurat pada seti-

ap sisi kanan kiri,ji-

ka muatannya tidak

lebih dari 26 penum

-pang

e.dua (2) tempat kelu-

ar darurat pada seti-

ap sisi kiri kanan, ji-

ka muatannya antara

27 dan 50 penum-

Pang

f.tiga(3) tempat ke –

luar darurat pada se-

tiap sisi kiri kanan

antara 51 – 80 pe-

numpang

g.empat (tempat kelu-

ar darurat pada seti-

ap sisi kiri kanan

jika mauatnya lebih

dari 80 pemumpang

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

6 Mobil penumpang yang jumlah muatannya

lebih 27 orang penumpang diwajibkan

memiliki pintu darurat minimal

2 ( dua) buah pada sisi

kiri kanan

Tidak ada

7 Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat Jika pada dinding Tidak ada

Page 55: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-55

No Standar AKDP Standar di

Lokasi

Studi

Propinsi

Bengkulu

Uraian Standar

dikurangi dengan satu (1) belakang tempat pintu

lebarnya paling sedikit

430 millimeter

8 Tempat keluar darurat berupa jendela harus

memenuhi persyaratan;

a.memiliki ukuran

minimum 600 milli

meter x 430 milli-

meter bilamana me-

miliki ukurang seku-

rang-kurangnya

1.200 millimeter x

430 millimeter disa-

Makan dengan memi

Liki dua (2) tempat

Keluar darurat

b.mudah dan cepat di-

buka atau dirusak

atau dilepas

c.sudut-sudut jendela

yg berfungsi seba-

gai tempat keluar

darurat dan tidak

runcing

d.tidak dirintangi oleh

tongkat-tongkat atau

jeruji pelindung

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

9 Tempat keluar darurat berupa pintu yg

Dipasang pada dinding samping kiri dan

kanan harus memenuhi persyaratan.

a.memiliki lebar seku-

rang-kurangnya 430

millimeter

b.mudah dibuka setiap

waktu dari dalam

Tidak ada

Tidak ada

10 Tempat keluar darurat diberi tanda dan

Dan tata cara membukanya

Ada tanda dan cara

membukanya

Tidak ada

11 Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat

harus;

Mudah dilepas dan

dilipat serta diberi warna

12 Kaca mobil, wajib menggunakan kaca

keselamatan ( Safe glass ) dengan ketentuan;

a.kaca bagian depan

harus memakai jenis

Laminated

b.kaca bagian samping

kiri – kanan dan bela-

kang memakai jenis

Tempered

Tidak ada

Tidak ada

Sumber; Hasil olahan konsultan, 2013

Jumlah AKDP di Propinsi Bengkulu terdapat 234 unit, yang dimiliki berbagai berbagai

perusahaan angkutan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.22

Jumlah Armada AKDP di Propinsi Bengkulu Dalam tahun 2013

No Nama Perusahaan Jumlah

1 PO. Putra Raflesia 29

Page 56: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-56

No Nama Perusahaan Jumlah

2 PO. Bengkulu Kito 12

3 PO. Rejang Permata 9

4 PO. Sriwijaya 32

5 PO. Kurnia Putra 21

6 PO. Tanjung Indah 10

7 PO. Bengkulu Indah 6

8 PO. San Putra Sejahtera 48

9 PO. Asia Travel 5

10 PO. Putra Simas 21

11 PO. Ratu Agung 4

12 PO. Lubuk Tapi Ekspres 6

13 PO. Sarana Sakti 5

14 PO. Sinar Sikundang 5

15 PO. Raget 5

16 PO. EEF Travel 6

17 PO. Citra Sekar Harum 10

JUMLAH 234

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Bengkulu, 2013

Berdasarkan data dan penjelasan tersebut di atas, maka nilai capaian persentase standar

keselamatan yang melayani trayek antarkota dalm propinsi ( AKDP ) terhadap total

angkutan umum antarkota dalam propinsi dapat dihitung dengan rumus;

∑ Angkutan Armada Antar Kota Dalam Propinsi Memenuhi Standar Keselamatan

X 100

∑ Total Armada Antar Kota Dalam Propinsi

234 unit

= x 100 %

234 unit

= 100 %

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tersedianya SDM

yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan

angkutan umum, pengelola terminal dan pengelola perlengkapan jalan 48 lebih jelasnya

dapat dilihat sebagai berikut:

a. Tersedianya SDM Yang Memiliki Kompetensi Sebagai Pengawas Kelaikan

Kendaraan Pada Perusahaan

Dalam rangka menjamin kelaikan kendaraan setiap hari, diharuskan setiap perusahaan

angkutan memiliki SDM yang mempunyai kompetensi memperbaiki kendaraan pada

48 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Bidang perhubungan

Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran hal 2

Page 57: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-57

saat kendaraan sampai di pool usai melakukan operasional. Tugas SDM tersebut,

adalah memeriksa secera keseluruhan kendaraan secara rutin, apakah laik operasional

atau tidak. Apalagi, bilamana ada keluhan sopir, diharapkan sesegera mungkin dapat

melakukan pemeriksaan dan perbaikan. Dengan demikian, diharapkan keselamatan

para penumpang dapat lebih terjamin. Hal ini adalah sesuai bahwa standar pelayanan

angkutan orang, dimana setiap perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar

yang terdiri dari; a. keamanan, keselamatan dan kenyamanan 49. Setiap perusahaan

yang memiliki izin trayek, diwajibkan memenuhi persyaratan admistratif dan teknis.

Persyaratan administratif adalah meliputi beberapa aspek, antara lain; a. menguasai

fasilitas penyimpanan /pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar

lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan, b.

memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan

pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraan untuk tetap

dalam kondisi laik jalan 50

Berdasarkan wawancara dengan Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu dan Bagian

Program, jumlah pengusaha angkutan antar kota dalam Propinsi Bengkulu dalam

tahun 2013 terdapat sebanyak 17 ( tujuh belas ) unit. Sesuai dengan aturan seperti

telah dijelaskan sebelumnya, setiap perusahaan angkutan diwajibkan memiliki SDM

yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan yang pada dasarnya

berada dalam lingkungan perusahaan angkutan tersebut atau bekerja sama dengan

pihak lain untuk menjamin kelaikan operasional kendaraan. Tetapi dalam

kenyataannya, 15 ( lima belas ) perusahaan tersebut cenderung memilih memilih

kerjasama dengan pihak lain, dan 2 ( dua ) perusahaan angkutan memiliki SDM yang

memiliki pompetensi dalam perbaikan kendaraan yang langsung berada dalam

naungan perusahaan angkutan. Berdasarkan informasi dari beberapa pengusaha

angkutan, pilihan bekerjasama dengan pihak lain sangat menguntungkan, karena tidak

setiap hari kendaraan mengalami kerusakan, kecuali bilamana kendaraan mengalami

kerusahaan SDM dari pihak kerjasama dipanggil untuk memperbaiki. Sementara jika

memiliki sendiri biayanya relative mahala, karena harus membeli peralatan dan

menggaji setiap bulan. Sementara dengan bekerjasama dengan pihak lain,

pembayarannya hanya sebatas waktu tenaga SDM tersebut digunakan dalam

perbaikan kendaraan. Makna memiliki SDM yang memiliki kompetensi dalam sebagai

pengawasan kelaikan kendaraan perusahaan adalah sama dengan bekerjasa sama

dengan pihak lain dalam pemeliharaan kendaraan. Artinya, yang penting kendaraan

dapat laik operasional pada saat digunakan. Karena itu, boleh dikatakan kinerja SDM

yang memiliki komptensi dalam pengawasan kelaikan kendaraan adalah;

∑ Usaha Angkutan Yang Memiliki SDM Yang Berkompetensi Kelaikan

x100 %

∑ Usaha Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi

17

= x 100 %

17

49 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalam pada Pasal 141 point a,b

dan c. 50 Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) pada point c.d. dan e.

Page 58: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-58

= 100 %

b. SDM Pengelola Terminal

SDM pengelola terminal sangat diperlukan, mengingat terminal adalah merupakan

pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan

dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta

perpindahan moda angkutan. SDM yang memiliki kompetensi dalam pengelola

terminal akan berdampak positif terutama dalam hal kelancaran keluar masuk

kendaraan, kenyamanan, keamanan dan mobilisasi penumpang naik- turun serta

pilihan kendaraan antar jaringan.

Berdasarkan data dan informasi dari lapangan, setiap terminal kegiatan

dikelompokkan pada tiga bagian, yaitu regu I, regu II dan Regu III. Regu I bertugas

untuk mengawasai dan mengatur kedatangan kendaraan ke dalam terminal. Regu II

bertugas untuk mengawasi dan mengatur kendaraan dalam terminal, dan Regu III

bertugas mengawasai dan mengatur keberangkatan kendaraan dari terminal. Dari

hasil pengamatan di lapangan khususnya pada terminal terminal tipe B, jumlah SDM

pada setiap regu rata-rata mencapai 6 ( enam ) orang. Padahal, berdasarkan informasi

dari Kepala Terminal Tipe B dengan jumlah SDM sebanyak 4 orang pada setiap

regu, sebenarnya sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik.

c. SDM pengelola perlengkapan jalan

Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,

alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan

Jalan, serta fasilitas pendukung51 . Peranan perlengkapan jalan dalam mendukung

arus lalu lintas dan keselamatan kendaraan dalam operasional sangat diperlukan.

B. Angkutan Sungai Dan Danau

Angkutan Sungai dan Danau hingga sekarang belum ada pemberdayaan sebagai transportasi.

Karena itu, dalam hal ini belum ada pembahasan angkutan sungai dan danau.

C. Penyeberangan

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan

Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas

penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan

jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan untuk

mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya 52. Defenisi operasionalnya

dalam konteks perhitungan kinerja angkutan penyeberangan adalah tersedianya jaringan

pelayanan angkutan penyeberangan adalah prosentase jumlah angkutan

51 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (6 ) 52 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK. 242/HK.104/DRJD/1210 tentang Pedoman

Teknis Manajemen Lalu Lintas Penyeberangan pada Pasal 1 ayat (1)

Page 59: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-59

antarkabupaten/kota dalam propinsi yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus

oleh perairan 53

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Program

Propinsi Bengkulu, lintas penyeberangan hanya satu (1) yaitu dengan jaringan Bengkulu (

P.Baai-Bengkulu ) dengan P.Kahyapu ( Pulau Enggano ). Rencana pengembangan

jaringanpun hingga sekarang belum ada. Untuk lebih jelasnya jaringan lintas

penyeberangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.23

Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian tersedianya jaringan pelayanan

angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam

propinsi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

% Pelayanan Angkutan Penyeberangan

∑ Jaringan Lintas Yang Telah Terlayani Angkutan Penyeberangan

= x 100 %

∑ total Jaringan Lintas Angkutan Penyeberangan Dalam Suatu propinsi

1

= ------- x 100 %

1

= 100 %

Target pencapaian standar pelayanan minimal tersedianya jaringan pelayanan angkutan

penyeberangan untuk yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi

yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus oleh perairan adalah 75 % 54 .

Sementara capaian standar di Propinsi Bengkulu sudah mencapai 100 %. Hal ini artinya,

keberhasilan Propinsi Bengkulu dalam capayan standar pelayanan sudah mencapai 100 %

53 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian

Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 17.

54 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Dalam Lampiran I

Jumlah

Kapal yg

Pelabuhan 1 Pelabuhan 2 Melayani

Bengkulu - Kahyapu - Bengkulu P. Baai, Bengkulu Kahyapu - P.Enggano 1 Kapal

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Perencanaan.

Bengkulu, 2013

No

1

Lokasi PenyeberanganJaringan Lintas Penyeberangan

Jaringan Lintas Lintas Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu

Page 60: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-60

2. Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan

Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk kegiatan angkutan

penyeberangan 55. Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai

jembatan yang menghubungan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang

dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan berserta

muatannya 56. Sementara definisi operasional menekankan tersedianya jaringan prasarana

angkutan penyeberangan adalah prosentase tersedianya pelabuhan penyeberangan pada

setiap ibukota propinsi dan pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan

angkutan penyeberangan yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan dan yang

beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan

terhadap total kebutuhan pelabuhan penyeberangan d alam suatu propinsi 57. Jumlah

pelabuhan di Propinsi Bengkulu hanya terdapat dua (2) unit sebagai pasarana yang

menghubungkan Bengkulu dengan Pulau Enggano, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 6.24

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program

Propinsi Bengkulu, rencana pengembangan dan/atau penambahan pelabuhan

penyeberangan hinga sekarang belum ada. Kebutuah hanya dua ( 2 ) pelabuhan tersebut

untuk melayani kebutuhan penduduk yang berada di Pulau Enggano. Berkenaan dengan

itu, nilaia capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan pada setiap ibukota propinsi

pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang

beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan

dihitung dengan menggunakan rumus;

% Prasarana Pelabuhan Penyeberangan

∑ Pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi

= --------------------------------------------------------------------------------- x 100 %

∑ Total kebutuhan pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi

1

= -------- x 100 %

1

55 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.2681/AP.005/DRJD/2006 tentang

Pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan pada Pasal 1 ayat (1) 56 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan

Pencapaian Standar Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 18

57 Ibid, hal 18

Jumlah Pelabuhan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu

No Nama Pelabuhan Lokasi

1 Pelabuhan Baai Bengkulu

2 Pelabuhan Kahyan Pulau Enggano

Sumber: Dinas Perhubungan & Infromatika c.q. Bidang

Program di Propinsi Bengkulu, 2013

Page 61: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-61

= 100 %

Standar pelayanan minimal yang tersedia hingga pada tahun 2014 sebesar 75 % 58 .

Sementara capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu pada saat

sekarang ini sudah mencapai 100 %. Hal ini berarati, ketersediaan dan/atau kebutuhan

pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu sudah mencukupi.

58 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran I

Page 62: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-62

Gambar 6.12 : Peta Pelabuhan Angkutan Penyeberangan Provinsi Bengkulu

Page 63: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-63

3. Keselamatan

Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,

konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta

perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang

dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian 59. Persyaratan

tersebut harus dipenuhi pemilik kapal, bilamana melakukan operasional demi

keselamatan dan kenyamanan penumpang serta muatannya.

Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di

perairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim. Keselamatan dan keamanan

angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan: a. kelaiklautan kapal; dan

kenavigasian. Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-

pelayarannya yang meliputi: a. keselamatan kapal; b. pencegahan pencemaran dari kapal;

b. pengawakan kapal; c. garis muat kapal dan pemuatan; d. kesejahteraan Awak Kapal

dan kesehatan penumpang; e. status hukum kapal; f. manajemen keselamatan dan

pencegahan pencemaran dari kapal; dan g.manajemen keamanan kapal. Pemenuhan

setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal 60

Kenavigasian terdiri atas: a. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; b Telekomunikasi-

Pelayaran; c. hidrografi dan meteorologi; d. alur dan perlintasan; e. pengerukan dan

reklamasi; f. pemanduan; g. penanganan kerangka kapal; dan h. salvage dan pekerjaan

bawah air. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan angkutan perairan Pemerintah

melakukan perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran sesuai dengan

ketentuan internasional, serta menetapkan alur-pelayaran dan perairan pandu. 61

Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta

pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan

kapal. Persyaratan keselamatan kapal meliputi: a. material; b.konstruksi; c. bangunan; d.

permesinan dan perlistrikan; d. stabilitas; e. tata susunan serta perlengkapan termasuk

perlengkapan alat penolong dan radio; dan f. elektronika kapal 62

Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberi sertifikat

keselamatan oleh Menteri. Sertifikat keselamatan terdiri atas: a. sertifikat keselamatan

kapal penumpang; b. sertifikat keselamatan kapal barang; dan c. sertifikat kelaikan dan

pengawakan kapal penangkap ikan. Keselamatan kapal ditentukan melalui pemeriksaan

dan pengujian. Terhadap kapal yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan penilikan secara terus-menerus sampai kapal tidak digunakan

59 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 ayat (34 ) 60 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 116 s/d Pasal 117 61 Undang- Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 118 s/d Pasal 119 62 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran Pada Pasal 124

Page 64: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-64

lagi. Pemeriksaan dan pengujian serta penilikan wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah

yang diberi wewenang dan memiliki kompetensi 63

Perkapalan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan

kelaiklautan kapal dan segala faktor yang mempengaruhinya, sejak kapal dirancang-

bangun sampai dengan kapal tidak digunakan lagi. Kapal adalah kendaraan air dengan

bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau

ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan. Indonesia sesuai dengan

ketentuan Peraturan Pemerintah ini 64.

Setiap kapal wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang meliputi: a.

keselamatan kapal; b. pengawakan kapal; c. manajemen keselamatan pengoperasian

kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal; d. pemuatan; dan e. . status hukum kapal.

Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat kapal

dan/atau surat kapal sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan 65 .

Dari hasil wawancara dengan dengan Dinas Perhubungan c.q Bidang Angkutan Laut

serta Kapten Kapal Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu, persyaratan

keselamatan kapal penyeberangan yang menghubungkan Bengkulu – Pulau Enggano

selalu diperhatikan. Hal ini disebabkan mengingat kondisi geografis laut yang dilintasi

kapal penyeberangan adalah lautan hindia, dimana tinggi gelombang sering menjadi

hambatan dalam pelayaran. Berkenaan dengan itu, persyaratan keselamatan kapal

angkutan penyeberangan harus dipenuhi, dan semuanya dibuktikan dengan sertifikasi.

Beberapa persyaratan keselamatan yang selalu mendapat perhatian adalah sebagai

berikut;

a. Material

Persyaratan material adalah kapal yang berbedera Indonesia yang diwajibkan

melakukan klasifikasi kapal atau kapal yang wajib kelas dengan kententuan; a.

panjang > = 20 m dan atau, b. tonase > = 100 GT dan atau, c. mesin penggerak > =

250 PK dan atau, d. yang melakukan pelayaran Internasional meskipun telah

memiliki sertifikat dari Biro Klasifikasi asing 66. Lingkup klasifikasi kapal meliputi:

a. lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik, perlengkapan jangkar, b. Instalasi

pendingin yang terpasang permanen dan merupakan bagian dari kapal, c. Semua

perlengkapan dan permesinan yang dipakai dalam operasi kapal, d. Sistem konstruksi

dan perlengkapan yang menentukan tipe kapal 67.

Sebelum kapal dapat diregistrasi di BKI, kapal tersebut harus memenuhi persyaratan

dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses persetujuan gambar

teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan. Untuk kapal yang dibangun

63 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 126 64 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan Pada Pasal 1 ayat ( 1,2 dan 3 ) 65 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapala n Pada Pasal 5 66 Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun Tahun 2013 tentang Kewajiban Klasifikasi Bagi Kapal

Berbendera Indonesia Pada Badan Klasifikasi Pasal 2 67 http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat,2013

Page 65: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-65

sesuai dengan persyaratan peraturan klasifikasi akan ditetapkan notasi klas kapal

tersebut pada saat selesainya pemeriksaan secara keseluruhan melalui survey

klasifikasi dengan hasil yang memuaskan. Untuk kapal yang sudah dioperasikan,

BKI juga melaksanakan survey periodei untuk menjamin bahwa kapal masih

meemnuhi persyaratan klasifikasi kapal. Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin

berpengaruh terhadap kondisi klasifikasi diantara masa survey periodic, maka

pemilik kapal dan/atau operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut

kepada BKI.

Dalam melaksanakan proses klasifikasi, BKI mengimplementasikan peraturan teknik

meliputi; a. evaluasi teknis terhadap rencana desain dan dokumen yang berkaitan

dengan kapal yang akan dibangun untuk memeriksa pemenuhan terhadap peraturan

yang berlaku; b. melaksanakan survey dan pemeriksaan proses konstruksi kapal di

galangan kapal oleh surveyor klasifikasi dan juga pemeriksaan pada fasilitas produksi

yang menghasilkan komponen utama kapal, seperti pelat baja, permesinan, generator,

propeller dll untuk menjamin bahwa kapal dan komponennya dibangun sesuai

dengan persyaratan klasifikasi; c. pada saat selesainya pembangunan tersebut diatas

dan berdasarkan laporan hasil pemeriksaan selama pembangunan, bila seluruh

persyaratan dipenuhi, maka BKI akan menerbitkan sertifikat klasifikasi; d. Pada saat

kapal tersebut beroperasi/ berlayar, pemilik kapal harus mengikuti program survey

periodik dan diluar survey periodic untuk mempertahankan klasifikasinya.

Kapal yang sudah memiliki klasifikasi, diwajibkan untuk terus melaksanakan survey

yang dipersyaratkan untuk mempertahankan status klasifikasinya. Jenis-jenis survey

periodik ini, antara lain survey pembaruan kelas (class renewal), survey tahunan,

(annual survey), survey antara (intermediate survey) dan survey dok (docking/bottom

survey). Selain itu survey poros baling-baling, boiler, permesinan dan survey khusus

lainnya sesuai dengan persyaratan klasifikasi. BKI akan menerbitkan survey status

dan diinformasikan kepada pemilik.

Klasifikasi kapal dilaksanakan berdasarkan pengertian bahwa kapal dimuati,

dioperasikan dan dirawat dengan cara yang benar oleh awak kapal yang kompeten

dan kualifikasi. Pemilik kapal bertanggung jawab untuk menjamin bahwa perawatan

kapal dilakukan dengan cara yang benar hingga survey periodik berikutnya sesuai

dengan persyaratan. Juga menjadi kewajiban pemilik kapal atau yang mewakilinya

untuk menginformasikan kepada surveyor klasifikasi saat survey diatas kapal, semua

kejadian atau kondisi yang berpengaruh terhadap status klasifikasi.

Bila kondisi mempertahankan klasifikasi ini tidak dipenuhi, maka BKI akan

menegguhkan (suspend) atau mencabut (withdrawn) status klasifikasinya

berdasarkan referensi persyaratan klasifikasi. Kapal mungkin akan kehilangan status

kualifikasinya untuk sementara atau atau secara permanen. Demikian juga, kapal

yang tidak melaksanakan survey periodik tepat waktu sesuai dengan peraturan

klasifikasi ,maka BKI akan menangguhkan (suspend) status klasifikasinya.

Surveyor klasifikasi dalam melaksanakan survey meliputi ; a. Keseluruhan

pemeriksaan item survey sesuai dengan daftar isian yang telah didesain sesuai dengan

persyaratan kualifikasi; b. Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap bagian-bagian

tertentu; c. menyaksikan (witness) proses pengujian (testing), pengukuran

(measurement) dan percobaan (trial) untuk meyakinkan pemenuhan terhadap

persyaratan klasifikasi.

Page 66: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-66

Bila mana surveyor menemukan korosi, kerusakan struktur atau kerusakan lambung

kapal, permesinan dan peralatan terkait dimana menurut opini surveyor akan

mempengaruhi status klasifikasi kapal tersebut, maka surveyor akan mengeluarkan

rekomendasi untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut diatas. Rekmendasi tersebut

wajib dilaksanakan oleh pemilik kapal untuk melakukan tindakan perbaikan dan

repair pada periode waktu tertentu dalam rangka mempertahankan klasifikasinya.

Semua status klasifikasi kapal, berupa sertifikat dan laporan survey yang dikeluarkan

oleh BKI dijadikan referensi dalam mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam operasional kapal tersebut.

Pihak asuransi mempergunakannya untuk menetapkan premi asuransi dan klaim

asuransi, pihak pemilik muatan mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya

diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya untuk

mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk kepentingan komersial

memasarkan jasanya angkutannya dan pihak Pemerintah mempergunakannya sebagai

law enforcemen untuk memberikan clearance atau surat ijin berlayar.

Pada sertifikat telah terlihat material dengan kode sebagai berikut ;

HTS ; Hight Tensile Steel

AL ; Alumuniun

FRP ; Fiber Reinforced

K ; Kayau

b. Konstruksi

Konstruksi kapal adalah kekuatan kapal untuk menahan terjangan air yang mampu

mengakibatkan tegangan-tegangan konstruksi kapal. Karena itu, haluan sebuah kapal

merupakan bagian yang paling besar mendapatkan tekanan dan tegangan, sebagai

akibat terjangan terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi

tegangan-tengangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup

kuat dengan cara sebagai berikut;

1) Di depan sekat pelanggaran bagian bawah, dipasang wrangwrang terbuka yang

cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang dan balok-

balok geladak

2) Wrangwrang dipasang membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya, dimana

bagian atasnya diperkuat lagi dengan sebuah flens. Pada bagian tengah-tengah

wrang secara membujur dipasang penguat tengah ( center girder ) yang berhenti

pada jarak beberapa gading linggi depan

3) Gading-gading pada haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain. Pada

jarak 15 % panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian

bawah ( deep framing ) diperkuat, ( 20 % lebih kuat ) kelinganya lebih rapat, juga

pelat lutut antara gadinggading dengan kulit kapal, dan juga lajur-lajur di dekat

lunas, pelatnya dipertebal.

Untuk mengetahui, apakah kostruksi layak digunakan maka BKI selalu

melakukan pemeriksaan. Jika ternyata layak dan data tahannya baik, BKI

memberikan sertifikasi. Sertifikasi konstruksi kapal penyeberangan yang ada di

Bengkulu memperlihatkan adanya sertifikasi yang dikeluarkan BKI, artinya

persyaratan operasional masih terjamin.

Page 67: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-67

c. Bangunan

Bangunan kapal adalah bentuk dan/atau ukuran sebuah kapal yang terdiri dari ukuran

membujur/memanjang ( longtidunial ) dan ukuran melintang/melebar ( transversal).

Bangunan kapal akan menggambarkan:

1) Panjang;

a) LOA ( Length Over All ) artinya Panjang seluruhnya atau juga disebut

panjang maksimum kapal dari titik linggi haluan sampai pada titik paling

belakang pada linggi buritan

b) LBP ( Length Between Perpartikuler ), artinya jarak membujur titik potong

linggi haluan dengan garis air ( musim panas)

c) LOWL ( Length On Board Water Line ), artinya panjang membujur sepanjang

garis air ( musim panas )

d) Panjang kapal dapat dikelompokkan pada tiga bagian yaitu: a. panjang

seluruhnya disebut LOA,b. Panjang menurut kelas, c. panjang terdaftar /RB,

d. panjang sepanjang garis air ( LOWL )

2) Lebar :

a) Lebar terdaftar ( Registered Breadth ) ialah lebar seperti yang tertera di

dalam sertifikat kapal )

b) Lebar Tonase ( Tonnage Breadth ) ialah lebar sebuah kapal dari bagian

dalam wilayah keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam wilayah

keringat lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas

3) Dalam :

a) Dalam ( Depth) ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal

sampai ke geladak lambung bebas. Jarak ini merupakan dalam menurut Biro

klasifikasi dimana kapal tersebut dikelaskan

b) Dalam Tonase ialah dalam yang dihitung mulai dari alas dasar sampai

geladak lambung

4) Ukuran Tegak ( Vertikal ):

a) Sarat kapal ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai

garis air. Jarak ini sering di istilahkan dengan sarat moulded

b) Lambung bebas ( Free Board ) ialah jarak tegak dari garis air sampai geladak

lambung bebas atau garis deck ( Deck Line )

5) Tonase;

a) Kapal adalah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana

pengangkutan di atas air. Besarnya kecilnya kapal dinyatakan dalam ukuran

memanjang, membujur, melintang, tegak dalam dan ukuran isi maupun berat

disebut tonase. Kegunaan ukuran – ukuran ini adalah untuk mengetahui besar

kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut kapal dan besarnya bea

yang akan dikeluarkan

b) Tonase sebuah kapal dapat dirinci sebagai ebrikut;

(1) Isi kotor ( Gross Tonnage ) GT

(2) Isi kotor besarnya tertera di sertifikasi kapal, isi kotor merupakan jumlah

(3) Isi ruangan di bawah geladak ukur atau geladak tonase

(4) Isi ruangan/tempat-tempat antara geladak kedua dan geladak atas

(5) Isi ruangan-ruangan yang tertutup secara permanen pada geladak atas

atau geladak di atasnya

(6) Isi dari ambang palka ( ½ % dari BRT kapal )

(7) Isi atau volume ruangan ruangan di bawah geladak ukur mengandung

pengertian volume dari ruangan-ruangan yang dibatasi:

(a) di sebelah atas oleh geladak jalan terus paling atas

Page 68: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-68

(b) Di sebelah bawah oleh bagian atas dari jalur dasar dalam

(c) Di sebelah samping oleh bagian sebelah dalam gading-gading

d. Permesinan dan Perlistrikan

Mesin listrik merupakan alat listrik yang berputar dan dapat mengubah energi

mekanis menjadi energy listrik ( menggunakan Generator AD/DC ) serta dapat

mengubah energi listrik menjadi energy mekanis ( menggunakan Motor AC/DC ). Di

ain pihak juga dapat menditribusikan energy listrik dari satu rangkaian ke rangkaian

lain ( menggunakan Transformator ) dengan tegangan yang bias berubah-ubah dan

dengan frekuensi yang tetap melalui suatu medium berupa medan magnet atas dasar

prinsip Elektro Magnetis.68. mesin dan listrik adalah suatu yang hakiki dan sangat

diperlukan dalam operasional kapal, karena itu kelayakan mesin dan lsitrik harus

disertifikasi. Dari ahsil wawancana dengan Kapten Kapal angkutan penyeberangan

telah memperlihatkan adanya sertifikasi BKI dalam mesin dan lsirtik, artinya masin

dan listrik yang digunakan masih layak digunakan dalam operasional kapal.

e. Stabilitas

Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal

pada saat diapungkan, tidak miring ke kiri atau ke kanan, demikian pula pada saat

berlayar disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya pada saat kapal

diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali. Stabilitas kapal dapat

dogolongkan dalam dua (2) jenis yaitu 69:

1) Stabilitas melintang kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali

sewaktu kapal menyenget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya

pengaruh luar yang berdampak pada kapal.

2) Stabilitas membujur kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali

sewaktu kapal menyenget dalam arah membujur yang disebabkan oleh adanya

pengaruh luar yang berdampak pada kapal

Untuk menjaga stabilitas kapal dalam pelayaran diperlukan adanya beberapa

perangkat alat, yaitu 70:

1) Sirip lambung adalah sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge Keel yang

berfungsi untuk meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit untuk

terbalik dan menjaga stabilitas kapal. Bisanya digunakan pada kapal dengan

bentuk V

2) Tangki menyeimbang merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan posisi

kapal dengan mengalirkan air ballast kapal dari kiri ke kanan kalau kapal miring

ke kiri dan sebaliknya kalau miring ke kanan tangki ini berfungsi untuk menjaga

stabilitas kapal

3) Sirip stabilisir merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan

posisinya pada saat kapal oleng sehingga dapat menjaga stabilitas kapal

68 www. national _ blogspot.com/2009/07/defenisi – mesin listrik.html, 2010 69 SOLAS, 1984 70 htp;//pelayaran.net/tag/pengertian-stabilitas kapal, 2011

Page 69: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-69

Mengingat stabilitas kapal sangat urgen bagi operasional, BKI selalu mengingatkan

perlu survey secara berkala, agar kapal dapat lebih nyaman, aman serta selamat

dalam pelayaran. Kapten kapal, telah memperlihatkan adanya sertifikat stabilitas

kapal penyeberangan, sebagai bukti bahwa secara berkala telah dilakukan sertifikasi.

f. Tata Susunan

Tata susunan adalah penempatan alat-alat keselamatan sesuai dengan fungsinya dan

bilamana dibutuhkan secara cepat dapat didapatkan terutama dalam keadaan darurat.

Tentunya harus dibantu dengan koridor yang tersedia diserta dengan adanya tanda

penujuk. Alat-alat penolong tersebut adalah sebagai berikut 71 ;

1) Alat penolong otomatis ( inflatable liferafts ), yaitu rakit penolong yang ditiup

secara otomatis. Alat peniupnya merupakan satu atau lebih botol angina (asam

arang) yang diletakkan diluar lantai rakit,

2) Alat-alat apung (Buoyant apparatus). Alat apung ini, dapat terapung, dan dapat

menahan orang-orang sehingga dapat tetap terapung. Alat apung meliputi: Sekoci

penolong Pelampung penolong, c.Rakit penolong yang ditiup secara otomatis dan

Baju penolong. Hal ini berguna untuk menolong jiwa manusia pada waktu terjadi

kecelakaan kapal yang sangat mendadak.

3) Line throwing apparatus ( alat untuk melempar tali ) . Alat ini gunanya untuk

melemparkan tali di atas kapal penumpang dan barang harus dilengkapi dengan

sebuah alat pelempar tali. Alat tersebut harus dapat melemparkan tali paling

sedikit sejauh 230 meter. Kegunaan alat pelempar tali itu ialah untuk

mengadakan hubungan tali antara kapal yang dalam keadaan membutuhkan

pertolongan dengan kapal lain, atau antara kapal yang kandas dengan si penolong

didaratan. Alat pelempar tali yang sering atau umum dipergunakan oleh kapal

kapal ialah jenis “Schermuly”.

4) Alat keselamatan pelayaran meliputi alat penolong yang terdiri dari; (1) Alat-alat

penolong (live saving appliance), (2) Sekoci (life boat) beserta perlengkapannya,

(3) Alat-alat peluncur dewi-dewi (davits), (4) Pelampung penolong (life buoy),

Baju penolong otomatis (life jacket or life belt), Rakit penolong otomatis

(inflatable life raft), Dan lainnya, (5) Alat-alat pemadam kebakaran. (Fire

Appliances) dan (6) Tanda-tanda bahaya dengan cahaya atau suara (light and

sound signals).

5) Pelampung Penolong ( Life Buoy ) meliputi dua (2) macam yaitu bantuk

lingkiran dan bentuk tapal kuda.

6) Dewi-Dewi ( davits ), adalah alat untuk meluncurkan sekoci dari kapal ke air,

yang terdiri dari; (1) Dewi-dewi dengan system berputar ( radial ), dan (2) Dewi-

dewi system menuang/brengsel ( luffing davist ). Dewi-dewi dengan system

berputar adalah digunakan untuk menurunkan sekoci-sekoci kerja, dan melayani

tali-tali . Sementara Dewi-Dewi dengan system menuang ( brengsel/ luffing

davits ) adalah digunakan sebagai sekoci penolong kapal pelayaran samudra atau

juga hal ini disebut system gravitasi atau kombinasi antara dua system di atas.

7) Sekoci, adalah bagian dari perlengapak pelayaran yang harus dipenuhi pada

syarat-syarat pembuatan kapal termasuk konstruksi, mekanis perlengkapannya

untuk menurunkan dan mengankat sekoci. Sekoci ini terdiri dari dua bagian yaitu

sekoci penolong yang terbuka dengan lambung dan tetap dan disisi dalamnya

71 SOLAS ‘1960 ( International Convention for The Safety 0f at Life At Sea, 1960 )

Page 70: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-70

terdapat kotak-kotak udara, serta sekoci biasa yang terbuka tanpa ada perubahan

kotak-kotak udara sebagai alat penambah daya apung. Ditinjau dari segi

fungsinya, sekoci dikelompokkan tiga (3 ) bagian yaitu; (a) Sekoci penolong,

untuk menolong awak kapal apabila terjadi kecelakaan. (b) Sekoci penyeberang,

gunanya untuk mengangkut awak kapal dari tengah laut ke pantai atau

sebaliknya. Pada kapal barang kadang-kadang sekoci ini juga dipergunakan

untuk menarik tongkang-tongkang muatan dari darat ke kapal dan sebaliknya

dimana kebetulan tidak ada motor boat yang tersedia. (c) Sekoci meja, untuk

memindahkan barang-barang yang berat dan untuk mengangkut perlengakapan

perbaikan kapal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sekoci penolong

dan umumnya mempunyai dasar yang rata. Tata susun peralatan tersebut

ditempatkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh BKI ( Biro

klasifikasi Indonesia ), dan oleh Kapten Kapal Penyeberangan Bengkulu – Pulau

Enggano telah memperlihatkan penempatan alat keselamatan yang telah ada

Penempatan sekoci-sekoci penolong di atas kapal harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut 72;

1) Harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat diluncurkan atau

diturunkan keair, dalam waktu sesingkat mungkin dan tidak boleh lebih

dari.

2) Dapat diturunkan dengan mudah, cepat dan aman walaupun miring 15o.

3) Para pelayar harus dapat cepat dan aman masuk dalam sekoci.

4) Tidak boleh dipasang pada sisi atau bagian belakang kapal,bilamana

diturunkan keair akan membahayakan karena dekat propeller.

5) Di atas kapal penumpang penempatan sekoci-sekoci itu diperbolehkan satu

diatas lainnya atau berjejer dengan catatan apabila penempatan yang satu

diatas yang lainnya harus terdapat alat yang baik untuk menumpu serta

menjaga kerusakan pada sekoci yang dibawanya.

6) Untuk kapal barang berukuran kecil, yang daerah pelayarannya terbatas,

yang praktis hanya dapat membawa satu sekoci penolong saja maka

penempatannya sedemikian rupa dapat diturunkan baik daris isi kiri atau

pun dari sisi kanan dengan mudah, umumnya ditempatkan pada Derek

dibelakang cerobongnya.

g. Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara

modulasi dan radiasi ekeltromagnetik ( gelombang elektromagnetik ). Gelombang ini

melintasi dan merambat lewat udara dan bias juga merambat lewat ruang angkasa

yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut

seperti molekul udara 73. Radio sebagai salah satu media memiliki karakteristik cepat

dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan,

tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak

memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan 74 Radio

sangat berfungsi untuk operasional kapal, dan biasanya jenis radio yang digunakan

adalah ;

72 Solas, 1974 73 Http://id.wikipedia.org/wiki/radio , 2011 74 http://Smartconsultingbandung.blongspot.com/2010/pengertian-radio , 2012

Page 71: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-71

1) GMDSS( Global Maritime Distress Safety System )

GMDSS adalah satu paket keselamatan yang disetujui secara internasional yang

terdiri dari prosedur keselamatan, jenis-jenis peralatan, protocol-protokol

komunikasi yang dipakai untuk meningkatkan keselamatan dan mempermudah

saat menyelamatkan kapal dan perahu. GMDS terdiri dari beberapa system dan

system ini berfungsi untuk ; a. bersiap siaga ( termasuk memantau posisi dari unit

yang mengalami kecelakaan), b. menggkoordinasikan Serach and Rescue,

mencari lokasi ( mengevakuasi korban untuk kembali kedaratan ), c. menyiarkan

informasi maritime mengenai keselamatan, komunikasi umum, dan komunikasi

antar kapal. Radio komunikasi yang spesifik diperlukan sesuai dengan daerah

operasi kapal, bukan berdasarkan tonase. Sistem tersebut juga terdiri dari

peralatan pemancar sinar berulang sebagai tanda bahaya serta memiliki sumber

power darurat untuk menjalan fungsinya 75

2) EPIRB ( Emergency Position Indicating Radio Beacon)

EPIRB berfungsi untuk mendeteksi keberadaan/lokasi satu benda ( kapal laut )

yang sedang mengalami distress atau musibah sehingga mempermudah tim SAR

atau tim penolong untuk mengetahui lokasi dimana kapal laut mengalami distress

atau musibah sehingga cepat untuk mengadakan pertolongan atau bantuan.

EPIRB adalah merupkan salah satu alat keselamatan yang berada di atas kapal.

Untuk kapal boat atau kapal kecil biasanya ditempatkan di sisi luar main deck

atau tempat untuk mudah di realase 76

Karena radio adalah merupakan salah satu alat keselamatan, maka BKI ( Biro

Klasifikasi Indonesia ) melakukan survey atau memeriksa tentang kehandalan

radio yang digunakan. Setelah dilakukan survey, dan dinyatakan baik, maka

selanjutnya diberikan sertfikat radio. Di dalam kapal penyeberangan yang

menghubungkan Bengkulu – Enggano ternyata memiliki Sertifikat yang

ditunjukkan kapten kapal, dan ini sebagai bukti bahwa radio layak digunakan.

h. Navigasi

Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi, alur dan

perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan kerangka kapal,

salvage, dan pekerjaan bawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran kapal.

Sementara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang

berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan

keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal 77.

Pada setiap kapal diharuskan memiliki kenavigasian,dengan maksud untuk menjamin

keselamatan berlayar. Karena bernavigasi berfungsi melayarkan kapal dari suatu

tempat ketempat lain. Sistem navigasi di laut mencakup beberapa aspek kegiatan

pokok antara lain; a. menentukan tempat kedudukan ( posisi ) dimana kapal berada di

permukaan bumi, b. mempelajari serta menentukan rute/jalan yang harus ditempuh

75 http://selatbangka.blogspot.com/2011/03/gmdss-global-maritime-distress 76 http://boeceng.blogspot.com/2012/05/epirb-apa-fungsi-dan-cara kerjanya 77 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian Pada Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2)

Page 72: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-72

agar kapal dengan aman, cepat, selamatn, dan efisien sampai ke tujuan, c.

menentukan haluan antara tempat tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga

jauhnya/jaraknya dapat ditentukan, d. menentukan tempat tiba bilamana titik tolak

haluan dan jauh jauh diketahui 78 Karena itu, navigasi adalah proses melayarkan

kapal dari suatu tempat ke tempat lain dengan lancer aman dan efisien. Alat navigasi

dibagi menjadi dua (2) macam yaitu alat navigasi konvensional dan elektronik. Di

dalam kapal, yang digunakan adalah navigasi elektronik yaitu radar. Radar singkatan

dari “Radio Detection AND Ranging “ yaitu peralatan navigasi elektronik yang

berfungsi mendeteksi dan mengukur jarak suatu objek dalam pelayaran. Di samping

itu, juga memberikan petunjuk adanya kapal, pelampung, kedudukan pantai dan

objek lain disekeliling kapal, alat ini juga dapat memberikan baringan dan jarak

antara kapal dan objek-objek lainnya. Mengingat peranan navigasi dalam pelayaran,

secara periodek diharus melakukan survey atau uji kelayakan, sehingga keamanan

dan keselamatan berlayar dapat lebih terjamin. Di lapal penyeberangan Bengkulu –

Enggano, telah diperlihatkan sertifikat navigasi dan berdasarkan informasi dari

Kapten Kapal secara rutin harus diperikasa kelayakan operasional 79

i. Alat pertolongan

Nama kapal penyeberangan yang menghubungkan Pulau Enggano – Bengkulu adalah

KMP Raja Enggano dengan GRT ± 400 dengan kapasitas penumpang 400 orang.

Sesuai dengan ketentuan SOLAS dengan kapal GT 300 - hingga 500 dengan jarak

lintasan yang dilayani 15 – 100 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan/alat

pertolongan sebagai berikut 80;

1) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit

2) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang

3) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)

4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang

5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)

6) Means Of Rescue (alat penolong)

7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)

8) Helicopter Pick Up Area (area 72ystem72ter)

9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)

10) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)

11) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)

12) SART (2 Unit)

13) Distress Flare 12

14) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)

15) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)

16) Public Address System (72ystem informasi umum)

17) Life Buoys (pelampung) 8 unit

18) Muster list and Emergency instruction

19) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)

20) 1 Unit Survival Craft (perahu kerja)

21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship

22) (sekoci penolong pada dua sisi kapal)

78 SOLAS, 1974 79 http://bukudaulay.wordpress.com/2012/12/07/pengenalan-alat-alat navigasi,2011 80 SOLAS, 1974

Page 73: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-73

Tabel 6.25

Persyaratan Bangunan Kapal Penyeberangan & di Lokasi Studi

No Persyaratan Bangunan Kapal

Berdasarkan Aturan

Kapal di Bengkulu

1

2

3

4

Pintu Rampa

a.Terdiri 2 pintu, dipasang bagian haluan

dan buritan ( Tipe RO-RO) atau

samping kiri dan kanan yang berguna

sebagai jalan keluar dan masuk

kendaraan

b.di lintas-lintas tertentu yang

mempunyai peralatan tangga samping

( elevated side-ramp), kapal yang

melayani harus mempunyai gelakdak

atas untuk kendaraan ( upper car deck

) dan membuat dudukan atau tumpuan

untuk rampa dermaga sehingga dapat

langsung digunakan untuk jalan keluar

masuk kendaraan

Spesifikasi Teknis Pintu Rampa:

a.Panjang ; harus disesuaikan dengan

kondisi yang dilayani

b.Lebar: minimum 4 m

c.Kecepatan buka/tutup pintu:

- membuka penuh maksimal 2 menit

- menutup penuh maksimal 3 menit

-Daya dukung ; harus mampu

mendukung beban kendaraan

minimal:

JBB 17,50 ton

MST 8 ton

Ruang Untuk Kendaraan:

a.lantai ruang kendaraan harus dirancang

mampu menahan kendaraan minimal

JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk

muatan berat atau truk;

1) Kendaraan kecil/sedan minimal

2,50 m

2) Kendaraan besar/truk dan

campuran minimal 3,80 m

3) Kendaraan trailer/peti kemas

minimal 4,70 m

Ruang kendaraan yang tertutup harus

disediakan lampu penerangan, system

sirkulasi udara, tangga/jalan

keluar/masuk bagi pengemudi, serta

harus ditempelkan/ditulisi tanda

larangan “Dilarang Merokok”, dan “

Penumpang Dilarang Tinggal di Ruang

Kendaraan” serta “Dilarang

1.Pintu Rampa

a.Terdiri 2 pintu, dipasang bagian haluan

dan buritan ( Tipe RO-RO) atau

samping kiri dan kanan yang berguna

sebagai jalan keluar dan masuk

kendaraan

b.di lintas-lintas tertentu yang

mempunyai peralatan tangga samping

( elevated side-ramp), kapal yang

melayani harus mempunyai gelakdak

atas untuk kendaraan ( upper car deck

) dan membuat dudukan atau tumpuan

untuk rampa dermaga sehingga dapat

langsung digunakan untuk jalan keluar

masuk kendaraan

1.Spesifikasi Teknis Pintu Rampa:

a.Panjang ; harus disesuaikan dengan

kondisi yang dilayani

b. Lebar: minimum 4 m

c. Kecepatan buka/tutup pintu:

- membuka penuh maksimal 2 menit

- menutup penuh maksimal 3 menit

-Daya dukung ; harus mampu

mendukung beban kendaraan

minimal:

JBB 17,50 ton

MST 8 ton

Ruang Untuk Kendaraan:

a.lantai ruang kendaraan harus dirancang

mampu menahan kendaraan minimal

JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk

muatan berat atau truk;

4) Kendaraan kecil/sedan minimal

2,50 m

5) Kendaraan besar/truk dan

campuran minimal 3,80 m

6) Kendaraan trailer/peti kemas

minimal 4,70 m

Ruang kendaraan yang tertutup harus

disediakan lampu penerangan, system

sirkulasi udara, tangga/jalan

keluar/masuk bagi pengemudi, serta

harus ditempelkan/ditulisi tanda

larangan “Dilarang Merokok”, dan “

Penumpang Dilarang Tinggal di Ruang

Kendaraan” serta “Dilarang

Page 74: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-74

No Persyaratan Bangunan Kapal

Berdasarkan Aturan

Kapal di Bengkulu

5

6

7

Menghidupkan Mesin Kendaraan

Selama pelayaran Sampai Pintu Rampa

Dibuka Kembali”, yang dapat terlihat

jelas dan mudah dibaca

Jarak minimal antar kendaraan:

a. Jarak antara masing-masing

kendaraan pada sisi kiri dan kanan

adalah 60 cm

b. Jarak antara muka dan belakang

masing-masing kendaraan adalah 30

cm

c. Untuk kendaraan yang sisi

sampingnya bersebelahan dengan

dinding kapal, berjarak 60 cm

dihitung dari lapisan dinding dalam

atau sisi luar gading-gading ( frame)

d. Jarak sisi antara kendaraan dengan

tiang penyangga ( web frames ),

adalah 60 – 80 cm

Antara pintu rampa haluan/buturian

dengan batas sekat pelanggaran,

dilarang untuk dimuati kendaraan

Untuk lintas-lintas peneberangan

yang kondisi lautnya berombak kuat

sehingga membuat sudut kemiringan

kapal mencapai lebih dari 100 ,

kemiringan yang dimuat dalam kapal

harus dilengkapi dengan system

pengikatan ( lashing)

Menghidupkan Mesin Kendaraan

Selama pelayaran Sampai Pintu Rampa

Dibuka Kembali”, yang dapat terlihat

jelas dan mudah dibaca

5.Jarak minimal antar kendaraan:

a. Jarak antara masing-masing

kendaraan pada sisi kiri dan kanan

adalah 60 cm

b. Jarak antara muka dan belakang

masing-masing kendaraan adalah 30

cm

c. Untuk kendaraan yang sisi

sampingnya bersebelahan dengan

dinding kapal, berjarak 60 cm

dihitung dari lapisan dinding dalam

atau sisi luar gading-gading ( frame)

d. Jarak sisi antara kendaraan dengan

tiang penyangga ( web frames ),

adalah 60 – 80 cm

6.Antara pintu rampa haluan/buturian

dengan batas sekat pelanggaran,

dilarang untuk dimuati kendaraan

7.Untuk lintas-lintas peneberangan

yang kondisi lautnya berombak kuat

sehingga membuat sudut kemiringan

kapal mencapai lebih dari 100 ,

kemiringan yang dimuat dalam kapal

harus dilengkapi dengan system

pengikatan ( lashing)

Gambar 6.13

Kapal Pulo Tello di Provinsi Bengkulu

Page 75: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-75

1 Bengkulu

No.Provinsi/

Pangkalan

R - 4 Bengkulu -110- Enggano -

110- Bengkulu -110-

Enggano -84- Linau -84-

Enggano -110- Bengkulu -

125- Sinakak -62- Sikakap -

82- Muko Muko -82-

Sikakap -110- Teluk Bayur -

110- Sikakap -62- Sinakak -

125- Bengkulu

1.366 23 Voyage750 DWT /

GT. 480

Coaster

16 HARI

Kode

Trayek

Jaringan Trayek dan Jarak

Mil

Jumlah

Jarak (Mil)

Ukuran dan

Type Kapal

*)

Lama

Pelayaran 1

Round

Voyage

Target

Frekuensi Per

Tanggal

31/12/2013

D. Angkutan Laut

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Laut

Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang

dan/atau barang dengan menggunakan kapal 81. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan

yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut 82. Berdasarkan informasi dari

Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program Propinsi Bengkulu hingga

sekarang belum ada angkutan laut yang melayani antar kabupaten/kota dalam propinsi

Bengkulu. Sekarang ini, yang ada adalah angkutan laut perintis. Pelayaran kapal laut

perintis adalah pelayanan angkutan di perairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh

Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh

angkutan perairan karena belum memberikan manfaat komersial 83. Secara singkat

jaringan angkutan laut kapal perintis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.25

Jaringan Kapal Laut Perintis Dengan Pangkapal di Bengkulu

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Perhubungan

Laut Propinsi Bengkulu, angkutan kapal laut perintis dengan Kode Trayek 4 terdapat dua

(2) kapal, yaitu satu (1) Kapal Utama dengan nama KM. Kumala A. Ceria dan satu (1)

kapal pengganti dengan nama KM Kumala Abadi.

Untuk menghitung nilai capaian tersedianya angkutan laut kapal perintis yang melayani

jaringan dengan Kode R. 4, langkah pertama yang harus diketahui adalah kapasitas kapal

perintis. Berdasarkan data dan informasi, kapasitas kapal perintis Kode R.4 dengan KM.

Kumala Ceria terdapat 193 orang. Kapal tersebut memiliki 23 Voyage. Dengan demikian,

kapasitas KM Kumala Ceria dalam satu (1) tahun terdapat sebanyak 4.439 orang per tahun

( 193 orang x 23 Voyage ) Karena itu, nilai capaian tersedianya angkutan kapal laut

perintis yang melayani trayek dengan Kode R.4 seperti dijelaskan pada tabel sebelumnya

dapat dihitung dengan rumus;

81 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 Ayat (3 ) 82 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Pada Pasal 1 Ayat (2 ) 83 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 ayat (8)

Page 76: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-76

% Jaringan Trayek Linier

∑ Rata-rata Muatan Penumpang Per Tahun

= x 100 %

∑ Rata – rata Kapasitas Penumpang Yang Tersedia Per Tahun

4.900 Orang

= ------------------ x 100 %

4.439 Orang

= 110,38 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi ditetapkan tersedianya kapal

laut perintis yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam propinsi pada

wilayah yang memiliki alur dan tidak ada alternatif jalan ditetapkan 100 % hingga tahun

2014. Sementara nilaian capain sekarang ini sudah mencapai 110, 38 %, hal ini berarti

perkembangan penduduk yang menggunakan kapal perintis relatif semakin meningkat.

Aspek lain yang perlu diperhatikan, dengan angka nilai capaian 110, 38 % dalam tahun

2011, berarti pada trayek tersebut perlu penambahan kapal. Karena apabila lebih besar dari

65 % ( enam puluh lima perseratus ) diizinkan penambahan 1 ( satu ) unit kapal dalam satu

jaringan trayek tersebut. Sementara apabila lebih kecil dari 65 % ( enam puluh lima

perseratus ) tidak akan diizinkan penambahan kapal dalam satu jaringan trayek tersebut 84

Secara singkat jaringan pelayanan kapal angkutan laut perintis dapat dilihat pada tabel

berikut.

84 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada hal 23

Page 77: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-77

Gambar 6.14 Jaringan Trayek R-4 Pangkalan Bengkulu

TELUK BAYUR

BENGKULU

SIKAKAP

SINAKAK

ENGGANO

LINAU

MUKO MUKO

Pangkalan Bengkulu (Provinsi Bengkulu)

Trayek R-4

Bengkulu -110- Enggano -110- Bengkulu -110- Enggano -84- Linau -84- Enggano -110- Bengkulu -125- Sinakak -62- Sikakap -82- MukoMuko -82- Sikakap -110- Teluk Bayur -110- Sikakap -62- Sinakak -125- Bengkulu

Jarak : 1.366 Mil

Lama Pelayaran : 16 Hari

Frekuensi : 23 Voyage

Ukuran Kapal : 750 DWT

Nama Kapal :

Kontraktor :

Domisili Perusahaan :

Kontrak :

Notice of Readyness :

Page 78: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-78

2. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) maksudnya adalah tersedianya SDM yang mempunyai

kompetensi sebagi awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun Tahun 1998 telah

ditegaskan, bahwa jumlah Perwira Kapal Berdasarkan GT.500 s.d < 500 dan KW <

750 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.26 Jumlah Perwira Kapal Berdasarkan GT.500 s.d < 500 dan KW < 750 No JABATAN GT < 500

JML DOC COP

1 MASTER 1 ANT - IV 9c1) ( b-h)

2 CHIEF OFFICER 1 ANT - IV 9c (2-7 )

3 2nd OFFICER - - -

4 3rd OFFICER - - -

5 RADIO OFFICER 1 ORU/REK -II -

6 BOATSWAIN - - -

7 QUARTER MASTER 1 - 9f

8 SAILOR - - -

9 COOC 1 - 9g

10 MESS BOY - - -

NO

JABATAN

KW < 750

JML COC COP

1 CHIEF ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)

2 2nd ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)

3 3rd OFFICER 1 ATT-IV 10c(2-5)

4 4th OFFICER - - -

5 ENG.FOREMAN 1 - 10d

6 OILER 3 - 10d

7 WIPER - - -

Sumber : Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun 1998 tentang Perwira

Kapal Niaga Pelayaran Kawasan indonesia

Mengingat kapal di bawah 7 GT relatif kecil dan daya tampungnyapun juga tidak

terlalu banyak, maka untuk kapal di bahwa 7 GT cukup memiliki dua (2) awak kapal.

Kedua awak kapal tersebut yaitu Ahli Nautika tingkat V (ANT – V) sebanyak satu (1)

orang , sementara satu (1) orang sebagai Ahli Teknik Tingkat V ( ATT V). AHLI

Nautika Tingkat V (ANT V) adalah perwira untuk kapal – kapal kecil yang digunakan

antar pulau. Sementara Ahli Teknik Tingkat V( ATT V ) adalah sebagai ahli mesin

untuk kapal pelayaran terbatas ( AMKPT ) atau masinis untuk kapal-kapal kecil antar

pulau 85.

Berdasarkan wawancara dari pihak Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang

Angkutan Laut maupun Bidang Angkutan darat Propinsi NTT serta wawancara

dengan pihak pengelola kapal dibawah 7 GT ke bawah melalui perairan ternyata awak

kapal tersebut tidak memiliki sertifikat sebagai awak kapal. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut sebaiknya perlu dibuatkan aturan yang jelas, baik dari

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi serta Kabupaten/ Kota mengharuskan

setiap awak kapal di bahwah 7 GT yang melintasi perairan laut harus memiliki

keahlian sebagai Mualim Pelayaran Terbatas dan keahlian bidang mesin kapal

85 http://id.wikipedia.org/wiki/ Pelaut , 2011

Page 79: BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000131... · umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima)

“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di

Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”

Konsep Laporan Akhir VI-79

pelayaran terbatas. Hal ini dimaksudkan, untuk menghindarkan kecelakaan kapal yang

membawa manusia sebagai penumpang.