BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG...
Transcript of BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG...
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-1
BAB VI
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN
DI PROPINSI BENGKULU
A. Angkutan Jalan
1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar
pelayanan Minimal Bidang perhubungan daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota,
jenis pelayanan dasar adalah angkutan jalan, salah satu di antaranya adalah jaringan
pelayanan angkutan jalan. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan dalam hal ini
adalah “ tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan
jalan untuk jaringan Propinsi. Artinya, angkutan kota antar kabupaten/kota dalam
propinsi. Nilai yang ditetapkan dengan batas waktu tahun 2014 adalah 100 %, yang
dilaksanakan oleh dinas Perhubungan Propinsi.
Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang
kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan
kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b.
tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d.
ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan;
f. keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan
trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum
jaringan trayek 2
Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan
instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas
batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota
dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana
umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3
Angkutan jalan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas. Sementara jaringan jalan dalah
serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan4
Aspek lain yang perlu diperhatikan sebagai prasyarat konektivitas adalah terminal.
Terminal adalah adalah adanya terminal Terminal adalah pangkalan Kendaraan
Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,
1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144 3 Ibid, Pasal 145 4 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Tekniks Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 4
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-2
menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan 5.
Fungsi terminal bagi seorang penumpang adalah : a. Tempat penumpang turun dan
mengakhiri perjalanan dengan bis, b. Tempat penumpang dapat berganti lintasan rute
(transfer), c. Tempat penumpang menunggu bis yang akan dinaikinya, d. Tempat
penumpang naik bis, e. Tempat penumpang berganti dengan moda lainnya (becak,
mobil atau berjalan kaki) menuju tujuan akhir perjalanannya 6. Karena itu, untuk
menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda
dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan diselenggarakan Terminal.
Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe B, dan
tipe C 7.
Melihat peran AKDP dalam memobilisasi pergerakan barang dan penumpang antar
kota/kabupaten dalam Propinsi Bengkulu, maka jaringan jalan propinsi telah
diupayakan pengembangannya, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut.
Tabel 6.1 Jaringan Antar Kota/Kabupaten Dalam Propinsi Bengkulu
Dalam Tahun 2013
No Jaringan Jalan Propinsi Jarak Trayek
( Km )
1
Bengkulu- Argamakmur- Kuro
Tidur – Ipuh – Argamakmur-
Mukomuko
167
2
Bengkulu – Curup ( PP) 68
3 Bengkulu- Argamakmur- Kuro
Tidur ( PP )
89
4 Bengkulu - Manna 144
5 Bengkulu – Manna( Kab
Bengkulu Selatan ) – Bintuhan (
Kab Kaur )
129
6 Bengkulu- Curup ( Kab Rejang
lebong) – Muara Aman ( Kab
Lebong )
160
7 Bengkulu – Mukomuko ( PP) 270
8 Bengkulu – Lais – Padang ulak
Tanding ( PP )
180
Total
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Bengkulu, 2013
-Ditjen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
Sementara jaringan antar kota dalam propinsi serta kebutuhan AKDP agar dapat
melayani setiap jaringan dapat dilihat pada tabel berikut.
5 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (13 ) 6 Kamiharibasuki.blogspot.com/2009/08/terminal.html 7 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 33 ayat (1) dan
Pasal 34 ayat (1)
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-3
Tabel 6.2
Jumlah Armada dan Kebutuhan Per Jaringan Antar Kota Dalam
Propinsi Bengnkulu Dalam Tahun 2013
No
Asal - Tujuan
Jaringan
Jarak
(Km)
Butuh
Armada
( Unit )
Jumlah
Armada
Yang
Ada
Tam-
bahan
(Unit)
1 Bengkulu – Ipuh
( Kab Mukomuko)
Bengkulu-Argamakmur –
Kuro Tidur – Ipuh –
Argamakmur –
Mukomuko
168 25 25
2 Bengkulu –Curup
(Kab Rejang Lebong)
Bengkulu - Curup
68 13 13
3 Bengkulu-Kuro Tidur
( Kab Bengkulu)
Bengkulu-Argamakmur-
Kuro Tidur
89 8 8
4 Bengkulu- Manna
(Kab Bengkulu Selatan)
Bengkulu - Manna 144 4 4
5 Bengkulu- Bintuhan
(Kab Kaur )
Bengkulu-Manna ( Kab
Bengkulu Selatan –
Bintuhan (Kab Kauar )
129 11 11
6 Bengkulu –Muara
Aman (Kab Lebong)
Bengkulu-Curup (Kab
Rejang Lebong )- Muara
Aman (Kab Lebong)
160
10
8
2
7 Bengkulu-Mukomuko Bengkulu –Mukomuko (
PP)
270 11 11
8 Argamakmur (Kab
Bengkulu Utara –
Mukomuko (Kab
Mukomuko)
Bengkulu –Lais-Padang
Ulak Tanding ( PP)
180
8
3
5
Jumlah 1.208 90 83 7
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Bengkulu, 2013
Ditjen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
Berdasarkan jaringan jalan propinsi dan jaringan pelayanan AKDP dalam Propinsi
Bengkulu, maka dapat dihitung nilai capaian tersedianya angkutan umum yang melayani
wilayah yang telah tersedia jaringan jalan propinsi dapat dihitung dengan n rumus
berikut ;
∑ Jaringan Jalan Propinsi Terlayani Angkutan Umum
= x 100 %
Total Jaringan Jalan Propinsi
8
= x 100 %
8
= 100 %
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar
Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan jalan propinsi sudah
terlayani hingga tahun 2014 dengan nilai 100 %. Namun kenyataannya, hingga tahun
2012 nilai capaian sudah mencapai 100 %. Artinya propinsi Bengkulu telah memiliki
kinerja yang lebih baik dalam memberdayakan jaringan propinsi menjadi pelayanan
antarkota/kabupaten dilayani AKDP. Dalam jaringan pelayanan AKDP sangat
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-4
memerlukan adanya Terminal Tipe B. Ternyata, baru hanya satu (1) terminal Tipe B di
Propinsi Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Selatan dengan nama Terminal Manna.
Terminal tersebut memiliki luas 3.000 m2, dan lebih jelasnmya standar pelayanan
terminal tipe B dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.3
Perbandingan Luas Terminal Tipe B ( M2 ) Berdasarkan Dephub, 1998
Dengan Luas Terminal Tipe B di Propinsi Bengkulu
No
Kasil Rumuasan DEPHUB, 1998
Propinsi Bengkulu
Jenis Pelayanan Luas ( M2 ) Luas ( M2 ) Standar M2
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
II
1
2
3
4
5
III
1
2
3
4
5
6
7
8
IV
1
2
3
KENDARAAN
Parkir AKDP
Parkir Angkutan Kota
Parkir ADES
Parkir Pribadi
Ruang Service
Sirkulasi Kendaraan
Bengkel
Ruang Istirahat
Gudang
Ruang Parkir
Cadangan
PENUMPANG
Ruang Tunggu
Sirkulasi Orang
Kamar Mandi
Kios
Mushola
Operasional
Ruang Administrasi
Ruang Pengawas
Loket
Peron
Retribusi
Ruang Informasi
Ruang P3K
Ruang Perkantoran
RUANGB LUAR
Luas Total
Cadangan
Kebutuhan Lahan
540
800
900
500
500
2.740
100
40
20
1.370
2.220
900
60
72
59
23
3
4
6
10
30
100
17.255
17.255
34.510
540
800
900
500
Tidak ada
2.740
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1.340
2.220
900
50
72
40
23
3
4
6
8
Tidak ada
50
17.255
17.255
34.510
27 M2
20 M2
20 M2
30 unit
Tidak ada
100 % luar parkir
-
-
-
20 %
1,25 m2/Org
40 % Ruang tunggu
M2
Sumber : Hasil Kajian Dephub, 1998
-Dinas perhubungan & Informatika Propinsi Bengkulu
-Hasil pengamatan di lokasi
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-5
Gambar 6.1 Jaringan Trayek AKDP Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-6
Gambar 6.2 Peta Rencana dan Realisasi Terminal AKDP
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-7
Gambar 6.3 Peta Jaringan Jalan Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-8
2. Jaringan Prasarana Angkutan Jalan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan prasarana angkutan
jalan adalah tersedianya terminal Tipe A pada setiap Propinsi untuk melayani angkutan
umum dalam trayek. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat
dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi 8. Di lain
pihak, terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau
barang, serta perpindahan moda angkutan. Menjadi focus kajian adalah terminal
penumpang tipe A, artinya adalah terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum
untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, angkutan
antarkota dalam propinsi, angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan 9.
Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar
kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas utama terminal terdiri dari: a.
jalur pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum; c. tempat
parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat
tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum; d. bangunan kantor terminal; dan e. tempat
tunggu penumpang dan/atau pengantar; f.menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h.
rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan,
tarif dan jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
Sementara fasilitas penunjang adalah meliputi; a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c.
kios/kantin; d. ruang pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g.
tempat penitipan barang; h. taman 10
Lokasi tapak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas
negara;b terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c.
mempunyai akses jalan masuk dan/atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak
sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan
ke pintu keluar atau masuk terminal 11
Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas
Negara, b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A, c.
jarak antara 2 ( dua ) terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau
Jawa, dan 30 Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di Pulau Lainnya, d. luas lahan yang
tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di
Pulau lainnya, e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
8 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (1) 9 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6
10 Keputusan Menteri Perhubungan N0. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi pada Pasal 2 ayat ( 2), Pasal 4 dan Pasal 5
11 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.1361/AJ. 106/DRJD/2003 tentang Penetapan Simpul
Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia pada Pasal 5
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-9
dengan jarak sekurangnya-kurangnya 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter dan 50 meter
di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 12
Persyaratan yang telah digaris di atas, dibandingkan dengan terminal tipe A di Propinsi
Bengkulu, yang hanya satu (1) unit, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Jalan akses masuk dan/atau keluar terminal di terminal tipe A yang ada di propinsi
Bengkulu terdapat 53 meter, sementara menurut standar yang telah ditetapkan lebih
dari 50 meter. Artinya jalan akses masuk dan/atau keluar telah memenuhi standar
yaitu mencapai 53 meter
b. Terminal tipe A di Propinsi Bengkulu hanya satu (1) unit, jadi belum bisa
dibandingkan dengan ketentuan jarak antar terminal tipe A 30 Km di Pulau Sumatera
c. Luas terminal tipe A yang ada di Propinsi Bengkulu mencapai 5 ha, artinya telah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang
Program jaringan jalan nasional terdapat lima (5) . Jaringan jalan nasional ini adalah
berfungsi melayani AKAP, dan lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Tabel 6.4
Jaringan Jalan Nasional di Propinsi Bengkulu
Dalam Tahun 2013
No Jaringan
Panjang
( Km )
1 Jalan Nasional Lintas Barat Sumatera
(Arteri Primer )
564,61
2 Jalan Arteri Primer Ruas Bengkulu – kepahyang-
Curup – Pd. Ulak Tanding – Batas Sumsel
135,89
3 Jalan Lingkar Bengkulu : Pulau Baai – Pagar Dewa-
Kembangseri ( sekitar 30 Km ) dan Talang Empat – Pondok
Kubang- Pasar Pedati ( sekitar 25 Km )
55
4 Jalan Arteri primer Ruas Bengkulu – Lais – Ipuh –
Mukomuko – Batas SUMBAR
308,28
5 Jalan Arteri Primer Ruas Bengkulu Tais – Manna – Bintuhan
– Batas Lampung
256,33
TOTAL 755,5
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika cq. Bidang Program, Propinsi Bengkulu 2013
-Ditjen Perkerjaan Umum- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
Lebih jelasnya jaringan jalan nasional dapat dilihat dalam peta berikut.
12 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.76/AJ/102DRJD/2000 tentang Penetapan Simpul Jaringan
Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruha Indonesia pada Pasal 5
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-10
JARINGAN JALAN NASIONAL (Arteri Primer)
Panjang keseluruhan ± 755,5 KM
Jalan Arteri Primer ruas
Bengkulu – Kepahyang – Curup –
Pd. Ulak Tanding – Batas SUMSEL
sepanjang ± 135,89 KM
Jalan Nasional Lintas Barat
Sumatera (Arteri Primer)
total sepanjang ± 564,61 KM
Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu –
Lais – Ipuh – Muko-Muko – Bts
SUMBAR
sepanjang ± 308,28 KM
Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu – Tais
– Manna – Bintuhan – Bts LAMPUNG
sepanjang ± 256,33 KM
Jalan Lingkar Bengkulu : Pulau Baai
– Pagar Dewa – Kembangseri
(sekitar 30 km) dan Talang Empat –
Pondok Kubang - Pasar Pedati
(sekitar 25 km)
Gambar 6.4 Peta Jaringan Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-11
Dengan adanya jaringan nasional di Propinsi Bengkulu, maka diperlukan adanya Terminal
Tipe A. Ternyata jumlah terminal Tipe A di Propinsi Bengkulu hanya dua (2) unit dan lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.5 Keberadaan Terminal Tipe A di Provinsi Bengkulu
No Nama Terminal Lokasi Luas
1 Terminal Argamakmur Kab Bengkulu Utara 4.100 m2
2 Terminal Air Sebakul Kota Bengkulu 7.100 m2
Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu & Informatika, 2013
Berdasarkan data seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian tersedianya
terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum
dalam trayek antarkota antarpropinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
% Prasarana Angkutan jalan
∑ Terminal Penumpang Tipe A
= x 100 %
Jumlah Jaringan Pelayanan AKAP
2
= x 100 %
5
= 40 %
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar
Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, nilai capaian tersedianya
terminal angkutan penumpang Tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum
dalam trayek antar kota antar propinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN)
telah ditetapkan dalam tahun 2014 nilai capaian 100 %. Padahal, dalam tahun 2012 capaian
yang diperoleh baru hanya 40 %. Karena itu, yang harus dicapai hingga tahun 2014 adalah
60 % ( 100 % - 40% = 60%). Untuk mencapai angka 60 % yang masih tertinggal,
diperlukan adanya kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Terminal Tipe A adalah
sulitnya mencari tanah yang ideal sebagai terminal, apalagi dalam era otonomi daerah
sekarang ini semakin banyak permasalahan pertanahan. Di lain pihak, kendatipun ada
terminal Tipe A di daerah seperti halnya Terminal Tipe A Air Sebakul belum diberdayakan
secara optimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak angkutan tidak masuk terminal, dan
ngetem di pinggir jalan. Terjadinya hal tersebut, karena aparat Dinas Perhubungan &
Informatika kurang tegas terdapat angkutan. Sebaiknya, diharuskan masuk terminal.
Bilamana disimak dari segi standar pelayanan terminal tipe A yang telah ditetapkan, dengan
standar terminal tipe A yang ada di Propinsi Bengkulu terlihat belum semuanya dapat
dipenuhi. Salaah satu alasan yang dikemukanan, luas dan ukuran umumnya dibuat sesuai
dengan kebutuhan. Lebih jelasnya standar pelayanan terminal tipe A
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-12
Tabel 6.6
Perbandingan Standar Terminal Tipe A Berdasarkan Aturan ( Dephub ) Dengan
Standar Terminal Tipe A di Bengkulu
No
Standar Terminal Berdasarkan
DEPHUB
Standar Terminal Tipe
A di Propinsi Bengkulu
Jenis Fasilitas Standar Minimal Standar
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
II
1
2
3
4
5
6
7
III
1
2
3
4
5
6
7
8
IV
V
1
2
KENDARAAN
Parkir AKAP
Parkir AKDP
Parkir Angkutan Kota
Parkir Pribadi
Jumlah kendaraan
Pribadi
Sirkulasi Kendaraan
Ruang Service
Pompa Bensin
Ruang Istirahat
Operator
Gudang
Ruang Parkir
Cadangan
PENUMPANG
Ruang Tunggu
Ruang Sirkulasi
Kios
Kamar Mandi/Toilet
Muhola
Tempat Penitipan Brg
OPERASIONAL
Ruang Administrasi
Ruang Pengawas
Loket
Peron
Retribusi
Ruang Informasi
Ruang P3K
Ruang Perkantoran
RUANG
CADANGAN LUAR
(TIDAK EFEKTIF)
CADANGAN
PENGEMBANGAN
Parkir
Terminal
42 (M2/Kendaraan
27 (--------s.d.-------)
20 (--------s.d.a------)
20 (-------s.d.a ------)
30 Unit
100 % Luas Parkir M2
150 M2
1 Unit
50 M2
25 M2
50% Ruang Parkir
1,25 M2/Orang
40 % Ruang Tunggu
60 % Ruang Tunggu
72 M2
72 M2
8 M2
20 M2
6 M2
3 M2
4 M2
6 M2
12 M2
45 M2
150 M2
40 % Luas Total
50 % Luas Parkir
100 % Luas Terminal
42 (M2/Kendaraan
27 (--------s.d.-------)
20 (--------s.d.a------)
20 (-------s.d.a ------)
30 Unit
100 % Luas Parkir M2
150 M2
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
20 % Ruang Parkir
1,25 M2/Orang
40 % Ruang Tunggu
30 % Ruang Tunggu
72 M2
72 M2
Tidak ada
15 M2
6 M2
3 M2
4 M2
6 M2
10 M2
45 M2
150 M2
24 % Luas Total
30 % Luas Parkir
20 % Luas Terminal
Sumber: - Standar oleh DEPHUB
- Standar Terminal Tipe A Bengkulu, Dinas Perhubungan c.q. Bidang
Program,2013
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-13
3. Fasilitas Perlengkapan Jalan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat
pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta
fasilitas pendukung. Fungsi Perlengkapan jalan pada hakekatnya untuk menjamin
keselamatan, memberi arah perjalanan para pengendara, member tanda suatu objek dan
lain-lain. Perlengkapan jalan adalah meliputi;
a. Rambu
Pemasangan rambu di sepanjang jalan propinsi, jalan nasional dan jalan kabupaten/kota
di Propinsi Bengkulu terus dilakukan, mengingat rambu tersebut memiliki peran yang
cukup besar untuk menjamin keselamatan kendaraan. Jenis rambu yang dipsang di
Propinsi Bengkulu terdiri dari ; a. rambu perintah, b.rambu larangan, c. rambu
petunjuk. Pemasangan rambu tentunya, berdasarkan kewenangan jalan. Jalan nasional
dipasang oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini dilaksanakan Kementerian
Perhubungan, jalan propinsi diusahakan oleh pemerintah daerah propinsi, yang dalam
hal ini Dinas Perhubungan dan Informatika, dan sementara untuk jalan kabupaten/kota
diusahakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang dalam hal ini oleh Dinas
Perhubungan dan Informatika. Secara singkat perkembangan pemasangan rambu di
wilayah Propinsi Bengkulu hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.7
Jalan nasional sepanjang 783,87 Km membutuhkan rambu jalan sebanyak 3.778 unit,
sementara realisanya hanya 1.821 unit atau 48,2 %. Sementara sisanya yang belum
Panjang
Jalan ( Km )
1 Jalan Nasional
a. Rambu Perintah 783,867 1.442 1.061 381
b. Rambu Larangan 783,867 762 567 195
c. Rambu Petunjuk 783,867 1.574 193 1.381
Sub Total 783,867 3.778 1.821 1.957
2 Jalan Propinsi
a. Rambu Perintah 1.562,67 2600 0 2600
b. Rambu Larangan 1.562,67 1700 43 1.657
c. Rambu Petunjuk 1.562,67 312 0 312
1.562,67 4.612 43 4. 569
3 Jalan Kabupaten
a. Rambu Perintah 5.667,30 1500 224 1.276
b. Rambu Larangan 5.667,30 1500 198 1.302
c. Rambu Petunjuk 5.667,30 1500 55 1.445
Sub Total 5.667,30 4500 477 4.023
Total 8.013,84 12890 2.341 10.549
Sumber: Dinas Perhubungan cq. Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 2013
Kebutuhan & Realisai Rambu Jalan di Jalan Nasiona, Jalan Propinsi
& Jalan Kabupaten/Kota
SisaRealisasiKebutuhan Kelas jalan
No
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-14
terpasang 1.957 unit atau 51,79 %. Begitu juga halnya untuk rambu di jalan propinsi
dengan panjang jalan 1.562,67 Km, membutuhkan rambu sebanyak 4.612 unit dan
yang g terpasang hanya 43 unit atau 0,93 %. Sementara yang belum terpasang 4.569
unit atau 99,06 %. Begitu juga halnya, untuk jalan kabupaten/kota sepanjang 5.667,30
Km membutuhkan rambu sebanyak 4.500 unit, dan yang terpasang hanya 477 unit atau
10,6 %. Artinya, yang belum terpasang masih 4.4.023 unit atau 89,4 %.
Dalam kajian ini yang difokuskan adalah keberadaan rambu yang berada di jalan
propinsi. Karena itu, nilai capaian tersedianya fasilitas perlengkapan jalan khususnya
rambu di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung dengan rumus 13;
% Fasilitas Perlengkapan Jalan
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Jalan Propinsi
X 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Jalan Propinsi
38 unit
= x 100 %
1.612 unit
= 0,82 %
Lebih jelasnya kebutuhan dan realisasi rambu per ruas jalan Propinsi Bengkulu dalam
kondisi tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.8
Daftar Kebutuhan dan Realisasi Kebutuhan Rambu di Ruas
Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(Unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(Unit) Sisa
(Unit )
1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 200 - -
2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 100 - -
3 SP III PD.Guci – Air Kering
Padang Leban
21,0 100 - -
4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 100 - -
5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts
Sumsel )
17,0 58 - -
6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 100 - -
7 Masat – SP.GD Agung-Plk
Bengkurung
23,4 100 - -
8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –
Plk Bengkurung
23,4 100 - -
9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu 14,0 30 - -
13 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-15
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(Unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(Unit) Sisa
(Unit )
Ampar
10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu
Ampar
20,3 40 - -
11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 140 - -
12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 140 - -
13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu
Selatan)
2,8 123 - -
14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
1,9 14 - -
15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
2,7 130 - -
16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab
Bengkulu Selatan)
1,4 12 - -
17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
1,0 20 - -
18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
0,7 12 - -
19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (
Manna, Kab Bengkulu Selatan)
3,7 70 - -
20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
3,7 12 - -
21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –
Pasar Talo
17,5 20 - -
22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 135 - -
23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 120 - -
24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 142 - -
25 Sendawar - Maras 25,79 128 - -
26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 120
27 Sukaraja - Tais 49,0 180 20 160
28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 122 - -
29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 122 - -
30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 118 - -
31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 10 - -
32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 10 - -
33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 15 - -
34 Argamakmur - Lais 29,37 120 - -
35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 6 - -
36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 10 - -
37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 10 - -
38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 14 - -
39 Tanjung Agung Palik- Gunung
Selan
19,62 22 - -
40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 100 - -
41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 100 - -
42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 100 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-16
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(Unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(Unit) Sisa
(Unit )
43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 80 - -
44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 120
45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 82 - -
46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 140
47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP
Kroya
22,47 65 - -
48 Klindang -Susup 9,6 12 - -
49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 52
50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro
Tidur
13,4 12 - -
51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh
( P. Enggano )
32,0 100 - -
52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 10 - -
53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 34 - -
54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal
Putih
42,8 100 - -
55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 24 - -
56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 98 - -
57 Sp Talang Denok Workshop -
Argamakmur
5,4 12 - -
58 Argamakmur – Taba Tembilang (
Argamakmur)
5 10 - -
59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 12 - -
60 Ketahun- Napal Putih 39 100 - -
61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 100 - -
62 Permu – Beringin Tiga 43 120 - -
63 Tebat Monok – SP Wahim – KB
Agung
35 50 - -
64 Jl.Benuang Galiang 1,5 - - -
65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan
– Bandung Baru
16
18
-
-
66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 18 18 -
67 Curup - Tes 50 30 - -
68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 22 - -
69 Tambang Sawah - Ketenong 16 20 - -
70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 22 - -
71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 20 - -
72 Jl. Air Males Atas 1 10 - -
73 Jl. DI. Panjaitan 2 10 - -
74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 16 - -
75 Jl, Salim Batubara 1,5 14 - -
76 Jl. M.Hasan 0,7 10 - -
77 Jl. Bukit Kaba 6,95 14 - -
78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 12 - -
79 Air Lang – Desa Apur 13,2 22 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-17
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(Unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(Unit) Sisa
(Unit )
80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-
Depati – Tj Ening
35,4
100
-
-
81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 20 - -
82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 30 - -
83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 120 - -
84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung
Jaya) – SP III ( Selang Jaya )
18.0
22
-
-
85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP
Yamaja ( Pondok Kopi )
16,5 28 - -
86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras
Terunjam)
19,1 22 - -
87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 12 - -
88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 10 - -
89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 12 - -
90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 5 - -
91 Jl. Putri Gading Cempaka (
Bengkulu )
1,35 15 - -
92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 10 - -
93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 10 - -
94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 10 - -
95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 12 - -
96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 10 - -
97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 10 - -
98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 12 - -
99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 12 - -
100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 10 - -
101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 14 - -
102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 14 - -
103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 12 - -
104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu
Hiu ( Bengkulu )
2,2 14 - -
105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu (
Bengkulu )
1,4 12 - -
JUMLAH 1.562,67 4.612 38 4.574
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program
PropinsiBengkulu,2013
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-18
Gambar 6.5
Beberapa Kondisi Rambu yang terpasang di Provinsi Bengkulu
b. Marka
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan
jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus
lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas 14. Marka jalan berfungsi untuk
mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu
lintas di jalan. Marka jalan terdiri dari 15: 1) marka membujur; 2) marka melintang; 3)
marka serong; 4) marka lambang; 5). marka lainnya.
Marka membujur berupa : 1) garis utuh; 2) garis putus-putus; 3) garis ganda yang terdiri
dari garis utuh dan garis putus-putus; 4) garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh.
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan . Marka melintang
adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan. Marka serong adalah tanda yang
membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian marka membujur atau
marka melintang, untuk menyetakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan
merupakan jalur lalu lintas kendaraan. Marka lambing adalah tanda yang mengandung
arti tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau
menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu atau tanda lalu lintas lainnya.
14 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 Ayat (18) 15 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas pada Pasal 19
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-19
Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakn untuk lalu lintas kendaraan. Lajur adalah
bagian jalur yang memanjang dengan atau tampa marka jalan, yang memiliki lebar
cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, sejalan dengan sepeda motor 16
Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan melintasi
garis tersebut. Marka membujur apabila berada ditepi jalan hanya berfungsi sebagai
peringatan tanda tepi jalur lalu lintas. Marka membujur berupa garis putus-putus ,
merupakan pembatas lajur yang berfungsi mengarahkan lalu lintas dan atau
memperingatkan akan ada Marka Membujur yang berupa garis utuh didepan. Marka
membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus
menyatakan bahwa kendaraan yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis
ganda tersebut, sedangkan kendaraan yang berada pada sisi garis putus-putus dapat
melintasi garis ganda tersebut. Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari dua
garis utuh menyatakan bahwa kendaraan dilarang melintasi garis ganda tersebut. Marka
melintang berupa : a. garis utuh; b. garis putus-putus. Marka melintang berupa garis
utuh , menyatakan batas berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh alat
pemberi isyarat lalu lintas atau rambu stop. Marka melintang berupa garis putus-putus ,
menyatakan batas yang tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan
kepada kendaraan yang mendapat hak utama pada persimpangan.
Marka serong berupa garis utuh. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh
digunakan untuk menyatakan : a. daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan; b.
pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas. Marka serong dilarang dilintasi
kendaraan. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis putus-putus digunakan
untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat
kepastian selamat. arka lambang, dapat berupa panah, segitiga atau tulisan,
dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu atau untuk memberitahu
pemakai jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu-rambu. Marka lambang dapat
ditempatkan secara sendiri atau dengan rambu lalu lintas tertentu. Marka lainnyaadalah
marka jalan selain marka membujur, marka melintang, marka serong dan marka
lambang. Marka lainnya yang berbentuk : a. garis utuh baik membujur, melintang
maupun serong untuk menyatakan batas tempat parkir; b. garis-garis utuh yang
membujur tersusun melintang jalan untuk menyatakan tempat penyeberangan; c. garis
utuh yang saling berhubungan merupakan kombinasi dari garis melintang dan garis
serong yang membentuk garis berbiku-biku untuk menyatakan larangan parkir.Marka
jalan yang dinyatakan dengan garis-garis pada permukaan jalan dapat digantikan dengan
paku jalan atau kerucut lalu lintas.
Pembangunan marka tersebar di beberapa ruas jalan Propinsi Bengkulu, dan untuk lebih
jelasnya kebutuhan dan realisai pembangunan marka pada setiap ruas jalan dapat dilihat
pada tabel berikut.
16 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan pada Pasal 1 Ayat (1 s.d 7)
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-20
Tabel 6.9
Daftar Kebutuhan dan Realisasi Kebutuhan Rambu di Ruas
Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 100.500 - -
2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 73.500 - -
3 SP III PD.Guci – Air Kering
Padang Leban
21,0 63.000 - -
4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 72.900 - -
5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts
Sumsel )
17,0 51.000 - -
6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 68.100 - -
7 Masat – SP.GD Agung-Plk
Bengkurung
23,4 31.200 - -
8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –
Plk Bengkurung
23,4 70.200 - -
9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu
Ampar
14,0 42.000 - -
10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu
Ampar
20,3 60.900 - -
11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 43.200 - -
12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 122.100 - -
13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu
Selatan)
2,8 2.800 - -
14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
1,9 1.900 - -
15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
2,7 2.700 - -
16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab
Bengkulu Selatan)
1,4 1.400 - -
17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
1,0 1.000 - -
18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
0,7 700 - -
19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (
Manna, Kab Bengkulu Selatan)
3,7 3.700 - -
20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
3,7 3.700 - -
21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –
Pasar Talo
17,5 52.500 - -
22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 31.800 - -
23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 22.140 - -
24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 112.650 - -
25 Sendawar - Maras 25,79 77.370 - -
26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 80.100
27 Sukaraja - Tais 49,0 147.000 1.000 1000
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-21
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 96.330 - -
29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 71.640 - -
30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 62.550 - -
31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 3.600 - -
32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 4.500 - -
33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 3.000 - -
34 Argamakmur - Lais 29,37 88.110 - -
35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 1.800 - -
36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 6.600 - -
37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 8.400 - -
38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 58.860 - -
39 Tanjung Agung Palik- Gunung
Selan
19,62 86.400 - -
40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 79.200 - -
41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 64.200 - -
42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 15.330 - -
43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 90.000 - -
44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 66.000
45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 132.900 - -
46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 67.410
47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP
Kroya
22,47 28.800 - -
48 Klindang -Susup 9,6 55.890 - -
49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 40.200
50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro
Tidur
13,4 96.000 - -
51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh
( P. Enggano )
32,0 38.880 - -
52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 70.200 - -
53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 128.400 - -
54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal
Putih
42,8 63.600 - -
55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 66.000 - -
56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 16.200 - -
57 Sp Talang Denok Workshop -
Argamakmur
5,4 15.000 - -
58 Argamakmur – Taba Tembilang (
Argamakmur)
5 15.750 - -
59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 117.000 - -
60 Ketahun- Napal Putih 39 107.400 - -
61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 107.400 - -
62 Permu – Beringin Tiga 43 129.000 - -
63 Tebat Monok – SP Wahim – KB
Agung
35 105.000 - -
64 Jl.Benuang Galiang 1,5 4.500 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-22
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan
– Bandung Baru
16
48.000
-
-
66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 84.360 2.000 2.000
67 Curup - Tes 50 150.000 - -
68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 105.000 - -
69 Tambang Sawah - Ketenong 16 48.000 - -
70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 45.300 - -
71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 6.900 - -
72 Jl. Air Males Atas 1 3.000 - -
73 Jl. DI. Panjaitan 2 6.000 - -
74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 9.900 - -
75 Jl, Salim Batubara 1,5 4.500 - -
76 Jl. M.Hasan 0,7 2.100 - -
77 Jl. Bukit Kaba 6,95 20.850 - -
78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 3.300 - -
79 Air Lang – Desa Apur 13,2 39.600 - -
80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-
Depati – Tj Ening
35,4
106.200
-
-
81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 37.800 - -
82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 59.100 - -
83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 130.860 - -
84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung
Jaya) – SP III ( Selang Jaya )
18.0
54.00
-
-
85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP
Yamaja ( Pondok Kopi )
16,5 49.500 - -
86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras
Terunjam)
19,1 57.300 - -
87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 15.600 - -
88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 6.900 - -
89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 3.600 - -
90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 1.500 - -
91 Jl. Putri Gading Cempaka (
Bengkulu )
1,35 4.050 - -
92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 2.700 - -
93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 2.250 - -
94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 1.800 - -
95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 1.800 - -
96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 1.200 - -
97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 2.850 - -
98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 2.400 - -
99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 2.100 - -
100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 1.200 - -
101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 3.450 - -
102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 8.490 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-23
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 4.200 - -
104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu
Hiu (Bengkulu)
2,2 6.600 - -
105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu
(Bengkulu )
1,4 4.200 - -
JUMLAH 1.562,67 4.595,22 3.000 3.000
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi
Bengkulu,2013
Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan marka disepanjang jalan
propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan marka di jalan propinsi dapat
dihitung dengan rumus;
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Ruas Jalan Propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Ruas Jalan Propinsi
6.000 meter
= x 100 %
4.595.270 meter
= 0,13 %
Gambar 6.6
Kondisi Marka di bebapa ruas jalan Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-24
c. Pagar Pengaman
Pagar pengaman adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai
pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat dikendalikan lagi agar
tidak keluar dari jalur lalu lintas. Kelengkapan tambahan dapat berupa suatu unit
kokonstruksi yang terdiri dari lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan
penginkatnya yang dipasang pada tepi jalan. Pagar pengaman dipasang pada lokasi-
lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut; a. sisi jalan yang kondisi
geologinya sangat membahayakan, b. sisi jalan yang berdampingan dengan bagian jalan
lainnya, c. sisi jalan yang membahayakan karena kondisi geometrinya, d. sisi jalan yang
berdekatan dengan bagunan-bangunan lainnya, e. Pembuatan pagar pengaman dapat
menggunakan pipa dan/atau lempengan besi 17
Pipa dan lempengan masing-masing berdiameter 10 cm dan lebar 31 cm. Sifat mekanis
dari bahan mempunyai tegangan tidak kurang dari 35 kg/mm2 . Tegangan tarik tidak
kurang dari 49 kg/mm2 , dan pemanjangan kurang dari 1,2 % panjang total. Tinggi
bagian atas pagar pengaman dari permukaan jalan adalah 55 cm. Panjang pagar
pengaman disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 18 .
Perkembangan pembangunan pagar pengaman di Propinsi Bengkulu sebagai alat
pengaman dan keamanan lalu lalintas kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 6.10
Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan pagar pengaman disepanjang
jalan propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di jalan
propinsi dapat dihitung dengan rumus;
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Jalan di Propinsi
= x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Jalan di Propinsi
17 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai
Jalan pada Pasal 14 s/d Pasal 16 18 Ibid, Pasal 17
Kebutuhan (
Meter )
Realisasi
(Meter)
Sisa
( meter )
1 Nasional 783,86 13 250 6 578 6 672
2 Provinsi 1.562,67 19 520 - 19 520
3 Kabupaten/Kota 5. 667,30 19 460 - 19 460
Total 8.013,83 52 230 6 578 45 652
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.
Propinsi Bengkulu, 2013
Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Pagar Pengamanan di Propinsi Bengkulu
Hingga Tahun 2012
No Jalan Panjang ( Km )
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-25
0 meter
= x 100 %
19.520 meter meter
= 0 %
Lebih jelasnya pembangunan pagar pengaman di ruas jalan Propinsi Bengkulu dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 6.11
Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pagar pengaman di Ruas
Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 1.300 - -
2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 1.000 - -
3 SP III PD.Guci – Air Kering
Padang Leban
21,0 800 - -
4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 - - -
5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts
Sumsel )
17,0 - - -
6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 750 - -
7 Masat – SP.GD Agung-Plk
Bengkurung
23,4 - - -
8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –
Plk Bengkurung
23,4 - - -
9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu
Ampar
14,0 - - -
10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu
Ampar
20,3 1.500 - -
11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 - - -
12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 1.300 - -
13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu
Selatan)
2,8 - - -
14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
1,9 - - -
15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
2,7 - - -
16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab
Bengkulu Selatan)
1,4 - - -
17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
1,0 - - -
18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
0,7 - - -
19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (
Manna, Kab Bengkulu Selatan)
3,7 - - -
20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab 3,7 - - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-26
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
Bengkulu Selatan )
21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –
Pasar Talo
17,5 - - -
22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 - - -
23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 - - -
24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 500 - -
25 Sendawar - Maras 25,79 1.000 - -
26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 600
27 Sukaraja - Tais 49,0 320 - -
28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 900 - -
29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 500 - -
30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 300 - -
31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 - - -
32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 - - -
33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 - - -
34 Argamakmur - Lais 29,37 600 - -
35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 - - -
36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 - - -
37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 - - -
38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 - - -
39 Tanjung Agung Palik- Gunung
Selan
19,62 500 - -
40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 1.250 - -
41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 - - -
42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 - - -
43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 - - -
44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 -
45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 - - -
46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 800
47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP
Kroya
22,47 500 - -
48 Klindang -Susup 9,6 - - -
49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 600
50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro
Tidur
13,4 - - -
51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh
( P. Enggano )
32,0 - - -
52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 - - -
53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 - - -
54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal
Putih
42,8 800 - -
55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 - - -
56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 1.200 - -
57 Sp Talang Denok Workshop -
Argamakmur
5,4 300 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-27
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
58 Argamakmur – Taba Tembilang (
Argamakmur)
5 - - -
59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 - - -
60 Ketahun- Napal Putih 39 - - -
61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 1.900 - -
62 Permu – Beringin Tiga 43 - - -
63 Tebat Monok – SP Wahim – KB
Agung
35 300 - -
64 Jl.Benuang Galiang 1,5 - - -
65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan
– Bandung Baru
16
-
-
-
66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 - - -
67 Curup - Tes 50 - - -
68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 - - -
69 Tambang Sawah - Ketenong 16 - - -
70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 - - -
71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 - - -
72 Jl. Air Males Atas 1 - - -
73 Jl. DI. Panjaitan 2 - - -
74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 - - -
75 Jl, Salim Batubara 1,5 - - -
76 Jl. M.Hasan 0,7 - - -
77 Jl. Bukit Kaba 6,95 - - -
78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 - - -
79 Air Lang – Desa Apur 13,2 - - -
80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-
Depati – Tj Ening
35,4
-
-
-
81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 - - -
82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 - - -
83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 1.450 45 45
84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung
Jaya) – SP III ( Selang Jaya )
18.0
-
-
-
85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP
Yamaja ( Pondok Kopi )
16,5 - - -
86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras
Terunjam)
19,1 - - -
87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 - - -
88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 - - -
89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 - - -
90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 - - -
91 Jl. Putri Gading Cempaka (
Bengkulu )
1,35 - - -
92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 - - -
93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 - - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-28
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 - - -
95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 - - -
96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 - - -
97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 - - -
98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 - - -
99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 - - -
100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 - - -
101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 - - -
102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 - - -
103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 - - -
104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu
Hiu ( Bengkulu )
2,2 - - -
105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu (
Bengkulu )
1,4 - - -
JUMLAH 1.562,67 19.520 45 45
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,2013
Berdasarkan data tersebut, nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di ruas
jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus;
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi
90 meter
= x 100 %
19.520 meter
= 0,46 %
Gambar 6.7
Salah Satu Pagar Pengaman di Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-29
d. Deliniator
Pembangunan Deliniator di jalan nasional, propinsi dan jalan kabupaten/kota terus
dikembangkan. Deliniator dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit kosntruksi
yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi) berfungsi sebagai
pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi
kiri atau kanan deliantor adalah daerah berbahaya. Unit konstruksi dapat berupa pipa
besi atau pipa plastic yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi ) 19
Pembuatan deliantor dapat menggunakan bahan dari pipa besi atau pipa plastic yang
dilengkapi dengan bahan bersifat reflektif. Pipa besi berdiameter 10 cm, ketebalan 2
millimeter dengan panjang 110 cm. Pipa dilengkapi dengan 2 macam reflector berwarna
putih dan merah. Pipa harus dicat dengan warna hitam dan kuning bergantian, dan ujung
paling atas berwarna hitam. Pipa plastic mempunyai panjang 125 cm dan penampang
menyerupai segitiga sama sisi dengan panjang sisi 15 cm. Pipa plastic dilengkapi dengan
2 macam refketor berwarna putih dan merah. Pipa plastic harus dicat dengan warna
hitam dan putuh bergantian, dan ujung paling atas berwarna hitam 20
Delianiator dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan jalur jalan pada daerah-daerah yang
berbahaya. Penempatan delineator dilakukan sedemikian rupa sehingga reflktor
berwarna merah akan kelihatan pada sebelah kiri dari arah lalu lintas dan yang berwarna
putih akan terlihat pada sebelah kanan arah lalu lalulintas. Delineator ditempatkan
sekurang-kurangnya 60 cm dari tepi jalan. Lokasi serta jarak pengulangan penempatan
delineator disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 21. Demikian
halnya pembangunan/pengadaan deliantor di jalan nasional, jalan propinsi dan jalan
kabupaten/kota serta pada ruas jalan terus dikembangkanm, dan untuk lebih jelasnya
profil perkembangan delineator di propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.12
19 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai
Jalan pada Pasal 22 20 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai
Jalan pada Pasal 25 21 Ibid, pada Pasal 26
Kebutuhan
( Meter )
Realisasi
(Meter)
1 Nasional 783,86 7 502 3 762 3 740
2 Provinsi 1.562,67 5 954 - 5 954
3 Kabupaten/Kota 5.667,30 6 380 - 6 380
Total 19 836 3 762 16 074
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.
Propinsi Bengkulu, 2013
Sisa ( meter )
Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Deliniator di Propinsi Bengkulu
Hingga Tahun 2012
No Jalan Panjang ( Km )
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-30
Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, nilai persentase kelengkapan
deliniator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator Jalan Propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi
0 meter
= x 100 %
5.954 meter
= 0 %
Pembangunan delineator di beberapa ruas jalan propinsi juga dilakukan. Total ruas jalan
propinsi terdapat sepanjang 1.562, 67 km sementara kebutuhan delineator mencapai
5.954 meter. Dari kebutuhan tersebut, realisasi pembangunan delineator di ruas jalan
propinsi hanya 999 meter. Lebih jelasnya profil pembangunan delineator di beberapa
ruas jalan propinsi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.13
Sementara kebutuhan dan realisasi kelengkapan jalan khususnya Deliantor di ruas jalan
Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.14
Daftar Kebutuhan dan Realisasi Deliniator di Ruas
Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 - - -
2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 - - -
3 SP III PD.Guci – Air Kering
Padang Leban
21,0 - - -
4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 - - -
5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 17,0 - - -
Panjang Ruas Jalan (
km )
Kebutuhan
( Meter )
Realisasi
( meter )
1 Ruas Jalan Propinsi 1 562,67 5 954 999 4 955
Total 1 562,67 5 954 999 4 955
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Perencanan.
Propinsi Bengkulu, 2013
Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Deliniator di Ruas Jalan Propinsi Bengkulu
Hingga Tahun 2012
No Jalan Sisa ( meter )
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-31
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
Sumsel )
6 Kelutun – Simpang Pino 22,7 - - -
7 Masat – SP.GD Agung-Plk
Bengkurung
23,4 - - -
8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –
Plk Bengkurung
23,4 - - -
9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu
Ampar
14,0 - - -
10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu
Ampar
20,3 - - -
11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 14,4 - - -
12 Manna- Batas Sumatera Selatan 40,7 - - -
13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu
Selatan)
2,8 - - -
14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
1,9 - - -
15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
2,7 - - -
16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab
Bengkulu Selatan)
1,4 - - -
17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
1,0 - - -
18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
0,7 - - -
19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (anna,
Kab Bengkulu Selatan)
3,7 - - -
20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
3,7 - - -
21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –
Pasar Talo
17,5 - - -
22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 - - -
23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 - - -
24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 - - -
25 Sendawar - Maras 25,79 - - -
26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 -
27 Sukaraja - Tais 49,0 324 162 162
28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 - - -
29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 - - -
30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 - - -
31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 - - -
32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 - - -
33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 - - -
34 Argamakmur - Lais 29,37 - - -
35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 - - -
36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 - - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-32
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 - - -
38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 - - -
39 Tanjung Agung Palik- Gunung
Selan
19,62 - - -
40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 - - -
41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 - - -
42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 - - -
43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 - - -
44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 -
45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 - - -
46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 -
47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP
Kroya
22,47 - - -
48 Klindang -Susup 9,6 - - -
49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 -
50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro
Tidur
13,4 - - -
51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh
( P. Enggano )
32,0 - - -
52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 - - -
53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 - - -
54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal
Putih
42,8 - - -
55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 - - -
56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 - - -
57 Sp Talang Denok Workshop -
Argamakmur
5,4 - - -
58 Argamakmur – Taba Tembilang (
Argamakmur)
5 - - -
59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 - - -
60 Ketahun- Napal Putih 39 - - -
61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 1.900 - -
62 Permu – Beringin Tiga 43 - - -
63 Tebat Monok – SP Wahim – KB
Agung
35 300 - -
64 Jl.Benuang Galiang 1,5 - - -
65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan
– Bandung Baru
16
-
-
-
66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 350 100 150
67 Curup - Tes 50 - - -
68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 - - -
69 Tambang Sawah - Ketenong 16 - - -
70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 - - -
71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 - - -
72 Jl. Air Males Atas 1 - - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-33
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(meter )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
Kiri
(meter)
Terpasang
Kanan
(meter)
73 Jl. DI. Panjaitan 2 - - -
74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 - - -
75 Jl, Salim Batubara 1,5 - - -
76 Jl. M.Hasan 0,7 - - -
77 Jl. Bukit Kaba 6,95 - - -
78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 - - -
79 Air Lang – Desa Apur 13,2 - - -
80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-
Depati – Tj Ening
35,4
-
-
-
81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 - - -
82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 - - -
83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 725 300 425
84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung
Jaya) – SP III ( Selang Jaya )
18.0
-
-
-
85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP
Yamaja ( Pondok Kopi )
16,5 - - -
86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras
Terunjam)
19,1 - - -
87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 - - -
88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 - - -
89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 - - -
90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 - - -
91 Jl. Putri Gading Cempaka (
Bengkulu )
1,35 - - -
92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 - - -
93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 - - -
94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 - - -
95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 - - -
96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 - - -
97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 - - -
98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 - - -
99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 - - -
100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 - - -
101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 - - -
102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 - - -
103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 - - -
104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu
Hiu ( Bengkulu )
2,2 - - -
105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu
(Bengkulu )
1,4 - - -
JUMLAH 1.562,67 5.954 562 737
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,2013
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-34
Berdasarkan data tersebut, total kebutuhan Deliniator di ruas jalan Propinsi Bengkulu
terdapat 5.954 meter, sementara 1.299 meter. Karena itu, nilai capaian persentase
kelengkapan delineator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus;
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator pada Jalan Propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi
1.299 meter
= x 100 %
5.954 meter
= 21,81 %
Gambar 6.8
Salah Satu Delinieator di Provinsi Bengkulu
e. Cermin Tikungan
Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat
untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. Kelengkapan
tambahan dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin, bingkai cermin,
tiang penyangga dan pengikatnya 22. Cermin tikungan dopasang pada tepi jalan pada
lokasi-lokasi domana pendangan pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau
terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan jalan. Pembuatan cermin
tikuangan dapat menggunakan cermin cembung dari bahan acryile. Tebal dan diameter
cermin adalah masing-masing 3 millimeter dan tidak kurang dari 60 cm. Cermin
dilengkapi dengan tiang penyangga dari besi dengan diameter 10 cm, bingaki dan topi
cermin. Tinggi cermin disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Bentuk dan ukuran cermin tikungan 23 . Melihat peran cermin tikungan pada pengendara
22 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai
Jalan pada Pasal 18 23 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai
Jalan Pada Pasal 19 s/d 21
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-35
kendaraan bermotor, maka pada beberapa titik jalan nasionan, jalan propinsi dan jalan
kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu telah dibangun. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi bagi pengendera arus lalu lalu lintas pada setiap tikungan. Lebih
jelasnya perkembangan pengadaan cermin tikungan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6.15
Berdasarkan data yang telah telah disajikan sebelumnya, dapat dihitung nilai capaian
persetase kelengkapan Cermin Tikungan di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung
dengan rumus;
∑ Fasilitas Perlengkapan jalan Cermin Tikungan Terpasang pada Jalan Propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan Pada Jalan Propinsi
0 unit
= x 100 %
31 unit
= 0 %
f. Paku Jalan
Paku jalan sebagai tanda pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 15
milimeter di atas permukaan jalan, dan apabila paku jalan tersebut dilengkapi dengan
reflektor tidak boleh menonjol lebih dari 40 milimeter di atas permukaan jalan. Paku
jalan harus memenuhi ketentuan : a.dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau
alumunium campur; b. apabila paku jalandilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul
cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah; c.
warna pemantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 24
Bentuk dan ukuran paku jalan adalah; a. paku jalan berbetuk bujur sangkar harus
memmpunyai sisi yang panjang 0,10 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana
kurang dari 60 km per jalam dan 0,15 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana 60
km perjam atau lebih, b. paku jalan berbentuk 4 ( empat ) persegi panjang mempunyai
24 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalam pada Pasal 19
Panjang Jalan
( Km )
Kebutuhan
( Unit )
Realisasi
(Unit)
Sisa
( Unit )
1 Nasional 783,86 85 17 68
2 Provinsi 1.562,67 31 - 31
3 Kabupaten/Kota 5.667,30 64 - 64
Total 801 180 10 163
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.
Propinsi Bengkulu, 2013
Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Cermin Tikungan di Propinsi Bengkulu
Hingga Tahun 2012
No Jalan
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-36
ukuran sekurang-kurangnya lebar 0,10 meter dan panjang 0,20 meter, c. paku jalan
berbentuk bundar harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 0,1 meter 25
Bahan paku jalan terdiri dari; a. dibuat dari bahan plastic, baja tahan karat atau
alumunium campur, b. apabila paku jalan dilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul
cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah, c.
warna pamantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 26.Paku jalan dapat
ditempatkan pada; a. batas tepi jalur lintas, b. paku jalan dengan pemantul cahaya
berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalur atau lalu lintas, c. paku jalan dengan
pemantul berwarna ditempatkan pada garis batas sisi kiri jalan, d. paku jalan dengan
pemantul bercahaya putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan, e. paku jalan
dengan dua (2) buah pemantul cahaya yang arahnya berlawanan penempatannya. Jarak
pemasangan paku jalan dilakukan sebagai berikut; a. pada tanda permukaan jalan
peringatan ditempatkan ditengah-tengah celah dua garis, b. pada tanda permukaan jalan
yang ditempatkan pada as jalan atau yang digunakan untuk mengarahkan arus lalau
lintas ditempatkan pada sisi di tengah tiga buah celah tanda permukaan jalan,c. pada
batas tepi sisi jalur lalu lintas ditempatkan pada setiap jarak 9 meter, d. pada tanda
permukaan jalan yang digunakan untuk membagi jalur lalu lintas bus adalah pada setiap
jarak 8 meter, e. pada tanda permukaan jalan mendekati suatu hambatan ditempatkan
pada setiap jarak 4 meter atau kurang, f. pulau lalau lintas ditempatkan pada jarak 4
meter atau kurang 27
Melihat peran paku jalan untuk keselamatan berkendaraan bermotor, di Propinsi
Bengkulu terus mengupayakan pembangunan/pengadaan paku jalan pada jalan kering
atau basah. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan kendaraan dapat lebih normal dan
stabil. Untuk lebih jelasnya perkembangan pembangunan/pengadaan paku jalan di
Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.16
Pemasangan paku jalan telah tersebar di berbagai jalan propinsi di wilayah Propinsi
Bengkulu, dan untuk lebih jelasnya kebutuhan dan realisasi pemasangan paku jalan
dapat dilihat pada tabel berikut.
25 Keputusan Direktur Jenderal perhubungan Darat No. SK.116/a.j.404/drjd/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan ( Spesifikasi Teknis Paku Jalan ) 26 Ibid ( Bahan baku paku jalan ) 27 Ibid ( Penempatan paku jalan dan Pemasangan paku jalan )
Panjang Jalan
( Km )
Kebutuhan
( Unit )
Realisasi
(unit )
1 Nasional 783,86 391 000 4 111 386 889
2 Provinsi 1.562,67 760 120 - 760 120
3 Kabupaten/Kota 5.667,30 652 750 - 652 750
Total 801.382 1 803 870 4 111 1 799 759
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.
Propinsi Bengkulu, 2013
Sisa ( unit )
Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Paku Jalan di Propinsi Bengkulu
Hingga Tahun 2012
No Jalan
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-37
Tabel 6.17
Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas
Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(unit)
Belum
Terpasang
(unit)
1 Tanjung Kemuning – Datar Lebar 33,5 16.750 - -
2 Daftar Lebar- Mentring 24,5 12.250 - -
3 SP III PD.Guci – Air Kering
Padang Leban
21,0 10.500 - -
4 Tanjung Imam-Muara Sahung 24,4 12.150 - -
5 Muara Sahung- Air Tembok ( Bts
Sumsel )
17,0 8.500 - -
6 Kelutun – Simpang Pino 11.350 11.350 - -
7 Masat – SP.GD Agung-Plk
Bengkurung
5200 5200 - -
8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung –
Plk Bengkurung
11.200 11.700 - -
9 Plk.Bengkurung – Sukarami-Batu
Ampar
700 700 - -
10 SP.Kedurang – KB Agung-Bantu
Ampar
10.150 10.150 - -
11 Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 7.200 7.200 - -
12 Manna- Batas Sumatera Selatan 20.350 20.350 - -
13 Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu
Selatan)
1.400 1.400 - -
14 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
950 950 - -
15 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
1.350 1.350 - -
16 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab
Bengkulu Selatan)
700 700 - -
17 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
500 500 - -
18 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
350 350 - -
19 Jl.Pasar Bawah- Manggul (
Manna, Kab Bengkulu Selatan)
1.850 1.850 - -
20 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
1.850 1.850 - -
21 SP.Durian Bubur – (Tedunan) –
Pasar Talo
8.750 8.750 - -
22 Pasar Talo – Pering Baru 10,6 5.300 - -
23 SP III Ngalam – Pasar Ngalam 7,38 3.690 - -
24 Pasar Ngalam – Pasar Talo 37,55 18.775 - -
25 Sendawar - Maras 25,79 12.895 - -
26 PD Serai – Pasar Ngalam 26,7 13.350
27 Sukaraja - Tais 49,0 24.500 245 -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-38
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(unit)
Belum
Terpasang
(unit)
28 Bintuhan – Desa Limas-Ketahun 32,11 16.055 - -
29 Kerab – Lubuk Durian 23,88 11.940 - -
30 Lubuk Durian- Arga Makmur 20,85 10.425 - -
31 Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur) 1,2 600 - -
32 Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur) 1,5 750 - -
33 Jl.A.Yani ( Argamakmur ) 1,0 500 - -
34 Argamakmur - Lais 29,37 14.685 - -
35 Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0,7 350 - -
36 Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0,6 300 - -
37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ) 2,2 1.100 - -
38 Jl.Alamsyah ( Argamakmur ) 2,8 1.400 - -
39 Tanjung Agung Palik- Gunung
Selan
19,62 9.810 - -
40 Gunung Selan- Girim Mulya 28,8 14.400 - -
41 Giri Mulya- Atas Tebing 26,4 13.200 - -
42 Batik Nau – Lubuk Banyu 21,4 10.700 - -
43 Bintuhan- Batik Nau 5,11 2.555 - -
44 Giri Mulya – Desa Air Solok 30,0 15.000
45 Lubuk Banyau – Ds Air Solok 22,0 11.000 - -
46 Lubuk Durian – Lubuk Sini 44,3 22.150
47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP
Kroya
22,47 11.235 - -
48 Klindang -Susup 9,6 4.800 - -
49 Susup – Tj Alam-Ujan Mas 18,63 9.315
50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro
Tidur
13,4 6.700 - -
51 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh
( P. Enggano )
32,0 16.000 - -
52 Desa Kali - Argamakmur 12,96 6.480 - -
53 SP Air Muring – Suka Hijau 23,4 11.700 - -
54 Suka Baru – Bukit Berlian- Napal
Putih
42,8 21.400 - -
55 Ketahun- Bukit Berlian 21,2 10.600 - -
56 Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX 22,0 11.000 - -
57 Sp Talang Denok Workshop -
Argamakmur
5,4 2.700 - -
58 Argamakmur – Taba Tembilang (
Argamakmur)
5 2.500 - -
59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5,25 2.625 - -
60 Ketahun- Napal Putih 39 1950 - -
61 D.6 Ketahun – Giri Mulya 35,8 17.000 - -
62 Permu – Beringin Tiga 43 21.500 - -
63 Tebat Monok – SP Wahim – KB
Agung
35 17.500 - -
64 Jl.Benuang Galiang 1,5 750 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-39
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(unit)
Belum
Terpasang
(unit)
65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan
– Bandung Baru
16
8.000
-
-
66 Kepahiang – Batas Sumsel 28,12 14.060 751 -
67 Curup - Tes 50 25.000 - -
68 Tes – Muara Aman – Taba Sawah 35 17.500 - -
69 Tambang Sawah - Ketenong 16 8.000 - -
70 Alas Tebing- Muara Aman 15,1 7.550 - -
71 Jl. Sapta Marga ( Curup) 2,3 1.150 - -
72 Jl. Air Males Atas 1 500 - -
73 Jl. DI. Panjaitan 2 1.000 - -
74 Jl. Dr.A.Gani 3,3 1650 - -
75 Jl, Salim Batubara 1,5 750 - -
76 Jl. M.Hasan 0,7 350 - -
77 Jl. Bukit Kaba 6,95 3.450 - -
78 Jl.Wisata Suban Air Panas 1,1 550 - -
79 Air Lang – Desa Apur 13,2 6.600 - -
80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang-
Depati – Tj Ening
35,4
17.700
-
-
81 Taba Mulan – Simpang Nangka 12,6 6.300 - -
82 Palak Curup SP III Karang Baru 19,7 9.850 - -
83 Penarik – Lubuk Pinang 43,62 725 - -
84 Lubuk Cending –SP VI ( Agung
Jaya) – SP III ( Selang Jaya )
18.0
21.810
-
-
85 Mukomuko – Dusun Gedang – SP
Yamaja ( Pondok Kopi )
16,5 9.000 - -
86 Tanah Rekah – SP IV ( Teras
Terunjam)
19,1 8.250 - -
87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5,2 9.550 - -
88 Jl. Lempuing ( Bengkulu ) 2,3 2.600 - -
89 Jl. Batang Hari ( Bengkulu ) 1,2 1.150 - -
90 Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0,5 600 - -
91 Jl. Putri Gading Cempaka (
Bengkulu )
1,35 250 - -
92 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0,9 675 - -
93 Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0,75 450 - -
94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0,6 375 - -
95 Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0,6 300 - -
96 Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0,4 300 - -
97 Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0,95 200 - -
98 Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0,8 475 - -
99 Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0,7 400 - -
100 Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0,4 200 - -
101 Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) 1,15 575 - -
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-40
No
Nama Ruas Jalan
Panjang
Ruas jalan
( Km )
Kebutuhan
(unit )
Dalam Tahun 2012
Terpasang
(unit)
Belum
Terpasang
(unit)
102 Jl. Hibrida ( Bengkulu) 2,83 1.415 - -
103 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) 1,4 700 - -
104 Jl. Letnan Syamsul Bahrun – Tugu
Hiu ( Bengkulu )
2,2 1.100 - -
105 Sungai Hitam – Pasar Bengkulu (
Bengkulu )
1,4 700 - -
1.562,67 760.120 996
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,2013
Berdasarkan data di atas, kebutuhan Paku Jalan pada jalan Propinsi Bengkulu mencapai
760.120 unit. Tetapi realisasi yang terwujud hingga tahun 2012 belum ada. Artinya, nilai
capaian persentase kelengkapan paku jalan di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung
dengan rumus.
% nilai capaian paku jalan
∑ Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan Terpasang di jalan Propinsi
= x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Paku di Jalan Propinsi
996 unit
= x 100 %
760.120 unit
= 0,13%
Gambar 6.9
Kondisi Paku Jalan di Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-41
g. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan
isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan
atau pada ruas jalan 28. Alat pemberi isyarat lalu lintas terdiri dari; a. lampu 3 ( tiga )
warna untuk mengatur kendaraan, b. lampu 2 ( dua ) warna untuk mengatur kendaraan
dan/atau pejalan kaki, c. lampu 1 ( satu ) warna untuk memberikan peringatan bahaya
kepada pemakai jalan. Lampu tiga ( 3 ) warna terdiri dari warna merah, kuning dan
hijau. Lampu tiga (3 ) warna dipasang dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila
dipasang secara vertical, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah,
kuning, hijau. Apabila dipasang secara horizontal maka susunan lampu dari kiri ke
kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, kuning, dan hijau . Lampu tiga
warna dapat dilengkapi dengan lampu warna merah dan/atau hijau yang memancarkan
cahaya berupa tanda panah29
Lampu dua (2) warna terdiri dari warna merah dan hijau. Lampu dua warna dipasang
dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila dipasang secara vertical, susunan lampu
dari atas ke bawah dengan urutan merah, hijau. Apabila dipasang secara horizontal,
susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, hijau.
Sementara lampu satu (1) warna, berwarna kuning atau merah dan lampu satu (1) warna
dipasang dalam posisi vertical atau horizontal 30
Fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas seperti halnya lampu tiga (3) warna adalah
sebagai berikut: a. lampu warna hijau menyala setelah lampu warna merah padam,
mengisyaratkan kendaraan harus berjalan, b.lampu warna kuning menyala setelah lampu
warna hijau padam, mengisyaratkan kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti
atau sebelum alat pemberi isyarat lalu lintas, bersiap untuk berhenti dan bagi kendaraan
yang sudah sedemikian dekat dengan batas berhenti sehingga tidak dapat berhenti lagi
dengan aman dapat berjalan, c. lampu warna merah menyala setelah lampu kuning
padam, mengisyaratkan kendaraan harus berhenti sebelum batas berhenti dan apabila
jalur lalu lintas tidak dilengkapi dengan batas berhenti, kendaraan harus berhenti
sebelum alat pemberimisyarat lalu litas 31
Lampu dua ( 2 ) warna secara bergantian berfungsi; a. mentaur lalu lintas pada tempat
penyeberangan pejalan kaki, b. mengatur lalau lalintas kendaraan pada jalan tol atau
tempat tertentu lainnya. Sementara lampu dua (2) warna berfungsi; a. mengatur lalu
lintas pada tempat penyeberangan, b. dapat dilengkapi dengan isyarat suara. Begitu juga
halnya lampu satu (1) warna terdiri dari satu lampu yang menyala berkedip atau dua
lampu yang menyala bergantian. Lampu satu warna yang berwarna kuning dipasang
pada jalur lalau lalintas, mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati.
Lampu satu warna yang berwarna merah dipasang pada persilangan sebidang dengan
jalan kereta api dan apabila menyala mengisyaratkan pengemudi harus berhenti. Lampu
28 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada
Pasal 1 ayat (1) 29 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi isyarat Lalu Lintas pada
Pasal 3 s/d Pasal 5 30 Keputusan Menteri perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada
Pasal 6 s/d Pasal 7 31 Ibid, Pasal 8
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-42
satu warna dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang
menunjukkan arah datangnya kereta api . Alat pemberi isyarat lalu lintas berbentuk bulat
dengan garis tengah antara 20 sentimeter sampai dengan 30 sentimeter 32. Demikian
halnya, di Propinsi Bengkulu, mengingat peran alat pemberi isyarat lalau lalintas cukup
besar dalam mengatur lalu lalintas dan menjamin keselamatan berkendara, maka
pembangunan alat pemberi isyarat lalu lalintas di dibangun di jalan nasional, kalan
propinsi dan jalan kabupaten/kota, dan untuk lebih jelasnya perkembangan
pembangunan/pengadaan alat pemneri isyarat lalu lintas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.18
Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas
Jalan Propinsi Dalam Tahun 2012
No.
Ruas Jalan
Panjang
Ruas
Jalan
(Km)
Jumlah
Simpang/
R.Jalan
(Titik)
Kebutuhan
(APIL/WL
(1 set/Titik)
Tahun 2012
Jumlah
Terpsg
Belum
Terpsg
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tanjung Kmuning – datar
lebar
Datar lebar – Mentiring
Sp III PD.Guci-Air Kering
Padang leban
Tanjung Imam-Muara
Sahung
Muara Sahung – Air
Tembok ( Bts Sumsel )
Kelutum -Simpang Pino
Masat –SP.GD Agung
SP III Kayu Kunyit –
GD.Agung – PLK
Bengkuring Plk
Bengkurung – Sukarami-
Batu
Ampar
Sp .Kedurang – KB
Agung – Batu Ampar
Kurawan – Pinju Layang
– PD Lebar
Manna – Batas Sumatera
Selatan
Jl. A Yani (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
33,5
24,5
21,0
24,3
17,0
22,7
10,4
23,4
14,0
20,3
14,4
40,7
2,8
3
4
4
3
2
2
1
1
1
2
2
2
3
WL=3
WL=4
WL=3,APIL
L=1
WL=3
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
APIL=1
WL=3
WL=4
WL= 3
APIL=1
1
WL=3
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
APIL=1
WL=2
32 Ibid, Pasal 11 s/d Pasal 12
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-43
No.
Ruas Jalan
Panjang
Ruas
Jalan
(Km)
Jumlah
Simpang/
R.Jalan
(Titik)
Kebutuhan
(APIL/WL
(1 set/Titik)
Tahun 2012
Jumlah
Terpsg
Belum
Terpsg
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Jl.Veteran (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
Jl.SMEAN (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
Jl.Kol Berlian
(Manna,Kab Bengkulu
Selatan)
Jl.P.Marzuki (Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
Jl.Bukhari ( Manna,Kab
Bengkulu Selatan )
Jl.Pasar Bawah- Manggul
( Manna, Kab Bengkulu
Selatan)
Jl.Gerak Alam (
Manna,Kab Bengkulu
Selatan )
SP.Durian Bubur –
(Tedunan) – Pasar Talo
Pasar Talo – Pering Baru
SP III Ngalam – Pasar
Ngalam
Pasar Ngalam – Pasar
Talo
Sendawar – Maras
PD Serai – Pasar Ngalam
Sukaraja – Tais
Bintuhan – Desa Limas-
Ketahun
Kerkab –Lubuk Durian
Lubuk Durian-Arga
Makmur
Jl.Jend Sudirman (
Argamakmur )
Jl.Basuki Rahkmat (
Argamakmur)
Jl.A.Yani ( Argamakmur )
Argamakmur – Lais
Jl.A. Yamin (
Argamakmur )
Jl.M.Hatta (Argamakmur )
Jl.Ir. Soekarno (
Armakmur
1,9
2,7
1,4
1,0
0,7
3,7
3,7
17,5
10,6
7,38
37,55
25,79
26,7
49,0
32,11
23,88
20,85
1,2
1,5
1,0
29,37
0,7
0,6
2,2
2
2
1
-
-
1
1
2
2
2
3
2
2
3
3
2
2
1
1
1
3
1
1
1
WL=2
WL=2
WL=1
-
-
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=3
WL=2
WL=2
WL=3
WL=3
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=3
WL=1
WL=1
WL=1
2
WL=2
WL=1
-
-
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=3
WL=2
WL=2
WL=1
WL=3
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=3
WL=1
WL=1
WL=1
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-44
No.
Ruas Jalan
Panjang
Ruas
Jalan
(Km)
Jumlah
Simpang/
R.Jalan
(Titik)
Kebutuhan
(APIL/WL
(1 set/Titik)
Tahun 2012
Jumlah
Terpsg
Belum
Terpsg
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
Jl.Alamsyah(Argamakmur
Tanjung Agung Palik-
Gunung Selan
Gunung Selan- Girim
Mulya
Giri Mulya- Atas Tebing
Batik Nau – Lubuk Banyu
Bintuhan- Batik Nau
Giri Mulya – Desa Air
Limas
Lubuk Banyau – Ds Air
Solok
Lubuk Durian – Lubuk
Sini
Tugu Hiu-Taman Hutan
Raya- SP Kroya
Klindang –Susup
Susup – Tj Alam-Ujan
Mas
SP Gunung Selan-Unit III
Kuro Tidur
Banjar Sari-Malakoni-
Kayu Apuh ( P. Enggano )
Desa Kali – Argamakmur
SP Air Muring – Suka
Hijau
Suka Baru – Bukit
Berlian- Napal Putih
Ketahun- Bukit Berlian
Jalan Wisata Air Terjun-
Curup IX
Sp Talang Denok
Workshop – Argamakmur
Argamakmur – Taba
Tembilang (
Argamakmur)
Taba Tembilang- Kuro
Tidur
Ketahun- Napal Putih
D.6 Ketahun – Giri Mulya
Permu – Beringin Tiga
Tebat Monok – SP Wahim
– KB Agung
2,8
19,62
28,8
26,4
21,4
5,11
30,0
22,0
44,3
22,47
9,6
18,63
13,4
32,0
12,9
23,4
42,8
21,2
22,0
5,4
5
5,25
39
35,8
43
35
1
2
2
2
2
2
3
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
2
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=3
WL=1
WL=2
WL=2
WL=1
WL=2
WL=2
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=3
WL=1
WL=2
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=2
WL=1
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-45
No.
Ruas Jalan
Panjang
Ruas
Jalan
(Km)
Jumlah
Simpang/
R.Jalan
(Titik)
Kebutuhan
(APIL/WL
(1 set/Titik)
Tahun 2012
Jumlah
Terpsg
Belum
Terpsg
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Jl.Benuang Galiang
Jl. Wisata Kepahiang-
Kaba Wetan – Bandung
Baru
Kepahiang – Batas Sumsel
Curup – Tes
Tes – Muara Aman – Taba
Sawah
Tambang Sawah –
Ketenong
Alas Tebing- Muara
Aman
Jl. Sapta Marga ( Curup)
Jl. Air Males Atas
Jl. DI. Panjaitan
Jl. Dr.A.Gani
Jl, Salim Batubara
Jl. M.Hasan
Jl. Bukit Kaba
Jl.Wisata Suban Air Panas
Air Lang – Desa Apur Pd
Ulak Tanding-Kota
Padang-Depati-Tj
Ening
Taba Mulan- Simpang
Nangka
Palak Curup SP III
Karang Baru
Penarik – Lubuk Pinang
Lubuk Cedang –SP
VI(Agung Jaya)-SP III (
Selagan Jaya )
Muko-Muko-Dusun
Gedang SP Yamaja (
Pondok Kopi )
Tanah Rekah – SP IV (
Teras Terunjam)
Jl.Citandul ( Bengkulu )
Jl. Lempuing ( Bengkulu )
Jl. Batang Hari
(Bengkulu)
Jl. Sedap Malam
(Bengkulu )
1,5
16
28,12
50
35
16
15,1
2,3
1
2
3,3
1,5
0,7
6,95
1,1
13,2
35,4
12,6
19,7
43,62
18,0
16,5
19,1
5,2
2,3
1,2
0,5
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
3
1
2
1
1
1
2
1
WL=1
WL=1
WL=8
WL=1
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=2
WL=2
WL=1
WL=1
WL=3
WL=1
WL=2
WL=1
APILL=4
WL=1
WL=1
WL=4
WL=1
WL=1
WL=2
WL=1
WL=2
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
APIL=4
WL=1
WL=1
WL=4
WL=1
WL=2
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-46
No.
Ruas Jalan
Panjang
Ruas
Jalan
(Km)
Jumlah
Simpang/
R.Jalan
(Titik)
Kebutuhan
(APIL/WL
(1 set/Titik)
Tahun 2012
Jumlah
Terpsg
Belum
Terpsg
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
Jl. Putri Gading Cempaka
( Bengkulu
Jl.Ratu Agung(Bengkulu )
Jl. Soekarno Hatta (
Bengkulu)
Jl. M. Hasan ( Bengkulu )
Jl.Hazairin ( Bengkulu )
Jl.Kol. Berlian(Bengkulu)
Jl.DI.Panjaitan(Bengkulu ) Jl.Teluk Segara(Bengkulu )
Jl.Abu Hanifah(Bengkulu )
Jl. TP Kasim Nazir (
Bengkulu)
Jl. Nusirwan Zainul (
Bengkulu)
Jl. Hibrida ( Bengkulu)
Jl. Jenggalu ( Bengkulu )
Jl. Letnan Syamsul
Bahrun – Tugu Hiu (
Bengkulu )
Sungai Hitam – Pasar
Bengkulu ( Bengkulu )
Pasar Bengkulu – Tapak
Paderi
Tapak Kedari- Utum Bina
Marga
Jalan Wisata- Pantai
Panjang
Pasir Putih- Kuala Baru
Muara SP- Pertamina
(Pel.Pulau Baai )
1,35
0,9
0,75
0,6
0,6
0,4
0,95
0,8
0,7
0,4
1,15
2,83
1,4
2,2
1,4
2,65
2,5
5,2
1,4
0,6
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
4
WL=2
WL=2
WL=1
WL=2
APILL=1
WL=4
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=2
WL=4
WL=2
WL=1
WL=2
WL=4
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=1
WL=4
Jumlah 1.562,67 179 WL=172
APILL=7
2 WL=172
APIL=7
Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi
Bengkulu, 2013
Berdasarkan data seperti dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian perlengkapan jalan
(alat pemberi isyarat lalu lintas/ Warning light terpasang di jalan propinsi dapat dihitung
dengan rumus;
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-47
∑ Fasilitas Perlengkapan Alat pemberi isyarat Lalu Lintas di jalan Propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Iisyarat Lalu Lintas Pada Jalan
di Propinsi
2 unit
= x 100 % = 1,11 %
179 unit
Gambar 6.10
Warning Light yang ada di Bengkulu
h. Lampu penerangan
Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan perlengkapan jalan yang dapat
diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian mediun jalan )
yang digunakan untuk menerangi jalan mapun lingkungan di sekitar jalan yang
diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan laying, jembatan dan jalan di bawah
tanah. Atau juga dapat disebut lampu penerangan adalah suatu unit lengkap yang terdiri
dari sumber cahaya, elemen optok, elemen elektronik dan struktur penopang serta tiang
lampu 33. Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain ; a.
menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan, b. sebagai alat bantu
navigasi pengguna jalan, c. menghilangkan keselamatan dan kenyamanan pengguna
jalan, khususnya pada malam hari, d. mendukung keamanan lingkungan dan e.
memberikan keindahan lingkungan jalan 34. Berdasarkan informasi dari Dinas
Perhubungan dan Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu , standar jenis
lampu yang digunakan di jalan pada propinsi adalah mengacu pada SNI ( Standar
Nasional Indonesia ) dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 35.
33 Badan standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 2: 2008 34 Badan Standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 4, 2008 35 Ibid, hal 5
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-48
Tabel 6.19
Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik
dan Penggunaannya
Jenis
Lampu
Efisiensi
Rata-rata
(lumen/watt)
Umur
Rencana
Rata-Rata
(Jam)
Daya
(watt)
Pengaruh
Terhadap
Warna Objek
Keterangan
Lampu
tabung
fluorescent
Tekanan
Rendah
60 - 70
8.000-
10.000
18 – 20
36 - 40
Sedang
- Untuk jalan kolektor dan
lokasl
- Efisiensi cukup tinggi tetapi
berumur pendek
- Jenis lampu ini masih dapat
digunakan untuk hal-hal
yang terbatas
Lampu gas
merkuri
tekanan
tinggi
(MBF/U)
50 - 55
16.000 –
24.000
125:250;
400; 700
Sedang
- Untuk jalan kolektor, local
dan persimpangan
- Efisiensi rendah, umur
panjang dan ukuran lampu
kecil
- Jenis lampu ini masih dapat
digunakan secara terbatas
Lampu gas
sodium
bertekanan
rendah
(SOX )
100- 200 8.000 –
10.000
90 : 180 Sangat
Buruk
- Untuk jalan kolektor, local,
persimpangan,
penyeberangan,
terowongan, tempat
peristirahatan ( rest area)
- Efisiensi sangat tinggi,
umur cukup panjang,
ukuran lampu besar
sehingga sulit untuk
mengontrol cahayanya dan
cahaya lampu sangat buruk
karena kuning
- Jenis lampu ini dianjurkan
digunakan karena faktor
efisiensinya yang sangat
tinggi
Lampu gas
sodium
tekanan
tinggi
((SON)
110
12.000 –
20.000
150;250;400
Buruk
- untuk jalan tol, arteri,
kolektor,,persimpangan
besar/luas dan interchange
- efisiensi tinggi, umur sangat
panjang, ukuran lampu
kecil, sehingga mudah
pengontrolan cahayanya
- jenis lampu ini sangat baik
dan sangat dianjurkan untuk
digunakan
Di Propinsi Bengkulu pembangunan/pengadaan lampu penerangan di jalan nasional,
jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota terus ditingkatkan. Tetapi karena keterbatasan
anggaran, hingga sekarang belum sepenuhnya terbangun sesuai dengan kebutuhan.
Lebih jelasnya jumlah lampu penerangan jalan di Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada
tabel berikut..
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-49
Tabel 6.20
Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian persentase kelengkapan lampu
penerangan di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus;
∑ Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi
x 100 %
Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi
150 unit
= x 100 % = 10 % 1.500 unit
Kebutuhan
( Unit )
Realisasi
(unit )
1 Nasional 1 000 112 888
2 Provinsi 1 500 150 1350
3 Kabupaten/Kota 2 000 100 1900
Total 4 500 362 4 138
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program.
Propinsi Bengkulu, 2013
Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Lampu Penerangan
di propinsi Bengkulu Hingga Tahun 2012
No Jalan Sisa ( Unit )
Gambar 6.11
Lampu Penerangan Umum di Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-50
1. Keselamatan
Keselamatan dalam hal ini, dimaksudkan terpenuhinya standar keselamatan bagi
angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ).
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap
orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan 36. Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi
standar pelayanan minimal yang meliputi: a. keamanan; b. keselamatan; c. kenyamanan;
d. keterjangkauan; e. kesetaraan; dan f. keteraturan.37. Angkutan adalah perpindahan
orang/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum
di ruang lalu lintas jalan. Angkutan umum adalah angkutan orang/atau barang yang
menggunakan kendaraan umum dengan dipungut bayaran. Keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan
selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau
lingkungan38 .
Pelayanan angkutan kota antar dalam propinsi dilaksanakan dengan cirri-ciri sebagai
berikut; a. mempunyai jadwal tetap, drbsgsimsns tercantum dalam jam perjalanan pada
kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan. b. pelayanan angkutan dilakukan bersifat
cepat atau lambat, c. dilayani dengan mobil bus besar atau sedang, baik untuk pelayanan
ekonomi mapun pelayanan non ekonomi, d. tersedia terminal penumang sekurang-
kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persilangan, dan terminal tujuan, e.
prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi
tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan 39.
Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengankutan orang dapat
dilakukan dengan mobil barang. Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil
barang, wajib memenuhi persyaratan; a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding yang
tingginya sekurang-kurangnya 0,6 m, b. tersedia luas lantai ruang muatan sekurang-
kurangnya 0,4 m2 per penumpang, c. memiliki dan membawa surat keterangan mobil
barang mengangkut penumpang 40
Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi; a. nama
perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan, dan belakang kendaraan. b.
papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan dasar putih
tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan. c. jenis trayek
yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan
sebelah kiri dan kanan dengan tulisan” Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, e. jati diri
pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh masing-masing
perusahaan angkutan, f. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan, tulisan standar pelayanan,
daftar tarif yang berlaku, g. dilengkapi dengan adanya kotak obat dengan isinya, h. alat
36 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 ayat (31) 37 Ibid 38 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 10
39 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 19
40 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 3
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-51
pemantau untuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam kecepatan
kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan.41.
Dalam hal pengoperasian angkutan, pengusaha angkutan yang telah memperoleh izin
trayek diwajibkan mengutamakan keselamatan dalam pengoperasikan kendaraan
sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa 42 . Untuk
memperoleh izin operasi, pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis tel;ah ditegaskan pemohon diwajibkan
memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan
fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan
fotokopi Buku Uji 43
Untuk menjamin keselamatan, kelaikan kendaraan untuk operasional harus dipastikan
siap pakai. Artinya, semua komponen yang diharuskan diuji secara berkala harus
dipastikan sudah terpenuhi. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dimaksudkan untuk 44; a.
memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan
bermotor di jalan, b. melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. Beberapa komponen yang
diharuskan diuji secara berkala adalah sebagai berikut 45; a. uji suspense roda ( Pit wheel
Suspension Tester ) dan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, b. uji rem, c. lampu
utama, d. speedometer, e. uji emisi gas buang meliputi; uji karbon monoksida ( CO),
hidro karbon ( HC ), dan ketebalan asap gas buang, f. berat kendaraan, g. kincup roda
depan ( side slip tester ), h. suara ( sound level meter ), i. dimensi kendaraan ( lebar,
panjang, tinggi dan sumbu roda ), j. tekanan udara (kompressor rem, tekanan udara ban ),
k. kaca film.
Untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan dilengkapi dengan
fasiliats tanggap darurat. Fasilitas tanggap darurat dalam hal ini adalah berupa; a. alat
pemukul/pemecah kaca ( martil ), b. alat pemadam kebakaran, c. alat kendali darurat
pembuka pintu utama yang dirancang dan ditempatkan sedemikian rupa sekurang-
kurangnya dua buah pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor sehingga
mudah dioperasikan dari dalam baik oleh awak kendaraan mapun penumpang yang
bekerja secara otomatis 46. Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan
bermotor angkutan penumpang, wajib dipenuhi dengan persyaratan teknis:
a. Jumlah tempat keluar darurat sekurang-kurangnya 47:
1) Satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya tidak lebih
dari 26 penumpang
2) Dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara 27
dan 50 penumpang
3) Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 dan 80
penumpang
41 Ibid Pasal 19 42 Ibid Pasal 62 point j 43 Ibid Pasal 67 point c 44 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan
Bermotor Pada Pasal 2 ayat (1) 45 Ibid, Pasal 12 ayat (1) 46 Keputusan DSirektur Perhubungan Darat No. SK.1763/AJ.501/DRJD/1003 tentang Petunjuk teknis
Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang pada Pasal 5 47 Ibid, Pasal 6
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-52
4) Empat tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80
penumpang
b. Khusus untuk mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 27 penumpang,
diwajibkan memiliki pintu darurat minimal 2 buah pada sisi kiri-kanan
c. Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu, jika pada dinding
belakang tempat pintu yang lebarnya paling sedikit 430 millimeter
d. Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan:
1) Memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 milimeter dan apabila memiliki
ukuran sekurang-kurangnya 1.200 millimeter x 430 millimeter disamakan dengan
memiliki dua tempat keluar darurat
2) Mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas
3) Sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak runcing
4) Tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung
e. Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan,
harus memenuhi persyaratan:
1) Memiliki lebar sekurang – kurangnya 430 millimeter
2) Mudah dibuka setiap waktu dari dalam
f. Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang menjelaskan
tempat keluar darurat dan tata cara membukanya
g. Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat dan
diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya
h. Kaca mobil bud wajib menggunakan kaca keselamatan ( Safety Glass ), dengan
ketentuan sebagai berikut;
1) Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated
2) Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered
Standar keselamatan seperti telah disebutkan sebelumnya adalah bersifat umum. Artinya,
setiap angkutan harus memenuhi standar tersebut termasuk AKDP ( Angkutan Kota
Dalam Propinsi). Berkenaan dengan itu, standar tersebut dapat juga diberlakukan pada
AKDP yang ada di Propinsi Bengkulu. Untuk dapat mengetahui tingkat keselamatan
AKDP telah dilakukan wawancara dengan Balai Pengujian Kendaraan Bermotor, Dinas
Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Propinsi
Bengkulu tentang bagaimana kondisi keselamatan Angkutan Kota Dalam Propinsi (
AKDP ). Dalam hal ini, kelaikan tentunya dilihat dari segi ketaatan para pemilik AKDP
untuk melakukan Uji KIR secara berkala. Berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh, semua angkutan yang berflat kuning diwajibkan melakukan KIR secara
berkala dan pemilik AKDP juga mentaatinya. Di lain pihak, LLAJ dari Dinas
Perhubungan juga melakukan razia secara rutin untuk mengecek apakah AKDP rutin
melakukan Uji KIR sesuai dengan ketentuan. Ternyata dari hasil razia yang dilakukan
semua kendaraan AKDP secara rutin melakukan Uji KIR secara berkala.
Surveyor juga melakukan wawancara terhadap sepuluh (10 ) Pengemudi AKDP yang
kebtulan sedang menunggu di terminal. Dari hasil wawancara dengan para Pengemudi ,
ternyata kendaraan yang dibawa rutin melakukan uji KIR secara berkala dan
menunjukkan Buku Uji KIR. Sebagai bukti melakukan uji KIR, juga terlihat pada badan
kendaraan AKDP yang diletakkan di samping kanan dan kiri badan kendaraan. Di
samping kelaikan kendaraan AKDP, juga melakukan pengamatan dan wawancara
terhadap keselamatan dalam keadaan darurat. Hasilnya sebagian besar kurang mentaati.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel ebrikut.
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-53
Tabel 6.21
Standar AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi)
No Standar AKDP Standar di
Lokasi
Studi
Propinsi
Bengkulu
Uraian Standar
1 Di daerah dimana sarana transportasinya
belum memadai, pengangkutan orang dapat
menggunakan mobil barang, namun waji
memenuhi persyaratan;
a.ruang muatan dilengkapi dengan dinding
yang tingginya sekurang-kurangnya
b.tersedia luas lantai ruang muatan sekurang
– kurangnya
c.memiliki dan membawa surat keterangan
mobil mengangkut penumpang
0,6 m
0,4 m2 per penumpang
0,6 m
0,4 m2 per
penumpang
2 Kendaraan yang digunakan untuk antar kota
dalam propinsi harus dilengkapi:
a.nama perusahaan
ditempelkan di
badan kendara-
an
b.nomor kendaan
ditempelkan di
depan & belakang
kendaraan
c.jenis trayek yg
dilayani,ditulis
huruf balok di
ditempelkan pada
badan kendaraan
sebelah kiri dan
kan kendaran
dengan tulisan
AKDP
Ada
Ada
Ada
3 Memiliki Jati diri pengemudi ditempatkan
yang dikeluarkan oleh perusahaan
ditempatkan di
Dashboard
Tidak ada
3 Fasilitas a.Bagasi
b.Kota obat &
isinya
c.Alat pemantau
kecepatan ken-
daraan
Ada
Tidak ada
Ada
4 Keselamatan AKDP yang dibuktikan dengan
adanya Buku Uji Kendaraan secara berkala
meliputi;
a.uji suspense roda
& kondisi teknis
Bagian bawah
kendaraan
b.uji rem
c.uji lampu utama
d.speedometer
e.uji emisi gas
buang (uji kar-
bon monoksida &
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-54
No Standar AKDP Standar di
Lokasi
Studi
Propinsi
Bengkulu
Uraian Standar
hidro karbon serta
ketebalan asap gas
buang
f.berat kendaraan
g.kincup roda depan
h.suara
i.dimensi kendaraan
(lebar, tinggi dan
Sumbu roda)
j.tekanan udara
(compressor rem,
tekanan udara ban)
k.kaca film
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
ada
5 Untuk menjamin keselamatan penumpang,
setiap kendaraan harus dilengkapi dengan
fasilitas tanggap darurat berupa;
a.alat pemukul/peme-
cah kaca ( martil )
b.alat pemadan keba-
karan
c.alat kendali darurat
pembuka pintu uta-
ma dua(2) buah yg
ditempatkan di sisi
kiri dan kanan seca-
ra otomatis
d.satu(1) tempat kelu-
ar darurat pada seti-
ap sisi kanan kiri,ji-
ka muatannya tidak
lebih dari 26 penum
-pang
e.dua (2) tempat kelu-
ar darurat pada seti-
ap sisi kiri kanan, ji-
ka muatannya antara
27 dan 50 penum-
Pang
f.tiga(3) tempat ke –
luar darurat pada se-
tiap sisi kiri kanan
antara 51 – 80 pe-
numpang
g.empat (tempat kelu-
ar darurat pada seti-
ap sisi kiri kanan
jika mauatnya lebih
dari 80 pemumpang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
6 Mobil penumpang yang jumlah muatannya
lebih 27 orang penumpang diwajibkan
memiliki pintu darurat minimal
2 ( dua) buah pada sisi
kiri kanan
Tidak ada
7 Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat Jika pada dinding Tidak ada
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-55
No Standar AKDP Standar di
Lokasi
Studi
Propinsi
Bengkulu
Uraian Standar
dikurangi dengan satu (1) belakang tempat pintu
lebarnya paling sedikit
430 millimeter
8 Tempat keluar darurat berupa jendela harus
memenuhi persyaratan;
a.memiliki ukuran
minimum 600 milli
meter x 430 milli-
meter bilamana me-
miliki ukurang seku-
rang-kurangnya
1.200 millimeter x
430 millimeter disa-
Makan dengan memi
Liki dua (2) tempat
Keluar darurat
b.mudah dan cepat di-
buka atau dirusak
atau dilepas
c.sudut-sudut jendela
yg berfungsi seba-
gai tempat keluar
darurat dan tidak
runcing
d.tidak dirintangi oleh
tongkat-tongkat atau
jeruji pelindung
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
9 Tempat keluar darurat berupa pintu yg
Dipasang pada dinding samping kiri dan
kanan harus memenuhi persyaratan.
a.memiliki lebar seku-
rang-kurangnya 430
millimeter
b.mudah dibuka setiap
waktu dari dalam
Tidak ada
Tidak ada
10 Tempat keluar darurat diberi tanda dan
Dan tata cara membukanya
Ada tanda dan cara
membukanya
Tidak ada
11 Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat
harus;
Mudah dilepas dan
dilipat serta diberi warna
12 Kaca mobil, wajib menggunakan kaca
keselamatan ( Safe glass ) dengan ketentuan;
a.kaca bagian depan
harus memakai jenis
Laminated
b.kaca bagian samping
kiri – kanan dan bela-
kang memakai jenis
Tempered
Tidak ada
Tidak ada
Sumber; Hasil olahan konsultan, 2013
Jumlah AKDP di Propinsi Bengkulu terdapat 234 unit, yang dimiliki berbagai berbagai
perusahaan angkutan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.22
Jumlah Armada AKDP di Propinsi Bengkulu Dalam tahun 2013
No Nama Perusahaan Jumlah
1 PO. Putra Raflesia 29
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-56
No Nama Perusahaan Jumlah
2 PO. Bengkulu Kito 12
3 PO. Rejang Permata 9
4 PO. Sriwijaya 32
5 PO. Kurnia Putra 21
6 PO. Tanjung Indah 10
7 PO. Bengkulu Indah 6
8 PO. San Putra Sejahtera 48
9 PO. Asia Travel 5
10 PO. Putra Simas 21
11 PO. Ratu Agung 4
12 PO. Lubuk Tapi Ekspres 6
13 PO. Sarana Sakti 5
14 PO. Sinar Sikundang 5
15 PO. Raget 5
16 PO. EEF Travel 6
17 PO. Citra Sekar Harum 10
JUMLAH 234
Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Bengkulu, 2013
Berdasarkan data dan penjelasan tersebut di atas, maka nilai capaian persentase standar
keselamatan yang melayani trayek antarkota dalm propinsi ( AKDP ) terhadap total
angkutan umum antarkota dalam propinsi dapat dihitung dengan rumus;
∑ Angkutan Armada Antar Kota Dalam Propinsi Memenuhi Standar Keselamatan
X 100
∑ Total Armada Antar Kota Dalam Propinsi
234 unit
= x 100 %
234 unit
= 100 %
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tersedianya SDM
yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan
angkutan umum, pengelola terminal dan pengelola perlengkapan jalan 48 lebih jelasnya
dapat dilihat sebagai berikut:
a. Tersedianya SDM Yang Memiliki Kompetensi Sebagai Pengawas Kelaikan
Kendaraan Pada Perusahaan
Dalam rangka menjamin kelaikan kendaraan setiap hari, diharuskan setiap perusahaan
angkutan memiliki SDM yang mempunyai kompetensi memperbaiki kendaraan pada
48 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Bidang perhubungan
Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran hal 2
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-57
saat kendaraan sampai di pool usai melakukan operasional. Tugas SDM tersebut,
adalah memeriksa secera keseluruhan kendaraan secara rutin, apakah laik operasional
atau tidak. Apalagi, bilamana ada keluhan sopir, diharapkan sesegera mungkin dapat
melakukan pemeriksaan dan perbaikan. Dengan demikian, diharapkan keselamatan
para penumpang dapat lebih terjamin. Hal ini adalah sesuai bahwa standar pelayanan
angkutan orang, dimana setiap perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar
yang terdiri dari; a. keamanan, keselamatan dan kenyamanan 49. Setiap perusahaan
yang memiliki izin trayek, diwajibkan memenuhi persyaratan admistratif dan teknis.
Persyaratan administratif adalah meliputi beberapa aspek, antara lain; a. menguasai
fasilitas penyimpanan /pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar
lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan, b.
memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan
pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraan untuk tetap
dalam kondisi laik jalan 50
Berdasarkan wawancara dengan Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu dan Bagian
Program, jumlah pengusaha angkutan antar kota dalam Propinsi Bengkulu dalam
tahun 2013 terdapat sebanyak 17 ( tujuh belas ) unit. Sesuai dengan aturan seperti
telah dijelaskan sebelumnya, setiap perusahaan angkutan diwajibkan memiliki SDM
yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan yang pada dasarnya
berada dalam lingkungan perusahaan angkutan tersebut atau bekerja sama dengan
pihak lain untuk menjamin kelaikan operasional kendaraan. Tetapi dalam
kenyataannya, 15 ( lima belas ) perusahaan tersebut cenderung memilih memilih
kerjasama dengan pihak lain, dan 2 ( dua ) perusahaan angkutan memiliki SDM yang
memiliki pompetensi dalam perbaikan kendaraan yang langsung berada dalam
naungan perusahaan angkutan. Berdasarkan informasi dari beberapa pengusaha
angkutan, pilihan bekerjasama dengan pihak lain sangat menguntungkan, karena tidak
setiap hari kendaraan mengalami kerusakan, kecuali bilamana kendaraan mengalami
kerusahaan SDM dari pihak kerjasama dipanggil untuk memperbaiki. Sementara jika
memiliki sendiri biayanya relative mahala, karena harus membeli peralatan dan
menggaji setiap bulan. Sementara dengan bekerjasama dengan pihak lain,
pembayarannya hanya sebatas waktu tenaga SDM tersebut digunakan dalam
perbaikan kendaraan. Makna memiliki SDM yang memiliki kompetensi dalam sebagai
pengawasan kelaikan kendaraan perusahaan adalah sama dengan bekerjasa sama
dengan pihak lain dalam pemeliharaan kendaraan. Artinya, yang penting kendaraan
dapat laik operasional pada saat digunakan. Karena itu, boleh dikatakan kinerja SDM
yang memiliki komptensi dalam pengawasan kelaikan kendaraan adalah;
∑ Usaha Angkutan Yang Memiliki SDM Yang Berkompetensi Kelaikan
x100 %
∑ Usaha Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi
17
= x 100 %
17
49 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalam pada Pasal 141 point a,b
dan c. 50 Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) pada point c.d. dan e.
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-58
= 100 %
b. SDM Pengelola Terminal
SDM pengelola terminal sangat diperlukan, mengingat terminal adalah merupakan
pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan
dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta
perpindahan moda angkutan. SDM yang memiliki kompetensi dalam pengelola
terminal akan berdampak positif terutama dalam hal kelancaran keluar masuk
kendaraan, kenyamanan, keamanan dan mobilisasi penumpang naik- turun serta
pilihan kendaraan antar jaringan.
Berdasarkan data dan informasi dari lapangan, setiap terminal kegiatan
dikelompokkan pada tiga bagian, yaitu regu I, regu II dan Regu III. Regu I bertugas
untuk mengawasai dan mengatur kedatangan kendaraan ke dalam terminal. Regu II
bertugas untuk mengawasi dan mengatur kendaraan dalam terminal, dan Regu III
bertugas mengawasai dan mengatur keberangkatan kendaraan dari terminal. Dari
hasil pengamatan di lapangan khususnya pada terminal terminal tipe B, jumlah SDM
pada setiap regu rata-rata mencapai 6 ( enam ) orang. Padahal, berdasarkan informasi
dari Kepala Terminal Tipe B dengan jumlah SDM sebanyak 4 orang pada setiap
regu, sebenarnya sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik.
c. SDM pengelola perlengkapan jalan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan
Jalan, serta fasilitas pendukung51 . Peranan perlengkapan jalan dalam mendukung
arus lalu lintas dan keselamatan kendaraan dalam operasional sangat diperlukan.
B. Angkutan Sungai Dan Danau
Angkutan Sungai dan Danau hingga sekarang belum ada pemberdayaan sebagai transportasi.
Karena itu, dalam hal ini belum ada pembahasan angkutan sungai dan danau.
C. Penyeberangan
1. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan
Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas
penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan
jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan untuk
mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya 52. Defenisi operasionalnya
dalam konteks perhitungan kinerja angkutan penyeberangan adalah tersedianya jaringan
pelayanan angkutan penyeberangan adalah prosentase jumlah angkutan
51 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 1 ayat (6 ) 52 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK. 242/HK.104/DRJD/1210 tentang Pedoman
Teknis Manajemen Lalu Lintas Penyeberangan pada Pasal 1 ayat (1)
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-59
antarkabupaten/kota dalam propinsi yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus
oleh perairan 53
Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Program
Propinsi Bengkulu, lintas penyeberangan hanya satu (1) yaitu dengan jaringan Bengkulu (
P.Baai-Bengkulu ) dengan P.Kahyapu ( Pulau Enggano ). Rencana pengembangan
jaringanpun hingga sekarang belum ada. Untuk lebih jelasnya jaringan lintas
penyeberangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.23
Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian tersedianya jaringan pelayanan
angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam
propinsi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
% Pelayanan Angkutan Penyeberangan
∑ Jaringan Lintas Yang Telah Terlayani Angkutan Penyeberangan
= x 100 %
∑ total Jaringan Lintas Angkutan Penyeberangan Dalam Suatu propinsi
1
= ------- x 100 %
1
= 100 %
Target pencapaian standar pelayanan minimal tersedianya jaringan pelayanan angkutan
penyeberangan untuk yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi
yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus oleh perairan adalah 75 % 54 .
Sementara capaian standar di Propinsi Bengkulu sudah mencapai 100 %. Hal ini artinya,
keberhasilan Propinsi Bengkulu dalam capayan standar pelayanan sudah mencapai 100 %
53 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 17.
54 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Dalam Lampiran I
Jumlah
Kapal yg
Pelabuhan 1 Pelabuhan 2 Melayani
Bengkulu - Kahyapu - Bengkulu P. Baai, Bengkulu Kahyapu - P.Enggano 1 Kapal
Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Perencanaan.
Bengkulu, 2013
No
1
Lokasi PenyeberanganJaringan Lintas Penyeberangan
Jaringan Lintas Lintas Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-60
2. Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan
Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk kegiatan angkutan
penyeberangan 55. Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan berserta
muatannya 56. Sementara definisi operasional menekankan tersedianya jaringan prasarana
angkutan penyeberangan adalah prosentase tersedianya pelabuhan penyeberangan pada
setiap ibukota propinsi dan pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan
angkutan penyeberangan yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan dan yang
beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan
terhadap total kebutuhan pelabuhan penyeberangan d alam suatu propinsi 57. Jumlah
pelabuhan di Propinsi Bengkulu hanya terdapat dua (2) unit sebagai pasarana yang
menghubungkan Bengkulu dengan Pulau Enggano, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 6.24
Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program
Propinsi Bengkulu, rencana pengembangan dan/atau penambahan pelabuhan
penyeberangan hinga sekarang belum ada. Kebutuah hanya dua ( 2 ) pelabuhan tersebut
untuk melayani kebutuhan penduduk yang berada di Pulau Enggano. Berkenaan dengan
itu, nilaia capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan pada setiap ibukota propinsi
pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang
beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan
dihitung dengan menggunakan rumus;
% Prasarana Pelabuhan Penyeberangan
∑ Pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi
= --------------------------------------------------------------------------------- x 100 %
∑ Total kebutuhan pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi
1
= -------- x 100 %
1
55 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.2681/AP.005/DRJD/2006 tentang
Pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan pada Pasal 1 ayat (1) 56 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan
Pencapaian Standar Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 18
57 Ibid, hal 18
Jumlah Pelabuhan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu
No Nama Pelabuhan Lokasi
1 Pelabuhan Baai Bengkulu
2 Pelabuhan Kahyan Pulau Enggano
Sumber: Dinas Perhubungan & Infromatika c.q. Bidang
Program di Propinsi Bengkulu, 2013
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-61
= 100 %
Standar pelayanan minimal yang tersedia hingga pada tahun 2014 sebesar 75 % 58 .
Sementara capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu pada saat
sekarang ini sudah mencapai 100 %. Hal ini berarati, ketersediaan dan/atau kebutuhan
pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu sudah mencukupi.
58 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran I
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-62
Gambar 6.12 : Peta Pelabuhan Angkutan Penyeberangan Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-63
3. Keselamatan
Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material,
konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian 59. Persyaratan
tersebut harus dipenuhi pemilik kapal, bilamana melakukan operasional demi
keselamatan dan kenyamanan penumpang serta muatannya.
Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di
perairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim. Keselamatan dan keamanan
angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan: a. kelaiklautan kapal; dan
kenavigasian. Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-
pelayarannya yang meliputi: a. keselamatan kapal; b. pencegahan pencemaran dari kapal;
b. pengawakan kapal; c. garis muat kapal dan pemuatan; d. kesejahteraan Awak Kapal
dan kesehatan penumpang; e. status hukum kapal; f. manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal; dan g.manajemen keamanan kapal. Pemenuhan
setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal 60
Kenavigasian terdiri atas: a. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; b Telekomunikasi-
Pelayaran; c. hidrografi dan meteorologi; d. alur dan perlintasan; e. pengerukan dan
reklamasi; f. pemanduan; g. penanganan kerangka kapal; dan h. salvage dan pekerjaan
bawah air. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan angkutan perairan Pemerintah
melakukan perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran sesuai dengan
ketentuan internasional, serta menetapkan alur-pelayaran dan perairan pandu. 61
Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta
pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan
kapal. Persyaratan keselamatan kapal meliputi: a. material; b.konstruksi; c. bangunan; d.
permesinan dan perlistrikan; d. stabilitas; e. tata susunan serta perlengkapan termasuk
perlengkapan alat penolong dan radio; dan f. elektronika kapal 62
Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberi sertifikat
keselamatan oleh Menteri. Sertifikat keselamatan terdiri atas: a. sertifikat keselamatan
kapal penumpang; b. sertifikat keselamatan kapal barang; dan c. sertifikat kelaikan dan
pengawakan kapal penangkap ikan. Keselamatan kapal ditentukan melalui pemeriksaan
dan pengujian. Terhadap kapal yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan penilikan secara terus-menerus sampai kapal tidak digunakan
59 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 ayat (34 ) 60 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 116 s/d Pasal 117 61 Undang- Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 118 s/d Pasal 119 62 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran Pada Pasal 124
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-64
lagi. Pemeriksaan dan pengujian serta penilikan wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah
yang diberi wewenang dan memiliki kompetensi 63
Perkapalan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan
kelaiklautan kapal dan segala faktor yang mempengaruhinya, sejak kapal dirancang-
bangun sampai dengan kapal tidak digunakan lagi. Kapal adalah kendaraan air dengan
bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan. Indonesia sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah ini 64.
Setiap kapal wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang meliputi: a.
keselamatan kapal; b. pengawakan kapal; c. manajemen keselamatan pengoperasian
kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal; d. pemuatan; dan e. . status hukum kapal.
Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat kapal
dan/atau surat kapal sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan 65 .
Dari hasil wawancara dengan dengan Dinas Perhubungan c.q Bidang Angkutan Laut
serta Kapten Kapal Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu, persyaratan
keselamatan kapal penyeberangan yang menghubungkan Bengkulu – Pulau Enggano
selalu diperhatikan. Hal ini disebabkan mengingat kondisi geografis laut yang dilintasi
kapal penyeberangan adalah lautan hindia, dimana tinggi gelombang sering menjadi
hambatan dalam pelayaran. Berkenaan dengan itu, persyaratan keselamatan kapal
angkutan penyeberangan harus dipenuhi, dan semuanya dibuktikan dengan sertifikasi.
Beberapa persyaratan keselamatan yang selalu mendapat perhatian adalah sebagai
berikut;
a. Material
Persyaratan material adalah kapal yang berbedera Indonesia yang diwajibkan
melakukan klasifikasi kapal atau kapal yang wajib kelas dengan kententuan; a.
panjang > = 20 m dan atau, b. tonase > = 100 GT dan atau, c. mesin penggerak > =
250 PK dan atau, d. yang melakukan pelayaran Internasional meskipun telah
memiliki sertifikat dari Biro Klasifikasi asing 66. Lingkup klasifikasi kapal meliputi:
a. lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik, perlengkapan jangkar, b. Instalasi
pendingin yang terpasang permanen dan merupakan bagian dari kapal, c. Semua
perlengkapan dan permesinan yang dipakai dalam operasi kapal, d. Sistem konstruksi
dan perlengkapan yang menentukan tipe kapal 67.
Sebelum kapal dapat diregistrasi di BKI, kapal tersebut harus memenuhi persyaratan
dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses persetujuan gambar
teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan. Untuk kapal yang dibangun
63 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 126 64 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan Pada Pasal 1 ayat ( 1,2 dan 3 ) 65 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapala n Pada Pasal 5 66 Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun Tahun 2013 tentang Kewajiban Klasifikasi Bagi Kapal
Berbendera Indonesia Pada Badan Klasifikasi Pasal 2 67 http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat,2013
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-65
sesuai dengan persyaratan peraturan klasifikasi akan ditetapkan notasi klas kapal
tersebut pada saat selesainya pemeriksaan secara keseluruhan melalui survey
klasifikasi dengan hasil yang memuaskan. Untuk kapal yang sudah dioperasikan,
BKI juga melaksanakan survey periodei untuk menjamin bahwa kapal masih
meemnuhi persyaratan klasifikasi kapal. Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin
berpengaruh terhadap kondisi klasifikasi diantara masa survey periodic, maka
pemilik kapal dan/atau operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut
kepada BKI.
Dalam melaksanakan proses klasifikasi, BKI mengimplementasikan peraturan teknik
meliputi; a. evaluasi teknis terhadap rencana desain dan dokumen yang berkaitan
dengan kapal yang akan dibangun untuk memeriksa pemenuhan terhadap peraturan
yang berlaku; b. melaksanakan survey dan pemeriksaan proses konstruksi kapal di
galangan kapal oleh surveyor klasifikasi dan juga pemeriksaan pada fasilitas produksi
yang menghasilkan komponen utama kapal, seperti pelat baja, permesinan, generator,
propeller dll untuk menjamin bahwa kapal dan komponennya dibangun sesuai
dengan persyaratan klasifikasi; c. pada saat selesainya pembangunan tersebut diatas
dan berdasarkan laporan hasil pemeriksaan selama pembangunan, bila seluruh
persyaratan dipenuhi, maka BKI akan menerbitkan sertifikat klasifikasi; d. Pada saat
kapal tersebut beroperasi/ berlayar, pemilik kapal harus mengikuti program survey
periodik dan diluar survey periodic untuk mempertahankan klasifikasinya.
Kapal yang sudah memiliki klasifikasi, diwajibkan untuk terus melaksanakan survey
yang dipersyaratkan untuk mempertahankan status klasifikasinya. Jenis-jenis survey
periodik ini, antara lain survey pembaruan kelas (class renewal), survey tahunan,
(annual survey), survey antara (intermediate survey) dan survey dok (docking/bottom
survey). Selain itu survey poros baling-baling, boiler, permesinan dan survey khusus
lainnya sesuai dengan persyaratan klasifikasi. BKI akan menerbitkan survey status
dan diinformasikan kepada pemilik.
Klasifikasi kapal dilaksanakan berdasarkan pengertian bahwa kapal dimuati,
dioperasikan dan dirawat dengan cara yang benar oleh awak kapal yang kompeten
dan kualifikasi. Pemilik kapal bertanggung jawab untuk menjamin bahwa perawatan
kapal dilakukan dengan cara yang benar hingga survey periodik berikutnya sesuai
dengan persyaratan. Juga menjadi kewajiban pemilik kapal atau yang mewakilinya
untuk menginformasikan kepada surveyor klasifikasi saat survey diatas kapal, semua
kejadian atau kondisi yang berpengaruh terhadap status klasifikasi.
Bila kondisi mempertahankan klasifikasi ini tidak dipenuhi, maka BKI akan
menegguhkan (suspend) atau mencabut (withdrawn) status klasifikasinya
berdasarkan referensi persyaratan klasifikasi. Kapal mungkin akan kehilangan status
kualifikasinya untuk sementara atau atau secara permanen. Demikian juga, kapal
yang tidak melaksanakan survey periodik tepat waktu sesuai dengan peraturan
klasifikasi ,maka BKI akan menangguhkan (suspend) status klasifikasinya.
Surveyor klasifikasi dalam melaksanakan survey meliputi ; a. Keseluruhan
pemeriksaan item survey sesuai dengan daftar isian yang telah didesain sesuai dengan
persyaratan kualifikasi; b. Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap bagian-bagian
tertentu; c. menyaksikan (witness) proses pengujian (testing), pengukuran
(measurement) dan percobaan (trial) untuk meyakinkan pemenuhan terhadap
persyaratan klasifikasi.
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-66
Bila mana surveyor menemukan korosi, kerusakan struktur atau kerusakan lambung
kapal, permesinan dan peralatan terkait dimana menurut opini surveyor akan
mempengaruhi status klasifikasi kapal tersebut, maka surveyor akan mengeluarkan
rekomendasi untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut diatas. Rekmendasi tersebut
wajib dilaksanakan oleh pemilik kapal untuk melakukan tindakan perbaikan dan
repair pada periode waktu tertentu dalam rangka mempertahankan klasifikasinya.
Semua status klasifikasi kapal, berupa sertifikat dan laporan survey yang dikeluarkan
oleh BKI dijadikan referensi dalam mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam operasional kapal tersebut.
Pihak asuransi mempergunakannya untuk menetapkan premi asuransi dan klaim
asuransi, pihak pemilik muatan mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya
diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya untuk
mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk kepentingan komersial
memasarkan jasanya angkutannya dan pihak Pemerintah mempergunakannya sebagai
law enforcemen untuk memberikan clearance atau surat ijin berlayar.
Pada sertifikat telah terlihat material dengan kode sebagai berikut ;
HTS ; Hight Tensile Steel
AL ; Alumuniun
FRP ; Fiber Reinforced
K ; Kayau
b. Konstruksi
Konstruksi kapal adalah kekuatan kapal untuk menahan terjangan air yang mampu
mengakibatkan tegangan-tegangan konstruksi kapal. Karena itu, haluan sebuah kapal
merupakan bagian yang paling besar mendapatkan tekanan dan tegangan, sebagai
akibat terjangan terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi
tegangan-tengangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup
kuat dengan cara sebagai berikut;
1) Di depan sekat pelanggaran bagian bawah, dipasang wrangwrang terbuka yang
cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang dan balok-
balok geladak
2) Wrangwrang dipasang membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya, dimana
bagian atasnya diperkuat lagi dengan sebuah flens. Pada bagian tengah-tengah
wrang secara membujur dipasang penguat tengah ( center girder ) yang berhenti
pada jarak beberapa gading linggi depan
3) Gading-gading pada haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain. Pada
jarak 15 % panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian
bawah ( deep framing ) diperkuat, ( 20 % lebih kuat ) kelinganya lebih rapat, juga
pelat lutut antara gadinggading dengan kulit kapal, dan juga lajur-lajur di dekat
lunas, pelatnya dipertebal.
Untuk mengetahui, apakah kostruksi layak digunakan maka BKI selalu
melakukan pemeriksaan. Jika ternyata layak dan data tahannya baik, BKI
memberikan sertifikasi. Sertifikasi konstruksi kapal penyeberangan yang ada di
Bengkulu memperlihatkan adanya sertifikasi yang dikeluarkan BKI, artinya
persyaratan operasional masih terjamin.
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-67
c. Bangunan
Bangunan kapal adalah bentuk dan/atau ukuran sebuah kapal yang terdiri dari ukuran
membujur/memanjang ( longtidunial ) dan ukuran melintang/melebar ( transversal).
Bangunan kapal akan menggambarkan:
1) Panjang;
a) LOA ( Length Over All ) artinya Panjang seluruhnya atau juga disebut
panjang maksimum kapal dari titik linggi haluan sampai pada titik paling
belakang pada linggi buritan
b) LBP ( Length Between Perpartikuler ), artinya jarak membujur titik potong
linggi haluan dengan garis air ( musim panas)
c) LOWL ( Length On Board Water Line ), artinya panjang membujur sepanjang
garis air ( musim panas )
d) Panjang kapal dapat dikelompokkan pada tiga bagian yaitu: a. panjang
seluruhnya disebut LOA,b. Panjang menurut kelas, c. panjang terdaftar /RB,
d. panjang sepanjang garis air ( LOWL )
2) Lebar :
a) Lebar terdaftar ( Registered Breadth ) ialah lebar seperti yang tertera di
dalam sertifikat kapal )
b) Lebar Tonase ( Tonnage Breadth ) ialah lebar sebuah kapal dari bagian
dalam wilayah keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam wilayah
keringat lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas
3) Dalam :
a) Dalam ( Depth) ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal
sampai ke geladak lambung bebas. Jarak ini merupakan dalam menurut Biro
klasifikasi dimana kapal tersebut dikelaskan
b) Dalam Tonase ialah dalam yang dihitung mulai dari alas dasar sampai
geladak lambung
4) Ukuran Tegak ( Vertikal ):
a) Sarat kapal ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai
garis air. Jarak ini sering di istilahkan dengan sarat moulded
b) Lambung bebas ( Free Board ) ialah jarak tegak dari garis air sampai geladak
lambung bebas atau garis deck ( Deck Line )
5) Tonase;
a) Kapal adalah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana
pengangkutan di atas air. Besarnya kecilnya kapal dinyatakan dalam ukuran
memanjang, membujur, melintang, tegak dalam dan ukuran isi maupun berat
disebut tonase. Kegunaan ukuran – ukuran ini adalah untuk mengetahui besar
kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut kapal dan besarnya bea
yang akan dikeluarkan
b) Tonase sebuah kapal dapat dirinci sebagai ebrikut;
(1) Isi kotor ( Gross Tonnage ) GT
(2) Isi kotor besarnya tertera di sertifikasi kapal, isi kotor merupakan jumlah
(3) Isi ruangan di bawah geladak ukur atau geladak tonase
(4) Isi ruangan/tempat-tempat antara geladak kedua dan geladak atas
(5) Isi ruangan-ruangan yang tertutup secara permanen pada geladak atas
atau geladak di atasnya
(6) Isi dari ambang palka ( ½ % dari BRT kapal )
(7) Isi atau volume ruangan ruangan di bawah geladak ukur mengandung
pengertian volume dari ruangan-ruangan yang dibatasi:
(a) di sebelah atas oleh geladak jalan terus paling atas
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-68
(b) Di sebelah bawah oleh bagian atas dari jalur dasar dalam
(c) Di sebelah samping oleh bagian sebelah dalam gading-gading
d. Permesinan dan Perlistrikan
Mesin listrik merupakan alat listrik yang berputar dan dapat mengubah energi
mekanis menjadi energy listrik ( menggunakan Generator AD/DC ) serta dapat
mengubah energi listrik menjadi energy mekanis ( menggunakan Motor AC/DC ). Di
ain pihak juga dapat menditribusikan energy listrik dari satu rangkaian ke rangkaian
lain ( menggunakan Transformator ) dengan tegangan yang bias berubah-ubah dan
dengan frekuensi yang tetap melalui suatu medium berupa medan magnet atas dasar
prinsip Elektro Magnetis.68. mesin dan listrik adalah suatu yang hakiki dan sangat
diperlukan dalam operasional kapal, karena itu kelayakan mesin dan lsitrik harus
disertifikasi. Dari ahsil wawancana dengan Kapten Kapal angkutan penyeberangan
telah memperlihatkan adanya sertifikasi BKI dalam mesin dan lsirtik, artinya masin
dan listrik yang digunakan masih layak digunakan dalam operasional kapal.
e. Stabilitas
Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal
pada saat diapungkan, tidak miring ke kiri atau ke kanan, demikian pula pada saat
berlayar disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya pada saat kapal
diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali. Stabilitas kapal dapat
dogolongkan dalam dua (2) jenis yaitu 69:
1) Stabilitas melintang kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali
sewaktu kapal menyenget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya
pengaruh luar yang berdampak pada kapal.
2) Stabilitas membujur kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali
sewaktu kapal menyenget dalam arah membujur yang disebabkan oleh adanya
pengaruh luar yang berdampak pada kapal
Untuk menjaga stabilitas kapal dalam pelayaran diperlukan adanya beberapa
perangkat alat, yaitu 70:
1) Sirip lambung adalah sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge Keel yang
berfungsi untuk meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit untuk
terbalik dan menjaga stabilitas kapal. Bisanya digunakan pada kapal dengan
bentuk V
2) Tangki menyeimbang merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan posisi
kapal dengan mengalirkan air ballast kapal dari kiri ke kanan kalau kapal miring
ke kiri dan sebaliknya kalau miring ke kanan tangki ini berfungsi untuk menjaga
stabilitas kapal
3) Sirip stabilisir merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan
posisinya pada saat kapal oleng sehingga dapat menjaga stabilitas kapal
68 www. national _ blogspot.com/2009/07/defenisi – mesin listrik.html, 2010 69 SOLAS, 1984 70 htp;//pelayaran.net/tag/pengertian-stabilitas kapal, 2011
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-69
Mengingat stabilitas kapal sangat urgen bagi operasional, BKI selalu mengingatkan
perlu survey secara berkala, agar kapal dapat lebih nyaman, aman serta selamat
dalam pelayaran. Kapten kapal, telah memperlihatkan adanya sertifikat stabilitas
kapal penyeberangan, sebagai bukti bahwa secara berkala telah dilakukan sertifikasi.
f. Tata Susunan
Tata susunan adalah penempatan alat-alat keselamatan sesuai dengan fungsinya dan
bilamana dibutuhkan secara cepat dapat didapatkan terutama dalam keadaan darurat.
Tentunya harus dibantu dengan koridor yang tersedia diserta dengan adanya tanda
penujuk. Alat-alat penolong tersebut adalah sebagai berikut 71 ;
1) Alat penolong otomatis ( inflatable liferafts ), yaitu rakit penolong yang ditiup
secara otomatis. Alat peniupnya merupakan satu atau lebih botol angina (asam
arang) yang diletakkan diluar lantai rakit,
2) Alat-alat apung (Buoyant apparatus). Alat apung ini, dapat terapung, dan dapat
menahan orang-orang sehingga dapat tetap terapung. Alat apung meliputi: Sekoci
penolong Pelampung penolong, c.Rakit penolong yang ditiup secara otomatis dan
Baju penolong. Hal ini berguna untuk menolong jiwa manusia pada waktu terjadi
kecelakaan kapal yang sangat mendadak.
3) Line throwing apparatus ( alat untuk melempar tali ) . Alat ini gunanya untuk
melemparkan tali di atas kapal penumpang dan barang harus dilengkapi dengan
sebuah alat pelempar tali. Alat tersebut harus dapat melemparkan tali paling
sedikit sejauh 230 meter. Kegunaan alat pelempar tali itu ialah untuk
mengadakan hubungan tali antara kapal yang dalam keadaan membutuhkan
pertolongan dengan kapal lain, atau antara kapal yang kandas dengan si penolong
didaratan. Alat pelempar tali yang sering atau umum dipergunakan oleh kapal
kapal ialah jenis “Schermuly”.
4) Alat keselamatan pelayaran meliputi alat penolong yang terdiri dari; (1) Alat-alat
penolong (live saving appliance), (2) Sekoci (life boat) beserta perlengkapannya,
(3) Alat-alat peluncur dewi-dewi (davits), (4) Pelampung penolong (life buoy),
Baju penolong otomatis (life jacket or life belt), Rakit penolong otomatis
(inflatable life raft), Dan lainnya, (5) Alat-alat pemadam kebakaran. (Fire
Appliances) dan (6) Tanda-tanda bahaya dengan cahaya atau suara (light and
sound signals).
5) Pelampung Penolong ( Life Buoy ) meliputi dua (2) macam yaitu bantuk
lingkiran dan bentuk tapal kuda.
6) Dewi-Dewi ( davits ), adalah alat untuk meluncurkan sekoci dari kapal ke air,
yang terdiri dari; (1) Dewi-dewi dengan system berputar ( radial ), dan (2) Dewi-
dewi system menuang/brengsel ( luffing davist ). Dewi-dewi dengan system
berputar adalah digunakan untuk menurunkan sekoci-sekoci kerja, dan melayani
tali-tali . Sementara Dewi-Dewi dengan system menuang ( brengsel/ luffing
davits ) adalah digunakan sebagai sekoci penolong kapal pelayaran samudra atau
juga hal ini disebut system gravitasi atau kombinasi antara dua system di atas.
7) Sekoci, adalah bagian dari perlengapak pelayaran yang harus dipenuhi pada
syarat-syarat pembuatan kapal termasuk konstruksi, mekanis perlengkapannya
untuk menurunkan dan mengankat sekoci. Sekoci ini terdiri dari dua bagian yaitu
sekoci penolong yang terbuka dengan lambung dan tetap dan disisi dalamnya
71 SOLAS ‘1960 ( International Convention for The Safety 0f at Life At Sea, 1960 )
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-70
terdapat kotak-kotak udara, serta sekoci biasa yang terbuka tanpa ada perubahan
kotak-kotak udara sebagai alat penambah daya apung. Ditinjau dari segi
fungsinya, sekoci dikelompokkan tiga (3 ) bagian yaitu; (a) Sekoci penolong,
untuk menolong awak kapal apabila terjadi kecelakaan. (b) Sekoci penyeberang,
gunanya untuk mengangkut awak kapal dari tengah laut ke pantai atau
sebaliknya. Pada kapal barang kadang-kadang sekoci ini juga dipergunakan
untuk menarik tongkang-tongkang muatan dari darat ke kapal dan sebaliknya
dimana kebetulan tidak ada motor boat yang tersedia. (c) Sekoci meja, untuk
memindahkan barang-barang yang berat dan untuk mengangkut perlengakapan
perbaikan kapal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sekoci penolong
dan umumnya mempunyai dasar yang rata. Tata susun peralatan tersebut
ditempatkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh BKI ( Biro
klasifikasi Indonesia ), dan oleh Kapten Kapal Penyeberangan Bengkulu – Pulau
Enggano telah memperlihatkan penempatan alat keselamatan yang telah ada
Penempatan sekoci-sekoci penolong di atas kapal harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut 72;
1) Harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat diluncurkan atau
diturunkan keair, dalam waktu sesingkat mungkin dan tidak boleh lebih
dari.
2) Dapat diturunkan dengan mudah, cepat dan aman walaupun miring 15o.
3) Para pelayar harus dapat cepat dan aman masuk dalam sekoci.
4) Tidak boleh dipasang pada sisi atau bagian belakang kapal,bilamana
diturunkan keair akan membahayakan karena dekat propeller.
5) Di atas kapal penumpang penempatan sekoci-sekoci itu diperbolehkan satu
diatas lainnya atau berjejer dengan catatan apabila penempatan yang satu
diatas yang lainnya harus terdapat alat yang baik untuk menumpu serta
menjaga kerusakan pada sekoci yang dibawanya.
6) Untuk kapal barang berukuran kecil, yang daerah pelayarannya terbatas,
yang praktis hanya dapat membawa satu sekoci penolong saja maka
penempatannya sedemikian rupa dapat diturunkan baik daris isi kiri atau
pun dari sisi kanan dengan mudah, umumnya ditempatkan pada Derek
dibelakang cerobongnya.
g. Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
modulasi dan radiasi ekeltromagnetik ( gelombang elektromagnetik ). Gelombang ini
melintasi dan merambat lewat udara dan bias juga merambat lewat ruang angkasa
yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut
seperti molekul udara 73. Radio sebagai salah satu media memiliki karakteristik cepat
dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan,
tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak
memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan 74 Radio
sangat berfungsi untuk operasional kapal, dan biasanya jenis radio yang digunakan
adalah ;
72 Solas, 1974 73 Http://id.wikipedia.org/wiki/radio , 2011 74 http://Smartconsultingbandung.blongspot.com/2010/pengertian-radio , 2012
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-71
1) GMDSS( Global Maritime Distress Safety System )
GMDSS adalah satu paket keselamatan yang disetujui secara internasional yang
terdiri dari prosedur keselamatan, jenis-jenis peralatan, protocol-protokol
komunikasi yang dipakai untuk meningkatkan keselamatan dan mempermudah
saat menyelamatkan kapal dan perahu. GMDS terdiri dari beberapa system dan
system ini berfungsi untuk ; a. bersiap siaga ( termasuk memantau posisi dari unit
yang mengalami kecelakaan), b. menggkoordinasikan Serach and Rescue,
mencari lokasi ( mengevakuasi korban untuk kembali kedaratan ), c. menyiarkan
informasi maritime mengenai keselamatan, komunikasi umum, dan komunikasi
antar kapal. Radio komunikasi yang spesifik diperlukan sesuai dengan daerah
operasi kapal, bukan berdasarkan tonase. Sistem tersebut juga terdiri dari
peralatan pemancar sinar berulang sebagai tanda bahaya serta memiliki sumber
power darurat untuk menjalan fungsinya 75
2) EPIRB ( Emergency Position Indicating Radio Beacon)
EPIRB berfungsi untuk mendeteksi keberadaan/lokasi satu benda ( kapal laut )
yang sedang mengalami distress atau musibah sehingga mempermudah tim SAR
atau tim penolong untuk mengetahui lokasi dimana kapal laut mengalami distress
atau musibah sehingga cepat untuk mengadakan pertolongan atau bantuan.
EPIRB adalah merupkan salah satu alat keselamatan yang berada di atas kapal.
Untuk kapal boat atau kapal kecil biasanya ditempatkan di sisi luar main deck
atau tempat untuk mudah di realase 76
Karena radio adalah merupakan salah satu alat keselamatan, maka BKI ( Biro
Klasifikasi Indonesia ) melakukan survey atau memeriksa tentang kehandalan
radio yang digunakan. Setelah dilakukan survey, dan dinyatakan baik, maka
selanjutnya diberikan sertfikat radio. Di dalam kapal penyeberangan yang
menghubungkan Bengkulu – Enggano ternyata memiliki Sertifikat yang
ditunjukkan kapten kapal, dan ini sebagai bukti bahwa radio layak digunakan.
h. Navigasi
Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi, alur dan
perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan kerangka kapal,
salvage, dan pekerjaan bawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran kapal.
Sementara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang
berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan
keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal 77.
Pada setiap kapal diharuskan memiliki kenavigasian,dengan maksud untuk menjamin
keselamatan berlayar. Karena bernavigasi berfungsi melayarkan kapal dari suatu
tempat ketempat lain. Sistem navigasi di laut mencakup beberapa aspek kegiatan
pokok antara lain; a. menentukan tempat kedudukan ( posisi ) dimana kapal berada di
permukaan bumi, b. mempelajari serta menentukan rute/jalan yang harus ditempuh
75 http://selatbangka.blogspot.com/2011/03/gmdss-global-maritime-distress 76 http://boeceng.blogspot.com/2012/05/epirb-apa-fungsi-dan-cara kerjanya 77 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian Pada Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2)
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-72
agar kapal dengan aman, cepat, selamatn, dan efisien sampai ke tujuan, c.
menentukan haluan antara tempat tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga
jauhnya/jaraknya dapat ditentukan, d. menentukan tempat tiba bilamana titik tolak
haluan dan jauh jauh diketahui 78 Karena itu, navigasi adalah proses melayarkan
kapal dari suatu tempat ke tempat lain dengan lancer aman dan efisien. Alat navigasi
dibagi menjadi dua (2) macam yaitu alat navigasi konvensional dan elektronik. Di
dalam kapal, yang digunakan adalah navigasi elektronik yaitu radar. Radar singkatan
dari “Radio Detection AND Ranging “ yaitu peralatan navigasi elektronik yang
berfungsi mendeteksi dan mengukur jarak suatu objek dalam pelayaran. Di samping
itu, juga memberikan petunjuk adanya kapal, pelampung, kedudukan pantai dan
objek lain disekeliling kapal, alat ini juga dapat memberikan baringan dan jarak
antara kapal dan objek-objek lainnya. Mengingat peranan navigasi dalam pelayaran,
secara periodek diharus melakukan survey atau uji kelayakan, sehingga keamanan
dan keselamatan berlayar dapat lebih terjamin. Di lapal penyeberangan Bengkulu –
Enggano, telah diperlihatkan sertifikat navigasi dan berdasarkan informasi dari
Kapten Kapal secara rutin harus diperikasa kelayakan operasional 79
i. Alat pertolongan
Nama kapal penyeberangan yang menghubungkan Pulau Enggano – Bengkulu adalah
KMP Raja Enggano dengan GRT ± 400 dengan kapasitas penumpang 400 orang.
Sesuai dengan ketentuan SOLAS dengan kapal GT 300 - hingga 500 dengan jarak
lintasan yang dilayani 15 – 100 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan/alat
pertolongan sebagai berikut 80;
1) Resque Boat (Perahu Penyelamat) 1 unit
2) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 100% awak kapal dan penumpang
3) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya)
4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 100% awak kapal dan penumpang
5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya)
6) Means Of Rescue (alat penolong)
7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/10%)
8) Helicopter Pick Up Area (area 72ystem72ter)
9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi)
10) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan)
11) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units)
12) SART (2 Unit)
13) Distress Flare 12
14) Emergency Communication (alat komunikasi darurat)
15) General Emergency Alarm (alarm darurat umum)
16) Public Address System (72ystem informasi umum)
17) Life Buoys (pelampung) 8 unit
18) Muster list and Emergency instruction
19) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya)
20) 1 Unit Survival Craft (perahu kerja)
21) 2 Life Boat in Board Places in Side Of Ship
22) (sekoci penolong pada dua sisi kapal)
78 SOLAS, 1974 79 http://bukudaulay.wordpress.com/2012/12/07/pengenalan-alat-alat navigasi,2011 80 SOLAS, 1974
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-73
Tabel 6.25
Persyaratan Bangunan Kapal Penyeberangan & di Lokasi Studi
No Persyaratan Bangunan Kapal
Berdasarkan Aturan
Kapal di Bengkulu
1
2
3
4
Pintu Rampa
a.Terdiri 2 pintu, dipasang bagian haluan
dan buritan ( Tipe RO-RO) atau
samping kiri dan kanan yang berguna
sebagai jalan keluar dan masuk
kendaraan
b.di lintas-lintas tertentu yang
mempunyai peralatan tangga samping
( elevated side-ramp), kapal yang
melayani harus mempunyai gelakdak
atas untuk kendaraan ( upper car deck
) dan membuat dudukan atau tumpuan
untuk rampa dermaga sehingga dapat
langsung digunakan untuk jalan keluar
masuk kendaraan
Spesifikasi Teknis Pintu Rampa:
a.Panjang ; harus disesuaikan dengan
kondisi yang dilayani
b.Lebar: minimum 4 m
c.Kecepatan buka/tutup pintu:
- membuka penuh maksimal 2 menit
- menutup penuh maksimal 3 menit
-Daya dukung ; harus mampu
mendukung beban kendaraan
minimal:
JBB 17,50 ton
MST 8 ton
Ruang Untuk Kendaraan:
a.lantai ruang kendaraan harus dirancang
mampu menahan kendaraan minimal
JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk
muatan berat atau truk;
1) Kendaraan kecil/sedan minimal
2,50 m
2) Kendaraan besar/truk dan
campuran minimal 3,80 m
3) Kendaraan trailer/peti kemas
minimal 4,70 m
Ruang kendaraan yang tertutup harus
disediakan lampu penerangan, system
sirkulasi udara, tangga/jalan
keluar/masuk bagi pengemudi, serta
harus ditempelkan/ditulisi tanda
larangan “Dilarang Merokok”, dan “
Penumpang Dilarang Tinggal di Ruang
Kendaraan” serta “Dilarang
1.Pintu Rampa
a.Terdiri 2 pintu, dipasang bagian haluan
dan buritan ( Tipe RO-RO) atau
samping kiri dan kanan yang berguna
sebagai jalan keluar dan masuk
kendaraan
b.di lintas-lintas tertentu yang
mempunyai peralatan tangga samping
( elevated side-ramp), kapal yang
melayani harus mempunyai gelakdak
atas untuk kendaraan ( upper car deck
) dan membuat dudukan atau tumpuan
untuk rampa dermaga sehingga dapat
langsung digunakan untuk jalan keluar
masuk kendaraan
1.Spesifikasi Teknis Pintu Rampa:
a.Panjang ; harus disesuaikan dengan
kondisi yang dilayani
b. Lebar: minimum 4 m
c. Kecepatan buka/tutup pintu:
- membuka penuh maksimal 2 menit
- menutup penuh maksimal 3 menit
-Daya dukung ; harus mampu
mendukung beban kendaraan
minimal:
JBB 17,50 ton
MST 8 ton
Ruang Untuk Kendaraan:
a.lantai ruang kendaraan harus dirancang
mampu menahan kendaraan minimal
JBB 17,50 ton dan MST 8 ton untuk
muatan berat atau truk;
4) Kendaraan kecil/sedan minimal
2,50 m
5) Kendaraan besar/truk dan
campuran minimal 3,80 m
6) Kendaraan trailer/peti kemas
minimal 4,70 m
Ruang kendaraan yang tertutup harus
disediakan lampu penerangan, system
sirkulasi udara, tangga/jalan
keluar/masuk bagi pengemudi, serta
harus ditempelkan/ditulisi tanda
larangan “Dilarang Merokok”, dan “
Penumpang Dilarang Tinggal di Ruang
Kendaraan” serta “Dilarang
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-74
No Persyaratan Bangunan Kapal
Berdasarkan Aturan
Kapal di Bengkulu
5
6
7
Menghidupkan Mesin Kendaraan
Selama pelayaran Sampai Pintu Rampa
Dibuka Kembali”, yang dapat terlihat
jelas dan mudah dibaca
Jarak minimal antar kendaraan:
a. Jarak antara masing-masing
kendaraan pada sisi kiri dan kanan
adalah 60 cm
b. Jarak antara muka dan belakang
masing-masing kendaraan adalah 30
cm
c. Untuk kendaraan yang sisi
sampingnya bersebelahan dengan
dinding kapal, berjarak 60 cm
dihitung dari lapisan dinding dalam
atau sisi luar gading-gading ( frame)
d. Jarak sisi antara kendaraan dengan
tiang penyangga ( web frames ),
adalah 60 – 80 cm
Antara pintu rampa haluan/buturian
dengan batas sekat pelanggaran,
dilarang untuk dimuati kendaraan
Untuk lintas-lintas peneberangan
yang kondisi lautnya berombak kuat
sehingga membuat sudut kemiringan
kapal mencapai lebih dari 100 ,
kemiringan yang dimuat dalam kapal
harus dilengkapi dengan system
pengikatan ( lashing)
Menghidupkan Mesin Kendaraan
Selama pelayaran Sampai Pintu Rampa
Dibuka Kembali”, yang dapat terlihat
jelas dan mudah dibaca
5.Jarak minimal antar kendaraan:
a. Jarak antara masing-masing
kendaraan pada sisi kiri dan kanan
adalah 60 cm
b. Jarak antara muka dan belakang
masing-masing kendaraan adalah 30
cm
c. Untuk kendaraan yang sisi
sampingnya bersebelahan dengan
dinding kapal, berjarak 60 cm
dihitung dari lapisan dinding dalam
atau sisi luar gading-gading ( frame)
d. Jarak sisi antara kendaraan dengan
tiang penyangga ( web frames ),
adalah 60 – 80 cm
6.Antara pintu rampa haluan/buturian
dengan batas sekat pelanggaran,
dilarang untuk dimuati kendaraan
7.Untuk lintas-lintas peneberangan
yang kondisi lautnya berombak kuat
sehingga membuat sudut kemiringan
kapal mencapai lebih dari 100 ,
kemiringan yang dimuat dalam kapal
harus dilengkapi dengan system
pengikatan ( lashing)
Gambar 6.13
Kapal Pulo Tello di Provinsi Bengkulu
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-75
1 Bengkulu
No.Provinsi/
Pangkalan
R - 4 Bengkulu -110- Enggano -
110- Bengkulu -110-
Enggano -84- Linau -84-
Enggano -110- Bengkulu -
125- Sinakak -62- Sikakap -
82- Muko Muko -82-
Sikakap -110- Teluk Bayur -
110- Sikakap -62- Sinakak -
125- Bengkulu
1.366 23 Voyage750 DWT /
GT. 480
Coaster
16 HARI
Kode
Trayek
Jaringan Trayek dan Jarak
Mil
Jumlah
Jarak (Mil)
Ukuran dan
Type Kapal
*)
Lama
Pelayaran 1
Round
Voyage
Target
Frekuensi Per
Tanggal
31/12/2013
D. Angkutan Laut
1. Jaringan Pelayanan Angkutan Laut
Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang
dan/atau barang dengan menggunakan kapal 81. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan
yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut 82. Berdasarkan informasi dari
Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program Propinsi Bengkulu hingga
sekarang belum ada angkutan laut yang melayani antar kabupaten/kota dalam propinsi
Bengkulu. Sekarang ini, yang ada adalah angkutan laut perintis. Pelayaran kapal laut
perintis adalah pelayanan angkutan di perairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh
angkutan perairan karena belum memberikan manfaat komersial 83. Secara singkat
jaringan angkutan laut kapal perintis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.25
Jaringan Kapal Laut Perintis Dengan Pangkapal di Bengkulu
Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Perhubungan
Laut Propinsi Bengkulu, angkutan kapal laut perintis dengan Kode Trayek 4 terdapat dua
(2) kapal, yaitu satu (1) Kapal Utama dengan nama KM. Kumala A. Ceria dan satu (1)
kapal pengganti dengan nama KM Kumala Abadi.
Untuk menghitung nilai capaian tersedianya angkutan laut kapal perintis yang melayani
jaringan dengan Kode R. 4, langkah pertama yang harus diketahui adalah kapasitas kapal
perintis. Berdasarkan data dan informasi, kapasitas kapal perintis Kode R.4 dengan KM.
Kumala Ceria terdapat 193 orang. Kapal tersebut memiliki 23 Voyage. Dengan demikian,
kapasitas KM Kumala Ceria dalam satu (1) tahun terdapat sebanyak 4.439 orang per tahun
( 193 orang x 23 Voyage ) Karena itu, nilai capaian tersedianya angkutan kapal laut
perintis yang melayani trayek dengan Kode R.4 seperti dijelaskan pada tabel sebelumnya
dapat dihitung dengan rumus;
81 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 Ayat (3 ) 82 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Pada Pasal 1 Ayat (2 ) 83 Undang – Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pada Pasal 1 ayat (8)
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-76
% Jaringan Trayek Linier
∑ Rata-rata Muatan Penumpang Per Tahun
= x 100 %
∑ Rata – rata Kapasitas Penumpang Yang Tersedia Per Tahun
4.900 Orang
= ------------------ x 100 %
4.439 Orang
= 110,38 %
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi ditetapkan tersedianya kapal
laut perintis yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam propinsi pada
wilayah yang memiliki alur dan tidak ada alternatif jalan ditetapkan 100 % hingga tahun
2014. Sementara nilaian capain sekarang ini sudah mencapai 110, 38 %, hal ini berarti
perkembangan penduduk yang menggunakan kapal perintis relatif semakin meningkat.
Aspek lain yang perlu diperhatikan, dengan angka nilai capaian 110, 38 % dalam tahun
2011, berarti pada trayek tersebut perlu penambahan kapal. Karena apabila lebih besar dari
65 % ( enam puluh lima perseratus ) diizinkan penambahan 1 ( satu ) unit kapal dalam satu
jaringan trayek tersebut. Sementara apabila lebih kecil dari 65 % ( enam puluh lima
perseratus ) tidak akan diizinkan penambahan kapal dalam satu jaringan trayek tersebut 84
Secara singkat jaringan pelayanan kapal angkutan laut perintis dapat dilihat pada tabel
berikut.
84 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Dan Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Bidang perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada hal 23
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-77
Gambar 6.14 Jaringan Trayek R-4 Pangkalan Bengkulu
TELUK BAYUR
BENGKULU
SIKAKAP
SINAKAK
ENGGANO
LINAU
MUKO MUKO
Pangkalan Bengkulu (Provinsi Bengkulu)
Trayek R-4
Bengkulu -110- Enggano -110- Bengkulu -110- Enggano -84- Linau -84- Enggano -110- Bengkulu -125- Sinakak -62- Sikakap -82- MukoMuko -82- Sikakap -110- Teluk Bayur -110- Sikakap -62- Sinakak -125- Bengkulu
Jarak : 1.366 Mil
Lama Pelayaran : 16 Hari
Frekuensi : 23 Voyage
Ukuran Kapal : 750 DWT
Nama Kapal :
Kontraktor :
Domisili Perusahaan :
Kontrak :
Notice of Readyness :
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-78
2. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) maksudnya adalah tersedianya SDM yang mempunyai
kompetensi sebagi awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun Tahun 1998 telah
ditegaskan, bahwa jumlah Perwira Kapal Berdasarkan GT.500 s.d < 500 dan KW <
750 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.26 Jumlah Perwira Kapal Berdasarkan GT.500 s.d < 500 dan KW < 750 No JABATAN GT < 500
JML DOC COP
1 MASTER 1 ANT - IV 9c1) ( b-h)
2 CHIEF OFFICER 1 ANT - IV 9c (2-7 )
3 2nd OFFICER - - -
4 3rd OFFICER - - -
5 RADIO OFFICER 1 ORU/REK -II -
6 BOATSWAIN - - -
7 QUARTER MASTER 1 - 9f
8 SAILOR - - -
9 COOC 1 - 9g
10 MESS BOY - - -
NO
JABATAN
KW < 750
JML COC COP
1 CHIEF ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)
2 2nd ENGINEER 1 ATT-IV 10c(2-5)
3 3rd OFFICER 1 ATT-IV 10c(2-5)
4 4th OFFICER - - -
5 ENG.FOREMAN 1 - 10d
6 OILER 3 - 10d
7 WIPER - - -
Sumber : Lampiran II Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun 1998 tentang Perwira
Kapal Niaga Pelayaran Kawasan indonesia
Mengingat kapal di bawah 7 GT relatif kecil dan daya tampungnyapun juga tidak
terlalu banyak, maka untuk kapal di bahwa 7 GT cukup memiliki dua (2) awak kapal.
Kedua awak kapal tersebut yaitu Ahli Nautika tingkat V (ANT – V) sebanyak satu (1)
orang , sementara satu (1) orang sebagai Ahli Teknik Tingkat V ( ATT V). AHLI
Nautika Tingkat V (ANT V) adalah perwira untuk kapal – kapal kecil yang digunakan
antar pulau. Sementara Ahli Teknik Tingkat V( ATT V ) adalah sebagai ahli mesin
untuk kapal pelayaran terbatas ( AMKPT ) atau masinis untuk kapal-kapal kecil antar
pulau 85.
Berdasarkan wawancara dari pihak Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang
Angkutan Laut maupun Bidang Angkutan darat Propinsi NTT serta wawancara
dengan pihak pengelola kapal dibawah 7 GT ke bawah melalui perairan ternyata awak
kapal tersebut tidak memiliki sertifikat sebagai awak kapal. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut sebaiknya perlu dibuatkan aturan yang jelas, baik dari
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi serta Kabupaten/ Kota mengharuskan
setiap awak kapal di bahwah 7 GT yang melintasi perairan laut harus memiliki
keahlian sebagai Mualim Pelayaran Terbatas dan keahlian bidang mesin kapal
85 http://id.wikipedia.org/wiki/ Pelaut , 2011
“Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Beberapa Daerah Provinsi di Indonesia”
Konsep Laporan Akhir VI-79
pelayaran terbatas. Hal ini dimaksudkan, untuk menghindarkan kecelakaan kapal yang
membawa manusia sebagai penumpang.