Bab vi spektro

29
BAB VI ANALISA DENGAN SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK 6.1. Tujuan Percobaan - Mengetahui metoda analisa spektrofotometri. - Penentuan kadar sulfat dalam sampel. 6.2. Tinjauan Pustaka Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. [1] Spektrofotometer jika dilihat dari namanya terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi, Spektrofotometer merupakan instrumen untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. [5]

Transcript of Bab vi spektro

Page 1: Bab vi spektro

BAB VI

ANALISA DENGAN SPEKTROFOTOMETER

SINAR TAMPAK

6.1. Tujuan Percobaan

- Mengetahui metoda analisa spektrofotometri.

- Penentuan kadar sulfat dalam sampel.

6.2. Tinjauan Pustaka

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan detektor fototube. [1]

Spektrofotometer jika dilihat dari namanya terdiri dari spektrometer dan

fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi, Spektrofotometer merupakan instrumen

untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,

direfleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. [5]

Berikut komponen-komponen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer.

Gambar 6.2.1. Skema komponen-komponen dalam spektrofotometri

Bag

ian

Lis

trik

SumberWadah

sampelMonokromator Detektor

Penguat

Piranti Baca

Bagian Optis

Page 2: Bab vi spektro

Keterangan:

1. Sumber energi cahaya

Suatu piranti yang memberikan radiasi pada sebuah spektrofotometer. Pada

daerah tampak dari spektrum maupun daerah ultraviolet dan inframerah dekat,

sumber energi cahaya yang digunakan adalah sebuah lampu pijar dengan kawat

rambut yang terbuat dari wolfram.

2. Motokromator

Suatu piranti untuk mengecilkan suatu berkas radiasi yang datang dari sumber

cahaya yang mempunyai kemurnian spektral yang tinggi sesuai dengan

panjang gelombang yang diinginkan.

3. Wadah sampel

Pada spektrofotometri melibatkan larutan yang mana larutan tersebut

ditempatkan pada suatu wadah yang harus bisa meneruskan energi cahaya

dalam daerah spektral.

4. Detektor

Merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya

menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik dan berhubungan

dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. [2]

5. Penguat

Suatu piranti yang berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh

detektor agar dapat dibaca oleh piranti baca. [1]

6. Piranti baca

Suatu sistem baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat

listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi

(A). [3]

Pada metoda spektrofotometri, prinsipnya yaitu sampel menyerap radiasi

(pemancaran) elektromagnetis, yang pada panjang gelombang tertentu dapat

terlihat. Larutan tembaga misalnya berwarna biru karena larutan tersebut

menyerap warna komplementer, yaitu kuning. Semakin banyak molekul tembaga

per satuan volum, semakin banyak cahaya kuning yang diserap, dan semakin tua

warna biru larutanya. [4]

Page 3: Bab vi spektro

Berikut jenis-jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahaya yang

digunakan, yaitu:

1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)

Gambar 6.2.2. Spektrofotometer Visibel

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah

cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik

yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak

adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita,

maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).

2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Gambar 6.2.3. Spektrofotometer UV

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV

berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang

gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu

deuterium. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka

senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang

tidak memiliki warna. Bening dan transparan.

Page 4: Bab vi spektro

3. Spektrofotometri UV-Vis

Gambar 6.2.4. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan

Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV

dan sumber cahaya visible.

4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Gambar 6.2.5. Spektrofotometer Infra Merah

Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada

penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi

menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada

spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan yang mempunyai

panjang gelombang 2.5-1000 μm.

5. Spektrofotometri Raman

Gambar 6.2.6. Spektrofotometer Raman

Page 5: Bab vi spektro

Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) dengan atom atau molekul yang

berada dalam media yang transparan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan

dipercikkan oleh atom atau molekul tersebut.

6. Spektrofotometri Fluorescensi dan Fosforescensi

Suatu zat yang berinteraksi dengan radiasi, setelah mengabsorpsi radiasi

tersebut, bisa mengemisikan radiasi dengan panjang gelombang yang

umumnya lebih besar daripada panjang gelombang radiasi yang diserap.

Fenomena tersebut disebut fotoluminensi yang mencakup dua jenis yaitu

fluoresensi dan fosforesensi.

7. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti

Resonansi Magnet Inti (RMI). Spektrofotometri RMI sangat penting artinya

dalam analisis kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat

organik. [3]

Selain itu ada jenis-jenis spektrofotometer berdasarkan instrumennya,

diantaranya:

1. Spektrofotometer Berkas Tunggal

Spektrofotometer jenis ini merupakan suatu instrumen dengan satu jalan optis.

Sampel dan pelarut murni (blanko reagensia) diperiksa secara terpisah untuk

menegakkan P dan P0 untuk pengukuran absorban. Biasanya dioperasikan

secara manual.

2. Spektrofotometer Berkas Rangkap

Suatu instrumen di mana berkas monokromatik radiasi, dari sumber lampu

wolfram dibagi menjadi dua berkas identik, satu melewati sel pembanding dan

yang lain melewati sampel. [6]

3. Spektrofotometer Diferensial

Suatu teknik di mana sampel dibandingkan dengan larutan penyerap lain,

bukan dengan pelarut murni atau blanko reagensia. Analisis menggunakan

spektrofotometer diferensial lebih tepat dibandingkan dengan spektrofotometer

biasa.

Page 6: Bab vi spektro

4. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)

Suatu bentuk spektrofotometri yang menggunakan spesies penyerapnya adalah

atom-atom. [2]

Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom atau

molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert.

1. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang

diserap oleh suatu bahan atau medium tidak bergantung pada intensitas berkas

cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam

bahan atau medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang

dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut. Dalam hal

demikian, intensitas cahaya yang keluar setelah melewati bahan/medium

tersebut dapat dituliskan dalam bentuk sederhana sebagai berikut:

I = T × I0

Di mana I adalah intensitas berkas cahaya keluar, I0 adalah intensitas berkas

cahaya masuk atau datang, dan T adalah transmitansi. Jika transmisi

dinyatakan dalam prosentase, maka

%T = (II0

) × 100

(dalam satuan %)

2. Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan

dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium, yaitu:

A = ε c l

Di mana ε adalah molar absorbsitivitas untuk panjang gelombang tertentu, atau

disebut juga sebagai koefisien ekstinsif (dalam l mol-1 cm-1), c adalah

konsentrasi molar (mol l-1), l adalah panjang/ketebalan dari bahan/medium

yang dilintasi oleh cahaya (cm).

Kombinasi dari kedua hukum tersebut (Hukum Beer-Lambert) dapat dituliskan

sebagai berikut:

%T = (II0

) × 100 = exp (− ε c l) atau A = log (II0

) = ε c l [7]

Page 7: Bab vi spektro

Gambar 6.2.7. Hukum Laambert-Beer

Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :

A = log I0

I1 = a b c

Keterangan :

I0 = Intensitas sinar datang

I1 = Intensitas sinar yang diteruskan

a = Absorptivitas

b = Panjang sel/kuvet

c = konsentrasi (g/l)

A = Absorban

Istilah spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi

yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi

maupun pengukuran panjang absorbsi terisolasi pada suatu panjang gelombang

tertentu.

Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua

kemungkinan. Kemungkinan yang pertama adalah cahaya ditangkap dan

kemungkinan kedua adalah cahaya dibelokkan. Bila energi dari cahaya (foton)

harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul

tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran dari absorbansi dalam

spektrofotometer.

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah

panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang

disebut λ maks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang

Page 8: Bab vi spektro

gelombang yang sama maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan

yang muncul makin kecil.

Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan

konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu

tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin

tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan

makin rendah.

Spektrofotometer memiliki beberapa keuntungan untuk keperluan

kuantitatif diantaranya:

- Dapat digunakan secara luas

- Memiliki kepekaan yang tinggi

- Keselektifannya cukup baik

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak

adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna. Jika

tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara

memberi reagen tertentu yang spesifik. Reagen ini disebut reagen pembentuk

warna. Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk

warna:

1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam

waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila

disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru

harus dibuat saat setiap kali analisis.

2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.

3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara

stoikiometrik.

4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan

pengukuran.

5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,

sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen

tersebut saja.

Page 9: Bab vi spektro

6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam

larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang

dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga

pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.

7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang

dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

Setelah larutan ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka

larutan tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini:

1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran

absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya

warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara

fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang

dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang lebih baik.

2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi

(warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar.

Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan

memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.

3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi

kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.

4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.

5. Sitem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.

Analisis sulfat di dalam batuan dilakukan untuk keperluan industri,

sedangkan analisis sulfat di dalam air minum perlu dilakukan, karena seperti yang

dipersyaratkan oleh WHO kandungan sulfat maksimum yang diperbolehkan

sebesar 200 ppm.

Menyebabkan laxative apabila kadarnya berupa magnesium dan sodium.

Senyawa sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernaan (saluran gastro intestinal),

apabila dalam bentuk campuran magnesium atau natrium pada dosis yang tidak

sesuai aturan. Sebagai contoh bentuk magnesium sulfat yang biasa ditambahkan

ke dalam air minurn untuk membantu pengendapan (penjernihan air) setelah

penambahan klorin. Bentuk natriurn sulfat biasa digunakan untuk pengobatan

Page 10: Bab vi spektro

diuretik atau satincathartic. Bila kurang mengkonsumsi air, kedua senyawa

tersebut akan membentuk kristal yang dapat merusak saluran pencernaan.

Air yang mengandung konsentrasi tinggi dari sulfat disebabkan oleh

leaching alam dari deposito magnesium sulfat (garam Epsum) atau sodium sulfat. 

Tiga efek yang terjadi apabila dalam air minum terdapat sulfat yang memiliki

konsentrasi tinggi, antara lain:

- Berisi air yang diketahui jumlah sulfat (S04) cenderung untuk membentuk

kerak dalam skala boiler dan heat exchangers

- Sufat menimbulkan efek rasa

- Sulfat dapat menimbulkan efek pencahar dengan asupan yang berlebihan. [3]

6.3. Tinjauan Bahan

A. Aquadest

Aquadest atau biasa disebut air suling merupakan air hasil penyulingan

(diuapkan).Air suling juga memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu

H2O yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan

atom oksigen tunggal.

Sifat fisik dan kimia H2O:

- rumus molekul : H2O

- berat molekul : 18 gram/mol

- bentuk fisik : cairan tak berwarna dan tidak berbau

- titik beku : 0 oC

- titik didih : 100 oC

- pH : 7

B. Asam klorida (HCl)

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (H Cl ). HCl

merupakan asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam

lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam

klorida harus ditangani dengan memperhatikan keselamatan yang tepat

karena merupakan cairan yang sangat korosif. Sifat fisik dan kimia HCl:

Page 11: Bab vi spektro

- nama bahan : asam klorida

- rumus molekul : HCl

- massa molar : 36,46 g/mol

- bentuk fisik : cairan tak berwarna

- titik lebur : -27,32 oC

- titik didih : 110 oC

- densitas : 1,18 g/cm3 

- keasaman (pH) : 3 pada 25 oC

C. Barium Klorida (BaCl2.2H2O)

Barium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus molekul BaCl2.

Barium klorida merupakan senyawa beracun dan berwarna kuning hijau

pada nyala api serta bersifat higroskopis. Sifat fisik dan kimia BaCl2:

- nama bahan : barium klorida

- rumus molekul : BaCl2.2H2O

- massa molar : 208,23 g/mol

- bentuk fisik : serbuk putih

- densitas : 3,856 g/cm3 

- titik didih : 1560 oC

- kelarutan dalam air : 43 g/100 ml (30 oC)

D. Kalium Sulfat (K2SO4)

Kalium sulfat (K2SO4) juga dikenal sebagai garam abu sulfur merupakan

garam yang terdiri dari kristal putih yang dapat larut dalam air dan tidak

mudah terbakar. Sifat fisik dan kimia K2SO4:

- nama bahan : kalium sulfat

- rumus molekul : K2SO4

- bentuk fisik : kristal putih

- titik lebur : 1069 oC

- titik didih : 1689oC

- kelarutan dalam air : 11,1 g/100 ml (20 oC). [8]

Page 12: Bab vi spektro

6.4. Alat dan Bahan

A. Alat-alat yang digunakan:

- batang pengaduk

- beakerglass

- botol aquadest

- corong kaca

- cuvet

- Erlemeyer

- gelas arloji

- karet penghisap

- neraca analitik

- labu ukur

- pipet tetes

- pipet volume

- spektrofotometer sinar tampak

6.5. Prosedur Percobaan

A. Preparasi Larutan

- membuat larutan kalium sulfat 100 ppm sebanyak 250 mL

- membuat larutan asam klorida 2 M sebanyak 50 mL.

B. Menentukan panjang gelombang maksimum.

- memipet larutan kalium sulfat 100 ppm sebanyak 50 mL lalu

menambahkan 0,2 gram padatan barium klorida

- mengocok selama kurang lebih 1 menit sampai terbentuk endapan barium

sulfat, mendiamkan selama 5 menit

- mengukur nilai % T dan A dari larutan 100 ppm dengan spektrofotometer

sinar tampak pada panjang gelombang 400 nm sampai 520 nm

- menggunakan larutan blangko untuk mengenolkan harga % T sebelum

pengukuran serapan larutan standart pada setiap penggantian panjang

gelombang

B. Bahan-bahan yang digunakan:

- aquadest (H2O)

- asam klorida (HCl)

- barium klorida (BaCl2.2H2O)

- kalium sulfat (K2SO4)

- sampel (air PDAM)

Page 13: Bab vi spektro

- membuat kurva hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi

(% T) dan menentukan panjang gelombang maksimum.

C. Membuat kurva kalibrasi

- mengatur pH larutan kalium sulfat menjadi 1

- mengencerkan larutan kalium sulfat 100 ppm menjadi 5, 20, 35, 50, 65,

dan 80 ppm sebanyak 50 mL

- pada masing-masing larutan menambahkan 0,2 gram padatan barium

klorida sebelum menambahkan aquadest sampai tanda batas

- mengocok selama kurang lebih 1 menit sampai terbentuk endapan barium

sulfat, mendiamkan selama 5 menit

- mengukur besarnya transmitan pada panjang gelombang maksimum

- membuat kurva kalibrasi antara panjang gelombang dan konsentrasi.

D. Mengukur sampel larutan

- memipet 10 mL sampel ke dalam labu ukur 50 mL, menambahkan asam

klorida 2 M untuk mengukur pH hingga 1

- menambahkan 0,2 gram padatan barium klorida sebelum menambahkan

aquadest sampai tanda batas

- mengocok selama kurang lebih 1 menit sampai terbentuk endapan barium

sulfat, mendiamkan selama 5 menit

- mengukur besarnya transmitan pada panjang gelombang maksimal

- membuat kurva kalibrasi antara panjang gelombang dan konsentrasi.

Page 14: Bab vi spektro

6.6. Data Pengamatan

a. Menentukan panjang gelombang (λ) maksimum

Tabel 6.6.1. Data penentuan panjang gelombang (λ) maksimum dengan

menggunakan spektrofotometer 21 dan 22

λ(nm)%T

21 22

400

410

420

430

440

450

460

470

480

490

500

510

520

65

64

63

63,5

64

64

64

64,5

65

65

66

67

67

37,3

36,6

36,3

36,4

36,5

36,6

36,7

36,9

39,2

38,9

39,0

39,5

39,7

Page 15: Bab vi spektro

b. Menentukan kurva kalibrasi

Tabel 6.6.2. Data pengamatan kurva kalibrasi dengan menggunakan

spektrofotometer 21 dan 22 pada λ= 420nm

ppm (x) %T

21 22

5 ppm

20 ppm

35 ppm

50 ppm

65 ppm

80 ppm

Sampel

95

88

81

79

74

59

95

95,9

83,8

69,4

66,7

64,1

39,8

97,8

6.7. Data Hasil Perhitungan

Tabel 6.7.1. Data perhitungan panjang gelombang (λ) maksimum dengan

menggunakan spektrofotometer 21 dan 22

λ(nm)Spektrofotometer 21 Spektrofotometer 22

%T A %T A

400

410

420

430

440

450

65

64

63

63,5

64

64

0,1870

0,1938

0,2006

0,1972

0,1938

0,1938

37,3

36,6

36,3

36,4

36,5

36,6

0,428

0,436

0,440

0,438

0,437

0,436

Page 16: Bab vi spektro

460

470

480

490

500

510

520

64

64,5

65

65

66

67

67

0,1938

0,1904

0,1871

0,1871

0,1805

0,1739

0,1739

36,7

36,9

39,2

38,9

39,0

39,5

39,7

0,435

0,432

0,406

0,410

0,408

0,403

0,401

Tabel 6.7.2. Data perhitungan kurva kalibrasi dengan menggunakan

spektrofotometer 21 dan 22 pada λ = 420nm

ppm (x) 21 22

%T A %T A

5 ppm

20 ppm

35 ppm

50 ppm

65 ppm

80 ppm

Sampel

95

88

81

79

74

59

95

0,0222

0,0555

0,0915

0,1023

0,1307

0,2291

0,0222

95,9

83,8

69,4

66,7

64,1

39,8

97,8

0,0181

0,0767

0,1586

0,1758

0,1931

0,4001

0,0096

Page 17: Bab vi spektro

Tabel 6.7.3. Data perhitungan kurva kalibrasi dengan menggunakan

spektrofotometer 21

ppm (X) A (Y) X2 X . Y

5

20

35

50

65

80

0,0222

0,0555

0,0915

0,1023

0,1307

0,2291

25

400

1225

2500

4225

6400

0,111

1,11

3,2025

5,115

8,4955

18,328

X = 255 Y = 0,6313 X2 = 14775

XY=36,362Sampel λ = 420 A = 0,0222

Tabel 6.7.4. Data perhitungan kurva kalibrasi dengan menggunakan

spektrofotometer 22

ppm (X) A (Y) X2 X . Y

5

20

35

50

65

80

0,0181

0,0767

0,1586

0,1758

0,1931

0,4001

25

400

1225

2500

4225

6400

0,0905

1,534

5,551

8,79

12,5515

32,008

X = 255 Y = 1,0224 X2 = 14775

XY= 60,525

Sampel λ = 420 A = 0,0096

6.8. Grafik

Page 18: Bab vi spektro

A. Penentuan panjang gelombang maksimum

400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 5200.16

0.165

0.17

0.175

0.18

0.185

0.19

0.195

0.2

0.205

Panjang gelombang (λ)

Abs

orba

n

Grafik 6.8.1. Hubungan antara absorban dan panjang gelombang pada

spektrofotometer 21

400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 5200.38

0.39

0.4

0.41

0.42

0.43

0.44

0.45

Spektrofotometer 22

Panjang gelombang ()

Abs

orba

n

Grafik 6.8.2. Hubungan antara absorban dan panjang gelombang pada

spektrofotometer 22

B. Penentuan kurva kalibrasi

Page 19: Bab vi spektro

0 20 40 60 800

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

f(x) = 0.0024207619047619 x + 0.00233428571428572R² = 0.902860851891088

Konsentrasi (ppm)

Abs

orba

n

Grafik 6.8.3. Hubungan antara absorban dan konsentrasi pada

spektrofotometer 21

0 20 40 60 800

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

f(x) = 0.004336 x − 0.01388R² = 0.866633918967708

Konsentrasi (ppm)

Abs

orba

n

Grafik 6.8.4. Hubungan antara absorban dan konsentrasi pada

spektrofotometer 22

6.9. Persamaan Reaksi

K2SO4 (s) + BaCl2 (s) 2 KCl (l) + BaSO4

(kalium sulfat) (barium klorida) (kalium klorida) (barium sulfat)

(endapan putih)

Page 20: Bab vi spektro

6.10. Pembahasan

- Dengan menggunakan spektrofotometer 22, diperoleh panjang gelombang

maksimum (λ) = 420 nm dengan (T) = 36,3 dan (A) = 0,440 yang

ditunjukan pada tabel 6.7.1. Menggunakan panjang gelombang (λ)

maksimum karena kepekaannya maksimum pada perubahan konsentrasi

larutan yang akan memberikan A yang paling besar dan pada panjang

gelombang (λ) maksimum didapatkan bentuk kurva kalibrasi yang linier

sesuai dengan hukum Lambert-Beer.

- Pada grafik 6.8.1 dan 6.8.2. diperoleh perbandingan bahwa kosentrasi

berbanding lurus dengan absorban. Semakin besar kosentrasi maka semakin

besar absorbannya ataupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teorinya yang

berdasarkan Hukum Beer bahwa absorbansi akan berbanding lurus dengan

konsentrasi. Jika konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan

makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi

yang dihasilkan makin rendah.

- Penambahan barium klorida berfungsi untuk membentuk endapan barium

sulfat dan menimbulkan keruh. Hal ini sesuai dengan syarat sampel

spektrofotometri yang harus berwarna.

- Kadar SO4 dalam sampel (air PDAM) yang diperoleh pada analisa

spektrofotometer 21 yaitu 8,2513 ppm dan pada spektrofotometer 22 adalah

sebesar 5,4151 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa air sampel dapat

dikonsumsi yang mana kandungan SO4 yang diperbolehkan dalam air

maksimum sebesar 200 ppm.

6.11. Kesimpulan

- Dapat mengetahui metode analisa menggunakan spektrofotometri sinar

tampak dengan benar.

- Kadar SO4 pada sampel (air PDAM) menggunakan spektrofotometri 21

sebesar 8,2513 ppm dan pada spektrofotometer 22 sebesar 5,4151 ppm.