bab VI KP

40
BAB VI PEMBAHASAN Proyek Pembangunan Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos Sudarso, Semarang ini meliputi berbagai jenis pekerjaan yang dimulai dari pekerjaan persiapan sampai ada penyelesaian (finishing). Pada saat melaksanakan kerja praktek, pekerjaan yang sedang berlangsung antara lain, pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi, pekerjaan pembesian, pekerjaan begisting dan pekerjaan beton. Uraian tentang tahap pelaksanaan pembangunan pada bab ini hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan yang diamati selama Kerja Praktek tiga bulan, yaitu mulai tanggal 7 Mei 2010 sampai dengan 3 Agustus 2010. Pembahasan ini terbatas pada langkah-langkah pekerjaan struktur gedung A dan B lantai dasar, lantai 2 dan lantai 3. A. PekerjaanPersiapan Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal dalam memulai suatu proyek. Tahapan pekerjaan persiapan ini meliputi : 85

Transcript of bab VI KP

Page 1: bab VI KP

BAB VI

PEMBAHASAN

Proyek Pembangunan Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan

Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos Sudarso,

Semarang ini meliputi berbagai jenis pekerjaan yang dimulai dari pekerjaan

persiapan sampai ada penyelesaian (finishing). Pada saat melaksanakan kerja

praktek, pekerjaan yang sedang berlangsung antara lain, pekerjaan persiapan,

pekerjaan pondasi, pekerjaan pembesian, pekerjaan begisting dan pekerjaan beton.

Uraian tentang tahap pelaksanaan pembangunan pada bab ini hanya terbatas

pada kegiatan-kegiatan yang diamati selama Kerja Praktek tiga bulan, yaitu mulai

tanggal 7 Mei 2010 sampai dengan 3 Agustus 2010. Pembahasan ini terbatas pada

langkah-langkah pekerjaan struktur gedung A dan B lantai dasar, lantai 2 dan

lantai 3.

A. PekerjaanPersiapan

Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal dalam memulai suatu proyek.

Tahapan pekerjaan persiapan ini meliputi :

1. Persiapan atau pengadaan semua alat dan bahan serta tenaga kerja

dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal masing-masing pekerjaan.

2. Pagar dibuat dari bahan seng setinggi 160 meter dan dicat dengan

warna terang agar mudah terlihat serta untuk melindungi dari cuaca yang

berdampak karat pada pagar seng tersebut.

3. Pembersihan tanah lapangan dari semak belukar serta meratakan

tanah lapangan yang melibatkan alat berat exavator dan theodolith maupun

waterpass.

4. Pengukuran

a). Pengukuran dilakukan dengan referensi as-as bangunan pada kedua arah

utama bangunan.

b). Kontraktor melaksanakan pengukuran lapangan (setting out).

85

Page 2: bab VI KP

c). Menggambarkan hasilnya untuk memastikan bahwa rencana yang dibuat

sesuai dengan kondisi lapangan sesungguhnya.

d). Hasil pengukuran akhir diserahkan kepada Konsultan MK untuk

mendapatkan persetujuan.

5. Bouwplank

a). Bowplank dibuat dari bahan kayu papan berukuran 2 X 20 cm

b). Pada bouwplank tersebut dibuat tanda-tanda dengan warna jelas

yang menyatakan as-as bangunan lengkap dengan level / peil-peil yang

menyatakan ketinggian.

6. Direksi keet dibuat dibuat dari box peti kemas yang telah

direnovasi sedemikian rupa berikut dengan semua furniturnya, sehingga

direksi keet ini dapat dipindahkan setelah seluruh pekerjaan selesai.

7. Pembuatan gudang dan fasilitas penunjang

Gudang dengan ukuran yang memadai serta memiliki sirkulasi udara yang

baik. Struktur kolom kayu meranti ukuran 12/15 dengan dinding multiplek 2

cm dan atap dari asbes. Struktur gudang ini dimaksudkan agar mudah dalam

pembongkarannya setelah seluruh pekerjaan selesai Sedang fasilitas

penunjang yang berhubungan lansung dengan air seperti toilet dengan struktur

pondasi menerus kolom beton dan dinding pasangan bata merah berikut

dengan plester dan cat.

8. Untuk memenuhi sarana listrik digunakan tenaga radiator. Untuk

kelancaran pekerjaan, letak radiator ini dipilih di sebelah gudang yang agak

berjauhan dengan direksi keet.

9. Sarana air bersih berasal dari air tanah menggunakan pompa air

listrik dari sumur menuju tandon air. Tiang penyangga tandon air terbuat dari

rangkaian baja dengan tinggi sekitar7 meter dari permukaan tanah. Struktur

pondasi dengan pasangan batu kali.

10. Saluran pembuangan air yang berasal dari dalam proyek harus

diperhatikan, saluran yang kurang baik langsung diperbaiki.

86

Page 3: bab VI KP

11. Jalan kerja

a). Lokasi diperhatikan agar tidak mengganggu aktifitas kerja

serta tidak merusak fasilitas yang ada.

b). Perkerasan jalan kerja berupa tatanan batu dengan tanah

diatasnya.

c). Pemadatan langsung dengan exavator.

12. Pembuatan papan nama proyek dengan ukuran dan isi serta posisi

sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Pemerintah daerah setempat dan

Pemberi Tugas.

13. Urugan dan pemadatan dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan

pondasi tiang pancang dalam kaitannya untuk membuat pile cap. Pengurugan

dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapisan minimal 20 cm lepas dan

pemadatan dilakukan sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada Kadar Air

Optimum yang ditentukan dalam Gambar Rencana. Pemadatan urugan

dilakukan dengan alat berat exavator.

B. Pekerjaan Pondasi

Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang berdiri serta diikuti dengan pile

cap dalam mendukung kolom. Pondasi tiang pancang yang dipakai dalam proyek

ini adalah tiang pancang beton precast prestressed concrete pile. Precast

Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang

menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya. Tiang

pancang ini dicetak dan dicor dalam acuan beton ( begisting ), kemudian setelah

cukup kuat lalu diangkat dan di pancangkan. Pada Proyek Pembangunan Gedung

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I.

Yogyakarta dan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya

Pabean Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos Sudarso, Semarang ini menggunakan

tiang pancang siap pakai. Tiang pancang didatangkan dari PT. Wika (Wijaya

Karya).

Keuntungan pemakaian precast prestressed concrete pile :

1. Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.

87

Page 4: bab VI KP

2. Tiang pancang tahan terhadap karat.

3. Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,

aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat

membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga

target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Pondasi tiang pancang yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Tengah dan D.I.

Yogyakarta dan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya

Pabean Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos Sudarso, Semarang ini adalah tipe

lingkaran ukuran panjang 12 dan 14 m dengan diameter 0,5 m. Jumlah tiang

pancang tiap titik sebanyak 4 buah tiang, kedalaman ±50 m dengan susunan

sebagai berikut :

1. Upper : 10 m

2. Middle 2 : 12 m

3. Middle 3 : 14 m

4. Bottom : 14 m

Menentukan dimensi / ukuran tiang pancang

1. Menghitung daya dukung

Didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan

tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang

diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap

keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak

berlebihan.

2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya

Hal ini dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang

memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung.

Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah,

pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air.

88

Page 5: bab VI KP

Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman

minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar

pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena

dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi

dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat

betonnya.

3. Ukuran dan kedalaman pondasi

Ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan

toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung ultimit yang dibagi faktor

aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai

besar penurunan memenuhi syarat.

Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan persiapan

a). Membubuhi tanda pada tiang pancang serta tanggal saat tiang tersebut

dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda

dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka

tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.

b). Tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna

menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.

c). Rencanakan final set tiang untuk menentukan pada kedalaman mana

pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data

jumlah pukulan terakhir (final set).

d). Rencanakan urutan pemancangan dengan pertimbangan kemudahan

manuver alat. Lokasi stok material agar diletakkan dekat dengan lokasi

pemancangan.

e). Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

f). Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang

berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah

sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.

Proses penyambungan tiang :

89

Page 6: bab VI KP

1). Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet

seperti yang dilakukan pada batang pertama.

2). Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang

pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang

telah berhimpit dan menempel menjadi satu.

3). Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat

4). Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

g). Setelah penyambungan pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang

dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai

mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

h). Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah

mencapai lapisan tanah keras / final set yang ditentukan.

i). Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

Gambar VI.1. Penyambungan tiang pancang

2. Proses pengangkatan

Proses pengangkatan / pemindahan tiang pancang dilakukan dengan metode

pengangkatan 2 tumpuan dan 1 tumpuan.

a). Pengangkatan tiang pancang dengan dua tumpuan

Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini dilakukan pada saat

penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke

penyusunan lapangan serta mendekatkan tiang dari tempat penyusunan ke

mesin pemancangan (hydraulic hammer).

90

Page 7: bab VI KP

Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala

tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen

maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada

titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama. Pada prinsipnya

pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda

pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang

terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar.

Gambar VI. 2. Pengangkatan tiang pancang dengan dua tumpuan

b). Pengangkatan tiang pancang dengan satu tumpuan

Metode pengangkatan ini digunakan pada saat tiang sudah siap akan

dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang

telah ditentukan di lapangan. Pengangkatan ini dilakukan pada saat tiang

sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancangan (hydraulic hammer)

sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini

adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk

mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada

tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

91

Page 8: bab VI KP

Gambar VI. 3. Pengangkatan tiang pancang dengan satu tumpuan

Langkah-langkah proses pengangkatan :

1). Tiang pancang diangkat dari tempat penyimpanan dengan

menggunakan tower crane dengan metode pengangkatan 2 tumpuan menuju

titik pemancangan.

2). Tiang pancang diangkat kembali oleh mesin pemancangan

(hydraulic hammer) dengan metode pengangkatan 1 tumpuan untuk siap

dipancang.

3). Dengan bantuan manual beberapa orang guna mengarahkan

tiang pancang agar tepat di titik pemancangan yang telah ditentukan di

lapangan.

92

Page 9: bab VI KP

Gambar VI.4. Pengangkatan tiang pancang oleh hydraulic hammer

3. Proses pemancangan

a). Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh

pada patok titik pancang yang telah ditentukan.

b). Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap

lubang.

c). Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang

pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan

kepala tiang.

d). Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang

yang telah ditentukan.

e). Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang

backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi

yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah

tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang

tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.

f). Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer

secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

Gambar VI.5. Tiang pancang dan bantalan kayu

93

Page 10: bab VI KP

Gambar VI.6. Persiapan pemasangan tiang pancang

Gambar VI.7. Pemasangan tiang pancang ke Hydraulic Hammer dan

penancapan kedalam tanah

Gambar VI.8. Pemasangan sambungan tiang pancang

94

Page 11: bab VI KP

Gambar VI.9. Pengelasan sambungan antar tiang pancang dan

Pengecatan anti karat

Gambar VI.10. Pelepasan tiang pancang yang telah mencapai permukaan tanah keras dan tiang

pancang yang telah terpasang

4. Quality control

a). Kondisi fisik tiang

1). Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak.

2). Umur beton telah memenuhi syarat.

3). Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan

selama pemancangan.

b). Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses

pemancangan berlangsung.

c). Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap 1

meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per-meter. Dicatat

jumlah pukulan untuk penetrasi setiap meter.

d). Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai

final set sesuai perhitungan. Pemencangan dinyatakan telah mencapai final

95

Page 12: bab VI KP

set apabila dalam 10 ketukan penurunan yang terjadi kurang dari 10 cm

dengan kekuatan beban maksimal.

C. Pekerjaan Pile Cap

Pile cap merupakan struktur yang berada diatas tiang pancang dan lantai

kerja dimana ketiganya berbaur menjadi satu-kesatuan sebagai struktur bawah

yaitu struktur pondasi tiang pancang.

Macam-macam tipe pile cap yang direncanakan yaitu sebagai berikut :

1. Tipe PC.1 jumlah titik tiang pancang 1 titik

Dimensi pile cap 1,2 m x 1,2 m, tebal 0,8 m kedalaman 1,95 m

2. Tipe PC.2 jumlah titik tiang pancang 2 titik

Dimensi pile cap 2,7 m x 1,2 m, tebal 1 m kedalaman 1,95 m

3. Tipe PC.3 jumlah titik tiang pancang 3 titik

Dimensi pile cap 2,7 m x 2,5 m, tebal 1 m kedalaman 1,95 m

4. Tipe PC.4 jumlah titik tiang pancang 4 titik

Dimensi pile cap 2,7 m x 2,7 m, tebal 1 m kedalaman 1,95 m

5. Tipe PC.5 jumlah titik tiang pancang 5 titik

Dimensi pile cap 3,33 m x 3,33 m, tebal 1 m kedalaman 1,95 m

6. Tipe PC.L1 jumlah titik tiang pancang 14 titik

Dimensi pile cap 8,7 m x 4,1 m, tebal 0,8 m kedalaman 2,55 m

7. Tipe PC.L2 jumlah titik tiang pancang 6 titik

Dimensi pile cap 6 m x 3,79 m, tebal 0,7 m kedalaman 2,55 m

Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan pile cap :

1. Pekerjaan penggalian untuk Pile Cap.

Pekerjaan penggalian untuk pile cap dilakukan setelah pekerjaan

pemancangan selesai. Penggalian dilakukan pada lokasi yang akan digunakan

untuk pile cap. Kedalaman galian disesuaikan dengan gambar perencanaan.

Penggalian dilakukan dengan exavator.

Langkah-langkah pekerjaan penggalian untuk pile cap :

a). Membubuhi tanda garis batas ukuran pile cap yang akan digali.

b). Kedalaman galian disesuaikan dengan perencanaan.

96

Page 13: bab VI KP

c). Pemotongan tiang pancang hingga rata dengan tanah dasar galian dengan

menyisakan kabel kawat tiang pancang tersebut ± 1 meter atau sesuai

dengan perencanaan. Kabel tersebut berfungsi sebagai pengait antara tiang

pancang dengan pile cap yang akan dikerjakan.

2. Pekerjaan lantai kerja untuk pile cap.

Lantai kerja sangat perlu dibuat, karena berfungsi sebagai dasar/alas untuk

meletakkan besi tulangan pile cap. Lantai kerja ini dibuat dari beton dengan

tinggi ±10 cm atau sesuai dengan perencanaan.

Gambar VI. 11. Lantai kerja pile cap

3. Pekerjaan pembesian/penulangan pile cap.

Digunakan tulangan besi ulir D22, pemasangan tulangan pile cap disesuaikan

dengan gambar rencana. Perakitan tulangan pile cap berada tepat di atas lantai

kerja. Dipasang beberapa tahu beton / decking pada tiap sisi untuk menjaga

agar baja tulangan tidak turun pada saat pengecoran dan memberi selimut

beton.

Gambar VI.12. Pembesian pile cap

97

Page 14: bab VI KP

4. Pekerjaan pemasangan begisting pile cap.

a). Bekisting pile cap menggunakan multiplex setiap sisinya dirangkai

dengan kasau berukuran 5/7 cm. Untuk mencegah kebocoran, ditempelkan

kertas semen sehingga menutupi celah antar multiplex. Pabrikasi tulangan

meliputi pemotongan tulangan utama, pembengkokkan sengkang dan

perakitan dengan ukuran dan jarak sesuai dengan gambar kerja.

b). Melapisi permukaan bagian dalam begisting dengan minyak begisting.

c). Memasang begisting pada tempat yang telah diberi tanda disekeliling

tulangan.

d). Menjepit begisting dengan kasau 5/7 cm agar begisting kuat menahan

adukkan beton. Sabuk dipasang dengan jarak antar sabuk 50 cm.

e). Memasang penyangga berupa kasau 5/7 cm di semua sisi begisting

supaya posisi bekisting tidak berubah saat pengecoran.

Gambar VI.13. Begisting pile cap

5. Pekerjaan pengecoran pile cap.

a). Mamasang beton tahu di bawah tulangan untuk menjaga agar baja

tulagan tidak turun pada saat pengecoran dan memberi selimut beton.

b). Pengecoran pile cap dilakukan dengan memasukkan beton reday mix

dengan mutu beton K300. Penuangan beton segar langsung dari truck aduk

beton ( concrete mixer truck ).

98

Page 15: bab VI KP

c). Menuangkan adukan ke dalam begisting pile cap sampai batas tanda

pengecoran. Pada saat penuangan adukan ini ditambahkan styrobond atau

lem beton agar beton menjadi monolit atau saling homogen.

d). Adukan dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar vibrator

disertai cara manual dengan menusuk-nusukkan kasau ke adukan pada

saat pengecoran.

Gambar VI.14. Pengecoran pile cap

6. Pelepasan / pembongkaran begisting

Setelah pengecoran selesai dan ditunggu kurang lebih selama 24 jam, atau

sampai beton mengeras. Begesting pile cap dilepas satu persatu dengan hati-

hati sehingga tidak merusak bentuk pile cap.

Gambar VI.15. Pile cap setelah pembongkaran begisting

D. Pekerjaan Sloof

99

Page 16: bab VI KP

Sloof adalah balok beton bertulang yang berfungsi sebagai pengikat dan

pengaku struktur rangka gedung bagian bawah dan untuk mendukung beban

dinding lantai dasar yang diteruskan ke pondasi dan tanah dibawah sloof. Pada

Proyek Pembangunan Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea dan Cukai

Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan

Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas di Jalan Arteri Yos Sudarso, Semarang

ini menggunakan sloof dimensi 400/700 dengan dimensi sloof praktis 150 X 200

untuk gedung A dan B.

Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan Sloof :

1. Lokasi titik sloof sesuai dengan gambar rencana sloof.

2. Membuat beton lantai kerja pada bagian dasar dengan tebal ±

5cm.

3. Merakit tulangan Sloof. Perakitan tulangan sesuai gambar kerja

yang direncanakan.

Tabel VI. 1. Daftar tulangan sloof untuk gedung A dan B

Kode Posisi DimensiTulangan

SengkangSengkang

Atas Bawah Extra Extra

TB1Tumpuan 400 x 700 3 D 22 3 D 22 2 D 13 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 400 x 700 3 D 22 3 D 22 2 D 13 D10 - 150 Ø8 - 500

TB2Tumpuan 400 x 700 4 D 22 4 D 22 2 D 13 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 400 x 700 4 D 22 4 D 22 2 D 13 D10 - 150 Ø8 - 500

TB3Tumpuan 400 x 700 5 D 22 5 D 22 2 D 13 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 400 x 700 5 D 22 5 D 22 2 D 13 D10 - 150 Ø8 - 500

TB4Tumpuan 300 x 500 3 D 22 3 D 22 2 D 13 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 300 x 500 3 D 22 3 D 22 2 D 13 D10 - 150 Ø8 - 500

SPTumpuan 150 x 200 2 D 10 2 D 10   Ø8 - 200  Lapangan 150 x 200 2 D 10 2 D 10   Ø8 - 200  

100

Page 17: bab VI KP

Gambar VI.16. Penulangan sloof.

4. Memasang papan begisting sloof yang telah dirakit sebelumnya

sesuai dimensi rencana. Bekisting yang digunakan adalah multiplex dengan

tebal 2 cm dan diberi pengaku berupa kasau 5/7 cm.

Gambar VI.17. Begisting sloof.

5. Mamasang beton tahu / decking di bawah tulangan untuk

menjaga agar baja tulangan tidak turun pada saat pengecoran dan memberi

selimut beton.

6. Pengecoran sloof menggunakan adukan beton dengan mutu

beton K300 menggunakan truk aduk beton ( concrete mixer truck ). Dari truk

aduk beton, adukan dituang ke bak penampungan sementara berukuran 170 x

60 x 10 cm kemudian diangkut oleh pekerja menggunakan ember. Pekerja

kemudian menuang adukan ke dalam begisting sloof sampai batas tanda

pengecoran.

101

Page 18: bab VI KP

7. Adukan dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar

vibrator disertai cara manual dengan menusuk-nusukkan kasau ke adukan

pada saat pengecoran.

Gambar VI.18. Pengecoran sloof

8. Pembongkaran begisting sloof dilakukan setelah beton berumur

4 hari. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak

merusak bentuk sloof.

Gambar IV.19. Sloof setelah pembongkaran begisting

E. Pekerjaan Kolom

Kolom merupakan konstruksi beton yang berfungsi sebagai tiang dari suatu

bangunan dan juga merupakan konstruksi yang menyalurkan beban dari struktur

yang berada di atasnya seperti balok, pelat dan atap yang kemudian

didistribusikan ke pondasi. Pada proyek ini menggunakan kolom dengan dimensi

baja dan tulangan dan sesuai dengan gambar rencana . Mutu beton yang dipakai

K-300.

102

Page 19: bab VI KP

Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan kolom sebagai berikut :

1. Pabrikasi begisting, tulangan utama dan sengkang.

Bekisting kolom dibuat sampai ketinggian 4 m menggunakan begisting

permanen berbahan baja. Pabrikasi tulangan meliputi pemotongan tulangan

utama, pembengkokkan sengkang dan perakitan dengan ukuran dan jarak

sesuai dengan gambar kerja. Kolom untuk lantai dasar sampai dengan lantai 3

mempunyai dimensi dan tulangan sama pada masing-masing gedung sebagai

berikut :

Tabel VI. 2. Daftar tulangan kolom untuk gedung A dan B

Gedung Kode Posisi Dimensi Tulangan Pokok Sengkang

A

K.1ATumpuan 700 x 700 16 D 22 2D10 - 85Lapangan 700 x 700 16 D 22 2D10 - 150

K.2ATumpuan 800 x 800 16 D 25 2D10 - 85Lapangan 800 x 800 16 D 25 2D10 - 150

K.3ATumpuan Ø700 12 D 22 2D10 - 85Lapangan Ø700 12 D 22 2D10 - 150

KTTumpuan 200 x 200 6 D 13 Ø8 - 100Lapangan 200 x 200 6 D 13 Ø8 - 150

Tabel VI. 2. (Lanjutan)

Gedung Kode Posisi Dimensi Tulangan Pokok Sengkang

A KPTumpuan 120 x 120 4 D 10 Ø8 - 200Lapangan 120 x 120 4 D 10 Ø8 - 200

B

K.1BTumpuan 600 x 600 16 D 22 2D10 - 100Lapangan 600 x 600 16 D 22 2D10 - 150

K.2BTumpuan 450 x 600 12 D 22 2D10 - 100Lapangan 450 x 600 12 D 22 2D10 - 150

K.3BTumpuan 500 x 300 8 D 22 D10 - 100Lapangan 500 x 300 8 D 22 D10 - 150

K.4BTumpuan 450 x 350 8 D 22 1,5D10 - 150Lapangan 450 x 350 8 D 22 1,5D10 - 150

KPTumpuan 120 x 120 4 D 10 Ø8 - 200Lapangan 120 x 120 4 D 10 Ø8 - 200

Ket : Kolom tipe K.3A hanya terdapat pada gedung A lantai dasar dan 2 (dua)

103

Page 20: bab VI KP

Gambar VI.20. Penulangan kolom

2. Pemasangan begisting kolom.

a). Melapisi permukaan bagian dalam bekisting dengan minyak begisting.

b). Memasang begisting pada tempat yang telah diberi tanda disekeliling

tulangan kolom menerus dengan badan/kolom pondasi.

c). Menjepit begisting dengan sabuk kolom berupa kasau 5/7 agar begisting

kuat menahan adukkan beton. Sabuk dipasang dengan jarak antar sabuk 50

cm.

Gambar VI.21. Begisting kolom

3. Pelurusan begisting

a). Memasang besi penyangga di salah satu sisi begisting.

b). Memasang paku pada sabuk kolom bagian atas yang diikatkan benang

dengan diberi pemberat unting-unting pada dua sisi begisting kolom.

104

Page 21: bab VI KP

c). Mengukur jarak dari begisting ke tali pada bagian atas dan bawah.

Begisting telah lurus setelah jarak keduanya telah sama.

d). Memasang penyangga di sisi lain supaya posisi begisting tidak

berubah saat pengecoran.

Gambar VI.22. Pelurusan begisting kolom

4. Pengecoran kolom

Adukan beton dibuat ditempat lain dan diangkut menuju lokasi proyek

menggunakan truk aduk beton ( concrete mixer truck ) dengan kapasitas 5 m3.

Dari truk aduk beton ( concrete mixer truck ), adukan dituang ke bak

penampungan sementara berkapasitas 1 m3 kemudian diangkat ke atas

bersama satu pekerja menggunakan truck crane. Bagian bawah bak terhubung

dengan talang cor atau klep cor untuk memindahkan adukan beton dari bak ke

dalam kolom. Pekerja di bawah (di atas begisting kolom) menuang adukan ke

dalam begisting kolom sampai batas tanda pengecoran. Pemadatan beton

dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran secara manual. Pekerja yang

berada di atas atas begisting kolom menusuk-nusuk adukan dengan

menggunakan kayu. Langkah-langkah pengecoran kolom adalah sebagai

berikut :

a). Menyiapkan begisting dari papan, sebelum beton dituangkan ke dalam

cetakan permukaan bekisting dilumuri terlebih dahulu dengan minyak

bekisting agar adukkan beton tidak menempel pada begisting.

105

Page 22: bab VI KP

b). Sebelum dilakukan pengecoran kolom, dipasang besi angker Ø 8 mm

pada kolom dengan jarak ± 60 cm.

c). Beton yang digunakan untuk mengecor kolom adalah beton K-300

dengan menggunakan truk aduk beton ( concrete mixer truck ).

d). Menuangkan adukan ke bak penampungan sementara, namun pihak

kontraktor tidak memperhitungkan tinggi jatuh adukkan sehingga besar

kemungkinan penyebaran split berada di daerah paling bawah adukkan.

Untuk menjaga agar tidak terjadi segregasi, kontraktor mengontrol nilai

slump. Pada proyek ini terjadi beberapa segregasi pada kolom akibat jatuh

bebas yang tidak memperhatikan jarak jatuh bebas yang telah disyaratkan.

e). Adukkan beton dari bak tampungan diangkat ke atas bersama satu

pekerja menggunakan truck crane atau tower crane. Pekerja yang dibawah

(di atas bekisting kolom) menyambut dan menuangkan beton ke dalam

kolom.

f). Adukan dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar vibrator

disertai cara manual dengan menusuk-nusukkan kasau ke adukan pada

saat pengecoran.

Gambar VI.23. Pengecoran kolom

5. Pembongkaran Begisting

106

Page 23: bab VI KP

Melakukan pembongkaran begisting kolom setelah ± 24 jam. Pemeliharaan

beton dilakukan dengan penyiraman setiap pagi dan sore untuk mencegah

terjadinya retak pada kolom.

Gambar VI.24. Kolom setelah pembongkaran begisting

F. Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

Balok berfungsi sebagai struktur bangunan yang meneruskan beban dari plat

lantai ke kolom. Plat berfungsi untuk meneruskan beban ke balok. Balok dan pelat

lantai dibuat secara bersamaan (monolit) karena keduanya dicor secara bersamaan,

sehingga balok dan plat lantai menjadi struktur yang menyatu. Pada proyek ini

digunakan balok dan pelat lantai dengan mutu beton K- 300 dan baja tulangan

sesuai dengan gambar rencana kerja. Ketebalan plat lantai adalah 12 cm.

Langkah-langkah pekerjaan balok dan pelat lantai sebagai berikut :

1. Menentukan ketinggian balok dan plat lantai, pekerjaan ini

dilakukan dengan menggunakan theodolith.

2. Memasang perancah (scaffolding) dan bekisting balok dan

plat lantai. Perancah yang digunakan harus dalam kondisi baik. Langkah

pemasangan adalah sebagai berikut :

a). Memasang scaffolding yang telah disusun untuk mencapai ketinggian

tertentu.

b). Memasang balok kayu 8/12 arah horizontal di atas scaffolding untuk

mencegah lendutan.

107

Page 24: bab VI KP

c). Memasang begisting dengan menggunakan kayu kasau 5/7, untuk

mendapatkan ketinggian bekisting yang seragam digunakan theodolith.

d). Memasang multyplex di atas atas perancah yang telah rata.

Gambar VI.25. Pemasangan scaffolding

3. Merakit tulangan balok dan plat lantai.

Perakitan dilakukan di atas begisting yang telah disiapkan sebelumnya.

Penulangan pada balok dan pelat lantai dibedakan menjadi tulangan lapangan

dan tulangan tumpuan. Pemasangan tulangan ini meliputi :

a). Tulangan balok diletakkan kedalam begisting, kemudian dipasang

sengkang dan diikat dengan kawat baja (bind draat) pada tulangan pokok.

b). Kait-kait pada tulangan sengkang dengan tulangan pokok diletakkan

berselang-seling.

c). Bagian bawah dan samping ditempatkan beton tahu / decking.

Gambar VI.26. Penulangan balok dan pelat lantai

108

Page 25: bab VI KP

Tabel VI. 3. Daftar tulangan balok untuk gedung A

Lantai Kode Posisi DimensiTulangan

SengkangSengkang

Atas Bawah Extra Extra

Lantai 2

B1Tumpuan 400 x 600 8 D 22 4 D 22 6 D 16 2D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 400 x 600 4 D 22 6 D 22 6 D 16 D10 - 125 Ø8 - 500

B2Tumpuan 400 x 600 6 D 22 3 D 22 6 D 16 2D10 - 85 Ø8 - 500Lapangan 400 x 600 3 D 22 6 D 22 6 D 16 D10 - 125 Ø8 - 500

B3Tumpuan 400 x 600 3 D 22 3 D 22 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 400 x 600 3 D 22 3 D 22 4 D 16 D10 - 130 Ø8 - 500

B4Tumpuan 300 x 400 4 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 85 Ø8 - 500Lapangan 300 x 400 3 D 19 4 D 19 2 D 16 D10 - 125 Ø8 - 500

B5Tumpuan 300 x 400 4 D 19 3 D 19 - D10 - 100 -Lapangan 300 x 400 4 D 19 3 D 19 - D10 - 100 -

B9Tumpuan 300 x 400 3 D 19 3 D 19 - D10 - 65 -Lapangan 300 x 400 3 D 19 3 D 19 - D10 - 100 -

B10Tumpuan 350 x 700 4 D 22 3 D 22 6 D 16 1,5D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 350 x 700 3 D 22 4 D 22 6 D 16 2D10 - 150 Ø8 - 500

C6Tumpuan 300 x 400 3 D 19 3 D 19 - D10 - 100 -Lapangan 300 x 400 3 D 19 3 D 19 - D10 - 100 -

C7Tumpuan 300 x 400 3 D 19 3 D 19 - D10 - 85 -Lapangan 300 x 400 3 D 19 3 D 19 - D10 - 85 -

CPTumpuan 150 x 150          Lapangan 150 x 150          

Tabel VI. 4. Daftar tulangan balok untuk gedung B

Lantai Kode Posisi DimensiTulangan

SengkangSengkang

Atas Bawah Extra Extra

Lantai 2

G1Tumpuan 350 x 700 8 D 22 4 D 22 6 D 16 2D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 350 x 700 4 D 22 8 D 22 6 D 16 2D10 - 150 Ø8 - 500

G2Tumpuan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 80 Ø8 - 500Lapangan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 150 Ø8 - 500

G3Tumpuan 250 x 600 3 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 600 3 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

G4Tumpuan 250 x 400 4 D 19 3 D 19 4 D 13 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 4 D 13 D10 - 150 Ø8 - 500

G5Tumpuan 250 x 700 4 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 700 3 D 19 4 D 19 4 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

CG1Tumpuan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 80 Ø8 - 500Lapangan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 80 Ø8 - 500

B1Tumpuan 250 x 600 6 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 600 3 D 19 4 D 19 4 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

B2Tumpuan 250 x 400 4 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

B3Tumpuan 250 x 400 3 D 13 3 D 13 2 D 10 D10 - 150 -Lapangan 250 x 400 3 D 13 3 D 13 2 D 10 D10 - 200 -

CB1 Tumpuan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500

109

Page 26: bab VI KP

Lapangan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500

BPTumpuan 150 x 150          Lapangan 150 x 150          

Lantai 3

G1Tumpuan 350 x 700 8 D 22 4 D 22 6 D 16 2D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 350 x 700 4 D 22 8 D 22 6 D 16 2D10 - 150 Ø8 - 500

G2Tumpuan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 80 Ø8 - 500Lapangan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 150 Ø8 - 500

G3Tumpuan 250 x 600 3 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 600 3 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

G4Tumpuan 250 x 400 4 D 19 3 D 19 4 D 13 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 4 D 13 D10 - 150 Ø8 - 500

G5Tumpuan 250 x 700 4 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 700 3 D 19 4 D 19 4 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

CG1Tumpuan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 80 Ø8 - 500Lapangan 350 x 400 3 D 22 3 D 22 4 D 16 1,5D10 - 150 Ø8 - 500

B1Tumpuan 250 x 600 6 D 19 3 D 19 4 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 600 3 D 19 4 D 19 4 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

B2Tumpuan 250 x 400 4 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 2 D 16 D10 - 150 Ø8 - 500

B3Tumpuan 250 x 400 3 D 13 3 D 13 2 D 10 D10 - 150 -Lapangan 250 x 400 3 D 13 3 D 13 2 D 10 D10 - 200 -

CB1Tumpuan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 2 D 10 D10 - 100 Ø8 - 500Lapangan 250 x 400 3 D 19 3 D 19 2 D 10 D10 - 150 Ø8 - 500

BPTumpuan 150 x 150          Lapangan 150 x 150          

4. Melakukan pengecoran balok dan plat lantai.

Pengecoran balok dan pelat lantai harus memperhatikan beberapa hal sebagai

berikut :

a). Pengecoran balok harus diperhitungkan keadaan cuaca, yaitu

kemungkinan terjadi hujan.

b). Pengecoran dilakukan secara serempak dan terus-menerus sampai

selesai, dengan menggunakan concrete pump.

c). Pengecoran dilakukan pada bagian balok terlebih dahulu, kemudian

pada bagian plat lantai pada satu balok.

Langkah pengerjaannya sebagai berikut :

a). Memeriksa tulangan apakah telah sesuai dengan bestek baik dari segi jarak

tulangan dan diameter tulangan.

b). Membersihkan daerah yang akan dicor dari kotoran dan sisa kawat

pengikat kemudian membasahi multyplex dengan air.

c). Mengecor balok dan pelat lantai.

110

Page 27: bab VI KP

d). Memadatkan adukan dengan menggunakan vibrator.

e). Meratakan adukkan dengan menggunakan papan.

f). Apabila pengecoran terpaksa dihentikan maka penghentian pengecoran

minimal pada jarak ¼ L, yaitu pada titik pertemuan antara momen

tumpuan dengan momen lapangan dimana pada titik tersebut momennya

adalah nol. Untuk melanjutkan kembali pengecoran maka pada permukaan

beton lama dilumuri oleh styrobond atau bonding agent atau perekat

beton. Penggunaan perekat beton ini bertujuan agar mendapatkan

sambungan beton yang monolit.

Gambar VI.27. Pengecoran balok dan plat lantai

5. Pembongkaran begisting dan pelat dilakukan setelah beton

berumur 7 hari. Setelah begisting dibongkar, balok dan pelat harus didukung

oleh oleh tiang penyangga (pipe support) hingga balok dan pelat mencapai

umur 28 hari.

111

Page 28: bab VI KP

Gambar VI.28. Balok dan plat lantai setelah pembongkaran begisting

112