BAB IV Kp Balangan Coal

35
BAB IV DASAR TEORI 4.1 Dasar Teori 4.1.1 Pembentukan Batubara Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat- sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C 137 H 97 O 9 NS untuk bituminus dan C 240 H 90 O 4 NS untuk antrasit. Batubara terbentuk pada daerah-daerah rawa yang memiliki vegetasi dengan sistem pengairan yang jelek dalam kondisi reduksi. Rawa-rawa tersebut dapat terjadi di sungai bermeander, paparan delta, dan dataran pantai yang sering berasosiasi dengan laguna. Proses tumbuhan menjadi batubara bermula dari akumulasi tumbuh-tumbuhan di tempat setelah tumbukan tersebut ditransportasikan. Akumulasi batubara tersebut berlangsung di daerah dengan drainase yang tidak baik sirkulasinya sehingga menimbulkan kondisi anaerob atau kondisi kekurangan oksigen. Akibatnya organisme pembusuk tidak aktif dan menyebabkan tumbuh-tumbuhan terawetkan disertai proses karbonisasi.

Transcript of BAB IV Kp Balangan Coal

Page 1: BAB IV Kp Balangan Coal

BAB IV

DASAR TEORI

4.1 Dasar Teori

4.1.1 Pembentukan Batubara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah

batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya

adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-

unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia

yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur

memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan

C240H90O4NS untuk antrasit.

Batubara terbentuk pada daerah-daerah rawa yang memiliki vegetasi dengan

sistem pengairan yang jelek dalam kondisi reduksi. Rawa-rawa tersebut dapat terjadi

di sungai bermeander, paparan delta, dan dataran pantai yang sering berasosiasi

dengan laguna.

Proses tumbuhan menjadi batubara bermula dari akumulasi tumbuh-

tumbuhan di tempat setelah tumbukan tersebut ditransportasikan. Akumulasi

batubara tersebut berlangsung di daerah dengan drainase yang tidak baik

sirkulasinya sehingga menimbulkan kondisi anaerob atau kondisi kekurangan

oksigen. Akibatnya organisme pembusuk tidak aktif dan menyebabkan tumbuh-

tumbuhan terawetkan disertai proses karbonisasi. Setelah akumulasi berlangsung,

fasa proses sedimentasi oleh material lain menutupi bagian atasnya.

Fasa tumbuhan menjadi batubara terjadi melalui beberapa tingkatan, yaitu

pertama perubahan menjadi peat (gambut), dan seterusnya bisa menjadi lignit,

brown coal, coal, dan antrasit. Perubahan dari gambut menjadi lignit diakibatkan

proses diagnosis dan dari lignit menjadi brown coal atau sampai menjadi antrasit

diakibatkan proses metamorfosa. Perubahan itu tidak sama untuk semua tempat

karena dipengaruhi oleh waktu (umur), temperature, tekanan atau tektonik.

Page 2: BAB IV Kp Balangan Coal

4.2Tinjauan Umum Air

4.2.1 Pengertian Air

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk

hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan

kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan

seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka

bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun

kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk

keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi

kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu

orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan

definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian

pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan

dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-

undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah

ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-

komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut,

pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi

pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU

tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran

air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya

mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan

manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi

pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tga)

aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat

(Setiawan, 2001).

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat

berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air

sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut

Page 3: BAB IV Kp Balangan Coal

dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa

buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku/penyebab

dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang

disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus

menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat

berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat

tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara

tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar

(kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku

mutu tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No.

23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi

masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang

persyaratan kualitas tentang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun

1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter

kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan

mikrobiologi, ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001). Air yang

aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut.

4.2.2 Sumber Air

Air yang ada di permukaan bumi berasal dari beberapa sumber. Berdasarkan

letak sumbernya air dibagi menjadi tiga, yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah.

Air hujan merupakan sumber utama dari air di bumi. Air ini pada saat pengendapan

dapat dianggap sebagai air yang paling bersih, tetapi pada saat di atmosfer

cenderung mengalami pencemaran oleh beberapa partikel debu, mikroorganisme

dan gas (misal : karbon dioksida, nitrogen dan amonia).

Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa dan sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan ini berasal dari

air hujan dan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah dan lainnya. Air

tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian mengalami 8

penyerapan ke dalam tanah dan penyaringan secara alami. Proses-proses ini

menyebabkan air tanah menjadi lebih baik dibandingkan air permukaan (Chandra,B.,

2007).

Page 4: BAB IV Kp Balangan Coal

4.2.3 Karakteristik Air

4.2.3.1 Karakteristik Fisika Air

Karakteristik fisika air meliputi: kekeruhan, suhu, warna, zat padat terlarut,

bau dan rasa. Penyebab terjadinya kekeruhan dapat berupa bahan organik maupun

anorganik, seperti lumpur dan limbah industri. Suhu air mempengaruhi jumlah

oksigen terlarut. Makin tinggi suhu air, jumlah oksigen terlarut makin rendah. Warna

air dapat dipengaruhi oleh adanya organisme, bahan berwarna yang tersuspensi

dan senyawa-senyawa organik. Bau dan rasa dapat disebabkan oleh adanya

organisme dalam air seperti alga, juga oleh adanya gas Hsenyawa organik yang

berlangsung secara anaerobik (Hanum, F., 2002).

4.2.3.2 Karakteristik Kimia Air

Karakteristik kimia air meliputi: pH, DO (dissolved oxygent), BOD (biological

oxygent demand), COD (chemical oxygent demand), kesadahan dan senyawa kimia

beracun. Nilai pH air dapat mempengaruhi rasa dan sifat korosi. Beberapa senyawa

beracun lebih toksik dalam bentuk molekul daripada dalam bentuk ion, yang bentuk

tersebut dipengaruhi oleh pH. Dissolved Oxygen menunjukkan jumlah oksigen yang

terlarut dalam air. Oksigen terlarut berasal dari hasil fotosintesa selain dari absorbsi

atmosfer. Makin tinggi jumlah oksigen terlarut mutu air makin baik.

Biology Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen yang

diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air secara

biologi. Makin tinggi nilai BOD menunjukkan tingginya jumlah bahan organik dan

mutu air makin rendah. Chemical Oxygen Demand (COD) menunjukkan jumlah

oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik dalam air secara kimia.

Makin tinggi nilai COD menunjukkan tingginya jumlah bahan organik dan mutu air

makin rendah. Kesadahan air mempengaruhi efisiensi pemakaian sabun.

Kesadahan air disebabkan oleh adanya garam-garam kalsium dan magnesium yang

terdapat dalam air. Adanya senyawa arsen meskipun dalam jumlah yang kecil dapat

merupakan racun bagi manusia (Hanum, F., 2002).

Page 5: BAB IV Kp Balangan Coal

4.2.3.3 Pencemaran Air

Peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air

oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

Karena air tidak bertambah ataupun berkurang, maka dengan meningkatnya

pemanfaatan air, kualitasnyalah yang dapat berubah. Hal ini terjadi apabila

kemampuan air untuk membersihkan dirinya secara alamiah sudah terlampaui. Oleh

karena itu diperlukan tindakan untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Dengan

demikian pengelolaan hidrosfir dilakukan dengan mengelola pemanfaatan sumber

daya air. Tiga aspek yang perlu diperhatikan adalah (i) penghematan dan

konservasi, (ii) minimasi pengotoran dan pencemaran, dan (iii) memaksimalkan daur

ulang dan pemanfaatan kembali.

Pencemaran air adalah konsentrasi jenis pencemar di dalam air dalam suatu

periode waktu yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu yang

merugikan. Pencemaran air dapat disebabkan oleh limbah cair maupun limbah

padat. Limbah cair memiliki beragam jenisnya. Volume dari limbah cair tergantung

dari jenis kegiatan dan mode operasi. Umumnya volume limbah cair ini fluktuatif baik

volume maupun konsentrasinya terhadap waktu. Banyaknya limbah cair,

Page 6: BAB IV Kp Balangan Coal

dipengaruhi oleh proses kontinu, batch atau bergantian (campuran). Bahan polutan

yang dapat mencemari air dapat berupa bahan polutan yang terapung, tersuspensi

maupun yang berupa bahan terlarut.

Karena sifat-sifat limbah yang sangat kompleks, maka cara pengolahannya

harus disesuaikan dengan sifat-sifat limbah yang bersangkutan. Oleh karena itu,

harus dilakukan survey, analisa contoh limbah, dan yang paling penting adalah perlu

dilakukannya percobaan dalam skala laboratorium untuk menentukan parameter-

parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan.

4.3 Standar Desain, Kinerja dan Prosedural

Dalam pembuangan air limbah hasil pengolahan ke badan air penerima maka

harus dipastikan telah memenuhi standar baku mutu. Dalam pengelolaan lingkungan

air, terdapat 3 macam standar yang dikenal, yaitu

1. Standar desain adalah standar yang menentukan jenis-jenis sistem yang dapat

digunakan, ukuran ataupun karakteristik lain dari unit sistem.

2. Standar Kinerja.

Standar ini menentukan sekali hasil kerja suatu sistem, yang terdiri atas:

a. Standar aliran (stream)

Standar ini menentukan berbagai batasan zat-zat yang boleh ada dalam

suatu aliran air. Sehingga standar ini menggambarkan kualitas badan air pada

kondisi saat dimasukkannya air buangan ke badan air tersebut. Sistem ini sangat

dipengaruhi oleh kualitas badan air itu sendiri yang selama pengalirannya

mengalami perubahan debit dan kualitas. Dalam standar ini tidak dijelaskan

bagaimana hal tersebut dapat dicapai, tetapi lebih menunjukkan kualitas air yang

ingin dipertahankan sehingga diharapkan dapat terjadi self cleansing di dalam badan

air. Di Kalimantan Selatan, peraturan yang mengatur mengenai baku mutu air

adalah Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008.

b. Standar efluen

Standar ini menentukan batasan zat-zat yang boleh dibuang ke dalam

aliran terbuka bagi setiap sumber pengotor. Dalam standar ini hanya ditentukan

kualitas air yang dapat dibuang tanpa memperhitungkan kondisi badan air penerima

dan dianggap telah aman bagi lingkungan. Akhir-akhir ini standar efluen menyatakan

juga kuantitas zat pengotor yang boleh dibuang. Dalam pengolahan limbah cair

Page 7: BAB IV Kp Balangan Coal

batubara, standar efluen diatur dalam UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 dan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003.

c. Standar penyisihan

Standar ini menentukan persentase sesuatu zat yang harus dihilangkan

oleh suatu sistem. Misalnya suatu sistem harus dapat menghilangkan 85% BOD dari

suatu air limbah.

3. Standar Prosedural

Standar ini mengatur prosedur administratif untuk mendapat izin usaha,

persetujuan suatu proposal dan seterusnya.

Berdasarkan tiga macam standar diatas, dapat disimpulkan bahwa standar

kinerjalah yang paling fleksibel. Pada prakteknya ditemukan berbagai kombinasi dari

ke tiga jenis standar tersebut.

Kemampuan memeriksa air diperlukan, baik dilihat dari segi fisis, kimiawi,

maupun biologis dan radiologis untuk dapat melakukan penilaian. Penilaian kualitas

hidrosfir, pada dasarnya orang dapat memeriksa keberadaannya masing-masing

elemen fisis-kimia-biologis-radiologis di dalam air sesuai dengan standar kualitas air

yang dikehendaki ataupun yang berlaku. Pemeriksaan akan sangat mahal bila

dilakukan secara rutin oleh sebab itu perlu menentukan frekuensi pengambilan

contoh air baik itu air bersih atau air buangan. Untuk air buangan, mengingat bahwa

jumlah elemen yang ada di dalamnya banyak, maka pemeriksaan air dilakukan

secara tidak langsung, dengan memeriksa zat yang terkait dengan elemen-elemen

tersebut, seperti memeriksa BOD, COD, kesadahan, dan lain-lain.

Page 8: BAB IV Kp Balangan Coal

4.4 Tinjauan Air Limbah Cair

4.4.1 Sumber Air Limbah Cair

Limbah didefinisikan sebagai hasil sampingan yang tidak berguna, yang

berasal dari lingkungan masyarakat atau lingkungan industri, yang menurut sifatnya

dapat dibedakan tas limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah cair adalah

air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan

manusia dan lingkungan yang umumnya diakibatkan karena perbuatan manusia.

Sumber limbah cair yang lazim dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah

a. Limbah rumah tangga (domestic wastes), yaitu limbah yang berasal dari rumah

tangga, termasuk yang berasal dari WC, kamar mandi, dapur ataupun dari

pemakaian air di pekarangan.

b. Limbah industri (industri wastes), yaitu limbah yang berasal dari industri seperti

pabrik kimia, industri baja.

c. Limbah perdagangan (commercial wastes), yaitu limbah yang berasal dari

pusat perdagangan seperti pasar-pasar, hotel, restoran, teminal angkutan

darat, alut maupun udara serta kegiatan perdagangan lainnya.

Limbah cair pada lazimnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu bahan

padat, bahan cair dan bahan gas. Bahan-bahan ini berada dalam air limbah

umumnya berbentuk :

a. Bahan yang mengapung (floating material)

b. Bahan yang larut (dissolved solids)

c. Bahan koloidal (colloid) (Nasution, 2008)

4.4.2 Parameter Air Limbah Cair

Kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh

langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air

tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan

kualitas lingkungan. Air limbah industri harus mengalami proses daur ulang

sehingga dapt digunakan lagi atau dibuang kembali ke lingkungan tanpa

menyebabkan pencemaran air lingkungan.

Parameter bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan

yang dapat diamati melalui parameter-parameter berikut meliputi

Page 9: BAB IV Kp Balangan Coal

a. Aspek Kimia-Fisika

1. Suhu

Air dalam kegiatan industri sering kali di gunakan sebagai pendingin

mesin. Air yang digunakan tersebut biasanya akan meningkat suhunya diakibatkan

penyerapan panas dari mesin-mesin industri tersebut. Air ini jika dibuang ke sungai

maka air sungai akan menjadi panas. Air yang suhunya meningkat akan

menggangu kehidupan hewan air dan organisme air dikarenakan kadar oksigen

yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu (Wardhana,

2001 dalam Nasution, 2008)

2. pH

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6 sampai 8,

sedangkan pH air yang tercemar, misalnya air limbah (buangan), berbeda-beda

tergantung pada jenis limbahnya. Pada tabel 4.1 ditunjukkan hubungan antara

sumber limbah dan karakteristiknya.

Air limbah industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam

mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya rendah.

Komponen besi sulfur (FeS2) yang ada di air limbah dalam jumlah tinggi dalam air

juga akan meningkatkan keasamannya, karena FeS2 dengan udara dan air kan

membentuk H2SO4 dan besi yang larut. Perubahan keasaman pada air limbah, baik

ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH turun), akan sangat menggangu

kehidupan ikan dan hewan air (Kristanto, 2002)

Tabel 4.1 Hubungan antara Sumber Limbah dan Karakteristiknya.

KARAKTERISTIK SUMBER LIMBAH

Fisika

WarnaBahan organik, limbah industri dan

domestik

Bau Pengurai limbah industri

PadatanSumber air, limbah industri dan

domestik

Suhu Limbah industri dan domestik

Kimia

Organik

Karbohidrat Limbah industri, perdagangan,

Page 10: BAB IV Kp Balangan Coal

domestik

Minyak dan lemak Limbah industri, perdagangan,

domestik

Pestisida Limbah hasil pertanian

Penol Limbah industri

Anorganik

AlkaliSumber air, limbah domestik, infiltrasi

air tanah, buangan air ketel

KloridaSumber air, limbah industri, pelemahan

air

Logam berat Limbah industri

Nitrogen Limbah pertanian dan domestik

Ph Limbah industri

Posfor Limbah industri, domestik, alamiah

Sulfur Limbah industri, domestik

Bahan beracun Perdagangan, limbah industri

Biologi

Virus Limbah domestik

Sumber : Kristanto, 2002

3. Warna, Bau dan Rasa Air

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan

organik sering kali dapat larut di dalam air. Bahan buangan dan air limbah industri

dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan

normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.

Degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya

perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung warna

air, karena bahan buangan industri yang tidak memberikan warna.

Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan

buangan atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula berasal dari hasil

degradasi bahan buanga oleh mikroba yang hidup dalam air. Bahan buangan

industri yang bersifat organik atau bahan buangan atau air limbah dari kegiatan

industri pengolahan bahan makanan sering kali menimbulkan bau yang sangat

menyengat hidung. Bau yang dtimbulkan pada air lingkungan secara mutlak dapat

Page 11: BAB IV Kp Balangan Coal

dijadikan sebagai salah satu tanda tingkat pencemaran air yag cukup tinggi

(Wardhana, 2001 ).

4. Jumlah padatan

Padatan dalam air terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang

larut, mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air,

yang lambat laun akan menimbulkan pendangkalan pada dasar wadah penerima.

Padatan ini berakibat tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi

makhluk hidup lain, banyaknya padatan menunjukkan banyaknya lumpur yang

terkandung dalam air.

Air yang tercemar pada dasarnya selalu mengandung padatan yang

dapat dibedakan menjadi empat kelompok berdasarkan besarnya partikel dan sifat-

sifat lainnya, terutama kelarutannya, yaitu

a. Padatan terendap (sedimen)

Padatan terendap (sedimen) yaitu padatan yang dapat langsung

mengendap jika air tidak terganggu untuk beberapa saat. Padatan yang mengendap

tersebut terdiri dari partikel-partikel padatan yang mempunyai ukuran besar dan

berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya karena gravitasi.

b. Padatan tersuspensi dan koloid

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabakan kekeruhan air,

tidak larut dan tidak langsung mengendap. Padatan ini terdiri dari partikel-partikel

yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-

bahan organik, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya.

c. Padatan terlarut total

Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih

kecil dibandingkan padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa

organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Air

limbah pabrik gula misalnya, biasanya mengandung berbagai jenis gula larut,

sedangkan air limbah industri kimia sering mengandung mineral seperti Merkuri

(Hg), timbal (Pb), arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Nikel (Ni) serta garam

magnesium dan kalsium yang mempengaruhi kesadahan air.

d. Minyak dan lemak

Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam

kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air dapat

berasal dari berbagai sumber, diantaranya dari pembersihan dan pencucian kapal-

Page 12: BAB IV Kp Balangan Coal

kapal di laut, pengeboran minyak di dekat atau ditengah laut, terjadi kebocoran kapal

pengangkut minyak dan sumber-sumber lainnya seperti buangan pabrik. Semua

jenis minyak mengandung senyawa volatil yang dapat segera menguap. Volume

minyak akan hilang sebanyak 25% karena menguap dalam beberapa hari. Sisa

minyak yang tidak menguap akan mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air

dan minyak dapat bercampur (Kristanto, 2002)

5. Oksigen terlarut

Oksigen adalah gas yang tidak berbau, tak berasa dan hanya sedikit larut

dalam air. Kehidupan di air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal

sebanyak 5 ppm (5 mg oksigen dalam satu liter air). Oksigen terlarut (dissolved

oxygen) dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air dan dari atmosfer (udara)

yang masuk ke dalam air dengan kecepata tertentu. Konsentrasi oksigen terlarut

dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer.

b. Aspek Biokimia

1. BOD (Biological Oxygen Demand)

BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut

yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi

bahan-bahan buangan dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan

organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Konsumsi oksigen

tinggi ini ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut didalam air,

maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.

Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk proses reaksi

biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel

(Kristanto, 2002).

2. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) menggambarkan jumlah total oksigen

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Bahan organik

tersebut baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang

sukar didegradasi secara biologis (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O

(Effendi, 2005).

3. NH3 (Amoniak)

Amoniak dalam air limbah dihasilkan dari pembusukan secara bakterial

terhadap zat-zat organik pada kondisi anerobik. Gas amoniak yang menimbulkan

Page 13: BAB IV Kp Balangan Coal

bau busuk pada air limbah, oleh karena itu perubahan zat organik dari kondisi aerobik

menjadi anaerobik tidak diinginkan. Bau inilah yang dapat menunjukkan bahwa air

limbah masih baru atau telah membusuk. Bau dalam penentuan kondisi air limbah

penting dikarena oleh kenyataan bahwa konsentrasi yang sangat kecil dari pada

suatu zat tertentu dapat ditelusuri dari baunya (Purba, 2009).

4. N-total (Nitrogen Total)

Nitrogen sebagai salah satu nutrien yang terdapat dalam protein. Protein

merupakan komposisi utama plankton, dasar semua jaringan yang bertalian dengan

air. Plankton terdiri dari 50 % protein atau 7-10 % nitrogen (Sastrawijaya, 1991).

4.4.3 Karakteristik Air Limbah Cair

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara

pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis

besar karakteristik air limbah ini digolongkan sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan

padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram

seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,

berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

2. Karakteristik kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik

yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari

penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya

bersifat basa pada waktu masih baru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai

membusuk.

Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan, yakni:

gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan

asam amino.

gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan

karbohidrat, termasuk selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga

dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan

dalam proses pengolahan air buangan.

Page 14: BAB IV Kp Balangan Coal

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah, maka air

limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:

Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama

kolera, typhus abdominalis, disentri basiler.

Menjadi media berkembang-biak mikroorganisme patogen.

Menjadi tempat-tempat berkembangbiak nyamuk atau tempat hidup larva

nyamuk.

Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan

hidup lainnya.

Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak

nyaman dan sebagainya.

4.5 Jenis Pengolahan Air Limbah Batubara

4.5.1 Pengolahan Air Limbah Secara Fisik

Pengolahan air limbah secara fisik umumnya dilakukan untuk memisahkan

cairan dengan parameter yang mudah dihilangkan. Beberapa proses pengolahan

secara fisik yang dapat dilakukan seperti yang dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.2 Klasifikasi Proses Pengolahan Secara Fisik

Operasi Teknik

Pemisahan dengan gaya aksi yang berbeda

Gravitasi Sedimentasi

Sentrifugal Sentrifugasi

Magnetik Filtrasi magnetik

ElektrikalPresipitasi elektrostatik,

Electrophoresis

Pemisahan dengan melewatkan pada media

PartikulatFiltrasi granular, Filtrasi vacum

Filter press, Bag house filter

Makromolekul Ultrafiltrasi

Molekuler Osmosis balik, Dialisis,

Page 15: BAB IV Kp Balangan Coal

Elektrodialisis

Pemisahan berdasarkan perbedaan partisi fase

Cair-cair Solvent extraction

Gas-cair Destilasi, Air stripping, Absorption

Padat-cair atau padat-gas Adsorpsi

Sumber: Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Engineering, Treatment and Reuse

Proses pengolahan secara fisik yang paling sederhana adalah secara gravitasi

pada kolam-kolam atau tangki sedimentasi. Metode ini dapat memisahkan materi

tersuspensi dan cair akibat terjadinya pengendapan secara gravitasi. Umumnya

partikel yang terendapkan adalah lumpur dan pasir. Proses sedimentasi dapat terjadi

sebelum dilakukan penambahan bahan kimia untuk memperbesar flok maupun

sebelumnya dilakukan penambahan bahan kimia. Proses sedimentasi dapat terjadi

apabila kecepatan aliran air cukup rendah sehingga partikel tidak dapat terbawa

dengan arus air dan gaya gravitasi akan menyebabkan partikel tersisihkan dari air.

Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan dari partikel-partikel zat padat

dalam suatu cairan sebagai akibat gaya gravitasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

sedimentasi, diantaranya sebagai berikut:

a. Ukuran partikel

b. Temperatur air

c. Arus/Aliran air

Kolam atau tangki sedimentasi terdapat beberapa macam aliran air yang

terjadi diantaranya adalah :

- Arus densitas yang disebabkan oleh massa padatan atau partikel di

dalam kolam atau tangki, konsentrasi dari padatan atau partikel dan

temperatur air di dalam tangki atau kolam.

- Arus eddy yang terjadi akibat aliran air yang masuk dan keluar kolam atau

tangki.

- Arus-arus ini akan mempengaruhi terjadinya flokulasi partikel. Namun,

arus air ini juga dapat menyebabkan tersebarnya flok-flok pada kolam

atau tangki sehingga pengendapan dapat maksimal.

d. Bentuk partikel

Bentuk partikel mempengaruhi karakteristik pengendapan.

Page 16: BAB IV Kp Balangan Coal

e. Berat jenis atau kerapatan partikel

f. Berat jenis cairan

g. Viskositas cairan

h. Konsentrasi partikel dalam suspensi

i. Sifat-sifat partikel dalam suspensi

Dalam proses sedimentasi, terdapat empat tipe sedimentasi yaitu:

a. Klarifikasi golongan 1, yaitu bila dalam daerah klarifikasi ini partikel-

partikel mengendap sebagai partikel tunggal (diskrit).

b. Klarifikasi golongan 2, yaitu bila partikel-partikel mengendap sebagai

kumpulan dalam bentuk kelompok-kelompok tunggal/flok.

c. Zona settling, yaitu apabila partikel-partikel zat padat yang ada dalam

suspensi berada pada jarak yang demikian dekatnya satu sama lain,

maka sebagai akibat adanya gaya-gaya kohesi, antara partikel-partikel

tersebut segera terjadi suatu ikatan dan akan terbentuk suatu struktur

yang plastis.

d. Kompresi, yaitu dimana pada derajat pengenceran yang rendah (yaitu

suspensi yang pekat) struktur gumpalan yang menggumpal pada dasar

bejana akan membentuk lapisan yang makin lama makin tebal. Akibat

tekanan yang diberikan oleh lapisan yang ada di bagian atas, maka

lapisan-lapisan di bagian bawah mengalami pemadatan dan menjadi lebih

pekat.

Pengendapan partikel diskrit, partikel dipandang sebagai satu partikel dan

tidak berubah dalam ukuran, bentuk dan kepadatannya selama proses

pengendapan. Pengendapan partikel diskrit dapat ditemui dari suspensi pasir, debu

dan batubara. Pengolahan limbah cair batubara umumnya menggunakan klarifikasi

golongan 1 dan atau klarifikasi golongan 2 bila partikel sangat halus dan sulit

mengendap.

4.5.2 Pengolahan Air Limbah Secara Kimia

Batubara yang terlarut dalam air membentuk suspensi yang terdiri dari sekitar

30-40% partikel padat. Operasi pemisahan partikel padat dari air akan relatif lebih

mudah dilakukan apabila partikel berukuran relatif kasar. Proses pengolahan kimia

biasanya menyangkut beragam reaksi kimia baik satu ataupun banyak fase.

Pengolahan secara kimia ini mengacu pada penambahan zat kimia atau adanya

Page 17: BAB IV Kp Balangan Coal

suatu reaksi kimia yang terjadi pada proses pengolahannya. Dalam pengolahan air

limbah dari aktivitas penambangan batubara, pengolahan secara kimia dilakukan

dengan penambahan bahan kimia berupa senyawa koagulan dan flokulan untuk

mengikat material-material terlarut sehingga dapat membentuk flok lebih besar dan

mampu mengendap secara gravitasi. Material-material yang terlarut di dalam cairan

merupakan partikel padat yang pada umumnya permukaan partikel diselimuti oleh

muatan listrik sejenis (negatif atau positif) yang tergantung pada komposisi

pembentuk koloid. Muatan ini menyebabkan terbentuknya medan listrik di sekitar

partikel koloid (potensial elektrostatik) sehingga koloid satu sama lainnya saling

menjauh sehingga partikel koloid stabil dalam air. Penambahan ion atau koloid yang

memiliki muatan yang berlawanan dengan muatan koloid diperlukan sehingga zeta

potensial dapat dikurangi dan partikel koloid dapat menyatu dan membentuk partikel

yang lebih besar. Proses kimia yang dilakukan dalam pengolahan air limbah yaitu

proses koagulasi dan flokulasi.

Koagulasi

Istilah koagulasi berasal dari bahasa latin coagulare yang berarti bergerak

bersama. Koagulasi adalah proses destabilisasi atau netralisasi partikel koloid, yaitu

penggabungan dari partikel-partikel koloid membentuk flok-flok dengan penambahan

bahan kimia sebagai koagulan. Pada proses ini terjadi pengurangan besarnya gaya

tolak-menolak antara partikel-partikel koloid di dalam larutan (air). Pada umumnya

koagulan yang sering digunakan adalah :

- Aluminium sulfate (tawas) : Al2(SO4)3.14 H2O

- Polyaluminium Chloride (PAC) : Al2(OH)3Cl3

- Iron salt- Ferric Sulfate : Fe2(SO4)3

- Iron Salt-Ferric Chloride : Fe2Cl3.

Pengolahan air untuk mencapai proses koagulasi yang optimal diperlukan

pengaturan semua kondisi yang saling berkaitan dan mempengaruhi proses

tersebut. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi tersebut antara lain:

a. PH

Koagulasi akan berjalan dengan baik pada jarak pH tertentu. pH optimum

adalah kesesuaian antara pH yang diperlukan untuk koagulasi dan pH yang

diperlukan untuk flokulasi.

b. Kekeruhan

Page 18: BAB IV Kp Balangan Coal

Secara garis besar terdapat hubungan antara kekeruhan dan dosis

koagulan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sejumlah minimum koagulan harus ditambahkan untuk setiap konsentrasi

kekeruhan agar terbentuk sejumlah flok.

2. Umumnya dosis koagulan akan naik bersamaan dengan meningkatnya

kekeruhan.

3. Bila kekeruhan sangat tinggi, mungkin akan diperlukan koagulan yang

lebih sedikit, hal ini disebabkan karena besarnya kemungkinan terjadinya

tumbukan antar partikel-partikel koloid yang telah dikoagulasikan. Bila

kekeruhan rendah, kemungkinan untuk terjadinya tumbukan itu tidak

terlalu besar sehingga lebih sukar untuk dikoagulasikan.

c. Pengadukan

Ada dua tahap pengadukan yang bertujuan untuk menghasilkan

turbulensi pada pengadukan air. Pengadukan cepat bertujuan untuk

mendistribusikan koagulan secara merata dan mempercepat tumbukan partikel-

partikel atau dengan ion-ion di dalam suspense. Kecepatan pengadukan sangat

mempengaruhi flok. Bila kecepatan pengadukan terlalu lambat, akan mengakibatkan

terlalu lambatnya pertumbuhan flok. Tetapi bila kecepatan pengadukan terlalu cepat,

akan mengakibatkan terpisahnya kembali flok-flok yang telah bergabung.

d. Suhu

Penurunan suhu suspensi akan menyebabkan kenaikan viskositas,

sehingga kecepatan mengendap partikel akan berkurang. Penurunan kecepatan

juga telah diketahui dapat menurunkan kecepatan reaksi kimia, sehingga bisa

mempengaruhi proses koagulasi.

Flokulasi

Flokulasi berasal dari kata flocculare yang berarti membentuk flok.

Flokulasi adalah proses bergabungnya partikel koloid yang tidak stabil membentuk

mikroflok (flok yang lebih besar), sehingga mudah dipisahkan dari air dengan

pengendapan secara gravitasi. Proses ini terjadi karena adanya tumbukan antara

flok hasil koagulasi dengan flok lainnya.

Koagulasi merupakan gabungan antara destabilisasi partikel dan

transportasi partikel, sedangkan flokulasi hanya merupakan proses transportasi

partikel. Istilah destabilisasi diartikan bahwa peristiwa fisiokimia yang disebabkan

Page 19: BAB IV Kp Balangan Coal

oleh penambahan koagulan sehingga terjadi saling ikat antar partikel. Transportasi

partikel merupakan suatu peristiwa yang mengakibatkan tumbukan antar partikel.

4.6 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air berguna untuk penentu keberadaan bahan pencemar

dalam suatu perairan. Kualitas air umumnya ditentukan dari kualitas dari output

suatu sistem pengolahan air limbah. Output yang diharapkan dari sistem pengolahan

air limbah harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan Menteri Lingkungan

Hidup, Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Gubernur, yang berkaitan dengan

kemampuan badan air menerima unsur pencemaran. Ada dua pendekatan yang

berlaku untuk menentukan output dari sistem pengolahan air limbah, yaitu :

a. Effluent Standard

Penentuan kualitas output effluent standard ditetapkan oleh lembaga

yang berwenang seperti BAPEDAL atau Menteri Lingkungan Hidup. Untuk limbah

domestik dan industri, standar effluennya tidak sama, demikian juga untuk setiap

industri yang berbeda.

b. Stream standard

Penentuan kualitas output stream standard berkaitan dengan kemampuan

badan air penerima untuk melakukan self purification. Karena itu dibutuhkan

penyelidikan karakteristik badan penerima (misalnya dalam jangka waktu 5-10

tahun). Kelemahan stream standard adalah tidak memperhitungkan kemungkinan

terjadinya perubahan kualitas air di badan air penerima.

Peraturan yang digunakan sebagai acuan parameter kualitas air kegiatan

dengan kemampuan badan air penerima untuk melakukan self purification. Karena

itu dibutuhkan penyelidikan karakteristik badan penerima (misalnya dalam jangka

waktu 5-10 tahun). Kelemahan stream standard adalah tidak memperhitungkan

kemungkinan terjadinya perubahan kualitas air di badan air penerima.

Peraturan yang digunakan sebagai acuan parameter kualitas air kegiatan

penambangan batubara adalah :

- UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009

- Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 sebagai acuan parameter

kualitas air sungai.

Page 20: BAB IV Kp Balangan Coal

- Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 sebagai

acuan parameter kualitas effluent dari sistem pengolahan air limbah.

- Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008.

- Keputusan Bupati Balangan Nomor 188.45/77/Kum Tahun 2011.

- Keputusan Bupati Tabalong Nomor 20 Tahun 2011.

Peraturan yang digunakan sebagai acuan utama baku mutu air limbah

kegiatan penambangan batubara di PT. Adaro Indonesia adalah Keputusan Bupati

Balangan Nomor 188.45/77/Kum Tahun 2011 tentang Ijin Pembuangan Air Limbah

dan Penetapan Lokasi Titik Penaatan Pembuangan Air Limbah PT. Adaro Indonesia

dan Keputusan Bupati Tabalong Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pemberian Ijin

Penetapan Titik Penaatan Pembuangan Air Limbah Kegiatan Pertambangan

Batubara PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong. Penentu mutu air yaitu pH,

residu tersuspensi (TSS), besi (Fe) total, mangan (Mn) total, timbal (Pb) total serta

minyak dan lemak.

Analisis air adalah cara untuk penaksiran kandungan bahan yang

terdapat dalam air tersebut. Analisis tersebut meliputi analisis sifat kimia, fisik dan

biologi.Analisis sifat fisik adalah terdiri dari suhu, bau, warna, kekeruhan (turbiditas),

dan zat padat terlarut.Analisis sifat kimia adalah terdiri dari bahan organik dan

ammonia, nitrogen, nitrit, nitrat, sulfit, sulfide, klorida, oksigen terlarut (DO), BOD, zat

beracun, logam berat, metan dan pH. Analisis biologi yang dilakukan dengan

pemeriksaan biologi yang dilakukan dengan pemeriksaan bakteriologis dilakukan

jika terjadi kesulitan dalam menerjemahkan analisis kimia.

4.6.1 TSS (Total Suspended Solids)

Suspensi adalah sistem koloid zat padat yang terserak dalam zat cair, partiel-

partikel ini tidak mudah mengendap karena kecil ukurannya dan tidak mudah

menggumpal karena saling menolak. Padatan tersuspensi total (Total Suspended

Solid atauTSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan

pada saringan milipore dengan diameter 0,45 µm, dengan semakin tinggi nilai

padatan tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Padatan tersuspensi

terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada

sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel organisme dan

Page 21: BAB IV Kp Balangan Coal

sebagainya. Faktor-faktor penyebab adanya TSS diantaranya adalah tinggi limpasan

permukaan, erosi tanah, air limbah, dan membusuknya tanaman dan hewan.

4.6.2 pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu cairan. Air murni bersifat netral,

dengan pH pada suhu 25 °C mendekati 7. Cairan dengan pH lebih kecil dari 7

dikatakan bersifat asam, dan sebaliknya bersifat basa. Air asam tambang (AAT)

merupakan contoh cairan yang pH-nya rendah dan terbentuk akibat oksidasi

mineral-mineral sulfida, terutama pirit (FeS2) yang menghasilkan asam sulfat.

Tingkat kemasamannya yang tinggi, AAT dapat melarutkan mineral-mineral lain dan

melepaskan kation-kation, seperi Fe, Mn, Al, Cu, Zn, Cd, Ni, dan Hg. Apabila

terbawa ke sumber air, AAT dapat mendegradasi produktivitas biologis sistem

akuatik tersebut. Pada kondisi parah, maka air menjadi tidak aman konsumsi dan

penggunaan-penggunaan yang lain, seperti irigasi, industri, dan rekreasi

(Widdowson, 1990).

Konsentrasi ion hidrogen merupakan parameter penting dalam air limbah.

Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan

efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk

mulekuler dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

4.7 Sistem Pengolahan Air Limbah Cair PT.Adaro Indonesia

Sistem pengolahan air limbah pada lokasi penambangan PT. Adaro Indonesia

di desain untuk menampung dan mengolah air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan

penambangan yang bersumber dari Sump pit, Finecoal dan stock ROM (Run of

Mine), erosi dari disposal ataupun air limpasan (run off).

Pada sistem pengolahan air limbah yang diterapkan di PT. Adaro Indonesia

terdapat beberapa kolam yang berada pada satu Settling Pond, yaitu:

1. Sedimentation pond

2. Safety pond

3. Treatment pond

Page 22: BAB IV Kp Balangan Coal

4. Mud pond

Setiap batasan antar kolam perlu dibangun overflow tempat aliran air limbah

mengalir menuju kolam selanjutnya. Overflow dibangun secara permanen dengan

menggunakan beton untuk menghindari terjadinya erosi akibat gerusan aliran air

limbah.

Gambar 4.1.Diagram Alir Sistem Pengolahan Air Limbah PT. Adaro Indonesia.

Berikut gambaran secara luas satu rangkaian settling pond :

Influen air limbah dari sump, pit, air larian, drainase, dll

SedimentationPond

(Sed-P)

Safety Pond(Saf-P)

TreatmentPond(TP)

Mud Pond(MP)

EffluentBadan air penerima (sungai)

A B C D

Page 23: BAB IV Kp Balangan Coal

Gambar 4.2 Settling Pond

Keterangan gambar diatas adalah:

A Sedimentation Pond

B Safety Pond

C Treatment Pond

D Mud Pond

4.8 Instrumentasi Alat-Alat Labotarium

4.8.1 pH Meter

pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH

(kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan (meskipun

probe khusus sering digunakan untuk mengukur pH zat semi padat). Selain itu

pH meter juga dapat mengukur parameter-parameter pendukung seperti

suhu,konduktivitas,salinitas dan lain-lain.

Gambar 4.3 PH Meter

Page 24: BAB IV Kp Balangan Coal

4.8.2. Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah sebuah alat digital untuk mengukur atau

menganalisis komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif atau kualitatif yang

didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya seperti tingkat kekeruhan

atau TSS,Besi (fe),Mangan (Mn) dan lain-lain.

Gambar 4.4. Spektrofotometer

4.8.3 Flowmeter

Pengukuran kecepatan aliran ditentukan dengan menggunakan alat

flowmeter.Pengukuran kecepatan dengan alat ini menggunakan prinsip hubungan

antara kecepatan sudut dan kecepatan aliran. Pada praktek dilapangan, kecepatan

aliran yang diambil adalah kecepatan aliran maksimum dilapangan.

Gambar 4.5 Flowmeter