BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...
-
Upload
nguyenngoc -
Category
Documents
-
view
243 -
download
0
Transcript of BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...
166
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1.Kesimpulan
Terkait relevansi pertanyaan penelitian yang menjadi acuan dalam proses
analisa dan pembahasan berikut beberapa kesimpulan penelitian Walkability pada
Kawasan Berbasis Transit Oriented Development Studi Kasus Kawasan Stasiun
Lempuyangan
6.1.1. Walkarea Kawasan Berbasis Transit Oriented Development pada
Kawasan Stasiun Lempuyangan
Walkarea inti (core walkarea) kawasan Stasiun Lempuyangan berada
dalam radius 400meter dari Setasiun Lempuyangan dengan perluasan walkarea
(secondary area) di luar radius 500meter dari Stasiun Lempuyangan.
Walkarea inti dengan intensitas pejalan kaki yang tinggi cenderung
terbentuk dari pergerakan pejalan kaki menuju fasilitas perpindahan mode
transportasi dari kereta berganti ke angkutan darat lainnya. Walkarea inti
terbentuk dari jaringan jalur pejalan kaki yang menghubungkan pintu stasiun
dengan area dropoff & pick up, parkir stasiun, fasilitas paratransit, dan transit
masal seperti pemberhentian bus dan shelter BRT.
Perluasan walkarea (secondary area) memiliki intensitas pejalan kaki
yang lebih rendah dibanding walkarea inti dengan potensi jaringan jalur pejalan
kaki yang menghubungkan stasiun dengan magnet-magnet kawasan yang kuat
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
167
yaitu pusat kota Jl.Sudirman (utara) dan kawasan malioboro (barat). Perluasan
walkarea ke selatan dan timur tidak berkembang sejauh perluasan walkarea ke
utara dan barat karena tidak terdapat magnet kawasan yang kuat serta tidak
tersedianya pilihan transit masal bus dan BRT.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi bentukan walkarea pada
kawasan Stasiun Lempuyangan adalah:
Faktor Teknis
1. Letak fasilitas perpindahan mode transportasi dari kereta berganti ke angkutan
darat lainnya
2. Letak sebaran magnet-magnet kawasan di sekitar stasiun.
3. Ketersediaan jalan pintas baik melintasi rel atau melalui jalan kampong
6.1.2. Kondisi Walkability Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
pada kawasan Stasiun Lempuyangan
Kondisi walkability kawasan berbasis Transit Oriented Development pada
kawasan Stasiun Lempuyangan adalah sebagian area merupakan area yang
walkable dengan tingkat walkability cukup baik namun sebagian lainnya masih
merupakan area non-walkable dengan tingkat walkability yang buruk.
Karakteristik utama dari area yang walkable adalah memiliki kejelasan
keberadaan trotoar dan fasilitas penyeberangan yang bisa diakses pejalan kaki
normal maupun berkebutuhan khusus tanpa mengalami gangguan yang
membahayakan baik dari hambatan permanen, PKL dan pengguna jalan lainnya.
Disusul dengan karakteristik lainnya seperti penerangan dan keamanan dari
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
168
tindakan kriminal, keterlindungan terhadap panas & hujan, ketersediaan serta
kemenarikan steet furniture dan fungsi bangunan disekitarnya
Karakteristik utama dari area non-walkable adalah tiadk terdapat jalur
pejalan kaki ataupun tersedianya jalur pejalan kaki dalam kondisi buruk dan sulit
untuk diakses dengan banyak hambatan baik halangan dari PKL dan pengguna
jalan lainnya yang membahayakan. Opsi berjalan kaki pada area yang non-
walkable merupakan pilihan yang sulit dan tidak memberi kenyamana serta
kemudahan bagi pejalan kaki.
Area di dalam walkarea inti cenderung memiliki setting ruang yang non-
walkabe. Walkable area pada kawasan Stasiun Lempuyangan cenderung terletak
pada perluasan walkarea (secondary area) mengarah menuju magnet kawasan.
Walkarea inti sebaiknya merupakan area yang memiliki kualitas setting
ruang terbangun yang walkable. Walkable area dikembangkan berdasarkan konsep
pedestrian friendly, memiliki desain ruang pejalan kaki yang nyaman, memiliki
kondisi pelingkup jalan yang teduh dan menarik serta terkoneksi dengan mudah
dan aman terhadap stasiun. Walkable area juga merupakan area yang transit
supportive, memiliki integrasi yang kuat antara stasiun dengan fasilitas transit
masal berupa bus maupun BRT.
6.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Walkability Kawasan berbasis
Transit Oriented Development pada Kawasan Stasiun Lempuyangan
Faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi walkability kawasan berbasis
Transit Oriented Development pada kawasan Stasiun Lempuyangan:
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
169
1. Faktor jarak menuju tempat tujuan dan fasilitas transit dari dan menuju Stasiun
Lempuyangan (Distance - to transit)
Jarak tempuh menuju fasilitas parkir, area drop off & pick-up penumpang,
serta fasilitas paratransit pada Stasiun Lempuyangan lebih dekat dibanding
jika harus berjalan kaki menuju titik pemberhentian bus dan shelter BRT.
2. Faktor aksesibilitas tujuan dari dan menuju Stasiun Lempuyangan
(Destination Accessibility)
Akses menuju area drop off & pick-up penumpang, parkir, serta fasilitas
paratransit pada Stasiun Lempuyangan lebih mudah diakses dengan waktu
yang lebih sedikit dibanding jika harus berjalan menuju fasilitas transit masal.
3. Faktor desain dan jaringan jalur pejalan kaki dalam walkarea (Design &
Network). Faktor ini utama dipengaruhi oleh:
a. Ketersediaan jalur pejalan kaki (sidewalk, walkway, jalur penyeberangan)
yang jelas dan mampu diakses oleh pejalan kaki normal maupun
berkebutuhan khusus belum melingkupi keseluruhan jalur dalam walkarea.
b. Sebagian besar jalur pejalan kaki dalam walkarea rawan ancaman konflik
dengan pengguna jalan lainnya, parking on sidewalk dan PKL serta
ancaman crossing dengan kendaraan lain saat menyeberang.
c. Ketersediaan signage minim dalam segi jumlah dan kejelasan informasi
pengarah mengenai letak stasiun, fasilitas transit, dan magnet kawasan.
d. Keberadaan pohon peneduh dan pengarah sangat minim, efektivitas
keterlindungan kanopi tanaman rambatan minim dan belum melingkupi
keseluruhan jalur dalam walkarea.
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
170
e. Tata guna lahan dalam walkarea tidak menarik perhatian pejalan kaki dan
memiliki tingkat vitalitas yang rendah
f. Ketersediaan street furniture minim, dalam kondisi yang tidak menarik dan
tidak berfungsi maksimal.
Untuk peningkatan walkability dari walkarea Stasiun Lempuyangan yang
berbasis TOD kedepannya, faktor kepadatan (density) dan keragaman tata guna
lahan (diversity) juga perlu diperhatikan disamping prioritas terhadap faktor-
faktor utama diatas.
6.1.4. Permasalahan Kawasan Stasiun Lempuyangan
Permasalahan utama pada Stasiun Lempuyangan yang mempengaruhi
kondisi walkarea dan walkability di sekitar stasiun adalah adanya parkir liar dan
PKL, kurang terintegrasi jalur yang menghubungkan stasiun dengan fasilitas
transit bus dan BRT, serta keberadaan stasiun barang yang tidak sesuai dengan
perkembangan kondisi stasiun penumpang saat ini.
Kondisi eksisting stasiun Lempuyangan dan kawasan sekitar dinilai
kurang sesuai dan overload dalam mewadahi semua kebutuhan berbagai aktivitas
yang berhubungan dengan efektivitas fungsi transit. Pengembangan stasiun
hendaknya memperhatikan penyelesaian terhadap masalah-masalah tersebut.
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
171
6.2.Rekomendasi
Fokus rekomendasi pada strategi meningkatkan walkability kawasan
berbasis Transit Oriented Development pada kawasan Stasiun Lempuyangan.
Rekomendasi terbagi atas tiga bagian, yaitu rekomendasi sistem makro, meso,
serta mikro yang saling berhubungan.
Rekomendasi skala Makro, sebagai berikut:
1. Perluasan area stasiun Lempuyangan, area stasiun barang dikembangkan
menjadi stasiun penumpang guna mencukupi kebutuhan ruang stasiun,
parkir, dan membuka keterhubungan dengan area siis utara perlintasan
KA.
2. Konsentrasi peningkatan kualitas ruang terbangun pada area deliniasi
walkarea jarak tempuh 500m sebagai walkarea inti kawasan (core area).
3. Konsentrasi peningkatan kualitas jalur pejalan kaki pada koridor utama
jalur pejalan kaki pada walkarea perluasan inti menuju magnet-magnet
kawasan (secondary area).
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
172
Rekomendasi skala meso, sebagai berikut:
Lingkup Faktor
(Variabel)
Eksisting Arahan Rekomendasi
Keterangan Index Peningkatan
index Keterangan
Jarak tempuh
(Distance - to
transit)
Moda berjalan kaki banyak
dilakukan oleh pejalan kaki pada
area dengan deliniasi jarak
tempuh < 400meter
2.96 4 - 5
Peletakan shelter BRT/halte bus di dalam area kawasan stasiun dalam
jangkauan jarak tempuh ideal (<200m)
Peletakan shelter BRT/halte bus pada perpanjangan koridor utama jalur dalam
secondary area, dengan jangkauan jarak tempuh antar shelter ± 400m - 600m
Melengkapi node transit dengan parkir sepeda
Aksesibilitas
Tujuan
(Destination
Accessibility)
Moda berjalan kaki banyak
dilakukan oleh pejalan kaki pada
area dengan waktu tempuh <
10menit dengan pencapaian
mudah.
3.07 4 - 5
Konektor internal dan external yang menghubungkan area stasiun di selatan
dan utara perlintasan KA berupa underpass/skyway
Peletakan shelter BRT/halte bus pada area stasiun dengan visibilitas shelter
yang jelas dan pencapaian yang mudah
Mengembangkan jalan pintas khusus bagi pejalan kaki melalui perkampungan
Desain dan
Jaringan (Design &
Networks)
Kualitas ruang pejalan kaki baik
< 50% jalur dalam walkarea 1.94 4 - 5 Meningkatkan kualitas desain dan jaringan jalur pejalan kaki dalam walkarea
Tabel 6.1. Rekomendasi Skala Messo
( Analisa, November 2013)
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
173
Untuk arahan rekomendasi variabel Design & Networks lebih diperinci sebagai berikut:
Lingkup Faktor
(Variabel)
Eksisting ArahanRekomendasi
Keterangan Index Peningkatan
index
Keterangan
Ko
nek
tiv
itas
(Co
nn
ecti
vity
)
Kejelasan jalur kurang
terdefinisi (<50% dari
keseluruhan jalur)
1.89 4 - 5
Memperjelas keberadaan trotoar sepanjang jalur pejalan kaki dalam core
walkarea dan koridor utama jalur pejalan kaki dari secondary area
Kem
ud
ahan
(C
on
ven
ien
ce)
Ketersediaan
Signage
Ada tapi kurang (jelas &
jumlah) 1.78 4 - 5
Menambah ketersediaan signage informasi dan pengarah integrasi antara stasiun
dengan fasilitas transit dan magnet kawasan
Peletakan signage pada area stasiun, fasilitas transit, area publik, dan
persimpangan jalan.
Aksesibilitas Kurang aksesibel (<50%
dari keseluruhan jalur) 1.56 4 - 5
Pemasangan elemen aksesibilitas ; guiding block,ramp. utamanya pada jalur
pejalan kaki utama dalam core walkarea dan secondary area
Menyempurnakan kualitas jalur pejalan kaki, dengan lebar minimum 1,2m
dengan material penutup yang nyaman dan durable
Memberi warna ataupun pola tertentu pada jalur pejalan kaki yang
menghubungkan antara stasiun-fasilitas transit maupun pusat keramaian dalam
kawasan
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
174
Lingkup Faktor
(Variabel)
Eksisting ArahanRekomendasi
Keterangan Index Peningkatan
index
Keterangan
Kes
elam
atan
(S
afe
ty) Persimpangan
(Crossing)
Banyak crossing (> 50%
dari keseluruhan jalur),
cenderung tidak ada
pengaturan
1.33 3-5
Mengurangi kerawanan bahaya crossing dengan memperjelas akses crossing,
baik berupa on ground crossing, skywalks, dan under ground crossing.
Mengurangi kerawanan bahaya crossing dengan bantuan pengaturan pelican
crossing, traffic light.
Underground crossing yang menghubungkan area stasiun di selatan dan utara
perlintasan KA
Menetapkan beberapa penggal jalan sebagai area pedestrian priority
Konflik
pejalan kaki
(Conflict)
Banyak conflict (> 50%
dari keseluruhan jalur),
sebagian ada pengaturan
1.67 4-5
Menetapkan beberapa penggal jalan sebagai area pedestrian priority
Desain layout sidewalk memisahkan antara jalur pejalan kaki dengan area
sirkulasi kendaraan dengan bantuan bollard, planter box , maupun sidewalk
tools area.
Kea
man
an (
Sec
uri
ty) Ketersedian
Penerangan
(Lighting)
Sebagian jalur cukup
penerangan (50% dari
keseluruhan jalur)
2.74 4-5
Meningkatkan ketersediaan penerangan guna mencegah kerawanan terhadap
tindak kriminalitas
Durasi vitalitas
(Vitality)
Vitalitas kegiatan di
sebagian dari jalur (50% 2.7 4-5
Mengembangkan area stasiun barang dan pergudangannya menjadi area
perluasan stasiun penumpang
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
175
Lingkup Faktor
(Variabel)
Eksisting ArahanRekomendasi
Keterangan Index Peningkatan
index
Keterangan
dari keseluruhan jalur) Menempatkan fungsi tata guna lagan dengan vitalitas tinggi seperti komersil,
mixed used pada jalur pejalan kaki utama dalam core walkarea dan secondary
area
Kem
ena
rika
n (
Att
ract
ivit
y)
Keterlindungan
(Protection)
Kurang terlindungi
(<50% keseluruhan jalur) 2.33
4-5
Mengoptimalkan keterlindungan pada jalur pejalan kaki dengan teduhan vegetasi
dan kanopi
Kemenarikan
street furniture
Tidak tersedia serta tidak
menarik (0% dari jalur)
1.22
4-5
Melengkapi titik pusat keramaian, persimpangan dengan peta kawasan (Area
Map) dan landmarking yang khas
Melengkapi jalur pejalan kaki dengan bench, bike rack, penerangan, dan street
furniture lainnya
Kemenarikan
aktivitas dan
Land use
Kurang menarik dan
kurang mengundang
(<50% dari keseluruhan
jalur)
2.22 4-5
Peletakan fungsi komersil yang mengundang di sekitar stasiun
Memindahkan area "Nyore" yang terjadi di bawah area fly over ke area sekitar
stasiun yang lebih aman dan terfasilitasi
Pengaturan layout area komersil yang kreatif dan mengundang pergerakan
pejalan kaki
Mengintegrasikan jalur pejalan kaki dengan kantong-kantong pedestrian dan
taman lokal yang aktif.
Tabel 6.2. Rekomendasi Skala Messo untuk Lingkup Design & Networks
( Analisa, November 2013)
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
176
Rekomendasi skala mikro kawasan stasiun, sebagai berikut:
1. Pengembangan stasiun barang dan pergudangannya sebagai perluasan area
bagi stasiun penumpang
2. Pengembangan stasiun menjadi stasiun dengan dua sisi, area utara rel
kereta api dikembangkan menjadi stasiun penumpang
3. Menghubungkan area stasiun di utara stasiun dan selatan stasiun dengan
konektor internal dan ekternal berupa underpass maupun skywalk.
4. Penambahan kantong parkir dan penataan area parkir layanan becak, ojek,
taksi, mobil carter, dll.
5. Area drop off dan pick-up area yang lebih aman dan nyaman
6. Peletakan area shelter BRT ataupun halte dalam area stasiun dengan
keterhubungan jalur khusus bagi pengguna layanan transit
7. Pengembangan stasiun dengan menambahkan fungsi komersil dan mixed
used.
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan Rekomendasi Pengembangan Kawasan Stasiun Lempuyangan dan Walkarea dalam skala makro
Keterangan
No Halaman
Arahan Rekomendasi skala makro:
1. Area stasiun barang dikembangkan menjadi stasiun penumpang guna mencukupi kebutuhan ruang stasiun, parkir, dan membuka keterhubungan dengan area sisi utara perlintasan KA.
2.Konsentrasi peningkatan kualitas ruang terbangun pada area deliniasi walkarea jarak tempuh 400m sebagai walkarea inti kawasan
3.Konsentrasi peningkatan kualitas jalur pejalan kaki pada koridor utama jalur pejalan kaki pada walkarea perluasan inti menuju magnet-magnet kawasan (secondary area).
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan Rencana Jaringan jalanMakro - Messo
Keterangan
No Halaman
Koridor Utama Jalur Pejalan Kaki dalam Core Walkarea
Koridor Utama Jalur Pejalan Kaki dalam Secondary Area
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Pengembangan akses baru
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan Rencana Jaringan TransitMakro - Messo
Distance (to Transit)
Keterangan
No Halaman
Jangkauan Pelayanan Shelter BRT
Shelter BRT Eksisting
Shelter BRT Baru
r: 300m
Kantong Parkir area Stasiun
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan Makro-MesoKonektivitas Jalur Pejalan Kaki
Destination AccessibilityConnectivity
Keterangan
No Halaman
Integrasi antara Shelter BRT dan kantong Pedestrian
Kantong Parkir area Stasiun
RTH
Trotoar (Sidewalk)
Walkaway
Pedestrian Only
Koridor Stasiun - Shelter BRT
Konektor (Underpass/skywalk)
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan RencanaPeletakan Signage Integrasi Stasiun, Shelter BRT, dan Magnet Kawasan
Signage AvailabilityDestination Accessibility
Keterangan
No Halaman
Area peletakan signage:
- Area stasiun- Fasilitas transit- Area publik- Persimpangan jalan.
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan RencanaPeletakan Bantuan Pengaturan Crossing
Crossing Safety
Keterangan
No Halaman
Area peletakan bantuan pengaturan Crossing
Bantuan pengaturan
Zebra Cross
Traffic Light
Pelican Crossing
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Arahan RencanaKeterlindungan Jalur Pejalan kaki
AttractivityProtection
Keterangan
No Halaman
Keteduhan & Keterlindungan pada kantong pedestrian
Koridor Penghubung
Fly Over
Sabuk hijau sepanjang koridor
Tahapan meningkatkan keterlindungan & keteduhan jalur pejalan kaki
Tahap 1, dengan bantuan pergola Tahap 2, Ketika pohon utama tumbuh, pergola bisa dihilangkan
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Guideline Layout Kantong Pedestrian pada area Shelter BRT
Keterangan
No Halaman
Guideline Layout Kantong Pedestrian pada area Shelter BRT
Buffer Zone; Vegetasi
Buffer Zone; Vegetasi
Bangunan Sekitar
Bangunan Sekitar
Parkir Sepeda Seating Area dengan keterlindungan
Taman
Buffer Zone; Vegetasi
Shelter BRT
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Guideline Layout Jalur Pejalan kaki
Keterangan
No Halaman
Layout Jalur Sidewalk yang Lebar Layout Jalur Sidewalk Minimum
Jalur Pejalan Kaki (Sidewalk)
Jalur Sepeda Jalur Hijau &Street Amenities
Jalur Kendaraan
3.00m 1.50m 1.50m
Jalur Pejalan Kaki (Sidewalk)
Jalur SepedaJalur Hijau &Street Amenities
Jalur Kendaraan
1.50m 1.50m 1.50m
Jalan Kampung
1.00m 1.00m
Walkway Walkway
Guideline Layout Jalur Pejalan Kaki:
Layout Jalur Walkway
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Judul Tesis
Walkability pada Kawasan Berbasis Transit Oriented Development
Studi Kasus: Stasiun Lempuyangan Yogyakarta
Magister Desain Kawasan BinaanUNIVERSITAS GADJAH MADA2013
Judul Gambar
Guideline Layout Jalur Pejalan khaki pada Area Entrance
Keterangan
No Halaman
Guideline Layout Jalur Pejalan Kaki pada Area Entrance:
Jalur Pejalan Kaki (Sidewalk)
Jalur Sepeda Jalur Hijau &Street Amenities
3.00m 1.50m 1.50m
Jalur Kendaraan Jalur Pejalan Kaki (Sidewalk)
Jalur SepedaJalur Hijau &Street Amenities
Jalur Kendaraan
1.50m 1.50m 1.50m
Layout Jalur Sidewalk yang Lebar Layout Jalur Sidewalk Minimum
WALKABILITY PADA KAWASAN BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENTSTUDI KASUS: KAWASAN STASIUN LEMPUYANGANLukluk Zuraida JamalUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/