BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN V.1....
Transcript of BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN V.1....
37
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN
V.1. Kesimpulan
Metode pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi anti PGP 9.5 paling
optimal didapatkan pada irisan tipis, dengan antigen retrieval suhu rendah dan
pengenceran antibodi 1:2000 yang diinkubasi selama 1 malam pada suhu 21°C.
V.2. Saran
1. Perlu konsistensi teknik dalam melakukan pewarnaan ini.
2. Perlu dipertimbangkan penggunaan avidin dan biotin untuk kualitas hasil
yang lebih baik.
3. Penggunaan perangkat lunak meningkatkan kesahihan penghitungan
serabut saraf intraepidermal secara stereologi.
38
V.3. Ringkasan
V.3.A. Latar Belakang
Serabut saraf intraepidermal merupakan cabang akhir saraf sensorik yang
berada dalam jaringan kulit. Serabut ini merupakan salah satu parameter diagnosis
neuropati. Neuropati dinilai dengan adanya penurunan densitas serabut saraf
intraepidermal. Data tersebut didapatkan melalui irisan jaringan sampel kulit.
Oleh karenanya serabut saraf intraepidermal harus dapat divisualisasi dengan
pewarnaan ini untuk mengenali penanda yang diekspresikan oleh serabut tersebut
salah satunya protein gene product 9.5 (PGP 9.5). Berbagai penelitian telah
memvisualisasi serabut tersebut dengan antibodi anti PGP 9.5. Akan tetapi
penelitian tersebut berbeda metode pewarnaan imunohistokimianya.
Deteksi serabut saraf intraepidermal dapat menggunakan jaringan blok
parafin dengan irisan tipis (< 20 µm). Keunggulan irisan tipis adalah penetrasi
antibodi yang digunakan lebih cepat dan baik serta tidak memerlukan alat potong
dan mikroskop khusus. Penggunaan label HRP pada imunohistokimia memiliki
keunggulan menghasilkan gambaran struktur jaringan yang lebih lama diamati
dibandingkan label fluoresen.
Untuk mendapatkan hasil visualisasi serabut saraf intraepidermal yang
dapat dikuantifikasi maka teknik pewarnaannya harus tepat. Pada penelitian ini
akan dilakukan pengoptimuman pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi anti
PGP 9.5 (Abcam ab8189) untuk mendeteksi serabut saraf intraepidermal di
laboratorium sederhana dengan menggunakan jaringan dari blok parafin.
39
V.3.B. Landasan Teori
Pada saraf tepi ini terdapat serabut saraf yang bermyelin dan tidak
bermyelin (Birch, 2011; Topp dan Boyd, 2011). Serabut tidak bermyelin
merupakan serabut aferen terdapat pada kulit (serabut saraf intraepidermal atau
ujung saraf bebas) (Liu et al., 2014) yang berasal dari dermis dan menjulur ke
epidermis (Mescher, 2011). Serabut saraf ini mengekspresikan penanda protein
gene product 9.5 (PGP 9.5) (Fuertes et al., 2013). Sehingga penanda ini dapat
digunakan untuk memvisualisasikan serabut saraf intraepidermal dengan metode
imunohistokimia (Fuertes et al., 2013). Untuk menghasilkan pemeriksaan
imunohistokimia yang baik maka diperlukan pengoptimumam metode.
Pengoptimuman ini dapat dilakukan mulai dari ketebalan irisan jaringan, proses
antigen retrieval serta pengenceran, suhu dan lama inkubasi antibodi primer PGP
9.5. (Fuertes et al., 2013; Provitera et al., 2015).
V.3.C. Cara Penelitian
Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit strain Balb/cJ jantan, usia
8 minggu, berat badan (BB) 25 - 40g, sebanyak 2 ekor. Mencit dinekropsi
menggunakan skin punch biopsy diameter 5 mm pada kaki kanan mulai dari
bagian posterior jari kaki. Hasil biopsi ditanam dalam gel agarose 5% dan
diinkubasi 1 malam dalam fiksatif paraformaldehid 4%, lalu dibuat blok parafin.
Pemotongan blok parafin dengan ketebalan 4 dan 15 µm secara serial dengan
perhitungan fraksi 1/20.
40
Hasil potongan sampel kemudian dilakukan pengoptimuman pewarnaan
imunohistokimia dengan antibodi primer PGP 9.5. Pengoptimuman ini dilakukan
beberapa tahap, dengan berbagai modifikasi pada antibodi primer : Pengenceran :
1:500, 1:1000 dan 1:2000, suhu inkubasi : 21°C dan 24°C, lama inkubasi : 1
malam (Overnight), 2 malam dan 3 malam. Ketebalan irisan kulit kaki mencit 4
µm dan 15 µm. Antigen retrieval Penggunaan Antigen retrieval atau tidak. Suhu
Antigen retrieval : Suhu tinggi dan suhu rendah. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000x dan perangkat lunak
optilab. Data yang diperoleh berupa gambaran serabut saraf intraepidermal.
Analisis hasil pewarnaan imunohistokimia dilakukan secara kualitatif.
V.3.D. Hasil
Pengoptimuman pewarnaan imunohistokimia menggunakan antibodi anti
PGP 9.5 didapati hasil yang tidak konsisten. Pengenceran antibodi primer yang
paling baik dengan warna seimbang adalah 1:2000, lama inkubasi overnight pada
suhu 21°C. Ketebalan irisan jaringan 4 µm merupakan yang paling mungkin
dilakukan karena ketebalan 15 µm berisiko lepas atau melipatnya jaringan setelah
antigen retrieval, dan paling baik dilakukan antigen retrieval pada suhu rendah.
V.3.E. Kesimpulan
Metode pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi anti PGP 9.5 paling
optimal dilakukan pada irisan tipis, dengan antigen retrieval suhu rendah dan
pengenceran antibodi 1:2000 yang diinkubasi selama 1 malam pada suhu 21°C.