BAB VI KEBIJAKAN UMUM file118 BAB VI KEBIJAKAN UMUM 6.1. Misi Mewujudkan Pemerintahan Yang...
Transcript of BAB VI KEBIJAKAN UMUM file118 BAB VI KEBIJAKAN UMUM 6.1. Misi Mewujudkan Pemerintahan Yang...
118
BAB VI
KEBIJAKAN UMUM
6.1. Misi Mewujudkan Pemerintahan Yang Demokratis, Berkeadilan,
transparan dan Akuntabel.
Berbagai upaya reformasi birokrasi yang telah dilakukan melalui kegiatan
yang rasional dan realistis dirasakan kurang memadai dan masih
memerlukan berbagai penyempurnaan. Hal tersebut terkait dengan
banyaknya permasalahan yang belum sepenuhnya teratasi. Berbagai
faktor seperti demokrasi, desentralisasi dan internal birokrasi itu sendiri,
masih berdampak pada tingkat kompleksitas permasalahan dan dalam
upaya mencari solusi lima tahun kedepan. Sedangkan dari sisi eksternal,
faktor globalisasi dan revolusi teknologi infromasi juga akan berpengaruh
kuat terhadap pencarian alternatif-alternatif dalam bidang aparatur
negara :
6.1.1. Terwujudnya Pelayanan Prima, Kemandirian Keuangan Daerah dan
Terwujudnya Ketertiban dan kepatuhan Masyarakat.
a. Tantangan
Dalam mengantisipasi, menggali potensi dan cara baru dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan
eksternal birokrasi, aparatur negara dituntut memiliki kemampuan
pengetahuan dan keterampilan yang handal dan meningkat daya
saing untuk menjaga keutuhan bangsa.
• Faktor globalisasi dan revolusi teknologi informasi
• Terbatasnya kewenangan daerah dalam menentukan jenis pajak
yang dapat dipungut
• Berkembangnya sektor informal
• Adanya usaha yang belum terdata dan terdaftar sebagai obyek
pajak
• Kurangnya akurasi data potensi obyek pajak
119
• Belum optimalnya kinerja BUMD
• Makin meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan faktor
lingkungan politik, ekonomi dan sosial yang terjadi dengan cepat,
• Makin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan infiltrasi
budaya
• Terjadinya kesenjangan informasi dalam masyarakat.
• Meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam
kebijakan publik, meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-
pronsip tata kepemerintahan yang baik, yaitu tranparansi,
akuntabilitas dan kualitas kinerja publik serta ketaatan pada
hukum
• Turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum, hal
ini merupakan tantangan tersendiri dalam menciptakan kondisi
ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Perbedaan
pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, kondisi sosial,
kesenjangan kesejahteraan, tingkat kemiskinan serta kepadatan
penduduk merupakan faktor korelatif timbulnya gangguan
ketertiban dan ketentraman yang dapat diredam oleh sikap,
perilaku dan tindak masyarakat yang patuh dan disiplin terhadap
hukum.
• Belum optimalnya sarana prasarana penunjang pelayanan
perijinan
• Belum optimalnya penerapan standarisasi pelayanan perijinan
• Kurangnya koordinasi antar instansi terkait
b. Kendala
Sedangkan dari sisi internal, faktor demokrasi dan desentralisasi
telah membawa dampak pada proses pengambilan kebijakan publik,
berbagai kendala yang dihadapi dalam mewujudkan pemerintahan
yang demokratis, berkeadilan, transparan dan akuntabel adalah :
• Rendahnya kapasitas pemerintah daerah, kapasitas pemerintah
daerah pada umumnya masih rendah dan ditandai oleh (1) masih
120
terbatasnya ketersediaan sumber daya aparatur baik jumlah
maupun yang profesional; (2) masih terbatasnya ketersediaan
sumber-sumber pembiayaan yang memadai, baik yang berasal
dari kemampuan daerah itu sendiri mapun sumber dana dari luar
daerah dan terbatasnya kemampuan pengelolaanya; (3) belum
tersusunnya kelembagaan yang efektif; (4) kurang kreatifitas dan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
• Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah,
Persepsi yang belum sama antar pelaku pembangunan baik
dijajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah dan para pelaku
pembangunan lainnya telah menimbulkan berbagai permasalahan
dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang pada akhirnya
mengakibatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
belum meningkat secara nyata sebagaimana diharapkan.
• Belum optimalnya kerjasama antar daerah dalam penyediaan
pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Belum banyak kerjasama antar daerah yang dilaksanakan dalam
penyediaan pelayanan publik terutama didaerah perbatasan antar
kota.
• Selain itu masih terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi
internal birokrasi antara lain adalah :
- Kurang efektifnya perencanaan pengendalian dan evaluasi
pembangunan
- Kurang tertibnyanya administrasi pemerintahan
- Kurang optimalnya pengawasan dan akuntabilitas kinerja
pemerintah dan legislatif
- Rendahnya kesejahteraan PNS serta banyaknya peraturan
perundang-undangan yang tidak sesuai dengan
perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan
- Rendahnya kinerja sumber daya aparatur, belum memadainya
sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan
(manajemen) pemerintahan
121
- Rendahnya kualitas pelayanan umum kepada masyarakat
antara lain tingginya penyalahgunaan kewenangan dan
penyimpangan
• Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
• Belum optimalnya pemanfaatan teknologi di bidang pajak
• Belum optimalnya pelayanan perijinan satu atap
• Pelayanan perijinan terpusat di Pemerintah Kota
• Kurang memadainya kualitas SDM yang tersedia
c. Sasaran
Pelaksanaan reformasi birokrasi saat ini masih dirasakan kurang
berjalan sesuai dengan tuntutan reformasi. Secara umum sasaran
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan lima tahun
kedepan adalah untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih
profesional, bertanggungjawab serta untuk menciptakan birokrasi
yang efisien dan efektif agar dapat memberikan pelayanan yang
bermutu kepada seluruh masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui pencapaian sasaran pokok, yaitu :
1. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas kinerja
2. Peningkatan akuntabilitas dan kinerja legisltatif
3. Peningkatan tertib administrasi pemerintahan
4. Peningkatan ketertiban dan ketentraman masyarakat
5. Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian
pembangunan
6. Peningkatan kualitas pelayanan publik
7. Peningkatan kualitas sumber daya aparatur
8. Peningkatan ketersediaan sarana penyelenggaraan pemerintahan
9. Peningkatan sarana untuk penyaluran informasi dan aspirasi
publik
10. Peningkatan PAD dan penerimaan daerah lainnya
122
Diharapkan dari sasaran tersebut dapat memberikan hasil sebagai
berikut:
1. Sasaran meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas kinerja
akan menghasilkan penurunan kasus pelanggaran hukum dan
disiplin aparatur.
2. Sasaran meningkatkan akuntabilitas dan kinerja legisltatif akan:
(i) Menyelesaikan rancangan produk hukum menjadi produk dan
(ii) Menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
3. Sasaran meningkatan tertib administrasi pemerintahan akan
menghasilkan: (i) SKPD yang melaksanakan tertib administrasi
dan (ii) Urusan yang telah dilimpahkan dan telah dilaksanakan
kecamatan.
4. Sasaran meningkatan ketertiban dan ketentraman masyarakat
dapat tercermin dari penurunan pelanggaran terhadap Peraturan
daerah.
5. Sasaran meningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian
pembangunan dapat tercermin dari : (i) Meningkatnya dokumen
perencanaan yang dapat diaplikasikan dan (ii) Dilaksanakannya
kegiatan yang sesuai waktu dan target perencanaan.
6. Sasaran meningkatkan kualitas pelayanan publik dapat tercermin
dari: (i) Meningkatnya penduduk yang ber-KTP dan Akte,
(ii) Menurunnya rata-rata tenggang waktu penyelesaian ijin
menjadi < 7 hari, (iii) Meningkatnya pelayanan yang memperoleh
ISO rata-rata sekitar 1 unit pelayanan, (iv) Meningkatnya jumlah
SKPD yang menerapkan SPM dan (v) Meningkatnya Kecamaatan
yang memfasilitasi pelayanan perijinan menjadi 31 Kecamatan.
7. Sasaran meningkatan kualitas sumber daya aparatur tercermin
dari : (i) Meningkatnya aparatur yang mengikuti diklat (struktural,
fungsional dan teknis) dan (ii) Meningkatnya pegawai yang
melaksankan tugas sesuai diklat yang telah diikuti.
8. Sasaran meningkatan ketersediaan sarana penyelenggaraan
pemerintahan tercermin dari : (i) Meningkatnya gedung
123
pemerintahan yang dibangun dan diperbaiki dan (ii) Meningkatnya
fasum dan fasos yang dikelola.
9. Sasaran meningkatan sarana untuk penyaluran informasi dan
aspirasi publik, tercermin dari : (i) Meningkatnya layanan publik
yang menggunakan IT dan (ii) Meningkatnya keluhan masyarakat
yang ditanggapi.
10. Sasaran meningkatkan PAD dan penerimaan daerah lainnya
tercermin dari : (i) Peningkatan PAD dan (ii) Peningkatan
penerimaan daerah lainnya.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan
• Tertib administrasi pemerintahan
• Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas kinerja pemerintah
dan legislatif
• Peningkatan kinerja dan mutu layanan disemua aspek layanan
publik pelayanan
• Optimalisasi sumber-sumber PAD dan penerimaan daerah lainnya
• Menegakkan pelaksanaan peraturan pemerintahan
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Pelayanan Umum, Fungsi Ketertiban dan Keamanan yang didukung
oleh program-program pembangunan yaitu :
Fungsi Pelayanan Umum :
• Program Perencanaan dan pengendalian pembangunan
• Program Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan
• Program pendayagunaan aparatur
• Program Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas kinerja.
• Program Peningkatan kinerja legislatif.
124
• Program Peningkatan pelayanan kependudukan dan pencatatan
sipil.
• Program Peningkatan kualitas pelayanan perijinan
• Program peningkatan kualitas pelayanan informasi publik.
• Program Pembangunan dan peningkatan fasilitas/gedung
pemerintahan dan pemerintah daerah.
• Program peningkatan kapasitas keuangan daerah
Fungsi Ketertiban dan Keamanan :
• Program Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat.
6.2. Meningkatkan Akselerasi Pertumbuhan Arus Perdagangan Barang
Dan Jasa Dalam Skala Regional Maupun Internasional Serta
Memadukan Wilayah Greater Surabaya Dalam Suatu Sistem Tata
Ruang Yang Terintegrasi Didukung Infrastruktur, Sistem Transportasi
Dan Sistem IT Yang Memadai
6.2.1. Penataan Ruang
Dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan/ perencanaan
tata ruang wilayah “Greater Surabaya yang terintegrasi, maka prioritas
pembangunan yang ada dalam Misi ini diletakkan pada :
a. Tantangan
• Perkembangan kota dan wilayah disertai pelaksanaan
pembangunan yang demikian pesat memerlukan suatu kegiatan
Penataan Ruang yang terpadu.
• Kencenderungan terjadinya konsentrasi kegiatan dan aktifitas di
pusat kota memerlukan penataan dan strategi pembangunan
yang terpadu dan berimbang.
• Perkembangan kota dan wilayah berdampak terhadap kawasan
perbatasan dan wilayah lain sehingga diperlukan sinkronisasi
penataan ruang dengan wilayah sekitar (Greater Surabaya)
125
b. Kendala :
• Perkembangan kota yang pesat belum diikuti dengan upaya
Penataan Ruang yang terpadu, hal ini terlihat dengan belum
seluruh wilayah Kota Surabaya memiliki perencanaan tata ruang
sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian pembangunan.
• Penyebaran pusat pertumbuhan dan fasilitas perkotaan yang
belum merata sehingga menimbulkan konsentrasi di pusat kota.
• Pembangunan yang tidak terkendali mendorong terjadinya
konversi / perubahan pemanfaatan lahan dan berdampak
terhadap lingkungan (deteriorisasi lingkungan).
• Kurangnya partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam penataan
ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
c. Sasaran :
Mengatur dan merencanakan pemanfaatan ruang kota sehingga
dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
Diharapkan dari sasaran tersebut dapat memberikan hasil sebagai
berikut :
• Terlaksananya kegiatan penataan ruang kota yang terpadu untuk
mewujudkan pelaksanaan pembangunan secara merata, terarah
dan bermanfaat.
• Tersusunnya RDTRK pada 12 Unit Pengembangan dan RTRK
pada seluruh wilayah kota Surabaya (100%)
• Pelaksanaan pengendalian pembangunan melalui upaya
pengawasan dan penertiban secara intensif dan terpadu.
• Meningkatnya bangunan yang memiliki IMB sesuai dengan RTR,
yaitu sebanyak 396.000 bangunan.
• Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
penataan ruang di wilayah kota Surabaya
126
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Penyusunan dan Evaluasi Rencana Tata Ruang Kota yang
aplikatif dan terpadu
• Peningkatan partisipasi masyarakat dan kerjasama antar stake
holder dan antar wilayah dalam penataan ruang
• Pengendalian pemanfaatan lahan dan pelaksanaan
pembangunan secara intensif melalui peningkatan kualitas
perijinan dan penegakan hukum
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Lingkungan Hidup yang didukung oleh program-program
pembangunan yaitu :
• Program Penataan Ruang
6.2.2. Pengelolaan Jalan Dan Jembatan
Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan prasarana infrastruktur
jalan dan jembatan dalam sistem tata ruang yang terpadu dalam Wilayah
Greater Surabaya, maka prioritas pembangunan yang ada dalam Misi ini
diletakkan pada :
a. Tantangan
• Perkembangan jumlah kendaraan yang pesat memerlukan suatu
kegiatan penambahan jaringan jalan yang terpadu dengan
prasarana utilitas.
• Perkembangan daerah sub urban di sekitar Surabaya ( Greater
Surabaya ) diperlukan sinkronisasi dan strategi pembangunan
yang terpadu dan berimbang.
• Dominasi akses jalan Utara – Selatan dan belum sempurnanya
Akses Timur - Barat tanpa diimbangi oleh pemecahan jaringan
jalan.
• Biaya pembebasan lahan untuk kepentingan umum (jalan) sangat
mahal dan kurangnya partisipasi warga masyarakat Surabaya.
127
b. Kendala :
• Perkembangan jumlah kendaraan yang pesat belum diikuti oleh
penyediaan prasarana jalan yang memadai, hal ini tampak
adanya kemacetan lalu lintas pada jam – jam sibuk ( peak hour )
atau v/c ratio melebihi 1 ( v/c > 1 ).
• Banyaknya pengguna jalan menggunakan kendaraan pribadi
dalam aktifitasnya sehingga memberikan dampak terhadap
kemacetan lalu lintas dibanding pemakaian angkutan umum
• Kensentrasi pertumbuhan ekonomi masih bertumpu pada pusat
kota.
• Biaya pembebasan lahan sangat mahal sehingga menghambat
dalam pembangunan atau peningkatan jalan.
• Partisipasi dan peran aktif warga masyarakat kurang mendukung
terhadap penyediaan jaringan jalan.
c. Sasaran
Merencanakan pembangunan jalan yang terintegrasi dengan sistem
jaringan jalan dan meningkatkan waktu tempuh kendaraan, hal ini
dapat ditempuh antara lain :
• Terlaksananya kegiatan pembebasan lahan dan pembangunan
jalan yang terpadu dan terintegrasi dalam sistem jaringan jalan.
• Pengendalian dan Pengawasan pembangunan sebagai upaya
dalam terlaksananya pembangunan sesuai spesifikasi yang
diharapkan.
• Meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam
mendukung pembangunan jalan di wilayah Surabaya.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Penyusunan dan Evaluasi Rencana Pengelolaan jalan dan
jembatan yang terpadu.
128
• Peningkatan partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam
mendukung pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
• Pengendalian dalam pembangunan secara kontinyu melalui
peningkatan pengawasan lapangan.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Ekonomi yang didukung oleh program-program pembangunan yaitu :
• Program Pengelolaan dan Pembangunan Jalan dan Jembatan
6.2.3. Pengelolaan Utilitas Perkotaan
Pengembangan kota dan pelaksanaan pembangunan perlu didukung
oleh penyediaan sistem jaringan utilitas yang memadai. Adapun
tantangan, permasalah, sasaran dan arah kebijakan pengelolaan utilitas
perkotaan ini adalah :
a. Tantangan
Pengembangan dan pembangunan kota perlu diikuti peningkatan
kualitas pelayanan dan sistem jeringan utilitas kota
• Peningkatan kebutuhan sumberdaya energi dan utilitas kota
perlu diantisipasi dengan pengembangan sumberdaya energi
secara terpadu.
• Ketersediaan sumberdaya energi yang semakin terbatas
memerlukan sistem dan manajemen pengelolaan yang baik.
b. Kendala
• Pengembangan kota dan Pelaksanaan pembangunan yang diikuti
dengan peningkatan kebutuhan sumberdaya energi dan utilitas
kota belum didukung oleh sistem pelayanan dan jaringan yang
memadai.
• Kebutuhan akan sumberdaya energi dan utilitas semakin
meningkat sementara ketersediaan sumberdaya semakin terbatas
(terutama sumber daya tak terbaharui).
129
• Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan sumber daya
energi dan utilitas kota belum terpadu dengan rencana
pengembangan dan pembangunan kota.
c. Sasaran
• Terpenuhinya kebutuhan dan meningkatnya kualitas pelayanan
di bidang sumberdaya energi dan utilitas kota.
• Perluasan sistem jaringan dan pembangunan utilitas kota secara
merata dan terpadu dan peningkatan
• Perluasan jaringan dan Peningkatan Jumlah Penerangan Jalan
Umum (PJU) sebanyak 18.630 titik
• Meningkatnya sistem manajemen pengelolaan sumberdaya energi
dan utilitas kota
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Perluasan sistem jaringan dan pembangunan utilitas kota secara
merata dan terpadu.
• Pengembangan sumberdaya energi dan utilitas kota secara
terpadu disertai upaya-upaya penghematan untuk mengatasi
semakin terbatasnya sumberdaya energi yang ada.
• Manajemen pengelolaan sumberdaya energi dan utilitas kota
secara profesional.
• Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar stake holder dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan dan pengembangan
sumberdaya energi dan utilitas kota.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Perumahan dan Fasilitas Umum yang didukung oleh program-
program pembangunan yaitu :
• Program Pengelolaan Utilitas Perkotaan
130
6.2.4. Pengembangan Transportasi
Untuk mewujudkan keterpaduan sarana infrastruktur transportasi dan
pelayanan pengguna jalan yang terpadu dalam Wilayah Greater
Surabaya, maka prioritas pengembangan transportasi yang ada dalam
Misi ini diletakkan pada :
a. Tantangan
• Perkembangan jumlah kendaraan yang pesat tanpa diikuti oleh
perkembangan prasarana jalan.
• Perkembangan penggunaan kendaraan pribadi dan kesadaran
perilaku pengguna ( user ) jalan yang masih rendah.
• Belum optimalnya sistem angkutan massal untuk lalu lintas
komuter kota Surabaya.
• Masih banyaknya fungsi jalan untuk kegiatan lain ( parkir on
street, PKL , dll ).
• Kurang optimalnya fungsi terminal penumpang dan pengujian
kendaraan bermotor.
b. Kendala :
• Perkembangan jumlah kendaraan yang pesat belum diikuti oleh
penyediaan prasarana jalan yang memadai, hal ini tampak
adanya kemacetan lalu lintas pada jam – jam sibuk ( peak hour )
atau v/c ratio melebihi 1 ( v/c > 1 ).
• Banyaknya pengguna jalan dan kesadaran pengguna jalan
menggunakan kendaraan pribadi dalam aktifitasnya sehingga
memberikan dampak terhadap kemacetan dan kecelakaan lalu
lintas.
• Belum adanya angkutan massal yang representatif ( Bis kota,
angkot ) dan pergantian antar mode angkutan.
• Penumpukan beban jalan sehingga mengurangi fungsi jalan.
• Menurunnya kondisi dan sulitnya pengaturan terminal dan
minimnya alat pengujian kendaraan bermotor.
131
• Kurangnya Partisipasi dan peran aktif warga masyarakat dalam
mendukung tertib lalu lintas.
c. Sasaran
Merencanakan dan mengendalikan penggunaan fungsi jalan
sehingga dapat meningkatkan waktu tempuh kendaraan, hal ini dapat
ditempuh antara lain :
• Meningkatkan Kesadaran masyarakat dalam perubahan perilaku
penggunaan kendaran pribadi dan ketertiban berlalu lintas.
• Mengoptimalkan fungsi jalan dengan melakukan Rekayasa Lalu
Lintas atau Traffic Demand Management.
• Meningkatkan Pengendalian dan Pengawasan fungsi terminal dan
Pengujian Kendaraan bermotor.
• Peningkatan atau penggantian baru angkutan massal ( Bis Kota )
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Penyusunan dan Evaluasi Rencana Pengembangan transportasi
yang terpadu.
• Peningkatan partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam
perubahan perilaku penggunaan angkutan massal dan
mendukung tertib lalu lintas.
• Pengendalian dalam pembangunan secara kontinyu melalui
peningkatan pengawasan lapangan
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Ekonomi yang didukung oleh program-program pembangunan yaitu :
• Program Pengembangan Transportasi
132
6.3. Fasilitasi Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) dan Investasi Serta Menciptakan Keterpaduan Antara Pengusaha Kecil, Menengah Dengan Pengusaha Besar Yang Didukung Oleh Iklim Usaha Yang Kondusif
Dalam rangka meningkatkan fasilitasi pengembangan koperasi, usaha
mikro, kecil, menengah (UMKM) dan investasi serta menciptakan
keterpaduan antara pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha
besar, maka tujuan yang ada dalam misi ini diletakkan pada :
6.3.1. Meningkatnya Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM), dan Investasi
a. Tantangan :
• Tingginya persaingan usaha sebagai akibat adanya globalisasi
perdagangan;
• Tingginya kebutuhan investasi untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah;
• Adanya tuntutan untuk mampu bersaing dengan kota-kota lain
baik di dalam maupun luar negeri dalam menciptakan lingkungan
dan iklim yang kondusif, sehingga dapat menarik investor luar
negeri dan dalam negeri maupun mempertahankan investor yang
telah ada.
b. Kendala :
• Masih rendahnya kualitas produk dari UMKM;
• Masih adanya UMKM yang belum dilengkapi aspek legalitas
usaha;
• Terbatasnya akses koperasi, usaha kecil dan menengah terhadap
sumber daya produktif meliputi tiga aspek penting yaitu modal
usaha, informasi dan pasar;
• Belum seimbangnya nilai produk-produk ekspor yang dihasilkan
bila dibandingkan dengan nilai produk-produk impor.
133
• Proses perijinan investasi PMA dan PMDN sampai dengan saat
ini masih merupakan kewenangan Pemerintah Pusat;
• Kurang optimalnya kemudahan dalam berinvestasi.
c. Sasaran :
Meningkatnya investasi, kemandirian Usaha Mikro, Kecil, Menengah
dan Koperasi. Sampai dengan tahun 2010 diperkirakan capaian dari
sasaran tersebut adalah :
• Meningkatnya nilai investasi secara kumulatif rata-rata 5,8
persen.
• Meningkatnya usaha mikro binaan menjadi 1.585 unit.
• Meningkatnya jumlah UKM Tangguh menjadi 3.825 unit.
• Meningkatnya jumlah UKM Mandiri menjadi 1.460 unit.
• Meningkatnya Koperasi dengan kualifikasi skor baik menjadi 1.159
unit
• Meningkatnya kemitraan antara UMKM dengan pengusaha besar,
lembaga perbankan dan lembaga keuangan menjadi sekitar
5 persen
d. Kebijakan :
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah Pemberdayaan Koperasi dan UMKM serta
Pengembangan Investasi.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Ekonomi yang didukung oleh program-program pembangunan yaitu :
• Program Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Investasi
134
6.3.2. Meningkatnya Ketahanan Pangan Dan Pendapatan Masyarakat
a. Tantangan :
• Luas lahan tambak dan pertanian semakin menyusut;
• Tuntutan konsumen terhadap keamanan dan kualitas produk di
bidang kelautan, perikanan dan pertanian.
b. Kendala :
• Kurangnya sarana dan prasarana bidang kelautan.perikanan dan
pertanian;
• Rendahnya sumber daya nelayan dan petani;
• Rendahnya implementasi teknologi tepat guna di bidang
kelautan,perikanan dan pertanian
c. Sasaran :
Meningkatnya produktivitas hasil perikanan, kelautan, peternakan,
pertanian dan ketersediaan bahan pangan sampai dengan tahun
2010 diperkirakan capaian dari sasaran tersebut adalah :
• Meningkatnya produktivitas hasil perikanan dan kelautan menjadi
5.381,92 kg/Ha/tahun
• Meningkatnya produktivitas hasil Peternakan menjadi 50.087 ekor
• Meningkatnya produktivitas hasil pertanian menjadi 73,41 Ku/Ha
• Meningkatnya ketersediaan bahan pangan yang terjangkau
menjadi 80 persen
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah Pemberdayaan Petani dan Nelayan.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Ekonomi yang didukung oleh program-program pembangunan yaitu :
• Program Pengembangan Kelautan, Perikanan dan Pertanian
135
6.3.3. Meningkatkan Perluasan Kesempatan Kerja Dan Perlindungan
Tenaga Kerja.
a. Tantangan
• Kurangnya pendidikan dan ketrampilan pencari kerja
• Tingkat partisipasi angkatan kerja kurang.
• Adanya PHK sepihak dan Tingkat keselamatan kecelakaan kerja
yang rendah
b. Kendala
• Belum optimalnya pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan
• Masih kurangnya kesempatan kerja
• Rendahnya disiplin Penyalur tenaga kerja
c. Sasaran
• Meningkatnya perluasan kesempatan kerja dan perlindungan
tenaga kerja.
Melalui perluasan kesempatan dan perlindungan tenaga kerja
diharapkan :
- Prosentase tingkat partisisipasi angkatan kerja (TPAK) akan
meningkat dari 62,96 % Tahun 2005 menjadi 73,76 % pada
tahun 2010
- Peningkatan jumlah Kader Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dari 858 pada Tahun 2005 menjadi 978 Tahun 2010
- Terjadi peningkatan kerjasama lembaga Bipartit sebanyak 18
Tahun 2005 meningkat menjadi 78 pada Tahun 2010
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah meningkatkan perluasan kesempatan kerja
dan perlindungan tenaga kerja.
136
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Ekonomi yang didukung oleh program-program pembangunan yaitu :
• Program Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan
6.4. Misi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
dan Penyandang Masalah Sosial Melalui Pembangunan Sosial
Masyarakat dan Sektor Informal.
Masalah sosial dan kemiskinan di kota Surabaya perlu mendapat
penanganan yang serius melalui upaya pemberdayaan maupun
pemenuhan kebutuhan dasar. Dari hasil verifikasi data keluarga miskin di
Kota Surabaya terjadi peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK) atau jiwa
miskin yaitu : 90.084 KK atau 323.789 pada tahun 2003 jiwa meningkat
menjadi 103.462 KK atau 367.849 jiwa pada tahun 2005, atau terjadi
kenaikan rata-rata sebesar 13,60 %. Selain itu masalah ketenagakerjaan
perlu mendapatkan perhatian melalui peningkatan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dan menekan permasalahan dan kecelakaan
ketenagakerjaan. Sebagai langkah peningkatan kesejahteraan masyarakat
berpenghasilan rendah dan penanganan penyandang masalah sosial dan
upaya menekan angka kemiskinan serta bidang ketenagakerjaan, maka
tujuan yang ada dalam misi ini ditetapkan sebagai berikut :
6.4.1. Meningkatkan pelayanan penyandang masalah kesejahteraan sosial
dan meningkatkan kualitas kehidupan keluarga miskin
a. Tantangan
• Meningkatnya jumlah penyandang masalah sosial di Kota
Surabaya akibat urbanisasi berlebih
• Perkembangan anak jalanan semakin banyak dan mencemaskan
• Tidak dimilikinya aset produksi yang memadai dan kurangnya
kemampuan keluarga miskin dalam upaya pengembangan
produktif dan kegiatan diversivikasi usaha. Kondisi tersebut
137
disebabkan oleh (i) Pendidikan yang dimiliki kurang memadai
sehingga kemampuan masyarakat miskin untuk membuka usaha
alternatif sangat terbatas dan (ii) Keterbatasan aset produksi yang
dimiliki oleh keluarga miskin juga telah mengakibatkan situasi
yang dihadapi semakin sulit.
b. Kendala
• Belum optimalnya pelayanan terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS)
• Rendahnya akses keluarga miskin pada fasilitas publik (sarana air
bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pemukiman yang
layak)
• Meningkatnya jumlah keluarga miskin dan keterbatasan akses
keluarga miskin.
• Lemahnya koordinasi dalam pelaksanaan program kemiskinan
sehingga seringkali tumpang tindih dan kurang terfokus, untuk itu
perlu upaya pengembangan kebijakan pengelolaan program
penanggulangan kemiskinan “Satu Pintu” baik dalam penetuan
kelompok maupun wilayah sasaran.
c. Sasaran
• Meningkatnya pelayanan bagi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Diharapkan pelayanan bagi penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) dapat meningkat dari 4,6 % pada Tahun 2005
menjadi 16,2 % pada Tahun 2010.
• Meningkatnya penanganan keluarga miskin kota
Diharapkan dengan meningkatnya penanganan keluarga miskin
akan :
- Makin banyaknya warga miskin yang mendapatkan pelayanan
dasar
138
- Makin banyaknya warga miskin yang mendapat pemberdayaan
ekonomi
- Makin banyaknya warga miskin yang meningkat kualitas
lingkungan hidup, permukiman dan perumahannya.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah Pemberdayaan masyarakat miskin dan
penyandang masalah sosial.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
perlindungan sosial yang didukung oleh program-program
pembangunan yaitu :
• Program Penanggulangan Masalah Sosial
• Program Penanggulangan Kemiskinan
6.3.4. Mewujudkan penataan dan pengelolaan usaha sektor informal
secara konstruktif dan modern
a. Tantangan
• Adanya arus urbanisasi yang cukup deras;
• Terbatasnya kesempatan kerja di sektor formal;
b. Kendala
• Masih terbatasnya ruang atau tempat usaha yang permanen bagi
Pedagang Kaki Lima;
• Masih rendahnya sumber daya manusia Pedagang Kaki Lima;
• Belum maksimalnya partisipasi pihak swasta dalam menangani
masalah Pedagang Kaki Lima.
c. Sasaran
Meningkatnya Pedagang Kaki Lima yang tertata dan terkelola secara
konstruktif dan modern. Sampai dengan tahun 2010 diperkirakan
capaian dari sasaran tersebut adalah :
139
• Meningkatnya Jumlah Pedagang Kaki Lima Binaan menjadi
15.000 PKL.
d. Kebijakan :
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah Penataan dan Relokasi Pedagang Kaki Lima.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Ekonomi yang didukung oleh program-program pembangunan yaitu :
- Program Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
6.5. Misi Mewujudkan Penataan Lingkungan Kota Yang Bersih, Hijau, Dan
Nyaman.
Dalam rangka mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih, sehat,
hijau dan nyaman, maka prioritas pembangunan yang ada dalam
agenda ini diletakkan pada :
6.5.1. Pengendalian dan Pelestarian Lingkungan Hidup
a. Tantangan
• Letak geografis Surabaya yang merupakan hilir dari DAS
Brantas.
• Usaha/kegiatan yang belum memiliki perijinan di bidang
lingkungan hidup.
• Pertumbuhan usaha/kegiatan yang pesat tidak diikuti dengan
penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah.
• Ketidakseimbangan ekosistem di darat dan pesisir pantai akibat
pesatnya pembangunan.
b. Kendala
1) Pencemaran udara
• Meningkatnya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
industri, rumah tangga maupun kendaraan bermotor.
140
• Penurunan kualitas atmosfer global yang disebabkan rusaknya
lapisan ozon akibat efek gas rumah kaca.
2) Pencemaran Air
• Pengelolaan sumber daya air yang tidak terkendali yang tidak
memikirkan rehabilitasi sumber daya air.
• Pembuangan limbah baik limbah domestik maupun limbah
industri tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.
• Sistem sanitasi yang tidak memadai.
3) Pencemaran Tanah
• Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan
lingkungan.
• Sistem sanitasi yang tidak memadai.
• Adanya pembuangan limbah usaha/kegiatan yang melebihi
baku mutu ke lingkungan sekitar.
c. Sasaran
• Meningkatnya kualitas udara, air, dan tanah kota yang tercermin
dari indikator persentase jumlah hari dengan kualitas udara baik
dalam setahun,
• Persentase peningkatan kualitas air sungai dan air tanah,
• Berkuranginya pencemaran lahan
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Peningkatan mutu (kualitas) udara, air dan tanah kota.
• Penataan areal di sekitar Kali Mas dan kawasan pantai
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Lingkungan Hidup yang didukung oleh program-program
pembangunan yaitu :
• Program Pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup
141
6.5.2. Ruang Terbuka Hijau Dan Pertamanan Kota
Dalam rangka meningkatkan kualitas Lingkungan Kota salah satu upaya
yang dilakukan adalah penyediaan Ruang Terbuka Hijau. Ruang
Terbuka Hijau lahan atau kawasan ruang terbuka untuk tempat
tumbuhnya kelompok tanaman/vegetasi yang berfungsi sebagai
pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota. Adapun
tantangan, permasalah, sasaran dan arah kebijakan Program ini adalah :
a. Tantangan ;
• Peningkatan luas dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) agar
RTH ini benar-benar dapat berfungsi optimal baik fungsi ekologis
maupun estetika
• Peningkatan luas dan kualitas makam kota sebagai salah satu
fasilitas penting bagi suatu kota
• Pemberdayaan masyarakat / stake holder dalam penyediaan dan
pengelolaan RTH dan Makam
b. Kendala
• Semakin terbatasnya lahan dan tingginya harga lahan di wilayah
kota Surabaya
• Pelaksanaan pembangunan yang kurang memperhatikan
penyediaan lahan untuk prasarana lingkungan, utilitas umum, dan
fasilitas sosial, khusunya untuk RTH dan makam
• Partisipasi dan peran aktif masyarakat/stake holder dalam
penyediaan dan pengelolaan RTH/makam masih belum optimal
c. Sasaran
• Bertambahnya luas lahan RTH sehingga luas RTH yang ada
porporsional dengan luas wilayah kota Surabaya
• Meningkatnya jumlah RTH yang dikelola Pemkot seluas 18 ha
• Meningkatnya kualitas RTH Surabaya
• Tersedianya fasilitas makam kota dengan kualitas yang memadai
dan sesuai dengan kebutuhan
142
• Meningkatnya partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan RTH dan makam
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Pembebasan/penyediaan lahan untuk memperluas RTH di Kota
Surabaya
• Penataan dan revitalisasi RTH dalam rangka optimalisasi fungsi
RTH di kota Surabaya
• Penyediaan lahan untuk fasilitas makam dan peningkatan kualitas
pengelolaan makam kota.
• Pengendalian pelaksanaan pembangunan dengan
memperhatikan ketersediaan lahan prasarana lingkungan, utilitas
umum, dan fasilitas sosial khususnya RTH dan makam
• Sosialisasi dalam rangka peningkatan partisipasi / peran
masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan RTH dan makam
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Lingkungan Hidup yang didukung oleh program-program
pembangunan, yaitu :
• Program Ruang Terbuka Hijau dan Pertamanan Kota
6.5.3. Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai
a. Tantangan
• Masih adanya saluran irigasi yang belum berubah fungsi menjadi
saluran pematusan
• Kewenangan pengelolaan sistem pematusan oleh Pemerintah
Pusat dan Propinsi
• Kota Surabaya sebagai pusat industri dan jasa
• Meningkatnya arus urbanisasi di Kota Surabaya
• Tingginya tuntutan masyarakat terhadap penanganan banjir
143
b. Kendala
• Kondisi lingkungan yang kurang memadai seperti terbatasnya luas
ruang terbuka hijau sebagai lahan resapan air dan daerah
konservasi
• Tidak optimalnya fungsi saluran tersier, sekunder dan primer
karena adanya penumpukan sampah dan endapan sediment
• Posisi geografis Kota Surabaya yang sebagian besar wilayahnya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 1 – 6 m diatas
permukaan laut
• Banyak saluran yang semula berfungsi sebagai saluran irigasi
tetapi belum dikonversi menjadi saluran pematusan
• Banyaknya bangunan liar yang berda disepanjang bantaran
sungai, sehingga mengganggu kelancaran aliran dan
pemeliharaan sungai
• Kesadaran masyarakat masih belum memadai uantuk mencegah
terjadinya banjir dan dengan sengaja membuang sampah ke
saluran
• Sistem pematusan belum terwujud dan terintegrasi, yaitu banyak
saluran tersier belum terhubung dengan saluran sekunder secara
baik dan terintegrasi sehingga genangan air didaerah tangkapan
saluran tersier tidak dapat mengalir ke saluran sekunder
c. Sasaran
Rencana program jangka menengah selama lima tahun dari
2006 – 2010 diharapkan luas genangan berkurang dari 3.130 ha
menjadi 2.000 ha (berkurang 1130 ha), tinggi genangan rata-rata dari
40 – 60 menjadi 10 – 20 cm dan lama genangan rata-rata dari 4 - 6
jam menjadi 1 - 2 jam. Prioritas utama yang akan ditangani selama
periode 2005 – 2010 sebagai berikut :
• Sistem Greges difokuskan pada kawasan Embong Malang dan
sekitarnya
144
• Sistem Gunungsari difokuskan pada kawasan May Jend
Sungkono dan sekitarnya,
• Sistem Wonorejo difokuskan pada kawasan Jemursari dan
sekitarnya,
• Sistem Kalidami difokuskan pada kawasan Darmahusada,
Kertatajaya dan sekitarnya,
• Sistem Kenjeran difokuskan pada kawasan Karang Empat,
Kalijudan dan sekitarnya,
• Sistem Jeblokan difakuskan pada kawasan Moestopo dan
sekitarnya,
• Sistem Kebonagung difokuskan pada kawasan Gayungan,
Gayungsari dan sekitarnya,
• Sistem Dinoyo difokuskan pada kawasan Dr Soetomo dan
sekitarnya,
• Sistem Darmokali difokuskan pada kawasan Ciliwung dan
sekitarnya,
• Sistem Kalisumo difokuskan pada kawasan Ngagel dan
sekitarnya,
• Sistem Kalibokor difokuskan pada kawasan Klampis, Deles dan
sekitarnya.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Perencanaan ulang pola system pematusan
• Melaksanakan pemeliharaan, rehabilitasi, pembangunan sarana
dan prasarana pematusan
• Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sistem pematusan
• Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi dan instansi terkait dalam menyelesaikan masalah banjir
di Kota Surabaya
145
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Lingkungan Hidup yang didukung oleh program-program
pembangunan, yaitu :
• Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai
6.5.4. Pengelolaan Kebersihan Kota
a. Tantangan
• Menjadikan sampah sebagai barang yang mempunyai nilai
ekonomis
• Membuka kesempatan bagi masyarakat dan swasta terlibat dalam
pengelolaan kebersihan kota
• Perluasan wilayah pengelolaan sampah berbasis komunitas
sehingga terjadi pengurangan sampah di sumber sampah
b. Kendala
• Adanya keterbatasan lahan untuk TPA dan TPS sampah
• Peningkatan volume sampah seiring dengan pertumbuhan
penduduk
• Pengumpulan sampah yang kurang higienis
• Sarana pengangkutan sampah yang kurang memadai
• Jarak angkut sampah ke TPA Benowo yang terlalu jauh jika
sumber sampah berada di wilayah Surabaya Timur
• Adanya rembesan lindi ke tambak sekitar TPA Benowo akibat
pengoperasian sanitary landfill yang kurang benar
c. Sasaran
• Meningkatnya kualitas pengelolaan sampah di sumber sampah,
TPS, dan TPA.
• Meningkatnya kapasitas TPA dan menurunnya tuntutan warga
atas kasus pencemaran lingkungan yang diduga akibat
pencemaran lindi maupun bau dari TPA.
146
• Meningkatnya kualitas kondisi higienis dan sanitasi pengelolaan
persampahan secara keseluruhan. Selain itu juga berkurangnya
sampah yang tercecer dalam proses pengelolaan persampahan
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Pengelolaan sampah mandiri dan pengolahan sampah di TPS
menuju zero waste.
• Penyediaan TPA baru untuk mengantisipasi keterbatasan TPA
eksisting
• Pengendalian limbah air tinja perkotaan.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Lingkungan Hidup yang didukung oleh program-program
pembangunan, yaitu :
• Program pengelolaan Kebersihan Kota
6.5.5. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Tantangan
� Meningkatnya permukiman dan perumahan di Kota Surabaya
� Komitmen masyarakat yang tinggi untuk menangani kebakaran
secara cepat, bersama-sama dan gotong royong
� Kemajuan teknologi sangat mendukung dalam penanganan
bahaya kebakaran
b. Kendala
� Meningkatnya jumlah kejadian kebakaran diwilayah Kota
surabaya rata-rata 250 kebakaran per tahun,
� Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
bahaya kebakaran dan kesiapan masyarakat untuk menghadapi
dan menanggulangi bahaya kebakaran,
147
� Masih rendahnya gedung dan bangunan yang memiliki standar
pengamanan terhadap kebakaran,
� Sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan terintegrasi,
yaitu akselerasi kecepatan unit pemadam kebakaran tiba di lokasi
bencana karena jauhnya pos PMK dengan lokasi bencana dan
kemacetan lalulintas.
c. Sasaran
Sasaran rencana program jangka menengah selama lima tahun dari
2006 – 2010 diharapkan waktu tanggap selama 15 menit tiba dilokasi
dan kebakaran rata-rata berkurang dari 253 menjadi 200 kejadian.
Prioritas utama yang akan ditangani selama periode 2005 – 2010
sebagai berikut :
� Terlaksana penanganan pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran,
� Tersedianya sarana dan prasarana pemadam kebakaran, yaitu
penambahan 12 pos pembantu PMK dengan dilengkapi unit
petugas dan mobil PMK,
� Peningkatan kualitas petugas PMK melalui pelatihan dan
pendidikan,
� Tersedianya sarana pencegahan bahaya kebakaran yang
memiliki standar pada gedung dan bangunan,
� Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
� Pencegahan dan penangulangan bahaya kebakaran
� Pembangunan sarana dan prasarana pemadam kebakaran
� Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada petugas,
148
� Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran,
� Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota disekitarnya serta instansi terkait dalam
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Lingkungan Hidup yang didukung oleh program-program
pembangunan, yaitu :
• Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
6.5.6. Perumahan Dan Permukiman
Dalam rangka penataan perumahan dan permukiman di kota Surabaya
tantangan, permasalahan, sasaran, kebijakan, dan fungsi
a. Tantangan
� Menurunnya kualitas lingkungan pada kawasan perumahan
permukiman di wilayah kota Surabaya
� Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal yang layak terutama
untuk masyarakat menengah ke bawah
b. Kendala
� Belum adanya Satuan Kerja Perangka Daerah (SKPD), atau
Dinas/Instansi di Pemerintah Kota Surabaya yang secara
khusus menangani pembangunan perumahan dan permukiman
yang dapat melakukan penataan, pengelolaan dan pembangunan
perumahan permukiman secara terpadu dan komprehensif
� Keberadaan dan tumbuhnya perumahan liarkumuh pada
kawasan-kawasan di wilayah kota Surabaya
� Kondisi sarana prasarana lingkungan perumahan permukiman
yang kurang memadai terutama pada permukiman informal /
kampung
149
c. Sasaran :
� Terbentuknya SKPD yang memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam pembangunan Perumahan dan Permukiman
� Meningkatnya kualitas lingkungan, fasilitas umum sosial , sarana
dan prasarana lingkungan perumahan permukiman terutama pada
kawasan kumuh seluas 9.000 ha.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
� Pembentukan SKPD dan penetapan tugas pokok dan fungsi
untuk pembangunan perumahan dan permukiman secara terpadu
mulai proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
� Penataan dan Revitalisasi kawasan perumahan terutama pada
perkampungan / kawasan kumuh dan sangat padat
� Pembangunan dan penyediaan prasarana lingkungan, utililitas
umum dan fasilitas sosial perumahan
� Pembangunan dan penyediaan perumahan yang layak bagi
masyarakat menengah ke bawah
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Perumahan dan Fasilitas Umum yang didukung oleh program-
program pembangunan, yaitu :
• Program Perumahan dan Permukiman
6.6. Misi Meningkatkan Kualitas Pendidikan Yang Berwawasan
Kebangsaan Dan Berkualitas Global Yang Terjangkau Bagi Warga
Kota Serta Menyiapkan Generasi Muda Yang Siap Menghadapi
Tantangan Kemajuan Jaman
Dalam rangka mewujudkan peningkatan Kualitas Pendidikan Yang
Berwawasan Global Dan Terjangkau Bagi Warga Kota Serta Menyiapkan
Generasi Muda Yang Siap Menghadapi Tantangan Kemajuan Zaman,
Pendidikan yang berkualitas berwawasan global dan terjangkau bagi warga
150
kota serta menyiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan
kemajuan zaman , peningkatan akses bagi masyarakat terhadap
pendidikan yang bermutu merupakan amanat penting yang harus diemban
pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan sebagai
prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup dan produktifitas bangsa diera
global, kualitas pendidikan tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan
aspek intelektual saja tetapi juga mengembangkan karakter peserta didik.
Pendidikan yang bermutu tidak hanya dicirikan dengan kemampuan lulusan
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam
pemahaman serta pengamalan nilai – nilai keimanan dan ketaqwaan, etika
dan kepribadian, estetika serta meningkatnya kualitas jasmani. Secara
umum tataran makro strategis pengembangan pendidikan belum secara
sitematis dan komprehensif dalam memanfaatkan ICT dalam pengelolaan
pendidikan dan pembelajaran, kurikulum yang mewajibkan Tehnologi
Informasi ( TI ) sebagai salah satu subyek pembelajaran . Kurikulum
Sekolah Menengah Umum lebih diorientasikan pada penguasaan ,
ketrampilan praktis menggunakan program aplikasi seperti program
pengolah kata. Dinamika perubahan pendidikan sebagai salah satu sector
pembangunan Nasional juga harus dicermati dalam prespektif perubahan
global dimana teknologi informasi dan Komunikasi ( ICT ) memainkan
peran sangat menentukan. Mutu pendidikan juga dapat dipercepat melalui
pembelajaran yang berbasis ICT, untuk menajemen pendidikan, penerapan
ICT dapat dilakukan melalui pengembangan model aplikasi pembelajaran
interaktif yang dikemas dalam format multi media interaktif, yang membuat
pembelajaran menjadi lebih efektif . Peningkatan kualitas pendidikan yang
menjadi tujuan utama dalam pembangunan pendidikan diharapkan juga
diikuti oleh meningkatkan pemberdayaan generasi muda yang diarahkan
guna mempersiapkan para pemuda sebagai pelaku – pelaku
pembangunan, khususnya dalam konteks pembangunan karakter bangsa
yang produktif dalam era persaingan global dan perluasan olah raga
masyarakat maupun sekolah yang bertumpu pada kemampuan swakelola
dan swadana dengan maksud meningkatkan partisipasi masryarakat pada
151
berbagai tingkat usia dan jenis kelamin, secara nyata sesuai dengan
gerakan memasyarakatkan olah raga dan mengolah ragakan masyarakat.
Sehingga memerlukan pembinaan olah raga prestasi dengan
meningkatkan daya dukung sarana prasarana olah rag serta sumber daya
manusia yang kompeten, pengembangan dan penerapan iptek olahraga
dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam praktek – pratek pembinaan
oleh raga prestasi, penerapan system manajemen olahraga yang lebih
efisien melalui perencanaan, penorganisasian, koordinasi dan
pengendalian kegiatan dengan ukuran keberhasilan yang jelas serta
penataan landasan serta pengkajian kelayakan institusioanal dalam rangka
pengembangan industri olah raga . Guna terwujudnya tujuan yang ada
dalam misi ini diletakkan pada :
6.6.1. Meningkatnya Kualitas Pendidikan sesuai dengan Perkembangan
Ilmu dan Teknologi dan Terwujudnya Pemerataan dan Perluasan
Pendidikan Bagi Warga Kota.
a. Tantangan
• Penuntasan Wajar Dikdas (9 tahun) sampai dengan 2008
• Hak dasar pendidikan yang belum diperoleh masyarakat
• Pendidikan berkualitas yang mempunyai nilai komparatif dan
kompetitif untuk memenuhi tuntutan global
b. Kendala
• Masih Rendahnya Kualitas Pendidikan.
• Masih Rendahnya Angka Partisipasi Murni pada semua Jenjang
Pendidikan
• SPM yang belum bisa dilaksanakan
c. Sasaran
• Meningkatnya Kualitas Pendidikan.
• Meningkatnya Pemerataan pada semua jenjang Pendidikan.
152
Diharapkan dari sasaran tersebut dapat memberikan hasil sebagai
berikut :
- Meningkatkan angka kelulusan ,untuk SD/MI dari 99,08%
menjadi 99,58 %, SMP/MTs dari 99,81 % menjadi 99,91 %,
SMA/SMK/MA dari 97,63 % menjadi 99,10 %.
- Meningkatnya persentase siswa kejuruan yang diterima
bekerja.
- Meningkatnya angka melek huruf.
- Meningkatnya angka partisipasi murni ,untuk SD/MI dari 90,99
% menjadi 91,90 %, SMP/MTs dari 79,18 menjadi 79,96 %,
untuk SMA/SMK/MA dari 79,79% menjadi 80,59 %.
- Meningkatnya angka partisipasi kasar,untuk SD/MI dari 105,20
% menjadi 105,20 %,untuk SMP/MTs dari 99,03 % menjadi
100 % , untuk SMA/SMK/MA dari 108,11 menjadi 108,11.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Pendidikan yang didukung oleh program-program pembangunan,
yaitu :
• Program Penyelenggaraan Pendidikan.
6.6.2. Meningkatnya Kualitas Generasi Muda dan Prestasi Olah Raga.
a. Tantangan
• Kurangnya daya saing skill / knowledge
• Meningkatnya penyalagunaan narkoba
• Meningkatnya kompetitif bidang Olah Raga.
153
b. Kendala :
• Masih Rendahnya Peran Generasi Muda.
• Masih Rendahnya Prestasi Olah Raga
c. Sasaran
• Meningkatkan Peran Generasi Muda
• Meningkatkan Prestasi Olah Raga .
Diharapkan dari sasaran tersebut dapat memberikan hasil sebagai
berikut : Meningkatnya persentase organisasi / pemuda yang
berprestasi dan Meningkatnya persentase organisasi / personil
olah raga yang berprestasi.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• meningkatkan generasi muda diberbagai bidang.
• meningkatkan prestasi olahraga.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Pariwisata dan Budaya yang didukung oleh program-program
pembangunan, yaitu :
• Program Peningkatan Pembinaan Kepemudaan dan Olah Raga.
6.7. Misi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Yang Terjangkau
Bagi Masyarakat Kota, Serta Meningkatkan Pemahaman Masyarakat
Tentang Lingkungan Sehat Dan Perilaku Sehat
Dalam rangka mewujudkan Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
yang terjangkau bagi masyarakat kota serta meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang lingkungan sehat dan perilaku sehat, maka tujuan
yang ada dalam misi ini ditetapkan sebagai berikut :
154
6.7.1. Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat Dan Meningkatnya
Akses Pelayanan Kesehatan Yang Terjangkau Oleh Masyarakat
a. Tantangan
• Perlunya peningkatan kesadaran dan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat
• Makin banyaknya wabah penyakit yang berkembang akhir-akhir
ini diantara demam berdarah dengue dan flu burung
• Masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan
b. Kendala
• Masih perlunya ketersediaan tenaga kesehatan yang bermutu
dan profesional
• Perlunya sarana prasarana kesehatan yang memadai sesuai
Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan
• Belum optimalnya kinerja pelayanan kesehatan
• Terbatasnya akses pelayanan kesehatan
c. Sasaran
• Meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dan Meningkatnya
akses pelayanan kesehatan yang terjangkau masyarakat.
Diharapkan melalui peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau pada tahun 2010
dapat mencapai 100 % sesuai Sandart Pelayanan Minimal (SPM)
bidang kesehatan yang meliputi :
- Peningkatan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat
- Meningkatnya kemandirian masyarakat sebagai peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
- Meningkatnya status gizi masyarakat
- Meningkatnya kesehatan keluarga
- Menurunnya angka kesakitan dan kematian
- Meningkatnya kualitas hygiene sanitasi
155
- Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan yang
memenuhi standart (per-jenis pelayanan)
- Meningkatnya ketersediaan tenaga kesehatan yang bermutu
dan profesional
- Meningkatnya kinerja sarana pelayanan kesehatan pemerintah
dan swasta
- Meningkatnya management sistem pelayanan kesehatan
- Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengendalian
farmasi, perbekalan kesehatan dan makanan serta minuman
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi
tentang kesehatan
• Meningkatkan peran posyandu dan puskesmas sebagai ujung
tombak pembangunan kesehatan masyarakat
• Optimalisasi kinerja pelayanan kesehatan dan peningkatan
kualitas dan kuantitas tenaga medis
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsi
Kesehatan yang didukung oleh program-program pembangunan,
yaitu :
• Program penanganan bidang kesehatan dan keluarga berencana
6.8. Misi Menggali Dan Meningkatkan Kasanah Budaya Lokal, Serta
Mengembangkan Kehidupan Kemasyarakatan Yang Harmonis, Dan
Bertoleransi Dan Berakhlakul Karimah
Dalam rangka mewujudkan Menggali dan meningkatkan khasanah
budaya lokal serta mengembangkan kehidupan kemasyarakatan yang
harmonis dan bertoleransi, maka tujuan yang ada dalam misi ini
ditetapkan sebagai berikut :
156
6.8.1 Terwujudnya Kerukunan Antar Kelompok Masyarakat dan
Terwujudnya Kualitas Hidup dan Perlindungan Terhadap
Perempuan dan Anak
a. Tantangan
• Beragamnya suku, antar golongan, ras dan agama ( SARA )
dimasyarakat sebagai pemicu potensi konflik.
• Peningkatan peran perempuan di tujuh bidang pembangunan
• Rawannya tindak kekerasaan terhadap perempuan dan anak
b. Kendala
• Kehidupan antar kelompok masyarakat yang rawan konflik.
• Masih adanya organisasi perempuan yang memerlukan
pembinaan
• Masih rendahnya pembinaan terhadap peningkatan kualitas dan
peran perempuan
• Masih rendahnya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
terhadap anak
c. Sasaran
• Meningkatnya penyelenggaraan Forum Antar Kelompok
Masyarakat.
Diharapkan dari sasaran tersebut dapat memberikan hasil sebagai
berikuit :
- Persentase peningkatan penyelenggaraan forum antar
kelompok Masyarakat.
- Persentase keputusan public tentang penyelesain social
kemasyarakatan yang melibatkan masyarakat meningkat.
- Persentase pembangunan tempat peribadatan yang dibantu
meningkat.
• Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
157
Dari sasaran tersebut diharapkan terjadi penurunan tindak
kekerasan terhadap perempun dan anak sebesar 20 % pada
Tahun 2010
• Meningkatnya peran perempuan di bidang pembangunan
Diharapkan dari sasaran tersebut terjadi peningkatan peran
peningkatan perempuan di bidang pembangunan sebesar 20 %
pada Tahun 2010
d. Kebijakan :
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah :
• Mendorong terciptanya kerukunan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut didukung oleh program-
program pembangunan, yaitu :
• Program Fasilitasi Pemantapan Multikultur dan Umat Beragama.
• Program Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan
serta Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
6.8.2. Meningkatnya Ketahanan Budaya Lokal dan Kepariwisataan
a. Tantangan
• Kurangnya layaknya kondisi prasarana dan sarana penunjang
dalam mendukung potensi seni, budaya lokal dan pariwisata
• Kurangnya perlindungan benda – benda dan kawasan cagar
budaya secara memadai
• Belum optimalnya usaha promosi seni, budaya lokal dan
pariwisata
b. Permasalahan
• Terbatasnya akses informasi even seni, budaya lokal dan
pariwisata
158
• Belum optimalnya partisipasi dan koordinasi dari berbagai pihak
dalam mendukung seni, budaya lokal dan pariwisata
• Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung seni,
budaya lokal dan parwisata
c. Sasaran
Meningkatnya pelestarian, pengembangan budaya lokal dan
kunjungan wisata.
Diharapkan dari sasaran tersebut dapat memberikan hasil sebagai
berikut :
• Mengadakan perlindungan bangunan dan atau lingkungan cagar
budaya sebanyak 151 bangunan dan 10 situs
• Meningkatnya pengembangan seni dan budaya lokal rata-rata per
tahun sekitar 15 persen
• Meningkatnya Padepokan Seni dan budaya yang dibina rata-rata
per tahun sekitar 60 unit
• Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara rata-rata per
tahun sekitar 5 persen dan wisatawan nusantara rata-rata per
tahun sekitar 15 persen.
d. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan
yang ditetapkan adalah meningkatkan kecintaan masyarakat
terhadap budaya.
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui Fungsi
Pariwisata dan Budaya yang didukung oleh program – program
pembangunan yaitu :
- Program Peningkatan Kepariwisataan dan Kebudayaan