BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang...

24
72 BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING 6.1 Pendahuluan Batugamping di daerah penelitian terdiri atas beberapa fasies yang berbeda dan kehadiran rekahan pada fasies batugamping yang berbeda di lapangan menjadi salah satu hal yang akan dibahas pada penelitian ini. Rekahan merupakan permukaan yang memotong batuan sehingga batuan tersebut kehilangan gaya kohesi pada bidang tersebut (Twiss dan Moores, 1992). Nelson (1985) mengartikan rekahan adalah bidang diskontinuitas pada batuan yang kehilangan kohesi akibat deformasi atau diagenesa dan terbentuk secara alamiah. Pada rekahan, khususnya spasi dari rekahan sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan, ukuran butir batuan, porositas batuan, ketebalan lapisan, dan posisi struktur (Nelson, 1985). 6.2 Dasar Teori Berdasarkan etimologis, istilah rekahan berasal dari bahasa latin, yaitu kata fractus, yang dapat diartikan sebagai patahan. Kata rekahan merupakan istilah umum untuk kegagalan (failure) dalam material pada kondisi brittle (Koestler et al., 1995). Rekahan secara umum dibagi menjadi 3 mode (Dennis, 1987 dalam Koestler et al.,1995) yaitu: Mode I, Mode II, dan Mode III (Gambar 6.1). Mode I merupakan mode rekahan ekstensional, atau dikenal sebagai mode rekahan bukaan atau regangan, pergerakan pada mode ini searah dengan sumbu y atau tegak lurus terhadap diding rekahan. Rekahan yang termasuk kedalam klasifikasi ini adalah kekar (Gambar 6.1 A). Mode II merupakan rekahan gerus, mode ini menguraikan rekahan gerus dengan pergerakan searah sumbu x atau pergerakan yang terjadi berupa gerakan geser yang tegak lurus terhadap tepi dari rekahan (Gambar 6.1 B). Mode III merupakan rekahan gerus yang menguraikan pergerakan gerusan dari rekahan searah sumbu z atau paralel terhadap tepi dari rekahan (Gambar 6.1 C).

Transcript of BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang...

Page 1: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

72

BAB VI

KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING

6.1 Pendahuluan

Batugamping di daerah penelitian terdiri atas beberapa fasies yang berbeda dan kehadiran

rekahan pada fasies batugamping yang berbeda di lapangan menjadi salah satu hal yang akan

dibahas pada penelitian ini. Rekahan merupakan permukaan yang memotong batuan sehingga

batuan tersebut kehilangan gaya kohesi pada bidang tersebut (Twiss dan Moores, 1992). Nelson

(1985) mengartikan rekahan adalah bidang diskontinuitas pada batuan yang kehilangan kohesi

akibat deformasi atau diagenesa dan terbentuk secara alamiah. Pada rekahan, khususnya spasi

dari rekahan sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan, ukuran butir batuan, porositas batuan,

ketebalan lapisan, dan posisi struktur (Nelson, 1985).

6.2 Dasar Teori

Berdasarkan etimologis, istilah rekahan berasal dari bahasa latin, yaitu kata fractus, yang

dapat diartikan sebagai patahan. Kata rekahan merupakan istilah umum untuk kegagalan (failure)

dalam material pada kondisi brittle (Koestler et al., 1995).

Rekahan secara umum dibagi menjadi 3 mode (Dennis, 1987 dalam Koestler et al.,1995)

yaitu: Mode I, Mode II, dan Mode III (Gambar 6.1). Mode I merupakan mode rekahan

ekstensional, atau dikenal sebagai mode rekahan bukaan atau regangan, pergerakan pada mode

ini searah dengan sumbu y atau tegak lurus terhadap diding rekahan. Rekahan yang termasuk

kedalam klasifikasi ini adalah kekar (Gambar 6.1 A).

Mode II merupakan rekahan gerus, mode ini menguraikan rekahan gerus dengan

pergerakan searah sumbu x atau pergerakan yang terjadi berupa gerakan geser yang tegak lurus

terhadap tepi dari rekahan (Gambar 6.1 B).

Mode III merupakan rekahan gerus yang menguraikan pergerakan gerusan dari rekahan

searah sumbu z atau paralel terhadap tepi dari rekahan (Gambar 6.1 C).

Page 2: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

73

Gambar 6.1 Perbedaan dari berbagai tipe umum rekahan berdasarkan pergerakan relatifnya; A.

Ekstension atau mode I, B. Rekahan gerus mode II, C. Rekahan gerus mode III (Twiss dan

Moores,1992).

Tipe rekahan lainnya adalah stylolite, yakni rekahan yang terjadi akibat adanya pressure

dissolution, membentuk bidang yang tegak lurus terhadap tegasan utamanya dengan

morfologinya berbentuk sinusoidal yang tajam (Gambar 6.2). Stylolite dan rekahan merupakan

fitur sekunder selama deformasi atau diagenesis fisik dari batuan (Nelson, 1985).

Gambar 6.2 Diagram skematik yang menunjukkan hubungan geometric dari stylolite, tension gashes,

rekahan unloading, dan paleo-state dari stress (Nelson, 1985).

B. Shear (Mode II) C. Shear (Mode III)A. Extension (Mode I)

Page 3: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

74

Menurut Aguilera (1995) stylolite merupakan rekahan yang dimulai pada konsentrasi

stress planar di dalam tubuh batuan. Jadi stylolite dapat terjadi karena diagenesis maupun karena

deformasi. Stylolite yang terjadi karena diagenesis umumnya disebabkan pembebanan,

sedangkan stylolite yang terjadi akibat deformasi contohnya dapat terjadi pada batuan yang

terlipat. Jika kedua hal penyebab stylolite tersebut terjadi maka akan ditemukan stylolite yang

saling memotong. Menurut Park dan Schot (1968) dalam Nelson (1985), stylolite adalah

penampakan umum pada batugamping, batudolomit, dan batupasir yang terbentuk akibat

diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit

batuan, membentuk geometri kolom atau piramid dan berakibat dua unit batuan tersebut akan

saling mengunci (interlocking) sepanjang permukaan stylolite.

Permukaan stylolite dicirikan dengan keberadaan material yang relatif tidak mudah larut

(insoluble residu) dari suatu batuan. Stylolite pada umumnya dianggap terbentuk sebagai akibat

dari pressure dissolution yang terjadi karena adanya perbedaan tingkat kelarutan dari material

penyusun batuan akibat dari differential stress yang bekerja. Material akan melarut pada bagian

permukaan yang terkena tekanan tinggi dan akan mengendap pada tempat dengan tekanan lebih

rendah atau terbuang dari sistem.

6.3 Sistem Rekahan

Sistem rekahan pada umumnya berhubungan dengan struktur dan proses tektonik, oleh

Nelson (1985), Twiss dan Moores (1992), rekahan yang berasosiasi dengan tektonik dapat

dibedakan menjadi dua sistem rekahan, yaitu: rekahan yang berhubungan dengan sesar dan

rekahan yang berhubungan dengan lipatan.

Pada sistem rekahan yang berhubungan dengan sesar (fault-related fracture system), pada

umumnya rekahan yang hadir adalah dua set shear fracture (Gambar 6.3). Set pertama akan

sejajar dengan sesar yang ada, sedangkan set yang kedua akan membentuk sudut sekitar 600 dan

disebut conjugate shear fracture. Rekahan lain yang dapat hadir adalah satu set extension

fracture yang sejajar dengan tegasan utama, terletak pada pertengahan sudut antara dua set shear

fracture tersebut.

Page 4: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

75

Gambar 6.3 Pola rekahan gerus yang dipengaruhi oleh sesar (Twiss dan Moores, 1992)

Sistem rekahan yang berhubungan dengan lipatan (fold-related fracture system),

menunjukkan rekahan dengan pola yang kompleks (Gambar 6.4). Pada gambar fold-related

fracture system (Gambar 6.4), orientasi dari rekahan dinyatakan dalam sistem koordinat

ortogonal yang berhubungan dengan geometri lipatan. Sumbu a terletak pada bidang lapisan dan

tegak lurus terhadap sumbu lipatan, sumbu b paralel terhadap sumbu lipatan dan umumnya

terletak pada bidang perlapisan, sedangkan sumbu c tegak lurus terhadap bidang perlapisan.

Gambar 6.4 Pola rekahan gerus yang berhubungan dengan lipatan (Twiss dan Moores, 1992)

Page 5: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

76

6.4 Jenis Rekahan

6.4.1 Rekahan Berdasarkan Penyebab Alami

Rekahan yang dipelajari pada penelitian ini adalah rekahan yang terbentuk secara alami.

Nelson (1985) membagi rekahan berdasarkan penyebab alamiahnya menjadi: rekahan tektonik,

rekahan regional, rekahan kontraksional, dan rekahan yang berhubungan dengan permukaan.

Rekahan tektonik merupakan suatu sistem rekahan yang umumnya berasosiasi dengan

proses tektonik yang berlangsung secara lokal. Rekahan ini secara spesifik sangat dipengaruhi

oleh sesar (fault-related fracture system) dan lipatan (fold-related fracture system). Rekahan

regional adalah sistem rekahan yang berkembang pada daerah yang luas dengan perubahan

orientasi yang kecil, rekahan ini umumnya tidak menunjukkan pergeseran (offset), dan selalu

tegak lurus terhadap bidang perlapisan umum.

Rekahan kontraksional umumnya berjenis tension atau ektension yang berasosiasi dengan

pengurangan volume dari batuan akibat desiction, syneresis, gradient thermal, dan perubahan

fase mineral, sedangkan rekahan yang berhubungan dengan permukaan adalah sistem rekahan

yang terbentuk akibat pelepasan stress dan strain yang tersimpan pada batuan, misalnya proses

unloading atau proses ketikan terjadi pelapukan.

6.4.2 Rekahan Berdasarkan Morfologi Rekahan

Rekahan berdasarkan penyebab alamiahnya membentuk beberapa morfologi yang khas,

oleh Nelson (1985) morfologi tersebut dibedakan menjadi: rekahan terbuka, rekahan

terdeformasi, rekahan vuggy, dan rekahan terisi mineral.

Morfologi rekahan terbuka dicirikan oleh rekahan yang tak tersemenkan dan tidak

mengandung berbagai macam mineralisasi sekunder. Rekahan terbuka pada umumnya memeiliki

porositas yang sangat kecil, dan cenderung meningkatkan permeabilitas paralel terhadap bidang

rekahan,.

Morfologi rekahan terdeformasi misalnya, rekahan gores-garis (slickenside). dan rekahan

gouge-filled . Rekahan gores garis merupakan hasil dari gelinciran friksional sepanjang rekahan

atau bidang sesar. Morfologi rekahan gores garis menghasilkan striasi pada permukaan yang

dapat meningkatkan permeabilitas paralel terhadap rekahan namun secara drastis mengurangi

permeabilitas yang tegak lurus terhadap rekahan. Morfologi gouge-filled berasal dari material

Page 6: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

77

hancuran yang sangat halus yang terjadi di antara dinding dari rekahan sebagai hasil dari

pergerakan atau penggerusan yang dapat mengakibatkan permeabelitas akan berkurang secara

drastis.

Morfologi rekahan vuggy merupakan jenis rekahan sebagai hasil dari perkolasi air asam

yang melewati rekahan, apabial terus berlangsung akan dapat membentuk karst. Pada morfologi

rekahan ini akan dihasilkan porositas dan permeabilitas yang cukup signifikan.

Selain ketiga morfologi diatas, terdapat jenis morfologi rekahan terisi oleh mineral.

Rekahan ini tersemenkan oleh mineralisasi sekunder, material yang mengisi umumnya kuarsa

dan kalsit. Mineralisasi sekunder ini sebagian dapat memberikan efek positif untuk mencegah

atau mengurangi penutupan rekahan.

6.5 Geometri Sistem Rekahan Dalam Tiga Dimensi

Geometri sistem rekahan yang diperlukan untuk penelitian rekahan antara lain: bentuk

dan skala dari rekahan, spasi rekahan dan hubungan rekahan terhadap litilogi dan ketebalan

lapisan, pola spasial dan distribusi dari sistem rekahan, serta orientasi dari rekahan.

Bentuk rekahan umumnya bergantung pada tipe batuan dan struktur batuan itu sendiri.

Sedangkan skala rekahan dapat berukuran mikroskopik atau makroskopik. Beberapa rekahan

makroskopis dapat berukuran sentimeter, meter, atau bahkan mencapai ukuran kilometer,

sedangkan rekahan mikroskopik misalnya rekahan mikro (microfractures). Sedangkan Spasi

rekahan dapat diartikan rata-rata jarak tegaklurus antara rekahan atau jumlah rata-rata dari

rekahan yang ditemukan dalam suatu jarak standar normal terhadap rekahan.dalam sebuah

kelompok sistematis dan dapat diukur. Spasi rata-rata rekahan cenderung konsisten, dan hal

tersebut tergantung pada jenis batuan dan pada ketebalan dari suatu lapisan tempat rekahan

tersebut berkembang.

Pola dan distribusi dari rekahan dapat diketahui dengan mengeplot lokasi pada peta dan

mengamati orientasi dari rekahan. Dalam area yang cukup luas dan baik dapat dilihat hubungan

dari rekahan yang ada antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pengolahan data jurus

dan kemiringan rekahan yang telah dikumpulkan, kemudian dapat dilihat hubungannya terhadap

struktur lokal yang bekerja di daerah tersebut.

Page 7: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

78

Perlu dilakukan pengumpulan seluruh data orientasi dari rekahan yang cukup

representatif dalam setiap singkapan sehingga dapat membantu kita untuk mengidentifikasi

kelompok rekahan dan untuk menginterpretasi gaya tektonik yang menghasilkan rekahan

tersebut. Data tersebut kemudian kelompokan dan dihubungkan antara yang satu dengan yang

lainnya. Orientasi data rekahan dikumpulkan dan dibandingkan dengan menggunakan stereonet.

Orientasi dari rekahan yang beragam mungkin berhubungan dengan satu kejadian fracturing, hal

tersebut sangat penting untuk memahami hubungan antara rekahan dan setiap orientasi rekahan

yang diukur di permukaan, yang kemudian dapat memberikan analisis statistik untuk di

interpretasi lebih lanjut.

Rekahan terjadi tidak secara acak, tetapi mengikuti suatu pola tertentu, sehingga dengan

data yang memadai akan dapat ditemukan suatu hubungan antara rekahan dengan gaya

penyebabnya. Salah satu analisis mengenai rekahan ini disebut sebagai analisis fraktal.

Menurut Mandelbrot (1983) dan Turcotte (1997), rumus atau persamaan matematis yang

digunakan dalam menganalisa fraktal disebut sebagai Power Law, yakni :

N = k (S)-c

Keterangan: N = Jumlah kumulatif rekahan

k = Konstanta

S = Spasi Rekahan

c = Dimensi Fraktal, merupakan kemiringan (slope) garis kurva

6.6 Batasan dan Tujuan Studi Rekahan pada Batugamping di Daerah Penelitian

Pembahasan sistem rekahan ini dibatasi pada studi mengenai hubungan intensitas rekahan

terhadap tekstur batugamping (fasies). Lokasi pengambilan data juga akan diperhatikan untuk

mengetahui intensitas rekahan pada fasies yang sama dengan kondisi tektonik yang relatif

berbeda.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor litologi berupa perbedaan

fasies terhadap intensitas rekahan yang berkembang pada batugamping. Pengumpulan data

rekahan diambil dari fasies batugamping, yaitu: fasies mudstone, fasies wackestone, fasies

foraminifera packstone, fasies foraminifera grainstone, dan fasies coral coral boundstone.

Page 8: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

79

6.7 Data

6.7.1 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara sistematis

dengan metode scanline sampling (Gambar 6.5). Dalam metode ini pencatatan atribut rekahan

dilakukan sepanjang garis pengamatan, yang dibatasi oleh ketinggian yang sesuai dengan tinggi

pengamat dari garis pengamatan. Rekahan yang dicatat dan diobservasi adalah seluruh rekahan

yang memotong garis pengamatan. Salah satu ujung dari garis pengamatan menjadi datum dalam

pengukuran jarak rekahan. Hal-hal yang perlu dicatat dalam pengamatan adalah nomor identitas

rekahan (no. ID), jarak dari datum, kedudukan rekahan (jurus/kemiringan), aperture, panjang,

pergeseran, tipe/set, bentuk, dan material pengisi rekahan.

Gambar 6.5 Sketsa pencatatan rekahan dan hal-hal yang dicatat selama observasi rekahan. B-B’ adalah

scanline. A adalah tebal dan atau bukaan rekahan, S adalah spasi rekahan, dan L adalah panjang rekahan

(Sapiie, 1998)

Page 9: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

80

6.7.2 Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada setiap jenis fasies yang terdapat di daerah penelitian,

yaitu: fasies foraminifera packstone, fasies wackestone, fasies foraminifera grainstone, fasies

mudstone, dan fasies coral coral boundstone. Lokasi pengukuran scanline di daerah penelitian

dapat dilihat pada gambar 6.6 dan gambar 6.7.

Lokasi pengambilan data scanline tersebut adalah:

a. Lokasi 1 (E-192)

Koordinat awal : 06˚43'04,4" LS dan 108˚23'37,6" BT

Kedudukan garis pengukuran : 30, N 164º E, dengan panjang 21 meter

Kedudukan lapisan : N 248° E / 14°

Fasies batugamping : Foraminifera Packstone

b. Lokasi 2 (E-186)

Koordinat awal : 06˚43'04,5" LS dan 108˚23'39" BT

Kedudukan garis pengukuran : 30, N 162˚E, dengan panjang 21 meter

Kedudukan lapisan : N 287° E/14°

Fasies batugamping : Wackestone

c. Lokasi 3 (E-182)

Koordinat awal : 06˚43'13,2" LS dan 108˚23'44,5" BT

Kedudukan garis pengukuran : 8°, N 125° E, dengan panjang 21 meter

Kedudukan lapisan : N 135° E/10°

Fasies batugamping : Foraminifera Grainstone

Page 10: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

81

d. Lokasi 4 (E- 189)

Koordinat awal : 06˚43'02,4" LS dan 108˚23'45,3" BT

Kedudukan garis pengukuran : 4°, N 10° E, dengan panjang 21 m

Kedudukan lapisan : N 390° E/16°

Fasies batugamping : Mudstone

e. Lokasi 5 (E-318)

Koordinat awal : 06˚43'32,8" LS dan 108˚24'08,9" BT

Kedudukan garis pengukuran : 40, N 215º E, dengan panjang 70 meter

Kedudukan lapisan : masif

Fasies batugamping : Coral Coral boundstone1

f. Lokasi 6 (E-317)

Koordinat awal : 06˚43'21,6" LS dan 108˚23'18,6" BT

Kedudukan garis pengukuran : 30, N 182º E, dengan panjang 5 m

Kedudukan lapisan : masif

Fasies batugamping : Coral Coral boundstone 2

Page 11: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

82

Gambar 6.6 Lokasi pengambilan data scanline di daerah penelitian

Page 12: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

83

Gambar 6.7 Lokasi pengambilan data scanline dilihat dari penampang GH

Foto 6.1 Lokasi scanline 1 pada fasies foraminifera packstone di Quarry C, tali pengukuran terbentang

dari utara ke selatan

Page 13: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

84

Foto 6.2 Lokasi scanline 2 pada fasies wackestone di Quarry C

Foto 6.3 Lokasi scanline 3 pada fasies foraminifera grainstone di Quarry C

Page 14: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

85

Foto 6.4 Lokasi scanline 4 pada fasies mudstone di Quarry E

Foto 6.5 Lokasi scanline 5 pada fasies coral coral boundstone 1 di Quarry A

Page 15: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

86

Foto 6.6 Lokasi scanline 6 pada fasies coral coral boundstone 2 di Quarry B

Data Lapangan

Data rekahan hasil pengukuran terlampir (Lampiran D).

6.7.3 Pemilahan dan Pengolahan Data

Di daerah penelitian, aktivitas manusia seperti peledakan, sangat intensif dilakukan,

akibatnya adalah sangat sulit untuk menemukan kondisi batuan yang layak untuk diambil data

rekahan. Kondisi tersebut mengharuskan pengamatan yang lebih teliti terhadap data rekahan,

karena terdapat rekahan yang alami dan tidak alami (induced fractures), untuk itu perlu

dilakukan pemilahan data agar kedua rekahan tersebut dapat dipisahkan.

Rekahan tidak alami atau induced fractures pada daerah penelitian umumnya berupa

rekahan akibat aktivitas penambangan, seperti peledakan (Foto 6.7). Pemisahan rekahan yang

alami dan tidak alami dilakukan berdasarkan pola maupun kemenerusan rekahan yang ada.

Pemisahan juga dilakukan pada tahap pemilahan data dengan memilah data rekahan berdasarkan

Page 16: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

87

orientasi rekahan. Rekahan tanpa orientasi dominan dapat diasumsikan sebagai induced fracture,

untuk kemudian dipisahkan dan tidak diikutsertakan dalam pengolahan data.

Foto 6.7 a) Foto aktivitas peledakan di Quarry A dan b) sketsa model rekahan akibat penambangan yang

termasuk kedalam induced fracture system (Nelson, 1985)

Langkah selanjutnya adalah pemilahan data berdasarkan jenis rekahan. Jenis rekahan

ditentukan saat pengamatan lapangan dengan melihat geometri maupun jenis pergerakan yang

ada. Pada pengamatan yang dilakukan di enam lokasi diperoleh tiga jenis rekahan, yaitu rekahan

gerus (shear fractures), rekahan terbuka (extensional fractures), dan stylolites.

Setelah dipilah berdasarkan jenis rekahan, dilakukan pemilahan berdasarkan orientasi

rekahan, meliputi jurus dan kemiringan rekahan. Rekahan-rekahan yang sejenis dan memiliki

orientasi yang relatif sama dikelompokkan menjadi satu set rekahan tertentu. Pemilahan orientasi

tersebut diperoleh melalui pemilahan data dengan menggunakan stereonet (Lampiran D), secara

rinci tertera pada tabel 6.1. Pemilahan rekahan menghasilkan set-set (kumpulan) rekahan sebagai

berikut:

1. Lokasi 1: empat set rekahan,

2. Lokasi 2: tiga set rekahan,

3. Lokasi 3: lima set rekahan,

4. Lokasi 4: tiga set rekahan,

Page 17: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

88

5. Lokasi 5: tiga set rekahan,

6. Lokasi 6: dua set rekahan.

Tabel 6.1 Tabel set, orientasi umum, dan interpretasi genesa rekahan

Lokasi Jenis Rekahaan Kode

Orientasi

Umum Fasies

Strike Dip

N….ºE (°)

Lokasi 1

Extensional

Fracture EFA 1 144 63 Packstone

EFB 2 105 62 Packstone

EFB 3 85 68 Packstone

EFB 4 61 85 Packstone

Lokasi 2

Extensional

Fracture EFA 2 111 75 wackestone

EFB 2 83 80 wackestone

EFC 2 234 73 wackestone

Lokasi 3

Extensional

Fracture EFA 3 73 52 grainstone

EFB 3 51 86 grainstone

EFC 3 353 71 grainstone

EFD 3 275 77 grainstone

Lokasi 4

Extensional

Fracture EFA 4 138 79 mudstone

EFB 4 97 70 mudstone

EFC 4 297 79 mudstone

EFD 4 264 79 mudstone

Lokasi 5

Extensional

Fracture EFA 5 140 66 coral boundstone

EFB 5 113 66 coral boundstone

EFC 5 300 68 coral boundstone

Stylolite STE 2 80 47 coral boundstone

Lokasi 6

Extensional

Fracture EFA 6 23 67 coral boundstone

EFB 6 331 68 coral boundstone

Page 18: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

89

6.8 Hubungan Sistem Rekahan dengan Fasies Batugamping dan Struktur Geologi

Terdekat di Daerah Penelitian

Hubungan sistem rekahan terhadap tekstur batugamping pda penelitian ini hanya terbatas

pada intensitas rekahan di setiap fasies batugamping yang berbeda. Hubungan antara rekahan

dan struktur geologi terdekat dapat diketahui dari intensitas rekahan yang diperoleh pada

batugamping dengan fasies yang sama namun berbeda dalam lokasi pengamatan (kondisi

tektonik yang berbeda). Perhitungan intensitas rekahan pada setiap fasies di lokasi pengamatan

diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan rekahan dan perbedaan tekstur

batuan (jenis fasies batugamping).

A. Intensitas Rekahan

Penentuan intensitas rekahan, dilakukan dengan pendekatan yang sederhana, yaitu dengan

membandingkan frekuensi rekahan pada setiap interval jarak yang diukur.

Dalam penentuan intensitas rekahan, dilakukan pendekatan yang sederhana dengan

membandingkan frekuensi rekahan pada setiap interval jarak yang diukur.

Selanjutnya dihitung intensitas rekahan pada setiap tekstur batugamping yang ada dengan

menggunakan rumus di atas. Penghitungan Intensitas dilakukan pada rekahan alami yang ada di

lapangan, hasil pengolahan dituangkan dalam bentuk grafik Intensitas terhadap jarak. Berikut

adalah beberapa grafik antara intensitas rekahan dalam satuan persen terhadap interval jarak

pengukuran setiap seratus centimeter di daerah penelitian.

Page 19: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

90

Grafik 6.1 Grafik hubungan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada fasies

packstone

Grafik 6.2 Grafik hubungan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada fasies

wackestone

Page 20: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

91

Grafik 6.3 Grafik hubungan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada fasies

grainstone

Grafik 6.4 Grafik hubungan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada fasies mudstone

Page 21: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

92

Grafik 6.5 Grafik hubungan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada fasies coral

boundstone

Grafik 6.6 Grafik hubungan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada fasies coral

boundstone 2

Page 22: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

93

Grafik 6.7 Grafik perbandingan antara intensitas rekahan dan jarak interval pengukuran pada setiap fasies

batugamping

Grafik 6.8 Grafik perbandingan antara intensitas rekahan EF dan jarak interval pengukuran pada setiap

fasies batugamping

Page 23: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

94

Grafik 6.9 Grafik perbandingan antara intensitas rekahan SF dan jarak interval pengukuran pada setiap

fasies batugamping

Dari hasil perhitungan serta grafik yang didapat selanjutnya dilakukan perbandingan nilai

intensitas rekahan dari tiap lokasi (Tabel 6.2)

Tabel 6.2 Intensitas rekahan pada fasies batugamping daerah penelitian

Lokasi Fasies Jenis Rekahan Intensitas rata-

rata (1/cm)

Persen Intensitas

(%)

1. Foraminifera packstone EF, SF 0,048 4,8

2 Wackestone EF, SF 0,043 4,3

3 Foraminifera graistone EF, SF 0,0785 7.85

4 Mudstone EF, SF 0,0395 3,95

5 Corals coral boundstone 1 EF 0.0145 1,45

6 Corals coral boundstone 2 EF 0,0135 13,5

Keterangan : EF (Extensional Fracture) dan SF (Shear Fracture)

B. Interpretasi

Nilai intensitas rekahan terbesar diperoleh dari rekahan yang terdapat pada batugamping

fasies coral boundstone 2 (13,5%). Intensitas rekahan terbanyak berikutnya secara berurutan

Page 24: BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES … · diagenesis. Stylolite dapat dikenali dari bidang diskontinuitas yang tak beraturan antara dua unit batuan, ... pengukuran jarak rekahan.

95

diperoleh dari batugamping fasies foraminifera grainstone (7,85%), fasies foraminifera

packstone (4,8%), fasies wackestone (4,3%), fasies mudstone (3,95%), dan fasies coral

boundstone 1 (1,45).

Berdasarkan hasil perbandingan nilai intensitas rekahan pada tiap fasies dan lokasi dapat

ditarik kesimpulan:

1. Intensitas rekahan dipengaruhi oleh faktor litologi (jenis fasies), dalam penelitian

ditunjukan oleh hasil intensitas yang berbeda pada setiap fasies batugamping.

2. Kondisi tektonik berkaitan dengan kontrol struktur sesar dan intrusi yang terdapat

dilapangan turut mempengaruhi intensitas rekahan yang terbentuk, dalam penelitian ini

dibuktikan dengan intensitas rekahan yang diperoleh dari dua fasies yang sama dengan

lokasi yang berbeda atau kondisi tektonik berbeda (Gambar 6.5) yaitu fasies coral

boundstone. Pada fasies coral boundstone 2 (Lokasi 6) intensitas rekahan lebih besar

dibandingkan dengan intensitas rekahan yang diperoleh dari fasies coral boundstone 1

(Lokasi 5). Fakta ini turut diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Price (1966)

dalam Nelson (1985) bahwa intensitas rekahan akan tinggi pada daerah dengan energi

strain yang besar.

3. Pengukuran scanline yang dilakukan pada setiap fasies, kecuali pada fasies coral

boundstone, memiliki kondisi tektonik (struktur sesar) yang relatif sama. Intensitas yang

sangat besar pada fasies coral boundstone 2 diperkirakan terjadi akibat lokasi pengukuran

yang berdekatan dengan zona sesar dan intrusi (Gambar 6.5) serta apabila melihat

intensitas yang terdapat pada fasies coral boundstone 1 yang kecil, maka intensitas

rekahan terbesar kemungkinan bukan pada fasies coral boundstone.

4. Berdasarkan hasil penguraian pada fasies coral boundstone dan pertimbangan lokasi

pengukuran scanline, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas rekahan terbesar

diperoleh dari fasies foraminifera graistone (7,85 %), hal ini mungkin disebabkan oleh

tekstur fasies foraminifera grainstone yang memiliki lebih banyak butiran dibandingkan

dengan matrik dan semennya, sehingga relatif tidak resisten dibandingkan dengan fasies

lain.