BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1...
Transcript of BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1...
73
BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Implementasi Seritifikasi (x) Guru di Jawa Barat
Untuk mengetahui implementasi sertifikasi guru di Jawa Barat,
secara statistik dilakukan penghitungan kecenderungan atau rerata data
penelitian pada masing-masing variabel. Mengukur kecenderungan umum
skor responden dari masing-masing variabel dilakukan dengan
menggunakan Weighted Means Scores (WMS) yaitu:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap
alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Contoh perhitungan untuk item no 1 dengan menggunakan rumus
diatas adalah:
X = (4.21)+(3.74)+(2.16)+(1.0)
X = 84+222+32+0
X = 338
N = 21+74+16+0
N = 111
N
XX
74
04,3111
338
N
XX
Jadi untuk item no. 1 memiliki skor kecenderungan sebesar 3.04. Dengan
melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS (tabel 4.4). Hal ini berarti
bahwa kecenderungan jawaban responden pada no. 1 variabel X ada pada
kategori baik. Hasil perhitungan rata-rata skor responden mengenai
sertifikasi guru dengan menggunakan rumus WMS dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.1
Kecenderungan umum skor responden pada variabel “sertifikasi guru”
INDIKATOR NO
ITEM
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA
RATA
KATE-
GORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
Tujuan dan
Manfaat
Sertifikasi
1 21 84 74 222 16 32 0 0 111 338 3.04 Baik
2 75 300 8 24 28 56 0 0 111 380 3.42
Sangat
baik
3 30 120 65 195 15 30 1 1 111 346 3.11 Baik
4 66 264 23 69 22 44 0 0 111 377 3.39
Sangat
baik
5 28 112 70 210 11 22 1 1 111 345 3.10 Baik
Rata-rata sub indikator 3.21 Baik
Pola
Sertifikasi
6 12 48 71 213 27 54 1 1 111 316 2.84 Baik
7 22 88 78 234 11 22 0 0 111 344 3.09 Baik
8 22 88 54 162 34 68 1 1 111 319 2.87 Baik
Rata-rata sub indikator 2.93 Baik
Mekanisme/ 9 3 12 75 225 31 62 4 4 111 303 2.72 Baik
75
INDIKATOR NO
ITEM
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA
RATA
KATE-
GORI
4 3 2 1
F X F X F X F X F X
prosedur 10 36 144 62 186 12 24 1 1 111 355 3.19 Baik
11 53 212 53 159 5 10 1 1 111 382 3.44
Sangat
baik
12 20 80 82 246 9 18 0 0 111 344 3.09 Baik
13 9 36 93 279 9 18 0 0 111 333 3.00 Baik
14 8 32 70 210 28 56 5 5 111 303 2.72 Baik
15 11 44 76 228 23 46 1 1 111 319 2.87 Baik
16 36 144 46 138 13 26 16 16 111 324 2.91 Baik
17 68 272 14 42 13 26 16 16 111 416 3.74
Sangat
baik
18 19 76 37 111 4 8 51 51 111 246 2.22 Baik
19 19 76 64 192 16 32 12 12 111 312 2.81 Baik
Rata-rata sub indikator 2.97 Baik
Rata-rata keseluruhan indikator 3.03 Baik
Berdasarkan pengolahan data penelitian secara umum impelementasi
sertifikasi memiliki skor rerata sebesar 3.03 dengan kategori baik. Sertifikasi
guru dilihat dari pemahaman guru terhadap tujuan dan manfaat sertifikasi
guru, pola sertifikasi, dan mekanisme serta prosedur sertifikasi yang mereka
tempuh. Secara singkat dapat dikatakan bahwa para guru yang mengikuti
program sertifikasi mengetahui dengan baik program sertifikasi yang akan
76
mereka ikuti. Secara temuan per masing-masing sub variabel adalah sebagai
berikut:
Pemahaman para guru terhadap tujuan dan manfaat sertifikasi
dikategorikan baik dengan skor sebesar 3,21. Hal ini menggambarkan bahwa
guru-guru yang disertifikasi pada tahun 2007 dan 2008 memiliki pemahaman
yang baik terhadap tujuan dan manfaat sertifikasi guru yang mereka ikuti.
Secara proses, para guru memiliki banyak cara dalam mencari dan menggali
informasi mengenai tujuan dan manfaat sertifikasi, yaitu melalui buku
panduan sertikasi guru yang disediakan ecara online oleh konsorsium
sertifikasi guru, seminar-seminar, sosialisasi dari dinas pendidikan, informasi
dari mulut ke mulut, dan sebagainya.
Pada sub variabel pola-pola sertifikasi yang diikuti oleh guru
kondisinya menunjukkan baik dengan rerata skor sebesar 2,93. Kondisi ini
menunjukkan bahwa guru-guru memahami dan mengalami pola sertfikasi
yang dirasakan oleh guru yang bersangkutan baik.
Pada komponen mekanisme/prosedur yang dipahami dan dialami oleh
guru menunjukkan bahwa mekanisme/prosedur yang dipahami dan dialami
oleh mereka selama mengikuti program sertifikasi guru dikategorikan baik.
Berdasarkan sub variabel-sub variabel yang ada, sertifikasi guru di
Jawa Barat berada dalam kategori baik. Kategori baik bukan dilihat dari
evaluasi pelaksanaan program, tetapi dilihat dari sejauhmana peserta (guru)
77
memahami dan mengalami berbagai komponen tersebut ketika mereka
melaksanakan program sertifikasi guru.
2. Gambaran Profesionalisme Guru SMP di Jawa Barat
untuk mengetahui gambaran profesionalisme guru SMP dilakukan
pengukuran kecenderungan (rata-rata) umum skor responden dari masing-
masing variabel dengan menggunakan Weighted Means Scores (WMS)
yaitu:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap
alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Contoh perhitungan untuk item no 1 dengan menggunakan rumus diatas
adalah:
X = (4.86) + (3.22) + (2.3) + (1.0)
X = 344 + 66 + 6 + 0
X = 416
N = 86 + 22 + 3 + 0
N = 111
74,3111
416
N
XX
N
XX
78
Jadi untuk item no. 1 memiliki skor kecenderungan sebesar 3.74.
Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS (tabel 3.7). hal ini
berarti bahwa kecenderungan jawaban responden pada no. 1 variabel Y ada
pada kategori kategori sangat baik. Artinya Profesionalisme Guru dalam
melaksanakan asumsi mutu (fokus pada pelanggan) ada pada kategori
sangat baik. Hasil perhitungan rata-rata skor responden mengenai
Profesionalisme Guru dengan menggunakan rumus WMS dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 5.2
Kecenderungan umum skor responden pada variabel Profesionalisme Guru
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA-
RATA
KATEGORI 4 3 2 1
F X F X F X F X F X
PENGABDIAN
1 86 344 22 66 3 6 0 0 111 416 3.74 Sangat baik
2 31 124 71 213 9 18 0 0 111 355 3.19 Baik
3 51 202 51 153 9 18 0 0 111 373 3.36 Sangat baik
4 57 228 35 105 17 34 2 2 111 369 3.32 Sangat baik
5 36 144 61 183 13 26 1 1 111 354 3.18 Baik
6 22 88 66 198 22 44 1 1 111 331 2.98 Baik
7 103 412 8 24 0 0 0 0 111 436 3.92 Sangat baik
8 103 412 7 21 1 2 0 0 111 435 3.91 Sangat baik
9 45 180 46 138 19 36 1 1 111 355 3.19 Baik
10 52 208 42 126 17 34 0 0 111 368 3.31 Sangat baik
11 75 300 34 102 2 4 0 0 111 406 3.65 Sangat baik
12 32 128 61 183 18 36 0 0 111 347 3.12 Baik
79
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA-
RATA
KATEGORI 4 3 2 1
F X F X F X F X F X
13 30 120 30 90 46 92 5 5 111 307 2.76 Baik
14 3 12 9 27 73 146 26 26 111 211 1.90 Cukup baik
15 65 260 40 120 5 10 1 1 111 391 3.52 Sangat baik
16 65 260 39 117 7 14 0 0 111 391 3.52 Sangat baik
17 22 88 43 129 42 84 4 4 111 305 2.74 Baik
18 50 200 41 123 13 26 7 7 111 356 3.20 Baik
19 46 184 46 138 17 34 2 2 111 358 3.22 Baik
20 68 272 31 93 9 18 3 3 111 386 3.47 Sangat baik
21 76 304 20 60 14 28 1 1 111 393 3.54 Sangat baik
22 89 356 20 60 1 2 1 1 111 419 3.77 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.29 Baik
KEWAJIBAN
SOSIAL
23 64 256 29 87 16 32 2 2 111 377 3.39 Sangat baik
24 21 84 40 120 48 96 2 2 111 302 2.72 Baik
25 62 248 30 90 16 32 3 3 111 373 3.36 Sangat baik
26 74 296 33 99 3 6 1 1 111 402 3.62 Sangat baik
27 73 292 35 105 3 6 0 0 111 403 3.63 Sangat baik
28 38 152 59 177 11 22 3 3 111 354 3.18 Baik
29 36 144 35 105 37 72 3 3 111 324 2.91 Baik
30 38 152 54 162 18 36 1 1 111 351 3.16 Baik
31 58 232 43 129 8 16 2 2 111 379 3.41 Sangat baik
32 26 104 36 108 44 88 5 5 111 305 2.74 Baik
33 19 76 33 99 47 94 12 12 111 281 2.53 Baik
34 22 88 38 114 38 76 13 13 111 291 2.62 Baik
35 36 144 40 120 31 62 4 4 111 330 2.97 Baik
80
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA-
RATA
KATEGORI 4 3 2 1
F X F X F X F X F X
36 61 244 45 135 5 10 0 0 111 389 3.50 Sangat baik
37 67 268 38 114 6 12 0 0 111 394 3.54 Sangat baik
38 70 280 28 84 13 26 0 0 111 390 3.51 Sangat baik
39 57 228 45 135 8 16 1 1 111 380 3.42 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.18 Baik
KEMANDIRIAN
40 53 212 44 132 13 26 1 1 111 371 3.34 Sangat baik
41 30 120 28 76 23 46 30 30 111 272 2.45 Cukup baik
42 47 188 37 111 16 32 11 11 111 342 3.08 Baik
43 29 116 39 117 41 82 2 2 111 317 2.85 Baik
44 40 160 52 156 19 38 0 0 111 354 3.18 Baik
45 16 64 39 117 55 110 1 1 111 267 2.40 Cukup baik
46 93 372 15 45 1 2 0 0 111 419 3.77 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.01 Baik
KEYAKINAN
TERHADAP
PROFESI
47 71 284 37 111 3 6 0 0 111 401 3.61 Sangat baik
48 46 184 53 159 12 24 0 0 111 382 3.44 Sangat baik
49 37 148 53 159 18 36 3 3 111 331 2.98 Baik
50 33 132 44 132 33 66 1 1 111 331 2.98 Baik
51 42 168 49 147 16 32 4 4 111 351 3.16 Baik
52 40 160 53 159 18 36 0 0 111 355 3.19 Baik
53 25 100 58 174 28 56 0 0 111 330 2.97 Baik
54 34 136 53 159 22 44 2 2 111 341 3.07 Baik
55 40 160 58 174 12 24 1 1 111 359 3.23 Baik
56 46 184 56 168 9 18 0 0 111 370 3.33 Sangat baik
57 43 172 51 152 17 34 0 0 111 358 3.22 Baik
81
INDIKATOR
NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RATA-
RATA
KATEGORI 4 3 2 1
F X F X F X F X F X
58 30 120 36 108 40 80 5 5 111 313 2.81 Baik
59 51 204 50 150 10 20 0 0 111 374 3.36 Sangat baik
60 47 188 53 159 9 18 2 2 111 367 3.30 Sangat baik
61 53 212 51 153 6 12 1 1 111 378 3.43 Sangat baik
62 69 276 36 108 6 12 0 0 111 396 3.56 Sangat baik
63 74 296 28 84 8 16 1 1 111 397 3.57 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.24 Baik
HUBUNGAN
DENGAN SESAMA
PROFESI
64 78 312 18 54 4 8 11 11 111 385 3.46 Sangat baik
65 92 368 19 57 0 0 0 0 111 425 3.82 Sangat baik
66 45 180 55 165 10 20 1 1 111 366 3.29 Sangat baik
67 53 212 47 141 7 14 1 1 111 368 3.31 Sangat baik
68 72 288 28 84 8 16 1 1 111 389 3.50 Sangat baik
69 87 348 23 69 1 2 0 0 111 419 3.77 Sangat baik
70 50 200 44 132 15 30 2 2 111 364 3.27 Sangat baik
71 25 100 42 126 32 64 12 12 111 302 2.72 Baik
72 59 236 40 120 11 22 1 1 111 379 3.41 Sangat baik
73 75 300 21 63 12 24 3 3 111 390 3.51 Sangat baik
Rata-rata sub indikator 3.40 Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan indikator 3.22 Baik
Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa secara umum
profesionalisme guru SMP pada sekolah-sekolah yang diteliti berada dalam
kategori baik dengan capaian skor instrumen penelitian sebesar 3,22. Hal ini
menunjukkan bahwa dilihat dari rasa pengabdian, pemahaman terhadap kewajiban
82
social, kemandirian, dan keyakinan terhadap profesi guru-guru yang menjadi
responden penelitian dikategorikan baik.
Sub variabel pengabdian kondisinya baik dengan capaian skor sebesar 3, 29.
Hal ini menunjukkan bahwa semangat pengabdian pada guru-guru dikategorikan
baik, walaupun kondisi kerja belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sub variabel kewajiban sosial berada dalam ketegori baik dengan capai skor
3,18. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru yang menjadi responden penelitian
memandang profesinya sebagai bagian penting dalam sebuah masyarakat.
Sub variabel kemandirian menunjukkan kondisi baik dengan capaian skor
sebesar 3,01. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru yang dijadikan responden
penelitian memandang profesi guru sebagai sebuah profesi yang harus memiliki
kemandirian dalam pembuatan keputusan terkait dengan apa yang harus
dilakukannya dengan klien (peserta didik) yang dilayaninya.
Sub variabel keyakinan terhadap profesi menunjukkan kondisi baik dengan
capaian skor sebesar 3, 24. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru yang dijadikan
responden penelitian memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki hak dan
kelayakan untuk memutuskan berbagai hal yang harus dilakukan dan tidak harus
dilakukan dalam pelaksanaan profesinya sebagai guru SMP.
Sub variabel hubungan sesama profesi menunjukkan kondisi sangat baik,
dengan capaian skor sebesar 3,40. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki
asumsi dan perasaan yang kuat mengenai perlunya pengembagan profesi keguruan
melalui wadah organisasi profesi.
83
3. Gambaran variabel Mutu Pembelajaran pada SMP di Jawa Barat
untuk mengetahui sejauhmana mutu pembelajaran yang dikelola
oleh guru-guru yang telah mengikuti dan lulus program sertifikasi guru,
maka perlu diadakan pengukuran kecenderungan umum skor responden dari
masing-masing variabel dengan menggunakan Weighted Means Scores
(WMS) yaitu:
Keterangan :
X
= Nilai rata-rata yang dicari
X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap
alternatif kategori)
N = Jumlah responden
Contoh perhitungan untuk item no 1 dengan menggunakan rumus diatas
adalah:
X = (4.35) + (3.42) + (2.27) + (1.7)
X = 140 + 126 + 54 + 7
X = 327
N = 35 + 42 + 27 + 7
N = 111
94,2111
327
N
XX
Jadi untuk item no. 1 memiliki skor kecenderungan sebesar 3.74.
Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS (tabel 3.7). hal ini
N
XX
84
berarti bahwa kecenderungan jawaban responden pada no. 1 variabel Y ada
pada kategori kategori sangat baik. Hasil perhitungan rata-rata skor
responden mengenai Profesionalisme Guru dengan menggunakan rumus
WMS dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.3
Kecenderungan umum skor responden pada variabel Mutu Pembelajaran
INDIKATOR NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RAT
ARA
TA
KATEGORI 4 3 2 1
F X F X F X F X F X
Mutu input
1 35 140 42 126 27 54 7 7 111 327 2.94 Baik
2 33 132 63 189 14 28 1 1 111 350 3.15 Baik
3 43 172 59 177 8 16 1 1 111 366 3.29 Sangat baik
4 81 324 28 84 2 4 0 0 111 412 3.71 Sangat baik
5 56 224 42 126 13 26 0 0 111 376 3.38 Baik
6 47 188 40 120 21 42 3 3 111 353 3.18 Baik
7 49 196 46 138 13 26 3 3 111 363 3.27 Sangat baik
8 46 184 49 147 13 26 3 3 111 360 3.24 Baik
9 49 196 46 138 15 30 1 1 111 365 3.28 Sangat baik
10 56 224 45 135 10 20 0 0 111 379 3.41 Sangat baik
11 81 324 23 69 5 10 2 2 111 405 3.64 Sangat baik
12 75 300 28 84 7 14 1 1 111 399 3.59 Sangat baik
13 38 152 42 126 25 50 6 6 111 334 3.00 Baik
Rata-rata sub indikator 3.31 Sangat baik
Mutu proses
14 85 340 25 75 1 2 0 0 111 417 3.75 Sangat baik
15 71 284 28 84 12 24 0 0 111 392 3.53 Sangat baik
16 69 276 37 111 5 10 0 0 111 397 3.57 Sangat baik
85
INDIKATOR NO
ITE
M
KATEGORI JAWABAN
JUMLAH RAT
ARA
TA
KATEGORI 4 3 2 1
F X F X F X F X F X
17 78 312 27 81 4 8 2 2 111 403 3.63 Sangat baik
18 14 56 20 60 64 128 13 13 111 257 2.31 Cukup baik
19 25 100 60 180 26 52 0 0 111 332 2.99 Baik
20 32 128 61 183 18 36 0 0 111 347 3.12 Baik
21 49 196 35 105 18 36 9 9 111 346 3.11 Baik
22 51 204 49 147 10 20 1 1 111 372 3.35 Sangat baik
23 78 312 33 99 0 0 0 0 111 411 3.70 Sangat baik
24 65 260 39 117 7 14 0 0 111 391 3.52 Sangat baik
25 60 240 47 141 3 6 1 1 111 388 3.49 Sangat baik
26 51 204 44 132 15 30 1 1 111 367 3.30 Sangat baik
27 47 188 50 150 14 28 0 0 111 366 3.29 Sangat baik
28 48 192 54 162 9 18 0 0 111 372 3.35 Sangat baik
29 39 156 54 162 17 34 1 1 111 353 3.18 Baik
Rata-rata sub indikator 3.32 Sangat baik
Mutu output
30 24 96 66 198 20 40 1 1 111 335 3.01 Baik
31 5 20 13 39 32 64 61 61 111 184 1.65 Rendah
32 3 12 1 3 20 40 87 87 111 142 1.27 Rendah
33 3 12 0 0 8 16 100 100 111 128 1.15 Rendah
34 3 12 1 3 8 16 99 99 111 130 1.17 Rendah
35 7 28 12 36 34 68 58 58 111 190 1.71 Rendah
36 2 8 3 9 10 20 96 96 111 133 1.19 Rendah
37 2 8 2 6 6 12 101 101 111 127 1.14 Rendah
Rata-rata sub indikator 1.53 Rendah
Rata-rata keseluruhan indikator 2.72 Baik
86
Temuan secara umum mengenai mutu pembelajaran menunjukkan
kondisi baik dengan capai skor sebesar 2,72. Kondisi ini dilihat dari mutu
input, mutu proses, dan mutu ouput pembelajaran. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa karakteristik kebermutuan pembelajaran sebagai bagian dari
layanan profesi bagi seorang guru memiliki kesesuaian dengan harapan-
harapan penyelenggaran pendidikan dan berbagai pihak terkait. Secara rinci
dapat dilihat capaian untuk masing-masing sub variabel penelitian.
Sub variabel mutu input menunjukkan kondisi sangat baik dengan
capaian skor sebesar 3,31. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
kebermutuan pembelajaran yang dilihat dari dokumen persiapan
pembelajaran (silabus dan RPP) oleh guru dilakukan sebagaimana
semestinya. Dalam hal ini guru menyusun silabus dan RPP sebelum
memberikan layanan KBM.
Sub variabel mutu proses menujukkan kondisi sangat baik dengan
capaian skor sebesar 3,32. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
kebermutuan yang dilihat dari efektifitas proses pembelajaran terjadi pada
kelas-kelas yang diampu oleh guru-guru yang dijadikan responden penelitian.
Sub variabel mutu hasil menunjukkan kondisi rendah dengan capaian
skor sebesar 1,53. Kondisi ini menunjukkan bahwa karakteristik
kebermutuan yang dilihat dari mutu akademik dan non akademik belum
sesuai dengan yang diharapkan.
87
Kondisi umum menunjukkan input dan proses yang baik, namun
manakala dilihat pada output atau hasil ternyata kondisinya rendah. hal ini
menunjukkan bahwa ada faktor lain yang memperngaruhi mutu hasil
pembelajaran baik akademik maupun non akademik selain karakteristik guru.
4. Pengubahan Skor Mentah menjadi Skor Baku
Langkah selanjutnya untuk menguji hipotesis penelitian, maka
dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah statistik yang digunakan menggunakan statistik
parametrik atau statistik non parametrik. Untuk sampai pada hal tersebut,
maka langkah awal yang harus dilakukan adalah mengubah skor mentah
menjadi skor baku.
a. Variabel Sertifikasi Guru
Skor mentah angket variabel X
50 52 63 57 66 59 58 61 56 66 59
50 56 41 65 62 61 58 50 47 65
59 60 60 55 67 45 65 49 59 62
59 60 57 71 53 59 66 62 44 42
57 60 58 55 71 55 62 63 47 62
58 60 45 56 57 66 61 56 52 48
60 50 51 61 61 47 60 58 42 51
51 60 52 49 63 57 61 56 59 56
49 64 52 66 65 59 61 45 57 46
88
57 61 55 66 61 65 54 48 62 61
54 50 49 66 63 62 58 60 60 55
Skor mentah tersebut diubah menjadi skor baku dengan cara-cara:
1. Menentukan range (R)
R = Skor tertinggi – skor terendah = 71 - 41 = 30
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan Kelas Interval
KI = R/BK= 30/8 = 3.75 dibulatkan menjadi 4
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5. 4
Tabel distribusi frekuensi variable X
KI F X X² FX FX²
41 – 44 4 42.5 1806.25 170 7225
45 – 48 9 46.5 2162.25 418.5 19460.25
49 – 52 16 50.5 2550.25 808 40804
53 – 56 14 54.5 2970.25 763 41583.5
57 – 60 31 58.5 3422.25 1813.5 106089.8
61 – 64 22 62.5 3906.25 1375 85937.5
65 – 68 13 66.5 4422.25 864.5 57489.25
69 – 72 2 70.5 4970.25 141 9940.5
∑ 111 452 26210 6353.5 361304.8
89
5. Mencari rata-rata (Mean)
Fi
FiXiX
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai rata-rata sebesar : 57.13, dibulatkan menjadi 6
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)1(
)( 22
NN
FiXFiXins
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 6.531, dibulatkan
menjadi 6.
7. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
S
XXiTi
)(1050
Contoh item no 1
6
)13.5750(1050Ti
6
13.71050Ti
)21.1(1050Ti
11.38Ti
Dibulatkan menjadi 38
90
Dengan menggunakan rumus dan prosedur yang sama. skor mentah
variabel X diubah menjadi skor baku sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
38 41 59 50 64 53 51 56 48 64 53
38 48 23 63 58 56 51 38 33 63
53 54 54 46 66 29 63 36 53 58
53 54 50 73 43 53 64 58 28 24
50 54 51 46 73 46 58 59 33 58
51 54 29 48 50 64 56 48 41 34
54 38 39 56 56 33 54 51 24 39
39 54 41 36 59 50 56 48 53 48
36 61 41 64 63 53 56 29 50 31
50 56 46 64 56 63 44 34 58 56
44 38 36 64 59 58 51 54 54 46
b. Variabel Profesionalisme Guru
Skor Mentah Variabel Y1
224 270 241 214 224 266 264 238 232 250 240
270 231 206 261 208 250 264 222 235 250
247 253 240 227 222 246 239 226 250 234
218 252 248 238 171 248 262 262 229 239
200 255 212 271 234 264 255 261 233 238
205 274 230 199 228 231 255 248 214 268
91
226 244 197 209 231 260 264 250 233 225
209 253 194 197 227 236 273 241 255 215
248 236 200 224 256 232 270 243 235 257
226 249 199 224 261 251 279 236 248 248
251 160 208 224 245 240 277 273 246 262
Skor mentah tersebut diubah menjadi skor baku dengan cara-cara:
1. Menentukan range (R)
R = Skor tertinggi – skor terendah = 279 – 160 = 119
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan Kelas Interval
KI = R/BK= 119 / 8 = 14.875 dibulatkan menjadi 15
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5.5.
Tabel distribusi frekuensi variable Y1
KI F X X² FX FX²
160 – 174 2 167 27889 334 55778
175 – 189 0 182 33124 0 0
190 – 204 7 197 38809 1379 271663
205 – 219 11 212 44944 2332 494384
220 – 234 25 227 51529 5675 1288225
235 – 249 28 242 58564 6776 1639792
92
250 – 264 27 257 66049 6939 1783323
265 – 279 11 272 73984 2992 813824
∑ 111 1756 394892 26427 6346989
5. Mencari rata-rata (Mean)
Fi
FiXiX
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai rata-rata sebesar : 238,13, dibulatkan menjadi 238
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)1(
)( 22
NN
FiXFiXins
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 22,75, dibulatkan
menjadi 23
7. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
S
XXiTi
)(1050
Contoh item no 1
23
)238224(1050Ti
23
)14(1050Ti
Ti = 43.91 = 44
93
Dengan menggunakan rumus dan prosedur yang sama. skor mentah
variabel Y1 diubah menjadi skor baku sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
44 64 51 39 44 62 61 50 48 55 51
64 46 36 60 37 55 61 43 49 55
65 56 50 45 43 53 51 45 55 47
41 56 54 50 21 54 60 60 46 50
33 57 38 64 48 61 57 60 47 50
35 65 46 33 45 46 57 54 39 63
45 52 32 37 47 59 61 55 47 44
37 56 30 32 45 49 65 51 57 40
54 49 33 44 58 47 64 52 48 58
44 54 33 44 60 55 68 49 54 54
55 16 37 44 52 51 67 65 65 60
c. Variabel Mutu Pembelajaran
Skor Mentah Variabel Y2
103 114 114 95 101 121 125 110 113 116 106
112 106 104 97 106 133 105 71 110 112
110 118 104 102 99 117 110 73 105 114
104 117 124 101 80 116 115 119 106 109
93 118 103 116 109 143 102 118 106 111
97 117 112 82 109 99 102 117 91 114
94
106 139 97 93 105 108 121 120 106 111
84 116 97 100 124 108 125 109 121 108
111 113 97 102 118 104 125 93 107 109
92 124 96 101 123 120 127 107 111 120
110 74 107 101 118 118 125 108 109 123
Skor mentah tersebut diubah menjadi skor baku dengan cara-cara:
1. Menentukan range (R)
R = Skor tertinggi – skor terendah = 143 – 71 = 72
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan Kelas Interval
KI = R/BK= 72 / 8 = 9
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5.6
Tabel distribusi frekuensi Variabel Y2
KI F X X² FX FX²
71 – 79 3 75 5625 225 16875
80 – 88 3 84 7056 252 21168
89 – 97 13 93 8649 1209 112347
98 – 106 26 102 10404 2652 270504
107 – 115 31 111 12321 3441 381951
116 – 124 27 120 14400 3240 388800
95
125 – 133 6 129 16641 774 99846
134 – 142 1 138 19044 138 19044
143 - 151 1 147 21609 147 21609
∑ 111 999 115749 12078 1332144
5. Mencari rata-rata (Mean)
Fi
FiXiX
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai rata-rata sebesar : 108,712, dibulatkan menjadi
109
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)1(
)( 22
NN
FiXFiXins
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 12,338, dibulatkan
menjadi 12
7. Mengubah skor mentah menjadi skor baku
S
XXiTi
)(1050
Contoh item no 1
12
)109103(1050Ti
96
12
)6(1050Ti
Ti = 45
Dengan menggunakan rumus dan prosedur yang sama. skor mentah
variabel Y2 diubah menjadi skor baku sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
45 54 54 38 43 60 63 51 53 55 47
52 47 46 40 47 70 46 18 51 52
51 57 46 43 41 56 51 20 46 54
45 56 45 43 26 55 54 59 47 50
36 57 52 55 50 78 44 57 47 52
40 56 52 27 50 42 44 56 35 54
47 75 40 36 46 49 60 59 47 52
29 55 40 42 62 49 63 50 60 49
52 53 40 44 57 46 63 36 48 50
35 62 39 43 61 59 65 48 52 59
51 20 48 43 57 57 63 49 50 61
5. Uji Normalitas Distribusi Data
a. Uji Normalitas distribusi variabel X (Sertifikasi Guru)
Distribusi skor baku variabel X
38 41 59 50 64 53 51 56 48 64 53
38 48 23 63 58 56 51 38 33 63
97
53 54 54 46 66 29 63 36 53 58
53 54 50 73 43 53 64 58 28 24
50 54 51 46 73 46 58 59 33 58
51 54 29 48 50 64 56 48 41 34
54 38 39 56 56 33 54 51 24 39
39 54 41 36 59 50 56 48 53 48
36 61 41 64 63 53 56 29 50 31
50 56 46 64 56 63 44 34 58 56
44 38 36 64 59 58 51 54 54 46
Pengujian normalitas distribusi. ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan rentang (R)
R = skor tertinggi – skor terendah
R = 73 – 23 = 50
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan kelas interval
KI = R/BK = 50 / 8 = 6.25 dibulatkan menjadi 6
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5.7
Tabel bantu penghitungan normalitas data variable X
KI F X X² FX FX²
98
23 – 28 4 25.5 650.25 102 2601
29 – 34 9 31.5 992.25 283.5 8930.25
35 – 40 12 37.5 1406.25 450 16875
41 – 46 12 43.5 1892.25 522 22707
47 – 52 20 59.5 3540.25 1190 70805
53 – 58 34 55.5 3080.25 1887 104728.5
59 – 64 17 61.5 3782.25 1045.5 64298.25
65 – 70 1 67.5 4556.25 67.5 67.5
71 – 76 2 73.5 5402.25 147 294
∑ 111 455.5 25302.25 5694.5 291306.5
5. Mencari rata-rata (mean)
Fi
FiXiX
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai rata-rata sebesar : 49,60, dibulatkan menjadi 50
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)1(
)( 22
NN
FiXFiXins
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 10,89, dibulatkan menjadi 11
Setelah diperoleh harga X dan S. selanjutnya disusun daftar nilai untuk
mengetes kenormalan distribusi data:
99
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas skor kanan interval
2. Mencari harga Z untuk batas. dengan rumus:
S
XBkz
_
3. Mencari daftar O – Z dari daftar F
4. Mencari luas tiap interval. dengan cara menyelisihkan luas O – Z
kelas interval yang berlawanan (tidak sejenis)
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengkalikan tiap
kelas interval dengan n.
6. Mencari fo. yaitu frekuensi hasil penelitian
7. Membuat tabel harga-harga untuk uji normalitas seperti berikut ini:
Tabel 5.8
Harga-harga untuk uji normalitas
Batas
kelas
Z untuk
Batas
Kelas
Luas 0-Z
Luas tiap
Kelas Interval
f(e) fo
Chi
kuadrat
22.5 - 2.50 0.4938 0.0194 2.15 4 1.59
28.5 - 1.95 0.4744 0.0552 6.13 9 8.23
34.5 - 1.40 0.4192 0.1141 12.66 12 0.03
40.5 - 0.86 0.3051 0.1796 19.93 12 3.15
46.5 - 0.32 0.1255 0.2126 23.90 20 0.63
100
52.5 0.22 0.0871 0.1923 21.35 34 7.49
58.5 0.77 0.2794 0.1272 14.12 17 0.58
64.5 1.32 0.4066 0.062 6.88 1 5.02
70.5 1.86 0.4686 0.0234 2.59 2 0.13
76.5 2.41 0.4920
χ2
Hitung 111 26.85
Dari tabel perhitungan diperoleh chi-kuadrat hitung sebesar 57.3.
Sedangkan berdasarkan tabel dengan dk = (k-1) = 6 - 1 = 5 dan taraf
signifikasi 0.05 diperoleh harga chi kuadrat tabel sebesar 11.070. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa χ²hitung (26,85) > χ²tabel (12.592). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel X berdistribusi tidak normal. Sehingga
perhitungan selanjutnya dilakukan dengan statistik non-parametrik.
b. Uji Normalitas distribusi variabel Profesionalisme Guru (Y1)
Distribusi Skor Baku Variabel Y1
44 64 51 39 44 62 61 50 48 55 51
64 46 36 60 37 55 61 43 49 55
65 56 50 45 43 53 51 45 55 47
41 56 54 50 21 54 60 60 46 50
33 57 38 64 48 61 57 60 47 50
35 65 46 33 45 46 57 54 39 63
101
45 52 32 37 47 59 61 55 47 44
37 56 30 32 45 49 65 51 57 40
54 49 33 44 58 47 64 52 48 58
44 54 33 44 60 55 68 49 54 54
55 16 37 44 52 51 67 65 65 60
Pengujian normalitas distribusi. ditempuh dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan rentang (R)
R = skor tertinggi – skor terendah
R = 68 – 16 = 52
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan kelas interval
KI = R/BK = 52/8 = 6.5 = 6
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5. 9
Tabel bantu penghitungan normalitas data variable Y1
KI F X X² FX FX²
16 – 21 2 18.5 342.25 37 684.5
22 – 27 0 24.5 600.25 0 0
28 – 33 7 30.5 930.25 213.5 6511.75
34 – 39 9 36.5 1332.25 328.5 11990.25
102
KI F X X² FX FX²
40 – 45 16 42.5 1806.25 680 28900
46 – 51 26 48.5 2352.25 1261 61158.5
52 – 57 26 54.5 2970.25 1417 77226.5
58 – 63 14 60.5 3660.25 847 51243.5
64 - 69 11 66.5 4422.25 731.5 48644.75
∑ 111 382.5 18416.25 5515.5 286359.8
5. Mencari rata-rata (mean)
Fi
FiXiX
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai rata-rata sebesar : 50
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)1(
)( 22
NN
FiXFiXins
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 10,09, dibulatkan menjadi 10
Setelah diperoleh harga X dan S. selanjutnya disusun daftar nilai untuk
mengetes kenormalan distribusi data:
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas skor kanan interval
2. Mencari harga Z untuk batas. dengan rumus:
103
S
XBkz
_
3. Mencari daftar O - Z dari daftar F
4. Mencari luas tiap interval. dengan cara menyelisihkan luas O - Z
kelas interval yang berlawanan (tidak sejenis)
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengkalikan tiap
kelas interval dengan n.
6. Mencari fo. yaitu frekuensi hasil penelitian
7. Membuat tabel harga-harga untuk uji normalitas seperti berikut ini:
Tabel 5. 10
harga-harga untuk uji normalitas
Batas
kelas
Z untuk
Batas
Kelas
Luas 0-Z
Luas tiap
Kelas Interval
f(e) fo
Chi
kuadrat
15.5 - 3.45 0.4997 0.0019 0.21 2 15.25
21.5 - 2.85 0.4978 0.01 1.11 0 1.23
27.5 - 2.25 0.4878 0.0373 4.14 7 1.97
33.5 - 1.65 0.4505 0.0974 10.81 9 0.30
39.5 - 1.05 0.3531 0.5267 58.46 16 30.83
45.5 - 0.45 0.1736 0.114 12.65 26 14.08
51.5 0.15 0.0596 0.2138 23.73 26 0.21
57.5 0.75 0.2734 0.1381 15.32 14 0.11
104
63.5 1.35 0.4115 0.0629 6.98 11 2.31
69.5 1.95 0.4744
χ2 hitung
111 33.46
Dari tabel perhitungan diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 33,46.
Sedangkan berdasarkan tabel dengan dk = (k-1) = 6 - 1 = 5 dan taraf
signifikasi 0.05 diperoleh harga chi kuadrattabel sebesar 11,070. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa χ²hitung (33.46) > χ²tabel (11.070). hal
ini menunjukkan bahwa variabel Y1 berdistribusi tidak normal.
Sehingga perhitungan selanjutnya dilakukan dengan statistik
nonparametrik.
c. Uji Normalitas distribusi variabel Mutu Pembelajaran (Y2)
Distribusi Skor Baku Variabel Y2
45 54 54 38 43 60 63 51 53 55 47
52 47 46 40 47 70 46 18 51 52
51 57 46 43 41 56 51 20 46 54
45 56 45 43 26 55 54 59 47 50
36 57 52 55 50 78 44 57 47 52
40 56 52 27 50 42 44 56 35 54
47 75 40 36 46 49 60 59 47 52
29 55 40 42 62 49 63 50 60 49
105
52 53 40 44 57 46 63 36 48 50
35 62 39 43 61 59 65 48 52 59
51 20 48 43 57 57 63 49 50 61
Pengujian normalitas distribusi. ditempuh dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan rentang (R)
R = skor tertinggi – skor terendah
R = 78 – 18 = 60
2. Menentukan banyak kelas
BK = 1 + 3.3 log n = 1 + 33 log 111= 7.74 dibulatkan menjadi 8
3. Menentukan kelas interval
KI = R/BK = 60/8 = 7.5 = 7
4. Membuat tabel distribusi frekuensi
Tabel 5. 11
Tabel bantu penghitungan normalitas data variable Y2
KI F X X² FX FX²
18 – 24 3 21 441 63 1323
25 – 31 3 28 784 84 2352
32 – 38 6 35 1225 210 7350
39 – 45 20 42 1764 840 35300
46 – 52 38 49 2401 1862 91238
53 – 59 26 56 3136 1456 81536
106
KI F X X² FX FX²
60 – 66 12 63 3969 756 47628
67 – 73 1 70 4900 70 70
74 – 78 2 76 5776 152 304
∑ 111 440 24396 5493 267101
5. Mencari rata-rata (mean)
Fi
FiXiX
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai rata-rata sebesar : 49.38 dibulatkan = 49
6. Mencari Simpangan baku (S) dengan rumus
)1(
)( 22
NN
FiXFiXins
Dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel, maka
diperoleh nilai simpangan baku sebesar : 10,21, dibulatkan menjadi 10
Setelah diperoleh harga X dan S. selanjutnya disusun daftar nilai untuk
mengetes kenormalan distribusi data:
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas skor kanan interval
2. Mencari harga Z untuk batas. dengan rumus:
S
XBkz
_
107
3. Mencari daftar O - Z dari daftar F
4. Mencari luas tiap interval. dengan cara menyelisihkan luas O - Z
kelas interval yang berlawanan (tidak sejenis)
5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan mengkalikan tiap
kelas interval dengan n.
6. Mencari fo. yaitu frekuensi hasil penelitian
7. Membuat tabel harga-harga untuk uji normalitas seperti berikut ini:
Tabel 5.12
Harga-harga untuk uji normalitas
Batas
kelas
Z untuk
Batas
Kelas
Luas 0-Z
Luas tiap
Kelas Interval
f(e) fo
Chi
kuadrat
17.5 - 3.15 0.4992 0.0063 0.69 3 7.73
24.5 - 2.45 0.4929 0.033 3.66 3 0.11
31.5 - 1.75 0.4599 0.1068 11.85 6 2.88
38.5 - 1.05 0.3531 0.2163 24.00 20 0.66
45.5 - 0.35 0.1368 0.2736 30.36 38 1.92
52.5 0.35 0.1368 0.2163 24.00 26 0.16
59.5 1.05 0.3531 0.1068 11.85 12 0.0018
66.5 1.75 0.4599 0.033 3.66 1 1.93
73.5 2.45 0.4929 0.0055 0.61 2 3.16
78.5 2.95 0.4984
108
χ2 hitung
111 18.55
Dari tabel perhitungan diperoleh chi-kuadrathitung sebesar 18,55.
Sedangkan berdasarkan tabel dengan dk = (k-1) = 7 - 1 = 6 dan taraf
signifikasi 0.05 diperoleh harga chi kuadrattabel sebesar 12,592. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa χ²hitung (18,55) > χ²tabel (12,592). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel Y2 berdistribusi tidak normal. Sehingga
perhitungan selanjutnya dilakukan dengan statistik non-parametrik.
Berdasarkan hasil penghitungan pada variable X, Y1, dan Y2 dengan
hasil distribusi data tidak normal. Maka pengujian hipotesis selanjutnya
menggunakan statistik non-parametrik.
6. Uji Hipotesis
Proses pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab besar atau
kecilnya pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y1, variable X terhadap Y2
dan variable Y1 terhadap Y2. Pengujian hipotesis juga digunakan mengetahui
apakah hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang
penulis ajukkan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1: sertifikasi guru berkontribusi terhadap profesionalisme guru.
Hipotesis 2: sertifikasi guru berkontribusi terhadap mutu pembelajaran.
Hipotesis 3: profesionalisme guru berpengaruh terhadap mutu pembelajaran.
109
a. Hasil analisis Korelasi
Untuk mencari koefisien korelasi yaitu keterhubungan antara
variabel X dengan variabel Y1 dan variabel Y2 digunakan rumus korelasi
Spearman Rank (rho). Penggunaan rumus ini dikarenakan data
berdistribusi tidak normal. Perhitungan korelasi Spearman Rank
menggunakan bantuan Program SPSS.17.0 for windows dengan hasil
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5.13
Hasil penghitungan korelasi variable X terhadap Y1
Correlations
SERTIFIKASI
GURU
PROFESIONALISME
GURU
Spearman's rho SERTIFIKASI GURU Correlation Coefficient 1.000 .189*
Sig. (2-tailed) . .047
N 111 111
PROFESIONALISME
GURU
Correlation Coefficient .189* 1.000
Sig. (2-tailed) .047 .
N 111 111
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 5.13 menunjukkan angka korelasi antara variable sertifikasi guru
terhadap profesionalisme sebesar 0, 189. Sedangkan untuk korelasi
antara variable sertifikasi guru dengan mutu pembelajaran dapat dilihat
pada tabel 5.14 sebagai berikut ini.
110
Tabel 5.14
Hasil penghitungan korelasi variable X terhadap Y2
Correlations
SERTIFIKASI
GURU
MUTU
PEMBELAJARAN
Spearman's rho SERTIFIKASI
GURU
Correlation Coefficient 1.000 .192*
Sig. (2-tailed) . .044
N 111 111
MUTU
PEMBELAJARAN
Correlation Coefficient .192* 1.000
Sig. (2-tailed) .044 .
N 111 111
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Angka korelasi antara variable sertifikasi guru dengan mutu pembelajaran
sebesar 0,192.
Tabel 5.15
Hasil penghitungan korelasi variable Y1 terhadap Y2
Correlations
PROFESIONALISME
GURU
MUTU
PEMBELAJARAN
Spearman's
rho
PROFESIONALISME
GURU
Correlation
Coefficient 1.000 .754(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 111 111
MUTU
PEMBELAJARAN
Correlation
Coefficient .754(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 111 111
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
111
Angka korelasi variable profesionalisme guru terhadap mutu pembelajaran
menunjukkan nilai sebesar 0,754. Untuk mengetahui, apakah angka
korelasi itu kuat atau rendah, peneliti selanjutnya menafsirkan besarnya
koefisien korelasi dengan klasifikasi yang diperoleh dari Sugiono
(2007:257) sebagai berikut:
Tabel 5. 16
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi menurut Sugiono
Interval
Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat
Berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel X terhadap Y1,
variabel X terhadap Y2 dan Y1 terhadap Y2 dengan program SPSS.17.0 for
windows diperoleh nilai koefisien korelasi untuk variabel X dan Y1 sebesar
0,189. Nilai koefisien korelasi variabel X terhadap Y2 sebesar 0,192. Dan
koefisien korelasi Y1 terhadap Y2 sebesar 0,754.
Apabila hasil penghitungan korelasi tersebut dikonsultasikan atau
dibandingkan dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi dari Sugiono
berada pada kategori sangat rendah, kecuali korelasi antara variable Y1
terhadap Y2 berada dalam kategori kuat.
112
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Gambaran Sertifikasi bagi guru-guru SMP di Jawa Barat
Berdasarkan hasil uji kecenderungan penelitian yang dihitung melalui uji
kecenderungan didapatkan hasil rata-rata skor sebesar 3,03 dengan kategori baik.
Kategori baik dilihat dari kondisi guru dalam memahami tujuan dan manfat
program sertifikasi bagi profesi keguruan, pola seperti apa yang diikuti guru untuk
sampai pada dinyatakan sebagai guru professional (lulus program sertifikasi), dan
seperti tingkat pemahaman dan pengalaman guru dalam menjalani prosedur atau
tahap demi tahap pelaksanaan program sertifikasi.
Program sertifikasi sebagai program yang dikategorikan spektakuler bagi
profesi guru menyita banyak perhatian guru, terutama dengan kesejahteraan yang
akan diterima oleh guru manakala ia telah lulus sertifikasi. Hal ini sebagaimana
dinyatakan dalam Undang-undang No. 74 tahun 2008 Bab III mengenai ―hak‖
pasal 15 yang menyatakan :
(1) Tunjangan profesi diberikan kepada Guru yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. memiliki satu atau lebih Sertifikat Pendidik yang telah diberi satu nomor
registrasi Guru oleh Departemen;
b. memenuhi beban kerja sebagai Guru;
c. mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru kelas pada satuan
pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang
dimilikinya;
d. terdaftar pada Departemen sebagai Guru Tetap;
e. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan
f. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan
tempat bertugas.
Lebih lanjut Pasal 17, khususnya ayat (1) yang mengungkapkan:
(1) Guru Tetap pemegang Sertifikat Pendidik berhak mendapatkan
tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan yang rasio minimal
jumlah peserta didik terhadap Gurunya sebagai berikut:
a. untuk TK, RA, atau yang sederajat 15:1;
b. untuk SD atau yang sederajat 20:1;
113
c. untuk MI atau yang sederajat 15:1;
d. untuk SMP atau yang sederajat 20:1;
e. untuk MTs atau yang sederajat 15:1;
f. untuk SMA atau yang sederajat 20:1;
g. untuk MA atau yang sederajat 15:1;
h. untuk SMK atau yang sederajat 15:1; dan
i. untuk MAK atau yang sederajat 12:1.
Dalam buku Pedoman Penyaluran Tunjangan Profesi Guru (2009:5)
disebutkan dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan tunjangan profesi guru
adalah :
Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru yang
telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.
Guru yang dimaksud adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang
diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah atau yayasan/masyarakat
penyelenggara pendidikan baik yang mengajar di sekolah negeri
maupun sekolah swasta.
Berdasarkan buku pedoman tersebut, guru yang telah lulus sertifikasi
akan mendapatkan tunjangan profesi baik guru yang berstatus PNS maupun
Non-PNS. Besaran tunjangan yang akan diterimanya sebesar satu kali gaji
pokok. Hal sebagaimana dikemukakan lebih lanjut dalam buku Pedoman
Penyaluran Tunjangan Profesi Guru (2009:5):
Bagi guru PNS besaran tunjangan profesi adalah setara dengan 1
(satu) kali gaji pokok. Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi
diberikan setara dengan gaji pokok PNS sesuai dengan penetapan ―in-
passing‖ jabatan fungsional guru yang bersangkutan seperti yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 47 tahun
2007.
Kondisi inilah yang menyebabkan guru-guru mencari dan menggali
berbagai informasi terkait dengan bagaimana ia dapat memahami dan lulus
114
sertifikasi guru yang pada akhirnya akan menjadikan guru yang
bersangkutan lebih sejahtera.
Lebih jauh, banyak media yang memfasilitasi guru untuk memahami
mengenai program sertifikasi ini baik itu melalui buku pedoman sertifikasi
guru, sosialisasi program sertifikasi dari dinas pendidikan kab./kota,
Sosialiasi dari pengawas, sosialisasi dari berbagai LSM, dan sebagainya.
Sedangkan untuk pengalaman guru dalam mengikuti proses sertifikasi
ditemukan dalam kondisi baik menunjukkan bahwa guru melakukan semua
tahapan yang dipersyaratkan dalam program sertifikasi guru.
Perlu menjadi catatan khusus, bahwa kategori baik dalam penelitian
ini bukan dilihat dari evaluasi program sertifikasi, tetapi lebih kepada
sejauhmana guru memahami dan mengalami proses sertifikasi guru dalam
jabatan melalui penilaian portofolio.
Dilihat dari berbagai hal yang harus dipersiapkan oleh guru untuk
program sertifikasi guru melalui penilaian portofolio, guru memiliki
kejelasan mengenai apa, berapa, dan bagaimana syarat-syarat tersebut dapat
dipenuhi oleh yang bersangkutan. Buku 4 mengenai Petunjuk Teknis
Sertifikasi Guru Untuk Guru tahun 2009 secara jelas menjelaskan berbagai
hal terkait dengan apa yang harus dilakukan oleh guru untuk mengikuti
program sertifikasi.
Dengan demikian dapat dipahami secara logis mengapa guru-guru
yang diteliti memiliki pemahaman dan pengalaman yang dikategorikan
baik.
115
2. Gambaran Profesionalisme Guru-Guru SMP yang Telah Lulus
Program Sertifikasi di Jawa Barat
Berdasarkan penghitungan Weighted mean scored (WMS) didapatkan
sekor rata-rata sebesar 3,22 dengan kategori baik. Kategori baik dilihat dari
kondisi guru-guru SMP yang diteliti, mereka memiliki rasa pengabdian
yang melekat dengan dirinya, tanggungjawab sosial yang memandang
profesi guru sebagai komponen penting di masyarakat, pandangan tentang
kemandirian profesi guru dalam membuat keputusan mengenai apa yang
harus dilakukannya, keyakinan guru-guru terhadap profesi bahwa yang
berhak memberikan penilaian terhadap dirinya adalah yang mewakili
profesinya, dan pandangan guru terhadap pentingnya organisasi profesi
dalam pengembangan layanan professional.
Pengabdian adalah satu diantara beberapa indikator yang akan
membantu pembentukan profesionalisme. Loyalitas merupakan nilai-nilai
yang terkandung di dalam pengabdian guru untuk kepentingan profesi,
peserta didik dan sekolah. Pelayanan pembelajaran yang bermutu untuk
peserta didik merupakan hal yang harus terpenuhi oleh setiap guru oleh
karenanya dibutuhkan guru-guru yang berdedikasi khusus dan bekerja
sepenuh hati untuk kepentingan-kepentingan tersebut. Keunggulan proses
belajar mengajar merupakan target kerja setiap guru dalam menjalankan
aktivitas, tugas dan tanggung jawab profesinya, oleh karena itu diperlukan
guru-guru yang mau mendedikasikan potensi akademiknya untuk
116
mewujudkan keunggulan tersebut, secara operasional hal ini disebut
pengabdian yang merupakan ciri profesionalisme.
Profesionalisme guru merupakan sikap guru terhadap profesinya,
kewajiban sosial adalah bagian dari sikap yang mewujudkan
profesionalisme. Artinya sikap-sikap yang dimunculkan oleh guru ketika
menjalankan aktivitas profesinya harus memberikan pengaruh terhadap
kehidupan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Semisal
pandangan guru tentang pentingnya profesi keguruan bagi peserta didik,
sikap ini dapat terindikasi dari semangat kerja yang ditunjukkan oleh guru
kepada peserta didik dan masyarakat sekolah akan senantiasa berdampak
kepada perilaku sosial peserta didik dan masyarakat sekolah.
Anggapan guru mengenai profesinya yang menuntut rasa tanggung
jawab yang tinggi merupakan ciri dari profesionalisme yang akan mengarah
kepada terbentuknya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan
gurunya.
Pembentukan profesionalisme didasari oleh sejauhmana para
professional menjaga nama baik profesinya. Oleh karenanya keyakinan
terhadap profesi yang merupakan rasa bangga terhadap profesi yang
disandangnya merupakan bagian dari terpenting dalam profesionalisme
guru.
Profesionalisme pada dasarnya akan mengarah pada sikap
menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh suatu
117
kelompok atau organisasi oleh karena itu pemahaman kode etik dalam
menjalin hubungan profesi harus manjadi acuan dalam bekerja sama.
Dari paparan hasil penelitian di atas, guru-guru SMP yang diteliti
dapat dikategorikan sebagai guru-guru yang mampu menyikapi profesinya
dengan sangat baik hal ini terbukti dengan anggapan-anggapan dan sikap-
sikap yang selalu dimunculkan oleh guru dalam setiap aktivitas kerjanya
terindikasi sebagai nilai-nilai profesionalisme.
David H. Maister (1998 : 23) memberikan definisi profesionalisme,
bahwa profesionalisme adalah terutama masalah sikap, bukan seperangkat
kompetensi. Seorang profesional sejati adalah seorang teknisi yang peduli.
Dalam konteks aplikasi sikap (profesionalisme) tersebut, Sergiovanni
(Bennan Zhang, online: http://www.ied.edu.hk/fesym/2A03-
005%20Full%20paper.pdf p.7) secara tegas mengungkapkan:
Knowledge and understanding are not enough. Teachers also are
expected to put their knowledge to work — to demonstrate that they can
do the job. Still, demonstrating knowledge is a fairly low-level
competency. Most teachers are competent enough and clever enough to
come up with the right teaching performance when the supervisor is
around. The proof of the pudding is whether they will do the job of their
own free will and on a sustained basis.
Pernyataan Sergiovanni tersebut memberikan petunjuk bahwa
asumsi profesionalisme guru pasca sertifikasi seyognya menjadi spring
board bagi guru untuk terus menerus menata komitmen melakukan
perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kompetensi.
118
Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan
mampu meningkatkan keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk
meningkatkan kefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan
program, yaitu program pembelajaran yang diharapkan mampu
menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru
memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri secara terus
menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan,
pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat
dilakukan sesuai dengan tuntutan kekinian
Lebih jauh, Hall. R (Muhammad, Rifqi. 2008:3).
Mengembangkan konsep profesionalisme dari level individu meliputi
lima dimensi, yaitu :
a. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi
profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total
terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan
bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri
secara total merupakan komitmen pribadi dan sebagai kompensasi
utama yang diharapkan adalah kepuasan rohani dan kemudian
kepuasan material.
b. Kewajiban Sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang
pentingnya paran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh
masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya pekerjaan
tersebut.
c. Kemandirian (Autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa
seorang professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa
ada tekanan dari pihak yang lain.
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu
suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang
tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan
mereka.
119
e. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community
affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal
sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para
profesional membangun kesadaran profesinya.
3. Gambaran Mutu Pembelajaran Pada Kelas-Kelas yang Dibina oleh
Guru yang Telah Lulus Program Sertifikasi di Jawa Barat
Hasil penghitungan terhadap variable mutu pembelajaran dengan
menggunakan WMS menghasilkan skor sebesar 2,75 dengan kategori baik.
Hal ini dilihat dari mutu input, mutu proses, dan mutu oputput
pembelajaran. Dari ketiga sub variable, hanya sub variable ketiga (mutu
output) yang kondisnya rendah. Mutu output terdiri dari mutu akademik dan
non akademik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu input dan proses yang
baik akan menghasilkan output yang baik pula. Mengapa demikian?
Keberbutuan hasil pembelajaran memiliki sejumlah komponen yang terkait,
bukan saja komponen guru, yakni komponen karakteristik siswa itu sendiri,
fasilitas, kondisi keluarga peserta didik, dan sebagainya.
Mutu input pembelajaran yang dilihat dari mutu silabus dan mutu RPP
yang menunjukkan kondisi yang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa guru-
guru yang diteliti telah membuat silabus dan RPP sebagai bagian dari
tugasnya.
Mutu proses pembelajaran menunjukkan kondisi baik dilihat dari
mutu kegiatan membuka, kegiatan inti, dan kegiatan menutup pembelajaran.
120
Dalam hal ini guru-guru yang diteliti melaksanakan fase-fase tersebut dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Kerangka pengembangan mutu pembelajaran merupakan kondisi yang
sistemik. Artinya untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, maka
mutu input dan mutu proses pun harus dijaga. Penjagaan mutu merupakan
upaya penjaminan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab kepala
sekolah dan pengawas sekolah. Keduanya memiliki kewenangan secara
secara fungsional. Michelle Rhee (2009) mengungkapkan sebuah kerangka
kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada ―good teaching‖ sebagai
berikut:
Gambar 5.1. Kerangka KBM menurut Michelle Rhee
121
Menurut Rhee, dalam perencanaan KBM guru harus merencanakan dua hal,
yaitu pengajaran (didefinisikan sebagai proses fasilitasi peserta didik untuk
belajar) dan lingkungan belajar anak. Proses pengajaran yang harus
dilakukan oleh guru menurut Rhee harus memenuhi Sembilan hal berikut:
1) Focus students on lesson objectives
2) Deliver content clearly
3) Engage all students in learning
4) Target multiple learning styles
5) Check and respond to the students understanding
6) Maximize instructional time
7) Invest student in their learning
8) Interact positively and respectfully with students
9) Reinforce positive behavior, redirect off-task behavior, and de-escelate
challenging behavior.
4. Dampak Program Sertifikasi Terhadap Profesionalisme Guru dan
Mutu Pembelajaran di Jawa Barat
Analisis terhadap dampak program sertifikasi guru terhadap
profesionalise guru dan mutu pembelajaran dilakukan melalui pengujian
hubungan diantara kedua variable. Jika hubungannya kuat, kemudian
dilanjutkan pada pengujian kontribusi, tetapi jika hubungannya lemah maka
pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Tiga hipotesis yang diuji adalah :
122
Hipotesis 1: sertifikasi guru berkontribusi terhadap profesionalisme guru.
Hipotesis 2: sertifikasi guru berkontribusi terhadap mutu pembelajaran.
Hipotesis 3: profesionalisme guru berkontribusi terhadap mutu
pembelajaran.
Hasil pengujian hipotesis 1 dan 2 menunjukkan korelasi yang rendah.
Korelasi masing-masing variable menunjukkan rxy sebesar 0,189 sedangkan
rxy2 sebesar 0, 192. Capaian angka tersebut ada dalam kategori sangat
rendah. Karenanya koefisien determinasi tidak bermakna. Sedangkan
korelasi antara variable profesionalisme guru dengan mutu pembelajaran
dikategorikan tinggi dengan capaian sekor sebesar 0,754 (kuat). Apabila
dihitung kepada kontribusi variable y1 ke y2 mencapai 75,4% mutu
pembelajaran dipengaruhi oleh profesionalisme guru.
Temuan pada pengujian hipotesis satu menunjukkan kondisi yang
berbeda dengan asumsi pengambil kebijakan bahwa program sertifikasi
akan meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan. Kondisi ini
lebih jauh dianalisis dengan melakukan wawacara kepada guru-guru dan
pengawas sekolah mengenai pengalaman para guru dan pengawas setelah
proses sertifikasi selesai.
Menurut pengawas, apa yang dialami guru dalam sertifikasi belum
memberikan dampak pada kemampuan professional guru termasuk terhadap
peningkatan mutu pembelajaran secara signifikan. Bahkan muncul beberapa
kasus yang tidak diharapkan, dimana guru menjadi lebih tidak disiplin pasca
123
sertifikasi dan mengasumsikan bahwa sertifikasi adalah suatu kondisi final
dari profesi keguruan. Apabila diperbandingkan, guru-guru sebelum
sertifikasi sering mengikuti pengembangan kemampuan melalui berbagai
pelatihan, workshop dan seminar, namun setelah sertifikasi dan dinyatakan
lulus mereka cenderung tidak mengikuti lagi kegiatan-kegiatan tersebut.
Lebih jauh, alokasi dana tunjangan profesi yang diterima guru-guru
sedikit sekali proporsinya yang digunakan untuk pengembangan profesi,
bahkan kecenderungannya tidak digunakan untuk pengembangan profesi
guru lebih lanjut. Para guru lebih banyak mengalokasikan dana tunjangan
profesinya untuk pemenuhan sandang, pangan dan papan, seperti pembelian
tanah, rehab rumah, pembelian kendaraan bermotor, ditabung di bank, dan
sebagainya.
Apabila ditelusuri hal tersebut, maka dampak program sertifikasi
terhadap profesionalisme dan mutu pembelajaran hanya dialami oleh
sebagian kecil guru-guru yang diteliti. I Wayan Santyasa (online:
http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/DIMENSI_DIMENSI_TEORETIS
.pdf) mengungkapkan:
Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup
penting, yaitu kompetensi, sertifikasi, dan tunjangan profesi. Ketiga
faktor tersebut diprediksi mempengaruhi kualitas pendidikan.
Sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar, sehingga tidak bisa
diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat.
Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme secara kontinu. Secara
preskriptif, dukungan kompetensi manajemen, strategi pemberdayaan,
supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas merupakan
dimensidimensi teoretis alternatif untuk meningkatkan kompetensi
dan profesionalisme guru. Keempat dimensi teoretis tersebut
berlandaskan pada filosofi humanistik, bahwa pada dasarnya guru
124
dapat meningkatkan profesionalismenya secara mandiri. Dimensi-
dimensi teoretis tersebut berperan sebagai fasilitas dan pijakan bagi
guru untuk meningkatkan komitmen dan kesadaran berbasis refleksi
diri dalam rangka meningkatkan profesionalismenya.
Menjawab pertanyaan mengenai apakah ada jaminan ketika seorang guru
lulus sertifikasi hal tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan, Eko Putro
Widoyoko (2008:5) mengungkapkan:
Pertama dan sekaligus yang utama, sertifikasi merupakan sarana atau
instrument untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua pihak bahwa
sertifikasi adalah sarana untuk menuju mutu. Sertifkasi bukan tujuan
itu sendiri. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas
yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai
mutu. Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk kualifikasi,
maka belajar kembali untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan
dan keterampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah S-1
bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara
yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah
mendapatkan ilmu dan keterampilan baru. Demikian pula kalau guru
mengikuti uji sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan
tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang
bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan
dalam standar kemampuan guru. Tunjangan profesi adalah
konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang
dimaksud. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari
jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan
diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi uji sertifikasi.
Dalam konteks tersebut, maka kemungkinan terjadi salah persepsi
pada guru-guru SMP yang telah lulus sertifikasi guru tahun 2007 dan 2008.
Dimana mereka menganggap bahwa sertifikasi sebagai final dari profesi
guru, sehingga apa yang mereka lakukan setelah itu tidak banyak berubah
menjadi lebih baik, bahkan menurun.
Dilihat dari sisi usia peserta yang disertifikasi pada tahun 2008 dan
2009, mayoritas guru adalah mereka yang akan memasuki masa pensiun
125
(purna bakti) dalam kurun waktu 1 – 5 tahun ke depan. Hal ini sudah barang
tentu mempengaruhi tingkat dinamisasi guru dalam mengembangkan
kemampuan dan memelihara motivasi kerja serta disiplin guru pasca
sertifikasi.