BAB V hasil penelitian

45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Desa Tajur Sindang Desa Tajur Sindang merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta dengan jarak tempuh dari Puskesmas Sukatani di Desa Sukatani selama 30 menit menggunakan kendaraan bermotor. Desa Tajur Sindang mempunyai luas daerah 505 km 2 yang terdiri dari

Transcript of BAB V hasil penelitian

Page 1: BAB V hasil penelitian

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Desa Tajur Sindang

Desa Tajur Sindang merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sukatani

Kabupaten Purwakarta dengan jarak tempuh dari Puskesmas Sukatani di Desa

Sukatani selama 30 menit menggunakan kendaraan bermotor. Desa Tajur Sindang

mempunyai luas daerah 505 km2 yang terdiri dari 6 RW dan 21 RT dengan salah

satu lokasinya yaitu RW 04 sangat rawan tanah longsor. Jumlah penduduk Desa

Tajur Sindang sebanyak 5.618 jiwa yang terdiri dari 1.324 KK (Kepala Keluarga)

Page 2: BAB V hasil penelitian

dan kepadatan penduduk sebesar 11 penduduk per km2. Jumlah penduduk miskin

Desa Tajur Sindang sebanyak 435 KK (32,9 %)

5.1.2 Karakteristik Responden

1. Usia responden saat menikah

Karakteristik responden berdasarkan usia Ibu saat menikah dibagi menjadi

beberapa kelompok umur. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia saat menikah

di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun

2012

USIA (tahun) f %≤ 14 83 20,75

15 - 20 293 73,25

21 - 26 17 4,25

27 - 32 7 1,75

33 - 38 0 0

39 - 44 0 0

45 - 49 0 0

TOTAL 400 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh hasil bahwa kebanyakan responden

menikah pada usia muda yaitu sebesar 73,25 % menikah antara 15 – 20 tahun dan

sebesar 20,75 % yang menikah pada usia belum cukup umur yaitu kurang dari 14

tahun.

2. Lama Pernikahan

Page 3: BAB V hasil penelitian

Lama pernikahan dari seluruh responden dapat diamati pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usia Pernikahan di Desa

Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012

Usia Pernikahan (tahun) f %1 - 6 tahun 108 277 - 12 tahun 105 26,2513 - 18 tahun 77 19,2519 - 24 tahun 60 1525 - 30 tahun 30 7,5

31 - 36 tahun 20 5TOTAL 400 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 27 % Pasangan

Usia Subur mempunyai usia pernikahan yang masih muda yaitu selama 1 – 6

tahun.

3. Jumlah anak

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak di Desa Tajur

Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012

JUMLAH ANAK JUMLAH %

Tidak mempunyai anak 55 13,75

1 Anak 105 26,25

2 Anak 100 25

3 - 5 Anak 128 326 - 8 Anak 10 2,5≥ 9 Anak 2 0,5TOTAL 400 100

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa sebanyak 13,75 % PUS tidak

mempunyai anak, 26,25 % mempunyai 1 anak, dan 25 % mempunyai 2 anak.

Page 4: BAB V hasil penelitian

Akan tetapi, sebagian besar PUS yaitu sebanyak 32 % mempunyai anak lebih dari

dua yaitu sebanyak 3 – 5 orang anak.

4. Rerata jarak anak

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Rerata jarak anak di Desa

Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012

Rerata jarak anak  Jumlah %

1 - 4 tahun 108 45

5 - 8 tahun 90 37,5

9 - 12 tahun 37 15,42

13 - 16 tahun 5 2,08

TOTAL 240 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa sebanyak 45% responden

mempunyai rata-rata jarak anak 1 – 4 tahun. Akan tetapi, masih ada sekitar 15,42

% dan 2,08 % PUS dengan rata-rata jarak anak 9 – 12 tahun dan 13 – 16 tahun.

5. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang ditamatkan

responden. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

digambarkan seperti tabel di bawah ini:

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012

Pendidikan f %Tidak tamat SD 222 55,5Tamat SD 130 32,5Tamat SMP 35 8,75Tamat SMA 5 1,25Tamat Perguruan Tinggi 8 2

Page 5: BAB V hasil penelitian

TOTAL 400 100

Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden

sebanyak 88 % yang pernah menempuh pendidikan setingkat SD (Sekolah Dasar)

yaitu 55,5 % responden bahkan tidak tamat SD dan hanya sebanyak 32,5 % dari

400 responden yang tamat SD.

6. Pekerjaan responden

Pekerjaan responden adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh istri sehari-

hari sebagai pendukung suami sebagai kepala rumah tangga dengan memperoleh

penghasilan dari pekerjaannya tersebut sehingga dapat membantu kebutuhan

keluarganya. Distribusi pekerjaan responden berdasarkan jenis pekerjaanya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Tajur

Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012

Pekerjaan f %Tidak bekerja 357 89,25

Bekerja 43 10,751.  Buruh 15 34,88 2. TKW 3 6,98 3. Karyawan 10 23,26 4. Pedagang 5 11,63 5. Guru 5 11,63 6. Kader 2 4,65 7. Lain-lain 3 6,98

Page 6: BAB V hasil penelitian

Berdasarkan tabel 5.6 di atas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden

yaitu sebanyak 89,25 % tidak bekerja dan hanya 10,75 % yang bekerja dengan

jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh yaitu sebesar 34,88 % dari total responden

yang bekerja.

7. Penghasilan

Penghasilan adalah pendapatan yang dihasilkan setiap bulan. Distribusi

penghasilan responden per bulan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK)

Purwakarta yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu sebesar 1.050.000 rupiah.

Akan tetapi, berdasarkan perhitungan pekerja buruh didapatkan Upah Minimum

yang seharusnya ditetapkan yaitu sebesar 1.250.000 rupiah untuk dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari pekerja. Distribusi penghasilan keluarga responden dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan di Desa

Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012

Penghasilan Keluarga f %< 1.050.000.- 365 91,251.050.000 - 1.250.000 10 2,5> 1.250.000 25 6,25TOTAL 400 100

Berdasarkan tabel 5.7 diatas didapatkan bahwa sebagian besar PUS yaitu

sebesar 91,25 % mempunyai penghasilan di bawah Upah Minimum Kabupaten

Purwakarta.

5.1.3 Analisis univariat

Page 7: BAB V hasil penelitian

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran

masing-masing variable yang diteliti, yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan

budaya terhadap penggunaan KB aktif.

Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dianalisis berdasarkan masing-

masing variabel independen yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, yaitu sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang KB dan

kontrasepsi. Pengukuran pengetahuan responden pada penelitian ini dikategorikan

dengan pengetahuan baik dan kurang.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Pengetahuan

terhadap KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten

Purwakarta tahun 2012

No. Pertanyaan YA TIDAKf % f %

1 KB (Keluarga Berencana) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi.

345 86,25 55 13,75

2 Tujuan dari program KB adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

330 82,5 70 17,5

3 Tujuan lainnya dari program KB adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

280 70 120 30

4 Jumlah anak yang diharuskan program KB adalah 3 orang.

200 50 200 50

Page 8: BAB V hasil penelitian

5 Yang menjadi sasaran dalam program keluarga berencana (KB) adalah Pasangan usia subur (PUS)

340 85 60 15

6 Semua alat kontrasepsi bermanfaat untuk menghindari kita dari infeksi menular seksual (IMS)

265 66,25 135 33,75

7 Metode kontrasepsi tidak hanya untuk Wanita, tetapi juga bisa untuk Pria.

308 77 92 23

8 Metode alat kontrasepsi permanen pada wanita adalah Sterilisasi

320 80 80 20

9 Usia yang bisa menggunakan kontrasepsi permanen adalah >35 tahun yang telah memiliki 2 orang anak

288 72 112 28

10 Usia >35 tahun mempunyai faktor risiko tinggi terjadinya bahaya dalam kehamilan.

308 77 92 23

11 Jarak kelahiran yang paling baik adalah 2-4 tahun

335 83,75 65 16,25

Keseluruhan responden dianggap berpengetahuan baik bila didapatkan skor

lebih dari 2200 dari total 4400. Tabel 5.8 diatas menunjukan distribusi frekuensi

jawaban responden untuk variabel pengetahuan terhadap KB dengan total skor

jawaban “YA” yang didapatkan sebesar 3189 dari total 11 pertanyaan yang terdiri

dari 9 pertanyaan favourable dan 2 pertanyaan unfavourable yang diajukan pada

400 responden. Sehingga pada penelitian ini disimpulkan tingkat pengetahuan

responden terhadap KB adalah baik.

b. Sikap

Sikap merupakan kesediaan individu terhadap KB dan penggunaan

kontrasepsi. Pengukuran variabel sikap responden pada penelitian ini

dikategorikan menjadi mendukung KB dan tidak mendukung KB.

Page 9: BAB V hasil penelitian

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Sikap terhadap

KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta

tahun 2012

No.

Pertanyaan YA TIDAK

f % f %1 Menurut Saya dengan

mengikuti program KB dapat membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia.

350 87,5 50 12,5

2 Saya ingin menjarangkan jarak kelahiran antara 2-4 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.

298 74,5 102 25,5

3 Jumlah anak yang saya inginkan adalah 2 orang.

198 49,5 202 50,5

4 Saya percaya bahwa program KB itu suatu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat.

350 87,5 50 12,5

5 Saya merasa pengendalian kehamilan adalah suatu tindakan pembunuhan.

162 40,5 238 59,5

6 Saya setuju dengan adanya program KB dapat mendukung wanita dalam menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.

343 85,75 57 14,25

7 Saya dan Suami ingin berkonsultasi metode KB terbaik kepada petugas kesehatan.

340 85 60 15

Keseluruhan responden dianggap mempunyai sikap mendukung KB bila

didapatkan skor lebih dari 1400 dari total 2800 yang berasal dari 7 pertanyaan

yang diajukan. Tabel 5.9 diatas menunjukan distribusi frekuensi jawaban

Page 10: BAB V hasil penelitian

responden untuk variabel sikap terhadap KB dengan total skor jawaban yang

mendukung KB didapatkan sebesar 2117. Sehingga pada penelitian ini

disimpulkan responden mempunyai sikap mendukung KB.

c. Perilaku

Perilaku merupakan hasil atau tanggapan responden terhadap berbagai stimulus

seperti penyuluhan dan kunjungan dari petugas kesehatan yang menjelaskan

tentang KB dan metode kontrasepsi, sehingga individu memutuskan untuk

menggunakan KB. Pengukuran variabel perilaku responden pada penelitian ini

dikategorikan menjadi menggunakan KB dan tidak menggunakan KB.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Perilaku

terhadap KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten

Purwakarta tahun 2012

No. Pertanyaan YA TIDAKf % f %

1. Apakah Saya menggunakan KB saat ini?

155 38,75 245 61,25

Keseluruhan responden dianggap mempunyai perilaku menggunakan KB

bila didapatkan skor lebih dari 220 dari total 440 yang berasal hanya dari 1

pertanyaan yang diajukan. Tabel 5.10 diatas menunjukan distribusi frekuensi

jawaban responden untuk variabel perilaku terhadap KB dengan total skor

didapatkan sebesar 155 yang mana kurang dari 220, sehingga pada penelitian ini

disimpulkan kebanyakan responden tidak menggunakan KB.

d. Budaya

Budaya merupakan pandangan masyarakat setempat secara turun-temurun

yang membentuk pola pikir responden dalam mendukung KB dan menggunakan

kontrasepsi. Pengukuran variabel budaya responden pada penelitian ini

dikategorikan menjadi mendukung KB dan tidak mendukung KB.

Page 11: BAB V hasil penelitian

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Budaya

terhadap KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten

Purwakarta tahun 2012

No Pertanyaan YA TIDAKf % f %

1 Suami Saya sangat berperan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan KB.

375 93,75 25 6,25

2 Jumlah anak mempengaruhi keputusan Saya dan Suami dalam menggunakan KB.

278 69,5 122 30,5

3 Saya dan Suami masih meyakini pandangan “banyak anak banyak rejeki”.

338 84,5 62 15,5

4 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “mempunyai anak dalam jumlah banyak akan merupakan jaminan di hari tua”.

300 75 100 25

5 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “mempunyai anak dalam jumlah banyak akan memberikan keuntungan ekonomi”.

188 47 212 53

6 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “mempunyai anak dalam jumlah banyak akan memberikan rasa aman bagi keluarga”.

203 50,75 197 49,25

7 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “kelahiran anak laki-laki lebih menyenangkan dari pada anak perempuan”.

158 39,5 242 60,5

Page 12: BAB V hasil penelitian

8 Keluarga Saya menganggap bahwa merencanakan jumlah anak menyalahi kehendak Tuhan.

170 42,5 230 57,5

9 Dalam agama yang Saya yakini penggunaan kontrasepsi dilarang.

190 47,5 210 52,5

10 KB sudah umum dilakukan ditempat tinggal Saya.

338 84,5 62 15,5

Keseluruhan responden dianggap mempunyai sikap mendukung KB bila

didapatkan skor lebih dari 2000 dari total 4000 yang berasal dari 10 pertanyaan

yang diajukan. Tabel 5.10 diatas menunjukan distribusi frekuensi jawaban

responden untuk variabel budaya terhadap KB dengan total skor jawaban yang

mendukung KB didapatkan sebesar 1894 yang mana kurang dari 2000, sehingga

pada penelitian ini disimpulkan responden mempunyai sikap yang tidak

mendukung KB.

5.1.4 Analisis bivariat

Analisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

(penggunaan KB aktif) dilakukan menggunakan analisis chi square, oleh karena

itu kemaknaan hasil analisis akan menunjukkan ada atau tidaknya hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

a. Hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan KB aktif

Berikut ini adalah gambaran hubungan antara pengetahuan terhadap

penggunaan KB aktif di desa Tajur Sindang kecamatan Sukatani kabupaten

Purwakarta tahun 2012.

Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan dan penggunaan KB

aktif

KB PENGETAHUAN TOTAL p

Page 13: BAB V hasil penelitian

BAIK BURUK  n % n % n %

< 0,001YA 146 36,5 9 2,25 155 38,75

TIDAK 144 36 101 25,25 245 61,25TOTAL 290 72,5 110 27,5 400 100

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 100 % responden, ibu yang

memiliki pengetahuan baik dan menggunakan KB sebesar 36,5 % kurang dan

Unmet Need KB sebesar 20,2 %, sedangkan yang bukan Unmet Need KB sebesar

79,8 %. Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki pengetahuan baik tetapi

Unmet Need KB yaitu sebesar 19,4 %, sedangkan yang bukan Unmet Need KB

sebesar 80,6 %.

Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p

sebesar 1,000 yang lebih besar dari alpha 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan

antara pengetahuan terhadap terjadinya Unmet Need KB.

a. Hubungan antara dukungan suami dengan terjadinya Unmet Need KB

Berikut ini adalah gambaran hubungan antara dukungan suami

terhadap terjadinya Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan.

Page 14: BAB V hasil penelitian

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Dukungan Suami dan

Unmet Need KB

Dukungan

Suami

Unmet Need KB

JumlahP

Unmet Need

KB

Bukan

Unmet

Need KB

n % n % N %

Tidak

mendukung12 100,0 0 0,0 12 100,0

0,000Mendukung 54 17,1 262 82,9 316 100,0

Total 66 20,1 262 79,9 328 100,0

Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 100 %

responden, ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan Unmet Need

KB sebesar 100 %, sedangkan yang bukan Unmet Need KB sebesar 0

%. Namun masih terdapat juga ibu yang mendapat dukungan suami

tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar 17,1 %, sedangkan yang bukan

Unmet Need KB sebesar 82,9 %.

Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara

dukungan suami terhadap terjadinya Unmet Need KB.

b. Hubungan antara jumlah anak hidup terhadap terjadinya Unmet Need

KB.

Page 15: BAB V hasil penelitian

Berikut ini adalah gambaran hubungan antara jumlah anak

hidup terhadap terjadinya Unmet Need KB di wilayah kerja Kelurahan

Sempaja Selatan.

Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak Hidup

dan Unmet Need KB

Jumlah Anak

Hidup

Unmet Need KB

JumlahP

Unmet

Need KB

Bukan

Unmet

Need KB

n % n % N %

Banyak 40 34,2 77 65,8 117 100,0

0,000Sedikit 26 12,3 185 87,7 211 100,0

Total 66 20,1 262 79,9 328 100,0

Sumber : Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 100 %

responden, ibu yang memiliki jumlah anak banyak (lebih dari 2) dan

Unmet Need KB sebesar 34,2 %, sedangkan yang bukan Unmet Need

KB sebesar 65,8 %. Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki

jumlah anak sedikit (kurang dari 2 atau sama dengan 2) tetapi Unmet

Need KB yaitu sebesar 12,3 %, sedangkan yang bukan Unmet Need

KB sebesar 87,7 %.

Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat

Page 16: BAB V hasil penelitian

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara

jumlah anak hidup terhadap terjadinya Unmet Need KB.

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka

pembahasan selanjutnya mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan terjadinya Unmet Need KB pada pasangan usia subur (PUS) di

Kelurahan Sempaja Selatan Kecamatan Samarinda Utara Tahun 2010 adalah

sebagai berikut :

1. Hubunggan antara pengetahuan tehadap terjadinya Unmet Need KB.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Jadi pengetahuan adalah

apa yang telah diketahui oleh setiap individu setelah melihat, mengalami

sejak ia lahir sampai dewasa. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Adanya hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya Unmet

Need KB dapat dijelaskan dari pengetahuan sebagai tahap awal proses

pembentukan suatu prilaku yang terdiri dari pengetahuan, persuasi,

keputusan dan konfirmasi. Dengan demikian pengetahuan yang baik

tentang keluarga berencana akan menentukan pembentukan sikap positif,

mengadopsi dan melanjutkan prilaku keluarga berencana.

Apa yang disadari oleh atau kesadaran seseorang mengenai suatu

gejala kesehatan tidak terpisah dari apa yang diketahuinya atau

ketahuannya mengenai gejala itu, atau kesadaran mengenai gejala itu

berdasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian,

konsep utama adalah pengetahuan. Hubungan pengetahuan responden

dengan terjadinya Unmet Need KB sesuai dengan model alternative

prilaku kesehatan, dimana menjelaskan bahwa prilaku tidak sadar/tidak

Page 17: BAB V hasil penelitian

tahu yang merugikan kesehatan, prilaku tidak sadar/tidak tahu yang

menguntungkan kesehatan, prilaku sadar/tahu yang menguntungkan

kesehatan, dan prilaku sadar/tahu yang merugikan kesehatan

(Kalangie,1994).

Adapun pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini

mencakup pengetahuan tentang pengertian dan tujuan dari program

Keluarga Berencana (KB), pengertian dan tujuan dari alat kontrasepsi, dan

jenis-jenis alat kontrasepsi yang diketahui responden. Dengan

meningkatnya pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang dimaksud diatas akan terjadi perubahan prilaku positif

yaitu menggunakan alat/cara kontrasepsi.

Responden yang memiliki pengetahuan baik, berarti ia mampu

menjawab semua pertanyaan pengetahuan yaitu pengertian program KB

dan tujuannya, pengertian kontrasepsi dan tujuannya, serta jenis-jenis

alat/cara kontrasepsi.

Diketahui dari tabel 4.5, bahwa 89 % responden memiliki

pengetahuan kurang dan 11 % memiliki pengetahuan baik. Untuk jawaban

yang diberikan responden dapat dilihat pada lampiran tabel 1 dimana

responden yang paling banyak menjawab benar pada pertanyaan

pengertian KB yaitu pada jawaban pengaturan kelahiran sebesar 84,5 %.

Untuk jawaban benar pada pertanyaan tujuan KB yaitu pada jawaban

mengatur kelahiran sebesar 88,4 %. Sedangkan untuk jawaban benar pada

pertanyaan pengertian kontrasepsi paling banyak responden menjawab

benar pada jawaban menunda kehamilan/menjarangkan kelahiran yaitu

sebesar 91,8 %, dan untuk jawaban benar pada pertanyaan tujuan

kontrasepsi paling banyak responden menjawab benar pada jawaban

menunda kehamilan yaitu sebesar 92,1 %. Sementara untuk pertanyaan

mengenai jenis-jenis kontrasepsi sebagian besar responden dapat

menjawab semua jenis alat/cara kontrasepsi yaitu Pil (98,8 %), Suntik

(98,8 %), Implant (61,3 %), Spiral/IUD (67,7 %), dan Kondom (54,6 %).

Page 18: BAB V hasil penelitian

Pemberian pelayanan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

mengenai KB akan dapat menambah pengetahuan bagi para pasangan usia

subur tentang KB, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat

penting agar para pasangan usia subur dapat memanfaatkan alat/cara

kontrasepsi demi terbinanya norma keluarga kecil bahagia sejahtera

(NKKBS).

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 100 %

responden, ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan Unmet Need KB

sebesar 20,2 %. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan responden yang

memang kurang mengerti tentang KB dan manfaatnya. Sehingga

responden tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need KB).

Pengetahuan responden yang kurang dapat diketahui dari jawaban

yang diberikan, bahwa masih ada responden yang sama sekali tidak

mengetahui tentang KB dan tujuannya serta kontrasepsi dan tujuannya.

Dan hanya mengetahui jenis-jenis alat/cara kontrasepsi saja. Misalnya dari

pertanyaan mengenai pengertian KB, dari empat jawaban yang benar

responden hanya menjawab satu atau dua saja jawaban yang benar yaitu

pengaturan kelahiran dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

untuk tujuan dari program KB, dari tiga jawaban yang benar responden

hanya menjawab satu jawaban benar yaitu mengatur kelahiran, dan untuk

pertanyaan pengertian kontrasepsi dan tujuannya dari tiga jawaban benar

responden hanya menjawab satu saja dari jawaban benar yaitu menunda

kehamilan/menjarangkan kelahiran, dan ada juga responden yang sama

sekali tidak menjawab yang artinya responden menjawab tidak tahu,

sedangkan untuk pertanyaan mengenai jenis-jenis kontrasepsi sebagian

besar responden mengetahui semua jawaban benar.

Sedangkan yang bukan Unmet Need KB dengan pengetahuan

kurang sebesar 79,8 %. Hal ini dikarenakan responden yang mendapat

dukungan dari suaminya untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi tapi

kurang mengerti tentang kontrasepsi dan manfaatnya tersebut, sehingga

Page 19: BAB V hasil penelitian

responden menggunakan alat/cara kontrasepsi hanya untuk menjaga jarak

kelahiran antara anak yang satu dengan yang lainnya.

Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki pengetahuan baik

tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar 19,4 %. Hal ini dikarenakan sebagian

besar responden mengalami efek samping saat menggunakan alat/cara

kontrasepsi, sehingga timbul keengganan responden untuk menggunakan

alat/cara kontrasepsi. Selain itu juga dikarenakan tidak adanya dukungan

dari suami.

Sedangkan responden yang bukan Unmet Need KB dengan

pengetahuan baik sebesar 80,6 %. Hal ini dikarenakan pengetahuan

responden yang memang mengerti, mau, dan sadar untuk menggunakan

alat/cara kontrasepsi. Selain itu juga dikarena pendidikan terakhir yang

ditempuh responden cukup baik sehingga membuat responden memiliki

pengetahuan yang baik pula.

Jatiputra (1982) pada penelitiannya di daerah khusus ibu kota

menemukan bahwa, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

pemakaian alat/cara kontrasepsi. Sementara itu Klizjing E (2000)

melaporkan dari hasil penelitiannya di Eropa ditemukan bahwa, tingkat

pendidikan merupakan dimensi penting dari Unmet Need KB.

Adanya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Unmet

Need KB tersebut tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pendidikan,

karena pendidikan merupakan prakondisi dan proses untuk meningkatkan

pengetahuan, sebab pengetahuan merupakan abstraksi intelektual yang

menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh dan ditingkatkan melalui

aturan-aturan yang sistematis (Hardjosoedarmo, 1996).

Berdasarkan hal tersebut diatas menunjukkan bahwa pasangan usia

subur di Kelurahan Sempaja Selatan masih memerlukan peningkatan

pelayanan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang program KB

dan tujuannya serta pemanfaatan penggunaan alat/cara kontrasepsi yang

aman dan nyaman bagi mereka.

Page 20: BAB V hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini untuk variabel pengetahuan

memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Sirodjudin Hamid

(2002) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dengan terjadinya Unmet Need KB.

Ditemukan responden dengan pengetahuan kurang, berpeluang 4,33 kali

menjadi Unmet Need KB dibanding responden yang berpengetahuan baik.

Hasil penelitian yang berbeda dikarenakan tempat penelitian yang berbeda

pula.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ternyata sebagian besar

responden memiliki pengetahuan kurang tetapi menggunakan alat/cara

kontrasepsi (bukan Unmet Need KB). Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki prilaku tidak sadar/tidak tahu yang

menguntungkan kesehatan.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya

pengetahuan responden dengan terjadinya Unmet Need KB antara lain

yaitu kurangnya informasi petugas kesehatan mengenai program KB,

tujuannya, serta pemanfaatan alat/cara kontrasepsi yang baik, aman, dan

nyaman. Selain itu juga perlu diberikannya tindakan konseling KB kepada

para pasangan usia subur atau calon pasangan usia subur melalui peranan

tenaga kesehatan dalam memberikan informasi secara lengkap tentang KB,

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang KB dan

diharapkan dapat mengurangi terjadinya kesalahpahaman tentang KB yang

selama ini banyak dimiliki oleh masyarakat, yang mereka peroleh dari

informasi-informasi yang kurang tepat yang berasal dari sumber yang juga

kurang jelas.

Hal ini sesuai dengan modifikasi antara kerangka teory Anderson

(1974) dan Lawrence Green dalam Kresno 2002, yang mengatakan bahwa

pengetahuan termasuk kedalam faktor predisposisi (predisposing factors),

yaitu merupakan salah satu faktor yang dapat memperkuat perilaku

manusia, dalam hal ini perilaku yang dimaksud adalah pengunaan alat/cara

Page 21: BAB V hasil penelitian

kontrasepsi. Selain itu juga karakteristik responden yaitu pendidikan

terakhir yang ditempuh responden dapat mengakibatkan perbedaan dalam

menggunakan pelayanan kesehatan salah satunya yaitu penggunaan

pelayanan KB.

Pada tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian responden memiliki tingkat

pendidikan yang cukup baik yaitu SMA/SMK dan sederajat sebesar 43,3

%. Dengan tingkat pendidikan responden yang cukup baik diharapkan

dapat menghasilkan pengetahuan yang baik pula yaitu mengenai KB

sehingga mereka mau menggunakan alat/cara kontrasepsi. Namun dari

hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa ternyata responden yang tidak

menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need KB) paling banyak

ditemukan pada responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah

yaitu SD dan sederajat.

Namun pada penelitian ini variabel pengetahuan tidak ada

hubungan yang bermakna dengan terjadinya Unmet Need KB. Walaupun

pendidikan responden cukup baik, namun pemahaman responden

mengenai KB masih kurang. Meskipun kebanyakan responden kurang

mengerti tentang KB tetapi mereka mau untuk menggunakan alat/cara

kontrasepsi.

Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p sebesar

1,000 yang lebih besar dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan

terhadap terjadinya Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan tahun

2010.

2. Hubungan antara dukungan suami tehadap terjadinya Unmet Need KB

Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang

sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita

sebagai istri secara khusus, dan di dalam keluarga secara umum. Budaya

Page 22: BAB V hasil penelitian

patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih

banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia menjadikan preferensi

suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap

program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam

keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu. Sehingga di

dalam beberapa penelitian, variable penolakan atau persetujuan dari suami

terbukti berpengaruh terhadap kejadian Unmet Need KB dalam rumah

tangga. Kejadian Unmet Need KB seringkali terjadi ketika suami tidak

mendukung terhadap penggunaan alat/cara KB tertentu yang diakibatkan

adanya perbedaan fertilitas, kurangnya pemahaman terhadap alat/cara KB,

takut akan efek samping, masalah sosial budaya, dan berbagai faktor

lainnya.

Pembicaraan antara suami dan istri mengenai KB tidak selalu

menjadi persyaratan dalam pemakaian KB, namun tidak adanya diskusi

tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB. Komunikasi

tatap muka antara suami-istri merupakan jembatan dalam proses

penerimaan dan kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Tidak adanya

diskusi mungkin merupakan cerminan kurangnya minat pribadi, penolakan

terhadap suatu persoalan, atau sikap tabu dalam membicarakan hal-hal

yang berkaitan dengan aspek seksual.

Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini hanya ingin

mengetahui apakah suami mendukung atau tidak istri mereka untuk

menggunakan alat/cara kontrasepsi. Dan ada beberapa alasan mengapa

suami tidak mendukung istri untuk menggunakan alat kontrasepsi, serta

hal-hal apa saja yang biasa suami lakukan dalam mendukung istri

menggunakan alat kontrasepsi.

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapat dukungan dari suaminya untuk menggunakan alat/cara

kontrasepsi yaitu sebesar 96,3 %, sedangkan responden yang tidak

Page 23: BAB V hasil penelitian

mendapat dukungan dari suaminya untuk menggunakan alat/cara

kontrasepsi yaitu hanya sebesar 3,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada

respon yang baik dari suami untuk istrinya dalam menggunakan alat/cara

kontrasepsi. Adapun dukungan suami yang diberikan yaitu berupa

pemberian biaya, mengantarkan ketempat pelayanan KB, dan selalu

mengingatkan/menyarankan istri untuk menggunakan alat/cara

kontrasepsi.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 100 %

responden, ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan Unmet Need KB

sebesar 12 responden (100 %). Hal ini dapat diketahui dari jawaban

responden mengenai alsan suami yang tidak mendukung istrinya

menggunakan alat/cara kontrasepsi pada lampiran tabel 2 yaitu sebagian

besar alasan suami yang tidak mendukung istrinya untuk menggunakan

alat/cara kontrasepsi dikarenakan suami yang memang tidak mengerti

tentang KB sehingga suami merasa acuh tak acuh dan tidak peduli dengan

penggunaan kontrasepsi yang sangat dibutuhkan oleh istrinya. Selain itu

juga ada alasan lain suami tidak mendukung istrinya untuk menggunakan

alat/cara kontrasepsi yaitu agama, mahal, dan karena adanya efek samping

yang dialami oleh istrinya. Dengan tidak adanya dukungan suami, istripun

merasa enggan untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi.

Hal ini sesuai dengan hasil analisis Kaushik (1999) dalam

penelitiannya di India menunjukkan bahwa penerimaan suami terhadap

KB berpengaruh signifikan terhadap kejadian Unmet Need KB, begitupula

dengan penelitian yang dilakukan oleh Litbang BKKBN di Indonesia pada

tahun 2004. Casterline dan koleganya pada penelitian yang dilakukan di

Filipina juga menemukan kesimpulan yang sama mengenai hubungan

antara penerimaan suami terhadap KB dan kejadian Unmet Need KB. Hal

yang sama juga ditemukan dalam penelitian Bongaart dan Bruce (1995)

serta Westoff dan Bankole (1995) (Isa, 2009).

Page 24: BAB V hasil penelitian

Sedangkan suami yang tidak mendukung dan bukan Unmet Need

KB sebesar 0 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada responden

yang bukan Unmet Need KB yang tidak mendapat dukungan dari suami

mereka, yang artinya bahwa sebagian besar responden yang bukan Unmet

Need KB telah mendapat dukungan dari suaminya untuk menggunakan

alat/cara kontrasepsi.

Namun masih terdapat juga ibu yang mendapat dukungan suami

tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar 17,1 %. Hal ini disebabkan karena

responden yang memang tidak ingin menggunakan kontrasepsi karena

ingin punya anak lagi, karena keinginannya sendiri, karena adanya efek

samping, dan karena keputusan penggunaan kontrasepsi sepenuhnya

kembali kepada istri, selain itu juga dikarenakan kebanyakan suami yang

mendukung istrinya untuk menggunakan kontrasepsi hanya sebatas

mengingatkan/menyarankan untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi dan

memberikan biaya saja.

Sedangkan responden yang mendapat dukungan suami dan bukan

Unmet Need KB sebesar 82,9 %. Hal ini disebabkan karena memang

didasari atas keputusan bersama, suami dan istri yang memang mengerti

dan sadar akan pentingnya kegunaan kontrasepsi dalam keluarga. Dan

dengan adanya dukungan dari suami maka istripun merasa aman dan

terlindungi oleh suaminya jika dalam penggunaan alat/cara kontrasepsi

mengalami kendala ataupun efek samping dikemudian hari.

Berdasarkan modifikasi antara kerangka teory Anderson (1974) dan

Lawrence Green dalam Kresno 2002, dukungan suami terhadap terjadinya

Unmet Need KB merupakan faktor pendukung, dimana dengan adanya

dukungan dari suami dapat membebaskan istri dalam menggunakan

alat/cara kontrasepsi yang mereka inginkan. Selain itu juga dengan adanya

dukungan suami dapat membuat istri merasa aman dan terlindungi jika

dalam menggunkan alat/cara kontrasepsi terjadi sesuatu atau efek samping,

suami dapat membantu untuk mencarikan pengobatan atau alternatif lain

Page 25: BAB V hasil penelitian

ke tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Dokter praktek,

Bidan, ataupun Rumah Sakit.

Dukungan suami juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik

responden dimana diketahui dari hasil penelitian bahwa sebagian besar

suami yang mendukung istrinya untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi

bekerja dibidang swasta dengan memiliki penghasilan diatas standar upah

minimum kota (UMK) yaitu sebesar Rp. 1.047.500,-.

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai

predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan

bertindak untuk menggunakannya kecuali bila ia mampu

menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung

kepada kemampuan konsumen untuk membayar, yang artinya dengan

memiliki pekerjaan yang baik dan memiliki penghasilan yang baik pula

responden mendapatkan dukungan dari suami dan mampu membayar

dalam menggunakan pelayanan kesehatan salah satunya yaitu penggunaan

pelayanan KB (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p sebesar

0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak yang artinya ada hubungan antara dukungan suami terhadap

terjadinya Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan.

Hal ini berarti bahwa di Kelurahan Sempaja Selatan dukungan

suami merupakan fakor pendukung utama terhadap penggunaan alat/cara

kontrasepsi.

3. Hubunggan antara jumlah anak hidup tehadap terjadinya Unmet Need KB.

Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang dimiliki oleh

pasangan usia subur (PUS), dengan tidak memperhitungkan berapa kali

wanita tersebut melahirkan anak. Jumlah anak hidup sangat berpengaruh

terhadap kejadian Unmet Need KB (Boer, 2005).

Page 26: BAB V hasil penelitian

Deklarasi Hak Asasi Manusia yang dikenal dengan deklarasi

teheran, mencantumkan dua hal pokok yang berkaitan dengan hak

reproduksi yaitu hak menentukan jumlah dan jarak anak dan hak

mendapatkan pendidikan dasar dan informasi mengenai hal tersebut.

Selanjutnya dalam Undang-Undang No.10 tahun 1992

dicantumkan tentang pengembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga sejahtera, juga menjamin hak dalam kedudukan yang sederajat

setiap pasangan untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran mereka.

Keputusan tentang jumlah anak adalah hak orang tua, tetapi harus

diimbangi dengan kesanggupan untuk memenuhi kewajibannya. Dua

orang anak adalah jumlah anak yang ideal bagi keluarga berencana.

Jumlah anak hidup yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

jumlah anak yang dimiliki oleh responden yang masih hidup. Untuk

variabel jumlah anak dikategorikan menjadi banyak jika jumlah anak lebih

dari dua dan sedikit jika jumlah anak kurang dari dua atau sama dengan

dua.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7 bahwa

paling banyak responden memiliki jumlah anak hidup sedikit (kurang dari

dua atau sama dengan dua) sebesar 64,3 % dan responden yang memiliki

jumlah anak hidup banyak (lebih dari dua) sebesar 35,7 %.

Hubungan antara Unmet Need KB dan jumlah anak hidup sangat

dipengaruhi oleh preferensi fertilitas dari pasangan. Dengan demikian,

disini perlu dilihat dua kemungkinan situasi yang dapat mengakibatkan

terjadinya Unmet Need KB yaitu apakah kebutuhan KB untuk

menjarangkan kelahiran ataukah kebutuhan KB untuk membatasi

kelahiran (tidak menginginkan anak lagi). Kedua kondisi tersebut sangat

dipengaruhi oleh pertimbangan antara jumlah anak yang sudah dimiliki

dengan preferensi fertilitas yang diinginkan oleh pasangan tersebut.

Page 27: BAB V hasil penelitian

Semakin besar jumlah anak masih hidup yang sudah dimiliki, maka akan

semakin besar kemungkinan preferensi fertilitas yang diinginkan sudah

terpenuhi, sehingga semakin besar peluang munculnya keinginan untuk

menjarangkan kelahiran atau membatasi kelahiran dan begitu pula peluang

terjadinya Unmet Need KB bagi wanita tersebut.

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 100 %

responden, ibu yang memiliki jumlah anak banyak (lebih dari 2) dan

Unmet Need KB sebesar 34,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden

memang tidak mengerti tentang program KB dan kegunaan kontrasepsi

sehingga responden tidak menggunakan kontrasepsi dan mengakibatkan

kurang terkontrolnya kelahiran yang terjadi, dan jumlah anak yang

dimilikipun lebih dari standar yang dianjurkan oleh BKKBN.

Sedangkan yang memiliki jumlah anak banyak (lebih dari 2) dan

bukan Unmet Need KB sebesar 65,8 %. Hal ini dikarenakan responden

yang menggunakan KB hanya untuk menjarangkan kelahiran dan ada juga

yang menyatakan karena keinginan mereka sendiri yang ingin punya anak

lebih dari 2.

Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki jumlah anak sedikit

(kurang dari 2 atau sama dengan 2) tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar

12,3 %. Hal ini dikarenakan ada beberapa responden yang pada saat

diwawancarai usianya masih muda atau baru memiliki anak 1 atau 2. Dan

ada juga yang usianya sudah tidak muda lagi tapi anaknya masih 1 atau 2

karena faktor kesuburan yang memang agak sulit serta memang ada juga

responden yang baru saja menikah dan baru memiliki jumlah anak 1 atau

2.

Sedangkan yang anaknya sedikit (kurang dari 2 atau sama dengan

2) dan bukan Unmet Need KB sebesar 87,7 %. Hal ini dikarenakan

responden yang memang sudah mengerti tentang program KB dan mau

mengikuti program tersebut yang menganjurkan untuk memiliki 2 anak

saja cukup, sehingga mereka mau menggunakan alat kontrasepsi. Dan ada

Page 28: BAB V hasil penelitian

juga hal tersebut dikarenakan ekonomi yang minim sehingga mereka takut

untuk tidak bisa memenuhi kebutuhan yang cukup jika jumlah anak

mereka lebih dari 2.

Berdasarkan lampiran pada tabel 3, adapun jenis alat/cara

kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh responden adalah alat/cara

kontrasepsi suntik sebesar (36,3 %). Alasan responden paling banyak

menyatakan merasa aman dalam menggunakan alat/cara kontrasepsi yang

digunakan saat ini. Rasa aman yang dimaksud salah satunya adalah aman

dari segi penggunaan dalam menunda/menjarangkan kehamilan dan

kelahiran.

Berdasarkan hasil penilitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Syam (1993) di Bukit Tinggi Sumatera Barat, menemukan

adanya hubungan antara jumlah anak hidup dengan kejadian Unmet Need

KB dan begitu juga Klizjing (2000) yang menemukan adanya hubungan

yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Westoff dan Bankole (1995),

Hamid (2002), dan Prihastuti da Djutaharta (2004) terhadap data SDKI di

Indonesia juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

jumlah anak hidup dengan kejadian Unmet Need KB.

Berdasarkan modifikasi antara kerangka teory Anderson (1974) dan

Lawrence Green dalam Kresno 2002, jumlah anak hidup merupakan faktor

kebutuhan, dimana dengan adanya jumlah anak hidup yang banyak dan

kebutuhan keluarga yang tidak memadai dapat memaksa mereka untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dalam penggunaan alat/cara

kontrasepsi agar mereka dapat mengontrol setiap kelahiran/kehamilan.

Adapun jumlah anak hidup juga termasuk dalam faktor predisposisi

dimana jumlah anak hidup yang dimiliki oleh responden dapat dipengaruhi

oleh persepsi/kepercayaan yang menyatakan bahwa banyak anak banyak

rezeki. Sehingga mereka memang menginginkan jumlah anak banyak.

Banyaknya jumlah anak hidup dapat juga dipengaruhi oleh pengetahuan

responden yang kurang tentang pentingnya pemanfaatan KB sehingga

Page 29: BAB V hasil penelitian

mereka tidak dapat mengontrol kelahiran/kehamilan mereka. Selain itu,

karakteristik umur responden juga dapat mempengaruhi jumlah anak hidup

yang dimiliki responden terhadap terjadinya Unmet Need KB.

Diketahui pada tabel 4.1 bahwa sebagian responden memiliki umur

35-44 tahun sebanyak 46,6 %, dimana pada rentang umur tersebut

merupakan umur yang masih dikatakan produktif sehingga peningkatan

permintaan alat/cara kontrasepsi sebatas untuk membatasi kelahiran saja.

Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p sebesar

0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak yang artinya ada hubungan antara jumlah anak hidup terhadap

terjadinya Unmet Need KB.

Berdasarkan hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara jumlah anak hidup dengan terjadinya

Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan.

4. Kendala-kendala penelitian

Adapun selama dalam melakukan penelitian ini, peneliti

mengalami beberapa kendala seperti kurangnya data sekunder mengenai

jumlah Unmet Need KB atau jumlah pasangan usia subur baik yang

menggunakan maupun yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi,

sehingga dalam penentuan responden peneliti hanya berpacu pada jumlah

kepala keluarga (KK) terbanyak. Hal ini dikarenakan tidak aktifnya PLKB

yang ada di Kelurahan Sempaja Selatan. Sehingga dari hasil penelitian,

peneliti hanya menemukan sedikit saja jumlah pasangan usia subur yang

tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need KB), dan ini tidak

sesuai dengan data sekunder yang didapat di BKBKS yang menyatakan

bahwa Kelurahan Sempaja Selatan memiliki jumlah pasangan usia subur

Page 30: BAB V hasil penelitian

yang paling banyak tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need

KB) pada tahun 2010 sebesar 2.271 jiwa.

Selain itu juga dikarenakan Kelurahan Sempaja Selatan memiliki

jumlah RT yang banyak juga yaitu 90 RT yang kemudian mengalami

pemekaran lagi menjadi 94 RT, sementara peneliti hanya mengambil 9 RT

yang memiliki jumlah kepala keluarga (KK) terbanyak (> 110 KK) dimana

diharapkan dari jumlah KK terbanyak tersebut dapat menghasilkan jumlah

pasangan usia subur terbanyak juga, yang kemudian ternyata dari 9 RT

yang telah ditentukan peneliti tidak mendapatkan jumlah pasangan usia

subur yang banyak, karena ternyata dari jumlah daftar KK terbanyak

tersebut sebagian besar adalah mahasiswa yang membuat KK untuk

berbagai keperluan mereka masing-masing yang berbeda-beda. Dari 9 RT

tersebut ternyata sebagian besar yaitu RT.02, RT, 03, RT. 05, dan RT, 06

merupakan wilayah kos-kosan yang merupakan tempat tinggalnya

mahasiswa yang berasal dari luar daerah.

Kendala lain juga ditemukan pada sikap responden pada saat

menjawab pertanyaan yang diberikan, sikap penolakan yang dilakukan

pada saat wawancara, dan sebagainya.