BAB V hasil penelitian
-
Upload
kurnia-baraq -
Category
Documents
-
view
103 -
download
4
Transcript of BAB V hasil penelitian
![Page 1: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Desa Tajur Sindang
Desa Tajur Sindang merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sukatani
Kabupaten Purwakarta dengan jarak tempuh dari Puskesmas Sukatani di Desa
Sukatani selama 30 menit menggunakan kendaraan bermotor. Desa Tajur Sindang
mempunyai luas daerah 505 km2 yang terdiri dari 6 RW dan 21 RT dengan salah
satu lokasinya yaitu RW 04 sangat rawan tanah longsor. Jumlah penduduk Desa
Tajur Sindang sebanyak 5.618 jiwa yang terdiri dari 1.324 KK (Kepala Keluarga)
![Page 2: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/2.jpg)
dan kepadatan penduduk sebesar 11 penduduk per km2. Jumlah penduduk miskin
Desa Tajur Sindang sebanyak 435 KK (32,9 %)
5.1.2 Karakteristik Responden
1. Usia responden saat menikah
Karakteristik responden berdasarkan usia Ibu saat menikah dibagi menjadi
beberapa kelompok umur. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia saat menikah
di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun
2012
USIA (tahun) f %≤ 14 83 20,75
15 - 20 293 73,25
21 - 26 17 4,25
27 - 32 7 1,75
33 - 38 0 0
39 - 44 0 0
45 - 49 0 0
TOTAL 400 100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh hasil bahwa kebanyakan responden
menikah pada usia muda yaitu sebesar 73,25 % menikah antara 15 – 20 tahun dan
sebesar 20,75 % yang menikah pada usia belum cukup umur yaitu kurang dari 14
tahun.
2. Lama Pernikahan
![Page 3: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/3.jpg)
Lama pernikahan dari seluruh responden dapat diamati pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Usia Pernikahan di Desa
Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012
Usia Pernikahan (tahun) f %1 - 6 tahun 108 277 - 12 tahun 105 26,2513 - 18 tahun 77 19,2519 - 24 tahun 60 1525 - 30 tahun 30 7,5
31 - 36 tahun 20 5TOTAL 400 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 27 % Pasangan
Usia Subur mempunyai usia pernikahan yang masih muda yaitu selama 1 – 6
tahun.
3. Jumlah anak
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak di Desa Tajur
Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012
JUMLAH ANAK JUMLAH %
Tidak mempunyai anak 55 13,75
1 Anak 105 26,25
2 Anak 100 25
3 - 5 Anak 128 326 - 8 Anak 10 2,5≥ 9 Anak 2 0,5TOTAL 400 100
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa sebanyak 13,75 % PUS tidak
mempunyai anak, 26,25 % mempunyai 1 anak, dan 25 % mempunyai 2 anak.
![Page 4: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/4.jpg)
Akan tetapi, sebagian besar PUS yaitu sebanyak 32 % mempunyai anak lebih dari
dua yaitu sebanyak 3 – 5 orang anak.
4. Rerata jarak anak
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Rerata jarak anak di Desa
Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012
Rerata jarak anak Jumlah %
1 - 4 tahun 108 45
5 - 8 tahun 90 37,5
9 - 12 tahun 37 15,42
13 - 16 tahun 5 2,08
TOTAL 240 100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa sebanyak 45% responden
mempunyai rata-rata jarak anak 1 – 4 tahun. Akan tetapi, masih ada sekitar 15,42
% dan 2,08 % PUS dengan rata-rata jarak anak 9 – 12 tahun dan 13 – 16 tahun.
5. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang ditamatkan
responden. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat
digambarkan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan di Desa
Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012
Pendidikan f %Tidak tamat SD 222 55,5Tamat SD 130 32,5Tamat SMP 35 8,75Tamat SMA 5 1,25Tamat Perguruan Tinggi 8 2
![Page 5: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/5.jpg)
TOTAL 400 100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
sebanyak 88 % yang pernah menempuh pendidikan setingkat SD (Sekolah Dasar)
yaitu 55,5 % responden bahkan tidak tamat SD dan hanya sebanyak 32,5 % dari
400 responden yang tamat SD.
6. Pekerjaan responden
Pekerjaan responden adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh istri sehari-
hari sebagai pendukung suami sebagai kepala rumah tangga dengan memperoleh
penghasilan dari pekerjaannya tersebut sehingga dapat membantu kebutuhan
keluarganya. Distribusi pekerjaan responden berdasarkan jenis pekerjaanya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Tajur
Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012
Pekerjaan f %Tidak bekerja 357 89,25
Bekerja 43 10,751. Buruh 15 34,88 2. TKW 3 6,98 3. Karyawan 10 23,26 4. Pedagang 5 11,63 5. Guru 5 11,63 6. Kader 2 4,65 7. Lain-lain 3 6,98
![Page 6: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/6.jpg)
Berdasarkan tabel 5.6 di atas didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
yaitu sebanyak 89,25 % tidak bekerja dan hanya 10,75 % yang bekerja dengan
jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh yaitu sebesar 34,88 % dari total responden
yang bekerja.
7. Penghasilan
Penghasilan adalah pendapatan yang dihasilkan setiap bulan. Distribusi
penghasilan responden per bulan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK)
Purwakarta yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu sebesar 1.050.000 rupiah.
Akan tetapi, berdasarkan perhitungan pekerja buruh didapatkan Upah Minimum
yang seharusnya ditetapkan yaitu sebesar 1.250.000 rupiah untuk dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari pekerja. Distribusi penghasilan keluarga responden dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan di Desa
Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta tahun 2012
Penghasilan Keluarga f %< 1.050.000.- 365 91,251.050.000 - 1.250.000 10 2,5> 1.250.000 25 6,25TOTAL 400 100
Berdasarkan tabel 5.7 diatas didapatkan bahwa sebagian besar PUS yaitu
sebesar 91,25 % mempunyai penghasilan di bawah Upah Minimum Kabupaten
Purwakarta.
5.1.3 Analisis univariat
![Page 7: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/7.jpg)
Analisis univariat dilakukan secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
masing-masing variable yang diteliti, yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan
budaya terhadap penggunaan KB aktif.
Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dianalisis berdasarkan masing-
masing variabel independen yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, yaitu sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang KB dan
kontrasepsi. Pengukuran pengetahuan responden pada penelitian ini dikategorikan
dengan pengetahuan baik dan kurang.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Pengetahuan
terhadap KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten
Purwakarta tahun 2012
No. Pertanyaan YA TIDAKf % f %
1 KB (Keluarga Berencana) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi.
345 86,25 55 13,75
2 Tujuan dari program KB adalah untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
330 82,5 70 17,5
3 Tujuan lainnya dari program KB adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
280 70 120 30
4 Jumlah anak yang diharuskan program KB adalah 3 orang.
200 50 200 50
![Page 8: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/8.jpg)
5 Yang menjadi sasaran dalam program keluarga berencana (KB) adalah Pasangan usia subur (PUS)
340 85 60 15
6 Semua alat kontrasepsi bermanfaat untuk menghindari kita dari infeksi menular seksual (IMS)
265 66,25 135 33,75
7 Metode kontrasepsi tidak hanya untuk Wanita, tetapi juga bisa untuk Pria.
308 77 92 23
8 Metode alat kontrasepsi permanen pada wanita adalah Sterilisasi
320 80 80 20
9 Usia yang bisa menggunakan kontrasepsi permanen adalah >35 tahun yang telah memiliki 2 orang anak
288 72 112 28
10 Usia >35 tahun mempunyai faktor risiko tinggi terjadinya bahaya dalam kehamilan.
308 77 92 23
11 Jarak kelahiran yang paling baik adalah 2-4 tahun
335 83,75 65 16,25
Keseluruhan responden dianggap berpengetahuan baik bila didapatkan skor
lebih dari 2200 dari total 4400. Tabel 5.8 diatas menunjukan distribusi frekuensi
jawaban responden untuk variabel pengetahuan terhadap KB dengan total skor
jawaban “YA” yang didapatkan sebesar 3189 dari total 11 pertanyaan yang terdiri
dari 9 pertanyaan favourable dan 2 pertanyaan unfavourable yang diajukan pada
400 responden. Sehingga pada penelitian ini disimpulkan tingkat pengetahuan
responden terhadap KB adalah baik.
b. Sikap
Sikap merupakan kesediaan individu terhadap KB dan penggunaan
kontrasepsi. Pengukuran variabel sikap responden pada penelitian ini
dikategorikan menjadi mendukung KB dan tidak mendukung KB.
![Page 9: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/9.jpg)
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Sikap terhadap
KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta
tahun 2012
No.
Pertanyaan YA TIDAK
f % f %1 Menurut Saya dengan
mengikuti program KB dapat membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia.
350 87,5 50 12,5
2 Saya ingin menjarangkan jarak kelahiran antara 2-4 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.
298 74,5 102 25,5
3 Jumlah anak yang saya inginkan adalah 2 orang.
198 49,5 202 50,5
4 Saya percaya bahwa program KB itu suatu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat.
350 87,5 50 12,5
5 Saya merasa pengendalian kehamilan adalah suatu tindakan pembunuhan.
162 40,5 238 59,5
6 Saya setuju dengan adanya program KB dapat mendukung wanita dalam menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
343 85,75 57 14,25
7 Saya dan Suami ingin berkonsultasi metode KB terbaik kepada petugas kesehatan.
340 85 60 15
Keseluruhan responden dianggap mempunyai sikap mendukung KB bila
didapatkan skor lebih dari 1400 dari total 2800 yang berasal dari 7 pertanyaan
yang diajukan. Tabel 5.9 diatas menunjukan distribusi frekuensi jawaban
![Page 10: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/10.jpg)
responden untuk variabel sikap terhadap KB dengan total skor jawaban yang
mendukung KB didapatkan sebesar 2117. Sehingga pada penelitian ini
disimpulkan responden mempunyai sikap mendukung KB.
c. Perilaku
Perilaku merupakan hasil atau tanggapan responden terhadap berbagai stimulus
seperti penyuluhan dan kunjungan dari petugas kesehatan yang menjelaskan
tentang KB dan metode kontrasepsi, sehingga individu memutuskan untuk
menggunakan KB. Pengukuran variabel perilaku responden pada penelitian ini
dikategorikan menjadi menggunakan KB dan tidak menggunakan KB.
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Perilaku
terhadap KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten
Purwakarta tahun 2012
No. Pertanyaan YA TIDAKf % f %
1. Apakah Saya menggunakan KB saat ini?
155 38,75 245 61,25
Keseluruhan responden dianggap mempunyai perilaku menggunakan KB
bila didapatkan skor lebih dari 220 dari total 440 yang berasal hanya dari 1
pertanyaan yang diajukan. Tabel 5.10 diatas menunjukan distribusi frekuensi
jawaban responden untuk variabel perilaku terhadap KB dengan total skor
didapatkan sebesar 155 yang mana kurang dari 220, sehingga pada penelitian ini
disimpulkan kebanyakan responden tidak menggunakan KB.
d. Budaya
Budaya merupakan pandangan masyarakat setempat secara turun-temurun
yang membentuk pola pikir responden dalam mendukung KB dan menggunakan
kontrasepsi. Pengukuran variabel budaya responden pada penelitian ini
dikategorikan menjadi mendukung KB dan tidak mendukung KB.
![Page 11: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/11.jpg)
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Budaya
terhadap KB di Desa Tajur Sindang Kecamatan Sukatani Kabupaten
Purwakarta tahun 2012
No Pertanyaan YA TIDAKf % f %
1 Suami Saya sangat berperan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan KB.
375 93,75 25 6,25
2 Jumlah anak mempengaruhi keputusan Saya dan Suami dalam menggunakan KB.
278 69,5 122 30,5
3 Saya dan Suami masih meyakini pandangan “banyak anak banyak rejeki”.
338 84,5 62 15,5
4 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “mempunyai anak dalam jumlah banyak akan merupakan jaminan di hari tua”.
300 75 100 25
5 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “mempunyai anak dalam jumlah banyak akan memberikan keuntungan ekonomi”.
188 47 212 53
6 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “mempunyai anak dalam jumlah banyak akan memberikan rasa aman bagi keluarga”.
203 50,75 197 49,25
7 Dalam lingkungan Saya masih meyakini pandangan “kelahiran anak laki-laki lebih menyenangkan dari pada anak perempuan”.
158 39,5 242 60,5
![Page 12: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/12.jpg)
8 Keluarga Saya menganggap bahwa merencanakan jumlah anak menyalahi kehendak Tuhan.
170 42,5 230 57,5
9 Dalam agama yang Saya yakini penggunaan kontrasepsi dilarang.
190 47,5 210 52,5
10 KB sudah umum dilakukan ditempat tinggal Saya.
338 84,5 62 15,5
Keseluruhan responden dianggap mempunyai sikap mendukung KB bila
didapatkan skor lebih dari 2000 dari total 4000 yang berasal dari 10 pertanyaan
yang diajukan. Tabel 5.10 diatas menunjukan distribusi frekuensi jawaban
responden untuk variabel budaya terhadap KB dengan total skor jawaban yang
mendukung KB didapatkan sebesar 1894 yang mana kurang dari 2000, sehingga
pada penelitian ini disimpulkan responden mempunyai sikap yang tidak
mendukung KB.
5.1.4 Analisis bivariat
Analisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
(penggunaan KB aktif) dilakukan menggunakan analisis chi square, oleh karena
itu kemaknaan hasil analisis akan menunjukkan ada atau tidaknya hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
a. Hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan KB aktif
Berikut ini adalah gambaran hubungan antara pengetahuan terhadap
penggunaan KB aktif di desa Tajur Sindang kecamatan Sukatani kabupaten
Purwakarta tahun 2012.
Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan dan penggunaan KB
aktif
KB PENGETAHUAN TOTAL p
![Page 13: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/13.jpg)
BAIK BURUK n % n % n %
< 0,001YA 146 36,5 9 2,25 155 38,75
TIDAK 144 36 101 25,25 245 61,25TOTAL 290 72,5 110 27,5 400 100
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 100 % responden, ibu yang
memiliki pengetahuan baik dan menggunakan KB sebesar 36,5 % kurang dan
Unmet Need KB sebesar 20,2 %, sedangkan yang bukan Unmet Need KB sebesar
79,8 %. Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki pengetahuan baik tetapi
Unmet Need KB yaitu sebesar 19,4 %, sedangkan yang bukan Unmet Need KB
sebesar 80,6 %.
Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p
sebesar 1,000 yang lebih besar dari alpha 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan
antara pengetahuan terhadap terjadinya Unmet Need KB.
a. Hubungan antara dukungan suami dengan terjadinya Unmet Need KB
Berikut ini adalah gambaran hubungan antara dukungan suami
terhadap terjadinya Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan.
![Page 14: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/14.jpg)
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Dukungan Suami dan
Unmet Need KB
Dukungan
Suami
Unmet Need KB
JumlahP
Unmet Need
KB
Bukan
Unmet
Need KB
n % n % N %
Tidak
mendukung12 100,0 0 0,0 12 100,0
0,000Mendukung 54 17,1 262 82,9 316 100,0
Total 66 20,1 262 79,9 328 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 100 %
responden, ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan Unmet Need
KB sebesar 100 %, sedangkan yang bukan Unmet Need KB sebesar 0
%. Namun masih terdapat juga ibu yang mendapat dukungan suami
tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar 17,1 %, sedangkan yang bukan
Unmet Need KB sebesar 82,9 %.
Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara
dukungan suami terhadap terjadinya Unmet Need KB.
b. Hubungan antara jumlah anak hidup terhadap terjadinya Unmet Need
KB.
![Page 15: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/15.jpg)
Berikut ini adalah gambaran hubungan antara jumlah anak
hidup terhadap terjadinya Unmet Need KB di wilayah kerja Kelurahan
Sempaja Selatan.
Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak Hidup
dan Unmet Need KB
Jumlah Anak
Hidup
Unmet Need KB
JumlahP
Unmet
Need KB
Bukan
Unmet
Need KB
n % n % N %
Banyak 40 34,2 77 65,8 117 100,0
0,000Sedikit 26 12,3 185 87,7 211 100,0
Total 66 20,1 262 79,9 328 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 100 %
responden, ibu yang memiliki jumlah anak banyak (lebih dari 2) dan
Unmet Need KB sebesar 34,2 %, sedangkan yang bukan Unmet Need
KB sebesar 65,8 %. Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki
jumlah anak sedikit (kurang dari 2 atau sama dengan 2) tetapi Unmet
Need KB yaitu sebesar 12,3 %, sedangkan yang bukan Unmet Need
KB sebesar 87,7 %.
Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat
![Page 16: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/16.jpg)
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara
jumlah anak hidup terhadap terjadinya Unmet Need KB.
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka
pembahasan selanjutnya mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan terjadinya Unmet Need KB pada pasangan usia subur (PUS) di
Kelurahan Sempaja Selatan Kecamatan Samarinda Utara Tahun 2010 adalah
sebagai berikut :
1. Hubunggan antara pengetahuan tehadap terjadinya Unmet Need KB.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Jadi pengetahuan adalah
apa yang telah diketahui oleh setiap individu setelah melihat, mengalami
sejak ia lahir sampai dewasa. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Adanya hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya Unmet
Need KB dapat dijelaskan dari pengetahuan sebagai tahap awal proses
pembentukan suatu prilaku yang terdiri dari pengetahuan, persuasi,
keputusan dan konfirmasi. Dengan demikian pengetahuan yang baik
tentang keluarga berencana akan menentukan pembentukan sikap positif,
mengadopsi dan melanjutkan prilaku keluarga berencana.
Apa yang disadari oleh atau kesadaran seseorang mengenai suatu
gejala kesehatan tidak terpisah dari apa yang diketahuinya atau
ketahuannya mengenai gejala itu, atau kesadaran mengenai gejala itu
berdasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian,
konsep utama adalah pengetahuan. Hubungan pengetahuan responden
dengan terjadinya Unmet Need KB sesuai dengan model alternative
prilaku kesehatan, dimana menjelaskan bahwa prilaku tidak sadar/tidak
![Page 17: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/17.jpg)
tahu yang merugikan kesehatan, prilaku tidak sadar/tidak tahu yang
menguntungkan kesehatan, prilaku sadar/tahu yang menguntungkan
kesehatan, dan prilaku sadar/tahu yang merugikan kesehatan
(Kalangie,1994).
Adapun pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini
mencakup pengetahuan tentang pengertian dan tujuan dari program
Keluarga Berencana (KB), pengertian dan tujuan dari alat kontrasepsi, dan
jenis-jenis alat kontrasepsi yang diketahui responden. Dengan
meningkatnya pengetahuan responden dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dimaksud diatas akan terjadi perubahan prilaku positif
yaitu menggunakan alat/cara kontrasepsi.
Responden yang memiliki pengetahuan baik, berarti ia mampu
menjawab semua pertanyaan pengetahuan yaitu pengertian program KB
dan tujuannya, pengertian kontrasepsi dan tujuannya, serta jenis-jenis
alat/cara kontrasepsi.
Diketahui dari tabel 4.5, bahwa 89 % responden memiliki
pengetahuan kurang dan 11 % memiliki pengetahuan baik. Untuk jawaban
yang diberikan responden dapat dilihat pada lampiran tabel 1 dimana
responden yang paling banyak menjawab benar pada pertanyaan
pengertian KB yaitu pada jawaban pengaturan kelahiran sebesar 84,5 %.
Untuk jawaban benar pada pertanyaan tujuan KB yaitu pada jawaban
mengatur kelahiran sebesar 88,4 %. Sedangkan untuk jawaban benar pada
pertanyaan pengertian kontrasepsi paling banyak responden menjawab
benar pada jawaban menunda kehamilan/menjarangkan kelahiran yaitu
sebesar 91,8 %, dan untuk jawaban benar pada pertanyaan tujuan
kontrasepsi paling banyak responden menjawab benar pada jawaban
menunda kehamilan yaitu sebesar 92,1 %. Sementara untuk pertanyaan
mengenai jenis-jenis kontrasepsi sebagian besar responden dapat
menjawab semua jenis alat/cara kontrasepsi yaitu Pil (98,8 %), Suntik
(98,8 %), Implant (61,3 %), Spiral/IUD (67,7 %), dan Kondom (54,6 %).
![Page 18: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/18.jpg)
Pemberian pelayanan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
mengenai KB akan dapat menambah pengetahuan bagi para pasangan usia
subur tentang KB, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat
penting agar para pasangan usia subur dapat memanfaatkan alat/cara
kontrasepsi demi terbinanya norma keluarga kecil bahagia sejahtera
(NKKBS).
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 100 %
responden, ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan Unmet Need KB
sebesar 20,2 %. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan responden yang
memang kurang mengerti tentang KB dan manfaatnya. Sehingga
responden tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need KB).
Pengetahuan responden yang kurang dapat diketahui dari jawaban
yang diberikan, bahwa masih ada responden yang sama sekali tidak
mengetahui tentang KB dan tujuannya serta kontrasepsi dan tujuannya.
Dan hanya mengetahui jenis-jenis alat/cara kontrasepsi saja. Misalnya dari
pertanyaan mengenai pengertian KB, dari empat jawaban yang benar
responden hanya menjawab satu atau dua saja jawaban yang benar yaitu
pengaturan kelahiran dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
untuk tujuan dari program KB, dari tiga jawaban yang benar responden
hanya menjawab satu jawaban benar yaitu mengatur kelahiran, dan untuk
pertanyaan pengertian kontrasepsi dan tujuannya dari tiga jawaban benar
responden hanya menjawab satu saja dari jawaban benar yaitu menunda
kehamilan/menjarangkan kelahiran, dan ada juga responden yang sama
sekali tidak menjawab yang artinya responden menjawab tidak tahu,
sedangkan untuk pertanyaan mengenai jenis-jenis kontrasepsi sebagian
besar responden mengetahui semua jawaban benar.
Sedangkan yang bukan Unmet Need KB dengan pengetahuan
kurang sebesar 79,8 %. Hal ini dikarenakan responden yang mendapat
dukungan dari suaminya untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi tapi
kurang mengerti tentang kontrasepsi dan manfaatnya tersebut, sehingga
![Page 19: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/19.jpg)
responden menggunakan alat/cara kontrasepsi hanya untuk menjaga jarak
kelahiran antara anak yang satu dengan yang lainnya.
Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki pengetahuan baik
tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar 19,4 %. Hal ini dikarenakan sebagian
besar responden mengalami efek samping saat menggunakan alat/cara
kontrasepsi, sehingga timbul keengganan responden untuk menggunakan
alat/cara kontrasepsi. Selain itu juga dikarenakan tidak adanya dukungan
dari suami.
Sedangkan responden yang bukan Unmet Need KB dengan
pengetahuan baik sebesar 80,6 %. Hal ini dikarenakan pengetahuan
responden yang memang mengerti, mau, dan sadar untuk menggunakan
alat/cara kontrasepsi. Selain itu juga dikarena pendidikan terakhir yang
ditempuh responden cukup baik sehingga membuat responden memiliki
pengetahuan yang baik pula.
Jatiputra (1982) pada penelitiannya di daerah khusus ibu kota
menemukan bahwa, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pemakaian alat/cara kontrasepsi. Sementara itu Klizjing E (2000)
melaporkan dari hasil penelitiannya di Eropa ditemukan bahwa, tingkat
pendidikan merupakan dimensi penting dari Unmet Need KB.
Adanya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Unmet
Need KB tersebut tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pendidikan,
karena pendidikan merupakan prakondisi dan proses untuk meningkatkan
pengetahuan, sebab pengetahuan merupakan abstraksi intelektual yang
menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh dan ditingkatkan melalui
aturan-aturan yang sistematis (Hardjosoedarmo, 1996).
Berdasarkan hal tersebut diatas menunjukkan bahwa pasangan usia
subur di Kelurahan Sempaja Selatan masih memerlukan peningkatan
pelayanan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang program KB
dan tujuannya serta pemanfaatan penggunaan alat/cara kontrasepsi yang
aman dan nyaman bagi mereka.
![Page 20: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/20.jpg)
Berdasarkan hasil penelitian ini untuk variabel pengetahuan
memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Sirodjudin Hamid
(2002) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan terjadinya Unmet Need KB.
Ditemukan responden dengan pengetahuan kurang, berpeluang 4,33 kali
menjadi Unmet Need KB dibanding responden yang berpengetahuan baik.
Hasil penelitian yang berbeda dikarenakan tempat penelitian yang berbeda
pula.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ternyata sebagian besar
responden memiliki pengetahuan kurang tetapi menggunakan alat/cara
kontrasepsi (bukan Unmet Need KB). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki prilaku tidak sadar/tidak tahu yang
menguntungkan kesehatan.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya
pengetahuan responden dengan terjadinya Unmet Need KB antara lain
yaitu kurangnya informasi petugas kesehatan mengenai program KB,
tujuannya, serta pemanfaatan alat/cara kontrasepsi yang baik, aman, dan
nyaman. Selain itu juga perlu diberikannya tindakan konseling KB kepada
para pasangan usia subur atau calon pasangan usia subur melalui peranan
tenaga kesehatan dalam memberikan informasi secara lengkap tentang KB,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang KB dan
diharapkan dapat mengurangi terjadinya kesalahpahaman tentang KB yang
selama ini banyak dimiliki oleh masyarakat, yang mereka peroleh dari
informasi-informasi yang kurang tepat yang berasal dari sumber yang juga
kurang jelas.
Hal ini sesuai dengan modifikasi antara kerangka teory Anderson
(1974) dan Lawrence Green dalam Kresno 2002, yang mengatakan bahwa
pengetahuan termasuk kedalam faktor predisposisi (predisposing factors),
yaitu merupakan salah satu faktor yang dapat memperkuat perilaku
manusia, dalam hal ini perilaku yang dimaksud adalah pengunaan alat/cara
![Page 21: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/21.jpg)
kontrasepsi. Selain itu juga karakteristik responden yaitu pendidikan
terakhir yang ditempuh responden dapat mengakibatkan perbedaan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan salah satunya yaitu penggunaan
pelayanan KB.
Pada tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian responden memiliki tingkat
pendidikan yang cukup baik yaitu SMA/SMK dan sederajat sebesar 43,3
%. Dengan tingkat pendidikan responden yang cukup baik diharapkan
dapat menghasilkan pengetahuan yang baik pula yaitu mengenai KB
sehingga mereka mau menggunakan alat/cara kontrasepsi. Namun dari
hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa ternyata responden yang tidak
menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need KB) paling banyak
ditemukan pada responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah
yaitu SD dan sederajat.
Namun pada penelitian ini variabel pengetahuan tidak ada
hubungan yang bermakna dengan terjadinya Unmet Need KB. Walaupun
pendidikan responden cukup baik, namun pemahaman responden
mengenai KB masih kurang. Meskipun kebanyakan responden kurang
mengerti tentang KB tetapi mereka mau untuk menggunakan alat/cara
kontrasepsi.
Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p sebesar
1,000 yang lebih besar dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
gagal ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan
terhadap terjadinya Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan tahun
2010.
2. Hubungan antara dukungan suami tehadap terjadinya Unmet Need KB
Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang
sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita
sebagai istri secara khusus, dan di dalam keluarga secara umum. Budaya
![Page 22: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/22.jpg)
patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga yang masih
banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia menjadikan preferensi
suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap
program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan di dalam
keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu. Sehingga di
dalam beberapa penelitian, variable penolakan atau persetujuan dari suami
terbukti berpengaruh terhadap kejadian Unmet Need KB dalam rumah
tangga. Kejadian Unmet Need KB seringkali terjadi ketika suami tidak
mendukung terhadap penggunaan alat/cara KB tertentu yang diakibatkan
adanya perbedaan fertilitas, kurangnya pemahaman terhadap alat/cara KB,
takut akan efek samping, masalah sosial budaya, dan berbagai faktor
lainnya.
Pembicaraan antara suami dan istri mengenai KB tidak selalu
menjadi persyaratan dalam pemakaian KB, namun tidak adanya diskusi
tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB. Komunikasi
tatap muka antara suami-istri merupakan jembatan dalam proses
penerimaan dan kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Tidak adanya
diskusi mungkin merupakan cerminan kurangnya minat pribadi, penolakan
terhadap suatu persoalan, atau sikap tabu dalam membicarakan hal-hal
yang berkaitan dengan aspek seksual.
Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini hanya ingin
mengetahui apakah suami mendukung atau tidak istri mereka untuk
menggunakan alat/cara kontrasepsi. Dan ada beberapa alasan mengapa
suami tidak mendukung istri untuk menggunakan alat kontrasepsi, serta
hal-hal apa saja yang biasa suami lakukan dalam mendukung istri
menggunakan alat kontrasepsi.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapat dukungan dari suaminya untuk menggunakan alat/cara
kontrasepsi yaitu sebesar 96,3 %, sedangkan responden yang tidak
![Page 23: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/23.jpg)
mendapat dukungan dari suaminya untuk menggunakan alat/cara
kontrasepsi yaitu hanya sebesar 3,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada
respon yang baik dari suami untuk istrinya dalam menggunakan alat/cara
kontrasepsi. Adapun dukungan suami yang diberikan yaitu berupa
pemberian biaya, mengantarkan ketempat pelayanan KB, dan selalu
mengingatkan/menyarankan istri untuk menggunakan alat/cara
kontrasepsi.
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 100 %
responden, ibu yang tidak mendapat dukungan suami dan Unmet Need KB
sebesar 12 responden (100 %). Hal ini dapat diketahui dari jawaban
responden mengenai alsan suami yang tidak mendukung istrinya
menggunakan alat/cara kontrasepsi pada lampiran tabel 2 yaitu sebagian
besar alasan suami yang tidak mendukung istrinya untuk menggunakan
alat/cara kontrasepsi dikarenakan suami yang memang tidak mengerti
tentang KB sehingga suami merasa acuh tak acuh dan tidak peduli dengan
penggunaan kontrasepsi yang sangat dibutuhkan oleh istrinya. Selain itu
juga ada alasan lain suami tidak mendukung istrinya untuk menggunakan
alat/cara kontrasepsi yaitu agama, mahal, dan karena adanya efek samping
yang dialami oleh istrinya. Dengan tidak adanya dukungan suami, istripun
merasa enggan untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi.
Hal ini sesuai dengan hasil analisis Kaushik (1999) dalam
penelitiannya di India menunjukkan bahwa penerimaan suami terhadap
KB berpengaruh signifikan terhadap kejadian Unmet Need KB, begitupula
dengan penelitian yang dilakukan oleh Litbang BKKBN di Indonesia pada
tahun 2004. Casterline dan koleganya pada penelitian yang dilakukan di
Filipina juga menemukan kesimpulan yang sama mengenai hubungan
antara penerimaan suami terhadap KB dan kejadian Unmet Need KB. Hal
yang sama juga ditemukan dalam penelitian Bongaart dan Bruce (1995)
serta Westoff dan Bankole (1995) (Isa, 2009).
![Page 24: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/24.jpg)
Sedangkan suami yang tidak mendukung dan bukan Unmet Need
KB sebesar 0 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada responden
yang bukan Unmet Need KB yang tidak mendapat dukungan dari suami
mereka, yang artinya bahwa sebagian besar responden yang bukan Unmet
Need KB telah mendapat dukungan dari suaminya untuk menggunakan
alat/cara kontrasepsi.
Namun masih terdapat juga ibu yang mendapat dukungan suami
tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar 17,1 %. Hal ini disebabkan karena
responden yang memang tidak ingin menggunakan kontrasepsi karena
ingin punya anak lagi, karena keinginannya sendiri, karena adanya efek
samping, dan karena keputusan penggunaan kontrasepsi sepenuhnya
kembali kepada istri, selain itu juga dikarenakan kebanyakan suami yang
mendukung istrinya untuk menggunakan kontrasepsi hanya sebatas
mengingatkan/menyarankan untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi dan
memberikan biaya saja.
Sedangkan responden yang mendapat dukungan suami dan bukan
Unmet Need KB sebesar 82,9 %. Hal ini disebabkan karena memang
didasari atas keputusan bersama, suami dan istri yang memang mengerti
dan sadar akan pentingnya kegunaan kontrasepsi dalam keluarga. Dan
dengan adanya dukungan dari suami maka istripun merasa aman dan
terlindungi oleh suaminya jika dalam penggunaan alat/cara kontrasepsi
mengalami kendala ataupun efek samping dikemudian hari.
Berdasarkan modifikasi antara kerangka teory Anderson (1974) dan
Lawrence Green dalam Kresno 2002, dukungan suami terhadap terjadinya
Unmet Need KB merupakan faktor pendukung, dimana dengan adanya
dukungan dari suami dapat membebaskan istri dalam menggunakan
alat/cara kontrasepsi yang mereka inginkan. Selain itu juga dengan adanya
dukungan suami dapat membuat istri merasa aman dan terlindungi jika
dalam menggunkan alat/cara kontrasepsi terjadi sesuatu atau efek samping,
suami dapat membantu untuk mencarikan pengobatan atau alternatif lain
![Page 25: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/25.jpg)
ke tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Dokter praktek,
Bidan, ataupun Rumah Sakit.
Dukungan suami juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik
responden dimana diketahui dari hasil penelitian bahwa sebagian besar
suami yang mendukung istrinya untuk menggunakan alat/cara kontrasepsi
bekerja dibidang swasta dengan memiliki penghasilan diatas standar upah
minimum kota (UMK) yaitu sebesar Rp. 1.047.500,-.
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai
predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan
bertindak untuk menggunakannya kecuali bila ia mampu
menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung
kepada kemampuan konsumen untuk membayar, yang artinya dengan
memiliki pekerjaan yang baik dan memiliki penghasilan yang baik pula
responden mendapatkan dukungan dari suami dan mampu membayar
dalam menggunakan pelayanan kesehatan salah satunya yaitu penggunaan
pelayanan KB (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p sebesar
0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak yang artinya ada hubungan antara dukungan suami terhadap
terjadinya Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan.
Hal ini berarti bahwa di Kelurahan Sempaja Selatan dukungan
suami merupakan fakor pendukung utama terhadap penggunaan alat/cara
kontrasepsi.
3. Hubunggan antara jumlah anak hidup tehadap terjadinya Unmet Need KB.
Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang dimiliki oleh
pasangan usia subur (PUS), dengan tidak memperhitungkan berapa kali
wanita tersebut melahirkan anak. Jumlah anak hidup sangat berpengaruh
terhadap kejadian Unmet Need KB (Boer, 2005).
![Page 26: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/26.jpg)
Deklarasi Hak Asasi Manusia yang dikenal dengan deklarasi
teheran, mencantumkan dua hal pokok yang berkaitan dengan hak
reproduksi yaitu hak menentukan jumlah dan jarak anak dan hak
mendapatkan pendidikan dasar dan informasi mengenai hal tersebut.
Selanjutnya dalam Undang-Undang No.10 tahun 1992
dicantumkan tentang pengembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera, juga menjamin hak dalam kedudukan yang sederajat
setiap pasangan untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran mereka.
Keputusan tentang jumlah anak adalah hak orang tua, tetapi harus
diimbangi dengan kesanggupan untuk memenuhi kewajibannya. Dua
orang anak adalah jumlah anak yang ideal bagi keluarga berencana.
Jumlah anak hidup yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
jumlah anak yang dimiliki oleh responden yang masih hidup. Untuk
variabel jumlah anak dikategorikan menjadi banyak jika jumlah anak lebih
dari dua dan sedikit jika jumlah anak kurang dari dua atau sama dengan
dua.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7 bahwa
paling banyak responden memiliki jumlah anak hidup sedikit (kurang dari
dua atau sama dengan dua) sebesar 64,3 % dan responden yang memiliki
jumlah anak hidup banyak (lebih dari dua) sebesar 35,7 %.
Hubungan antara Unmet Need KB dan jumlah anak hidup sangat
dipengaruhi oleh preferensi fertilitas dari pasangan. Dengan demikian,
disini perlu dilihat dua kemungkinan situasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya Unmet Need KB yaitu apakah kebutuhan KB untuk
menjarangkan kelahiran ataukah kebutuhan KB untuk membatasi
kelahiran (tidak menginginkan anak lagi). Kedua kondisi tersebut sangat
dipengaruhi oleh pertimbangan antara jumlah anak yang sudah dimiliki
dengan preferensi fertilitas yang diinginkan oleh pasangan tersebut.
![Page 27: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/27.jpg)
Semakin besar jumlah anak masih hidup yang sudah dimiliki, maka akan
semakin besar kemungkinan preferensi fertilitas yang diinginkan sudah
terpenuhi, sehingga semakin besar peluang munculnya keinginan untuk
menjarangkan kelahiran atau membatasi kelahiran dan begitu pula peluang
terjadinya Unmet Need KB bagi wanita tersebut.
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 100 %
responden, ibu yang memiliki jumlah anak banyak (lebih dari 2) dan
Unmet Need KB sebesar 34,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden
memang tidak mengerti tentang program KB dan kegunaan kontrasepsi
sehingga responden tidak menggunakan kontrasepsi dan mengakibatkan
kurang terkontrolnya kelahiran yang terjadi, dan jumlah anak yang
dimilikipun lebih dari standar yang dianjurkan oleh BKKBN.
Sedangkan yang memiliki jumlah anak banyak (lebih dari 2) dan
bukan Unmet Need KB sebesar 65,8 %. Hal ini dikarenakan responden
yang menggunakan KB hanya untuk menjarangkan kelahiran dan ada juga
yang menyatakan karena keinginan mereka sendiri yang ingin punya anak
lebih dari 2.
Namun masih terdapat juga ibu yang memiliki jumlah anak sedikit
(kurang dari 2 atau sama dengan 2) tetapi Unmet Need KB yaitu sebesar
12,3 %. Hal ini dikarenakan ada beberapa responden yang pada saat
diwawancarai usianya masih muda atau baru memiliki anak 1 atau 2. Dan
ada juga yang usianya sudah tidak muda lagi tapi anaknya masih 1 atau 2
karena faktor kesuburan yang memang agak sulit serta memang ada juga
responden yang baru saja menikah dan baru memiliki jumlah anak 1 atau
2.
Sedangkan yang anaknya sedikit (kurang dari 2 atau sama dengan
2) dan bukan Unmet Need KB sebesar 87,7 %. Hal ini dikarenakan
responden yang memang sudah mengerti tentang program KB dan mau
mengikuti program tersebut yang menganjurkan untuk memiliki 2 anak
saja cukup, sehingga mereka mau menggunakan alat kontrasepsi. Dan ada
![Page 28: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/28.jpg)
juga hal tersebut dikarenakan ekonomi yang minim sehingga mereka takut
untuk tidak bisa memenuhi kebutuhan yang cukup jika jumlah anak
mereka lebih dari 2.
Berdasarkan lampiran pada tabel 3, adapun jenis alat/cara
kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh responden adalah alat/cara
kontrasepsi suntik sebesar (36,3 %). Alasan responden paling banyak
menyatakan merasa aman dalam menggunakan alat/cara kontrasepsi yang
digunakan saat ini. Rasa aman yang dimaksud salah satunya adalah aman
dari segi penggunaan dalam menunda/menjarangkan kehamilan dan
kelahiran.
Berdasarkan hasil penilitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syam (1993) di Bukit Tinggi Sumatera Barat, menemukan
adanya hubungan antara jumlah anak hidup dengan kejadian Unmet Need
KB dan begitu juga Klizjing (2000) yang menemukan adanya hubungan
yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Westoff dan Bankole (1995),
Hamid (2002), dan Prihastuti da Djutaharta (2004) terhadap data SDKI di
Indonesia juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
jumlah anak hidup dengan kejadian Unmet Need KB.
Berdasarkan modifikasi antara kerangka teory Anderson (1974) dan
Lawrence Green dalam Kresno 2002, jumlah anak hidup merupakan faktor
kebutuhan, dimana dengan adanya jumlah anak hidup yang banyak dan
kebutuhan keluarga yang tidak memadai dapat memaksa mereka untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dalam penggunaan alat/cara
kontrasepsi agar mereka dapat mengontrol setiap kelahiran/kehamilan.
Adapun jumlah anak hidup juga termasuk dalam faktor predisposisi
dimana jumlah anak hidup yang dimiliki oleh responden dapat dipengaruhi
oleh persepsi/kepercayaan yang menyatakan bahwa banyak anak banyak
rezeki. Sehingga mereka memang menginginkan jumlah anak banyak.
Banyaknya jumlah anak hidup dapat juga dipengaruhi oleh pengetahuan
responden yang kurang tentang pentingnya pemanfaatan KB sehingga
![Page 29: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/29.jpg)
mereka tidak dapat mengontrol kelahiran/kehamilan mereka. Selain itu,
karakteristik umur responden juga dapat mempengaruhi jumlah anak hidup
yang dimiliki responden terhadap terjadinya Unmet Need KB.
Diketahui pada tabel 4.1 bahwa sebagian responden memiliki umur
35-44 tahun sebanyak 46,6 %, dimana pada rentang umur tersebut
merupakan umur yang masih dikatakan produktif sehingga peningkatan
permintaan alat/cara kontrasepsi sebatas untuk membatasi kelahiran saja.
Berdasarkan uji statistik pada variabel ini diperoleh nilai p sebesar
0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak yang artinya ada hubungan antara jumlah anak hidup terhadap
terjadinya Unmet Need KB.
Berdasarkan hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara jumlah anak hidup dengan terjadinya
Unmet Need KB di Kelurahan Sempaja Selatan.
4. Kendala-kendala penelitian
Adapun selama dalam melakukan penelitian ini, peneliti
mengalami beberapa kendala seperti kurangnya data sekunder mengenai
jumlah Unmet Need KB atau jumlah pasangan usia subur baik yang
menggunakan maupun yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi,
sehingga dalam penentuan responden peneliti hanya berpacu pada jumlah
kepala keluarga (KK) terbanyak. Hal ini dikarenakan tidak aktifnya PLKB
yang ada di Kelurahan Sempaja Selatan. Sehingga dari hasil penelitian,
peneliti hanya menemukan sedikit saja jumlah pasangan usia subur yang
tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need KB), dan ini tidak
sesuai dengan data sekunder yang didapat di BKBKS yang menyatakan
bahwa Kelurahan Sempaja Selatan memiliki jumlah pasangan usia subur
![Page 30: BAB V hasil penelitian](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042700/55721046497959fc0b8cea07/html5/thumbnails/30.jpg)
yang paling banyak tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi (Unmet Need
KB) pada tahun 2010 sebesar 2.271 jiwa.
Selain itu juga dikarenakan Kelurahan Sempaja Selatan memiliki
jumlah RT yang banyak juga yaitu 90 RT yang kemudian mengalami
pemekaran lagi menjadi 94 RT, sementara peneliti hanya mengambil 9 RT
yang memiliki jumlah kepala keluarga (KK) terbanyak (> 110 KK) dimana
diharapkan dari jumlah KK terbanyak tersebut dapat menghasilkan jumlah
pasangan usia subur terbanyak juga, yang kemudian ternyata dari 9 RT
yang telah ditentukan peneliti tidak mendapatkan jumlah pasangan usia
subur yang banyak, karena ternyata dari jumlah daftar KK terbanyak
tersebut sebagian besar adalah mahasiswa yang membuat KK untuk
berbagai keperluan mereka masing-masing yang berbeda-beda. Dari 9 RT
tersebut ternyata sebagian besar yaitu RT.02, RT, 03, RT. 05, dan RT, 06
merupakan wilayah kos-kosan yang merupakan tempat tinggalnya
mahasiswa yang berasal dari luar daerah.
Kendala lain juga ditemukan pada sikap responden pada saat
menjawab pertanyaan yang diberikan, sikap penolakan yang dilakukan
pada saat wawancara, dan sebagainya.