BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini,...

33
BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK AWAR – AWAR TERHADAP AKTIVITAS PERTAMBANGAN PASIR BESI DI PESISIR PANTAI WATU PECAK 5.1 Pengantar Analisis Data Keberadaan potensi sumber daya alam dalam sebuah wilayah sering kali memunculkan sebuah konflik. Hal tersebut akan dibahas lebih mendalam pada bab ini. Pada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar – Awar diawali dari adanya sebuah aktivitas pertambangan ilegal di Pesisir Pantai Watu Pecak. Kerusakan lahan pertanian masyarakat menjadi salah satu penyabab kuat gerakan penolakan yang dilakukan masyarakat selok. Sebelumnya mengenai perjalanan pertambangan sudah dibahas pada bab sebelumnya, pada bab ini peneliti akan melakukan analisis mengenai gerakan penolakan masryarakat selok menggunakan 3 (tiga) mekanisme dalam gerakan sosial antara lain : Sturktur Kesmpatan Politik, Pembingkaian isu atau analisis framming dan mobilisasi sumber daya. Peneliti melakukan pembatasan pembahasan analisis gerakan penolakan masyarakat selok pada bab ini, dimulai ketika aktivitas pertambangan mulai dilakukan pada pertengahan 2014 hingga pada moratorium aktivitas pertambangan pasir besi di Kabupaten Lumajang 28 September 2015. 5.3 Struktur Kesempatan Politik Dalam Konflik Pertambangan Ilegal Desa Selok Awar – Awar . Mekanisme struktur kesempatan politik berupaya menjelaskan kemunculan, serta melihat sejauh mana kesuksesan dalam gerakan sosial dipengaruhi oleh sistem

Transcript of BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini,...

Page 1: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

BAB V

GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK AWAR – AWAR

TERHADAP AKTIVITAS PERTAMBANGAN PASIR BESI DI PESISIR

PANTAI WATU PECAK

5.1 Pengantar Analisis Data

Keberadaan potensi sumber daya alam dalam sebuah wilayah sering kali

memunculkan sebuah konflik. Hal tersebut akan dibahas lebih mendalam pada bab

ini. Pada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Selok Awar – Awar diawali dari adanya sebuah aktivitas

pertambangan ilegal di Pesisir Pantai Watu Pecak. Kerusakan lahan pertanian

masyarakat menjadi salah satu penyabab kuat gerakan penolakan yang dilakukan

masyarakat selok.

Sebelumnya mengenai perjalanan pertambangan sudah dibahas pada bab

sebelumnya, pada bab ini peneliti akan melakukan analisis mengenai gerakan

penolakan masryarakat selok menggunakan 3 (tiga) mekanisme dalam gerakan sosial

antara lain : Sturktur Kesmpatan Politik, Pembingkaian isu atau analisis framming dan

mobilisasi sumber daya. Peneliti melakukan pembatasan pembahasan analisis gerakan

penolakan masyarakat selok pada bab ini, dimulai ketika aktivitas pertambangan

mulai dilakukan pada pertengahan 2014 hingga pada moratorium aktivitas

pertambangan pasir besi di Kabupaten Lumajang 28 September 2015.

5.3 Struktur Kesempatan Politik Dalam Konflik Pertambangan Ilegal Desa

Selok Awar – Awar .

Mekanisme struktur kesempatan politik berupaya menjelaskan kemunculan,

serta melihat sejauh mana kesuksesan dalam gerakan sosial dipengaruhi oleh sistem

Page 2: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

politik. Struktur kesempatan politik dipergunakan untuk melihat peluang-peluang

politik dalam menciptakan perubahan bagi kepentingannya. Terdapat beberapa aspek

penting dalam struktur kesempatan politik yakni, sejauh mana keterbukaan dan

ketertutupan dalam sistem politik, akses kelembagaan bagi para pelaku perubahan

baik formal maupun informal, fragmentasi elit, serta perluasan protes dan kapasitas

negara untuk melakukan cara-cara menindas.1 Secara sederhana, perspektif ini melihat

lingkungan eksternal sangat berpengaruh terhadap gerakan sosial. Namun perlu

diingat tidak semua bagian dalam struktur kesempatan politik ini terdapat dalam

gerakan sosial yang dilakukan. Struktur kesempatan politik dalam gerakan sosial yang

dilakukan masyarakat Desa Selok Awar – Awar pada konfik aktivitas pertambangan

ilegal dipergunakan untuk melihat lingkungan ekternal yang mempengaruhi

kemunculan dan perkembangan gerakan.

Dalam pembahasan struktur kesempatan politik pada sub bab ini akan

menjelaskan perubahan-perubahan eksternal yang dihadapi pada gerakan sosial

masyarakat Desa Selok Awar - Awar, secara langsung memperkuat peluang yang

didapatkan. Peluang struktur kesempatan politik tersebut bukanlah memonopoli

gerakan tetapi juga bisa dimanfaatkan kekuatan – kekuatan kontra gerakan yang

kepentingannya berbeda secara diametral bahkan dipergunakan untuk melemahkan

gerakan.2 Seperti yang di gambarkan pada kerangka di bawah ini :

1 Mc Adam dalam Irawati. 2012. Identitas Kultural dan Gerakan Politik Kerapatan Adat Kurai Dalam Representasu Politik Lokal. Jurnal Studi Pemerintahan. Padang : Universitas Andalas.Vol.3 No.1. Hal: 16 2 Ibid.

Page 3: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Tabel 5 .1 Gambar Struktur Kesmpatan Politik dalam Konflik Aktivitas Pertambangan Ilgeal

Sumber:DiolahPeneliti(2017)

Aktvitas pertambangan pasir bukanlah hal yang dianggap tabu bagi

masyarakat Kabupaten Lumajang khususnya di enam (6) Kecamatan Pasirian,

Tempursari, Pronojiwo, Yososwilangun, Candipuro yang banyak memiliki potensi

pertambangan pasir. Maka tak jarang masyarakat dari enam (6) Kecamatan tersebut

berprofesi sebagai seorang penambang manual. Masyarakat tak banyak yang tau soal

perizinan pertambangan baik itu legal atau ilegal yang terpenting masyrakat

mendapatkan mendapatkan keuntungan berupa sumber pendapatan dari aktifitas

Page 4: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

tersebut dan tidak menggangu sumber pendapatan masyarakat yang tidak

berkecimpung dalam aktivitas pertambangan.3

Pertambangan pasir ilegal di Kabupaten Lumajang memang seolah – olah

sudah menjadi umum atau budaya. Melimpahnya aliran pasir yang disebabkan

aktivitas Gunung Semuru, membuat banyak lahan milik masyarakat dipenuhi oleh

potensi pasir. Pemilik lahan menganggap hal itu sebagai keberkahan dan kesempatan,

sehingga menimbulkan anggapan bahwa lahan pertambangan tersebut milik mereka

yang tidak memerlukan izin usaha.4

Selain itu masyarakat penambang ilegal menganggap bahwa mengurus

perizinan itu memakan biaya yang sangat besar dan waktu yang panjang, mereka

khawatir jika itu dilakukan akan berpengaruh pada kondisi ekonomi mereka. Pada

akhirnya penambang ilegal memilih untuk melakukan penambangan tanpa izin

dengan melakuakn prosedur lain yang bersifat informal.5 Penambang yang memiliki

izin juga seringkali mendapat pengutan liat yang yang dilakukan oleh sejumlah

preman dan oknum aparat keamanan dengan dalih menjaga keamanan. Pengelolahan

pertambangan pasir Lumajang seolah menjadi permasalahan yang tidak mempunyai

titik temu, karena rendahnya komitmen dari pemerintah dan aparat keamanan dalam

melakukan penertiban praktek pungli tambang dan penambang tanpa izin.6

Keberadaan penambangan illegal juga merugikan perusahaan yang telah

mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Hal ini dilakukan oleh perusahaan

sebagimana diatur dalam UU No 23 tahun 2009 tentang Pertambangan mineral dan

batubara, bahwa sebelum melakukan kegiatan pertambangan, perusahaan terlebih

3 Ghaus Lutfian, pengelolah Stockefile Pasir Besi, Wawancara. Pada tanggal 1 mei 2017 4 ibid. 5 Prosedur lain yang bersifat informal yang maksud peneliti adalah dengan memanfaatkan akses kepada oknum lembaga pemerintah dan aparat keamanan untuk mendapatkan back-up dalam menjalankan aktifitas pertambangan. 6 Ghaus Lutfian,Wawancara. Op.cit.

Page 5: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

dahulu harus menyelsaikan hak atas tanah dengan pemegang hak atas tanah di lahan

yang akan di tambang.7 Akan tetapi, fakta yang ada di lapangan antara pihak pertama

yaitu perusahaan dengan pemilik lahan selaku pihak kedua, justru menimbulkan

permasalahan dalam perjanjijan sewa-menyewa yang telah sebelumnya disepakati

kedua belah pihak.

Dalam konteks pertambangan pasir di Kabupaten Lumajang seiring dengan

pesatnya kegiatan pertambangan yang ada pada Wilayah Izin Usaha Pertambangan

(WIUP) PT IMMS, banyak bermunculan penambang– penambang ilegal atau

penambang liar yang biasa disebut spekulan sebagai pihak ketiga yang mulai

mengganggu kegiatan pertambangan PT IMMS, baik dari dalam negeri maupun dari

luar negeri yang menawarkan untuk bekerja sama dengan masyarakat sekitar tambang

yaitu pemilik lahan. Kedatangan para penambang liar ini tidak mampu dibendung

oleh pemerintah. Selanjutnya para penambang liar atau spekulan ini bekerja sama

dengan pemberi modal untuk mendapatkan lahan tambang pasir besi langsung dari

pemilik lahan, walaupun pada kenyataannya lahan tambang tersebut berada pada

WIUP PT IMMS.8

Permasalahan ini kemudian menimbulkan sengketa antara pihak pertama yaitu

PT IMMS dengan pemilik lahan selaku pihak kedua terkait dengan perjanjin sewa-

menyewa yang dahulu telah disepakati. Pertimbangan pihak kedua dalam

kecenderungan bekerja sama dengan spekulan ini adalah keuntungan ekonomis yang

lebih besar. Penambang liar ini mulai merusak perjanjian-perjanjian antara pemilik

lahan dengan PT IMMS, bahkan cenderung mengabaikan perjanjian sewa lahan,

sehingga PT IMMS sangat dirugikan.

7 UU 23 Tahun 2009, Op.cit. 8 Ghaus Lutfian, Wawancara. Op.cit.

Page 6: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Para penambang liar mulai berani menjual hasil tambang pasir besi untuk

dikirim ke stockfile liar dan hasilnya langsung diekspor tanpa melalui PT IMMS.9

Bahkan para penambang liar juga berani mengirim pasir besi ke luar Kota Lumajang

dengan menggunakan surat jalan PT IMMS yang isinya maupun stempelnya

dipalsukan, dan selanjutnya diekspor dengan menggunakan IUP dari kabupaten

lainnya seperti Tulungagung, Blitar, dan Malang dengan cara memalsu seolah-olah

pasir besi yang dikirim berasal dari kabupaten tersebut.10

5.2.1 Struktur Kesmpatan Politik Kelompok Penambang

Longgarnya pengawasan Pemerintah membuat kegiatan pertambangan ilegal

marak terjadi di 800 Desa di enam (6) Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Lumajang.11 Berdasarkan temuan peniliti aktor penambang ilegal pun

sangat beragam dari mulai oknum pejabat pemerintahan, bos preman, bandar judi, elit

Pemerintahan Desa, dari semua aktor tersebut memilih bermain tunggal dan juga ada

yang memilih untuk berkongsi satu sama lain.12 Dalam konflik pertmabangan ilegal

di Desa Selok Awar – Awar, aktor penambang dipimpin oleh Kepela Desa Hariyono

yang memanfaatkan otoritasnya untuk melakukan aktifitas kegiatan pertambangan

ilegal di Pesisir Pantai Watu Pecak dengan dalih akan melakukan pembangunan

sarana pariwisata.

Kepala Desa Selok Awar – Awar Hariyono mulai melakukan pertambangan

secara ilegal. Awal dari pertambangan ilegal bermula dari adanya Peraturan Bupati

Lumajang No. 79 Tahun 2014 tentang 1 Kecamatan 1 Desa Wisata, dimana setelah

diadakan rapat antara Camat dan para Kepala Desa se Kecamatan Pasirian akhirnya

9 Ibid. 10 Priesty Yustika, Op.cit. Hal 75 11 Ningtyas, Eka. 2015. Kasus Salim Kancil Mengapa Tambang Pasir Besi Ada di Lumajang. (https://m.tempo.co/read/news/2015/10/02/078705759/kasus-salim-kancil-mengapa-tambang-pasir-ada-di-lumajang). Di Akses 20 Agustus 2017 12 Ghaus Lutfian, Wawancara. Op.cit

Page 7: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

diputuskan bahwa Camat Pasirian memilih Desa Selok Awar – Awar untuk dijadikan

sebagai Desa Wisata Kecamatan Pasirian. Dengan potensi yang ada, nantinya Desa

Selok Awar – Awar akan menawarkan wisata pantai yang bertema wisata bahari

seperti taman bermain, wahana air dan fasilitas – fasilitas lain yang mendukung

wisata pantai tersebut. Tempat wisata air ini menjadikan Pantai Ancol di Jakarta Utara

sebagai rujukan. Sebagimana yang dikatakan Drs. Muh Basar sebagai berikut :

“Pasirian menunjuk selok sebagai Desa Wisata di Kecamatan Pasirian dengan Pantai Watu Pecaknya sebagai wisata pantai, nantinya akan dibuat wisata air seperti yang di ancol13”

Pemberian mandat demi kepentingan Kabupaten ini sepertinya tidak membuat

Kepala Desa Hariyono menjalankan mandat sesuai yang diberikan Camat Pasirian

untuk membangun fasilitas wahana air di Pantai Watu Pecak. Dengan menggunakan

dasar penunjukan Desa Selok Awar – Awar sebagai desa wisata membuat peluang

stukrur kesempatan politik yang dimiliki kelompok penambang semakin longgar dan

terbuka terbuka untuk melakukan aktivitas pertambangan ilegal.

Pada awal pengerukan pasir besi tersebut diterima oleh warga Desa dan

mendukung Desanya yang akan di jadikan sebagai Desa Wisata di Kecamatan

Pasirian. Karena pastinya nanti warga desa akan menerima dampak dengan adanya

Desa wisata, warga Selok mempunyai harapan besar pada Wisata tersebut guna

meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Namun apa yang di harapkan

warga desa sepertinya tidak berbanding lurus dengan realitas dilapangan, karena

bukannya pembangunan fasilitas Desa Wisata malah pengerukan dengan skala besar –

besaran yang ada di sepanjang Watu Pecak.

“Setau saya pengerukan dilakukan pada pertengahan tahun 2014 setelah Kades Hariyono terpilih kembali tapi saya kurang tahu jelasnya kapan

13 Muh. Basar, mantan Camat Pasirian, Wawancara. Pada tanggal 22 April 2017

Page 8: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

mulai penambangan kerena memang sebelumnya yang warga tahu tempat itu sedang di bangun fasilitas wisata air14”

Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa masyarakat hanya tau Pantai Watu

Pecak dalam proses pembangunan fasilitas untuk Desa Wisata. Masyarakat sendiri

tidak tau kapan persisnya proses penambangan pasir besi dilakukan namun bila

dihitung dari mulainya pembangunan, pengerukan dimulai pada pertengan 2014

setelah terpilihnya Hariyono sebagai Kepala Desa Selok Awar – Awar pada periode

kedua. Aktifitas pertambangan ilegal milik Kades Hariyono juga didukung dengan

pasukan pengaman tambang (Tim 12) adalah kelompok bentukan Hariyono

beranggota kan 12 orang yang memiliki tugas mengamankan segala bentuk gangguan

terhadap penambangan illegal dengan cara mengintimidas. Tim ini sendiri juga

merupakan tim sukses Kepala Desa Haryono dalam pemilihan Kepala Desa.15

Tabel 5 2 Lokasi Stockpile Pertambangan Pasir Besi Kades Hariyono

Lokasi tempat penampungan pasir penambangan Kades Hariyono yang terletak di belakang pemukiman warga pesisir Pantai Watu Pecak. Sumber : Dokumentasi Penulis

Masyarakat yang kemudian yang merasa tidak puas dan merasa dirugikan

dengan aktivitas pertambangan kemudian mulai melakukan gerakan penolakan.

14 Hamid, salah satu penggagas FORUM, Wawancara. Pada tanggal 12 April 2017 15 Arya, tokoh pemuda Desa Selok Awar – Awar , Wawancara. Pada tanggal 11 April 2017

Page 9: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Gerakan penolakan ini kemudian dilihat sebagai ancaman terhambatnya aktivitas

pertambangan oleh kelompok penambang. Kelompok penambang kemudian gencar

melakukan tindakan intimidatif kepada para petani pesisir yang dirugikan akibat

aktivitas pertambangan. Kekhawatiran mereka menurut sapari sudah ditunjukan

dengan mulai membangun pos didekat lokasi pertambangan16.

5.2.2 Struktur Kesempatan Politik Kelompok Penolak Tambang

Konflik diartikan adanya pertentangan di antara para pelaku, yang sama –

sama mencoba melakukan kontrol pada satu obyek yang sama pula. Dalam hal ini,

sangat mungkin terjadi pertentangan antar kelompok, dimana masing – masing

memiliki nilai dan kepentingan yang dianggapnya benar. Akibat kegiatan aktivitas

pertambangan yang dilakukuan Kades Hariyono konflik pun terjadi antara kelompok

penambang yang memiliki kepentingan guna mendapatkan sumber pendapatan lain

yang menjanjikan keutungan besar dana kelompok penolak tambang yang merasa

sumber pendapatan ekonomi yang terancam dan pelestarian lingkungan pesisir yang

terancam rusak akibat aktivitas tersebut. Konflik sebelumnya terjadi dengan

masyarakat penambang tradisional Selok Anyar, penambang tradisonal dan petani

merasa terancam karena penambang ilegal milik Kades Hariyono mulai melanggar

batas teritorial dengan melakukan pertambangan diwilayah penambang tradisional.17

Aktivitas pertambangan ilegal di Desa Selok Awar – Awar yang mendapat

upaya penolakan dari masyarakat Selok Anyar menjadi faktor pendukung kelompok

penolak tambang Desa Selok Awar – Awar dalam upaya melakukan penolakan

aktivitas pertambangan ilegal di Pantai Watu Pecak. Kondisi ini membuat struktur

kesempatan politik mereka miliki terlihat begitu terbuka untuk dijadikan penguat bagi

gerakan. Seperti yang disampaikan Arya : 16 Sapari. Op.cit 17 Arya. Wawancara. Op.cit

Page 10: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

“Sebelum masyarakat Selok Awar melakukan gelombang penolakan, jauh sebelum itu dilakukan masyrakat Selok Anyar. Masyarakat yang banyak berprofesi sebagai penambang tradisional dan warga disana mengusir bego (alat berat) pak kades hingga terjadi carok. Perlawanan yang dilakukan masyarakat Selok Anyar dengan melakukan pengusiran alat berat milik pak kades membuat pemicu semangat kita semakin bertambah dalam melakukan penolakan tambang pak kades”18

Puluhan massa dari warga Desa Selok Anyar mendatangi lokasi pertambangan

yang berbatasan dengan Desa Selok Awar – awar kemudian melakukan protes dan

sempat terjadi penganiyayaan kepada para sopir alat berat. Masyarakat menilai

keberadaan pertambangan milik Kades Hariyono akan mengancam lahan pertanian

mereka karena benteng pasir yang tambang membuat air laut semakin masuk ke lahan

pertanian milik petani Selok Anyar. Keberadaan pertambangan milik Kades Hariyono

juga akan mengancam pasar serta aktivitas pertambangan tradisonal milik masyarakat

Selok Anyar.19 Dalam aksi tersebut sempat terjadi bentrokan antara masyarakat Selok

Anyar penambang tradisonal dan petani Selok Anyar dengan Tim 12 pasukan

pengaman tambang Kades Hariyono. 20 Perlawanan masyarakat Selok Anyar

kemudian menjadi embrio gerakan penolakan masyarakat Desa Selok Awar – awar.

Perubahan kedua dalam struktur kesempatan politik bagi gerakan masyarakat

Selok Awar – Awar terjadi ketika keterlibatan negara dalam mengamankan aktivitas

pertambangan pasir berkurang. Jika dulu negara melalui aparat keamanan terlibat

dalam mengamankan aktivitas pertambangan dengan melakukan kriminalisasi kepada

para aktor penolak tambang seperti yang terjadi di Desa Wotgalih pada tahun 2011,

ketika masyarakat penolak tambang melakukan penolakan rencana aktivitas

pertambangan yang dilakukan PT.ANTAM.21 Perubahan itu dibuktikan dengan mulai

18 Ibid. 19 Ibid. 20 Setidaknya ada 3 (tiga) masyarakat terluka akibat luka bacok dalam kejadian tersebut. Amarah masyarakat ini baru bisa dikendalikan setelah Babinsa dan Bhabinkamtibnas turun kelokasi bentrokan. 21 Iriawati. Op.cit

Page 11: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

meluasnya gerakan penolakan yang dilakukan masyrakat terhadap aktivitas

pertambangan, pada tahun 2013 berkurangnya keterlibatan negara dalam

mengamankan kegiatan pertambangan pasir besi dimanfaatkan oleh masyarakat Desa

Bades untuk melakukan gerakan penolakan tambang pasir yang dilakukan PT.IMMS.

Perubahan keterlibatan negara pada kegiatan pertambangan membuat

kesempatan tersendiri bagi kelompok penolak tambang, mengingat dalam kultur

masyarakat Desa meraka akan lebih takut dan memilih akan bungkam dengan

aktivitas pertambangan ilegal yang langsung diback-up oleh negara. Hingga pada

akhirnya gerakan yang dibangun masyarakat Desa Selokn Awar – Awar ini tidak

mampu secara leluasa untuk melakukan tindakan protes dikarenakan kehadiran

kelompok pengaman tambang TIM 12, akan tetapi masih terlihat begitu meningkat

secara intensitas penolakan aktivitas pertambangan ilegal. Struktur kesempatan politik

masyarakat Selok Awar – Awar terlihat begitu dinamis dengan adanya perubahan

stuktur kesempatan politik yang terjadi.

Hambatan yang dialami kelompok penolak tambang dalam awal kemunculan

aktivitas pertambangan ilegal ini adalah sulitnya kelompok penolak tambang

menjangkau akses kelembagaan formal Pemerintahan Daerah. Dalam pelaporan

aktivitas pertambangan ilegal di Pantai Watu Pecak telah dilakukan sebelumnya oleh

kelompok penolak tambang kepada Polsek Kecamatan Pasirian dan Polres Kabupaten

Lumajang. Namun upaya tersebut tidak ditanggapi dengan penertiban kegiatan

pertambangan ilegal. Hingga pada akhirnya gerakan penolakan yang dibangun

masyrarakat Selok ini tidak secara leluasa untuk melakukan tindakan karena

keberadaan kelompok pengaman tambang (TIM 12) yang gencar melakukan

intimidasi kepada masyarakat yang mengikuti kegiatan kelompok penolak tambang.

Page 12: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

5.4 Proses Framming (Pembingkaian) Isu Gerakan

Kesadaran Masyarakat dalam melibatkan diri pada gerakan menjadi aspek

penting dalam framing, seperti gerakan sosial masyarakat tambang dalam menentang

aktifitas pertambangan ilegal. Setiap aktiftas terkait dengan framing gerakan sosial

sebagai media untuk mempengaruhi cara pandang seorang individu dalam

mengkontruksi suatu fakta atau peristiwa dan membentuk suatu identitas kolektif.

Framing gerakan sosial pada konflik pertambangan ilegal merupakan framing yang

diformulasikan oleh FORUM sebagai kelompok penolak tambang.

Menurut Zald pembingkaian isu atau proses framing merupakan bagian dari

sebuah strategi dalam gerakan, bagaimana kelompok gerakan memainkan isu yang

dikemas sebaik mungkin oleh para aktor gerakan sosial untuk meyakinkan kelompok

sasaran yang beragam dan luas sehingga mereka terdorong untuk melakukan sebuah

perubahan.22 Aktifitas ini berperan untuk memobilisasi seorang individu agar masuk

kedalam kelompok dan secara aktif menentang keberadaan pertambangan ilegal di

Pantai Watu Pecak.

Framing gerakan sosial terdiri dari agregate frame, consensus frame dan

collective frame. Melalui frame ini seorang individu dapat merasakan dan sadar akan

masalah yang terjadi khusunya terkait dampak lingkungan, yang secara sistematik

berdampak pada hilangnya sumber pendapatan petani pesisir akibat aktifitas

pertambangan ilegal. Kemudian dari permasalahan tersebut terjadi konstruksi

perasaan senasib dan solidaritas untuk melakukan aksi kolektif. Selanjutnya melihat

pendefinisian yang berkaitan dengan kenapa dibutuhkan tindakan kolektif, identifikasi

pihak penentang dan yang ditentang, terakhir mengenai identitas kelompok yang

22 Ibid. hal: 70

Page 13: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

saling bersitegang yang semakin mempertegas siapa mereka dan siapa kita. Seperti

yang peniliti gambarkan halaman selanjutnya :

Tabel 5.3 Proses Pembingkaian isu pada Gerakan Penolakan Pertambangan Ilegal

5.4.1 Agregate Frame pada Gerakan Masyarakat Selok

Walaupun kegiatan penambangan sudah diatur secara jelas dalam Undang –

undang, akan tetapi permasalahan penambangan ilegal tetap saja terjadi hal ini

dikarenakan penggalian bahan mineral bukan logam tidak terkendali dan tidak

terawasi. Pada tahun 2014 aktifitas pertambangan ilegal masif terjadi di Kabupaten

Lumajang jalan utama di 3 (Tiga) Kecamatan Sumbersuko, Pasirian dan Candipuro

terjadi kerusakan parah dan juga dalam rentan waktu tersebut telah terjadi upaya

penolakan dari masyarakat dengan permasalahan yang beragam. Pengelolahan

Page 14: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

pertambangan pasir yang berjalan tidak terkendali dan tidak terawasi membuat aktor

penambang ilegal memperluas aktifitas penambangannya di Pesisir Pantai.23

Aktor penambang ilegal juga melakukan kongsi dengan elit Pemerintahan

Desa demi melancarkan aktifitas kegiatan tersebut juga tak sedikit elit Pemerintahan

Desa yang melakukan pertambangan ilegal di Desanya sendiri seperti yang terjadi di

Desa Selok Awar – Awar . Tidak banyak masyarakat daerah pesisir yang kemudian

melakukan gerakan penolakan terhadap aktifitas pertambangan hal tersebut

diakibatkan mayoritas masyarakat daerah pesisir berprofesi sebagai penambang

tradisional, hadirnya penambang ilegal yang memiliki modal besar membuat

masyarakat pesisir memilih bekerjasama dengan aktor penambang ilegal.24

Aktifitas pertambangan menjadi hal yang tabu bagi masyarakat Selok Awar –

Awar karena belum ada aktifitas pertambangan sebelum kegiatan penambangan yang

dilakukan Kades Hariyono. Meskipun terdapat masyarakat selok berprofesi sebagai

buruh penambang yang jumlahnya tidak bisa di identifikasi peneliti, tetapi aktifitas

tersebut dilakukan di Desa Selok Anyar yang bersebelahan dengan Desa Selok Awar -

awar. Masyarakat Selok lebih memilih menggantungkan hidupnya pada kegiatan

pertanian, pemanfaatan tanah olor sebagai lahan produktif telah dilakukan oleh

masyarakat pesisir untuk memperluas lahan pertanian. Kehadiran aktifitas

pertambangan telah menjadi bencana yang nyata bagi petani yang memiliki lahan di

Pesisir Pantai Watu Pecak. Petani pesisir memandang bahwa aktifitas pertambangan

ilegal telah mengancam substensi mereka. 10 Ha lahan pertanian masyarakat telah

rusak disebabkan karenan hilangnya benteng pasir alami yang menyebabkan air laut

23 Lutfia Amerta, Wawancara. Op.cit. 24 Ibid.

Page 15: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

masuk kedalam lahan pertanian masyarakat.25 Menurut petani pesisir, ganti rugi yang

dilakukan oleh Kades Hariyono kepada petani itu sangat tidak sebanding dengan

usaha petani dalam memanfaatkan tanah olor sebagai lahan produktif. Dalam

pandangan masyarakat, lahan pertanian masyarakat sangat penting dalam pemenuhan

sumber kehidupan mereka dikarenakan lahan pertanian menjadi objek yang vital

ketika menjadi seorang nelayan di daerah pesisir tidak menjanjikan.26

Dalam memperkuat penolakan terhadap aktifitas pertambangan ilegal,

kelompok penolak tambang membangun beberapa isu, aktifitas tersebut telah

menggunakan potensi sumber daya Desa sebagai sarana memperkaya diri dan telah

mengkorbankan sumber pendapatan masyarakat yang terdampak akibat aktifitas

tersebut. Aktifitas pertambangan ilegal yang bersifat eksploitatif dan dilakukan di

pesisir pantai telah mengancam ekosistem laut yang akan mempercepat bencana

abrasi dan banjir robb. Isu lingkungan serta isu yang dimainkan oleh kelompok

penolak tambang yang sudah di bahas di atas, menjadi bentuk Agregat Frame

kelompok penolak tambang dalam mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat

luas juga dalam melakukan konstruksi isu bahwa isu tersebut merupakan

permasalahan bersama. Tindakan intimidatif yang dilakukan pengaman tambanng

juga dijadikan bingkai penyebaran isu kepada publik. Tujuan dari pembingkaian isu

itu kemudian sebagai proses membentuk identitas dalam melakukan gerakan

penolakan terhadap aktifitas pertambangan ilegal di Pantai Watu Pecak. Permasalahan

ini terus disuarakan oleh masyarakat penolak tambang seperti yang disampaikan Arya

:

“Selain isu lingkungan yang kita pakai untuk menunjukan dampak buruk pertambangan pak Kades. Tindakan Tim 12 dalam mengamankan

25 Arya, Wawancara. Op.cit 26 Ibid.

Page 16: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

pertambangan juga kita pakai untuk menggalang dukungan. Sempat vidio menganai tindakan intimidasi TIM 12 kita posting di facebook dan youtube. Selian itu kerap kali kita bersantai di tempat umum desa bercerita mengenai dampak aktivitas tambang pak kades.27”

Selain faktor kuatnya intimidasi TIM 12 yang semakin mempersempit ruang

gerak FORUM dalam membangun kesadaran di masyarakat Selok. Bahkan elemen

masyarakat sipil Desa Selok dengan mudah terkadang distigma oleh TIM 12, bahwa

FORUM sebagai kelompok orang yang tidak mendukung pak Kades Hariyomo pada

Pilkades 2014. Tim 12 menyebarkan bahwa kegiatan pertambangan digunakan untuk

membiayai sejumlah kegiatan yang diadakan Kecamatan Pasirian. Melalui bentuk –

bentuk protes dan pemboikotan, kelompok penolak tambang berusaha untuk

memperkuat posisi gerakan penolakan penambang ilegal. Juga dengan cara tersebut

keberlangsungan dan solidaritas mereka terjaga.

Realitas yang dirasakan masyarakat akibat aktivitas pertambangan ilegal telah

mengabaikan sumber pendapatan petani pesisir yang langsung mengarah pada

kerugian yang harus diderita oleh masyarakat petani pesisir. Melihat berbagai

permasalahan yang timbul, kelompok penolak tambang tidak melihat bahwa

Pemerintah dan Aparat keamanan tidak menanggapi laporan adanya aktifitas

pertambangan ilegal. Selain itu mereka menganggap terdapat oknum Pemerintahan

dan Aparat keamanan yang memiliki kepentingan guna meng-back up jalananya

aktivitas pertambangan ilegal.28

5.4.2 Consensus Frame pada Gerakan Masyarakat Selok

Melihat gerakan penolakan yang dilakukan masyarakat Selok dalam kurun

waktu akhir 2014 – 2015 selma aktifitas pertambangan berlangsung seperti bentuk

aksi protes yang beberapa kali dilayangkan kepada para pemangku kepentingan.

27Arya, Wawancara. Op.cit 28 Ibid.

Page 17: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Kelompok penolak tambang kemudian mengajak masyarakat secara luas untuk

bersama – sama mendesak Pemerintah melakukan penertiban terhadap aktivitas

pertambangan ilegal. Dikarenakan bila permasalahan pertambangan ilegal dibiarkan

maka akan menimbulakn dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat Lumajang

khususnya masyarakat di areal pertambangan. Langkah tersebut diperlukan mengingat

Aparat keamnan dan Pemerintahan dari tingkat Desa sampai Daerah cenderung

melakukan pembiaran terhadap aktivitas pertambangan ilegal yang marak terjadi pada

tahun 2014. Seperti yang disampaikan oleh salah satu inisiator kelompok penolak

tambang Selok :

“Kita selalu mengajak untuk bersama-sama mendesak pihak-pihak yang merugikan serta pihak tersebut memiliki kewenangan untuk menerbitkan kebijakan yang sesuai dengan kehendak masyarakat. Seolah-olah selama ini kita hanya dipermainkan dan cenderung diabaikan laporan kami baik itu ke Polsek Pasirian, Polres Lumajang, Bupati Lumajang dan DPRD Lumajang bahkan kita juga sempat mengirimkan surat kepada Presiden”29

Cara untuk kelompok penolak tambang untuk memperkuat kesadaran kolektif

komponen kelompok penolak tambang dengan mempertegas subjek kelompok

gerakan dengan para kelompok yang berlawanan, melalui FORUM diskusi “Kopi

Jum’at. Forum diskusi ini diselenggarakan setiap seminggu sekali pada hari Jum’at

dengan mengundang seluruh komponen pendukung kelompok penolak tambang yang

terdiri dari HMI Komisariat Lumajang, PMII Cabang Lumajang, Gerakan Masyarakat

Peduli Pesisir (GEMPAR), Lumajang Melawan dan sejumlah media lokal seperti

Lumajang Satu dan Lumajangtime.

Dengan mengadakan Forum diskusi Kopi Jum’at sebagai langkah untuk

memetakan persoalan terkait aktivitas pertambangan ilegal di Desa Selok Awar –

Awar dan untuk memformulasikan beberapa konsep untuk berpikir, keputusan

strategis dalam gerakan serta menyediakan skema terkait dengan langkah – langkah

29 Hamid, Wawancara. Op Cit

Page 18: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

gerakan dalam upaya menghentikan aktifitas pertambangan ilegal.30 Kegiatan ini

bentuk Consensus Frame sebagai sarana untuk mengkonstruksi perasaan para

pasrtisipan gerakan. Berdasarkan informasi yang peneliti dapat dilapangan upaya

intimidasi dari Tim 12 secara terus menerus dilakukan dalam kegiatan tersebut, selain

diadakan di Desa Selok terkadang juga dilaksanakan di Desa sebelah agar aktifitas

kegiatan FORUM tidak diketahui oleh Tim 12 serta Kades Hariyono.31

Selain itu upaya lain yang dilakukan aktor gerakan yakni mengajak media

memunculkan isu penambangan ilegal. Media massa mempunyai peranan yang vital

sebagai media untuk memengaruhi persepsi masyarakat sangat diperlukan. Banyak

permasalahan sosial dalam pertambangan pasir di Lumajang yang belum terekspos ke

hadapan publik. Dari sana kelompok penolak tambang, mengharapkan peran media

hadir sebagai pihak yang dapat mempengaruhi dukungan masyarakat secara luas dan

mempengaruhi kebijakan Pemerintah karena desakan dari media.

Langkah masyarakat tambang melakukan penyebaran isu terhalang oleh

adanya pihak yang memiliki kepentingan dalam pertambangan. Pihak – pihak tersebut

mencegah bagaimana akses eksternal tak bisa masuk ke lingkup kawasan

pertambangan ilegal. Inilah yang menjadi persoalan tersendiri bagi pembingkaian

framing gerakan kelompok penolak tambang dengan media massa. Media massa juga

tak luput dari tindakan intimidasi dari kelompok penambang ilegal juga dalam temuan

peneliti terdapat media yang juga berkompromi dengan aktor penambangan ilegal

dalam bentuk pemberian imbalan.32

30 Ibid. 31 Arya, Wawancara. Op.cit 32 Lutfia Amerta, Wawancara. Op.cit.

Page 19: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

5.4.3 Collective Action Frame pada Masyarakat Tambang

Dalam teori Framing gerakan sosial, collective action frame yang terdapat

pada gerakan penolakan masyarakat selok dikontruksi oleh tiga frame yaitu injustice

frame, agency frame dan identity frame. Berdasarkan agregate frame yang telah

diidentifikasi sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa yang ditimbulkan pada

rusaknya lahan pertanian masyarakat pesisir merupakan bentuk injustice frame dalam

gerakan penolakan yang dilakukan oleh kelompok penolak tambang.

Ketidakseimbangan ekonomi dan sosial yang sudah peneliti jelaskan pada agregate

frame telah memberikan alasan kuat untuk melakukan tindakan kolektif.

Melihat aksi protes yang telah dilakukan terkait dengan aktivitas

pertambangan ilegal di Pesisir Pantai Watu Pecak, kelompok penolak tambang

memandang tanggung jawab ditujukan kepada minimnya pengawasan Pemerintah.

Pemerintah serta aparat keamanan seharusnya memperhatikan aktifitas pertambangan

pasir ilegal yang banyak terjadi di Kabupaten Lumajang. Pemerintah seolah menutup

mata dan bahkan terdapat oknum pejabat memilih berkompromi dengan penambang

ilegal atau memilih melakukan aktifitas pertambangan ilegal sendiri untuk meraup

keuntungan pribadi seperti yang terjadi di Desa Selok Awar – Awar .

Dalam variable agency frame, yang terdapat pada gerakan penolakan

masyarakat Selok fokus kepada kelompok penambang yang dipimpin oleh Kades

Hariyono beserta Tim 12 sebagai kelompok pengaman pertambangan. Kades

Hariyono yang memiliki posisi sebagai elit Pemerintahan Desa memiliki sumber

dukungan dan akses kelembangan formal yang cukup kuat dari elit Pemerintahan

Kecamatan hingga tingkat Pemerintahan Daerah gunu meng-back up jalannya

aktivitas pertambangan. Masyarakat kelompok penolak tambang menganggap pihak

tersebut sebagai pihak lawan atau pihak yang telah mengancam sumber pendapatan

Page 20: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

dan ketentraman Desa. Berdasarkan prinsip – prinsip yang mereka yakini selama ini,

gerakan yang terus mereka lakukan sesuai dengan prinsip perjuangan untuk

mendapatkan hak – hak mereka sebagai petani yang lahannya rusak akibat

pertambangan pasir dan kelompok penolak tambang juga mengatasnamakan sebagai

pejuang lingkungan pesisir yang terancam akibat keberadaan pertambangan yang

bersifat eksploitatif.

Terakhir adalah identity frame, berdasarkan penjelasan penulis diatas semakin

mempertegas identitas kelompok antara kelompok penolak tambang yang melabeli

mereka sebagai kelompok yang terdiri dari orang – orang yang merasa terancam

sumber pendapatannya, mereka yang sadar dan tidak takut dengan intimidasi serta

resiko keselamatan mereka dan mereka yang mengatasnamakan pejuang lingkungan

pesisir. Sementara kelompok penambang ilegal mereka yang terdiri dari Kades

Hariyono dan Tim 12 yang merupakan kroni Kades yang terdiri dari kumpulan

preman Desa Selok Awar – Awar yang juga membantu Hariyono dalam proses

Pilkades.

5.5 Mobilisasi Sumber Daya dalam Gerakan Penolakan Masyarakat Selok

Mobilisasi sumber daya dalam gerakan sosial dipandang sebagai cara

kelompok untuk melebur dalam sebuah aksi kolektif, didalamnya terdapat taktik

gerakan serta bentuk organisasi gerakan sosial. Tantangan-tantangan kolektif

merupakan karakteristik paling umum dari gerakan sosial. Hal ini disebabkan dari

sebuah kenyataan bahwa gerakan sosial biasanya kurang memiliki sumber daya yang

stabil. 33 Mobilisasi sumber daya sendiri menjadi kerangka teoritik yang cukup

dominan untuk menganalisis gerakan sosial itu sendiri dalam menghampiri

pendukung barunya sebagai konstituen untuk menegaskan klaim mereka, tantangan

33 Snow dalam Manulu Dimpos. Op.cit hal: 20

Page 21: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

merupakan sumber daya yang bisa juga dikuasai. Gerakan sosial mempergunakan

cara kolektif untuk menjadi titik fokus bagi para pendukungnya, memperoleh

perhatian dari kubu lawan dan juga pihak lain serta menciptakan konstituen yang

diwakili.34

Tumbuh dan berkembangnya gerakan sosial juga sangat dipengaruhi oleh

seberapa kuat dan seberapa besar sumber daya materil yang tersedia untuk

dimobilisasi. Para kelompok gerakan memiliki penaran penting untuk membentuk dan

memperkuat sumber daya non materil dalam mengembangkan gerakan sosial.

Terdapat faktor – faktor determinan dalam mobilisasi sumber daya yang memiliki

peran yang cukup dominan dalam untuk menganalisis gerakan penolakan yang

dilakukan masyarakat selok. Faktor – faktor tersebut terdiri dari :35

Tabel 5 4 Mobilisasi Sumber Daya dalam Gerakan Penolakan Aktivitas

Pertambangan Ilegal

34 Abdul, Wahib Situmorang. (2013). Gerakan Sosial : Teori & praktik : Yogyakarta : Pustaka Belajar. hal : 24 35 Sukmana, Oman. Op. Cit hal: 160

Page 22: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

5.5.1 Faktor – faktor Determinan dalam Mobilisasi Sumber Daya Gerakan

Penolakan Masyarakat Selok.

Mobilisasi sumber daya gerakan sosial masyarakat tambang tidak terlepas dari

seberapa kuat dan besar sumber daya meteril berkaitan dengan dana gerakan, jumlah

massa serta pola rekrutmennya, dan jaringan yang dimiliki oleh kelompok gerakan.

Penguatan penolakan ini didukung oleh adanya inisiatif aktor penolak tambang guna

membentuk organisasi gerakan sebagai wujud dari pelembagaan penolakan atas

kehadiran penambangan pasir besi tersebut dan juga sebagai wahana konsolidasi.36

Diantaranya wujud dari wahana konsolidasi itu adalah terbentuknya Forum

Komunikasi Peduli Desa Selok Awar – awar atau yang lebih familiar disebut

FORUM oleh masayarakat sekitar. Sebagai gerakan yang terbentuk dilatar belakangi

oleh kerusakan lingkungan yang secara sistematik juga berdampak pada rusaknya

persawahan yang menjadi mata pencarian petani di sekitar pesisir. Hamid, Ikhsan,

Sapari dan Ansori sebagai salah satu inisiator terbentuknya Forum Masyarakat Peduli

Desa Selok Awar – awar (FORUM) merasa prihatin dengan aktifitas pertambangan

ilegal yang berdampak pada kondisi lingkungan pesisir Watu Pecak.37 FORUM yang

terbentuk kemudian menjadi wujud dari pelembagaan penolakan atas kehadiran

penambangan pasir besi tersebut kemudian FORUM memainkan kiprahnya dalam

melakukan gerakan penolakan terhadap aktivitas pertambangan ilegal.

Walaupun hampir dari beberapa mereka merasakan nasib yang sama akan

tetapi hal itu tidak mampu membangkitkan semangat solidaritas antar masyarakat

tambang. Meskipun mereka sadar namun dalam proses berkonsolidasi untuk

berpasrtisipasi dalam upaya menetang adaanya aktivitas pertambangan ilegal mereka

36 Manulu Dimpos. Op.cit hal: 109 37 Hamid, Wawancara. Op.cit

Page 23: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

masih mengalami banyak kendala. Solidaritas justru muncul dari masyarakat Selok

Awar – Awar yang tidak terkena dampak secara langsung. Para petani pesisir yang

mata pencariannya hilang akibat aktivitas pasir kemudian memilih untuk bungkam

dikarenakan intimidasi yang dilakukan TIM 12. Sikap bungkam tersebut dipilih

sebagai bentuk tindakan mengamankan keselamatan jiwa mereka dan keluarga

mereka.38

Bentuk FORUM sendiri sifatnya situsional tanpa melalui proses pembentukan

struktur organisasi yang formal dan baku, FORUM adalah sebuah perkumpulan

kelompok penolak tambang yang nonhirarkis dan semua anggota dianggap memiliki

kedudukan yang sama. Dalam struktur mobilisasi sumber daya pada gerakan sosial

juga mengikutsertakan serangkaian posisi sosial yang ada dalam masyarakat kedalam

struktur mobilisasi yang akan terbentuk. Posisi sosial terdiri dari unit keluarga,

jaringan pertemanan, asosiasi tenaga suka rela (organisasi informal yang mau

bergabung), elemen lain baik internal maupun eksternal. Untuk membentuk gerakan

yang solid diperlukan jumlah massa yang banyak. Sayangnya masyarakat yang

merasa dirugikan dan terganggu dengan aktivitas pertambangan ilegal enggan

berpartisipasi dalam FORUM.

FORUM memanfaatkan jaringan kekerabatan dan persaudaraan untuk

menjadi dasar rekrutmen kelompok gerakan ini.39Selain faktor kuatnya intimidasi

TIM 12 yang semakin mempersempit ruang gerak FORUM untuk melakukan

penjaringan partisipan di masyarakat Selok. Bahkan elemen masyarakat sipil Desa

Selok dengan mudah terkadang distigma oleh TIM 12, bahwa FORUM sebagai

kelompok orang yang tidak mendukung pak Kades Hariyomo pada Pilkades 2014.

FORUM juga kesulitan dalam mempertahankan komitmen para partisipan kelompok

38 Arya, Wawancara. Op.cit 39 Ibid.

Page 24: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

gerakan karena ketakutan masyarakat dengan keberadaan kelompok pengaman

pertambangan yang secara intensif melakukan intimidasi bagi setiap masyarakat yang

mengikuti kelompok penolak tambang seperti yang di katakan Arya :

“Kami waktu itu nyari orang dengan susah payah karena orang – orang takut dibacok,dirampok karena ancaman Tim 12 selalu seperti itu. Maka tak jarang konsolidasi kita sering di Desa sebelah. Juga kadang dilakukan sembunyi – sembunyi dirumah pak ikhsan kalau yang ikut dikit. Selain itu kita juga dicap sebagai kelompok yang dulu tidak mendukung pak Kades40”

Kelompok gerakan yang awalnya hanya memiliki anggota dari kelompok

golongan tua menjadikan gerakan FORUM stagnan, karena kurangnya kapasitas,

jaringan, dan kemampuan berorganisasi dalam menggalang simpati dan dukungan

masyarakat maupun kelompok pendukung. Selain itu kelompok gerakan tidak

memiliki pemimpin utama gerakan yang membuat gerakan penolakan tidak berjalan

terarah dan masif. Kehadiran kelompok pemuda dalam FORUM menambah

kedinamisan pola gerakan FORUM dalam gerakan FORUM untuk mengehentikan

pertambangan ilegal melalui jalur formal yang dengan melakukan pelaporan aktivitas

pertambngan ilegal kepada Pemda dan Kepolisian meskipun tak menuai hasil.

Keterlibatan aktor pemuda dalam FORUM kemudian memperluas jarinngan kepada

sejumlah elemen mahasiswa, organisasi kemasyarakatan lokal dan media lokal

membuat dampak aktivitas pertambangan ilegal mulai diberitakan dan menjadi bahan

diskusi – diskusi informal yang berisifat sporadis dan temporer untuk menghimpun

massa yang memiliki kepedulian terhadap isu – isu pelestarian lingkunagn.41 Peneliti

memliki keterbatasan data mengenai jumlah massa yang terlibat dalam gerakan

penolakan ini dikarenakan data tersebut tidak didokumentasikan oleh kelompok

penolak tambang.

Sebagai bentuk kelompok gerakan yang situsional dan tidak memiliki struktur 40 Ibid. 41 Ibid.

Page 25: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

yang baku maupun formal, FORUM tidak memiliki pengelolahan pendanaan yang

mandiri. FORUM hanya menggunakan dana insidentil dengan iuran para partisipan

berdasarkan agenda - agenda tertentu. Pendanaan FORUM juga mengandalkan

pemberian atau hibah dari beberapa aktor FORUM yang seperti yang dikatakan Arya

:

“Biaya oprasional kegiatan FORUM kita mengandalkan iuran kalau ada agenda. Juga kadang pak Sapari dan Pak Ikhsan yang mengeluarkan pendanaan buat kegiatan FORUM. Malah Pak Sapari itu sampai menjual kerbaunya untuk pembiayaan kegiatan – kegiatan kami”42.

Berbagai upaya untuk meredam gerakan gencar dilakukan kelompok

pengaman pertambangan TIM 12 seperti intimidasi, penganiyaan bahkan

pembunuhan dalam menghentikan aktifitas FORUM guna mengamankan jalanya

aktifitas pertambangan ilegal. Meskipun demikian FORUM dengan kehadiran

kelompok pemuda, mahasiswa, media lokal secara berdampingan dan intensif

melakukan penyadaran kepada masyarakat terkait dampak negatif keberadaan

pertambangan ilegal.

Selain jaringan sesama masyarakat Desa Selok Awar – Awar, jaringan lain

yakni melalui komunikasi dengan masyarakat secara luas. Hal ini juga masuk menjadi

salah satu unsur penting untuk menggerakan masyarakat dalam melakukan gerakan

protes. Jaringan komunikasi dengan masyarakat lain tersebut digerakkan oleh

mereka-mereka yang tergabung dalam aliansi Forum Masyarakat Peduli Desa Selok

Awar – Awar yang meliputi elemen mahasiswa melalui HMI Komisariat Lumajang,

PMII Cabang Lumajang, Gerakan Masyarakat Peduli Pesisir (GEMPAR), Lumajang

Melawan, Laskar Hijau dan media lokal seperti Lumajang Satu dan Lumajangtime.43

Seperti yang peneliti bahas dalam Consensus Frame aliansi ini kemudian sebagai

42 Ibid. 43 Ansori, Wawancara. Op.cit

Page 26: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

tempat kegiatan konsolidasi untuk merancang strategi yang berhubungan dengan

penolakan terhadap aktivitas pertambangan. Strategi tersebut termasuk beberapa kali

tindakan protes secara langsung dan merumuskan skema pembingkaian isu seperti

yang peneliti bahas pada sub bab sebelumnya.

Keterlibatan elemen eksternal memegang peranan penting dalam sejumlah

bentuk protes yang dilakukan kelompok penolak tambang. Elemen eksternal ini yang

memiliki kemampuan berorganisasi (kapasitas) yang sebelumnya tidak dimiliki oleh

kelompok gerakan, kemudian elemen eksternal ini menjadi inisiator dalam strategi

aksi protes yang dilakukan kelompok penolak tambang. Elemen eksternal juga

memegang pernanan vital dalam penyebarluasan aktivitas pertambangan ilegal

melalui jaringan yang dimiliki seperti jaringan kepada Jatam, Walhi dan ICW.

Konflik yang terjadi pada pertambangan pasir besi di Desa Selok Awar –

Awar telah mengakibatkan korban jiwa. Kejadian tersebut menjadi klimaks gerakan

penolakan yang dilakukan Masyarakat Desa Selok Awar – Awar. Dari peristiwa itu

pula aktivitas pertambangan di Kabupaten Lumajang mulai mendapat perhatian

publik. Perkembangan konflik yang terjadi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut

ini.

Tabel 5.1 Perkembangan Konflik Aktivitas Pertambangan Ilegal

Tahun Peristiwa Keterangan

2014 PERBUP No. 79 Tahun 2014 tentang 1 Kecamatan, 1 Desa Wisata

Desa Selok Awar – Awar di tunjuk sebagai Desa Wisata yang mewakili Kecamatan Pasirian

Melakukan aktifitas pembangunan di Pesisir Pantai Watu Pecak

Aktivitas pembangunan di Pantai Watu Pecak ternyata menjadi dalih untuk melakukan aktivitas pertambangan ilegal.

Pada pertengahan bulan oktober aktivitas

Masyarakat menilai keberadaan pertambangan milik Kades Hariyono

Page 27: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

pertambangan ilegal mendapat upaya penolakan dari masyarakat Desa Selok Anyar.

akan mengancam lahan pertanian mereka karena benteng pasir yang tambang membuat air laut semakin masuk ke lahan pertanian milik petani Selok Anyar. Keberadaan pertambangan milik Kades Hariyono juga akan mengancam pasar serta aktivitas pertambangan tradisonal milik masyarakat Selok Anyar

2015 Lahan pertaniaan masyarakat seluas 10 Ha rusak akibat tercemari air laut.

Dari kerugian tersebut masyarakat pesisir kemudian hanya di berikan ganti rugi sebesar 1 jt itu pun dengan proses yang tertunda – tunda.

Terbentuknya Forum Masyarakat Peduli Desa Selok Awar – Awar.

Masyarakat yang tidak puas kemudian membentuk FORUM yang awalnya hanya beranggotakan 4 orang.

Pada tanggal 20 juli 2015, masyarakat melakukan pelaporan aktivitas pertambangan ilegal kepada Polsek Pasirian dan Camat Pasirian.

Pelaporan masyarakat tersebut tidak ditanggapi sama sekali oleh Polsek dan Kecamatan.

Pada Agustus 2015, Masyarakat melakukan aksi di depan kantor Bupati Lumajang.

Dalam aksi tersebut pihak kelompok penambang menyerahkan berkas pelaporan kepada perwakilan Bupati denga harapan aktivitas pertambangan langsung bisa dihenbtikan oleh Bupati

Pada 8 September 2015, diadakan proses mediasi antara kelompok penambang dan penolak tambang di Kecamatan.

Langkah tersebut sebagai bentuk mediasi seiring dengan aksi pemboikotan yang akan diasakan FORUM.

Pada 9 September 2015, Aksi Pemboikotan Truk Pasir.

Pada aksi tersebut menghasilkan surat pernyataan pemberhentian pertambangan yang ditanda tangani oleh Kades Hariyono.

Pada 10 September 2015, Terjadi tindakan ancaman pembunuhan dari Tim 12 kepada tossan.

Aksi ancaman tersebut sebagai bentuk ketidakpuasan kelompok penambang karena aktivitas penolak tambang.

Page 28: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Pada 15 September 2015, aktivitas pertambangan berlangsung kembali.

kelompok penolak penambang kembali melakukan konsolidasi guna memberhentikan kembali aktivitas pertambangn milik Kades Hariyono

Pada 26 September 2015, telah terjadi pembunuhan dan penganiyayaan aktor penolak tambang

Kejadian tersebut terjadi ketika kelompok penolak tambang sedang mempersiapkan aksi protes yang akan dilakukan pada hari itu

Pada 28 September 2015, dilakukan moratorium aktivitas pertambangan

Pemerintah daerah melakukan peneritban kepada seluruh aktivitas pertambangan di Kabupaten Lumajang

Sumber : Diolah Peneliti (2017)

Pada 29 Agustus 2015 kelompok penolak tambang yang tergabung dalam

aliansi FORUM melakukan demonstrasi di depan kantor Bupati Lumajang.

Demontrasi tersebut merupakan reaksi kelompok penambang akibat tidak

ditanggapinya aduan masyarakat mengenai aktivitas pertambangan ilegal Kades

Hariyono. Masyarakat petani juga menuntut kerugian kepada pemerintah akibat

aktivitas pertambangan yang dilakukan Kades Hariyono seperiti yang dikatakan

Tossan :

“Saya dan teman – teman semakin sering melakukan pertemuan di bulan juni, hampir setiap hari kita membahas permasalahan pasir sampai memetuskan kita melakukan demo di Pemda, tuntutannya agar Bupati segera menutup tambang dan memberikan ganti rugi pada petani44”

Dalam aksi tersebut pihak kelompok penolak penambang menyerahkan berkas

pelaporan kepada perwakilan Bupati denga harapan aktivitas pertambangan langsung

bisa dihentikan oleh Bupati. Tidak kunjung digubrisnya aduan dan aksi demo yang

dilakukan kelompok penolak tambang, pada pertemuan yang dilakukan pada forum

“kopi jum’at” kelompok penolak tambang akan melakukan aksi pemboikotan yang

dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015. Pada tanggal 8 September 2015,

diadakan pertemuan di Kantor Camat Pasirian pertemuan tersebut dihadiri oleh Abdul 44 Tossan, Wawancara. Op.cit

Page 29: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Basar, Camat Pasirian; Sudarminto, Kapolsek Pasirian; Haryono, Kades Selok

Awar-awar; Madasir, Ketua LMDH dan tim 12; Serma Abdul Gofur, Koramil

Pasirian. Lalu, Totok S, Perhutani, IPDA Hariyanto, Kanit Pidsus Polres Lumajang.

Juga Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir Desa Selok Awar-Awar yaitu

Tosan, Salim Kancil, Iksan Sumar, Sapari, Ansori, Arya dan Abdul Hamid.

Pertemuan kemudian menjadi bentuk proses mediasi yang dimotori oleh Camat

Pasirian sebagai upaya meredam aksi demo yang akan dilakukan kelompok penolak

tambang pada tanggal 9 September 2015. Dalam forum itu Camat menjadikan dalih

bahwa kegiatan pertambangan yang dilakukan Kades Hariyono sebagai penopang

dana kegiatan dan oprasional Kecamatan Pasirian. Pertemuan tersebut tidak

menghasilkan kesepakatan apapun. Hanya ada perkataan Madasir Ketua Tim 12,

apabila tambang dititip akan ada pertumpahan darah. Usaha kelompok penolak

pertambangan untuk menggelar aksi damai pemboikotan truk tak surut.

Aksi pemboikotan yang dilakukan pada 9 September 2015 dilakukan di depan

rumah Tossan karena rumah Tossan sendiri terletak dijalan utama tempat truk – truk

pasir lewat. Massa aksi juga diikuti oleh beberapa elemen mahasiswa seperti HMI

Kom.Lumajang dan PMII Cab. Lumajang dan sejumlah media TV One, MetroTV dan

sejumlah media lokal. Aksi pemboikotan ini sendiri adalah menghentikan semua truk

pasir yang lewat di jalan utaman Selok Awar – awar, kemudian mengumpulkan

semua sopir truk pasir tersebut dan diberikan pengertian tentang pelanggaran –

pelanggaran yang dilakukan para penambang ilegal tersebut dan yang terakhir

menyegel semua truk pasir.

Page 30: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Tabel 5.5 Salah Satu Truk yang Dihentikan

Truk yang melintas dihentikan dan ditempel tulisan sebagai simbol penolakan. Sumber : Dokumentasi Penulis

Adanya aksi pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat MUSPIKA

mendesak Kades Hariyono untuk membuat surat pernyataan penghentian aktivitas

pertambangan. Desakan dari MUSPIKA dan menyadari tidak mempunyai legitimasi

lagi dari masyrakat Desa akhirnya Kades Hariyono menyetujui penghentian

pertambangan dengan membuat surat pernyataan. Surat pernyataan itu kemudian

dibacakan Camat Pasirian didepan muka massa aksi. Namun kelegaan kelompok

penolak tambang tidak berhenti sampai itu, keesokan harinya pada tanggal 10

September 2015 sekitar 30 orang datang kerumah Tossan.

Mereka Tim 12 yang di ketua Madasir melakukan pengancaman akan

membenuh Tossan. Kelompok penambang kemudian melaporkan tindakan ancaman

kepada Polres Lumajang. Kelompok penolak tambang kemudian memperbanyak surat

pernyataan pemberhentian pertambangan yang di tanda tangani Kades Hariyono dan

membagikan kepada masyarakat sebegai media propaganda karena asumsi kelompok

penolak tambang bahwa Kades Hariyono akan melanjutkan kembali aktivitas

pertambang di pasisir Watu Pecak.

Page 31: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

Tabel 5.6 Kelompok Penolak Tambang Menerima Surat Pernyataan Kades Hariyono

Sumber : Dokumentasi Penulis (2017)

Hal tersebut kemudian terbukti pada tanggal 15 September 2015 aktivitas

pertambangan berlangsung kembali.45 Sontak kelompok penolak penambang kembali

melakukan konsolidasi guna memberhentikan kembali aktivitas pertambangn milik

Kades Hariyono. Namun arogansi kelompok pengaman tambang Tim 12 semankin

menjadi – jadi, pada tanggal 13 September 2015 telah terjadi pencurian sapi milik Pak

Ikhsan salah satu anggota FORUM kejadian tersebut sebagai bentuk ancaman untuk

kelompok penolak pertambangan supaya tidak melanjutkan aktivitasnya. Hal tersebut

lantas tidak membuat surut gelombang penolakan yang dilakukan FORUM dalam

upaya menghentikan aktivitas pertambangan ilegal. Pada tanggal 20 September 2015

forum “kopi jum’at” menyepakati untuk mengadakan aksi lanjutan yang akan

diadakan pada tanggal 26 September 2015.

Kekerasan demi kekerasan yang dilakukan Tim 12 seperti tiada hentinya. Pada

pagi hari, 26 September 2015 ketika sejumlah kelompok penolak pertambangan

sedeang mempersiapkan aksi demonstrasi yang akan dilaksanakan dilokasi

pertambangan sambil membagikan sejumlah press release kepada sejumlah warga

sekitar namun datang kelompok pengaman tambang Tim 12 menganiyaya Tossan.

Tossan dianiyaya beramai – ramai oleh Tim 12 yang dilakukan disebuah lapangan

45 Surat pernyataan penghentian pertambangan yang ditanda tangani Kades Hariyono ternyata hanya sebagai sandiwara untuk meredam aksi pemboikotan yang dilakukan kelompok penolak tambang.

Page 32: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

tidak cukup sampai Tossan, Tim 12 kemudian juga memburu anggota kelompok

penolak tambang lainnya. Tim 12 menuju kerumah Salim Kancil dianiyaya

dirumahnya karena Tim 12 tidak puas dengan aksinya karena yang dilakukan Tim12

tidak meninggalkan luka sama sekali di tubuh Salim Kancil kemudian Tim 12

membawa Salim Kancil menuju Kantor Desa.

Tempat yang seharusnya menjadi simbol kehadiran Negara tetapi digunakan

sebagai tempat arogansi penyalahgunaan wewenang kekuasan, Salim disiksa didepan

masyarakat Desa Selok. Tidak sampai disitu ketidakpuasan Tim 12 melakukan

penganiyayaan terhadap Salim berlanjut dijalan menuju makam Desa, Salim tewas

akibat luka benda tumpul dikepalanya. Aksi Tim 12 sebenarnya masih tetep berlanjut

kepada anggota kelompok penolak tambnag lain tetapi aksi tersebut kemudian urung

dilakukan akibat berita mengenai akan datangnya polisi.46

Tabel 5 7 Pembunuhan Salim Kancil

Salim kancil setelah dianiyaya TIM 12 hingga tewas. Sumber : Dokumentasi Penulis

Pembunuhan terhadap Salim Kancil dan penganiyayaan Tossan ternyata sudah

direncanakan oleh Tim 12 sejak jauh – jauh hari. Sebelumnya dipertemuan Tim 12 di

rumah Kades Hariyono akan merencanakan membuat demonstrasi tandingan pada

tanggal 26 September 2015 yang terdiri dari kelompok pro tambang. Namun rencana

46 Arya, Wawancara. Op.cit

Page 33: BAB V GERAKAN PENOLAKAN MASYARAKAT SELOK ...repository.ub.ac.id/5581/5/BAB V.pdfPada penelitian ini, melihat bagaimana gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Desa Selok Awar

tersebut kemudian diurungkan akibat penjelasan dan larangan dari Bhabinkamtibnas

dan Babinsa Selok Awar. Tim 12 dan Kades bersepakat untuk mengadakan kerja

bakti, namun rupanya bahasa “kerja bakti” ini merupakan kata sandi untuk

mengeksekusi sejumlah anggota kelompok penolak tambang.47

Faktor sumber daya material dan non meteril dalam mobilisasi sosial

merupakan hal yang penting dalam memobilisasi massa serta memperluas protes.

Langkah yang dilakuakan kelompok penolak tambang dalam memobilisasi sumber

daya yang dimiliki hal ini aliansi FORUM merupakan hal yang determinan dalam

perjalanan gerakan penolakan aktivitas pertambangan ilegal di Desa Selok Awar –

Awar. Namun terlihat kenyataannya penolakan dari masyarakat Desa sendiri yang

merasakan dampak kerugian secara langsung tidak begitu masif.

Pasca konflik ini berakhir bukan menutup kemungkinan pertambangan ilegal

di Kabupaten Lumajang hilang. Pertambangan ilegal masih terjadi disejumlah tempat

di Kabupaten Lumajang hal itu dibuktikan dengan banyaknya kasus supir truk yang

ditangkap oleh kepolisian karena tidak memiliki surat izin jalan dari perusahaan.48

Pertambangan ilegal yang terjadi sekarang dilakukan masyarakat yang dulunya

berprofesi sebagai penambang ilegal sebagai alternatif dari lamanya proses perizinan

yang merekan lakukan kepada Pemerintah Provensi Jawa Timur. 49 Berakhirnya

aktivitas pertambangan di Desa Selok Awar – Awar ternyata masih meninggalkan

permasalahan mengenai reklamasi lahan bekas tambang. Kelompok penolak tambang

terbentur konflik kepentingan pengelolahan lahan bekas tambang ilegal.

47 Sutarya, Wawancara . Op.cit 48 Nidyawan, Irvin. 2017. Polisi incar stokfile dan sopir penadang pasir ilegal di Lumajang. Memox. (https://memo-x.com/138086/polisi-bidik-stokpile-penadah-pasir-ilegal-lumajang.html) diakses 3 september 2017 49 Hermanto. 2017. Pasca ditangkapnya penambang ilegal di Lumajang. Suara Jatim Post. (http://m.suarajatimpost.com/read/8388/20170811/212930/ini-yang-terjadi-pasca-ditangkapnya-para-penambang-ilegal-di-lumajang/) di akses 3 september 2017