BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN -...

23
BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan analisis dan pembahasan penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis wacana model Teun A Van Dijk. Menurut Van Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi, yang dalam hal ini adalah praktik produksi media. Pemahaman akan produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk, dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Lewat analisis wacana, bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, perasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001:15). 5.1 Dimensi Teks Menurut Littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu persatu elemen wacana Van Dijk tersebut berkaitan dengan berita Metro Realitas edisi 07/07/2014. Tabel. 5.1.1 Elemen Wacana Van Dijk pada berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014 Struktur Wacana Elemen Temuan Struktur Makro Tema/Topik Mengenai dilema akan nasib warga/petani di kawasan terkait, dilema bagi mereka akan kepemilikan

Transcript of BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN -...

Page 1: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

BAB V

ANALISIS & PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan analisis dan pembahasan penelitian. Teknik analisis

yang digunakan adalah analisis wacana model Teun A Van Dijk. Menurut Van

Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks

semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi, yang dalam hal ini

adalah praktik produksi media. Pemahaman akan produksi teks pada akhirnya

akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga

melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada

dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang

membentuk, dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Lewat analisis wacana,

bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu

disampaikan. Lewat kata, perasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita

disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut,

analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks

(Eriyanto, 2001:15).

5.1 Dimensi Teks

Menurut Littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model

Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama

lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat

dilihat sebagai suatu piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks

terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu

persatu elemen wacana Van Dijk tersebut berkaitan dengan berita Metro Realitas

edisi 07/07/2014.

Tabel. 5.1.1

Elemen Wacana Van Dijk pada berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014

Struktur Wacana

Elemen Temuan

Struktur Makro Tema/Topik Mengenai dilema akan nasib

warga/petani di kawasan terkait,

dilema bagi mereka akan kepemilikan

Page 2: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

49 bidang tanah yang berada

dikawasan seluas 350 hektar yang

tanah tersebut telah dibebaskan oleh

PT. SAMP.

Sub topik muncul bersama dengan

kemunculan pembawa acara karena

mengacu pada setiap pertanyaan dari

pembawa acara (lihat adegan

2,13,32,42 di tabel 4.1)

Superstruktur

(Skematik)

Skema/Alur

Pendahuluan (lead): Alur dalam

teks, diawali dengan menampilkan

beberapa cuplikan kejadian di Teluk

Jambe Karawang Jabar yang

direkam oleh Metro Realitas

(adegan 1&2).

Isi : Setelah adegan tersebut muncul

pembawa acara dengan

mengucapkankan tentang tanah

sengketa, tanah bersurat sah bisa

diakui oleh pihak lain atas nama

hukum. Lalu setelah itu

narator/voice over muncul, dengan

mengungkapkan pernyataan yang

menunjang apa yang telah dikatakan

oleh pembawa acara, yang didukung

dengan gambar video yang

ditampilkan, hasil wawancara

dengan pihak-pihak yang dikaitkan

serta dilanjutkan dengan

menampilkan kegelisahan,

Page 3: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

kebingungan, keteakutan dan

ketertindasan warga akan peristiwa

yang terjadi. (adegan 3-41).

Penutup : yang pada akhirnya

dimunculkan kembali pembawa

acara yang menarasikan tentang

nasib warga dan bagaimana

keadilan bagi warga. (adegan 42).

Keseluruhan dapat dilihat dalam

tabel 4.1 tentang narasi video berita

Metro Realitas edisi 07/07/2014

Struktur Mikro

(Semantik)

Latar

Banyak menampilkan latar terkait

petani/warga yang melakukan aksi

penolakan, kebingungan serta

ketertindasan mereka akibat dilema

mereka di tanah sengketa.

Detil

Terlihat pada setiap pertanyan pembawa

acara yang setelah itu dijawab oleh voice

over, dan ditunjang dengan visualisasi,

terkait dengan dilema warga di tanah

sengketa.

Kebenaran eksplisit: (1) berkaitan

dengan bukti hak milik sah dan

bukti pembayaran pajak yang

dilakukan petani/warga terhadap

Page 4: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Maksud

lahan mereka (adegan 16). (2)Warga

dianggap sebagai sebuah ancaman

(adegan 7). (3) Ketakutan warga

untuk kembali meladang (adegan

20-21). (4) Kesengsaraan akibat

lahan warga dirampas (adegan 38) .

(5) Warga akan tetap berusaha

menolak eksekusi(adegan 33-35).

(6) Tidak ada tempat untuk warga

berlindung dari tindak ketidakadilan

(adegan 41).

Kebenaran implisit :(1) PT.SAMP

menjadi pemilik sah atas tanah yang

di sengketakan (adegan 11&18).

Pra-anggapan

Pra-anggapan dari berita terlihat di awal

berita yang memunculkan pembawa

acara dengan kurang lebih

menyatakantentang ‘tanah bisa berpindah

tangan dalam sekejap atas nama hukum,

belum lagi tanah bersurat sah, dan

warga/petani terancam kehilangan

sumber penghidupan (adegan 2).

Nominalisasi Pada adegan 3,8,12,18,33,38 :

muncul kata 350 hektar

Pada adekan 5 : muncul kata 7000

personil.

Bentuk kalimat Pada adegan pembawa acara

ataupun adegan yang memunculkan

voice over (VO) banyak

menggunakan kalimat pasif.

Page 5: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Struktur Mikro

(Sintaksis)

Koherensi

Pada adegan 2 (perbawa acara)

berkaitan dengan adegan VO

(3,5,8,12,14,16,18).

Pada adegan 3 (perbawa acara)

berkaitan dengan adegan VO

(20,22,26,28).

Pada adegan 32 (perbawa acara)

berkaitan dengan adegan VO

(33,34,38,40).

Kata ganti Pembawa acara kerap menggunakan

kata ganti mereka untuk menyebut

warga/petani.

Struktur Mikro

(Stilistik) Leksikon

Pada adegan 2,3,18,20,32 : kata

sengketa.

Pada adegan 2 : kata terancam.

Pada adegan 5: kata menghadapi.

Pada adegan 3,8,12,16,20,33,34 :

kata eksekusi.

Pada adegan 22 : kelompok penjaga.

Pada adegan 32 : aksi represif.

Pada adegan 38 : kata penguasaan

paksa, kesengsaraan dan terpaksa.

Pada setiap adegan bumper in dan memunculkan judul, dimana tulisan’ Ditanah Sengketa’ pada judul tersebut merupakan huruf kapital dan berwarna merah.

Pada setiap pembawa acara muncul

Page 6: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Struktur Mikro(Retoris)

Grafis : di ambil dari berbagai angle yang juga menampilkan sebuah background, seolah berada di sebuah tempat/ruangan yang sudah tidak berpenghuni, memiliki retakan di tembok, remang-remang.

Pada adegan 8 : memunculkan gambar tiga desa yang berada dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek.

Pada adegan 18 : memunculkan sebuah plakat/patok yang bertulis “tanah sah milik PT. Sumber Air Mas Pratama”.

Pada adegan 41: pada akhir adegan ini, saat akhir dari wawancara memberikan efek pudar pada gambar yang seolah televisi yang rusak.

Metafora

Pada adegan 2 : berkaitan dengan kata sekejap.

Pda adegan 12 : berkaitan dengan kata berkali-kali yang mengacu

pada perlawanan/penolakan warga. Pada adegan 14: berkaitan dengan

kata berpuluh-puluh dan tetesan air mata dan darah.

EkspresiTerlihat pada ekspresi wajah dari

pembawa acara yang cukup datar, cukup tegas dan tenang, selayaknya seorang

pencerita/narator yang bijak.

Kemudian supaya tabel diatas menjadi lebih jelas lagi, akan dijelaskan

kembali menurut urutan struktur wacana dalam dimensi teks. Pada bagian topik,

berita Metro Realitas mengedapankan tema “Dilema Petani di tanah Sengketa”,

yang dimana dilema tesebut ditampakan dalam beberapa adegan.Lalu apabila

menurut KBBI, dilema merupakan situasi sulit yg mengharuskan orang

menentukan pilihan antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan

atau tidak menguntungkan . Berdasarkan penjelasan tentang dilema berkaitan

dengan situasi sulit untuk menentukan suatu pilihan guna menentukan pilihan

Page 7: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

yang tidak menyenangkan, setelah itu yang dinampakan dalam berita merupakan

keadaan/kondisi yang merujuk pada kesengsaraan bagi warga, lalu wujud

kesengsaraan berupa :

Wujud kesengsaraan pertama berkaitan dengan tindakan untuk warga tetap

menolak eksekusi lahan maka akan membuat mereka berhadapan dengan

personil bersenjata yang identik dengan berlangsungnya kekerasan fisik.

Wujud kesengsaraan kedua ialah apabila warga tidak melakukan penolakan

dengan menunjukkan bukti-bukti sah atas tanah yang akan dieksekusi, maka

mereka harus menyerahkan tanah tersebut, yang mengakibatkan mereka

kehilangan ladang/lahan garapan/mata pencaharian sehingga membuat

mereka mengalami kesulitan dan kebingungan dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka sehari-hari.

Jadi dari pernjelasan tersebut dapat dilihat bahwa dilema yang dimaksudkan

dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014 ialah mengenai pilihan yang

ditentukan warga akan mengarahkan mereka pada kesengsaraan akibat mereka

berada di tanah sengketa.

Lalu kemudian mengenai skema/alur, agar mempermudah pemahaman

alur dibagi menjadi bagian pendahuluan, isi dan penutup. Pada bagian

pendahuluan berkaitan dengan diawali dengan prolog yang menampilkan

beberapa cuplikan kejadian yang direkam oleh tim Realitas. Lalu memasuki

bagian isi dimulai dengan adegan pembawa acara memberikan sedikit narasi yang

kemudian diakhiri dengan kata tanya, yang kemudian diikuti adegan-adegan yang

muncul (adegan3-41), untuk menjawab setiap pertanyaan dari pembawa acara

yang muncul dengan memunculkan suara voice over dan dibumbui dengan uraian

fakta, hasil wawancara serta visualisasi dari kedua hal tersebut, yang merujuk

pada menampilkan kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan ketertindasan warga

akan peristiwa yang terjadi. Dan pada bagian penutup menampilkan kembali

adegan pembawa acara (adegan 42), dengan menarasikan tentang nasib warga dan

bagaimana keadilan bagi warga.

Page 8: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Pada bagian semantik berhubungan dengan makna yang ingin ditekankan

oleh berita terkait dengan latar, detil, maksud, pra-anggapan dan nominalisasi.

Maka apabila diuraikan secara runtut menjadi :

Latar : menampilkan dari sisi petani/warga yang melakukan aksi

penolakan, kebingungan serta ketertindasan mereka. Dan mengenai

bagaimana mereka hidup sehari-hari, dan hal-hal yang mungkin terjadi

apabila mereka kehilangan ladang mereka. Hal tersebut berkaitan dengan

apa yang diucapkan oleh pembawa acara yang kemudian dijawab oleh

voice over bersamaan dengan dimunculnya gambar terkait oleh itu.

Detil : kontrol terhadap informasi, terlihat pada setiap kata tanya yang

diucapkan oleh pembawa acara dibagian akhir dalam empat adegan yang

memunculkannya, yang kemudian dijawab oleh voice over berbarengan

dengan dinampaknya adegan-adegan terkait kata-kata voice over .

Maksud : informasi yang diuraikan secara eksplisit dan jelas yang berguna

untuk menonjokan kebenaran ialah Kebenaran eksplisit: (1) berkaitan

dengan bukti hak milik sah dan bukti pembayaran pajak yang dilakukan

petani/warga terhadap lahan mereka (adegan 16). (2) Warga dianggap

sebagai sebuah ancaman (adegan 7). (3) Ketakutan warga untuk kembali

meladang (adegan 20-21). (4) Kesengsaraan akibat lahan warga dirampas

(adegan 38). (5) Warga akan tetap berusaha menolak eksekusi(adegan 33-

35). (6) Tidak ada tempat untuk warga berlindung dari tindak ketidakadilan

(adegan 41). Kemudian informasi yang merugikan akan diuraikan secara

implisit, dan tersembunyi karena bertolak belakang dengan versi

“kebenaran” Metro Realitas ialah PT.SAMP menjadi pemilik sah atas tanah

yang disengketakan (adegan 11&18). Yang sebenarnya diperkuat dengan

hasil wawancara bersama bagian hukum dari PT.SAMP, yang menyatakan

akan ada uang pembayaran ganti rugi lahan atau dibahasakan sebagai uang

‘kerohiman’ (adegan 36).

Pra-anggapan : terlihat di akhir berita yang memunculkan pembawa acara

yang kurang lebih menyimpulkan dalam bentuk pertanyaan mengenai

keadilan bagi rakyat kecil dengan mempertanyakan kemampuan hukum di

Page 9: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Indonesia apabila dihadapkan dengan kekuasaan pihak pemodal (adegan

42).

Nominalisasi : berkaitan dengan pengelompokan yang dilakukan oleh

wartawan, cenderung muncul dan dipertegas dengan menyatakan jumlah

terkait dengan bilangan, terdapat di adegan 3,8,12,18,33,38 menggunakan

kata 350 hektar menunjukan tanah yang bermasalah. Lalu pada adegan ke-5

menggunakan kata 7000 personil, merujuk pada jumlah personil yang

mengalami bentrok dengan warga.

Dari penjabaran tersebut dapat terlihat makna dari berita Metro Realitas

07/07/2014. Berita Metro Realitas tersebut menunjukkan makna bahwa para

warga/petani sedang mengalami penindasan, baik berupa keputusan pengadilan

yang memenangkan pihak PT.SAMP, ataupun dari pihak eksekutor (polisi) yang

memperlakukan warga sebagai ancaman dan menebar ketakutan bagi warga. Serta

ada makna tersembunyi yang bisa dilihat, yaitu mengenai apa yang dilakukan

warga yang berwujud aksi penolakan dan perlawanan tersebut merupakan suatu

hal yang benar karena warga memiliki bukti sah akan tanah dan warga telah

membayar pajak dengan rutin (kebenaran versi Metro Realitas).

Mengenai struktur sintaktis, memiliki elemen bentuk kalimat, koherensi

dan kata ganti. Sehingga apa bila diuraikan menjadi :

Bentuk kalimat : bentuk yang muncul baik dari pembawa acara ataupun

narator merupakan bentuk kalimat pasif karena Metro Realitas berusaha

menceritakan keadaan/kondisi para warga Teluk Jambe melalui kata-kata

pembawa acara dan voice over sehingga mengarah pada kalimat pasif yang

dimana seseorang menjadi obyek pernyataannya.

Koherensi : pertalaian antar kalimat yang muncul ialah serupa percakapan

(tanya-jawab) antara pembawa acara dan voice over, yang dikemas seperti

orang yang sedang menceritakan suatu peristiwa dan mencoba

menggambarkan mengenai fakta yang ada.

Koherensi kondisional :tentang kalimat hubung sebagai penjelas, dan anak

kalimat adalah cermin dari kepentingan komunikator (Metro Realitas),

sebab bisa memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap suatu

Page 10: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

pernyataan. Hal tersebut bisa dilihat pada banyak adegan yang melibatkan

pembawa acara dan voice over.

Koherensi pembeda : bagaimanaperistiwa atau fakta dibedakan.peristiwa

dapat dibuat seolah-olah bertentangan atau kontras. Dalam berita ini

koherensi pembeda mungkin terdapat dalam adegan 8 menyangkut

pernyataan voice over ”sebenarnya penolakan ini bukan tanpa dukungan

pemerintah daerah”. Jadi VO menyatakan sebenarnya pememerintah tidak

akan melakukan eksekusi lahan, yang dimana hal tersebut di perkuat

dengan hasil wawancara terhadap pak Sukarya, namun kenyataaanya

eksekusi lahan tersebut tetap berjalan dan mengakibatkan bentrokan.

Kata ganti : kata ganti yang sering muncul ialah kata ‘mereka’. Dari kata

tersebut bisa terlihat bahwa posisi Metro Realitas ialah sebagai pencerita

yang menceritakan sebuah kejadian/peristiwa dari sudut pandang orang

ketiga yang ‘memungkinkan’ dianggap objektif.

Pengingkaran : menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu,

padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang

menyangkal persetujuannya tersebut. Berhubungan dengan kepemilikan

sah tanah oleh PT. SAMP (adegan 18), yang kemudian ditampilkan pula

dalam adegan yang sama sama bahwa sebagian pengadilan juga

memenagkan warga atas kepemilikan 49 bidang tanah.

Lalu pada elemen leksikon, secara ideologis, pilihan kata yang dipakai

menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.

Dalam bagian ini akan banyak mengambil arti kata dari Kamus Bersar Bahasa

Indonesia (KBBI) supaya bisa mendapatkan arti kata yang lebih objektif. Kembali

mengenai pemilihan kata secara ideologis, akan diuraikan sebagai berikut :

Pada adegan 2,3,18,20,32 : kata sengketa, berarti sesuatu yg menyebabkan

perbedaan pendapat; pertengkaran; perbantahan;(2)pertikaian;

perselisihan . Dari arti tersebut dapat dipahami bahwa kata sengketa berarti

pertengkaran/pertikaian yang mengesankan pada akan adanya korban.

Maka yang dinampakan sebagai korban ialah awarga/petani.

Page 11: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Pada adegan 2 : kata terancam.berarti diancam oleh; (2) dalam keadaan

bahaya. Yang berasal dari kata dasar ancam yang memiliki arti

menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yg

merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain .

Melalui arti itu dapat disimpulkan mengenai makna terancam, yang kata

tersebut mengandung suatu kondisi dimana seseorang/kelompok dalam

keadaan bahaya akibat ada pihak lain yang berusaha atau memiliki niat

untuk merugikan/menyulitkan seseorang/kelompok tersebut. Sehingga

yang dinampakan dalam keadaan bahaya atau dirugikan aadalah para

petani/warga yang harus kehilangan lahan mereka.

Pada adegan 5: kata menghadapi, mempunyai arti berhadapan dng: anak

itu sedang (2) bertemu muka dng; berjumpa dng; (3) menjumpai;

mengalami (bahaya, musibah, kesulitan, dsb; (4) melawan; bertanding

dng; (5) menyambut . Dapat dipahami apabila menurut konteks adegan

maka kata menjadi ialah melawan atau bertanding sehingga dalam

pemakaian kata tersebut mengidentikan bahwa pihak polisi eksukutor

dilapangan melawan para warga, yang tentu hasilnya bisa dilihat dengan

jelas pihak polisi yang menang. Sebab mereka merupakan alat negara,

memiliki wewenang dan persiapan yang sistematis termasuk didalamnya

ialah perlengkapan dan persenjataan.

Pada adegan 3,8,12,16,20,33,34 : kata eksekusi, memiliki makna

pelaksanaan putusan hakim; pelaksanaan hukuman badan peradilan,

khususnya hukuman mati’ (2)penjualan harta orang karena berdasarkan

penyitaan . Jadi dapat diartikan pelaksanaan hukuman berdasarkan putusan

dari hakim. Maka pemilihan kata tersebut merujuk pada warga/petani

sebagai sebuah pihak yang bersalah, yang dilain sisi padahal petani/warga

memiliki surat sah akan tanah. Dari hal itu dapat disyaratkan akan

ketertindasan petani/warga yang telah memiliki surat sah namun dianggap

sebagai pihak yang bersalah oleh hakim.

Pada adegan 22 : kelompok penjaga. Kelompok berarti kumpulan (tt

orang, binatang, dsb); 2 golongan (tt profesi, aliran, lapisan masyarakat,

Page 12: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

dsb) . Sedangkan penjaga adalah orang yg bertugas menjaga . Lalu apabila

kedua arti tersebut digabungkan, kelompok penjaga merupakan kumpulan

orang yang bertugas menjaga. Dalam adegan tersebut bukan pihak

kepolisian yang dirujuk, melainkan sekumpulan orang yang memakai

seragam keamanan, keadaan tersebut berkaitan dengan pertanyaan dari

pembawa acara tentang keterlibatan kelompok preman . Akan tetapi

pertanyaan itu tidak terjawab dengan jelas mengenai keterlibatan

kelompok preman sebab dari beberapa hasil wawancara yang ditampilkan

di adegan itu tidak ada yang menyatakan keberadaan kelompok itu. Jika

kembali mengenai kasus dari berita-berita tanah air perebutan lahan yang

melibatkan pemodal biasanya melibatkan pihak preman juga, seperti kasus

di Mesuji. Kemudian dari pemilihan kata kelompok penjaga, memungkin

bahwa pihak Metro Realitas berusaha untuk menambahkan kadar tentang

kesengsaraan dan penindasan yang di alami warga/petani.

Pada adegan 32 : aksi represif. Kata aksi berarti gerakan atau tindakan .

Sedangkan kata ekspresif bermakna bersifat represi (menekan,

mengekang, menahan, atau menindas) . Sehingga apabila kedua kata

tersebut digabungkan, memiliki arti tindakan yang bersifat

menekan/menindas. Jadi kata tersebut dipilih bersangkutan dengan aksi-

aksi dari pihak pemerintah, melalui eksekutor (polisi) lahan yang

memperlakukan warga yang menolak eksekusi dengan perbuatan yang

menekan ataupun menindas dengan membubarkan paksa warga yang

menghalangi kegiatan tersebut dan sehingga memberikan ketakutan

kepada warga/pertani yang akan kembali meladang di tanah mereka.

Pada adegan 38 : kata penguasaan paksa. Pada adegan ini kata penguasaan

berarti proses, cara, perbuatan menguasai . Setelah itu kata paksa ialah

mengerjakan sesuatu yg diharuskan walaupun tidak mau; (2)kekerasan;

perkosaan . Jadi apabila disatukan menjadi sebuah proses menguasai yang

dalam prakteknya melibatkan kekerasan. Sehingga pemilihan kata dalam

adegan ini bertujuan untuk menampilkan sebuah kekerasan dalam upaya

Page 13: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

penguasaan lahan, yang didalam prakteknya melibatkan pengadilan dan

kepolisian.

Pada adegan 38 : kata kesengsaraan. Berarti perihal yang berkaitan dengan

sengsara, kemudian sengsara sendiri adalah kesulitan dan kesusahan

hidup; penderitaan .Kata ini ditampilkan dalam kalimat kedua setelah

“penguasaan paksa” yang menampakan efek dari kata tersebut.

Pada adegan 38 : kata terpaksa. Kata tepaksa yang memiliki akar kata

‘paksa’ diberi imbuhan ter- maka menjadi berbuat di luar kemauan sendiri

krn terdesak oleh keadaan; mau tidak mau harus; tidak boleh tidak .

Penampilan kata terpaksa muncul setelah pemakaian kata “kesengsaraan”,

dan merujuk pada warga/petani yang kehilangan mata pencahariannya atau

mau tidak mau mereka kehilangan lahannya.

Jadi pada adegan 38 apabila diringkas maka penggunakanketiga kata

tersebut sangat berkaitan mulai dari praktek, efek dan kondisi yang

melekat pada warga/petani.

Maka pada bagian leksikon, terkait dengan pemilihan kata secara ideologis jika

disimpulkan ialah tak terlepas dari ideologi partai NASDEM yang memiliki Ketua

Umum Surya Paloh, yang dimana sosok tersebut dikenal pemilik Metro Tv.

Ideologi NASDEM yang menyangkut dengan apa yang mereka sebut restorasi,

mengacu pada mandat untuk menjadikan manusia Indonesa yang adil, makmur,

dan sejahtera, merdeka sebagai negara, merdeka sebagai rakyat.

Sehingga ideologi yang tampak dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014,

iyalah mengenai bagaimana mereka membenarkan apa yang dilakukan warga,

dalam bentuk penolakan eksekusi karena mereka memiliki bukti sah atas tanah.

Jadi Pihak Metro Realitas lebih condong membela warga serta menceritakan

kesengsaraan mereka akibat perlakuan tidak adil dari pengadilan dan perlakuan

tidak kekerasan oleh pihak kepolisian yang kedua tersebut merupakan bagian

lembaga/alat dari negara.

Pada bagian retoris, terbagi dalam elemen grafis, metafora dan ekspresi.

Lalu jika diuraikan menjadi :

Page 14: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Grafis : Pada setiap adegan bumper in dan memunculkan judul, dimana

tulisan’ Ditanah Sengketa’ pada judul tersebut merupakan huruf kapital

dan berwarna merah sehingga mengesankan darah, perlawanan,

kesengsaraan, penindasan dan derita. Lalu ada setiap pembawa acara

muncul, di ambil dari berbagai angle/sudut yang juga menampilkan

sebuah background, seolah berada di sebuah tempat/ruangan yang sudah

tidak berpenghuni, memiliki retakan di tembok, remang-remang

mengidentikan sebuah tempat yang suram tidak layak ditinggali dan

seperti tempat yang menyimpan kenangan buruk. Yang memungkinkan

keterkaitan penekanan dengan nama Realitas, sehingga penekanan ini

menunjukan bahwa realitas yang ada sekarang merupakan bagian

kenangan buruk dan hal suram sehingga setiap isu yang diangkat terkait

hal tersebut.

Setelah itu adegan 8, memunculkan gambar tiga desa yang berada

dipinggir jalan tol Jakarta-Cikampek, penekanan yang ingin disampaikan

berkaitan dengan beberapa aksi warga pada 2013 yang sempat menutup

jalan tol.

Pada adegan 18, memunculkan sebuah plakat/patok yang bertulis

“tanah sah milik PT. Sumber Air Mas Pratama”. Hal tersebut menekankan

kepada keputusan Mahkamah Agung yang telah memenangkan PT.SAMP

dan merebut secara paksa tanah warga.

Lalu Pada adegan 41, pada akhir adegan ini, saat akhir dari

wawancara memberikan efek pudar pada gambar yang seolah televisi yang

rusak. Sehingga penekanan mengenai warga yang mencari perlindungan

lain akibat tindakan aparat yang begitu merugikan warga.

Metafora : pada adegan 2, berkaitan dengan kata sekejap, yang berasal dari

kata kejap yang berarti kedip/sekedipan . Sehingga penekanan terasa jelas

bersangkutan dengan cepatnya para warga kehilangan tanahnya tanpa

warga bisa berbuat sesuatu yang berarti akan tanah sah yang mereka

miliki.

Page 15: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

Dalam adegan 12, berkaitan dengan kata berkali-kali yang

mengacu pada perlawanan/penolakan warga. Menunjukan penekanan

mengenai banyaknya atapun berbagai upaya yang dilakukan warga untuk

menolak hasil dari pengadilan.

Pada adegan 14, berkaitan dengan kata berpuluh-puluh dan tetesan

air mata dan darah.Kata berpuluh-puluh mengacu pada lamanya lahan

yang petani garap. Seharusnya sudah cukup menggunakan kata “sudah

lama”, yang diubah menjadi bentuk bilangan yang terkesan sangat-sangat

lama. Lalu kata tetesan air mata dan darah, berhubungan dengan sebuah

perjuangan dan identik dengan bentuk kepedihan dan kesengsaraan.

Ekpresi : terlihat pada ekspresi wajah dari pembawa acara yang cukup

datar, cukup tegas dan tenang, selayaknya seorang pencerita/narator yang

bijak dan terkesan objektif dikarenakan pembawa acara seolah-olah

sendang bercerita yang berhubungan dengan kemasan dari berita, disajikan

dengan sudut pandang orang ketiga.

5.2 Dimensi Kognisi Sosial

Analisis wacana van Dijk tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena

struktur wacana itu sendiri menunjukan atau menandakan sejumlah makna,

pendapat dan ideologi. Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial merupakan

suatu hal penting dalam memahami proses produksi berita (Eriyanto 2001:266).

Namun dalam penelitian ini memiliki keterbatasan yang berkaitan dengan data

dan informasi tentang proses produksi berita, karena peneliti tidak memiliki akses

untuk melakukan wawancara kepada redaktur atau team Metro Realitas sehingga

dalam analisis kognisi sosial akan cenderung lebih interpretatif berdasarkan

konteks yang melekat dalam berita Metro Realitas edisi 07/07/2014. Kemudian

melalui dimensi kognisi sosial ini, peneliti menganalisis bagaimana kognisi dari

komunikator dalam memahami seseorang atau sebuah peristiwa tertentu yang

akan ditulis kedalam sebuah teks. Dalam penelitian ini, yang menjadi

komunikator adalah Metro Realitas.

Dengan melihat secara utuh berita Metro Realitas edisi 07/07/2014 yang

disusun secara sistematis berkaitan dengan ucapan pembawa acara yang diakhiri

Page 16: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

dengan sebuah kalimat tanya, dan dijawab/dilanjutkan dengan perkataan voice

overyang bersamaan dengan ditampilkannya berbagai adegan dan hasil

wawancara yang menunjang perkataan dari voice over. Lalu berita dengan tema

dilema petani ditanah sengketa tersebut apabila dilihat pola dari alur pendahuluan,

isi, dan penutup (skema), pertama, banyak memunculkan sosok atau figur Narkim

(warga), baik hasil wawancara darinya ataupun gambaran kehidupan seharinya.

Yang ditambahi dengan wawancara dari warga lain seperti pak Aca, Umar dan

Sukarya. Kedua, kemudian dari pihak yang mendukung warga yaitu Amandaus

yang mendampingi warga (hukum) dan Hilal yang merupakan Ketua Serikat Tani

Karawang. Dan semua tokoh tersebut membicarakan tentang kekerasan hingga

penindasan terjadi, kekhawatiran mereka akan kelangsungan kehidupan mereka,

dan permintaan mereka pada pemerintah bersangkutan dengan alasan mereka

melakukan penolakan. Lalu dari penjabaran tersebut bentuk kekerasan dikontruksi

kan oleh Metro Realitas, dengan menyusun setiap adegan yang di imbuhi

perkataan voice over yang dimana ditampilkan melalui bentuk ketidakadilan dari

pengadilan dan secara eksplisit ditampilkan oleh perlakuan polisi terhadap para

warga yang melakukan aksi penolakan terhadap eksekusi lahan. Sehingga

memunculkan pesan bahwa negara yang diwakili pengadilan dan kepolisian pada

saat melakukan eksekusi lahan menunjukan tindak ketidakadilan yang diwarnai

dengan segala bentuk kekerasan yang diterima warga sehingga menimbulkan

bentuk-bentuk penindasan dan kesengsaraan bagi warga terkait dengan

kelangsungan hidup mereka.

Lalu pemberitaan tersebut menunjukan letak posisi dari Metro Realitas,

dimana tim Realitas memposisikan dirinya seolah-olah sebagai pencerita/narator

yang bijak dan objektif, namun jika dilihat secara mendalam melalui dimensi teks

dan kognisi sosial, tim Realitas cenderung membenarkan/membela warga Teluk

Jambe Karawang. Serta hal tersebut di perkuat di adegan terakhir tentang

penyimpulan informasi yang mempertanyakan mengenai mampukah hukum

memberikan keadilan pada rakyat kecil apabila dihadapkan dengan pemodal.

Sehingga seluruh hal tersebut terkait dengan misi Metro Realitas berhubungan

Page 17: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

dengan investigasi secara mendalam terhadap sebuah tragedi , dengan penyajian

informasi yang lebih aktual dan faktual, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

5.3 Dimensi Analisis Sosial

Untuk melihat proses produksi dan reproduksi wacana dalam masyarakat,

van Dijk menawarkan analisis sosial yang menguraikan bagaimana kelompok

dominan membentuk wacana yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa menopang

dominasi serta kekuasaannya. Menurut van Dijk, ada tiga hal yang dilihat dalam

analisis sosial, yaitu praktik kekuasaan, dominasi dan akses (Eriyanto 271-274).

Dalam berita Metro Realitas terlihat ada bentuk keperpihakan kepada

warga/petani yang berada di kawasan Teluk Jambe Karawang. Yang merupakan

perwujudan ideologis dari restorasi NASDEM dan partai tersebut merupakan

salah satu partai pendukung calon CAPRES 2 yaitu JOKOWI-JK yang

berlawanan dengan CAPRES 1 PRABOWO-HATTA yang didukung oleh

presiden SBY yang juga merupakan Ketua Umum Demokrat. Dan sejarah dari

Prabowo yang terlibat pelanggaran HAM dengan supremasi kemiliteran. Serta

berita ini muncul pada 07/07/2014, yang berarti dua hari sebelum pencoblosan

untuk PEMILU 2014 berlangsung, sehingga pembentukan realitas yang nampak,

ialah menggiring opini dan kesadaran masyarakat akan kemungkinan hal akan

terjadi apabila Prabowo menjadi Presiden, karena sangat bersangkutan dengan

kemiliteran yang indentik dengan kekerasan. Dan dari hal itu mengisyartkan

mengenai kembalinya era Orde Baru, karena Prabowo juga memiliki hubungan

kekerabatan/kedekatan dengan Soeharto. Selain itu berita ini membangun

kesadaran lain akan ketidakadilan pemerintah dan bentuk kekerasan yang

dilakukan dibawah pimpinan SBY.

5.3.1 Praktik Kekuasaan

Kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan yang dimiliki suatu

kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan umumnya didasarkan

pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan

pengetahuan. Selain kontrol langsung dan bersifat fisik, kekuasaan juga bisa

berbentuk persuasif, yakni tindakan seseorang yang secara tidak langsung

mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan,

Page 18: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

sikap dan pengetahuan (Eriyanto, 2001: 271-272). Surya Paloh selaku pemilik

Metro Tv dan ketua umum dari NASDEM yang mendukung CAPRES 2

JOKOWI-JK. Maka kekuasaan yang jelas terlihat ialah kekuasaan yang berbentuk

persuasif, hal itu di perkuat dengan salah satu fungsi media yaitu untuk

mempersuasi (to persuade). Melalui penayangan berita Metro Realitas “Dilema

Petani Di Tanah Sengketa”, ditayangkan pada tanggal 07/07/2014 tepat sebelum

PEMILU 2014 berlangsung, yang menunjukan kesan buruk pemerintahan dengan

menampilkan kekerasan dan penindasan yang dialami warga akibat ketidakadilan.

Dan dimana pemerintahan tersebut dibawah SBY yang mendukung Prabowo,

untuk membangun ataupun mengkontruksi sebuah pandangankepada khalayak

ramai mengenai apa yang akan terjadi apabila Prabowo menjadi Presiden

nantinya.

5.3.2 Dominasi

Dominasi lebih melihat mengenai penyalahgunaan kekuasaan, dominasi

direproduksi lewat pemberian akses khusus terhadap sumber-sumber sosial secara

diskriminatif. Dominasi juga direproduksi dengan melegitimasi akses tertentu

lewat bentuk-bentuk kontrol pikiran yang manipulatif dan cara lain agar kelompok

yang didominasi bisa menerima keadaan tersebut secara suka rela (Eriyanto,

2001: 273). Lalu pihak yang terdominasi ialah khalayak yang diterpa oleh berita

tersebut, khalayak yang terdominasi tersebut mungkin tidak sadar bahwa mereka

secara suka rela telah menanamkan dipikiran mereka mengenai kekerasan yang

berada di bawah pemerintahan SBY dan kekerasan yang mungkin akan terjadi

apabila Prabowo menjadi Presiden.

5.3.3. Akses

Analisis Wacana van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses.

Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besr dibandingkan dengan kelompok

yang tidak berkuasa, oleh karena itu mereka yang lebih berkuasa mempunyai

kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media dan kesempatan lebih

besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak (Eriyanto, 2001: 274), apalagi

dalam penelitian ini obyek studi memiliki hubungan yang erat dengan salah satu

Page 19: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

media yang sudah besar di Indonesia. Akses yang lebih besar bukan hanya

memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi

juga menentukan topik pada isi wacana apa yang disebarkan. NASDEM yang

diketuai Surya Paloh yang menjadi salah satu tim sukses JOKOWI-JK termasuk

didalam kategori ini, Surya Paloh memiliki akses pada media Metro TV sehingga

lebih memiliki kesempatan untuk mempengaruhi khalayak/audience terkait

dukungannya terhadap JOKOWI-JK sehingga sangat menguntungkan. Dengan

menampilkan kekerasan dan penindasan terhadap warga, akibat ketidakadilan

yang bermuara pada pemerintahan SBY dan terkait bahwa SBY juga mendukung

Prabowo Subiyanto sehingga memunculkan indikasi gambaran mengenai bentuk

pemerintahan macam apa yang yang berjalan apabila Prabowo menjadi Presiden.

Dari banyak penjelasan pada dimensi teks, kognisi sosial dan analisis

sosial dapat disimpulkan mengenai wacana yang berusaha di sampaikan dan di

sebarkan Oleh Metro Realitas edisi 07/07/2014, ialah bentuk ketidakadilan dari

pengadilan yang terkait dengan pemerintahan SBY, dengan memenangkan

PT.SAMP atas tanah seluas 350 hektar yang didalam kawasan tersebut terdapat

tanah milik warga dengan bukti sah. Yang mengakibatkan munculnya kekerasan

dan penindasan terhadap warga Teluk Jambe Karawang karena eksekusi paksa

yang dilakukan kepolisian selaku wakil pengadilan. Dan berkaitan dengan

dukungan Metro Tv kepada JOKOWI-JK, yang mencoba menanamkan

pandangan akan sebuah realitas yang mungkin terjadi apabila Prabowo menjadi

penguasa.

5.4. Keterkaitan Kekerasan Negara dalam Wacana Metro Realitas edisi

07/07/2014

Pada bagian ini akan menjabarkan tentang keterkaitan wacana dengan

kekerasan negara yang dibantu dengan teori akar kekerasan Erich Fromm dan

kemudian dikaitkan dengan tipologi kekeran Johan Galtung guna menjawab

rumusan masalah mengenai keterkaitan kekerasan negara dengan wacana yang

disebarkan oleh Metro Realitas edisi07/07/214. Pada mulanya akan ditilik

mengenai akar kekekerasan, yang berhubungan erat dengan penyebab kekerasan

Page 20: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

yang muncul. Kekerasan disini dilihat dari sudut pandang, pihak

negara/pemerintah yang dimana dimunculkan dalam berita dengan penampilan

yang diwakilkan oleh pihak eksekutor/polisi.

5.4.1 Akar Kekerasan

Pihak kepolisian selaku eksukutor ataupun wakil dari pengadilan pada saat

dilapangan yang merupakan alat bagi negara untuk memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat dan Bitner menyebutkan bahwa apabila hukum bertujuan

untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya melawan kejahatan.

Dan akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut

sebagai penegakan ketertiban (Satjipto Rahardjo, 2009:117). Serta polisi

merupakan berbentuk lembaga yang berada di dalam sistem kenegaraan .

Kemduian polisi juga mengenal bentuk kekerasan, yakni kekerasan legal dan

kekerasan ilegal. Kekerasan legal adalah tindakan atau rangkaian tindakan dari

atau oleh aparat penegak hukum untuk dan atas nama kepentingan penegakan

hukum, dan dilakukan sesuai dengan ketentuan atau prosedur hukum yang

langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan akibat pada fisik, psikis,

sosial, dan moral seseorang atau sekelompok orang. Sementara, kekerasan ilegal

ialah tindakan atau serangkaian tindakan seseorang atau sekelompok orang yang

langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan akibat pada fisik, psikis,

sosial, dan moral seseorang atau sekelompok orang lainnya, dan tindakan itu

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang tidak memiliki hak dan

kewenangan . Kemudian apabila dilihat dengan akar kekerasan Erich Fromm yang

membagi antara agresi lunak dan agresi jahat, maka :

Agresi Lunak : bersifat spontan namun reaktif dan defensif bertujuan

menghilangkan ancaman, baik dengan menghindari maupun dengan

menghancurkan sumbernya, Dalam berita yang menampilkan polisi

sebegai eksekutor tergolong dalam faktor agresi penegasan diri, agresi

defensif dan agresi kompromis. Agresi penegasan diri nampak pada saat

mereka membubarkan paksa warga yang menghalangi tanpa ada rasa ragu

atau segan dalam melakukannya. Agresi defensif terkait dengan tujuan

kedatangan polisi di TKP, dan nampak ketika para polisi mempertahankan

Page 21: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

diri guna kelangsungan hidup mereka saat terjadi bentrokan dengan warga,

dan kemudian mereka membangun tenda-tenda darurat untuk menjaga

lahan eksekusi guna mengamankan situasi. Serta jika mereka dapat

menyelesaikan eksekusi tersebut hingga akhir, maka mereka akan

meninggalkan tempat itu. Lalu agresi kompromis, terkait dengan

pergerakan polisi yang didasari oleh instruksi-instruksi dari atasan mereka,

karena kemiliteran ataupun polisi di didik untuk menaati perintah bukan

untuk mempertanyakan perintah.

Agesi jahat. Jika melihat agresi jahat yang mengacu pada tindakan polisi

dalam wacana berita Realitas pada edisi 07/07/2014, bersangkutan dengan

bagaimana kekejaman polisi ditampilkan dengan melakukan pemukulan,

pengusiran paksa dan menyemprotkan water cannon terhadap warga yang

menghalangi proses eksekusi karena warga dianggap sebagai sebuah

ancaman, dan selain itu mereka juga merusak tatanan kehidupan sosial

yang ada dengan mengeksekusi lahan seluas 350 hektar yang di dalamnya

ada tanah sah milik warga.Bisa dikatakan merusak tatanan sosial karena

warga akan kehilangan lahan dan perkerjaanya bahkan mungkin tempat

tinggalnya, sehingga budaya ataupun adat di daerah itu akan hilang

bersama hilangnya warga.

Lalu yang bisa disimpulkan adalah, akar dari kekerasan polisi ialah menuruti

perintah dari atasan mereka, dimana atasan mereka juga mendapatkan

instruksi dari pihak pengadilan guna mengeksekusi lahan seluas 350 hektar.

Yang dilaksanakan dengan mengedapankan agresi penegasan diri dan agresi

difensif guna meredam situasi, atau menguasai situasi dengan menebar

kekejaman yang mewujud pada penindasan dan ketakukan warga akan

mereka, yang mencapai taraf merusak tatanan sosial warga Teluk Jambe

Karawang.

5.4.2. Kekerasan Negara

Negara merupakan suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah

(governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga

negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan

Page 22: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

(kontrol) yang dimonopoli dari kekuasaan yang sah. Keterkaitan polisi dan

negara dapat dilihat di bagian sebelumnya. Yang bisa dipahami bahwa polisi

merupakan alat bagi negara dalam menjalankan kepentinganya, dimana dalam

berita Realitas edisi 07/07/2014, eksekusi yang terjadi merupakan mandat dari

pengadilan melalui putusan Mahkamah Agung. Sehingga campur tangan

negara sangat kental dalam tragedi kekerasan dan penindasan yang dialami

warga Teluk Jambe Karawang. Johan Galtung memandang kekerasan negara

yang dibagi dalam kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan

kultural. Ketiga kekerasan tersebut bisa saling berkaitan antara kekerasan

langsung menjadi sebuah peristiwa, kekerasan struktural adalah sebuah proses,

sedangkan kekerasan kultural adalah sebuah sesuatu yang bersifat permanen.

Dan apabila wacana berita Realitas 07/07/2014 dilihat dengan tipologi

tersebut maka :

Kekerasan langsung : yang mewujud dalam sebuah perilaku, terlihat

dengan apa yang dilakukan polisi terhadap warga, bentuk-bentuk

intimidasi ataupun penindasan yang sangat merugikan warga, baik

dalam perlakuan pembubaran paksa dan atau intimidasi yang berupa

penjagaan ketat di lahan yang bersangkutan hingga warga ketakutan

untuk kembali meladang.

Kekerasan Struktural :mewujud dalam struktur, bersangkutan dengan

bagaimana polisi melakukan eksekusi yang mendapatkan mandat yang

berupa keputusan Mahkamah Agung ,yang merupakan badan

kehakiman tertingi, yang sangat lekat dengan kenegaraan.

Kekerasan Kultural : mewujud dalam sikap, terkait dan berhubungan

dengan tindakan polisi tentang bagaimana mereka di didik dan dilatih

untuk menghadapi ancaman yang muncul pada saat mereka melakukan

tugasnya.

Sehingga dari ulasan diatas bisa dipahami bahwa wacana berita Metro

Realitas terkait dengan kekerasan negara nampak pada susunan tipologi dalam

bagian kekerasan struktural. Yang dimana dalam hal itu menampilkan campur

Page 23: BAB V ANALISIS & PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/6/T1_362007066_BAB V.pdfDijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan

tangan pemerintahan dalam tragedi tersebut dan memperlihatkan tentang

bagaimana polisi bertindak dan atas mandat dari siapa mereka memiliki

wewenang untuk melakukan eksekusi lahan seluas 350 hektar di Teluk Jambe

Karawang.