Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun...

22
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Media Massa Perkembangan media massa tidak terlepas dari seluk beluk ilmu komunikasi yang pada hakekatnya bertujuan untuk menyampaikan pesan, dan akan menjadi komunikasi yang efektif apabila hingga ketahap merubah perilaku, ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa pesan-pesan yang diterima pancaindera manusia selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (Cangara 2012:122). Media massa juga merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan (Bungin 2008: 85), dan media massa dalam kinerjanya menggunakan peralatan teknis atau mekanis/mekanik seperti radio, televisi, surat kabar dan lain – lain (Cangara:134). Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Dan juga media kerap menjadi sumber yang cukup dominan bahkan sumber yang akurat bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat secara kolektif (Mcquail 2011:27). Kemudian dari hal tersebut dapat terlihat media massamampuuntuk memberikan dampak kedalam ranah kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Wiryanto:2005:15). Setelah itu media massa dalam setiap penyampaian pesannya, melalui sebuah proses komunikasi, sehingga membuatnya lazim disebut sebagai komunikasi massa. Komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Semisal, penikmat informasi melalui media cetak surat kabar tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian bisa ditekankan mengenai

Transcript of Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun...

Page 1: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

BAB IILANDASAN TEORITIS

2.1 Media Massa

Perkembangan media massa tidak terlepas dari seluk beluk ilmu

komunikasi yang pada hakekatnya bertujuan untuk menyampaikan pesan,

dan akan menjadi komunikasi yang efektif apabila hingga ketahap

merubah perilaku, ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa

pesan-pesan yang diterima pancaindera manusia selanjutnya diproses

dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya

terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (Cangara

2012:122). Media massa juga merupakan institusi yang berperan sebagai

agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan (Bungin 2008:

85), dan media massa dalam kinerjanya menggunakan peralatan teknis

atau mekanis/mekanik seperti radio, televisi, surat kabar dan lain – lain

(Cangara:134). Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol,

manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat digunakan sebagai

pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Dan juga media kerap

menjadi sumber yang cukup dominan bahkan sumber yang akurat bukan

saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial,

tetapi juga bagi masyarakat secara kolektif (Mcquail 2011:27). Kemudian

dari hal tersebut dapat terlihat media massamampuuntuk memberikan

dampak kedalam ranah kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya

(Wiryanto:2005:15).

Setelah itu media massa dalam setiap penyampaian pesannya,

melalui sebuah proses komunikasi, sehingga membuatnya lazim disebut

sebagai komunikasi massa. Komunikasi massa adalah penyebaran pesan

dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,

yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.

Semisal, penikmat informasi melalui media cetak surat kabar tidak tampak

oleh si komunikator. Dengan demikian bisa ditekankan mengenai

Page 2: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

komunikasi massa, bahwa komunikasi melalui media massa sifatnya “satu

arah” (one way trafic) (Efendy 2005:22-25). Serta McQuail menyebutkan

pula komunikator dalam komunikasi massa bukanlah satu orang

melainkan sebuah organisasi formal. Komunikasi massa menciptakan

pengaruh secara luas dalam waktu singkat kepada banyak orang serentak

(Mcquail 2011:32). Secara umum, media massa bisa disimpulkan sebagai

perangkat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak,

luas dan cepat kepada khalayak yang dilatar belakangi dengan sebuah

kepentingan ataupun agenda tertentu sehingga dapat menimbulkan

dampak tertentu dalam ranah politik,ekonomi, sosial dan budaya di dalam

sebuah masyarakat. Adapun bentuk media massa antara lain media

elektronik, media cetak dan internet . Secara lebih spesifik media massa

dalam konteks jurnalistik pada dasarnya terbatas pada tiga jenis media,

pertama media cetak, yang terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah,

buletin/jurnal dan sebagainya. Kedua media elektronik, yang terdiri dari

radio dan televisi. Ketiga media online, yaitu media internet seperti

website, blog dan lain sebagainya (Yunus, 2010: 27).

2.2 Berita

Dalam pandangan Maeseneer, berita didefinisikan sebagai sebuah

informasi baru tentang kejadian yang baru, penting dan bermakna (significant),

yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan/penting dan layak

dinikmati oleh mereka, dengan mengandung beberapa unsur seperti, bermakna

dan berpengaruh, menyangkut hidup orang banyak, dan menarik (Olii, 2007: 27).

Walter Lippman memfokuskan hakikat suatu berita pada proses pengumpulan

berita, yang dipandang sebagai upaya menemukan isyarat jelas yang objektif yang

memberikan arti pada suatu peristiwa (McQuail, 2011: 190). Setelah itu bagi

Assegaf berita berkaitan dengan sebuah informasi yang menarik perhatian

masyarakat yang disusun sedemikian rupa dan disebarluaskan secepatnya, sesuai

periode yang ditentukan oleh media yang bersangkutan (Assegaf dalam

Mondry,2008:83). Dengan adanya media massa yang menyebarkan berita kepada

masyarakat secara cepat, media secara tidak langsung juga mengajarkan kepada

Page 3: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

khalayak tentang apa yang mereka butuhkan melalui informasi tersebut . Hampir

senada dengan pernyatan Spencer bahwa berita merupakan kenyataan atau ide

yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca . Dalam kerja

media, peristiwa tidak dapat langsung disebut sebagai berita, tetapi dia harus

dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut mempunyai nilai berita. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi nilai sebuah berita, meliputi : (Lihat dalam

Sumadiria, 2005:80-84)

Keluarbiasaan (unusualness), dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah

suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa (news is

unusual). Lord menegaskan (Mot, 1958 dalam Sumadiria, 2005:81),

apabila ada orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi

sebaliknya apabila orang menggigit anjing maka itulah berita. Prinsip

seperti itu hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan para reporter dan

editor.

Kebaruan (newness), Suatu berita akan menarik perhatian apabila

informasi yang dijadikan berita itu merupakan sesuatu yang baru. Semua

media akan berusaha memberitakan informasi tersebut secepatnya, sesuai

dengan periodesasinya.

Memiliki akibat (impact), berita merupakan segala sesuatu yang

berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar

dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh ialah berita kenaikan BBM

yang akan berakibat pada kenaikan harga sembako dan kecenderungannya

akan diikuti oleh kenaikan harga yang lain-lain.

Aktual (timeliness), berita merupakan peristiwa yang sedang atau baru

terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru

atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa

haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat.

Kedekatan (proximity), kedekatan yang mengandung dua arti yaitu

kedekatan geogarfis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis

Page 4: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal

khalayak. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili

suatu khalayak, maka akan semakin tertarik khalayak itu untuk menyimak

dan mengikutinya, semisal, khalyak/orang-orang yang berada di sekeliling

kota Solo (Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Kartosuro) akan lebih tertarik

untuk menikmati berita yang berkaitan dengan peristiwa besar dikota Solo

ketimbang menikmati berita peristiwa dari daerah lain. Sedangkan

kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan

pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa

atau berita.

Informasi (information)

Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa

menghilangkan ketidakpastian. Tidak setiap informasi mengandung dan

memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita,

menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau

ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau

memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian

media.

Konflik (conflict), konflik atau segala sesuatu yang mengandung hal yang

sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan

sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Selama

orang menyukai dan menganggap penting olah raga, perbedaan pendapat

dihalalkan, demokrasi dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan,

peperangan masih terus berkecambuk di berbagai belahan bumi, dan

perdamaian masih sebatas perbincangan, selama itu pula konflik masih

akan tetap menghiasi halaman surat kabar, radio dan televisi maupun

berita online.

Orang Penting (news maker, prominence),berita sangat identik dengan

orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, publik figur. Baik

ucapan ataupun tingkah lakunya bisa menjadi berita, bahkan hanya

namanya saja bisa dijadikan berita. Nama dari orang penting bisa untuk

Page 5: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

menciptakan berita (names makes news). Di Indonesia, apa saja yang

dikatakan dan dilakukan bintang film, bintang sinetron, penyanyi,

pembawa acara, pejabat, dan bahkan para koruptor sekalipun, selalu

dikutip pers. Kehidupan para publik figur memang dijadikan ladang emas

bagi pers dan media massa terutama televisi.

Kejutan (suprising), kejutan berkaitan terhadap sesuatu yang datangnya

tiba-tiba di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak

diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan

manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada

lingkungan alam, benda-benda mati,semuanya bisa mengundang dan

menciptakan informasi.

Ketertarikan manusiawi (human interest), terkadang sebuah peristiwa yang

diberitakan tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok

orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah

menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam

perasaannya. Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa

tersentuh, maka peristiwa itu tetap mengandung nilai berita.

Seks (sex), hal yang berkaitan dengan kaum Hawa memiliki fetisisme

tersendiri sehingga membuatnya menarik dan menjadi sumber berita. Di

berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktifitasnya selalu layak

muat, layak siar, layak tayang. Segala macam berita tentang perempuan,

tentang seks, memiliki banyak peminat, dinanti dan bahkan dicari.

Kemudian didalam sebuah informasi yang memiliki nilai-nilai berita dan

siap untuk disebarkan/pemberitaan biasanya terdapat unsur-unsuryang terkait

(Mondry, 2008: 141) :

Keakuratan/akurat, Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data

seperti angka dan nama maupun pernyataan.

Kelengkapan/lengkap,penulisan berita sudah seharusnya lengkap, utuh,

serta tidak meninggalkanfaktor penting dalam sebuah peristiwa sehingga

Page 6: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

pihak lain dapat memahami tentang informasi yang disampaikan dengan

sahih.

Kronologis/runtut, suatu berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu

peristiwa agar urutannya jelas dan lancar, tidak membingungkan penikmat

berita.

Magnitude(daya tarik), berita lazim ditulis dengan mempertimbangkan

unsur daya tariknya. Bila daya tarik informasi yang diperoleh sedikit,

makan kecenderungannya ialah informasi itu tidak layak dijadikan sebuah

berita.

Balance (berimbang), penulisan berita dalam konten isi biasanya dituntut

untuk tetapseimbang. Artinya, dalam penyajian berita tidak ada unsur

keberpihakan pada satu pihak tertentu. Sehingga berkaitan dengan

keobjektifitasan sebuah media massa dalam memberitakan suatu hal.

Dari beberapa penjabaran diatas mengenai berita, memungkin untuk

disimpulkan secara umum bahwa berita merupakan sebuah bagian dari media

massa yang telah disusun secara sistematis yang disebarkan dengan cepat dalam

periode waktu tertentu baik dalam bentuk surat kabar, radio, televisi maupun

online. Yang didalamnya memiliki informasi penting mengenai sebuah peristiwa

ataupun kejadian, dengan bentuk penyajian secara aktual, menarik, dan akurat,

serta berita mampu untuk memberikan arti/maknaterhadap suatu peristiwatertentu,

sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap para penikmatnya.

2.3 Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

(Kridalaksana,2008:24). Serta menurut pernyataan Spradley, (dalam Sobur,

2006:273), bahasa juga dapat menjadi alat untuk menyusun realitas. Sehingga

dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalahunsur utama, bagi Berger dan

Luckmann realitas sosial dapat dibentuk melalui sebuah kata-kata, atau konsep,

Page 7: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

atau bahasa sertakonstruksi sosial dan tidak berlangsung dalam ruang hampa,

namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Sobur,2009:91). Selanjutnya

bahasa dipandang sebagai alat konseptualitas, terutama dalam media massa,dan

membuat bahasa yang digunakan dalam media massa bukan lagi sebagai alat

untuk menggambarkan sebuah realitas semata, melainkan bisa menentukan

gambaran (citra) yang akan muncul di dalam di benak/persepsi khalayak

(Sudibyo, 2001:70). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari

penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah "cerita". Sebuah media

massa juga mempunyai peluang untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang

dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya . Selain itu dalam mengkonstruksi

sebuah realitas, media sesungguhnya memainkan peran khusus dalam

mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Peran media sangat

penting karena menampilkan sebuah cara dalam memandang realitas (Fiske, 1990

dalam Sobur, 2009 : 93).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara ringkas bahwa didalam

sebuah sistem komunikasi,bahasa merupakan instrumen yang signifikan, dimana

bahasa memiliki peran sentral pada di setiap tahapan antara komunikator dan

komunikan, atau antara pengirim pesan dan penerima pesan sehingga sebuah

proses komunikasi bisa terjalin. Dan bahasa dalam konteks kemediaan bisa

dipandang sebagai sebuah alat untuk menggambarkan realitas, menentukan citra

yang mungkin muncul di masyarakat sehingga membentuk kontruksi realitas.

Serta konstruksi realitas yang muncul, semisal dalam berita, pada tahap prosesnya

itu merupakan sebuah upaya “menceritakan” (konseptualisasi) dari sebuah

peristiwa, atau keadaan yang bisa memberikan efek berkaitan dengan politik,

ekonomi, sosial maupun budaya terhadap masyarakat. Sehingga hal tersebut

membuat berita yang disampaikan oleh media dapat membentuk sebuah cerita

atau wacana yang bermakna. Jadi dengan demikian isi media adalah realitas yang

dikonstruksikan dalam bentuk wacana yang memiliki makna.

2.4. Kekerasan

Dari masa ke masa, perubahan-perubahan masyarakat yang berkaitan

dengan peristiwa-peristiwa kekerasan sering kali pula tidak mudah diidentifikasi

Page 8: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

karena mungkin ada struktur organisasi penggeraknya yang bermain di belakang

layar. Dalam kata lain, kekuatan penggeraknya tidak berada di lapangan sehingga

kekerasan yang terjad tampak seperti spontan belaka. Biasanya, sebabnya selalu

didominasi oleh faktor konflik atau persaingan kepentingan di sektor politik

(kekuasaan) dan ekonomi, selain karena ditimbulkan juga dari faktor ketidak

mampuan negara menegakkan keadilan sosial. Kekerasan seakan sudah mengakar,

bahkan kadang kekerasan dipandang sebagai sebuah alternatif terbaik untuk

menyelesaikan berbagai persoalan yang ada. Tanpa menyadari bahwa satu

kekerasan, akan memunculkan kekerasan yang lain (Camara 2000:30-38).

Kekerasan diartikan sebagai “suatu sifat atau hal yang keras; kekerasan

diartikan; paksaan,”. Sedangkan “paksaan” berarti suatau tekanan, desakan yang

amat keras . Moore dan Fine (lihat dalam Koeswara, 1988:5), menjelaskan

kekerasan sebagai tindakan sengaja untuk mencederai secara fisik ataupun secara

verbal.Ruang lingkup kekerasan nonfisik tidak mempunyai batasan yang jelas

seperti kekerasan fisik yang bisa kita lihat secara visual. Nitibaskara mengartikan

kekerasan (violence) sebagai serangan secara fisik terhadap seseorang atau

binatang; atau serangan, penghancuran, pengerusakan yang sangat keras, kasar,

kejam dan ganas atas milik atau sesuatu yang berpotensi menjadi milik seseorang.

Selain itu menurut Nitibaskara, selain kekerasan fisik, juga ada kekerasan

psikologis; salah satunya melalui rekayasa bahasa berbentuk stigma-stigma

(Nitibaskara, 2001:90-91). Mungkin sebagai contoh ialah semisal pelaku A

berbicara dengan kata yang mengandung makna tertentu yang mungkin

menyakitkan kepada B, dan B kemudian merasa tersakiti perasaanya, maka A

dapat dikatakan telah melakukan kekerasan nonfisik, walaupun A tidak merasa

telah melakukan kekerasan atau menyakiti B.

Kemudian apabila melihat penyebab kekerasan menurut bahasa Erich

Fromm, kekerasan memilki akar utama yang erletak pada manusia secara

individual. Kekerasan tidak berakar dari sebuah insting selayaknya yang terdapat

pada hewan. Kekerasan identik dengan agresi, Berkowitz (1987), berpendapat

bahwa agresi adalah suatu bentuk perilaku yang mempunyai niat tertentu untuk

melukai secara fisik atau psikologis pada diri orang lain (dalam Koeswara

Page 9: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

1988:1). Lalu Fromm mengungkapkan tentang agresi yang merupakan segala

tindakan yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan kerugian

pada orang lain, binatang, atau benda mati yang bertujuan untuk mempertahankan

hidup. Agresi tersebut dapat muncul akibat frustasi, yang dimaksudkan frustasi

disini ialah penolakan atau bentuk penolakan yang terjadi terhadap situasi tertentu

(Fromm 2010: 82-84). Dengan contoh, misalnya seorang yang rakus, dia akan

marah bila dia tidak mendapat semua makanan yang dia inginkan. Kemudian

setelah itu agresi dibedakan menjadi dua, berdasarkan faktor pendorongnya,

antara lain ialah agresi lunak dan agresi jahat (Fromm 2010 : 260-385).

1. Agresi lunak bersifat adaptif biologis, merupakan respon terhadap bahaya

yang mengancam kepentingan hayati, terprogram secara filogenetik , tidak

bersifat spontan namun reaktif dan defensif bertujuan menghilangkan

ancaman, baik dengan menghindari maupun dengan menghancurkan

sumbernya. Dengan beberapa sifat dan pengaruh kondisi yaitu :

Agresi semu, merupakan wujud tindakan-tindakan yang dapat,

namun tidak dimaksudkan untuk, menimbulkan kerugian bagi

pihak lain.

Agresi permainan, bertujuan mempraktekan kemahiran, tidak

bertujuan menghancurkan/melukai, serta tidak didorong oleh faktor

kebencian. Seperti permainan memanah atau pertarungan pedang

yang dulunya beresensi untuk membinasakan musuh, kini hanya

sebatas sebuah olahraga dan seni.

Agresi penegasan diri, berkaitan dengan tindakan-tindakan yang

dilakukan tanpa perasaan segan, ragu ataupun takut berkaitan

dengan eksistensi. Dan konsep agresi ini didukung dengan

pengamatan kaitan antara hormon jantan dengan agresi yang mana

hormon jantan memiliki stimulasi kuat untuk berkelahi, namun

bukan syarat mutlak untuk timbulnya perilaku ini.

Agresi defensif, berkaitan dengan stimulus mempertahankan diri,

dengan tujuan menghilangkan bahaya untuk tetap menjaga

kelangsungan hidup dan tidak untuk menghancurkan. Bila tujuan

Page 10: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

ini dicapai, agresi tersebut berserta emosinya akan lenyap. Semisal,

terkait di dalam hasrat untuk mencari makan atau tempat tinggal.

Dalam prakteknya, agresi ini bertanggung jawab atas sebagian

besar dorongan agesif manusia. Serta agresi ini memiliki beberapa

sumber yang mempengaruhi yaitu :

Kebebasan, ancaman terhadap kebebasan dianggap penting

dan paling membahayakan baik secara individu ataupun

sosial. Dan ada banyak bukti bahwa hasrat akan kebebasan

merupakan reaksi biologis dari organisme manusia.

Narsisme, terlukainya perasaan narsistik. Konsep yang

dirumuskan Freud berdasarkan teori libido, narsisme

berkaitan dengan libido yang tidak berhasil diarah ke dunia

luar telah diarahkan balik kepada ego, sehingga muncul

sikap narsisme. Atau segala hal yang diorientasikan ke

dalam diri sendiri. Sebagai contoh dikalangan pemuka

politik, narsisme kerap dijumpai, sikap ini boleh dianggap

sebagai kelemahan atapun kelebihan bagi mereka yang

mendapatkan atau memperoleh kekuasaan berdasarkan

kharismanya di mata khalayak ramai.

Perlawanan, ialah sumber lain agresi defensif yang

diaangap penting ialah agresi sebagai reaksi terhadap segala

upaya untuk memunculkan perlawanan dan cita-cita

terpendam ke dalam kesadaran.

Agresi kompromis, terdiri dari berbagai tindakan agresi, tindakan

agresi yang dilakukan oleh si pelaku bukan terdorong oleh nafsu

destruktif melainkan karena si pelaku diperintah untuk

melakukannya serta ia merasa wajib menaati perintah itu. Sebagai

contoh, perilaku para geng motor ataupun tentara dalam kesatuan

militer banyak didapati tindak destruktif yang dilakukan demi

menaati perintah.

Page 11: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

Agresi instrumental, tentang agresi yang berkaitan dengan

mendapatkan segala sesuatu yang diperlukan atau yang diinginkan,

dan yang menjadi tujuan bukanlah penghancuran karena

penghancuran itu sendiri hanya menjadi sarana (instrumen) untuk

mencapai tujuan yang sebenarnya.

2. Agresi Jahat bersifat non adaptif biologis, yakni kedestruktifan dan

kekejaman, bukan merupakan pertahanan terhadap suatu ancaman, tidak

terprogram secara filogenetik, ia menjadi hanya menjadi ciri khas

manusia, dan secara biologis merugikan karena dapat mengacaukan

tatanan sosial; perwujudan utamanya ialah pembunuhan dan penyiksaan,

dalam prakteknya cenderung bisa dinikmati dan tanpa membutuhkan

tujuan tertentu. Serta agresi jahat, meskipun bukan insting merupakan

kecenderungan manusia yang berakar dari kehidupan sosialnya. Fromm

juga menyatakan bahwa kedestruktifan manusia meningkat seiring dengan

meningkatnya perkembangan peradaban, dan bukan sebaliknya.

Selanjutnya apabila dilihat dalam tingkatan yang lebih luas dan lebih

sistematis mengenai kekerassan, terjadinya berbagai tindak kekerasan di tengah

suatu masyarakat tidak bisa melepaskan diri dari peran negara didalamnya karena

memahami definisi negara serperti yang diungkap Miriam Budiarjo, bahwan egara

adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah

pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan

perundang-undangan melalui penguasaan (kontrol) yang dimonopoli dari

kekuasaan yang sah . Berkaitan dengan negara yang memiliki peran dalam sebuah

praktik kekerasan negara tokoh yang membenarkan akan adanya kekerasan negara

ialah Thomas Hobbes (1588-1679) yang menganjurkan negara harus tampil

sebagai kekuatan raksasa yang bersikap keras terhadap warganya. Negara

Hobbesian menjelmakan diri sebagai Sang Leviathan yang hanya dengan

pengerahan teknik teror yang sistematis, negara bisa menundukkan

warga,berkaitan dengan menjaga ketertiban sosial yang ada (dalam Windhu, 1992:

31).Dan Max Weber negara adalah komunitas manusia yang (sukses) mengklaim

memonopoli penggunaan kekerasan fisik yang sah dalam wilayah tertentu. Weber

Page 12: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

mengutip pernyataan yang dikemukakan Leon Trotsky (1879-1940): “Setiap

negara didirikan di atas paksaan”. Apabila tidak ada lembaga-lembaga sosial

yang bereksistensi tanpa kekerasan, maka konsep negara tereliminasi (dalam

Windhu, 1992: 32). Lalu setelah itu masih mengenai kekerasan negara, Johan

Galtung membagi tipologi kekerasan menjadi 3 (tiga) yaitu :(Galtung 2003:435)

Kekerasan langsung, kekerasan langsung cenderung mewujud dalam

perilaku (misal : permbunuhan, penyiksaan, intimidasi).

Kekerasan struktural, kekerasan struktur atau kekerasan yang melembaga

mewujud dalam sebuah konteks, sistem, dan struktur, misalnya

diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan, pelayanan kesehatan.

Kekerasan kultural, kekerasan kultural mewujud dalam sikap, perasaan,

nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat misalnya, perspektif akan

kebencian, ketakutan, rasisme, ketidak toleranan.

Yang dimana ketiga kekerasan tersebut bisa saling berkaitan antara kekerasan

langsung menjadi sebuah peristiwa, kekerasan struktural adalah sebuah proses,

sedangkan kekerasan kultural adalah sebuah sesuatu yang bersifat permanen.

Serta Johan Galtung juga membagi kekerasan berdasarkan sifatnya, Menurut

sifatnya kekerasan ada dua yaitu kekerasan personal dan kekerasan struktural.

Kekerasan personal memiliki atau bersifat dinamis, mudah diamati,

memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang dapat menimbulkan perubahan

sedangkan kekerasan struktural sifatnya statis, memperlihatkan stabilitas tertentu

dan tidak tampak. Kekerasan struktural mengambil bentuk-bentuk seperti

eksploitasi, fragmentasi masyarakat, rusaknya solidaritas, penetrasi kekuatan luar

yang menghilangkan otonomi masyarakat, dan marjinalisasi masyarakat sehingga

meniadakan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan nasib mereka

sendiri. Kekerasan struktural ini juga menimbulkan kemiskinan, ketidakmerataan

pendapatan dan kekayaan, ketidakadilan sosial, dan alienasi atau peniadaan

individual karena proses penyeragaman warga negara (Galtung 2003:438)

Dan dari penjabaran diatas, teori yang akan digunakan dalam penelitian ini

ialah teori milik Erich Fromm mengeai akar kekerasan berkaitan dengan agresi

Page 13: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

lunak dan agresi jahat. Serta teori tipologi kekerasan milik Johan Galtung yang

didalamnya ada istilah kekerasan struktural supaya dapat menjelaskan mengenai

kekerasan negara dalam penelitian ini.

2.5Analisis Wacana Kritis

Menurut Douglas dalam Mulyana (2005:3), istilah wacana berasal dari

bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut

kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Hampir serupa dengan

pendapat Douglas, menurut KBBI kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’

dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa

Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana atau vacana atau’ bicara, kata, ucapan’. Serta

Analisis wacana berkaitan erat dengan isi pesan komunikasi. Analisis wacana

berfungsi untuk melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator dalam

upaya mencapai tujuan atau maksud tertentu melalui pesan berisi wacana tertentu

yang disampaikan. Hal ini mencakup berbagai hal misalnya, bagaimana proses

simbolik digunakan khususnya terkait dengan kekuasaan, ideologi dan lambang-

lambang bahasa serta apa fungsinya (Pawito, 2007: 175). Analisis wacana dipakai

untuk membongkar kuasa yang ada di dalam setiap proses bahasa; batasan-

batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai,

topik apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam

hubungan kekuasaan, karena menggunakan paradigma kritis, analisis wacana

kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis (AWK) (Eriyanto, 2001:7).

Serta terdapat lima karakteristik penting dari analisis wacana kritis (Eriyanto,

2001:8-14)

Tindakan, prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tidakan

(action). Dengan pemahaman semacam ini wacana ditempatkan sebagai

bentuk interaksi, wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup

internal. Bahwa seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud

tertentu, baik besar maupun kecil. Selain itu wacana dipahami sebagai

sesuatu bentuk ekspresi sadar dan terkontrol, bukan sesuatu diluar kendali

ataupun ekspresi diluar kesadaran.

Page 14: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

Konteks, analasis wacana kritis memperhatikan konteks dari wacana,

seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Lalu wacana dipandang,

diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Wacana

dianggap dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam situasi dan kondisi

yang khusus. Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada

situasi tertentu, bahwa wacana berada dalam situasi sosial tertentu.

Historis, menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti

wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti

tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting

untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana dalam

konteks historis tertentu.

Kekuasaan, analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen

kekuasaan (power) dalam analisisnya. Bahwa setiap wacana yang muncul,

dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai

sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk

pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci

hubungan antara wacana dengan masyarakat.

Ideologi, ideologi juga konsep yang penting dalam analisis wacana yang

bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk

dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori

klasik tentang ideologi di antaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun

oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan

melegitimasi dominasi mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis

wacana kritis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi

penjelasan dari sebuah teks yang mencerminkan suatu pandangan akan realitas

sosial. Serta AWK memiliki agenda untuk mengungkap ‘yang tersembunyi’ di

balik sebuah wacana/diskursus tertentu.

2.5.1 Analisis Wacana Kritis Model Teun Van Djik

Page 15: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

Analisis wacana model Van Dijk merupakan salah satu analisis wacana

kritis yang menggabungkan elemen-elemen wacana sehingga bisa dimanfaatkan

secara praktis. Model Van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial. Menurut

Van Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis

teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi (Sobur 2009: 75).

Pemahaman akan produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan

berkaitan dengan sebab sebuah teks bisa demikian, disini Van Dijk juga melihat

bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam

masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentukdan

berpengaruh terhadap teks-teks tertentu (Eriyanto 2001 : 220-222).

Dalam analisis wacana yang digambarkan Van Dijk ada tiga dimensi/

bangunan yaitu teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Inti analisis Van Dijk

adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan analisis

(Eriyanto 2001 : 225).

Dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi

wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu atau teks terdiri dari

beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing saling mendukung. Ia

membanginya pada beberapa elemen wacana. Yang didalamnya berkaitan dengan

struktur wacana, merupakan cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan

persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata

tertentu mungkin dipilih untuk tujuan tertentu atau mempertegas pilihan dan

sikap, dan bahkan membentuk kesadaran politik. Berikut uraian lengkap elemen

wacana Van Dijk.

TABEL 2.5.1.1 Elemen Wacana Van Dijk

Struktur wacana Hal Yang Diamati Elemen

Struktur makroTematik

Tema/ topik yang dikedepankan dalam berita

Topik

Page 16: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

SuperstrukturSkematik

Bagaimana bagian dan

urutan berita diskemakan

dalam teks berita utuh

Skema

Struktur mikro

SemantikMakna yang ingin

ditekankan, misal dengan memberikan

detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu

sisi danmengurangi detil sisi lain.

SintaksisBagaimana kalimat

(bentuk, susunan) yang

dipilih.

StilistikBagaimana pilihan kata

yang dipakai dalam teks

berita

RetorisBagaimana cara

penekanan dilakukan.

Latar, detil, maksud,

pra-anggapan,

nominalisasi

Bentuk kalimat,

koherensi, kata ganti

Leksikon

Grafis, metafora,

ekspresi

(Sumber dari Eriyanto 2001:225)

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan

menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri dari berbagai elemen, semua elemen

tersebut merupakan kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lain.

Menurut Littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model

Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama

Page 17: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat

dilihat sebagai suatu piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks

terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu

persatu elemen wacana Van Dijk tersebut :

1. Tematik, ialah gagasan inti, ringkasan utama teks dan menggambarkan apa

yang ingin diungkapkan wartawan dalam berita. Topik menunjukkan konsep

dominan, sentral dan paling penting dari teks.

2. Skematik, skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Bagaimana

bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga terbentuk suatu

kesatuan arti.

3. Latar, bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin disampaikan. Latar

yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa

dan bisa menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam teks. Lewat

latar dapat dibongkar apa maksud yang hendak disampaikan dan

menganalisis maksud tersembunyi yang sesungguhnya ingin dikemukakan

dalam teks.

4. Detil, berkaitan dengan kontrol informasi yang disampaikan. Komunikator

atau penulis akan menyampaikan informasi yang menguntungkan pihaknya

dan sebaliknya akan menyembunyikan atau meminimalkan informasi yang

merugikan. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan atau

reporter mengeskpresikan sikapnya secara implisit.

5. Maksud, menunjukkan bagaimana kebenaran tertentu ditonjolkan secara

eksplisit dan secara implisit mengaburkan kebenaran yang lain.

6. Koherensi, pertalian atau jalinan antar kata atau antar kalimat dalam teks, dua

fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak berhubungan.

Koherensi melihat bagaimana sseorang secara strategis menggunakan

wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa, apakah dipandang

sebagai peristiwa terpisah, berhubungan atau justru sebagai sebab akibat.

7. Koherensi kondisional, antara lain ditandai dengan pemakaian anak kalimat

sebagai penjelas. Kalimat kedua merupakan penjelas dari kalimat pertama

yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang” dan

Page 18: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

“dimana”. Sebagai penjelas, ada tidaknya kalimat kedua sebenarmya tidak

mengurangi arti kalimat. Anak kalimat adalah cermin kepentingan

komunikator sebab bisa memberi keterangan yang baik atau buruk terhadap

suatu pernyataan.

8. Koherensi pembeda, berhubungan dengan bagaimana dua peristiwa atau

fakta hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat saling bertentangan

dan berseberangan. Jika koherensi kondisional melihat bagaimana dua

peristiwa dihubungkan, koherensi pembeda melihat bagaimana dua kalimat

dibedakan.

9. Pengingkaran, bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang akan

diekspresikan secara implisit. Pengingkaran menunjukkan seolah wartawan

menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi

atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.

10. Bentuk kalimat, merupakan segi sintaksis yang berhubungan dengan cara

berpikir logis, prisnsip kausalitas. Tidak hanya persoalan teknis di

ketatabahasaan tapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat

itu. Dalam kalimat aktif seseorang menjadi subyek pernyataannya, sedang

dalam kalimat pasif seseorang menjadi obyek pernyataannya.

11. Kata ganti, elemen ini untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu

komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat untuk menunjukan dimana

posisi seseorang dalam wacana. Kata ganti dipakai komunikator untuk

menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Prinsipnya, kata ganti

dipakai untuk merangkul dukungan dan menghilangkan oposisi yang ada.

Misalnya kata ganti “kami” atau “kita” bisa menumbuhkan solidaritas,

aliansi, perhatian publik serta mengurangi kritik dan oposisi kepada diri

sendiri.

12. Leksikon, menandakan bagaimana pemilihan kata dilakukan atas berbagai

kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai menunjukan

sikap dan ideologi tertentu. Pemilihan kata secara ideologis menunjukkan

bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.

Page 19: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

13. Pra-anggapan, merupakan pernyataan yang dipakai untuk mendukung makna

suatu teks. praanggapan merupakan upaya mendukung pendapat dengan

memberikan premis yang dipercaya kebenarannya sehingga tidak perlu

dipertanyakan lagi. Praanggapan umumnya didasarkan pada ide common

sense.

14. Nominalisasi, berkaitan atau berhubungan dengan pertanyaan apakah

wartawan memandang obyek sebagai suatu kelompok.

15. Grafis, elemen untuk memeriksa apa yang ditekankan dan dianggap penting

dalam teks. Grafis biasaya muncul lewat bentuk tulisan yang berbeda dengan

tulisan lain, huruf tebal, tanda petik, tabel, angka, grafik serta gambar. Grafis

menunjukkan bagian mana yang harus mendapat perhatian dan dianggap

penting.

16. Metafora, penyampaian pesan melalui kiasan atau ungkapan atau peribahasa.

Metafora sebagai hiasan dari suatu berita yang sapat menjadi penunjuk utama

untuk mengerti makan suatu teks. Serta alasan pembenaran atas pendapat

atau gagasan tertentu kepada publik.

Setelah itu mengenai dimensi kedua adalah kognisi sosial, yang menganalisis

bagaimana kognisi sang komunikator dalam memahami seseorang atau sebuah

peristiwa tertentu yang akan ditulis kedalam sebuah teks. Dalam pandangan Van

Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Proses

produksi teks tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks dibentuk, proses ini

juga memasukan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu bentuk

wacana tertentu (Eriyanto, 2001:266).

Kemudian dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial, yang

menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat. Wacana

adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk

meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana

wacana tentang suatu hal tertentu diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat

(Eriyanto, 2001:271).

Untuk menjawab rumusan masalah yang ada dari penelitian ini, tentang

wacana dari berita Metro Realitas bertema Dilema Petani Di Tanah Sengketa,

Page 20: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

digunakan analisis struktur teks van Dijk (dimensi pertama) yang terdiri atas

beberapa struktur/tingkatan yang saling mendukung, seperti diuraikan diatas. Lalu

kemudian digunakan kognisi sosial (dimensi kedua) dan analisis sosial (dimensi

ketiga) sehingga wacana dapat muncul. Ketiga dimensi yang digambarkan van

Dijk ini digunakan sebagai alat penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah

penelitian yang diuraikan berdasar latar belakang penelitian seperti yang tertulis di

bab pendahuluan. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi

diatas dalam satu kesatuan analisis.

2.6Kerangka Pikir Penelitian

METRO TV

Teori AWK Van Djik Dimensi Teks Dimensi Kognisi

Sosial Deimensi Analisis

Sosial

Berita Metro Realitas Edisi 07/07/2014, Bertemakan “Dilema Petani Di Tanah

Sengketa”

Page 21: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh

Pada Tanggal 07/07/2014 media Metro Tv menyiarkan berita mengenai

“Dilema Petani Di tanah Sengketa” yang disiarkan melalui program acara Metro

Realitas. Melalui bingkai analisis wacana kritis Van Djik peneliti akan mencoba

melihat wacana kritis di balik berita tersebut, yang akan dikaitkan dengan teori

agresi Erich Fromm yang kemudian akan dikaitkan kembali menggunakan

tipologi kekerasan Johan Galtung guna melihat keterkaitan wacana berita tersebut

dengan kekerasan negara.

Wacana KritisTeori Akar Kekerasan Erich Fromm Agresi Lunak Agresi Jahat

Teori tipologi kekerasan Johan Galtung

Kekerasan Langsung Kekerasan Struktural Kekerasan Kulrutal

Page 22: Berita Dan Kekerasan Negara (Analisis Wacana Kritis Teun ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10088/3/T1_362007066_BAB II... · buletin/jurnal dan sebagainya. ... Sebagai contoh