BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1...

29
113 BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Selanjutnya dilakukan uji validitas (keabsahan) dan reliabilitas (keandalan) dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas (keabsahan) dapat diketahui dari kuisioner faktor –faktor perilaku konsumen (customer behavior) dan nilai-nilai yang diharapkan konsumen (customer value), untuk memastikan bahwa seluruh item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki konsistensi internal untuk mengukur aspek yang sama dalam kuisioner. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil korelasi (r) Pearson digunakan untuk mendeteksi validitas dari masing - masing item pernyataan. Item pernyataan dinyatakan valid jika nilai (r) Pearson lebih besar dari nilai kritis pada tabel (r) Product Moment korelasi Pearson sesuai dengan derajat kebebasan dan signifikansinya. Hasil pengukuran uji validitas ditunjukkan pada tabel 5.1 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam penelitian ini adalah valid. Dimana nilai kritis (r) Product Moment dengan derajat kebebasan sebesar 50 dan taraf signifikansi sebesar 0,05 adalah 0,235 (lampiran 11). Nilai koefisien korelasi dari seluruh pertanyaan lebih besar nilai kritisnya, yang berarti item-item pertanyaan dalam kuisioner telah memenuhi syarat validitas. 113

Transcript of BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1...

Page 1: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

113

BAB V

ANALISA DATA

5.1 Analisa Hasil Penelitian

5.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Selanjutnya dilakukan uji validitas (keabsahan) dan reliabilitas (keandalan)

dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas (keabsahan) dapat

diketahui dari kuisioner faktor –faktor perilaku konsumen (customer behavior) dan

nilai-nilai yang diharapkan konsumen (customer value), untuk memastikan bahwa

seluruh item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki konsistensi

internal untuk mengukur aspek yang sama dalam kuisioner.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson

Product Moment. Hasil korelasi (r) Pearson digunakan untuk mendeteksi validitas

dari masing - masing item pernyataan. Item pernyataan dinyatakan valid jika nilai (r)

Pearson lebih besar dari nilai kritis pada tabel (r) Product Moment korelasi Pearson

sesuai dengan derajat kebebasan dan signifikansinya. Hasil pengukuran uji validitas

ditunjukkan pada tabel 5.1

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam penelitian ini

adalah valid. Dimana nilai kritis (r) Product Moment dengan derajat kebebasan

sebesar 50 dan taraf signifikansi sebesar 0,05 adalah 0,235 (lampiran 11). Nilai

koefisien korelasi dari seluruh pertanyaan lebih besar nilai kritisnya, yang berarti

item-item pertanyaan dalam kuisioner telah memenuhi syarat validitas.

113

Page 2: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

114

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Untuk X

Variabel Nilai Koefisien

Korelasi Product Moment

Nilai Koefisien Korelasi Product Moment (N = 50; α = 0,05)

Kesimpulan

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X4.8 X4.9 X4.10 X4.11 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7 X5.8 X5.9

0,304 0,570 0,235 0,333 0,316 0,441 0,906 0,867 0,858 0,736 0,887 0,749 0,487 0,563 0,863 0,639 0,647 0,639 0,698 0,670 0,603 0,637 0,649 0,727 0,732 0,599 0,486 0,350 0,857 0,821 0,864 0,821 0,887 0,257 0,803 0,853 0,857

0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Lampiran 5

114

Page 3: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

115

Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas Untuk Y

Variabel Nilai Koefisien

Korelasi Product Moment

Nilai Koefisien Korelasi Product Moment (N = 50; α = 0,05)

Kesimpulan

Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6 Y2.7 Y2.8 Y2.9 Y2.10 Y2.11

0,519 0,518 0,577 0,377 0,440 0,715 0,316 0,366 0,274 0,362 0,632 0,615 0,638 0,585 0,279 0,546 0,728 0,320 0,653 0,587 0,438

0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Lampiran 5

Uji reliabilitas (keandalan) juga dilakukan pada kedua variabel bebas maupun

variabel tergantung. Dari hasil uji validitas, item-item pernyataan dan indikator yang

dinyatakan valid diukur reliabilitasnya atau keandalannya dengan bantuan program

SPSS ver. 10.0 for Windows. Begitu pula pendapat secara teori menurut Nazir (1983

: 172) suatu alat ukur dinyatakan memiliki reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya,

jika alat tersebut mantap. Dapat diartikan bahwa alat tersebut stabil, dapat diandalkan

(dependability) dan dapat juga diramalkan (predictability).

115

Page 4: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

116

Uji reliabilitas didasarkan pada nilai Alpha Cronbach (α), jika nilai Alpha

Cronbach (α) lebih besar dari 0,60 maka data penelitian dianggap cukup baik dan

reliable untuk digunakan sebagai input dalam proses penganalisaan data guna

menguji hipotesis penelitian (Maholtra, 1996 : 305). Hasil pengukuran reliabilitas

ditunjukkan pada tebel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Kesimpulan

X1

X2

X3

X4

X5

Y1

Y2

0,6002

0,8492

0,7977

0,7754

0,7959

0,7047

0,7280

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai

Alpha Cronbach (α) lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

pengujian yang telah dilakukan dapat diandalkan (reliabel) untuk dilakukan analisis

lebih lanjut.

116

Page 5: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

117

5.1.2 Gejala Heterokedastisitas

Pengujian gejala heterokedastisitas dalam persamaan regresi linier berganda

dapat diketahui dengan metode Scatterplot. Menurut Santoso (2000 : 210), gejala

heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik Scatterplot (lampiran 8). Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang

membentuk pola teratur seperti pola bergelombang, melebar kemudian menyempit

maka dikatakan terjadi heterokedastisitas. Namun jika tidak terdapat pola yang jelas

dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi heterokedastisitas sehingga model regresi tersebut layak digunakan

berdasarkan masukan variabel X terhadap variabel Y.

117

Page 6: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

118

Gambar 5.1 Scatterplot

Sumber : Lampiran 8

Dari gambar 5.1 terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas, dimana titik-

titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga model regresi

linier berganda yang dihasilkan tidak terjadi heterokedaktisitas.

5.2 Pengujian Gejala Multikolinieritas

Multikolinieritas dapat diukur dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Jika nilai VIF yang diperoleh kurang dari 10, maka dapat dikatakan bahwa

persamaan suatu model penelitian tidak menunjukkan gejala multikolineritas. Untuk

menguji apakah model regresi terdapat korelasi antara variabel bebas dapat

dilakukan dengan melihat tabel 5.4.

118

Page 7: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

119

Tabel 5.4 Uji Multikolinieritas

Tabel 5.5 Deteksi Gejala Multikolinieritas

Variabel Tollerance VIF

Faktor Kekuatan Image (X1)

Faktor Respon Perusahaan (X2)

Faktor Respon Distributor (X3)

Faktor Value Intrinsik (X4)

Faktor Value Ekstrinsik (X5)

0,878

0,481

0,485

0,334

0,278

1,139

2,078

2,061

2,991

2,478

Sumber : Lampiran 9

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa besaran VIF untuk masing-masing variabel

bebas terlihat berada di bawah angka 10 atau berkisar antara 1 dan 3, demikian pula

nilai tollerance di atas 0,5 atau mendekati 1. Sehingga dapat disimpulkan antar

variabel bebas tidak terjadi korelasi (tidak terjadi multikolinieritas).

119

Page 8: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

120

5.3 Pengujian Gejala Autokorelasi

Selanjutnya adalah menguji apakah model persamaan regresi linier berganda

yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat berpengaruh terhadap pola

perubahan variabel Y dan variabel X-nya, yaitu :

Untuk mengetahui apakah model persamaan regresi linier berganda tidak

terjadi autokorelasi, maka dapat dilakukan uji Durbin-Watson dengan ketentuan

sebagai berikut (Algifari, 2000 : 89) :

D – W < 1,08 = terdapat autokorelasi

1,08 ≤ D - W ≤ 1,66 = tanpa kesimpulan

1,66 ≤ D - W ≤ 2,34 = tidak ada autokorelasi

2,34 ≤ D - W ≤ 2,92 = tanpa kesimpulan

D - W > 2,92 = terdapat autokorelasi

Dan terdapat asumsi atau pendapat lain yang secara umum digunakan (Santoso :

2002)

- Angka D - W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif

- Angka D - W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat autokorelasi

- Angka D - W di atas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif

Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,868 ≥ 1,66

(lampiran 8). Nilai Durbin-Watson sebesar 1,868 ≥ 1,66 berada pada kriteria 1,66 ≤

D - W ≤ 2,34 berarti model persamaan regresi linier tidak ada autokorelasi.

120

Page 9: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

121

Tabel 5.6 Uji Autokorelasi

5.4 Pembuktian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk

melihat pengaruh perilaku konsumen (customer behaviour) yang terdiri dari

kekuatan image (X1), respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko

(X3), dan pengaruh nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai

intrinsik produk (X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) terhadap strategi pemasaran

(Y) di perusahaan Unilever untuk produk pasta gigi Pepsodent. .

Uji pembuktian dari hipotesis dengan terlebih dahulu dilakukan perhitungan

koefisien korelasi yang menyatakan arah dan besar ataupun kuatnya korelasi antara

variabel perilaku konsumen (customer behavior) dan nilai – nilai konsumen

(customer value) dengan variabel strategi pemasaran perusahaan. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service

Solution) Version 10.00 for Windows.

121

Page 10: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

122

Tabel 5.7 Hasil Pegujian Anova

Tabel 5.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

No. Variabel Koefisien Regresi (b) T Sig r2

1.

2.

3.

4.

5

F. kekuatan image (X1)

F. respon perusahaan (X2)

F. respon distributor, retailer, toko (X3)

F. nilai intrinsik produk (X4)

F. nilai ekstrinsik produk (X5)

0,545

0,679

0,936

0,134

0,260

0,533

1,044

1,037

1,097

2,578

0,597

0,302

0,305

0,297

0,13

0,006

0,012

0,012

0,013

0,131

R = 0,715

R2 = 0,511

Constanta = 2,230

Standard Error = 0,211

F Change = 9,212

Sig. F = 0,000

Durbin Watson = 1,868

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5.8, maka dapat dibuat model

persamaan regresi linier berganda dari faktor perilaku konsumen (customer behavior)

122

Page 11: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

123

dan nilai konsumen (customer value) dengan strategi pemasaran perusahaan pada

usaha produk pasta gigi Pepsodent hasil produksi PT. Unilever, Rungkut Surabaya,

sebagai berikut :

Y = 0,715 + 0,545 X1 + 0,679 X2 + 0,936 X3 + 0,134 X4 + 0,260 X5

Beberapa hal yang dapat diketahui dari persamaan regresi linier berganda di

atas adalah sebagai berikut :

1. Konstan intersep sebesar 0,715 merupakan perpotongan garis regresi dengan

sumbu Y yang menunjukkan rata-rata strategi pemasaran pasta gigi Pepsodent

oleh perusahaan Unilever pada saat perilaku konsumen (customer behavior) yang

terdiri dari kekuatan image (brand image), respon perusahaan (organizational

responses), respon distributor (retailer responses), dan nilai – nilai konsumen

(customer value) yang terdiri dari nilai intrinsik produk (product intrinsic value)

serta nilai ekstrinsik produk (product extrinsic value) sama dengan nol.

2. Koefisien regresi X1 sebesar 0,545 menunjukkan bahwa apabila variabel kekuatan

image (brand image) meningkat 1 satuan maka strategi pemasaran perusahaan

akan meningkat sebesar 0,545 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap.

Peningkatan ini terutama untuk indikator pasta gigi pepsodent digunakan di

sekitar lingkungan konsumen, pasta gigi pepsodent memiliki persepsi yang kuat

terhadap diri konsumen terutama mengenai hal-hal yang ditawarkan perusahaan

terhadap produk melalui iklan atau kegiatan perusahaan, dan konsumen tidak

bersedia berganti produk pasta gigi dengan merek lain. .

123

Page 12: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

124

3. Koefisien regresi X2 sebesar 0,679 menunjukkan bahwa apabila variabel respon

perusahaan (organizational responses) meningkat 1 satuan maka strategi

pemasaran perusahaan akan meningkat sebesar 0,679 dengan anggapan variabel

bebas lainnya tetap. Peningkatan ini terutama untuk indikator dengan kondisi

konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu bekerjasama dengan instansi

pelayanan umum yang berkaitan dengan kesehatan gigi, konsumen merasa

perusahaan memberi perhatian terhadap selera konsumen berkaitan dengan

produk pasta gigi pepsodent, dan perusahaan selalu mempertimbangkan

perubahan keinginan maupun selera konsumen terhadap produk.

4. Koefisien regresi X3 sebesar 0,936 menunjukkan bahwa apabila variabel respon

distributor, retailer dan toko (distribuotor and retailer responses) meningkat 1

satuan maka strategi pemasaran perusahaan akan meningkat sebesar 0,936 dengan

anggapan variabel bebas lainnya tetap. Peningkatan ini terutama untuk indikator

dengan kondisi perusahaan memperhatikan keluhan, keinginan dan harapan

konsumen mengenai produk, sirkulasi pengiriman produk maupun sistem

distribusi pasta gigi di retail sekitar konsumen sesuai dengan yang dikehendaki

konsumen.

5. Koefisien regresi X4 sebesar 0,134 menunjukkan bahwa apabila variabel nilai

intrinsik produk (product intrinsic value) meningkat 1 satuan maka strategi

pemasaran perusahaan akan meningkat sebesar 0,134 dengan anggapan variabel

bebas lainnya tetap. Peningkatan ini terutama untuk indikator dengan kondisi

respon atau perhatian dari perusahaan terhadap keluhan yang disampaikan

konsumen atas konsumsi produk, keyakinan konsumen bahwa produk pasta gigi

124

Page 13: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

125

6. Koefisien regresi X5 sebesar 0,260 menunjukkan bahwa apabila variabel nilai

ekstrinsik produk (product extrinsic value) meningkat 1 satuan maka strategi

pemasaran perusahaan akan meningkat sebesar 0,260 dengan anggapan variabel

bebas lainnya tetap. Peningkatan ini terutama untuk indikator dengan kondisi

produk pasta gigi pepsodent memiliki kualitas yang paling bagus dibandingkan

dengan produk lain, konsumen tidak kesulitan dalam memperoleh produk pasta

gigi pepsodent, kegiatan yang dilakukan perusahaan mengenai sosialisasi manfaat

produk bermanfaat bagi konsumen, informasi mengenai manfaat produk disukai

oleh konsumen.

7. Nilai koefisien korelasi berganda (R) dari persamaan regresi linier berganda di

atas sebesar 0,715 besarnya nilai (R) ini menunjukkan adanya hubungan antara

variabel strategi pemasaran perusahaan (Y) dengan variabel bebasnya yaitu

customer behavior yang terdiri dari kekuatan image (X1), respon perusahaan (X2),

respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh nilai-nilai konsumen

(customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk (X4), nilai – nilai

ekstrinsik produk (X5) adalah sangat kuat (karena di atas 0,5).

8. Nilai Koefisien determinan (R2) daripersamaan regresi linier berganda di atas

sebesar 0,511 ≈ 0,5. Hal ini berarti 50% variasi dari faktor kekuatan image (X1),

respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh

nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk

125

Page 14: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

126

(X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) mempengaruhi strategi pemasaran.

Sedangkan sisanya, 50% menunjukkan strategi pemasaran dipengaruhi variabel-

variabel lain di luar variabel faktor perilaku konsumen (customer behavior) dan

nilai – nilai konsumen (customer value).

9. Standard Error of The Estimation (SEE) sebesar 0,211. Makin kecil SEE akan

membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel bebasnya.

5.5 Pembuktian Hipotesis Pertama

Untuk melakukan pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama

dengan menggunakan teknik statistik uji F. Langkah-langkah analisis dalam

pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi adalah sebagai berikut :

5.5.1 Perumusan Masalah

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti faktor faktor kekuatan image (X1),

respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh

nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk

(X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap strategi pemasaran.

H0 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 = 0, berarti faktor faktor kekuatan image (X1),

respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh

nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk

(X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap strategi pemasaran.

126

Page 15: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

127

5.5.2 Penentuan Nilai Kritis

Nilai kritis uji F dilakukan dengan cara membandingkan antara Fhitung dengan

FTabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dan n = 50 dari lampiran 10 diketahui bahwa

dengan tingkat signifikansi 95% dan VI = k = 4 serta df = 45 (50 – 4 – 1) maka nilai

kritis uji- F (nilai Ftabel ) adalah sebesar 1,6794.

5.5.3 Pengambilan Keputusan

Berdasarkan nilai Fhitung > Ftabel (Fhitung sebesar 9,212 > Ftabel sebesar

1,6794), maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan image (X1), respon perusahaan

(X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh nilai-nilai konsumen

(customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk (X4), nilai – nilai

ekstrinsik produk (X5) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

strategi pemasaran pada produk pasta gigi pepsodent produksi PT Unilever Surabaya

(menolak H0 dan menerima H1), sehingga hipotesis pertama terbukti kebenarannya.

5.6 Pembuktian Hipotesis Kedua

Selanjutnya dilakukan uji t untuk menentukan pengaruh dari masing-masing

variabel bebas secara parsial terhadap variabel tergantung. Langkah-langkah analisis

dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi adalah sebagai berikut :

5.6.1 Perumusan Hipotesis

H0 : βi = 0 yang menyatakan bahwa faktor kekuatan image (X1), respon

perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh nilai-nilai

konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk (X4), nilai –

127

Page 16: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

128

nilai ekstrinsik produk (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap strategi

pemasaran.

H0 : βi ≠ 0 yang menyatakan bahwa faktor kekuatan image (X1), respon

perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh nilai-nilai

konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk (X4), nilai –

nilai ekstrinsik produk (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap strategi

pemasaran.

5.6.2 Penenutuan Nilai Kritis

Nilai kritis uji t ditentukan dengan membandingkan antara Thitung dengan Ttabel

pada tingkat signifikansi 0,05 dan n = 50. Dari lampiran 10 diketahui bahwa dengan

tingkat signifikansi 95% dan df = n – k – 1 = 45, maka nilai kritis uji t sebesar ±

1,6794 (dengan menggunakan tabel T dua sisi).

5.6.3 Perbandingan Nilai Thitung dengan Ttabel

Perbandingan nilai Thitung dengan Ttabel untuk masing-masing variabel

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.9 H a s i l U j i T

128

Page 17: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

129

Tabel 5.10 Perbandingan nilai Thitung dengan Ttabel

Variabel Ttabel Thitung

Faktor kekuatan image (X1)

Faktor respon perusahaan (X2)

Faktor respon distribusi, retailer dan toko (X3)

Faktor nilai intrinsik produk (X4)

Faktor nilai ekstrinsik produk (X5)

1,6794

1,6794

1,6794

1,6794

1,6794

0,533

1,044

1,037

1,097

2,578

Sumber : Lampiran 9

5.6.4 Pengambilan Keputusan

Berdasarkan perbandingan nilai Thitung dengan Ttabel dimana Thitung terletak di

luar interval Ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa faktor kekuatan image (X1),

respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan pengaruh

nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk

(X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) berpengaruh signifikan terhadap strategi

pemasaran pada produk pasta gigi pepsodent produksi PT. Unilever Surabaya

(menolak H0 dan menerima H1), sehingga hipotesis kedua terbukti kebenarannya.

5.7 Pembuktian Hipotesis Ketiga

Selanjutnya dilakukan uji koefisien determinal parsial untuk mengetahui

pengaruh dominan diantara variabel faktor perilaku konsumen (customer behavior)

dan nilai-nilai konsumen (customer value) terhadap strategi pemasaran perusahaan.

Hal ini dilakukan dengan mencari nilai koefisien determinasi parsial (r2) dari kelima

129

Page 18: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

130

variabel yang dapat diperoleh dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi

parsial (r) yang diperoleh dari analisa statistik. Semakin besar nilai koefisien

determinasi parsial dari suatu variabel, maka secara parsial semakin besar pengaruh

variabel tersebut terhadap strategi pemasaran perusahaan.

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa variabel faktor nilai-nilai ekstrinsik

produk mempunyai pengaruh yang dominan terhadap strategi pemasaran, dengan

nilai determinasi (r2) sebesar 0,511. Dengan demikian hipotesis ketiga yang

menyatakan bahwa diantara variabel faktor perilaku konsumen (customer behavior)

dan nilai-nilai konsumen (customer value) diduga variabel faktor nilai –nilai

ekstrinsik mempunyai pengaruh yang dominan terhadap strategi pemasaran pada

produk pasta gigi pepsodent produk dari perusahaan PT. Unilever Surabaya, terbukti

kebenarannya.

5.8 Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) dari

persamaan regresi linier berganda di atas sebesar 0,715 yang berarti korelasi

(hubungan) variabel bebas dengan variabel Y adalah kuat yaitu sebesar 71,5%.

Standard Error of The Estimated (SEE) sebesar 0,211. Makin kecil SEE akan

membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel bebasnya

130

Page 19: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

131

5.8.1 Pengaruh Faktor Perilaku Konsumen (customer behavior) dan Nilai

Konsumen (customer value) Terhadap Strategi Pemasaran Secara

Bersama-sama (simultan)

Pengujian hipotesis pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel tergantung menggunakan teknik statistik uji-F. Berdasarkan perbandingan

dimana nilai Fhitung sebesar 9,212 > Ftabel sebesar 1,6794. Hal tersebut

menunjukkan bahwa faktor perilaku konsumen (customer behavior) yang terdiri dari

kekuatan image (X1), respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko

(X3), dan pengaruh nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai

intrinsik produk (X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap strategi pemasaran pasta gigi Pepsoden produksi

PT. Unilever.

Pengujian hipotesis pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial

terhadap variabel tergantung berdasarkan perbandingan dimana nilai Thitung > Ttabel.

Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor perilaku konsumen (customer behavior)

yang terdiri dari kekuatan image (X1), respon perusahaan (X2), respon distributor,

retailer dan toko (X3), dan pengaruh nilai-nilai konsumen (customer value) yang

terdiri dari nilai-nilai intrinsik produk (X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap budaya organisasi pada usaha kecil batik di

kabupaten Pacitan.

Variabel perilaku konsumen (customer behavior) yang terdiri dari kekuatan

image (X1), respon perusahaan (X2), respon distributor, retailer dan toko (X3), dan

pengaruh nilai-nilai konsumen (customer value) yang terdiri dari nilai-nilai intrinsik

131

Page 20: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

132

produk (X4), nilai – nilai ekstrinsik produk (X5) yang paling berpengaruh terhadap

strategi pemasaran pasta gigi pepsodent produksi PT. Unilever adalah faktor nilai-

nilai ekstrinsik produk, karena memiliki nilai r2 lebih besar dibandingkan dengan

variabel yang lain.

5.8.2 Pengaruh Faktor Perilaku Konsumen (customer behavior) dan Nilai

Konsumen (customer value) Terhadap Strategi Pemasaran Secara

Parsial

5.8.2.1Pengaruh Variabel Faktor Kekuatan Image (X1) Terhadap Strategi

Pemasaran (Y)

Koefisien regresi untuk variabel faktor kekuatan image sebesar 0,545 yang

berarti terdapat hubungan positif dengan strategi pemasaran pasta gigi pepsoden.

Setiap peningkatan variabel karisma sebesar 1 satuan akan meningkatkan budaya

organisasi sebesar 0,545 satuan. Kontribusi variabel faktor kekuatan image terhadap

strategi pemasaran secara parsial adalah sebesar 0,006 (r2 = 0,006) atau 0,6%. Dari

hasil kuisioner terlihat bahwa responden sebanyak 6 orang (12%) berarti konsumen

menilai sangat setuju terhadap indikator variabel kekuatan image karena : (1) produk

pasta gigi pepsodent digunakan di sekitar lingkungan konsumen, (2) pasta gigi

pepsodent memiliki persepsi yang kuat terhadap diri konsumen terutama mengenai

hal-hal yang ditawarkan perusahaan terhadap produk melalui iklan atau kegiatan

perusahaan, (3) konsumen enggan berganti produk pasta gigi dengan merek lain.

Responden dengan jawaban pada kategori setuju adalah sebanyak 43 orang

(86%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel kekuatan image

132

Page 21: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

133

karena : (1) di dalam keluarga sebelumnya pernah menggunakan pasta gigi

pepsodent, (2) konsumen menyukai atau menggunakan produk dengan merek-merek

terkenal terutama untuk keperluan menggosok gigi.

Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju adalah sebanyak 1

orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel

kekuatan image karena : (1) secara pribadi konsumen menggunakan produk pasta

gigi pepsodent sejak lama.

5.8.2.2 Pengaruh Variabel Faktor Respon Perusahaan (X2) Terhadap Strategi

Pemasaran (Y)

Koefisien regresi untuk variabel faktor respon perusahaan sebesar 0,679 yang

berarti terdapat hubungan positif dengan strategi pemasaran pasta gigi pepsodent di

perusahaan Unilever. Setiap peningkatan variabel inspirasi sebesar 1 satuan akan

meningkatkan strategi pemasaran sebesar 0,679 satuan. Kontribusi variabel faktor

respon perusahaan terhadap strategi pemasaran secara parsial adalah sebesar 0,012

(r2 = 0,222) atau 1,2%. Dari hasil kuisioner terlihat bahwa responden sebanyak 23

orang (27,5%) berarti konsumen menilai sangat setuju terhadap indikator variabel

respon perusahaan karena : (1) konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu

bekerjasama dengan instansi pelayanan umum yang berkaitan dengan kesehatan gigi,

(2) konsumen merasa perusahaan memberi perhatian terhadap selera konsumen

berkaitan dengan produk pasta gigi pepsodent.

Responden dengan jawaban pada kategori setuju adalah sebanyak 24 orang

(48%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel respon

133

Page 22: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

134

perusahaan karena : (1) konsumen beranggapan bahwa perusahaan mampu

memberikan perubahan pada pola menggosok gigi bagi masyarakat dan konsumen,

(2) perusahaan selalu mempertimbangkan perubahan keinginan dan selera konsumen

terhadap produk.

Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju adalah sebanyak 1

orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel

respon perusahaan karena : perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal

yang berkaitan dengan riset perilaku konsumen.

Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju adalah sebanyak 2

orang (4%) berarti konsumen menilai tidak setuju terhadap indikator variabel respon

perusahaan karena : perusahaan memiliki divisi khusus terutama dalam hal yang

berkaitan dengan riset perilaku konsumen.

5.8.2.3 Pengaruh Variabel Faktor Respon Distributor, Retailer, dan Toko (X3)

Terhadap Strategi Pemasaran (Y)

Koefisien regresi untuk variabel faktor respon distributor, retailer dan toko

sebesar 0,936 yang berarti terdapat hubungan positif dengan strategi pemasaran

pepsodent di PT. Unilever. Setiap peningkatan variabel respon distributor, retailer

dan toko sebesar 1 satuan akan meningkatkan strategi pemasaran sebesar 0,936

satuan. Kontribusi variabel faktor respon distributor, retailer dan toko terhadap

strategi pemasaran secara parsial adalah sebesar 0,012 (r2 = 0,012) atau 1,2%. Dari

hasil kuisioner terlihat bahwa responden sebanyak 3 orang (6%) berarti konsumen

menilai sangat setuju terhadap indikator variabel distributor, retailer dan toko karena

134

Page 23: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

135

: (1) perusahaan memperhatikan keluhan, keinginan maupun harapan konsumen

mengenai produk; (2) sirkulasi pengiriman produk atau sistem distribusi pasta gigi

di retail sekitar konsumen sesuai dengan yang dikehendaki konsumen.

Responden dengan jawaban pada kategori setuju adalah sebanyak 36 orang

(72%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel distributor,

retailer dan toko karena : (1) secara emosional retail di sekitar konsumen

menawarkan alternatif pemakaian pasta gigi pepsodent jika produk pasta gigi merek

lain yang dikehendaki konsumen tidak ada; (2) periku konsumen sangat di suatu

lingkungan sangat mendukung proses penjualan pasta gigi pepsodent.

Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju adalah sebanyak 10

orang (20%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel

distributor, retailer dan toko karena : terjadi trend pembelian tertentu pada produk

pasta gigi pepsodent di sekitar konsumen. Namun terdapat responden dengan

jawaban pada kategori tidak setuju adalah sebanyak 1 orang (2%) berarti konsumen

menilai tidak setuju terhadap indikator variabel distributor, retailer dan toko karena :

usaha atau tempat bekerja pengecer atau pemakai berada pada lingkungan kelas

sosial menengah ke atas.

5.8.2.4 Pengaruh Variabel Faktor Nilai – Nilai Intrinsik Produk (X4) Terhadap

Strategi Pemasaran (Y)

Koefisien regresi untuk variabel faktor nilai-nilai intrinsik produk sebesar

0,134 yang berarti terdapat hubungan positif dengan strategi pemasaran pasta gigi

pepsodent. Setiap peningkatan variabel nilai-nilai intrinsik produk sebesar 1 satuan

135

Page 24: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

136

akan meningkatkan strategi pemasaran sebesar 0,134 satuan. Kontribusi variabel

faktor nilai-nilai intrinsik produk terhadap strategi perusahaan secara parsial adalah

sebesar 0,013 (r2 = 0,013) atau 0,13%. Dari hasil kuisioner terlihat bahwa responden

sebanyak sangat setuju adalah sebanyak 10 orang (20%) berarti konsumen menilai

sangat setuju terhadap indikator variabel nilai – nilai intrinsik produk karena : (1)

respon atau perhatian dari perusahaan terhadap keluhan yang disampaikan konsumen

atas pengkonsumsian produk; (2) keyakinan konsumen bahwa produk pasta gigi

pepsodent dibuat dan diproduksi dengan bahan-bahan pilihan, mesin-mesin canggih

dan tenaga kerja yang handal; (3) adanya jaminan dari perusahaan terhadap produk

pasta gigi pepsodent yang dikonsumsi konsumen.

Responden dengan jawaban pada kategori setuju adalah sebanyak 31 orang

(62%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel nilai – nilai

intrinsik produk karena : (1) pasta gigi pepsodent memiliki rasa yang sesuai dengan

selera konsumen; (2) pasta gigi pepsodent memiliki aroma yang sesuai dengan selera

konsumen; (3) dalam kemasan produk pasta gigi pepsodent terdapat komposisi bahan

pembentuk produk yang menurut konsumen komposisi tersebut benar-benar

memberikan manfaat dan tidak memberikan efek negatif.

Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju adalah sebanyak 7

orang (14%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel nilai

– nilai intrinsik produk karena :. (1) produk pasta gigi pepsodent memiliki kualitas

yang paling bagus daripada pasta gigi produk lain; (2) pasta gigi pepsodent memiliki

busa yang sesuai dengan selera konsumen.

136

Page 25: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

137

Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju adalah sebanyak 2

orang (4%) berarti konsumen menilai tidak setuju terhadap indikator variabel nilai –

nilai intrinsik produk karena : adanya kemungkinan perusahaan mengganti produk

pasta gigi pepsodent dengan produk pasta gigi jenis lain dengan merek yang sama.

5.8.2.5 Pengaruh Variabel Faktor Nilai – Nilai Ekstrinsik Produk (X5)

Terhadap Strategi Pemasaran (Y)

Koefisien regresi untuk variabel faktor nilai-nilai ekstrinsik produk sebesar

0,260 yang berarti terdapat hubungan positif dengan strategi pemasaran pasta gigi

pepsodent. Setiap peningkatan variabel nilai-nilai ekstrinsik sebesar 1 satuan akan

meningkatkan strategi pemasaran sebesar 0,260 satuan. Kontribusi variabel faktor

nilai-nilai ekstrinsik produk terhadap strategi perusahaan secara parsial adalah

sebesar 0,131 (r2 = 0,131) atau 1,31%. Dari hasil kuisioner terlihat bahwa responden

sebanyak sangat setuju adalah sebanyak 5 orang (10%) berarti konsumen menilai

sangat setuju terhadap indikator variabel nilai-nilai ekstrinsik produk karena : (1)

produk pasta gigi pepsodent memiliki ketahanan yang cukup baik dibandingkan

dengan produk lain; (2) konsumen tidak kesulitan dalam memperoleh produk pasta

gigi pepsodent ; (3) kegiatan yang dilakukan perusahaan mengenai sosialisasi

manfaat produk bermanfaat bagi konsumen; (4) informasi mengenai manfaat produk

disukai oleh konsumen.

Responden dengan jawaban pada kategori setuju adalah sebanyak 37 orang

(74%) berarti konsumen menilai setuju terhadap indikator variabel nilai-nilai

ektrinsik produk karena : (1) produk pasta gigi pepsodent dapat dibeli atau

137

Page 26: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

138

dikonsumsi dengan harga yang sesuai atau terjangkau ; (2) produk pasta gigi

pepsodent memiliki kemasan atau bentuk yang menarik dan lebih baik dibandingkan

dengan produk lain; (3) perubahan yang dilakukan perusahaan terhadap perusahaan

seringkali susuai dengan harapan konsumen; (4) konsumen merasa harga yang telah

dibayar sesuai dengan manfaat produk yang diperolehnya

Responden dengan jawaban pada kategori cukup setuju adalah sebanyak 7

orang (14%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel nilai-

nilai ektrinsik produk karena : (1) produk pasta gigi pepsodent memiliki warna yang

lebih menarik dibandingkan dengan produk lain; (2) produk pasta gigi pepsodent

memiliki harga yang lebih murah atau bersaing dengan produk pasta gigi merek lain.

Responden dengan jawaban pada kategori tidak setuju adalah sebanyak 1

orang (2%) berarti konsumen menilai cukup setuju terhadap indikator variabel nilai-

nilai ektrinsik produk karena : perusahaan seringkali memberikan apresiasi berupa

reward maupun award kepada konsumen yang dianggap loyal.

5.9 Hubungan Perumusan Strategi Pemasaran antara Pengolahan Data

Regresi Linier Berganda dengan Metode Pembobotan SWOT

Dari pengolahan data melalui software SPSS Ver 10 dengan menggunakan

metode regresi linier berganda didapatkan perolehan nilai untuk masing-masing

variabel dari faktor periaku konsumen dan nilai-nilai konsumen didapatkan hasil

sebagai berikut :

- kekuatan image (0,545); respon perusahaan (0,679); respon distributor, retailer,

toko (0,936); nilai intrinsik produk (0,134); nilai ekstrinsik produk (0,260). Dari

138

Page 27: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

139

pengolahan data tersebut maka diperoleh hasil yang positif. Sedangkan dengan

melihat hasil uji signifikansi maupun Durbin Watson juga didapatkan hasil

pembentukan masing-masing variabel juga positif. Sehingga dengan demikian

untuk garis intercept vertikal positif dan intercept horisontal juga positip. Dengan

demikian diketahui bahwa strategi pemasaran tersebut berada pada kuadran I.

- Selanjutnya dengan analisa SWOT diketahui bahwa kekuatan internal memiliki

nilai positip sebesar 2,00, dan kekuatan faktor eksternal sebesar 0,84. Kemudian

dicari selisih antara faktor kekuatan internal dengan kekuatan eksternal. Dan hasil

yang didapatkan bernilai 1,16. Maka dipastikan bahwa strategi dengan analisa

SWOT berada pada kuadran I yaitu strategi agresif.

- Dengan demikian terdapat persamaan pemilihan strategi baik dengan

menggunakan analisa SWOT maupun dengan menggunakan pengolahan regresi

linier berganda.

139

Page 28: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

140

- DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D. A. (1991), Managing Brand Equty : Capitalizing on The Value Of a

Brand Name. New York : The Free Press.

Aaker, D. A. (1992), Strategic Market Management, 3rd ed. New York : John Wiley

& Sons, Inc.

Aaker, D. A. (1996), Building Strong Brands. New York : The Free Press.

Ariani, Dorothea W. Manajemen Kualitas. Edisi I, Universitas Atmajaya,

Yogyakarta : 1999.

Arnold, D. (1996), Pedoman Manajemen Merek (terjemahan). Surabaya : Kentindo

Soho.

Bennett, P.d. (1988), Disctionary of Marketing Terms. New York : The American

Marketing Association.

Berry, L.L. (1995), On Great Service : A Frame Work for Action. New York: The

Free Press.

Budiarto, T. dan F. Tjiptono (1997), Pemasaran Internasional. Yogyakarta : BPFE.

Burhan, Perencanaan Strategik, Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen,

Jakarta : 2004

David, Fred R. Manajemen Strategis, Edisi Bahasa Indonesia, PT. Indeks Kelompok

Gramedia, Jakarta : 2004

Hadi Soesastro, “Long Term Implications for Developing Countries” dalam Ross

McLeod dan Ross Garnaut :2001.

140

Page 29: BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Penelitian 5.1.1 ...digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7028-2504201018-bab5.pdf · yang diperoleh bebas dari tiga asumsi klasik yang sangat ...

141

141