BAB V 22 mei

10
BAB V PEMBAHASAN 1. Gambaran Karakteristik Masyarakat Dari hasil penelitian distribusi karakteristik jenis kelamin responden ditemukan 61,5% atau 59 orang responden berjenis kelamin perempuan. Sedangkan responden laki-laki berjumlah 37 orang atau sekitar 38,5%. Banyaknya responden perempuan dikarenakan banyaknya laki-laki atau kepala keluarga di rw 15 yang bekerja di luar daerah, juga dapat dikarenakan waktu pengumpulan kuesioner dimana masih waktu bekerja. Dalam penelitian Meutia Wardhanie Ganie tahun 2009 di Padang mengenai hal serupa yaitu DBD didapatkan hasil yang hampir sama sebesar 68% responden perempuan dan sekitar 32% responden laki-laki. Pada karakteristik usia peneliti mengambil penggolongan/ kategori usia berdasarkan Departemen Kesehatan tahun 2009 yaitu kategori remaja (17-25 tahun), Dewasa (26-40 tahun)

description

teliti

Transcript of BAB V 22 mei

BAB VPEMBAHASAN

1. Gambaran Karakteristik Masyarakat Dari hasil penelitian distribusi karakteristik jenis kelamin responden ditemukan 61,5% atau 59 orang responden berjenis kelamin perempuan. Sedangkan responden laki-laki berjumlah 37 orang atau sekitar 38,5%. Banyaknya responden perempuan dikarenakan banyaknya laki-laki atau kepala keluarga di rw 15 yang bekerja di luar daerah, juga dapat dikarenakan waktu pengumpulan kuesioner dimana masih waktu bekerja. Dalam penelitian Meutia Wardhanie Ganie tahun 2009 di Padang mengenai hal serupa yaitu DBD didapatkan hasil yang hampir sama sebesar 68% responden perempuan dan sekitar 32% responden laki-laki.Pada karakteristik usia peneliti mengambil penggolongan/ kategori usia berdasarkan Departemen Kesehatan tahun 2009 yaitu kategori remaja (17-25 tahun), Dewasa (26-40 tahun) dan lanjut usia (40-65 tahun). Dalam penelitian ini usia responden paling banyak ditemukan usia 40-65 tahun atau kategori lansia yaitu 46 orang (47,9%) diikuti usia 26-40 tahun (40,6%) dan paling sedikit usia 17-25 tahun (11,5%). Berbeda dengan penelitian Meutia W. G (2009) dimana terdapat responden yang paling banyak berusia 31-40 tahun (6,9%).Pendidikan terakhir rata-rata responden adalah SMA atau sederajat yaitu sebesar 46,9%. Responden kedua terbanyak yaitu berpendidikan terakhir perguruan tinggi sebanyak 36 orang atau 37,5%. Responden dengan pendidikan terakhir SMP hanya 15 orang atau 15,6%, dari hasil tersebut tidak adanya responden yang pendidikan terakhir SD ataupun tidak sekolah. Hasil ni diperkuat oleh hasil penelitian Meutia (2009) yaitu responden terbanyak dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 37%.Distribusi pekerjaan responden didapatkan mayoritas pensiunan ataupun ibu rumah tangga yaitu 35 orang atau sekitar 36,5%, hal ini berkaitan dengan banyaknya responden dari usia lanjut dan rata-rata ibu rumah tangga. Responden terbanyak kedua bekerja sebagai PNS yaitu 25 orang sekitar 26%. Kurang lebih 19,8% bekerja sebagai pedagang/wiraswasta yaitu 19 orang. Sedangkan yang status pelajar ada 10 orang (10,4%), dan 6 orang (6,3%) bekerja sebagai pegawai swasta.

2. Gambaran Pengetahuan MasyarakatDari pengumpulan data dan penghitungan diadapatkan hasil pada tabel 4.5 distribusi pengetahuan yaitu responden di dominasi dengan pengetahuan yang cukup sebanyak 41 orang (42,7%). Ada 34 orang (35,4%) responden dengan pengetahuan kurang dan 21 orang (21,9%) pengetahuan baik. Hasil ini diperkuat dengan adanya hasil yang hampir sama dari penelitian Meutia (2009) yaitu responden dengan pengetahuan baik 36,4%, cukup atau sedang 54,5% dan kurang sekitar 9,1%.Dari analisis yang telah dilakukan bahwa banyaknya responden yang tidak mengetahui dengan jelas gejala-gejala pasti dari Demam Berdarah Dengue, responden hanya mengetahui gejala demam tinggi mendadak namun tidak memperhatikan tanda-tanda terjadinya perdarahan (petekie). Dari pertanyaan mengenai upaya pencegahan DBD dengan 3 M banyak responden yang tidak mengetahuinya. Disamping itu pengetahuan responden mengenai penyebab DBD dalam hal ini virus yang dibawa dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sudah baik, namun pengetahuan masyarakat tentang manfaat bubuk abate yang dapat membunuh jentik nyamuk masih kurang.

3. Gambaran Sikap MasyarakatDari tabel 4.7 distribusi sikap didapatkan hasil 65 responden (67,7%) dengan sikap yang baik. Ada 29 responden (30,2%) dengan sikap yang cukup dan 2 responden (2,1%) dengan sikap kurang. Hasil ini tidak sama dengan penelitian Dina Marini (2009) yang manghasilkan 21,1% sikap baik, 63,3% sedang atau cukup,, dan 15,6% kurang. Dari hasil analisis jawaban responden bahwa adanya pendapat mengenai fogging tidak efektif dalam pencegahan. Sementara upaya fogging sudah dilakukan dari pihak puskesmas, namun dari masyarakat menyatakan tetap saja ada kejadian DBD walau sudah di fogging. Sikap yang baik didapat dari rata-rata responden, namun tetap banyak yang kurang menyikapi upaya pencegahan dengan 3 M.

4. Gambaran Perilaku MasyarakatPada tabel 4.9 distribusi perilaku responden terdapat mayoritas perilaku kurang yaitu 55 orang (57,3%). Sedangkan perilaku cukup 31 orang (32,3%) dan perilaku baik sebanyak 10 orang (10,4%). Dari hasil ini didukung dengan hasil penelitian Yohanes (2007) yaitu terdapat 50% perilaku kurang.Dari analisa peneliti menghasilkan bahwa masih kurangnya perilaku yang baik terhadap pencegahan DBD. Dimana responden tidak menguras bak seminggu sekali, masih memiliki penampungan air yang tidak tertutup dan banyak responden yang tidak ikut kegiatan pencegahan / penanggulangan DBD di tempat tinggal. Sebelumnya peneliti melakukan penyelidikan epidemiologi atau jumantik dari 10 rumah di rw 15 terdapat 8 rumah positif jentik nyamuk. Dari hasil tersebut masih kurangnya perilaku yang baik masyarakat dalam upaya pencegahan. Hal ini tidak sebanding dengan pengetahuan yang cukup dan sikap yang sudah baik, Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang dapat bertindak atau berperilaku tanpa mengetahui terlebih dahulu dalam makna stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.(1)

5. Gambaran antara pengetahuan sikap dan perilaku masyarakatDari hasil pengolahan data dengan komputerisasi dan analisis peneliti didapatkan bahwa dengan pengetahuan yang baik tidak pasti menghasilkan perilaku yang baik pula. Dari gambaran antara pengetahuan dengan sikap responden dalam pencegahan terjadinya DBD bahwa resoponden dengan pengetahuan baik memiliki sikap yang baik 85,7%. Pengetahuan yang cukup memiliki sikap yang baik 80,5%. Sedangkan pengetahuan yang kuranng memiliki sikap yang baik 41,2%. Dari hasil tersebut bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki maka semakin baik pula sikapnya, terbukti dari hasil mayoritas pengetahuan baik dapat memiliki sikap yang baik dalam pencegahan DBD. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dina Marini (2007) yang mengatakan hampir 75% responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki sikap yng baik pula.Gambaran pengetahuan dengan perilaku menghasilkan pengetahuan yang baik memiiki perilaku yang kurang sebesar 52,4%. Pengetahuan yang cukup memiliki perilaku yang kurang sebesar 58,5 %. Sedangkan pengetahuan yang kurang memiliki perilaku yang kurang 58,8%. Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa semakin kurangnya pengetahuan maka akan semakin kurang pula perilaku responden dalam menanggapi dan mencegah penyakit DBD. Dari penelitian ini didapat perilaku yang kurang baik pada warga dusun Balokang dalam upaya pencegahan terhadap penyakit DBD. Tidak serupa dengan penelitian sebelumnya oleh Meutia W (2009) yang menyatakan hasil dari penelitiannya bahwa mayoritas responden dengan pengetahuan baik memiliki sikap yang cukup atau sedang.Teori Health Belief Models (HBM) menyebutkan bahwa perbedaan demografis (umur, jenis kelamin, etnis), psikososial (kelas social, pengalaman sebelumnya) dam variabel struktural (pengetahuan tentang penyakit, kontak ertama dengan penyakit, akses ke pelayanan kesehatan) memberikan pengaruh dalam persepsi individu (persepsi kepercayaan kesehatan) dan secara langsung mempengaruhi perilaku atau tindakan yang berhubunga dengan kesehatan.(penelitian Meutia W).Hasil gambaran antara sikap dengan perilaku menghasilkan responden sikap baik memiliki perilaku kurang sebesar 53,8%. Responden dengan sikap cukup memiliki perilaku kurang 62,1%. Sedangkan sikap kurang memiliki perilaku kurang 100%. Dari hasil tersebut bahwa dengan memiliki sikap baik tidak menentukan memiliki perilaku yang baik pula, terbukti dari hasil penelitian mayoritas responden bersikap baik memiliki perilaku yang kurang baik. Semakin kurang sikap warga maka akan semakin kurang baik perilaku warga tersebut. Keadaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sikap merupakan salah satu predisposisi seseorang untuk bertindak. Sikap bukan dibawa sejak lahir namun sikap dapat dibentuk dari adanya interaksi social yang dialami oleh responden. Dalam interaksi social tersebut terjadi hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi diantara individu yang dapat mempengaruhi pola tindakan atau perilaku dalam berinteraksi dalam ligkungannya (Azwar, 2005). (Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.

Daftar Pustaka1. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 118-127___________________.2003. Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. 114-131