BAB Idishut.jabarprov.go.id/data/menu/Rencana Strategi Tahun... · Web viewPeluang dan Tantangan...

99
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS KEHUTANAN DINAS KEHUTANAN RENCANA STRATEGIS RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018 TAHUN 2013-2018

Transcript of BAB Idishut.jabarprov.go.id/data/menu/Rencana Strategi Tahun... · Web viewPeluang dan Tantangan...

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARATPEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS KEHUTANANDINAS KEHUTANAN

RENCANA STRATEGISRENCANA STRATEGIS

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWADINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARATBARAT

TAHUN 2013-2018TAHUN 2013-2018

BANDUNG, BANDUNG, OKTOBER OKTOBER 20120166

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

DAFTAR ISIDAFTAR ISI

Hal

SURAT KEPUTUSAN DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN I - 1I.1. Latar Belakang I

- 1I.2. Pengertian I - 3I.3. Maksud dan Tujuan I - 3I.4. Landasan Penyusunan I - 4I.5. Ruang Lingkup I - 5I.6. Sistematika

I - 5

II. GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS KEHUTANAN

II.1. Struktur Organisasi II - 10

II.2. Tugas Pokok dan Fungsi II - 11

II.3. Fungsi Pelayanan Umum Dinas kehutanan II - 12

II.4. Sumber Daya Hutan II - 17

II.5. Produk Kayu dan Industri Pengolahan Hasil Hutan II - 20

II.6. Produk Jasa dan Non Kayu II - 26

II.7. Sumber Daya Manusia, Iptek dan Kelembagaan II – 29

II.8. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan II – 31

II.9. Peluang dan Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas Kehutanan II - 33

III. LINGKUNGAN STRATEGIS DAN FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN

III.1. Lingkungan Strategis III - 44III.2. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan

III - 45III.3. Lingkungan Internal III - 46

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 i

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

III.4. Lingkungan Eksternal III - 47III.5. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan III - 48

IV. VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKANIV.1. Visi

IV - 50IV.2. Misi IV – 51IV.3. Tujuan dan Sasaran IV- 53IV.4. Strategi dan Kebijakan IV- 54

V. RENCANA PROGRAM , KEGIATAN, IINDIKATOR KNERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 6.1. Kebijakan Strategis VI - 1 6.2. Program VI - 26.3. Kegiatan Pokok VI - 2

VI. PENUTUP VII - 1 LAMPIRAN – LAMPIRAN

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 ii

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB BAB IIPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara dengan luas daratan sekitar 3.709.528,44 Ha (Bappeda Prov. Jabar, 2010) memiliki Sumber Daya Hutan seluas 816.603 ha (Kemenhut,2003) atau sekitar 22.01 % dari luas daratan. Berdasarkan fungsinya, hutan terbagi dalam beberapa fungsi yaitu hutan produksi seluas 393.117 Ha, hutan lindung seluas 291.306 Ha, dan hutan konservasi seluas 132.180 Ha. Ditinjau dari komposisi luasannya, dapat dilihat bahwa ± 53 % hutan di Jawa Barat lebih dititik beratkan untuk fungsi perlindungan dan konservasi. Kondisi ini sesuai dengan kondisi alam Jawa Barat yang memiliki topografi berat dengan curah hujan rata-rata tahunan yang cukup tinggi serta jenis tanah yang peka terhadap erosi. Dari sisi geografis, Jawa Barat juga memiliki fungsi strategis karena letaknya yang langsung berbatasan dengan Ibukota Negara, demikian pula dari sisi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana hulu sungai besar yang bermuara di provinsi lain berada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Dengan melihat kondisi tersebut, keberadaan kawasan hutan di Provinsi Jawa Barat dan kelestarian fungsinya mutlak perlu dipertahankan.

Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan Jawa Barat telah memberikan andil yang cukup besar dalam keseimbangan ekologi regional, khususnya dalam penyediaan jasa lingkungan seperti fungsi regulasi tata air yang menunjang penyediaan energi di Jawa dan air bersih untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta melalui tiga waduk besar yaitu Jatiluhur, Saguling dan Cirata.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 1

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Peranan dan fungsi hutan yang sangat strategis tersebut, mulai terganggu sejak krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1998. Penebangan hutan secara liar terjadi di semua kawasan hutan sehingga dalam waktu yang relatif singkat hutan Jawa Barat mengalami degradasi fungsi yang serius dan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan regional secara keseluruhan.

Pembangunan kehutanan ke depan merupakan era rehabilitasi dan konservasi yang difokuskan untuk mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan hidup yang berimplikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Menyadari akan kondisi tersebut, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Jawa Barat telah dan akan terus melakukan berbagai upaya strategis dan sistematis untuk menangani permasalahan di bidang kehutanan, seperti rehabilitasi hutan dan lahan, pengaturan kembali tata ruang wilayah provinsi, pengamanan kawasan hutan dari kegiatan perambahan dan okupasi kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat serta melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan kehutanan secara berkelanjutan.

Kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai peraturan seperti Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Keputusan Gubernur tentang Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rencana yang lebih operasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat yang akan memberikan arah pembangunan kehutanan dalam periode 2013-2018.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 2

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat merupakan penjabaran visi, misi, sasaran dan program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Derah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 ke dalam strategi pembangunan sesuai tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan. Dalam kerangka pembangunan daerah, Renstra Dinas Kehutanan merupakan dokumen perencanaan strategis dalam rangka pencapaian visi dan misi RPJM Derah Provinsi Jawa Barat yang memiliki keterkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan terutama misi 2: “ Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan“ dan misi 4: “Mewujudkan jawa Barat yang nyaman dan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan”.

Dalam kerangka pembangunan nasional, Renstra Dinas Kehutanan juga memiliki keterkaitan dengan Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014 yang dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan memiliki visi : “Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan” dengan misi-misi :1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas

informasi kehutanan.2. Meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan serta daya

saing industri primer kehutanan.3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi

sumberdaya alam.4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung Daerah

Aliran Sungai (DAS) sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi ekologi dan sosial pengelolaan DAS.

5. Meningkatkan ketersediaan produk teknologi dasar dan terapan serta kompetensi SDM dalam rangka penyelenggaraan pengurusan kehutanan secara optimal.

6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan Kementerian Kehutanan.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 3

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Renstra Dinas kehutanan tahun 2013-2018 selanjutnya akan menjadi rujukan bagi penyusunan Renstra OPD kehutanan di Kabupaten/Kota dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 disusun berdasarkan landasan sebagai berikut :1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Barat;2) Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;3) Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

4) Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

6) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 4

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

7) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

8) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

9) Peraturan Pemeritah RI Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;

10) Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

11) Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota;

12) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

13) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

14) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 5

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

16) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);

17) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

18) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 11);

19) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

20) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46);

21) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55);

22) Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029;

23) Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Jawa Barat Nomor Tahun Nomor 25 Tahun 2013 tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018;

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 6

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

24) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA) Provinsi Jawa Barat Tambahan Lemba Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 64);

25) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 37 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 110 Seri D)

26) Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 78 Seri E).

27) Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pedoman Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 21 Seri E).

1.3. Maksud Dan Tujuan

Maksud disusunnya Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 adalah sebagai arahan kebijakan dan strategi pembangunan kehutanan dalam menyusun program dan kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk kurun waktu lima tahun mendatang dengan melihat arah kecenderungan isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat dan perubahan kebijakan Pemerintah Daerah. Sedangkan tujuannya yaitu tercapainya harmonisasi perencanaan pembangunan kehutanan di Jawa Barat dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan kehutanan.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 7

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 sesuai Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008, terdiri dari :BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Tujuan, Landasan Hukum dan Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KEHUTANANMengambarkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta kondisi organisasi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSIMenjelaskan isu-isu strategis yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan dalam periode 2013-2018

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Berisikan Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran serta Strategi dan Kebijakan Dinas Kehutanan yang berpedoman pada tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan RPJM Daerah Provinsi Jawa Barat.

Bab V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIFBerisi rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 8

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

sesuai dengan program yang ada dalam rencana pembangunan Daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, termasuk indikatif kegiatan, indikator kinerja, maupun indikatif pendanaannya.

Bab VI INDIKATOR KINERJA DINAS KEHUTANAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD, Berisi uraian indikator kinerja Dinas Kehutanan yang secara langsung menunjukan kinerja yang akan dicapai dalam 5 tahun untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

Bab VII PENUTUPBerisi ringkasan Renstra serta langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mengimplementasikan Renstra Dinas Kehutanan Tahun 2013 – 2018.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 I - 9

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BABBAB IIIIGAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS KEHUTANAN GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARATPROVINSI JAWA BARAT

2.1 Struktur OrganisasiStruktur organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, dengan struktur organisasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan komposisi Jabatan Struktural dan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.

NO.Jabatan

Struktural/ Fungsional

Jumlah(orang) Keterangan

1. Eselon II 1 Kepala Dinas2. Esselon III 8 Sekretaris, Kepala Bidang

dan Kepala Balai/UPTD3. Esselon IV 24 Kepala Sub Bagian dan

Kepala Seksi4. Fungsional 5 Fungsional Perencana dan

Arsiparis5. Non Struktural 161 Pelaksana/ Fungsional

UmumJumlah 199

2.2. Tugas Pokok dan FungsiBerdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat serta Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 37 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok , Fungsi dan Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan urusan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 10

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

pemerintahan daerah bidang kehutanan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 11

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

KEPALA

SUBBAGIAN PERENCANAAN DAN

PROGRAM

SUBBAGIAN KEUANGAN

SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN DAN

UMUM

BIDANG BINA PRODUKSI DAN

ANEKA USAHA KEHUTANAN

BIDANG BINA KONSERVASI

BIDANGBINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

SEKRETARIAT

BIDANG PLANOLOGI

Seksi Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan

Seksi Tertib Peredaran Hasil Hutan

UTPBUTPBUPTD

KELOMPOK JAFUNGKELOMPOK

JAFUNG

KEPALA DINAS

Seksi Tertib Peredaran Hasil Hutan

Seksi Konservasi Kawasan dan Jenis

Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Seksi Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata

Alam

Seksi Pengembangan Kelembagaan

Seksi Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah

Seksi Pengembangan Kawasan Lindung

Seksi Inventarisasi dan Informasi Kehutanan

Seksi Pengukuhan Hutan

Seksi Penatagunaan Hutan

Gambar 1.BAGAN STRUKTUR ORGANISASIDINAS KEHUTANANPROVINSI JAWA BARAT

II - 12

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Kehutanan mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan

koordinasi serta pelaksanaan kebijakan teknis planologi, konservasi, rehabilitasi hutan dan lahan, produksi dan usaha kehutanan;

b. penyelenggaraan fasilitasi dan pengendalian pelaksanaan tugas planologi, konservasi, rehabilitasi hutan dan lahan, produksi dan usaha kehutanan;

c. penyelenggaraan kesekretariatan Dinas; d. penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD.

2.3. Fungsi Pelayanan Umum Dinas KehutananPelayanan publik yang diemban oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat adalah sesuai dengan tupoksi SOPD yang meliputi pelayanan bidang keplanologian, pelayanan bina rehabilitasi hutan dan lahan, pelayanan bina konservasi kawasan dan jenis, pelayanan bina produksi dan usaha kehutanan, pelayanan peredaran hasil hutan, pelayanan obyek wisata tahura dan jasa lingkungan serta pelayan umum dan pelayanan lainnya yang dibebankan pada Dinas Kehutanan yang didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, ada 58 ( lima puluh delapan) urusan yang menjadi dasar pelayanan publik yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan. Beberapa urusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bidang kehutanan antara lain:1) Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi, hutan lindung

dan taman hutan raya dan skala DAS lintas Kabupaten/Kota.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 13

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

2) Pemberian pertimbangan teknis penunjukan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru.

3) Pengusulan dan pertimbangan teknis pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus untuk masyarakat hukum adat, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan kehutanan, lembaga sosial dan keagamaan untuk skala provinsi.

4) Pertimbangan teknis perubahan status dan fungsi hutan, perubahan status dari lahan milik menjadi kawasan hutan, dan penggunaan serta tukar menukar kawasan hutan.

5) Pelaksanaan penyusunan rancang bangun, pembentukan dan pengusulan penetapan wilayah pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi serta pertimbangan teknis institusi wilayah pengelolaan hutan.

6) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang unit kesatuan pengelolaan hutan produksi KPHP.

7) Pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek unit KPHP.8) Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja usaha dua

puluh tahunan unit usaha pemanfaatan hutan produksi.9) Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja lima tahunan

unit pemanfaatan hutan produksi.10) Penilaian dan pengesahan rencana pengelolaan tahunan

(jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan produksi.11) Pertimbangan teknis untuk pengesahan, koordinasi dan

pengawasan pelaksanaan penataan batas luar areal kerja unit pemanfaatan hutan produksi lintas kabupaten/kota.

12) Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan batas luar areal kerja unit pemanfaatan hutan produksi dalam kabupaten/kota.

13) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan dua puluh tahunan (jangka panjang) unit KPHL.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 14

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

14) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit KPHL.

15) Pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit KPHL

16) Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja usaha (dua puluh tahunan) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

17) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

18) Penilaian dan pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

19) Pertimbangan teknis pengesahan penataan areal kerja unit usaha pemanfaatan hutan lindung kepada pemerintah.

20) Pertimbangan teknis rencana pengelolaan dua puluh tahunan (jangka panjang) unit KPHK.

21) Pertimbangan teknis rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit KPHK.

22) Pertimbangan teknis rencana pengelolaan jangka pendek (tahunan) unit KPHK.

23) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang (dua puluh tahunan) untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala provinsi.

24) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka menengah untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala provinsi.

25) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala provinsi.

26) Pengelolaan taman hutan raya, penyusunan rencana pengelolaan (jangka menengah dan jangka panjang) dan pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek serta

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 15

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

penataan blok (zonasi) dan pemberian perizinan usaha pemanfaatan serta rehabilitasi di taman hutan raya skala provinsi.

27) Penyusunan rencana-rencana kehutanan tingkat provinsi.28) Penyusunan sistem informasi kehutanan (numerik dan spasial)

tingkat provinsi.29) Pertimbangan teknis kepada menteri untuk pemberian dan

perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi kecualipada kawasan hutan negara pada wilayah kerja Perum perhutani.

30) Pemberian perizinan pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi skala provinsi kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja Perum perhutani.

31) Pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dan jasa lingkungan skala provinsi kecuali pada kawasan hutan negara pada wialyah kerja Perum Perhutani.

32) Pemberian izin industri primer hasil hutan kayu dengan kapasitas produksi ≤ 6.000 m3 serta pertimbangan teknis izin industri primer dengan kapasitas > 6.000 m3 .

33) Pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan skala provinsi.

34) Pemberian perizinan pemanfaatan kawasan hutan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu yang tidak dilindungi dan tidak termasuk ke dalam lampiran (Appendix) CITES dan pemanfaatan jasa lingkungan skala provinsi kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja Perum Perhutani.

35) Penetapan lahan kritis skala provinsi.36) Pertimbangan teknis rencana rehabilitasi hutan dan lahan

DAS/Sub DAS.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 16

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

37) Penetapan rencana pengelolaan rehabilitasi hutan, rencana tahunan dan rancangan rehabilitasi hutan pada taman hutan raya skala provinsi.

38) Penetapan rencana pengelolaan, rencana tahunan dan rancangan rehabilitasi hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani izin pemanfaatan/pengelolaan hutan dan lahan di luar kawasan hutan skala provinsi.

39) Pertimbangan teknis penyusunan rencana pengelolaan DAS skala provinsi.

40) Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada taman hutan raya skala provinsi.

41) Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani izin pemanfaatan/pengelolaan hutan dan lahan di luar kawasan hutan skala provinsi.

42) Pengesahan rencana reklamasi hutan.43) Penyusunan rencana dan pelaksanaan reklamasi hutan pada

areal bencana alam skala provinsi.44) Pemantauan, evaluasi dan fasilitasi pemebredayaan

masyarakat setempat di dalam dan di sekitar kawasan hutan.45) Pemantauan, evaluasi dan fasilitasi hutan hak dan aneka

usaha kehutanan.46) Pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan,

perlindungan dan pengamanan hutan kota (khusus DKI), fasilitasi, pemantauan dan evaluasi hutan kota.

47) Pertimbangan teknis calon areal sumber daya genetik, pelaksanaan sertifikasi sumber benih dan mutu benih/bibit tanaman hutan.

48) Pertimbangan teknis pengusahaan pariwisata alam dan taman buru serta pemberian perizinan pengusahaan kebun buru skala provinsi.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 17

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

49) Pengawasan pemberian izin pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi dan tidak termasuk dalam lampiran (Appendix) CITES.

50) Pertimbangan teknis izin kegiatan lembaga konservasi (antara lain kebun binatang, taman safari) skala provinsi.

51) Pelaksanaan perlindungan hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani hak dan hutan adat serta taman hutan raya skala provinsi.

52) Pemberian fasilitas, bimbingan dan pengawasan dalam kegiatan perlindungan hutan pada hutan yang dibebani hak dan hutan adat skala provinsi.

53) Koordinasi dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kehutanan di tingkat provinsi dan/atau yang memilki dampak antar kabupaten/kota dan pemberian perizinan penelitian pada hutan produksi dan hutan lindung yang tidak ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus skala provinsi.

54) Pelaksanaan diklat teknis dan fungsional kehutanan skala provinsi.

55) Penguatan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan kehutanan skala provinsi

56) Koordinasi, bimbingan, supervisi, konsultasi pemantauan dan evaluasi bidang kehutanan skala provinsi

57) Pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan oleh kabupaten/kota dan kinerja penyelenggara provinsi serta penyelenggaraan oleh kabupaten/kota di bidang kehutanan.

2.4. Sumber Daya Hutan

Provinsi Jawa Barat memiliki sumber daya hutan seluas 816.603 Ha atau sekitar 22,97 % dari luas daratan Jawa Barat, terdiri dari hutan produksi 202.965 ha, hutan produksi terbatas 190.152 Ha, hutan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 18

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

lindung 291.306 Ha, dan kawasan konservasi seluas 132.180 Ha. Secara ideal guna menunjang keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan, luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimum sebesar 30 % dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.Dilihat dari aspek pengelolaan, kawasan hutan seluas 684.423 Ha atau sekitar 83,81 % dari luas kawasan hutan Jawa Barat dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu hutan produksi 393.117 ha dan hutan lindung 291.306 Ha, sedangkan sisanya berupa kawasan konservasi seluas 132.180 ha atau sekitar 16,19 % dari luas kawasan hutan Jawa Barat yang terdiri dari luas kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru yang dikelola oleh unit pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun dan Gunung Ciremai, serta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Selain kawasan hutan negara, terdapat juga hutan milik/hutan rakyat seluas 438.219,80 ha.

Akibat dari krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan yang dimulai pada tahun 1997, kondisi sumber daya hutan Jawa Barat tersebut diatas mengalami tekanan yang sangat berat sehingga secara umum telah dan sedang mengalami proses degradasi fungsi secara serius, baik disebabkan oleh penjarahan, perambahan, pencurian kayu, okupasi lahan, pertambangan tanpa ijin, penggunaan kawasan non prosedural maupun kebakaran hutan. Sementara itu pada tahun 2012 kawasan hutan yang rusak akibat gangguan hutan dan perambahan kawasan hutan yaitu 77.344,10 hektar atau 9,47 % dari luas kawasan hutan di Jawa Barat.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 19

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Meningkatnya gangguan hutan diakibatkan oleh serangkaian faktor yang sampai saat ini masih belum dapat teratasi dengan tuntas. Sistem pengelolaan hutan dimasa lalu yang kurang melibatkan komponen masyarakat dan terlalu sentralistik merupakan faktor penyebab utama yang perlu segera dilakukan reorientasi sebagai solusinya. Dari sisi pemantapan kawasan hutan masih sering terjadinya gangguan hutan berupa konflik kepemilikan lahan pada kawasan hutan.

Pengukuhan kawasan hutan sebagai langkah bentuk memperoleh kejelasan status hukum kawasan hutan belum selesai dilaksanakan pada seluruh bagian/kelompok hutan di Jawa Barat, kondisi ini berakibat pada belum definitifnya status dan fungsi kawasan hutan sehingga mendorong masyarakat untuk menduduki kawasan hutan dan memicu timbulnya konflik sosial.

Pada sisi lain tingkat pertumbuhan penduduk yang masih cukup besar, yaitu 1,89 % / tahun pada kurun waktu 2000 – 2010, dan masih tingginya laju pertumbuhan penduduk secara alamiah khususnya pada daerah-daerah yang penggunaan lahannya sangat tinggi akan memberikan tekanan yang kuat terhadap kawasan hutan.

Tumbuh kembangnya hutan rakyat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa program rehabilitasi lahan cukup berhasil, baik dari sisi konservasi tanah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2012 luas hutan rakyat tercatat seluas 271.802,83 Ha dengan produksi kayu rakyat 2.642.497,70 m3, hal ini dapat dipahami bahwa minat masyarakat semakin besar untuk menanam hutan rakyat dan keberhasilan program gerakan rehabilitasi lahan kritis di Jawa Barat.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 20

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Dengan melihat potensi hutan rakyat yang makin penting dalam mencukupi kebutuhan kayu lokal, diperlukan adanya upaya pembinaan yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan dengan fokus pada peningkatan nilai tambah kayu seperti : teknik pengolahan, pengawetan serta diversifikasi pemanfaatan serta penerapan zero waste dalam pemanenan kayu.

Luas hutan mangrove di Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2012 seluas 20.717,05 Ha dengan kondisi kerusakan hutan mangrove pada tingkat yang mengkhawatirkan yaitu sudah mencapai 16.985,15 Ha.

2.5. Produk Kayu Dan Industri Pengolahan Hasil Hutan

Produksi kayu yang berasal dari kawasan hutan produksi di Jawa Barat setiap tahunnya rata-rata 350.000 m3 berupa kayu bulat jati dan kayu bulat rimba, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan kayu di Jawa Barat yang setiap tahun mencapai 5,3 juta m3. Untuk menutupi kekurangan tersebut, dipasok oleh kayu-kayu yang berasal dari luar kawasan hutan atau hutan milik/hutan rakyat termasuk didalamnya pekarangan/tegalan dan perkebunan sebesar 3 juta m3 dan sisanya berasal dari kayu-kayu yang didatangkan dari luar Jawa.

Industri pengolahan hasil hutan (sektor hilir) di Jawa Barat tersebar di beberapa sentra produksi, yaitu di Purwakarta, Bogor, Bekasi dan Cirebon dengan orientasi pemasaran ekspor. Tercatat tidak kurang dari 110 industri pengolahan hasil hutan dengan berbagai bentuk produk seperti moulding, plywood, wood working dan sejenisnya yang sebagian besar menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari luar Jawa. Industri pengolahan hasil hutan kayu milik Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sejak

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 21

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

tahun 1999 tidak lagi melakukan operasi, sehingga produksi olahan hasil hutan pada umumnya dilaksanakan oleh pihak swasta melalui Kerja Sama Produksi (KSP).

Pemungutan iuran kehutanan di Jawa Barat yang berasal dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) setiap tahunnya berkisar antara Rp. 12 Milyar – Rp. 18 Milyar. Selama tahun 2010 penerimaan PSDH sebesar Rp. 12.016.288.909,00,- sedangkan pada tahun 2011 penerimaan PSDH dari 14 KPH telah mencapai Rp. 16.286.476.589,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 13.925.211.053,-.

Nilai ekonomi hutan Jawa Barat selama ini lebih banyak diperoleh dari hasil hutan kayu, sedangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) belum banyak dimanfaatkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai manfaat ekonomi hutan belum optimal dimanfaatkan sehingga kontribusi ekonomi hutan terhadap pembangunan daerah di Jawa Barat relatif rendah. Produksi kayu berasal dari kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, serta kayu yang berasal dari hutan rakyat.

Produksi kayu bulat pada tahun 2012 yang berasal dari kawasan hutan negara umumnya merupakan jenis kayu rimba dan jati sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2. Produksi kayu rimba cenderung lebih banyak dibandingkan dengan kayu jati. Perkembangan produksi kayu bulat di Jawa Barat dari tahun 2009 sampai dengan 2012 disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 22

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar 2. Grafik produksi kayu bulat jenis jati dan rimba campuran per KPH di Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

Gambar 3. Perkembangan Produksi Kayu Bulat di Jawa Barat per Jenis Kayu Tahun 2009-2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 23

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Produksi kayu bulat pertukangan per KPH di Jawa Barat disajikan pada Gambar 4. Gambar ini menunjukkan bahwa produksi kayu pertukangan tertinggi dicapai oleh KPH Cianjur.

Gambar 4. Grafik Produksi kayu bulat pertukangan per KPH di Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

Produksi kayu selain berasal dari kawasan hutan negara, juga berasal dari hutan rakyat. Produksi kayu dari hutan rakyat di Jawa Barat pada kurun waktu 2008 sampai dengan 2012 secara umum mengalami fluktuasi (Gambar 5). Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 2.900.628,95 m3 dengan luas sebesar 267.963,11 Ha. Produksi tersebut menurun menjadi sebanyak 320.949,41 m3, sehingga produksi pada tahun 2009 menjadi 2.579.679,54 m3

dengan luas hutan rakyat meningkat menjadi 296.298,56 Ha. Luas hutan rakyat kembali menurun pada tahun 2010 menjadi seluas 285.826,46 Ha dengan produksi kayu sebanyak 1.756.483,71 m3. Seiring bertambahnya luasan hutan rakyat tahun 2011 menjadi 291.741,40 Ha, produksi kayu dari hutan rakyat pada tahun 2011 meningkat sebanyak 2.210.601,28 m3.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 24

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar 5. Grafik perkembangan luas dan produksi hutan rakyat di Jawa Barat tahun 2008-2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

Selain hasil hutan kayu, hutan juga menghasilkan hasil hutan bukan kayu (Tabel 7), Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dihasilkan berupa HHBK nabati dan HHBK hewani yang juga memberikan kontribusi ekonomi terhadap pendapatan masyarakat dan pemerintah. Jenis HHBK tersebut sebenarnya belum memberikan hasil yang maksimal, karena sebagian besar masih diusahakan secara tradisional sehingga apabila dikelola dengan lebih baik, maka nilai kontribusi ekonominya akan meningkat terhadap pendapatan masyarakat dan pemerintah setempat. Produksi aneka usaha kehutanan di Provinsi Jawa Barat yang ditunjukkan pada Tabel 8, menunjukkan bahwa baru sebagian kecil aneka usaha kehutanan yang dikembangkan, yaitu komoditas yang telah memiliki pasar (marketable) sedangkan jenis-jenis komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu lainnya belum memiliki nilai jual (unmarketable). Oleh karena itu pengembangan aneka usaha kehutanan perlu mendapatkan prioritas dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di Jawa Barat.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 25

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 2. Perkembangan produksi Hasil hutan bukan kayu di Jawa Barat tahun 2008 sampai dengan 2012.

No. Jenis Hasil Hutan

Satuan

Jumlah ProduksiTahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Getah Pinus Ton 8.211 9.342 413.117 15.863 16.150

2. Getah Damar Ton 22.10

5 17.631 211 32 22

3. Daun Kayu Putih Ton 8.1

39 9.266

1.027.000 13.190 15.859

4. Arang Ton - -

- - -

5. Kopal Ton -

- - - 22

6. RotanBatan

g 320.022 - 223.582

240.105

180.756

7. BambuBatan

g 43.6

22 - 48.295 66.665 63.189

8. Rumput Gajah Ton 5.355.234 -

1.671.758 2.672 8.664

9. Madu Kg - - 340 - 2.610

10. Bunga Kenanga Ton - - - - -

11. Kopi Kg 311 492 395.406 111.000 608.458

12. Kelapa Butir - - 5.000 2.500 23.925

13.Sarang Burung Walet Kg 8 - 98 - 3

14. Melinjo Kg - - - - 9.652

15. Karet Kg - - 6.359 19.000 19.431

16. Cengkeh Kg 1.04

3 270 6.227 - 926

17. Ylang-Ylang Kg -

-

- -  

18. Padi Ton 2

67 233.460 397.101 413.000 443.798

19. Lain-lain            

  - Rusa Ekor

77 167 8 72 84

  - Buaya Ekor

26 453 10 369 393

  - Primata Ekor 10.860 10.813 90 9.964 9.944 Sumber : Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Tabel 3. Produksi aneka usaha kehutanan di Jawa Barat 2012

No

Kabupaten/Kota

Jamur (Kg)

Lebah Madu(Liter)

Sutera Alam (Kg)

Sarang Burung Walet (Kg)

Gaharu

(Batang)

Arang Kayu (Kg)

1 Kab. Bogor 799.500 4.500 120,00 125,00 - -2 Kab. Sukabumi 105.657 7.017 800,00 - - -3 Kab. Cianjur 455.000 1.756 645,00 - - 1004 Kab. Bandung 43.400,00 9.650,00 80,00 - - -5 Kab. Garut 25.291,00 600,00 653,00 548,80 - -6 Kab. 143.805,00 820,00 500,00 337,10 1.500,0 73.980,0

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 26

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tasikmalaya 0 07 Kab. Ciamis 174.730,00 963,00 120,00 - - -8 Kab. Kuningan 42.100,00 738,00 - - - -9 Kab. Cirebon 55.800 450 - - - 86010 Kab. Majalengka 86.562 11.564 170,00 - - -11 Kab. Sumedang 105.400 618 85,00 - - -12 Kab. Indramayu 22.875 40,00 - - - -13 Kab. Subang 15.000,00 450,00 - - - 2.000,0

14 Kab. Purwakarta 82.880,00 387,00 - 534,60 12.000,00

15 Kab. Karawang 10.000,00 435,00 - - - -16 Kab. Bekasi - - - - - -

17Kab. Bandung Barat 389.475 4.860 185,00 - - -

18 Kota Bogor - - - - - -19 Kota Sukabumi - 10,00 - 40,00 - -20 Kota Bandung 7.500,00 - - - - -21 Kota Bekasi - - - - - -22 Kota Depok - - - - - -23 Kota Cimahi 180.000,00 - - - - -

24Kota Tasikmalaya 274.500 1.212 - - - -

25 Kota Banjar 40.000,00 60,00 - - - -26 Kota Cirebon - - - 25 - 3.600

Jumlah3.059.475

,00 46.130,00 3.358,00 1.610,50 1.500,00

92.540,00

Data yang diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa volume kayu yang dihasilkan dari hutan produksi cenderung menurun dan lebih kecil dari volume yang dihasilkan oleh hutan rakyat, sehingga kebutuhan kayu masyarakat lebih banyak dipenuhi oleh kayu yang berasal dari hutan rakyat (hutan milik). Pengembangan hutan rakyat akan memberikan sejumlah manfaat, antara lain : (a) berkurangnya lahan kritis di luar kawasan hutan yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lindung lahan; (b) peningkatan pendapatan masyarakat petani hutan rakyat; serta (c) berkurangnya gap antara kebutuhan kayu dengan permintaan kayu.

Volume kayu dari kawasan hutan produksi yang cenderung menurun menunjukkan produktivitas hutan produksi (HP) masih rendah dan memerlukan redesign pola pengelolaan HP di Jawa Barat. Redesign pengelolaan HP di Jawa Barat difokuskan untuk menjawab permasalahan: (a) kontribusi lahan HP sebagai resapan air dalam peningkatan fungsi tata hidrologis DAS; (b) kontribusi lahan HP dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 27

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

sekitarnya; (c) kontribusi lahan HP dalam mendukung kedaulatan pangan dan energi di Provinsi Jawa Barat.

2.6. Produk Jasa Dan Non Kayu

Produk jasa yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan seperti air, keindahan alam dan kapasitas asimilasi lingkungan mempunyai manfaat yang besar sebagai penunjang kehidupan yang mampu mendukung dan menggerakan sektor ekonomi lainnya. Sebagian besar produk jasa tergolong kedalam manfaat intangible, dimana berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan nilai ekonomi jauh lebih besar dari nilai produk kayu.

Berbagai lokasi produk jasa berupa wisata alam di Jawa Barat, meliputi : Taman Nasional (TN) 3 lokasi, Taman Wisata Alam (TWA) 16 lokasi, Taman Hutan Raya (Tahura) 3 lokasi, Taman Buru (TB) 1 lokasi, dan Wana Wisata/ Hutan Wisata 39 lokasi. Pemanfaatan produk jasa tersebut cukup besar sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah pengunjung ke lokasi wana wisata, taman nasional dan taman wisata alam selama tahun 2012 sebanyak 3.647.014 orang dengan penerimaan sebesar Rp. 21.293.584.470,-

Pemanfaatan produk jasa dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti getah pinus, getah damar, kayu putih dan lain sebagainya belum dilakukan secara maksimal. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh terfokusnya pemanfaatan hutan pada produk kayu. Pengelolaan dan pemanfaatan multi fungsi hutan perlu ditingkatkan sebagai alternatif peningkatan sumber penerimaan daerah serta pendapatan masyarakat di sekitar hutan.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 28

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Ekosistem hutan, selain memberikan manfaat berupa hasil hutan kayu dan HHBK, juga jasa lingkungan (environmental services). Sedikitnya ada empat jasa lingkungan yang mulai dikenal, yaitu jasa lingkungan air, wisata alam, penyerapan dan penyimpanan karbon, serta keanekaragaman hayati. Dari keempat jasa lingkungan tersebut, jasa lingkungan air yang keluar sebagai output hidrologis ekosistem hutan mulai diapresiasi nilainya melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services). Pasal 34 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan wajib menyediakan dana investasi untuk biaya pelestarian hutan. Selain UU Nomor 41 Tahun 1999 tersebut, Pasal 42 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup”. Salah satu mekanisme dalam penerapan instrumen ekonomi lingkungan untuk jasa lingkungan hutan adalah mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan atau payment for environmental services (PES).

Potensi pengembangan jasa lingkungan berupa pemanfaatan air di Jawa Barat sangat tinggi. Jawa Barat memiliki curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 2000-4000 mm/tahun dan memiliki potensi sumber daya air khususnya air permukaan mencapai rata-rata 48 Milyar m3/tahun dalam kondisi normal. Potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 50% atau 24 Milyar m3/tahun sedang sisanya langsung terbuang ke laut. Potensi sumber daya air tersebut mengalir pada 5 (lima) Wilayah Sungai yang terbagi dalam 41 DAS atau sekitar 2.745 buah sungai induk dan anak-anak sungainya. Sekitar 35,9 Milyar m3/tahun (75%) dari jumlah potensi tersebut mengalir pada 2.078 buah sungai yang

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 29

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

secara geografis lintas kabupaten/kota, sedangkan sisanya yaitu 12,1 Milyar m3/tahun (25%) berada pada 1.170 buah sungai (Naskah Akademik Raperda RTRW Jawa Barat 2009-2029). Potensi air permukaan dan luas setiap wilayah sungai yang terdapat di Jawa Barat, dapat dilihat pada Tabel 9.

Selain sumberdaya air alami, Jawa Barat memiliki situ-situ dan waduk-waduk buatan. Tidak kurang dari 20 waduk mempunyai kapasitas tampung lebih dari 6,8 Milyar m3, diantaranya 3 waduk dibangun pada Sungai Citarum yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Juanda. Ketiga waduk tersebut mempunyai daya tampung total mencapai 5,83 Milyar m3. Dari sisi kebutuhan air, Pusat Litbang Sumber Daya Air (2006) menyebutkan bahwa Indek Ketersediaan Air (IKA) Jawa Barat adalah 500 - 1.600 m3/kapita/tahun. Padahal total kebutuhan dasar air untuk kehidupan berkelanjutan pada kondisi pesimistis adalah 2.000 m3/kapita/tahun, serta kondisi optimistis 5.000 m3/kapita/tahun.

Tabel 4. Potensi dan Luas Wilayah Sungai Menurut Kewenangan

No Wilayah Sungai

Luas(Km2)

Juta m3 / tahun

Lintas Prov./

Kab./KotaLokal

Kab./Kota Total

1. Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum

15.810,3

16.367,06 2.095,99 18.463,06

2. Cimanuk-Cisanggarung

6.972,80

7.572,64 305,43 7.878,07

3. Citanduy 8.033,70

7.069,50 3.625,68 10.695,19Ciwulan-Cilaki

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 30

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

No Wilayah Sungai

Luas(Km2)

Juta m3 / tahun

Lintas Prov./

Kab./KotaLokal

Kab./Kota Total

5. Cisadea-Cibareno

8.813,06

4.908,71 6.078,76 10.987,47

Total 39.629,86 35.917,91 12.105,8

648.023,

77

Sumber : Dinas PSDA dan Hasil Analisis, 2008

Di dalam rencana tata ruang Jawa Barat disebutkan bahwa Jawa Barat akan mempertahankan sawah seluas 766.219 Ha sampai tahun 2010. Apabila kebutuhan irigasi sawah 1 liter/detik/ha, maka total kebutuhan air mencapai 16 milyar m3/tahun (asumsi 8 bulan diairi), sedangkan ketersediaan air permukaan dalam musim hujan-pun hanya 15 milyar m3/tahun (dengan asumsi kondisi kawasan lindung bagus). Dengan demikian, status air Jawa Barat sebenarnya dalam kondisi kritis. Permasalahan air lainnya adalah terkait dengan status air tanah. Pengukuran di beberapa tempat menunjukkan penurunan muka air tanah sejak tahun 1960 sampai tahun 2005 antara 66 – 69 meter. Kerusakan sumber daya air tanah ini akan semakin parah apabila tidak segera dilakukan langkah-langkah pengendalian secara sinergis melalui strategi kebijakan pengelolaan air tanah yang utuh menyeluruh dan dilaksanakan secara terkoordinasi.

Berkaitan dengan terjadinya permasalahan air di Provinsi Jawa Barat tersebut, hutan memiliki peranan penting terkait dengan fungsi tata hidroorologisnya. Ekosistem hutan yang didominasi vegetasi pohon berperan penting dalam mengatur sistem hidrologis wilayah terutama meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah tersebut. Perubahan ekosistem hutan mempengaruhi output hidrologis yang keluar dari ekosistem hutan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 31

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

tersebut. Ekosistem hutan berperan penting dalam mengendalikan tata air wilayah. Oleh karena itu peranan sektor kehutanan menjadi sangat penting dalam mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya air yang menjadi kebutuhan pokok dan vital bagi manusia dan makhluk hidup lainnya mengingat bahwa air merupakan barang yang tidak bisa disubstitusi oleh barang lainnya.

2.7. Sumber Daya Manusia, IPTEK dan Kelembagaan

Pengelolaan sumber daya hutan yang demikian luas dengan permasalahan yang kompleks diperlukan dukungan sumber daya manusia yang kuat dan profesional, kelembagaan, serta IPTEK yang memadai.

Sumber daya manusia yang ada di Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 terdapat pada tabel 10 berikut ini.Tabel 5. Jumlah Pegawai Dinas Kehutanan Berdasarkan Golongan

pada Tahun 2012.No. Satuan Kerja Gol.

IV Gol. III Gol. II Gol. I Jumlah

1. Dinas Kehutanan 11 86 19 4 1202. Balai Pengelolaan

TAHURA Ir. H. Djuanda3 16 11 - 30

3. Balai Pengawasan dan Pengendalian Hasil Hutan

1 16 6 - 23

4. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah

3 19 4 - 26

Jumlah 18 137 40 4 199

Secara umum kondisi kelembagaan kehutanan di masa lalu belum mendukung proses partisipatif yang transparan dan cenderung telah menimbulkan usaha yang bersifat monopolistik. Pada era otonomi daerah sekarang ini kelembagaan kehutanan yang ada

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 32

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

juga belum mencerminkan suatu sistem kelembagaan yang kompak. Dengan terbentuknya Dinas Kehutanan di Tingkat Provinsi dan adanya Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Kehutanan dan juga adanya dinas-dinas yang menangani pembangunan kehutanan di tingkat Kabupaten menggambarkan besarnya organisasi kelembagaan kehutanan. Namun di sisi lain ada kelemahan struktural yang justru dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan. Belum adanya perangkat tata hubungan kerja sesuai kewenangan yang dimiliki merupakan kendala yang perlu dicari pemecahannya di masa yang akan datang. Pada sisi lain, pemberdayaan potensi dan kelembagaan ekonomi masyarakat dalam penyelenggaraan kehutanan belum optimal. Kelembagaan pengelolaan sumber daya hutan belum pula didasari oleh multi fungsi hutan, sehingga pemanfaatan sumber daya hutan menjadi tidak optimal. Dimasa mendatang orientasi pembangunan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan kehutanan berbasis masyarakat.

Beberapa produk hukum sebagai penunjang pembangunan kehutanan antara lain UU nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP nomor 38 tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta berbagai peraturan pendukung lainnya.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 33

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

2.8. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan

Tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals, MDGs) yang menjadi konsensus bersama menekankan tentang mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan. Masyarakat sekitar hutan di Jawa Barat umumnya berada dalam kondisi miskin dengan akses terhadap hutan yang masih rendah. Selain itu dengan adanya perubahan lingkungan hidup dan ancaman bencana alam yang terjadi di Jawa Barat menyebabkan hampir semua desa, terutama yang berada di sekitar hutan rentan krisis pangan. Berdasarkan data potensi desa tahun 2008 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah desa/kelurahan yang ada di Provinsi Jawa Barat mencapai 5.871 desa yang terdiri dari 4.886 desa berada di luar kawasan hutan, 28 desa di dalam kawasan hutan, serta 957 desa di sekitar kawasan hutan (Tabel 6).

Penduduk yang berada dalam kawasan hutan mencapai 111.148 orang dan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan hutan mencapai 4.395.859 orang. Jumlah penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan mencapai 4.507.007 orang atau 11,34% dari jumlah penduduk total. Pada umumnya tingkat ekonomi penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan tergolong miskin, dimana berdasarkan data Podes tahun 2006 jumlah penduduk pra KS dan KS-1 mencapai 3.149.717 orang atau 71,65% dari total penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan. Masih banyaknya masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan memberikan gambaran bahwa keberadaan hutan yang selama ini dimanfaatkan ternyata belum banyak memberikan manfaat ekonomi secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 34

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 6. Perkembangan Jumlah Desa Sekitar Hutan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 s/d 2012

No Kabupaten/KotaJumlah Desa/Lurah Sekitar Hutan Jumlah s/d

Tahun 2012

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

1 2 3 6 7 8 31 Kab. Bogor 106 106 106 106 106 4302 Kab. Sukabumi 134 134 134 - 155 3863 Kab. Cianjur - - 142 142 148 3604 Kab. Bandung 112 112 112 112 112 2765 Kab. Garut 187 200 200 212 212 4426 Kab. Tasikmalaya 123 123 123 123 123 3517 Kab. Ciamis 79 79 121 121 121 3538 Kab. Kuningan 134 134 134 134 134 3769 Kab. Cirebon 15 15 16 16 16 424

10 Kab. Majalengka 62 62 62 62 62 33611 Kab. Sumedang 130 130 130 132 132 28312 Kab. Indramayu 26 26 26 23 26 31613 Kab. Subang 57 53 53 53 53 25314 Kab. Purwakarta 85 85 85 85 85 19215 Kab. Karawang 42 42 42 42 42 30916 Kab. Bekasi 12 12 12 12 12 187

17Kab. Bandung Barat 64 64 64 64 72 165

18 Kota Bogor - - - - 68

No Kabupaten/KotaJumlah Desa/Lurah Sekitar Hutan Jumlah s/d

Tahun 2012

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

19 Kota Sukabumi - - - - - 3320 Kota Bandung - - - 2 2 15121 Kota Bekasi 56 56 56 56 5622 Kota Depok - - - - - 6323 Kota Cimahi - - 5 2 2 1524 Kota Tasikmalaya 2 2 2 2 2 6925 Kota Banjar 8 8 8 8 8 2526 Kota Cirebon - - - - - 22

Jumlah 1.434 1.443 1.633 1.509 1.625 5.941 Sumber : Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Persentase penyebaran desa yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan terhadap total desa per kabupaten disajikan pada Gambar 7. Kabupaten yang berada di wilayah hulu dan tengah DAS cenderung memiliki jumlah desa di sekitar kawasan hutan lebih banyak daripada daerah hilirnya. Hal ini dikarenakan bahwa kawasan hutan di Provinsi Jawa Barat pada umumnya berada wilayah hulu dan tengah DAS. Secara umum kondisi infrastruktur, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lingkungan masyarakat di

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 35

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

dalam dan sekitar kawasan hutan, lebih rendah dari yang berada di luar kawasan hutan, baik kuantitas dan kualitasnya.

Gambar 7. Persentase Jumlah Desa di Luar dan Sekitar Kawasan Hutan per Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.

Uraian sebelumnya menunjukkan kondisi yang paradoks terjadi, dimana kemiskinan masyarakat (sekitar hutan) terjadi di batas tepi kelimpahan potensi nilai sumberdaya hutan sebagai pengatur tata air, pangan, dan energi. Oleh karena itu upaya pelestarian hutan di Jawa Barat tidak bisa terlepas dari strategi pengentasan kemiskinan masyarakat, dimana penyelamatan hutan harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyrakat yang berada di sekitarnya atau save forest, save people.

2.9. Peluang dan Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas Kehutanan.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 36

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

3.9.1. Indentifikasi Faktor Lingkungan InternalIdentifikasi faktor lingkungan internal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan faktor-faktor kelemahan. Kekuatan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat positif dan yang memungkinkan organisasi memanfaatkan keuntungan strategis dalam upaya mencapai visi melalui pelaksanaan misi yang ditetapkan. Sementara itu kelemahan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat negatif yang dapat menghambat organisasi dalam upaya mencapai visi organisasi dan dapat menghambat pelaksanaan misi organisasi yang telah ditetapkan.

Identifikasi faktor lingkungan internal mencakup empat pengelompokkan sumberdaya, yaitu:1. Sumberdaya manusia (human resources)2. Sumberdaya fisik (Physical resources)3. Sumberdaya dana (Financial resourches)4. Sumberdaya teknologi (Technological resourches) dengan

segala aspeknya.

Beberapa faktor kekuatan yang dimiliki adalah:1. Komitmen yang kuat untuk mengelola sektor kehutanan Jawa Barat

Komitmen adalah suatu bentuk loyalitas yang lebih konkrit yang dapat dilihat dari sejauh mana karyawan mencurahkan perhatian, gagasan dan tanggung jawabnya dalam upaya perusahaan mencapai tujuan. Faktor komitmen dalam organisasi menjadi satu hal yang dipandang penting karena pegawai kehutanan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memiiki sikap yang profesional dan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 37

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disepakati dalam sebuah organisasi.

Indikator komitmen yang kuat tampak dari:1). Adanya visi dan misi yang jelas di Dinas Kehutanan yang

akan memudahkan setiap pegawai dalam bekerja pada akhirnya dalam setiap aktivitas kerjanya senantiasa bekerja berdasarkan apa yang menjadi tujuan organisasi

2). Adanya kepercayaan dan penerimaan yang begitu kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi;

3). Adanya kemauan untuk bekerja keras bagi kepentingan organisasi;

2. Dukungan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan sumberdaya hutanPeraturan perundang-undangan merupakan instrumen kebijakan yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Adanya peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dibandingkan jenis sumber hukum lainnya dalam pengelolaan hutan.

3. Dukungan dana APBD dan sumber lainnyaDukungan dana sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Alokasi anggaran untuk sektor kehutanan yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menggambarkan komitmen yang tinggi untuk pembangunan sektor kehutanan. Di pihak lain, isu kehutanan dan peningkatan nilai ekonomi sumberdaya hutan telah mendorong partisipasi masyarakat untuk memberikan konstribusi pendanaan dalam pembangunan sektor kehutanan.

4. Potensi Sumberdaya Hutan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 38

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Sebagaimana digambarkan pada uraian sebelumnya potensi sumbedaya hutan Jawa Barat sangat tinggi baik untuk pengembangan produksi kayu maupun jasa lingkungan.

Sementara itu, beberapa kelemahan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat negatif adalah sebagai berikut:1. Struktur kelembagaan kehutanan yang belum kompak

Belum lengkap dan rincinya peraturan perundang-undangan yang mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah menimbulkan perbedaan interprestasi dan persepsi yang mengakibatkan permasalahan terkait struktur kelembagaan. Struktur kelembagaan adalah kerangka organisasi yang merupakan visualisasi dari tugas dan wewenang serta tanggung jawab.

Permasalahan belum kompaknya struktur kelembagaan mengakibatkan beberapa permasalahan prinsip terjadi seperti lemahnya perumusan tujuan bersama dalam pembangunan kehutanan, lemahnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, lemahnya koordinasi dan kerjasama antar daerah, tingkat pengawasan dan rentang manajemen.

2. Keterbatasan Peran Dinas Kehutanan ProvinsiTerdapat dua hal penting terkait keterbatasan peran Dinas Kehutanan Provinsi yaitu 1). Mengatur kerjasama antar daerah; 2). Keterbatasan pengelolaan kawasan hutan. Keterbatasan peran Dinas Kehutanan Provinsi dalam mengatur kerjasama daerah dari sisi regulasi diakibatkan oleh peraturan yang ada belum dianggap menyentuh aspek-aspek praktis kerjasama antar daerah. Karena belum ada juklak dan juknis yang dapat dijadikan acuan oleh pemerintah daerah.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 39

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Sejauh ini peran provinsi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yakni sebagai pihak pelaku/aktor yang melakukan kerjasama dan sebagai pihak pembina kabupaten/kota yang ada di wilayahnya sehingga sinkronisasi pembangunan kehutanan menjadi terhambat.

Di pihak lain, Dinas Kehutanan juga memiliki keterbatasan pengelolaan kawasan hutan. Hanya 0,06 % kawasan hutan yang dikelola oleh Dinas Kehutanan sisanya dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat sebanyak 71,06 % dan sebanyak 28,8 % dikelola Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan (BBKSDA dan Balai Taman Nasional).

3. Sarana Pelayanan dan Informasi Database Kehutanan belum memadaiDukungan sarana pelayanan sangat penting untuk mendukung pencapaian visi dan pelaksanaan misi Dinas Kehutanan demikian juga sarana informasi kehutanan. Saat ini kondisi dukungan tersebut belum memada

3.9.2. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal

Identifikasi faktor lingkungan ekternal dilakukan dengan mencermati dan menganalisis peluang dan tantangan yang ada di lingkungan eksternal organisasi yang tidak dapat dikelola oleh manajemen organisasi. Faktor lingkungan eksternal dapat dikelompokan sebagai berikut:1. Lingkungan ekonomis yang analisisnya meliputi kondisi dan

trend pasar hasil hutan, nilai produk hasil hutan, permintaan, penawaran, dan lain-lain

2. Lingkungan teknologi berupa kemajuan teknologi yang ada3. Lingkungan sosial, yang mengangkut nilai-nilai sosial,

perilaku, dan budaya yang ada dan tumbuh di masyarakat

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 40

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

4. Lingkungan ekologi, yang termasuk dalam masalah ini adalah terkait dengan masalah lingkungan, degradasi hutan, reforestrasi, dan lain-lain

5. Lingkungan politik dan kebijakan6. Lingkungan keamanan yang berpengaruh terhadap

pencapaian visi dan pelaksanaan misi organisasi

Faktor lingkungan ekternal yang menjadi peluang adalah sebagai berikut:1. Peningkatan permintaan terhadap jasa lingkungan hutan

seperti air dan wisata alam. Di dalam rencana tata ruang Jawa Barat disebutkan bahwa Jawa Barat akan mempertahankan sawah seluas 766.219 Ha sampai tahun 2010. Apabila kebutuhan irigasi sawah 1 liter/detik/ha, maka total kebutuhan air mencapai 16 milyar m3/tahun (asumsi 8 bulan diairi), sedangkan ketersediaan air permukaan dalam musim hujan-pun hanya 15 milyar m3/tahun (dengan asumsi kondisi kawasan lindung bagus). Demikian juga dengan kebutuhan air bersih dan layak minum akan mendorong peningkatan fungsi hutan karena kondisi status air tanah yang mengkhawatirkan.

Jasa lingkungan hutan sebagai objek wisata alam juga makin meningkat, karena perubahan orientasi wisatawan. Minat wisatawan mengarah kepada konsep pariwisata lingkungan alam (ecotourism), dimana keaslian potensi kekayaan alam dan nilai masyarakat budaya setempat menjadi daya tariknya. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki potensi kekayaan keindahan alam dan budaya yang tinggi.

2. Peningkatan nilai ekonomi produk kehutanan dan jasa lingkungan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 41

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Menurunnya pasokan kayu dari hutan alam dan masih rendahnya produktivitas hutan produksi pada kawasan hutan menyebabkan harga kayu menjadi tinggi demikian juga nilai jasa lingkungan hutan. Kondisi tersebut menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor kehutanan.

3. Peningkatan Kesadaran dan perilaku pembangunan berkelanjutan.

Masyarakat, dunia usaha serta pihak lain yang semakin sadar akan pentingnya keberadaan hutan atau pepohonan baik untuk estetika, kenyamanan dan penyelamatan lingkungan maupun sumber ekonomi dan investasi berwawasan lingkungan.

Kesadaran tersebut tampak dari fakta bahwa meskipun penutupan hutan pada kawasan hutan makin menurun, tetapi penutupan hutan di luar kawasan hutan cenderung meningkat dalam bentuk antara lain hutan rakyat, hutan kota, serta berbagai upaya penanaman pohon lainnya.

4. Perhatian Dunia Internasional terhadap Hutan Tropis dan Isu LingkunganPerhatian yang besar dari dunia internasional tidak terlepas dari isu global tentang perubahan iklim. Isu yang terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, memberi peluang sekaligus tantangan pembangunan kehutanan Jawa Barat akan semakin besar. Mekanisme REDD, di satu sisi membuka peluang untuk memperoleh dukungan pendanaan, peningkatan kapasitas baik SDM maupun institusi dan transfer teknologi, namun demikian dukungan tersebut menuntut komitmen yang tinggi untuk dapat membuktikan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 42

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

bahwa pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi benar-benar terjadi.

5. Kebijakan Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya HutanPelaksanaan Desentralisasi Sektor Kehutanan didasarkan pada Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang saat ini telah diganti dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai daerah Otonom serta peraturan lainnya. Walaupun kebijakan desentralisasi belum sepenuhnya berjalan baik tetapi pada masa yang akan datang akan menumbuhkan peningkatan efisiensi, efektifitas dan partisipasi pembangunan.

Faktor lingkungan ekternal yang menjadi tantangan adalah sebagai berikut:1. Peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan rakyat dan

hutan produksiTantangan utama pembangunan hutan tanaman adalah peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi baik pada hutan rakyat maupun hutan produksi. Tantangan ini selaras dengan rencana revitaslisasi sektor kehutanan dimana hutan tanaman diharapkan sudah mampu berperan dalam menyediakan sebesar 75% kebutuhan bahan baku industri perkayuan (pulp dan kayu pertukangan) baik dari HTI, HTR, HR dan hutan tanaman lainnya pada tahun 2014.

2. Rendahnya penguasaan masyarakat terhadap silvikultur Sebagian besar masyarakat yang melakukan budidaya tanaman hutan memiliki pengetahuan dan teknologi yang terbatas dalam

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 43

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

budidaya tanaman hutan (silviculture). Indikator yang tampak adalah masih lemahnya pengetahuan terhadap benih/bibit berkualitas, pola penanaman, pemeliharaan intensif, pemilihan jenis yang berorientasi pasar, pencegahan hama dan penyakit.

3. Peningkatan nilai tambah dan Daya Saing produk hasil hutanProduk hasil hutan telah memberikan konstribusi yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun konstribusi tersebut dapat ditingkatkan dengan memberikan input teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Sektor Agribisnis kehutanan terutama yang melibatkan masyarakat harus sudah mulai mengarah tidak saja ditataran budidaya tetapi sudah harus lebih ke hilir termasuk proses produksi, produk akhir dan pemasaran.

4. Kemiskinan Masyarakat Desa Sekitar HutanJumlah penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan mencapai 4.507.007 orang atau 11,34% dari jumlah penduduk total. Pada umumnya tingkat ekonomi penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan tergolong miskin, dimana berdasarkan data Podes tahun 2006 jumlah penduduk pra KS dan KS-1 mencapai 3.149.717 orang atau 71,65% dari total penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan. Masih banyaknya masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan memberikan gambaran bahwa keberadaan hutan yang selama ini dimanfaatkan ternyata belum banyak memberikan manfaat ekonomi secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

5. Gangguan keamanan, berupa perambahan dan peredaran kayu ilegal.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 44

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun rekapitulasi identifikasi faktor lingkungan stategis adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Matrik Rekapitulasi Faktor Lingkungan Strategis

INTERNAL EKSTERNAL

Kekuatan Peluang1. Komitmen yang kuat untuk

mengelola sektor kehutanan Jawa Barat

2. Dukungan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan

3. Dukungan dana APBD dan sumber lainnya

4. Potensi Sumberdaya Hutan

1. Peningkatan permintaan terhadap jasa lingkungan hutan seperti air dan wisata alam.

2. Peningkatan nilai ekonomi produk kehutanan dan jasa lingkungan

3. Peningkatan Kesadaran dan perilaku pembangunan berkelanjutan.

4. Perhatian Dunia Internasional terhadap Hutan Tropis dan Isu Lingkungan

5. Kebijakan Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Kelemahan Tantangan

1. Struktur kelembagaan kehutanan yang belum

1. Peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan rakyat dan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 45

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

INTERNAL EKSTERNALkompak

2. Keterbatasan Peran Dinas Kehutanan Provinsi

3. Sarana Pelayanan dan Informasi Database Kehutanan belum memadai

hutan produksi2. Rendahnya penguasaan

masyarakat terhadap silvikultur 3. Peningkatan nilai tambah dan

Daya Saing produk hasil hutan4. Kemiskinan Masyarakat Desa

Sekitar Hutan5. Gangguan keamanan

3.3. Analisis Pilihan Asumsi Strategi

Tabel 8. Matriks Analisis SWOT untuk Melihat Pilihan Asumsi Strategi

IFAS (Internal Faktor Analisys Summary)

EFAS (External Faktor Analisys Summary)

Kekuatan(Strengths) - S

Kelemahan(Weaknesses) - W

1. Komitmen yang kuat untuk mengelola sektor kehutanan Jawa Barat

2. Dukungan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan

3. Dukungan dana APBD dan sumber lainnya

4. Potensi Sumber Daya Hutan

1. Struktur kelembagaan kehutanan yang belum kompak

2. Keterbatasan Peran Dinas Kehutanan Provinsi

3. Sarana Pelayanan dan Informasi Database Kehutanan belum memadai

Peluang (Opportunities) - O

Strengths + Opportunities (

S+O )

Weaknesses + Opportunities (

W+O )1. Peningkatan permintaan

terhadap jasa lingkungan hutan seperti air dan wisata alam.

2. Peningkatan nilai ekonomi produk

Revitalisasi pengelolaan sumberdaya hutan dalam rangka peningkatan produktivitas multi

Pemantapan kelembagaan

Revitalisasi peran Dinas Kehutanan Provinsi sebagai Regulator, inisiator,

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 46

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

kehutanan dan jasa lingkungan

3. Peningkatan Kesadaran dan perilaku pembangunan berkelanjutan.

4. Perhatian Dunia Internasional terhadap Hutan Tropis dan Isu Lingkungan

5. Kebijakan Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Hutan

manfaat sumberdaya hutan

Peningkatan koordinasi pembangunan kehutanan Jawa Barat

Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan

koordinasi, fasilitator, mediator, dan pengawasan (monev)

Ancaman(Threateats) - T

Strengths + Threateats (

S+T )

Weaknesses + Threateats (W+T )

1. Peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan rakyat dan hutan produksi

2. Rendahnya penguasaan masyarakat terhadap silvikultur

3. Peningkatan nilai tambah dan Daya Saing produk hasil hutan

4. Kemiskinan Masyarakat Desa Sekitar Hutan

5. Gangguan keamanan

Pemantapan pengetahuan dan teknologi pengelolaan sumberdaya hutan

Perberdayaan kelembagaan dan ekonomi masyarakat

Pemantapan kawasan hutan

Harmonisasi perencanaan pembangunan kehutanan dan perencanaan tata ruang

Pemantapan pelayanan dan informasi database kehutanan

Analisis pilihan asumsi strategi merupakan kelanjutan analisis dari hasil identifikasi faktor lingkungan strategis.

Yang dimaksud dengan strategi adalah seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya untuk mencapai sasaran. Penggunaan SWOT sangat membantu membuat pilihan strategi identifikasi, penentuan kekuatan, memecahkan kelemahan, memanfaatkan peluang, dan menghindarkan ancaman.

Identifikasi faktor lingkungan ekternal dilakukan dengan mencermati dan menganalisis peluang dan tantangan yang ada di lingkungan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 47

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 II - 48

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB IIIBAB IIIISU-ISU STRATEGIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Permasalahan dalam Pengelolaan Hutan dan Kehutanan adalah sebagai berikut,

1. Tekanan penduduk terhadap kawasan dan koflik penggunaan kawasan masih sangat tinggi.

2. Rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan daya beli masyarakat sekitar hutan.

3. Kondisi kekritisan DAS prioritas dan sebaran lahan kritis masih luas hampir diseluruh wilayah Jawa Barat.

4. Persepsi, motivasi dan partisipasi keswadayaan kesadaran lingkungan pemangku kepentingan masih rendah.

5. Belum optimalnya promosi, investasi dan regulasi kehutanan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDH.

6. Masih lemahnya koordinasi dan sinergitas kelembagaan pemangku kepentingan pengelolaan hutan.

7. Belum optimalnya penerimaan bukan pajak termasuk jasa lingkungan sektor kehutanan.

8. Masih terjadinya pencurian hasil hutan, illegal logging dan gangguan keamanan hutan lainnya.

9. Belum terciptanya sistem informasi yang berkualitas.

10. Peran kelembagaan pengelolaan kawasan hutan dan kawasan lindung belum optimal.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 III - 49

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

3.2. Telaahan Visi, Misi Dan Program Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018, Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 yakni Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua.

Untuk mewujudkan pencapaian Visi tersebut diatas, telah ditetapkan 5 (lima) Misi yaitu :Misi 1 : Membangun masyarakat yang berkualitas dan

berdaya saing.Misi 2 : Membangun perekonomian yang kokoh dan

berkeadilan.Misi 3 : Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui

profesionalisme tata kelola dan perluasan partisipasi.Misi 4 : Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan

pembangunan Infrastruktur strategis yang berkelanjutanMisi 5 : Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan

melalui peningkatan peran pemuda, olahraga, seni dan budaya dalam bingkai kearifan lokal.

Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, salah satu misi yang menjadi embanan Dinas Kehutanan dalam menjalankan tugasnya adalah Misi ke – 2 , yaitu Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan dan Misi ke- 4, yaitu Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan Infrastruktur strategis yang berkelanjutan.

3.3. Telaahan Renstra Kementerian Kehutanan

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 III - 50

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Kementerian Kehutanan dalam Renstra 2010 – 2014 telah mengelaborasi prioritas nasional (prioritas 9) melalui penetapan 8 (delapan) Kebijakan Prioritas Kementerian Kehutanan, meliputi : 1) Pemantapan Kawasan Hutan. 2) Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah

Aliran Sungai (DAS). 3) Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan. 4) Konservasi Keanekaragaman Hayati. 5) Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan. 6) Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.7) Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan8) Penguatan kelembagaan kehutanan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah merespon kebijakan nasional melalui prioritas pembangunan daerah yang ditetapkan dalam 10 (sepuluh) Common Goals, meliputi

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan 2. Peningkatan Kualitas Kesehatan 3. Peningkatan Daya Beli Masyarakat 4. Kemandirian Pangan 5. Peningkatan Kinerja Aparatur 6. Pengembangan Infrastruktur Wilayah 7. Kemandirian Energi Dan Kecukupan Air Baku 8. Penanganan Bencana Dan Pengendalian Lingkungan Hidup 9. Pembangunan Perdesaan 10. Pengembangan Budaya Lokal Dan Destinasi Wisata

Kebijakan pembangunan daerah yang berkaitan dengan sektor kehutanan, adalah Common Goal 3 Peningkatan Daya Beli Masyarakat dan Common Goal 8 Penanganan Bencana Dan Pengendalian Lingkungan Hidup.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 III - 51

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup StrategisKebijakan dan strategi pemanfaatan ruang yang hendak dilaksanakan meliputi : kebijakan dan strategi pengembangan wilayah; kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang. Dalam hal kebijakan pengembangan wilayah di Jawa Barat diwujudkan melalui pembagian 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) yaitu WP Bodebekjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur-Pangandaran, WP Sukabumi dan sekitarnya, dan WP KK Cekungan Bandung.

Adapun strategi pengembangan wilayah untuk kawasan diatas dilakukan dengan mengendalikan pengembangan wilayah, mendorong pengembangan wilayah, membatasi pengembangan wilayah dan meningkatkan pengembangan wilayah. Salah satu upaya yang dilakukan dalam membatasi pengembangan wilayah adalah dengan mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan.Dalam kaitan rencana pola ruang kawasan lindung provinsi, dilaksanakan berbagai upaya meliputi :a) Menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45 % dari luas

seluruh wilayah daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan kawasan lindung diluar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018;

b) Mempertahankan kawasan hutan minimal 30 % dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS);

c) Mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air; dan

d) Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada diluar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 III - 52

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Wilayah kawasan lindung bukan berarti sama sekali tidak ada pembangunan, namun pengembangan di wilayah tersebut harus memperhatikan fungsi lindung dari kawasan itu. Kawasan yang berfungsi lindung berada di dalam kawasan hutan dan diluar kawasan hutan. Didalam kawasan hutan terdiri atas hutan konservasi dan hutan lindung, sedangkan kawasan berfungsi lindung diluar kawasan hutan terdiri dari kawasan yang menunjang fungsi lindung baik di wilayah darat maupun laut.

Dalam penetapan rencana tata ruang wilayah perlu diperhatikan hasil kajian lingkungan hidup strategis (KLHS). Inti daripada kajian lingkungan hidup strategis adalah mengkaji sejauh mana daya dukung dan daya tampung wilayah mampu mendukung pengembangan wilayah tersebut seperti ketersediaan air, resiko kebencanaan, dan sebagainya. Hal ini sangat perlu agar pembangunan yang dilaksanakan dapat berkelanjutan.

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

Berdasarkan identifikasi permasalahan dalam pengelolaan hutan dan pembagunan kehutanan terdapat masalah-masalah pokok yang menjadi isu-isu strategis antara lain :1) Kepemilikan lahan ± 0,15 Ha/KK, menyebabkan taraf hidup

masyarakat petani yang umumnya berdomisili disekitar hutan belum sejahtera, sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap keutuhan dan kelestarian hutan.

2) Selama ini pemanfaatan hutan difokuskan hanya pada hasil hutan kayu, sedangkan jasa lingkungan yang justru memberikan nilai ekonomi cukup besar belum dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 III - 53

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

3) Kesenjangan bahan baku kayu merupakan masalah besar yang akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian sumber daya hutan. Kekurangan bahan baku untuk industri pengolahan kayu telah mendorong meningkatnya gangguan keamanan hutan dalam bentuk perambahan dan penjarahan hutan serta peredaran kayu ilegal. Sementara itu upaya pengembangan sumber bahan baku belum dapat diandalkan, karena hutan rakyat sebagai alternatif belum mampu menghasilkan kayu secara optimal.

4) Masih terjadinya konflik pemanfaatan kawasan hutan antara pemerintah dengan masyarakat yang disebabkan belum jelasnya status dan fungsi sebagian kawasan akibat belum selesainya proses pengukuhan hutan, khususnya pada kawasan-kawasan konservasi berakibat pengamanan kawasan semakin berat.

5) Proses degradasi hutan masih terus berlangsung hampir pada semua kawasan hutan baik hutan produksi, hutan lindung, maupun hutan konservasi. Hal ini berakibat pada semakin luasnya kerusakan hutan dan terganggunya fungsi hutan. Degradasi terjadi pula pada lahan-lahan diluar kawasan hutan sehingga secara kumulatif akan berakibat pada semakin kritisnya kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).

6) Sistem kelembagaan yang belum mantap menyebabkan pengelolaan hutan di Jawa Barat belum optimal. Belum disepakatinya batasan kewenangan yang jelas dan tata hubungan kerja yang masih rancu merupakan kendala organisasi yang menghambat upaya pengelolaan hutan yang optimal.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 III - 54

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB BAB IVIVVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KEHUTANAN KEBIJAKAN DINAS KEHUTANAN

4.1. VISI

Sesuai dengan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 yakni Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua, maka Visi Dinas Kehutanan Tahun 2013 – 2018 adalah :” HUTAN LESTARI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT”.

Penetapan Visi tersebut diatas dilandasi pengertian ”Pengelolaan Hutan Lestari ” sebagai pengertian yang utuh pengelolaan/pembangunan kehutanan berkelanjutan menuju hutan lestari. Realitanya memang sangat sulit dapat diwujudkan dalam lima tahun kedepan, akan tetapi proses ke arah tersebut harus tetap dilakukan dengan keyakinan bahwa keberadaan hutan di Jawa Barat harus tetap lestari sepanjang jaman mengingat fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan, pada titik akhirnya keinginan adanya Hutan Lestari benar-benar diwujudkan.

Dalam prosesnya hutan sebagai objek tentu tidak dengan sendirinya dapat lestari tanpa campur tangan manusia sebagai subyek pengelolanya atau pengambil manfaat. Artinya dalam proses menjadikan Hutan lestari, maka pengelolaan menjadi salah satu unsur yang menjadi starting point mencapai hutan lestari. Pengelolaan hutan yang bijaksana untuk mendapatkan manfaat pembangunan berkelanjutan menjadi pokok penunjang dalam proses terciptanya fungsi hutan sesuai daya dukungnya.

Degradasi hutan akibat ulah manusia baik langsung maupun tidak langsung harus diakui sebagai imbas dari pengelolaan hutan yang

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 55

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

kurang bijaksana sehingga paradigma pengelolaan hutan harus terus diperbaiki secara berkeadilan. Kerja keras dan dukungan partisipasi semua pihak yang peduli akan pentingnya keberadaan hutan menjadi modal yang sangat besar untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan.

4.2. MISI

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Misi Dinas Kehutanan dirumuskan dengan tetap mengacu pada misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, oleh karena itu perlu diuraikan terlebih dahulu Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :Misi 1 : Membangun masyarakat yang berkualitas dan

berdaya saing.Misi 2 : Membangun perekonomian yang kokoh dan

berkeadilan.Misi 3 : Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui

profesionalisme tata kelola dan perluasan partisipasi.Misi 4 : Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan

pembangunan Infrastruktur strategis yang berkelanjutanMisi 5 : Meningkatkan Kehidupan Sosial, seni dan budaya,

Peran Pemuda dan Olah Raga, serta Pengembangan Pariwisata Dalam Bingkai Kearifan Lokal.

Pembangunan sektor kehutanan baik langsung maupun tidak langsung akan menunjang keberhasilan pencapaian misi tersebut diatas, khususnya Misi 2 : Meningkatkan pembangunan ekonomi regional berbasis potensi lokal, dan Misi 4 : Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 56

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Dengan memperhatikan isu-isu strategis yang melatarbelakangi penetapan Visi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, maka untuk dapat mewujudkan peningkatan implementasi pengelolaan hutan menuju hutan lestari, maka

”Meningkatkan Kemantapan Kawasan Hutan dan Keberlangsungan Fungsi Kawasan Lindung” akan menjadi Misi pertama dengan sasaran yang ingin dicapai adalah mewujudkan kawasan hutan yang mantap, terkendalinya gangguan keamanan hutan, meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan lindung, meningkatkan kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan menurunnya luas lahan kritis dikawasan lindung non-hutan.

Pengembangan perekonomian regional berbasis potensi lokal diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang pada umumnya berada di sekitar kawasan hutan. Untuk mendukungnya adalah dengan mengarahkan Misi kedua yaitu : ” Optimalisasi Pemanfaatan Hasil Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat” dengan sasaran : meningkatnya produksi dan pengolahan hasil hutan, meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata, meningkatnya peran masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan dan berkembangnya kelompok aneka usaha kehutanan. Misi kedua ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa dengan kepemilikan lahan oleh petani sangat rendah ( ± 0,15 Ha /KK/ 5 Jiwa ) maka akan sangat sulit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila masyarakat tidak dilibatkan dalam pengelolaan hutan. Memberikan akses kepada masyarakat secara luas dalam pembangunan kehutanan dan memberikan kesempatan berusaha bidang kehutanan tanpa mengganggu kawasan hutan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 57

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

kesenjangan pendapatan masyarakat. Pembangunan kehutanan dengan melibatkan secara aktif masyarakat disekitarnya tidak terlepas dari peran penyuluh kehutanan di lapangan. Penyuluhan yang lebih intensif dan pengenalan inovasi baru dalam pengelolaan hutan partisipatif akan menjadi fokus arah pembangunan kehutanan di masa yang akan datang dengan demikian perlu dilakukan revitalisasi penyuluhan kehutanan dalam pencapaian misi ini. Kelestarian sumberdaya hutan dapat terjaga apabila tekanan gangguan keamanan dapat ditanggulangi dan pengelolaan dapat dijalankan secara berkeadilan.

4.3. TUJUAN DAN SASARAN

Dalam rangka mencapai Misi dan memperhatikan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dihadapi, maka perlu dirumuskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menentukan arah sasaran dan kebijaksanaan yang akan diambil serta program-program pembangunan dan penjabaran kedalam kegiatan-kegiatan. Tujuan dan sasaran dari masing-masing Misi dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :

Misi 1 : Meningkatkan Kemantapan Kawasan Hutan dan keberlanjutan

fungsi Kawasan Lindung

Tujuan : 1. Meningkatkan Kualitas Kawasan Lindung2. Meningkatkan Perlindungan Kawasan Hutan3. Meningkatkan Keanekaragaman dan Populasi Tumbuhan dan

Satwa Liar (TSL)Sasaran :

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 58

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

1. Meningkatnya Luas Kawasan yang berfungsi lindung, dengan indikator : 1) Persentase Kesesuaian Tutupan Lahan yang berfungsi

lindung terhadap luas wilayah (%)2. Meningkatnya Kesiapan dalam rangka Pemantapan

Kawasan Hutan, dengan indikator :2) Jumlah lokasi kawasan hutan yang siap ditata batas (Lokasi)

3. Menurunnya Gangguan Kawasan Hutan, dengan indikator :3) Persentase Penurunan Gangguan Keamanan Hutan (%)

4. Meningkatnya keanekaragaman dan populasi Tumbuhan Satwa Liar (TSL), dengan indikator :4) Persentase peningkatan jumlah tumbuhan satwa liar yang

ditangkarkan

Misi 2: Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan Berbasis Pemberdayaan MasyarakatTujuan : 1. Meningkatkan produksi hasil hutan 2. Meningkatkan nilai pemanfaatan jasa lingkungan3. Mewujudkan pengelolaan hutan rakyat lestari

Sasaran : 1. Meningkatnya Produksi Hasil Hutan, dengan indikator :

1) Persentase bertambahnya produksi hasil hutan kayu (%)2) Persentase bertambahnya produksi hasil hutan bukan kayu

(%)3) Persentase bertambahnya produksi olahan hasil hutan kayu

dan bukan kayu (%)2. Meningkatnya Pemanfaatan Jasa Lingkungan, dengan indikator

: 4) Persentase peningkatan penerimaan jasa wisata alam (%)

3. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Rakyat Secara Lestari

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 59

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

5) Persentase penerbit dokumen legalitas hasil hutan yang memiliki sertifikat (%)

6) Jumlah unit hutan rakyat yang dikelola secara lestari (Unit)

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 60

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 9. Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Tahun 2013 - 2018

VISI

 

MISI

 

TUJUAN

SASARAN

KET   NARASI INDIKATOR

KONDISI

TAHUN DASAR 2013

TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN

    2014 2015 2016 2017 2018

HUTAN LESTARI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1.

MENINGKATKAN KEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN KEBERLANGSUNGAN FUNGSI KAWASAN LINDUNG

1.

Meningkatkan Kualitas Kawasan Lindung

1. Meningkatnya Luas Kawasan yang berfungsi lindung

1. Persentase kesesuaian Tutupan Lahan yang berfungsi lindung terhadap luas wilayah (%)

17% 17.50%

18% 19% 20% 22.80%

IKU

      2.

Meningkatkan Perlindungan Kawasan Hutan

2. Meningkatnya Kesiapan dalam rangka Pemantapan Kawasan Hutan

2. Jumlah Dokumen BATB Kawasan Hutan (Lokasi)

4 Lokasi

4 Loka

si

4 Loka

si

4 Loka

si

4 Loka

si

4 Loka

si

IKU

          3. Menurunnya Gangguan Kawasan Hutan

3. Persentase penurunan gangguan keamanan hutan (%)

0% -2% -4% -6% -8% -10% IKU

      3.

Meningkatkan Keanekaragaman dan Populasi Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL)

4. Meningkatnya jumlah tumbuhan dan satwa liar yang ditangkarkan

4. Persentase Peningkatan jumlah tumbuhan dan satwa liar yang ditangkarkan (%)

0% 5% 10% 15% 20% 25% IKU

  2.

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HASIL HUTAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

4.

Mengoptimalkan Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan

5. Meningkatnya Produksi Hasil Hutan

5. Persentase bertambahnya produksi hasil hutan kayu (%)

0% 2% 4% 6% 8% 10% IKU

              6. Persentase bertambahnya produksi hasil hutan bukan kayu (%)

0% 1% 2% 3% 4% 5% IKU

              7. Persentase bertambahnya produksi olahan hasil hutan kayu dan bukan kayu (%)

0% 1% 2% 3% 4% 5% IKU

      6. Meningkatnya Pemanfaatan Jasa Lingkungan

8. Persentase peningkatan penerimaan jasa wisata alam (%)

0% 5% 10% 15% 20% 25% IKU

      5.

Meningkatkan Pengelolaan Hutan Lestari

7. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Secara Lestari

9. Jumlah unit hutan rakyat yang dikelola secara lestari (Unit)

0 Unit 1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 Unit

IKU

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 61

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

4.4. STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Dalam rangka pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Dinas Kehutanan Tahun 2013-2018, maka dipilih Strategi dan Kebijakan Pembangunan yang menjadi acuan pelaksanaan Program dan Kegiatan sebagaimana disajikan pada Tabel IV.2.Tabel 10. Strategi dan Kebijakan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat

VISI : HUTAN LESTARI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

MISI I : Meningkatkan Kemantapan Kawasan Hutan dan keberlanjutan fungsi Kawasan Lindung

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1. Meningkatkan kualitas kawasan lindung

1. Meningkatnya Luas Kawasan yang berfungsi lindung

1.1. Peningkatan Tata Kelola Pengelolaan kawasan lindung, mulai dari penyusunan recana (RSPKL & RTPKL), pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi

1.1.1. Menfasilitasi penyusunan dokumen perencanaan pengelolaan kawasan lindung secara terpadu

1.2. Peningkatan partisipasi para pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan lindung

1.2.1.Menciptakan koordinasi lintas sektoral antar pemangku kepentingan dalam bentuk forum dan pokja

1.2.2. Menfasilitasi pembangunan model pengelolaan kawasan lindung melalu partisispasi masyarakat

1.2.3. Meningkatkan kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan, termasuk hutan mangrove dan pantai

1.2.4. Menerapkan sistem insentif dan desintife dalam pengelolaan kawasan lindung

2. Meningkatkan Perlindunga

2. Meningkatnya Kesiapan dalam rangka

2.1. Meningkatkan koordinasi dengan seluruh

2.1.1. menfasilitasi kegiatan tata batas

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 62

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

n Kawasan Hutan

pemantapan kawasan hutan

pihak terkait pemantapan kawasan hutan

3. Menurunnya Gangguan Kawasan Hutan

3.1. Penegakan Hukum

3.1.1.Menciptakan koordinasi lintas sektoral dalam penegakan hukum untuk menurunkan gangguan hutan

3.2. Meningkatkan perlindungan hutan rakyat dari serangan hama dan penyakit

3.2.1. Membina dan menfasilitasi kelompok masyarakat dalam perlindungan hutan rakyat dari hama dan penyakit

2. Meningkatkan Keanekaragaman dan Populasi Tumbuhan dan Satwa Liar

4. Meningkatnya Jumlah tumbuhan dan satwa liar yang ditangkarkan

4.1. Mengembangkan pola kemitraan dengan para pemangku kepentingan dalam kegiatan konservasi

4.1.1. Mendorong dan memfasilitasi penyelesaian Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi di Jawa Barat

4.1.2. Menfalisitasi, membina dan memberikan insentif bagi lembaga konservasi termasuk pengembangan Taman Hutan Raya dalam rangka peningkatan populasi tumbuhan dan satwa liar yang ditangka

4.1.3 Melindungi tumbuhan dan satwa langka dari tindakan illegal

2.14. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam daerah penyangga konservasi

Misi 2 : Optimalisasi Pemanfaatan Hasil Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1.Mengoptimalkan Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan

1. Meningkatnya Produksi Hasil Hutan

1.1. Peningkatan produksi kayu melalui sistem silvikulture intensif

1.1.1. Peningkatan pengetahuan dan ketarmpilan melalui penyuluhan, pendidikan dan pelatihan tetang sistem silvikulture intensif,

1.1.2. Memfasilitasi model-model agroforestry /

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 63

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakanperhutanan social pada pengelolaan hutan

1.2. Peningkatan efisiensi produksi hasil hutan

1.2.1. Mengembangkan dan meningkatkan efisiensi industri pengolahan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu

1.3. Penguatan dan membangun komitmen seluruh pelaku usaha kehutanan

1.3.1. Monitoring dan Evaluasi produksi kayu pada hutan negara

1.3.2. Pembinaan pelaku usaha hasil hutan

1.4. Peningkatan pemasaran hasil hutan

1.4.1. Pengembangan Jejaring usaha pemasaran produk hasil hutan

1.4.2. Promosi hasil hutan

2. Meningkatnya Pemanfaatan Jasa Lingkungan

2.1. Meningkatkan nilai jasa lingkungan

2.1.1. Melakukan penilai nilai manfaat wisata dan air serta jasa lingkungan lainnya

2.1.2. Promosi jasa lingkungan

2.1.3.Pemeliharaan dan pemulihan sumber air dan ekosistemnya serta pengelolan kawasan wisata alam

2.1.4. Membangun komitmen antara penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan

2. Meningkatkan pengelolaan hutan lestari

3. Meningkatnya pengelolaan hutan rakyat secara lestaru

3.1. Memperkuat implementasi pengelolaan hutan lestari melalui pemberdayaan masyarakat

3.1.1 Pendampingan kelompok tani hutan agar terpenuhinya kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari

3.1.2. Fasilitasi sertifikasi pengelolaan hutan lestari

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 IV - 64

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB BAB VVRENCANA RENCANA PROGRAM, PROGRAM, KEGIATAN, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN KELOMPOK SASARAN DAN DAN PAGU INDIKATIF PAGU INDIKATIF

5.1. PROGRAM DAN KEGIATAN

Kebijakan-kebijakan strategis yang diimplementasikan dalam pencapaian misi, tujuan, dan sasaran, dalam implementasinya dijabarkan lebih lanjut kedalam program-program pembangunan kehutanan dengan tetap mengacu pada 95 (sembilan puluh lima) Program Pembangunan Daerah dikaitkan dengan Program Pembangunan Sektoral. Program dan Kegiatan Dinas Kehutanan Periode 2013-2018 disajikan pada Tabel V.1.

Tabel 11. Program dan Kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat

Tujuan Sasaran Program dan kegiatan

1. Meningkatkan kualitas kawasan lindung

1.1.Meningkatnya luas Kawasan yang berfungsi lindung

Program Pengelolaan Kawasan Lindung1.1.1. Membangun Model Kawasan

Lindung1.1.2.Membangun Hutan daerah

Kiarapayung1.1.3.Rehabilitasi Hutan dan Lahan

kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda1.1.4.Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai

Besar di Jawa Barat 1.1.5. Rehabilitasi hutan mangrove dan

pantai1.1.6.Fasilitasi penyediaan Sumber Benih

dan Sertifikasi Benih/Bibit Tanaman Hutan

1.1.7.Penyusunan Rencana Pengelolaan Tahura/ Rencana Pengelolaan DAS/ Rencana Tindak DAS/ RPRHL

1.1.8.Kajian Penutupan Lahan pada Kawasan Lindung

Program Pengadaan Penataan dan Pengendalian Administrasi Pertanahan1.1.9. Pembebasan Lahan Enclave, Lahan

masyarakat yang berbatasan dengan Tahura Ir. H. Djuanda dan Lahan di KBU

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 65

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tujuan Sasaran Program dan kegiatan

Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim1.1.10.Sinkronisasi Data Mitigasi dan

Adaptasi Perubahan Iklim

2. Meningkatkan Perlindungan Kawasan Hutan

2.1. Meningkatnya Kesiapan dalam rangka Pemantapan Kawasan Hutan

Program Penataan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

2.1.1. Penyiapan Penataan batas kawasan hutan

2.2. Menurunnya Gangguan Kawasan Hutan

2.2.1. Pembinaan Pelaku Pengamanan Kawasan Hutan

2.2.2. Pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit

3. Meningkatkan Keanekaragaman dan Populasi Tumbuhan dan Satwa Liar

3.2. Meningkatnya jumlah tumbuhan dan satwa liar yang ditangkarkan

Program Penataan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

3.2.1. Mengembangkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati

3.2.2. Identifikasi, penetapan dan pengembangan ekosistem esensial di luar kawasan hutan

4. Mengoptimalkan produksi dan pemanfaatan hasil hutan

4.1. Meningkatkan produksi hasil hutan

Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan4.1.1. Monitoring dan Evaluasi Produksi

Hasil Hutan Kayu 4.1.2. Pengawasan dan Pengendalian Hasil

Hutan 4.1.3. Pengembangan Aneka Usaha

Kehutanan4.1.4. Fasilitasi Pengembangan GEMAR

Paket C4.1.5. Peningkatan Kapasitas SDM di

Perdesaan Sekitar Hutan dalam rangka menciptakan Wirausahawan Baru

4.1.6. Piloting Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan

4.2. Meningkatnya pemanfaatan Jasa Lingkungan

4.2.1. Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata Alam TAHURA Ir. H. Djuanda

4.2.2. Meningkatkan Pemanfaatan Jasa

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 66

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tujuan Sasaran Program dan kegiatan

Lingkungan dan Wisata Alam5. Meningkatka

n pengelolaan hutan lestari

5.1. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Secara Lestari

5.1.1. Pembentukan Unit Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari

5.1.2. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML)

Selain program dan kegiatan untuk mendukung strategis, untuk meningkatkan layanan aparatur baik penyediaan sarana dan prasarana , informasi dan kesejahteraan aparatur dalam bentuk program sebagai berikut :

1. Program Pengembangan Data/ Statistik/ Informasi Daerah1.1. Kegiatan Penyusunan dan Penyajian Data Informasi

Kehutanan2. Program Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluas

Pembangunan Daerah2.1. Kegiatan Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

Pembangunan Kehutanan di Jawa Barat3. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan

Capaian Kinerja3.1. Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja3.2. Kegiatan Penyusunan laporan Keuangan4. Program Peningkatan kesejahteraan Sumber Daya Aparatur 4.1. Kegiatan Peningkatan Kemampuan dan kesejahteraan

aparatur Dinas Kehutanan5. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 5.1. Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran

Dinas Kehutanan5.2. Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran

Balai Pengelolaan TAHURA Ir. H. Djuanda5.3. Kegiatan Penyelenggaraan administrasi Perkantoran

Balai Pengawasan dan pengendalaian Hasil Hutan5.4. Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran

Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah5.5. Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran

Balai Pengelolaan Hutan Wilayah 5.6. Kegiatan Verifikasi bantuan Gubernur

6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 6.1. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran

Dinas Kehutanan6.2. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran

Balai Pengelolaan TAHURA Ir. H. Djuanda6.3. Kegiatan Revitalisasi Balai Pengelolaan TAHURA Ir. H.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 67

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Djuanda6.4. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran

Balai Pengawasan dan Pengendalian Hasil Hutan6.5. Kegiatan Revitalisasi Balai Pengawasan dan

Pengendalian Hasil Hutan 6.6. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran

Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah6.7. Kegiatan Revitalisasi Balai Rehabilitasi Lahan dan

Konservasi Tanah6.8. Kegiatan Peningkatan Sarana Pengamanan Hutan dan

Sarana Pengelolaan TAHURA Ir. H. Djuanda

7. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur

7.1. Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran Dinas Kehutanan

7.2. Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Balai Pengelolaan TAHURA Ir. H. Djuanda

7.3. Kegiatan Pemeliharaan sarana dan prasarana Balai Pengawasan dan Pengendalian Hasil Hutan

7.4. Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Balai rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah

5.3. INDIKATOR KINERJA

Agar keberhasilan suatu perencanaan dapat diukur, maka perlu ditetapkan indikator-indikator kinerja yang menggambarkan suatu hasil yang diinginkan dari suatu instansi/organisasi. Indikator kinerja adalah alat ukur untuk menilai keberhasilan pembangunan secara kuantitatif dan kualitatif sebagaimana defenisi dalam BAB I ketentuan umum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Indikator kinerja terdiri dari indikator kinerja/sasaran program dan indikator kinerja kegiatan. Indikator kinerja/sasaran program adalah sesuatu yang menunjukkan mengenai keberhasilan atau kegagalan pencapaian program dalam rangka pencapaian sasaran

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 68

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

dan tujuan strategis. Indikator kinerja/sasaran program ditetapkan sedapat mungkin mencerminkan hasil (outcome) dari kegiatan yang mendukungnya atau setidaknya merupakan keluaran (output) kegiatan dimaksud.

Indikator kinerja kegiatan adalah sesuatu yang menunjukkan pencapaian kinerja kegiatan, yaitu :1. Masukan (input), adalah sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi dan sebagainya.

2. Keluaran (output), adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.

3. Hasil (outcome), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Secara umum indikator pencapaian kinerja yang ditetapkan pada periode lima tahun kedepan adalah penekanan kepada indikator keluaran (output) dan hasil (outcome) dari pelaksanaan program. Indikator kinerja/sasaran program selama lima tahun ke depan beserta pagu anggarannya seperti terlihat pada lampiran.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 69

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB BAB VIVIINDIKATOR KINERJA DINAS KEHUTANAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 memiliki Visi: “JAWA BARAT MAJU DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”. Visi tersebut dijabarkan kedalam 5 (lima) misi sebagai berikut: Misi 1 : Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya SaingMisi 2 : Membangun Perekonomian Yang Kokoh dan Berkeadilan Misi 3 : Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme aparatur

dan Perluasan Partisipasi Publik Misi 4 : Mewujudkan Jawa Barat Yang Nyaman dan Pembangunan

Infrastruktur Strategis Yang Berkelanjutan Misi 5 : Meningkatkan Kehidupan Sosial, seni dan budaya, Peran

Pemuda dan Olah Raga, serta Pengembangan Pariwisata Dalam Bingkai Kearifan Lokal

Berdasarkan tugas pokok, fungsi dan kewenangan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, maka misi RPJMD 2013-2018 yang dianggap terkait, adalah misi kedua, yaitu Membangun Perekonomian Yang Kokoh dan Berkeadilan dan Misi keempat, yaitu Mewujudkan Jawa Barat Yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis Yang Berkelanjutan. Adapun turunan indikator kinerja secara terstruktur dijabarkan kedalam: Tujuan Misi, Sasaran Misi, Strategi, Arah Kebijakan serta Indikator Kinerja Program, yang secara keseluruhan keterkaitannya digambarkan dalam Tabel 12.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 70

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 71

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 12. Indikator Sasaran Kinerja RPJMD Tahun 2013-2018 yang menjadi Acuan Indikator Sasaran Renstra Dinas Kehutanan Jawa Barat Tahun 2013-2018

Indikator RPJMD

Kinerja Awal pada

periode RPJMD

Target Setiap TahunKeterang

an2014 2015 2016 2017 2018

I.1. Misi Kedua : Membangun Perekonomian yang Kokoh dan BerkeadilanIndikator sasaran Misi Kedua

2. Tujuan Misi 2 : Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah

3. Sasaran Misi 2.2.: Meningkatkan Daya Saing Usaha Pertanian

4. 

Strategi 2.2.3. Meningkatkan produktivitas hutan dan pengembangan aneka usaha kehutanan 

 4.a Arah Kebijakan Strategis 2.2.3.1. Peningkatan Produksi Hasil HutanIndikator Kinerja Program :Persentase bertambahnya produksi hasil hutan

- % 1,33 % 2,67 % 4 % 5,33 % 6,67 %

 4.b Arah Kebijakan Strategis 2.2.3.1. Peningkatan Pemanfaatan Jasa LingkunganIndikator Kinerja Program :Persentase peningkatan penerimaan jasa wisata alam

- % 5 % 10 % 15 % 20 % 25 %

 4.c Arah Kebijakan Strategis 2.2.3.1. Peningkatan Pengelolaan Hutan Rakyat Secara LestariIndikator Kinerja Program :

0 unit 0 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 72

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Indikator RPJMDKinerja Awal pada

Target Setiap Tahun Keterangan2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah unit hutan rakyat yang dikelola secara lestari

II.1. Misi Ketiga : Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme aparatur dan Perluasan Partisipasi PublikIndikator sasaran Misi Ketiga

2. Tujuan Misi 3 : Meningkatkan kualitas birokrasi yang profesional dan akuntabel dalam rangka peningkatkan kualitas pelayanan publik serta pembangunan partisipatif

3. Sasaran Misi 3.1.: Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan Pemerintahan serta mewujudkan perluasan partisipasi publik

4.  

Strategi 3.1.6. Meningkatkan kapasitas pemerintahan desa dan partisipasi masyarakat

 4.a Arah Kebijakan Strategis 3.1.6.3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunanIndikator Kinerja Program :Jumlah kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha bidang kehutanan yang meningkat kapasitasnya

30 kelompok

30 Kelompo

k

30 Kelompo

k

30 Kelompo

k

30 Kelompo

k

30 Kelompo

k

5. Tujuan Misi 5 : Terwujudnya profesionalisme pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang kompeten

7. Sasaran Misi 5.1.: Meningkatnya Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V -

73

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Indikator RPJMDKinerja Awal pada

Target Setiap Tahun Keterangan2014 2015 2016 2017 2018

profesionalisme dan kualitas kesejahteraan aparatur

8. 

Strategi 5.1.1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah daerah

 8.a Arah Kebijakan Strategis 5.1.1.1. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku aparatur berbasis kompetensiIndikator Kinerja Program :Jumlah penuluh kehutanan yang meningkat kompetensinyakapasitasnya

100 orang 150 orang

200 orang

II.1. Misi Keempat : Mewujudkan Jawa Barat Yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis Yang BerkelanjutanIndikator sasaran Misi Keempat

2. Tujuan Misi 7 : Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan.

3. Sasaran Misi 7.1.: Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana

4. Strategi 7.1.2. Menurunkan beban pencemaran lingkungan dan risiko bencana

4.a. Arah Kebijakan Strategis 7.1.2.2. Peningkatan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklimIndikator Kinerja Program :Tingkat penurunan emisi Gas Rumah Kaca

2-3 Persen

3-4 Persen

4-5 Persen

5-6 Persen

6 Persen 7 Persen

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 74

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Indikator RPJMDKinerja Awal pada

Target Setiap Tahun Keterangan2014 2015 2016 2017 2018

(GRK)5. Strategi 7.1.3. Meningkatkan kualitas dan

fungsi kawasan lindung5.a. Arah Kebijakan Strategis

7.1.2.2. Peningkatan kualitas pengelolaan kawasan lindung hutan dan non hutanIndikator Kinerja Program :Persentase tutupan lahan yang berfungsi lindung terhadap luas wilayah

36-37 % 37-38 % 38-39 % 39-41 % 41 % 43 %

6 Strategi 7.1.4. Meningkatkan Perlindungan Kawasan Hutan dan Keanekaragaman Hayati

6.a. Arah Kebijakan Strategis 7.1.4.1. Peningkatan Kesiapan dokumen dalam rangka penataan batas kawasan hutanIndikator Kinerja Program :Jumlah Kawasan hutan yang siap ditata batas

4 lokasi 4 lokasi 4 lokasi 4 lokasi 4 lokasi 4 lokasi

6.b. Arah Kebijakan Strategis 7.1.4.2. Penurunan gangguan Indikator Kinerja Program :Persentase penurunan gangguan kawasan hutan

- % 2 % 4 % 6 % 8 % 10 %

6.c Arah Kebijakan Strategis 7.1.4.3. Peningkatan keanekaragaman dan populasi tumbuhan & satwa liar

- % 5 % 10 % 15 % 20 % 25 %

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 75

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 V - 76

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB BAB VIIVIIP E N U T U PP E N U T U P

Perubahan paradigma pembangunan kehutanan yang ditandai dengan adanya pergeseran orientasi dari pengelolaan kayu menjadi pengelolaan sumber daya, pengelolaan yang sentralistik menjadi desentralisasi menjadikan pengelolaan sumber daya yang berkeadilan dalam menempatkan masyarakat sebagai mitra untuk melaksanakan pembangunan kehutanan, sehingga dapat sejalan dalam mengemban misi pembangunan kehutanan di Jawa Barat.

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan 2013 – 2018 merupakan kebijakan-kebijakan pokok dalam rangka pencapaian Vsi dan Misi yang diemban dengan tolok ukur keberhasilan yang dituangkan dalam indikator kinerja yang terukur dengan strategi pencapaian melalui program dan kegiatan dalam kurun waktu lima tahun.

Akuntabilitas Kinerja atas pelaksanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan arah dan kebijakan dalam Renstra tersebut disusun dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang dibuat setiap Tahun sesuai dengan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja intansi Pemerintah dimana penyusunanya mengacu pada Keputusan Lembaga Administrasi Negara nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Bentuk pertanggungjawaban tersebut merupakan suatu sistem dalam kerangka Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dimana Renstra merupakan salah satu dokumen penting sebagai rujukan dalam penilaian.

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 ini dijadikan sebagai salah satu dokumen penting bagi Dinas Kehutanan dalam pembangunan kehutanan di Jawa Barat yang memiliki fleksibilitas dalam pelaksanaannnya, serta bersifat dinamis sepanjang proses pembangunan tersebut sesuai dengan visi

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 VI - 77

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

dan misi yang telah ditetapkan. Dengan Renstra ini diharapkan akan terjadi sinkronisasi dan sinergi program antar instansi/lembaga terkait dalam pembangunan kehutanan di Jawa Barat.

Revisi Rencana Strategis Dinas Kehutanan Perovinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 VI - 78