Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

73
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor ) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD , kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sampai pertengahan tahun 2001 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah menjadi masalah endemis di 122 kabupaten, 605 kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia, sehingga sering terjadi berjangkit penyakit DBD di berbagai wilayah di Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun. Tercatat bahwa pada tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005 terjadi kasus dalam jumlah masing-masing 40.377, 52.000, 79.462 dan 1

Transcript of Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Page 1: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu

letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia

nyamuk penular (vektor ) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes

albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama

dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada

tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal

dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkan

kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Seluruh wilayah

Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD , kecuali daerah yang

memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

sampai pertengahan tahun 2001 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

sudah menjadi masalah endemis di 122 kabupaten, 605 kecamatan dan 1800

desa/kelurahan di Indonesia, sehingga sering terjadi berjangkit penyakit DBD di

berbagai wilayah di Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun.

Tercatat bahwa pada tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005 terjadi kasus dalam jumlah

masing-masing 40.377, 52.000, 79.462 dan 80.837. Kejadian Luar Biasa (KLB)

terjadi pada tahun 2005, dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 2%. Tahun

2006, total kasus DBD di Indonesia sudah mencapai 104.656 kasus dengan CFR =

1,03% dan tahun 2007 mencapai angka 140.000 kasus dengan CFR = 1%. Pada tahun

2008 terdapat 137.469 kasus, tahun 2009 terdapat 158.912 kasus. Dari laporan ini

dapat dilihat peningkatan kasus DBD tiap tahunnya.

Berdasarkan data Depkes Sumbar, pada tahun 2007 di Kota Padang

ditemukan jumlah kasus DBD per 1000 penduduk adalah 2,13 dengan jumlah

kasus DBD 1.743. Sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 target

kasus DBD per 100.000 adalah 2. Jadi pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus

1

Page 2: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

DBD melebihi angka yang ditetapkan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah

kasus DBD yaitu 0,01 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus 11.

Di wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2008 diperoleh data penderita

DBD sebanyak 34 kasus, pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus mencapai 60

kasus, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan kasus. Pada tahun 2012

didapatkan 39 kasus dengan 1 kematian. Jumlah ini masih diatas angka kesakitan

nasional ( >2/100.000 penduduk). Dari 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

kelurahan Kapalo koto tercatat memiliki kasus terbanyak.

Upaya penanggulangan kasus DBD diwilayah Puskesmas Pauh terwujud

dalam beberapa program seperti pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik

berkala, abatisasi, fogging khusus dan fogging masal. Tetapi pelaksanaannya belum

optimal, terbukti dengan masih tingginya angka kasus DBD dan angka kematian

akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Mengingat angka kasus demam berdarah yang masih tinggi tersebut dan

meningkatnya angka kematian di wilayah puskesmas Pauh, maka perlu adanya upaya

untuk menurunkannya secara lebih intensif. Oleh karena itu penulis merasa perlu

membuat Plan Of Action ( POA ) dalam upaya menanggulangi kasus DBD di wilayah

kerja Puskesmas Pauh.

1.2 Rumusan Masalah

a. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan tingginya angka kasus DBD

wilayah kerja Puskesmas Pauh pada tahun 2012?

b. Bagaimana cara pemecahan masalah dan alternatif untuk menurunkan kasus

DBD dan menekan angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas

Pauh?

1.3 Tujuan

a. Menemukan faktor – faktor yang menyebabkan tingginya angka kasus DBD

wilayah kerja Puskesmas Pauh.

c. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk menurunkan kasus

DBD dan menekan angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas

Pauh?

2

Page 3: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

a. Menyusun Plan of Action dalam upaya penanggulangan kasus DBD di wilayah

kerja Puskesmas Pauh.

1.4 Manfaat

Dalam penulisan Plan of Action ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pihak Puskesmas dalam melaksanakan upaya penanggulangan kasus DBD di

wilayah kerja Puskesmas Pauh. Selain itu proses penulisan Plan of Action ini dapat

menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa

permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang ditemui di Puskesmas

Pauh.

3

Page 4: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Demam Berdarah Dengue

3.1.1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang

disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri

demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan di kulit berupa bintik

perdarahan (petechie), lebam (echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang

mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock)

dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan

mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh

pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.

Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari.

3.1.2. Epidemiologi

Dalam KLB 2004 tercatat angka kejadian (incidence rate) 15 per 100.000

penduduk, padahal tujuan program pemberantasan DBD dalam Indonesia Sehat 2010

adalah menurunkan angka kejadian di bawah 5 per 100.000 penduduk pada tahun

2010. DBD masih sulit diberantas karena tidak tersedianya vaksin dan kurangnya

peran serta masyarakat. Ketiadaan vaksin merupakan penghambat utama eradikasi

DBD. Meskipun demikian, saat ini perkembangan vaksin masih memerlukan

penelitian lebih lanjut agar dapat digunakan ke manusia..

3.1.3. Etiologi

Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok

Arthropoda. Borne Viruses (Arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus

yaitu ;

1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.

2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather

4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

4

Page 5: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia

dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan

Dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang

berat.

3.1.4. Penularan

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun

Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk

Aedes aegypti karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes

albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia.

Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali

ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut,

karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak

memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak.

a. Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik-

bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan

mengisap cairan tumbuhan atan sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan

yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari

pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.

Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari

(16.00- 17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali

untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat

infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah , nyamuk ini hinggap

(beristirahat) di dalam atau diluar runlah. Tempat hinggap yang disenangi adalah

benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab.

Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina

akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit diatas

permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari

setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi

nyamuk dewasa.

5

Page 6: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

b. Tempat Potensial Bagi Penularan DBD

Penularan Demarn Berdarah Dengue dapat terjadi disemua tempat yang

terdapat nyamuk penularan. Adapun tempat yang potensial untuk terjadinya penularan

DBD adalah :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis).

2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang

datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran

beberapa tipe virus dengue cukup besar tempat - tempat umum antara lain:

Sekolah.

RS / Puskesmas dan Sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat

ibadah dan lain-lain.

3. Pemukiman baru dipinggir kota. Karena dilokasi ini, penduduk umumnya

berasal dari berbagai wilayah dimana kemungkinan diantaranya terdapat

penderita atau carier.

c. Mekanisme Penularan.

Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang

sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus

dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan

sumber penularan penyakit demam berdarah.

Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum

demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan

ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak

diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar

liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap

untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik).

d. Musim Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap tahun

terjadi pada bulan September s/d Februari dengan puncak pada bulan Desember atau

Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan. Akan tetapi Untuk kota besar,

6

Page 7: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya musim penularan terjadi pada

bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada bulan Juni atau Juli.

3.1.5. Gambaran Klinis Demam Berdarah Dengue.

a. Demam

Penyakit DBD didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus-menerus

berlangsung 2–7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak disertai

gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anorexia lemas, nyeri pada tulang, sendi,

punggung dan kepala.

b. Manifestasi Pendarahan.

Perdarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam.

Sebab perdarahan adalah trombositopenia. Bentuk perdarahan dapat berupa :

o Ptechiae

o Purpura

o Echymosis

o Perdarahan cunjunctiva

o Perdarahan dari hidung (mimisan atau epestaxis)

o Perdarahan gusi

o Muntah darah (Hematenesis)

o Buang air besar berdarah (melena)

o Kencing berdarah (Hematuri)

Gejala ini tidak semua harus muncul pada setiap penderita, untuk itu diperlukan

toreniquet test dan biasanya positif pada sebagian besar penderita Demam Berdarah

Dengue.

c. Pembesaran hati (Hepatomegali).

Pembesaran hati dapat diraba pada penularan demam. Derajat pembesaran hati

tidak sejajar dengan berapa penyakit Pembesan hati mungkin berkaitan dengan strain

serotype virus dengue.

d. Renjatan (Shock).

Renjatan dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari 3-7 mulai

sakit. Renjatan terjadi karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah ekstra

vaskuler melalui kapilar yang rusak. Adapun tanda-tanda renjatan (shock) :

o Kulit teraba dingin pada ujung hidung, jari dan kaki.

7

Page 8: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

o Penderita menjadi gelisah.

o Nadi cepat, lemah, kecil sampai tas teraba.

o Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmhg atau kurang)

o Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmhg

atau kurang).

Renjatan yang terjadi pada saat demam, biasanya mempunyai kemungkinan

yang lebih buruk.

e. Gejala Klinis Lain.

Gejala lainnya yang dapat menyertai ialah : anoreksia, mual, muntah, lemah,

sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang.

f. Diagnosa Demam Berdarah Dengue.

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus

selama 2-7

b) Manitestasi Perdarahan

c) Tombositoperiia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya

ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.

d) Hemokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator yang

peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan

berulang secara periodik. Kenaikan Ht 20% menunjang diagnosa klinis

Demam Berdarah Dengue.

Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnose secara

klinis dapat dibagi atas (WHO 75).

1. Derajat I (ringan).

Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi

perdarahan dengan uji truniquet positif

2. Derajat II (sedang).

Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan

spontan kulit dan perdarahan lain.

3. Derajat III (berat).

8

Page 9: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menyempit (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin,

lembab dan penderita menjadi gelisah.

4. Derajat IV (berat).

Penderita shock berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak

dapat diraba.

3.2. Upaya Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia

Mulai tahun 1990 s/d sekarang dikembangkan program pemberantasan intensif

Demam Berdarah Dengue di desa/Kelurahan endemis Demam Berdarah Dengue

dengan kegiatan penanggulangan fogging fokus, foging massal sebelum musim

penularan, abatisasi selektif serta penyuluhan dan penggerakkan PSN melalui

kerjasama lintas program dan sektor. Kemudian stratifikasi desa disempurnakan

menjadi 3 strata yaitu : endemis, sporadis dan bebas/potensial.

Berdasarkan Kepmenkes tersebut, tugas dan fungsi Subdit Arbovirosis

ditetapkan bahwa : Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue

dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan : pencegah, penemuan dan pelaporan

penderita, pengamatan, penyakit, penyelidikan epidemiologi, penanggulangan

seperlunya serta penanggulangannya lain dan penyuluhan kepada masyarakat.

3.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberantasan DBD

Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain :

a. Perilaku Penduduk

b. Peran Tenaga Kesehatan

c. Sistem Peringatan Dini

d. Resistensi Nyamuk terhadap Insektisida

e. Alokasi Dana

3.2.2 Kebijakan Penanggulangan Penyakit DBD

Kebijakan dalam rangka penanggulangan menyebarnya DBD adalah:

a. Peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian masyarakat

terhadap penyakit DBD,

9

Page 10: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

b. Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit

DBD,

c. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program

pemberantasan DBD, dan

d. Memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.

Dalam program P2 Demam Berdarah Dengue penyemprotan insektisida

dilakukan terbatas dilokasi yang mempunyai potensi untuk berjangkit kejadian luar

biasa alan wabah, untuk segera membatasi penyebaran dan penularan penyakit

Demam Berdarah Dengue. Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit

Demam Berdarah Dengue yang penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk

penular ditempat perundukan dengan melakukan "3M"

yaitu :

1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.

2. Menutup rapat-rapat tmpat penampungan air.

3. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan seperti: kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain-

lain.

3.2.3. Strategi dalam Pelaksanaan Kebijakan

Strategi dalam pelaksanaan kebijakan di atas dilakukan melalui:

a. Pemberdayaan masyarakat

b. Peningkatan Kemitraan Berwawasan Bebas dari Penyakit DBD,

c. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program,

d. Desentralisasi,

e. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan.

f. Pemberantasan intensif penyakit Demam Berdarah di Desa kelurahan

endemis Demam Berdarah Dengue

3.2.4 Program P2-DBD di Indonesia

Kegiatan pelaksanaan program P2 Demam Berdarah Dengue meliputi :

a. Penyelidikan Epidemiologi

b. Penemuan dan pertolongan penderita

c. Abatisasi Selektif (AS)

10

Page 11: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

d. Fogging Focus (FF)e. Pemeriksaan Jentik berkala

f. Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA)

g. Penggerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

h. Penyuluhan

i. Pelatihan

Skema pengelolaan DBD

Gambar 1. Skema pengelolaan DBDSumber : Buku Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya Tahun 2005

3.2.5. Monitoring dan Evaluasi

a. Indikator Pemerataan

1. Penyelidikan Epidemiologis (PE) = Jumlah penderita dengan PE

Jumlah penderita yang dilaporkan

11

Penderita atau Tersangka DBD

Penyelidikan Epidemiologi

Ada penderita DBD lain atau ada jentik da nada penderita demam tanpa sebab yang jelas pada hari

itu atau seminggu sebelumnya ≥ 3 orang

Tidak Ya

Penyuluhan

PSN

Penyuluhan

PSN

Pengasapan radius ± 200 m

Penyelidikan Epidemiologi

Page 12: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

2. Fogging Focus = Jumlah Fogging

Jumlah Penderita

b. Indikator efektivitas perlindungan =

Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN

Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN

c. Indikator efisiensi program

1. Angka kepadatan jentik (HI) = Jumlah rumah yang positif terdapat jentik

Jumlah rumah yang diperiksa

2. Angka Kesakitan DBD = Jumlah kesakitan DBD

Jumlah Penduduk

3. Angka kematian DBD = Jumlah kematian DBD

Jumlah penderita

12

X 100%

X 100%

X 100%

X 100%

X 100%

Page 13: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB III

ANALISIS SITUASI

2.1 Kondisi Geografi

Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58’

Lintang Selatan, 100 0 21’ 11’ Bujur Timur sebelah timur pusat Kota Padang yang

terdiri 9 (sembilan) kelurahan. Dengan luas wilayah + 146, 2m Km 2, terdiri dari 60

% dataran rendah dan 40 % dataran tinggi . Curah hujan ± 384,88 mm / bulan ,

temperatur antara 28 0 – 310C dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok.

b. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang

Timur).

c. Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koto

Tangah.

d. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan.

13

Page 14: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

KEC. KOTO TANGAH

KEC. KURANJI

KEC. LUBUK KILANGAN

KAB. SOLOK

KEC. LUBUK

BEGALUNG

KEC. PADANG

TIMUR

LAMBUNG BUKIT

LIMAU MANIS

LIMAU MANIS SELATAN

KOTO LUAR

BINUANG KP. DALAM

PIAI TANGAHPISANG

KAPALO KOTO

CUPAK TANGAH

U

Gambar.2Gambar peta wilayah kerja puskesmas pauhSumber : Profil Puskesmas PAUH tahun 2012

2.2 Kondisi Demografi

Secara statistik Wilayah Kerja Puskesmas PAUH Kecamatan PAUH Tahun

2012 didiami oleh 61.442 jiwa, terdiri dari Laki- Laki 30.967 jiwa dan perempuan

30.475 jiwa dengan jumlah 11.328 rumah tangga. Atau rata-rata 5 sampai 6 anggota

keluarga setiap rumah.

Rasio rata- rata penduduk laki – laki dan wanita adalah 97,72 %, dengan

tingkat kepadatan penduduk terbesar pada Kelurahan Cupak Tangah yaitu 2,377

jiwa /Km2 , sedangkan kelurahan Limau Manis adalah yang paling jarang

penduduknya.

Luas daerah, penduduk dan kepadatannya sesuai dengan data BPS Kota

Padang tahun 2012 adalah sebagai berikut.

TABEL.II.1.

LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUKAN

DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

TAHUN 2012

KELURAHAN LUAS JUMLAH KK JUMLAH

14

Page 15: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

WILAYAH PENDD.

Cupak Tangah 2,99 Km2 1341 9027

Piai Tangah 4,97 Km2 886 5035

Pisang 3,99 Km2 1804 7738

Kapalo Koto 35,83 Km2 1105 6693

Limau Manis 24,86 Km2 839 5560

Lambung Bukit 38,80 Km2 814 3560

Koto Luar 18,92 Km2 1618 7923

LM.Selatan 12,96 Km2 1916 9458

Binuang KP Dalam 2,97 Km2 1005 6448

Total 146,29 Km2 11328 61442

Sumber: DKK Padang tahun 2012

Jumlah penduduk didaerah pauh tidak berbanding lurus dengan luas wilayah,

daerah yang luas justru memiliki penduduk yang sedikit, dan sebaliknya.

Berdasarkan jenis Kelamin sebaran penduduk perkelurahan adalah sebagai

berikut.

TABEL.II.2.

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

Cupak Tangah 4581 4446

Piai Tangah 2614 2421

Pisang 3430 4308

Kapalo Koto 3895 3328

Limau Manis 2168 2354

Lambung Bukit 1756 1619

Koto Luar 3341 3433

LM.Selatan 6634 6431

Binuang KP Dalam 2548 2135

Total 30967 30475

Sumber : DKK Padang tahun 2012

15

Page 16: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan

cakupan kesehatan Puskesmas PAUH berdasarkan perhitungan statistik dan konversi

sebagai berikut.

TABEL.II.3.

JUMLAH PRAKIRAAN PENDUDUK SASARAN KESEHATAN

DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

TAHUN 2012

KODE

KELURAHAN

JUMLAH

PENDUDUK

BAYI BALITA BUMIL BULIN BUTEKI LANSIA

01Cupak

Tangah

9027182 790 197 189 200 882

02Binuang KP

Dalam5035

133 556 147 140 112 630

03 Piai Tangah 7738 118 429 133 125 125 492

04 Pisang 6693 158 673 173 165 179 756

05 Kapalo Koto 5560 138 579 153 145 122 654

06 Koto Lua 3560 163 695 177 169 144 774

07 LB Bukit 7923 79 294 91 85 80 348

08Limau Manis

Selatan9458

192 831 208 200 210 924

16

Page 17: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

09 Limau Manis 6448 115 477 128 121 106 543

Total 0 61442 1278 5324 1407 1339 1278

Sumber : DKK Padang tahun 2012

2.3 Sarana Dan Prasarana

Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas

selain ditunjang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Poskeskel,

juga dibantu oleh peran institusi yang ada pada berbagai tatanan yang ada seperti

Posyandu Balita dan Lansia, sekolah , Majelis Taklim, dan lain-lain.

Salah satu Lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis

ditengah masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di

Kecamatan Pauh pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. Posyandu balita = 70 buah

b. Posyandu Lansia = 13 buah

Prasarana Puskesmas saat ini cukup baik namun masih perlu perbaikan pada

prasarana penunjang seperti westafel, tempat cuci tangan sehingga kedepan kita bisa

memberi pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan juga melindungi diri sendiri

dari penularan penyakit.

Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja

Puskesmas Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu

yang terletak di Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Limau Manis dan Limau

Manis Selatan, selain itu juga terdapat Poskeskel pada kelurahan Limau Manis

Selatan dan Kelurahan Koto Lua.Secara rinci kondisi sarana dan prasarana kami

sampaikan pada tabel dibawah ini.

17

Page 18: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

TABEL.II.4.

KONDISI SARANA DAN PRASARANA

PUSKESMAS PAUH TAHUN 2012

NOJENIS SARANA DAN PRASARANA JLH

KONDISI

BAIKRUSAK

RINGAN

RUSAK

SEDANG

RUSAK

BERATI SARANA KESEHATAN

  1 Puskesmas Induk 1 1

  2 Rawat Inap 1 1

  3 Puskesmas Pembantu 5 3 1 1

  4 Rumah Dinas Dokter 1 1

  5 Rumah Dinas Perawat 2 2

18

Page 19: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

  6 Rumah Dinas Bidan -

  7 Puskesmas Keliling rod 1 1

  8 Ambulance 1

  9 Sepeda Motor 7 5 1 1

IISARANA PENUNJANG

  1 Komputer 2 2

  2 Mesin Tik 2 1 1

  3 Telepon 1 1

  4 Listrik 2 2

  5 Sarana Air Bersih 1 1

Sumber:Profil Puskesmas PAUH tahun 2012

2.4 Ketenagaan

Sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas PAUH secara

kuantitatif sudah cukup memadai dengan rasio tenaga berdasarkan katagori tenaga

rata-rata 1:1000 penduduk, namun dari segi kualitatif memang diperlukan upaya

peningkatan pendidikan dan pelatihan terutama dalam rangka menjawab tantangan

akan pentingnya peningkatan mutu (Quality Assurance) oleh provider, serta tuntutan

masyarakat (user) akan mutu yang ditandai dengan semakin berkurangnya keluhan

masyarakat akan pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas.

Jumlah seluruh sumber daya kesehatan pada Puskesmas PAUH sampai

dengan 31 Desember 2012 adalah 61 orang, 42 orang tenaga medis yang terdiri dari

3 orang Dokter dan 2 orang Dokter gigi.

Dari segi rasio tenaga dengan penduduk, Sumber Daya Kesehatan pada

Puskesmas Pauh relative cukup. Tenaga medis dokter ada tiga orang atau rasio 1 :

20.000 penduduk. Sedangkan dokter gigi 2 orang atau 1 : 30.000 penduduk.Jumlah

19

Page 20: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

perawat yang ada tahun 2012 di Puskesmas Pauh adalah 13 orang dan bidan

sebanyak 21 orang dengan ratio terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 1800 orang.

Perubahan kebutuhan masyarakat dan tuntutan peningkatan SDM Kesehatan

yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan pelayanan kesehatan yang bermutu

disikapi dengan memberi kesempatan kepada staff Puskesmas Pauh untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal.Satu orang

staff sedang mengikuti pendidikan, yakni 1 orang tugas belajar di Akademi

Kebidanan. Sejak maret 2011, Puskesmas PAUH kembali memiliki tenaga Sarjana

Kesehatan Masyarakat yang diharapkan mampu melakukan analisis masalah

kesehatan dan membantu Pimpinan menyusun perencanaan Puskesmas. Dibawah ini

disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas PAUH selama

Tahun 2012 sebagai berikut.

TABEL.II.5.

KONDISI KETENAGAAN PADA PUSKESMAS PAUH

TAHUN 2012

NO Jenis Ketenagaan PNS PTT HONOR/ SUKARELA KETERANGAN

1 Dokter Umum 3

2 Dokter Gigi 2 1 Titipan

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2

4 Rekam Medis 1

5 Pengatur Gizi / AKZI 2 2

6 Perawat 12 5

7 Bidan 13 8

20

Page 21: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

8 Perawat Gigi 1

9 Sanitarian 2

10 Asisten Apoteker 3

11 Analis 1

12 SMU/PEKARYA 4 1

Jumlah 46 8 7

Sumber : Profil Puskesmas PAUH tahun 2012

2.5 Kondisi Sosial, Ekonomi Dan Budaya

2.5.1 Sosial

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif

homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi

potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan.

Potensi keninikmamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi penentu

dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat.

Dari segi kepercayaan, Mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan

komposisi 99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Buddha, dan lain lain.

2.5.2 Budaya

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-

kanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas

PAUH menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan

dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan. Sistem

kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk setempat masih dipakai

sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila

cara nya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin

kerjasama peran serta masyarakat.

2.5.3 Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH boleh dikata bervariasi

mulai dari petani dengan kemampuan terbatas, sampai ke kelompok mampu dan

21

Page 22: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

mapan, swasta, PNS, ABRI, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun

kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan

dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki proporsi yang cukup

besar dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH.

2.5.4 Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Padang No 19 tahun 2001 tentang

Struktur Organisasi dan Tata Laksana Puskesmas adalah melaksanakan

kewenangan urusan rumah tangga dalam bidang kesehatan dan tugas lainnya yang

diserahkan oleh Kepala Dinas, termasuk koordinasi terhadap semua kegiatan

kesehatan oleh Dinas – Dinas lainnya yang terkait dibidang Kesehatan tingkat

Kecamatan.

Dikaitkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 128 tentang

Kebijakan Dasar Puskesmas, maka Puskesmas PAUH telah mencoba menyusun

struktur Organisasi Puskesmas dengan penajaman pada konsep Daerah Binaan

dan sistem pembagian tugas yang dibagi habis. Puskesmas menjalankan tugasnya

berdasarkan Visi dan Misi serta strategi berdasarkan kebutuhan Public Good dan

Private Good. (struktur Organisasi Puskesmas PAUH terlampir).

2.6 Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan yang berperan dan menunjang kesehatan mulai tingkat

pendidikan kanak-kanak, pendidikan dasar sampai menengah atas berjumlah 39 buah

yang masing masing dikelola oleh Pemerintah dan Swasta. Perguruan tinggi yang ada

sebanyak 2 buah yaitu Universitas Andalas Padang dan Universitas Negeri Padang

lokal jauh yang terletak pada kelurahan Limau Manis.

Dibawah ini adalah gambaran institusi pendidikan / tatanan sekolah yang

mempunyai kontribusi dan bekerja sama dalam pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh Puskesmas PAUH sebagai berikut.

TABEL.II.6.

DATA FASILITAS PENDIDIKAN WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PAUH TAHUN 2012

NOKELURAHA

NJLH SEKOLAH TK SD/MI SMP/MTS

SMU/K/MA

PT

22

Page 23: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

1PISANG 6 2 4 - -

2 BN.KP DALAM 6 1 4 1

3PIAI TANGAH 2 2

4 CUPAK TANGAH 5 2 1 1 1

5 KAPALO KOTO 6 1 3 1 1

6KOTO LUAR 10 3 3 2 1 1

7LAMB.BUKIK 2 2

8LM.SELATAN 8 4 2 1 1

9 LIMAU MANIS 6 1 3 1 1

PUSKESMAS 51 14 24 6 5 2

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, Laporan Tahunan

Puskesmas Pauh tahun 2012 dan tahun 2013, dan wawancara dengan Kepala

Puskesmas dan para penanggung jawab program di Puskesmas. Beberapa masalah di

Puskesmas Pauh yang ditemui antara lain :

4.1.1. Terdapatnya mortalitas dan tingginya angka kejadian DBD di Puskesmas

Pauh

Berdasarkan data surveilans penyakit menular di Puskesmas Pauh pencapaian

penemuan pasien DBD dari tahun 2010 sampai 2013mengalami peningkatan. Pada

tahun 2010 terdapat 31 kasus demam berdarah. Tahun 2011 terjadi peningkatan kasus

menjadi 39 kasus meningkat 8 kasus dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012terjadi

23

Page 24: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

42 kasus terjadi peningkatan 3 kasus dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun

2013 dari bulan januari sampai dengan bulan mei sudah terjadi 25 kasus

4.1.2. Meningkatnya Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pauh

Berdasarkan data surveilans kasus gigitan hewan penular rabies pada tahun

2012 pada wilayah kerja puskesmas Pauh sebanyak 25 kasus. Kasus yang di observasi

sebanyak 11 orang, yang mendapat vaksin sebanyak 14 orang dan gigitan hewan yang

positif rabies 4 orang.

4.1.3. Rendahnya penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection

Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Berdasarkan data surveilans penyakit menular di Puskesmas Pauh pencapaian

penemuan pasien baru BTA positif (CDR) tahun 2011 mencapai 16%. Sementara

pada tahun 2012, berdasarkan laporanterjadi peningkatan angka penjaringan kasus

sebanyak 37%.

4.1.4. Belum tercapainya target D/S di Puskesmas Pauh

Berdasarkan data tahun 2012 pencapaian D/S di Puskesmas Pauh tersebar 9

kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pauh, kelurahan Pisang 73,3%, kelurahan

kampung dalam 62,2%, kelurahan Limau manis 67,3%, dan kelurahan LB Bukit

66,6%, kelurahan piai tangah 64,8%, kelurahan cupak tangah 58,3%. Limau Manis

Selatan 56,1%, koto luar 55,7%, kapalo koto 50,1%. Sedangkan target yang harus

dicapai adalah 70%.

4.1.5. Belum terlaksananya POSBINDU di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Berdasarkan data peran serta kesehatan masyarakat dalam program Promosi

Kesehatan Puskesmas Pauh 2012, belum ada satupun POSBINDU yang terlaksana di

9 kelurahan, dari target 9 POSBINDU total , 1 untuk masing-masing kelurahan. Jadi

angka kesenjangannya 100 %.

4.2 Prioritas Masalah

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu

dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.Dalam hal ini teknik

24

Page 25: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

yang kami gunakan adalah teknik skoring. Dari masalah tersebut akan dibuat plan of

action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.

Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

- Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

- Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup murah

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

- Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : cukup sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.1. Prioritas Masalah

KriteriaUrgens

i

Intervens

iBiaya Mutu Total Rank

Terdapatnya mortalitas dan tingginya angka kejadian DBD

5 4 4 5 18 I

25

Page 26: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

di Puskesmas PauhMeningkatnya Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pauh

3 2 2 4 13 IV

Rendahnya penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Pauh

4 3 4 5 16 III

Belum tercapainya target D/S di Puskesmas Pauh

4 4 4 5 17 II

Belum terlaksananya POSBINDU di wilayah kerja Puskesmas Pauh

4 2 3 4 13 V

4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah

Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya

identifikasi, analisis, dan upaya pemecahan peningkatan kasus DBD di wilayah

puskesmas Pauh.

Tabel 4.2Angka kasus demam DBD tahun 2010No Wilayah Jan Feb Maret April Mei Jun Jul Agsts Sept Okt Nov Des Jmlh1 Pisang 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3

2 Kp.dalam 0 2 0 0 0 2 1 0 0 0 1 6

3 L.manis 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2

4 Lb.Bukit 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2

5 P.tangah 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3

6 Cp.tangah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

7 L.M selatan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2

26

Page 27: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

8 Kap.Koto 1 2 0 0 0 2 3 2 0 0 0 0 10

9 Koto Luar 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2

Puskesmas 0 7 2 2 6 0 1 1 0 0 0 0 18

Sumber : Laporan Surveilans tahun 2010

Keterangan :

Dari 18 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang

positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 8 orang.

Dari 8 orang yang menderita DBD, 2 orang diantaranya meninggal. Satu orang

di kelurahan kapalo koto, satu orang lagi di kampung dalam

Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 400 rumah didapatkan Angka

Bebas Jentik ( ABJ) 70%

Tindakan dari puskesmas adalah pemberian bubuk abate pada 120 KK

Fogging fokus dilaksanakan satu kali di kelurahan kapalo koto dan kelurahan

kampung dalam

Tabel 4.3Tabel Angka kasus demam DBD tahun 2011No Wilayah Jan Fe

b Maret April Me

iJun Jul Agst

sSept Okt No

vDes Jmlh

1 Pisang 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 42 Kp.dalam 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 33 L.manis 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 34 Lb.Bukit 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 25 P.tangah 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 46 Cp.tangah 0 0 0 0 0 2 0 1 1 0 0 1 57 L.M

selatan0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3

8 Kt.Luar 1 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 89 Kap.Koto 0 2 1 0 0 0 1 3 0 0 0 0 7

Puskesmas 0 7 2 2 6 0 2 1 0 0 0 0 19

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2011

Keterangan :

27

Page 28: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Dari 60 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang

positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 16 orang.

Dari 16 orang yang menderita DBD tidak ada yang meninggal

Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 400 rumah didapatkan Angka

Bebas Jentik ( ABJ) 45%

Tidak dilakukan pembagian bubuk abate pada KK yang jentik nyamuknya

positif

Fogging fokus dilakukan 1 kali di masing-masing kelurahan yang positif kasus

DBDnya

Foging massal tidak pernah dilakukan

Tabel 4.4 Angka Kejadian Kasus Demam DBD tahun 2012No Wilayah Ja

nFeb Maret Apri

lMei Jun Jul Agsts Sep

tOkt Nov De

sJmlh

1 Pisang 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 22 Kp.dalam 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 23 L.manis 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Lb.Bukit 0 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 55 CP.tangah 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 1 66 P.tangah 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 47 L.M

selatan0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 1 0 5

8 Kt.Luar 1 2 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 89 Kap.Koto 0 1 0 0 0 0 3 2 0 0 0 2 8

Puskesmas 0 7 2 2 6 0 0 0 0 0 0 0 17Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2012

Keterangan :

Dari 36 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang

positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 3 orang.

Dari 3 orang yang menderita DBD tidak ada yang meninggal

Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 400 rumah didapatkan Angka

Bebas Jentik ( ABJ) 73%

Tidak dilakukan pembagian bubuk abate pada KK yang jentik nyamuknya

positif

Foging fokus telah dilakukan 3 kali di masing-masing kelurahan yang positif

kasus DBDnya

Foging massal dilakukan 1 kali di keempat kelurahan di wilayah kerja

Puskesmas Pauh

28

Page 29: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Tabel 4.5 Angka kejadian DBD tahun 2013No

Wilayah Jan

Feb

Maret

April

Mei

Jun

Jul

Agsts

Sept

Okt

Nov

Des

Jmlh

1 Pisang 0 1 0 0 1 2

2 Kp.dalam 0 2 0 0 0 2

3 L.manis 0 1 1 0 1 3

4 Lb.Bukit 1 0 0 0 0 1

5 P. tangah 0 3 0 0 0 3

6 Cp.tangah 1 0 0 0 2 3

7 L.M.selata

n

0 2 0 0 0 2

8 Kap.Koto 1 2 0 0 2 5

9 Koto Luar 0 2 0 0 2 4

Puskesmas 0 4 0 0 1 5

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2013

Keterangan :

Dari 5 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang

positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 3

orang.

Dari 7 orang yang menderita DBD,tidak ada yang meninggal dunia.

Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 80 rumah didapatkan Angka

Bebas Jentik ( ABJ) 40%

Belum dilakukan pembagian bubuk abate pada KK yang jentiknya positif

Foging fokus telah dilakukan 1 kali di masing-masing kelurahan yang

positif kasus DBDnya

Foging massal belum dilakukan

29Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agusts Sept Okt Nov Des

2010 0 7 2 2 6 0 1 1 0 0 0 0

2011 8 10 5 6 6 5 4 7 1 4 4 0

2012 12 12 2 1 4 0 1 2 1 1 0 0

2013 2 9 6 3 4 NaN NaN NaN NaN NaN NaN NaN

1

3

5

7

9

11

13

2010

2011

2012

2013

Page 30: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Grafik 1. Kasus Demam DBD 4 tahun terakhir

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013

Grafik diatas menjelaskan tentang kasus DBD dilihat dari bulan Januari sampai

Desember mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Setiap bulan selalu

terjadi kasus, dan kasus terbanyak terjadi pada bulan-bulan di musim hujan seperti

bulan Januari, Februari, November, dan Desember.

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2012

Berdasarkan grafik diatas terlihat keadaan poin maksimum dan minimum dari kasus

30

JanFe

bM

aret

April Mei

Jun Ju

l

Agustus

SeptOkt

NovDes

0

5

10

15

0 0 0 0

4

0 1 1 0 0 0 0

12 12

5 6 6 5 47

14 4

00 0 0 0 1 0 03

53

7 7Poin MinimumPoin Maksimumtahun 2012

Page 31: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

DBD setiap bulannya selama empat tahun terakhir yang dibandingkan dengan kasus

yang terjadi pada tahun 2012, terlihat pada bulan September, November, dan

Desember di tahun 2012 kasusnya melewati poin maksimum.

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013

Berdasarkan peta diatas gambaran kasus DBD berdasarkan wilayah kerja Puskesmas

Pauh, dimana terlihat di setiap kelurahan setiap tahunnya selalu ada kasus DBD,

kelurahan Kapalo Koto merupakan jumlah kasus DBD terbanyak dibandingkan

dengan 8 kelurahan lainnya, dan baru berikutnya kelurahan Koto Luar dengan jumlah

kasus kedua terbanyak.

Tabel 4.6 Tabel Angka Kematian Akibat DBD No Kelurahan 2010 2011 2012 20131 Pisang 0 0 0 02 Kampung Dalam 0 0 0 0

31

Page 32: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

3 Limau manis 0 0 0 04 Lb.Bukit 0 0 0 05 Piai Tangah 0 0 0 06 Cp. Tangah 0 0 0 07 L. Manis Selatan 0 0 0 08 Koto Luar 1 0 0 09 Kapalo Koto 1 0 1 0

TOTAL 2 0 1 0Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa angka kematian akibat

DBD terjadi pada tahun 2010 dan 2012. Dari data ini dapat kita simpulkan bahwa

masalah kematian akibat DBD masih belum tuntas.. Dan terjadi peningkatan kasus

DBD setiap tahun nya. Pada tahun 2013 dari januari sampai mei 2013 saja sudah

terjadi 25 kasus.

Tabel 4.7 Tabel pencapaian fogging focus dan Angka Bebas Jentik di PuskesmasPauh tahun 2010-2013

No. Tahun Jumlah kasus positif DBD

Target fogging focus

Fogging focus yang dilakukan pertahun

Target Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik (ABJ) pertahun

1. 2010 31 orang 8 kali 1 kali 95 % 70%

2. 2011 39 orang 12 kali 1 kali 95% 45%

3. 2012 42 orang 16 kali 3 kali 95% 73%

4. 2013 25 orang 7 kali 1 kali 95% 40%

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013

Tabel diatas menjelaskan jumlah fogging fokus yang dilakukan dibandingkan dengan

target fogging fokusnya dan juga angka bebas jentik pertahun dibandingkan dengan

target angka bebas jentik. Terlihat bahwa dari tahun ketahun fogging fokus yang

dilakukan tidak mencapai target, begitu juga dengan angka bebas jentik pertahunnya

juga tidak mencapai target.

32

2010 2011 2012 201302468

101214

Target

jumlah fogging fokus

Tahun

Jum

lah

Page 33: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Grafik 5. Pencapaian Fogging Fokus di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013

Grafik 6. Pencapaian Angka Bebas Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013

Setelah melakukan observasi langsung, pengisian kuesioner, diskusi, dan

wawancara dengan petugas puskesmas, maka didapatkan beberapa penyebab masalah

meningkatnya kasus DBD dan meningkatnya kasus kematian akibat DBD di

puskesmas Pauh, yakni sebagai berikut:

Tabel 4.8 Analisis sebab akibat

a. Manusia

No. Faktor Masalah Tolak Ukur Katerangan

33

2010 2011 2012 201302468

101214

Target

jumlah fogging fokus

Tahun

Jum

lah

2010 2011 2012 20130%

10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Target

Angka Bebas Jenti (ABJ)

Tahun

Pers

enta

se

Page 34: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Penyebab

1. Masyarakat a. Masih rendahnya pengetahuanmasyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner, hanya69 % mengetahui tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD sedangkan 31% nya menjawab tidak tahu.

b. Masyarakat di kelurahan belum melaksanakan gerakan 3 M secara optimal untuk mencegah DBD

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner, hanya 62,5% yang secara teratur melaksanakan gerakan 3M sedangkan 37,5% tidak melaksanakan

c. Belum optimalnya kinerja kader yang berperan berperan sebagai jumantik (juru pemantau jentik)

Wawancara dengan penanggung jawab program DBD serta wawancara dengan masyarakat setempat.

Kader jumantik tidak berjalan lagi sejak tahu 2010 dikarenakan susahnya koordinasi dan mencari kader untuk pelaksanaan program jumantik dan kebanyakan kader sudah memegang beberapa program ,sehingga kurang nya

34

Diagram Data pengetahuan

masyarakat tentang 3M

Tahu

Tidak Tahu

37,5 %

62,5 %

Page 35: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

keefektifitasan peran kader dalam program jumantik.

2. Tokoh Masyarakat

Belum optimalnya peran serta RT dan RW dalam menghimbau masyarakat untuk melaksanakan gotong royong bersama secara teratur.

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 90% mengatakan belum berperannya tokoh masyarakat dalam menghimbau untuk melaksanakan gotong royong bersama Hanya 10% responden yang mengatakan sudah ada peranan dalam menghimbau masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat

3. Tenaga Kesehatan

Kurang optimalnya peran serta para petugas puskesmas untuk peningkatan pemberantasan jentik nyamuk di rumah warga di wilayah kerja puskesmas Pauh

-Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 90% diantranya menjawab belum ada pemeriksaan jentik berkala oleh petugas puskesmas, hanya 10% yang menjawab pernah dilakukan pemeriksaan jentik berkala.

35

Diagram Kegiatan Pemeriksaan

Jentik Berkala

pernah

tidak pernah

10,0 %

90,0 %

Diagram Peran Tokoh Masyarakat

ya

tidak

10,0 %

90,0 %

Page 36: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

b. Material

36

Page 37: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

c. Metode

No. Faktor Penyebab

Masalah Tolak Ukur Keterangan

37

No.

Faktor Penyebab

Masalah Tolak Ukur Katerangan

1. Material Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum.

Data Promkes mengenai penyuluhan luar gedung yang belum mencapai target.

Kurang dimanfaatkannya papan pengumuman baik itu di puskesmas ataupun di posyandu serta di tempat-tempat umum untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang penyakit DBD,cara penularan dan upaya pencegahannya.

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

dari 80 responden yang diberikan kuesioner 87,5% belum pernah mendapatkan informasi seperti papan informasi, poster, pamphlet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum. Hanya 12,5% yang pernah mendapatkannya

Diagram. Data Masyarakat yang

mendapat poster, leaflet dan pamflet DBD

pernah

tidak pernah

12,5 %

87,5 %

Page 38: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

1. Metode a. Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung, dimana penyuluhan luar gedung hanya terbatas di posyandu dan kantor lurah saja.

- Wawancaara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program P2M

Belum optimalnya penyuluhan luar gedung mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya. Dari data bagian promkes mengenai penyuluhan luar gedung tahun 2012 telah dilakukan penyuluhan sebanyak 42 kali tapi hanya terbatas pada posyandu dan kantor lurah sedangkan pada tempat-tempat umum seperti sekolah, pasar atau pertokoan, masjid dan restoran belum dilakukan penyulahan

- Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 62,5% mengatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung dan hanya 37,5% yang pernah.

b. Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara bagian P2M, Kesling

Wawancaara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program P2M

Penanggulangan kasus DBD masih dilakukan program terkait tetapi belum terintegrasi, hal ini dikarenakan ketidakcocokan dalam

38

Masyarakat yang mengikuti

penyuluhan DBD

pernah

tidak pernah

37,5 %

62,5 %

Page 39: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Promkes serta Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulanga penyakit DBD.

menyusun jadwal

c. Belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan jentik berkala di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas pauh

Pemeriksaan jentik harusnya dilaksanakan 1x3 bulan, tetapi tidak terlaksana akibat belum optimalnya pemeriksaan oleh Jumatik dan petugas puskesmas

Pemeriksaan Jentik Berkala hanya dilakukan apabila terjadi kasus DBD, selama tahun 2012 terdapat 42 kasus DBD hanya 1 kali dilakukan pemeriksaan jentik berkala.

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 90% tidak pernah dilakukan pemeriksaan jentik berkala, sedangkan yang pernah dilakukan hanya 10%.

39

Diagram Kegiatan Pemeriksaan

Jentik Berkala

pernah

tidak pernah

10,0 %

90,0 %

Page 40: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

d. Belum optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan penyakit DBD

Dari wawancara dengan pimpinan puskesmas

Fogging fokus idealnya dilakukan setiap ada kasus DBD, dari 7 kasus DBD baru 1 kali dilakukan fogging fokus. Ini dikarenakan keterbatasan alat dan dana

Wawancara yang dilakukan kepada masyarakat didapatkan bahwa program fogging belum terlaksana secara optimal

Program fogging fokus yang dilakukan setelah terjadi kasus tidak efektif dan efisien, dibuktikan dengan wawancara ke rumah pasien yang menderita DBD, tidak efektifnya dikarenakan fogging hanya terbatas pada teras rumah

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang diberikan kuesioner yang pernah dilakukan fogging hanya 62,5% sedangkan yang tidak pernah dilakukan fogging 37,5%.

.

e. Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah warga di

Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Dari 80 responden yang mendapatkan kuesioner hanya 22,5% yang pernah melakukan gotong royong bersama sedangkan yang tidak pernah dilakukan gotong royong bersama 77,5%.

40

Pernahkah Kegiatan Fogging oleh

Petugas

pernah

tidak pernah

62,5 %

37,5 %

Page 41: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

wilayah kerja Puskesmas Pauh

d. Lingkungan

No Faktor Penyebab

Masalah Tolak Ukur

Keterangan

1. Lingkungan Lingkungan kurang bersih dan tidak sehat

Observasi Lapangan

Dari 9 kelurahan yang dilakukan survey daerah kelurahan kapalo koto dinilai tidak sehat dibuktikan denganhasil observasi lapangan tidak ditemukan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang dikelola dengan baik, sampah hanya ditumpuk disuatu tempat dan tidak dilakukan pengolahan sampah, dan dari beberapa rumah yang dikunjungi, didapatkan saluran pembuangan limbah rumah tangga tidak tertutup dan salurannya tergenang

41

Diagram . Kegiatan gotong royong

bersama

pernah

tidak pernah

77,5 %

22,5 %

Page 42: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Gambar 4.1 Pengelolaan sampah yang tidak optimal

Gambar 4.2 Pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik

42

Page 43: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

43

Page 44: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Gambar 4.Diagram Ischikawa

“Tingginya angka kasus DBD di Puskesmas Pauh tahun 2012”

44

ManusiaMasyarakat

Masih rendahnya pengetahuanmasyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD

Masyarakat di kelurahan belum melaksanakan gerakan 3 M secara optimal untuk mencegah DBD

Tidak adanya berjalan program jumantik (juru pemantau jentik)

Tokoh Masyarakat Belum optimalnya peran serta RT dan RW dalam

menghimbau masyarakat untuk melaksanakan gotong royong bersama secara teratur.

Tenaga Kesehatan Kurang optimalnya peran serta para petugas puskesmas

untuk peningkatan pemberantasan jentik nyamuk di rumah warga di wilayah kerja puskesmas Pauh

Metode Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai

penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung, dimana penyuluhan luar gedung hanya terbatas di posyandu dan kantor lurah saja.

Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara , bagian P2M, Kesling Promkes serta Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD

Belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan jentik berkala di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Tidak optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan penyakit DBD

Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah warga Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum.

Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum.

Tingginya angka kasus DBD di Puskesmas Pauh Tahun

2012

Material Kurangnya pendanaan untuk program fogging focus. Kurangnya pendanaan dari kelurahan untuk insentif

kader. Kurangnya pendanaan untuk pembuatan leaflet,

poster,,pamphlet tentang penyakit DBD

Lingkungan Banyaknya air tergenang. Pengolahan limbah rumah tangga yang tidak terkelola

dengan baik.seperti kaleng-kaleng dan botol-botol bekas Tempat penampungan air yang kurang dikelola dengan baik

Page 45: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB V

RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan rapat evaluasi masing – masing program seperti

promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, dan P2M DBD khususnya tentang kinerja kader

jumantik berupa rapat internal. Kemudian dilakukan rapat dengan pimpinan puskesmas dan

pemegang program lainnya dalam rangka peningkatan kerjasama lintas program.

5.2 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan difokuskan pada :

1. Memberikan penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat di tiap-tiap kelurahan.

2. Penyebaran leaflet dan penempelan poster mengenai penyakit DBD,cara penularan dan

cara pencegahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh

3. Pemeriksaan Jentik Berkala dan pembagian bubuk abate di wilayah kerja Puskesmas

Pauh

4. Bekerjasama dengan pihak DKK untuk melakukan foging focus di Kelurahan Cupak

Tangah, Koto Luar,dan Kapalo Koto.

5. Melakukan gotong royong rutin di lingkungan kelurahan

5.3 Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah upaya penanggulangan DBD telah

maksimal. Hal ini bisa dilihat dari penurunan kasus DBD yang tercatat di Puskesmas Pauh.

Kemudian bisa dilihat dari peran aktif masyarakat dalam usaha pemberantasan sarang

nyamuk berupa gotong royong rutin di lingkungan kelurahan, angka bebas jentik tiap

kelurahan,dan jumlah rumah yang sudah difogging. Pada tahap ini juga dapat dinilai tentang

pengetahuan dari pasien mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahan dengan

menyebarkan kuesioner evaluasi. Evaluasi juga dilakukan melalui rapat internal dan

lokakarya mini yang dilakukan sekali sebulan.

45

Page 46: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

4.4.1 Manusia

a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerja PuskesmasPauh tentang

penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya dengan gerakan 3M+.

Pelaksana : Pemegang program Promkes, Dokter Muda IKM

Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Waktu dan Tempat :

-23 juni 2013 di Mesjid RayaKel. Kapalo Koto

-30 juni 2013 di Mesjid Raya Kelurahan Kp duri

-7 Juli 2013 di Mesjid Raya kelurahan koto luar

-12 juli 2013 di Mesjid RayaKelurahan Lumbung bukit

- 19 juli 2013 di Mesjid Raya Kelurahan Limau Manis

- 26 Juli 2013 di Mesjid Raya Kelurahan cupak Tangah

- 3 agus 2013 di Mesjid Raya kelurahan Binuang

- 10 Agus 2013 di Mesjid Raya Kelurahan parak pisang

- 17 Agus 2013 di Mesjid Raya Kelurahan Limau Manis Selatan

Target : Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD, cara

penularan dan pencegahan DBD dengan gerakan 3M+, seperti : mengubur

barang-barang bekas, menutup tempat penampungan air dan menguras bak

mandi secara teratur disertai dengan memakai lotion anti nyamuk

Pelaksanaan : Penyuluhan interaktif dengan masyarakat

Evaluasi : kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat sebulan sesudah peyuluhan

b. Mengaktifkan Kembali program Jumantik

Pelaksana : Kepala Puskesmas, Pemegang progmam kesling

Pelaksanaan :Rapat bersama JUMANTIK dan petugas puskesmas mengenai

pembentukan JUMANTIK dan penentuan tugas untuk para kader

Sasaran : JUMANTIK dan Petugas Puskesmas

Waktu : Bulan Juni 2013.

46

Page 47: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Tempat : Puskesmas.

Target : Optimalnya peran JUMANTIK dan Petugas Puskesmas dalam

pemeriksaan jentik berkala.

Evaluasi : Pengisian Formulir JPJ

4.4.2 Material

a. Penyebaran leaflet dan penempelan poster mengenai penyakit DBD,cara penularan dan

cara pencegahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Pelaksana : Petugas Promosi Kesehatan, petugas kesling, P2M, pembina wilayah dan

kader

Sasaran : Masyarakat di wilayahkerja puskesmas Pauh.

Waktu : 23 juni 2013 – 30 agus 2013

Tempat :Puskesmas, Posyandu, Kantor Lurah, Sekolah, Masjid, Rumah Makan,

Target :

- Minimal tertempel poster di 4 tempat strategis pada masing-masing

kelurahan, misalnya : Posyandu,Kantor Lurah, Sekolah,Masjid, Rumah

Makan

- Minimal tersebar 20 lembar leaflet tiap penyuluhan.

Pelaksanaan : Penyebaran leaflet sewaktu penyuluhan di Mesjid dan penyebaran leaflet

pada pengunjung Puskesmas. Penempelan poster di puskesmas dan tempat-tempat

umum lainnya

Evaluasi : Pembagian kuisioner kepada masyarakat satu bulan setelah pembagian

leaflet

4.4.3 Metode

a. Menyusun jadwal bersama antara pemegang program kesling,P2M dalam upaya untuk

meningkatkan kerjasama lintas program

Pelaksana : Pimpinan Puskesmas

Waktu : 1 x3 bulan

Sasaran : Pemegang program PromKes, Kesling, P2M

47

Page 48: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Target : berjalannya fungsi masing-masing program dan Meningkatkan kerjasama

lintas program terutama promkes, kesling, P2M dan pembina wilayah

untuk dapat turun bersama-sama ketika ditemukannya kasus DBD yang

baru.

Pelaksanaan : Rapat pertama tanggal 16 juni 2013

Pengaturan jadwal ( Time Schedule)

Evaluasi : Laporan hasil rapat dari masing –masing pemegang program

b. Mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat (Lurah, ketua RT, ketua RW) wilayah

kerja Puskesmas Pauh untuk menghimbau warganya agar melaksanakan program 3M.

Pelaksana : Kepala Puskesmas, Pemegang Program Promkes,Kesling, P2M DBD,

Pembina wilayah, Lurah, Ketua RT dan Ketua RW setempat.

Sasaran : Lurah, Ketua RT dan Ketua RW di Kel. Lb Bukit,kel. Piai Tangah,

kel.Cp Tangah, Kel.Limau Manis. Kel Limau Manis Selatan, kel.Koto

Luar, Kel Kapalo Koto, Kel Pisang, Kel Kampung Dalam Waktu : 20

juni 2013

Tempat : Puskesmas Pauh

Target :-Memberikan pemahaman kepada tokoh masyarakat tentang pentingnya

pelaksanaan program 3M untuk pencegahan penyakit DBD

-Menghimbau tokoh masyarakat (Lurah, Ketua RT, ketua RW) untuk

berperan serta aktif dalam menggerakkan warganya untuk melaksanakan

program 3M

Pelaksanaan : Rapat pada tanggal 30 juni 2013 membahas peran serta tokoh masyarakat

(lurah,ketua RT, ketua RW) untuk berperan serta aktif dalam

menggerakkan warganya untuk pelaksanaan program 3M

Evaluasi : Monitoring rumah warga dan lingkungan kelurahan satu bulan setelah

pertemuan.

48

Page 49: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

c. Pemeriksaan Jentik Berkala di wilayah kerja Puskesmas Pauh diikuti dengan pemberian

bubuk abate

Pelaksana : Juru pemantau jentik (JUMANTIK), Petugas Puskesmas, dan masyarakat

Sasaran : Tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat penampungan air)

yang ada di dalam rumah seperti : WC, vas bunga, di lubang-lubang

pohon, pagar bambu dan lain-lain

Waktu : 1 x 3 bulan

Target :

- Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan

perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi

- Petugas dapat cepat tanggap dengan lingkungan yang berpotensi terjadinya

penyakit menular dengan vector nyamuk terutama DBD, sehingga dapat

dilakukakan tindak lanjut penanganan segera untuk mengurangi angka kejadian.

Pelaksanaan : Pemeriksaan Jentik Berkala tiap 3 bulan,

Pemeriksaan pertama dilakukan pada tanggal 25 juni 2013 di tiap

kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh diikuti dengan pembagian

bubuk abate.

Evaluasi :

d. Bekerjasama dengan pihak DKK untuk melakukan fogging focus di Kelurahan Kapalo

Koto dan kelurahan cupak tangah

Pelaksana : DKK

Waktu : 28 juni 2013 – 5 juli 2013Sasaran : Rumah penderita DBD sampai radius 1 RW per 400 rumahTarget : Memutus mata rantai penularan dan membunuh nyamuk dewasa yang

telah terinfeksi

e. Pelaksanaan : Fogging focus di kelurahan Kelurahan kapalo koto dan kelurahan cupak

tangah

4.4.4 Lingkungan

a. Melakukan gotong royong rutin di lingkungan kelurahan

Pelaksana : Pembina wilayah dan pihak kelurahan, RT/RW setempat

Sasaran : lingkungan kelurahan

49

Page 50: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Waktu : 1 x seminggu

Tempat : lingkungan kelurahan

Target : terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat

Pelaksanaan : gotong royong rutin, penanaman TOGA dan TODAGA

Evaluasi :

50

Page 51: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat kami simpulkan beberapa hal bahwa angka kejadian DBD di

wilayah kerja Puskesmas Pauh mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2012, terjadi

peningkatan kasus dari 39 kasus pada tahun 2011 menjadi 42 kasus. Angka kematian akibat

DBD juga masi ada pada tahun ini yaitu satu kasus, yang terjadi di Kelurahan Kapalo Koto.

Kejadian ini dapat disebabkan oleh berbagai aspek antara lain :

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan

dan pencegahan DBD

Masyarakat di kelurahan belum melakukan prilaku hidup bersih dan sehat contohnya 3 M

untuk mencegah DBD

Belum optimalnya peran serta tokoh masyarakat dalam menghimbau masyarakat untuk

berprilaku hidup bersih dan sehat seperti program 3M

Belum optimalnya kinerja kader yang berperan sebagai jumantik (juru pemantau jentik)

Kurang optimalnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster,

pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat

umum.

Kurang optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan

pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung

Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara bagian P2M, Kesling, Promkes serta

Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.

Belum optimalnya pemeriksaan jentik berkala

Belum optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan

penyakit DBD

Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong rutin untuk membersihkan lingkungan

sekitar

Lingkungan kurang bersih dan tidak sehat

51

Page 52: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk menurunkan kasus DBD dan menekan

angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah :

Menyusun jadwal bersama antara pemegang program kesling,P2M dalam upaya

untuk meningkatkan kerjasama lintas program dalam hal penanggulangan DBD

Revitalisasi peran kader Jumantik ( Juru Pemantau Jentik )

Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pauh

tentang penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya dengan gerakan 3M+.

Penyebaran leaflet dan penempelan poster mengenai penyakit DBD,cara

penularan dan cara pencegahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Pemeriksaan Jentik Berkala di wilayah kerja Puskesmas Pauh diikuti dengan

pemberian bubuk abate

Bekerjasama dengan pihak DKK untuk melakukan foging focus di Kelurahan

KapaloKoto, Koto Luar , dan Cupak Tangah

Melakukan gotong royong rutin di lingkungan kelurahan

5.2 Saran

1. Pimpinan puskesmas

Melakukan koordinasi dengan setiap pemegang program di puskesmas

Melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat (Lurah/RT/RW)

Melakukan revitalisasi terhadap kader jumantik

Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja dari petugas kesehatan

dipuskesmas

2. P2M DBD

Melakukan penyelidikan epidemiologi setiap ditemukan kasus DBD

Melakukan pengawasan terhadap pemeriksaan jentik berkala

Melakukan pengawasan terhadap program fogging focus di tiap kelurahan

3. Promosi Kesehatan

Memberikan penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat di empat kelurahan

wilayah kerja Puskesmas

Menyebaran leaflet dan menempel poster mengenai penyakit DBD,cara penularan

dan cara pencegahan di tempat-tempat umum wilayah kerja Puskesmas

52

Page 53: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

4. Kesehatan Lingkungan

Pemantauan Lingkungan secara teratur

5. Kader Jumantik

Melakukan pemeriksaan jentik berkala tiap 1x3 bulan

Mencatat dan melaporkan Angka Bebas Jentik

Membagikan bubuk abate di tiap rumah yang dilakukan pemantauan jentik

berkala

6. Lurah/ RT/ RW

Menghimbau masyarakat untuk mengikuti penyuluhan

Menghimbau warga untuk melakukan gotong royong secara rutin

53

Page 54: Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

DAFTAR PUSTAKA

1. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.

Jakarta : ERLANGGA, 2005.

2. Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta, 2006. Hal 1731-1735

3. Departemen Kesehatan RI. Perkembangan Kasus Demam Berdarah di

Indonesia. http://www.depkes.go.id . Diakses tanggal 5 Juni 2013.

4. World Health Organisation. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,

Pencegahan, dan Pengendalian. Depkes. RI, Jakarta, 1999.

5. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta, Jakarta 2003.

6. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta, 1997.

7. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi

offset,Yogyakarta, 1993.

8. Departemen Kesehatan RI, Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta1995.

9. Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Penemuan, pertolongan dan Pelaporan Penderita

Penyakit Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta 1992.

10. Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Penggerakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta, 1992.

11. Departemen Kesehatan RI, Petunjukkan Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit

Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta, 1992.

12. Departemen Kesehatan RI, Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah

Tangga Bagi Petugas Puskesmas, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta : 2009

54