Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
-
Upload
ayuniputri -
Category
Documents
-
view
139 -
download
0
Transcript of Bab ! Perbaikaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu
letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Di Indonesia
nyamuk penular (vektor ) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes
albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama
dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada
tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal
dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkan
kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Seluruh wilayah
Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD , kecuali daerah yang
memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
sampai pertengahan tahun 2001 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
sudah menjadi masalah endemis di 122 kabupaten, 605 kecamatan dan 1800
desa/kelurahan di Indonesia, sehingga sering terjadi berjangkit penyakit DBD di
berbagai wilayah di Indonesia hampir di sepanjang waktu dalam satu tahun.
Tercatat bahwa pada tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005 terjadi kasus dalam jumlah
masing-masing 40.377, 52.000, 79.462 dan 80.837. Kejadian Luar Biasa (KLB)
terjadi pada tahun 2005, dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 2%. Tahun
2006, total kasus DBD di Indonesia sudah mencapai 104.656 kasus dengan CFR =
1,03% dan tahun 2007 mencapai angka 140.000 kasus dengan CFR = 1%. Pada tahun
2008 terdapat 137.469 kasus, tahun 2009 terdapat 158.912 kasus. Dari laporan ini
dapat dilihat peningkatan kasus DBD tiap tahunnya.
Berdasarkan data Depkes Sumbar, pada tahun 2007 di Kota Padang
ditemukan jumlah kasus DBD per 1000 penduduk adalah 2,13 dengan jumlah
kasus DBD 1.743. Sedangkan menurut Indikator Indonesia Sehat 2010 target
kasus DBD per 100.000 adalah 2. Jadi pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus
1
DBD melebihi angka yang ditetapkan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah
kasus DBD yaitu 0,01 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus 11.
Di wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2008 diperoleh data penderita
DBD sebanyak 34 kasus, pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus mencapai 60
kasus, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan kasus. Pada tahun 2012
didapatkan 39 kasus dengan 1 kematian. Jumlah ini masih diatas angka kesakitan
nasional ( >2/100.000 penduduk). Dari 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
kelurahan Kapalo koto tercatat memiliki kasus terbanyak.
Upaya penanggulangan kasus DBD diwilayah Puskesmas Pauh terwujud
dalam beberapa program seperti pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik
berkala, abatisasi, fogging khusus dan fogging masal. Tetapi pelaksanaannya belum
optimal, terbukti dengan masih tingginya angka kasus DBD dan angka kematian
akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Mengingat angka kasus demam berdarah yang masih tinggi tersebut dan
meningkatnya angka kematian di wilayah puskesmas Pauh, maka perlu adanya upaya
untuk menurunkannya secara lebih intensif. Oleh karena itu penulis merasa perlu
membuat Plan Of Action ( POA ) dalam upaya menanggulangi kasus DBD di wilayah
kerja Puskesmas Pauh.
1.2 Rumusan Masalah
a. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan tingginya angka kasus DBD
wilayah kerja Puskesmas Pauh pada tahun 2012?
b. Bagaimana cara pemecahan masalah dan alternatif untuk menurunkan kasus
DBD dan menekan angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas
Pauh?
1.3 Tujuan
a. Menemukan faktor – faktor yang menyebabkan tingginya angka kasus DBD
wilayah kerja Puskesmas Pauh.
c. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk menurunkan kasus
DBD dan menekan angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas
Pauh?
2
a. Menyusun Plan of Action dalam upaya penanggulangan kasus DBD di wilayah
kerja Puskesmas Pauh.
1.4 Manfaat
Dalam penulisan Plan of Action ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pihak Puskesmas dalam melaksanakan upaya penanggulangan kasus DBD di
wilayah kerja Puskesmas Pauh. Selain itu proses penulisan Plan of Action ini dapat
menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa
permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang ditemui di Puskesmas
Pauh.
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Demam Berdarah Dengue
3.1.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan di kulit berupa bintik
perdarahan (petechie), lebam (echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock)
dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.
Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari.
3.1.2. Epidemiologi
Dalam KLB 2004 tercatat angka kejadian (incidence rate) 15 per 100.000
penduduk, padahal tujuan program pemberantasan DBD dalam Indonesia Sehat 2010
adalah menurunkan angka kejadian di bawah 5 per 100.000 penduduk pada tahun
2010. DBD masih sulit diberantas karena tidak tersedianya vaksin dan kurangnya
peran serta masyarakat. Ketiadaan vaksin merupakan penghambat utama eradikasi
DBD. Meskipun demikian, saat ini perkembangan vaksin masih memerlukan
penelitian lebih lanjut agar dapat digunakan ke manusia..
3.1.3. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok
Arthropoda. Borne Viruses (Arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus
yaitu ;
1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.
2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather
4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
4
Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia
dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan
Dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang
berat.
3.1.4. Penularan
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun
Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk
Aedes aegypti karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes
albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut,
karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak
memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak.
a. Nyamuk Penular Demam Berdarah Dengue
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan
mengisap cairan tumbuhan atan sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan
yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari
pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.
Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari
(16.00- 17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali
untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat
infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah , nyamuk ini hinggap
(beristirahat) di dalam atau diluar runlah. Tempat hinggap yang disenangi adalah
benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab.
Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina
akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit diatas
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari
setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi
nyamuk dewasa.
5
b. Tempat Potensial Bagi Penularan DBD
Penularan Demarn Berdarah Dengue dapat terjadi disemua tempat yang
terdapat nyamuk penularan. Adapun tempat yang potensial untuk terjadinya penularan
DBD adalah :
1. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis).
2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar tempat - tempat umum antara lain:
Sekolah.
RS / Puskesmas dan Sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat
ibadah dan lain-lain.
3. Pemukiman baru dipinggir kota. Karena dilokasi ini, penduduk umumnya
berasal dari berbagai wilayah dimana kemungkinan diantaranya terdapat
penderita atau carier.
c. Mekanisme Penularan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang
sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus
dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan penyakit demam berdarah.
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan
ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak
diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar
liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik).
d. Musim Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap tahun
terjadi pada bulan September s/d Februari dengan puncak pada bulan Desember atau
Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan. Akan tetapi Untuk kota besar,
6
seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya musim penularan terjadi pada
bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada bulan Juni atau Juli.
3.1.5. Gambaran Klinis Demam Berdarah Dengue.
a. Demam
Penyakit DBD didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus-menerus
berlangsung 2–7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak disertai
gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anorexia lemas, nyeri pada tulang, sendi,
punggung dan kepala.
b. Manifestasi Pendarahan.
Perdarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam.
Sebab perdarahan adalah trombositopenia. Bentuk perdarahan dapat berupa :
o Ptechiae
o Purpura
o Echymosis
o Perdarahan cunjunctiva
o Perdarahan dari hidung (mimisan atau epestaxis)
o Perdarahan gusi
o Muntah darah (Hematenesis)
o Buang air besar berdarah (melena)
o Kencing berdarah (Hematuri)
Gejala ini tidak semua harus muncul pada setiap penderita, untuk itu diperlukan
toreniquet test dan biasanya positif pada sebagian besar penderita Demam Berdarah
Dengue.
c. Pembesaran hati (Hepatomegali).
Pembesaran hati dapat diraba pada penularan demam. Derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan berapa penyakit Pembesan hati mungkin berkaitan dengan strain
serotype virus dengue.
d. Renjatan (Shock).
Renjatan dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari 3-7 mulai
sakit. Renjatan terjadi karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler melalui kapilar yang rusak. Adapun tanda-tanda renjatan (shock) :
o Kulit teraba dingin pada ujung hidung, jari dan kaki.
7
o Penderita menjadi gelisah.
o Nadi cepat, lemah, kecil sampai tas teraba.
o Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmhg atau kurang)
o Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmhg
atau kurang).
Renjatan yang terjadi pada saat demam, biasanya mempunyai kemungkinan
yang lebih buruk.
e. Gejala Klinis Lain.
Gejala lainnya yang dapat menyertai ialah : anoreksia, mual, muntah, lemah,
sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang.
f. Diagnosa Demam Berdarah Dengue.
Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:
a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7
b) Manitestasi Perdarahan
c) Tombositoperiia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya
ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.
d) Hemokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator yang
peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan
berulang secara periodik. Kenaikan Ht 20% menunjang diagnosa klinis
Demam Berdarah Dengue.
Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnose secara
klinis dapat dibagi atas (WHO 75).
1. Derajat I (ringan).
Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi
perdarahan dengan uji truniquet positif
2. Derajat II (sedang).
Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan
spontan kulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III (berat).
8
Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menyempit (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin,
lembab dan penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV (berat).
Penderita shock berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak
dapat diraba.
3.2. Upaya Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia
Mulai tahun 1990 s/d sekarang dikembangkan program pemberantasan intensif
Demam Berdarah Dengue di desa/Kelurahan endemis Demam Berdarah Dengue
dengan kegiatan penanggulangan fogging fokus, foging massal sebelum musim
penularan, abatisasi selektif serta penyuluhan dan penggerakkan PSN melalui
kerjasama lintas program dan sektor. Kemudian stratifikasi desa disempurnakan
menjadi 3 strata yaitu : endemis, sporadis dan bebas/potensial.
Berdasarkan Kepmenkes tersebut, tugas dan fungsi Subdit Arbovirosis
ditetapkan bahwa : Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue
dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan : pencegah, penemuan dan pelaporan
penderita, pengamatan, penyakit, penyelidikan epidemiologi, penanggulangan
seperlunya serta penanggulangannya lain dan penyuluhan kepada masyarakat.
3.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberantasan DBD
Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain :
a. Perilaku Penduduk
b. Peran Tenaga Kesehatan
c. Sistem Peringatan Dini
d. Resistensi Nyamuk terhadap Insektisida
e. Alokasi Dana
3.2.2 Kebijakan Penanggulangan Penyakit DBD
Kebijakan dalam rangka penanggulangan menyebarnya DBD adalah:
a. Peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian masyarakat
terhadap penyakit DBD,
9
b. Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit
DBD,
c. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program
pemberantasan DBD, dan
d. Memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.
Dalam program P2 Demam Berdarah Dengue penyemprotan insektisida
dilakukan terbatas dilokasi yang mempunyai potensi untuk berjangkit kejadian luar
biasa alan wabah, untuk segera membatasi penyebaran dan penularan penyakit
Demam Berdarah Dengue. Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit
Demam Berdarah Dengue yang penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penular ditempat perundukan dengan melakukan "3M"
yaitu :
1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.
2. Menutup rapat-rapat tmpat penampungan air.
3. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan seperti: kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain-
lain.
3.2.3. Strategi dalam Pelaksanaan Kebijakan
Strategi dalam pelaksanaan kebijakan di atas dilakukan melalui:
a. Pemberdayaan masyarakat
b. Peningkatan Kemitraan Berwawasan Bebas dari Penyakit DBD,
c. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program,
d. Desentralisasi,
e. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan.
f. Pemberantasan intensif penyakit Demam Berdarah di Desa kelurahan
endemis Demam Berdarah Dengue
3.2.4 Program P2-DBD di Indonesia
Kegiatan pelaksanaan program P2 Demam Berdarah Dengue meliputi :
a. Penyelidikan Epidemiologi
b. Penemuan dan pertolongan penderita
c. Abatisasi Selektif (AS)
10
d. Fogging Focus (FF)e. Pemeriksaan Jentik berkala
f. Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA)
g. Penggerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
h. Penyuluhan
i. Pelatihan
Skema pengelolaan DBD
Gambar 1. Skema pengelolaan DBDSumber : Buku Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya Tahun 2005
3.2.5. Monitoring dan Evaluasi
a. Indikator Pemerataan
1. Penyelidikan Epidemiologis (PE) = Jumlah penderita dengan PE
Jumlah penderita yang dilaporkan
11
Penderita atau Tersangka DBD
Penyelidikan Epidemiologi
Ada penderita DBD lain atau ada jentik da nada penderita demam tanpa sebab yang jelas pada hari
itu atau seminggu sebelumnya ≥ 3 orang
Tidak Ya
Penyuluhan
PSN
Penyuluhan
PSN
Pengasapan radius ± 200 m
Penyelidikan Epidemiologi
2. Fogging Focus = Jumlah Fogging
Jumlah Penderita
b. Indikator efektivitas perlindungan =
Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN
Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN
c. Indikator efisiensi program
1. Angka kepadatan jentik (HI) = Jumlah rumah yang positif terdapat jentik
Jumlah rumah yang diperiksa
2. Angka Kesakitan DBD = Jumlah kesakitan DBD
Jumlah Penduduk
3. Angka kematian DBD = Jumlah kematian DBD
Jumlah penderita
12
X 100%
X 100%
X 100%
X 100%
X 100%
BAB III
ANALISIS SITUASI
2.1 Kondisi Geografi
Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58’
Lintang Selatan, 100 0 21’ 11’ Bujur Timur sebelah timur pusat Kota Padang yang
terdiri 9 (sembilan) kelurahan. Dengan luas wilayah + 146, 2m Km 2, terdiri dari 60
% dataran rendah dan 40 % dataran tinggi . Curah hujan ± 384,88 mm / bulan ,
temperatur antara 28 0 – 310C dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok.
b. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang
Timur).
c. Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koto
Tangah.
d. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan.
13
KEC. KOTO TANGAH
KEC. KURANJI
KEC. LUBUK KILANGAN
KAB. SOLOK
KEC. LUBUK
BEGALUNG
KEC. PADANG
TIMUR
LAMBUNG BUKIT
LIMAU MANIS
LIMAU MANIS SELATAN
KOTO LUAR
BINUANG KP. DALAM
PIAI TANGAHPISANG
KAPALO KOTO
CUPAK TANGAH
U
Gambar.2Gambar peta wilayah kerja puskesmas pauhSumber : Profil Puskesmas PAUH tahun 2012
2.2 Kondisi Demografi
Secara statistik Wilayah Kerja Puskesmas PAUH Kecamatan PAUH Tahun
2012 didiami oleh 61.442 jiwa, terdiri dari Laki- Laki 30.967 jiwa dan perempuan
30.475 jiwa dengan jumlah 11.328 rumah tangga. Atau rata-rata 5 sampai 6 anggota
keluarga setiap rumah.
Rasio rata- rata penduduk laki – laki dan wanita adalah 97,72 %, dengan
tingkat kepadatan penduduk terbesar pada Kelurahan Cupak Tangah yaitu 2,377
jiwa /Km2 , sedangkan kelurahan Limau Manis adalah yang paling jarang
penduduknya.
Luas daerah, penduduk dan kepadatannya sesuai dengan data BPS Kota
Padang tahun 2012 adalah sebagai berikut.
TABEL.II.1.
LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUKAN
DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2012
KELURAHAN LUAS JUMLAH KK JUMLAH
14
WILAYAH PENDD.
Cupak Tangah 2,99 Km2 1341 9027
Piai Tangah 4,97 Km2 886 5035
Pisang 3,99 Km2 1804 7738
Kapalo Koto 35,83 Km2 1105 6693
Limau Manis 24,86 Km2 839 5560
Lambung Bukit 38,80 Km2 814 3560
Koto Luar 18,92 Km2 1618 7923
LM.Selatan 12,96 Km2 1916 9458
Binuang KP Dalam 2,97 Km2 1005 6448
Total 146,29 Km2 11328 61442
Sumber: DKK Padang tahun 2012
Jumlah penduduk didaerah pauh tidak berbanding lurus dengan luas wilayah,
daerah yang luas justru memiliki penduduk yang sedikit, dan sebaliknya.
Berdasarkan jenis Kelamin sebaran penduduk perkelurahan adalah sebagai
berikut.
TABEL.II.2.
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
Cupak Tangah 4581 4446
Piai Tangah 2614 2421
Pisang 3430 4308
Kapalo Koto 3895 3328
Limau Manis 2168 2354
Lambung Bukit 1756 1619
Koto Luar 3341 3433
LM.Selatan 6634 6431
Binuang KP Dalam 2548 2135
Total 30967 30475
Sumber : DKK Padang tahun 2012
15
Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan
cakupan kesehatan Puskesmas PAUH berdasarkan perhitungan statistik dan konversi
sebagai berikut.
TABEL.II.3.
JUMLAH PRAKIRAAN PENDUDUK SASARAN KESEHATAN
DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2012
KODE
KELURAHAN
JUMLAH
PENDUDUK
BAYI BALITA BUMIL BULIN BUTEKI LANSIA
01Cupak
Tangah
9027182 790 197 189 200 882
02Binuang KP
Dalam5035
133 556 147 140 112 630
03 Piai Tangah 7738 118 429 133 125 125 492
04 Pisang 6693 158 673 173 165 179 756
05 Kapalo Koto 5560 138 579 153 145 122 654
06 Koto Lua 3560 163 695 177 169 144 774
07 LB Bukit 7923 79 294 91 85 80 348
08Limau Manis
Selatan9458
192 831 208 200 210 924
16
09 Limau Manis 6448 115 477 128 121 106 543
Total 0 61442 1278 5324 1407 1339 1278
Sumber : DKK Padang tahun 2012
2.3 Sarana Dan Prasarana
Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas
selain ditunjang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Poskeskel,
juga dibantu oleh peran institusi yang ada pada berbagai tatanan yang ada seperti
Posyandu Balita dan Lansia, sekolah , Majelis Taklim, dan lain-lain.
Salah satu Lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis
ditengah masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di
Kecamatan Pauh pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
a. Posyandu balita = 70 buah
b. Posyandu Lansia = 13 buah
Prasarana Puskesmas saat ini cukup baik namun masih perlu perbaikan pada
prasarana penunjang seperti westafel, tempat cuci tangan sehingga kedepan kita bisa
memberi pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan juga melindungi diri sendiri
dari penularan penyakit.
Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu
yang terletak di Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Limau Manis dan Limau
Manis Selatan, selain itu juga terdapat Poskeskel pada kelurahan Limau Manis
Selatan dan Kelurahan Koto Lua.Secara rinci kondisi sarana dan prasarana kami
sampaikan pada tabel dibawah ini.
17
TABEL.II.4.
KONDISI SARANA DAN PRASARANA
PUSKESMAS PAUH TAHUN 2012
NOJENIS SARANA DAN PRASARANA JLH
KONDISI
BAIKRUSAK
RINGAN
RUSAK
SEDANG
RUSAK
BERATI SARANA KESEHATAN
1 Puskesmas Induk 1 1
2 Rawat Inap 1 1
3 Puskesmas Pembantu 5 3 1 1
4 Rumah Dinas Dokter 1 1
5 Rumah Dinas Perawat 2 2
18
6 Rumah Dinas Bidan -
7 Puskesmas Keliling rod 1 1
8 Ambulance 1
9 Sepeda Motor 7 5 1 1
IISARANA PENUNJANG
1 Komputer 2 2
2 Mesin Tik 2 1 1
3 Telepon 1 1
4 Listrik 2 2
5 Sarana Air Bersih 1 1
Sumber:Profil Puskesmas PAUH tahun 2012
2.4 Ketenagaan
Sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas PAUH secara
kuantitatif sudah cukup memadai dengan rasio tenaga berdasarkan katagori tenaga
rata-rata 1:1000 penduduk, namun dari segi kualitatif memang diperlukan upaya
peningkatan pendidikan dan pelatihan terutama dalam rangka menjawab tantangan
akan pentingnya peningkatan mutu (Quality Assurance) oleh provider, serta tuntutan
masyarakat (user) akan mutu yang ditandai dengan semakin berkurangnya keluhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas.
Jumlah seluruh sumber daya kesehatan pada Puskesmas PAUH sampai
dengan 31 Desember 2012 adalah 61 orang, 42 orang tenaga medis yang terdiri dari
3 orang Dokter dan 2 orang Dokter gigi.
Dari segi rasio tenaga dengan penduduk, Sumber Daya Kesehatan pada
Puskesmas Pauh relative cukup. Tenaga medis dokter ada tiga orang atau rasio 1 :
20.000 penduduk. Sedangkan dokter gigi 2 orang atau 1 : 30.000 penduduk.Jumlah
19
perawat yang ada tahun 2012 di Puskesmas Pauh adalah 13 orang dan bidan
sebanyak 21 orang dengan ratio terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 1800 orang.
Perubahan kebutuhan masyarakat dan tuntutan peningkatan SDM Kesehatan
yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan pelayanan kesehatan yang bermutu
disikapi dengan memberi kesempatan kepada staff Puskesmas Pauh untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal.Satu orang
staff sedang mengikuti pendidikan, yakni 1 orang tugas belajar di Akademi
Kebidanan. Sejak maret 2011, Puskesmas PAUH kembali memiliki tenaga Sarjana
Kesehatan Masyarakat yang diharapkan mampu melakukan analisis masalah
kesehatan dan membantu Pimpinan menyusun perencanaan Puskesmas. Dibawah ini
disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas PAUH selama
Tahun 2012 sebagai berikut.
TABEL.II.5.
KONDISI KETENAGAAN PADA PUSKESMAS PAUH
TAHUN 2012
NO Jenis Ketenagaan PNS PTT HONOR/ SUKARELA KETERANGAN
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 2 1 Titipan
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
4 Rekam Medis 1
5 Pengatur Gizi / AKZI 2 2
6 Perawat 12 5
7 Bidan 13 8
20
8 Perawat Gigi 1
9 Sanitarian 2
10 Asisten Apoteker 3
11 Analis 1
12 SMU/PEKARYA 4 1
Jumlah 46 8 7
Sumber : Profil Puskesmas PAUH tahun 2012
2.5 Kondisi Sosial, Ekonomi Dan Budaya
2.5.1 Sosial
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif
homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi
potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan.
Potensi keninikmamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi penentu
dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
Dari segi kepercayaan, Mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan
komposisi 99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Buddha, dan lain lain.
2.5.2 Budaya
Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-
kanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas
PAUH menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan
dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan. Sistem
kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk setempat masih dipakai
sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila
cara nya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin
kerjasama peran serta masyarakat.
2.5.3 Ekonomi
Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH boleh dikata bervariasi
mulai dari petani dengan kemampuan terbatas, sampai ke kelompok mampu dan
21
mapan, swasta, PNS, ABRI, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun
kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan
dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki proporsi yang cukup
besar dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH.
2.5.4 Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Padang No 19 tahun 2001 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Laksana Puskesmas adalah melaksanakan
kewenangan urusan rumah tangga dalam bidang kesehatan dan tugas lainnya yang
diserahkan oleh Kepala Dinas, termasuk koordinasi terhadap semua kegiatan
kesehatan oleh Dinas – Dinas lainnya yang terkait dibidang Kesehatan tingkat
Kecamatan.
Dikaitkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 128 tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas, maka Puskesmas PAUH telah mencoba menyusun
struktur Organisasi Puskesmas dengan penajaman pada konsep Daerah Binaan
dan sistem pembagian tugas yang dibagi habis. Puskesmas menjalankan tugasnya
berdasarkan Visi dan Misi serta strategi berdasarkan kebutuhan Public Good dan
Private Good. (struktur Organisasi Puskesmas PAUH terlampir).
2.6 Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan yang berperan dan menunjang kesehatan mulai tingkat
pendidikan kanak-kanak, pendidikan dasar sampai menengah atas berjumlah 39 buah
yang masing masing dikelola oleh Pemerintah dan Swasta. Perguruan tinggi yang ada
sebanyak 2 buah yaitu Universitas Andalas Padang dan Universitas Negeri Padang
lokal jauh yang terletak pada kelurahan Limau Manis.
Dibawah ini adalah gambaran institusi pendidikan / tatanan sekolah yang
mempunyai kontribusi dan bekerja sama dalam pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh Puskesmas PAUH sebagai berikut.
TABEL.II.6.
DATA FASILITAS PENDIDIKAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAUH TAHUN 2012
NOKELURAHA
NJLH SEKOLAH TK SD/MI SMP/MTS
SMU/K/MA
PT
22
1PISANG 6 2 4 - -
2 BN.KP DALAM 6 1 4 1
3PIAI TANGAH 2 2
4 CUPAK TANGAH 5 2 1 1 1
5 KAPALO KOTO 6 1 3 1 1
6KOTO LUAR 10 3 3 2 1 1
7LAMB.BUKIK 2 2
8LM.SELATAN 8 4 2 1 1
9 LIMAU MANIS 6 1 3 1 1
PUSKESMAS 51 14 24 6 5 2
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, Laporan Tahunan
Puskesmas Pauh tahun 2012 dan tahun 2013, dan wawancara dengan Kepala
Puskesmas dan para penanggung jawab program di Puskesmas. Beberapa masalah di
Puskesmas Pauh yang ditemui antara lain :
4.1.1. Terdapatnya mortalitas dan tingginya angka kejadian DBD di Puskesmas
Pauh
Berdasarkan data surveilans penyakit menular di Puskesmas Pauh pencapaian
penemuan pasien DBD dari tahun 2010 sampai 2013mengalami peningkatan. Pada
tahun 2010 terdapat 31 kasus demam berdarah. Tahun 2011 terjadi peningkatan kasus
menjadi 39 kasus meningkat 8 kasus dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012terjadi
23
42 kasus terjadi peningkatan 3 kasus dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun
2013 dari bulan januari sampai dengan bulan mei sudah terjadi 25 kasus
4.1.2. Meningkatnya Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pauh
Berdasarkan data surveilans kasus gigitan hewan penular rabies pada tahun
2012 pada wilayah kerja puskesmas Pauh sebanyak 25 kasus. Kasus yang di observasi
sebanyak 11 orang, yang mendapat vaksin sebanyak 14 orang dan gigitan hewan yang
positif rabies 4 orang.
4.1.3. Rendahnya penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection
Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Berdasarkan data surveilans penyakit menular di Puskesmas Pauh pencapaian
penemuan pasien baru BTA positif (CDR) tahun 2011 mencapai 16%. Sementara
pada tahun 2012, berdasarkan laporanterjadi peningkatan angka penjaringan kasus
sebanyak 37%.
4.1.4. Belum tercapainya target D/S di Puskesmas Pauh
Berdasarkan data tahun 2012 pencapaian D/S di Puskesmas Pauh tersebar 9
kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pauh, kelurahan Pisang 73,3%, kelurahan
kampung dalam 62,2%, kelurahan Limau manis 67,3%, dan kelurahan LB Bukit
66,6%, kelurahan piai tangah 64,8%, kelurahan cupak tangah 58,3%. Limau Manis
Selatan 56,1%, koto luar 55,7%, kapalo koto 50,1%. Sedangkan target yang harus
dicapai adalah 70%.
4.1.5. Belum terlaksananya POSBINDU di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Berdasarkan data peran serta kesehatan masyarakat dalam program Promosi
Kesehatan Puskesmas Pauh 2012, belum ada satupun POSBINDU yang terlaksana di
9 kelurahan, dari target 9 POSBINDU total , 1 untuk masing-masing kelurahan. Jadi
angka kesenjangannya 100 %.
4.2 Prioritas Masalah
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas tidak
memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu
dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.Dalam hal ini teknik
24
yang kami gunakan adalah teknik skoring. Dari masalah tersebut akan dibuat plan of
action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.
Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
- Intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
- Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup murah
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
- Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : cukup sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
Tabel 4.1. Prioritas Masalah
KriteriaUrgens
i
Intervens
iBiaya Mutu Total Rank
Terdapatnya mortalitas dan tingginya angka kejadian DBD
5 4 4 5 18 I
25
di Puskesmas PauhMeningkatnya Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pauh
3 2 2 4 13 IV
Rendahnya penemuan kasus baru TB Paru BTA positif (Case Detection Rate = CDR) di wilayah kerja Puskesmas Pauh
4 3 4 5 16 III
Belum tercapainya target D/S di Puskesmas Pauh
4 4 4 5 17 II
Belum terlaksananya POSBINDU di wilayah kerja Puskesmas Pauh
4 2 3 4 13 V
4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya
identifikasi, analisis, dan upaya pemecahan peningkatan kasus DBD di wilayah
puskesmas Pauh.
Tabel 4.2Angka kasus demam DBD tahun 2010No Wilayah Jan Feb Maret April Mei Jun Jul Agsts Sept Okt Nov Des Jmlh1 Pisang 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
2 Kp.dalam 0 2 0 0 0 2 1 0 0 0 1 6
3 L.manis 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
4 Lb.Bukit 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
5 P.tangah 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3
6 Cp.tangah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
7 L.M selatan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
26
8 Kap.Koto 1 2 0 0 0 2 3 2 0 0 0 0 10
9 Koto Luar 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
Puskesmas 0 7 2 2 6 0 1 1 0 0 0 0 18
Sumber : Laporan Surveilans tahun 2010
Keterangan :
Dari 18 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang
positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 8 orang.
Dari 8 orang yang menderita DBD, 2 orang diantaranya meninggal. Satu orang
di kelurahan kapalo koto, satu orang lagi di kampung dalam
Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 400 rumah didapatkan Angka
Bebas Jentik ( ABJ) 70%
Tindakan dari puskesmas adalah pemberian bubuk abate pada 120 KK
Fogging fokus dilaksanakan satu kali di kelurahan kapalo koto dan kelurahan
kampung dalam
Tabel 4.3Tabel Angka kasus demam DBD tahun 2011No Wilayah Jan Fe
b Maret April Me
iJun Jul Agst
sSept Okt No
vDes Jmlh
1 Pisang 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 42 Kp.dalam 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 33 L.manis 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 34 Lb.Bukit 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 25 P.tangah 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 46 Cp.tangah 0 0 0 0 0 2 0 1 1 0 0 1 57 L.M
selatan0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3
8 Kt.Luar 1 1 0 0 0 1 3 2 0 0 0 1 89 Kap.Koto 0 2 1 0 0 0 1 3 0 0 0 0 7
Puskesmas 0 7 2 2 6 0 2 1 0 0 0 0 19
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2011
Keterangan :
27
Dari 60 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang
positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 16 orang.
Dari 16 orang yang menderita DBD tidak ada yang meninggal
Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 400 rumah didapatkan Angka
Bebas Jentik ( ABJ) 45%
Tidak dilakukan pembagian bubuk abate pada KK yang jentik nyamuknya
positif
Fogging fokus dilakukan 1 kali di masing-masing kelurahan yang positif kasus
DBDnya
Foging massal tidak pernah dilakukan
Tabel 4.4 Angka Kejadian Kasus Demam DBD tahun 2012No Wilayah Ja
nFeb Maret Apri
lMei Jun Jul Agsts Sep
tOkt Nov De
sJmlh
1 Pisang 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 22 Kp.dalam 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 23 L.manis 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Lb.Bukit 0 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 55 CP.tangah 1 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 1 66 P.tangah 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 47 L.M
selatan0 1 0 0 0 0 2 1 0 0 1 0 5
8 Kt.Luar 1 2 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 89 Kap.Koto 0 1 0 0 0 0 3 2 0 0 0 2 8
Puskesmas 0 7 2 2 6 0 0 0 0 0 0 0 17Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2012
Keterangan :
Dari 36 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang
positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 3 orang.
Dari 3 orang yang menderita DBD tidak ada yang meninggal
Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 400 rumah didapatkan Angka
Bebas Jentik ( ABJ) 73%
Tidak dilakukan pembagian bubuk abate pada KK yang jentik nyamuknya
positif
Foging fokus telah dilakukan 3 kali di masing-masing kelurahan yang positif
kasus DBDnya
Foging massal dilakukan 1 kali di keempat kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Pauh
28
Tabel 4.5 Angka kejadian DBD tahun 2013No
Wilayah Jan
Feb
Maret
April
Mei
Jun
Jul
Agsts
Sept
Okt
Nov
Des
Jmlh
1 Pisang 0 1 0 0 1 2
2 Kp.dalam 0 2 0 0 0 2
3 L.manis 0 1 1 0 1 3
4 Lb.Bukit 1 0 0 0 0 1
5 P. tangah 0 3 0 0 0 3
6 Cp.tangah 1 0 0 0 2 3
7 L.M.selata
n
0 2 0 0 0 2
8 Kap.Koto 1 2 0 0 2 5
9 Koto Luar 0 2 0 0 2 4
Puskesmas 0 4 0 0 1 5
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2013
Keterangan :
Dari 5 kasus demam DBD yang dilakukan penyelidikan epidemiologi yang
positif menderita DBD dengan trombosit dibawah 100.000 adalah 3
orang.
Dari 7 orang yang menderita DBD,tidak ada yang meninggal dunia.
Dilakukan pemeriksaan jentik berkala pada 80 rumah didapatkan Angka
Bebas Jentik ( ABJ) 40%
Belum dilakukan pembagian bubuk abate pada KK yang jentiknya positif
Foging fokus telah dilakukan 1 kali di masing-masing kelurahan yang
positif kasus DBDnya
Foging massal belum dilakukan
29Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agusts Sept Okt Nov Des
2010 0 7 2 2 6 0 1 1 0 0 0 0
2011 8 10 5 6 6 5 4 7 1 4 4 0
2012 12 12 2 1 4 0 1 2 1 1 0 0
2013 2 9 6 3 4 NaN NaN NaN NaN NaN NaN NaN
1
3
5
7
9
11
13
2010
2011
2012
2013
Grafik 1. Kasus Demam DBD 4 tahun terakhir
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013
Grafik diatas menjelaskan tentang kasus DBD dilihat dari bulan Januari sampai
Desember mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Setiap bulan selalu
terjadi kasus, dan kasus terbanyak terjadi pada bulan-bulan di musim hujan seperti
bulan Januari, Februari, November, dan Desember.
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2012
Berdasarkan grafik diatas terlihat keadaan poin maksimum dan minimum dari kasus
30
JanFe
bM
aret
April Mei
Jun Ju
l
Agustus
SeptOkt
NovDes
0
5
10
15
0 0 0 0
4
0 1 1 0 0 0 0
12 12
5 6 6 5 47
14 4
00 0 0 0 1 0 03
53
7 7Poin MinimumPoin Maksimumtahun 2012
DBD setiap bulannya selama empat tahun terakhir yang dibandingkan dengan kasus
yang terjadi pada tahun 2012, terlihat pada bulan September, November, dan
Desember di tahun 2012 kasusnya melewati poin maksimum.
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013
Berdasarkan peta diatas gambaran kasus DBD berdasarkan wilayah kerja Puskesmas
Pauh, dimana terlihat di setiap kelurahan setiap tahunnya selalu ada kasus DBD,
kelurahan Kapalo Koto merupakan jumlah kasus DBD terbanyak dibandingkan
dengan 8 kelurahan lainnya, dan baru berikutnya kelurahan Koto Luar dengan jumlah
kasus kedua terbanyak.
Tabel 4.6 Tabel Angka Kematian Akibat DBD No Kelurahan 2010 2011 2012 20131 Pisang 0 0 0 02 Kampung Dalam 0 0 0 0
31
3 Limau manis 0 0 0 04 Lb.Bukit 0 0 0 05 Piai Tangah 0 0 0 06 Cp. Tangah 0 0 0 07 L. Manis Selatan 0 0 0 08 Koto Luar 1 0 0 09 Kapalo Koto 1 0 1 0
TOTAL 2 0 1 0Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013
Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa angka kematian akibat
DBD terjadi pada tahun 2010 dan 2012. Dari data ini dapat kita simpulkan bahwa
masalah kematian akibat DBD masih belum tuntas.. Dan terjadi peningkatan kasus
DBD setiap tahun nya. Pada tahun 2013 dari januari sampai mei 2013 saja sudah
terjadi 25 kasus.
Tabel 4.7 Tabel pencapaian fogging focus dan Angka Bebas Jentik di PuskesmasPauh tahun 2010-2013
No. Tahun Jumlah kasus positif DBD
Target fogging focus
Fogging focus yang dilakukan pertahun
Target Angka Bebas Jentik (ABJ)
Angka Bebas Jentik (ABJ) pertahun
1. 2010 31 orang 8 kali 1 kali 95 % 70%
2. 2011 39 orang 12 kali 1 kali 95% 45%
3. 2012 42 orang 16 kali 3 kali 95% 73%
4. 2013 25 orang 7 kali 1 kali 95% 40%
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013
Tabel diatas menjelaskan jumlah fogging fokus yang dilakukan dibandingkan dengan
target fogging fokusnya dan juga angka bebas jentik pertahun dibandingkan dengan
target angka bebas jentik. Terlihat bahwa dari tahun ketahun fogging fokus yang
dilakukan tidak mencapai target, begitu juga dengan angka bebas jentik pertahunnya
juga tidak mencapai target.
32
2010 2011 2012 201302468
101214
Target
jumlah fogging fokus
Tahun
Jum
lah
Grafik 5. Pencapaian Fogging Fokus di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013
Grafik 6. Pencapaian Angka Bebas Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Sumber : Laporan Surveilans Tahun 2010-2013
Setelah melakukan observasi langsung, pengisian kuesioner, diskusi, dan
wawancara dengan petugas puskesmas, maka didapatkan beberapa penyebab masalah
meningkatnya kasus DBD dan meningkatnya kasus kematian akibat DBD di
puskesmas Pauh, yakni sebagai berikut:
Tabel 4.8 Analisis sebab akibat
a. Manusia
No. Faktor Masalah Tolak Ukur Katerangan
33
2010 2011 2012 201302468
101214
Target
jumlah fogging fokus
Tahun
Jum
lah
2010 2011 2012 20130%
10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Target
Angka Bebas Jenti (ABJ)
Tahun
Pers
enta
se
Penyebab
1. Masyarakat a. Masih rendahnya pengetahuanmasyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner, hanya69 % mengetahui tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD sedangkan 31% nya menjawab tidak tahu.
b. Masyarakat di kelurahan belum melaksanakan gerakan 3 M secara optimal untuk mencegah DBD
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner, hanya 62,5% yang secara teratur melaksanakan gerakan 3M sedangkan 37,5% tidak melaksanakan
c. Belum optimalnya kinerja kader yang berperan berperan sebagai jumantik (juru pemantau jentik)
Wawancara dengan penanggung jawab program DBD serta wawancara dengan masyarakat setempat.
Kader jumantik tidak berjalan lagi sejak tahu 2010 dikarenakan susahnya koordinasi dan mencari kader untuk pelaksanaan program jumantik dan kebanyakan kader sudah memegang beberapa program ,sehingga kurang nya
34
Diagram Data pengetahuan
masyarakat tentang 3M
Tahu
Tidak Tahu
37,5 %
62,5 %
keefektifitasan peran kader dalam program jumantik.
2. Tokoh Masyarakat
Belum optimalnya peran serta RT dan RW dalam menghimbau masyarakat untuk melaksanakan gotong royong bersama secara teratur.
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 90% mengatakan belum berperannya tokoh masyarakat dalam menghimbau untuk melaksanakan gotong royong bersama Hanya 10% responden yang mengatakan sudah ada peranan dalam menghimbau masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat
3. Tenaga Kesehatan
Kurang optimalnya peran serta para petugas puskesmas untuk peningkatan pemberantasan jentik nyamuk di rumah warga di wilayah kerja puskesmas Pauh
-Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 90% diantranya menjawab belum ada pemeriksaan jentik berkala oleh petugas puskesmas, hanya 10% yang menjawab pernah dilakukan pemeriksaan jentik berkala.
35
Diagram Kegiatan Pemeriksaan
Jentik Berkala
pernah
tidak pernah
10,0 %
90,0 %
Diagram Peran Tokoh Masyarakat
ya
tidak
10,0 %
90,0 %
b. Material
36
c. Metode
No. Faktor Penyebab
Masalah Tolak Ukur Keterangan
37
No.
Faktor Penyebab
Masalah Tolak Ukur Katerangan
1. Material Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum.
Data Promkes mengenai penyuluhan luar gedung yang belum mencapai target.
Kurang dimanfaatkannya papan pengumuman baik itu di puskesmas ataupun di posyandu serta di tempat-tempat umum untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang penyakit DBD,cara penularan dan upaya pencegahannya.
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
dari 80 responden yang diberikan kuesioner 87,5% belum pernah mendapatkan informasi seperti papan informasi, poster, pamphlet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum. Hanya 12,5% yang pernah mendapatkannya
Diagram. Data Masyarakat yang
mendapat poster, leaflet dan pamflet DBD
pernah
tidak pernah
12,5 %
87,5 %
1. Metode a. Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung, dimana penyuluhan luar gedung hanya terbatas di posyandu dan kantor lurah saja.
- Wawancaara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program P2M
Belum optimalnya penyuluhan luar gedung mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya. Dari data bagian promkes mengenai penyuluhan luar gedung tahun 2012 telah dilakukan penyuluhan sebanyak 42 kali tapi hanya terbatas pada posyandu dan kantor lurah sedangkan pada tempat-tempat umum seperti sekolah, pasar atau pertokoan, masjid dan restoran belum dilakukan penyulahan
- Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 62,5% mengatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung dan hanya 37,5% yang pernah.
b. Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara bagian P2M, Kesling
Wawancaara dengan pimpinan puskesmas dan pemegang program P2M
Penanggulangan kasus DBD masih dilakukan program terkait tetapi belum terintegrasi, hal ini dikarenakan ketidakcocokan dalam
38
Masyarakat yang mengikuti
penyuluhan DBD
pernah
tidak pernah
37,5 %
62,5 %
Promkes serta Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulanga penyakit DBD.
menyusun jadwal
c. Belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan jentik berkala di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas pauh
Pemeriksaan jentik harusnya dilaksanakan 1x3 bulan, tetapi tidak terlaksana akibat belum optimalnya pemeriksaan oleh Jumatik dan petugas puskesmas
Pemeriksaan Jentik Berkala hanya dilakukan apabila terjadi kasus DBD, selama tahun 2012 terdapat 42 kasus DBD hanya 1 kali dilakukan pemeriksaan jentik berkala.
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner 90% tidak pernah dilakukan pemeriksaan jentik berkala, sedangkan yang pernah dilakukan hanya 10%.
39
Diagram Kegiatan Pemeriksaan
Jentik Berkala
pernah
tidak pernah
10,0 %
90,0 %
d. Belum optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan penyakit DBD
Dari wawancara dengan pimpinan puskesmas
Fogging fokus idealnya dilakukan setiap ada kasus DBD, dari 7 kasus DBD baru 1 kali dilakukan fogging fokus. Ini dikarenakan keterbatasan alat dan dana
Wawancara yang dilakukan kepada masyarakat didapatkan bahwa program fogging belum terlaksana secara optimal
Program fogging fokus yang dilakukan setelah terjadi kasus tidak efektif dan efisien, dibuktikan dengan wawancara ke rumah pasien yang menderita DBD, tidak efektifnya dikarenakan fogging hanya terbatas pada teras rumah
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang diberikan kuesioner yang pernah dilakukan fogging hanya 62,5% sedangkan yang tidak pernah dilakukan fogging 37,5%.
.
e. Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah warga di
Kuesioner yang dibagikan ke 80 rumah di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Dari 80 responden yang mendapatkan kuesioner hanya 22,5% yang pernah melakukan gotong royong bersama sedangkan yang tidak pernah dilakukan gotong royong bersama 77,5%.
40
Pernahkah Kegiatan Fogging oleh
Petugas
pernah
tidak pernah
62,5 %
37,5 %
wilayah kerja Puskesmas Pauh
d. Lingkungan
No Faktor Penyebab
Masalah Tolak Ukur
Keterangan
1. Lingkungan Lingkungan kurang bersih dan tidak sehat
Observasi Lapangan
Dari 9 kelurahan yang dilakukan survey daerah kelurahan kapalo koto dinilai tidak sehat dibuktikan denganhasil observasi lapangan tidak ditemukan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang dikelola dengan baik, sampah hanya ditumpuk disuatu tempat dan tidak dilakukan pengolahan sampah, dan dari beberapa rumah yang dikunjungi, didapatkan saluran pembuangan limbah rumah tangga tidak tertutup dan salurannya tergenang
41
Diagram . Kegiatan gotong royong
bersama
pernah
tidak pernah
77,5 %
22,5 %
Gambar 4.1 Pengelolaan sampah yang tidak optimal
Gambar 4.2 Pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik
42
43
Gambar 4.Diagram Ischikawa
“Tingginya angka kasus DBD di Puskesmas Pauh tahun 2012”
44
ManusiaMasyarakat
Masih rendahnya pengetahuanmasyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan DBD
Masyarakat di kelurahan belum melaksanakan gerakan 3 M secara optimal untuk mencegah DBD
Tidak adanya berjalan program jumantik (juru pemantau jentik)
Tokoh Masyarakat Belum optimalnya peran serta RT dan RW dalam
menghimbau masyarakat untuk melaksanakan gotong royong bersama secara teratur.
Tenaga Kesehatan Kurang optimalnya peran serta para petugas puskesmas
untuk peningkatan pemberantasan jentik nyamuk di rumah warga di wilayah kerja puskesmas Pauh
Metode Belum optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai
penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung, dimana penyuluhan luar gedung hanya terbatas di posyandu dan kantor lurah saja.
Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara , bagian P2M, Kesling Promkes serta Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD
Belum optimalnya pelaksanaan pemeriksaan jentik berkala di tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Tidak optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan penyakit DBD
Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong bersama untuk membersihkan lingkungan sekitar rumah warga Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum.
Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat umum.
Tingginya angka kasus DBD di Puskesmas Pauh Tahun
2012
Material Kurangnya pendanaan untuk program fogging focus. Kurangnya pendanaan dari kelurahan untuk insentif
kader. Kurangnya pendanaan untuk pembuatan leaflet,
poster,,pamphlet tentang penyakit DBD
Lingkungan Banyaknya air tergenang. Pengolahan limbah rumah tangga yang tidak terkelola
dengan baik.seperti kaleng-kaleng dan botol-botol bekas Tempat penampungan air yang kurang dikelola dengan baik
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM
5.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan rapat evaluasi masing – masing program seperti
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, dan P2M DBD khususnya tentang kinerja kader
jumantik berupa rapat internal. Kemudian dilakukan rapat dengan pimpinan puskesmas dan
pemegang program lainnya dalam rangka peningkatan kerjasama lintas program.
5.2 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan difokuskan pada :
1. Memberikan penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat di tiap-tiap kelurahan.
2. Penyebaran leaflet dan penempelan poster mengenai penyakit DBD,cara penularan dan
cara pencegahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
3. Pemeriksaan Jentik Berkala dan pembagian bubuk abate di wilayah kerja Puskesmas
Pauh
4. Bekerjasama dengan pihak DKK untuk melakukan foging focus di Kelurahan Cupak
Tangah, Koto Luar,dan Kapalo Koto.
5. Melakukan gotong royong rutin di lingkungan kelurahan
5.3 Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah upaya penanggulangan DBD telah
maksimal. Hal ini bisa dilihat dari penurunan kasus DBD yang tercatat di Puskesmas Pauh.
Kemudian bisa dilihat dari peran aktif masyarakat dalam usaha pemberantasan sarang
nyamuk berupa gotong royong rutin di lingkungan kelurahan, angka bebas jentik tiap
kelurahan,dan jumlah rumah yang sudah difogging. Pada tahap ini juga dapat dinilai tentang
pengetahuan dari pasien mengenai penyakit DBD, cara penularan dan pencegahan dengan
menyebarkan kuesioner evaluasi. Evaluasi juga dilakukan melalui rapat internal dan
lokakarya mini yang dilakukan sekali sebulan.
45
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
4.4.1 Manusia
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerja PuskesmasPauh tentang
penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya dengan gerakan 3M+.
Pelaksana : Pemegang program Promkes, Dokter Muda IKM
Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Waktu dan Tempat :
-23 juni 2013 di Mesjid RayaKel. Kapalo Koto
-30 juni 2013 di Mesjid Raya Kelurahan Kp duri
-7 Juli 2013 di Mesjid Raya kelurahan koto luar
-12 juli 2013 di Mesjid RayaKelurahan Lumbung bukit
- 19 juli 2013 di Mesjid Raya Kelurahan Limau Manis
- 26 Juli 2013 di Mesjid Raya Kelurahan cupak Tangah
- 3 agus 2013 di Mesjid Raya kelurahan Binuang
- 10 Agus 2013 di Mesjid Raya Kelurahan parak pisang
- 17 Agus 2013 di Mesjid Raya Kelurahan Limau Manis Selatan
Target : Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD, cara
penularan dan pencegahan DBD dengan gerakan 3M+, seperti : mengubur
barang-barang bekas, menutup tempat penampungan air dan menguras bak
mandi secara teratur disertai dengan memakai lotion anti nyamuk
Pelaksanaan : Penyuluhan interaktif dengan masyarakat
Evaluasi : kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat sebulan sesudah peyuluhan
b. Mengaktifkan Kembali program Jumantik
Pelaksana : Kepala Puskesmas, Pemegang progmam kesling
Pelaksanaan :Rapat bersama JUMANTIK dan petugas puskesmas mengenai
pembentukan JUMANTIK dan penentuan tugas untuk para kader
Sasaran : JUMANTIK dan Petugas Puskesmas
Waktu : Bulan Juni 2013.
46
Tempat : Puskesmas.
Target : Optimalnya peran JUMANTIK dan Petugas Puskesmas dalam
pemeriksaan jentik berkala.
Evaluasi : Pengisian Formulir JPJ
4.4.2 Material
a. Penyebaran leaflet dan penempelan poster mengenai penyakit DBD,cara penularan dan
cara pencegahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Pelaksana : Petugas Promosi Kesehatan, petugas kesling, P2M, pembina wilayah dan
kader
Sasaran : Masyarakat di wilayahkerja puskesmas Pauh.
Waktu : 23 juni 2013 – 30 agus 2013
Tempat :Puskesmas, Posyandu, Kantor Lurah, Sekolah, Masjid, Rumah Makan,
Target :
- Minimal tertempel poster di 4 tempat strategis pada masing-masing
kelurahan, misalnya : Posyandu,Kantor Lurah, Sekolah,Masjid, Rumah
Makan
- Minimal tersebar 20 lembar leaflet tiap penyuluhan.
Pelaksanaan : Penyebaran leaflet sewaktu penyuluhan di Mesjid dan penyebaran leaflet
pada pengunjung Puskesmas. Penempelan poster di puskesmas dan tempat-tempat
umum lainnya
Evaluasi : Pembagian kuisioner kepada masyarakat satu bulan setelah pembagian
leaflet
4.4.3 Metode
a. Menyusun jadwal bersama antara pemegang program kesling,P2M dalam upaya untuk
meningkatkan kerjasama lintas program
Pelaksana : Pimpinan Puskesmas
Waktu : 1 x3 bulan
Sasaran : Pemegang program PromKes, Kesling, P2M
47
Target : berjalannya fungsi masing-masing program dan Meningkatkan kerjasama
lintas program terutama promkes, kesling, P2M dan pembina wilayah
untuk dapat turun bersama-sama ketika ditemukannya kasus DBD yang
baru.
Pelaksanaan : Rapat pertama tanggal 16 juni 2013
Pengaturan jadwal ( Time Schedule)
Evaluasi : Laporan hasil rapat dari masing –masing pemegang program
b. Mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat (Lurah, ketua RT, ketua RW) wilayah
kerja Puskesmas Pauh untuk menghimbau warganya agar melaksanakan program 3M.
Pelaksana : Kepala Puskesmas, Pemegang Program Promkes,Kesling, P2M DBD,
Pembina wilayah, Lurah, Ketua RT dan Ketua RW setempat.
Sasaran : Lurah, Ketua RT dan Ketua RW di Kel. Lb Bukit,kel. Piai Tangah,
kel.Cp Tangah, Kel.Limau Manis. Kel Limau Manis Selatan, kel.Koto
Luar, Kel Kapalo Koto, Kel Pisang, Kel Kampung Dalam Waktu : 20
juni 2013
Tempat : Puskesmas Pauh
Target :-Memberikan pemahaman kepada tokoh masyarakat tentang pentingnya
pelaksanaan program 3M untuk pencegahan penyakit DBD
-Menghimbau tokoh masyarakat (Lurah, Ketua RT, ketua RW) untuk
berperan serta aktif dalam menggerakkan warganya untuk melaksanakan
program 3M
Pelaksanaan : Rapat pada tanggal 30 juni 2013 membahas peran serta tokoh masyarakat
(lurah,ketua RT, ketua RW) untuk berperan serta aktif dalam
menggerakkan warganya untuk pelaksanaan program 3M
Evaluasi : Monitoring rumah warga dan lingkungan kelurahan satu bulan setelah
pertemuan.
48
c. Pemeriksaan Jentik Berkala di wilayah kerja Puskesmas Pauh diikuti dengan pemberian
bubuk abate
Pelaksana : Juru pemantau jentik (JUMANTIK), Petugas Puskesmas, dan masyarakat
Sasaran : Tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat penampungan air)
yang ada di dalam rumah seperti : WC, vas bunga, di lubang-lubang
pohon, pagar bambu dan lain-lain
Waktu : 1 x 3 bulan
Target :
- Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
- Petugas dapat cepat tanggap dengan lingkungan yang berpotensi terjadinya
penyakit menular dengan vector nyamuk terutama DBD, sehingga dapat
dilakukakan tindak lanjut penanganan segera untuk mengurangi angka kejadian.
Pelaksanaan : Pemeriksaan Jentik Berkala tiap 3 bulan,
Pemeriksaan pertama dilakukan pada tanggal 25 juni 2013 di tiap
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh diikuti dengan pembagian
bubuk abate.
Evaluasi :
d. Bekerjasama dengan pihak DKK untuk melakukan fogging focus di Kelurahan Kapalo
Koto dan kelurahan cupak tangah
Pelaksana : DKK
Waktu : 28 juni 2013 – 5 juli 2013Sasaran : Rumah penderita DBD sampai radius 1 RW per 400 rumahTarget : Memutus mata rantai penularan dan membunuh nyamuk dewasa yang
telah terinfeksi
e. Pelaksanaan : Fogging focus di kelurahan Kelurahan kapalo koto dan kelurahan cupak
tangah
4.4.4 Lingkungan
a. Melakukan gotong royong rutin di lingkungan kelurahan
Pelaksana : Pembina wilayah dan pihak kelurahan, RT/RW setempat
Sasaran : lingkungan kelurahan
49
Waktu : 1 x seminggu
Tempat : lingkungan kelurahan
Target : terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat
Pelaksanaan : gotong royong rutin, penanaman TOGA dan TODAGA
Evaluasi :
50
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami simpulkan beberapa hal bahwa angka kejadian DBD di
wilayah kerja Puskesmas Pauh mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2012, terjadi
peningkatan kasus dari 39 kasus pada tahun 2011 menjadi 42 kasus. Angka kematian akibat
DBD juga masi ada pada tahun ini yaitu satu kasus, yang terjadi di Kelurahan Kapalo Koto.
Kejadian ini dapat disebabkan oleh berbagai aspek antara lain :
Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit, cara penularan, pengobatan
dan pencegahan DBD
Masyarakat di kelurahan belum melakukan prilaku hidup bersih dan sehat contohnya 3 M
untuk mencegah DBD
Belum optimalnya peran serta tokoh masyarakat dalam menghimbau masyarakat untuk
berprilaku hidup bersih dan sehat seperti program 3M
Belum optimalnya kinerja kader yang berperan sebagai jumantik (juru pemantau jentik)
Kurang optimalnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster,
pamflet, dan leaflet tentang penyakit DBD dan upaya pencegahannya di tempat-tempat
umum.
Kurang optimalnya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit DBD, cara penularan dan
pencegahannya khususnya penyuluhan di luar gedung
Kurang berjalannya kerjasama lintas program antara bagian P2M, Kesling, Promkes serta
Pembina wilayah dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.
Belum optimalnya pemeriksaan jentik berkala
Belum optimalnya program foging dan sasaran program foging untuk pencegahan
penyakit DBD
Belum optimalnya pelaksanaan gotong royong rutin untuk membersihkan lingkungan
sekitar
Lingkungan kurang bersih dan tidak sehat
51
Upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk menurunkan kasus DBD dan menekan
angka kematian akibat DBD di wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah :
Menyusun jadwal bersama antara pemegang program kesling,P2M dalam upaya
untuk meningkatkan kerjasama lintas program dalam hal penanggulangan DBD
Revitalisasi peran kader Jumantik ( Juru Pemantau Jentik )
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pauh
tentang penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya dengan gerakan 3M+.
Penyebaran leaflet dan penempelan poster mengenai penyakit DBD,cara
penularan dan cara pencegahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Pemeriksaan Jentik Berkala di wilayah kerja Puskesmas Pauh diikuti dengan
pemberian bubuk abate
Bekerjasama dengan pihak DKK untuk melakukan foging focus di Kelurahan
KapaloKoto, Koto Luar , dan Cupak Tangah
Melakukan gotong royong rutin di lingkungan kelurahan
5.2 Saran
1. Pimpinan puskesmas
Melakukan koordinasi dengan setiap pemegang program di puskesmas
Melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat (Lurah/RT/RW)
Melakukan revitalisasi terhadap kader jumantik
Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja dari petugas kesehatan
dipuskesmas
2. P2M DBD
Melakukan penyelidikan epidemiologi setiap ditemukan kasus DBD
Melakukan pengawasan terhadap pemeriksaan jentik berkala
Melakukan pengawasan terhadap program fogging focus di tiap kelurahan
3. Promosi Kesehatan
Memberikan penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat di empat kelurahan
wilayah kerja Puskesmas
Menyebaran leaflet dan menempel poster mengenai penyakit DBD,cara penularan
dan cara pencegahan di tempat-tempat umum wilayah kerja Puskesmas
52
4. Kesehatan Lingkungan
Pemantauan Lingkungan secara teratur
5. Kader Jumantik
Melakukan pemeriksaan jentik berkala tiap 1x3 bulan
Mencatat dan melaporkan Angka Bebas Jentik
Membagikan bubuk abate di tiap rumah yang dilakukan pemantauan jentik
berkala
6. Lurah/ RT/ RW
Menghimbau masyarakat untuk mengikuti penyuluhan
Menghimbau warga untuk melakukan gotong royong secara rutin
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.
Jakarta : ERLANGGA, 2005.
2. Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta, 2006. Hal 1731-1735
3. Departemen Kesehatan RI. Perkembangan Kasus Demam Berdarah di
Indonesia. http://www.depkes.go.id . Diakses tanggal 5 Juni 2013.
4. World Health Organisation. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, dan Pengendalian. Depkes. RI, Jakarta, 1999.
5. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta, Jakarta 2003.
6. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta, 1997.
7. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi
offset,Yogyakarta, 1993.
8. Departemen Kesehatan RI, Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta1995.
9. Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Penemuan, pertolongan dan Pelaporan Penderita
Penyakit Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta 1992.
10. Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Penggerakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta, 1992.
11. Departemen Kesehatan RI, Petunjukkan Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit
Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta, 1992.
12. Departemen Kesehatan RI, Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
Tangga Bagi Petugas Puskesmas, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta : 2009
54