BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam...

35
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang dikembangkan diseluruh dunia pada tiap-tiap negara. Pendidikan ini dikenal dengan berbagai macam istilah diantaranya Civic Education, Citizenship education dan sebagai Democracy Education. Meskipun dikembangkan diseluruh dunia Pendidikan Kewarganegaraan harus menyesuaikan konteks local di masing-masing negara. Mengacu dari pendapat Haryanto (2011:4) menyatakan bahwa “ Pendidikan ini harus menyesuaikan dengan konteks local di masing- masing negara”. Hal tersebut yang melandasi mengapa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki banyak istilah yang berbeda pada tiap-tiap negara. Di Indonesia istilah Civic Educatioan diterjemahkan dengan istilah Pendidikan Kewarganegaraan atau Pendidikan Kewargaan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra dan ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN Jakarta. Sedangkan Istilah Pendidikan Kewarganegaraan di wakili oleh Zamroni, Muhammad Numan Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesia for Civic Education) Merphin Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainya. Sebagian ahli menyamakan Civic Education dengan pendidikan demokrasi (Democracy Education) dan Pendidikan HAM. Pendidikan Kewargaan identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan namun secara substantif Pendidikan Kewargaan tidak hanya mendidik generasi muda menjadi warganegara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajiban dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Transcript of BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam...

Page 1: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang dikembangkan diseluruh

dunia pada tiap-tiap negara. Pendidikan ini dikenal dengan berbagai macam istilah

diantaranya Civic Education, Citizenship education dan sebagai Democracy Education.

Meskipun dikembangkan diseluruh dunia Pendidikan Kewarganegaraan harus menyesuaikan

konteks local di masing-masing negara. Mengacu dari pendapat Haryanto (2011:4)

menyatakan bahwa “ Pendidikan ini harus menyesuaikan dengan konteks local di masing-

masing negara”. Hal tersebut yang melandasi mengapa Pendidikan Kewarganegaraan

memiliki banyak istilah yang berbeda pada tiap-tiap negara.

Di Indonesia istilah Civic Educatioan diterjemahkan dengan istilah Pendidikan

Kewarganegaraan atau Pendidikan Kewargaan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh

Azyumardi Azra dan ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN Jakarta. Sedangkan

Istilah Pendidikan Kewarganegaraan di wakili oleh Zamroni, Muhammad Numan Soemantri,

Udin S. Winataputra dan Tim CICED ( Center Indonesia for Civic Education) Merphin

Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainya. Sebagian ahli menyamakan Civic Education dengan

pendidikan demokrasi (Democracy Education) dan Pendidikan HAM.

Pendidikan Kewargaan identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan namun secara

substantif Pendidikan Kewargaan tidak hanya mendidik generasi muda menjadi warganegara

yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajiban dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 2: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

8

bernegara melainkan juga membangun kesiapan warganegara menjadi warga dunia (ICCE:

2008). Walaupun secara substansi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewargaan

berbeda keduanya memiliki kesenandaan untuk mempersiapkan warganegara muda untuk

menjadi warganegara yang baik (Good of Citizenship).

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki makna yang penting untuk terbentuknya

warganegara dalam suatu negara. Karena melalui Pendidikan Kewarganegaraan generasi

muda dipersiapkan untuk menjadi pemegang kendali suatu negara di masa yang akan datang.

Seperti halnya pendapat Hakim dkk (2016:45) bahwa “Pendidikan Kewarganegaraa

mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa, yang pada gilirannya akan

mengambil alih kepemimpinan”. Penjelasan tersebut menyatakan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki peran yang penting dalam pembentukan generasi muda sebagai

warga negara yang baik. Seperti pendapat Kerr dikutip Winataputra. dan Dasim (2012:5)

yang menyatakan:

Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsiblities as citizens and, in particular, the role of eductioan (trough schooling, teaching, and learning) in that preporatory process.

Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

dirumuskan secara luas untuk mencangkup proses penyiapan genersi muda untuk mengambil

peran dan tanggungjawab sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan

termasuk dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warga

negara tersebut.

Pejelasan-penjelasan tersebut menunjukan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

memiliki daya guna dalam mempersiapkan warganegara seperti halnya pendapat Zamroni

(TIM ICCE, 2008:7) yang menyatakan Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokrastis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 3: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

9

meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan selain

mempersiapkan generasi muda sebagai penerus bangsa, Pendidikan Kewarganegaraan dapat

memberikan pemahaman demokrasi merupakan learning proses yang tidak dapat meniru

begitu saja masyarakat lain. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan dapat mengembangkan

Civic Culture suatu negara. Seperti halnya pendapat Mansoer (Haryanto 2011:4) sebagai

berikut

Disamping juga mempersiapkan mereka sebagai warganegara yang berkarakter terbuka, memegang teguh nilai-nilai luhur bangsa, cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban. Dalam bahasa latin mengacu pada rumusan Civic Internasional (1995), disepakati behwa pendidikan demokrasi penting untuk perkembangan Civic Culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi.

Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

pendidikan yang penting karena untuk mempersiapkan warganegara muda sebagai generasi

penerus suatu negara untuk menjadi good of citizenship bahkan global society tanpa harus

menghilangkan identitas bangsanya.

Sementara itu Hakim dkk (2016:11) menjelaskan “embrio materi Pendidikan

Kewarganegaraan adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban warganegara.” Lebih lanjut

Hakim menjelaskan analisis materi tersebut dilakukan melalui dua kajian yaitu

Pertama, kajian kronologis, yang meliputi: pengertian hak dan kewajiban, latarbelakang timbulnya hak dan kewajiban, pelaksanaannya dan hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi hak dan kewajiban warganegara dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan (ipolek-sosbudhankam).

Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia merupakan salah satu jenis

Pendidikan formal di sekolah. Dalam pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan:

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 4: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

10

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar mejadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegra yang demokratis dan bertanggunag jawab.

Terdapat penjelasan secara khusus dari pasal 37 ayat 1 menyatakan bahwa “Pendidikan

Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Dari pasal tersebut dipertegas dalam Peraturan

Mentri Pendidikan Nasioanl Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah yang tertulis sebagai berikut :

Pendidikan Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang mefokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.

Dari berbagai penjelasan dan aturan yang ada dapat disimpulkan Pendidikan

Kewarganegaraan adalah untuk menjadikan warganegara yang baik (good citizen atau good

citizenship) yang memahami embrio materi mengenai hak-hak dan kewajiban, menjadikan

warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan Pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai pedoman dalam menjalankan hak dan

kewajiban yang harus dilakukan agar dapat mencerminkan karakter atau ciri khas masyarakat

Indonesia.

2. Konteks Kelahiran Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan mula-mula dipelajari negara Amerika Serikat dan disebut

dengan Civics pada tahun 1790. Civics digunakan oleh bangsa Amerika Serikat untuk

menyatukan bangsa Amerika Serikat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa baik dari

imigran Asia, Eropa, Afrika maupun Australia yang datang, hidup dan menetap di Amerika

Serikat. Istilah menyatukan bangsa Amerika Serikat tersebut dikenal dengan istilah “Theory

of Americanization”.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 5: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

11

Sementara secara historis Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia memiliki berbagai

perkembangan dan istilah, yakni Civic (1957/1962), Pendidikan Kemasyarakatan yang

merupakan integrasi sejarah, ilmu bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan

Kewargaan Negara (1968/1969), Pendidikan Kewargaan Negara, Civic dan Hukum (1973),

Pendidikan Moral Pancasila atau PMP (1975/1984), dan PPKn (1994). Di tingkat Perguruan

Tinggi pernah ada matakuliah Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945 (1960-an),

Filsafat Pancasila (1970- sampai sekarang), Pendidikan Kewiraan (1989-1990-an), dan

Pendidikan Kewarganegaraan (2000- sekarang). (Tim ICCE, 2008:4)

Sementara itu menurut Darmadi (2012:3) di Indonesia “Civic diajarkan secara resmi

pada tahun 1948 setelah indonesia merdeka”. Tujuan pengajaran Civic untuk menyatukan

bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, etnis, agama, budaya dan bahasa

yang berbeda-beda. Lebih lanjut Darmadi menjelaskan bahwa

tahun 1954 Civic diganti dengan “KEWARGANEGARAAN”. Tahun 1961 “KEWARGANEGARAAN” diganti dengan “KEWARGAAN NEGARA” atas usul Prof. Dr. Sahardjo, S.H. sesuai pasal 26 UUD 1945. Karena Civic diganti dengan “KEWARGANEGARAAN”, maka materi Civic “KEWARGANEGARAAN” tidak berlaku lagi sehingga materi Civic diganti dengan materi: Pancasila, UUD 1945, TAP MPRS, dan PBB ditambah dengan ORDE BARU, Sejarah Indonesia dan Ilmu Bumi berdasarkan instruksi Mendikbud/Dirjendikdas No.31/tgl 28 Juni 1967 Tahun 1972 Civic diganti dengan Ilmu KEWARGANEGARAAN sedangkan CIVIC EDUCATION diganti PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) Kurikulim Tahun 1975 PKN diganti PMP, Kurikulum Tahun 1984 PMP tetap PMP, Kurikulum Tahun 1994 PMP diganti PPKn, Kurikulum Tahun 2004, istilah PPKn diganti dengan PKn sampai dengan kurikulum 2006 PKn tetap PKn.

Sementara menurut Taniredja (2013:11) “ di Indonesia pelajaran Civic, baru dimulai

pada tahun 1950. Hal ini terjadi karena sejak 1945-1950 bangsa Indonesia sedang berjuang

mempertahaunkan kemerdekaan (revolusi fisik)”. Dalam perjalanan sejarah terdapat

perkembangan dan bergantinya pemerintahan berimbas pada cakupan materi dan istilah dari

Pendidikan Kewarganegaraan.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 6: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

12

Secara historis menurut Rosyada (Taniredja, 2013:4) dalam tatanan kurikulum

pendidikan nasional terdapat mata pelajaran yang secara khusus mengemban misi pendidikan

demokrasi di Indonesia yaitu

Civics (1957/1962), Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi Sejarah, Ilmu Bumi dan Kewargaan Negara (1964), Pendidikan Kewargaan Negara (1968/1969), Pendidikan Kewargaan Negara, Civics dan Hukum (1973), Pendidikan Moral Pancasila atau PMP (1975/1984) dan PPKn (1994).

Selain itu menurut Winataputra, Udin S. dan Dasim Budimansyah (2012:164)

berpendapat bahwa “…civic secara formal tidak dijumpai dalam kurikulum tahun 1957

maupun dalam kurikulum tahun 1948”. Pendapat tersebut menjelaskan istilah civic secara

formal belum terdapat dalam bangku sekolah pada muatan kurikulum tahun 1948 maupun

kurikulum tahun 1957. Lebih lanjut Winataputra. dan Dasim menjelaskan secara materiil

dalam kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan tata

hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di

dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.

Sejarah dari berbagai pandangan tersebut menegaskan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki cerita yang panjang di Indonesia. Awalmula Pendidikan

Kewarganegaraan diselenggarakan adalah ketika Indonesia merdeka dan secara materil

Pendidikan Kewarganegaraan ada pada tahun 1946. Jika dilihat dari istilah Pendidikan

Kewarganegaraan sempat mengalami perubahan istilah atau nama beberapa kali diantaranya,

Civic (1957/1962), Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, ilmu

bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewargaan Negara (1968/1969), Pendidikan

Kewargaan Negara, Civic dan Hukum (1973), Pendidikan Moral Pancasila atau PMP

(1975/1984), dan PPKn (1994). Di tingkat Perguruan Tinggi pernah ada matakuliah Manipol

dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945 (1960-an), Filsafat Pancasila (1970- sampai

sekarang), Pendidikan Kewiraan (1989-1990-an), dan Pendidikan Kewarganegaraan (2000-

sekarang).

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 7: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

13

Perubahan yang terjadi pada Pendidikan Kewarganegaraan baik istilah maupun

cakupan materi karena terjadinya perubahan peraturan dari pemerintah yang ada. Dengan

kata lain pemerintahan yang berkuasa sangat berpengaruh terhadap istilah dan cakupan

materi dari Pendidikan Kewarganegaraan yang ada dalam suatu negara.

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan arah atau maksud dilaksanakanya

Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Atmawarni (2015:145) Pendidikan Kewarganegaraan

bertujuan untuk:

Pembelajaran bagi segenap warga negara Indonesia untuk menanamkan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warganegara berdasarkan hukum yang berlaku dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.

Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki

tujuan untuk menanamkan pemahaman tentag hak dan kewajiban sesuai dengan hukum yang

ada di Indonesia. Pada dasarnya negara Indonesia merupakan negara hukum. Negara hukum

dalam prospektif Pancasila sebagai ciri atau karakter negara hukum Indonesia.

Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kajian yang mengembangkan misi

nasional seperti pendapat Zuriah (2015:325) menyatakan:

PKn adalah bidang kajian yang mengemban misi nasional mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education” (cerdas, terampil dan berkarakter) dan pendidikan demokrasi (civic education for democracy) , yang mengkaji demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan menempatkan hukum diatas segala-galanya (supremacy of law/rule of law)….

Penjelasan tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan selain mengkaji dalam aspek demokrasi dan hak asasi manusia, Pedidikan

Kewarganegaraan juga mengkaji tentang menempatkan hukum diatas segala-galanya

(supremacy of law/rule of law).

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 8: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

14

Sementara Rejekiningsih (2015:800) menyatakan bahwa “pendidikan yang terintegrasi

dengan pembentukan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui Pendidikan

Kewarganegaraan”. Lebih lanjut :

Untuk menselaraskan antara pendekatan komperhensif pendidikan moral dengan pendidikan Kewarganegaraan, maka dapat dilakukan melalui pengembangan kompetensi hukum kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan menekankan pada upaya terbentuknya warganegara yang lebih mandiri dalam memahami dan mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi , serta mengambil keputusan-keputusan yang terbaik bagi dirinya, lingkungan serta masyarakat.

Dari uraian tersebut memberikan kesimpulan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan

antara lain menanamkan pemahaman tentag hak dan kewajiban sesuai dengan hukum yang

ada di Indonesia, menempatkan hukum diatas segala-galanya (supremacy of law/rule of law)

dan dapat mendorong warganegara memiliki kesadaran terhadap hukum karena Pendidikan

kewarganegaraan menekankan pada upaya terbentuknya warganegara yang lebih mandiri

dalam memahami dan mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi , serta mengambil

keputusan-keputusan yang terbaik bagi dirinya, lingkungan serta masyarakat.

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1. Hakikat Pembelajaran PKn

Pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di dalam Pendidikan

formal atau sekolah. Melalui pembelajaran seseorang dapat mengembangkan potensi yang

dimiliki. Menurut Komalasari pembelajaran dipandang dari dua sudut yaitu pembelajaran

sebagai suatu sistem dan pembelajaran dipandang sebagai suatu proses.

Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah

komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi

dan metode pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 9: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

15

pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan). (Komalasari,

2010:3).

Sependapat dengan hal tersebut Hamruni (2012:11) menyatakan bahwa:

pembelajaran merupakan suatu sistem intruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai sebuah sistem pembelajaran meliputi suatu komponen antara lain, tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi.

Sementara menurut Syaiful dan Azwan (2010:41) sebagai suatu sistem tentu saja

kegiatan belajar mengajar mengendung sejumlah komponen yang meliputi “tujuan, bahan

pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi”.

Selain itu komponen pembelajara menurut Pupuh dan Sobry (2010:13) yaitu meliputi

“tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan

sumber, serta evaluasi”.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai pembelajaran dapat diartikan bahwa

pembelajaran merupakan sebuah sistem yang dimana terdapat beberapa komponen yang

harus saling ada keterkaitan komponen satu dengan komponen yang lain. Komponen tersebut

diantaranya adalah materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber

pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pendidik sebagai penunjuk arah agar tercapainya

tujuan pembelajaran serta situasi sebagai faktor pendukung.

Komponen tersebut harus dapat berjalan secara maksimal antara satu dan lainnya

dikarnakan sebuah sistem tidak akan berjalan baik apa bila salah satu komponen terdapat

masalah. Sama halnya dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Komponen

tersebut juga harus dapat berjalan dengan baik dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan agar tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Berikut merupakan

penjelasan dari berbagai komponen pembelajaran tersebut

2. Komponen Pembelajaran PKn

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 10: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

16

a. Guru Pembelajaran

Guru merupakan orang yang menjalankan komponen-komponen pembelajaran di dalam

kelas. Peran guru sangat penting karena dalam proses pembelajaran di dalam kelas, guru

memiliki tanggung jawab yang besar dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Pudjosumedi

dkk (2015:77) berpendapat bahwa “guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala

sesuatu yang terjadi dalam kelas, yang terjadi pada diri sendiri, siswa…”.

Selain itu guru memiliki tugas dalam pembelajaran. Seperti pendapat Pudjosumedi dkk

(2015:79) menjelaskan bahwa “pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar

siswa melakukan kegiatan belajar”. Pemahaman tersebut memberikan gambaran bahwa guru

harus dapat mengupayakan pembelajaran agar dapat mendorong siswa belajar.

Urian tersebut menggambarkan bahwa guru selain memiliki tanggung jawab agar

tercapainya proses pembelajaran, guru juga harus dapat mendorong siswa agar belajar

melalui proses pembelajaran yang dilakukannya. Oleh karena itu gurumemiliki peran yang

penting dalam menjalankan komponen-komponen pembelajaran agar dapat mendorong

siswa belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dapat disebut sebagai bahan pembelajaran. Komalasari (2013:28)

berpendapat bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah “bahan yang

diperlukan untuk membentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai

siswa dalam rangka memenuhu standar kompetensi yang di tetapkan”.

Sementara Pupuh,dan Sobry (2010:14) bahan/materi merupakan medium untuk

mencapai tujuan pengajaran yang “dikonsumsi” oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan

materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan ketentuan

perkembangan masyarakat.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 11: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

17

Dari penjelasan tersebut memberi gambaran materi pembelajaran merupakan bahan

yang harus ada untuk pembelajaran. Syaiful dan Azwan (2010:43) berpendapat materi

pembelajaran adalah “substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar”.

Lebih lanjut Syaiful dan Azwan berpandangan terdapat dua persoalan dalam penguasaan

bahan pelajaran ini, yaitu penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap.

Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang

oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajarn

pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang

guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.

Dari beberapa pendapat tersebut menjelaskan materi pembelajaran adalah bahan yang

bersubstansi diperlukan untuk dikonsumsi siswa dalam membentuk pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhu standar

kompetensi yang di tetapkan. Oleh karna itu materi pembelajaran memiliki posisi yang sangat

penting agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai tujuan atau sasaran. Yang dimaksud

dalam sasaran atau tujuan pembelajaran adalah tercapainya standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.

Materi pembelajaran yang termuat dalam kurikulum merupakan materi esensi dalam

suatu ilmu yang harus dimiliki oleh siswa. Menurut Karhami yang dikutip Komalasari

(2013:28) mengemukakan beberapa kriteria materi esensi dari suatu ilmu yang dimuat dalam

kurikulum sekolah antara lain :

(1) materi yang mengungkapkan gagasan kunci dari ilmu, (2) materi sebagai struktur pokok suatu mata pelajaran, (3) materi menerapkan penggunaan metode inquiry secara tepat pada setiap mata pelajaran, (4) konsep dan prinsip memuat pandangan global secara luas dan lengkap terhadap dunia, (5) keseimbangan antara materi teoritis dengan materi praktis; dan (6) materi yang mendorong imajinasi peserta didik.

c. Metode Pembelajaran

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 12: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

18

Model pembelajaran adalah cara dalam penyampaian materi pembelajaran. Syaiful dan

Azwan (2010:46) berpendapat “metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

Lebih lanjut Winanro Surakhman (Syaiful dan Azwan, 2010:46) mengemukakan

terdapat lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yakni:

1. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya; 2. Anak didik dengan berbagai tingkatkematangannya; 3. Situasi berlainan keadaannya; 4. Fasilitas berfariasi secara kualitas dan kuantitas 5. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda beda.

Sementara menurut Komalasari (2013:56) “metode pembelajaran dapat diartikan cara

yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Lebih lanjut

Komalasari berpendapat terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya: (1) ceramah, (2) demonstrasi, (3)

diskusi, (4) simulasi, (5) laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7) branstroming, (8) Debat,

(9) simposium, dan sebagainya.

Menuru Pupuh dan Sobry (2010:15) metode merupakan “suatu cara yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

sangat diperlukan oleh guru karena dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

Berbagai penjelasan tentang metode pembelajaran dapat memberi gambaran bahwa

penggunaan metode pembelajaran sangat ditentukan dari beberapa faktor dalam

pembelajaran. Factor tersebut diantaranya tujuan pembelajaran, kemampuan siswa yang

berbeda, situasi, fasilitas pendukung dan keperibadian guru. Pemilihan metode pembelajaran

yang tepat berdasarkan faktor tersebut sangat penting karena dapat membantu mempermudah

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

d. Media Pembelajaran

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 13: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

19

Komponen berikutnya adalah media pembelajaran. Media sebenarnya bersalan dari

kata latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harifah berarti perantara

atau pengantar. Munurut Komalasari (2013:111) media memiliki makna umumnya yaitu

“segala yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima

informasi”.

Menurut Syaiful dan Azwan (2010:47) alat adalah “segala sesuatu yang dapat

digunakan dalam rangka mencapat tujuan pengajaran”. Dari pemahaman tersebut

menunjukan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat menjadi perantara untuk

penyampaian materi pembelajaran.

Sementara menurut Pupuh dan Sobry (2010:15) alat dapat dibagi menjadi dua macam,

“yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal”. Alat verbal berupa suruhan, printah, larangan,

dan sebagainya. Sebagai alat bantu non verbal berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu

kapur, gambar, diagram, slide, video dan sebagainya.

Lebih lanjut Syaiful dan Azwan berpendapat terdapat alat atau media pembelajaran lain

yaitu “alat material dan alat nonmaterial”. Alat meterial termasuk alat bantu audiovisual.

Sebagai alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;

2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;

3. Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar;

4. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement)atau

pengetahuan hasil yang dicapai;

5. Kemampuan untuk mengingatkan retensi (ingatan).

Uraian tersebut menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat

membantu pembelajaran. Media pembelajaran dapat berupa audio, visual, atau perpaduan

diantaranya. Melalui media pembelajaran Sebagai alat material (audiovisual) mempunyai

sifat sebagai, kemampuan untuk meningkatkan persepsi, pengertian, pengalihan belajar,

memberikan penguatan dan untuk meningkatkan ingatan.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 14: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

20

e. Sumber Pembelajaran

Pada hakikatnya alam semesta merupakan sumber belajar. Menurut Association for

Education Communication and Technology (AECT), sumber belajar adalah segala sesuatu

atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk

gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar, dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan

efisiensi tujuan pembelajaran. Komponen sumber belajar meliputi pesan, orang, bahan,

peralatan, teknik, dan lingkungan/latar.

Ditinjau dari tipe atau asal usulnya AECT (Komalasari : 109) membedakan

sumberbelajar menjadi dua

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber pembelajaran ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, program slide suara, transparansi (OHT).

2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumberbelajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih, dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi.

Sementara menurut Udin Saripudin Winataputra dan Rustana Ardiwinata (Syaiful dan

Azwan, 2010:49) berpendapat terdapat lima sumber belajar, yaitu:

a. Manusia b. Buku/perpustakaan c. Media massa d. Alam lingkungan

1. Alam lingkungan terbuka 2. Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah 3. Alam lingkungan manusia

e. Media pendidikan. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa sumber pembelajaran dapat di

peroleh dari manapun. karena sumber belajar sangat luas maka penting bagi guru untuk

mennggunakan sumber belajar yang tepat agar dapat mendukung tercapainya tujuan

pembelajaran.

f. Evaluasi Pembelajaran

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 15: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

21

Pembelajaran membutuhkan evaluasi karena evaluasi menempati kedudukan yang

penting dan merupakan bagian utuh dari proses dan tahapan kegiatan pembelajaran. Menurut

Komalasari (2013:147) menjelaskan evaluasi pembelajaran merupakan penilaian terhadap

keseluruhan program pendidikan mulai dari perencanaan program, pelaksanaan program

(termasuk didalamnya penilaian), serta hasil-hasil yang dicapai oleh program pendidikan.

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penepatan mutu

pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis

pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidik.

Evaluasi memiliki tujuan yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Tujuan umum dari evaluasi yaitu:

1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Memungkinkan pendidik/guru menilai aktifitas pengalaman yang didapat. 3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan

Dan tujuan khusus dari evaluasi yaitu : 1. Merangsang keiatan siswa 2. Menemukan sebab-sebab kemajauan atau kegagalan 3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat

siswa yang bersangkutan 4. Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang

tua dan lembaga pendidikan 5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar. Abu

ahmadi dan widodo supriyono (Syaiful, B. D. dan Azwan Zain , 2010: 51) Berdasarkan pada tujuan evaluasi maka pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat

berkaitan dengan proses belajar mengajar. Evaluasi proses menurut W.S Winkel (Pupuh dan

Sobry, 2010 :17) mengatakan bahwa “suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai

bagaimana kerjasama setiap komponen pengajaran yang telah dilakukan dan apakah dalam

proses itu ditemukan kendala sehingga tujuan kurang tercapai secra optimal”. Sedangkan

evaluasi produk lebih lanjut dijelaskan adalah “suatu evaluasi yang diarahkan untuk

mengetahui bagaimana hasil belajar siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap

bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar berlangsung”.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 16: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

22

Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru serta siswa, maka evaluasi

mempunyai fungsi menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (Syaiful dan Azwan,

2010:52) sebagai berikut:

1. Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar umtuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid

2. Untuk memberikan angka yang tepat tetang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.

3. Untuk menentukan murid didalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid

4. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) muurid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalampemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.

Sementara Anurrahman (2014:209) berpendapat bahwa evaluasi merupakan kegiatan

pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai. Dari berbagai

pemahaman terkait evaluasi pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi

pembelajaran adalah tolak ukur atau alat ukur yang dapat di gunakan untuk mengukur sejauh

mana tujuan pembelajaran telah tercapai.

C. Kompetensi Kewarganegaraan

1. Hakikat Kompetensi Kewarganegaraan

Arti kata kompetensi adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh seseorang.

Kompetensi kewarganegaraan merupakan misi Pendidikan Kewarganegaraan. Hakim dkk

(2016:10) berpendapat bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan mengemban misi dalam

mempersiapkan bangsa Indonesia yang memiliki kompetensi kognisi (civic knowledge),

Psikomotor (civic skills) dan karakter pribadi (civic desposition) yang berkontribusi bagi

negara dan bangsanya”. Senada dengan pendapat Haryanto (2013:7) berpendapat mengenai

kompetensi kewarganegaran sebagai berikut :

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 17: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

23

Pertama, pengetahuan kewargaan (civic knowledge) yaitu kemempuan dan kecakapan yang terkait dengan materi inti (Civic Education) yaitu demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani. Kedua kompetensi sikap kewargaan (civic dispositions) yaitu kemampuan dan kecakapan yang terkait dengan kesadaran dan komitmen warga negara antara lain kesetaraan gender, toleransi, kemajemukan, dan lain-lain. Ketiga, kompetensi keterampilan kewargaan (civic skill) yaitu kemampuan dan kecakapan mengartikulasikan keterampilan kewargaan seperti berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik, melakukan kontrol terhadap penyelanggaraan negara dan pemerintahan.

Selaras dengan pendapat Branson dalam Winataputra dan Dasim (2012:199) bahwa

“terdapat tiga komponen utama yang perlu dikembangkan dalam PKn yaitu civic knowledge,

civic skill, dan civic disposition”. Ketiga kompetensi tersebut merupakan saling keterkaitan

satu sama lain untuk mendorong terbentuknya kompetensi kewarganegaraan.

2. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)

Pengetahuan kewarganegaraan adalah berkaitan dengan apa yang seharusnya diketahui

oleh warga negara mengenai hubungan antara warga negara dengan negara atau mengenai

hak dan kewajiban sebagai warga negara. Aspek ini berkaitan tentang kemampuan akademik-

keilmuan yang dikembangkan dari teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan

demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah bidang kajian multidisipliner.

Dari beberapa teori jika diperinci materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan

tentang hak dan tanggung jawab warganegara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip demokrasi,

lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum

(rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan

norma-norma dalm masyarakat.

Selain itu jika di jabarkan terdapat lima pertanyaan untuk dapat mewujudkan komponen

pengetahuan kewarganegaraan. Menurut Winataputra dan Dasim, (2012:199) lima pertanyaan

tersebut adalah

(1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan?; (2) Apa dasar-dasar sistem politik Indonesia?; (3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejewantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?; (4) Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?; dan (5) Apa peran warganegara dalam demokrasi Indonesia?

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 18: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

24

Dalam pertanyaan pertama mengenai “apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan

pemerintah?” melalui pertanyaan tersebut dapat membantu warganegara melakukan

pertimbanagan yang matang mengenai hakikat bernegara terkait mengenai kehidupan

kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan. Pertanyaan kedua “apa dasar-dasar sistem

politik Indonesia?” dalam pertanyaan tersebut dapat memberikan jawaban mengenai dasar

sejarah dan filsafat dari sistem politik Indonesia. Pertanyaan ketiga “bagaimana pemerintah

yang didirikan berdasarkan konstitusi menjewantahkan tujuan, nilai, prinsip demokrasi

Indonesia?” jawaban dari pertanyaan tersebut dapat membentu warganegara memahami dan

mengevaluasi pemerintahan terbatas yang didirikan serta pembagian kekuasaan yang

dilakukan.

Pertanyaan keempat “bagaimana hubungan Indonesia dengan negara-negara lain di

dunia dan posisinya mengenai masalah-masalah internasional?” pertanyaan tersebut sangat

penting karena Indonesia bagian dari dunia dan warganegara perlu memahami elemen-

elemen penting hubungan internasional dan masalah-masalah dunia yang mempengaruhi

kehidupan mereka. Pertanyaan kelima “apakah peran warganegara dalam demokrasi

Indonesia?” melalui pertanyaan ini hendaknya warganegara memahami bahwa melalui

keterlibatan mereka dalam kehidupan bernegara, mereka dapat membantu meningkatkan

kualitas hidup dilingkungan sekitar bahkan untuk seluruh bangsa.

3. Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skill)

Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills) adalah keterampilan yang dikembangkan

berdasarkan pada pengetahuan-pengetahuan kewarganegaraan, hal ini bertujuan agar

pengetahuan-pengetahuan yang telah didapatkan menjadi sesuatu yang bermakna. Disamping

itu juga dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 19: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

25

Civic skill merupakan komonen esensial dalam masyarakat demokratis. Karena di

dalam Civic skills mencakup keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Seperti

pendapat Winataputra dan Dasim (2012:208) menyatakan “kecakapan-kecapakan intelektual

meliputi identifying and describing; explaining and analyzing; and evaluating, taking,

defeding position on public issues”. Sementara untuk kecakapan-kecakapan partisipatoris

mencangkup “interacting, monitoring, and influencing”.

Keterampilan kewarganegaraan (Civic skills) yang dijelaskan tersebut merupakan hal

yang harus dimiliki oleh warganegara. Agar warganegara dapat menjalankan dengan benar

terkait mengenai hak dan kewajibannya.

Selain itu kecakapan kewrganegaraan dapat dilihat ketika warganegara memecahkan

masalah dalam berbangsa dan bernegara. Cagon dalam Hakim dkk (2016:10) berpendapat

bahwa

warga negara yang baik harus memiliki kemampuan untuk (1) menjawab tantangan global; (2) bekerja sama dengan orang lain; (3) menerima dan toleransi terhadap perbedaan budaya; (4) berfikir kritis dan sistematis (5) menyelesaikan konflik tanpa kekerasan; (6) mengubah gaya hidup konsumtif guna melindungi lingkungan; (7) kepekaan terhadap hak asasi manusia; (8) partisipasi dalam pemerintahan local, nasional, dan global.

Beberapa pernyataan yang telah diuraikan pada dasarnya kecakapan kewarganegaraan

mencangkup kecakapan intelektual dan kecakapan partisipasi. Kecakapan intelektual adalah

keterampilan berfikir kritis meliputi keterampilan mengidentifikasi, menggambarkan/

mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan

mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik. Sementara

keterampilan partisipasi meliputi keterampilan berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi.

Dengan warganegara memiliki keterampilan tersebut dapat mendukung warganegara dalam

menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang ada di dalam negaranya.

4. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 20: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

26

Watak kewarganegaraan merupakan kecakapan kewarganegaraan yang berkembang

secara perlahan sebagai akibat apa yang telah dipelajari dan dialami oleh warganegara di

rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi di sekelilingnya. Winataputra dan

Dasim (2012:205) berpendapat bahwa “watak kewarganegaraan mengisyaratkan pada

karakter publik dan karakter privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembanangan

demokrasi konstitusional”.

Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa watak kewarganegaraan terdiri dari karakter

publik dan karakter privat yang dimana kedua hal tersebut sangat penting dalam

pengembanagn demokrasi konstitusional bagi suatu negara. Contoh karakter privat adalah

tangung jawab, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari

setiap individu. Sementara untuk karakter publik adalah di contohkan mengenai kepedulian

sebagai warganegara, kesopanan, mengindahkan aturan main, berfikir kritis, dan kemampuan

untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang diperlukan agar

demokrasi berjalan dengan baik.

Winataputra dan Dasim (2012:205-206) menjelaskan secara singkat karakter publik dan

privat sebagai berikut :

a. Menjadi anggota masyarakat yang independen. Karakter ini meliputi kesadaran

secara pribadi untuk bertanggung jawab sesuai dengan ketentuannya, bukan

dikarenakan keterpaksaaan atau pengawasan dari luar, menerima tanggung

jawab akan konsekuensi dan tindakan yang diperbuat dan memenuhi kewajiban

moral dan legal sebagai anggota masyarakat demokratis. Jadi dalam hal ini

seseorang dituntut untuk memiliki rasa teguh akan pendiriannya dan

bertanggung jawab atas apa yang dilakukan serta konsekuensinya tanpa

pengawasan dari siapapun.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 21: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

27

b. Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan

politik. Tanggung jawab ini meliputi memelihara atau menjaga diri, mengasuh

dan mendidik anggota keluarga, termasuk juga mengikuti isu-isu politik serta

mengikuti kegiatan kemasyarakatan.

c. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu. Menghormati

orang lain dapat diartikan dalam mendengarkan pendapat mereka, bersikap

sopan santun , menghargai kepentingan-kepentingan dan hak-hak sesama

warganegara serta menaati peraturan yang telah dibuat secara mayoritas.

d. Berpartisipasi dalam urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana.

Dalam hal partisipasi ini dalam urusan kewarganegaraan, seseorang tersebut

harus memiliki kebijaksanaan. Dimana kebijaksanaan ini dapat dirasakan ketika

seseorang tersebut mengikuti berbagai urusan kewarganegaraan untuk memilih

maupun menjadi pemimpin. Serta mengetahui kapan saatnya kepentingan

pribadi sebagai warganegara dikesampingkan dan kapan saatnya kewajiban

sebagai warganegara dapat menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan

tertentu.

Karakter kewarganegaraan sangat penting bagi warganegara. Karena melalui karakter

public seperti kepedulian sebagai warganegara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule

of law), berfikir kritis, dan kemauan untuk mendengar serta bernegisiasi adalah bekal

warganegara yang penting. Selain itu karakter privat berupa tanggung jawab moral, disiplin

diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia merupakan karakter yang sangat

diperlukan agar demokrasi berjalan baik.

5. Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMA

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 22: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

28

Indonesia memiliki peraturan tentang pendidikan terumasuk Pendidikan

kewarganegaraan. Hal ini diatur dalam PP No. 19/2005 adalah berkenaan dengan kedalaman

muatan kurikulum. Dalam pasal 8 PP No. 19/2005 ditegaskan bahwa :

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Kompetensi sebagaimana dimaksud terdiri atas strandar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dengan merujuk Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

Kompetensi lulusan SMA dalam mata pelajara Pendidikan Kewarganegaraan meliputi: 1)

Memahami hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); 2)

Menampilkan sikap positif terhadap sistem hukum dan peradilan nasional; 3) Menampilkan

peranserta dalam upaaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia

(HAM); 4) Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi; 5) Menghargai

persamaan kedudukan warganegara dalam berbagai aspek kehidupan; 6) Menganalisis sistem

politik Indonesia; 7) Menganalisis budaya politik Indonesia; 8) menganalisis budaya

demokrasi menuju masyarakat madani; 9) Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; 10) Menganalisis hubungan internasional dan

organisasi internasioanal; 11) Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional; 12)

Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka; 13) mengevaluasi

berbagai sistem pemerintahan; 14) Mengevaluasi peran pers dalam masyarakat demokrasi 15)

Mengevaluasi dampak globalisasi. Poin tersebut merupakan kompetensi kewarganegaraan

siswa SMA.

Terdapat penjelasan secara rinci mengenai Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan jenjang SMA oleh Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006

tentang standar isi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kompetemsi Kewarganegaraan Siswa SMA Berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

Kelas Butir kompetensi dasar Kewarganegaraan

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 23: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

29

Kelas X 1. Mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara

2. Mendeskripsikan hakikat negara dan bentuk-bentuk kenegaraan

3. Menjelaskan pengertian, fungsi dan tujuan NKRI 4. Menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan

patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

5. Mendeskripsikan pengertian sistem hukum dan peradilan nasional

6. Menganalisis peran lembaga-lembaga peradilan 7. Menunjukan sikap yang sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku 8. Mengenalisis upaya pemberantasan korupsi di

Indonesia 9. Menampilkan peran serta dalam upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia 10. Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan dan

penegakan HAM 11. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan,

penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia 12. Mendeskripsikan instrument hukum dan peradilan

internasional HAM 13. Mendeskripsikan hubungan dasar negara dengan

konstitusi 14. Menganalisis substansi konstitusi negara 15. Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945

Negara Kesatuan Republik Indonesia 16. Menunjukan sikap positif terhadap konstitusi negara 17. Mendeskripsikan kedudukan warga Negara dan

pewarganegaraan di Indonesia 18. Menganalisis persamaan kedudukan warga negara

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan negara 19. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa

membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku

20. Mendeskripsikan suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia

21. Mendeskripsikan perbedaan sistem politik di berbagai negara

22. Menampilkan peran serta dalam sistem politik di Indonesia

XI 1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang

dalam masyarakat Indonesia 3. Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi

pengembanagan budaya politik 4. Menampilkan peran serta budaya politik partisipan 5. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya

demokrasi

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 24: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

30

6. Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani 7. Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak

orde lama, orde baru, dan reformasi 8. Menampilkan perilaku budaya perilaku budaya

demokrasi dalam kehidupan sehari-hari 9. Mendeskripsikan pengertian dan pentingnya

keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

10. Menganalisis dampak penyelenggaraan pemerintahan tidak transparan

11. Menunjukan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

12. Mendeskripsikan pengertian, pentingnya, dan sarana-sarana hubungan internasional bagi suatu Negara

13. Menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional 14. Menganalisis fungsi Perawakilan Diplomatik 15. Mengkaji peranan organisasi internasional (ASEAN,

AA, PBB) dalam meningkatkan hubunganinternasional 16. Menghargai kerjasama dan perjanjian internasional

yang bermanfaat bagi Indonesia 17. Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan

Internasional 18. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa

internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah Internasional

19. Menghargai putusan Mahkama Internasional XII 1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka

2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan pradigma pembangunan

3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka

4. Menganalisis sistem pemerintahan di berbagai negara 5. Menganalisis pelaksanaan sistem pemerintahan negara

Indonesia 6. Membandingkan pelaksanaan sistem pemerintahan

yang berlaku di Indonesia dengan negara lain 7. Mendeskripsikan pengertian, fungsi, dan peran serta

perkembangan pers di Indonesia 8. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab

sesuai kode etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia

9. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalah gunaan kebebasan media massa dalam masyarakat demokrasi di Indonesia

10. Mendeskripsikan proses, aspek, dan dampak globalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

11. Mengevaluasi pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan Negara Indonesia

12. Menentukan sikap terhadap pengaruh dan implementasi globalisasi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 25: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

31

13. Mempresentasikan tulisan tentang pengaruh globalisasi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia

Sumber: diolah dari Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi D. Hakikat Kesadaran Hukum Berlalu Lintas

1. Hakikat Hukum

Hukum tidak datang atau ada dengan sendirinya. Hukum dibuat oleh orang atau

seklompok orang berdasarkan atas kesepakatan. Kesepakatan tersebut akan menjadi pedoman

dalam kehidupan suatu masyarakat dan untuk mempertahankan kesepakatan tersebut

masyarakat harus sadar untuk menjalankan kesepakatan atau hukum tersebut.

Hukum merupakan kontrol sosial dari pemerintah. Dalam kata lain pemerintah

memiliki wewenang untuk mengadakan peraturan hukum. Seperti yang di kemukakan

Akhdhiat dan Rosleny (2011:170) “hukum diadakan oleh mereka yang berwenang

memerintah dengan tujuan menyelenggarakan kehidupan bersama yang harmonis”.

S.M Amin, dalam Kansil (1989:38) mengemukakan tujuan hukum adalah ”mengadakan

ketertiban dalam pergaulan manusia. Dalam konteks ini hukum memiliki tujuan yang baik

karena dengan adanya hukum seseorang dapat memiliki pegangan dalam menjalankan

kehidupanya di masyarakat”.

Hukum memiliki ciri-ciri yang sangat jelas yaitu 1) adanya printah dan atau larangan;

2) perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang (Kansil 1989:39).

Pemahaman beberapa konsep hukum memberikan gambaran bahwa hukum dapat bersumber

dari kesepakatan beberapa orang dan kesepakatan tersebut berupa perintah atau larangan

yang harus ditaati sebagai kontrol sosial dalam masyarakat.

Selain itu menurut Soekanto (1988:120) bahwa “hukum menempati suatu fungsi yang

esensial dalam masyarakat terutama didalam memudahkan atau melancarkan proses interaksi

sosial”. Interaksi sosial tersebut dapat berupa interaksi yang terjadi antar individu, individu

dengan klompok, maupun antar klompok.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 26: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

32

Selain hal sedemikian hukum sangat membutuhkan kesadaran dari tiap elemen yang

terikat dalam hukum tersebut untuk menjalankannya. Hukum tidak akan berfungsi dengan

baik apabila manusia tidak mau sadar dan menjalankannya atau mematuhinya. Sedetail dan

sesempurna apapun sebuah aturan hukum jika tidak dijalankan oleh masyarakat yang ada,

hukum tersebut tidak akan berguna. Agar hukum dapat berguna dan berjalan dengan sesuai

dibutuhkan kesadaran terhadap hukum. Seperti halnya pendapat Soekanto (2002:147) “…

sumber satu-satunya dari hukum dan kekutan mengikatnya adalah kesadaran hukum

masyarakat”. pemahaman tersebut memberikan gambaran bahwa hukum akan ada apa bila

masyarakat sadar dan menjalankan peraturan hukum yang ada.

Lebih lanjut Soekanto (2002:147) berpendapat “perasaan hukum dan keyakinan hukum

individu di dalam masyarakat yang merupakan kesadaran hukum individu”. Kesadaran

hukum dari tiap individu merupakan pangkal dari kesadaran hukum masyarakat. Pemahaman

tersebut menjelaskan untuk membentuk kesadaran hukum masyarakat memerlukan kesadaran

hukum dari tiap individu-individu dalam masyarakat tersebut. Karena dengan kesadaran

terhadap hukum dalam suatu masyarakat dapat berimbas berfungsinya dan bergunanya

hukum sebagai control sosial.

Penjelasan tersebut memberikan kesimpulan bahwa hukum dapat bersumber dari

kesepakatan beberapa orang dan kesepakatan tersebut berupa perintah atau larangan yang

harus ditaati sebagai kontrol sosial dalam masyarakat. Selain itu hukum memiliki fungsi

esensial dalam masyarakat terutama didalam membantu proses interaksi di lingkungan

masyarakat dan peran masyarakat akan kesadaran terhadap hukum merupakan sumber dan

kekuatan mengikat dari hukum.

2. Peraturan Lalu Lintas

Berlalu Lintas merupakan kegiatan atau aktifitas yang berkenaan dengan lalu lintas dan

peraturan Lalu Lintas. Dalam kamus besar bahasa kata lalu lintas diartikan bolak balik atau

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 27: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

33

hilir mudik. Sementara menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (LLAJ) menjelaskan bahwa “ Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang

di ruang lalu lintas jalan”.

Dari pemahaman tersebut dapat memberikan gambaran lalu lintas terdiri dari gerak

kendaraan dan orang yang terdapat dalam ruang lalu lintas. Hal tersebut menjelaskan lalu

lintas memiliki ruang dan didalam ruang tersebutlah lalu lintas dilakukan. Ruang tersebut

merupakan sebuah sekat atau batasan dimana sebuah perbuatan dikatakan dalam lalu lintas.

Lebih jelas Undang-undang No. 22 Tahun 2009 LLAJ menjelaskan ruang lalu lintas adalah

“prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang

berupa jalan dan fasilitas pendukung”. Dalam hal ini ruang lalu lintas dijelaskan sebagai

prasarana yang digunakan orang, dan/atau barang jalan dan fasilitas pendukung. Prasarana

tersebut merupakan ruang lalu lintas karena apabila orang,dan/atau barang menggunakan

prasarana tersebut maka dikatakan orang,dan/barang secara langsung masuk dalam ruang lalu

lintas.

Peraturan tersebut menjelaskan bahwa seseorang dikatakan berlalu lintas apabila orang

tersebut baik sebagai pejalan kaki, atau pengendara kendaraan menggunakan prasarana lalu

lintas. Namun dalam ruang lalu lintas tersebut terdapat tata cara atau aturan dalam

menggunakannya seperi yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 LLAJ

pasal 105 sebagai berikut:

Setiap orang yang menggunakan jalan wajib: a. Berperilaku tertib; dan/atau b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan

keselamatan lalu lintas dan angkatan jalan atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

Sementara lebih jelas Ruang lingkup keberlakuan undang-undang LLAJ dalam pasal 4

dijelaskan untuk membina dan menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,

selamat, tertib, dan lancer melalui

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 28: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

34

a. Kegiatan gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang di jalan; b. Kegiatan yang mengunakan saran, prasarana, dan fasilitas pendukung lalu

lintas dan angkutan jalan; dan c. Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

dan pengemudi, pendidikan berlalu lintas, menejemen dan rekayasa lalu lintas, serta penegakan hukum lalu lintas dan angkutan jalan.

Dilihat dari ketentuan peraturan yang ada maka seseorang dikatakan berlalu lintas

adalah ketika seseorang tersebut menggunakan prasarana lalu lintas. Ketika seseorang

menggunakan prasarana lalu lintas maka ketentuan peraturan lalu lintas berlaku untuknya dan

seseorang tersebut harus mentaati peraturan dan berperilaku tertib dan/atau Mencegah hal-hal

yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkatan

jalan atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

3. Indikator Kesadaran Hukum Berlalu Lintas

Seseorang akan dikatakan sadar terhadap hukum apabila seseorang tersebut melakukan

ketentuan hukum dengan sesuai. Ketentuan kesadaran hukum dilihat dari beberapa indikatir

seperti pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap terhadap hukum dan perilaku sesuai

hukum yang ada.

Untuk indikator kesadaran hukum menurut Soekanto (1977:469) berpendapat bahwa

tinggi rendahnya derajad kepatuhan terhadap hukum positif tertulis, antara lain ditentukan

oleh faktor-factor:

1. Pengetahuan tentang peraturan 2. Pengetahuan tentang isi peraturan 3. Sikap terhadap peraturan 4. Perikelakuan yang sesuai dengan peraturan

Keempat indikator tersebut merupakan tolak ukur dikatakan seseorang sadar terhadap

hukum. Kesadaran hukum bukan hanya bertolak dari apa yang seseorang tahu tentang hukum

atau sebaliknya seseorang berperilaku sesuai peraturan tanpa memahami bahkan mengetahui

tentang aturan yang dijalankannya.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 29: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

35

Peraturan lalu lintas merupakan salah satu hukum yang ada di Indonesia. Sama halnya

dengan hukum-hukum yang lain pada umumnya. Seseorang akan dikatakan memiliki

kesadaran hukum berlalu lintas apa bila orang tersebut mengetahui, memahami, bersikap dan

berperilaku sesuai aturan hukum lalu lintas.

a. Pengetahuan Hukum Berlalu Lintas

Pengetahuan hukum diartikan seseorang mengetahui perilaku tertentu dimata hukum.

Pengetahuan terhadap hukum akan dapat diketahui bila diajukan seprangkat pertanyaan

mengenai hukum tertentu (Ali, 2008:67). Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa

pengetahuan terhadap hukum dapat diketahui melalui pertanyaan-pertanyaan terkait hukum

tertentu. Melalui pertanyaan-pertanyaan terkait hukum tertentu maka dapat dilihat sebatas apa

seseorang memiliki pengetahuan terhadap hukum tertentu.

Pemahaman tersebut berlaku untuk semua hukum termasuk hukum berlalu lintas. Agar

mengetahui sejauh mana seseorang memiliki pengetahuan hukum berlalu lintas maka

dibutuhkan serangkaian pertanyaan terkait dengan peraturan hukum berlalu lintas.

b. Pemahaman Hukum Berlalu Lintas

Pemahaman hukum diartikan seseorang atau warga masyarakat mempunyai

pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, terutama dari segi isinya.

Seperti pendapat Ibid (Ali, 2008:67) menyatakan bahwa “melalui pemahaman hukum,

masyarakat diharapkan memahami tujuan peraturan perundang-undangan serta manfaat bagi

pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh peraturan perundang-undangan dimaksud.”

Pemahaman tersebut menjelaskan untuk tingkatan ini seseorang sudah memiliki

pengetahuan serta pemahaman mengenai aturan-aturan yang ada termasuk dalam aturan

berlalu lintas. Dalam hal ini seseorang dapat memahami dan mengerti alasan-alasan hukum

berlalu lintas.

c. Sikap Terhadap Hukum Berlalu Lintas

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 30: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

36

Sikap hukum diartikan seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan

penilaian terhadap hukum secara umum termasuk hukum berlalu lintas. Menurut Soekanto S

(1977:469) berpandanagan bahwa “sikap yang fundamental terhadap peraturan cenderung

untuk mempengaruhi taraf kepatuhan hukum, oleh karna sikap tersebut antara lain terbentuk

oleh proses pelembagaan dan internalisasi dari peraturan yang bersangkutan”. Maka sikap

merupakan indikator yang penting dalam menentukan kesadaran hukum tertentu termasuk

hukum berlalu lintas.

d. Perilaku Hukum Berlalu Lintas

Perilaku hukum diartikan seseorang berperilaku sesuai dengan hukum yang ada

termasuk hukum berlalu lintas. Indikator perilaku hukum berlalu lintas merupakan indikator

terakhir dalam kesadaran hukum berlalu lintas.

Menurut Soekanto (1977:469) “Pola perilkelakuan yang sesuai dengan peraturan

merupakan kriteria pokok akan adanya kepatuhan hukum, oleh karena perikelakuan demikian

menunjukan adanya kecenderungan yang kuat bahwa peraturan tersebut telah mengalami

proses internalisasi yang membuktikan adanya persesuaiaan antara peraturan dengan nilai-

nilai yang berlaku”. Pemahaman tersebut menggambarkan bahwa perilaku merupakan pokok

dari kepatuhan hukum. maka perilaku berlalu lintas termasuk indikator yang penting dalam

kesadaran hukum berlalu lintas.

E. Kerangka Berfikir

Pendidikan Kewarganegaran bertujuan membentuk warganegara yang baik dan

memiliki embrio materi mengenai hak dan kewajiban sebagai warganegara. Penanaman dan

pelaksanaan hak dan kewajiban dapat dilakukan melalui pembelajaran PKn dan kompetensi

kewarganegaraan yang dimiliki siswa. Sementara kesadaran hukum berlalu lintas merupakan

salah satu implementasi dari warganegara yang baik dalam menjalankan hak dan

kewajibannya dibidang hukum. Taraf kesadaran hukum berlalu lintas dapat dilihat dari

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 31: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

37

pengetahuan berlalu lintas, pemahaman berlalu lintas, sikap positif dengan aturan berlalu

lintas, dan perilaku yang sesuai dengan aturan berlalu lintas.

Melalui pembelajaran PKn yang memiliki standar kompetensi menampilkan sikap

positif terhadap sistem hukum dan peradilan nasional dapat menambah pengetahuan,

pemahaman terrhadap hukum yang ada serta dapat menanamkan sikap dan perilaku sesuai

hukum termasuk hukum berlalu lintas. Selain itu melalui pengembangan kompetensi

kewarganegaraan yang dimiliki siswa yang didapat dari lingkungan sekitar baik sekolah atau

masyarakat dapat juga berimbas pada tingkat kesadaran hukum berlalu lintas. kompetensi

kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan dapat memberikan imbas baik

karena dalam komponen ini warganegara harus memiliki pengetahuan terkait segala jenis hal

dalam lingkup negaranya termasuk dalam bidang hukum berlalu lintas. selain itu melalui

komponen keterampilan kewarganegaraan, warganegara dapat menggunakan keterampilan

intelektual dan partisipasi dalam memahami dan berperilaku sesuai aturan yang ada termasuk

peraturan hukum berlalu lintas. Dan komponen watak kewarganegaraan dapat membangun

sikap positif terkait dengan hukum yang ada.

Gambar 2.1 Paradigma Pemikiran

F. Hipotesis Penelitian

Pembelajaran

PKn (X1)

Kompetensi

kewarganegaraa

n (X2)

Kesadaran

hukum berlalu

lintas siswa (Y)

Ryx1x2

Ryx1

Ryx2

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 32: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

38

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, peneliti merumuskan hipotesis bahwa kesadaran

hukum berlalu lintas siswa di pengaruhi oleh Pendidikan Kewarganegaraan dan dengan

hipotesis sebagai berikut:

1. Pembelajaran PKn berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran hukum

berlalu lintas siswa.

2. Kompetensi kewarganegaraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran

hukum berlalu lintas siswa.

3. Pembelajaran PKn dan Kompetensi kewarganegaraan secara bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran hukum berlalu lintas siswa.

G. Penelitian yang Relevan

1. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

a. Penelitian oleh Cahyani (2013), skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

dan Hukum, program studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Peran guru Pendidikan

Kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas pada

siswa SMP N 1 Mirit Kabupaten Kebumen”. Tujuan penelitian 1) untuk

mengetahui peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan

kesadaran hukum berlalu lintas pada siswa, 2) untuk mengetahui kendala-kendala

yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran

hukum berlalu lintas siswa, 3) untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru

Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengatasi kendala dalam meningkatkan

kesadaran hukum berlalu lintas siswa.

Hasil penelitian 1) Peranan guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam

meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa adalah melalui peranannya

sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator, pembimbingan serta

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 33: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

39

pengelolaan kelas. 2) kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan

kesadaran hukum berlalu lintas siswa meliputi kendala internal yaitu pada diri

guru Pendidikan Kewarganegaraan serta kendala eksternal antara lain, kurang

pengetahuan orang tua siswa terhadap peraturan lalu lintas, sikap acuh tak acuh

siswa terhadap peraturan lalu lintas, pengaruh lingkungan di luar sekolah, dan

kurangnya pengawasan pihak kepolisian terhadap siswa. 3) upaya yang dilakukan

oleh guru antara lain guru lebih mempelajari materi tentag lalu lintas, guru

memberikan pengarahan terhadap orang tua siswa, memberikan pembinaan dan

bimbingan terhadap siswa, menegur siswa yang melanggar aturan lalu lintas,

menyerahkan pihak kepolisian untuk memberikan sanksi terhadap siswa.

b. Penelitian oleh Ragil setiadi (2012), skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Purwokwerto dengan judul “Peranan pendidikan

Kewarganegaraan dalam membentuk kesadaran hukum siswa di SMA N 1

Wanadadi Banjarnegara”. Tujuan penelitian 1) untuk mengetahui peranan

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk kesadaran hukum

siswa, 2) Untuk mengetahui kesadaran hukum dikalangan pelajar terhadap

pelaksanaan tata tertib sekolah, 3) Untuk mengetahui kendala-kendala yang

dihadapi.

Hasil penelitian 1) pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berperan

dalam membentuk kesadaran siswa di SMA N 1 wanadadi banjarnegara,

dikarenakan penerapan pebelajaran sudah berfariatif dan menggunakan berbagai

macam sumber belajar. 2) Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa adalah sarana dan prasarana yang

kurang lengkap serta kurangnya tenaga guru yang professional. 3) Adapun upaya

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 34: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

40

yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kendala–kendala dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kesadaran

hukum dikalangan pelajar adalah dengan meningkatkan profesionalitas guru dan

sumber belajar.

2. Konsep Kesadaran Hukum berlalu Lintas

a. Penelitian oleh Hasibuan dkk (2014) jurusan PKn, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Semarang. Dengan judul “Peran Sekolah dalam

Meningkatkan Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Siswa SMA Negeri 3 Cirebon”.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui 1) Peran sekolah dalam

meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 3 Cirebon, 2)

Dampak kebijakan sekolah mengenai sistem parkir kendaraan bermotor dalam

meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa SMA Negeri 3 Cirebon.

Hasil penelitian penelitian menunjukan bahwa: 1) peran sekolah SMA Negeri 3

Cirebon melalui kegiatan Intrakurikeler seperti hanya ada dalam pembelajaran

PPKN, dan BK, dan melalui kegiatan ekstrakurikuler mengadakan kegiatan

sosialisasi tentang lalu lintas, pembagian helm untuk siswa yang bekerjasama

dengan dinas perhubungan, pembuatan SIM yang diadakan sekolah bekerjasama

dengan kepolisian, setiap pagi didepan sekolah ada polisi yang membantu

menyeberangkan siswa, guru, dan karyawan SMA Negeri 3 Cirebon; 2) Dampak

kebijakan sekolah mengenai sistem parkir dalam meningkatkan kesadaran hukum

berlalu lintas hanya terdapat pada segi pengetahuan, dan sikapnya.

b. Penelitian oleh Wulandari (2015) Program Studi Pembangunan Sosial

Konsentrasi Sosiologi Jurusan Sosiologi Universitas Mulawarman Samarinda.

Judul penelitian adalah “Pemahaman Pelajar tentang Disiplin Berlalu Lintas

(kasus di SMK Kesehatan Samarinda)”. Penelitian ini bertujuan untuk: Untuk

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017

Page 35: BAB IIrepository.ump.ac.id/4267/3/LATIF MUHAJIRIN BAB II.pdf · 2017. 9. 19. · timbul dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Kedua, melalui kajian bidang kehidupan, yang meliputi

41

mengetahui Pemahaman Pelajar Tentang Disiplin Berlalu Lintas di SMK

Kesehatan Samarinda. Hasil penelitian: menunjukkan bahwa pemahaman pelajar

tentang disiplin berlalu lintas sangat minim karena peraturan berlalu lintas hanya

diketahui sebagai sebuah aturan tertulis dan tidak diterapkan pada kegiatan

sehari-hari dalam berkendara kendaraan bermotor. Kurangnya sosialisasi dan

kesadaran untuk belajar mengenai aturan berlalu lintas menjadi salah satu

penyebab minimnya pengetahuan serta pemahaman para pelajar.

Pegaruh Pendidikan Kewarganegaraan..., Latif Muhajirin, FKIP UMP 2017