BAB KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR laut yang berlabuh paling lama 24 (dua puluh empat) jam dan tidak...
-
Upload
trannguyet -
Category
Documents
-
view
240 -
download
9
Transcript of BAB KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR laut yang berlabuh paling lama 24 (dua puluh empat) jam dan tidak...
1
BAB
KEPABEANAN
DI BIDANG IMPOR
A. Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Impor
1. Penyelesaian Kewajiban Pabean Atas Kedatangan Sarana Pengangkut
Lazimnya barang impor diangkut dengan menggunakan sarana pengangkut,
baik sarana pengangkut laut (kapal laut) maupun sarana pengangkut udara (pesawat
terbang). Namun dimungkinkan impor dilakukan dengan menggunakan sarana
pengangkut darat (truk), bahkan melaui software/internet. Dalam undang-undang
Kepabeanan impor maupun ekspor dimungkinkan dilakukan melalui transmisi,
saluran pipa, transmisi elektronik (peranti lunak).
Dalam materi ini dibahas mengenai penyelesaian kewajiban pabean atas
kedatangan sarana pengangkut, pembongkaran barang impor di kawasan pabean
dan penimbunan barang impor di Tempat Penimbunan Sementara (TPS).
Pengangkut bertanggung jawab atas bea masuk sampai barang selesai dibongkar di
kawasan pabean. Pengusaha tempat penimbunan bertanggung jawab atas bea
masuk barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara (TPS). Sedangkan
1
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari materi bahan ajar ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menjelaskan penyelesaian kewajiban pabean atas kedatangan sarana
pengangkut. 2. Menjelaskan tatalaksana pengeluaran barang impor untuk dipakai, impor
sementara, barang penumpang, pelintas batas, barang kiriman. 3. Menjelaskan tata cara pemeriksaan barang impor. 4. Menjelaskan pemberian kemudahan dibidang pelayanan impor. 5. Menjelaskan jenis pungutan impor, perhitungan dan pembayarannya. 6. Menjawab pertanyaan tentang tatalaksana kepabeanan dibidang impor.
2
importir bertanggung jawab atas bea masuk sejak dokumen pemberitahuan impor
barang (PIB) diterima di kantor pabean.
a. Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) dan Jadwal Kedatangan
Sarana Pengangkut (JKSP)
Untuk memenuhi kewajiban pabean atas rencana kedatangannya di suatu
kantor pabean, pengangkut yang sarana pengangkutnya akan datang dari :
- luar Daerah Pabean; atau
- dalam Daerah Pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor
dan/atau barang-barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam
Daerah Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean;
wajib menyerahkan pemberitahuan berupa Rencana Kedatangan Sarana
Pengangkut (RKSP) kepada kepada Pejabat di setiap Kantor Pabean yang akan
disinggahi. RKSP wajib disampaikan sebelum kedatangan sarana pengangkut,
kecuali sarana pengangkut darat. Sedangkan JKSP dapat diserahkan dalam
periode kedatangan sebulan sekali (periode 30 hari), yang penyerahan
pertamanya dilakukan sebelum kedatangan sarana pengangkut yang pertama
kali. Berdasarkan informasi tersebut Pejabat Bea dan Cukai dengan segera
dapat mengetahui sarana pengangkut yang akan datang, dan jika diperlukan
dapat melakukan pemeriksaan sarana pengangkut yang datang dari luar Daerah
Pabean tersebut.
b. Kedatangan sarana pengangkut
Untuk memenuhi kewajiban pabean atas barang yang diangkutnya,
pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari :
- luar Daerah Pabean; atau
- dalam Daerah Pabean dengan mengangkut barang impor, barang ekspor
dan/atau barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam Daerah
Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean,
wajib menyerahkan pemberitahuan berupa Inward Manifest dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris kepada Pejabat di Kantor Pabean sebelum
melakukan pembongkaran. Dalam hal tidak segera dilakukan pembongkaran,
penyampaian inward manifest dilaksanakan:
3
- paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sejak kedatangan sarana
pengangkut, untuk sarana pengangkut yang melalui laut;
- paling lambat 8 (delapan) jam sejak kedatangan sarana pengangkut, untuk
sarana pengangkut yang melalui udara; atau
- pada saat kedatangan sarana pengangkut, untuk sarana pengangkut yang
melalui darat.
Kewajiban penyerahan inward manifest dikecualikan bagi sarana
pengangkut laut yang berlabuh paling lama 24 (dua puluh empat) jam dan tidak
melakukan pembongkaran barang; dan sarana pengangkut udara yang berlabuh
paling lama 8 (delapan) jam. Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang
dari luar Daerah Pabean, apabila sarana pengangkutnya tidak mengangkut
barang sebagaimana dimaksud diatas, wajib menyerahkan pemberitahuan nihil.
Selain Inward Manifest, dalam waktu paling lama pada saat kedatangan
Sarana Pengangkut, Pengangkut wajib menyerahkan pemberitahuan dalam
bahasa Indonesia atau bahasa Inggris secara elektronik atau manual kepada
Pejabat di Kantor Pabean, berupa :
- daftar penumpang dan/atau awak sarana pengangkut,
- daftar bekal sarana pengangkut,
- daftar perlengkapan/inventaris sarana pengangkut,
- stowage plan atau bay plan untuk sarana pengangkut melalaui laut;
- daftar senjata api dan amunisi, dan
- daftar obat-obatan termasuk narkotika yang digunakan untuk kepentingan
pengobatan.
Sepanjang dapat dibuktikan dengan dokumen pendukung, pengangkut
atau pihak-pihak lain yang bertanggungjawab atas barang dapat mengajukan
perbaikan terhadap BC 1.1, dalam hal:
- terdapat kesalahan mengenai nomor, merek, ukuran dan jenis kemasan
dan/atau petikemas;
- terdapat kesalahan mengenai jumlah kemasan dan/atau petikemas serta
jumlah barang curah;
4
- terdapat kesalahan nama consignee dan/atau notify party pada manifes;
- diperlukan penggabungan beberapa pos menjadi satu pos:
- terdapat kesalahan data lainnya atau perubahan pos manifes.
c. Pembongkaran dan penimbunan barang impor
Pembongkaran barang impor dilaksanakan di Kawasan Pabean; atau
tempat lain setelah mendapat ijin dari Kantor Pabean. Paling lama 12 (dua belas)
jam setelah selesai pembongkaran barang impor, pengangkut menyampaikan
daftar kemasan atau peti kemas atau jumlah barang curah yang telah dibongkar
kepada Pejabat di Kantor Pabean. Pada kantor pabean tertentu atau kantor yang
telah menggunakan sistem pertukaran data elektronik (PDE), data barang yang
dibongkar dan ditimbun di TPS terekam secara elektronik.
Pengangkut yang tidak dapat mempertanggungjawabkan terjadinya
kekurangan bongkar atas jumlah kemasan atau peti kemas atau barang curah
yang diberitahukan, diwajibkan untuk melunasi Bea Masuk, Cukai, dan Pajak
Dalam Rangka Impor (PDRI) yang seharusnya dibayar berikut sanksi
administrasi berupa denda. Sebaliknya pengangkut yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan kelebihan bongkar atau jumlah kemasan atau peti
kemas atau barang curah yang diberitahukan, dikenai sanksi administrasi berupa
denda; sebagaimana ditetapkan dalam pasal 10A ayat 3 dan 4 Undang-undang
Kepabeanan.
Penimbunan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya
dapat dilaksanakan di TPS atau gudang atau lapangan penimbunan milik importir
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi
tempat tersebut.
Pengusaha tempat penimbunan yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat
penimbunannya wajib melunasi Bea Masuk, Cukai, dan PDRI yang seharusnya
dibayar berikut sanksi administrasi berupa denda sebagaimana diatur dalam
pasal 43 Undang-undang No. 17 Tahun 2006 jo. Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan.
5
2. Prosedur Impor Untuk Dipakai
Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban
pabean atas penyampaian dokumen pemberitahuan impor barang, pemeriksaan
pabean dan pengeluaran barang impor untuk dipakai.
a. Penyampaian Pemberitahuan Impor Barang
Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean, dengan tujuan diimpor
untuk dipakai wajib diberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
yang disampaikan ke Kantor Pabean. PIB dibuat oleh Importir berdasarkan
dokumen pelengkap pabean dan dokumen pemesanan pita cukai dengan
menghitung sendiri bea masuk, cukai, dan PDRI yang seharusnya dibayar.
Dalam hal pengurusan PIB dimaksud tidak dilakukan sendiri, Importir
menguasakannya kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK).
Importir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/atau pembatasan impor
yang ditetapkan oleh instansi teknis. PIB dilayani setelah Importir memenuhi
ketentuan larangan dan/atau pembatasan. Penelitian pemenuhan ketentuan
larangan dan/atau pembatasan dimaksud dilakukan oleh portal Indonesia
National Single Window (INSW); atau Pejabat yang menangani penelitian barang
larangan dan/atau pembatasan.
Penyampaian PIB ke Kantor Pabean dilakukan untuk setiap pengimporan
atau secara berkala. PIB disampaikan dalam bentuk:
a) data elektronik, disampaikan melalui sistem PDE Kepabeanan (untuk Kantor
Pabean yang telah menerapkan sistem tersebut) atau menggunakan media
penyimpan data elektronik ; atau
b) tulisan diatas formulir.
PIB, dokumen pelengkap pabean dan bukti pembayaran bea masuk, cukai
dan PDRI disampaikan kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran
barang. Dalam hal barang impor berupa Barang Kena Cukai (BKC) yang
pelunasan cukainya dengan cara pelekatan pita cukai, dokumen pemesanan pita
6
cukai disampaikan kepada Pejabat di Kantor Pabean tempat pengeluaran
barang.
Untuk PIB yang disampaikan melalui sistem PDE Kepabeanan, PIB,
dokumen pelengkap pabean, dan bukti pelunasan bea masuk, cukai, PDRI, dan
dokumen pemesanan pita cukai harus disampaikan kepada Pejabat di Kantor
Pabean tempat pengeluaran barang dalam jangka waktu:
- 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM)
untuk jalur merah,
- 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Pemberitahuan Jalur Kuning (SPJK)
untuk jalur kuning,
- 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB) untuk jalur hijau, dan
- 5 (lima) hari kerja setelah tanggal SPPB untuk jalur MITA (dalam hal
dilakukan pemeriksaan pabean).
Apabila ketentuan dimaksud diatas tidak dipenuhi, penyampaian PIB
berikutnya oleh Importir yang bersangkutan tidak dilayani sampai dipenuhinya
ketentuan dimaksud. Dikecualikan dari penyampaian hasil cetak PIB dan bukti
pelunasan bea masuk, cukai, PDRI, dan dokumen pemesanan pita cukai,
terhadap MITA Prioritas dan MITA Non Prioritas.
b. Pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI
Pembayaran bea masuk dan PDRI dilakukan dengan cara:
- pembayaran tunai; atau
- pembayaran berkala.
Pembayaran berkala dapat dilakukan oleh MITA Prioritas dan Importir yang
diberikan kemudahan PIB berkala. Dalam hal pembayaran dilakukan secara tunai,
Importir melakukan pembayaran bea masuk, cukai untuk impor etil alkohol, dan
PDRI, sebelum menyampaikan PIB ke Kantor Pabean dan dilakukan di Bank
Devisa Persepsi atau Pos Persepsi. Pembayaran dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak (SSPCP).
c. Perhitungan Bea Masuk,Cukai, dan PDRI
Bea masuk yang harus dibayar dihitung dengan cara sebagai berikut:
7
- Untuk tarif advalorum, bea masuk = nilai pabean X NDPBM X pembebanan
bea masuk; atau
- Untuk tarif spesifik, bea masuk = jumlah satuan barang X pembebanan bea
masuk per- satuan barang.
PPN, PPnBM, dan PPh yang seharusnya dibayar dihitung dengan cara
sebagai berikut:
- PPN = % PPN x (nilai pabean + bea masuk + cukai);
- PPnBM = % PPnBM x (nilai pabean + bea masuk + cukai); dan
- PPh = % PPh x (nilai pabean + bea masuk + cukai)
Bea Masuk dimaksud diatas adalah bea masuk yang dibayar, ditangguhkan
dan/atau ditanggung pemerintah dan dihitung untuk setiap jenis barang impor
yang tercantum dalam PIB dan dibulatkan dalam ribuan Rupiah penuh untuk satu
PIB.
d. Pemeriksaan Pabean dan Penetapan Jalur
Terhadap Barang Impor yang telah diajukan PIB dilakukan pemeriksaan
pabean secara selektif berdasarkan manajemen risiko, meliputi penelitian
dokumen dan pemeriksaan fisik barang. Dalam rangka pemeriksaan pabean
secara selektif ditetapkan jalur pengeluaran, sebagai berikut:
- Jalur Merah;
- Jalur Kuning;
- Jalur Hijau;
- Jalur MITA Non-Prioritas; dan
- Jalur MITA Prioritas.
Terhadap importir jalur MITA non Prioritas yang mengimpor barang ekspor yang
diimpor kembali; barang yang terkena pemeriksaan acak, atau barang impor
sementara; diterbitkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Fisik (SPPF) yang
merupakan izin untuk dilakukan pemeriksaan fisik di tempat Importir.
8
e. Penelitian dokumen pemberitahuan
Penelitian berkas PIB meliputi kelengkapan dan kebenaran pengisian PIB
dan dokumen pelengkap pabean. Penelitian dokumen pelengkap pabean
dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan impor, keabsahan dan kebenaran
serta validitas dokumen yang dilampirkan.
Untuk pemenuhan hak keuangan negara dan ketentuan impor yang berlaku,
Pejabat melakukan penelitian terhadap tarif dan nilai pabean yang diberitahukan.
Penelitian dimaksud diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal pendaftaran PIB. Dalam hal hasil penelitian sebagaimana
dimaksud mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk, cukai, dan PDRI,
Pejabat menerbitkan Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP).
Terhadap SPTNP yang terbit atas PIB yang ditetapkan jalur merah atau jalur
kuning, Pejabat menerbitkan SPPB setelah:
- Importir melunasi kekurangan bea masuk, cukai, PDRI, dan/atau sanksi
administrasi berupa denda; atau
- Importir menyerahkan jaminan sebesar bea masuk, cukai, PDRI, dan/atau
sanksi administrasi berupa denda dalam hal diajukan keberatan.
3. Pemeriksaan Fisik Barang Impor
Pemeriksaan fisik barang impor harus dimulai paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah tanggal SPJM; atau bagi importir MITA non Prioritas 5 (lima) hari kerja
setelah tanggal SPPF. Importir atau kuasanya menyampaikan kesiapan dimulainya
pemeriksaan fisik barang kepada Pejabat Pabean. Importir yang barang impornya
ditetapkan jalur merah wajib :
- menyerahkan hardcopy PIB, dokumen pelengkap pabean, dan SSPCP,
dalam hal PIB disampaikan dengan menggunakan sistem PDE
Kepabeanan;
- menyiapkan barang untuk diperiksa; dan
- hadir dalam pemeriksaan fisik, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
hari kerja setelah tanggal SPJM.
Untuk pelaksanaan pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud, pengusaha
TPS wajib memberikan bantuan teknis yang diperlukan atas beban biaya Importir.
9
a. Prosedur pemeriksaan fisik
Setelah mendapatkan SPJM/SPPF importir menyiapkan dokumen PIB dan
berkas dokumen pelengkap pabean, dan menyerahkan ke kantor pabean tempat
pembongkaran dalam rangkap 4. Selanjutnya menyiapkan barang yang akan
diperiksa dan menyampaikan surat kesiapan barang bersama PIB.
Pejabat pemeriksa Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan barang di lokasi
tempat pemeriksaan bersama-sama dengan importir atau kuasanya. Pejabat
pemeriksa memeriksa kontainer yang ditunjuk meliputi jumlah, merek dan nomor
kontainer. Selanjutnya menyuruh membuka kontainer, mengeluarkan isinya,
menghitung jumlah koli/kemasan barang, memeriksa jumlah, jenis, merek, tipe
dan spesifikasi barang lainnya. Jika diperlukan atau jika diinstruksikan dalam
Instruksi Pemeriksaan, Pejabat pemeriksa mengambil contoh barang, brosur,
foto atau bukti lainnya, memasukkannya dalam kantong pembungkus dan
menandatanganinya.
Hasil pemeriksaan barang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) dan membuat Berita Acara Pemeriksaan. Selanjutnya menyerahkan hasil
pemeriksaan ke Seksi Pabean untuk diteruskan ke pejabat pemeriksa dokumen.
Dalam hal kantor pabean telah menggunakan sistem PDE, data hasil
pemeriksaan dimasukkan ke komputer. Hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pemeriksaan barang adalah: (1) tingkat pemeriksaan dilakukan
sesuai instruksi pemeriksaan (10%, 30%, atau 100%); Jika tingkat pemeriksaan
100%, maka barang harus diperiksa seluruhnya; (2) melaporkan dalam LHP
jumlah, jenis, spesifikasi barang yang diperiksa sesuai apa adanya, tidak
terpengaruh oleh importir, atau mengarang-ngarang/mengira-ngira.
LHP akan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pejabat
pemeriksa dokumen. Untuk mendapatkan keakuratan identifikasi barang Impor,
Pejabat pemeriksa dokumen dapat memerintahkan untuk dilakukan uji
laboratorium. Terhadap uji barang dikenakan biaya sebagai penerimaan negara
bukan pajak (PNBP).
10
b. Pemeriksaan fisik melalui alat pemindai peti kemas
Untuk Kantor Pabean yang mengoperasikan pemindai peti kemas,
pemeriksaan fisik barang dapat dilakukan dengan menggunakan pemindai peti
kemas. Pemeriksaan dengan menggunakan pemindai peti kemas dilakukan
terhadap:
- barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur hijau dan terkena pemeriksaan
acak melalui pemindai peti kemas;
- barang yang pengeluarannya ditetapkan jalur merah namun hanya terdiri dari
satu jenis (satu pos tarif);
- barang impor dalam refrigerated container yang berdasarkan pertimbangan
dari Pejabat yang menangani pelayanan pabean dapat diperiksa dengan
pemindai;
- barang yang berisiko tinggi berdasarkan hasil analisis intelijen;
- barang peka udara; atau
- barang lainnya yang berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor Pabean atau
Pejabat yang ditunjuk dapat dilakukan pemeriksaan melalui pemindai peti
kemas.
Dalam hal hasil image X-Ray menunjukkan adanya kesalahan, barang
tersebut dilakukan pemeriksaan fisik biasa dengan tingkat pemeriksaan 100%.
Tidak semua barang boleh dilakukan tindakan pemeriksaan X-Ray. Oleh
karena itu barang impor yang seharusnya diperiksa melalui X-Ray/pemindai peti
kemas dapat dikecualikan dari pemeriksaan tersebut. Kriteria barang yang
dikecualikan dari pemeriksaan dimaksud adalah terhadap:
- barang impor peka cahaya;
- barang impor yang mengandung zat radioaktif; atau
- barang impor lainnya yang karena sifatnya dapat menjadi rusak apabila
dilakukan pemindaian.
Terhadap barang tersebut dilakukan pemeriksaan biasa. Pemeriksaan ini
dengan alasan tertentu dapat dilakukan di gudang importir, misalnya jika dibuka
di pelabuhan dapat merusak barang.
Pada intinya pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat atau membandingkan
jumlah, jenis, dan spesifikasi barang dengan data pemberitahuan pabeannya.
11
Data barang tersebut diperlukan untuk menetapkan tarif dan nilai pabean, serta
pemenuhan persyaratan impor.
4. Prosedur Impor Barang Pribadi Penumpang, Awak Sarana
Pengangkut (ASP), Pelintas Batas dan Barang Kiriman.
Terhadap barang pribadi penumpang, ASP, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu diberikan pembebasan
bea masuk, dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
a. Barang Pribadi Penumpang
Terhadap barang keperluan yang dipakai selama yang bersangkutan dalam
perjalanan maupun berada di luar negeri, tidak dipungut bea masuk dan pajak
dalam rangka impor. Atas barang pribadi penumpang yang tiba bersama
penumpang, wajib diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai dengan
menggunakan Customs Declaration/BC 2.2 yang wajib diisi dengan lengkap dan
benar. Pemberitahuan dimaksud dapat dilakukan secara lisan, pada tempat-
tempat tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Terhadap barang pribadi penumpang yang tiba bersama penumpang dengan
nilai pabean paling banyak FOB USD 250.00 (dua ratus lima puluh US dollar)
per orang atau FOB USD 1,000.00 (seribu US dollar) per keluarga untuk setiap
perjalanan, diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam
rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku.
Dalam hal barang pribadi penumpang melebihi batas nilai pabean
sebagaimana tersebut diatas, maka atas kelebihan tersebut dipungut bea masuk
dan pajak dalam rangka impor. Terhadap barang penumpang yang
dikategorikan sebagai barang dagangan, dipungut bea masuk dan pajak dalam
rangka impor tanpa melihat nilai barang yang bersangkutan. Untuk penyelesaian
barang dagangan tersebut digunakan dokumen pemberitahuan impor barang
12
khusus (BC 2.1). Pemberitahuan BC 2.1 juga digunakan atas barang impor
sementara yang dibawa oleh penumpang.
Selain pembebasan bea masuk, terhadap barang pribadi penumpang yang
merupakan barang kena cukai juga diberikan pembebasan cukai untuk setiap
orang dewasa paling banyak:
1). 200 (dua ratus) batang sigaret, 25 (dua puluh lima) batang cerutu, atau
100 (seratus) gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya; dan
2). 1 (satu) liter rninuman mengandung etil alkohol.
Dalam hal hasil tembakau sebagaimana dimaksud lebih dari satu jenis,
pembebasan cukai diberikan setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil
tembakau tersebut. Atas kelebihan barang kena cukai, langsung dimusnahkan
dengan atau tanpa disaksikan penumpang yang bersangkutan.
Setelah menerima pemberitahuan CD sebagaimana dimaksud, pejabat bea
dan cukai;
1). memberikan persetujuan pengeluaran barang, dalam hal penumpang
melalui jalur hijau; atau
2). melakukan pemeriksaan fisik, dalam hal penumpang melalui jalur
merah.
Dalam hal terdapat kecurigaan, pejabat bea dan cukai berwenang melakukan
pemeriksaan fisik atas barang penumpang yang melalui jalur hijau. Apabila dari
hasil pemeriksaan fisik ditemukan :
1). kelebihan barang kena cukai dari jumlah yang ditentukan, terhadap
kelebihan barang kena cukai tersebut langsung dimusnahkan dengan
atau tanpa disaksikan penumpang yang bersangkutan.
2). barang yang terkena larangan atau pembatasan impor, pejabat bea dan
cukai melakukan penindakan sesuai ketentuan yang berlaku.
3). barang pribadi penumpang dengan nilai pabean tidak melebihi batas
pembebasan bea masuk, maka terhadap barang pribadi penumpang
tersebut diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak
13
dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan yang berlaku.
4). barang pribadi penumpang dengan nilai pabean melebihi batas
pembebasan bea masuk, maka atas kelebihan nilai pabean barang
pribadi penumpang tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam
rangka impor dengan dasar nilai pabean penuh dikurangi dengan nilai
pabean yang mendapatkan pembebasan bea masuk.
Pengeluaran barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau sesudah
kedatangannya dan terdaftar di dalam manifes, diselesaikan dengan
Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK); namun jika terdaftar sebagai
barang "Lost and Found", diselesaikan dengan CD.
b. Barang Awak Sarana Pengangkut
Barang awak sarana pengangkut dengan nilai pabean tidak melebihi FOB
USD 50.00 (lima puluh US dollar) per orang untuk setiap kedatangan diberikan
pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Selain itu terhadap barang awak sarana pengangkut yang merupakan barang
kena cukai diberikan pembebasan cukai, dengan ketentuan :
1). paling banyak 40 (empat puluh) batang sigaret, 10 (sepuluh) batang
cerutu, atau 40 (empat puluh) gram tembakau iris/hasil tembakau
lainnya; dan
2). paling banyak 350 (tiga ratus lima puluh) mililiter minuman mengandung
etil alkohol.
Dalam hal hasil tembakau lebih dari satu jenis, pembebasan cukai diberikan
setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau tersebut. Dalam
hal barang kena cukai melebihi jumlah sebagaimana dimaksud, atas kelebihan
barang tersebut langsung dimusnahkan dengan atau tanpa disaksikan awak
sarana pengangkut yang bersangkutan. Barang awak sarana pengangkut yang
tiba dari luar daerah pabean, wajib diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai
dengan menggunakan Customs Declaration (BC 2.2).
14
c. Barang Pelintas Batas
Barang pelintas batas diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut
PDRI sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
berlaku. Dokumen pemberitahuan pabean yang digunakan adalah Buku Pas
Barang Lintas Batas (BPBLB). Fasilitas barang pelintas batas diberikan dengan
ketentuan nilai pabean sebagai berikut :
1). Indonesia dengan Papua New Guinea paling banyak FOB USD 300.00
(tiga ratus US dollar) per orang untuk jangka waktu satu bulan;
2). Indonesia dengan Malaysia :
a) paling banyak FOB MYR 600.00 (enam ratus ringgit Malaysia) per
orang untuk jangka waktu satu bulan, apabila melewati batas daratan;
b) paling banyak FOB MYR 600.00 (enam ratus ringgit Malaysia) setiap
perahu untuk setiap trip, apabila melalui batas lautan (sea border);
3). Indonesia dengan Filipina paling banyak FOB USD 250.00 (dua ratus lima
puluh US dollar) per orang untuk jangka waktu satu bulan.
4). Indonesia dengan Timor Leste paling banyak FOB USD 50.00 (lima puluh
US dollar) per orang per hari.
Dalam hal barang pelintas batas melebihi batas nilai pabean dimaksud
diatas, maka atas kelebihan barang tersebut dipungut bea masuk dan pajak
dalam rangka impor.Setiap pelintas batas yang membawa barang wajib memiliki
Kartu Identitas Lintas Batas (KILB). KILB dikeluarkan oleh kepala kantor pabean
yang mengawasi Pos Pengawasan Lintas Batas (PPLB) atas permohonan
pelintas batas yang diajukan kepada kepala kantor pabean dengan dilampiri
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan fotokopi PLB yang ditandasahkan
oleh pejabat imigrasi setempat. Dalam hal permohonan dimaksud telah
memenuhi persyaratan, kepala kantor pabean memberikan KILB kepada
pelintas batas tersebut dan dibuatkan BPBLB sesuai format yang ditentukan.
d. Barang Kiriman
Terhadap barang kiriman diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-
15
undangan di bidang perpajakan yang berlaku, dengan nilai pabean paling
banyak FOB USD 50.00 (lima puluh US dollar) untuk setiap orang per kiriman.
Impor barang kiriman dilakukan melalui pos atau Perusahaan Jasa Titipan
(PJT) dan dilakukan pemeriksaan pabean oleh pejabat bea dan cukai.
Pemeriksaan meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang.
Pemeriksaan fisik barang dilakukan secara selektif. Dalam hal dilakukan
pemeriksaan fisik barang, pemeriksaan fisik tersebut disaksikan oleh petugas
pos atau petugas PJT.
1). Barang Kiriman Melalui Pos
Penyelesaian pabean atas barang kiriman pos menggunakan dokumen
pos Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP). Atas barang
kiriman yang nilainya USD 50,- atau lebih, Pejabat bea dan cukai
menetapkan tarif dan nilai pabean serta menghitung bea masuk dan pajak
dalam rangka impor yang wajib dilunasi atas barang kiriman melalui pos.
Barang kiriman melalui pos yang telah ditetapkan tarif dan nilai,
diserahkan kepada penerima barang kiriman melalui pos setelah bea
masuk dan pajak dalam rangka impor dilunasi. Penyelesaian impor
barang kiriman melalui pos dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero)
dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, meliputi penanganan kantung
pos, pelalubeaan serta pengawasannya.
2). Barang Kiriman Melalui Perusahaan Jasa Titipan
PJT yang akan melaksanakan kegiatan impor barang kiriman harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean sesuai contoh
format yang ditentukan. Atas permohonan dimaksud Kepala Kantor
Pabean memberikan persetujuan sesuai contoh format yang ditentukan.
PJT dapat melaksanakan kegiatan impor barang kiriman setelah
menyerahkan mempertaruhkan jaminan tunai, jaminan bank, atau
customs bond yang besarnya ditetapkan oleh kepala kantor pabean.
Penetapan jaminan dimaksud, dilakukan dengan memperhatikan jumlah
bea masuk dan pajak dalam rangka impor dalam periode penangguhan
pembayaran tertentu atas barang kiriman yang diberitahukan oleh PJT.
Barang kiriman melalui PJT harus memenuhi ketentuan paling berat 100
(seratus) kilogram untuk setiap House Airway Bill (AwB). Pengecualian
16
dapat diberikan terhadap barang kiriman untuk tujuan tempat penimbunan
berikat, atau barang kiriman lainnya yang memperoleh izin dari Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Atas barang kiriman melalui PJT yang melebihi
berat yang ditentukan (100 Kg) dan/atau tidak dikecualikan, diberlakukan
ketentuan umum di bidang impor.
Pengeluaran barang kiriman melalui PJT dilaksanakan setelah diajukan
Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK) atau BC 2.1. Pejabat bea
dan cukai menetapkan tarif dan nilai pabean serta menghitung bea masuk
dan pajak dalam rangka impor yang wajib dilunasi atas barang kiriman
melalui PJT. Bea masuk dan pajak dalam rangka impor yang terutang
wajib dilunasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
diterbitkannya persetujuan pengeluaran barang.
Pejabat bea dan cukai menetapkan tarif bea masuk atas impor barang
pribadi penumpang, barang awak sarana pengangkut, barang pelintas batas dan
barang kiriman didasarkan pada tarif bea masuk dari jenis barang bersangkutan.
Dalam hal barang impor sebagaimana dimaksud lebih dari 3 (tiga) jenis barang,
pejabat bea dan cukai menetapkan hanya satu tarif bea masuk berdasarkan tarif
barang tertinggi.
5. Impor Sementara
Impor sementara adalah pemasukan barang impor ke dalam daerah pabean
yang benar-benar dimaksudkan untuk diekspor kembali dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) tahun. Barang impor dapat disetujui untuk dikeluarkan sebagai barang
impor sementara apabila pada waktu impornya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. tidak akan habis dipakai;
b. mudah dilakukan identifikasi;
c. dalam jangka waktu impor sementara tidak mengalami perubahan bentuk
secara hakiki kecuali aus karena penggunaan;
d. tujuan penggunaan barang tersebut jelas; dan
e. terdapat dokumen pendukung bahwa barang tersebut akan diekspor kembali.
17
Terhadap barang impor sementara dapat diberikan pembebasan atau
keringanan bea masuk. Barang impor sementara yang diberikan pembebasan bea
masuk adalah:
a. barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan di tempat lain dari tempat
penyelenggaraan pameran berikat;
b. barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu;
c. barang untuk keperluan peragaan atau demonstrasi;
d. barang untuk keperluan tenaga ahli;
e. barang untuk keperluan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan;
f. barang untuk keperluan pertunjukan umum, olah raga dan perlombaan;
g. kemasan yang digunakan untuk pengangkutan dan/atau pengemasan barang
impor atau ekspor baik secara berulang-ulang maupun tidak;
h. barang keperluan contoh atau model;
i. kapal pesiar perorangan (yacht) yang digunakan sendiri oleh wisatawan
manca negara;
j. kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh warga
negara asing;
k. kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui lintas batas dan
penggunaannya tidak bersifat regular;
l. barang untuk keperluan diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi;
m. binatang hidup untuk keperluan pertunjukan umum, olahraga, perlombaan,
pelatihan, pejantan, dan penanggulangan gangguan keamanan;
n. barang untuk keperluan penanggulangan bencana alam, kebakaran,
kerusakan lingkungan, gangguan keamanan dan untuk tujuan kemanusiaan
atau sosial;
o. barang untuk keperluan kegiatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI);
p. kapal yang diimpor oleh perusahaan pelayaran niaga nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional;
q. pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan penerbangan
nasional;
18
r. barang pribadi penumpang, barang pribadi awak sarana pengangkut, dan
barang pribadi pelintas batas;
s. barang pendukung proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman atau
hibah dari luar negeri;
t. sarana pengangkut yang tidak dipergunakan untuk pengangkutan dalam
Daerah Pabean; dan/atau
u. peti kemas yang tidak digunakan untuk pengangkutan dalam Daerah Pabean.
Barang impor sementara yang dapat diberikan keringanan bea masuk adalah
barang impor sementara selain yang diberikan pembebasan tersebut pada huruf a
sampai dengan u diatas, termasuk:
- Mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan proyek
infrastruktur;
- Barang yang digunakan untuk melakukan perbaikan; atau
- Barang yang digunakan untukmelakukan pengetesan atau pengujian.
Untuk mendapatkan fasilitas impor sementara, importir mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean tempat pemasukan
barang impor sementara. Dalam hal tertentu permohonan dimaksud dapat diajukan
kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai, yaitu:
- Barang impor sementara yang digunakan untuk kegiatan berskala
internasional;
- Kantor Pabean tidak dapat digunakan untuk melakukan pelayanan pemenuhan
kewajiban kepabeanan yang disebabkan karena terjadi bencana alam atau
dalam kondisi keadaan memaksa;
- Barang impor sementara digunakan untuk operasi perminyakan dan
pertambangan; atau
- Barang impor sementara diperlukan dalam rangka efisiensi dan efektivitas
untuk kemudahan pelayanan pemberian izin imporsementara.
Kewajiban pengajuan permohonan dikecualikan terhadap barang impor
sementara dengan kriteria sebagai berikut:
19
- Barang pribadi penumpang, barang pribadi awak sarana pengangkut, barang
pribadi pelintas batas;
- Sarana pengangkut yang tidak dipergunakan untuk pengangkutan dalam
Daerah Pabean;
- Peti kemas yang tidak digunakan untuk pengangkutan dalam Daerah Pabean.
Atas permohonan yang bersangkutan Kepala Kantor melakukan penelitian
dan penetapan nilai pabean serta klasifikasi barang atas barang impor sementara
untuk penghitungan bea masuk dan pajak dalam rangka impor sebagai dasar
penerbitan izin impor sementara. Dalam hal permohonan fasilitas impor sementara
disetujui, Kepala Kantor atas nama Menteri menerbitkan izin impor sementara.
Dalam hal permohonan fasilitas impor sementara tidak disetujui, Kepala Kantor
membuat surat pemberitahuan penolakan permohonan dengan menyebutkan alasan
penolakan.
Terhadap barang impor sementara yang diberikan pembebasan bea masuk,
importir wajib menyerahkan jaminan kepada Kepala Kantor. Kewajiban menyerahkan
jaminan dapat dikecualikan untuk impor sementara yang dibawa oleh penumpang,
awak sarana pengangkut, dan pelintas batas berdasarkan pertimbangan dari Kepala
Kantor. Jaminan juga dikecualikan terhadap kemasan dalam rangka
pengangkutan/pengemasan barang impor/ekspor baik secara berulang maupun
tidak, serta sarana pengangkut yang tidak dipergunakan untuk pengangkutan dalam
daerah pabean, dan peti kemas yang tidak digunakan untuk pengangkutan dalam
daerah Pabean.
Terhadap barang impor sementara yang diberikan keringanan bea masuk, importir
wajib membayar :
a. Bea Masuk sebesar 2% (dua persen) untuk setiap bulan atau bagian dari
bulan, dikalikan jumlah bulan jangka waktu impor sementara, dikalikan jumlah
bea masuk yang seharusnya dibayar atas barang impor sementara
bersangkutan; dan
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).
20
Selain kewajiban untuk membayar bea masuk, PPN atau PPN dan PPnBM,
importir wajib menyerahkan jaminan sebesar selisih antara bea masuk yang
seharusnya dibayar dengan yang telah dibayar ditambah dengan Pajak
Penghasilan Pasal 22 impor. Orang yang terlambat mengekspor kembali barang
impor sementara melebihi jangka waktu yang diijinkan, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
6. Pengeluaran Barang Impor Untuk Diangkut Terus atau Diangkut
Lanjut, atau Direekspor, dan Penyelesaian Barang Eksep.
a. Pengeluaran Barang Impor Untuk Diangkut Terus atau Diangkut Lanjut.
Barang impor atau ekspor dapat dikeluarkan dari kawasan pabean untuk
diangkut terus atau diangkut lanjut dan wajib diberitahukan dengan
pemberitahuan pabean. Pemberitahuan pabean dimaksud berupa manifes
keberangkatan sarana pengangkut (outward manifest).
Pengeluaran barang sebagaimana dimaksud wajib mendapat persetujuan
pejabat bea dan cukai. Persetujuan berupa manifest keberangkatan sarana
pengangkut (outward manifest) yang telah mendapat nomor dan tanggal
pendaftaran.
b. Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean untuk Diangkut ke Tempat
Penimbun Sementara di Kawasan Pabean Lainnya.
Pengusaha tempat penimbunan sementara yang akan mengeluarkan
barang impor, wajib menyerahkan pemberitahuan pabean berupa BC 1.2 kepada
kantor pabean yang mengawasi kawasan pabean asal.
Terhadap barang impor atau ekspor untuk diangkut terus atau diangkut
lanjut atau barang impor untuk diangkut ke tempat penimbunan sementara di
kawasan pabean lainnya, wajib diinformasikan oleh pejabat bea dan cukai di
kantor pabean keberangkatan kepada pejabat bea dan cukai di kantor pabean
tujuan.
21
Pengangkutan barang impor atau ekspor dari kawasan pabean untuk
diangkut terus atau diangkut lanjut, dilakukan di bawah pengawasan pabean.
Pengangkutan barang impor dari kawasan pabean di suatu kantor pabean ke
tempat penimbunan sementara di kawasan pabean lainnya, dilakukan di bawah
pengawasan pabean.
c. Pengeluaran Barang Impor Untuk Diekspor Kembali
Terhadap barang impor yang masih berada di dalam Kawasan Pabean
dapat diekspor kembali apabila:
1). tidak sesuai pesanan;
2). tidak boleh diimpor karena adanya perubahan peraturan;
3). salah kirim;
4). rusak; atau
5). tidak dapat memenuhi persyaratan impor dari instansi teknis.
Ketentuan sebagaimana dimaksud diatas tidak berlaku apabila barang
tersebut telah diajukan PIB dan telah dilakukan pemeriksaan fisik barang dengan
hasil kedapatan jumlah dan atau jenis barang tidak sesuai. Importir yang
menghendaki barangnya diekspor kembali mengajukan permohonan reekspor
kepada Kepala Kantor Pabean dengan menyebutkan alasan tersebut diatas.
Berdasarkan persetujuan Kepala Kantor Pabean, Importir atau Pengangkut
mengisi dan menyerahkan Pemberitahuan Ekspor Barang (BC 3.0) kepada
Pejabat di Kantor Pabean tempat pemuatan.
d. Barang Impor Eksep
Apabila pada saat pengeluaran barang impor dari kawasan pabean
terdapat selisih kurang dari jumlah yang diberitahukan dalam PIB (eksep),
penyelesaian atas barang yang kurang tersebut dilakukan dengan menggunakan
PIB semula paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal SPPB.
22
7. Kemudahan di Bidang Pelayanan Impor
Dalam materi ini dibahas mengenai kemudahan pelayanan kepabeanan
dibidang impor antara lain berupa:
a. Pemberitahuan Pendahuluan (Prenotification)
Importir dapat menyampaikan pemberitahuan pendahuluan dengan mengajukan
dokumen PIB sebelum BC 1.1 disampaikan oleh Sarana Pengangkut, dengan
ketentuan:
1). sebelum dilakukan pembongkaran barang impor bagi Importir MITA Prioritas
tanpa harus mengajukan permohonan;
2). paling cepat 3 (tiga) hari kerja sebelum dilakukan pembongkaran barang
impor bagi importir lainnya setelah mendapatkan persetujuan Kepala Bidang
Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya;
Dalam hal PIB ditetapkan jalur merah dan pemeriksaan fisik barang tidak dapat
dilakukan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPJM dengan alasan
barang impor belum bongkar, dilakukan pemblokiran terhadap importir yang
bersangkutan.
b. Pelayanan Segera
Pelayanan segera adalah penyelesaian pengeluaran barang impor tanpa
menyampaikan PIB. Untuk mendapatkan pelayanan segera, Importir mengajukan:
1). Dokumen Pelengkap Pabean dan jaminan sebesar Bea Masuk, Cukai, dan
PDRI.
2). PIBK dilampiri Dokumen Pelengkap Pabean dan bukti pembayaran atau
jaminan sebesar Bea Masuk, Cukai, dan PDRI, sepanjang importasi
dilakukan oleh orang perorangan dan tidak untuk diperdagangkan.
Pelayanan segera dimaksud hanya dapat diberikan terhadap importasi:
1). organ tubuh manusia antara lain ginjal, kornea mata, atau darah;
2). jenazah dan abu jenazah;
3). barang yang dapat merusak lingkungan antara lain bahan yang mengandung
radiasi;
23
4). binatang hidup;
5). tumbuhan hidup;
6). surat kabar, majalah yang peka waktu;
7). barang berupa dokumen;
Untuk menyelesaikan importasi dengan pelayanan segera dengan menggunakan
Dokumen Pelengkap Pabean, Importir wajib mengajukan PIB definitif dalam
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal pengeluaran barang impor.
Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud diatas tidak dipenuhi, maka:
1). jaminan dicairkan;
2). importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10B ayat (6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006; dan
3). kemudahan pelayanan segera untuk dan atas nama Importir yang
bersangkutan hanya dapat diberikan lagi setelah importir menyelesaikan
kewajibannya.
Pelayanan segera terhadap barang impor berupa barang yang dapat
merusak lingkungan, binatang hidup dan tumbuhan hidup, hanya dapat diberikan
apabila telah mendapatkan izin dari instansi teknis.
c. Pengeluaran barang impor dengan jaminan (Vooruitslag)
Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai dari
Kawasan Pabean, setelah dokumen pelengkap pabean dan jaminan diserahkan
ke kantor pabean. Pengeluaran barang impor tersebut diberikan terhadap importir
yang telah mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk, dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai.
Terhadap barang impor untuk keperluan penanggulangan bencana alam dapat
dikeluarkan sebelum pengajuan permohonan .
Dalam hal barang impor merupakan barang larangan atau pembatasan,
barang impor tersebut dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean, sepanjang telah
dipenuhi ketentuan impor barang larangan atau pembatasan sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku. Jaminan yang diserahkan atas pengeluaran barang
24
impor dimaksud sebesar bea masuk, bea masuk dan pajak dalam rangka impor,
dan/atau cukai yang terutang.
Importir yang tidak menyelesaikan kewajiban berupa menyampaikan
pemberitahuan pabean dan membayar bea masuk, bea masuk dan pajak dalam
rangka impor, dan/atau cukai, sesuai dengan jangka waktu yang diizinkan wajib
membayar bea masuk, dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai yang
terutang; serta sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen)
dari bea masuk yang wajib dilunasi dan bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan
dari pajak dalam rangka impor yang wajib dilunasi.
d. Penimbunan barang impor di gudang atau lapangan importir di luar Kawasan
Pabean
Penimbunan barang impor dapat dilakukan di gudang atau lapangan importir
di luar Kawasan Pabean setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor
Pabean atau pejabat yang ditunjuknya, dalam hal :
1). keadaan darurat (force majeur);
2). sifat barang yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga tidak dapat
ditimbun di TPS di Kawasan Pabean;
3). kongesti yang dinyatakan secara tertulis oleh pihak terkait/berwenang;
dan/atau
4). alasan lainnya berdasarkan pertimbangan Kepala Bidang Pelayanan Pabean
dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya, dan tempat tersebut memenuhi
syarat untuk dilakukan penimbunan.
e. Pemeriksaan barang impor di gudang atau lapangan penimbunan milik Importir
Pemeriksaan barang impor di gudang atau lapangan penimbunan milik
Importir dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Pabean
atau pejabat yang ditunjuknya.Persetujuan dimaksud sekaligus merupakan izin
untuk menimbun barang impor di gudang atau lapangan penimbunan milik
Importir yang bersangkutan.Penyelesaian pemeriksaan barang impor dilakukan
sesuai tatakerja penyelesaiaan barang impor pada umumnya.
f. Pemeriksaan pendahuluan dan pengambilan contoh untuk pembuatan PIB
25
Pemeriksaan pendahuluan dan pengambilan contoh untuk pembuatan PIB
dapat dilakukan dalam hal importir tidak dapat menetapkan sendiri tarif dan/atau
penghitungan nilai pabean sebagai dasar untuk penghitungan Bea Masuk, Cukai,
dan PDRI, karena uraian barang dan/atau rincian nilai pabean yang tercantum
dalam dokumen pelengkap pabean tidak jelas. Untuk mendapatkan persetujuan
pemeriksaan pendahuluan dan pengambilan contoh, importir mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Pabean, atau pejabat yang ditunjuknya.
g. PIB Berkala
Kepala Kantor Pabean atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
kemudahan dengan PIB Berkala untuk penyelesaian barang impor yang telah
dikeluarkan terlebih dahulu dengan menggunakan Dokumen Pelengkap Pabean
dan jaminan dalam periode paling lama 30 (tiga puluh) hari.Kemudahan
sebagaimana dimaksud diberikan kepada Importir yang mengimpor barang:
1). yang diimpor dalam frekuensi impor yang tinggi serta perlu segera
digunakan;
2). yang diimpor melalui saluran pipa atau jaringan transmisi; atau
3). yang berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal BC dapat diberikan
kemudahan PIB Berkala.
Importir wajib menyerahkan PIB Berkala dan bukti pembayaran bea masuk,
cukai, dan pajak dalam rangka impor atas seluruh importasi pada periode
bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal
jatuh tempo.Dalam hal kewajiban dimaksud tidak dipenuhi:
1). jaminan dicairkan;
2). importir dikenai sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10B ayat (6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006; dan
3). kemudahan pemberitahuan impor berkala untuk dan atas nama Importir yang
bersangkutan hanya dapat diberikan lagi setelah 6 (enam) bulan sejak
importir menyelesaikan kewajibannya.
26
h. Pengemas yang dipakai berulangkali (returnable package)
Importir dapat mempergunakan pengemas yang dipakai berulangkali dalam
pelaksanaan importasinya. Izin pemasukan dan pengeluaran pengemas yang
dipakai berulangkali ke dan dari daerah pabean diberikan oleh Kepala Bidang
Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk dan berlaku
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan setiap tahunnya dapat diperpanjang atas
permohonan importir.
Terhadap pengemas yang berasal dari impor yang tidak dipergunakan
sesuai dengan izin yang diberikan, importir wajib mengekspor dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal teguran dari Kepala Bidang
Pelayanan Fasilitas Pabean dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk. Importir yang
tidak melaksanakan ketentuan dimaksud wajib membayar Bea masuk dan PDRI
serta dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen)
dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
B. Pungutan Dalam Rangka Impor
Dalam materi ini dibahas mengenai pungutan impor berupa bea masuk, bea
masuk tambahan, cukai, sanksi administrasi dan pajak dalam rangka impor.
1. Pungutan Bea Masuk
Bea Masuk adalah pungutan Negara berdasarkan Undang-undang No. 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah atau ditambah dengan
UU No. 17 Tahun 2006 yang dikenakan terhadap barang impor.
Terdapat 2 (dua ) cara menghitung Bea Masuk , sebagai berikut :
1. Tarif Spesifik .
Yaitu penghitungan Bea Masuk dengan cara mengkalikan jumlah satuan
barang dengan tarif pembebanan Bea Masuk. Jenis barang impor yang dikenakan
tarifspesifik ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Jenis barang yang ditetapkan tarif
spesifik yaitu beras, Gula, barang kena cukai, dan film.
27
Contoh :
Gula pasir (refined sugar) sebanyak 10.000 kg. Pos tariff BTKI BM : Rp. 700,-/kg.
BM wajib dibayar adalah: 10.000 x Rp. 700,- = Rp7.000.000,-
2. Tarif Advalorum.
Barang impor dipungut Bea Masuk berdasarkan tarif setinggi-tingginya empat
puluh persen dari nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk. Dikecualikan dari
ketentuan dimaksud adalah :
a) barang impor hasil pertanian tertentu;
b) barang impor yang termasuk dalam daftar ekslusif Skedul XXI-Indonesia
pada Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan; dan
c) barang impor sebagai berikut :
yang dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan internasional;
barang bawaaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas,
atau barang kiriman melalaui pos atau jasa titipan; atau
barang impor yang berasal dari Negara yang memperlakukan barang
ekspor Indonesia secara diskriminatif.
Dasar penghitungan Bea Masuk (termasuk Cukai dan Pajak dalam rangka
impor) dinyatakan dalam rupiah sebagai hasil perkalian antara Nilai Dasar
Perhitungan Bea Masuk (NDPBM) dengan nilai CIF dalam valuta asing. Dasar
penghitungan Bea Masuk ini sering disebut Nilai Pabean yang dibulatkan menjadi
rupiah penuh dengan cara menghilangkan bagian dari satuan rupiah.
Cara penentuan nilai CIF adalah sebagai berikut :
1) Harga CIF adalah nilai yang dijadikan dasar untuk menghitung Bea Masuk,
Cukai dan Pajak dalam rangka impor.Unsur harga CIF adalah FOB + Freight +
Insurance.
2) Harga FOB adalah harga barang impor sampai dengan barang dimuat diatas
kapal di pelabuhan muat. Harga FOB biasanya tertera didalam Invoice atau
Faktur.
28
3) Freight adalah biaya pengangkutan dari pelabuhan muat di luar negeri sampai
pelabuhan bongkar di Indonesia. Besarnya freight biasanya tertera didalam
dokumen pengapalan yaitu Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB).
4) Insurance.
Insurance adalah biaya asuransi pengangkutan dari pelabuhan muat di luar
negeri sampai dengan pelabuhan bongkar di Indonesia.
Untuk penghitungan Bea Masuk digunakan NDPBM yang berlaku :
1). dalam hal PIB bayar atau jaminan, NDPBM yang berlaku adalah pada saat
dilakukannya pembayaran atau diserahkan jaminan bea masuk, cukai dan
pajak dalam rangka impor;
2) dalam hal PIB bebas, NDPBM yang berlaku adalah pada saat PIB
mendapatkan nomor pendaftaran di Kantor Pabean;
3) dalam hal Pembayaran Berkala, NDPBM yang berlaku adalah pada saat PIB
mendapatkan nomor pendaftaran di Kantor Pabean.
Dalam hal jenis valuta asing tidak diatur didalam Keputusan Menteri Keuangan
tentang kurs pajak, NDPBM yang digunakan adalah nilai tukar yang berlaku pada
Bank Indonesia.Bea Masuk yang dibayar adalah hasil perkalian antara nilai
pabean dengan persentase (%) tarif pembebanan bea masuk sebagaimana
tertera didalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI).
Contoh penghitungan Bea Masuk:
Bahan baku obat berupa: ampicilin tryhidrate, dengan nilai CIF USD 10,000.-
diimpor dari India. Pos tarif dan pembebananan menurut BTKI adalah:
2941.10.20.00, besar tariff Bea Masuk : 10 %, NDPBM yang berlaku adalah USD
1.- = Rp. 9.000,-.
Bea Masuk = 10 % x 10.000 x Rp. 9.000,- = Rp. 9.000.000,-
2. Pungutan Bea Masuk Imbalan
Dasar hukum dari pengenaan Bea Masuk Imbalan adalah pasal 21 dan 22
UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang impor dalam hal :
29
a. ditemukan adanya subsidi yang diberikan di Negara pengekspor terhadap
barang impor yang bersangkutan, dan
b. impor barang tersebut :
1) menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi
barang sejenis dengan barang tersebut;
2) mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut, atau
3) menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri .
3. Pungutan Bea Masuk Anti Dumping
Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor dalam hal :
a. harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah nilai normalnya, dan
b. impor barang tersebut :
- menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi
barang sejenis dengan barang tersebut;
- mengancam terjadinya kerugian terhadap industri barang sejenis dengan
barang tersebut; atau
- menghalangi pengembangan industri barang sejenis didalam negeri.
Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor setinggi-
tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang
tersebut. Bea Masuk Anti Dumping merupakan tambahan dari Bea Masuk yang
dipungut berdasarkan pasal 12 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan.
Contoh perhitungan :
Carbon Black dengan nilai CIF USD 50,000.- , ex India. Besarnya tarif Bea Masuk
Anti Dumping adalah 11%. NDPBM yang berlaku : USD 1.- = Rp. 9.000,-.
Bea Masuk Anti Dumping = 11 % x 50.000 x Rp. 9.000,- = Rp. 49.500.000,-
Sedangkan PDRI dihitung berdasarkan tarif dikalikan jumlah BMAD.
4. Pungutan Bea Masuk Tindakan Pengamanan
Dasar hukum pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan adalah pasal
23A dan 23B UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 10 Tahun 1995
30
tentang Kepabeanan yang kemudian diatur didalam Keputusan Presiden Nomor
84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri dalam Negeri. Contoh:
produk keramik tableware kecuali produk peralatan toilet, dikenakan Bea Masuk
Tindakan Pengamanan (safeguard) yang berupa tarif spesifik.
5. Pungutan Cukai
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan UU No. 11 Tahun
1995 tentang Cukai, yang dimaksud dengan barang kena cukai (BKC) adalah hasil
tembakau, etil alcohol atau etanol, minuman mengandung etil alcohol dan
konsentrat mengandung etil alcohol. Barang Kena Cukai yang diimpor selain
dikenai Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor juga dikenai Cukai. Terhadap
impor BKC jenis hasil tembakau, dan minuman mengandung etil alkohol, importir
harus membayar/membeli pita cukai terlebih dahulu di Kantor Pusat DJBC atau
Kantor Pabean, dan memitai BKC sebelum diimpor.
6. Pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Besar pembebanan tarif PPN impor flat 10%. Tarif PPN adalah 10 %
dikalikan dengan nilai impor (hasil penjumlahan antara nilai pabean/CIF ditambah
Bea Masuk dan Cukai). Untuk menghitung Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) tarif
PPN dikalikan dengan jumlah BMAD.
Contoh penghitungan :
PT A di Jakarta mengimpor dari Jepang , 100 sets , Air Conditioner , merek : “X”,
yang digunakan pada kendaraan bermotor dengan harga CIF USD 10,000.- BM :
15 % , PPN : 10 % dan PPnBM 20 % . NDPBM USD 1.- = Rp. 9.000,- .
Nilai CIF : 10.000 x Rp. 9.000,00 = Rp. 90.000.000,00
BM : 15 % x Rp. 90.000.000,- = Rp. 13.500.000,00
PPN : 10 % x ( Rp 90.000.000 + Rp. 13.500.000,00)
= Rp.10.350.000,00
7. Pungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Pungutan PPnBM dikenakan atas barang tertentu yang digolongkan sebagai
barang mewah. Besarnya Tarif PPnBM adalah 10%, 20% atau 35% tergantung
31
penetapan Menteri Keuangan. PPnBM yang harus dibayar importir adalah hasil
perkalian prosentase (%) tarif PPnBM dengan nilai impor. Cara perhitungannya
sama dengan perhitungan PPN.
8. Pungutan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 22 impor)
Besarnya tariff PPh pasal 22 adalah sebagai berikut :
- untuk Importir yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) adalah 2,5 % x
Nilai Impor ;
- untuk Importir yang tidak mempunyai API adalah 7,5 % x Nilai Impor.
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah hasil penjumlahan antara CIF
dengan pungutan pabean dan cukai.
9. Sanksi Adminstrasi Berupa Denda
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 tentang Pengenaan
Sanksi Admintrasi Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan, sanksi administrasi
berupa denda dikenakan hanya terhadap pelanggaran yang diatur dalam Undang-
undang Kepabeanan yang besarnya dinyatakan dalam :
- nilai rupiah tertentu;
- nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum;
- persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar;
- persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan
pembayaran bea masuk atau bea keluar; atau
- persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari bea masuk
yang seharusnya dibayar.
Demikian materi Kepabeanan di Bidang Impor, yang meliputi tata laksana
kepabeanan di bidang impor, dan pungutan dalam rangka impor.
32
7.
1. RKSP wajib disampaikan kepada Pejabat di setiap Kantor Pabean yang akan
disinggahi sebelum kedatangan Sarana Pengangkut dan JKSP wajib
disampaikan sebelum kedatangan yang pertama dalam jadwal tertentu.
2. Inward Manifest yang telah diserahkan Pengangkut dan telah diberikan nomor
pendaftaran di Kantor Pabean merupakan Pemberitahuan Pabean BC 1.1 dan
berlaku sebagai persetujuan pembongkaran.
3. Pembongkaran barang impor dilaksanakan di Kawasan Pabean atau tempat
lain setelah mendapat ijin dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat
tersebut.
4. Terhadap barang impor yang akan dikeluarkan dari Kawasan Pabean dengan
tujuan diimpor untuk dipakai, Importir/PPJK menyiapkan PIB berdasarkan
dokumen pelengkap pabean dan menghitung sendiri Bea Masuk, Cukai, dan
PDRI yang harus dibayar.
5. Terdapat 5 (lima) jalur pengeluaran barang impor, yaitu Jalur Merah, Jalur
Kuning, Jalur Hijau dan Jalur Mitra Utama Prioritas dan non prioritas.
Penetapan pemeriksaan dengan metode penjaluran dilakukan berdasarkan
manajemen resiko.
6. Terhadap barang impor yang dikategorikan sebagai barang impor khusus
pada penyelesaiannya menggunakan dokumen PIBK Pemberitahuan PIBK
dapat diajukan ke Kantor Pabean secara manual. Penggunaan PIBK antara
lain pada impor barang pindahan dan barang kiriman melalui perusahaan jasa
titipan.
7. Untuk kepentingan pembangunan dan peningkatan industri, atas impor yang
akan digunakan sementara waktu di Indonesia dan kemudian akan diekspor
kembali diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk.
8.
C. RANGKUMAN
33
8. Cara pemungutan Bea Masuk didasarkan pada tarif spesifik dan tarif
advalorum. Berdasarkan tarif spesifik Bea Masuk didasarkan pada tarif per
satuan atau takaran tertentu. Sedangkan berdasarkan tarif advalorum Bea
Masuk didasarkan pada prosentase tertentu dari harga barang.
9. Pungutan yang dipungut berdasarkan tarif advalorum besarnya Bea Masuk
didasarkan pada besarnya tarif BTKI dikalikan dengan Nilai Pabean.
Sedangkan Nilai Pabean adalah penjumlahan dari harga FOB ditambah Freight
dan Asuransi .
10. PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 Impor dihitung berdasarkan prosentase tarif
tertentu dikalikan dengan Nilai Impor. Yang dimaksud dengan Nilai Impor
adalah nilai CIF ditambah pungutan Pabean berupa Bea Masuk, Bea Masuk
Anti Dumping, Bea Masuk Imbalan, Bea Masuk Tindakan Pengamanan dan
Cukai.
1. Sarana Pengangkut datang dari Singapura mengangkut 3.000 container
yang akan dibongkar di Tanjung Priok dan sebagian dibongkar di Surabaya.
Jelaskan kewajiban Sarana Pengangkut menjelang dan pada saat
kedatangannya di Kantor Pabean di Tanjung Priok dan di Tanjung Perak.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan RKSP dan JKSP, dan apa
perbedaaan antara RKSP dan JKSP? Jelaskan jangka waktu pengajuannya
kepada Kantor Pabean yang disinggahi.
3. Jelaskan pengertian „impor untuk dipakai‟ dan apa persyaratan untuk dapat
mengeluarakan barang impor untuk dipakai.
4. Jelaskan dalam hal apa barang impor dilakukan pemeriksaan fisik barang.
Jelaskan juga tata cara melakukan pemeriksaan fisik atas barang impor
5. Jelaskan unsur-unsur perhitungan bea masuk, dan jelaskan perbedaan cara
penghitungan Bea Masuk berdasarkan tarif spesifik dan tarif advalorum.
D. LATIHAN
34
BAB
KEPABEANAN DIBIDANG EKSPOR
A. Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Ekspor
Dalam materi ini dibahas mengenai tatalaksana penyelesaian kewajiban
pabean dibidang ekspor, meliputi dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB),
pemeriksaan barang ekspor, dan pungutan ekspor.
1. Pengertian ekspor
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Barang
ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean. Sedangkan eksportir
adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mengeluarkan barang dari
daerah pabean.
Secara harfiah barang dikatakan telah diekspor jika barang tersebut telah
diangkut keluar melalui batas daerah pabean untuk dibawa ke luar daerah pabean.
Namun mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin
menempatkan pejabat bea dan cukai di sepanjang garis perbatasan untuk
memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang ekspor. Maka
dinyatakan bahwa barang yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari materi bahan ajar ini mahasiswa diharapkan mampu 1) Menjelaskan tata laksana penyelesaian kewajiban pabean dalam
penyampaian dokumen ekspor. 2) Menjelaskan prosedur ekspor. 3) Menjelaskan tatacara pemeriksaan barang ekspor. 4) Menjelaskan konsolidasi barang ekspor. 5) Menjelaskan pembatalan dan pembetulan dokumen ekspor. 6) Menjelaskan pelaksanaan pemungutan bea keluar. 7) Menjawab pertanyaan tentang tatalaksana kepabeanan dibidang ekspor
2
35
dari daerah pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang
ekspor (pasal 2 ayat 2 UU Kepabeanan).
2. Pemberitahuan Pabean Ekspor
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke kantor pabean
pemuatan dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
Pengurusan PEB di kantor pabean dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau
dikuasakan kepada PPJK. PEB ditetapkan dengan kode BC 3.0 dan dapat
disampaikan dalam bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk data
elektronik .
Pemberitahuan Ekspor Barang harus diisi secara lengkap dengan
menggunakan Bahasa Indonesia, huruf latin, dan angka arab. Pengisian PEB
dapat menggunakan Bahasa Inggris dalam hal:
- penyebutan nama tempat atau alamat;
- penyebutan nama orang atau badan hukum;
- penyebutan uraian jenis barang ekspor yang tidak ada padanan katanya
dalam Bahasa Indonesia;
- penyebutan uraian jenis barang ekspor yang ada padanan katanya dalam
Bahasa Indonesia, tetapi perlu menyebutkan istilah teknis dalam Bahasa
Inggris terkait dengan istilah yang dikenal secara internasional.
Tidak semua pembawaan barang ke luar daerah pabean wajib menyampaikan
PEB. Penyerahan PEB tidak wajib atas ekspor :
Barang pribadi penumpang ;
Barang awak sarana pengangkut;
Barang pelintas batas;
Barang kiriman melalui PT Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi 100
(seratus) kilogram.
Dalam hal ekspor barang melalui PJT, PJT dapat memberitahukan dalam
satu PEB untuk beberapa pengirim barang dengan ketentuan :
36
Harus berstatus sebagai PPJK;
Bertindak sebagai eksportir;
Wajib menyerahkan ke kantor pabean pemuatan lembar lanjutan PEB yang
telah dilengkapi dengan nomor pos tarif paling lama 7 (tujuh) hari setelah
PEB mendapat nomor dan tanggal pendaftaran.
Perusahaan Jasa Titipan yang tidak menyerahkan lembar lanjutan PEB,
maka atas PEB berikutnya tidak dilayani sampai dengan PJT menyelesaikan
kewajibannya yang belum selesai.
Dalam hal barang yang akan dibawa ke luar daerah pabean diperlukan
pemberitahuan pabean, maka pemberitahuan dapat dilakukan secara manual.
Penyederhanaan penyampaian pemberitahuan pabean diberikan terhadap
barang ekspor tertentu/khusus. PEB atas Barang Ekspor Khusus meliputi :
1) Barang kiriman;
2) Barang pindahan;
3) Barang perwakilan negara asing atau badan internasional;
4) Barang untuk keperluan ibadah untuk umum, sosial, pendidikan,
kebudayaan atau olah raga;
5) Barang cendera mata;
6) Barang contoh; dan
7) Barang keperluan penelitian.
PEB untuk Barang Ekspor Khusus sebagaimana butir 2) sampai dengan 7)
diatas dapat disampaikan oleh eksportir dengan menggunakan tulisan diatas
formulir (manual). Dalam hal penyampaian PEB melalui sistem Pertukaran Data
Elektronik (PDE) kepabeanan, hasil cetak PEB yang telah mendapat nomor
pendaftaran, Nota Persetujuan Ekspor (NPE), Pemberitahuan Pemeriksaan
Barang (PPB) dan Laporan Pemeriksaan Ekspor (LPE) diberlakukan sebagai
dokumen yang sah.
b. Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai Ke Luar Daerah Pabean.
Formulir Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai Ke Luar Daerah Pabean
ditetapkan dengan kode BC 3.2 disampaikan dalam bentuk tulisan di atas
formulir. Sedangkan pembawaan mata uang dari luar negeri senilai 100 juta
37
rupiah atau lebih, menggunakan form BC 2.2. Pembawaan uang tunai ke luar
negeri senilai 100 juta rupiah atau lebih dalam bentuk rupiah, harus
mendapatkan izin Bank Indonesia.
3. Pemeriksaan Dokumen dan Fisik Barang Ekspor
a. Penelitian dokumen ekspor .
Terhadap barang ekspor yang diberitahukan dalam PEB dilakukan
penelitian dokumen setelah PEB disampaikan, sebagai berikut :
1) Pada kantor pabean pemuatan yang dalam sistem pelayanan
kepabeanannya menggunakan sistem PDE kepabeanan, dilakukan :
- Penelitian oleh Sistem Komputer Pelayanan, meliputi :
Ada atau tidaknya pemblokiran Eksportir/PPJK;
Kelengkapan pengisian data PEB;
Pembayaran Bea Keluar, dalam hal barang ekspor dikenai bea
keluar.
- Penelitian dokumen oleh pejabat bea dan cukai yang menangani
penelitian barang larangan dan pembatasan meliputi kelengkapan
dokumen yang dipersyaratkan oleh instansi terkait.
2) Pada kantor pabean pemuatan yang dalam system pelayanan
kepabeannya melayani PEB dalam bentuk tulisan diatas formulir, penelitian
dokumen dilakukan oleh :
Pejabat penerima dokumen meliputi :
- Ada atau tidaknya pemblokiran Eksportir/PPJK;
- Kelengkapan dokumen pelengkap pabean berupa invoice dan
packinglist; dan/atau
- Kesesuaian antara pengisiandata PEB dengan :
Dokumen pelengkap pabean berupa invoice dan packinglist;
Pembayaran Bea Keluar, dalam hal barang ekspor dikenai Bea
Keluar.
Pejabat bea dan cukai yang menangani penelitian barang larangan dan
pembatasan terhadap kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan oleh
instansi terkait.
38
Penelitian ketentuan larangan dan pembatasan dilakukan oleh :
Portal Indonesia National Single Window (INSW).
Pejabat bea dan cukai yang menangani penelitian mengenai barang
larangan dan/atau pembatasan.
Dalam hal perhitungan Bea Keluar kedapatan tidak benar dan terhadap barang
ekspor tidak dilakukan pemeriksaan fisik, maka Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor melakukan penetapan perhitungan Bea Keluar dengan menerbitkan
Surat Penetapan Perhitungan Bea Keluar (SPPBK) dalam waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PEB.
Dalam hal perhitungan Bea Keluar kedapatan tidak benar dan terhadap barang
ekspor dilakukan pemeriksaan fisik, maka Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor
melakukan penetapan perhitungan Bea Keluar dengan menerbitkan SPPBK
dalam waktu :
- Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PEB, dalam hal
hasil pemeriksaan fisik menunjukkan jumlah dan/atau jenis barang sesuai;
atau
- Paling lambat sebelum keberangkatan sarana pengangkut, dalam hal hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan jumlah dan/atau jenis barang tidak sesuai.
b. Pemeriksaan Fisik Barang Ekspor
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap barang ekspor yang :
Akan diimpor kembali;
Pada saat impornya ditujukan untuk diekspor kembali;
Mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE);
Dikenai Bea Keluar;
Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak; atau
Berdasarkan hasil analisis informasi dari Unit Pengawasan terdapat indikasi
yang kuat akan terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran
ketentuan perundang-undangan.
Pemeriksaan fisik dikecualikan terhadap eksportir tertentu, yang atas barang
ekspornya :
39
- Mendapat fasilitas KITE dengan pembebasan bea masuk dan/atau cukai;
atau
- Dikenai bea keluar.
Pemeriksaan fisik atas barang ekspor dapat dilaksanakan di :
- Kawasan Pabean pelabuhan muat;
- gudang eksportir; atau
- tempat lain yang digunakan oleh eksportir untuk menyimpan barang setelah
mendapat persetujuan Kepala Kantor Pabean.
Dalam hal terhadap barang ekspor dilakukan pemeriksaan fisik di luar
Kawasan Pabean, PEB disampaikan ke kantor pabean pemuatan paling lambat
2 (dua) hari sebelum dimulainya pemeriksaan fisik barang. Pihak eksportir
menyampaikan dokumen PEB dan dokumen pelengkap pabeannya ke Kantor
Pabean yang mengawasi perusahaan eksportir. Pejabat pemeriksa barang
akan melakukan pemeriksaan di lokasi eksportir tempat barang ditimbun
dengan menggunakan dokumen PEB. Hasil pemeriksaan barang dituangkan di
halaman belakang dokumen PEB yang bersangkutan. Jika hasil pemeriksaan
barang sesuai, Pejabat pemeriksa barang menerbitkan persetujuan ekspor
berupa NPE; namun jika hasil pemeriksaan salah, berkas dokumen PEB
diserahkan ke Kantor Pabean untuk diteliti oleh Pejabat pemeriksa dokumen
ekspor.
Pemeriksaan fisik barang dilakukan atas seluruh party barang (tingkat
pemeriksaan 100%); kecuali terhadap barang ekspor yang mendapat fasilitas
KITE dilakukan tingkat pemeriksaan fisik 10% secara acak dari seluruh party
barang, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) kemasan.
Untuk mengetahui jumlah barang ekspor yang pemuatannya ke sarana
pengangkut melalaui pipa, dilakukan pemeriksaan pada saat pemuatan
berdasarkan hasil pengukuran alat ukur dibawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.Dalam hal saluran pipa atau jaringan transmisi
langsung menuju luar daerah pabean, pemeriksaan fisik barang ekspor
didasarkan pada hasil pengukuran terakhir didalam daerah pabean.
40
Terhadap barang ekspor yang pemeriksaan fisiknya dilakukan di luar
kawasan pabean pelabuhan muat, harus dilakukan pengawasan stuffing dan
penyegelan pada peti kemas atau kemasan barang.
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik barang kedapatan jumlah/atau jenis
barang sesuai:
- Pejabat pemeriksa fisikmenerbitkan NPE; dan
- Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor melakukan penelitian perhitungan bea
keluar, dalam hal barang ekspor dikenai bea keluar.
4. Konsolidasi dan Penggabungan Barang Ekspor
a. Konsolidasi Barang Ekspor
Konsolidasi barang ekspor adalah mengumpulkan barang ekspor dalam
dua atau lebih PEB dengan menggunakan satu peti kemas sebelum barang
ekspor tersebut dimasukkan ke kawasan pabean untuk dimuat ke atas sarana
pengangkut. Pihak yang melakukan konsolidasi barang ekspor wajib
memberitahukan konsolidasi barang ekspornya dalam Pemberitahuan
Konsolidasi Barang Ekspor (PKBE) dan menyampaikannya ke kantor pabean
pemuatan. Dalam hal sistem pelayanan pabean menggunakan sistem PDE
Kepabeanan, penyampaian PKBE dimaksud dengan menggunakan sistem
PDE. Dalam hal sistem pelayanan pabean tidak menggunakan sistem PDE
kepabeanan, penyampaian PKBE dimaksud dengan menggunakan tulisan
diatas formulir.
Barang ekspor konsolidasi yang akan dilakukan stuffing (pemuatan ke
dalam kontainer) harus sudah dilengkapi dengan PEB dan NPE. Terhadap
konsolidasi barang ekspor dilakukan pengawasan stuffing oleh Petugas
pengawasan Stuffing berdasarkan PKBE. Selanjutnya kontainer disegel untuk
diangkut ke kawasan pabean di pelabuhan muat. Pemasukan barang ekspor ke
kawasan pabean menggunakan PKBE.
b. Penggabungan Barang Ekspor Yang Mendapat Fasilitas KITE
Eksportir yang mendapat fasilitas barang dan bahan asal impor yang
hasilnya diekspor (fasilitas KITE) dapat melakukan ekspor barang gabungan
41
dengan cara menggabungkan barang hasil produksinya dengan barang hasil
produksi dari perusahaan lain yang mendapat fasilitas KITE atau tidak
mendapat fasilitas KITE. Barang Ekspor yang digabung tersebut tidak menjadi
satu kesatuan unit, artinya barang yang digabung dalam satu kesatuan yang
utuh tetapi masing-masing barang masih dapat dipisahkan, antara lain lampu
senter yang berisikan batu baterai dan pupuk yang dikemas dalam karung.
Perusahaan pengirim barang wajib memberitahukan barang yang akan
diserahkannya kepada perusahaan penerima barang dengan menggunakan
SSTB ke kantor pabean yang terdekat dengan lokasi pengiriman barang.
Perusahaan penerima barang wajib memberitahukan ke kantor pabean yang
mengawasinya pada saat menerima barang yang akan digabungkan.
Berdasarkan PEB dimaksud kantor pabean pemuatan menerbitkan
Laporan Pemeriksaan Ekspor (LPE) untuk masing-masing perusahaan yang
mendapat fasilitas KITE yang hasil produksinya digabungkan untuk diekspor
sebagai Barang Ekspor Gabungan.
5. Ekspor Bahan Baku Asal Impor yang Mendapat Fasilitas KITE
Ekspor bahan baku asal impor yang mendapat fasilitas KITE tanpa melalui
proses pengolahan, dapat dilakukan setelah eksportir mendapatkan persetujuan
dari Kepala kantor pabean pemuatan dan dilaksanakan dengan menggunakan
PEB dan diterbitkan LPE. Barang ekspor dimaksud tidak diperlakukan sebagai
barang yang mendapat fasilitas KITE dan tidak diterbitkan LPE.
Terhadap barang dimaksud wajib dilakukan pemeriksaan fisik barang.
Dalam hal hasil pemeriksaan fisik barang yang diekspor berbeda dengan barang
yang diberitahukan pada PEB dan/atau PIB, Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor menyerahkan kepada Unit Pengawasan di kantor pabean pemuatan
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
6. Pemasukan Barang Ekspor Ke Kawasan Pabean Di Pelabuhan Muat
Pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean di pelabuhan muat
dilakukan dengan menggunakan :
Nota Pelayanan Ekspor/NPE ;
42
Pemberitahuan Ekspor Barang/PEB dan Pemberitahuan Pemeriksaan
Barang/PPB dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik barang di kawasan
pabean;
PKBE, dalam hal barang ekspor merupakan barang konsolidasi; atau
Permohonan pemuatan barang ekspor curah yang telah diberikan catatan
persetujuan muat oleh Kepala Kantor Pabean pemuatan, dalam hal
barang ekspor merupakan barang curah dan PEB belum disampaikan ke
kantor pabean pemuatan. Dalam hal ini PEB diajukan ke kantor pabean
selambat-lambatnya sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
7. Pemuatan Barang Ekspor dan Rekonsiliasi
Pemuatan barang ekspor ke atas sarana pengangkut dilakukan setelah
mendapat persetujuan ekspor, dengan menggunakan :
NPE;
PKBE, dalam hal barang ekspor merupakan barang konsolidasi;
Permohonan pemuatan barang ekspor curah yang telah diberikan
catatan persetujuan muat oleh kepala kantor pabean pemuatan, dalam
hal barang ekspor merupakan barang curah dan PEB belum disampaikan
ke kantor pabean.
Terhadap PEB yang telah disampaikan ke kantor pabean pemuatan
dilakukan rekonsiliasi dengan outward manifest yang telah didaftarkan di kantor
pabean pemuatan. Hasil rekonsiliasi akan menggambarkan apakah barang
ekspor telah benar-benar dimuat di sarana pengangkut.
Pada kantor pabean pemuatan yang dalam sistem komputer pelayanan
kepabeanannya menggunakan sistem PDE kepabeanan atau Media Penyimpan
Data Elektronik untuk pelayanan ekspor dan manifest, kegiatan rekonsiliasi
dilakukan oleh Pejabat beadan cukai yang menangani manifest dengan
menggunakan Sistem Komputer Pelayanan. Pada kantor pabean pemuatan yang
dalam sistem komputer pelayanan ekspor dan manifest menggunakan tulisan
diatas formulir, rekonsiliasi dilakukan oleh pejabat beadan cukai yang menangani
43
manifest.Dalam hal rekonsiliasi terdapat elemen data yang tidak cocok, pejabat
bea dan cukai yang menangani manifest melakukan penelitian lebih lanjut.
8. Pembatalan Ekspor dan Pembetulan Data PEB
a. Pembatalan Ekspor
Barang yang telah diberitahukan untuk diekspor dan telah mendapatkan
nomor pendaftaran PEB, dapat dibatalkan ekspornya. Eksportir wajib
melaporkan pembatalan ekspor dimaksud secara tertulis kepada Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan paling lama 3 (tiga)
hari kerja terhitung sejak keberangkatan sarana pengangkut yang tercantum
dalam PEB.
Eksportir yang tidak melaporkan pembatalan ekspor atas barang yang
telah diberitahukan dalam PEB atau melaporkan setelah melewati jangka waktu
yang ditentukan, dikenai sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan
yang berlaku. Terhadap barang yang dibatalkan ekspornya tidak dilakukan
pemeriksaan fisik, kecuali atas barang ekspor tersebut diterbitkan nota hasil
intelijen/NHI.
b. Pembetulan Data PEB.
Eksportir dapat melakukan pembetulan data PEB yang telah disampaikan
ke kantor pabean pemuatan dalam hal terjadi kesalahan data PEB. Dalam hal
barang ekspor dikenai bea keluar, eksportir dapat melakukan pembetulan data
PEB sepanjang kesalahan tersebut terjadi karena kekhilafan yang nyata,
seperti:
- Kesalahan hitung berupa kesalahan perhitungan bea keluar; atau
- Kesalahan penerapan aturan berupa ketidaktahuan adanya perubahan
peraturan.
Pembetulan data PEB diberitahukan oleh eksportir ke kantor pabean
pemuatan dengan menggunakan Pemberitahuan Pembetulan PEB (PP-PEB)
dan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kepala kantor pabean
pemuatan. Terhadap barang ekspor yang dilakukan pembetulan data PEB tidak
44
dilakukan pemeriksaan fisik, kecuali atas barang ekspor tersebut diterbitkan
NHI.
Pembetulan data PEB mengenai jenis barang, nomor peti kemas, jenis
valuta dan/atau nilai FOB barang dapat dilayani sebelum barang masuk ke
Kawasan Pabean, kecuali dalam hal :
- tidak keseluruhan barang ekspor terangkut (short shipment) atau ekspor
barang curah, paling lama 3 (tiga) hari sejak keberangkatan sarana
pengangkut;
- ekspor barang dengan karakteristik tertentu, paling lama 60 (enam puluh)
hari sejak keberangkatan sarana pengangkut.
Pembetulan data PEB mengenai nama sarana pengangkut, nomor
voyage/flight, tanggal perkiraan ekspor yang disebabkab short shipment, dapat
dilayani paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak keberangkatan sarana
pengangkut semula. Pembetulan data dimaksud atas PEB dari barang ekspor
yang dikenai bea keluar, tidak dapat dilayani apabila :
- Kesalahan tersebut merupakan temuan Pejabat Pemeriksa Dokumen
Ekspor; atau
- Telah mendapatkan penetapan Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor.
Pembetulan data PEB mengenai tanggal perkiraan ekspor atas barang
ekspor yang dikenai bea keluar dapat dilayani dengan ketentuan:
Barang ekspor telah dimasukkan ke kawasan pabean;
Diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
pendaftaran PEB, dalam hal barang ekspor telah dimasukkan ke kawasan
pabean; atau
Tanggal perkiraan ekspor yang baru tidak melampaui tanggal perkiraan
ekspor yang dibetulkan, dalam hal barang ekspor ditimbun atau dimuat
ditempat lain di luar kawasan pabean.
Pembetulan data PEB lainnya (selain jenis dan jumlah barang, nomor
peti kemas/kemasan, jenis valuta, nilai FOB, nama sarana pengangkut, nomor
45
voyage/flight, tanggal perkiraan ekspor, short shipment), dapat dilayani paling
lama 1 (satu) bulan terhitung sejak PEB mendapat nomor pendaftaran.
Terhadap kesalahan data PEB mengenai jenis/kategori ekspor, jenis
fasilitas yang diminta, dan/atau kantor pabean pemuatan, tidak dapat dilakukan
pembetulan data PEB. Atas kesalahan tersebut dapat dilakukan pembatalan
PEBsepanjang barang ekspor belum dimuat di sarana pengangkut, dengan
persetujuan kepala kantor pabean berdasarkan permohonan pembatalan PEB
yang diajukan oleh eksportir. Terhadap barang ekspor yang telah dilakukan
pembatalan PEB dimaksud, eksportir menyampaikan PEB baru sepanjang
barang ekspor belum dimuat di sarana pengangkut.
Dalam hal barang ekspor dikenai bea keluar, eksportir wajib mengajukan
pembatalan PEB terhadap :
- barang ekspor yang belum dimasukkan ke kawasan pabean paling lambat
sampai dengan tanggal perkiraan ekspor;
- pengajuan pembetulan tanggal perkiraan ekspor melewati jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran PEB, dalam hal barang ekspor
telah dimasukkan ke kawasan pabean; atau
- pembetulan tanggal perkiraan ekspor dimana tanggal perkiraan ekspor
yang baru melampaui tanggal perkiraan ekspor yang dibetulkan, dalam hal
barang ekspor ditimbun atau dimuat di tempat lain di luar kawasan pabean.
Dalam hal eksportirbarang ekspor yang dikenai bea keluar dimaksud
diatas tidak mengajukan pembatalan Pemberitahuan Pabean Ekspor,
pelayanan ekspor terhadap eksportir tersebut tidak dilayani.
Dalam hal barang ekspor telah dimasukkan ke kawasan pabean terjadi
kerusakan pada :
seluruh peti kemas atau kemasan barang sehingga perlu dilakukan
penggantian atas seluruh peti kemas atau kemasan barang, maka :
- dilakukan pembatalan PEB dan harus diberitahukan kepada Pejabat
Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pemuatan;
- terhadap barang ekspor yang bersangkutan harus dilakukan
pemeriksaan fisik terlebih dahulu sebelum barang ekspor dikeluarkan
dari kawasan pabean.
46
Sebagian peti kemas atau kemasan barang sehingga perlu dilakukan
penggantian peti kemas atau kemasan barang, maka :
- dilakukan pembetulan data PEB dan harus diberitahukan kepada
Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan;
- terhadap barang ekspor yang peti kemas atau kemasan barangnya akan
diganti harus dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu sebelum
barang ekspor dikeluarkan dari kawasan pabean.
Pengeluaran barang ekspor dari kawasan pabean dimaksud dilakukan dengan
menggunakan SPPBE.
9. Pembatalan dan Pembetulan Data PKBE
a. Pembatalan Data PKBE
Pemberitahuan Konsolidasi Barang Ekspor (PKBE) yang telah
disampaikan dapat dilakukan pembatalan oleh pihak yang melakukan
konsolidasi setelah mendapat persetujuan dari kepala kantor pabean pemuatan
atau Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor. Persetujuan pembatalan dapat
diberikan sebelum barang ekspor dimuat di sarana pengangkut.
b. Pembetulan Data PKBE
PKBE yang telah disampaikan dapat dilakukan pembetulan yang
diajukan oleh pihak yang melakukan konsolidasi dengan menggunakan
Pemberitahuan Pembetulan PKBE (PP-PKBE) sebelum barang ekspor masuk
ke kawasan pabean. Pembetulan dapat dilakukan terhadap semua elemen
data kecuali identitas pihak yang melakukan konsolidasi dan kode kantor
pabean pemuatan. Terhadap kesalahan data identitas pihak yang melakukan
konslidasi dan kode kantor pabean pemuatan dilakukan pembatalan PEB.
Pembetulan PKBE dapat disampaikan dengan sistem PDE kepabeanan atau
tulisan diatas formulir.
10. Penerbitan dan Pembetulan LPE
a. Penerbitan LPE
Terhadap barang ekspor yang mendapat fasilitas impor barang dan
bahan untuk diolah yang hasilnya untuk diekspor (KITE) diterbitkan Laporan
47
Pemeriksaan Ekspor (LPE) oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor
pabean pemuatan. LPE diterbitkan setelah elemen data yang dicocokkan pada
proses rekonsiliasi kedapatan sesuai. Dalam hal terdapat sebagian elemen
data yang dicocokkan pada proses rekonsiliasi dimaksud kedapatan tidak
sesuai, LPE diterbitkan setelah eksportir menyerahkan dokumen:
- Hasil cetak PEB, invoice, packing list;
- PEB pembetulan dalam hal dilakukan pembetulan PEB;
- NPE yang ditandatangani oleh Petugas Dinas Luar di pintu masuk
Kawasan Pabean, atau Petugas Dinas Luar yang mengawasi pemuatan,
dalam hal barang ekspor dimuat di tempat lain diluar kawasan pabean; dan
- Copy B/L atau AWB.
Eksportir wajib menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada
Pejabat Pemeriksa Dokumen di kantor pabean pemuatan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran PEB. Dalam hal
Eksportir menyerahkan dokumen dimaksud melebihi jangka waktu tersebut,
maka LPE tidak diterbitkan.
b. Pembetulan LPE
Terhadap LPE yang telah diterbitkan dapat dilakukan pembetulan oleh
Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan tempat
diterbitkannya LPE dalam hal :
Terdapat pembetulan data PEB; atau
Karena kesalahan adminstratif atas penerbitan LPE.
B. Bea Keluar
1. Pengenaan dan Perhitungan Bea Keluar
a. Pengenaan Bea Keluar
Terhadap barang ekspor dapat dikenakan Bea Keluar.Penetapan Bea
Keluar ditujukan untuk:
- Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;
- Melindungi kelestarian sumber daya alam;
48
- Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor
tertentu di pasaran internasional; atau
- Menjaga stabilitas harga komditi tertentu di dalam negeri.
Tarif Bea Keluar ditetapkan paling tinggi :
1) 60% dari Harga Ekspor, dalam hal tarif bea keluar ditetapkan
berdasarkan persentase dari Harga Ekspor (advalorum);
2) Nominal tertentu yang besarnya equivalent dengan 60% (enam puluh
persen) sebagaimana dimaksud diatas, dalam hal tarif bea keluar
ditetapkan secara spesifik.
Tarif Bea Keluar ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dan/usul menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang
perdagangan dan/atau menteri/kepala lembaga pemerintah non
departemen/kepala badan teknis terkait. Sedangkan harga ekspor untuk
penghitungan Bea Keluar ditetapkan oleh Menteri Perdagangan sesuai harga
patokan ekspor yang ditetapkan secara periodik oleh Pejabat Negara tersebut.
Dalam hal Harga Ekspor untuk periode berikutnya belum ditetapkan, berlaku
ketentuan Harga Ekspor periode sebelumnya.
Barang ekspor yang dikenakan bea keluar adalah barang ekspor berupa
rotan, kulit, kayu, kelapa sawit, CPO (crude palm oil) dan produk turunannya,
bio diesel, biji cacao, dan bahan tambang mineral logam dan batuan,nikel, bijih
aluminium, bijih timbal, bijih seng, bijih kromium, bijih zieconium. Besaran tarif
bea keluar masing-masing komoditi dapat dilihat pada referensi Peraturan
Menteri Keuangan terkait. Besaran tarif ini berubah-ubah sesuai dengan
kebijakan pemerintah saat itu.
b. Perhitungan Bea Keluar
Tarif bea keluar dapat ditetapkan berdasarkan persentase dari harga
ekspor (advalorum) atau secara spesifik.
Dalam hal tarif bea keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari harga
ekspor (advalorum), bea keluar dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut:
49
Bea Keluar (advalorum):
tarif bea keluar x harga ekspor x jumlah satuan barang x nilai tukar mata
uang
Dalam hal Tarif bea keluar ditetapkan secara spesifik, bea keluar dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut :
Bea Keluar (spesifik):
tarif bea keluar per satuan barang dalam satuan mata uang tertentu x
jumlah satuan barang x nilai tukar mata uang.
Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang digunakan untuk penghitungan
Bea Keluar adalah Tarif Bea Keluar dan Harga Ekspor yang berlaku pada
tanggal pemberitahuan pabean ekspor didaftarkan di Kantor Pabean. Dalam
hal Harga Ekspor untuk periode berikutnya belum ditetapkan, berlaku
ketentuan Harga Ekspor periode sebelumnya.
c. Pengecualian Atas Pengenaan Bea Keluar
Barang ekspor yang dikecualikan dari pengenaan Bea Keluar adalah
sebagai berikut:
1) Barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan azas timbal balik;
2) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi
alam;
3) barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
4) barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;
5) barang pindahan;
6) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas nilai pabean ekspor dan/jumlah tertentu,
apabila Nilai Pabean Ekspor tidak melebihi Rp. 2,500,000,00 (dua juta
lima ratus ribu rupiah);
7) barang asal impor yang kemudian diekspor kembali; atau
8) barang ekspor yang akan diimpor kembali.
50
Untuk mendapat pengecualian atas pengenaan Bea Keluar
sebagaimana huruf 1) sampai dengan huruf 5) diatas, Eksportir harus
memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean. Untuk
mendapat pengecualian atas pengenaan Bea Keluar sebagaimana dimaksud
huruf 7) dan 8), Eksportir harus mengajukan permohonan kepada Kepala
Kantor Pabean dengan melampirkan bukti-bukti pendukung.
2. Penagihan, Penundaan dan Pengembalian Bea Keluar
a. Penagihan Bea Keluar
Eksportir wajib melunasi kekurangan pembayaran Bea Keluar dan/atau
sanksi admistrasi berupa denda dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal penetapan dan penetapan kembali serta memberitahukan
pelunasannya kepada Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang
menangani penagihan di Kantor Pabean tempat penyelesaian kewajiban
pabean.
Dalam hal Eksportir tidak melunasi sampai dengan batas waktu tersebut,
Eksportir dikenai bunga sebesar 2% setiap bulan dari jumlah yang terutang
untuk paling lama 24 bulan dan bagian bulan dihitung 1 (satu) bulan sejak
tanggal jatuh tempo pelunasan.
b. Penundaan Pembayaran Bea Keluar
Eksportir dapat diberikan penundaan pembayaran atas tagihan
kekurangan pembayaran Bea Keluar dan/atau sanksi administrasi berupa
denda sebagai berikut:
- penetapan Pejabat Bea dan Cukai;
- penetapan kembali oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai; atau
- keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukaiatas keberatan.
Penundaan pembayaran dimaksud dapat berupa:
pengunduran jangka waktu pembayaran tagihan kekurangan pembayaran Bea
Keluar dan/atau sanksi adminstrasi berupa denda.
- Pembayaran secara bertahap tagihan kekurangan pembayaran Bea Keluar
dan/atau sanksi administrasi berupa denda.
51
Penundaan pembayaran bea keluar diberikan dalam hal Eksportir
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Eksportir mengalami kesulitan likuiditas namun mampu untuk melunasi
kekurangan pembayaran; dan
Eksportir memiliki kredibilitas yang baik.
Penundaan diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan terhitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran tagihan. Atas
penundaan dikenakan bunga sebesar 2% (dua) persen per bulan, bagian bulan
dihitung satu bulan penuh, terhitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran
tagihan.
c. Pengembalian Bea Keluar
Pengembalian Bea Keluar dapat diberikan terhadap seluruh atau
sebagian Bea Keluar dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang telah
dibayar, dalam hal:
- barang dibatalkan ekspornya atau tidak jadi diekspor;
- kesalahan tatausaha berupa kesalahan tulis, kesalahan hitung, atau
kesalahan pencantuman tarif Bea Keluar dan/atau Harga Ekspor;
- kelebihan pembayaran akibat penetapan Pejabat Beadan Cukai;
- kelebihan pembayaran akibat penetapan kembali Direktur Jenderal Bea
dan Cukai;
- kelebihan pembayaran akibat keputusan keberatan; atau
- kelebihan pembayaran akibat putusan Pengadilan Pajak.
Untuk mendapatkan pengembalian Bea Keluar, eksportir mengajukan
permohonan pengembalian kepada Kepala Kantor Pabean di Kantor Pabean
tempat penyelesaian kewajiban pabean. Dikecualikan dari kewajiban
menyerahkan permohonan adalah pengembalian Bea Keluar akibat dari hasil
keputusan keberatan atau banding.
52
1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean. Barang
yang telah dimuat ke dalam sarana pengangkut untuk tujuan ekspor, dianggap
telah diekspor.
2. Terdapat 6 (enam) kelompok jenis barang yang dikenakanBea Keluar yaitu:
kayu olahan, kulit lembu/domba, rotan (sementara tidak dipungut), CPO dan
produk turunannya, termasuk bio diesel, cacao, dan bahan galian/mineral.
3. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan oleh eksportir/kuasanya
dengan menggunakan PEB. Eksportir/kuasanya wajib mengisi PEB dengan
lengkap dan benar dan bertanggung jawab atas kebenaran hal-hal yang
diberitahukan dalam PEB.
4. Terhadap PEB dilakukan penelitian dokumen, meliputi kelengkapan dan
kebenaran pengisian data PEB, kebenaran perhitungan dan pelunasan BK
dalam hal barang ekspor terkena Bea Keluar, kelengkapan dokumen pelengkap
pabean yang diwajibkan, dan kelengkapan dokumen pelengkap pabean lainnya
yang diwajibkan dalam rangka pemenuhan ketentuan kepabeanan di bidang
ekspor.
5. Pemeriksaan fisik barang dilakukan oleh Pemeriksa terhadap barang ekspor
yang akan diimpor kembali, barang diekspor kembali, barang ekspor yang telah
mendapat NPE yang terkena NHI. Pemeriksaan fisik barang juga dapat
dilakukan dalam hal barang yang diekspor adalah barang ekspor yang terkena
BK dan SSPCP yang nomor dan tanggalnya tercantum dalam PEB belum
diserahkan eksportir kepada Pejabat dan barang yang diatur, diawasi dan
dilarang ekspornya dan izin dari instansi terkait yang tercantum dalam PEB
belum diserahkan eksportir kepada Pejabat;
6. Pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean dilakukan dengan
menggunakan NPE yang telah ditandatangani Pejabat. Pemasukan barang
ekspor yang akan dilakukan pemeriksaan fisik barang di Kawasan Pabean
dengan menggunakan PEB dan PPB. Dalam hal Pendaftaran PEB di Kantor
Pemuatan dengan menggunakan formulir, pemasukan barang ekspor ke
Kawasan Pabean dilakukan dengan menggunakan copy PEB.
C. RANGKUMAN
53
1. Jelaskan jenis-jenis eksportasi yang diwajibkan menggunakan dokumen PEB
dan yang tidak diwajibkan menggunakan dokumen PEB.
2. Jelaskan kriteria pemeriksaan fisik terhadap barang ekspor (barang yang wajib
diperiksa fisik); dan jelaskan tata cara melakukan pemeriksaan barang ekspor.
3. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan dokumen yang wajib disertakan pada saat
pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean di pelabuhan muat.
4. Jelaskan penggolongan jenis-jenis barang ekspor berdasarkan ketentuan
Kementerian Perdagangan dan sebutkan beberapa jenis barang berdasarkan
masing-masing penggolongan.
5. Sebutkan jenis-jenis komoditi barang ekspor yang dikenakan Bea Keluar;dan
jelaskan cara penghitungan Bea Keluar.
D. LATIHAN
7. Pemasukan barang ekspor ke Kawasan Pabean dilakukan dengan
menggunakan NPE yang telah ditandatangani Pejabat. Pemasukan barang
ekspor yang akan dilakukan pemeriksaan fisik barang di Kawasan Pabean
dengan menggunakan PEB dan PPB. Dalam hal Pendaftaran PEB di Kantor
Pemuatan dengan menggunakan formulir, pemasukan barang ekspor ke
Kawasan Pabean dilakukan dengan menggunakan copy PEB.
54
BAB FASILITAS PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK, DAN FASILITAS TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT
A. Fasilitas Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk
Dalam materi ini dibahas mengenai tatacara dan persyaratan pemberian
fasilitas pembebasan dan keringanan bea masuk, termasuk fasilitas bea masuk
ditanggung pemerintah, dan fasilitas preferensi tarif bea masuk. Fasilitas
Kepabeanan yang dikaitkan dengan pungutan Bea Masuk diatur dalam Undang-
undang nomor 10 tahun 1995 yang telah direvisi dengan UU Nomor 17 tahun 2006
tentang Kepabeanan, adalah sebagai berikut.
1. Tidak Dipungut Bea Masuk
Dalam pasal 24 Undang-Undang No. 17 tahun 2006 disebutkan
bahwa barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean untuk diangkut terus
atau diangkut lanjut ke luar daerah pabean, tidak di pungut bea masuk. Pada
dasarnya barang di luar daerah pabean sejak memasuki (melintasi batas
daerah pabean) sudah terutang bea masuk, tetapi dalam hal barang yang
dimasukkan tersebut tidak di impor untuk dipakai, barang tersebut tidak di
pungut bea masuk.Tidak di pungut bea masuk mengandung pengertian bahwa
sama sekali tidak di pungut bea masuk tanpa syarat apapun.
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari materi bahan ajar ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menjelaskan fasilitas pembebasan bea masuk. 2. Menjelaskan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk. 3. Menjelaskan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah. 4. Menjelaskan fasilitas preferensi tarif bea masuk. 5. Menjelaskan fasilitas Tempat Penimbunan Berikat.
3
55
2. Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Diatur Dalam Pasal 25 Undang-undang
No. 17 Tahun 2006
Pembebasan bea masuk adalah peniadaan pembayaran bea masuk yang
diwajibkan. Pembebasan bea masuk yang diberikan dalam pasal ini adalah
pembebasan yang bersifat mutlak, artinya jika persyaratan yang diatur dalam
pasal tersebut di atas dipenuhi, barang yang diimpor tersebut diberi
pembebasan bea masuk. Pemberian fasilitas pembebasan bea masuk, yang
dimasukkan dalam perundang-undangan kepabeanan indonesia bersifat
universal dan dilaksanakan dalam praktek kepabeanan internasional.
Kriteria pemberian fasilitas pembebasan pungutan bea masuk telah
disusun sedemikian rupa sehingga sejalan dengan ketentuan nasional dan
perjanjian internasional. Barang-barang impor yang diberikan fasilitas
pembebasan bea masuk dalam Undang-undang Kepabeanan Indonesia
adalah :
- Barang Perwakilan Negara Asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
- Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia;
- Buku ilmu pengetahuan;
- Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau
kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;
- Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi
alam;
- Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan;
- Barang untuk keperluan kaum tunanetra dan penyandang cacat
lainnya;
- Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang
yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
56
- Barang untuk keperluan yang di pergunakan untuk menghasilkan
barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;
- Barang contoh yang tidak untuk di perdagangkan;
- Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
- Barang pindahan;
- Barang pribadi Penumpang; awak sarana pengangkut, pelintas batas,
dan barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu.
- Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah
yang diperuntukan bagi kepentingan masyarakat;
- Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan,
pengujian;
- Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas
yang sama dengan kualitas pada saat diekspor;
- Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan
jaringan.
Untuk mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk tersebut pada intinya
harus disampaikan permohonan pembebasannya kepada Menteri Keuangan
cq Direktur Jenderal Bea dan Cukai, atau pejabat yang diberi wewenang,
disertai dengan daftar barang yang akan diimpor serta rekomendasi dari
Institusi/Kementerian terkait. Untuk mengetahui lebih jelas prosedur
dimaksud, diminta agar Saudara membaca Peraturan Menteri Keuangan
terkait sebagai referensinya.
a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya
Impor barang milik perwakilan negara asing beserta para pejabatnya dalam
upaya menunjang tugas/fasilitas diplomatik perwakilan asing di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan
cukai yang meliputi :
Barang yang dipakai untuk keperluan resmi, seperti keperluan kantor,
simbol-simbol, bendera kebangsaan, dan sebagainya, serta barang-
barang lain yang digunakan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari;
57
Barang yang digunakan untuk pendirian dan/atau perbaikan gedung
yang ditempati oleh perwakilan diplomatik, konsuler dan dagang,
termasuk juga furniture dan kelengkapan di dalamnya;
Barang pindahan milik pejabat perwakilan negara asing yang meliputi
semua barang-barang rumah tangga, termasuk kendaraan bermotor;
Barang yang dipakai untuk keperluan sendiri termasuk pemakaian
anggota keluarga dari pejabat perwakilan negara asing.
Kepala perwakilan diplomatik, konsuler atau lembaga
internasional mengajukan surat permohonan kepada Direktur Jenderal
Bea dan Cukai. Surat permohonan tersebut terlebih dahulu harus
disetujui oleh Kementerian Luar Negeri, dalam hal ini Direktorat Jenderal
Protokol dan Konsuler. Selanjutnya Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas
nama Menteri Keuangan memberikan keputusan pembebasan Bea
Masuk, PPn dan PPnBM serta PPh pasal 22 sesuai ketentuan yang
berlaku.
Terhadap barang-barang impor keperluan perwakilan negara
asing selain kendaraan bermotor, pemberian persetujuan izin impor
dengan pembebasan Bea Masuk dan pajak dalam rangka impor diberikan
langsung oleh Kepala Kantor Pabean setempat.
b. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia
Badan internasional adalah perwakilan negara asing, perwakilan
organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
organisasi serta lembaga internasional lainnya yang berkedudukan di
Indonesia atas penunjukan induk badan internasional yang bersangkutan,
yang memberikan bantuan teknis dalam bidang ekonomi, sosial dan
kebudayaan kepada Indonesia.
1) Pembebasan Bea Masuk, PDRI, Cukai atas barang-barang yang diimpor
oleh Badan Internasional.
58
Barang yang diimpor untuk keperluan Badan Internasional beserta
pejabatnya yang mendapat pembebasan Bea Masuk dan Cukai meliputi :
Barang untuk keperluan kantor badan internasional di Indonesia;
Barang keperluan pribadi dan barang yang digunakan untuk keperluan
keahlian (professional equipment) termasuk barang untuk keperluan
anggota keluarga dari pejabat yang bekerja untuk badan internasional
di Indonesia;
Barang untuk keperluan proyek dan non proyek dalam rangka kerja
sama teknik yang dikirim melalui badan internasional;
Kendaraan bermotor untuk keperluan kantor, pejabat dan untuk
keperluan proyek. Untuk kendaraan proyek tidak dibatasi jumlah dan
jenisnya tergantung kebutuhan di lapangan.
Keputusan pembebasan bea masuk diberikan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai atas permohonan kepala badan internasional setelah
mendapat persetujuan dari Sekretariat Negara RI.
c. Buku ilmu pengetahuan
Yang dimaksud buku ilmu pengetahuan adalah buku-buku yang dapat
digunakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Buku dimaksud meliputi: buku ilmu
pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci, buku pelajaran
agama dan buku ilmu pengetahuan lainnya.
Pembebasan bea masuk atas impor buku ilmu pengetahuan diberikan
atas buku-buku yang menggunakan bahasa asing, dengan ketentuan:
Importir mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Permohonan dilampiri dengan daftar
jumlah, jenis, judul dan perkiraan nilai pabean. Permohonan juga
dilampiri dengan rekomendasi dari kementerian teknis terkait
(misalnya: Kemdiknas atau Kementerian Agama).
59
Direktur Jenderal Bea dan Cukai menerbitkan keputusan pembebasan
bea masuk atas nama Menteri Keuangan yang memuat daftar rincian
buku dan pelabuhan bongkar.
d. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau
kebudayaan
Pemasukan barang-barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah
umum, amal, sosial dan kebudayaan yang dapat diberikan pembebasan bea
masuk, cukai dan pungutan impor lainnya dapat berupa barang-barang
sebagai berikut :
- Barang yang diperlukan untuk mendirikan atau memperbaiki bangunan
ibadah, rumah sakit, poliklinik dan sekolah atau barang yang akan
merupakan inventaris tetapnya.
- Mobil klinik sarana pengangkut orang sakit, sarana pengangkut petugas
ibadah umum, sarana pengangkut petugas kesehatan.
- Barang yang diperlukan pemakaian tetap oleh perkumpulan dan badan-
badan untuk tujuan kebudayaan.
- Barang yang diperlukan untuk ibadah umum, seperti tikar sembahyang,
permadani atau piala-piala untuk jamuan perjamuan suci
- Peralatan operasi, perkakas pengobatan dan bahan pembalut yang
digunakan untuk badan-badan sosial
- Barang peralatan belajar-mengajar untuk lembaga pengajaran dan
diberikan secara cuma-cuma untuk meningkatkan kecerdasan
masyarakat.
- Barang yang diperlukan dalam rangka penanganan bencana alam.
- Makanan, obat-obatan dan pakaian untuk diberikan dengan cuma-cuma
kepada masyarakat yang memerlukan;
Untuk impor barang oleh badan atau lembaga yang telah di tetapkan,
pengajuan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal
Bea dan Cukai dengan dilampiri :
Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan bea
masuk beserta nilai pabeannya.
60
Surat keterangan dari pemberi hadiah di luar negeri (gift certificate) yang
menyatakan bahwa barang tersebut adalah kiriman hadiah dan dalam
pengadaannya tidak menggunakan devisa Indonesia.
Rekomendasi dari kementerian teknis terkait, bahwa lembaga maupun
barang yang diimpor benar dan sesuai peruntukan impornya.
Atas permohonan yang diajukan oleh badan atau lembaga yang belum
ditetapkan, keputusan Menteri Keuangan mengenai pembebasan bea masuk
diterbitkan oleh Direktur Fasilitas setelah mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan.
e. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain semacam
itu yang terbuka untuk umum
Untuk mendapatkan pembebasan atas barang-barang impor tersebut,
penanggung jawab museum, kebun binatang atau tempat lain semacam itu
yang terbuka untuk umum mengajukan permohonan kepada Menteri
Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dengan dilampiri :
Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan bea
masuk beserta nilai pabeannya;
Rekomendasi dari kementerian teknis terkait
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk dan Pajak Dalam
Rangka Impor.
f. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
Perguruan tinggi, lembaga dan badan yang telah ditetapkan, mengajukan
permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, dengan dilampiri:
Daftar rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan Bea
Masuk beserta nilai pabeannya yang telah disahkan oleh Pimpinan
Perguruan Tinggi, Lembaga dan Badan yang terkait dengan penelitian.
Rekomendasi dari kementerian teknis terkait, misalnya dari Kemdiknas,
Badan Tenaga Atom Nasional, Kementerian Pertanian dan sebagainya.
61
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
mengeluarkan surat keputusan pembebasan.
g. Barang untuk keperluan kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya
Barang-barang yang dapat diimpor dengan mendapat pembebasan bea
masuk dan pungutan impor lainnya meliputi peralatan khusus yang diperlukan
seperti kursi roda, buku dengan huruf Braille atau mesin cetak Braille, tongkat
jalan dan sebagainya.
Badan-badan sosial yang mengurus kaum tunanetra dan penyandang
cacat lainnya mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
memberikan keputusan pembebasan bea masuk dan cukai atas nama
Menteri Keuangan.
h. Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.
Barang yang diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak dalam
rangka impor, meliputi barang-barang berupa:
- Persenjataan dan amunisi adalah alat utama TNI termasuk suku cadang
dan perlengkapan militer yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan
dan keamanan negara untuk melaksanakan kegiatan dan operasi dalam
rangka pelaksanaan tugas pokok TNI, serta alat pendukung yang
dipergunakan dalam pengoperasian alat utama dalam rangka
pelaksanaan kegiatan dan operasi TNI, termasuk kendaraan bermotor.
- Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan adalah termasuk juga suku cadang
yang dipergunakan untuk pemeliharaan; perawatan dan perbaikan alat
utama dan alat pendukungnya, termasuk bahan kain, bijih plastik, bahan
untuk membuat bahan peledak, dan sebagainya.
Untuk penyelesaian importasinya dapat dilaksanakan oleh pihak ke-3
berdasarkan perjanjian kerja sama. Untuk mendapatkan fasilitas
pembebasan bea masuk yang bersangkutan mengajukan permohonan
62
kepada Kepala Kantor Pabean (format SP-1, SP-2, SP-3, SP-4, atau SP-5)
dengan dilampiri:
Dokumen pelengkap pabean (invoice, packing list, B/L dsb)
Surat Kontrak Kerja Pengadaan Barang, dalam hal diimpor oleh pihak
ke-3; yang menyebutkan bahwa harga dalam kontrak kerja tidak
meliputi pembayaran bea masuk dan PDRI .
Terhadap barang-barang yang tidak tercantum dalam daftar barang yang
diberi pembebasan, pembebasan bea masuk diberikan oleh Menteri
Keuangan setelah diajukan permohonan melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai.
i. Barang Contoh
Barang contoh adalah semua barang yang diimpor secara khusus
sebagai contoh bagi pembuatan hasil produksi dengan tujuan untuk di ekspor
atau untuk tujuan pemasaran dalam negeri. Barang contoh tidak boleh
diperdagangkan. Oleh karena itu barang impor yang akan digunakan sebagai
contoh harus memenuhi beberapa kriteria. Persyaratan barang contoh adalah
sebagai berikut :
Semata-mata diperuntukkan bagi pengenalan hasil produksi atau produk
baru.
Pengimporannya hanya 3 (tiga) barang untuk 1 (satu) jenis
merk/model/type.
Bukan sebagai barang yang tujuannya untuk diolah lebih lanjut kecuali
untuk penelitian dan pengembangan kualitas.
Tidak untuk dipindahtangankan, dijual atau dikonsumsi di dalam negeri.
Tidak termasuk kendaraan bermotor termasuk alat berat dalam jenis
dan/atau kondisi apapun.
Barang contoh wajib disimpan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
tanggal realisasi impor, dan dalam rentang waktu tersebut barang contoh
tidak boleh dijual atau dipindahtangankan.
63
j. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah dan abu jenazah adalah peti
atau kemasan dengan tidak memandang jenis atau komposisi yang
digunakan untuk menyimpan jenazah atau abu jenazah bagi keperluan
pengangkutan.
Pada saat kedatangan di dalam daerah Pabean wajib diserahkan
keterangan sebagai berikut :
Untuk peti atau kemasan lain yang berisi jenazah, surat keterangan
kematian dari dokter di negara tempat jenazah berasal.
Untuk peti atau kemasan lain yang berisi abu jenazah, dilampirkan surat
keterangan dari Balai Perabuan Jenazah di negara tempat jenazah
diperabukan.
PIB diajukan beserta dokumen pelengkap dan dokumen tersebut di atas.
k. Barang pindahan
Barang pindahan adalah barang-barang keperluan rumah tangga milik
orang yang semula berdomisili di luar negeri kemudian dibawa pindah ke
dalam negeri.
Dengan demikian barang dikategorikan sebagai barang pindahan jika
memenuhi ketentuan :
Barang-barang yang karena kepindahan pemiliknya ke Indonesia
dimasukkan ke dalam daerah Pabean Indonesia, yang terdiri dari barang-
barang rumah tangga yang diperuntukkan akan tetap sebagai bagian
rumah tangganya; seperti tempat tidur, meja kursi, pesawat televisi, radio,
kulkas, buku-buku dan sebagainya;
Tidak termasuk persediaan barang dagangan dan barang larangan serta
kendaraan bermotor: mobil maupun sepeda motor;
Barang tersebut tiba bersama-sama pemilik yang bersangkutan atau
paling lama 3 (tiga) bulan sesudah atau sebelum pemilik barang yang
bersangkutan tiba di Indonesia.
64
Dalam hal memenuhi syarat sebagaimana tersebut di atas, terhadap
barang pindahan diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak dalam
rangka impor.
l. Pembebasan bea masuk atas impor obat-obatan yang dibiayai anggaran
pemerintah.
Yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau paduan bahan
yang digunakan untuk menetapkan diagnose, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah pada manusia dan hewan.
Importir mengajukan permohanan kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dilampiri dengan:
- Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau yang disamakan.
- Rekomendasi dari instansi teknis terkait.
- Perjanjian/kontrak kerja dengan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai
pelaksana impor dalam hal dilakukan oleh pihak ketiga.
- Rincian jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean obat yang akan diimpor,
serta pelabuhan bongkar.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk.
m. Impor kembali barang yang telah di ekspor
Impor kembali adalah impor yang meliputi :
- barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam
kualitas yang sama
- barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan
- barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan pengerjaan
- barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan pengujian
Atas pemasukan barang-barang yang telah diekspor kemudian di impor
kembali dalam kualitas yang sama, dalam hal barang :
65
- Yang pada ekspornya tidak memperoleh fasilitas pembebasan atau
pengembalian bea masuk dan cukai, diberikan pembebasan bea masuk
dan cukai,
- Yang pada saat ekspor telah memperoleh fasilitas pembebasan atau
pengembalian bea masuk dan cukai, dikenakan bea masuk dan cukai
sebesar fasilitas yang telah diperoleh importir,
- Yang berasal dari Kawasan Berikat diberikan pembebasan bea masuk
dan cukai sepanjang dimasukkan kembali ke Kawasan Berikat.
Atas pemasukan barang-barang untuk perbaikan atau pengerjaan di luar
negeri, dikenakan bea masuk dan cukai terhadap bagian-bagian yang diganti
atau ditambah serta biaya perbaikannya termasuk ongkos angkutan dan
asuransi (dalam hal asuransi di tutup di luar negeri).
n. Bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan penjernihan
jaringan
Barang-barang yang diberikan fasilitas pembebasan bea masuk adalah :
- bahan terapi yang berasal dari manusia yaitu darah manusia serta
derivatifnya seperti darah, plasma kering, albumin, gamma globulin,
fitringen serta organ tubuh.
- bahan pengelompokan darah adalah bahan pengelompokan darah yang
berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau sumber lainnya.
- Bahan penjenisan jaringan adalah bahan penjenisan jaringan yang
berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau sumber lain.
Permohonan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai
ditujukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk mengeluarkan
keputusan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai.
3. Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk
Fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk ini diatur dalam pasal
26 Undang-undang No. 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, yaitu
pembebasan yang bersifat relatif, dalam arti bahwa pembebasan yang
66
diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu, sehingga
terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea
masuk.Yang dimaksud dengan keringanan bea masuk adalah pengurangan
sebagian pembayaran bea masuk yang diwajibkan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Kepabeanan, dengan kata lain pembebasan sebagian
bea masuk.
Fasilitas pembebasan atau keringanan ini erat kaitannya dengan kebijakan
pemerintah saat itu (dalam periode tertentu) untuk mendorong pertumbuhan
industri dalam negeri, perdagangan dan ekonomi pada umumnya.
Pembebasan atau keringanan bea masuk yang diberikan sebagaimana
diatur dalam perundang-undangan kepabeanan Indonesia atas impor adalah:
- Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri
dalam rangka penanaman modal;
- Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri;
- Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan
industri untuk jangka waktu tertentu;
- Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran
lingkungan;
- Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri
pertanian, peternakan dan perikanan;
- Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkapan yang telah
mendapat izin;
- Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan
atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat
diangkut ke dalam daerah Pabean dan saat diberikan persetujuan impor
untuk dipakai;
- Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum;
- Barang untuk keperluan olah raga yang diimpor oleh induk organisasi
olah raga nasional;
- Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan
pinjaman dan/atau hibah dari luar negeri;
67
- Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain
dengan tujuan untuk diekspor.
Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, wewenang
pemberian fasilitas pembebasan ataupun keringanan bea masuk (dan pajak-
pajak dalam rangka impor) berada pada Menteri Keuangan, dan dalam hal
tertentu Menteri Keuangan memberikan delegasi wewenang kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Untuk mendapatkan fasilitas pembebasan bea
masuk tersebut pada intinya harus disampaikan permohonan pembebasannya
kepada Menteri Keuangan cq Direktur Jenderal Bea dan Cukai, atau pejabat
yang diberi wewenang, disertai dengan daftar barang yang akan diimpor serta
rekomendasi dari Institusi/Kementerian terkait. Untuk mengetahui lebih jelas
prosedur dimaksud, dapat dipelajari pada Peraturan Menteri Keuangan terkait.
a. Mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan
industri
Fasilitas pembebasan Bea Masuk diberikan:
- Atas impor mesin diberikan pembebasanbea masuk sehingga tarif bea
masuknya menjadi 0% (nol persen). Pembebasan bea masuk berlaku
untuk pengimporan selama 2 tahun terhitung sejak tanggal keputusan
pemberian fasilitas bea masuk.
- Terhadap industri yang telah mendapatkan pembebasan bea masuk atas
impor mesin, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang
dan bahan dalam rangka pembangunan untuk keperluan 2 (dua) tahun
sesuai kapasitas terpasang dengan jangka waktu pengimporan 2 (dua)
tahun sejak tanggal keputusan pembebasan bea masuk. Pembebasan
juga dapat diberikan kepada industri yang melakukan pembangunan
dengan mesin produksi dalam negeri.
- Terhadap industri yang telah mendapat pembebasan bea masuk, kecuali
industri jasa, dalam rangka pengembangan dapat diberikan pembebasan
bea masuk atas barang dan bahan untuk keperluan tambahan produksi 2
(dua) tahun sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 0% apabila
68
pengembangan menambah kapasitas sekurang-kurangnya 30% dari
besarnya kapasitas terpasang dengan jangka waktu pengimporan selama
2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal keputusan fasilitas bea masuk atas
barang dan bahan.
- Terhadap industri yang melakukan pembangunan/pengembangan dengan
menggunakan mesin produksi dalam negeri, dapat diberikan
pembebasanbea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan
produksi selama 4 (empat) tahun, dengan jangka waktu pengimporan
bertahap selama 4 tahun.
b. Pembebasan/keringanan bea masuk atas impor mesin dalam rangka
pembangunan dan pengembangan industri.
Pembebasan bea masuk dalam rangka pembangunan yang diberikan
meliputi:
- mesin yang terkait langsung dengan kegiatan industri;
- suku cadang/komponen mesin dalam jumlah tidak melebihi 5% dari harga
mesin;
- barang dan bahan untuk keperluan 2 tahun sesuai kapasitas terpasang
dengan jangka waktu pengimporan 2 tahun sejak tanggal keputusan.
Pembebasan bea masuk dalam rangka pengembangan industri yang
diberikan meliputi:
- mesin yang terkait langsung dengan kegiatan industri;
- suku cadang/komponen mesin dalam jumlah tidak melebihi 5% dari harga
mesin;
- peningkatan kapasitas minimal 30% dari kapasitas terpasang (yang
sudah ada);
- bila menggunakan mesin lokal maka yang diberi fasilitas barang dan
bahannya sesuai kapasitas terpasang .
c. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran
lingkungan
69
Pengusaha industri atau pengusaha pengolah limbah mengajukan
permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai dengan melampirkan:
o Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Izin Industri dari Kementerian
Perindustrian.
o NPWP dan PKP, SPT.
o Rekomendasi dari Menteri Negara Urusan Lingkungan Hidup/Ketua
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
o Rincian jumlah dan jenis peralatan dan bahan yang diimpor serta nilai
Pabeannya.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk serta penunjukan pelabuhan
tempat pembongkaran.
d. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan atau perikanan
Bibit dan benih adalah segala jenis tumbuhan atau hewan yang nyata-
nyata untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dalam rangka pembangunan dan
pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan
perikanan, yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait.
Permohonan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk diajukan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dengan
dilampiri :
Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Izin Industri dari Kementerian
Perindustrian dan Perdagangan/ instansi terkait;
NPWP dan Nomor Penegasan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
Penetapan barang impor sebagai bibit dan benih dan/atau rekomendasi
dari kementerian/instansi teknis terkait;
Sertifikat kesehatan tumbuhan dan hewan dari negara asal;
Rincian jumlah dan jenis, perkiraan nilai pabean bibit/benih peralatan
dan bahan yang diimpor serta pelabuhan bongkar.
70
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk dan cukai dengan dilampiri
daftar rincian jumlah, jenis dan nilai Pabean, serta penunjukan pelabuhan
tempat pembongkaran.
e. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat
izin.
Hasil laut adalah semua jenis tumbuhan, ikan dan hewan laut yang layak
untuk dimakan seperti udang, kerang dan kepiting yang belum atau sudah
diolah dalam sarana penangkapan yang bersangkutan. Termasuk dalam
kategori ini adalah hasil laut.
Pemberian fasilitas atas hasil laut yang ditangkap di Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) diatur sebagai berikut :
Hasil laut yang ditangkap di ZEE oleh sarana penangkap dianggap
sebagai hasil atau produk dalam daerah pabean dan diberikan
pembebasan bea masuk.
Atas peralatan dan umpan yang didatangkan dari luar daerah pabean
yang akan digunakan oleh sarana penangkap wajib memberitahukan
secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean.
Sarana penangkap sebelum dan sesudah melakukan kegiatan operasinya
wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean,
peralatan dan umpan yang dipergunakan untuk penangkapan ikan serta
hasil laut tangkapannya.
Kepala Kantor Pabean melaksanakan pengawasan apabila sarana
penangkap yang bersangkutan akan meninggalkan daerah pabean,
terhadap kekurangan peralatan dan umpan sebagaimana dimaksud di
atas harus dilunasi bea masuk dan pajak dalam rangka impor sesuai
ketentuan impor yang berlaku.
Untuk mendapatkan fasilitas dimaksud, Importir mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat
pemasukan/penimbunan/pembongkaran hasil tangkapan.
71
f. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau
penyusutan volume atau berat
Atas pemasukan barang impor yang sebelum dikeluarkan dari kawasan
Pabean mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau
penyusutan volume atau berat dapat diberikan pembebasan atau keringanan
bea masuk dan cukai oleh Direktur Jenderal Bea Dan Cukai.
Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk dan Cukai dapat diberikan
dengan syarat :
Kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau penyusutan volume atau
berat dimaksud oleh sebab alami dan,
Terjadi antara waktu pengangkutan dan diberikan persetujuan impor
untuk dipakai.
g. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum
Permohonan pembebasan bea masuk dapat diajukan oleh pemerintah
pusat/daerah atau pihak ketiga kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai, dengan dilampiri (dalam hal dibiayai APBN/APBD):
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen sejenis;
Ijin instansi teknis terkait, dalam hal barang lartas;
Kontrak kerja dengan pihak ke-3 yang ditunjuk sebagai importir;
Rincian jumlah, jenis, nilai pabean, serta pelabuhan bongkar;
Surat Pernyataan Pejabat (minimal eselon II) bahwa pembiayaan dalam
DIPA tidak termasuk unsur bea masuk.
Menteri Keuangan mengeluarkan suara keputusan pembebasan atau
keringanan bea masuk, sepanjang barang yang diimpor semata-mata untuk
kepentingan masyarakat umum.
h. Barang yang diimpor untuk keperluan olah raga nasional.
Untuk mendapatkan fasilitas tersebut, induk organisasi olah raga
nasional dipersyaratkan mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
melalui DJBC disertai lampiran berupa rekomendasi dari KONI atau instansi
72
teknis terkait, rincian jumlah dan jenis/spek barang serta perkiraan nilai
pabean dan pelabuhan bongkar. Penyalahgunaan fasilitas dapat
mengakibatkan dicabutnya fasilitas dan pengenaan denda. Atas permohonan
tersebut Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
memberikan persetujuan atau penolakan.
i. Pembebasan Bea Masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi serta panas bumi.
Atas impor barang yang digunakan untuk kegiatan usaha hulu minyak
dan gas serta panas bumi diberikan pembebasan bea masuk, dengan
memenuhi persyaratan:
- Barang tersebut belum diproduksi di dalam negeri;
- Barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri namun belum
memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan;
- Barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya
belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Pembebasan untuk kegiatan hulu minyak dan gas diberikan terhadap:
- Badan Usaha/Bentuk Usaha Tetap yang membuat kontrak kerja dengan
Badan PelaksanaKegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; dan
- PT. Pertamina.
Pembebasan untuk kegiatan usaha panas bumi diberikan terhadap:
- Badan Usaha yang mendapat Wilayah Kerja Pertambangan, atau
penugasan survey pendahuluan, atau ijin usaha pertambangan panas
bumi; dan
- PT. Pertamina, dan PT. Geo Dipa Energi.
Permohonan untuk usaha hulu minyak dan gas bumi diajukan kepada
Dirjen Bea dan Cukai, dilampiri RIB (Rencana Impor Barang) untuk
kebutuhan 12 bulan yang telah disetujui Dirjen Migas, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral.Permohonan untuk usaha panas bumi perlu
persetujuan dari Dirjen Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, Kementerian
73
ESDM.Selanjutnya Dirjen Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
menerbitkan keputusan pemberian pembebasan bea masuk.
4. Fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah
Undang-undang Kepabeanan tidak mengatur adanya fasilitas bea masuk
di tanggung pemerintah. Fasilitas ini timbul karena Undang-undang
Kepabeanan membatasi barang-barang yang mendapatkan fasilitas
pembebasan (pasal 25 ayat1) dan fasilitas pembebasan atau keringanan (pasal
26 ayat 1). Oleh karena pemerintah masih menganggap perlu adanya
pemberian insentif terhadap impor barang tertentu, maka pemerintah (dalam hal
ini Menteri Keuangan) memberikan subsidi bea masuk dan PPN impor atas
impor barang dimaksud. Pemberian fasilitas bea masuk dan PPN impor
ditanggung pemerintah bersifat temporer, biasanya diberikan dalam periode
satu tahun.
Barang-barang yang diberikan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah
antara lain:
a) Barang dan bahan guna pembuatan kemasan plastik lembaran, biaxially
oriented polypropylene film, cast polypropylene film, barang dan/atau perabot
rumah tangga dari plastik, karung plastik, benang dari plastik, terpal plastik,
dan atau geotekstil.
b) Barang dan bahan guna pembuatan peralatan telekomunikasi.
c) Barang dan bahan guna pembuatan tinta khusus (toner).
d) Barang dan bahan guna pembuatan kemasan infus dan/atau produksi obat
infus.
e) Barang dan bahan guna perbaikan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang.
f) Barang dan bahan guna pembuatan resin berupa alkyd resin, unsaturated
polyester resin, amino resin, pigment pthalate, solution acrylic/syntetic latex,
plasticizer.
g) Barang dan bahan guna pembuatan pupuk.
h) Barang dan bahan guna pembuatan kabel serat optik.
i) Barang dan bahan guna pembuatan komponen dan/atau produk elektronika.
j) Barang dan bahan guna pembuatan dan/atau perbaikan kapal.
74
k) Barang dan bahan guna pembuatan dan/atau perbaikan gerbong barang,
kereta penumpang, kereta rel listrik/diesel, bogie, dan komponen kereta api.
l) Barang dan bahan guna pembuatan komponen kendaraan bermotor.
m) Barang dan bahan guna pembuatan karpet dan/atau permadani.
n) Barang dan bahan guna pembuatan alat tulis berupa ballpoint.
o) Barang dan bahan guna pembuatan bagian tertentu alat besar dan/atau
perakitan alat besar.
Untuk mendapatkan fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) atas
barang impor yang telah ditetapkan, pada pengajuan dokumen impor (PIB)
disertakan Surat Keputusan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah.
5. Fasilitas Preferensi Tarif Bea Masuk
Fasilitas preferensi tarif adalah pengurangan tarif bea masuk berdasarkan
kesepakatan internasional/regional. Salah satu kesepakatan FTA adalah Asean
Trade in Goods Agreement (ATIGA). Kesepakatan tersebut didasari pada
keinginan negara-negara Asean pada waktu itu untuk membentuk kawasan
perdagangan bebas, yang disebut Asean Free Trade Area (AFTA). Asean Free
Trade Area merupakan hasil suatu kesepakatan negara-negara ASEAN untuk
membentuk kawasan perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN pada
tahun 1992.
Contoh penurunan tarif bea masuk dalam rangka ASEAN PTA‟S yang
dikenal dengan CEPT for AFTA (Common Effective Preferentional Tariff for
Asean Free Trade Area). Tarif bea masuk tersebut hanya berlaku terhadap
importasi barang yang telah dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal atau
Certificate of Origin (misalnya: Form D dari negara Asean dan Form E dari
RRC).
Skema ini terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, antara lain
yang telah dilakukan adalah kesepakatan perdagangan dengan China, Korea,
Jepang, India, Australia/New Zealand, Pakistan dan berikutnya dengan negara
lain. Barang-barang yang berasal dari negara tersebut jika dilengkapi dengan
CoO diberikan pengurangan tarif bea masuk hingga 0% sampai 5%. Dengan
75
adanya kesepakatan preferensi tarif tersebut diharapkan perdagangan luar
negeri akan semakin meningkat.
B. Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)
1. Pengertian
Fasilitas KITE merupakan fasilitas pembebasan atau pengembalian bea
masukatas barang/bahan baku asal impor yang tujuannya untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain yang hasil produksinya untuk diekspor. Atas
barang/bahan baku asal impor untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain
dengan tujuan untuk diekspor, diberikan pembebasan bea masuk atau pengembalian
bea masuk yang telah dibayar. Fasilitas pembebasan maupun pengembalian bea
masuk dapat diberikan kepada badan usaha yang telah memperoleh NIPER (Nomor
Induk Perusahaan) Pembebasan, atau NIPER Pengembalian.
Untuk memperoleh NIPER badan usaha mengajukan permohonan kepada
Kepala Kantor Wilayah atau Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea dan Cukai yang
mengawasi lokasi pabrik badan usaha yang bersangkutan. Permohonan dilampiri
dengan copy NIK, izin usaha, copy bukti kepemilikan atau penguasaan lokasi atas
gudang penimbunan bahan baku, pabrik tempat proses produksi, dan gudang
penimbunan barang hasil produksi. Disamping itu juga melampirkan daftar badan
usaha penerima sub kontrak, dan daftar rencana hasil produksi dan bahan baku.
Setelah meneliti berkas permohonan dan peninjauan lapangan Kepala Kantor
membuat keputusan menerbitkan atau tidak menerbitkan NIPER.
2. Mekanisme NIPER Pembebasan
Untuk memperoleh fasilitas pembebasan, perusahaan mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU dengan melampirkan:
a. rencana impor yang mencantumkan perkiraan jumlah dan nilai kebutuhan bahan
baku yang diperlukan dan daftar pelabuhan tempat pembongkaran;
b. rencana ekspor yang mencantumkan perkiraan jumlah dan nilai hasil produksi
yang dihasilkan dalam periode pembebasan;
c. penjelasan masa produksi, yaitu jangka waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk melakukan produksi;
76
d. ijin impor dari instansi terkait atas barang yang diberlakukan petentuan
larangan/pembatasan;
e. konversi, yaitu komposisi pemakaian bahan baku untuk setiap satuan hasil
produksi; dan
f. kontrak ekspor
Untuk merealisasikan impor bahan baku yang telah diberikan pembebasan
berdasarkan keputusan pemberian pembebasan, perusahaan mengajukan dokumen
pemberitahuan impor dengan mencantumkan nomor keputusan mengenai
pembebasan pada kolom pemenuhan persyaratan fasilitas impor. Pengusaha juga
wajib menyerahkan jaminan sebesar bea masuk atas bahan baku yang
diberitahukan dalam pemberitahuan pabean impor.
Realisasi ekspor atas hasil produksi harus dilakukan dalam periode paling
lama 12 (dua belas) bulan. Perusahaan wajib mempertanggungjawabkan
pelaksanaan ekspor dengan menyerahkan laporan pertanggungjawaban kepada
Kepala Kanwil Bea dan Cukai atau KPU Bea dan Cukaisecara berkala setiap 6
(enam) bulan sekali selama dalam periode pembebasan. Laporan
pertanggungjawaban harus dilampiri dengan:
a. dokumen pemberitahuan pabean impor yang telah mendapatkan persetujuan
keluar pejabat bea dan cukai;
b. dokumen pemberitahuan pabean ekspor yang telah mendapat persetujuan
ekspor;
c. salinan bukti penerimaan transaksi ekspor berupa buku piutang, letter of credit,
rekening koran, telegraphic transfer dan/atau dokumen yang membuktikan
adanya transaksi ekspor;
d. laporan pemeriksaan ekspor; dan
e. daftar konversi dari pemakaian bahan baku yang dimintakan pembebasan.
Terhadap hasil produksi, termasuk hasil produksi rusak/reject, yang tidak
diekspor atau tidak dilaporkan sampai dengan periode pembebasan selesai, maka
jaminan dicairkan dan perusahaan dikenai sanksi administrasi berupa denda. Jika
77
laporan pertanggungjawaban disetujui, maka jaminan dikembalikan sebesar bea
masuk dari bahan baku yang hasil produksinya diekspor.
3. Mekanisme NIPER Pengembalian
Terhadap pengusaha yang mendapatkan fasilitas pengembalian atas impor
bahan baku yang akan diajukan permohonan pengembalian diberlakukan ketentuan
umum di bidang impor, bea masuk dan pungutan impornya dibayar lunas.
Perusahaan mengajukan dokumen pemberitahuan impor dengan mencantumkan
NIPER Pengembalian pada kolom pemenuhan persyaratan fasilitas impor.
Perusahaan wajib membongkar dan menimbun bahan baku dari Kawasan Pabean
ke lokasi yang tercantum dalam NIPER.
Ekspor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal pendaftaran dokumen pemberitahuan impor. Pengembalian dapat
diberikan terhadap bea masuk yang telah dibayar atas impor bahan baku yang hasil
produksinya telah diekspor. Pengembalian diberikan sebesar bea masuk dari bahan
baku yang terkandung dalam hasil produksi yang telah diekspor.
Pengembalian dapat diberikan sepanjang memenuhi kriteria sebagai
berikut: hasil produksi telah diekspor dalam jangka waktu yang ditentukan, bea
masuk atas impor bahan baku telah dibayar, telah menyerahkan laporan konversi,
dan tidak mempunyai tunggakan utang bea masuk. Permohonan pengembalian bea
masuk diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
Laporan Pemeriksaan Ekspor (LPE).
Untuk mendapatkan pengembalian bea masuk, perusahaan mengajukan
permohonan kepada Kepala Kanwil atau KPU BC dengan melampirkan:
a. Daftar Laporan Pemakaian Bahan Baku yang dimohonkan pengembalian;
b. dokumenimpor dan dokumen ekspor serta LPE dari Kantor Bea dan Cukai
tempat pemuatan barang ekspor, dalam hal proses bisnis tidak menggunakan
PDE;
c. salinan bukti penerimaan transaksi ekspor berupa buku piutang, letter of
credit, rekening koran, telegraphic transfer, dan/atau dokumen yang
membuktikan adanya transaksi ekspor;
d. daftar konversi dari pemakaian bahan baku yang dimintakan pengembalian.
78
Kantor Pabean hanya dapat memberikan restitusi terhadap bea masuk yang
telah dibayar. Terhadap PDRI yang telah dibayar dapat dimintakan restitusi pajak
kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat.
C. Fasilitas Tempat Penimbunan Berikat
Dalam materi ini dibahas mengenai fasilitas Tempat Penimbunan Berikat
(TPB) dengan mendapat fasilitas penangguhan bea masuk.
1. Tempat Penimbunan Berikat
Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang
memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan
tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk. Tempat Penimbunan
Berikat merupakan kawasan pabean dan sepenuhnya berada di bawah pengawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Sesuai fungsinya, Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk:
a. Gudang Berikat;
Di dalam GB ditimbun barang untuk didistribusikan baik ke industri di KB/TLDDP
maupun ke Toko Bebas Bea, atau diekspor kembali.
b. Kawasan Berikat;
Di dalam KB ditimbun barang untuk diproses lebih lanjut menjadi barang yang
mempunyai nilai tambah lebih tinggi, yang tujuannya untuk diekspor. Hanya
sebagian kecilhasil produksi (25% dari hasil produksi tahun lalu yang
diekspor/diserahkan ke KB kawasan berikat lain) yang boleh dijual ke TLDDP.
c. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
Di dalam TPPB ditimbun barang untuk dipamerkan dalam ajang pameran yang
berskala internasional. Selesai dipamerkan barang harus diekspor kembali.
d. Toko Bebas Bea;
Di dalam TBB ditimbun barang untuk dijual kepada orang tertentu seperti anggota
korps diplomatik dan tenaga ahli bangsa asing dengan mendapatkan
pembebasan bea masuk dan cukai.
e. Tempat Lelang Berikat;
79
Di dalam TLB ditimbun barang impor untuk dijual secara lelang, untuk diimpor
maupun diekspor.
f. Kawasan Daur Ulang Berikat.
Di dalam kawasan daur ulang berikat ditimbun barang untuk mendaur ulang
barang-barang bekas dari luar negeri.
Pemasukan barang ke tempat penimbunan berikat dapat berasal dari:
a. Luar Daerah Pabean;
Dokumen yang digunakan adalah BC 2.3. BC 2.3 diajukan ke Kantor Pabean
yang mengawasi TPB. Atas pengajuan BC 2.3 diterbitkan SPPB-TPB yang
digunakan untuk mengeluarkan barang dari TPS ke TPB.
b. Tempat Penimbunan Berikat lainnya;
Pengangkutan barang dari satu TPB ke TPB lain menggunakan pemberitahuan
BC 2.7. Pemberitahuan diajukan oleh pengusaha TPB asal ke Kantor Pabean
yang mengawasi TPB dimaksud.
c. Tempat lain dalam daerah pabean (TLDDP).
Tidak semua jenis TPB diperbolehkan memasukkan barang dari TLDDP. Di
Gudang Berikat hanya boleh ditimbun barang impor yang belum diselesaikan
kewajiban pabeannya. Tetapi pada Kawasan Berikat diperbolehkan memasukkan
barang dari TLDDP. Dokumen pemberitahuannya berupa BC 4.0.
Barang dari Tempat Penimbunan Berikat dapat dikeluarkan ke:
a. Luar daerah pabean;
Pengeluaran barang dari TPB ke luar daerah pabean menggunakan
pemberitahuan BC 3.0 (Pemberitahuan Ekspor Barang). Adakalanya pengeluaran
barang karena salah kirim atau tidak sesuai pesanan.
b. Tempat penimbunan berikat lainnya;
Pengeluaran barang dari satu TPB ke TPB lain bisa karena adanya jual beli atau
sub kontrak. Dokumen yang digunakan adalah BC 2.7.
c.Tempat lain dalam daerah pabean.
Pengeluaran barang ke tempat lain dalam daerah pabean (dikenal juga sebagai
peredaran bebas) antara lain karena adanya transaksi jual beli. Pengusaha TPB
wajib menyampaikan pemberitahuan BC 2.5 dan melunasi pungutan impor yang
terutang jika ada.
80
Pengeluaran barang dari tempat penimbunan berikat dengan tujuan ke luar
daerah pabean berlaku ketentuan kepabeanan di bidang ekspor. Pengeluaran
barang asal impor dari tempat penimbunan berikat ke tempat lain dalam daerah
pabean berlaku ketentuan kepabeanan di bidang impor. Atas pengeluaran barang
asal impor harus dilakukan dengan menggunakan pemberitahuan pabean impor
yang disampaikan oleh pengusaha tempat penimbunan berikat. Pengusaha tempat
penimbunan berikat bertanggung jawab terhadap bea masuk dan pajak yang
terutang atas barang yang ditimbun di tempat penimbunan berikatnya.
2. Gudang Berikat
a. Pengertian
Gudang berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang
impor, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan berupa pengemasan/pengemasan
kembali, penyortiran, penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, dan/atau
pemotongan atas barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk
dikeluarkan kembali. Di dalam gudang berikat dapat dilakukan penyelenggaraan dan
pengusahaan gudang berikat. Penyelenggaraan gudang berikat dilakukan oleh
penyelenggara gudang berikat yang berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia. Penyelenggara gudang berikat melakukan kegiatan menyediakan dan
mengelola kawasan untuk kegiatan pengusahaan gudang berikat.Dalam 1 (satu)
penyelenggaraan gudang berikat dapat dilakukan 1 (satu) atau lebih pengusahaan
gudang berikat. Pengusahaan gudang berikat dilakukan oleh pengusaha gudang
berikat ataupengusaha di gudang berikat merangkap sebagai penyelenggara di
gudang berikat.
b. Perlakuan Kepabeanan dan Perpajakan
Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke gudang berikat
diberikan penangguhan bea masuk dan/atau tidak dipungut pajak dalam rangka
impor.Barang yang dimasukkan dari tempat penimbunan berikat ke gudang berikat
yang merupakan barang retur dan/atau rijek diberikan penangguhan bea masuk
dan/atau tidak dipungut pajak dalam rangka impor.
Dalam hal barang impor dikeluarkan ke tempat lain dalam daerah pabean (TLDDP)
dengan tujuan diimpor untuk dipakai, pengusaha gudang berikat atau pengusaha di
81
gudang berikat wajib melunasi bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Barang
yang ditimbun di gudang berikat bukan merupakan barang untuk dikonsumsi di
gudang berikat yang bersangkutan.
c. Penyelenggara Gudang Berikat
Penetapan tempat sebagai gudang berikat dan pemberian izin penyelenggara
gudang berikat ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Demikian juga
izin pengusaha gudang berikat. Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai
gudang berikat dan izin penyelenggara gudang berikat, pihak yang akan menjadi
penyelenggara/pengusaha gudang berikat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu kawasan, tempat, atau
bangunan yang mempunyai batas-batas yang jelas, berikut peta lokasi/tempat
danrencana tata letak/denah yang akan dijadikan gudang berikat;
2). memiliki Surat Izin Tempat Usaha, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin lainnya
yang diperlukan dari instansi teknis terkait; dan
3). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak terakhir bagi yang sudah wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
d. Pengusaha di Gudang Berikat
Untuk mendapatkan izin pengusaha di gudang berikat dan penetapan
penyelenggara di gudang berikat, pihak yang akan menjadi pengusaha di gudang
berikat merangkap sebagai penyelenggara di gudang berikat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat, atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata
letak/denah;
2). memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait;
82
3). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun terakhir; dan
4). mendapat rekomendasi dari penyelenggara gudang berikat.
e. Bentuk Gudang Berikat
Gudang berikat dapat berbentuk:
1) GB Pendukung Kegiatan Industri, yaitu GB yg berfungsi untuk menimbun dan
menyediakan barang impor untuk didistribusikan kepada perusahaan/industri di
tempat lain dalam daerah pabean atau kawasan berikat;
2) GB Pusat Distribusi Khusus TBB, yaitu GB yang berfungsi untuk menimbun dan
mendistribusikan barang impor ke TBB;
3) GB Transit, yaitu GB yang berfungsi untuk menimbun dan mendistribusikan
barang impor ke luar daerah pabean.
f. Pengeluaran Barang dari Gudang Berikat
Barang impor yang ditimbun di gudang berikat sesuai dengan jenis/bentuk
gudang berikat, dapat dikeluarkan untuk:
1). mendukung kegiatan industri di kawasan berikat dan/atau industri di tempat lain
dalam daerah pabean;
2). dimasukkan ke toko bebas bea; atau
3). diekspor.
3. Kawasan Berikat
a. Pengertian
Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun
barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean
guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Di dalam
kawasan berikat dilakukan penyelenggaraan dan pengusahaan kawasan
berikat.Penyelenggaraan kawasan berikat dilakukan oleh penyelenggara kawasan
berikat.Penyelenggara kawasan berikat melakukan kegiatan menyediakan dan
mengelola kawasan untuk kegiatan pengusahaan kawasan berikat.
Dalam 1 (satu) penyelenggaraan kawasan berikat dapat dilakukan 1 (satu)
atau lebih pengusahaan kawasan berikat.Pengusahaan kawasan berikat dilakukan
83
oleh pengusaha kawasan berikat, atau pengusaha di kawasan berikat merangkap
sebagai penyelenggara di kawasan berikat.
Pengusaha kawasan berikat dan pengusaha di kawasan berikat melakukan
kegiatan menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari TLDDP guna
diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor.Di dalam lokasi
kawasan berikat dapat diselenggarakan gudang berikat.
b. Perlakuan Kepabeanan dan Perpajakan
Barang yang dimasukkan dari luar Daerah Pabean ke Kawasan Berikat
diberikan penangguhan bea masuk dan/atau tidak dipungut pajak dalam rangka
impor. Barang yang dimasukkan dari tempat penimbunan berikat ke kawasan berikat
diberikan penangguhan bea masuk dan/atau tidak dipungut pajak dalam rangka
impor (PDRI). Barang yang dimasukkan ke kawasan berikat bukan merupakan
barang untuk dikonsumsi di kawasan berikat tersebut.
Barang yang dimasukkan dari TLDDP ke kawasan berikat tidak dipungut
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah. Dalam hal barang asal impor dikeluarkan ke TLDDP dengan tujuan
diimpor untuk dipakai, pengusaha kawasan berikat atau pengusaha di kawasan
berikat wajib melunasi bea masuk dan PDRI.
Barang impor berupa barang modal dan peralatan perkantoran yang
dimasukkan ke kawasan berikat diberikan penangguhan bea masuk dan tidak
dipungut PDRI. Ketentuan tersebut tidak berlaku terhadap peralatan perkantoran
yang habis pakai.
c. Penyelenggara Kawasan Berikat
Penetapan tempat sebagai kawasan berikat dan pemberian izin
penyelenggara kawasan berikat ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.Untuk mendapatkan persetujuan penyelenggaraan kawasan berikat,
perusahaan yang bersangkutan telah mempunyai kawasan yang berlokasi di
kawasan industri. Kawasan berikat dapat berlokasi di kawasan budidaya yang
diperuntukkan bagi kegiatan industri, sepanjang kawasan berikat tersebut
diperuntukkan bagi:
a). perusahaan yg menggunakan Bahan Baku, atau proses produksinya
memerlukan lokasi khusus;
84
b). perusahaan industri mikro dan kecil;
c). perusahaan industri yg akan menjalankan industri di daerah yang belum
memiliki kawasan industri atau yang telah memiliki kawasan industri
namunseluruh kavling industrinya telah habis.
Luas lokasi untuk Kawasan Berikat di kawasan budidaya paling sedikit 10.000 m2
dalam satu hamparan.
Permohonan persetujuan penyelenggaraan kawasan berikat dapat diajukan
setelah fisik bangunan berdiri atau belum berdiri dengan mengajukan permohonan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Kawasan
berikat yang penyelenggaraaannya dilakukan oleh penyelenggaraan kawasan
berikat dapat diperuntukkan bagi satu perusahaan atau lebih yang melakukan
kegiatan industri pengolahan.
Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai kawasan berikat dan izin
penyelenggara kawasan berikat, pihak yang akan menjadi penyelenggara kawasan
berikat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu kawasan, tempat, atau
bangunan yang mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat
danrencana tata letak/denah yang akan dijadikan kawasan berikat;
2). berlokasi di kawasan industri atau kawasan budidaya yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan;
3). memiliki Surat Izin Tempat Usaha, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait; dan
4). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir bagi yang sudah wajib
menyampaikan SPT.
d. Pengusaha Kawasan Berikat
Untuk mendapatkan izin pengusaha kawasan berikat pihak yang akan
menjadi pengusaha kawasan berikat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata
letak/denah;
85
2). memiliki Surat Izin Usaha Industri, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait; dan
3). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh.
e. Pengusaha di Kawasan Berikat
Untuk mendapatkan izin dan penetapan pihak yang akan menjadi pengusaha
di kawasan berikat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata
letak/denah;
2). memiliki Surat Izin Usaha Industri, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait;
3). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir;
4). mendapat rekomendasi dari Penyelenggara Kawasan Berikat.
f. Subkontrak
Pengusaha kawasan berikat dan pengusaha di kawasan berikat dapat
mensubkontrakkan dan/atau menerima pekerjaan subkontrak atas sebagian dari
kegiatan pengolahan kepada dan/atau dari pengusaha kawasan berikat dan
pengusaha di kawasan berikat lainnya dan/atau perusahaan industri di tempat lain
dalam daerah pabean. Pekerjaan subkontrak tidak dapat dilakukan untuk pekerjaan
yang hanya merupakan pekerjaan pemeriksaan awal, penyortiran, pemeriksaan akhir
atau pengepakan. Pekerjaan subkontrak harus dilakukan berdasarkan perjanjian
subkontrak.
Dalam hal pengusaha kawasan berikat dan pengusaha di kawasan berikat
melakukan penyerahan pekerjaan subkontrak kepada perusahaan industri di tempat
lain dalam daerah pabean, pengusaha kawasan berikat dan pengusaha di kawasan
berikat harus menyampaikan dokumen kepabeanan dan menyerahkan jaminan.
Pengeluaran barang tersebut mendapat penangguhan bea masuk dan/atau tidak
dipungut PPN.
86
Atas pemasukan kembali barang dalam rangka subkontrak dari kawasan
berikat lainnya atau TLDDP ke kawasan berikat diberikan penangguhan bea masuk
dan/atau tidak dipungut PPN. Dalam hal barang tersebut tidak dimasukkan kembali
ke dalam kawasan berikat tempat pengeluaran barang, maka:
1). untuk barang asal impor, pengusaha kawasan berikat atau pengusaha di
kawasan berikat wajib melunasi bea masuk dan PDRI dan dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2). atas barang yang tidak dimasukkan kembali ke dalam kawasan berikat tempat
pengeluaran barang, pengusaha kawasan berikat atau pengusaha di kawasan
berikat wajib membuat faktur pajak dan memungut PPN.
g. Pengeluaran barang ke TLDDP
Barang hasil olahan oleh industri di kawasan berikat pada prinsipnya memiliki
tujuan utama untuk diekspor. Dengan kondisi tertentu barang tersebut dapat juga
dijual ke dalam negeri (DPIL/TLDDP). Peluang ini memang harus diberikan karena
tidak semua barang hasil produksi KB dapat diekspor, antara lain misalnya : jenis
barang yang diproduksi tidak sesuai pesanan sehingga ditolak oleh pembeli luar
negeri, pemasaran barang keluar negeri terbatas atau terhambat faktor musim,
perluasan pemasaran ke dalam negeri karena barang tersebut diminati konsumen
dalam negeri, dan sebagainya.
Pengeluaran barang yang telah diolah dari PDKB ke TLDDP menggunakan
BC.2.5 sesuai tatalaksana di bidang impor dengan ketentuan sebagai berikut:
- pengeluaran hasil produksi kawasan berikat ke TLDDP, dapat dilakukan
dalam jumlah paling banyak 25% dari nilai realisasi ekspor tahun sebelumnya
dan/atau nilai realisasi penyerahan ke KB lainnya tahun sebelumnya.Nilai realisasi
penyerahan ke KB lainnya terbatas untuk hasil produksi kawasan berikat yg akan
diolah lebih lanjut.
Atas pengeluaran barang yang telah diolah oleh PDKB ke TLDDP dikenakan
bea masuk, cukai, PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 impor sepanjang terhadap
pengeluaran tersebut tidak ditujukan kepada pihak yang memperoleh fasilitas
pembebasan atau penangguhan bea masuk, cukai dan pajak dalam rangka impor.
87
Dasar perhitungan pungutan negara adalah sebagai berikut :
Dalam hal hasil produksi tidak dalam kondisi rusak, bea masuk dihitung
berdasarkan:
a) nilai pabean dan klasifikasi yang berlaku pada saat barang impordimasukkan ke
kawasan berikat; dan
b) pembebanan pada saat pemberitahuan pabean impor untukdipakai
didaftarkan;Cukai dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangandi bidang cukai; PDRI dihitung berdasarkan nilai impor yang berlaku
pada saat barang impor dimasukkan ke kawasan berikat.
Hasil produksi dalam kondisi rusak ataupun penurunan kualitas mutu adalah
hasil produksi yang secara teknis tidak dapat diperbaiki sehingga menyamai
kualitas/standar mutu yang diharapkan.Dalam hal hasil produksi dalam kondisi rusak,
bea masuk dihitung berdasarkan:
a) nilai pabean berdasarkan harga transaksi pada saat pengeluaran barang dari
KB ke TLDDP;
b) klasifikasi yang berlaku pd saat barang impor dimasukkan ke KB ;
c) pembebanan pada saat pemberitahuan pabean impor untuk dipakai
didaftarkan;
Cukai dihitung berdasarkan peraturan di bidang cukai dan PDRI dihitung
berdasarkan harga jual.
Penjualan scraps.
Pengusaha kawasan berikat atau pengusaha di kawasan berikat dapat
mengeluarkan sisa hasil produksi dari proses produksi di kawasan berikat ke tempat
lain dalam daerah pabean. Sisa hasil produksi yang berupa limbah bahan berbahaya
dan beracun dapat dikeluarkan dari kawasan berikat untuk didaur ulang atau
dimusnahkan.Sisa hasil produksi yang dikeluarkan ke TLDDP dikecualikan dari tata
niaga impor.
Bea masuk, cukai, dan PDRI atas pengeluaran sisa dari proses
produksi/limbah (waste/scrap) atau bekas pengemas asal luar daerah pabean ke
TLDDP, adalah sebagai berikut:
88
Bea Masuk dihitung berdasarkan:
1) nilai pabean berdasarkan harga transaksi pada saat pengeluaran barang dari
KB ke TLDDP;
2) klasifikasi yang berlaku pada saat pengeluaran barang dari KB ke TLDDP
3) pembebanan pada saat pemberitahuan pabean impor untuk dipakai
didaftarkan;
Atas penyerahan sisa (waste/scrap) dan bekas pengemas dari KB ke TLDDP,
PDKB wajib memungut PPN, PPnBM, dan membuat faktur pajak.
Sisa dari proses produksi/limbah (waste/scrap) dan/atau sisa atau bekas pengemas
yang dikeluarkan ke TLDDP dikecualikan dari ketentuan larangan dan pembatasan
di bidang impor.
4. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
a. Pengertian
Tempat penyelenggaraan pameran berikat adalah tempat penimbunan
berikat untuk menimbun barang impor dalam jangka waktu tertentu, dengan atau
tanpa barang dari dalam daerah pabean untuk dipamerkan. Di dalam tempat
penyelenggaraan pameran berikat dilakukan penyelenggaraan dan pengusahaan
tempat penyelenggaraan pameran berikat. Penyelenggaraan tempat
penyelenggaraan pameran berikat dilakukan oleh penyelenggara tempat
penyelenggaraan pameran berikat yang berbadan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. Penyelenggara tempat penyelenggaraan pameran
berikat melakukan kegiatan penyediaan dan pengelolaan kawasan untuk kegiatan
pengusahaan tempat penyelenggaraan pameran berikat.
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat dapat bersifat tetap atau
sementara Pengusahaan Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat tetap,
dilakukan oleh pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat tetap; atau
pengusaha di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat tetap merangkap sebagai
Penyelenggara di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat tetap.
Sedangkan Pengusahaan Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
sementara, dilakukan oleh pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
sementara. Pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat dan pengusaha
89
di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat melakukan kegiatan menimbun
barang impor dalam jangka waktu tertentu, dengan atau tanpa barang dari dalam
daerah pabean untuk dipamerkan.
b. Perlakuan Kepabeanan dan Perpajakan
Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke Tempat
Penyelenggaraan Pameran Berikat diberikan penangguhan bea masuk; dan/atau
tidak dipungut PDRI. Barang yang dimasukkan dari Tempat Penimbunan Berikat ke
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat diberikan penangguhan bea masuk;
dan/atau tidak dipungut PDRI. Barang yang ditimbun di TPPB bukan merupakan
barang untuk dikonsumsi di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat yang
bersangkutan.
Barang kena pajak berupa barang pameran yang dimasukkan dari TLDDP
ke Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat tidak dipungut PPN atau PPN dan
PPnBM. Dalam hal barang asal impor dikeluarkan ke TLDDP dengan tujuan diimpor
untuk dipakai, pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat atau
pengusaha di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat, wajib melunasi Bea
Masuk dan PDRI.
c. Penyelenggara Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
Untuk mendapatkan penetapan dan izin yang bersifat tetap, pihak yang akan
menjadi penyelenggara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata
letak/denah yang akan dijadikan Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
2) memiliki Surat Izin Tempat Usaha, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait; dan
3) telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir.
Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai Tempat Penyelenggaraan
Pameran Berikat dan izin penyelenggaraan Tempat Penyelenggaraan Pameran
90
Berikat yang bersifat sementara, pihak yang akan menjadi penyelenggara harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) memiliki bukti penggunaan suatu tempat atau bangunan yang mempunyai
batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata letak/denah
yang akan dijadikan Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat; dan
2) telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir.
d. Pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
Untuk mendapatkan izin pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran
Berikat, pihak yang akan menjadi pengusaha Tempat Penyelenggaraan Pameran
Berikat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) memiliki Surat Izin Usaha Pameran, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait; dan
2) telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh.
e. Pengusaha di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
Untuk mendapatkan izin pengusaha di Tempat Penyelenggaraan Pameran
Berikat dan penetapan sebagai penyelenggara di Tempat Penyelenggaraan
Pameran Berikat pihak yang akan menjadi pengusaha merangkap sebagai
penyelenggara di Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) memiliki Surat Izin Usaha Pameran, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin
lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait;
2) telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh;
3) mendapat rekomendasi dari penyelenggara Tempat Penyelenggaraan
Pameran Berikat.
91
5. Toko Bebas Bea
a. Pengertian
Toko Bebas Bea adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun
barang asal impor dan/atau barang asal daerah pabean untuk dijual kepada orang
tertentu.Di dalam Toko Bebas Bea dilakukan penyelenggaraan dan pengusahaan
Toko Bebas Bea.Penyelenggaraan Toko Bebas Bea dan Pengusahaan Toko Bebas
Bea dilakukan oleh penyelenggara Toko Bebas Bea sekaligus pengusaha Toko
Bebas Bea yang berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
b. Lokasi TBB
Toko Bebas Bea dapat berlokasi di:
1). terminal keberangkatan bandar udara internasional di kawasan pabean;
2). pelabuhan utama di kawasan pabean;
3). tempat transit pada terminal keberangkatan bandar udara internasional
yang merupakan tempat khusus bagi penumpang transit tujuan luar
negeri di kawasan pabean;
4). pelabuhan utama yang merupakan tempat khusus bagi penumpang
transit tujuan luar negeri di kawasan pabean; atau
5). dalam kota.
c. Perlakuan Kepabeanan dan Perpajakan
Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke Toko Bebas Bea
diberikan penangguhan bea masuk dan/atau tidak dipungut PDRI. Barang yang
dimasukkan dari Gudang Berikat ke Toko Bebas Bea diberikan penangguhan bea
masuk dan/atau tidak dipungut PDRI.
Barang yang dimasukkan dari TLDDP ke Toko Bebas Bea tidak dipungut
PPN atau PPN dan PPnBM. Terhadap pemasukan barang dari TLDDP ke Toko
Bebas Bea, pengusaha di TLDDP wajib membuat faktur pajak yang dibubuhi cap
PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut. Barang yang ditimbun di TBB bukan
merupakan barang untuk dikonsumsi di TBB yang bersangkutan.
92
d. Penyelenggara Toko Bebas Bea Sekaligus Pengusaha Toko Bebas Bea
Penetapan tempat sebagai Toko Bebas Bea dan pemberian izin
penyelenggara Toko Bebas Bea sekaligus pengusaha Toko Bebas Bea ditetapkan
dengan Keputusan Menteri. Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai Toko
Bebas Bea dan izin penyelenggara Toko Bebas Bea sekaligus pengusaha Toko
Bebas Bea pihak yang akan menjadi penyelenggara Toko Bebas Bea sekaligus
pengusaha Toko Bebas Bea harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata
letak/denah yang akan dijadikan Toko Bebas Bea;
2) memiliki Surat Izin Tempat Usaha, Dokumen Lingkungan Hidup, Surat Izin
Usaha Perdagangan, dan izin lainnya yang diperlukan dari instansi teknis
terkait; dan
3) telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir.
e. Orang yang berhak membeli barang di Toko Bebas Bea
Orang yang berhak membeli barang di Toko Bebas Bea yang berlokasi di
kawasan pabean dengan tidak dipungut bea masuk dan tidak dipungut PDRI adalah
orang yang bepergian ke luar negeri, atau penumpang yang sedang transit di
kawasan pabean. Biasanya TBB ini berada di pelabuhan udara maupun di
pelabuhan laut, dan pembelinya orang yang akan berangkat ke luar daerah pabean.
Orang yang berhak membeli barang di Toko Bebas Bea yang berlokasi di dalam
kotadengan mendapatkan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PDRI adalah:
1) anggota korps diplomatik yang bertugas di Indonesia beserta keluarganya yang
berdomisili di Indonesia berikut lembaga diplomatik;
2) pejabat/tenaga ahli yang bekerja pada Badan Internasional di Indonesia yang
memperoleh kekebalan diplomatik beserta keluarganya; dan
3) turis asing yang akan keluar dari Daerah Pabean.
Pembelian barang di TBB ini wajib menunjukan identitas yang bersangkutan,
misalnya kartu pengenal korps diplomatik, kartu kuning, atau passport.
93
6. Tempat Lelang Berikat
a. Pengertian
Tempat Lelang Berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun
barang impor dalam jangka waktu tertentu untuk dijual secara lelang.Di dalam
Tempat Lelang Berikat dilakukan penyelenggaraan dan pengusahaan Tempat
Lelang Berikat.Penyelenggaraan Tempat Lelang Berikat dan Pengusahaan Tempat
Lelang Berikat dilakukan oleh penyelenggara Tempat Lelang Berikat sekaligus
pengusaha Tempat Lelang Berikat yang berbadan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
b. Perlakuan Kepabeanan dan Perpajakan
Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke tempat lelang berikat
diberikan penangguhan bea masuk dan tidak dipungut PDRI.
Barang yang dimasukkan dari TLDDP ke Tempat Lelang Berikat tidak dipungut PPN
atau PPN dan PPnBM.
Dalam hal barang sebagaimana dimaksud dikeluarkan ke TLDDP dengan
tujuan diimpor untuk dipakai, pengusaha Tempat Lelang Berikat wajib melunasi Bea
Masuk dan PDRI.Barang sebagaimana dimaksud bukan merupakan barang untuk
dikonsumsi di Tempat Lelang Berikat yang bersangkutan.
c. Penyelenggara Tempat Lelang Berikat Sekaligus Pengusaha Tempat Lelang
Berikat
Penetapan tempat sebagai Tempat Lelang Berikat dan pemberian izin
penyelenggara Tempat Lelang Berikat sekaligus pengusaha Tempat Lelang Berikat
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.Untuk mendapatkan penetapan
dan izin, pihak yang akan menjadi penyelenggara Tempat Lelang Berikat merangkap
sebagai pengusaha Tempat Lelang Berikat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana tata
letak/denah yang akan dijadikan Tempat Lelang Berikat;
2). memiliki Surat Izin Tempat Usaha, Dokumen Lingkungan Hidup, Surat Izin
Usaha Lelang, dan izin lainnya dari instansi teknis terkait; dan
94
3). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir bagi yang sudah wajib
menyampaikan SPT.
7. Kawasan Daur Ulang Berikat
a. Pengertian
Kawasan Daur Ulang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk
menimbun barang impor dalam jangka waktu tertentu yang di dalamnya dilakukan
kegiatan daur ulang limbah asal impor dan/atau asal daerah pabean sehingga
menjadi produk yang mempunyai nilai tambah serta nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Di dalam Kawasan Daur Ulang Berikat dilakukan penyelenggaraan dan
pengusahaan Kawasan Daur Ulang Berikat. Penyelenggaraan Kawasan Daur Ulang
Berikat dilakukan oleh penyelenggara Kawasan Daur Ulang Berikat yang berbadan
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Penyelenggara Kawasan Daur
Ulang Berikat melakukan kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan untuk
kegiatan pengusahaan Kawasan Daur Ulang Berikat. Dalam 1 (satu)
penyelenggaraan Kawasan Daur Ulang Berikat dapat dilakukan 1 (satu) atau lebih
pengusahaan Kawasan Daur Ulang Berikat. Pengusahaan Kawasan Daur Ulang
Berikat dilakukan oleh: pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat atau pengusaha di
Kawasan Daur Ulang Berikat merangkap sebagai penyelenggara di Kawasan Daur
Ulang Berikat.
Pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat atau pengusaha di Kawasan Daur
Ulang Berikat merangkap sebagai penyelenggara di Kawasan Daur Ulang Berikat
melakukan kegiatan menimbun barang impor yang di dalamnya dilakukan kegiatan
pengolahan berupa proses daur ulang limbah asal impor dan/atau asal Daerah
Pabean dengan mempergunakan teknologi yang telah disetujui oleh kementerian
yang menangani masalah lingkungan hidup sehingga menjadi produk yang
mempunyai nilai tambah serta nilai ekonomi yang lebih tinggi.
b. Perlakuan Kepabeanan dan Perpajakan
Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke Kawasan Daur Ulang
Berikat diberikan penangguhan bea masuk dan/atau tidak dipungut PDRI. Barang
yang dimasukkan dari Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Daur Ulang Berikat
95
diberikan penangguhan bea masuk; dan/atau tidak dipungut Pajak Dalam Rangka
Impor.
Terhadap pemasukan barang dari Tempat Penimbunan Berikat atau dari
TLDDP ke Kawasan Daur Ulang Berikat, pengusahaTempat Penimbunan Berikat
atau pengusaha TLDDP wajib membuat faktur pajak yang dibubuhi cap PPN atau
PPN dan PPnBM tidak dipungut.
Dalam hal barang hasil produksi yang dihasilkan oleh pengusaha Kawasan
Daur Ulang Berikat dan pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat dikeluarkan ke
TLDDP dengan tujuan diimpor untuk dipakai, pengusaha Kawasan Daur Ulang
Berikat dan pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat wajib melunasi bea masuk
dan PDRI. Barang yang ditimbun di Kawasan Daur Ulang Berikat bukan merupakan
barang untuk dikonsumsi di Kawasan Daur Ulang Berikat yang bersangkutan.
c. Penyelenggara Kawasan Daur Ulang Berikat
Untuk mendapatkan penetapan tempat sebagai Kawasan Daur Ulang Berikat
dan izin penyelenggara Kawasan Daur Ulang Berikat pihak yang akan menjadi
penyelenggara Kawasan Daur Ulang Berikat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu kawasan, tempat, atau
bangunan yang mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat
dan rencana tata letak/denah yang akan dijadikan Kawasan Daur Ulang
Berikat;
2). berlokasi di kawasan industri yang ditunjuk khusus untuk daur ulang;
3). memiliki Surat Izin Tempat Usaha Daur Ulang, Dokumen Lingkungan Hidup,
dan izin lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait;
4). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir;
5). mendapat rekomendasi dari menteri yang menangani masalah lingkungan
hidup.
d. Pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat
Untuk mendapatkan izin pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat pihak yang
akan menjadi pengusaha harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
96
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat atau bangunan yang
mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat dan rencana
tataletak/denah;
2). memiliki Dokumen Lingkungan Hidup, surat izin usaha industri daur ulang, dan
izin lainnya yang diperlukan dari instansi teknis terkait;
3). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun pajak terakhir;
4). mendapat rekomendasi dari menteri yang menangani masalah lingkungan
hidup;
5). merupakan importir produsen limbah non bahan berbahaya dan beracun (B3);
6). pernyataan tertulis dari pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat yang
menyatakan kesediaan untuk mengekspor kembali bahan berupa limbah dalam
hal limbah tersebut tidak diolah dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan atau izin
pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat dicabut.
e. Pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat
Pemberian izin pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat dan penetapan
penyelenggara di Kawasan Daur Ulang Berikat ditetapkan dengan Keputusan
Menteri. Untuk mendapatkan izin pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat dan
penetapan penyelenggara di Kawasan Daur Ulang Berikat pihak yang akan menjadi
pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1). memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu kawasan, tempat, atau
bangunan yang mempunyai batas-batas yang jelas berikut peta lokasi/tempat
danrencana tata letak/denah yang akan dijadikan Kawasan Daur Ulang Berikat;
2). berlokasi di kawasan industri yang ditunjuk khusus untuk daur ulang;
3). memiliki Surat Izin Tempat Usaha Daur Ulang, Surat Izin Usaha Industri Daur
Ulang, Dokumen Lingkungan Hidup, dan izin lainnya yang diperlukan dari
instansi teknis terkait;
4). telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan telah menyampaikan SPT PPh tahun terakhir;
5). mendapat rekomendasi dari menteri yang menangani masalah lingkungan
hidup;
97
6). memiliki bukti sebagai importir produsen limbah non bahan berbahaya dan
beracun (B3); dan
7). pernyataan tertulis dari pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat merangkap
sebagai penyelenggara di Kawasan Daur Ulang Berikat yang menyatakan
kesediaan untuk mengekspor kembali bahan berupa limbah dalam hal limbah
tersebut tidak diolah dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan atau izin
pengusaha di Kawasan Daur Ulang Berikat dicabut.
Pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat dan pengusaha di Kawasan Daur
Ulang Berikat harus mengolah bahan baku berupa limbah non bahan berbahaya dan
beracun (B3) yang dimasukkan ke Kawasan Daur Ulang Berikat yang dikelolanya
dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemasukan.
Kriteria bahan baku berupa limbah non bahan berbahaya dan beracun (B3) berupa:
1). limbah padat yang tersortir;
2). bukan limbah bahan berbahaya dan beracun;
3). bukan sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga atau sejenis sampah
rumah tangga atau sampah spesifik;
4). tidak berbentuk cair, debu, lumpur, pasta, sludge, dan tidak terkontaminasi
limbah bahan berbahaya dan beracun; dan
5). limbah yang telah dipotong, dihancurkan atau diubah dalam bentuk yang ramah
lingkungan.
Pengusaha Kawasan Daur Ulang Berikat dan pengusaha di Kawasan Daur
Ulang Berikat wajib melakukan pengendalian pencemaran lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
8. Pembekuan dan Pencabutan izin TPB
a. Pembekuan Izin
Izin penyelenggaraan Tempat Penimbunan Berikat/ Izin pengusahaan di
Tempat Penimbunan Berikat dibekukan dalam hal pihak yang melakukan
penyelenggaraan/pengusahaan melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin
yang diberikan berdasarkan bukti permulaan yang cukup, atau menunjukkan
98
ketidakmampuan dalam penyelenggaraan/pengusahaan Tempat Penimbunan
Berikat.
Izin yang dibekukan dapat diberlakukan kembali dalam hal
penyelenggara/pengusaha Tempat Penimbunan Berikat tidak terbukti melakukan
kegiatan yang menyimpang dari izin yang diberikan, atau telah mampu kembali
menyelenggarakan/mengusahakan Tempat Penimbunan Berikat. Izin yang
dibekukan dapat diubah menjadi pencabutan dalam hal penyelenggara/pengusaha
Tempat Penimbunan Berikat terbukti telah melakukan kegiatan yang menyimpang
dari izin yang diberikan, atau tidak mampu lagi menyelenggarakan/mengusahakan
Tempat Penimbunan Berikat tersebut.
b. Pencabutan Izin
Penetapan Tempat Penimbunan Berikat dan izin penyelenggaraan atau
pengusahaan di Tempat Penimbunan Berikat dicabut dalam hal penyelenggara
dan/atau pengusaha Tempat Penimbunan Berikat:
1). tidak melakukan kegiatan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus;
2). dinyatakan pailit;
3). izin usaha yang dimilikinya tidak berlaku lagi;
4). bertindak tidak jujur dalam usahanya; atau
5). mengajukan permohonan pencabutan.
Dalam hal izin Tempat Penimbunan Berikat dicabut, penyelenggara dan/atau
pengusaha Tempat Penimbunan Berikat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal pencabutan izin harus melunasi semua Bea Masuk dan
PDRI yang terutang; atau mengekspor kembali barang yang masih ada di Tempat
Penimbunan Berikat; atau memindahkan barang yang masih ada di Tempat
Penimbunan Berikat ke Tempat Penimbunan Berikat lain. Dalam hal jangka waktu
sebagaimana dimaksud dilampaui maka atas barang yang berada di Tempat
Penimbunan Berikat dinyatakan sebagai barang yang tidak dikuasai.
99
1. Fasilitas pembebasan bea masuk merupakan peniadaan pembayaran bea
masuk. Fasilitas keringanan bea masuk merupakan pengurangan
pembebasan bea masuk. Fasilitas pembebasan bea masuk yang diatur dalam
pasal 25 Undang-undang Kepabeanan bersifat mutlak, artinya jika
persyaratan yang diatur dalam pasal tersebut dipenuhi, barang tersebut
diberikan pembebasan bea masuk.
2. Fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk sebagaimana diatur dalam
pasal 26 Undang-undang Kepabeanan bersifat relatif, artinya pemberian
pembebasan maupun keringanan bea masuk didasari pada beberapa
persyaratan dan tujuan tertentu sesuai kebijakan pemerintah waktu itu.
Sebagai contoh atas importasi mesin dan barang atau bahan untuk industri
baru diberikan pembebasan bea masuk sehingga tarif akhirnya menjadi 0%.
Hal ini diberikandalam rangka untuk mendorong tumbuhnya industri di dalam
negeri. Pada prosedur pengajuan dokumen impornya dilengkapi dengan bukti
atau rekomendasi dari instansi terkait disamping dokumen pelengkap pabean
lainnya.
3. Barang-barang yang telah mendapat pemberian fasilitas pembebasan atau
keringanan bea masuk harus tetap digunakan sesuai tujuan pengimporannya.
Penyalahgunaan atas barang yang telah diberikan pembebasan atau
keringanan bea masuk jika mengakibatkan kerugian pada penerimaam
negara, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar seratus persen
dari bea masuk yang seharusnya dibayar, dan pemberian fasilitas tersebut
menjadi batal.
4. Atas importasi barang impor sementara dapat diberikan fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk. Pada prinsipnya barang impor sementara
mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk. Barang impor sementara
yang mendapat keringanan bea masuk hanya terhadap mesin dan peralatan
untuk pengerjaanproyek dan atas importasinya dipungut bea masuk sebesar
2% per bulan dari bea masuk yang terhutang, serta membayar penuh PPN
impor.
RANGKUMAN
100
1. Sebutkan dan jelaskan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk yang
diatur dalam pasal 26 Undang-undang Kepabeanan.
2. Jelaskan mengapa pemerintah memberikan fasilitas Bea Masuk ditanggung
pemerintah. Apa dasar pemberian fasilitas tersebut?
3. Tempat penimbunan berikat yang diatur dalam Undang-undang Kepabeanan
merupakan bangunan, tempat atau kawasan yang digunakan untuk
menimbun, mengolah, memamerkan atau menyediakan barang untuk dijual,
dengan mendapatkan perlakuan khusus bidang kepabeanan, cukai dan
perpajakan. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tempat penimbunan berikat
sesuai fungsinya.
4. Sebutkan dan jelaskan fasilitas kepabeanan dan perpajakan yang diberikan
kepada perusahaan pemakai fasilitas Kawasan Berikat dan Gudang Berikat.
5. Jelaskan dimana saja toko bebas bea ( duty free shop ) boleh didirikan (
sesuai dengan jenis-jenis toko bebas bea ), dan jelaskan bagaimana tatacara
pengajuan dan persyaratan untuk mendirikan toko bebas bea.
LATIHAN
Atas impor sementara wajib menyerahkan jaminan sebesar selisih bea masuk
terhutang dan yang telah dibayar, serta menyerahkan jaminan PPh pasal 22
impor.
5. Tempat penimbunan berikat dalam implementasinya berbentuk sebagai
Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Tempat Penyelenggaraan Pameran
Berikat, Toko Bebas Bea ( Duty Free Shops ), Tempat Daur Ulang Berikat,
dan Tempat Lelang Berikat. Di TPB diberikan fasilitas penangguhan bea
masuk dan PDRI tidak dipungut.
101
PENUTUP
Saudara para peserta perkuliahan.
Saudara telah mempelajari seluruh kegiatan belajar yang meliputi Bab I
sampai dengan Bab III dengan materi teknis kepabeanan. Materi tersebut meliputi
teknis kepabeanan secara umum dibidang impor, ekspor, dan pemberian fasilitas
pembebasan, keringanan dan penangguhan bea masuk, termasuk fasilitas Tempat
Penimbunan Berikat. Materi tersebut harus benar-benar dipahami karena merupakan
dasar pelaksanaan tugas kepabeanan.
Bahan ajar ini disesuaikan dengan kebutuhan materi dalam kurikulum. Untuk
lebih memperdalam materi yang telah didapat dari bahan ajar ini diharapkan
Saudara membaca Peraturan Menteri Keuangan dan peraturan DJBC terkait sebagai
referensi.
Dengan selesainya pembelajaran bahan ajar mata kuliah Teknis Kepabeanan
ini diharapkan Saudara akan lebih mudah dalam mempelajari mata pelajaran lain
yang terkait.
Semoga sukses.
102
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No. 18 / 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai.
Undang-undang No. 17 / 2000 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-undang No. 17 Tahun 2006 jo. No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping dan
Bea Masuk Imbalan.
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri
dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi Admintrasi
Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2008 tentang Pengenaan Bea Keluar Terhadap
Barang Ekspor
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 128/KMK.05/2000
Tentang Toko Bebas Bea.
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 123/KMK.05/2000
Tentang Entrepot Tujuan Pameran.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan RI No. 39/PMK.04/2006
tentang Tatalaksana Penyerahan Pemberitahuan Rencana Kedatangan
Sarana Pengangkut, Manifest Kedatangan Sarana pengangkut dan Manifest
Keberangakatan Sarana Pengangkut
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 89/PMK.04/2007
tentang Impor Barang Pribadi Penumpang, Awak Sarana Pengangkut,
Pelintas Batas dan Barang Kiriman
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 139/PMK.04/2007
tentang Pemeriksaan Pabean Atas Barang Impor .
Departemen Keuangan RI, SKMK Nomor 144/PMK.04/2007, Pengeluaran Barang
Impor Untuk Dipakai.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Mentetri Keuangan No. 148/PMK.04/2007
tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan
Segera (Rush Handling) .
103
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 145/PMK.04/2007
tentang Ketentuan Kepabeanan Di Bidang Ekspor
Departemen Keuangan RI, SKMK Nomor 155/PMK.04/2008, Pemberitahuan Pabean
Departemen Keuangan RI, SKMK Nomor 213/PMK.04/2008, Tata Cara Pembayaran
Bea Masuk.
Departemen Keuangan RI, Peraturan Menteri Keuangan No. 214/PMK.04/2008
tentang Pemungutan Bea Keluar
Departemen Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No. 256/KM.4/2009
tentang Penetapan Harga Ekspor Untuk Penghitungan Bea Keluar .
Kementerian Keuangan RI Surat Keputusan Menteri Keuangan RI
No.147/PMK.04/2011 Tentang Kawasan Berikat .
Kementerian Keuangan RI Keputusan Menteri Keuangan No. 143/PMK.04/2011
tentang Gudang Berikat.
Kementerian Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No.148 /PMK.04/2011
tentangKetentuan Bidang Ekspor.
Kementerian Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No.253 /PMK.04/2011
tentang KITE Pengembalian.
Kementerian Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No.254 /PMK.04/2011
tentang KITE Pembebasan.
Kementerian Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No.128 /PMK.04/2011
tentang Pemungutan Bea Keluar.
Kementerian Keuangan RI, Keputusan Menteri Keuangan No.142 /PMK.04/2011
tentang Impor Sementera.
104
BIODATA PENULIS
Nama : Drs. Ahmad Dimyati MM Alamat korespondensi : Palem Indah Blok R 12A Pondok Kelapa Jakarta Timur Unit Instansi : Pusdiklat Bea dan Cukai Telp./Faks : 021 47862387 / 021 4897123 HP : 081586041952 E-mail : [email protected] Riwayat Pendidikan:
Tahun Lulus
Perguruan Tinggi Bidang Spesialisasi
S-1 Institut Ilmu Keuangan Bea dan Cukai S-2 ST Manajemen LABORA Manajemen SDM S-3
Nama mata kuliah yang diasuh:
No Nama Mata Kuliah
1. Teknis Kepabeanan
2. Klasifikasi Tarif
3. Teknis Perbendaharaan Penerimaan Pengalaman publikasi di berkala ilmiah 5 tahun terakhir:
Nama Tahun terbit
Judul artikel
Nama berkala
Volume dan halaman
Status akreditasi
Artikel 2013 Insentif fiskal dan non fiskal bagi food estatat
Website Pusdik BC
2633 karakter
ISSN 2088-2491
Artikel 2013 Penyelesaian impor atas barang pindahan
Website Pusdik BC
2323 karakter
ISSN 2088-2491
Artikel 2013 Pembentukan budaya organisasi melalui penerapan nilai-nilai Kementerian Keuangan
Majalah: Edukasi Keuangan
2308 karakter
ISSN 2086-4833
105
Pengalaman penerbitan buku 10 tahun terakhir:
Judul Buku Tahun Penerbit ISBN
Jakarta, Agustus 2013
(Ahmad Dimyati)
106