SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN … · Paling lama tanggal 25 bulan berikutnya...
Transcript of SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN … · Paling lama tanggal 25 bulan berikutnya...
SPT Normal
SPT Pembetulan Ke-
/
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK
1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :
BAGIAN B. OBJEK PAJAK
1. Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI dan Jasa Giro
a. Bunga Deposito/Tabungan
1) Yang ditempatkan di Dalam Negeri
2) Yang ditempatkan di Luar Negeri
b. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
c. Jasa Giro
2. Transaksi Penjualan Saham
a. Saham Pendiri
b. Bukan Saham Pendiri
3. Bunga/Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara
4. Hadiah Undian
5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
a. Penyewa sebagai Pemotong Pajak
b. Orang Pribadi/Badan yang Menyetor Sendiri PPh
6 Jasa Konstruksi
a. Perencana Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh
b. Pelaksana Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh
c. Pengawas Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh
7 Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas
Tanah/Bangunan
8. Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Wajib Pajak Orang Pribadi
9. Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang
Diperdagangkan di Bursa
10. Dividen yang Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri
11. Penghasilan Tertentu Lainnya
a. ………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………
Terbilang :
BAGIAN C. LAMPIRAN
1. Surat Setoran Pajak : lembar.
2. Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2).
3. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) : lembar.
4. Surat Kuasa Khusus.
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN
SPT Masa Diterima:
Langsung dari WP
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos
Nama 2 0
NPWP -
Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan
F.1.1.32.04 Lampiran I.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
Tan
gg
al
tanggal bulan tahun
tanggal bulan tahun
……………………………...……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan Diisi Oleh Petugas
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta
lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
JUMLAH
411128/418
411128/419
411128/402
411128/417
411128/409
411128/409
411128/409
411128/409
411128/403
411128/409
411128/409
411128/405
411128/403
411128/406
411128/401
411128/404
411128/407
411128/404
411128/404
(1) (2) (3) (4) (5)
411128/404
Uraian KAP/KJSNilai Objek Pajak Tarif PPh yang Dipotong/
(Rp) (%) Dipungut/Disetor Sendiri (Rp)
DEPARTEMEN
KEUANGAN R.I.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2)
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAKFormulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan/Pemungutan Masa Pajak
Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh : Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
1. Bagian Judul
-
- Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- __ ” diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.
- Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan-tahun.
Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
2. Bagian A
Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak.
3. Bagian B
Kolom (1) : Uraian
Kolom (2) : KAP/KJS
Kolom (3) : Nilai Objek Pajak
Kolom (4) : Tarif , cukup jelas.
Contoh :
Kolom (5) : PPh yang dipotong/dipungut/disetor sendiri
Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut/disetor sendiri yaitu sebesar Nilai Objek Pajak x Tarif
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
4. Bagian C
5.
-
Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
-
6.
7. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan SSP ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro.
Jadwal penyetoran PPh dan pelaporan SPT untuk masing-masing jenis penghasilan adalah sebagai berikut:
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat
ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2)
(F.1.1.32.04)
SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen
dapat di-scan.
Pelaporan
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tanggal 25 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi penjualan saham.
Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Bunga Deposito/Tabungan,
Diskonto
SBI, Bunga/Diskonto
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
Jasa Konstruksi Paling lama tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) dan tanggal 15
(bagi WP jasa konstruksi) bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
Transaksi Penjualan Saham
Hadiah Undian
Persewaan Tanah Dan Atau
Bangunan
Paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi penjualan saham.
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak.
Paling lama tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) atau tanggal 15
(bagi WP pengusaha persewaan) dari bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir.
Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada
kotak di depan baris ”SPT Pembetulan Ke- __” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan.
Diisi dengan jumlah bruto bunga deposito/tabungan, diskonto Sertifikat Bank Indonesia, jasa giro, transaksi penjualan saham,
bunga/diskonto obligasi, hadiah undian, nilai sewa tanah dan atau bangunan, imbalan atas jasa konstruksi.
Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup.
PenyetoranJenis Penghasilan
Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang
bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
Selain oleh Pemotong Pajak, SPT Masa ini juga wajib diisi dan dilaporkan oleh Wajib Pajak yang menurut ketentuan yang berlaku wajib menyetor
sendiri Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) yang terutang.
Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia.
Bagian D
Jika pada masa pajak yang sama dilakukan pemotongan PPh atas jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa dengan
kualifikasi usaha kecil dan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha maka kolom tarif diisi: 2 / 4.
Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
Apabila pemotong pajak melakukan pemotongan PPh atas suatu objek pajak dengan beberapa tarif yang berbeda, maka tarif-tarif yang
digunakan sebagai dasar pemotongan diisi pada kolom ini dan dipisahkan dengan menggunakan garis miring (../..)
Obligasi sebagaimana dimaksud pada butir 3 termasuk surat utang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, seperti Medium
Term Note, Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong/Pemungut Pajak
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi
usaha
Terbilang :
Pemotong/Pemungut Pajak (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap 1. Jumlah Pajak Penghasilan dari Jasa
Konstruksi yang dipotong/dipungut di
atas bukan merupakan kredit pajak
dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh.
2. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini ......................................................... (6)
dianggap sah apabila diisi dengan
lengkap dan benar.
F.1.1.33.16 Lampiran I.8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
dengan kualifikasi usaha kecil
yang tidak memiliki kualifikasi usaha
selain angka 1 dan angka 2 di atas
oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha
2%
4%
…………………………………………………………..…..……………………………………………………………….
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
JUMLAH
4.
4%
5.
6%
Jasa perencanaan atau pengawasan konstruksi
Jasa perencanaan atau pengawasan konstruksi
2.
3.
3%
Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa
Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa
(1) (2) (4) (5)
1. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa
(3)
ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
…………………….…………………………
No. UraianTarif PPh yang Dipotong/
(%) Dipungut (Rp)
Jumlah Nilai Bruto
(Rp)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
………………………………….…………...…………. (1)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
(2)
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan sehubungan dengan imbalan jasa konstruksi yang diterima/diperoleh.
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan.
(5) Diisi dengan identitas Pemotong/Pemungut Pajak dalam hal ini adalah pemotong/pemungut pajak baik orang pribadi/badan.
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong/Pemungut Pajak.
Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat oleh pemotong pajak pada saat dibayarkannya/terutang penghasilan tersebut.
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Lembar ke 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke 2 : Untuk KPP melalui pemotong/pemungut pajak, dilampirkan pada saat SPT PPh Pasal 4 ayat (2)
Lembar ke 3 : Untuk pemotong/pemungut pajak
Kolom 1 : Nomor, cukup jelas
Kolom 2 : Uraian, cukup jelas
Kolom 3 : Jumlah Nilai Bruto
Diisi dengan jumlah penghasilan yang diterima/diperoleh.
Kolom 4 : Tarif
Diisi dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Kolom 5 : PPh yang dipotong/dipungut
Diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong/dipungut, yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
(F.1.1.33.16)
Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh pemberi hasil sebagai
Pemotong/Pemungut Pajak.
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di keempat
sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak
yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat
Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak yang dipotong
Lembar ke-2 untuk : Penyelenggara Bursa Efek
Lembar ke-3 untuk : Arsip Pemotong Pajak
Lembar ke-4 untuk : Pembeli/Pemegang Obligasi
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
a. Nama Obligasi/SBN
b. Jumlah nilai nominal
c. Nomor seri
d. Tingkat bunga/tahun
e. Tanggal jatuh tempo bunga terakhir
f. Tanggal perolehan
g. Tanggal penjualan
h. Jumlah harga perolehan bersih (tanpa bunga)
i. Jumlah harga jual bersih (tanpa bunga)
j. Diskonto (i - h)
k. Bunga
PPh Final : ( Tarif* x Jumlah Bunga/Diskonto)
Terbilang : ……………………………………..………………………………………………..………………………………..
*) Tarif berdasarkan PP Nomor 27 Tahun 2008
Tarif berdasarkan PP Nomor 16 Tahun 2009
Pemotong Pajak (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
Tanda Tangan, Nama dan Cap Perhatian :
1. Setiap nama obligasi dengan tanggal perolehan
yang berbeda dibuat Bukti Pemotongan tersendiri.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila diisi
dengan lengkap dan benar.
3. Bukti Pemotongan tetap dibuat meskipun PPh ......................................................... (6)
Final tidak dipotong bagi bank, dana pensiun dan
reksadana yang memenuhi syarat.
F.1.1.33.17 Lampiran I.9 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS BUNGA DAN/ATAU DISKONTO OBLIGASI
DAN SURAT BERHARGA NEGARA (SBN)
………………………………….……………
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
JUMLAH
Uraian
(1)
Bunga/Diskonto
(2)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
………………………………….…………...…………. (1)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak terdaftar
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai administrasi yang dibuat oleh Pemotong Pajak
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan berupa bunga obligasi
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan
(5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak
Petunjuk Khusus:
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak yang dipotong
Lembar ke 2 : Untuk Penyelenggara Bursa Efek
Lembar ke 3 : Arsip Pemotong Pajak
Lembar ke 4 :
Kolom 1 : Uraian, terdiri atas:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kolom 2 : Bunga/Diskonto, cukup jelas.
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS BUNGA DAN/ATAU DISKONTO OBLIGASI DAN SURAT BERHARGA NEGARA (SBN)
Huruf a Nama obligasi/SBN
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
berupa bunga obligasi dilakukan oleh penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, serta oleh
perusahaan efek, dealer atau bank selaku pedagang perantara dan/atau pembeli.
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-
kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan
alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
(F.1.1.33.17)
Bukti Pemotongan ini dibuat rangkap 4 (empat) oleh Pemotong Pajak, yaitu:
Untuk Pembeli/Pemegang Obligasi.
Jumlah nilai nominal , cukup jelas.
Huruf c Nomor seri, cukup jelas
Huruf d Tingkat bunga/tahun , cukup jelas.
Obligasi sebagaimana dimaksud pada kolom ini termasuk surat utang berjangka waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan, seperti Medium Term Note, Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan. Surat Berharga Negara meliputi Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. Surat Utang
Negara meliputi Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara.
Huruf k Bunga , cukup jelas.
Huruf g Tanggal penjualan , dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun.
Huruf h Jumlah harga perolehan bersih (tanpa bunga), , cukup jelas.
Huruf i Jumlah harga jual bersih (tanpa bunga) , cukup jelas.
Huruf e Tanggal jatuh tempo bunga terakhir , dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun.
Huruf f Tanggal perolehan, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun.
Huruf j Diskonto (i - h) , cukup jelas.
Huruf b
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
Terbilang :
Pemotong Pajak (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap 1. Jumlah Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari dividen yang diterima
atau diperoleh WP Orang Pribadi Dalam
Negeri bukan merupakan kredit pajak
dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah ......................................................... (6)
apabila diisi dengan lengkap dan benar.
F.1.1.33.21 Lampiran I.12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
10%
…………..…………………………………………………………………………………………………………
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
(Rp) (%) (Rp)
(1) (2) (3)
ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI
……………………….…………………………
Jumlah Bruto Dividen Tarif PPh yang Dipotong
BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………………………………...…………….……. (1)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang dipotong PPh.
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan
(5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak
Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yaitu:
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak
Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak
Kolom 1 : Jumlah Bruto Dividen
Diisi dengan jumlah dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Kolom 2 : Tarif , cukup jelas
Kolom 3 : PPh yang dipotong
Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar jumlah bruto dividen x tarif
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-
kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan
alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
(F.1.1.33.21)
AMIR DANA WIJAYA KUSUMA SAKTI
SPT Normal
SPT Pembetulan Ke-
/
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK
1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :
BAGIAN B. OBJEK PAJAK
1.
2.
3.
4.
5.
Terbilang
BAGIAN C. LAMPIRAN
1. Surat Setoran Pajak : lembar.
2. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 15.
3. Bukti Pemotongan PPh Pasal 15 : lembar.
4. Surat Kuasa Khusus.
5. Fotokopi Surat Keterangan Domisili / Certificate Of Residence (COR) yang berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun dari tanggal
pemotongan apabila pemotongan pajak dihitung dengan mempertimbangkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN
SPT Masa Diterima:
Langsung dari WP
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos
Nama 2 0
NPWP -
Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan
F.1.1.32.05 Lampiran II.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
Masa PajakPajak Penghasilan Pasal 15
DEPARTEMEN
KEUANGAN R.I.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PENGHASILAN PASAL 15
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAKFormulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan
UraianJumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong/
(Rp) (%) Terutang (Rp)KAP/KJS
411128/410
(1) (3) (4) (5)
………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………
JUMLAH
Diisi Oleh Petugas
Ta
ng
ga
l
tanggal bulan tahun
tanggal bulan tahun
Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan
dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang
Termasuk Penyewaan Kapal Laut oleh
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
a. Penghasilan dari Indonesia
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya
beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
Udara Oleh Perusahaan Pelayaran dan/atau
b. Penghasilan dari luar Indonesia
c. PPh Pasal 24 yang dapat diperhitungkan
d. PPh yang dipotong pihak lain
PPh yang harus dibayar sendiri (a+b) - (c+d)
Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat
Udara yang Dibayarkan/Terutang Kepada
(2)
411128/411
411128/411
411128/410
Penerbangan Luar Negeri
a. PPh yang disetor sendiri
b. PPh yang dipotong pihak lain
Imbalan Charter Pesawat Udara Yang
Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan
Penerbangan Dalam Negeri
Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan
Luar Negeri
Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan
dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang
Termasuk Charter Kapal Laut dan/atau
Pesawat
Petunjuk Umum:
SPT Masa PPh Pasal 15 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh : Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
1. Bagian Judul
-
- Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- __ ” diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.
- Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun.
Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
2. Bagian A
Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak.
3. Bagian B
SPT disampaikan oleh Pemotong/Wajib Pajak atas transaksi-transaksi yang terutang PPh Pasal 15 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
4. Bagian C
5.
-
-
Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan
serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
Cukup jelas.
Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
Kolom (3) Diisi dengan Jumlah Bruto
Imbalan yang
dibayarkan/terutang
Diisi dengan Jumlah Bruto
Imbalan yang
diterima/diperoleh
Diisi dengan Jumlah Bruto
Imbalan yang
dibayarkan/terutang
Diisi dengan Jumlah Bruto
Imbalan yang diterima/diperoleh
Diisi dengan Jumlah Bruto
Imbalan yang
dibayarkan/terutang
Kolom (5) Cukup jelas.
Paling lama tanggal 10 bln
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
Paling lama tanggal 15 bln
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
Paling lama tanggal 10 bln
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
Pelaporan
Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-
scan.
Imbalan yang
Dibayarkan/Terutang
kepada Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri
Imbalan yang
Diterima/Diperoleh
sehubungan dengan
Pengangkutan Orang
dan/atau Barang termasuk
Penyewaan Kapal Laut
oleh Perusahaan Pelayaran
Dalam Negeri
Imbalan Charter Kapal
Laut dan/atau Pesawat
Udara yang
Dibayarkan/Terutang
kepada Perusahaan
Pelayaran dan/atau
Penerbangan Luar Negeri
Imbalan yang Diterima/Diperoleh
sehubungan dengan Pengangkutan
Orang dan/atau Barang termasuk
Charter Kapal Laut dan/atau
Pesawat Udara oleh Perusahaan
Pelayaran dan/atau Penerbangan
Luar Negeri
Imbalan Charter Pesawat
Udara yang
Dibayarkan/Terutang
kepada Perusahaan
Penerbangan Dalam
Negeri
Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak
di depan baris ”SPT Pembetulan Ke- __” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15
(F.1.1.32.05)
Bagian D
Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia.
Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat
ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
Kolom (4) Diisi dengan tarif sesuai ketentuan yang berlaku.
Kolom (2)
Kolom (1)
Penyetoran Paling lama tanggal 10 bln
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
Paling lama tanggal 15 bln
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : yang menyewakan
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : penyewa
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
Terbilang :
Pemotong Pajak (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap 1. Jumlah Pajak Penghasilan atas imbalan yang
dibayarkan/terutang kepada Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri yang dipotong di
atas bukan merupakan kredit pajak dalam
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila ......................................................... (6)
diisi dengan lengkap dan benar.
F.1.1.33.13 Lampiran II.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
(Rp) (%) (Rp)
(1) (2) (3)
ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/TERUTANG
KEPADA PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI
(FINAL)
………………………………………….………
Jumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong
BUKTI PEMOTONGAN PPh
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
…………………………………….………...…………. (1)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak
(3) Diisi dengan identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan atas penyewaan kapal
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan
(5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak
Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) :
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak
Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15
Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak
Kolom 1 : Jumlah Bruto Imbalan
Diisi dengan jumlah bruto penghasilan yang dibayarkan/terutang atas penyewaan kapal.
Kolom 2 : Tarif
Diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kolom 3 : PPh yang dipotong
Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Bruto Imbalan
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam
kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama
dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN PPh ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/
TERUTANG KEPADA PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI (FINAL)
(F.1.1.33.13)
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-
hal berikut ini:
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : yang menyewakan
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : penyewa
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
Terbilang :
Pemotong Pajak (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
Perhatian :
1. Jumlah PPh yang dipotong di atas merupakan Tanda Tangan, Nama dan Cappembayaran dimuka atas PPh yang terutang untuk
tahun pajak yang bersangkutan. Simpanlah bukti
pemotongan ini baik-baik untuk diperhitungkan
sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan PPh.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila diisi ......................................................... (6)
dengan lengkap dan benar.
F.1.1.33.15 Lampiran II.5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
…………………………………………………………………………………………………………………..
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
(Rp) (%) (Rp)
(1) (2) (3)
ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/TERUTANG
KEPADA PERUSAHAAN PENERBANGAN DALAM NEGERI
……………………………….…………………
Jumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong
BUKTI PEMOTONGAN PPh
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
………………………………………….…...…………. (1)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak
(3) Diisi dengan identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan atas penyewaan pesawat udara
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan
(5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak.
Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) :
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak
Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15
Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak
Kolom 1 : Jumlah Bruto Imbalan
Diisi dengan jumlah bruto penghasilan yang dibayarkan/terutang atas penyewaan
pesawat udara kepada perusahaan penerbangan dalam negeri.
Kolom 2 : Tarif
Diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kolom 3 : PPh yang dipotong
Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Bruto Imbalan
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam
kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama
dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN PPh ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/
TERUTANG KEPADA PERUSAHAAN PENERBANGAN DALAM NEGERI
(F.1.1.33.15)
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-
hal berikut ini:
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
/
I. PEMOTONG PPH PASAL 15/PENERIMA ATAU YANG MEMPEROLEH IMBALAN
(1)
A. PPH YANG DIPOTONG PIHAK LAIN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst.
B. PPH PIHAK LAIN YANG DIPOTONG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst.
II. PERHITUNGAN PPH PASAL 24
(1)
1
2
3
4
5
dst.
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Tanggal 2 0
Nama
NPWP - Tanda Tangan & Cap
D.1.1.32.09 Lampiran II.2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
JUMLAH
tanggal bulan tahun
Dibayar di Luar Negeri (Rp) Diperhitungkan (Rp)
(2) (3) (4) (5)
JUMLAH
No. Negara Sumber Penghasilan Jumlah Bruto Penghasilan (Rp)Jumlah Pajak Terutang/ PPh Pasal 24 yang dapat
JUMLAH
(2) (3) (4) (5)
No. NPWP NamaPPh yang Dipotong/
Dipungut (Rp)
Jumlah Bruto Imbalan
(Rp)
DEPARTEMEN
KEUANGAN R.I. DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN Masa Pajak
DIREKTORAT PPh PASAL 15
JENDERAL PAJAK
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh : Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
1. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun.
Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
2. Bagian I
PPh yang Dipotong Pihak Lain dan PPh Pihak Lain yang Dipotong
Kolom (1) : Cukup jelas.
Kolom (2) : - Diisi dengan NPWP Yang Menerima/Memperoleh Imbalan atau NPWP Pemotong PPh Pasal 15.
-
Kolom (3) : Diisi Nama Lengkap Pemotong PPh Pasal 15/Penerima atau yang Memperoleh Imbalan
Kolom (4) : Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan.
Kolom (5) : Diisi dengan Jumlah PPh Yang Dipotong.
3. Bagian II
Kolom (1) : Cukup jelas.
Kolom (2) : Cukup jelas.
Kolom (3) : Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan dari negara sumber.
Kolom (4) : Diisi dengan Jumlah Pajak terutang/dibayar di luar negeri.
Kolom (5) : Diisi dengan Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat diperhitungkan.
4. Bagian Tanda Tangan
5. Fotokopi Bukti Potong/Bukti Pembayaran PPh Pasal 24 dilampirkan sebagai bukti pendukung pengisian daftar ini.
Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya Daftar Bukti Pemotongan dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat
ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Jika yang Menerima/Memperoleh Imbalan atau Pemotong PPh Pasal 15 tidak memiliki NPWP, diisi dengan alamat
lengkap yang bersangkutan
Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang
bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh PASAL 15
(D.1.1.32.09)
Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 15 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-
scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
SPT Normal
SPT Pembetulan Ke-
/
BAGIAN A. IDENTITAS PEMUNGUT PAJAK/WAJIB PAJAK
1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :
BAGIAN B. OBJEK PAJAK
1. Badan Usaha Industri/Eksportir
2. Penjualan Barang yang tergolong Sangat Mewah
3. Pembelian Barang Oleh Bendaharawan/Badan
Tertentu Yang Ditunjuk
4. Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea dan Cukai*)
a. API
b. Non API
5. Hasil Lelang (Ditjen Bea dan Cukai)
6. Penjualan Migas Oleh Pertamina / Badan Usaha
Selain Pertamina
a. SPBU/Agen/Penyalur (Final)
b. Pihak lain (Tidak Final)
7. ………………………………………………………..
Terbilang :
*) Coret yang tidak perlu
BAGIAN C. LAMPIRAN
1. Daftar Surat Setoran Pajak PPh Pasal 22 (Khusus untuk Bank Devisa, Bendaharawan/Badan Tertentu Yang Ditunjuk dan
Pertamina/Badan Usaha selain Pertamina).
2. Surat Setoran Pajak (SSP) yang disetor oleh importir atau Pembeli Barang sebanyak: lembar
(Khusus untuk Bank Devisa, Bendaharawan/Badan Tertentu Yang Ditunjuk dan Pertamina/Badan Usaha Selain Pertamina).
3. SSP yang disetor oleh Pemungut Pajak sebanyak: lembar
(Khusus untuk Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu, Ditjen Bea dan Cukai).
4. Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 (Khusus untuk Badan Usaha Industri/Importir Tertentu dan Ditjen Bea dan Cukai).
5. Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 (Khusus untuk Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu dan Ditjen Bea dan Cukai).
6. Daftar rincian penjualan dan retur penjualan (dalam hal ada penjualan retur).
7. Risalah lelang (dalam hal pelaksanaan lelang).
8. Surat Kuasa Khusus.
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN
SPT Masa Diterima:
Langsung dari WP
PEMUNGUT PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos
Nama 2 0
NPWP -
Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan
F.1.1.32.02 Lampiran III.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
Masa PajakPajak Penghasilan Pasal 22
DEPARTEMEN
KEUANGAN R.I.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAKFormulir ini digunakan untuk melaporkan Pemungutan
(4)
411122/100
PPh yang Dipungut
(Rp)
411122/100
411122/403
411122/100
411122/100
411122/100
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
JUMLAH
tanggal bulan tahun
Uraian
(1)
KAP/KJS
(2)
Nilai Objek Pajak
(Rp)
(3)
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya
beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
Diisi Oleh Petugas
Ta
ng
ga
l
tanggal bulan tahun
411122/401
411122/100
Petunjuk Umum:
SPT Masa PPh Pasal 22 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh : Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
1. Bagian Judul
-
- Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- __ ” diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.
- Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun.
Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
2. Bagian A
Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemungut Pajak/Wajib Pajak.
3. Bagian B
SPT disampaikan oleh Pemungut Pajak atas transaksi-transaksi yang terutang PPh Pasal 22 sesuai dengan ketentuan yang berlaku:
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
4. Bagian C
5.
-
-
Cukup jelas
Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak
di depan baris ”SPT Pembetulan Ke- __” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
(F.1.1.32.02)
Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-
scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat
ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
Industri/Eksportir Tertentu Bendaharawan/Badan Tertentu Bank Devisa/Ditjen Bea Cukai
Impor & Lelang
Pertamina/BU Selain
Pertamina
Paling lama tanggal 10 bulan takwim
berikutnya
Pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran atas
penyerahan barang
Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia.
Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemungut Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup.
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Sehari setelah pemungutan pajak
dilakukan (khusus DJBC)
Sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang
ditebus
Bagian D
Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemungut Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan
serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
b) Badan Tertentu Paling lama 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
a) Bendaharawan Paling lama 14
hari setelah Masa Pajak berakhir,
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir
Secara mingguan Paling lama 7 hari
setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir (DJBC)Paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir (Bank
Devisa)
Penyetoran
Pelaporan
Coret yang tidak diperlukan Cukup jelas
Kolom (2)
Kolom (1) Cukup jelas
Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
Diisi Jumlah Rupiah
Penjualan Migas sesuai
dengan lampiran Daftar
SSP.
Kolom (4) Diisi dengan PPh Pasal 22 yang dipungut
sebesar : Tarif x Penjualan/Pembelian
Bruto
Diisi dengan PPh yang dipungut
sebesar : Tarif x Pembelian tidak
termasuk PPN/PPnBM
Diisi dengan jumlah PPh Pasal 22 atas
impor yang dipungut sebesar : Tarif x
Nilai Impor.
Diisi jumlah PPh Pasal 22
yang dipungut (dari
lampiran Daftar SSP)
Kolom (3) Diisi Jumlah penjualan/pembelian Neto
Dalam Negeri
Diisi Jumlah Pembelian Barang,
tidak termasuk PPN/PPnBM
Diisi Jumlah Nilai Impor. (Cost,
Insurance and Freight + Bea Masuk +
Pungutan Lainnya yang dikenakan
berdasarkan ketentuan perundang-
undangan pabean di bidang impor)
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
/
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
dst.
PEMUNGUT PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Tanggal 2 0
Nama
NPWP - Tanda Tangan & Cap
D.1.1.32.04 Lampiran III.2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
tanggal bulan tahun
(Rp)
Nilai Objek Pajak
JUMLAH
(7)
No. NPWP NamaBukti Pemungutan PPh yang
Nomor Tanggal Dipungut (Rp)
(2) (3) (4) (5) (6)
DEPARTEMEN
KEUANGAN R.I. DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN Masa Pajak
DIREKTORAT PPh PASAL 22
JENDERAL PAJAK
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh : Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
1. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun.
Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
2. Kolom (1) : Cukup Jelas
Kolom (2) : - Diisi dengan NPWP Wajib Pajak yang dipungut.
- Jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP, maka diisi dengan alamat lengkap Wajib Pajak yang bersangkutan.
Kolom (3) : Diisi Nama Lengkap Wajib Pajak
Kolom (4) : Diisi dengan Nomor Bukti Pemungutan
Kolom (5) : Diisi dengan tanggal dilakukannya pemungutan
Kolom (6) : Diisi jumlah bruto transaksi untuk setiap bukti pemungutan
Kolom (7) : Diisi dengan PPh Pasal 22 yang dipungut
3. Bagian Tanda Tangan
Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemungut Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang
bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya Daftar Bukti Pemugutan dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22
(D.1.1.32.04)
Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-
scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat
ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemungut Pajak
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
Jenis Industri : Penjualan Bruto :
Semen
Kertas
Baja
Otomotif
Penjualan Barang yang Tergolong
Sangat Mewah : Harga Jual :
Industri/Eksportir : Pembelian Bruto :
Sektor
Sektor
Badan Tertentu Lainnya :
Terbilang :
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
Pemungut Pajak, (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
Perhatian :
1. Jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut di atas Tanda Tangan, Nama dan Capmerupakan pembayaran di muka atas PPh
yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan. Simpanlah Bukti Pemungutan
ini baik-baik untuk diperhitungkan sebagai
kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan PPh. ......................................................... (6)
2. Bukti Pemungutan ini dianggap sah apabila
diisi dengan lengkap dan benar
F.1.1.33.04 Lampiran III.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
…………………………………………………………………………………………………………………
10. …………………………………
11. …………………………………
JUMLAH
8. ……………………
9. ……………………
7. …………………………………
6. …………………………………
5. …………………………………
4.
2.
3.
1.
(6)
(OLEH BADAN USAHA INDUSTRI/EKSPORTIR TERTENTU)
…………………………….…………………
No. Uraian Harga (Rp)
Tarif Lebih
Tinggi
100% (Tdk
ber-NPWP)
Tarif
(%)
Pajak yang Dipungut
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
…………………………………...………...…………. (1)
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Badan Usaha Industri/Eksportir.
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang dipungut PPh Pasal 22
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemungutan Pajak
(5) Diisi dengan identitas lengkap Pemungut Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemungut Pajak.
Petunjuk Khusus:
Sebagai Pemungut Pajak PPh Pasal 22 Badan Usaha Industri dan Eksportir tertentu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku wajib membuat Bukti Pemungutan Pajak ini dalam rangkap 3 (tiga) :
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak
Lembar ke 2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa.
Lembar ke 3 : Untuk Pemungut Pajak
Kolom 1 : Nomor, cukup jelas
Kolom 2 : Uraian
-
-
-
Kolom 3 : Harga Penjualan/Pembelian Bruto
Cukup jelas
Kolom 4 : Tarif Lebih Tinggi 100% (Tdk ber-NPWP)
Kolom 5 : Tarif
Diisi dengan besarnya tarif yang berlaku.
Jika dikenakan pemungutan 100% lebih tinggi, kolom tarif diisi sebesar 200% x besarnya tarif yang berlaku.
Kolom 6 : PPh yang dipungut
Diisi dengan jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut, yaitu Kolom 3 x Kolom 5.
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Angka 8 dan angka 9 diisi dengan industri/eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan,
perkebunan, pertanian, perikanan dan industri/eksportir tertentu lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Jika pemungutan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, isilah kotak dengan tanda X,
namun jika pemungutan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP maka kosongkan kotak.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22
(Oleh Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu)
(F.1.1.33.04)
Angka 5 dan 6 diisi dengan industri tertentu lainnya yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22
sesuai ketentuan yang berlaku.
Bukti Pemungutan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-
hal berikut ini:
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemungutan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam
kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan
alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Angka 7 diisi dengan barang yang tergolong sangat mewah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
SPT Normal
SPT Pembetulan Ke-
/
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK
1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :
BAGIAN B. OBJEK PAJAK
PPh Pasal 23 yang telah Dipotong
1. Dividen *)
2. Bunga **)
3. Royalti
4. Hadiah dan penghargaan
5. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ***)
6. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konsultansi dan jasa lain sesuai
dengan PMK-244/PMK.03/2008 :
a. Jasa Teknik
b. Jasa Manajemen
c. Jasa Konsultan
d. Jasa lain :****)
1) ………………………………………………………………………
2) ………………………………………………………………………
3) ………………………………………………………………………
7. ………………………………………………………………………………
Terbilang :
PPh Pasal 26 yang telah Dipotong
1. Dividen
2. Bunga
3. Royalti
4. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan penggunaan harta
5. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
6. Hadiah dan penghargaan
7. Pensiun dan pembayaran berkala
8. Premi swap dan transaksi lindung nilai
9. Keuntungan karena pembebasan utang
10. Penjualan harta di Indonesia
11. Premi asuransi/reasuransi
12. Penghasilan dari pengalihan saham
13. Penghasilan Kena Pajak BUT setelah pajak
Terbilang :
*) Tidak termasuk dividen kepada WP Orang Pribadi Dalam Negeri. ***) Kecuali sewa tanah dan bangunan.
**) Tidak termasuk bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada WP OP. ****) Apabila kurang harap dibuat lampiran tersendiri.
BAGIAN C. LAMPIRAN
1. Surat Setoran Pajak : lembar. 4. Surat Kuasa Khusus.
2. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26. 5. Legalisasi fotocopy Surat Keterangan Domisili yang masih
3. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 berlaku, dalam hal PPh Pasal 26 dihitung berdasarkan tarif
dan/atau Pasal 26 : lembar. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN
SPT Masa Diterima:
Langsung dari WP
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos
Nama 2 0
NPWP -
Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan
F.1.1.32.03 Lampiran IV.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
1.
2.
PPh yang Dipotong (Rp)
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta
lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
JUMLAH
…………………………………………………………………………………………………………….………………………..…………………………………
Diisi Oleh Petugas
411127/102
411127/100
411127/100
411127/100
411127/100
411127/105
Tang
gal
tanggal bulan tahun
tanggal bulan tahun
411127/100
(1) (2) (3) (4)
411127/102
411127/103
411127/100
411127/104
411127/100
(5)
411127/101
Uraian KAP/KJSJumlah Penghasilan Perkiraan
Bruto Penghasilan
(Rp) Neto (%)
…………………………………………………………………………………………………………….………………………..…………………………………
JUMLAH
411124/104
411124/104
411124/104
411124/103
411124/100
411124/100
411124/101
411124/102
Uraian KAP/KJS Jumlah Penghasilan Bruto (Rp) PPh yang Dipotong (Rp)
(1) (2) (3) (4)
Masa PajakPajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26
DEPARTEMEN
KEUANGAN R.I.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAKFormulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh : Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
1. Bagian Judul
-
- Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- __ ” diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.
- Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun.
Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
2. Bagian A
Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak.
3. Bagian B
1) PPh Pasal 23 yang telah dipotong
Kolom (1) : Cukup Jelas.
Kolom (2) : Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
Kolom (3) : Cukup Jelas.
Kolom (4) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal yang dipotong
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh Pasal 23
2) PPh Pasal 26 yang telah dipotong
Kolom (1) : Cukup Jelas.
Kolom (2) : Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP).
Kolom (3) : Cukup Jelas.
Kolom (4) : Diisi dengan prosentase perkiraan penghasilan neto sesuai ketentuan yang berlaku.
Kolom (5) : Diisi dengan jumlah PPh Pasal yang dipotong
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh Pasal 26
4. Bagian C
5.
-
-
6. SPT disampaikan oleh Pemotong Pajak PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank
Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak dan penyampaian SPT selambat-lambatnya 20 hari
setelah akhir Masa Pajak.
Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia.
Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup.
Bagian D
Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan
serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.
Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak
di depan baris ”SPT Pembetulan Ke- __” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan.
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26
(F.1.1.32.03)
Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-
scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat
ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini:
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
Dividen *)
Bunga **)
Royalti
Hadiah dan penghargaan
Sewa dan Penghasilan lain
sehubungan dengan
penggunaan harta ***)
Jasa Teknik, Jasa Manajemen,
Jasa Konsultansi dan Jasa Lain
sesuai PMK-244/PMK.03/2008:
a.
b.
c.
d. Jasa lain :
1) ………………………….
2) ………………………….
3) ………………………….
4) ………………………….
5) ………………………….
6) ………………………….
****)
Terbilang :
Perhatian : …………………., ……………………. 20 ……. (4)
1.
Pemotong Pajak (5)
NPWP : - - - - -
Nama :
2.
Tanda Tangan, Nama dan Cap
*) Tidak termasuk dividen kepada WP Orang Pribadi dalam negeri.
**) Tidak termasuk bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota WP Orang Pribadi.
***) Kecuali sewa tanah dan bangunan. ......................................................... (6)
****) Apabila kurang harap diisi sendiri.
F.1.1.33.06 Lampiran IV.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
……………………………..……………
No. Jenis PenghasilanJumlah Penghasilan
Tarif Lebih Tinggi
100% (Tdk ber-
NPWP)
Tarif
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
…………………………………….………...…………. (1)
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23
PPh yang Dipotong
Bruto (Rp) (%) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 15 %
2. 15 %
3. 15 %
4. 15 %
5.
2%
6.
Jasa Manajemen 2%
Jasa Teknik 2%
2%
Jasa Konsultan 2%
2%
2%
Bukti Pemotongan ini dianggap sah
apabila diisi dengan lengkap dan
benar.
JUMLAH
………………………………………………………………………………………………………………………..
Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23
yang dipotong di atas merupakan
angsuran atas Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan. Simpanlah bukti
pemotongan ini baik-baik untuk
diperhitungkan sebagai kredit pajak
2%
2%
2%
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak/Wajib Pajak terdaftar.
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Potong.
(3) Diisi dengan identitas lengkap Wajib Pajak yang dipotong
(4) Diisi dengan tempat dan tanggal dibuatnya Bukti Potong.
(5) Diisi dengan NPWP dan nama Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak atau kuasanya.
Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan Pajak dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Bukti Potong lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak
Bukti Potong lembar ke 2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak
Bukti Potong lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak
Kolom (1) : Nomor, cukup jelas;
Kolom (2) : Uraian, cukup jelas;
Kolom (3) : Jumlah Penghasilan Bruto, diisi dengan jumlah bruto objek pajak yang dipotong;
Kolom (4) : Tarif Lebih Tinggi 100% (Tdk ber-NPWP)
Kolom (5) : Tarif, cukup jelas;
Kolom (6) : PPh yang dipotong, diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong yaitu:
- Atas pemotongan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP
Kolom 3 x Kolom 5
- Atas pemotongan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP
Kolom 3 x Kolom 5 x 200%
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Jika pemotongan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, isilah kotak dengan tanda X,
namun jika pemotongan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP maka kosongkan kotak.
(F.1.1.33.06)
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR BUKTI POTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-
kotak yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan
alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
Nomor : (2)
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
Dividen
Bunga
Royalti
Sewa dan Penghasilan lain
sehubungan dengan
penggunaan harta selain
penghasilan atas pengalihan
tanah dan atau bangunan
Imbalan sehubungan dengan
jasa, pekerjaan, dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran
berkala
Premi swap dan transaksi
lindung nilai
Keuntungan karena pembebasan
utang
Penjualan harta di Indonesia
Premi asuransi/reasuransi
Penghasilan dari penjualan atau
pengalihan saham
Penghasilan Kena Pajak BUT
sesudah dikurangi pajak
Terbilang :
Pemotong Pajak (5)
: - - - - -
:
Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap
1.
2.
F.1.1.33.08 Lampiran IV.4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 26
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………………………………………....…………. (1)
……………………………….……………
No. UraianJumlah Penghasilan
Bruto (Rp)
Perkiraan
Penghasilan
Neto (%)
PPh yang Dipotong (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tarif (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 26 yang dipotong di
atas merupakan angsuran atas Pajak Penghasilan
yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan
jika memenuhi ketentuan Pasal 26 ayat (5) UU Nomor
36 Tahun 2008.
Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila diisi
dengan lengkap dan benar.
Nama
......................................................... (6)
JUMLAH
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………., ……………………. 20 ……. (4)
NPWP
Petunjuk Umum:
-
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Contoh: Nama
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 26
(4) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan dan tahun dibuatnya Bukti Pemotongan Pajak
(5) Diisi dengan Identitas lengkap Pemotong Pajak
(6) Diisi dengan tanda tangan, NPWP, nama dan cap Pemotong Pajak
Petunjuk Khusus:
Bukti pemotongan dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak
Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26
Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak
Kolom 1 : Nomor, cukup jelas.
Kolom 2 Uraian, cukup jelas
Kolom 3 : Jumlah Penghasilan Bruto
Diisi dengan jumlah penghasilan yang dibayarkan.
Kolom 4 : Perkiraan Penghasilan Neto
Diisi dengan prosentase perkiraan penghasilan netto sesuai dengan ketentuan pelaksanaan Pasal 26 ayat (2) dan 2a UU PPh.
Kolom 5 : Tarif
Kolom 6 : PPh yang dipotong, diisi dengan jumlah PPh Pasal 26 yang dipotong, yaitu:
(Kolom 3 x Kolom 4 x Kolom 5) atau (Kolom 3 x Kolom 5)
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Tarif umum adalah 20%. Apabila terdapat Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, fasilitas perpajakan, atau ketentuan
khusus, maka tarif agar disesuaikan.
(F.1.1.33.08)
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 26
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda ■ (segi empat hitam) di keempat sudut kertas
sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang
disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib
Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
FRANK MELIN FRISSEL