BAB IV.doc2

19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian analitik ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan melihat data rekam medik pasien efusi pleura periode 01 Januari 2009-31 Desember 2010. Hasil penelitian, tercatat angka kejadian efusi pleura yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode 01 Januari 2009-31 Desember 2009 berjumlah 56 kasus dan pada periode 01 Januari 2010-31 Desember 2010 berjumlah 130 kasus. Total kasus yang terdata adalah 186 kasus. Didapatkan 63 kasus yang memiliki data lengkap dan bisa diteliti. Jumlah data yang lengkap dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah Data Lengkap Periode Jumlah Data Jumlah Data Yang Lengkap 01 Januari – 31 Desember 2009 56 18 01 Januari – 31 Desember 2010 130 45 Total 186 63 26

description

bab 4

Transcript of BAB IV.doc2

33

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian analitik ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan melihat data rekam medik pasien efusi pleura periode 01 Januari 2009-31 Desember 2010. Hasil penelitian, tercatat angka kejadian efusi pleura yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode 01 Januari 2009-31 Desember 2009 berjumlah 56 kasus dan pada periode 01 Januari 2010-31 Desember 2010 berjumlah 130 kasus. Total kasus yang terdata adalah 186 kasus. Didapatkan 63 kasus yang memiliki data lengkap dan bisa diteliti. Jumlah data yang lengkap dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah Data LengkapPeriodeJumlah DataJumlah Data Yang Lengkap

01 Januari 31 Desember 20095618

01 Januari 31 Desember 201013045

Total18663

Dari 63 data yang lengkap tersebut maka didapatkan distribusi efusi pleura berdasarkan analisis cairan pleura dan etiologi penyebab efusi pleura yang dapat dilihat pada tabel 5.Tabel 5. Distribusi Frekuensi Efusi PleuraAnalisis Cairan PleuraEtiologi Penyebab Efusi Pleura

TBKeganasanDan Lain-LainTotal

FrekuensiFrekuensiFrekuensi

transudativa2 (33,33%)2(33,33%)2(33,33%)6

eksudativa32(56,14%)25(43,86%)0(0%)57

Total3427263

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 61 kasus efusi pleura terdapat 6 kasus efusi pleura transudativa dan 57 kasus efusi pleura eksudativa. Dan Lain-Lain dalam penelitian ini adalah efusi pleura transudativa karena CHF. Dari 57 kasus efusi pleura eksudativa didapatkan dua etiologi efusi pleura terbanyak, yaitu TB sebanyak 32 kasus dan keganasan sebanyak 25 kasus. Pada penelitian ini, TB dan keganasan akan dijadikan perbandingan di setiap variabel penelitian.

4.1.Karakteristik Sosiodemografi

Karakteristik sosiodemografi adalah identitas pasien efusi pleura pada rekam medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 01 Januari 2009 31 Desember 2010 yang terdiri dari usia dan jenis kelamin.

4.1.1.Usia

Usia pada penelitian ini berdasarkan metode pembagian usia dalam epidemiologi penelitian menurut WHO yaitu dibagi dalam interval umur lima tahun. Pada penelitian ini mempunyai nilai p = 0,000 yang memiliki makna terdapat perbedaan rerata usia yang bermakna terhadap angka kejadian efusi pleura eksudativa TB dan EPG. Pasien TB lebih banyak berusia lebih muda dibandingkan pasien EPG. Efusi pleura eksudativa berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 6.Tabel 6. Distribusi Efusi Pleura Eksudativa Berdasarkan Kategori UsiaKategori UsiaEfusi Pleura Eksudativa

TBKeganasanTotalP

FrekuensiFrekuensi

18-22

23-273

109,34%

31,25%1

03,57%

0%4

10

28-32

33-372

66,25%

18,75%1

33,57%

10,71%3

9

38-42

43-472

06,25%

0%1

23,57%

7,14%3

2

48-5213,13%414,28%5

53-57515,63%517,86%10

58-6226,25%414,28%6

63-6713,13%414,28%4

Mean36,635,06 50,405,02 0,000*

Total32 25 57

*Unpaired T-TestBerdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada efusi pleura eksudativa TB paling banyak terdapat pada usia 18-42 tahun (23 kasus) sedangkan EPG banyak terdapat pada usia 43-47(19 kasus). Mean usia dari efusi pleura eksudativa TB adalah 36,635,06 tahun dan EPG 50,405,02 tahun. Hal ini menunjukkan pada EPG, rata-rata usia pasien lebih tinggi dibandingkan efusi peura eksudativa TB dan dapat dibuktikan secara statistik terdapat perbedaan rerata usia antara angka kejadian efusi pleura eksudativa TB dan EPG.

Hal ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan dapat diasumsikan karena lebih dari 75% EPG disebabkan oleh keganasan di paru7. Keganasan paru banyak terdapat pada usia dewasa (35-55 tahun) dengan riwayat merokok lebih dari 1 bungkus per hari. Laporan Rumah Sakit Persahabatan Jakarta (2004) menyatakan bahwa kanker paru banyak diderita seseorang yang berumur lebih dari 40 tahun, dikarenakan setelah terpapar dengan zat karsinogenik dari rokok butuh waktu 20-30 tahun untuk berubah menjadi kanker paru6.

Sedangkan pada efusi pleura eksudativa TB, kelompok usia produktif mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga kemungkinan terpapar Mycobacterium tuberculosis lebih besar. Dalam beberapa minggu sejak terpapar Mycobacterium tuberculosis sudah bisa bermanifestasi menjadi TB. Selain itu, reaktifasi endogen (aktif kembali basil yang telah ada dalam tubuh) lebih cenderung pada usia produktif. WHO(2001) menyatakan bahwa di negara berkembang, 75% TB paru terjadi di kalangan usia produktif (15-50tahun)21.

4.1.2.Jenis Kelamin

Jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari 34 laki-laki dan 26 perempuan. Hasil penelitian efusi pleura eksudativa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 7.Tabel 7. Distribusi Efusi Pleura Eksudativa Berdasarkan Kategori Jenis KelaminJenis KelaminEfusi Pleura Eksudativa

TBKeganasanTotalP

FrekuensiFrekuensi

Laki-laki22(64,71%)12(35,29%)34

Perempuan10(43,48%)13(56,52%)26

Total3225570,824*

* Unpaired T-Test

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa efusi pleura eksudativa TB paling banyak terdapat pada laki-laki sebanyak 22 orang (64,71%) sedangkan perempuan sebanyak 10 orang (43,48%). Perempuan lebih banyak pada EPG yaitu 13 orang (56,52%) sedangkan laki-laki pada EPG sebanyak 12 orang (35,29%). Pada penelitian ini, laki-laki lebih banyak ditemukan dibandingkan perempuan meskipun secara statistik tidak bermakna.

Meskipun belum ada teori mengenai hubungan antara jenis kelamin dan efusi pleura, hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman penyebab TB paru lebih besar. Selain itu kebiasaan laki-laki mengkonsumsi minuman beralkohol dan merokok dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh23. Pada EPG, persentase perempuan dan laki-laki hampir sama. Hal ini akan sesuai dengan penelitian terdahulu, jika dihubungkan dengan faktor resiko EPG karena keganasan paru yaitu sebagian besar pasien EPG mempunyai riwayat perokok (1 bungkus/hari selama >10 tahun) dan riwayat kanker paru. Keganasan ovarium merupakan faktor resiko terbanyak setelah keganasan paru pada EPG sehingga EPG juga banyak terdapat pada perempuan.4.2.Karakteristik Antropometri

Karakteristik antropometri adalah rasio berat badan dan tinggi badan pasien efusi pleura dengan menggunakan klasifikasi body mass index (BMI) yang terdiri dari underweight (30 kg/m2). Pada penelitian ini, sebagian besar pasien efusi pleura dalam kondisi underweight (33 kasus). Pasien EPG lebih kurus daripada efusi pleura eksudativa TB dengan mean 41,241,97. Efusi pleura eksudativa berdasarkan kategori antropometri dapat dilihat di tabel 9.Tabel 8. Distribusi Efusi Pleura Berdasarkan Kategori Antropometri

BMI

Efusi Pleura Eksudativa

TB

Keganasan

Total

pFrekuensi

Frekuensi

Underweight

1643,75%

1775,00%

33Normal

Overweight

124

43,75%

12,50%

71

21,43%

3,57%

195

Mean

44,5311,5941,241,970,534*Total322557

* T-Test

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa pasien efusi pleura paling banyak ditemukan dalam keadaan underweight, yaitu pada EPG sebanyak 17 orang (75,00%) dengan mean 41,241,97kg dan efusi pleura eksudativa TB sebanyak 16 orang (52,94%) dengan mean 44,5311,59kg. Pada penelitian ini didapatkan data bahwa pasien EPG lebih kurus daripada pasien efusi pleura eksudativa TB meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan rerata mean berat badan yang bermakna antara angka kejadian efusi pleura eksudativa TB dan EPG.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kecukupan asupan nutrisi yang menyatakan bahwa hal ini mungkin dikarenakan asupan makan sebelum pengobatan yang disebabkan oleh anoreksia, menyebabkan peningkatan metabolisme energi dan protein dan utilisasi dalam tubuh. Asupan yang tidak adekuat menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan (underweight)25. Pada EPG, kondisi underweight diperparah dengan asupan nutrisi sel yang berkurang karena adanya sel kanker dan pada pasien yang telah menjalani terapi kemoterapi beresiko mengalami malnutrisi disebabkan oleh kakeksia kanker dan efek samping kemoradiasi. Efek samping kemoradiasi berupa mual, muntah, dan diare menyebabkan penurunan asupan energi, protein. Malnutrisi dan asupan energi protein yang tidak adekuat berhubungan erat dengan hasil kemoradiasi dan kualitas hidup pasien26.4.3.Karakteristik Hasil Pemeriksaan Penunjang

Karakteristik hasil pemeriksaan penunjang adalah hasil pemeriksaan tambahan yang dilakukan pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosis pasti efusi pleura, meliputi pemeriksaan rontgen dada PA, analisis cairan pleura, dan sitologi cairan pleura.

4.3.1.Rontgen Dada PA

Hasil pemeriksaan rontgen dada PA meliputi derajat efusi ( 21 kasus ringan dan 36 kasus berat) dan lokasi efusi (31 kasus di paru kanan dan 18 kasus di paru kiri). Distribusi efusi pleura eksudativa berdasaarkan derajat efusi dan lokasi efusi dapat dilihat di tabel 10.Tabel 9. Distribusi Efusi Pleura Eksudativa Berdasarkan Rontgen Dada PARontgen Dada PAEfusi Pleura Eksudativa

TBKeganasanp

FrekuensiFrekuensi

Derajat EfusiRingan

Berat12

2037,50%

62,50%9

1636,00%

64,00%1,000*0,305*

Lokasi Efusi

Kanan

Kiri16

1257,15%

42,85%15

671,43%28,57%

* Chi-Square Tests

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada efusi pleura paling banyak ditemukan dalam kondisi berat (36 kasus) yaitu pada efusi pleura eksudativa TB terdapat 20 kasus (62,50%) dan EPG sebanyak 16 kasus (64,00%). Berdasarkan lokasi efusi pleura, banyak ditemukan pada pleura sebelah kanan (31kasus) yaitu 16 kasus (57,15%) pada efusi pleura eksudativa TB dan pada EPG sebanyak 15 kasus (71,43%). Belum ada teori dan penelitian yang menjelaskan hubungan antara derajat efusi dan lokasi efusi terhadap angka kejadian efusi pleura eksudativa, khususnya karena TB dan keganasan.

Secara statistik, tidak terdapat hubungan antara derajat efusi dan lokasi efusi terhadap angka kejadian efusi pleura eksudativa. Meskipun tidak bermakna, akan tetapi hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Zay Soe, Wunna Hla Shwe, dan Soe Moe yang juga menunjukkan bahwa dari 108 kasus efusi pleura eksudativa TB terdapat 63 kasus dengan paling banyak terdapat pada sisi kanan paru (58,3%)22. Efusi pleura banyak terjadi pada sisi sebelah kanan mungkin dikarenakan secara anatomi paru kanan lebih besar dan lebih rendah dari pada paru kiri sehingga sesuai dengan sifat air atau cairan mengalir ke tempat yang lebih rendah, paru-paru kanan lebih rentan terkena efusi dibandingkan paru-paru sebelah kiri.

4.3.2.Analisis Cairan Pleura

Hasil pemeriksaan analisis cairan pleura meliputi perhitungan berat jenis sel, jumlah sel, sel PMN, glukosa, protein, dan LDH dapat dilihat di tabel 11.Tabel 10. Distribusi Efusi Pleura Berdasarkan Analisis Cairan Pleura

Analisis Cairan PleuraEtiologi Efusi Pleura Eksudativa

TBKeganasanP

FrekuensiFrekuensi

Berat Jenis1013,751,51012,861,44 0,089*

Jumlah Sel

PMN

MN

Glukosa

ProteinLDH

1787,66498,85

54,4756,78

70,3112,11

73,1536,8

11,875,09

657240,05

2499,463074,15

24,9610,84

75,0410,85

86,9715,85

6,123,0

1389,751655,630,141*0,160*0,343*

0,385*0,110*

0,072*

* Unpaired T-TestBerdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa :

1. Berat jenis sel cairan pleura lebih tinggi didapatkan pada efusi pleura eksudativa TB (1013,751,5) dibandingkan pada EPG (1012,861,44) meskipun secara statistik tidak ada perbedaan antara keduanya. 2. Jumlah sel pada analisis cairan pleura lebih tinggi pada EPG dengan mean 2499,463074,15 daripada efusi pleura eksudativa TB (1787,66498,85) meskipun secara statistik tidak ada perbedaan antara keduanya. 3. PMN cairan pleura lebih tinggi pada efusi pleura karena TB dengan mean 54,4756,7 sedangkan mean PMN pada EPG adalah 24,9610,84 meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan. Tingginya kadar PMN cairan pleura efusi pleura eksudativa TB ini dikarenakan proses infeksi karena terpapar mycobacterium TB yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Sehingga secara normal kadar sel PMN cairan pleura pada eksudativa TB lebih tinggi daripada EPG.4. MN cairan pleura pada EPG lebih tinggi yaitu dengan mean75,0410,85 daripada efusi pleura eksudativa TB dengan mean 70,3111,12 meskipun secara statistik tidak berbeda. Hasil penelitian sesuai dengan teori. Meskipun peningkatan kadar MN mengindikasikan adanya infeksi, tetapi pada kasus EPG dengan kadar MN tinggi juga dapat terjadi. Hal ini karena tumor primer paru atau metastasis tumor di paru yang menginfiltrasi pleura viseralis dan pleura parietalis juga dapat menyebabkan reaksi inflamasi kronis.5. Glukosa cairan pleura pada efusi pleura eksudativa TB dengan mean 73,1536,8 lebih rendah dari pada EPG dengan mean 86,9715,85 meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Cairan Pleura pada efusi pleura eksudativa TB sering diikuti dengan kadar glukosa yang rendah3. Biasanya kadar glukosa merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artritis reumatoid dan neoplasma karena kerusakan pleura mengganggu difusi. Meskipun penelitian yang dilakukan di Universitas Sumatera Utera mendapatkan kadar glukosa cairan pleura pada EPG