BAB IVb.pdf
-
Upload
susilawaty-biesie -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of BAB IVb.pdf
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 1/12
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan angket sikap ilmiah siswa pada
saat sebelum ( pretest ) dan setelah ( posttest ) pembelajaran fisika pada materi
hukum hooke dan elastisitas. Hasil angket sikap ilmiah siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol pada SMA N 9 Pekanbaru dapat dilihat pada lampiran 8 sampai
11.
1. Analisis Deskriptif Sikap Ilmiah Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil analisis deskriptif data
penelitian untuk sikap ilmiah siswa setelah diterapkan model pembelajaran guided
discovery (kelas eksperimen) dan tanpa diterapkan model pembelajaran guided
discovery (kelas kontrol) seperti terlihat pada Tabel 4.1 dan 4.2 berikut.
Tabel 4.1 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Eksperimen
Indikator
Rata-Rata
Skor
Pretest
Kategori
Rata-Rata
Skor
Posttest
Kategori Peningkatan
Kejujuran 3.99 T 4.51 ST 0.52
Keingintahuan 3.65 T 4.31 ST 0.66
Berpikir Logis 3.88 T 4.44 ST 0.56
Ketelitian 4.02 T 4.40 ST 0.38
Rata-Rata Skor 3.89 T 4.42 ST 0.53
Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.1, terlihat adanya
peningkatan sikap ilmiah siswa pada setiap indikator. Hal tersebut ditandai
dengan adanya perubahan rata-rata skor pretest dan rata-rata skor posttest dari
masing-masing indikator. Rata-rata skor pretest terendah pada indikator
keingintahuan yaitu 3.65 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor pretest
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 2/12
34
tertinggi pada indikator ketelitian yaitu 4.02 dengan kategori tinggi. Untuk rata-
rata skor posttest terendah pada indikator keingintahuan yaitu 4.31 dengan
kategori sangat tinggi, sedangkan rata-rata skor posttest tertinggi pada indikator
kejujuran yaitu 4.51 dengan kategori sangat tinggi. Peningkatan rata-rata skor
tertinggi setelah diterapkannya model pembelajaran guided discovery pada
indikator keingintahuan yaitu 0.66, sedangkan yang peningkatan terendah pada
indikator ketelitian yaitu 0.39. Selain itu, juga terlihat adanya peningkatan rata-
rata skor siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata skor keempat indikator
sikap ilmiah pretest ke rata-rata skor posttest dengan kategori sangat tinggi yaitu
0.53.
Tabel 4.2 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Kontrol
Indikator
Rata-Rata
Skor
Pretest
Kategori
Rata-Rata
Skor
Posttest
Kategori Peningkatan
Kejujuran 3.92 T 4.23 ST 0.31
Keingintahuan 3.62 T 3.92 T 0.3
Berpikir Logis 3.88 T 4.05 T 0.17
Ketelitian 4.05 T 4.34 ST 0.29
Rata-Rata Skor 3.87 T 4.15 T 0.28
Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.2, terlihat adanya
peningkatan sikap ilmiah siswa pada setiap indikator. Hal tersebut ditandai
dengan adanya perubahan rata-rata skor pretest dan rata-rata skor posttest dari
masing-masing indikator. Rata-rata skor pretest terendah pada indikator
keingintahuan yaitu 3.62 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor pretest
tertinggi pada indikator ketelitian yaitu 4.05 dengan kategori tinggi. Untuk rata-
rata skor posttest terendah pada indikator keingintahuan yaitu 3.92 dengan
kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor posttest tertinggi pada indikator ketelitian
yaitu 4.34 dengan kategori sangat tinggi. Peningkatan rata-rata skor tertinggi
tanpa diterapkannya model pembelajaran guided discovery pada indikator
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 3/12
35
kejujuran yaitu 0.31, sedangkan yang peningkatan terendah pada indikator
berpikir logis yaitu 0.17. Selain itu, juga terlihat adanya peningkatan rata-rata skor
siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata skor keempat indikator sikap
ilmiah pretest ke rata-rata skor posttest dengan kategori tinggi yaitu 0.28.
Tabel 4.3 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Indikator
Rata-Rata Skor
Posttest Kelas
Eksperimen
Kategori
Rata-Rata Skor
Posttest Kelas
Kontrol
Kategori
Kejujuran 4.51 ST 4.23 ST
Keingintahuan 4.31 ST 3.92 T
Berpikir Logis 4.44 ST 4.05 T
Ketelitian 4.40 ST 4.34 ST
Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.3, terlihat perbedaan
nilai posttest sikap ilmah siswa disetiap indikator pada kelas ekperimen dengan
kelas kontrol. Nilai posttest kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol. Rata-rata skor posttest kelas eksperimen yang tertinggi pada
indikator kejujuran yaitu 4.51 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan pada
kelas kontrol pada indikator ketelitian yaitu 4.34 dengan kategori sangat tinggi.
Untuk rata-rata skor posttest kelas eksperimen yang terendah pada indikator
keingintahuan yaitu 4.31 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan pada kelas
kontrol pada indikator keingintahuan yaitu 3.92 dengan kategori tinggi.
Secara Grafik hasil analisa sikap ilmiah rata-rata siswa pada materi hukum
hooke dan elastisitas melalui penerapan model pembelajaran guided discovery
(kelas eksperimen) dan tanpa melalui penerapan model pembelajaran guided
discovery (kelas kontrol) dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 4/12
36
Gambar 4.1 Grafik Hasil Analisa Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.2 Grafik Hasil Analisa Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol
Dari grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 dapat terlihat bahwa
peningkatan sikap ilmiah siswa tiap indikator lebih tinggi pada kelas eksperimen
yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran guided discovery dari pada
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Kejujuran Keingintahuan Berpikir Logis Ketelitian
Rata-Rata Skor Pretest
Rata-Rata Skor Posttest
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Kejujuran Keingintahuan Berpikir Logis Ketelitian
Rata-Rata Skor Pretest
Rata-Rata Skor Posttest
3.99
4.51
3.65
4.31
3.87
4.44
4.02
4.40
3.924.23
3.62
3.92 3.88 4.05
4.34
4.05
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 5/12
37
kelas kontrol yaitu kelas yang tanpa menerapkan model pembelajaran guided
discovery.
2. Analisis Inferensial Sikap Ilmiah Siswa
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada data penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 7.
Uji normalitas dilakukan menggunakan program SPSS 17 pada nilai ulangan
harian siswa pada materi sebelumnya yaitu materi gaya gravitasi (nilai
ulangan materi gaya gravitasi pada lampiran 6). Hasil dari uji normalitas
sebagai berikut :
1) Kelas XI IPA 1
Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 1 diperoleh
perbandingan antara skewness dengan standard error of skewness adalah
1,68 (-2 < 1,68 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan standard error of
kurtosis adalah 0,17 (-2 < 0,17 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,00
(0,00 < 0,05) maka data nilai kelas XI IPA 1 tidak terdistribusi secara
normal.
2)
Kelas XI IPA 2
Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 2 diperoleh
perbandingan antara skewness dengan standard error of skewness adalah
0,08 (-2 < 0,08 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan standard error of
kurtosis adalah -1,26 (-2 < -1,26 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,200
(0,200 > 0,05) maka data nilai kelas XI IPA 2 terdistribusi secara normal.
3)
Kelas XI IPA 4
Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 4 diperoleh
perbandingan antara skewness dengan standard error of skewness adalah
-0,06 (-2 < -0,06 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan standard error of
kurtosis adalah -1,27 (-2 < -1,27 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,138
(0,138 > 0,05) maka data nilai kelas XI IPA 4 terdistribusi secara normal.
Pada grafik Q-Q plots, garis linier pada gambar merupakan acuan
ideal sebaran data yang terdistribusi normal. Suatu data terdistribusi
normal bila titik sampelnya rata-rata melekat pada garis linier tersebut.
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 6/12
38
Kesimpulan dari gambar kurva Q-Q plots adalah kelas XI IPA 2 dan XI
IPA 4 memiliki data yang terdistribusi secara normal dan kelas XI IPA 1
memiliki data tidak terdistribusi secara normal.
Selain itu sebelum melakukan uji hipotesis juga harus dilakukan uji
normalitas pada angket sikap ilmiah siswa kelas ekperimen / kelas XI IPA 2
dan kelas kontrol / kelas XI IPA 4 agar persamaan yang digunakan untuk uji t
sesuai. Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 2 diperoleh
perbandingan antara skewness dengan standard error of skewness adalah 1,54
(-2 < 1,54 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan standard error of kurtosis
adalah -0,47 (-2 < -0,47 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,100 (0,100 >
0,05) maka data nilai kelas XI IPA 2 terdistribusi secara normal. Berdasarkan
tabel deskriptif pada kelas XI IPA 4 diperoleh perbandingan antara skewness
dengan standard error of skewness adalah -1,97 (-2 < -1,97 < 2).
Perbandingan nilai kurtosis dan standard error of kurtosis adalah 0,692
(-2 < 0,692 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,002 (0,002 < 0,05) maka
data nilai kelas XI IPA 4 tidak terdistribusi secara normal. (lampiran 12)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan pada ulangan harian siswa materi gaya
gravitasi sebagai dasar untuk menetukan kelas ekperimen dan kelas control.
Dari hasil uji homogenitas yag bisa dilihat pada lampiran 7, diperoleh hasil
bahwa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 memiliki varians yang homogen. Hal ini
di tunjukkan pada tabel Test of Homogeneity of Variance bahwa nilai
signifikansi > 0,05 (0,585 > 0,05), sehingga dikatakan bahwa kelas XI IPA 2
dan XI IPA 4 adalah sama/homogen.
Selain itu sebelum melakukan uji hipotesis juga harus dilakukan uji
homogenitas pada angket sikap ilmiah siswa kelas ekperimen dan kelas
kontrol agar persamaan yang digunakan untuk uji t sesuai. Dari data skor
sikap ilmiah akhir kelas eksperimen dan kontrol diperoleh signifikansi 0,235
(0,235 > 0,05) maka uji t yang digunakan adalah untuk varian kelompok data
yang sama/ homogen. (lampiran 12)
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 7/12
39
c.
Uji Hipotesis / Uji t
1) Uji beda nilai sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas
eksperimen.
Uji beda nilai sebelum dan sesudah menggunakan Paired Samples
T Test pada SPSS 17 didapatkan thitung = -8,951. T tabel dapat dilihat pada
tabel signifikan pada signifikan 0.05 : 2 = 0.025 (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan n-1 atau 29-1 = 28. Hasil yang diperoleh pada tabel sebesar
2.048. karena nilai thitung < ttabel (-8,951 < 2.048) dan berdasarkan nilai
signifikansi < 0.05 (0,00 < 0.05) maka H0 ditolak. Jadi, dapat
disimpulakan bahwa terdapat perubahan sikap ilmiah siswa sebelum dan
sesudah belajar pada kelas eksperimen dengan menerapkan model
pembelajaran guided discovery (lampiran 13).
2)
Uji beda nilai sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas kontrol
Uji beda nilai sebelum dan sesudah menggunakan Paired Samples
T Test pada SPSS 17 didapatkan thitung = -5.812. T tabel dapat dilihat pada
tabel signifikan pada signifikan 0.05 : 2 = 0.025 (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan n-1 atau 30-1 = 29. Hasil yang diperoleh pada tabel sebesar
2.045. karena nilai – thitung < -ttabel (-5.812 < 2.048) dan berdasarkan nilai
signifikansi < 0.05 (0,00 < 0.05) maka H0 ditolak. Jadi, dapat
disimpulakan bahwa terdapat perubahan sikap ilmiah siswa sebelum dan
sesudah belajar pada kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran
secara konvensional (lampiran 14).
3)
Uji beda nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol
Data yang digunakan dalam uji ini adalah skor perubahan sikap
ilmiah siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji beda ini
menggunakan Independent Samples T Test dengan menggunakan SPSS
17, lalu didapatkan hasil thitung sebesar 2.930. Berdasarkan perhitungan
nilai ttabel terdapat pada Lampiran 16 yang sesuai dengan ketentuan rumus
t-testpolled varian untuk taraf signifikansi 95% dan dk = n1+n2 – 2
diperoleh ttabel = 2,002. Berdasarkan kriteria pengujian terhadap nilai t
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 8/12
40
diperoleh hasil (dk) yaitu 57. Karena nilai thitung > ttabel (2.930 > 2.002) dan
berdasarkan nilai signifikansi < 0.05 (0.005 < 0.05), maka H0 ditolak. Jadi
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah siswa dalam
pembelajaran fisika di SMA N 9 Pekanbaru pada kelas yang menerapkan
model pembelajaran guided discovery dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran secara konvensional dengan taraf kepercayaan 95%
(lampiran 15).
B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil analisis data secara deskriptif yang meliputi sikap
ilmiah siswa melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery dianalisis
melalui ketentuan skala likert pembelajaran pada materi Hukum Hooke dan
Elastisitas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa peningkatan
sikap ilmiah siswa di setiap indikator berbeda-beda, baik pada kelas yang
menerapkan model pembelajaran guided discovery (kelas eksperimen) maupun
kelas yang tanpa menerapkan model pembelajaran guided discovery (kelas
kontrol). Peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kejujuran
Kejujuran adalah sikap yang dapat menunjukkan nilai kebenaran. Siswa
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap kejujuran dapat
ditunjukkan dari rata-rata skor pretest dengan kategori tinggi. Tetapi setelah
diterapkannya model pembelajaran guided discovery di kelas eksperimen dan
tanpa menerapkan model pembelajaran guided discovery dikelas kontrol terdapat
peningkatan sikap kejujuran. Peningkatan sikap kejujuran dari kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol, terlihat dari rata-rata peningkatan kelas
eksperimen sebesar 0.52, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata peningkatannya
sebesar 0.31. Hal ini sesuai dengan uji beda menggunakan Independent Samples T
Test dengan menggunakan SPSS 17, dimana thitung > ttabel (2,306 > 2,002) dan nilai
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 9/12
41
signifikansi < 0,05 (0,026 < 0,05), maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang
signifikan sikap kejujuran siswa antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.
Peningkatan sikap kejujuran di kelas eksperimen lebih tinggi disebabkan
selama pembelajaran menggunakan model guided discovery siswa melakukan
percobaan untuk menemukan sendiri data-data yang berhubungan dengan materi
pembelajaran, sehingga siswa mampu menyajikan data sesuai dengan hasil yang
didapatkan ketika percobaan dan mampu menarik kesimpulan hasil percobaan
berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Riyan Melani, dkk (2012) Model pembelajaran guided
discovery berpengaruh nyata dalam peningkatan sikap kejujuran siswa SMA
Negeri 7 Surakarta.
Sedangkan pada kelas kontrol siswa tidak melakukan percobaan dalam
pembelajarannya, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan jika ada yang
kurang dimengerti bisa ditanyakan langsung, setelah pembelajaran siswa
diberikan latihan soal yang berhubungan dengan materi yang telah dijelaskan
guru. Karena proses pembelajaran terfokus pada guru, maka sikap kejujuran siswa
pada kelas kontrol tidak terlalu meningkat.
2. Keingintahuan
Keingintahuan adalah sikap selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar
dari pertanyaan yang muncul ketika mengamati suatu objek. Siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap keingintahuan dapat ditunjukkan
dari rata-rata skor pretest dengan kategori tinggi. Tetapi setelah diterapkannya
model pembelajaran guided discovery di kelas eksperimen dan tanpa menerapkan
model pembelajaran guided discovery dikelas kontrol terdapat peningkatan sikap
keingintahuan. Peningkatan sikap keingintahuan dari kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada kelas kontrol, terlihat dari rata-rata peningkatan kelas eksperimen
sebesar 0.66, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata peningkatannya sebesar 0.31.
Hal ini sesuai dengan uji beda menggunakan Independent Samples T Test dengan
menggunakan SPSS 17, dimana thitung > ttabel (3,228 > 2,002) dan nilai signifikansi
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 10/12
42
< 0,05 (0,002 < 0,05), maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan
sikap keingintahuan siswa antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.
Peningkatan sikap keingintahuan di kelas eksperimen lebih tinggi
disebabkan karena pada pembelajaran menggunakan model guided discovery
siswa lebih aktif dari pada guru, pembelajarannya lebih menekankan pada
pengalaman langsung yang membuat siswa tertarik terhadap percobaan yang
dilakukan sehingga siswa termotivasi untuk mencari tahu lebih tentang percobaan
materi hukum hooke dan elastisitas, dan juga percobaan yang dilakukan siswa
merupakan percobaan yang belum pernah dilakukannya, hal ini juga dapat lebih
meningkatkan sikap keingintahuan siswa. Sedangkan dikelas kontrol guru yang
lebih aktif dari pada siswa, guru yang menjelaskan semua materi yang ada, jika
kurang dimengerti baru siswa bertanya, jika tidak ada siswa hanya diam,
menerima semua apa yang dijelaskan guru. Jadi rasa ingin tahu siswa tidak terlalu
mengalami peningkatan.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Riyan Melani, dkk
(2012) Model pembelajaran guided discovery berpengaruh nyata dalam
peningkatan sikap keingintahuan siswa SMA Negeri 7 Surakarta.
3. Berpikir Logis
Berpikir logis merupakan suatu proses berpikir dengan menggunakan
logika, rasional dan masuk akal. Siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki sikap berpikir logis dapat ditunjukkan dari rata-rata skor pretest dengan
kategori tinggi. Tetapi setelah diterapkannya model pembelajaran guided
discovery di kelas eksperimen dan tanpa menerapkan model pembelajaran guided
discovery dikelas kontrol terdapat peningkatan sikap berpikir logis. Peningkatan
sikap berpikir logis dari kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol,
terlihat dari rata-rata peningkatan kelas eksperimen sebesar 0.56, sedangkan pada
kelas kontrol rata-rata peningkatannya sebesar 0.18. Hal ini sesuai dengan uji
beda menggunakan Independent Samples T Test dengan menggunakan SPSS 17,
dimana thitung > ttabel (2,949 > 2,002) dan nilai signifikansi < 0,05 (0,005 < 0,05),
maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan sikap berpikir logis
siswa antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 11/12
43
Peningkatan sikap berpikir logis di kelas eksperimen lebih tinggi
disebabkan karena pada pembelajaran menggunakan model guided discovery
siswa melakukan percobaan sesuai dengan metode ilmiah yang menuntut siswa
berpikir secara rasional/masuk akal untuk mendapatkan hasil percobaan, pada
pengisian LKS terutama dalam merumuskan hipotesis sikap berpikir logis siswa
akan timbul, siswa harus megidentifikasi teori-teori yang dijadikan dasar dalam
menjawab permasalahan. Sesuai dengan perkataan yang dikemukakan oleh
Hendar Sudrajat (2012) bahwa siswa memiliki sikap berpikir logis dalam
pembelajaran jika ia mengemukakan pendapat yang masuk akal dengan
menggunakan akal sehat dan berdasarkan fakta.
Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya menerima pengetahuan dari
guru saja, pada saat mengerjakan latihan siswa hanya melihat panduan dari
penjelasan yang telah disampaikan guru. Jadi sikap berpikir logis siswa tidak
terlalu meningkat.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widiadnyana I W, dkk
(2014) Penerapan model discovery learning lebih dapat meningkatkan sikap
berpikir logis siswa dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensioal.
4. Ketelitian
Sikap ketelitian adalah sikap berhati-hati dalam mendapatkan data yang
akurat. Siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap ketelitian
dapat ditunjukkan dari rata-rata skor pretest dengan kategori tinggi. Tetapi setelah
diterapkannya model pembelajaran guided discovery di kelas eksperimen dan
tanpa menerapkan model pembelajaran guided discovery dikelas kontrol terdapat
peningkatan sikap ketelitian. Peningkatan sikap ketelitian dari kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Berdasarkan uji beda menggunakan
Independent Samples T Test dengan menggunakan SPSS 17, dimana thitung < ttabel
(0,618 > 2,002) dan nilai signifikansi > 0,05 (0,539 > 0,05), maka H 0 diterima.
Jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap ketelitian siswa antara kelas
ekperimen dengan kelas kontrol. Tetapi dengan analisis deskriptif terdapat
perbedaan sikap ketelitian siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal
7/23/2019 BAB IVb.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 12/12
44
itu terlihat dari rata-rata peningkatan kelas eksperimen sebesar 0.39, sedangkan
pada kelas kontrol rata-rata peningkatannya sebesar 0.29.
Peningkatan sikap berpikir logis di kelas eksperimen lebih tinggi
disebabkan karena pada pembelajaran menggunakan model guided discovery,
siswa harus melakukan praktikum dengan teliti agar hasil yang didapatkan sesuai
dengan teori yang ada. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama
pembelajaran, siswa teliti dalam melakukan percobaan, siswa bersikap ragu-ragu
jika hasil yang didapatkan belum akurat maka siswa tersebut akan mengulang
kembali percobaan tersebut hingga mendapatkan hasil yang akurat. Sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Dyah Puspita Sari, dkk (2014) Implementasi
LKS IPA terpadu berorientasi guided discovery dapat meningkatkan sikap
ketelitian siswa kelas VIII SMPN 1 Mojosari. Sedangkan pada kelas kontrol,
sikap ketelitian siswa hanya dilatih dalam pengerjaan latihan yang diberikan guru,
jadi peningkatannya tidak terlalu tinggi.
.