BAB IVb.pdf

12
7/23/2019 BAB IVb.pdf http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 1/12 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan angket sikap ilmiah siswa pada saat sebelum (  pretest ) dan setelah (  posttest ) pembelajaran fisika pada materi hukum hooke dan elastisitas. Hasil angket sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada SMA N 9 Pekanbaru dapat dilihat pada lampiran 8 sampai 11. 1. Analisis Deskriptif Sikap Ilmiah Siswa Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil analisis deskriptif data  penelitian untuk sikap ilmiah siswa setelah diterapkan model pembelajaran guided discovery (kelas eksperimen) dan tanpa diterapkan model pembelajaran  guided discovery (kelas kontrol) seperti terlihat pada Tabel 4.1 dan 4.2 berikut. Tabel 4.1 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Eksperimen Indikator Rata-Rata Skor Pretest Kategori Rata-Rata Skor Posttest Kategori Peningkatan Kejujuran 3.99 T 4.51 ST 0.52 Keingintahuan 3.65 T 4.31 ST 0.66 Berpikir Logis 3.88 T 4.44 ST 0.56 Ketelitian 4.02 T 4.40 ST 0.38 Rata-Rata Skor 3.89 T 4.42 ST 0.53 Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.1, terlihat adanya  peningkatan sikap ilmiah siswa pada setiap indikator. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan rata-rata skor pretest dan rata-rata skor  posttest  dari masing-masing indikator. Rata-rata skor  pretest  terendah pada indikator keingintahuan yaitu 3.65 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor pretest

Transcript of BAB IVb.pdf

Page 1: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 1/12

33

BAB IV 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan angket sikap ilmiah siswa pada

saat sebelum ( pretest ) dan setelah ( posttest ) pembelajaran fisika pada materi

hukum hooke dan elastisitas. Hasil angket sikap ilmiah siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol pada SMA N 9 Pekanbaru dapat dilihat pada lampiran 8 sampai

11.

1.  Analisis Deskriptif Sikap Ilmiah Siswa

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil analisis deskriptif data

 penelitian untuk sikap ilmiah siswa setelah diterapkan model pembelajaran guided

discovery (kelas eksperimen) dan tanpa diterapkan model pembelajaran  guided

discovery (kelas kontrol) seperti terlihat pada Tabel 4.1 dan 4.2 berikut.

Tabel 4.1 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Eksperimen

Indikator

Rata-Rata

Skor

Pretest

Kategori

Rata-Rata

Skor

Posttest

Kategori Peningkatan

Kejujuran 3.99 T 4.51 ST 0.52

Keingintahuan 3.65 T 4.31 ST 0.66

Berpikir Logis 3.88 T 4.44 ST 0.56

Ketelitian 4.02 T 4.40 ST 0.38

Rata-Rata Skor 3.89 T 4.42 ST 0.53

Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.1, terlihat adanya

 peningkatan sikap ilmiah siswa pada setiap indikator. Hal tersebut ditandai

dengan adanya perubahan rata-rata skor pretest dan rata-rata skor  posttest   dari

masing-masing indikator. Rata-rata skor  pretest   terendah pada indikator

keingintahuan yaitu 3.65 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor pretest

Page 2: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 2/12

34

tertinggi pada indikator ketelitian yaitu 4.02 dengan kategori tinggi. Untuk rata-

rata skor  posttest   terendah pada indikator keingintahuan yaitu 4.31 dengan

kategori sangat tinggi, sedangkan rata-rata skor  posttest   tertinggi pada indikator

kejujuran yaitu 4.51 dengan kategori sangat tinggi. Peningkatan rata-rata skor

tertinggi setelah diterapkannya model pembelajaran  guided discovery  pada

indikator keingintahuan yaitu 0.66, sedangkan yang peningkatan terendah pada

indikator ketelitian yaitu 0.39. Selain itu, juga terlihat adanya peningkatan rata-

rata skor siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata skor keempat indikator

sikap ilmiah pretest ke rata-rata skor posttest dengan kategori sangat tinggi yaitu

0.53.

Tabel 4.2 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Kontrol

Indikator

Rata-Rata

Skor

Pretest

Kategori

Rata-Rata

Skor

 Posttest

Kategori Peningkatan

Kejujuran 3.92 T 4.23 ST 0.31

Keingintahuan 3.62 T 3.92 T 0.3

Berpikir Logis 3.88 T 4.05 T 0.17

Ketelitian 4.05 T 4.34 ST 0.29

Rata-Rata Skor 3.87 T 4.15 T 0.28

Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.2, terlihat adanya

 peningkatan sikap ilmiah siswa pada setiap indikator. Hal tersebut ditandai

dengan adanya perubahan rata-rata skor  pretest dan rata-rata skor posttest dari

masing-masing indikator. Rata-rata skor  pretest   terendah pada indikator

keingintahuan yaitu 3.62 dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor pretest

tertinggi pada indikator ketelitian yaitu 4.05 dengan kategori tinggi. Untuk rata-

rata skor posttest terendah pada indikator keingintahuan yaitu 3.92 dengan

kategori tinggi, sedangkan rata-rata skor posttest tertinggi pada indikator ketelitian

yaitu 4.34 dengan kategori sangat tinggi. Peningkatan rata-rata skor tertinggi

tanpa diterapkannya model pembelajaran  guided discovery  pada indikator

Page 3: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 3/12

35

kejujuran yaitu 0.31, sedangkan yang peningkatan terendah pada indikator

 berpikir logis yaitu 0.17. Selain itu, juga terlihat adanya peningkatan rata-rata skor

siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata skor keempat indikator sikap

ilmiah pretest ke rata-rata skor posttest dengan kategori tinggi yaitu 0.28.

Tabel 4.3 Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Indikator

Rata-Rata Skor

Posttest Kelas

Eksperimen

Kategori

Rata-Rata Skor

Posttest Kelas

Kontrol

Kategori

Kejujuran 4.51 ST 4.23 ST

Keingintahuan 4.31 ST 3.92 T

Berpikir Logis 4.44 ST 4.05 T

Ketelitian 4.40 ST 4.34 ST

Ket : T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada tabel 4.3, terlihat perbedaan

nilai  posttest   sikap ilmah siswa disetiap indikator pada kelas ekperimen dengan

kelas kontrol. Nilai  posttest   kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

kelas kontrol. Rata-rata skor  posttest   kelas eksperimen yang tertinggi pada

indikator kejujuran yaitu 4.51 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan pada

kelas kontrol pada indikator ketelitian yaitu 4.34 dengan kategori sangat tinggi.

Untuk rata-rata skor posttest kelas eksperimen yang terendah pada indikator

keingintahuan yaitu 4.31 dengan kategori sangat tinggi, sedangkan pada kelas

kontrol pada indikator keingintahuan yaitu 3.92 dengan kategori tinggi.

Secara Grafik hasil analisa sikap ilmiah rata-rata siswa pada materi hukum

hooke dan elastisitas melalui penerapan model pembelajaran  guided discovery

(kelas eksperimen) dan tanpa melalui penerapan model pembelajaran  guided

discovery (kelas kontrol) dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Page 4: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 4/12

36

Gambar 4.1 Grafik Hasil Analisa Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 4.2 Grafik Hasil Analisa Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol

Dari grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 dapat terlihat bahwa

 peningkatan sikap ilmiah siswa tiap indikator lebih tinggi pada kelas eksperimen

yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran  guided discovery dari pada

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

Kejujuran Keingintahuan Berpikir Logis Ketelitian

Rata-Rata Skor Pretest

Rata-Rata Skor Posttest

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

Kejujuran Keingintahuan Berpikir Logis Ketelitian

Rata-Rata Skor Pretest

Rata-Rata Skor Posttest

3.99

4.51

3.65

4.31

3.87

4.44

4.02

4.40

3.924.23

3.62

3.92 3.88 4.05

4.34

4.05

Page 5: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 5/12

37

kelas kontrol yaitu kelas yang tanpa menerapkan model pembelajaran  guided

discovery.

2.  Analisis Inferensial Sikap Ilmiah Siswa

a.  Uji Normalitas

Uji normalitas pada data penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 7.

Uji normalitas dilakukan menggunakan program SPSS 17 pada nilai ulangan

harian siswa pada materi sebelumnya yaitu materi gaya gravitasi (nilai

ulangan materi gaya gravitasi pada lampiran 6). Hasil dari uji normalitas

sebagai berikut :

1)  Kelas XI IPA 1

Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 1 diperoleh

 perbandingan antara  skewness dengan  standard error of skewness adalah

1,68 (-2 < 1,68 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan  standard error of

kurtosis adalah 0,17 (-2 < 0,17 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,00

(0,00 < 0,05) maka data nilai kelas XI IPA 1 tidak terdistribusi secara

normal.

2) 

Kelas XI IPA 2

Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 2 diperoleh

 perbandingan antara  skewness dengan  standard error of skewness adalah

0,08 (-2 < 0,08 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan  standard error of

kurtosis adalah -1,26 (-2 < -1,26 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,200

(0,200 > 0,05) maka data nilai kelas XI IPA 2 terdistribusi secara normal.

3) 

Kelas XI IPA 4

Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 4 diperoleh

 perbandingan antara  skewness dengan  standard error of skewness adalah

-0,06 (-2 < -0,06 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan  standard error of

kurtosis adalah -1,27 (-2 < -1,27 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,138

(0,138 > 0,05) maka data nilai kelas XI IPA 4 terdistribusi secara normal.

Pada grafik Q-Q plots, garis linier pada gambar merupakan acuan

ideal sebaran data yang terdistribusi normal. Suatu data terdistribusi

normal bila titik sampelnya rata-rata melekat pada garis linier tersebut.

Page 6: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 6/12

38

Kesimpulan dari gambar kurva Q-Q plots adalah kelas XI IPA 2 dan XI

IPA 4 memiliki data yang terdistribusi secara normal dan kelas XI IPA 1

memiliki data tidak terdistribusi secara normal.

Selain itu sebelum melakukan uji hipotesis juga harus dilakukan uji

normalitas pada angket sikap ilmiah siswa kelas ekperimen / kelas XI IPA 2

dan kelas kontrol / kelas XI IPA 4 agar persamaan yang digunakan untuk uji t

sesuai. Berdasarkan tabel deskriptif pada kelas XI IPA 2 diperoleh

 perbandingan antara skewness dengan standard error of skewness adalah 1,54

(-2 < 1,54 < 2). Perbandingan nilai kurtosis dan  standard error of kurtosis

adalah -0,47 (-2 < -0,47 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,100 (0,100 >

0,05) maka data nilai kelas XI IPA 2 terdistribusi secara normal. Berdasarkan

tabel deskriptif pada kelas XI IPA 4 diperoleh perbandingan antara skewness

dengan  standard error of skewness adalah -1,97 (-2 < -1,97 < 2).

Perbandingan nilai kurtosis dan  standard error of kurtosis adalah 0,692

(-2 < 0,692 < 2). Nilai signifikansi data adalah 0,002 (0,002 < 0,05) maka

data nilai kelas XI IPA 4 tidak terdistribusi secara normal. (lampiran 12)

 b.  Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan pada ulangan harian siswa materi gaya

gravitasi sebagai dasar untuk menetukan kelas ekperimen dan kelas control.

Dari hasil uji homogenitas yag bisa dilihat pada lampiran 7, diperoleh hasil

 bahwa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 memiliki varians yang homogen. Hal ini

di tunjukkan pada tabel Test of Homogeneity of Variance  bahwa nilai

signifikansi > 0,05 (0,585 > 0,05), sehingga dikatakan bahwa kelas XI IPA 2

dan XI IPA 4 adalah sama/homogen.

Selain itu sebelum melakukan uji hipotesis juga harus dilakukan uji

homogenitas pada angket sikap ilmiah siswa kelas ekperimen dan kelas

kontrol agar persamaan yang digunakan untuk uji t sesuai. Dari data skor

sikap ilmiah akhir kelas eksperimen dan kontrol diperoleh signifikansi 0,235

(0,235 > 0,05) maka uji t yang digunakan adalah untuk varian kelompok data

yang sama/ homogen. (lampiran 12)

Page 7: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 7/12

39

c. 

Uji Hipotesis / Uji t

1)  Uji beda nilai sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas

eksperimen.

Uji beda nilai sebelum dan sesudah menggunakan  Paired Samples

T Test pada SPSS 17 didapatkan thitung = -8,951. T tabel dapat dilihat pada

tabel signifikan pada signifikan 0.05 : 2 = 0.025 (uji 2 sisi) dengan derajat

kebebasan n-1 atau 29-1 = 28. Hasil yang diperoleh pada tabel sebesar

2.048. karena nilai thitung  < ttabel (-8,951 < 2.048) dan berdasarkan nilai

signifikansi < 0.05 (0,00 < 0.05) maka H0  ditolak. Jadi, dapat

disimpulakan bahwa terdapat perubahan sikap ilmiah siswa sebelum dan

sesudah belajar pada kelas eksperimen dengan menerapkan model

 pembelajaran guided discovery (lampiran 13).

2) 

Uji beda nilai sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas kontrol

Uji beda nilai sebelum dan sesudah menggunakan  Paired Samples

T Test pada SPSS 17 didapatkan thitung = -5.812. T tabel dapat dilihat pada

tabel signifikan pada signifikan 0.05 : 2 = 0.025 (uji 2 sisi) dengan derajat

kebebasan n-1 atau 30-1 = 29. Hasil yang diperoleh pada tabel sebesar

2.045. karena nilai  – thitung  < -ttabel (-5.812 < 2.048) dan berdasarkan nilai

signifikansi < 0.05 (0,00 < 0.05) maka H0  ditolak. Jadi, dapat

disimpulakan bahwa terdapat perubahan sikap ilmiah siswa sebelum dan

sesudah belajar pada kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran

secara konvensional (lampiran 14).

3) 

Uji beda nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data yang digunakan dalam uji ini adalah skor perubahan sikap

ilmiah siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji beda ini

menggunakan  Independent Samples T Test dengan menggunakan SPSS

17, lalu didapatkan hasil thitung  sebesar 2.930. Berdasarkan perhitungan

nilai ttabel terdapat pada Lampiran 16 yang sesuai dengan ketentuan rumus

t-testpolled varian  untuk taraf signifikansi 95% dan dk = n1+n2 – 2

diperoleh ttabel  = 2,002. Berdasarkan kriteria pengujian terhadap nilai t

Page 8: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 8/12

40

diperoleh hasil (dk) yaitu 57. Karena nilai thitung > ttabel (2.930 > 2.002) dan

 berdasarkan nilai signifikansi < 0.05 (0.005 < 0.05), maka H0 ditolak. Jadi

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah siswa dalam

 pembelajaran fisika di SMA N 9 Pekanbaru pada kelas yang menerapkan

model pembelajaran  guided discovery dengan kelas yang menerapkan

 pembelajaran secara konvensional dengan taraf kepercayaan 95%

(lampiran 15).

B.  Pembahasan

Berdasarkan dari hasil analisis data secara deskriptif yang meliputi sikap

ilmiah siswa melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery dianalisis

melalui ketentuan skala likert pembelajaran pada materi Hukum Hooke dan

Elastisitas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa peningkatan

sikap ilmiah siswa di setiap indikator berbeda-beda, baik pada kelas yang

menerapkan model pembelajaran  guided discovery (kelas eksperimen) maupun

kelas yang tanpa menerapkan model pembelajaran  guided discovery (kelas

kontrol). Peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.  Kejujuran 

Kejujuran adalah sikap yang dapat menunjukkan nilai kebenaran. Siswa

 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap kejujuran dapat

ditunjukkan dari rata-rata skor pretest dengan kategori tinggi. Tetapi setelah

diterapkannya model pembelajaran  guided discovery  di kelas eksperimen dan

tanpa menerapkan model pembelajaran  guided discovery dikelas kontrol terdapat

 peningkatan sikap kejujuran. Peningkatan sikap kejujuran dari kelas eksperimen

lebih tinggi dari pada kelas kontrol, terlihat dari rata-rata peningkatan kelas

eksperimen sebesar 0.52, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata peningkatannya

sebesar 0.31. Hal ini sesuai dengan uji beda menggunakan Independent Samples T

Test  dengan menggunakan SPSS 17, dimana thitung > ttabel (2,306 > 2,002) dan nilai

Page 9: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 9/12

41

signifikansi < 0,05 (0,026 < 0,05), maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang

signifikan sikap kejujuran siswa antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.

Peningkatan sikap kejujuran di kelas eksperimen lebih tinggi disebabkan

selama pembelajaran menggunakan model  guided discovery siswa melakukan

 percobaan untuk menemukan sendiri data-data yang berhubungan dengan materi

 pembelajaran, sehingga siswa mampu menyajikan data sesuai dengan hasil yang

didapatkan ketika percobaan dan mampu menarik kesimpulan hasil percobaan

 berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Sesuai dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Riyan Melani, dkk (2012) Model pembelajaran  guided

discovery  berpengaruh nyata dalam peningkatan sikap kejujuran siswa SMA

 Negeri 7 Surakarta.

Sedangkan pada kelas kontrol siswa tidak melakukan percobaan dalam

 pembelajarannya, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan jika ada yang

kurang dimengerti bisa ditanyakan langsung, setelah pembelajaran siswa

diberikan latihan soal yang berhubungan dengan materi yang telah dijelaskan

guru. Karena proses pembelajaran terfokus pada guru, maka sikap kejujuran siswa

 pada kelas kontrol tidak terlalu meningkat.

2.  Keingintahuan 

Keingintahuan adalah sikap selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar

dari pertanyaan yang muncul ketika mengamati suatu objek. Siswa pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap keingintahuan dapat ditunjukkan

dari rata-rata skor pretest dengan kategori tinggi. Tetapi setelah diterapkannya

model pembelajaran guided discovery di kelas eksperimen dan tanpa menerapkan

model pembelajaran  guided discovery dikelas kontrol terdapat peningkatan sikap

keingintahuan. Peningkatan sikap keingintahuan dari kelas eksperimen lebih

tinggi dari pada kelas kontrol, terlihat dari rata-rata peningkatan kelas eksperimen

sebesar 0.66, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata peningkatannya sebesar 0.31.

Hal ini sesuai dengan uji beda menggunakan  Independent Samples T Test  dengan

menggunakan SPSS 17, dimana thitung > ttabel (3,228 > 2,002) dan nilai signifikansi

Page 10: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 10/12

42

< 0,05 (0,002 < 0,05), maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan

sikap keingintahuan siswa antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.

Peningkatan sikap keingintahuan di kelas eksperimen lebih tinggi

disebabkan karena pada pembelajaran menggunakan model  guided discovery

siswa lebih aktif dari pada guru, pembelajarannya  lebih menekankan pada

 pengalaman langsung yang membuat siswa tertarik terhadap percobaan yang

dilakukan sehingga siswa termotivasi untuk mencari tahu lebih tentang percobaan

materi hukum hooke dan elastisitas, dan juga percobaan yang dilakukan siswa

merupakan percobaan yang belum pernah dilakukannya, hal ini juga dapat lebih

meningkatkan sikap keingintahuan siswa. Sedangkan dikelas kontrol guru yang

lebih aktif dari pada siswa, guru yang menjelaskan semua materi yang ada, jika

kurang dimengerti baru siswa bertanya, jika tidak ada siswa hanya diam,

menerima semua apa yang dijelaskan guru. Jadi rasa ingin tahu siswa tidak terlalu

mengalami peningkatan.

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Riyan Melani, dkk

(2012) Model pembelajaran  guided discovery  berpengaruh nyata dalam

 peningkatan sikap keingintahuan siswa SMA Negeri 7 Surakarta. 

3.  Berpikir Logis

Berpikir logis merupakan suatu proses berpikir dengan menggunakan

logika, rasional dan masuk akal. Siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

memiliki sikap berpikir logis dapat ditunjukkan dari rata-rata skor pretest dengan

kategori tinggi. Tetapi setelah diterapkannya model pembelajaran  guided

discovery di kelas eksperimen dan tanpa menerapkan model pembelajaran  guided

discovery dikelas kontrol terdapat peningkatan sikap berpikir logis. Peningkatan

sikap berpikir logis dari kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol,

terlihat dari rata-rata peningkatan kelas eksperimen sebesar 0.56, sedangkan pada

kelas kontrol rata-rata peningkatannya sebesar 0.18. Hal ini sesuai dengan uji

 beda menggunakan Independent Samples T Test  dengan menggunakan SPSS 17,

dimana thitung > ttabel (2,949 > 2,002) dan nilai signifikansi < 0,05 (0,005 < 0,05),

maka H0  ditolak. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan sikap berpikir logis

siswa antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol.

Page 11: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 11/12

43

Peningkatan sikap berpikir logis di kelas eksperimen lebih tinggi

disebabkan karena pada pembelajaran menggunakan model  guided discovery

siswa melakukan percobaan sesuai dengan metode ilmiah yang menuntut siswa

 berpikir secara rasional/masuk akal untuk mendapatkan hasil percobaan, pada

 pengisian LKS terutama dalam merumuskan hipotesis sikap berpikir logis siswa

akan timbul, siswa harus megidentifikasi teori-teori yang dijadikan dasar dalam

menjawab permasalahan. Sesuai dengan perkataan yang dikemukakan oleh

Hendar Sudrajat (2012) bahwa siswa memiliki sikap berpikir logis dalam

 pembelajaran jika ia mengemukakan pendapat yang masuk akal dengan

menggunakan akal sehat dan berdasarkan fakta.

Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya menerima pengetahuan dari

guru saja, pada saat mengerjakan latihan siswa hanya melihat panduan dari

 penjelasan yang telah disampaikan guru. Jadi sikap berpikir logis siswa tidak

terlalu meningkat.

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widiadnyana I W, dkk

(2014) Penerapan model discovery learning lebih dapat meningkatkan sikap

 berpikir logis siswa dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensioal.

4.  Ketelitian 

Sikap ketelitian adalah sikap berhati-hati dalam mendapatkan data yang

akurat. Siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap ketelitian

dapat ditunjukkan dari rata-rata skor pretest dengan kategori tinggi. Tetapi setelah

diterapkannya model pembelajaran  guided discovery  di kelas eksperimen dan

tanpa menerapkan model pembelajaran  guided discovery dikelas kontrol terdapat

 peningkatan sikap ketelitian. Peningkatan sikap ketelitian dari kelas eksperimen

lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Berdasarkan uji beda menggunakan

 Independent Samples T Test  dengan menggunakan SPSS 17, dimana thitung < ttabel

(0,618 > 2,002) dan nilai signifikansi > 0,05 (0,539 > 0,05), maka H 0  diterima.

Jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap ketelitian siswa antara kelas

ekperimen dengan kelas kontrol. Tetapi dengan analisis deskriptif terdapat

 perbedaan sikap ketelitian siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal

Page 12: BAB IVb.pdf

7/23/2019 BAB IVb.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ivbpdf 12/12

44

itu terlihat dari rata-rata peningkatan kelas eksperimen sebesar 0.39, sedangkan

 pada kelas kontrol rata-rata peningkatannya sebesar 0.29.

Peningkatan sikap berpikir logis di kelas eksperimen lebih tinggi

disebabkan karena pada pembelajaran menggunakan model  guided discovery,

siswa harus melakukan praktikum dengan teliti agar hasil yang didapatkan sesuai

dengan teori yang ada. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama

 pembelajaran, siswa teliti dalam melakukan percobaan, siswa bersikap ragu-ragu

 jika hasil yang didapatkan belum akurat maka siswa tersebut akan mengulang

kembali percobaan tersebut hingga mendapatkan hasil yang akurat. Sesuai dengan

 penelitian yang telah dilakukan oleh Dyah Puspita Sari, dkk (2014) Implementasi

LKS IPA terpadu berorientasi  guided discovery dapat meningkatkan sikap

ketelitian siswa kelas VIII SMPN 1 Mojosari. Sedangkan pada kelas kontrol,

sikap ketelitian siswa hanya dilatih dalam pengerjaan latihan yang diberikan guru,

 jadi peningkatannya tidak terlalu tinggi.

.